25
1 MAKALAH OSEANOGRAFI GELOMBANG TSUNAMI Kelompok : Carissa Paresky Arisagy (12981) Harits Muhammad Silalahi (12829) Yusni Zaqiah Ma’ruf (12853) Lilik Puspitasari (12713) JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ini makalah oseanografi tentang tsunami mungkin bisa jadi referensi untuk ngerjain tugas-tugas. semoga bermanfaat monggo di download aja , dijamin free gratis

Citation preview

Page 1: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

1

MAKALAH OSEANOGRAFI

GELOMBANG TSUNAMI

Kelompok :

Carissa Paresky Arisagy (12981)

Harits Muhammad Silalahi (12829)

Yusni Zaqiah Ma’ruf (12853)

Lilik Puspitasari (12713)

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya atas selesainya penulisan makalah kami yang berjudul “Gelombang Tsunami”.

Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas ujian tengah semester IV dari mata

kuliah Oseanografi.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang turut serta membantu dalam penyusunan makalah ini baik secara langsung

maupun tidak langsung. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Dalam penulisan makalah ini, kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan

masih banyak kekurangan baik dari teknis penulisan maupun materinya, untuk itu kritik dan

saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 17 April 2014

Penulis

Page 3: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

3

ABSTRAK

Tujuan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan tsunami, penyebab terjadinya tsunami,

proses terjadinya tsunami, akibat dari tsunami, serta mendeskripsikan kawasan yang pernah

dilanda bencana tsunami. Penulisan makalah ini dilakukan dengan metode kepustakaan.

Indonesia merupakan kawasan rawan gelombang tsunami, yang mana sepanjang palung

pantai barat Pulau Sumatera hingga selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang rawan

gempa yang dapat menimbulkan tsunami. Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu

berarti "pelabuhan", dan nami berarti "gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai

"gelombang pelabuhan". Proses terjadinya Tsunami diawali dengan adanya gerakan vertikal

pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang

mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya, sehingga mengakibatkan

terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang

mengakibatkan terjadinya tsunami.

Kata kunci : dampak, gelombang, Indonesia, pesisir, tsunami

Page 4: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

ABSTRAK ..................................................................................................... 3

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 5

Latar Belakang .......................................................................................... 5

Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

Tujuan ...................................................................................................... 6

Studi Area ..................................................................................................... 6

Sistematika Penulisan ................................................................................ 7

BAB II MATERI PEMBAHASAN ............................................................... 8

Pengertian Tsunami .................................................................................. 8

Penyebab Tsunami .................................................................................... 9

Gejala sebelum Terjadinya Tsunami ............................................................ 12

Proses terjadinya Tsunami .......................................................................... 13

Dampak Tsunami ...................................................................................... 15

Upaya Pencegahan serta Penanggulangan Tsunami ......................................... 17

Kawasan Rawan Bencana Tsunami ............................................................. 18

BAB III KESIMPULAN ............................................................................... 21

Kesimpulan .............................................................................................. 21

Saran ....................................................................................................... 21

Penutup .................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23

Page 5: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

5

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai salah satu dari beberapa negara yang terletak di zona Seismic Asia Tenggara,

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki aktifitas seismic teraktif di dunia.

Negara dengan lima pulau besar ini dikelilingi oleh lempeng Indo-Australia dan Pelat

Laut Filipina yang meretas di bawah lempeng Eurasia. Dalam rentang empat ratus tahun

terakhir, Indonesia telah mengalami ribuan gempa bumi dan ratusan tsunami (Aydan,

2008).

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah

berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh

perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba (Prasetya, Tiar dkk, 2006).

Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di

bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman

meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Di laut dalam,

gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam.

Menurut Hartoko dan Helmi (2005), sepanjang palung di pantai barat Pulau Sumatera

hingga selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang rawan gempa yang dapat

menimbulkan tsunami, karena merupakan wilayah yang berpotensi terjadinya proses

pergeseran lempeng benua di dasar laut. Menurut Diposaptono dan Budiman (2007),

selama periode tahun 1600 sampai 2007 terjadi kurang lebih 109 tsunami. Dari jumlah

itu, 90 % di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 % karena letusan gunung

berapi, dan hanya 1 persen dipicu oleh longsoran (land-slide).

Indonesia merupakan negara dengan tingkat kegempaan sangat tinggi. Tingkat

kegempaan di Indonesia sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan tingkat kegempaan di

Amerika Serikat. Gempa-gempa tersebut sebagian besar berpusat di dasar Samudera

Hindia yang dapat memicu terjadinya gelombang tsunami. Dampak negatif yang

diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya seperti bangunan, tumbuh-

tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan,

pencemaran air asin, lahan pertanian, tanah, dan air bersih. Oleh karenanya pengetahuan

Page 6: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

6

mengenai ilmu geologi dan oceanografis tentang samudera dan laut terutama mengenai

gelombang tsunami dianggap sangat vital guna kelangsungan hidup penghuninya

termasuk manusia.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan tsunami?

b. Apa penyebab dari bencana tsunami?

c. Gejala apa saja yang muncul sebelum tsunami terjadi?

d. Bagaimana poses terjadinya tsunami?

e. Apa akibat dari bencana tsunami?

f. Bagaimana upaya untuk pencegahan serta penanggulangan tsunami?

g. Dimana saja kawasan yang rawan bencana tsunami?

1.3 Tujuan

a. Mendeskripsikan mengenai pengertian tsunami

b. Mendeskripsikan penyebab dari bencana tsunami

c. Mendeskripsikan gejala-gejala yang muncul sebelum terjadinya tsunami

d. Mendeskripsikan proses terjadinya tsunami

e. Mendeskripsikan akibat dari bencana tsunami

f. Mendeskripsikan upaya pencegahan serta penanggulangan tsunami

g. Mendeskripsikan kawasan yang pernah dilanda bencana tsunami

1.4 Studi Area

Indonesia berada pada wilayah jalur gempa aktif yang dapat menyebabkan terjadinya

tsunami. Bencana yang terjadi karena aktifitas seismik di Indonesia adalah yang terbesar

di Asia Tenggara. Salah satu wilayah di Indonesia yang rawan terjadi tsunami adalah

pesisir selatan pantai Jawa. Secara geologis pesisir selatan pantai Jawa berada di jalur

subduksiatau pertemuan dua lempeng besar yang saling bertumbukan, yaitu lempeng

Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Pergerakan lempeng tektonik di kawasan ini,

Page 7: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

7

sering kali menyebabkan terjadinya gempa besar yang dapat memicu terjadinya

tsunami. Dalam kurun waktu 17 tahun telah terjadi dua kali tsunami yang cukup besar

di Selatan Jawa, yaitu tsunami Banyuwangi, Jawa Timur tahun 1994 dan Pangandaran,

Jawa Barat tahun 2006.

Peristiwa tsunami yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004 merupakan gempa

tektonik yang terjadi di laut dengan kekuatan 9.0 skala richter dengan kedalaman

kurang lebih 70 km, menyebabkan terjadinya patahan vertikal memanjang sehingga air

laut terhisap masuk ke dalam patahan dan kemudian secara hukum fisika air laut

terlempar kembali setelah patahan tadi mencapai keseimbangan kembali. Terjadinya

gempa dan tsunami terdapat jeda waktu yang dapat digunakan untuk memberikan

peringatan dini pada masyarakat, tetapi ini tidak dilakukan karena kurangnya

pengetahuan bencana tsunami dan belum adanya alat peringatan dini tsunami (Hadi,

1997).

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan materi “Gelombang Tsunami” ini, penulis menggunakan metode

kepustakaan untuk mendapatkan bahan materi yang menyeluruh. Kepustakaan yang

penulis gunakan tak hanya memakai beberapa buku untuk menjadi sumber acuan. Akan

tetapi, penulis juga mencari bahan dari internet baik berupa materi maupun gambar

yang dapat melengkapi pembahasan materi.

Kami membagi laporan ini menjadi beberapa bagian, antara lain pendahuluan, hasil dan

pembahasan, penutup serta daftar pustaka. Bagian pendahuluan berisi latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penulisan, studi area dan sistematika penulisan. Kemudian

hasil dan pembahasan berisi materi bahasan terkait gelombang tsunami seperti

pengertian gelombang tsunami, penyebab terjadinya gelombang tsunami, gejala yang

muncul sebelum terjadinya gelombang tsunami, proses terjadinya gelombang tsunami,

akibat yang ditimbulkan serta upaya pencegahan dan penanggulangan. Sementara

bagian penutup berisi kesimpulan dan saran. Bagian terakhir yakni daftar pustaka berisi

referensi yang digunakan dalm penyususnan makalah ini.

Page 8: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

8

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tsunami

Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti "pelabuhan", dan nami berarti

"gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang pelabuhan". Istilah

ini pertama kali muncul di kalangan nelayan Jepang. Karena panjang gelombang

tsunami sangat besar, pada saat berada di tengah laut, para nelayan tidak merasakan

adanya gelombang ini. Namun setibanya kembali ke pelabuhan, mereka mendapati

wilayah di sekitar pelabuhan tersebut rusak parah. Karena itulah mereka menyimpulkan

bahwa gelombang tsunami hanya timbul di wilayah sekitar pelabuhan, dan tidak di

tengah lautan yang dalam.

Gambar 1: Terminologi Tsunami

Bencana alam tsunami adalah bencana yang ditimbulkan oleh gelombang tsunami di

suatu kawasan pantai atau pelabuhan yang mempunyai kondisi rentan terhadap tsunami

(Hadi, 1997). Sedangkan yang dimaksud dengan kawasan rentan bencana tsunami

adalah kawasan dengan kondisi saat itu yang sering atau berpotensi mengalami bencana

tsunami dan telah teridentifikasi pernah dan atau berpotensi mengalami bencana

tsunami (Choirul, 1998). Gelombang tsunami yang dihasilkan menyebar ke segala arah

dengan kecepatan yang menakjubkan sekitar 800 km/jam. Sama seperti gelombang

lainnya, ketika gelombang tsunami memasuki air dangkal, maka kecepatannya akan

Page 9: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

9

menurun tetapi ketinggiannya bertambah tinggi karena terjadi penumpukan massa air

(Ramya dan Palaniappan, 2011).

Tsunami juga sering dianggap sebagai gelombang air pasang. Hal ini terjadi karena

pada saat mencapai daratan, gelombang tsunami lebih menyerupai air pasang yang

tinggi daripada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan

angin. Namun, sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan

peristiwa pasang surut air laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah,

para ahli oseanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea

wave) untuk menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat (Sugito, 2008).

Perbedaan gelombang tsunami dengan gelombang yang dibangkitkan oleh angin adalah

terletak pada gerakan airnya. Gelombang yang dibangkitkan oleh angin hanya

menggerakkan air laut di bagian atas, sedangkan gelombang tsunami menggerakkan

seluruh kolom air dan permukaan sampai ke dasar laut (Diposaptono dan Budiman,

2007). Periode gelombang angin beberapa detik (kurang dari 20 detik), sementara itu

periode pasang surut antara 12 jam sampai sekitar 24 jam. Sedangkan, periode

gelombang tsunami berkisar antara 10-60 menit (Diposaptono dan Budiman, 2007). Di

lokasi pembentukan dari tsunami (daerah episentrum gempa) tinggi gelombang tsunami

diperkirakan sekitar 0,5 m sampai 3,0 m dan panjang gelombangnya lebih dari puluhan

kilometer. Artinya, kapal yang melewati di atasnya tidak mengalami goncangan yang

berarti dan tidak menimbulkan bahaya. Penjalaran tsunami dapat mencapai ribuan

kilometer dengan kecepatan yang sangat tergantung pada kedalaman laut.

2.2 Penyebab Tsunami

Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan (disturbance) berskala

besar terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya

gunung berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit. Namun, 90% tsunami adalah

akibat gempa bumi bawah laut (Sugito, 2008).

Nur (2010) mengungkapkan bahwa tsunami yang merupakan salah satu bencana akibat

gempa bumi akan terjadi apabila :

a. Pusat gempa dibawah dasar laut.

Page 10: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

10

b. Kedalaman <60 Km (dangkal).

c. Kekuatan e”6 skala Richter (ada juga yang mengatakan e”6.5 SR).

d. Dasar laut mengalami penyesaran vertical (sesar naik atau sesar turun).

e. Kolom air laut di atas episentrum tebal.

f. Terjadi ledakan dahsyat gunungapi dibawah permukaan air laut (contoh;

Gunungapi Krakatau, 1883).

g. Terjadi longsoran besar didasar laut.

Beberapa penyebab terjadinya tsunami menurut Sugito (2008) adalah sebagai berikut :

2.2.1 Longsoran Lempeng Bawah Laut (Undersea landslides)

Gerakan yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar

lempeng tektonik. Celah retakan antara kedua lempeng tektonik ini disebut

dengan sesar (fault). Sebagai contoh, di sekeliling tepian Samudera Pasifik

yang biasa disebut dengan Lingkaran Api (Ring of Fire), lempeng samudera

yang lebih padat menunjam masuk ke bawah lempeng benua. Proses ini

dinamakan dengan penunjaman (subduction). Gempa subduksi sangat efektif

membangkitkan gelombang tsunami.

2.2.2 Gempa Bumi Bawah Laut (Undersea Earthquake)

Gempa tektonik merupakan salah satu gempa yang diakibatkan oleh

pergerakan lempeng bumi. Jika gempa semacam ini terjadi di bawah laut, air di

atas wilayah lempeng yang bergerak tersebut berpindah dari posisi

ekuilibriumnya. Gelombang muncul ketika air ini bergerak oleh pengaruh

gravitasi kembali ke posisi ekuilibriumnya. Apabila wilayah yang luas pada

dasar laut bergerak naik ataupun turun, tsunami dapat terjadi.

Berikut ini adalah beberapa persyaratan terjadinya tsunami yang diakibatkan

oleh gempa bumi (Sugito, 2008):

a. Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal(0 – 30 km)

b. Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter

c. Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Tidak semua gempa menghasilkan tsunami, hal ini tergantung beberapa faktor

utama seperti tipe sesaran (fault type), kemiringan sudut antar lempeng

Page 11: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

11

(dip angle), dan kedalaman pusat gempa (hypocenter). Gempa dengan

karakteristik tertentu akan menghasilkan tsunami yang sangat berbahaya dan

mematikan, yaitu:

1. Tipe sesaran naik (thrust/ reverse fault), seperti terlihat pada Gambar 1.

Tipe ini sangat efektif memindahkan volume air yang berada diatas

lempeng untuk bergerak sebagai awal lahirnya tsunami.

2. Kemiringan sudut tegak antar lempeng yang bertemu.

Semakin tinggi sudut antar lempeng yang bertemu. (mendekati 90o), maka

semakin efektif tsunami yang terbentuk.

3. Kedalaman pusat gempa yang dangkal (<70 km).

Semakin dangkal kedalaman pusat gempa, maka semakin efektif tsunami

yang ditimbulkan. Sebagai ilustrasi, meski kekuatangempa relative kecil

(6.0-7.0R), tetapi dengan terpenuhinya ketiga syarat diatas, kemungkinan

besar tsunami akan terbentuk. Sebaliknya, meski kekuatan gempa

cukup besar (>7.0R) dan dangkal, tetapi kalau tipe sesarnya bukan naik,

namun normal (normal fault) atau sejajar (strike slip fault), bisa

dipastikan tsunami akan sulit terbentuk. Gempa dengan kekuatan7.0R,

dengan tipe sesaran naik dan dangkal, bisa membentuk tsunami dengan

ketinggian mencapai 3-5 meter.

Gambar 2: Jenis Jenis Sesaran Lempeng

Page 12: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

12

2.2.3 Aktivitas Vulkanik (Volcanic Activities)

Pergeseran lempeng di dasar laut, selain dapat mengakibatkan gempa juga

seringkali menyebabkan peningkatan aktivitas vulkanik pada gunung berapi.

Kedua hal ini dapat menggoncangkan air laut di atas lempeng tersebut.

Demikian pula, meletusnya gunung berapi yang terletak di dasar samudera juga

dapat menaikkan air dan membangkitkan gelombang tsunami.

2.2.4 Tumbukan Benda Luar Angkasa (Cosmic-body Impacts)

Tumbukan dari benda luar angkasa seperti meteor merupakan gangguan

terhadap air laut yang datang dari arah permukaan. Tsunami yang timbul karena

sebab ini umumnya terjadi sangat cepat dan jarang mempengaruhi wilayah

pesisir yang jauh dari sumber gelombang. Sekalipun begitu, apabila pergerakan

lempeng dan tabrakan benda luar angkasa cukup dahsyat, kedua peristiwa ini

dapat menciptakan megatsunami.

2.3 Gejala sebelum Terjadinya Tsunami

Tsunami biasanya terjadi karena adanya gempa bumi yang terjadi di bawah atau di

dekat laut. Bahkan gempa ribuan kilometer jauhnya dapat menyebabkan gelombang

tsunami. Untuk menghindari hal tersebut, kita dapat membaca gejala alam yang terjadi

sesaat sebelum terjadinya tsunami. Adapun gejala alam yang tampak pada daerah pesisir

pantai adalah terjadinya penyurutan muka air laut secara tiba-tiba dengan sangat cepat

yang kemudian akan kembali dengan kekuatan yang sangat besar. Penyurutan ini bisa

mencapai puluhan hingga ratusan meter. Kemudian gejala alam lain yang muncul

sebelum gelombang tsunami menerjang diantaranya adalah timbulnya gerakan angin

yang tidak biasa, munculnya tekanan udara atau cuaca yang ekstrem serta adanya

perilaku hewan yang berubah, contohnya pada beberapa kelelawar yang seharusnya

aktif di malam hari dan biasanya tidur di siang hari, menjadi sangat aktif setengah jam

sebelum gelombang tsunami datang. Di samping itu saat gelombang tsunami menerjang

pemukiman penduduk akan terdengan suara gemuruh yang keras menyerupai suara

kereta barang, hal tersebut merupakan indikasi datangnya gelombang tsunami.

Page 13: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

13

2.4 Proses Terjadinya Tsunami

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun

secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di

atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di

pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami. Tsunami

tidak terlihat saat masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah

dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin membesar. Tenaga

setiap tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Apabila

gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya

menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat

dirasakan efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi

meningkat ketinggian hingga mencapai 30 meter atau lebih di daerah pantai.

Tsunami bisa menyebabkan kerusakan erosi dan korban jiwa pada kawasan pesisir

pantai dan kepulauan (Sugito, 2008).

Gambar 3: Skema Terjadinya Tsunami

Tsunami, di sisi lain, dapat disebabkan oleh beberapa cara yang berbeda: 1) drop down

atau upthurst dari kerak bumi yang mengakibatkan gempa bumi; 2) bawah tanah

longsor besar-besaran; 3) letusan gunung berapi bawah laut dari tingkat tertentu; atau

berpotensi, 4) dampak meteor besar di laut. Sebagian besar tsunami terjadi akibat gempa

bumi.

2.4.1 Gempa Bumi

Gambar di bawah menunjukkan gempa subduksi (di mana satu lempeng padat

bergeser ke bawah lempeng lainnya, di sebelah kiri). Energi ditransfer dan air

Page 14: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

14

yang dipindahkan membentuk gelombang. Sebagai gelombang yang bergerak

dan memasuki daerah air dangkal di daerah pesisir, gelombang ini mulai

meningkat dalam amplitude.

Gambar 4: Amplitude Grlombang Tsunami

2.4.2 Letusan Gunung Berapi

Ada dua cara berbeda dimana gunung berapi dapat menyebabkan gelombang

seismik. Salah satu kemungkinannya adalah gunung api land-based untuk

meletus dan runtuh, sehingga memaksa sejumlah besar abu dan puing-puing

jatuh ke dalam air. Perubahan mendadak dan perpindahan transfer kolom air

membuat energi kinetik yang menghasilkan gelombang. Lebih lagi puing-puing

dapat membuat peningkatan yang lebih besar dalam amplitudo gelombang.

Gambar 5: Letusan Gunung Berapi Penyebab Tsunami

Tsunami juga bisa disebabkan oleh gunung berapi bawah laut. Gunung berapi

bawah laut dapat meletus dan memuntahkan lavanya sehingga memanaskan air

sekitarnya dengan cepat.

Page 15: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

15

2.5 Dampak Tsunami

Menurut Nur (2010), dampak tsunami sangat dipengaruhi oleh beberapa hal,

diantaranya adalah besarnya kekuatan gempa, jarak episentrum dengan kawasan rawan

bencana, kedalaman hiposentrum, letak hiposentrum didarat atau dilaut, kepadatan

penduduk, kualitas dan kuantitas bangunan, kesiapan masyarakat (seluruh komponen

system) untuk melaksanakan mitigasi bencana. Sementara menurut Sugito (2008),

bentuk pantai, bentuk dasar laut wilayah pantai, sudut kedatangan gelombang, dan

bentuk depan gelombang tsunami yang datang ke pantai akan sangat berpengaruh

terhadap kerusakan yang ditimbulkan. Karena beberapa alasan ini, sebagian pantai akan

dilanda tsunami dengan tingkat kerusakan dan ketinggian arus yang berbeda dibanding

pantai yang lain, meski letaknya tidak terlalu berjauhan. Daerah teluk akan menderita

tsunami lebih parah akibat konsentrasi energi tsunami.

Gambar 6: Kerusakan Akibat Tsunami

Menurut Idris (2005), tsunami dapat menyebabkan korban jiwa serta kerusakan

bangunan, infrastruktur pembangunan dan budidaya, tumbuh-tumbuhan, menimbulkan

genangan, kontaminasi air asin pada tanah, lahan pertanian dan air bersih.

Korban meninggal akibat tsunami terjadi biasanya karena tenggelam, terseret arus,

terkubur pasir, terhantam serpihan atau puing, dan lain lain. Kerusakan lain akan

meliputi kerusakan rumah tinggal, bangunan pantai, prasarana lalu lintas (jalan

kereta, jalan raya, dan pelabuhan), suplai air, listrik, dan telpon. Gelombang

Page 16: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

16

tsunami juga akan merusak sektor perikanan, pertanian, kehutanan, industri

minyak berupa pencemaran dan kebakaran.

Gambar 7: Gelombang Tsunami

Menurut Diposaptono dan Budiman (2007), kecepatan tsunami akan menurun secara

signifikan bila mencapai pantai hingga 50 km/jam, tetapi energinya sangat merusak

karena tinggi gelombangnya bertambah. Tinggi gelombang tsunami yang meningkat di

perairan dangkal disebabkan oleh kecepatan gelombang di bagian depan (wafe front)

menurun sedangkan kecepatan gelombang di bagian belakang (wafe tait) konstan,

sehingga memberikan efek dorong yang besar.

Jarak suatu kawasan pantai dari lokasi pusat terbentuknya gelombang tsunami akan

sangat berpengaruh pada besarnnya run up gelombang tsunami karena, waktu tempuh

yang panjang akan mengurangi kekuatan gelombang tsunami yang mencapai daratan.

Menurut Diposaptono dan Budiman (2007), ancaman tsunami dapat dikelompokkan

menjadi dua macam, yaitu jarak dekat (local field atau near field tsunami) dan jarak

jauh (far field tsunami). Kejadian tsunami di Indonesia umumnya berupa tsunami jarak

dekat dengan lama waktu antara 10 s/d 20 menit setelah kejadian gempa.

Page 17: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

17

2.6 Upaya Pencegahan serta Penanggulangan Tsunami

Kebanyakan kota di sekitar Samudera Pasifik, terutama di Jepang juga di Hawaii,

mempunyai sistem peringatan dan prosedur pengungsian sekiranya tsunami

diramalkan akan terjadi. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi

seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat

dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang

terknoneksi dengan satelit.

Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang mengapung di laut

buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh

pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan

untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai

pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi

setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika

serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan

menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.

Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi

gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di

pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin

terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas

topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik

tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan

jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat (Sugito, 2008).

Upaya memperkecil risiko bencana tsunami yang mungkin terjadi di masa datang

adalah melakukan penelitian faktor-faktor yang berperan terhadap risiko bencana

tsunami. Menurut Davis (2004) faktor-faktor tersebut adalah bahaya (hazard),

kerentanan (vulnerability), ketahanan (capacity), dan estimasi kerugian (loss

estimation).

2.6.1 Tahap pencegahan

Tsunami merupakan fenomena alam yang biasa terjadi namun hampir sedikit

sekali dapat diprediksi terjadinya tsunami. Oleh karena itu ketika tsunami terjadi

Page 18: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

18

akan banyak menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Namun demikian untuk

menghindari bahaya tsunami dapat dilakukan dengan memberikan peringatan

sedini mungkin pada orang-orang yang tinggal dan berada di sekitar pantai. Di

beberapa pantai yang kerap terjadinya tsunami seperti di pantai-pantai Jepang

dan Amerika telah dipasangi papan peringatan tentang terjadinya potensi

tsunami. Awas Tsunami!. Di beberapa tempat malah dipasang system alarm

yang menghubungkan peralatan deteksi tsunami dari instansi berwenang

memberikan peringatan. Di beberapa pantai di Jepang malah telah dibuat

dinding beton penghalau agar dapat mengurangi laju tsunami, juga dibangun

tempat tempat pengungsian. Dengan cara-cara ini potensi kerusakan yang akan

ditimbulkan oleh tsunami dapat dikurangi. Cara lain adalah dengan menjaga

kelestarian dan keutuhan pepohonan yang ada sekitar pantai. Bila lahan sekitar

pantai sudah gundul atau berkurangnya pepohonan maka perlu adanya upaya

reboisasi. Reboisasi dilakukan sepanjang garis pantai. Makin banyak pohon yang

ada dan ditanam di sekitar pantai membuat laju tsunami makin berkurang dan

terhambat sehingga mengurangi kerusakan yang ditimbulkan tsunami

2.6.2 Tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi disusun untuk memulihkan dan

membangun kembali kehidupan masyarakat pasca bencana menjadi lebih baik.

Untuk itu, pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana dilakukan dengan

menggunakan Kombinasi Penilaian Perkiraan Kerusakan dan Kerugian (Damage

and Loss Assesment-DALA) dan Pengkajian Kebutuhan Pemulihan

Pembangunan Manusia / Human Development Needs Assessment (HRNA).Tahap

Rekonstruksi lebih bersifat jangka panjang untuk memulihkan sistem secara

keseluruhan serta mengintegrasikan berbagai program pembangunan ke dalam

pendekatan pembangunan daerah.

2.7 Kawasan Rawan Bencana Tsunami

Bencana alam tsunami adalah bencana yang ditimbulkan oleh gelombang tsunami di

suatu kawasan pantai atau pelabuhan yang mempunyai kondisi rentan terhadap tsunami

(Hadi, 1997). Sedangkan yang dimaksud dengan kawasan rentan bencana tsunami

Page 19: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

19

adalah kawasan dengan kondisi saat itu yang sering atau berpotensi mengalami bencana

tsunami dan telah teridentifikasi pernah dan atau berpotensi mengalami bencana

tsunami (Choirul, 1998).

Benua maritim Indonesia merupakan daerah yang secara tektonik sangat labil di dunia.

Kawasan itu juga terkenal sebagai salah satu pinggiran benua yang sangat aktif di muka

bumi. Indonesia juga punya gunung berapi yang sangat kaya. Setidaknya ada 240

gunung api yang tersebar di berbagai daerah. Sekitar 70 di antaranya masih aktif dan

bisa meletus, menyemburkan lava panas. Rangkaian busur api itu merupakan bagian

dari The Pacific Ring of Fire. Untaian itu bermula di Kamchatka Alaska, Jepang,

Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Sulawesi, dan berakhir hingga Filipina

(Diposaptono dan Budiman, 2007).

Indonesia merupakan negara dengan tingkat kegempaan sangat tinggi. Menurut Idris

(2005), Tingkat kegempaan di Indonesia sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan tingkat

kegempaan di Amerika Serikat. Gempa-gempa tersebut sebagian besar berpusat di dasar

Samudera Hindia yang dapat memicu terjadinya gelombang tsunami. Ingmanson dan

Wallacea (1973) mendiskripsikan tsunami sebagai gelombang laut dengan periode

panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif pada medium laut, seperti gempa dan

erupsi gunung api.

Gempa tektonik yang berupa gerakan dan ratakan dapat menyebabkan pergerakan

vertikal massa batuan. Energi elastik dan aktivitas tektonik di atas, pada kondisi tertentu

energi yang terakumulasi tidak tertahan oleh batuan dan dilepaskan secara tiba-tiba

dalam bentuk gelombang elastik yang menjalar ke segala arah akan menimbulkan

gempa. Gempa-gempa semacam ini umumnya terdapat di zona subduksi, zona bukaan

dan zona sesar. Gempa-gempa tersebut dapat menyebabkan tsunami bila terjadi di dasar

laut, berada pada kedalaman kurang dari 60 km dan magnitude Iebih besar dari 6 Skala

Richter (SR). Menurut Hartoko dan Helmi (2005), sepanjang palung di pantai barat

Pulau Sumatera hingga selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang rawan gempa yang

dapat menimbulkan tsunami, karena merupakan wilayah yang berpotensi terjadinya

proses pergeseran lempeng benua di dasar laut. Menurut Diposaptono dan Budiman

(2007), selama periode tahun 1600 sampai 2007 terjadi kurang lebih 109 tsunami. Dari

jumlah itu, 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen karena

letusan gunung berapi, dan hanya 1 persen dipicu oleh longsoran (land-slide).

Page 20: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

20

Sumatera dan Jawa adalah dua pulau yang paling rentan dampak tsunami karena terletak

langsung di depan Lempeng Indo-Australia. Papua dan Sulawesi juga pernah

mengalami beberapa tsunami, walaupun tidak sesering Sumatera dan Jawa. Tapi

belakangan ini, Sulawesi dengan beberapa daerah rawan subduksi-nya telah menjadi

lebih lebih aktif yang mengakibatkan banyaknya aktivitas kegempaan, terutama dengan

episenter di laut (Baeda dan Firman, 2012).

Page 21: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

21

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti "pelabuhan", dan nami

berarti "gelombang", sehingga

2. Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan (disturbance)

berskala besar terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng,

meletusnya tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang pelabuhan".gunung

berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit.

3. Gejala yang muncul ketika akan terjadi tsunami yang sering terlihat di daerah

pantai adalah terjadinya penyurutan muka air laut, timbulnya gerakan angin yang

tidak biasa, serta adanya perubahan prilaku hewan.

4. Proses terjadinya Tsunami diawali dengan adanya gerakan vertikal pada kerak

bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang

mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya, sehingga

mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai

menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.

5. Gelombang Tsunami dapat mengakibatkan kerusakan rumah tinggal, bangunan

pantai, prasarana lalu lintas (jalan kereta, jalan raya, dan pelabuhan), suplai

air, listrik, dan telpon, sehingga dapat mengganggu stabilitas sektor perikanan,

pertanian, kehutanan, industri minyak dan lain sebagainya.

6. Upaya memperkecil risiko bencana tsunami adalah dengan melakukan penelitian

faktor-faktor yang berperan terhadap risiko bencana tsunami.

7. Indonesia merupakan kawasan rawan gelombang tsunami, yang mana sepanjang

palung pantai barat Pulau Sumatera hingga selatan Pulau Jawa merupakan

wilayah yang rawan gempa yang dapat menimbulkan tsunami.

3.2 Saran

Mengingat besarnya potensi tsunami di Indonesia serta dampak negatif yang

ditimbulkan dari gelombang tsunami yang dapat melumpuhkan sektor perekonomian,

Page 22: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

22

sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka kami berharap di

kemudian waktu akan banyak penelitian serta kajian khususnya yang berkaitan dengan

pencegahan dan penanggulangan gelombang tsunami agar dampak-dampak negatif yang

ditimbulkan dapat dikurangi.

3.3 Penutup

Demikianlah makalah ini kami buat dengan yang sebenar-benarnya. Ucapan terima

kasih tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan kepada

kami sehingga terlaksananya pembuatan makalah ini. Serta kepada teman-teman yang

ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami selaku anggota kelompok

memohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat kessalahan serta kekurangan dalam

makalah ini. Selain untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Oseanografi, Semoga makalah

ini dapat menjadi acuan, pertimbangan, serta motivasi dan koreksi bagi kegiatan

selanjutnya.

Page 23: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

23

DAFTAR PUSTAKA

Aydan, O. 2008. Seismic and Tsunami Hazard Potential in Indonesia with a special emphasis

on Sumatra Island. Journal of The School of Marine Science and Technology. Tokai

Univer- sity. 6 (3): 19-38.

Baeda, A. Y. 2012. Kajian Potensi Tsunami Akibat Gempa Bumi Bawah Laut di Perairan

Pulau Sulawesi. Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil. Universitas

Hasanuddin. 19 (1):75-82

Choirul, M.H. 1998. Analisis Resiko Bencana Tsunami Banyuwangi 1994 dengan Pemodelan

Sistem Informasi Geografis. [Skripsi]. Institut Teknologi Bandung. Bandung, 50hlm.

Davis, I., Haghebaert, B., dan Peppiatt, 2004. Social Vulnerability, Sustainable &

Capacity Analysis. Workshop. Geneva, 25-26 Mei 2004. Geneva: Pro Vention

Consortium, h. 1-9.

Diposaptono, S dan Budiman. 2007. Hidup Akrab dengan Gempa dan Tsunami. PT Sarana

Komunikasi Utama. Bogor.

Hadi, A.R. 1997. Mikrozoning Untuk Pengkajian Resiko dan Mitigasi Bencana. BPPT,

Jakarta.

Hartoko, A. dan Helmi M. 2005. Saatnya Pemda Memiliki Peta Rawan Bencana Untuk

Wilayah Pesisir. Editor: Cahanar: Bencana Gempa dan Tsunami. Penerbit Buku

Kompas. Jakarta. Hal:104–107.

Idris, I. 2005, Pelatihan Mitigasi, Kesiapsiagaan, dan Tanggap Darurat Bencana Tsunami di

Wilayah Pesisir. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Pemberdayaan

Pulau-Pulau Kecil. Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta.

Ingmanson, D.E. and Wallace, W.J. 1973. Oceanography: An Introduction. Wadsworth

Publishing Company Inc. California.

Nur, A. M. 2010. Gempabumi, Tsunami Dan Mitigasinya. Balai Informasi dan Konservasi

Kebumian Karangsambung – LIPI, Kebumen

Page 24: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

24

Prasetya, Tiar, dkk. 2006. Gempa Bumi Ciri dan Cara Menanggulanginya. Gita Nagari.

Yogyakarta.

Ramya, V. dan Palaniappan, B. 2011. An Automated Tsunmai Alert System. International

Journal of Embedded System Applications (IJESA). New York. 1 (2)..

Sugito, N. T. 2008. Tsunami. Jurusan Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Page 25: PIM2213 Kelompok 2 Carissa Gelombang Tsunami

25

Pembagian Tugas

Ketua : Carissa Paresky Arisagy

(BAB Penutup, Abstrak, sebagian Pembahasan, dan Finishing)

Anggota :

1. Yusni Zaqiah Ma’ruf (mencari bahan materi, sebagian Pembahasan, sebagian

Pendahuluan)

2. Lilik Puspitasari (BAB Pendahuluan)

3. Muhammad Harits Silalahi (BAB Pembahasan)