93
PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh : Asharyanto NIM : 105045101482 KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M

PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

PIDANA BERSYARAT MENURUT

HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

Asharyanto NIM : 105045101482

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H / 2009 M

Page 2: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

PIDANA BERSYARAT MENURUT

HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

Asharyanto NIM : 105045101482

Pembimbing

Asmawi, M.Ag NIP. 150 282 394

KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H / 2009 M

Page 3: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

LEMBAR PENYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan Memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta,

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta,

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 Juni 2009

Asharyanto

Page 4: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Juni 2009.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum

(SH) pada Program Studi Pidana Islam.

Jakarta, 2 Juni 2009

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Asmawi, M.Ag (...........................) NIP. 150 282 394

2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag (...........................) NIP. 150 282 403

3. Pembimbing : Asmawi, M.Ag (...........................) NIP. 150 282 394

4. Penguji I : H. Abdul Wahab Abd Muhaimin, Lc, MA (............................) NIP. 150 238 774

5. Penguji II : Dedy Nursamsi, SH, M.Hum (............................) NIP. 150 264 001

Page 5: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah,

taufiq, serta nikmat-Nya, sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Salawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad

saw, kepada keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit

hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan

kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung, sehingga hal-hal tersebut dapat penulis atasi dengan sebaik-

baiknya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis berterima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H. M.A. M.M., Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Asmawi, M.Ag., dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag., sebagai Ketua dan

Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang tanpa henti memberikan

dorongan dan semangat kepada penulis, serta yang dengan tulus ikhlas

meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam berbagai hal yang

berhubungan dengan akademis.

2

Page 6: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

3. Asmawi, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing skripsi penulis yang dengan sabar

telah memberikan banyak masukan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat

selesai dengan baik. Semoga apa yang telah bapak ajarkan dan arahkan

mendapat balasan dari Allah SWT .

4. Kepada seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mentransfer ilmunya dengan ikhlas

kepada penulis, serta para pengurus perpustakaan yang telah meminjamkan

buku-buku yang diperlukan oleh penulis.

5. Ayahanda Hermanto Madjahir (almarhum) atas segala, nasihat dan ilmu

bermanfaat yang telah ditinggalkan sehingga terus memotivasi penulis hingga

sekarang dan yang akan datang. Serta kepada Ibunda Nurhayati yang selalu

mecurahkan cinta, kasih sayang, dan kesabaran yang tidak terbatas lebih-lebih

dukungan moril maupun materiil.

6. Ka’ Nila, Mas Rynto, Ka’ Sari, ditambah si lucu Rafka yang terus-menerus

memotivasi dan mengingatkan penulis agar cepat lulus.

7. Citra Ardhini atas segala perhatian, pengertinya dan kasih sayangnya selama ini.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Pidana Islam 2005 yang tidak dapat

disebutkan satu persatu,yang dengan rela dan setia menemani penulis dalam

menimba ilmu selama ini di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Yazid, Eja, Iin, Deni, Nendi, Asep, Zaki, Uci, Raijak, Usep, Anwar, Toso,

Laila, Wiwit yang selalu menemani dan membantu penulis dikala suka maupun

Page 7: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

duka. Terima kasih atas kesetian, semangat, kompetisi prestasi, dukungan tak

terbendung yang kalian berikan.

10. Aploy, Aziel, Ade, Tyo dan seluruh team futsal Fantasy yang telah membantu

dan mendukung sepak terjang penulis.

11. Kepada seluruh donatur beasiswa yang selama ini telah banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

12. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dorongan, motivasi, bantuan moril dan materiil kepada penulis

dalam menyelesaikan studi terutama penulisan skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan, agar semua bantuan dan

partisipasi dari bebagai pihak tersebut diberikan-Nya pahala yang berlipat ganda.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca umumnya. Amin.

Jakarta : ____________________________

Penulis

2 Juni 2009 M

8 Jumadil Akhir 1430 H

Page 8: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6

D. Metode Penelitian .................................................................. 7

E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ............................................................ 11

BAB II : PIDANA DAN PEMIDANAAN

A. Pidana Menurut Hukum Pidana Indonesia .............................. 13

1. Pengertian Pidana ......................................................... 13

2. Jenis – Jenis Pidana ....................................................... 15

3. Filosofi Pemidanaan dalam Hukum Pidana Indonesia ..... 18

B. Pidana Menurut Hukum Pidana Islam .................................... 27

1. Kategorisasi Tindak Pidana ........................................... 27

2. Pengertian Pidana ......................................................... 37

Page 9: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

3. Jenis – Jenis Pidana ....................................................... 40

4. Filosofi Pemidanaan dalam Hukum Pidana Islam ........... 52

BAB III : PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP

TERHADAP PIDANA BERSYARAT

A. Pengertian Pidana Bersyarat dan Pengaturan Pidana Bersyarat

dalam KUHP ......................................................................... 54

B. Pengaturan Pidana dengan Syarat dalam RUU KUHP ........... 66

C. Pengaturan Pidana Bersyarat dalam Hukum Pidana Islam ...... 69

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 80

B. Saran – Saran ........................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 83

Page 10: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam membahas hukum pidana, maka tidak dapat dipisahkan dari

pembahasan mengenai sanksi pidana yang dikenakan bagi para pelaku tindak pidana.

Para sarjana hukum mengutarakan bahwa tujuan hukum pidana adalah; Pertama,

untuk menakut – nakuti orang agar jangan sampai melakukan kejahatan (prepentive).

Kedua, untuk mendidik atau memperbaiki orang – orang yang sudah menandakan

suka melakukan kejahatan agar menjadi orang yang baik tabiatnya (represif).1 Oleh

karena itu, penjatuhan pidana bukan sekedar berat ringannya pidana, akan tetapi juga

pidana itu efektif atau tidak dan pidana itu sesuai dengan nilai – nilai dan struktural

yang hidup dan berkembang di masyarakat.

Bahwa hukuman atau proses pemidanaan yang sesuai dengan apa yang

diperbuat si pelaku dan dapat membuat pelaku jera serta menjadikan pelaku berubah

kearah yang baik, hal tersebut merupakan suatu bagian penting dalam mewujudkan

penegakan hukum. Ini dapat terlihat dari hasil yang dicapai.

Akan tetapi, dilihat dari keadaan dewasa ini proses penegakan hukum masih

terlihat maju mundur. Dalam artian bahwa pencapaian suatu nilai keadilan pada masa

1 Wirjono Prodjodikoro, Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: PT Refika

Aditama, 2003), h. 20

Page 11: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

sekarang ini masih sangat digantungkan pada kebijaksanaan dan kewibawaan para

aparat penegak hukum.2 Dalam hal ini berkaitan dengan Kitab Undang – Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP) memberikan suatu kebebasan bagi aparat penegak

hukum, antara lain Jaksa sebagai penuntut umum untuk menuntut seorang terdakwa,

yang menurutnya secara sah dan meyakinkan telah melakukan sebuah tindak pidana

sesuai dengan ketentuan hukum yang mengaturnya. Ketentuan tersebut juga berlaku

untuk hakim sebagai pemberi keputusan atas suatu tindak pidana. Namun dalam

menjatuhkan putusan terhadap suatu perkara terutama perkara pidana, hakim harus

mempertimbangkan banyak hal. Dalam artian ketika hakim melaksanakan tugasnya

antara hukum dan keadilan tidak boleh menyimpang dari aturan normatif yang

berlaku. Tetapi juga ia dapat memutus suatu perkara dengan memandang sisi

sosiologis dari sebuah perkara.

Penegakan hukum dalam perkara pidana pada suatu negara dapat dikatakan

berhasil, tidak hanya semata – mata hakim yang menangani perkara pidana tersebut

telah menjatuhkan sanksi pidana yang adil, baik bagi si korban ataupun si pelaku itu

sendiri. Namun perlu juga diperhatikan bahwa putusan yang menyangkut penjatuhan

sanksi pidana tersebut, seyogyanya dapat diterapkan sebagai tindakan untuk merubah

perilaku salah (menyimpang) yang dilakukan oleh pelaku tersebut.

Pidana bersyarat merupakan jenis pidana yang memberi kesan sebagai

solusi dari suatu bentuk tindak pidana yang dijatuhkan oleh hakim bagi seseorang

2 Soerjono Soekanto & Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum di Dalam Masyarakat,

(Jakarta: Rajawali, 1987), h. 10

Page 12: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

agar tidak muncul pengaruh yang buruk yang lebih berbahaya lagi bagi orang tersebut

apabila dimasukan kedalam lembaga permasyarakatan, sehingga hal ini hakim

mempertimbangkan pengaruh pidana terhadap masa depan pelaku tindak pidana.3

Perlu diketahui bahwa dalam pemidanaan bersyarat setiap seorang terpidana yang

telah dijatuhi pidana tertentu yang berkekuatan hukum tetap tidak diharus menjalani

pidananya di dalam lembaga permasyarakatan akan tetapi ia dapat berada di luar

penjara. Tetapi perlu dicatat terpidana tersebut tidak sertamerta bebas begitu saja,

melainkan ia mempunyai dan diikat dengan syarat – syarat tertentu yang telah

ditetapkan oleh majelis hakim.

Ketentuan – ketentuan yang mengatur masalah pidana bersyarat ada di

dalam pasal 14a – 14f Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) dan

ditambahkan kedalam KUHP dengan Staatsblad tahun 1926 nomor 251 jo nomor 486

dan mulai diberlakukan di Indonesia pada tanggal 1 Januari 1927.4

Walaupun sering disebut dengan pidana bersyarat (Voorwaardelijke

Veroordeling), tetapi sesungguhnya bukan salah satu jenis pidana, karena tidak

disebut dalam pasal 10 KUHP.5 Maka pidana bersyarat bisa dikatakan sebagai suatu

sistem penjatuhan pidana tertentu.

Menurut penulis masalah pidana bersyarat merupakan suatu hal yang

menarik untuk disimak dan dicermati, karena pidana bersyarat merupakan suatu

3 Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro, 1995), h. 105

4 P.A.F. Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, (Bandung: Amrico, 1984), h. 148 5 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana (Bagian 1), ( Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2002), h. 54

Page 13: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

putusan peradilan yang berkekuatan hukum tetap, yang pada dasarnya merupakan

produk pengadilan yang harus dipatuhi dan dijalankan sesuai dengan diperintahkan.

Pidana bersyarat merupakan pidana bagi seorang terpidana yang telah dijatuhi pidana

tertentu tetapi tidak diharuskan menjalani pidananya di dalam lembaga

pemasyarakatan melainkan ia dapat berada diluar penjara. Apabila dalam waktu

tertentu terpidana tersebut di pidana karena melakukan tindak pidana yang lain maka

pidana yang dijatuhkan kepadanya akan menjadi lebih berat, ini di karenakan selain

pidana yang dijatuhkan akibat tindak pidananya yang terakhir kemudian ditambah

dengan pidana pokok yang disyaratkan sebelumnya, jadi jelaslah bahwa keberadaan

pidana bersyarat disini bukan merupakan putusan bebas akan tetapi lebih cenderung

di titik beratkan kepada proses permasyarakatan terpidana. Dimana bukan tidak

mungkin apabila putusan yang dijatukan adalah perampasan kemerdekaan seperti

penjara maka akan membuat terpidana tersebut lebih “pandai” lagi dalam melakukan

tindak pidana.

Tidak dapat dipungkiri masyarakat kita masih buta hukum dalam

menafsirkan sebuah ketentuan (peraturan). Dan terkadang keadaan ini yang

menjadikan sebuah permasalahan baru tentang persepsi keadilan. Karena keadilan

sering kali ditafsirkan sebagai suatu pemenuhan rasa adil (setimpal) terhadap

perasaan yang dirasakan oleh korban. Padahal setiap individu baik itu pelaku tindak

pidana ataupun korban dari tindak pidana mempunyai hak – hak dari rasa pemenuhan

keadilan. Dari si pelaku mempunyai hak untuk diadili dan didakwa sesuai dengan apa

Page 14: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

yang diperbuatnya, begitu juga dengan korban mendapatkan haknya untuk melihat si

pelaku tindak pidana di jatuhkan putusan yang setimpal.

Atas dasar pemikiran diatas , maka penulis merasa perlu dan berkepentingan

membahas persoalan ini. Dan kemudian memberikan alasan bagi penulis untuk

memberi judul "PIDANA BERSYARAT MENURUT TINJAUAN HUKUM

PIDANA ISLAM”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Salah satu aspek yang paling penting dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara di Indonesia adalah bidang hukum. Budaya masyarakat yang seringkali

hanya mengetahui bahwa hukuman terhadap sebuah tindak pidana adalah penjara. Ini

dikarenakan bahwa masyarakat belum memahami hukum secara mendalam. Padahal

di dalam hukum positif negara Indonesia dikenal adanya putusan pidana bersyarat

(pasal 14 KUHP). Pidana bersyarat itu sendiri adalah salah satu bentuk pidana yang

dijatuhkan oleh hakim bagi seseorang agar tidak muncul pengaruh buruk yang lebih

berbahaya lagi bagi orang tersebut apabila dimasukan kedalam lembaga

permasyarakatan, sehingga dalam hal ini hakim mempertimbangkan pengaruh pidana

terhadap masa depan pelaku tindak pidana.

Untuk itu penelitian ini akan menjelaskan apa tujuan dari setiap hukuman

atau pemidanaan dan bagaimana konsep pengaturan Pidana bersyarat didalam sistem

pemidanaan menurut hukum pidana Indonesia, yang kemudian ditranformasikan

Page 15: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

menurut pandangan hukum pidana Islam mengenai aturan Pidana Bersyarat di

Indonesia ini.

Dengan mengacu kepada idenifikasi masalah diatas, kemudian penulis

menjadikan pidana bersyarat menurut tinjauan hukum pidana Islam sebagai fokus

masalah dalam penelitian ini.

Setelah adanya pokok masalah di atas, penulis selanjutnya membuat

perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana deskripsi umum tentang pidana dan pemidanaan menurut hukum

pidana Indonesia dan hukum pidana Islam?

2. Bagaimana pengaturan pidana bersyarat menurut hukum pidana Indonesia?

3. Bagaimana pandangan Hukum Pidana Islam terhadap aturan Pidana Bersyarat

di Indonesia ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas,

dapat diketahui bahwa tujuan umum dari penulisan ini adalah :

1. Menjelaskan deskripsi umum tentang pidana dan pemidanaan menurut hukum

pidana Indonesia dan hukum pidana Islam.

2. Menjelaskan tentang pengaturan pidana bersyarat menurut hukum pidana

Indonesia.

3. Menjelaskan pandangan hukum pidana Islam tentang aturan pidana bersyarat di

Indonesia.

Page 16: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Hasil Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan

ilmiah di bidang Hukum Pidana yang berwawasan keislaman. Selain itu, diharapkan

pula dapat memberikan informasi tentang Pidana Bersyarat kepada masyarakat luas,

yang bisa dikatakan masih awam dalam memahami jenis pemidanaan yang satu ini.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

a. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif,6 yakni

penelitian yang data-datanya diungkapkan melalui kata-kata, norma atau

aturan-aturan, dengan kata lain penelitian yang memanfaatkan data kualitatif.

b. Penelitian Hukum Normatif – Doktriner, yakni Penelitian yang mengkaji asas-

asas dan norma-norma suatu sistem hukum. Penulis mencoba menelaah dan

meninjau aspek – aspek hukum yang berkenaan dengan permasalahan ini. 7

c. Penelitian Deskriptif, yakni menjelaskan satu variabel penelitian dengan

menggambarkan masalah, mengumpulkan, menyusun dan menyeleksi data

sehingga dapat diambil kesimpulannya.

d. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

6 Lexi J Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

2005), cet. ke-21, h. 6 7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2004), cet. ke-8, h. 13

Page 17: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

a. Bahan Hukum primer yang digunakan, yaitu: norma atau aturan yang

membahas langsung masalah ini. Diantaranya, Undang – Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan Undang – Undang Nomor 1

tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana (KUHP).

b. Bahan Hukum sekunder yang digunakan, yaitu:berupa literatur-literatur yang

terkait dengan fokus masalah penelitian.

e. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik; Studi Dokumenter, yakni dengan menelaah buku dan bahan

tertulis lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

f. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, diterapkan teknik analisis isi secara kualitatif.

Dengan teknik ini penulis berusaha untuk mengkualifikasikan bahan-bahan yang

telah diperoleh dan disusun, kemudian melakukan interpretasi dan formulasi.

Yang mana, penulis menggambarkan objek pembahasan dengan apa adanya untuk

kemudian dicermati secara mendalam.

f. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan ketentuan

yang berlaku di Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini maka buku pedoman yang digunakan dalam

penyusunan skripsi ini adalah buku pedoman penulisan skripsi yang disusun oleh

Tim Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 18: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

E. Tinjauan Pustaka

Sejumlah penelitian yang memaparkan tentang masalah yang dikaji dalam

skripsi ini secara spesifik belum ada. Hanya penjelasan secara umum yang banyak

ditemukan pada buku – buku. Adapun buku – buku yang menjelaskan secara rinci

permasalahan yang penulis bahas jumlahnya sangat sedikit bisa dikatakan jarang.

Berikut ini paparan secara umum atas sebagian buku - buku tersebut.

Buku pertama merupakan buku yang paling lengkap sebagai refrensi untuk

masalah Hukum Pidana Islam. buku tersebut adalah At-Tasryi’ al-jina’I al-Islamiy

Muqaranan bil Qanunil Wad’iy, yang dikarang oleh Abdul Qadir Audah. Buku ini

membahas tentang tindak pidana beserta hukumannya dalam koridor Hukum Islam,

dimana Hudud, Qisash-Diat, maupun Takzir ada didalamnya. Namun, untuk

permasalahan yang diangkat penulis mengenai “pidana bersyarat”, tidak diketemukan

pembahasannya dalam buku ini. Baik secara istilah ataupun lebih mendalam lagi.

Berangkat dari itu, penulis yakin dan perlu mengangkat permasalahan tersebut.

Buku selanjutnya karya Ahmad Hanafi, yang berjudul “Asas-Asas Hukum

Pidana Islam”. Dalam buku ini memang menjelaskan tentang macam – macam

jarimah yang ada didalam hukum Islam, baik itu jarimah hudud, qishash – diyat,

maupun ta’zir. Akan tetapi, seperti pada buku sebelumnya untuk permasalahan

“pidana bersyarat” tidak ditemukan pembahasannya.

Ketiga adalah buku yang berjudul “Hukum Pidana Islam” karya Zainuddin

Ali. Didalam buku ini masih menjelaskan tentang masalah hukum dalam koridor

Page 19: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

hukum Islam, yang mana pembidangan dari Pidana Islam (Jinayah) membahas

tentang jarimah – jarimah Hudud, Qishash-diyat, serta takzir. Untuk itu dipandang

perlu mengangkat permasalahan mengenai “pidana bersyarat” yang belum dibahas

dalam buku ini khususnya dan umumnya secara koridor hukum pidana Islam.

Buku lain yang membahas tentang masalah pidana bersyarat adalah buku

yang ditulis oleh Wirjono Prodjodikoro, dengan judul “Asas-asas hukum pidana di

Indonesia”. Buku ini berisi tentang seluk beluk dari hukum pidana salah satunya

membahas tentang strafstesel (sistem hukuman pidana), yang didalamnya membahas

masalah penghukuman bersyarat (pidana bersyarat). Walaupun dalam buku ini dirasa

cukup dalam menjelaskan masalah pidana bersyarat, namun menurut hemat penulis

tidak ada salahnya lebih mengeksplor lagi dengan mengkomparasikan antara dua tipe

hukum (Hukum Pidana di Indonesia dan Hukum Pidana Islam) dalam hal suatu

konsep penjatuhan pidana dan pemidanaan tentunya.

Buku terakhir yang dijadikan sebagai tinjauan pustaka oleh penilis

merupakan karya Adami Chazawi, yang berjudul “Pelajaran Hukum Pidana”. Dalam

buku ini menjelaskan deskripsi umum tentang sistem pemidanaan yang meliputi :

pengertian hukum pidana, stesel pidana, tindak pidana, teori – teori pemidanaan,

ruang lingkup berlakunya hukum pidana. Temuan penting dalam buku ini adalah

pidana bersyarat (voorwaardelijke veroordeling) bukan salah satu jenis pidana,

karena tidak disebutkan di dalam pasal 10 KUHP melainkan berdiri sendiri dalam

Pasal 14a – 14f KUHP. Jadi dalam buku ini hanya menitikberatkan pada pengertian

Page 20: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

pidana bersyarat dalam konteks hukum pidana di Indonesia, sedangkan skripsi yang

ditulis oleh penulis ini menjelaskan pidana bersyarat dalam tinjauan hukum Islam.

Melihat beberapa buku – buku diatas yang dijadikan tinjauan pustaka oleh

penulis, cukup menggambarkan apa yang penulis akan bahas, tetapi menurut hemat

penulis masih belum cukup mewakili apa yang sebenarnya terjadi dimasyarakat.

Untuk itu penulis sangat merasa yakin permasalahan yang penulis ajukan dapat

membuka paradigma para pembaca nantinya, karena tanpa penjelasan ataupun

sosialisasi yang cukup hukum tidak dapat terlaksana dengan baik.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan pola dasar pembahasan sripsi dalam

bentuk bab – bab yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, untuk lebih

memudahkan dalam memahami masalah ini, penulis membaginya menjadi lima bab,

yaitu :

Bab Pertama, merupakan bagian pendahuluan atau berisikan pengantar,

yang memuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Yang dimaksudkan agar

para pembaca sudah dapat mengetahui garis besar penelitian. Bab pertama ini adalah

pengantar.

Bab Kedua, penulis menguraikan tentang Pidana dan Pemidanaan, dimana

didalamnya terdiri dari sub bab-sub bab yang menjelaskan tentang deskripsi umum

Page 21: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Pidana dan Pemidanaan, serta menjelaskan tentang filosofi pemidanaan menurut

Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Indonesia,.

Bab Ketiga, terdiri dari tiga sub bab yang membahasa tentang, Pertama;

Pengertian Pidana Bersyarat dalam hukum Pidana Indonesia, Kedua; Pengaturan

Pidana bersyarat dalam KUHP dan RUU KUHP Tahun 2004. Serta, dalam bab ini

penulis melakukan analisa mengenai Pidana bersyarat dengan melakukan tinjauan

menurut Hukum Pidana Islam dan KUHP.

Bab Keempat, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan terhadap

keseluruhan isi skripsi hasil penelitian dan diakhiri dengan beberapa saran dalam

rangka perbaikan dan peningkatan kinerja penegakan hukum di Indonesia.

Page 22: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

BAB II

PIDANA DAN PEMIDANAAN

A. Pidana dan Pemidanaan Menurut Hukum Pidana Indonesia

1. Pengertian Pidana

Istilah ”Hukuman” berasal dari kata straf yang merupakan istilah yang

sering digunakan sebagai sinonim dari istilah ”pidana”.8 Namun dalam referensi lain

menyebutkan istilah Pidana berasal dari bahasa Hindu Jawa yang artinya hukuman,

nestapa atau sedih hati.9

Istilah hukuman yang merupakan istilah umum dan konvensional, dapat

mempunyai arti yang luas dan berubah – ubah karena dapat berkonotasi dengan

bidang yang cukup luas. Oleh karena itu, perlu ada pembatasan istilah yang lebih

khusus. Maka kebanyakan para sarjana ilmu hukum memakai istilah pidana untuk

menggantikan kata hukuman.

Sudarto mendefinisikan pidana sebagai penderitaan/nestapa yang sengaja

dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan (melanggar kententuan undang

– undang) yang memenuhi syarat – syarat tertentu.

8 Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2007), Ed.1, cet.2, h. 11 9 Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, (Bandung: Alumni, 1992), h. 114

Page 23: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Kemudian, Roeslan Saleh mengartikan Pidana sebagai reaksi atas delik,

yang berwujud suatu nestapa yang sengaja ditimpakan negara kepada pembuat delik

itu.10

Adami Chazawi, berpendapat bahwa pidana adalah suatu penderitaan yang

sengaja dijatuhkan atau diberikan oleh Negara pada seseorang atau beberapa orang

sebagai akibat hukum (sanksi) baginya atas perbuatan yang telah melanggar larangan

hukum pidana.11

Muladi dan Barda Nawawi menjelaskan tentang arti dari pidana, yaitu :

a. Pidana merupakan suatu pengenaan atau nestapa atau akibat-akibat

lain yang tidak menyenangkan.

b. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang

mempunyai kekuasaan (wewenang).

c. Pidana dikenakan kepada seorang yang telah melakukan tindak pidana

menurut Undang-undang. 12

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pidana adalah

menjatuhkan suatu tindakan yang tidak enak dirasakan, atau siksaan bagi pelanggar

peraturan hukum yang telah dibuat oleh negara, yang semua itu merupakan suatu

balasan bagi orang yang melanggar hukum (Undang-undang) demi untuk terpelihara

10 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung: PT

Alumni, 2005), h. 2 11 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, h. 24 12 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, h. 53

Page 24: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

ketertiban di masyarakat. Untuk itu, penulis lebih memilih kata pidana dalam

menafsirkan arti dari ‘straf’ ketimbang kata hukuman.

2. Jenis-Jenis Pidana

Bagian terpenting dari KUHP adalah stesel pidananya, karena KUHP tanpa

stesel pidana tidak ada artinya. Pidana merupakan bagian mutlak dari hukum pidana.

Jenis pidana tercantum didalam pasal 10 KUHP. Jenis pidana ini dibedakan antara

pidana pokok dan pidana tambahan. Urutan pidana dalam pasal 1013 tersebut dibuat

menurut beratnya jenis pidana.14

a. Pidana Pokok

Pidana pokok ialah pidana inti dalam setiap jenis tindak pidana. Pidana

okok dapat dijatuhkan bersama-sama dengan pidana tambahan. Dimana jenis

pidana pokok dapat berbentuk:

1. Pidana Mati, adalah Pidana yang dilaksanakan untuk menghilangkan

nyawa terhukum.15

2. Pidana Penjara, adalah bentuk pidana berupa kehilangan kemerdekaan.

Menurut pasal 12 ayat 1-4 KUHP dikatakan bahwa pidana penjara

seumur hidup atau selama waktu tertentu. Pidana penjara selama waktu

13 Moeljatno, KUHP (Wetboek van Strafrecht), (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 5 14 Sistem pemidanaan di Indonesia mengenal batas minimum tetapi tidak mengenal batas

maksimum pada umumnya. Dimana batas minimum satu hari terhadap kebebasan terhukum. Sedangkan mengenai hal batas maksimum setiap delik menentukan batas maksimumnya sendiri.

15 Berdasarkan pasal 1 lembaran negara Hindia belanda No.123 tahun 1945 dikatakan bahwa hukuman mati yang dilaksanakan terhadap diri orang-orang sipil, kecuali ditentukan lain, akan dilaksanakan dengan menembak (dengan peluru) terhadap yang bersangkutan.

Page 25: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

tertentu paling singkat adalah satu hari dan paling lama lima belas tahun

berturut-turut.

3. Pidana Kurungan (vrijheidstraf), adalah pidana terhadap seseorang yang

lebih ringan dari pidana penjara. Pidana kurungan diadakan di daerah

tempat kediaman terhukum (pasal 21 KUHP), pekerjaan yang

dibebankan kepada terpidana lebih ringan dari pidana penjara (pasal 19

ayat 2 KUHP). Menurut pasal 18 ayat 1-3 pidana kurungan paling

sedikit adalah satu hari dan paling banyak selama satu tahun, kemudian

jika ada pemberatan pidana yang dikarenakan perbarengan atau

pengulangan atau karena ketentuan pasal 52 dan 52a, maka pidana

kurungan dapat ditambah menjadi satu tahun empat bulan, dan pidana

kurungan tidak boleh lebih dari satu tahun empat bulan.

4. Pidana Denda (vermogenstraf), berarti Pidana yang berupa keharusan

membayar dengan uang atau juga dalam arti uang dibayarkan sebagai

pemidanaan karena melanggar hukum. Jadi pidana denda adalah

hukuman kekayaan. Pada masa modern ini pidana denda dijatuhkan

terhadap delik-delik ringan, berupa pelanggaran atau kejahatan ringan.

Pidana denda satu-satunya pidana yang dapat dipikul orang lain, karena

tidak ada larangan jika denda itu secara sukarela dibayarkan oleh orang

lain atas nama terpidana.

b. Pidana Tambahan

Page 26: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Pidana tambahan ialah pidana yang tidak dapat dijatuhkan tersendiri, jadi

selalu dijatuhkan bersama-sama dengan pidana pokok. Jenis pidana tambahan

dapat berbentuk:

1. Pencabutan hak-hak tertentu. Pidana tambahan berupa pencabutan hak-

hak tertentu tidak berarti hak-hak terpidana dapat dicabut. Pencabutan

tersebut tidak meliputi pencabutan hak-hak kehidupan dan juga hak-hak

sipil (perdata) serta hak-hak ketatanegaraan. Dalam pencabutan hak-hak

tertentu disini harus ditetapkan dengan putusan hakim serta ada jangka

waktunya tidak berlaku selama seumur hidup ini pun dengan suatu

putusan hakim (Pasal 35 KUHP).

2. Perampasan barang-barang tertentu. Pidana perampasan merupakan

pidana kekayaan, seperti juga halnya dengan pidana denda. Ada dua

macam barang yang dapat dirampas, yaitu pertama barang-barang yang

didapat karena kejahatan dan kedua, barang-barang yang dengan sengaja

digunakan dalam melakukan kejahatan (Pasal 39 ayat 1-3 KIHP).

3. Pengumuman putusan hakim. Menurut pasal 43 KUHP bahwa apabila

hakim memerintahkan supaya putusan diumumkan berdasarkan KUHP

dan aturan-aturan lainnya, maka harus ditetapkan pula bagaiman cara

melaksanakan perintah itu, atas biaya terpidana. Yang perlu ditekankan

disini adalah biaya pengumuman putusan hakim ditanggung oleh

Page 27: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

terpidana dan juga nama baik terpidana tercemar atau menjadi tidak

baik.16

3. Filosofi Pemidanaan dalam Hukum Pidana Indonesia

Dalam uraian tentang filosofi pemidanaan ini akan diketengahkan mengenai

teori – teori hukum pidana (Strafrechtstheorien) dan aliran – aliran dalam hukum

pidana (Strafrechtscholen) kemudian barulah tentang tujuan dari pemidanaan itu

sendiri.

Para penulis Jerman membagi pemidanaan ke dalam tiga golongan pokok,

yaitu teori pembalasan, teori tujuan dan teori gabungan.

1. Teori Pembalasan (Absolut, Vergelding)

Teori pembalasan membenarkan pemidanaan karena seseorang telah

melakukan suatu tindak pidana, sehingga pelakunya mutlak dijatuhkan pidana

yang merupakan pembalasan terhadap tindakan tadi. Tidak dipersoalkan akibat

dari pemidanaan bagi terpidana. Bahkan pertimbangan untuk pemidanaan

hanyalah masa lampau, maksudnya masa terjadinya tindak pidana itu. Masa

datang bermaksud memperbaiki penjahat tidak dipersoalkan. Jadi seorang

penjahat mutlak harus dipidana.17

16 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1994), cet.2, h.

175 17 S.R. Sianturi dan Mompang L. Pengabean, Hukum Penitensia di Indonesia, (Jakarta:

Alumni Ahaem-petehaem, 1996), h. 27

Page 28: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

2. Teori Tujuan (Relatif)

Teori ini bertujuan untuk melindungi masyarakat atau mencegah terjadinya

kejahatan, supaya orang jangan melakukan kejahatan (ne peccetur). Sebenarnya

teori ini lebih tepat disebut Teori Perbaikan/Perlindungan. Perbedaan dari

beberapa teori yang termasuk dalam kelompok teori tujuan ini, terletak pada cara

untuk mencapai tujuan dan penilaian terhadap kegunaan pidana. Diancamkannya

dan dijatuhkannya suatu pidana dimaksudkan untuk menakut-nakuti calon

penjahat atau penjahat bersangkutan, untuk memperbaiki penjahat, untuk

menyingkirkan penjahat.18

Jadi teori ini bisa dikatakan menentang teori absolute, dimana teori ini

mendasarkan pidana bukan kepada balas dendam melainkan menekankan kepada

tujuan atau maksud dari setiap pemidanaan.

3. Teori Gabungan (vereeningings-theorie)

Teori ini muncul dengan mendasarkan pemidanaan kepada perpaduan teori

pembalasan dengan teori tujuan, yang disebut sebagai teori gabungan. Penganut

dari teori ini Binding, beliau mengatakan bahwa teori pembalasan dan teori tujuan

masing – masing mempunyai kelemahan – kelemahan. Pada teori pembalasan

(vegelding) sama sekali tidak memberi rasa kepuasan terhadap masyarakat,

dimana pidana dijadikan sifatnya sebagai pembalasan. Sedang hukum pidana

diadakan untuk masyarakat.

18 Ibid., h. 29 - 30

Page 29: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Adapun di dalam teori relatif, Binding merasa keberatan, karena melihat

kepada siapa pidana berat itu harus dijatuhkan , jika pidana itu hanya untuk

menakut – nakuti saja, baik kepada umum ataupun perseorangan.

Jadi teori gabungan mengajarkan tujuan pidana itu untuk mempertahankan

ketertiban masyarakat, dengan memepertimbangkan rasa keseimbangan antara

pidana yang dijatuhkan dengan kejahatan yang telah dilakukan.19

Setelah melihat penjelasan tentang teori pemidanaan, penulis akan

menjelaskan tentang aliran-aliran dalam hukum pidana, dimana penulis mencoba

menemukan sinkronisasi antara teori pemidanaan dengan aliran dalam hukum

pidana. Aliran-aliran tersebut antara lain:

1. Aliran Klasik (Deklassieke School)

Aliran ini timbul pada abad ke-18 di Perancis, dimana pada waktu itu

sering terjadi ketidak-pastian hukum, ketidak-samaan dalam hukum dan

ketidak-adilan. Tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi individu dari

kekuasaan penguasa atau negara. Maka aliran ini memberikan pendapat

tentang tujuan pemidanaan, yaitu untuk memperjuangkan hukum pidana

yang lebih adil, objektif dengan penjatuhan pidana yang lebih menghormati

individu.20 Dalam artian pemidanaan dilihat dari perbuatan (daadstrafrecht)

yang dilakukan bukan terhadap subjek yang melakukan.

19 Ibid., h. 58 - 62 20 Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, h. 14

Page 30: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Dalam hal pidana dan pemidanaan, aliran ini pada awal timbulnya

sangat membatasi kebebasan hakim untuk menetapkan jenis pidana dan

ukuran pemidanaan. Dikenallah pada waktu itu sistem “the definite

sentence” yang sangat kaku (rigid) seperti terlihat di dalam Code Perancis

1791. Aliran klasik ini berpijak pada tiga tiang:

a. Azas legalitas, yang menyatakan bahwa tiada pidana tanpa

undang-undang, tiada tindak pidana tanpa undang-undang dan

tiada penuntutan tanpa undang-undang;

b. Azas kesalahan, berisi bahwa orang hanya dapat dipidana untuk

tindak pidana yang disengaja atau karena kealpaan;

c. Azas pengimbalan (pembalasan) yang sekuler, yang mana pidana

secara konkret tidak dikenakan dengan maksud untuk mencapai

sesuatu hasil yang bermanfaaat, melainkan setimpal dengan berat-

ringannya perbuatan yang dilakukan

Dua tokoh utama dari aliran klasik adalah Cesare Beccaria (1738 –

1794) dan Jeremy Betham (1748 – 1832).

Ide dari Beccaria tentang pemidanaan adalah Let the punishment fit the

crime ( biarkan hukuman sesuai dengan kejahatannya). Alasannya adalah

Beccaria menilai bahwa pemidanaan untuk menjamin kelangsungan hidup

masyarakat dan untuk mengcegah orang dari melakukan kejahatan.

Page 31: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Untuk itu Beccaria tidak yakin terhadap pidana yang berat atau kejam.

Pencegahan akan datang, tiada dari pidana yang berat, tetapi dari pidana

yang patut (appropriate), yang tepat (promp), dan pasti (inevitable).

Kemudian seorang filosof Inggris yang ahli dalam hukum Jeremy

Betham, memberikan pendapatnya tentang pemidanaan. “ Pidana bukan

suatu bentuk balas dendam tetapi sebagai sarana untuk mencegah kejahatan

atau kerugian yang lebih besar”. Jadi Betham lebih menekankan kepada

tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pemidanaan. 21

Jika melihat pemaparan diatas, penulis menganalisis tentang konsep

pemidanaan dari aliran ini. Aliran ini lebih menekankan bahwa pidana yang

dijatuhkan harus sesuai dengan kejahatan yang dilakukan artinya adalah

perbuatannya, dengan tujuan pidana tersebut tidak memihak pada individu ataupun

golongan tertentu. Karena perbuatan tersebut merupakan tindak pidana yang oleh

hukum (undang-undang) dilarang atau dinyatakan salah.

Sinkronisasi yang terlihat dalam aliran modern ini dengan teori pemidanaan

ialah, bisa dianggap aliran ini memakai teori pembalasan sebagai bentuk pemidanaan.

Ini diakibatkan karena pada masa tersebut sering terjadi ketidak-pastian hukum dan

pada akhirnya perampasan keadilan dan kesamaan hak dimata hukum. Dimana teori

pembalasan lebih menekankan kepada perbuatan dilakukan bukan kepada subjek

yang melakukan. Walaupun teori pembalasan lebih keras lagi menyatakan tentang

21 Muladi dan Barda Nawawi Arief, , Teori-teori dan Kebijakan Pidana, h. 27-32

Page 32: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

berat yang ditanggung korban harus setimpal dengan pidana yang akan dijatuhkan

kepada si pembuat.

2. Aliran Moderen (Modern School)

Alran ini timbul pada abad ke-19 dan yang menjadi pusat perhatiannya

adalah si pembuat. Aliran ini sering disebut aliran positif. Menurut aliran

ini, perbuatan seseorang tidak dapat dilihat secara abstrak dari sudut yurudis

semata-mata terlepas dari orang yang melakukannya, tetapi harus dilihat

secara konkret bahwa perbuatan seseorang itu dipengaruhi oleh watak

pribadinya, faktor biologis, dan faktor lingkungan kemasyarakatannya.

Perkembangan ilmu kemasyarakatan telah juga turut

memperkembangkan ilmu pengetahuan hukum pidana. Kriminologi yang

objek penelitiannya antara lain adalah tingkah laku orang perseorangan dan

atau masyarakat adalah salah satu ilmu yang memperkaya IPHP (Ilmu

Pengetahuan Hukum Pidana). Pengaruh kriminologi sebagai bagian dari

“Social Science” menimbulkan satu aliran baru yang menganggap bahwa

tujuan peraturan hukum pidana adalah untuk memberantas kejahatan agar

terlindung kepentingan hukum dan masyarakat.22 Tokoh aliran ini antara lain

Lombroso, Lacassagne dan Ferri.

22 S.R. Sianturi, Asas – asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta:

Alumni Ahaem-petehaem, 1989), h. 55

Page 33: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Jadi poin penting dalam aliran ini adalah bahwa kejahatan yang

dilakukan pertanggungjawabannya bukan kepada perbuatannya tetapi

kepada sifat berbahaya atau tidakkah si pembuat (etat dangereux).23

Hal-hal yang telah dijelaskan diatas menjadi suatu penerangan tentang teori

pemidanaan yang digunakan dalam aliran ini. Dimana poin penting seperti

subjektifitas (keadaan si pembuat) dan masa yang akan datang (proses rehabilitasi)

merupakan bagian penting dalam aliran ini. Untuk itu penulis melakukan sinkronisasi

antara aliran modern dengan teori pemidanaan.

Bahwa aliran ini bisa dianggap memakai teori pemidanaan yang

berdasarkan dengan tujuan atau biasa disebut dengan teori relatif. Teori relatif ini

lebih menekankan kepada perbaikan si pembuat dan perlindungan terhadap

masyarakat.

Akan tetapi, menurut penulis aliran ini tidak hanya didasarkan kepada teori

tujuan (relatif), melainkan aliran ini juga mengadopsi teori gabungan. Dimana tujuan

pemidanaan tidak harus mengurangi nilai dari pidana yang dijatuhkan terhadap si

pembuat.

Setelah melihat pemaparan tentang teori pemidanaan dan aliran-aliran dalam

hukum pidana. Sampailah kepada penjelasan tentang tujuan pemidanaan. Dimana

tujuan pemidanaan merupakan bagian penting dari jatuhkannya sebuah pidana dan

pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana. Salah satu tujuan pemidanaan terhadap

23 Muladi dan Barda Nawawi Arief, , Teori-teori dan Kebijakan Pidana, h. 32

Page 34: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

pelaku tindak pidana adalah mencegah atau menghalangi pelaku tindak pidana dan

orang-orang yang mempunyai maksud melakukan kejahatan. Yang mana pencegahan

ini mempunyai aspek ganda, yaitu:

1. Pencegahan individual; bilamana penjahat dapat dicegah melakukan suatu

kejahatan di kemudian hari apabila ia sudah mengalami dan sudah meyakini

bahwa kejahatan itu membawa penderitaan baginya. (pada bagian ini pidana

dianggap mempunyai daya untuk memperbaiki diri)

2. Pencegahan khusus; pencegahan ini memiliki beberapa segi faktor yang harus

dilihat, yaitu:

a. Faktor tipologi kejahatan (jenis) tekanan emosional dan kelainan jiwa.

b. Faktor karakteristik dan personalitas pelaku kejahatan (kedudukan

ekonomi, sosial, latarbelakang keluarga pelaku)

c. Faktor kepastian dan kecepatan penjatuhan pidana (resiko ditangkap dan

penanganan perkaranya secara cepat).24

Jika kita menilik pada KUHP yang merupakan warisan Belanda, yang berlaku

sampai sekarang, tidaklah diatur sama sekali mengenai tujuan pemidanaan ini.

Namun dalam naskah Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(WvS) Konsep 2004 (untuk selanjutnya disebut RUU KUHP), tujuan pemidanaan

24 Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, (Bandung: PT. Alumni, 2004), h. 81 -82

Page 35: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

atau hukuman ini ditentukan dengan tegas. Yang tercantum dalam Bab III pasal 54

RUU KUHP25 :

(1) Pemidanaan bertujuan:

a. mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma

hukum demi pengayoman masyarakat;

b. memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga

menjadi orang yang baik dan berguna;

c. menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,

memulihkan keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai dalam

masyarakat;dan

d. membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

(2) Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan merendahkan martabat

manusia.

Jadi, pidana hendaknya dipertahankan sebagai salah satu sarana social

defence dalam arti melindungi masyarakat terhadap kejahatan dengan memperbaiki

atau memulihkan kembali (rehabilitate) si pembuat tanpa mengurangi keseimbangan

perorangan (pembuat) dan masyarakat.

Melihat dari uraian diatas bisa dikatakan tujuan yang akan dicapai melalui

adanya pemidanaan, yaitu:

Memperbaiki pribadi dari penjahat itu sendiri.

25 http://anggara.org/2006/07/26/ruu-kuhp/ , diakses hari Rabu, tanggal 3 Desember 2008

Page 36: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Untuk membuat orang menjadi jera untuk melakukan kejahatan.

Untuk membuat penjahat-penjahat tertentu menjadi tidak mampu untuk

melakukan kejahatan yang lain, yakni penjahat – penjahat yang sudah tidak

dapat diperbaiki lagi dengan cara lain.

B. Pidana dan Pemidanaan Menurut Hukum Pidana Islam

1. Kategorisasi Tindak Pidana

Sebelum memaparkan permasalahan tentang macam – macam pidana atau

hukuman (uqubah), penulis mencoba menjelaskan macam-macam tindak pidana

(jarimah) dalam hukum pidana Islam yang didasarkan pada berat-ringannya hukuman

atau pidana yamg diancamkan. Yaitu sebagai berikut:

a. Jarimah Hudud

Jarimah hudud adalah tindak pidana yang diancamkan hukuman hudud atau

had, yaitu hukuman yang telah ditentukan jenis dan jumlahnya dan menjadi

hak Allah SWT.26 Dimana hukuman had tidak memiliki batas terendah dan

batas tertinggi. Jarimah hudud ini ada tujuh macam, yaitu:

1. Zina, adalah memasukan zakar kedalam faraj secara melawan hukum

(syar’I). Para ulama dalam memberikan definisi zina ini berbeda

redaksinya, namun dalam substansinya sama. Dari pengertian diatas

dapat diambil kesimpulan bahwa zina, adalah hubungan kelamin laki-

26 Hak Allah SWT disini berarti bahwa hukuman tersebut tidak dapat dihapuskan oleh

perseorangan (individu) atau masyarakat.

Page 37: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

laki dan perempuan di luar nikah. Dasar hukumnya surat al-Israa’ ayat

32 :

) ٣٢: الإسراء (

Artinya: “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS. al-Israa/17 : 32)

2. Qadzaf , adalah menuduh orang berzina. Dasar hukumnya surat an-Nur

ayat 4 :

﴿ ٤ :٢٤ / النور ﴾

Artinya: “dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik27 (berbuat

zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. (Q.S. An – Nuur / 24 : 4)

3. Syurb’ Khamr, adalah meminum segala sesuatu yang memabukan baik

sedikit ataupun banyak. Dasar hukumnya surat al-Ma’idah ayat 90 :

)٩٠׃٥/المآئدة(

27 Yang dimaksud wanita-wanita yang baik disini adalah wanita-wanita yang Suci, akil

balig dan muslimah.

Page 38: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S. al-Ma’idah/5 : 90)

Jadi, yang diharamkan disini adalah zatnya bukan kadar banyak ataupun

sedikitnya meminum-minuman khamr (berakohol).

4. Mencuri, adalah mengambil harta orang lain secara sembunyi-sembunyi

tahu dengan jalan menyembunyikan. Dasar hukumnya surat al-Ma’idah

ayat 38 :

)٥:٣٨/ المآئدة(

Artinya: “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan

keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. al-Ma’idah/5 : 38)

5. Hirabah (perampokan)28, adalah keluar dengan mengambil harta orang

lain secara terang-terangan dan dengan cara mengalahkan. Dasar

hukumnya surat al-Ma’idah ayat 33 :

28 Pada dasarnya ada 3 (tiga) tipe atau jenis perampokan, yang antara lain: (1) hanya

Menakut-nakuti tidak sampai mengambil harta, dengan Hukumannya adalah pengasingan; (2) Menakut-nakuti sekaligus mengambil harta, yang dikenakan pidana pemotongan anggota badan (dilakukan sekaligus berselang-seling antara tangan kanan dan kaki kiri); (3) Menakut-nakuti, mengambil harta, serta membunuh (satu kesatuan), pada jenis yang terakhir ini dikenakan pidana mati dan ada yang sampai mati disalib secara bersamaan.

Page 39: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

)٣٣׃٥/ المآئدة(

Artinya: “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik29, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (Q.S. al-Ma’idah/5 : 33)

6. Murtad, adalah keluarnya seseorang dari agama Islam. Dasar hukumnya

adalah surat al-Baqarah ayat 217 :

...

﴾٢١٧׃٢/ البقرة﴿

Artinya: ”... Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al – Baqarah / 2 : 217)

7. Al-Baghyu (memberontak), adalah keenganan untuk mentaati imam

(pemimpin) yang sah tanpa alasan yang benar (tanpa hak = bi ghair al-

29 Maksudnya Ialah: memotong tangan kanan dan kaki kiri; dan kalau melakukan lagi Maka

dipotong tangan kiri dan kaki kanan.

Page 40: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

haqa) serta dengan mengangkat atau menggunakan senjata.30 Dasar

hukumnya ialah surat al-Hujurat ayat 9 :

)٩׃٤٩/الحجرات ﴿

Artinya: “dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al-Hujaraat /49 : 9)

b. Jarimah Kisas-Diat 31

Jarimah kisas dan diat adalah jarimah yang diancamkan pidana Qishash atau

diat. Arti ’kisas’ ialah si pelaku jarimah dihukum seperti perbuatan yang

dilakukannya. Sedangkan arti ’diat’ ialah pembayaran sejumlah harta

sebagai ganti rugi kepada pihak korban.32 Kisas dan diat merupakan hak

individu yang kadar jumlahnya telah ditentukan. Arti ’telah ditentukan”

30 K.H. Alie Yafi, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Judul Asli: At-Tasryi’ al-

jina’I al-Islamiy Muqaranan bil Qanunil Wad’iy, Pengarang: Abdul Qadir Audah, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2007), Jilid 1, h. 99

31 Para fuqaha terkadang mengistilahkan tindak pidana kisas dan diat dengan jinayah, tetapi sebagian lain mengistilahkan dengan jirah dan ada juga yang mengistilahkan dengan ad-dima.

32 Diat merupakan Ganti Rugi, bukan denda. Karena hubungannya antara individu bukan antara individu dan negara atau pemerintah yang berkuasa.

Page 41: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

disini ialah tidak memiliki batas minimum dan batas maksimum. Kemudian

arti ’hak inividu” ialah bahwa si korban atau walinya boleh memaafkan si

pelaku jika mau, dan jika dimaafkan maka pemaafan tersebut

menggugurkan pidana yang dimaafkan. Jarimah qishash dan diat ada lima

macam, yaitu:

1. Pembunuhan yang disengaja (al-qatlul ’amdu), merupakan perbuatan

menghilangkan nyawa seseorang dengan sengaja. Dengan demikian

kematian korban dikehendaki oleh si pelaku.

2. Pembunuhan yang menyerupai sengaja (al-qatlu syibhul ’amdi),

perbuatan yang sengaja dilakukan namun salah dalam membunuh.

Maksudnya bahwa perbuatan yang dilakukan bukan disengajakan untuk

membunuh namun mengakibatkan kematian. Contohnya; memukul

seseorang dengan benda atau alat yang biasanya tidak bisa membunuh

atau bukan untuk membunuh, seperti tangan, tongkat, dan lain-lain.

3. Pembunuhan tersalah atau tidak sengaja (al-qatlul khata’), pembunuhan

yang dilakukan secara tidak sengaja, baik perbuatannya maupun

akibatnya. Seperti menembak burung tapi ternyat terkena orang lain dan

mengkibatkan terbunuhnya orang tersebut.

4. Penganiayaan yang disengaja (al-jarhul ’amdu), perbuatan yang

disengaja oleh si pelaku dengan menciderakan anggota badan si korban

atau memberi dampak pada keselamatannya tetapi tidak sampai

meninggal dunia.

Page 42: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

5. Penganiayaan yang tersalah (al-jarhul khata’), pencederaan anggota

badan secara tidak sengaja dan tidak sampai meninggal dunia.33

Dasar hukum pada jarimah kisas dan diat adalah :

Surat al-Baqarah ayat 178 :

﴿١٧٨ :٢/ البقرة﴾

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan

dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.34 (Q.S. al-Baqarah / 2 : 178)

Surat al-Ma’idah ayat 45 :

33 Muhammad Ichsan dan M. Endrio Susila, Hukum Pidana Islam: Sebuah Alternatif,

(Yogyakarta: Lab Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2008), h. 94 -97 34 Qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama. qishaash itu tidak dilakukan, bila

yang membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris yang terbunuh Yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. bila ahli waris si korban sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, Maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat Dia mendapat siksa yang pedih.

Page 43: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

)٤٥׃٥/المآئدة(

Artinya: “dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (Q.S. al-Ma’idah/5 : 45)

Surat al-Nisa’ ayat 92 :

)٩٢׃٤/النسآء(

Artinya: ”dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang

lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar dia tyang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. (Q.S. an-Nisa’/4: 92)

c. Jarimah Takzir

Takzir merupakan pemberian pengajaran atas perbuatan – perbuatan yang

dilarang dan tidak disyariatkan hukuman hudud atasnya, atau hukuman atas

Page 44: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

jarimah – jarimah yang belum ditentukan oleh syar’i hukumannya.35

Dimana takzir merupakan sekumpulan hukuman yang belum ditentukan

jumlahnya, yang dimulai dari hukuman yang paling ringan, seperti nasihat

dan teguran, sampai kepada hukuman yang paling berat, yaitu kurungan dan

dera, bahkan sampai kepada hukuman mati dalam tindak pidana berbahaya.

Jadi, hukum Islam tidak menentukan macam-macam pidana dan

pemidanaan untuk tindak pidana takzir, dalam hal ini hakim diberi

kebebasan untuk memilih pidana yang sesuai dengan macam tindak pidana

takzir serta keadaan si pelaku. Singkatnya pidana pada jarimah takzir tidak

ditentukan banyaknya dan jumlahnya seperti jarimah hudud atau qishas-diat.

Syara’ hanya menentukan sebagian jarimah takzir, yaitu perbuatan-

perbuatan yang selamanya akan tetap dianggap sebagai tindak pidana,

seperti; riba, mengkhianati janji, memaki orang, menyuap dan sebagainya.

Adapun sebagian besar dari tindak pidana takzir diserahkan kepada

penguasa untuk menentukannya dengan maksud mengatur masyarakat

dengan menjauhkan dari perbuatan maksiat (kemaslahatan umum) dan

memelihara kepentingannya tanpa keluar atau berlawanan dengan syar’i.

35 K.H. Alie Yafi, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 1, h. 100

Page 45: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Setelah melihat pemaparan diatas, perlu diketahui juga beberapa hal

pentingnya pembagian jarimah menjadi hudud, qishash-diat, dan takzir. Yaitu

sebagai berikut :36

Segi Pengampunan, pada jarimah hudud tidak ada pengampunan sama

sekali, baik dari si korban maupun dari penguasa tertinggi (kepala negara).

Adapun pada jarimah kisas, pengampunan dapat diberikan oleh si korban

ataupun walinya. Dalam hal ini, pengampunan yang diberikan mempunyai

pengaruh atau akibat hukum lain. Dimana si korban memberikan pemaafan

pidana qishash untuk diganti dengan pidana diat sebagaimana ia juga bisa

membebaskan si pelaku dari pidana diat. Kepala negara dalam jarimah qishash

tidak dapat memberikan pengampunan karena pengampunan disini hanya dimiliki

(yang mempunyai hak) oleh korban dan walinya.

Dalam jarimah takzir penguasa diberi hak untuk membebaskan si pelaku

dari hukuman, dengan syarat tidak mengganggu hak pribadi si korban. Si korban

juga bisa memberikan pengampunan dalam batas-batas yang berhubungan dengan

hak pribadinya, tetapi hanya sebatas meringankan bukan menghapuskan

pemidanaan karena jarimah yang dilakukan si pelaku menyinggung hak

masyarakat. Jadi didalam jarimah takzir seorang hakim mempunyai kekuasaan

dalam mempertimbangkan keadaan-keadaan yang meringankan serta peringanan

pidana.

36 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005) h. 9-10

Page 46: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Segi Kekuasaan Hakim, dalam jarimah hudud, apabila jarimah sudah

dapat dibuktikan maka hakim harus melaksanakan pidana yang telah

dtentukan, tanpa mengurangi menambah, mengganti, atau menunda

pelaksanaannya. Artinya kekuasan hakim dalam jarimah hudud hanya

sebatas pembacaan putusan.

Pada jarimah kisas, kekuasaan hakim terbatas pada penjatuhan pidana yang

telah ditetapkan, apabila perbuatan yang dituduhkan kepada si pelaku telah dapat

dibuktikan. Kalau korban memaafkan si pelaku dari qishash atau qishash tidak

dapat dilaksankan karena alasan syar’i, maka hakim harus menjatuhkan pidana

diat kepada si pelaku selama si korban tidak memaafkannya dari diat. Kalaupun

diat ini juga dibebaskan oleh korban kepada si pelaku, maka hakim dapat

menjatuhkan pidana takzir.

Adapun pada jarimah takzir, hakim mempunyai kekuasaan yang luas untuk

memberikan jenis dan ukuran pidana, memberikan pemberatan atau peringanan

pidana dan juga dapat menyegerakan ataupun menunda pelaksanaan pemidanaan.

Segi Keadaan-keadaan yang Meringankan (az-Zuruf al-Mukhaffah),

keadaan-keadaan yang meringankan hanya berpengaruh pada jarimah takzir.

Sedangkan pada jarimah hudud, kisas-diat, keadaan-keadaan yang

meringankan tidak berpengaruh apapun, artinya pidana atas ketiga jarimah

tersebut tetap dilaksanakan bagaimanapun keadaan si pelaku.

Page 47: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Segi Pembukatian Jarimah, dalam pembuktian sebuah jarimah, baik

hudud, kisas-diat, dan takzir, hukum Islam mensyaratkan adanya saksi yang

jumlahnya telah ditentukan. Jika pembuktiannya hanya berupa saksi-saksi

seperti dalam jarimah zina maka dibutuhkan empat orang saksi. Adapun

jarimah hudud yang lain dan juga kisas-diat sedikitnya membutuhkan dua

orang saksi. Sedangkan dalam jarimah takzir hanya diperlukan satu orang

saksi.37

2. Pengertian Pidana

Dalam istilah pidana Islam, Pidana disebut dengan uqubah ( العقوبة ).38

Sedangkan menurut referensi lainnya, Pidana atau uqubah diartikan sebagai

pembalasan dengan keburukan.39 Untuk itu penulis dalam menjelaskan pidana dan

pemidanaan menurut hukum pidana Islam, lebih memakai istilah pidana dari pada

istilah hukuman atau uqubah, agar meminimalisasi pemakaian istilah.

Abdul Qadir ’Audah memberikan definisi Hukuman sebagai berikut:

”Hukuman adalah sanksi hukum yang telah ditentukan untuk kemaslahatan masyarakat karena melanggar perintah syar’i(Allah SWT dan Rasul-Nya).”40

37 K.H. Alie Yafi, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 1, h. 101-102 38 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir (Kamus Arab-Indonesia), (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), h. 952 39 Luis Ma’lup, Al-Munjid, (Beirut: Daar al-Masayrik, tanpa tahun), Cet. X, h. 518 40 K.H. Alie Yafi, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 3, h. 19 35 Abdul Aziz Dahlan., dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Uctiar Baru van

Hoeve, 1996), h. 1971

Page 48: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, Pidana adalah akibat yang timbul dari

perbuatan yang melanggar ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya.41

Dari penjelasan diatas jelaslah yang dimaksud Pidana (uqubah) adalah

pembalasan yang ditetapkan atas perbuatan-perbuatan yang dilarang untuk menjamin

kehormatan perintah syar'iyyah yang bertujuan unfuk menciptakan kemaslahatn

individu dan masyarakat.

Dari paparan tersebut diatas dapat dimengerti pula bahwa pidana tersebut

harus mempunyai dasar baik dari al-Qur’an, hadits atau lembaga legislatif yang

mempunyai kewenangan menetapkan hukuman untuk kasus takzir.

Dengan perkataan bahwa perbuatan seseorang yang cakap (mukhallaf) tidak

mungkin dikatakan dilarang, selama belum ada nash (ketentuan) yang melarangnya

dan ia mempunyai kebebasan untuk melakukan perbuatan itu atau meninggalkannya

pada saat nash yang melarangnya.42

Asas legalitas pada Syari'at Islam seperti tersebut diatas, yang memberi

kesimpulan bahwa tidak ada jarimah atau pidana atas setiap perbuatan tanpa adanya

nash (Aturan-aturan) yang disebut syara’. dan firman Allah SWT yang menerangkan

tentang asas legalitas dalam hukum Islam adalah sebagai berikut:

… ) ١٧:١٥/ الإسراء (

Artinya: ”...Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. al-Israa/17 : 15)

36 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 47

Page 49: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

) ٢٨:٥٩/ صص۔لقا(

Artinya: ”Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia

mengutus di ibukota itu seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka...” (QS. al-Qashash/28 : 59)

… )٢:٢٨٦/ البقرة(

Artinya: ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya…” ( QS. Al-Baqarah/2 : 286 )

Nash-nash tersebut dengan jelas berisi suatu ketentuan, bahwa tidak ada

sesuatu jarimah43 kecuali sesudah ada penjelasan, dan tidak ada pidana kecuali

sesudah ada pemberitahuan.

Juga bahwa Allah tidak menjatuhkan sesuatu siksa atas sesuatu umat

manusia, kecuali sudah ada penjelasan dan pemberitahuan melalui Rasul-Nya dan

pembebanan kepada mereka termasuk perkara yang disanggupi. Ini mengakibatkan

bahwa pidana Untuk dapat dinyatakan sah dan berlaku, harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

43 Ahmad hanafi berpendapat pengertian jarimah tidak berbeda dengan tindak pidana pada

hukum positif. Pengertian jarimah sendiri adalah perbuatan syara' baik perbuatan itu mengenai (merugikan) jiwa atau harta benda ataupun lainnya.

Page 50: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

a. Pidana bersifat syar’i, yaitu Pidana harus bersandar kepada sumber-sumber

hukum islam (Al-Qur’an, Hadist, Ijmak, dst.) dan juga undang-undang yang

dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

b. Pidanabersifat perseorangan (personal), yakni pidana hanya menimpa

pelaku, tidak kepada yang lain.

c. Pidana bersifat umum, artinya bahwa pidana dapat dijatuhkan kepada siapa

pun, baik dia miskin-kaya, cerdas-bodoh, penguasa-rakyat. Semuanya

mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum.

3. Jenis – Jenis Pidana

Pidana itu dapat dikategorikan menjadi beberapa macam tergantung kepada

sudut pandang kita terhadapnya. Tetapi penulis mencoba menjelaskan pidana

berdasakan tindak pidana (jarimah) yang dilakukan si pembuat. Berikut

penjelasannya:

1. Pidana Hudud, yaitu sanksi pidana yang ditetapkan untuk jarimah hudud.44

Ada beberapa poin penting di dalam menegakan pemidanaan dalam jarimah

hudud, yaitu:

Asas legalitas, dimana setiap perbuatan yang dilakukan harus ada nash

yang melarangnya. Ini dikarenakan agar ketika seorang pembuat

perbuatan yang dilarang tidak dihukum atas perbuatannya dimasa lalu

44 Jarimah Hudud terbagi menjadi tujuh, yaitu; Zina, Qadzaf, Khamr, Mencuri/Sariqa,

Hirabah, Murtad, dan Pemberontak (Bughat).

Page 51: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

yang ditetapkan sebagai jarimah dikemudian hari.

Prinsip kehati-hatian, ketika hudud akan diterapkan harus dengan penuh

kehatian-hatian. Hudud tidak dapat dijatuhkan bila ditemukan keragu-

raguan (syubhat). Karena akan menjadi lebih baik, pada saat

membebaskan orang bersalah daripada menghukum orang yang tidak

bersalah. Disini berlaku qaidah ”Adlaruuratu tubiihu al-mahdzuraat”

(keadaan darurat memperbolehkan melakukan yang dilarang), dimana

terjadi dilematis akibat dari keragu-raguan timbul.

Prinsip pembuktian yang akurat, prinsip ini menjamin bahwa

penjatuhan atas pidana hudud benar-benar tepat sasaran, yakni mengenai

orang yang memang layak mendapatkannya. Pembuktian merupakan

aspek penting dalam jarimah hudud, karena pembuktian yang akurat

harus dilakukan sebelum putusan dijatuhkan. Karena putusan dapat

diambil ketika si pembuat dinyatakan secara sah dan meyakinkan

terbukti bersalah atas perbuatan yang dilakukannya.45

Berikut ini perincian pidana dalam jarimah hudud :

a. Pidana Zina

1. Unsur – unsur Zina:

Persetubuhan yang diharamkan, di dalam persetubuhan ini dapat

diukur dari; apabila kepala kemaluan (hasyafah) telah masuk

45 Muhammad Ichsan dan M Endrio Susila, Hukum Pidana Islam: Sebuah Alternatif , h. 123-125

Page 52: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

kedalam farji (vagina) walaupun sedikit. Dan juga, tetap dianggap

zina walaupun ada penghalang tipis yang tidak menghalangi

perasaan dan kenikmatan bersenggama. Persetubuhan haram itu

dianggap zina jika dilakukan oleh seseorang dengan orang lain yang

bukan miliknya atau bukan pasangan yang sah.

Adanya kesengajaan atau niat melawan hukum, unsur ini terpenuhi

apabila pelaku melakukan sesuatu perbuatan (persetubuhan) padahal

ia mengetahui bahwa wanita yang disetubuhi adalah wanita yang

haram baginya.46

2. Bentuk Pidana Zina:

Pidana dera, pidana dera sebanyak seratus kali diancamkan atas

perbuatan zina yang dilakukan oleh orang yang ghair muhsan

(belum kawin). Ketentuan ini didasarkan pada firman Allah SWT

dalam surat an-Nur ayat 2 :

﴿ ٤ :٢٤ / النور﴾

Artinya: “perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah

46 Ibid., h. 126-128

Page 53: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (Q.S. An – Nuur / 24 : 4)

Pidana Pengasingan (tagrib), hukuman pengasingan ini dikenakan

selama satu tahun selain hukuman jilid kepada pembuat zina ghair

muhsan (belum kawin).

Pidana Rajam, pidana rajam adalah pidana mati dengan jalan

dilempari dengan batu, dan yang dikenakan adalah pembuat zina

muhsan (telah menikah), baik laki-laki ataupun perempuan. Apabila

terjadi perbuatan zina antara laki-laki yang muhshan (telah menikah)

dengan perempuan ghair muhshan (lajang). Maka bagi laki-laki

berlaku pidana rajam, sedangkan untuk perempuan berlaku pidana

dera. Demikian pula bila terjadi sebaliknya.47

b. Pidana Qazaf (menuduh orang berzina)

Pidana qazaf dikenakan hukuman dera sebanyak 80 kali, dan tidak diterima

persaksian pembuatnya (hukuman tambahan). Hukuman terebut dijatuhkan

apabila berisi kebohongan, akan tetapi jika berisi kebenaran maka qazaf

tidak ada. Dasar hukum qazaf adalah surat an-Nur ayat 4. jariamah qazaf

dapat dibuktikan, dengan:

Dengan Saksi, saksi merupakan salah satu alat bukti untuk jarimah

qadzaf. Syarat –syarat saksi sama dengan syarat saksi dalam jarimah

47 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 197-199

Page 54: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

zina. Yaitu; baligh, berakal, dapat berbicara, adil, islam, dan tidak

terhalang menjadi saksi. Adapun jumlah saksi ± 4 orang.

Dengan Pengakuan, jarimah qadzaf bisa dibuktikan dengan adanya

pengakuan dari pelaku (penuduh), bahwa ia menuduh orang lain

melakukan zina. Pengakuan ini cukup di nyatakan satu kali dalam

majelis pengadilan.

Dengan Sumpah , menurut imam Syafi'i jarimah qadzaf bisa dibuktikan

dengan sumpah apabila tidak ada saksi dan pengakuan. Caranya adalah;

orang yang dituduh (korban) meminta kepada orang yang menuduh

(pelaku) untuk bersumpah bahwa ia tidak melakukan penuduhan.48

c. Pidana Syurb’ Khamr (minum minuman keras)

Jarimah khamr dijatuhi pidana 80 kali dera. Namun pendapat Imam Syafi’i,

hukuman jarimah khamr adalah 40 dera sebagai hukuman had, sedang 40

dera lainnya tidak termasuk dalam pidana had, melainkan sebagai pidana

takzir. Dimana hukuman tersebut baru jatuhkan bila dipandang perlu oleh

hakim atau penguasa.

d. Pidana Sariqa (mencuri)

Pencurian diancamkan hukuman potong tangan (dan kaki), sesuai dengan

firman Allah SWT dalam surat al-Maidah ayat 38. dan unsur-unsur dalam

jarimah pencurian, adalah:

48 Ahmad Wardu Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h. 150.

Page 55: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Pengambilan secara diam – diam,

Barang yang diambil itu berupa harta,

Harta tersebut milik orang lain,

Adanya niat melawan hukum.

e. Pidana Hirabah (perampokan)

Ada empat macam pidana yang dapat dijatuhkan terhadap jarimah Hirabah,

yaitu:

1. Pidana Mati, pidana ini dijatuhkan atas pengganggu keamanan

(pembegal, penyamun) apabila ia melakukan pembunuhan. Pidana

tersebut adalah pidana had.

2. Pidana mati disalib, pidana ini dijatuhkan apabila pengganggu

keamanan melakukan pembunuhan disertai dengan merampas harta

benda. Jadi pidana tersebut dijatuhkan atas perbuatan membunuh dan

mencuri secara bersama-sama.

3. Pidana pemotongan anggota badan, pidana ini dijatuhkan atas

pengganggu keamanan jika ia mengambil harta tetapi tidak melakukan

pembunuhan. Pemotongan disini dilakukan dengan memotong tangan

kanan dan kaki kiri si pembuat secara sekaligus (selang-seling).

4. Pidana Pengasingan, pidana ini dijatuhkan apabila pengganggu

keamanan hanya menakut-nakuti orang yang melintas, tetapi tidak

mengambil harta dan tidak pula membunuh. Mengenai cara lamanya

Page 56: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

pengasingan, menurut pendapat fuqaha sama dengan pengasingan dalam

jarimah zina.

f. Pidana Riddah (murtad)

Hukuman bagi orang yang melakukan Riddah ada 3 (tiga) macam, yaitu:

1. Pidana Pokok, pidana pokok untuk jarimah riddah adalah pidana mati.

Ini sesuai dengan hadits Nabi Saw.:

﴾البخارى رواه ﴿ هولـتـق اف ھنـی د ل دب نم

Artinya: "Barang siapa menukar agamanya, maka kamu bunuhlah dia". ( H. R. Bukhari )49

Bahwasanya pidana mati adalah berlaku umum untuk setiap orang yang

murtad, baik ia laki-laki maupun perempuan, tua ataupun muda. Akan

tetapi sebelum melaksanakan pidana tersebut diberikan kesempatan bagi

terdakwa untuk bertaubat. Menurut Imam Malik waktu untuk bertaubat

adalah 3 hari 3 malam.50 Dan taubatnya cukup dengan mengucapkan

"Dua Kalimat Syahadat".

2. Pidana Pengganti, pidana pengganti untuk jarimah riddah berlaku

dalam dua keadaan, yaitu:

Apabila pidana pokok gugur akibat Taubat. Maka hakim

menggantinya dengan pidana Ta'zir yang sesuai dengan keadaan

49 Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al – Bukhari, Kitab Sahih Bukhari, (t.t.: Daran Nahra al – Naiili, t.th), Juz 4, h. 191.

50 A. Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997), h. 166

Page 57: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

pelaku perbuatan tersebut. Seperti; cambuk, penjara, denda, atau

dipermalukan didepan umum.

Apabila pidana pokok gugur karena Syubhat, karena menurut

pendapat Imam Abu Hanifah, seorang wanita dan anak-anak yang

murtad tidak dihukum mati. Akan tetapi dipenjara dengan masa

hukuman yang tidak terbatas dan keduanya kembali ke agama

Islam.51

3. Pidana Tambahan, pidana tambahan bagi orang murtad dengan cara

penyitaan dan perampasan harta. Menurut Imam Ahmad, Malik dan

Syafi’i Apabila orang murtad meninggal atau dibunuh, maka hartanya

menjadi milik bersama dan tidak boleh diwarisi oleh siapa pun.

Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, harta tersebut boleh diwarisi

oleh ahli waris yang beragama Islam.

g. Pidana Bughat (Pemberontakan)

Jarimah pemberontakan dikenakan pidana mati, ketentuan ini bersumber

pada firman Allah SWTdalam surat al-Hujurat ayat 49. Syariat mengambil

tindakan keras terhadap jarimah pemberontakan, karena jika tidak demikian

ditakutkan terjadi fitnah, kekacauan serta ketegangan yang akhirnya

menimbulkan kerusuhan dan kekacauan di masyarakat.52

51 Ahmad Wardu Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 130 52 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 207

Page 58: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

2. Pidana Kisas-Diat, yaitu pidana yang ditetapkan untuk jarimah kisas-diat

yang oleh syariat Islam ada lima macam:

a. Kisas, merupakan pidana bagi pembunuhan sengaja dan pencederaan

sengaja. Dimana cara pemidanaannya disamakan atau seperti perbuatan

jahat yang dilakukan oleh pembuatnya. Seperti firman Allah SWT

dalam surat al-Baqarah ayat 178-179 dan surat al-Maidah ayat 45.

Sebagai contoh, jika si pelaku membunuh maka pidananya dibunuh dan

bila ia mencederakan orang lain maka ia akan dicederakan.

Kisas merupakan bentuk pidana yang menawarkan keadilan sejati,

dimana pembuat jarimah diberi balasan yang sesuai ataupun setimpal

dengan perbuatan jahatnya. Ancaman pidana yang diterapkan pada kisas

berupa pembalasan (retaliation) sebagai ciri khasnya, memberikan daya

cegah (prevention) dan efek jera (deterrent effect) yang luar biasa.

Ada tiga sebab yang dapat menggugurkan kisas, yaitu

1. Hilangnya tempat atau objek kisas, yang dimaksud objek kisas disini

adalah jiwa pelaku (pembunuh) ataupun anggota badan pelaku yang

sama dengan objek kisas telah hilang. Dimana kehilangan tersebut

dapat dikarenakan berbagai sebab, seperti, sakit, musibah, hukuman.

Apabila objek kisas tidak ada maka dengan sendirinya kisas gugur.

Namun yang menjadi permasalahan adalah apakah wali korban atau

korban mendapatkan diat. Menurut Imam Malik dan Imam Abu

Page 59: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Hanifah, jika kisas gugur maka korban tidak mendapat diat, karena

hak korban dalam kisas adalah bersifat asli. Sedangkan Imam

Syafi’I dan Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa jika hilangnya

objek kisas maka korban berhak mendapat atau memilih diat, jika

apapun sebab hilangnya objek kisas.53

2. Pengampunan, korban atau walinya diberi wewenang atau hak untuk

mengampuni pidana kisas. Apabila ia memaafkan si pelaku maka

gugurlah kisas tersebut. Pemberian ampunan disini bisa dengan

cuma-cuma atau dengan membayar diat kepada korban atau walinya.

Jika kondisinya pada ampunan dengan membayarkan diat, menurut

imam Malik dan Abu Hanifah, bukan merupakan ampunan,

melainkan akad damai karena ampunan tersebut membutuhkan

kerelaan pelaku untuk membayar diat.

3. Akad damai atau perdamaian (Shulh), perdamaian yang dilakukan

oleh korban dengan pelaku dapat berlangsung, sehingga dengan

demikian kisas menjadi gugur. Korban, atau walinya boleh meminta

imbalan yang sama dengan diat ataupun lebih.

b. Diat, yakni pidana berupa kewajiban membayar ganti rugi dengan

besaran tertentu kepada pihak korban untuk kasus penganiayaan ataupun

pembunuhan. Status diat sendiri bisa merupakan hukuman pokok (main

53 K.H. Alie Yafi, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 3, h. 64

Page 60: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

punishment) dan hukuman pengganti (subtitutive punishment).

Diat adalah pidana yang mempunyai satu batasan. Artinya hakim tidak

berhak mengurangi atau menambahi jumlahnya. Diat itu merupakan

hukuman untuk Pembunuhan Sengaja, Pembunuhan Serupa Sengaja dan

Pembunuhan Salah, akan tetapi kadarnya berbeda. Pada umumnya diat

itu 100 ekor unta. Tetapi didalam diat dapat terjadi pemberatan dan

peringanan, dan yang membedakan bukan jumlahnya tetapi macam dan

umur unta tersebut. Pembedaan tersebut dinamakan Diat Mughalladzah

(yang diperberat) bagi pembunuhan sengaja dan menyerupai sengaja

dan Diat Mukhaffafah (yang diperingan) diperuntukan pembunuhan

salah.

c. Kaffarat, adalah pidana pokok berupa memerdekakan seorang hamba

yang beriman. Apabila tidak ditemukan hamba dan tidak mempunyai

harta sebanyak hamba tersebut, maka digantikan dengan dengan

berpuasa dua bulan berturut-turut. Pidana berpuasa tersebut sebagai

pidana pengganti.

d. Pencabutan Hak Mawaris, merupakan pidana tambahan bagi jarimah

pembunuhan, selain pidana pokoknya yaitu mati, apabila antara orang

yang membunuh dengan korbannya ada hubungan keluarga. Dasar

hukumnya adalah sabda Rasulullah Saw. :

Page 61: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

اریمال نم ء يش لت اقلل لش سلی

Artinya: “Tidak ada bagian warisan sama sekali bagi orang yang membunuh”54

e. Pencabutan Hak Menerima Wasiat, pidana ini merupakan pidana

tambahan. Dimana seorang pembunuh tidak mendapatakan apapun dari

warisan ataupun juga wasiat.55

3. Pidana Takzir, adalah pidana yang ditetapkan untuk segala jarimah

takzir.56 Hal penting didalam pidana takzir adalah bahwa jarimah takzir

tidak ditentukan di dalam Nash begitu pun dengan pemidanaannya.

Walaupun seperti itu tetap saja dalam penjatuhan pidananya tidak boleh

melewati ataupun tidak berdasarkan syar’i. Dalam artian tetap dalam koridor

syar’i. Bentuk pidana takzir adalah sebagai berikut:

a. Pidana Mati,

b. Pidana dera,

c. Pidana penjara, ada dua macam pidana penjara:

Pidana penjara terbatas (ada kurun waktunya), batas terendahnya

ialah satu hari sedamgkan batas tertingginya tidak ada kesepakatan.

Biasanya pidana pnjara terbatas ini dikenakan untuk jarimah takzir

biasa atau kejahatan biasa.

54 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 207 55 Muhammad Ichsan&M Endrio Susila, Hukum Pidana Islam: Sebuah Alternatif, h. 169 56 K.H. Alie Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 3, h. 24

Page 62: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Pidana penjara tidak terbatas, para ulama sepakat bahwa pidana ini

dikenakan bagi pelaku kejahatan yang membahayakan dan mereka

yang biasa melakukan jarimah. Kurun waktunya tidak ditentukan

terlebih dahulu, berarti dapat berlangsung terus menerus sampai mati

atau terjadi tobat dan mau memperbaiki dirinya.

d. Pidana Pengasingan, pidana pengasingan ini diperlukan karena ditakutkan

perbuatan si pelaku dapat berdampak buruk terhadap masyarakat (menarik

orang lain untuk melakukannya ataumembahayakan orang lain).

g. Pidana ancaman, teguran, dan peringatan,

h. Pidana denda, diterapkan pada jarimah takzir seperti pencurian. Dimana

seorang yang mencuri buah yang masih tergantung di pohonnya yang

didenda dua kali harga buah tersebut.

4. Filosofi Pemidanaan dalam Hukum Pidana Islam

Filosofi dijatuhkannya Pidana adalah untuk memperbaiki keadaan manusia,

menjaga dari kerusakan, menyelamatkan dari kebodohan, menuntun dan memberikan

petunjuk dari kesesatan, mengcegah dari kemaksiatan, serta merangsang untuk

berlaku taat.57

57 K.H. Alie Yafie, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 3, h. 19

Page 63: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Ahmad Hanafi berpendapat bahwa tujuan pokok dalam penjatuhan Pidana

adalah pengcegahan (al-radd wa al-zajr) serta pendidikan (al-Işlâһ wa al-tahzb).58

Dari pemaparan diatas kemudian terlihat bahwa hukuman harus menyentuh

berbagai aspek, yang mana aspek- aspek tersebut harus dapat mewujudkan tujuan dari

Pidana itu sendiri. Aspek-aspek itu antara lain:

a. Pidana yang dijatuhkan dapat mengcegah semua orang untuk melakukan

tindak pidana, sebelum tindak pidana itu terjadi. (mengcegah orang lain

untuk berbuat tindak pidana)

b. Pidana dijadikan sebagai penghasil kemaslahatan individu dan kemaslahatan

masyarakat, karena itu hukuman ada berbagai macam sesuai tindak

pidananya, tidak hanya satu macam saja.

c. Pidana bermaksud untuk memberikan pendidikan (ta’dib) kepada pelaku

bukan sebagai bentuk balas dendam atas suatu perbuatan.( karena keadaan

manusia bebeda-beda sesuai karakternya).

Jadi pada umumnya Pidana atau uqubah yang ditetapkan atas jarimah yang

dilakukan mempunyai tujuan untuk memperbaiki individu, memelihara masyarakat,

dan menjaga sistem masyarakat.59 Dan Pidana merupakan suatu upaya terakhir dalam

menjaga seseorang agar tidak terjerumus kedalam lubang maksiat atau kesalahan.

58 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 191 59 Muhammad Ichsan&M Endrio Susila, Hukum Pidana Islam: Sebuah Alternatif, h. 106

Page 64: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

BAB III

PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP TERHADAP PIDANA

BERSYARAT

D. Pengertian dan Pengaturan Pidana Bersyarat Dalam KUHP

Pidana bersyarat diberlakukan di Indonesia pada tanggal 1 januari 1927

dengan staatblad 1926 No. 251 jo. 486, pada bulan Januari 1927 yang kemudian

diubah dengan staatblad No. 172.60 Pidana bersyarat sendiri memiliki sinonim dengan

hukuman percobaan (Voorwardelojke Veroordeling). Namun berkaitan dengan

penamaan ini juga ada yang mengatakan kurang sesuai sebab dengan penamaan itu

memberi kesan seolah-olah yang digantungkan pada syarat itu adalah pemidanaannya

atau penjatuhan pidananya. Padahal yang digantungkan pada syarat-syarat tertentu

itu, sebenarnya adalah pelaksanaan atau eksekusi dari pidana yang telah dijatuhkan

oleh hakim. Oleh karena itu, terdapat beberapa pendapat yang di kemukakan para ahli

hukum dalam mendefinisikan pidana bersyarat itu sendiri, antara lain:

Muladi mendefinisikan Pidana Bersyarat sebagai suatu pidana, dalam hal

mana si terpidana tidak usah menjalani pidana tersebut, kecuali bilamana selama

masa percobaan terpidana telah melanggar syarat-syarat umum atau khusus yang

telah ditentukan oleh pengadilan.61

60 Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, h. 63 61 Ibid., h. 195-196

Page 65: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

P.A.F Lamintang, berpendapat bahwa Pidana Bersyarat adalah suatu

pemidanaan yang pelaksanaannya oleh hakim telah digantungkan pada syarat-syarat

tertentu yang diterapkan dalam putusannya.62

Selanjutnya R.Soesilo berpendapat bahwa, pidana bersyarat yang biasa

disebut peraturan-peraturan tentang “hukuman dengan perjanjian” atau “hukuman

dengan bersyarat” atau “hukuman janggelan”, artinya adalah: orang dijatuhi

hukuman, tetapi hukuman itu tidak usah dijalankan, kecuali jika kemudian ternyata

bahwa terhukum sebelum habis tempo percobaan berbuat peristiwa pidana atau

melanggar perjanjian yang diadakan oleh hakim kepadanya jadi keputusan hakim

tetap ada.63

R. Soesilo juga berpendapat bahwa maksud dari penjatuhan pidana bersyarat

ini adalah untuk memberi kesempatan kepada terpidana supaya dalam tempo

percobaan itu ia memperbaiki dirinya dengan jalan menahan diri tidak akan berbuat

suatu tindak pidana lagi atau melanggar perjanjian (syarat-syarat) yang telah

ditentukan oleh hakim kepadanya.

Melihat pendapat para ahli diatas bisa dikatakan bahwa pidana bersyarat

sebagai upaya untuk menjauhi proses pemidanaan yang monoton (penjara), dalam

artian selalu berujung ke penjara. Yang ditekankan disini ialah bagaimana

memberdayakan pelaku tindak pidana yang masih dapat diperbaiki, dimana tidak

langsung dirampas kemerdekaannya. oleh sebab itu, maka yang perlu diperhatikan

62 P.A.F. Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, h. 148 63 R. Soesilo, Pokok-pokok Hukum Pidana, (Bogor: Politea, t.th), h. 40

Page 66: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

juga tentunya ialah kehati-hatian hakim dalam menjatuhkan pidana bersyarat ini,

maksudnya dalam menerapkan pidana bersyarat hakim harus sangat selektif untuk

menerapkannya.

Pengaturan mengenai pidana bersyarat ini sendiri di dalam KUHP terdapat

dalam pasal 14 a ayat (1) :

Apabila hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama satu tahun atau kurungan, tidak termasuk kurungan pengganti, maka dalam putusannya dapat memerintahkan pula dikemudian hari ada putusan hakim yang menentukan lain, disebabkan karena terpidan melakukan suatu perbuatan pidana sebelum masa percobaan yang ditentukan dalam perintah tersebut diatas habis atau terpidana selama masa percobaan tidak memenuhi syarat khusus yang mungkin ditentukan dalam perintah itu.

Pasal dalam KUHP tersebut diatas oleh Muladi disimpulkan menjadi

persyaratan dapat dijatuhkannya pidana bersyarat yaitu antara lain:64

1. Dalam putusan yang menjatuhkan pidana penjara, asal lamanya tidak

lebih dari satu tahun. Jadi dalam hal ini pidana bersyarat dapat

dijatuhkan dalam hubungan dengan pidana penjara dengan syarat hakim

tidak ingin menjatuhkan pidana lebih dari satu tahun, sehingga yang

menentukan bukanlah ancaman pidana maksimal yang dapat dijatuhkan

pada pelaku tindak pidana tersebut, tetapi pada pidana yang dijatuhkan

terhadap si terdakwa. Dari penjelasan tersebut nampak bahwa pidana

bersyarat dipergunakan berdasarkan maksud daripada hakim dalam

memutus, pada saat ia member pidana satu tahun maka hakim tersebut

64 Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, h. 63

Page 67: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

memiliki hak untuk memberikan pidana bersyarat pada terdakwa

tersebut. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam pasal 14a ayat (2)

hakim dibatasi secara jelas berkaitan dengan jenis tindak pidana yang

tidak dapat dijatuhkan pidana bersyarat, antara lain:

Perkara-perkara mengenai penghasilan dan persewaan negara

apabila menjatuhkan pidana denda, namun harus pula dibuktikan

bahwa pidana denda dan perampasan tersebut memang

memberatkan pidana;

Kejahatan dan pelanggaran candu, perbuatan tersebut dianggap

sebagai perkara mengenai penghasilan Negara;

Berkaitan dengan pidana denda yang dijatuhkan tidak dapat

digantikan dengan pidana kurungan.

Selain ketiga hal diatas sebagai pengecualian tidak dapat dijatuhkannya

pidana bersyarat, terdapat juga pengecualian lain mengenai lama waktu

satu tahun juga dapat disimpangi yaitu dengan masa percobaan selama

tiga tahun namun bagi kejahatan dan pelanggaran tertentu yaitu:

a. Perbuatan merintangi lalu lintas atau mengganggu ketertiban atau

keamanan bagi orang-orang lain ataupun melakukan sesuatu, dalam

hal ini tindakan tersebut dilakukan ditempat umum dan dalam

keadaan mabuk (pasal 492 KUHP);

Page 68: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

b. Perbuatan meminta-minta pemberian di depan umum, baik

dilakukan oleh sendiri ataupun oleh tiga orang atau lebih secara

bersama-sama dan umur mereka sudah lebih dari enam belas tahun

(Pasal 504 KUHP);

c. Perbuatan berkeliaran kemana-mana tanpa memiliki mata

pencaharian, perbuatan tersebut dilakukan oleh sendiri ataupun tiga

orang atau lebih dan usia mereka diatas enam belas tahun dalam hal

ini perbuatan tersebut adalah bergelandangan (pasal 505 KUHP);

d. Perbuatan sebagai germo dengan mengambil keuntungan dari

perbutan susila oleh seorang wanita (pasal 506 KUHP);

e. Perbuatan berada dijalan umum dalam keadaan mabuk (pasal 536

KUHP).

2) Pidana bersyarat dapat dijatuhkan sehubungan dengan pidana kurungan,

dengan ketentuan tidak termasuk pidana kurungan pengganti denda,

mengenai pidana kurungan tidak diadakan pembatasan, sebab dalam

pasal 18 ayat (1) KUHP sudah jelas menyatakan bahwa pidana kurungan

dapat dijatuhkan pada terdakwa paling lama satu tahun dan paling cepat

satu hari, alasan pidana kurungan pengganti denda tidak dapat dikenakan

pidana bersyarat karena pidana kurungan itu sendiri sudah menjadi

syarat apabila terpidana tidak dapat membayar denda, sehingga tidak

Page 69: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

mungkin dibebankan pidana bersyarat terhadap sesuatu yang susah

menjadi syarat dari pidana pokok yang dijatuhkan.

3) Dalam hal menyangkut pidana denda, maka pidana bersyarat dapat

dijatuhkan dengan batasan bahwa hakim harus yakin bahwa pembayaran

denda betul-betul akan dirasakan berat oleh si terdakwa.

Pada penjatuhan pidana bersyarat, harus mencantumkan alasan-alasan yang

dijadikan dasar pertimbangan oleh hakim terhadap putusan yang dijatuhkan kepada

terpidana. Dan alasan-alasan tersebut harus juga disertai oleh syarat-syarat. Didalam

pidana bersyarat terdapat ”syarat umum” dan ”syarat khusus”. Syarat umum adalah

bahwa terpidana tidak boleh melakukan suatu tindak pidana atau yang sifatnya

melanggar hukum selama masa percobaan yang telah ditentukan oleh hakim. Syarat

khusus yang mengatakan bahwa harus mengganti kerugian yang timbul sebagai

akibat dari perbuatannya yang sifatnya melanggar hukum, baik seluruhnya ataupun

sebagian dari kerugian yang telah ditetapkan di dalam perintah penangguhan

pelaksanaan pidana.65

Di dalam syarat-syarat khusus tersebut, hakim mempunyai kebebasan untuk

menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh terpidana. Akan tetapi, syarat-

syarat tersebut tidak boleh menghalangi terpidana untuk beragama dan tidak boleh

membatasi terpidana melakukan kegiatan yang sah menurut ketatanegaraan (pasal

14c ayat (3) KUHP).

65 P.A.F. Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, h. 154

Page 70: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Beberapa hal yang dikemukakan diatas adalah menyangkut persyaratan

dapat dan tidak dapatnya dijatuhkan pidana bersyarat. Selain itu, juga perlu diketahui

bahwa masa percobaan yang berkaitan dengan pidana bersyarat tersebut mulai

dihitung dan berlaku sejak putusan hakim itu sudah mempunyai kekuatan hukum

tetap dan pasti (pasal 14b ayat (2) ), selain itu keputusan hakim itu sendiri telah

diberitahukan kepada terpidana sesuai dengan tata aturan hukum yang sah, apabila

kita mengacu kepada staatsblad tahun 1926 No. 251 jo. 486 mengenai aturan pidana

bersyarat (regeling van de voorwaardelijke veroordeling) itu sendiri bahwa dalam

pasal 1: 66

“ditentukan keputusan pengadilan yang berisi tentang pidana bersyarat setelah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan putusan pengandilan, secepat mungkin harus diberitahukan kepada terpidana secara pribadi dan menjelaskan mengenai isi dari putusan tersebut, dengan menyerahkan surat pemberitahuan mengenai pidana yang telah dijatuhkan kepadanya dan mengenai semua isi keputusan yang berkenaan dengan perintah tersebut.”

Selain syarat normatif yang diatur dalam KUHP, hakim juga perlu

mempertimbangkan pendapat muladi yang memberikan persyaratan tambahan untuk

dapat dijatuhkannya pidana bersyarat terhadap pelaku tindak pidana yang terbukti

berbuat, antara lain:67

1. Sebelum melakukan tindak pidana tersebut terdakwa belum pernah

melakukan tindak pidana yang lain dan selalu taat pada hukum yang

berlaku;

66 Ibid., h. 157 67 Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, h. 198-200

Page 71: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

2. Terdakwa masih sangat muda (12-18 tahun);

3. Tindak pidana yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian yang

terlalu besar;

4. Terdakwa tidak menduga, bahwa tindak pidana yang dilakukannya

akan menimbulkan kerugian yang besar;

5. Terdakwa melakukan tindak pidana disebabkan adaya hasutan orang

lain yang dilakukan untuk dapat dijadikan dasar memanfaatkan

perbuatannya;

6. Terdapat alasan-alasan yang cukup kuat, yang cenderung untuk dapat

dijadikan dasar memaafkan perbuatannya;

7. Korban tindak pidana mendorong terjadinya tindak pidana tersebut;

8. Terdakwa telah membayar ganti rugi atau akan membayar ganti rugi

kepada si korban atas kerugian-kerugian atau penderitaan-penderitaan

akibat perbuatannya;

9. Tindak pidana tersebut merupakan akibat dari keadaan-keadaan yang

tidak mungkin terulang lagi;

10. Kepribadian dan perilaku terdakwa meyakinkan, bahwa ia tidak akan

melakukan tindak pidana yang lain;

11. Pidana perampasan kemerdekaan akan menimbulkan penderitaan yang

besar baik terhadap terdakwa maupun terhadap keluarganya;

12. Terdakwa diperkirakan dapat menanggapi dengan baik pembinaan

yang bersifat non-intitusional;

Page 72: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

13. Tindak pidana terjadi di kalangan keluarga;

14. Tindak pidana terjadi karena kealpaan;

15. Terdakwa sudah sangat tua;

16. Terdakwa adalah pelajar atau mahasiswa;

17. Khusus untuk terdakwa dibawah umur, hakim kurang yakin akan

kemampuan orang tua untuk mendidik.

Berkaitan dengan pelaku yang dikenai pidana bersyarat, apabila dalam

proses pemeriksaan terpidana bersyarat dikenai penahanan (perampasan

kemerdekaan), maka masa percobaan terhadap terpidana tersebut tidak berlaku pada

saat selama terpidana tersebut dirampas kemerdekaannya (pasal 14b ayat (3) ). Bagi

pelaku tindak pidana yang diijatuhi pidana bersyarat, hakim dapat memberikan syarat-

syarat khusus selain daripada syarat umum yang telah disebutkan diatas, syarat khusus

yang dapat dijatuhkan hakim tersebut seperti pembebanan ganti rugi terhadap korban

berkaitan dengan akibat yang timbul dari perbuatan pelaku yang telah melanggar

hukum, pembebanan ganti rugi tersebut menyangkut sebagian ataupun seluruh

kerugian yang ditimbulkan (pasal 14c ayat (1) ), akan tetapi persyaratan khusus yang

dapat dijatuhkan oleh hakim tersebut tidak boleh membatasi kemerdekaan terpidana

untuk beragama dan kebebasannya menurut ketatanegaraan.

Seseorang yang dikenai pidana bersyarat apabila melakukan perbuatan yang

dapat dihukum dan hukuman yang diterimanya sudah mempunyai kekuatan hukum

tetap ataupun jika si terpidana tidak mentaati serta melanggar syarat khusus yang telah

Page 73: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

dijatuhkan kepadanya maka hakim yang menjatuhkan pidana bersyarat tersebut dapat

memerintahakan agar hukuman sebagai konsekuensi pidana bersyarat tersebut

dilaksanakan atau memberi peringatan terhukum atas perbuatan yang telah

dilakukannya.

Pidana bersyarat berlaku sehubungan pidana pokok yang dijatuhkan oleh

hakim terhadap pelaku tindak pidananya sendiri adalah pidana penjara, namun dengan

pertimbangan tertentu maka hakim memberikan kesempatan kepada terpidana untuk

tidak perlu menjalani pidana penjara tersebut. Sebab hakim dalam menjatuhkan pidana

bersyarat ini berpendapat terpidana masih memiliki kesempatan dan mau untuk

berubah terpidana untuk memperbaiki diri, dan terpidana tidak dipisahkan

keberadaannya dari masyarakat, hal ini sama dengan pendapat Roeslan Saleh, yaitu:

“Janganlah jatuhkan pidana penjara atau pidana kurungan yang tidak bersyarat, jika suatu pidana bersyarat dipandang telah cukup. Janganlah jatuhkan pidana perampasan kemerdekaan yang sifatnya adalah panjang, jika suatau pidana waktunya pendek telah menyelesaikan persoalan itu.”68

Berdasarkan pengertian serta pengaturan pidana bersyarat diatas maka

Muladi memberikan pendapat mengenai manfaat-manfaat dari pidana bersyarat

tersbeut, antara lain:69

a. Pidana bersyarat tersebut di satu pihak harus dapat meningkatkan

kebebasan individu, dan di lain pihak mempertahankan tertib hukum

68 Roeslan Saleh, “dari Lembaga Kepustakaan Hukum Pidana”, (Jakarta: Sinar Grafika, 1998),

h. 50

69 Ibid., h. 197

Page 74: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

serta memberikan perlindungan kepada masyarakat secara efektif

terhadap pelanggaran hukum lebih lanjut.

b. Pidana bersyarat harus dapat meningkatkan persepsi masyarakat

terhadap falsafah rehabilitasi dengan cara memelihara kesinambungan

hubungan antara narapidana dengan masyarakat secara normal.

c. Pidana bersyarat berusaha menghindarkan dan melemahkan akibat-

akibat negatif dari pidana perampasan kemerdekaan yang seringkali

menghambat usaha permasyarakatan kembali narapidana ke dalam

masyarakat.

d. Pidana bersyarat mengurangi biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh

masyarakat untuk membiayai sistem koreksi yang berdaya guna.

e. Pidana bersyarat diharapkan dapat membatasi kerugian-kerugian dari

penerapan pidana pencabutan kemerdekaan, khususnya terhadap

mereka yang kehidupannya tergantung kepada si pelaku tindak pidana.

f. Pidana bersyarat diharapkan dapat memenuhi tujuan pemidanaan yang

bersifat integratif, dalam fungsinya sebagai sarana pengcegahan

(umum dan khusus), perlindungan masyarakat, memelihara solidaritas

masyarakat dan pengimbalan.

Page 75: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

E. Pengaturan Pidana Bersyarat dalam RUU KUHP

Pada penulisan ini yang dikatakan sebagai RUU KUHP adalah Rancangan

Undang-Undang KUHP yang dilakukan pembahasannya pada tahun 2004 dan

selanjutnya dalam tulisan ini akan disebutkan sebagai RUU KUHP. Dengan

koordinator panitia terpadu penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana adalah Prof. Dr. Muladi, S.H.. Pembahasan

mengenai pidana bersyarat dalam tulisan ini akan dikaitkan dengan pidana sejenis

ataupun pidana yang memiliki kemiripan dengan pidana bersyarat, yaitu pidana

pengawasan.

Menurut penulis jenis pidana tersebut merupakan pembaharuan dari pidana

bersyarat yang berlaku secara positif di Indonesia saat ini, sebab dalam pidana ini

juga diatur berlakunya pidana pokok lain apabila terpidana melanggar syarat-syarat

yang telah dibebankan kepadanya, sebab dalam RUU KUHP tersebut tidak ditemukan

pidana bersyarat.

Jika kita menilik pada pembahasan bab sebelumnya terdapat penjelasan

tentang tujuan pemidanaan dalam RUU KUHP, yang dimuat dalam pasal 54 ayat (1)

dan (2). Di dalam pasal tersebut dikatakan (intinya) bahwa tujuan pemidanaan

sebagai upaya untuk memperbaiki perilaku salah atau menyimpang dari pelaku tindak

pidana, sehingga sekalipun para pelaku tersebut sudah dikenai sanksi pidana akan

tetapi mereka tetap dapat diterima dalam masyarakat dan sudah cenderung

meninggalkan tujuan pemidanaan sebagai tindakan balas dendam semata.

Page 76: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Selain tentang tujuan pemidanaan salah satu hal yang menarik untuk

dicermati dalam RKUHP yaitu mengenai pengaturan pedoman pemidanaan yang

diatur secara tegas dan dalam pasal tersendiri, yaitu dalam pasal 55 ayat (1) yang

menyatakan bahwa dalam pemidanaan wajib dipertimbangkan :

a. kesalahan pembuat tindak pidana;

b. motif dan tujuan melakukan tindak pidana;

c. sikap batin pembuat tindak pidana;

d. apakah tindak pidana dilakukan dengan berencana;

e. cara melakukan tindak pidana;

f. sikap dan tindakan pembuat sesudah melakukan tindak pidana;

g. riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pembuat tindak pidana;

h. pengaruh pidana terhadap masa depan pembuat tindak pidana;

i. pengaruh tindak pidana terhadap korban atau keluarga korban;

j. Pemaafan dari korban dan/atau keluarganya ; dan/atau

k. pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan.

Pasal 55 ayat (2) mengatakan bahwa;

”Ringannya perbuatan, keadaan pribadi pembuat atau keadaan pada waktu dilakukan perbuatan atau yang terjadi kemudian, dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk tidak menjatuhkan pidana atau mengenakan tindakan dengan mempertimbangkan segi keadilan dan kemanusiaan.”

Dalam pasal 55 ayat (1) dan (2) tersebut nampak bahwa terdapat

perkembangan yang memberikan jaminan bagi para pelaku tindak pidana untuk

memperoleh tujuan hukum sebenarnya yaitu ”keadilan”, dengan pengaturan pedoman

Page 77: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

pemidanaan dengan terinci tersebut juga memudahkan hakim untuk dapat mengambil

keputusan dalam sebuah perkara pidana, tetapi sekalipun hakim memiliki pedoman

dalam memidana perlu diingat juga bahwa hakim bukanlah corong undang-undang

semata akan tetapi mereka harus memepertimbangkan rasa keadilan korban, pelaku

dan masyarakat.

Pidana bersyarat pada RUU KUHP memang mengalami pembaharuan,

dimana pidana pengawasan yang didalam beberapa pasal dalam RUU KUHP tersebut

antara lain, pasal 77 yang menyebutkan bahwa terdakwa yang melakukan tindak

pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun, dapat

dijatuhi pidana pengawasan.

Dalam Pasal 78 ayat (1) RUU KUHP mengatur bahwa Pidana pengawasan

dapat dijatuhkan kepada terdakwa mengingat keadaan pribadi dan perbuatannya.

Dan kemudian dalam ayat (2) menyebutkan bahwa Pidana pengawasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijatuhkan untuk waktu paling lama 3 (tiga)

tahun.

Sedangkan di ayat (3)–nya terdapat beberapa syarat untuk dapat

dijatuhkannya pidana pengawasan antara lain:

a. terpidana tidak akan melakukan tindak pidana;

b. terpidana dalam waktu tertentu yang lebih pendek dari masa pidana

pengawasan, harus mengganti seluruh atau sebagian kerugian yang

timbul oleh tindak pidana yang dilakukan; dan/ atau

Page 78: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

c. terpidana harus melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan

tertentu, tanpa mengurangi kemerdekaan beragama dan kemerdekaan

berpolitik.

Berdasarkan beberapa pasal dalam RUU KUHP nampak bahwa keberadaan

pidana bersyarat ini mempunyai maksud dan tujuan yang hampir sama dengan pidana

bersyarat dalam hukum positif.

F. Pengaturan Pidana Bersyarat dalam Hukum Pidana Islam

Dalam hukum pidana Islam secara umum, tidak ditemukan sebuah istilah

yang mengandung makna “pidana bersyarat” secara menyeluruh. Namun demikian,

berdasarkan ciri-ciri yang dapat dikategorikan pidana bersyarat dalam hukum pidana

Indonesia, terdapat beberapa klasifikasi yang serupa dengan pidana bersyarat dalam

hukum pidana Islam, antara lain:

1. Bahwa, pidana bersyarat merupakan salah satu jenis pidana yang termasuk

dalam sistem pemidanaan;

2. Bahwa di dalam pidana bersyarat, pidana pokok awal tidak dijalankan

karena sebab tertentu. Akan tetapi, timbul pidana pokok70 lain dengan

disertai syarat-syarat didalamnya;

70 Pidana pokok disini diartikan sebagai pidana yang harus dijalankan, walaupun jenisnya

sebagai pidana pengganti dari pidana pokok yang sebenarnya.

Page 79: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

3. Bahwa, tidak dihilangkannya maksud dan tujuan dari pemidanaan itu sendiri

(efek jera dan pendidikan).

Berdasarkan klasifikasi tentang pidana bersyarat diatas, dapat menunjukan

kedekatan proses pemidanaan ini dengan jenis pidana dalam hukum pidana Islam,

diantaranya yaitu:

Diat

Diat merupakan suatu jenis pidana yang memberikan sejumlah harta dalam

ukuran tertentu, yang diberikan pelaku tindak pidana kepada korban atau ahli

warisnya.71

Merujuk definisi diatas, maka diat mrupakan pidana yang mempunyai satu

batasan. Artinya, hakim tidak berhak mengurangi atau menambahai jumlahnya. Jadi,

diat merupakan pidana ganti rugi dari pelaku kepada korban (murni diterima oleh

pihak korban).

Pada dasarnya hukum pidana Islam menetapakan dua bentuk pidana atas

tindak pidana pembunuhan dan pelukaan, yaitu kisas dan diat. Kisas merupakan

pidana pokok pada tindak pidana tersebut diatas, dimana pidana kisas ini merupakan

jenis pidana yang menghukum pelakunya seperti apa yang telah dilakukannya

terhadap korban.

Akan tetapi yang menjadi kelebihan dari pidana ini adalah, adanya hak

perorangan didalamnya. Maksudnya, bahwa korban atau walinya diberi wewenang

71 K.H. Alie Yafi, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, jilid 3, (Jakarta: Kharisma Ilmu, 2007), h. 71

68

Page 80: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

untuk pemaafan atas pidana kisas. Apabila korban atau walinya memaafkan, maka

gugurlah pidana kisas tersebut. Pemberian pemaafan terkadang bisa dengan cuma-

cuma dan pidana diat pun menjadi batal (gugur). Yang perlu ditekankan disini adalah,

bahwa batalnya pidana kisas tidak srta-merta pelaku bebas begitu saja. Dimana hakim

ataupun penguasa dapat mengalihkan dengan bentuk pemidanaan yang lain dengan

melihat diri dan kondisi korban.

Dasar hukum dari diat itu sendiri tersirat didalam firman Allah SWT. dalam

surat an-Nisa’ ayat 92 :

)٤:٩٢/النسآء(

Artinya: ”dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar dia yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah...” (Q.S. an-Nisa’/4: 92)

Dan juga di dalam surat al-Baqarah ayat 178 :

Page 81: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

﴿٢:١٧٨/ البقرة﴾

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. (Q.S. al-Baqarah / 2 :178 ) Serta hadits Rasulullah Saw. :

اقم دعلٌب۔یت۔ق ھل ل۔تق نمف : م ص االله ل ورس ل اق : ل اق ىاعزخلا حریش ېأ نعو

و ا د بوأ أ جھ أخر ( اول۔ت۔قی وأ ل۔قلعا وا ذخ أی أ ام إ ۔یت ریخ ۔یب ھلھ أف ه ذھ یتل

) ئى النسا و دArtinya: “Dari Abi Syuraih Al-Khuza’I ia berkata : Telah bersabda Rasulullah Saw :

Maka barang siapa yang salah seorang anggota keluarganya menjadi korban pembunuhan setelah ucapanku ini, keluarganya memiliki dua pilihan: adakalanya memilih diat, atau memilih kisas.” (Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i )72

Seiring penjelasan diatas bisa dipahami bahwa, hukum pidana Islam tidak

sekeras dan sekaku yang dibayangkan. Dimana pada dasarnya, pidana kisas dan diat

bertujuan untuk menjaga kemaslahatan masyarakat. suatu pidana dijatuhkan atau

diterapkan untuk memberantas dan mengcegah terjadinya tindak pidana serta sebagai

alat untuk menjaga keamanan dan ketentraman masyarakat. Jadi, ketika pidana kisas

72 Abu Dawud bin Sulaiman Syajastani, Sunah Abu Dawud, (Lebanon: Darul Fiqri, 1994),

Juz 4, h. 17

Page 82: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

gugur karena sebab yang diperbelohkan dengan syar’I, maka diat timbul menjadi

pidana pokok bukan sebagai pidana pengganti.

Yang paling menarik menurut penulis, adalah keunggulan dari konsep

pemidanaannya. dimana hukum pidana Islam memberikan hak pengampunan

(pemaafan) kepada korban atau walinya sebagai hak absolut, yang tentunya

berdasarkan pertimbangan logis dan praktis. Pertimbangan logis disini memaknai,

bahwa pemaafan diharapkan menghilangkan kedengkian dan pertikaian diantara

keduanya. Artinya, ada sisi-sisi positif yang dapat merubah pribadi masing-masing

baik itu korban ataupun pelaku itu sendiri. Sedangkan pertimbangan parktis, diartikan

sebagai proses pengalihan bentuk pidana yang kearah lebih baik disertai sikap

toleransi, memaafkan dan melemahkan rasa pemusuhan. Yang tentunya tidak melepas

tanggungjawab si pelaku, yaitu membayarkan diat sebagai proses pemaafan. Hal

tersebut dapat dilakukan karena diperbolehkan oleh syari’at.73

Secara umum memang semua diat adalah seratus ekor unta. Adapun berat-

ringannya hukuman diat bukan pada bilangannya, melainkan hanya pada macam dan

umur unta. Telah diketahui pada penjelasan bab sebelumnya bahwa, ada diat yang

diperberat dan diat yang diperingan. Diat diperberat disebut sebagai diat

Mughalladzah, jenis diat ini diberlakukan pada tindak pidana pembunuhan sengaja

dan menyerupai sengaja, itupun setelah ada pemaafan dari korban atau walinya.

Pemberatan diat Mughalladzah ini dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu:

1. Pembayaran ditanggung sepenuhnya oleh pelaku;

73 K.H. Alie Yafie, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid 3, h. 71

Page 83: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

2. Pembayaran harus tunai (tidak boleh dicicil); serta,

3. Umur unta lebih dewasa. Misalnya, menurut Syafi’iyah unta harus berumur

tiga tahun keatas, bahkan sebagian harus dalam keadaan bunting.74

Sedangkan , diat Mukhaffafah (diat yang diperingan), keringanan dalam diat

ini dapat dilihat dengan tiga aspek, yaitu:

1. Kewajiban pembayaran dibebankan kepada aqilah (keluarga);

2. Pembayaran dapat diangsur tiga tahun;

3. Komposisi diat dibagi menjadi lima kelompok:

a. 20 ekor unta bintu makhadh (unta betina umue 1-2 tahun),

b. 20 ekor unta ibnu makhadh (unta jantan umur 1-2 tahun),

c. 20 ekor unta bintu labun (unta betina umur 2-3 tahun),

d. 20 ekor unta hiqqah (umur 3-4 tahun),

e. 20 ekor unta jadza’ah (umur 4-5 tahun).75

Kedua diat tersebut diatas dapat dikatakan sebagai diat lengkap (ad-diyatul

Kamilah). Sedangkan, ada yang dinamakan diat tidak lengkap yaitu Arsy. Ada dua

jenis diat arsy. Pertama, arsy yang telah ditentukan ukurannya oleh syar’i, seperti;

arsy jari dan arsy tangan. Yang kedua adalah, arsy yang belum ada ketetapan nashnya

sehingga hakim diberikan wewenang untuk ukurannya.

74 Ahmad Wardu Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 171 75 Ibid., h. 171

Page 84: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Takzir

Takzir merupakan jenis pidana terhadap jarimah-jarimah yang hukumannya

belum ditetapkan oleh syara’ (al-Qur’an dan Hadits). Maka, pidana takzir adalah

sekumpulan pidana yang belum ditentukan jumlahnya. Yang dimulai dari pidana

yang paling ringan, seperti; nasihat dan teguran, sampai kepada hukuman yang paling

berat, seperti; kurungan dan dera, bahkan sampai kepada hukuman mati dalam tindak

pidana yang berbahaya.76

Adapun tindak pidana yang diancamkan pidana takzir adalah setiap tindak

pidana selain pidana hudud, kisas, dan diat. Karena ketiga tindak pidana tersebut

memiliki jenis pidana yang telah ditentukan bentuk dan jumlahnya oleh syara’. Dan

ketika pidana takzir dijatuhkan atas ketiga tindak pidana tadi, maka pidana takzir

bukan sebagai pidana pokok melainkan pidana pengganti. Hal ini dapat terjadi ketika

terhalangnya pidana hudud yang dikarenakan, tidak sempurnanya syarat untuk

melaksanakan pidana hudud; atau pidana tambahan yang ditambahkan untuk

hukuman pokok, seperti pengasingan dalam tindak pidana zina (setelah hukuman

dera) menurut Imam Abu Hanifah; atau pidana takzir yang ditambahkan dalam

pidana kisas pada tindak pidana pelukaan, menurut Imam Abu Hanifah; atau

tambahan empat puluh kali dera bagi peminum minuman keras, menurut Imam

Syafi’I.77

76 Ibid., h. 84 77 Ibid., h. 85

Page 85: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Didalam takzir ini hakim mempunyai wewenang yang cukup luas untuk

memilih jenis pidana yang sesuai dengan keadaan tindak pidana serta diri pelakunya.

Kelonggaran atau kemudahan yang diberikan kepada hakim tidak mengurangi tujuan

awal dalam setiap pemidanaan, yaitu sebagai wujud memperbaiki diri pelaku demi

terjaganya kemaslahatan di dalam masyarakat.

Yang perlu ditekankan disini adalah sifat dari pidana takzir itu sendiri.

Dimana ciri khanya terletak pada keleluarsaan hakim untuk memilih diantara

sekumpulan pidana-pidana lain. Ini menimbulkan sisi positif dalam penjatuhan

pidana, ketika hakim menurut pandangannya dapat mempertimbangkan diri si pelaku

serta keadaannya akan sebuah jenis pidana yang cocok dan dapat berjalan efektif.

Dalam artian, pidana takzir ini dapat mendidik pelaku, memperbaiki, dan memelihara

masyarakat tanpa menghilangkan nilai-nilai keadilan didalamnya. Dan yang paling

penting adalah menepis anggapan masyarakat awam terhadap kewenangan hakim

sebagai pengambil keputusan, tidak sebatas menerapkan apa yang tersirat didalam al-

Quran maupun hadits. Tetapi, hakim juga mampu berijtihad sesuai kemampuannya

dan tidak keluar dari nilai-nilai keislaman walaupun telah diberikan wewenang yang

luas.

Berdasarkan pemaparan kategorisasi pidana bersyarat dalam hukum pidana

Islam diatas, dapatlah dicapai suatu jenis pidana dan sistem pemidanaan yang serupa

tapi tidak sama. Serupa disini dengan maksud bahwa, Hukum Pidana Indonesia dan

Hukum Pidana Islam memberikan keleluarsaan bagi hakim untuk menjatuhkan

pidana bagi pelaku tindak pidana yang sesuai dengan tindakan dan keadaan si pelaku.

Page 86: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Walaupun di dalam hukum pidana Islam hanya takzir yang memberikan kekuasaan

penuh kepada hakim.

Maksud kata ’tidak sama’ hanya mengartikan penamaan saja yang berbeda.

Namun jika ditelaah lebih dalam, konsep pidana bersyarat dalam hukum pidana

Indonesia cakupannya lebih luas. Dimana pidana bersyarat dapat dijatuhkan oleh

hakim, jika menurut keyakinannya terdakwa dapat berubah menjadi lebih baik tanpa

harus di jebloskan ke penjara. Sejalan dengan itu, dalam hukum pidana Indonesia

tidak dibatasi oleh suatu tindak pidana dan ancaman pidananya, yang terpenting

hakim ingin menjatuhkan pidana tidak lebih dari satu tahun dan keyakinan hakim

tadi.

Sedangkan didalam hukum pidana Islam, ada 3 poin penting mengenai

konsep pidana bersyarat, yaitu:

1. Bahwa, pidana bersyarat dapat dijalankan jika adanya pengampunan dari

korban dan/atau ahli waris;

2. Adanya perdamaian yang terjadi antara kedua belah pihak yang berpekara;

3. Dibenarkan oleh Syar’I (al-Qur’an dan Hadits).

Melihat ketiga poin diatas, bisa didapat sebuah poin yang paling penting

yang dapat membuka paradigma orang awam terhadap hukum pidana Islam selama

ini membelenggu, yaitu; hukum pidana Islam adalah sistem hukum yang flexibel

serta dinamis. Artinya, hukum pidana Islam tidak melakukan pemidanaan yang

Page 87: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

monoton, dimana disesuaikan dengan tindak pidana yang dilakukan serta keadaan

pelaku pidana. Kecuali, bagi pidana hudud yang telah di tetapkan oleh syar’I.

Karena pada intinya bahwa tujuan pokok dalam penjatuhan pidana dalam

hukum pidana Islam adalah pengcegahan (al-radd wa al-zajr) serta pendidikan (al-

Işlâһ wa al-tahzb). Maka suatu pemidanaan hendaknya dapat mewujudkan tujuan

tersebut. Karena suatu pemidanaan bukan hanya untuk tercapainya sifat efek jeranya

saja, tetapi lebih kepada manfaat suatu pidana untuk dapat memperbaiki diri si pelaku

setelah ia dipidana.

Suatu pemidanaan akan dikatakan sukses bukan karena beratnya pidana

yang dijatuhkan hakim kepada terpidana. Tetapi lebih kepada keberhasilan hakim

dengan keyakinanannya menjatuhkan suatu pidana untuk memperbaiki kepribadian

pelaku. Sehingga nantinya dapat terwujud sebuah pemahaman dimasyarakat akan

tindak pidana atau jarimah bukan karena takut terhadap pidana yang dikenakan,

melainkan lebih kepada kesadaran pribadi dan kebencian terhadap suatu tindak

pidana atau jarimah yang dilarang oleh Allah SWT, tentunya agar mendapatkan

keridhaan dari-Nya.

Page 88: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada tulisan ini telah dilakukan pembahasan mengenai pidana bersyarat

menurut tinjauan hukum pidana Islam, dengan melalui pembahasan komparatif antara

dua sistem hukum, yaitu hukum pidana di Indonesia dan hukum pidana Islam,

berdasarkan pemaparan tersebut maka diperoleh kesimpulan :

1. Pidana merupakan salah satu bagian penting dari ilmu hukum, khususnya

dalam masalah penegakan hukum (Law Enforcement). Dimana suatu pidana

dan pemidanaan haruslah lebih mengedepankan pengcegahan dan pendidikan

sesuai dengan tujuan pokok pemidanaan dalam hukum pidana Islam.

Pencegahan dimaksudkan sebagai penahan pembuat agar tidak mengulangi

perbuatan jarimahnya serta pencegahan terhadap orang lain untuk tidak

berbuat tindak pidana atau jarimah. Pendidikan dimaksudkan, memberikan

pembelajaran dan mengusahakan pengembalian diri pembuat dari yang tidak

baik menjadi baik.

2. Pidana bersyarat merupakan sebuah sistem pemidanaan yang mengutamakan

perbaikan pelaku agar terhindarnya dari pengaruh yang lebih buruk lagi jika

dimasukan kedalam Lembaga Pemasyarakatan (LP). Tetapi tidak mengurangi

nilai efek jeranya. Ketentuan pada KUHP telah mengatur pidana bersyarat

Page 89: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

dapat dijatuhkan, asal hakim dalam putusannya menjatuhkan pidana penjara

tidak lebih dari satu tahun dan tidak terbatsa pada tindak pidana dengan

ancaman pidana tertentu. Pada saat dijatuhkannya pidana bersyarat, maka

hakim yang memutus perkara tersebut juga langsung memberikan syarat

umum dan syarat khusus bagi terpidana. Jadi, pidana bersyarat melakukan

pembinaan terpidana diluar lembaga permasyarkatan (LP) dengan berada

dibawah pengawasan jaksa sebagai pelaksana putusan hakim yang telah

berkekuatan hukum tetap. Sehingga terpindana diberi kesempatan untuk

memperbaiki pribadinya dimasyarakat melalui penjatuhan pidana bersyarat.

3. Hukum pidana Islam tidak memberikan penamaan yang sama dengan hukum

pidana di Indonesia tentang Pidana bersyarat, tetapi konsep dan sistem

pemidanaan yang diterapkan oleh keduannya dapat dikatakan sama. Ini

terlihat dari tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah pemidanaan atau

penjatuhan pidana. Keduanya bukan didasarkan pada berat atau ringannya

suatu ancaman pidana, melainkan proses perbaikan diri yang menjadi

tujuannya, yang tentunya tanpa mengurangi nilai-nila keadilan dan efek jera

didalamnya. Untuk itu pula menjadi penting makna sebuah pidana dan

pemidanaan, dimana tanpa andanya suatu tujuan yang konkrit dan nilai-nilai

luhur yang terkandung didalamnya dari penjatuhan pidana dan pemidanaan,

maka sulit untuk menciptakan sebuah kemaslahatan umum lebih-lebih untuk

menegakan supremasi hukum.

Page 90: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

B. Saran

Berkenaan dengan isi pembahasan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan

beberapa saran, yaitu :

1. Bagi para Pemerintah dan anggota Legislatif perlu disadari bahwa, sistem

hukum warisan belanda yang ada di negara ini dirasakan sudah tidak cocok

lagi dengan sifat masyarakat Indonesia yang makin dinamis dan juga kurang

mengakomodir kebutuhan hukum dimasyarakat. Untuk itu suatu perubahan

sistem hukum merupakan langkah awal demi terselenggaranya keadilan

dimasyarakat serta dapat tercapainya sebuah tujuan hukum yaitu ketertiban.

2. Untuk para penegak hukum diharapkan lebih objektif dalam menyelesaian

suatu perkara (tindak pidana), khususnya Majelis Hakim dalam menjatuhkan

suatu pidana lebih mempertimbangkan lagi pemidanaan apa yang cocok untuk

diri pelaku (dader), agar suatu pemidanaan sejalan dengan tujuan pemidanaan

sebagai pendidikan yang tentunya tanpa mengurangi hak dari si korban

sebagai pemenuhan rasa keadilan.

3. Perlu pembinaan serta penjelasan mengenai Ilmu hukum di dalam lingkungan

masyarakat, agar terciptanya masyarakat yang sadar hukum dan lebih-lebih

tidak ada lagi masyarakat yang buta hukum.

Page 91: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

DAFTAR PUSTAKA

.

Al-Qur’an al-Karim

Abdurrahman, Aneka Masalah Dalam Praktek Penegakan Hukum di Indonesia,

Alumni, Bandung, 1980. Ali, Zainuddin., Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2007. Chazawi, Adami., Pelajaran Hukum Pidana bagian 1, PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta, 2002. Djazuli, A., Fiqh Jinayah, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,1997. Dawud, Abu bin Sulaiman Syajastani, Sunah Abu Dawud, Juz 4, Darul Fiqri,

Lebanon: 1994. Djamali, Abdul, R., Hukum Islam, Mandar Maju, Bandung, 1992 Farihah, Ipah., Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN

Press, Jakarta, 2006 Hadikusuma, Hilman, Bahasa Hukum Indonesia, Alumni, Bandung, 1992. Hamzah, Andi, Asas – Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1994. Hanafi, Ahmad., Asas – Asas Hukum Pidana Islam, Bulan Bintang, Jakarta,1993,

cetakan ke-5. Lamintang, P.A.F., Dasar – Dasar Hukum Pidana di Indonesia, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, 1997. Lamintang, P.A.F., Hukum Penitensier Indonesia, Amrico, Bandung, 1984. Marpaung, Laden, Asas – Teori – Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,

2006. Maleong, Lexy J., Metedologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung,

cet. Ke-21, 2005.

Page 92: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Moeljatno, ”KUHP (Wetboek van Strafrecht)”, Bumi Aksara, Jakarta, 1999. Muladi, dan Nawawi A, Barda, Teori – Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni,

Bandung, 1992. Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni, Bandung, 1992 . Muhammad, Abi Abdullah bin Ismail al – Bukhari, Kitab Sahih Bukhari, Daran

Nahra al – Naiili, Juz 4, t.t., t.th. Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2005 Prodjodikoro, Wirjono, Asas – Asas hukum Pidana di Indonesia, PT Refika

Aditama, Bandung, 2003. Saleh, Roeslan, Stesel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, 1983. Saleh, Roeslan, Dari Lembaga Kepustakaan Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta,

1998. Sianturi, S.R., Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya,

AHAEM – PETEHAEM, Jakarta, 1996. Sianturi, S.R. & Pengabean, Mompang L., Hukum Penitensia di Indonesia, (Jakarta:

Alumni Ahaem-petehaem, 1996), Soekanto, Soerjono., Pengantar Penelitian Hukum, UI – Press, Jakarta, 1986. Soekanto, Soerjono, dan Abdullah Mustafa, Sosiologi Hukum di Dalam Masyarakat,

Rajawali, Jakarta, 1987. Soekanto, Soerjono, dkk., Penelitian Hukum Normatif, PT. RajaGrafindo Persada,

cetakan keempat, 1994. Soesilo. R., Pokok-Pokok Hukum Pidana, Politea, Bogor, t.th Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986. Suparni, Niniek, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan,

Sinar Grafika, Jakarta, 2007. Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan , Sinar Grafika, Jakarta, 2004.

Page 93: PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP€¦ · Skripsi berjudul PIDANA BERSYARAT MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM DAN KUHP telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah

Yafie, Alie K. H, dkk., Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Judul Asli: At-Tasryi’ al-

jina’I al-Islamiy Muqaranan bil Qanunil Wad’iy, Pengarang: Abdul Qadir Audah, Kharisma Ilmu, Jakarta, 2007.

Legislasi (Undang – Undang) Undang – Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Lembaran Negara Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209

Undang – Undang Nomor 1 tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana