29
MAKALAH MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN PENGEMBANGAN MINAWISATA DI SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN Kelompok : Carissa Paresky Arisagy (12981) Praditha Novianingrum (13056) JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014

PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Manajemen Sumberdaya Perairan (MSPa) dengan tema Pengembangan Wisata Sungai, topiknya Pengembangan Minawisata Sungai Musi, Palembang

Citation preview

Page 1: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

MAKALAH MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

PENGEMBANGAN MINAWISATA DI SUNGAI MUSI,

SUMATERA SELATAN

Kelompok :

Carissa Paresky Arisagy (12981)

Praditha Novianingrum (13056)

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya atas selesainya penulisan makalah kami yang berjudul “Pengembangan

Minawisata di Sungai Musi, Sumatera Selatan”. Makalah ini kami susun dalam rangka

memenuhi tugas ujian tengah semester V dari mata kuliah Manajemen Sumberdaya Perairan.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang turut serta membantu dalam penyusunan makalah ini baik secara langsung

maupun tidak langsung. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Dalam penulisan makalah ini, kami merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan

masih banyak kekurangan baik dari teknis penulisan maupun materinya, untuk itu kritik dan

saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 22 Oktober 2014

Penulis

Page 3: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang .......................................................................................... 2

Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

Tujuan ...................................................................................................... 3

Studi Area ..................................................................................................... 4

Sistematika Penulisan ................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sungai dan Fungsinya .................................................................................. 7

Definisi Pariwisata ............................................................................................ 8

Definisi Minawisata ........................................................................ ........... 9

BAB III MATERI PEMBAHASAN

Karakteristik Sungai Musi ........................................................................... 10

Perkembangan Wisata Sungai Musi ............................................................... 11

Pengembangan Minawisata Sungai Musi ...................................................... 12

Pengembangan Minawisata Berbasis Konservasi SDA ................................... 13

Arahan Kegiatan Mina Wisata yang Potensial ............................................... 15

Strategi Pengembangan Mina Wisata ............................................................ 16

Dukungan dan Partisipasi Pemerintah dan Masyarakat .................................. 18

Alternatif Solusi ......................................................................................... 20

Page 4: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

iv

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan .............................................................................................. 22

Saran ....................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23

Page 5: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

1

ABSTRAK

Bagi masyarakat Sumatera Selatan, pariwisata merupakan salah satu pilar ekonomi yang amat

penting. Adapun corak wisata Palembang, khususnya di wilayah Sungai Musi lebih condong

pada wisata budaya (culture tourism), yang menyajikan keunikan-keunikan budaya

masyarakat. Salah satu corak wisata alternatif yang cukup menarik untuk dikembangkan di

samping wisata budaya, adalah Mina Wisata, yakni corak wisata berbasis perikanan.

Pengembangan wisata di Sungai Musi harus dilaksanakan secara berkelanjutan dengan

pendekatan yang mengutamakan keseimbangan ekologi, ekonomi dan konservasi. Beberapa

jenis minawisata yang potensial untuk dikembangkan adalah wisata budidaya ikan air tawar,

wisata budidaya ikan payau, wisata pemancingan, wisata kuliner dan minawisata lainnya.

Minawisata berbasis konservasi sumberdaya perikanan dapat dikembangkan di Sungai Musi,

namun diperlukan dukungan dari semua pihak sesuai bidangnya.

Kata kunci : minawisata, perikanan, sungai Musi.

Page 6: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan daerah kombinasi

ekosistem daratan dan perairan yang kaya secara ekonomi dan ekologi. Daratan terdiri

dari pegunungan, dataran landai, dan pulau-pulau kecil, sedangkan perairannya luar biasa

dengan kombinasi perairan sungai-sungai besar, daerah basah, pesisir dan laut. Kekayaan

potensi alam tersebut juga didukung oleh kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa

pula. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi sumberdaya hayati maupun non

hayati dengan keanekaragaman potensi ekonomi dan ekologi yang tinggi. Di samping

potensi alamnya yang melimpah, Indonesia juga dianugerahi kekayaan budaya yang tak

kalah hebatnya. Keberagaman dan kekhasan budaya dari setiap suku bangsa di Indonesia

tersebut, merupakan aset yang tidak terhitung jumlahnya.

Nilai potensi yang tinggi tersebut menjadi faktor penting yang mendorong

berkembangnya industri pariwisata di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri bahwa pariwisata

merupakan sektor penyumbang devisa negara yang cukup besar setelah migas. Selain

sebagai penyumbang devisa, sektor ini juga memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah, bahkan dibeberapa daerah seperti Bali dan

Yogyakarta, sektor pariwisata justru sebagai motor penggerak ekonomi. Oleh karena itu

sangat beralasan jika daerah berlomba-lomba untuk mengembangkan potensi wisatanya,

selain dapat mendatangkan pemasukan daerah juga bisa dijadikan sebagai sarana

promosi daerah baik secara nasional maupun internasional. Salah satu daerah yang cukup

gencar mengembangkan potensi wisatanya adalah Sumatera Selatan.

Bagi masyarakat Sumatera Selatan, pariwisata merupakan salah satu pilar ekonomi yang

amat penting. Adapun corak wisata Palembang, khususnya di wilayah Sungai Musi lebih

condong pada wisata budaya (culture tourism), yang menyajikan keunikan-keunikan

budaya masyarakat. Bilamana kepariwisataan Sungai Musi, Palembang hanya bertumpu

pada wisata budaya, maka dapat membuat kepariwisataan Sungai Musi, Palembang

menjadi tidak berkembang karena tidak tersedianya objek wisata alternatif untuk

mengakomodasi selera wisatawan yang beragam. Dengan hanya bertumpu pada wisata

budaya, sektor kepariwisataan Palembang sesungguhnya mengalami kerugian sebab

Page 7: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

3

potensi wisata yang lain tidak terangkat dan tidak terjual. Perlu diingat bahwa corak

wisata budaya yang monoton dapat menciptakan kejenuhan (kebosanan) tersendiri bagi

wisatawan yang melakukan kunjungan ulangan ke Palembang, khususnya Sungai Musi.

Di samping itu, kepariwisataan yang bercorak tunggal umumnya lebih rentan terhadap

permasalahan dibanding kepariwisataan dengan corak yang beragam, Karena itu perlu

ada objek wisata alternatif agar kejenuhan tidak terjadi dan kepariwisataan Palembang

dapat berkembang.

Terkait dengan pentingnya corak wisata alternatif untuk wilayah Palembang, maka salah

satu corak wisata alternatif yang cukup menarik untuk dikembangkan, khususnya di

wilayah Sungai Musi adalah Mina Wisata, yakni corak wisata berbasis perikanan. Saat

ini adalah momentum yang tepat untuk memulai mengoptimalkan pemanfaatan potensi

wisata dan potensi perikanan di Sungai Musi yang selama ini hanya digunakan sebagai

sarana transportasi sebagain kecil masyarakat. Oleh karena itu, kajian mengenai

pengembangan mina wisata sebagai objek wisata alternatif di Sungai Musi, Sumatera

Selatan dianggap sangat vital guna menghindri kejenuhan wisatawan. Dengan demikian,

kepariwisataan di Provinsi Sumatera Selatan dapat berkembang serta dapat menjadi salah

satu model dari Waterfront City di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik Sungai Musi ?

2. Bagaimana perkembangan wisata di Sungai Musi ?

3. Bagaimana strategi pengembangan minawisata di Sungai Musi ?

4. Bagaimana arah pengembangan minawisata di Sungai Musi ?

5. Bagaimana bentuk dukungan dan parisipasi yang dibutuhkan dalam pengembangan

Minawisata di Sungai Musi ?

C. Tujuan

1. Mengetahui karakteristik Sungai Musi

2. Mengetahui perkembangan wisata di Sungai Musi

3. Mengetahui strategi pengembangan minawisata di Sungai Musi

4. Mengetahui arah pengembangan minawisata di Sungai Musi

Page 8: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

4

5. Mengetahui bentuk dukungan dan parisipasi yang dibutuhkan dalam pengembangan

Minawisata di Sungai Musi

D. Studi Area

Secara geografis, Palembang terletak pada 2°59′27.99″LS 104°45′24.24″BT. Luas

wilayah Kota Palembang adalah 358,55 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari

permukaan laut. Provinsi Sumatera Selatan ini mempunyai perairan umum yang cukup

luas, yakni sekitar 2.518.644 ha meliputi sungai, danau, waduk, rawa, dan perairan

tergenang lainnya baik yang alami maupun yang buatan (Rohayati dkk, 2003).

Sungai Musi merupakan salah satu perairan umum di Sumatera Selatan yang menjadi

muara puluhan sungai besar dan kecil lainnya, baik di Bengkulu maupun Sumatera

Selatan. Sungai Musi memiliki delapan anak sungai besar, yakni Sungai Komering,

Sungai Ogan, Sungai Penukal, Sungai Batanghari Leko, Sungai Lematang, Sungai

Rawas, Sungai Lakitan dan Sungai Kelingi (Utomo et al., 1995). Mata air Sungai Musi

berada di bagian hulu di daerah Bukit Barisan di Desa Teberena dan bermuara ke laut di

Selat Bangka.

Gambar . Peta Aliran Sungai Musi.

Sungai ini merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera, dengan panjang mencapai

720 kilometer. Secara geografis Sungai Musi terletak antara 2-4° Lintang Selatan dan

Page 9: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

5

antara 102-105° Bujur Timur (Samuel dan Aida, 2004). Sungai ini membagi Kota

Palembang menjadi dua kawasan, yakni kawasan Seberang Ilir dan Seberang Ulu. Pada

area hulu aliran ini terdapat delta seluas 122 ha dikenal dengan nama Pulokerto.

Gambar . Peta Sungai Musi tempo dulu.

Sungai Musi mempunyai ekosistem yang kompleks seperti rawa banjiran, pasang surut

dan air deras. Habitat tersebut banyak dihuni oleh organisme air seperti ikan. Secara

limnologi, Sungai Musi terbagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian hulu, tengah, dan bagian

hilir. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan sungai yang dangkal dan sempit, tebing

curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat serta mempunyai populasi (jenis

maupun jumlah) biota air sedikit. Sungai bagian hilir umumnya lebih lebar, tebingnya

curam atau landai, badan air dalam, keruh, aliran air lambat, dan populasi biota air di

dalamnya termasuk banyak, tetapi jenisnya kurang bervariasi (Kordi, 2005).

Dalam tatanan tektonik Sumatera, Sungai Musi berada di Cekungan Tersier Sumatera

Selatan (South Sumatera Basin) yang potensi mengandung migas dan mineral. Potensi

batubara yang siap untuk dieksploitasi berada di daerah hulu sungai Musi, tepatnya di

Desa Pelita sekitar Muara Lakitan.

Page 10: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

6

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah “Pengembangan Minawisata di Sungai Musi, Sumatera

Selatan” ini, penulis menggunakan metode kepustakaan untuk mendapatkan bahan

materi yang menyeluruh. Kepustakaan yang penulis gunakan tak hanya memakai

beberapa buku dan jurnal untuk menjadi sumber acuan. Akan tetapi, penulis juga

mencari bahan dari internet baik berupa materi maupun gambar yang dapat melengkapi

pembahasan materi.

Kami membagi laporan ini menjadi beberapa bagian, antara lain pendahuluan, tinjauan

pustaka, materi pembahasan, penutup serta daftar pustaka. Bagian pendahuluan berisi

latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, studi area dan sistematika penulisan.

Kemudian hasil dan pembahasan berisi materi bahasan terkait Pengembangan

Minawisata di Sungai Musi seperti karakteristik Sungai Musi, perkembangan wisata

Sungai Musi, pengembangan minawisata Sungai Musi, pengembangan minawisata

berbasis konservasi sumberdaya alam, arahan kegiatan mina wisata yang potensial,

strategi pengembangan minawisata, dukungan dan partisipasi pemerintah dan masyarakat

dalam pengembangan minawisata, ancaman dalam pengembangan minawisata Sungai

Musi, serta alternatif solusinya. Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran. Sementara

bagian terakhir yakni daftar pustaka berisi referensi yang digunakan dalm penyususnan

makalah ini.

Page 11: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sungai dan Fungsinya

Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 1991 tentang sungai disebutkan bahwa

sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari

mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya

oleh garis sempadan. Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang

letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar

menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain. Menurut Syarifuddin, dkk (2000)

sungai merupakan bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya, menjadi tempat air

mengalir. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sungai adalah bagian dari daratan

yang menjadi tempat tempat aliran air yang berasal dari mata air atau curah hujan.

Sungai merupakan salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang

memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Secara umum pemanfaatan sungai

selain sebagai sumber pengambilan air untuk keperluan aktivitas makhluk hidup tetapi

juga sebagai media pembuangan limbah cair dan beberapa jenis limbah padat dari hasil

kegiatan makhluk hidup khususnya manusia dan sebagai media penampungan air hujan

dan air larian. Terkait dengan pemanfaatan air tersebut, maka kualitas dan kuantitas air

sungai akan selalu berubah. Karena sungai merupakan sumber daya alam yang bersifat

mengalir (flowing resources), maka pemanfaatan air di hulu dapat menghilangkan

peluang di hilir. Pencemaran di hulu sungai akan menimbulkan biaya sosial di hilir

(extematily effect) dan pelestarian di hulu memberikan manfaat di hilir (Azwir, 2006).

Sungai sebagai salah satu tipe ekosistem perairan umum, mempunyai potensi dan

peranan besar untuk berbagai kegiatan. Dalam sektor perikanan, sungai berperan bagi

kehidupan biota air dan juga bagi kebutuhan hidup manusia. Bagi nelayan, sungai

merupakan tempat penangkapan ikan konsumsi maupun ikan hias, benih dan induk bagi

usaha akuakultur serta sebagai tempat usaha budidaya. Sesuai konsep kontinum

(Vannote et.al, 1980), sungai merupakan badan air yang kontinu, keadaan di bagian hilir

merupakan kelanjutan dari kejadian-kejadian di bagian hulunya. Suatu sungai dapat

menggambarkan perubahan struktur dan fungsi komunitas sepanjang sungai yang

Page 12: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

8

disebabkan oleh variasi geofisik sungai sehingga terjadi perubahan gradien dari hulu

hingga ke hilir.

B. Definisi Pariwisata

Menurut Kodyat (1983) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain,

bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari

keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial,

budaya, alam dan ilmu. Selanjutnya Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata

sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek

ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-

kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Sedangkan Wahab (1985)

menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan

penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya.

Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti

kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga

dipandang sebagai industri.

Wisata merupakan satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa

alam untuk kepuasan manusia. Berdasarkan konsep pemanfaatannya, wisata dapat

diklasifikasikan alam 3 (tiga) bentuk (Fandeli, 2000; META, 2002) yaitu :

a. Wisata Alam (Nature Tourism); merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada

pengalaman tehadap kondisi alam atau daya tarik panoramannya.

b. Wisata Budaya (Cultural Tourism); merupakan wisata dengan kekayaan budaya

sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

c. Ekowisata (Ecotourism, Green Tourism, Altenatif Tourism); merupakan wisata

yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan

sumberdaya alam atau lingkungan dan industri kepariwisataan.

Page 13: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

9

C. Definisi Minawisata

Minawisata (mina = perikanan, wisata = pariwisata) adalah pendekatan pengelolaan

terpadu yang berbasis konservasi dengan menitikberatkan pada pengembangan

perikanan dan pariwisata bahari (Buklet DKP 2007). Menurut Kamal (2005), minawisata

adalah pemanfaatan kawasan wisata dengan pengembangan produksi perikanan untuk

mencapai ketertarikan masyarakat pengguna akan pengembangan perikanan pada

kawasan wisata tersebut. Minawisata juga dapat didefinisikan sebagai pengembangan

kegiatan perekonomian masyarakat dan wilayah yang berbasis pada pemanfaatan potensi

sumberdaya kelautan, perikanan dan pariwisata secara terintegrasi pada wilayah tertentu.

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, perikanan adalah

semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya

ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan

pemasaran yang dilaksanakan dalam bisnis perikanan. Lebih lanjut, ikan adalah segala

jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam

lingkungan perairan. Sementara menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan

pemerintah. Berdasarkan definisi di atas maka kegiatan wisata bahari yang dalam

aplikasinya memanfaatkan sumberdaya ikan sebenarnya dapat dikembangkan ke arah

minawisata.

Page 14: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

10

BAB III

MATERI PEMBAHASAN

A. Karakteristik Sungai Musi

Sungai Musi merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Propinsi Sumatera Selatan

yang airnya bermula dari Pegunungan Bukit Barisan di Propinsi Bengkulu dan mengalir

ke arah hilir hingga akhirnya bermuara ke perairan Selat Bangka di Desa Sungsang,

Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Perairan Sungai Musi bagian hilir yang terletak

di Kota palembang merupakan perairan yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat

yang berdomisili di sekitarnya karena merupakan salah satu pusat kegiatan masyarakat

Kota Palembang, sebagai sarana transportasi, perumahan penduduk, dan daerah

penangkapan ikan. Perairan pesisir muara Sungai Musi juga mempunyai peranan yang

penting sebagai jalur transportasi umum bila ditinjau dari aktifitas ekonomi (Surbakti,

2012).

Sungai Musi dengan sembilan anak sungainya merupakan sistem sungai yang kompleks,

terdiri dari bagian yang berarus deras di kaki gunung, dataran rendah dan pasang-surut

(air tawar) serta bagian air payau (kuala/estuari). Seluruh bagian sistem ini dapat

merupakan satu kesatuan yang saling tergantung baik dari segi sumberdaya air,

sumberdaya perikanan maupun bagian terestrial sekitarnya. Aliran airnya melalui

beberapa tata guna lahan yang beragam dimulai dari kawasan hutan lindung di bagian

hulu, kebun campuran, lahan pertanian, areal pemukiman, kawasan industri dan areal

hutan mangrove di bagian hilir.

Sungai ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada setiap segmennya, seperti di

hulu didominasi oleh batuan besar, di bagian tengah didominasi oleh ekosistem rawa,

dan bagian hilir merupakan muara yang didominasi oleh tumbuhan bakau dan nipah.

Keragaman karakteristik ekosistem ini menjadikan Sungai Musi menyimpan

keanekaragaman hayati ikan yang besar. Hal ini tercermin dari jumlah spesies ikan yang

mendiami perairan tersebut.

Keberadaan sungai Musi yang membelah kota Palembang menjadi sangat penting

sebagai urat nadi perekonomian masyarakat sekaligus menyimpan potensi besar di

bidang pariwisata, khususnya wisata sungai. Di sepanjang perairan sungai Musi dapat

Page 15: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

11

kita temui sejumlah pemukiman penduduk dengan rumah rakitnya, pusat industri PT.

Pusri, PT. Pertamina dan PT. Semen Baturaja, pulau Kemaro, kompleks pemakaman

Bagus Kuning, situs makam raja-raja Kesultanan Palembang Darussalam, Pelabuhan

Boom Baru, kampung Arab, Mesjid Lawang Kidul, Mesjid Ki Merogan, Benteng Kuto

Besak, Jembatan Ampera, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dan masih banyak

lagi.

Gambar . Sungai Musi dengan latar belakang pabrik PT. PUSRI.

B. Perkembangan Wisata Sungai Musi

Palembang sebagai ibu kota provinsi Sumatera Selatan memiliki potensi besar sebagai

daerah tujuan wisata karena menyimpan sejarah panjang sebagai kawasan maritim dan

juga pada masa lampau dikenal sebagai kota air. Sejak zaman kerajaan Sriwijaya,

Palembang sudah dikenal oleh masyrakat dunia sebagai pusat pengembangan agama

Budha. Sebagai kerajaan bercorak maritim, Sriwijaya sudah meletakkan dasar perairan

sebagai basis kekuatan kerajaan. Sejarah berlanjut ke zaman kesultanan Palembang yang

juga memiliki karakteristik maritim. Pada masa ini banyak berdiri bangunan kesultanan

Page 16: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

12

di pinggir sungai seperti Benteng Kuto Besak dan Mesjid Agung yang sekarang menjadi

salah satu objek wisata andalan.

Bagi masyarakat Sumatera Selatan, pariwisata merupakan salah satu pilar ekonomi yang

amat penting. Adapun corak wisata Palembang, khususnya di wilayah Sungai Musi lebih

condong pada wisata budaya (culture tourism), yang menyajikan keunikan-keunikan

budaya masyarakat. Adapun beberapa objek wisata yang telah berkembang di Sungai

Musi dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Objek Wisata Sungai Musi

(Sumber : Dinas Pariwisata Kota Palembang, 2006)

Menurut Gunn (1994), masyarakat merupakan sumberdaya pendukung aktivitas wisata

baik sebagai subyek maupun obyek wisata seperti sebagai penjual makanan – minuman,

penjual jasa wisata maupun pemandu wisata. Sekait dengan itu potensi sebagai

pendukung pengembangan kawasan wisata budaya pada koridor Sungai Musi juga

diperlihatkan oleh mata pencaharian penduduk yang bermukim ditepian sungai ini yang

didominasi oleh perdagangan dan jasa.

C. Pengembangan Minawisata Sungai Musi

Dengan semakin menipisnya sumber daya alam, maka kemampuan sebuah daerah dalam

mendapatkan pendapatan daerah atau bagi penduduknya juga akan semakin menipis. Hal

ini mendorong setiap daerah untuk meningkatkan sektor yang tidak membutuhkan

sumber daya alam yang tinggi, salah satunya adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata

di Palembang, merupakan salah satu pilar ekonomi penting. Pariwisata yang berkembang

di Palembang, khususnya di wilayah Sungai Musi lebih condong pada wisata budaya

(culture tourism), yang menyajikan keunikan-keunikan budaya masyarakat.

Page 17: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

13

Bilamana kepariwisataan Sungai Musi, Palembang hanya bertumpu pada wisata budaya,

maka dapat membuat kepariwisataan Sungai Musi, Palembang menjadi tidak

berkembang karena tidak tersedianya objek wisata alternatif untuk mengakomodasi

selera wisatawan yang beragam. Dengan hanya bertumpu pada wisata budaya, sektor

kepariwisataan Palembang sesungguhnya mengalami kerugian sebab potensi wisata yang

lain tidak terangkat dan tidak terjual. Perlu diingat bahwa corak wisata budaya yang

monoton dapat menciptakan kejenuhan (kebosanan) tersendiri bagi wisatawan yang

melakukan kunjungan ulangan ke Palembang, khususnya Sungai Musi. Di samping itu,

kepariwisataan yang bercorak tunggal umumnya lebih rentan terhadap permasalahan

dibanding kepariwisataan dengan corak yang beragam, Karena itu perlu ada objek wisata

alternatif agar kejenuhan tidak terjadi dan kepariwisataan Palembang dapat berkembang.

Terkait dengan pentingnya corak wisata alternatif untuk wilayah Palembang, maka salah

satu corak wisata alternatif yang cukup menarik untuk dikembangkan, khususnya di

wilayah Sungai Musi adalah Minawisata, yakni corak wisata berbasis perikanan.

Pengembangan minawisata dapat digunakan sebagai objek wisata alternatif di Sungai

Musi, guna menghindri kejenuhan wisatawan.

Minawisata adalah pemanfaatan kawasan wisata dengan pengembangan produksi

perikanan untuk mencapai ketertarikan masyarakat pengguna akan pengembangan

perikanan pada kawasan wisata tersebut. Dengan kata lain, Minawisata adalah

pengembangan kegiatan perekonomian masyarakat dan wilayah yang berbasis pada

pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan pariwisata secara terintegrasi pada suatu

wilayah tertentu. Pada tahap awal, Minawisata sungai ini dikemas dalam bentuk satu

program pemberdayaan masyarakat tepian sungai melalui pendayagunaan potensi

sumberdaya perikanan dan pariwisata berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut yaitu; emisi karbon yang rendah, ramah

lingkungan, sesuai daya dukung dan daya tampung, konservasi (penggunaan sumberdaya

secara efisien), berbasis sumberdaya lokal, dan pelibatan stakeholders lokal terkait.

D. Pengembangan Minawisata Berbasis Konservasi Sumberdaya Alam

Semakin meningkatnya pembangunan ekonomi dan pariwisata di kawasan Sungai Musi,

berimplikasi pada semakin meningkatkan ancaman terhadap degradasi ekosistem dan

Page 18: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

14

sumberdaya alam sungai, seperti eksploitasi sumberdaya yang berlebihan, degradasi

habitat, pencemaran limbah, dan penurunan keanekaragaman hayati. Data degradasi

ekosistem dan sumberdaya menunjukkan bahwa Ekosistem mangrove di Kabupaten

Musi Banyuasin mengalami kerusakan sebesar 96% yang tentunya juga berdampak

kepada menurunnya stok sumberdaya perikanan. Karena itu, untuk mempertahankan dan

melindungi keberadaan dan kualitas ekosistem dan sumberdaya perairan di kawasan

Sungai Musi yang menjadi tumpuan pembangunan perikanan secara berkelanjutan,

diperlukan suatu pengelolaan yang terpadu berbasis ekosistem salah satunya dengan

menetapkan dan mengembangkan kawasan konservasi sungai. Kawasan konservasi

sungai yang dimaksudkan disini adalah suatu kawasan sungai yang mencakup beragam

ekosistem di daerah hulu hingga hilir, dengan beragam flora dan fauna yang berasosiasi

di dalamnya serta memiliki nilai ekologis, ekonomis, sosial dan budaya.

Kawasan konservasi sungai memiliki peran utama sebagai berikut (Agardy, 1997; Barr

et. al, 1997) :

a. Melindungi keanekaragaman hayati serta struktur, fungsi dan integritas

ekosistem, termasuk proses-proses ekologis dalam suatu ekosistem.

b. Meningkatkan hasil perikanan, karena kawasan konservasi dapat melindungi

daerah pemijahan, pembesaran dan mencari makanan; meningkatkan kapasitas

reproduksi dan stok sumberdaya ikan.

c. Menyediakan tempat rekreasi dan pariwisata yang bernilai ekologis dan estetis.

Kawasan konservasi melindungi tempat-tempat khusus melalui pengawasan dan

pengaturan jenis-jenis aktivitas yang diijinkan dan tidak diijinkan di zona-zona

kawasan konservasi.

d. Memperluas pengetahuan, pemahaman dan kepedulian masyarakat tentang

ekosistem pesisir dan laut pulau-pulau kecil; menyediakan tempat yang sesuai

untuk observasi dan monitoring jangka panjang, dan berperan penting bagi

pendidikan masyarakat berkaitan dengan pentingnya konservasi laut dan dampak

negatif aktivitas manusia.

e. Memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat pesisir. Kawasan

konservasi dapat membantu masyarakat pesisir dalam mempertahankan basis

ekonominya melalui pemanfaatan sumberdaya dan jasa lingkungan secara

optimal dan berkelanjutan.

Page 19: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

15

Dengan demikian dalam perspektif strategi, pengembangan minawisata sebagai

perwujudan pemanfaatan sumberdaya ikan dan jasa lingkungan berazas konservasi, tentu

saja dapat menjadi pilar pembangunan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan.

E. Arahan Kegiatan Mina Wisata yang Potensial

Pengembangan minawisata sungai membutuhkan dukungan investasi, karena investasi

merupakan salah satu alat penggerak pembangunan dan indikator penentu dalam

mempercepat laju pertumbuhan suatu wilayah, khususnya ekonomi wilayah.

Pengembangan investasi mencakup juga investasi publik, swasta (investor) dan

pemerintah, seperti penyediaan prasarana dan sarana dasar. Dengan meningkatnya

investasi, maka akan mendorong pergerakan sektor-sektor potensial dan secara langsung

maupun tidak langsung dapat menciptakan multiplier effect. Dengan telah tersedianya

konsep minawisata, kawasan sungai akan semakin kondusif untuk dikembangkan,

dimana salah satunya terdapat kepastian dalam pemanfaatan ruang untuk tujuan

investasi.

Arahan kegiatan minawisata di kawasan sungai didasarkan pada hasil analisis kesesuaian

lahan, daya dukung dan analisis prioritas. Arahan aktivitas wisata dalam Minawisata

dapat dibagi menjadi 4 (empat) berdasarkan jenis objek utamanya, yaitu: wisata mina,

wisata konservasi dan pendidikan lingkungan, wisata air, dan wisata kuliner perikanan.

Wisata mina yang berbasis perikanan atau kombinasinya dapat berupa:

a. Pengembangan wisata budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) :

Kegiatan yang dilakukan seperti menyaksikan proses budidaya ikan di KJA,

memberi makan dan memanen ikan.

b. Pengembangan wisata memancing di KJA, sport and fishing recreation

c. Ekowisata Mangrove yang meliputi penanaman mangrove, perawatan pohon

mangrove, dsb.

d. Wisata Kuliner : menyantap hidangan ikan hasil produksi budidaya maupun hasil

tangkapan di sungai, restoran terapung, dsb.

e. Pengembangan wisata air berupa perahu untuk trasportasi di sungai

Page 20: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

16

F. Strategi Pengembangan Mina Wisata

Suksesnya sebuah pengembangan kawasan tepi air pada dasarnya ditentukan oleh

bagaimana karakteristik, keunikan, dan makna yang ada pada sebuah kawasan tepi air,

sehingga membuat masyarakat memiliki keterikatan dengannya (place attachment)

(Sesunan, 2014). Keberhasilan sebuah kawasan tepi air perkotaan juga dapat

menstimulasi aktivitas dan kehidupan sosial kota yang dinamis dan membuat kualitas

lingkungan, sosial, dan ekonomi kota menjadi lebih baik.

Implementasi konsep minawisata sungai membutuhkan strategi dan pentahapan kegiatan

yang terstruktur dan sistematis agar mencapai tujuan dan sasaran. Strategi dimaksud

mencakup 3 komponen kegiatan, yakni tahapan perencanaan, pelaksanaan serta

monitoring dan evaluasi.

Tahap perencanaan meliputi :

1. Survei untuk mengumpulkan data dan informasi serta analisis data. Kegiatan analisis

data bertujuan untuk mengolah berbagai data, informasi dan peta dari lapangan

(biofisik, sosial ekonomi dan lain-lain). Jenis analisis yang dilakukan meliputi

analisis kesesuaian lahan, daya dukung, ekonomi dan analisis pengembangan

wilayah.

2. Penyusunan rencana pengembangan dan rencana aksi minawisata pulau-pulau kecil

yang outputnya berupa dokumen masterplan, bussiness plan, siteplan, dan rancang

bangun minawisata pulau-pulau kecil.

3. Penataan ruang pesisir dan laut pulau-pulau kecil (pemintakatan) yang sinergis

dengan zonasi kawasan konservasi dalam konteks pengelolaan pulau-pulau kecil

terpadu (ISIM/Integrated Small Islands Management), yaitu ICM di PPK.

Tahap pelaksanaan meliputi :

1. Sosialisasi program dan penguatan kesadaran wisata masyarakat

2. Penyusunan Rencana Pengembangan Minawisata PPK, yang mencakup masterplan,

site plan/rancang bangun minawisata PPK

3. Penguatan sumberdaya manusia melalui pelatihan dan bimbingan teknis

4. Pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengembangan aktivitas ekonomi di bidang

perikanan dan wisata bahari

Page 21: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

17

5. Penguatan infrastruktur dasar dan ekonomi penunjang aktivitas minawisata,

termasuk peningkatan akses wisatawan terhadap kawasan minawisata

6. Pengelolaan/rehabilitasi ekosistem termasuk pengawasan SDKP

7. Promosi, pemasaran paket wisata dan pengembangan investasi minawisata

8. Pengembangan dan inovasi paket atraksi perikanan dan ekowisata bahari

9. Operasionalisasi dan pengendalian pengelolaan kawasan minawisata pulau-pulau

kecil.

Tahapan Monitoring dan Evaluasi

Monitoring meliputi kegiatan pengawasan dan pengendalian, sedangkan evaluasi

merupakan proses pengukuran dari hasil-hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai sesuai

dengan perencanaan program yang telah ditetapkan. Monitoring dilakukan untuk

mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan program, jika terjadi

ketidaksesuaian, informasi tersebut dapat segera digunakan sebagai masukan dalam

pengambilan keputusan.

Evaluasi adalah suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan

menginterprestasikan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan

program sesuai dengan kriteria tertentu untuk mengambil keputusan dalam

pengembangan minawisata pulau-pulau kecil.

Evaluasi dapat dibedakan menjadi tiga tahap yaitu:

a. Pra Evaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat program belum

berjalan/beroperasi pada tahap perencanaan.

b. Evaluasi pada saat program telah berjalan, yaitu evaluasi yang lebih difokuskan pada

penilaian dari setiap tahapan kegiatan yang sudah dilaksanakan walaupun belum

selesai sepenuhnya.

c. Evaluasi setelah program dilaksanakan, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap

seluruh tahapan program yang dikaitkan dengan tingkat keberhasilannya sesuai

dengan indikator yang ditetapkan dalam rumusan sasaran atau tujuan program.

Dalam sistem pariwisata, ada banyak faktor yang berperan dalam menggerakan sistem,

yaitu (1) masyarakat, (2) swasta, (3) pemerintah. Pitana dan Giyatri (2005) menyebutkan

ketiga pilar tersebut sebagai tiga pilar utama insan pariwisata. Pilar pertama adalah

masyarakat umum yang ada pada destinasi sebagai pemilik sah dari berbagai sumberdaya

Page 22: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

18

yang merupakan modal pariwisata, seperti kebudayaan. Tokoh masyarakat, intelektual,

LSM, dan media dapat juga dimasukkan dalam kelompok ini. Pilar kedua, swasta adalah

asosiasi usaha pariwisata dan para pengusaha, sedangkan pilar ketiga kelompok

pemerintah, yaitu pada berbagai wilayah administrasi, mulai dari pemerintah pusat,

negara bagian, provinsi, kabupaten, dan kecamatan. Tiga pilar sektor pariwisata harus

secara bersamaan dikembangkan agar memiliki kesatuan pandangan dalam

pengembangan kawasan wisata sungai.

G. Dukungan dan Partisipasi Pemerintah dan Masyarakat dalam Pengembangan

Minawisata

Wisata sungai yang sudah menjadi “trade mark” kota-kota besar seperti Venesia di Italia

dan Bangkok di Thailand merupakan fakta bahwa sektor pariwisata merupakan sektor

andalan jika dapat dibenahi dan dikembangkan. Akan tetapi dukungan potensi alam tidak

cukup untuk mengembangkan suatu potensi wisata, tanpa didukung oleh peran

masyarakat melalui partisipasi sosialnya. Artinya masyarakat akan menjadi bagian yang

tak terpisahkan dalam pengembangan sektor pariwisata seperti yang dikatakan oleh

Pitana dan Gayatri (2005) bahwa pariwista adalah fenomena kemasyarakatan, yang

menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, orgnisasi, kebudayaan, dan sebagainya,

yang merupakan objek kajian sosiologi. Partisipasi sosial akan menjadi sangat penting

dalam membentuk citra rasa aman bagi warga kota yang bisa dijadikan daya tarik

kunjungan para wisatawan ke suatu objek wisata.

Pengembangan objek wisata bisa dilakukan dengan melibatkan kalangan swasta yag

berminat mengembangkan bisnis pariwisata, khususnya wisata air di kota Palembang.

Untuk mendukung perkembangan tersebut setidaknya, ada empat aspek yang perlu

diperhatikan secara serius, agar tujuan pengembangan industri pariwisata dapat terwujud,

yaitu pembangunan infrastruktur (fisik), pembenahan aturan investasi, pengembangan

sumberdaya manusia dan dukungan atau partisipasi sosial dari masyarakat kota.

Infrastruktur sangat dibutuhkan untuk menunjang sarana dan prasarana wisata air,

menyangkut pembangunan dermaga sungai, dibeberapa tempat yang akan dijadikan

objek wisata. Selain pembangunan dermaga, dibutuhkan juga pembangunan penataan

objek wisata, terutama jalan dan fasilitas publik lainnya. Untuk mendukung wisata juga

Page 23: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

19

diperlukan perbaikan saluran-saluran primer yang merupakan rehabilitasi anak-anak

sungai , yang selama ini kurang terawat dengan baik, sehingga kapal-kapal kecil bisa

melayari anak-anak sungai sampai masuk jauh ke tengah kota Palembang seperti di masa

lampau.

Dukungan dan partisipasi masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam pengembangan

program minawisata sungai. Hal ini sangat berkaitan dengan tiga hal pokok yang

menjadi aspek strategis dalam pencapaian tujuan menjadikan suatu kawasan wisata yang

berpotensi mengundang para wisatawan. Pertama, partisipasi masyarakat dalam menjaga

rasa aman. Hal ini sangat penting dan strategis, mengingat kawasan wisata harus

ditunjang oleh faktor keamanan yang kondusif karena para wisatawan yang berkunjung

akan datang dan tinggal berlama-lama jika kawasan wisata itu menjamin keamanan dan

menjaga ketentraman masyarakatnya. Dalam upaya membentuk citra rasa aman

diperlukan dukungan semua warga kota yang memiliki kemauan untuk menjaga

keamanan para wisatawan dan kehidupan masyarakatnya. Citra ini harus terbentuk

melalui proses yang panjang, melalui partisipasi masyarakat dengan aparat keamanan

agar orang yang datang akan merasa aman jika berada di kawasan wisata.

Kedua, partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan di kawasan wisata.

Potensi wisata sungai akan terjaga jika didukung oleh lingkungan yang asri dan lestari.

Partisipasi dimulai dengan menjaga sungai dari tumpukan sampah. Peran masyarakat

khususnya yang berada di pinggir sungai harus ditumbuhkan dalam upaya menggalang

kesadaran akan lingkungan sungai yang bersih. Pemerintah kota dapat menjadikan

moment pengembangan wisata sungai untuk terus mensosialisasikan „gerakan bersih

sungai‟ dengan terus melibatkan partisipasi masyarakat sebagai ujung tombak

keberhasilan program minawisata sungai. Kemudian diteruskan dengan upaya menjaga

mutu air sungai dari limpahan limbah cair yang dibuang oleh masyarakat maupun

industri. Hal ini sangat penting, mengingat mutu air sungai harus dijaga pelestariannya

agar tidak tercemar, sehingga bisa mempertahankan ekologi sungai yang didalamnya

akan hidup berbagai hewan yang selama ini sudah semakin terusik habitatnya karena

pencemaran limbah sungai Musi. Sebagai contoh, kota Bangkok Thailand dimana

sungainya yang jernih dan lestari dapat dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung

dengan melihat ribuan ikan yang hilir mudik di sungai sebagai bentuk dari keberhasilan

pemerintah kota Bangkok dalam menjaga kelestarian sungai sebagai sumber kehidupan

sekaligus sebagai objek wisata. Pengadopsian program pembangunan dapat dijadikan

Page 24: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

20

langkah awal dalam menunjang kawasan wisata sungai yang dicanangkan oleh

pemerintah.

H. Ancaman dalam Pengembangan Minawisata Sungai Musi

Peningkatan intensitas kegiatan ekonomi di daratan akan menyebabkan kerusakan

sumberdaya alam, sedangkan kerusakan alam di daratan akan merusak perairan: sungai,

pesisir, dan laut, berupa degradasi lingkungan karena pencemaran dan sedimentasi.

Sementara itu intensitas kegiatan di perairan sendiri juga terus mengancam kerusakan

lingkungan perairan. Aktivitas penggunaan lahan di tepian ataupun sekitar perairan

Sungai Musi ini secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak negatif

terhadap mutu air sungai dan selanjutnya mengakibatkan rusaknya ekosistem perairan.

Rusaknya ekosistem perairan berdampak pula terhadap kehidupan ikan baik secara

kualitas maupun kuantitas.

Apabila masalah-masalah pencemaran lingkungan di perairan Sungai Musi ini dibiarkan

berlarut-larut, akan berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Hal ini tentu saja

mengancam eksistensi perairan sungai dan ketahanan masyarakat di tepian sungai.

Tentunya juga akan berdampak pada terganggunya kegiatan pariwisata khususnya

minawisata di Sungai Musi. Untuk itu, setiap wilayah seharusnya ada fasilitas

mengelolaan limbah rumah tangga sebelum dibuang ke sungai atau tempat lain yang

telah ditentukan. Biaya yang dikeluarkan memang cukup besar. Namun, efek baiknya

akan dirasakan oleh banyak orang dalam jangka waktu yang lama.

I. Alternatif Solusi

Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, maka pengembangan wisata di Sungai

Musi harus dilaksanakan secara berkelanjutan dengan pendekatan yang mengutamakan

keseimbangan ekologi, ekonomi dan konservasi. Pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) sendiri menurut WCED (1987), adalah pembangunan untuk

memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa menurunkan atau merusak kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, artinya tidak melarang aktivitas

pembangunan ekonomi, tetapi menganjurkannya dengan persyaratan bahwa laju (tingkat)

Page 25: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

21

kegiatan pembangunan tidak melampaui daya dukung (carrying capacity). Dengan

demikian, generasi mendatang tetap memiliki aset sumberdaya alam dan jasa-jasa

lingkungan (environmental services) yang sama kualitasnya dengan kondisi saat ini.

Page 26: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

22

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu alternatif corak wisata yang menarik untuk mengatasi kejenuhan wisatawan di

samping wisata budaya adalah minawisata. Minawisata di Sungai Musi dapat

dikembangkan berdasarkan potensi kawasan dan daya dukungnya. Minawisata berbasis

konservasi sumberdaya perikanan dapat dikembangkan di Sungai Musi, namun

diperlukan dukungan dari semua pihak sesuai bidangnya.

B. Saran

Pengembangan wisata di Sungai Musi harus dilaksanakan secara berkelanjutan dengan

pendekatan yang mengutamakan keseimbangan ekologi, ekonomi dan konservasi.

Page 27: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

23

DAFTAR PUSTAKA

Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Industri Kelapa

Sawit PT. Peputra Masterindo di Kabupaten Kampar. S2, Universitas Diponegoro.

Agardy, T.S. (1997), Marine Protected Areas and Ocean Conservation. Academic Press, Inc.,

San Diego, California.

Burkart, A.J. dan Medlik, S. 1987. Tourism, Past, Present, and Future. London.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sumatera Selatan. 2006. Profil Usaha Pariwisata.

Kota Pagar Alam

Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Gunn. CA., 1994. Tourism Planning Basics, Concepts, Cases. Third Edition. Tylor & Francis

Ltd. London.

Kamal E. 2005. Minawisata dan Minaindustri. Informasi Kampus. Universitas Bung Hatta.

Padang.

Kodyat, H 1983. Sejarah Pariwisata dan Perkembangnannya di Indonesia. PT Gramedia.

Pustaka Utama. Jakarta.

Kordi, K. M. G. H. 2005. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi Daya Perairan. Penerbit

Rineka Cipta. Jakarta.

Pitana, I Gede dan Putu G. Giyatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Rohayati, T, Zulkifli, H. dan Husnah. 2003. Produktivitas Primer dan Komunitas Plankton di

Danau Buatan Kawasan Pemukiman Ogan Permata Indah Jakabaring Palembang. Ilmu-

ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. 1(1):1-14

Samuel dan Aida, S.N. 2004. Limnobiologi Perairan Musi Bagian Hulu di Provinsi Bengkulu

dan Sumatera Selatan. Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. 2(1):23-32.

Page 28: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

24

Surbakti, H. 2012. Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi,

Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Sains. Universitas Sriwijaya. Palembang. 15(1) :

35-39.

Utomo, A. D. Nasution, Z. A. dan Adjie, S. 1995. Pemanfaatan Berbagai Tipe Ekosistem

Daerah Aliran Sungai Melalui Penerapan Teknologi Budidaya Ikan Tepat Guna.

Kumpulan Makalah Seminar Penyusunan, Pengolahan dan Evaluasi Hasil Penelitian

Perikanan di Perairan Umum, Palembang 27-28 Februari 1994. Sub Balai Penelitian

Perikanan Air Tawar Palembang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan,

Badan Penelitian pengembangan Pertanian. 227-233.

Vannote, R. L., G. W. Minshall, K. W. Cummins, J. R. Sedel and C. E. Cushing. 1980. The

River Continum Concept. Can. Journal. Fish. Aquat. Sci., 37: 130-137.

Wahab, Salah. 1985. Manajemen Pariwisata. PT. Pradnya Pramita: Jakarta.

WCED (UN World Commission on Environment and Development), 1987, Our Common

Future: Report of the World Commission on Environment and Development, WCED,

Switzerland.

Page 29: PIM3141-Kelompok 18-Carissa Paresky-Pengembangan Wisata Sungai

25

Pembagian Tugas

1. Carissa Paresky Arisagy

Sebagian Pendahuluan, Sebagian Pembahasan, Penutup, Finishing, Kata Pengantar

2. Yusni Zaqiah Ma‟ruf

Sebagian Pendahuluan, Sebagian Pembahasan, Cover, Daftar Isi