2
Nama: DELVI RIANA Nrp : G34080010 Pinang (Areca catechu L.) Pinang (Areca catechu L.) mempunyai nilai ekonomis yang cukup baik dengan manfaat yang beragam dan daerah penyebarannya cukup luas. Manfaat biji pinang antara lain untuk bahan industri seperti dalam penyamakan kulit, industri tekstil, industri zat pewarna, kosmetik, minuman dan farmasi, disamping itu sebagai bahan makanan stimulansia dan bumbu masak. Daun dari tanaman pinang juga dapat digunakan sebagai obat gangguan saluran pernafasan. Batang digunakan untuk bahan bangunan, saluran air, dan sering dipakai sebagai perlombaan panjat pinang dalam rangka mempe- ringati hari-hari besar. Akar dimanfaatkan untuk obat cacing dan gangguan pencernaan. Menurut Untu (1995) benih pinang akan berkecambah setelah 2 - 3 bulan, dalam persemaian dan selama persemaian terjadi kerusakan benih akibat hama dan penyakit. Perbanyakan tanaman pinang secara konvensional mempunyai beberapa kendala, antara lain biji memiliki masa dormansi, untuk berkecambah memerlukan waktu 54 hari bahkan lebih. Untuk mendapatkan bibit pinang yang siap ditanam di lapangan membutuhkan waktu 18 - 30 bulan, bibit pada umur ini memiliki 5-7 helai daun (Bhat, 1978). Untuk itu perlu dicarikan suatu metoda yang dapat mempercepat perkecambahan dan aman dari gangguan hama ataupun penyakit. Pada berbagai jenis tanaman palem (Arecaceae), diketahui teknik kultur in vitro merupakan salah satu solusi yang cukup efektif untuk mengatasi masalah dalam penyediaan bibit. Pinang termasuk salah satu tanaman yang sulit berkecambah maka dengan teknik kultur in vitro akan dapat mengatasi masalah tersebut, karena kultur in vitro termasuk salah satu cara budidaya untuk tanaman yang sulit berkecambah (Wattimena, 1996). Pertumbuhan dan morfogenesis tanaman secara in vitro, dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi dari zat pengatur tumbuh (ZPT) yang berada dalam eksplan, baik ZPT endogen maupun eksogen yang diserap dari media tumbuh. Yuriko (2001) menyatakan kultur embrio pinang dengan penambahan NAA 6 ppm pada media MS dapat memberikan pertumbuhan yang optimum.Adapun tahapan perkecamban pinang secara in vitro persiapan media, persiapan eksplan,penanaman eksplan,penggelapan,pemeliharaan kultur dan pengamatan. Pembuatan media pertama-tama larutan stok ditambahkan BAP dan NAA sesuai dengan perlakuan dengan cara memipet larutan stok yang sudah ada. Kemudian ditambah arang aktif dan ditambah sukrosa 3%. Kemudian diatur pH agar mencapai 5,8. Media selanjutnya ditambah agar sebanyak 8g/l dan dimasak media ini berisi zat pengatur tumbuh dan mineral yang penting untuk kecambah. Persiapan ekslpan yakni memecah dormansi buah pinang

Pinang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pinang

Nama: DELVI RIANANrp : G34080010

Pinang (Areca catechu L.)

Pinang (Areca catechu L.) mempunyai nilai ekonomis yang cukup baik dengan manfaat yang beragam dan daerah penyebarannya cukup luas. Manfaat biji pinang antara lain untuk bahan industri seperti dalam penyamakan kulit, industri tekstil, industri zat pewarna, kosmetik, minuman dan farmasi, disamping itu sebagai bahan makanan stimulansia dan bumbu masak. Daun dari tanaman pinang juga dapat digunakan sebagai obat gangguan saluran pernafasan. Batang digunakan untuk bahan bangunan, saluran air, dan sering dipakai sebagai perlombaan panjat pinang dalam rangka mempe-ringati hari-hari besar. Akar dimanfaatkan untuk obat cacing dan gangguan pencernaan.

Menurut Untu (1995) benih pinang akan berkecambah setelah 2 - 3 bulan, dalam persemaian dan selama persemaian terjadi kerusakan benih akibat hama dan penyakit. Perbanyakan tanaman pinang secara konvensional mempunyai beberapa kendala, antara lain biji memiliki masa dormansi, untuk berkecambah memerlukan waktu 54 hari bahkan lebih. Untuk mendapatkan bibit pinang yang siap ditanam di lapangan membutuhkan waktu 18 - 30 bulan, bibit pada umur ini memiliki 5-7 helai daun (Bhat, 1978). Untuk itu perlu dicarikan suatu metoda yang dapat mempercepat perkecambahan dan aman dari gangguan hama ataupun penyakit. Pada berbagai jenis tanaman palem (Arecaceae), diketahui teknik kultur in vitro merupakan salah satu solusi yang cukup efektif untuk mengatasi masalah dalam penyediaan bibit. Pinang termasuk salah satu tanaman yang sulit berkecambah maka dengan teknik kultur in vitro akan dapat mengatasi masalah tersebut, karena kultur in vitro termasuk salah satu cara budidaya untuk tanaman yang sulit berkecambah (Wattimena, 1996).

Pertumbuhan dan morfogenesis tanaman secara in vitro, dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi dari zat pengatur tumbuh (ZPT) yang berada dalam eksplan, baik ZPT endogen maupun eksogen yang diserap dari media tumbuh. Yuriko (2001) menyatakan kultur embrio pinang dengan penambahan NAA 6 ppm pada media MS dapat memberikan pertumbuhan yang optimum.Adapun tahapan perkecamban pinang secara in vitro persiapan media, persiapan eksplan,penanaman eksplan,penggelapan,pemeliharaan kultur dan pengamatan.

Pembuatan media pertama-tama larutan stok ditambahkan BAP dan NAA sesuai dengan perlakuan dengan cara memipet larutan stok yang sudah ada. Kemudian ditambah arang aktif dan ditambah sukrosa 3%. Kemudian diatur pH agar mencapai 5,8. Media selanjutnya ditambah agar sebanyak 8g/l dan dimasak media ini berisi zat pengatur tumbuh dan mineral yang penting untuk kecambah. Persiapan ekslpan yakni memecah dormansi buah pinang adalah sebagai berikut buah pinang dicuci dengan deterjen sambil disikat dengan sikat gigi untuk mengangkat kotoran yang melekat. Kemudian dibilas bersih, setelah bersih buah dipotong pada ujung dan pangkalnya masing-masing 0,5 cm tujuannya agar calon akar dan calon daun mudah menembus kulit pinang yang keras, kemudian langsung direndam dalam alkohol 70 %,kemudian embrio dipisahkan dari buah dengan menggunakan pisau scalpel dan diambil dengan pinset. Embrio yang telah dipisahkan tersebut langsung ditanam di dalam botol kultur, eksplan dilakukan di dalam LAFC. Embrio yang sudah dipisahkan dari buahnya tadi ditanam dalam botol kultur yang telah berisi media, masing-masing satu embrio untuk setiap botol kultur, kemudian ditutup dengan aluminimum foil dan dibalut dengan plastik wrap, untuk menghindari terjadinya browning, maka dilakukan penggelapan. Botol kultur ditempatkan di ruangan gelap pada suhu 25 - 27 oC selama 14 hari, untuk pemeliharaan selama kultur cahaya lampu rata-rata 2000 luks dan setiap hari disemprot dengan alkohol 70%.

Variabel yang diamati pada penelitian ini me-liputi : persentase eksplan yang hidup (%), persentase eksplan yang mengalami pencoklatan (%), persentase eksplan membentuk kalus (%), persentase eksplan yang membentuk shootlet,, persentase eksplan yang membentuk rootlet, dan perubahan warna eksplan.

Page 2: Pinang

Daftar pustakaBhat, K.S. 1978. Agronomic research in arecanut a review. Journal of planttation Crops volome 6 no. 2

Institut Regional Station. India. Pp 67-80Tamsil Bustamam, Nalwida Rozen, dan Wawan Kurniawan. 2004. Effect of NAA and BAP concentration

on embryo culture of Pinang sirih (Areca catechu L)by in vitro. Stigma Volume XII No.2, April – Juni 2004

Untu, Z. 1995. Penggunaan zat pengatur tumbuh pada pembibitan pinang. Buletin Balitka no.24. Balai Penelitian Tanaman Kelapa. Menado. Hal. 60-65.

Yuriko, H. 2001. Kultur embrio pinang sirih (Areca catechu L.) secara in vitro pada beberapa tingkat kematangan buah. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Hal 48

Wattimena,G.A. 1996. Zat pengatur tumbuh tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. PAU Bioteknologi. IPB Bogor. Hal 247