17
Penyakit Ginjal Kronik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jl.Arjuna Utara no.6, Jakarta 11510 Marco 10-2010-095 Kelompok F1 [email protected] Semester 5,Blok 20 23 Oktober 2012 PENDAHULUAN Dalam tinjauan pustaka ini akan membahas seorang laki- laki berusia 60 tahun, datang dengan keluhan muntah 7x/hari sejak 2 hari lalu. Muntah berisi makan dan air, BAB caor, tidak ada ampas, warna cokelat, tidak ada lendir dan darah. 3 minggu lalu pasien mengalami nyeri tenggorkan disertai demam selama 7 hari. Riwayat kencing manis dan darah tinggi diketahui sejak 5 tahun lalu, tidak teratur minum obat. Riwayat penyakit batu ginjal 3 tahun lalu. Dari kasus tersebut akan dibahas mengenai kemungkinan-kemungkinan penyakit yang di alami pasien. Pada makalah ini akan membahas salah satu kemungkinan dari 4 yang ada, yaitu penyakit ginjal kronik yang menjadi salah satu topik perkuliahan di blok 20. ANAMNESIS 1. Tanyakan identitas lengkap kepada pasien 2. Tanyakan keluhan yang dirasakan pasien 1

PGK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ty

Citation preview

Penyakit Ginjal Kronik

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)

Jl.Arjuna Utara no.6, Jakarta 11510

Marco

10-2010-095

Kelompok F1

[email protected]

Semester 5,Blok 20

23 Oktober 2012

PENDAHULUAN

Dalam tinjauan pustaka ini akan membahas seorang laki-laki berusia 60 tahun, datang dengan keluhan muntah 7x/hari sejak 2 hari lalu. Muntah berisi makan dan air, BAB caor, tidak ada ampas, warna cokelat, tidak ada lendir dan darah. 3 minggu lalu pasien mengalami nyeri tenggorkan disertai demam selama 7 hari. Riwayat kencing manis dan darah tinggi diketahui sejak 5 tahun lalu, tidak teratur minum obat. Riwayat penyakit batu ginjal 3 tahun lalu. Dari kasus tersebut akan dibahas mengenai kemungkinan-kemungkinan penyakit yang di alami pasien. Pada makalah ini akan membahas salah satu kemungkinan dari 4 yang ada, yaitu penyakit ginjal kronik yang menjadi salah satu topik perkuliahan di blok 20.

ANAMNESIS

1. Tanyakan identitas lengkap kepada pasien

2. Tanyakan keluhan yang dirasakan pasien

3. Tanyakan kepada pasien apakah pasien cepat lelah dan capai.

4. Tanyakan kepada pasien apakah ada keluhan pada saluran cerna, gangguan pada saraf dan otot, gangguan hormonal, gangguan volume berkemih, gangguan kardiovaskuler.

5. Tanyakan kepada pasien apakah ada penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus urinairus, hipertensi, hiperurikemi, SLE, dll.

6. Tanyakan kepada pasien juga riwayat keluarga.

PEMERIKSAAN FISIK

a) Inspeksi

Keadaan umum

Meliputi tingkat kesadaran, ada tidaknya defisit konsentrasi, tingkat kelemahan (keadaan penyakit) dan ada tidaknya perubahan berat badan. Tanda vital dapat meningkat menyertai nyeri, suhu dan nadi meningkat mungkin karena infeksi serta tekanan darah dapat turun apabila nyeri sampai mengakibatkan shock.

Massa di abdominal atas, massa keras dan padat (keganasan/infeksi perinefritis).

b) Palpasi

Sukar dipalpasi

Pria lebih terfiksir drpd wanita (otot perut pria lebih keras)

Pada yg kurus lebih mudah

Metode: supinasi, satu tangan mengangkat CVA dan tangan yg lain menekan/mempalpasi.

Temuan: nyeri tekan, teraba massa ( hipertropi kompensasi,tumor, dll

c) Perkusi : dengan memberikan ketokan pada sudut kostavertebra, adanya pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal akan terasa nyeri ketok. Pada buli-buli diketahui adanya distensi karena retensi urine dan terdengar redup, dapat diketahui batas atas buli-buli serta adanya tumor/massa.

d) Auscultasi : dengan menggunakan belt dari stetoskop di atas aorta atau arteri renal untuk memeriksa adanya bruit. Adanya bruit di atas arteri renal dapat disebabkan oleh gangguan aliran pada pembuluh darah seperti stenosis atau aneurisma arteri renal.

Pemeriksaan vesica urinaria

Sukar diraba, kecuali distensi

Distensi akut bisa diatas umbilikus dan nyeri,Kronis lebih lunak, sukar dipalpasi

Palpasi abdominorektal ( vesikal tumor, sebaiknya dalam anestesi1,2

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

Peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum.

Penurunan LFG.

Penurunan kadar hemoglobin.

Peningkatan kadar asam urat.

Hiper atau hipokalemia.

Hiponatremia

Asidosis metabolik

Dan kelainan urinalisis meliputi proteiuria, hematuri, leukosria, cast, isostenuria.

2. Gambaran radiologis

Foto polos abdomen: tampak radio-opak

Pieolografi intravena jarang digunakan karena kontras sering tidak bisa melewati filter glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksis oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.

Ultrasonografi ginjal: bisa memperlihatkan ukuran ginjal mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasi

Pemeriksaan pemidaian ginjal atau renografi bila ada indikasi

Pielografi antegrad atau retrograd bila ada indikasi

3. Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal

Dilakukan pada ukuran ginjal yang mendekati normal di mana diagnosis non-invasif tidak dapat ditegakkan.

Tujuan: mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi

Kontraindikasi: ukuran ginjal mengecil, ginjal polikistik, hipertensi tidak terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal napas dan obesitas.

PENYAKIT GINJAL KRONIK

Definisi

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, sehingga pada suatu derajat memerlukan terapi dialisis atau transplantasi ginjal.

Kriteria penyakit ginjal kronik adalah

1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus dengan manifestasi

kelainan patologis

tanda tanda kelainan ginjal seperti komposisi darah atau urin, atau kelainan tes pencitraan

2. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60mL/menit/1,73m2 selama 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal

Klasifikasi

1. Dasar diagnosis etiologi

Tabel 1. Dasar Diagnosis Etiologi

Penyakit

Tipe mayor (contoh)

Penyakit ginjal diabetes

DM tipe 1 dan 2

Penyakit ginjal non-diabetes

Penyakit glomerular; autoimun, infeksi sistemik, obat, neoplasia

Penyakit vaskular; hipertensi, mikroangiopati

Penyakit tubulointerstitial; pielonefritis kronik, batu, obstruksi

Penyakit kistik; ginjalpolikistik

Penyakit pada transplantasi

Rejeksi kronik

Keracunan obat (siklosporin/takrolimus)

2. Dasar derajat penyakit

Rumus *Kockcroft-Gault:

LFG (mL/menit/1,73m2) = (140 umur) x Berat Badan

72x kreatinin plasma (mg/dL)

*pada perempuan dikalikan 0,85

Tabel 2. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit

Derajat

Penjelasan

LFG (mL/men/1,73m2)

1

Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau meningkat

90

2

Kerusakan ginjal dengan LFG menurun ringan

60 89

3

Kerusakan ginjal dengan LFG menurun sedang

30 59

4

Kerusakan ginjal dengan LFG menurun berat

15 29

5

Gagal ginjal

90 (ada kerusakan ginjal, proteinuria menetap, kelainan sedimen urin, kelainan kimia darah dan urin, kelainan pada pemeriksaan radiologi)

-

2

60-89

Tekanan darah mulai

3

30-59

Hiperfosfatemia

Hipokalsemia

Anemia

Hiperparatiroid

Hipertensi

4

15-29

Malnutrisi

Asidosis metabolic

Hiperkalemia

Dislipidemia

5

< 15

Gagal jantung

uremia

1.Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme, dan masukan diet berlebih.2.Perikarditis

Perikarditis merupakan komplikasi yang sering terjadi pada GGK, terutama timbul pada pasien dengan uremia berat yang tidak dilakukan dialisis. Eksudat pada perikarditis uremik biasanya sedikit dan bersifat fibrinosa atau serofibrinosa. Kadang pada pasien yang mendapat dialisis yang adekuat juga timbul perikarditis dan efusi yang hemoragis. Pasien yang mendapat terapi dialisis peritoneal dilaporkan lebih jarang menderita perikarditis.

Patogenesis perikarditis ini masih belum diketahui dengan pasti. Walaupun toksin uremik yang tinggi pada keadaan dialisis sering dijadikan kambing hitam, tetapi ada dugaan bahwa kelebihan cairan berperan dalam menimbulkan perikarditis. Walaupun pasien perikarditis uremik sering mengalami infeksi terutama oleh virus, tetapi pada cairan perikardial sulit ditemukan penyebab infeksi, sedangkan cairan perikardial yang hemoragis sering dihubungkan dengan pemakaian antikoagulan pada dialisis.

Manifestasi klinis perikarditis uremik dapat berupa nyeri dada, demam, dan efusi perikardial. Setelah penumpukan cairan perikardial cukup banyak, pericardial rub akan menghilang, dan bunyi jantung menjadi redup. Juga dapat terjadi tamponade jantung, terutama pada efusi perikardial yang hemoragis. Perikarditis dan efusi perikardial uremik yang lama.

3.Hipertensi

akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-angiotensin-aldosteron.4.Anemia

Anemia normositer, normokromik merupakan komplikasi GGK yang biasa ditemukan dan berhubungan dengan derajat GGK. Penyebab utama anemia pada GGK adalah berkurangnya produksi eritropoietin, suatu hormon glikoprotein yang diproduksi ginjal (90%) dan sisanya diproduksi di luar ginjal (hati dan sebagainya). Kadar eritropoietin serum nyata menurun pada pasien GGK berat, tetapi korelasi ini tidak jelas pada LFG >20ml/menit/1,73m2. Anemia pada pasien dapat dikoreksi dengan pemberian eritropoietin rekombinan dan responsnya tergantung dari dosis yang diberikan. Dengan terapi ini terlihat perbaikan pada toleransi latihan, fungsi kognitif dan kualitas hidup keseluruhan. Mekanisme lain terjadinya anemia pada GGK adalah pemendekan umur eritrosit menjadi 2/3 umur normal, toksisitas aluminium karena pemakaian obat-obat pengikat fosfat yang mengandung aluminium, iatrogenik karena kehilangan darah sewaktu dialisis dan pengambilan contoh darah, serta terjadinya defisiensi asam folat pada pasien yang sedang menjalani dialisis. Anemia yang terjadi karena toksisitas aluminium mempunyai gambaran mikrositik, hipokromik yang mirip dengan defisiensi zat besi, tetapi kemampuan mengikat besi dan kadar feritin serumnya normal.

5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic

akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal, dan peningkatan kadar alumunium.3

PENCEGAHAN

Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya pencegahan yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan kardiovaskular adalah:

pengobatan hipertensi yaitu makin rendah tekanan darah makin kecil

risiko penurunan fungsi ginjal

pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia

penghentian merokok

peningkatan aktivitas fisik

pengendalian berat badan

obat penghambat sistem renin angiotensin seperti penghambat ACE(angiotensin converting enzyme) dan penyekat reseptor angiotensin telah terbukti dapat mencegah dan menghambat proteinuria dan penurunan fungsi ginjal.4,5

PROGNOSIS Prognosis dari penyakit ginjal kronik, tergantung pada seberapa cepat upaya deteksi dan penanganan dini, serta penyakit penyebab.

Semakin dini upaya deteksi dan penanganannya, hasilnya akan lebih baik.Beberapa jenis kondisi/penyakit, akan tetap progresif. Misalnya: dampak diabetes pada ginjal dapat dibuat berjalan lebih lambat dengan upaya kendali diabetes. Pada kebanyakan kasus, penyakit ginjal kronik progresif bisa menjadi gagal ginjal kronik.

Kematian pada penyakit ginjal kronik tertinggi adalah karena komplikasi jantung, dapat terjadi sebelum maupun sesudah gagal ginjal.

Menurut kepustakaan, di Amerika kematian pasien dialisis tertinggi 6 bulan pertama paska dialisis, 35% nya bisa bertahan lebih dari 5 tahun, bila disertai diabetes lebih kecil lagi yaitu 25%.Pasien gagal ginjal tanpa upaya dialisis akan berakhir dengan kematian.Penyebab kematian pada gagal ginjal kronik, terbesar adalah karena komplikasi jantung (45%), akibat infeksi (15%), komplikasi uremia pada otak (6%), dan keganasan (4%).6

KESIMPULAN

Hipotesis diterima, bahwa pada kasus di atas laki-laki berusia 60 tahun tersebut mengalami gangguan fungsi ginjal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gleadle J. At a Glance : Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2005. h. 146-7.

2. Ketut Suwitra. Penyakit ginjal kronik. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Interna Publishing;2009.h. 1035-40.

3. Skorecki K, Green J, Brenner B M. Chronic kidney disease in Harrisons principles of internal medicine 17th ed. USA: McGraw-Hill. 2007. p. 1858-69.

4. Corwin EZ. Buku saku patofisiologi. Dalam system pernafasan. Editor: Brahm U. Pendit, Endah Pakaryaningsih. Jakarta: EGC. 2004.h. 729-30

5. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.

6. Brenner BM, Lazarus JM. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-13. Jakarta: EGC;2000.1435-43.

8