15
PELAPORAN KORPORAT PSAK 24 IMBALAN KERJA Agatha Nike P 14/375262/EE/06825 Dhiko Referli 14/375295/EE/06858 Elma Nurhikmah 14/375298/EE/06861 Endah Novita Sari 14/375300/EE/06863 Fitricia Kartiko W 14/375307/EE/06870 Lucia Ira 14/375330/EE/06892 Purni Hastuti 14/375356/EE/06918 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM PROFESI AKUNTANSI

PK 24 fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tgs

Citation preview

PELAPORAN KORPORAT

PSAK 24 IMBALAN KERJA

Agatha Nike P

14/375262/EE/06825

Dhiko Referli

14/375295/EE/06858 Elma Nurhikmah

14/375298/EE/06861

Endah Novita Sari

14/375300/EE/06863

Fitricia Kartiko W

14/375307/EE/06870

Lucia Ira

14/375330/EE/06892

Purni Hastuti

14/375356/EE/06918

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM PROFESI AKUNTANSI

UNIVERSITAS GAJAH MADA

YOGYAKARTA

2015BAB IPENDAHULUAN

Terbitnya Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 (UUK No. 13 / 2003) mewajibkan semua perusahaan memberikan beberapa imbalan mulai dari imbalan istirahat panjang sampai dengan imbalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Penerapan UUK ini mengakibatkan perusahaan akan dibebani dengan jumlah pengupahan yang tinggi terutama untuk perusahaan yang memiliki jumlah karyawan ribuan orang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemungkinan terganggunya cash flow perusahaan akibat dari ketentuan dalam UU No. 13 tahun 2003 tersebut, maka muncul PSAK No. 24 yang mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja.

PSAK-24 telah mengalami perubahan sesuai dengan perkembangannya. Perubahan PSAK 24 dilakukan karena adanya perubahan dan revisi atas IAS 19 Employee Benefit. Sebagai konsekuensi Indonesia mengadopsi IFRS, maka setiap terjadi perubahan IFRS/IAS akan dilakukan perubahan terhadap PSAK terkait. Pada awalnya PSAK 24 mengatur mengenai akuntansi biaya manfaat pensiun. PSAK 24 disahkan tanggal 7 September 1994. Jika dibandingkan dengan PSAK 24 (Revisi 2004), PSAK 24 versi tahun 1994 ini cakupannya lebih sempit, yaitu hanya mengatur mengenai akuntansi dari akuntansi biaya manfaat pensiun. Sebagai penekanan, PSAK 24 versi ini bukan mengatur mengenai dana pensiun, karena PSAK yang mengatur mengenai akuntansi dana pensiun diatur dalam PSAK tersendiri, yaitu PSAK 18 tentang akuntansi dana pensiun.

Dalam perkembangannya, pada tanggal 24 Juni 2004 PSAK 24 telah berubah menjadi PSAK 24 revisi tahun 2004 (PSAK 24 R2004). Berbeda dari versi sebelumnya, PSAK 24 R2004 ini memiliki cakupan yang lebih luas, tidak hanya mengatur mengenai manfaat pensiun, akan tetapi mengatur semua imbalan kerja yang berlaku di perusahaan. PSAK 24 kembali mengalami perubahan pada tahun 2010 dan perubahan terakhir pada tahun 2014.

Terdapat tiga perubahan pokok dalam PSAK 24 revisi 2014 yaitu cara perhitungan beban pensiun, pengakuan keuntungan dan kerugian aktuaria serta pengungkapan. Perubahan tersebut akan mempengaruhi secara signifikan nilai kewajiban imbalan pascakerja yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Pengakuan keuntungan dan kerugian aktuaria sebagai komponen pendapatan komprehensif secara signifikan akan mempengaruhi total ekuitas perusahaan. Pengungkapan dibuat lebih komprehensif dengan menjelaskan karakteristik, jumlah yang timbul dari program dalam laporan keuangan dan analisis sensitifitas atas program imbalan pasti.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 24 mengenai Imbalan Kerja terdiri dari paragraph 01-174. Pada makalah ini akan membahas dari paragraph 1-54. Pokok bahasan antara lain mencakup tujuan, ruang lingkup, definisi, imbalan kerja jangka pendek, serta imbalan pasca kerja: program iuran pasti.

BAB II

PEMBAHASANImbalan kerja menurut psak 24 penyesuaian tahun 2014 adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan entitas dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk terminasi kontrak kerja. Pada dasarnya, imbalan kerja diberikan oleh entitas kepada pekerja berdasarkan program formal atau perjanjian formal, peraturan perundang-undangan atau pengaturan industri serta kebiasaan (informal) yang menimbukan kewajiban konstruktif. Pada imbalan kerja, suatu perusahaan mengakui imbalan kerja sebagai liabilitas ketika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja yang akan dibayarkan dimasa depan, dan beban ketika entitas menikmati manfaat ekonomik yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja. Imbalan kerja terdiri dari empat jenis yaitu imbalan kerja jangka pendek, imbalan kerja jangka panjang lain, imbalan pasca kerja dan pesangon.

1. Imbalan Kerja Jangka Pendek

Adalah imbalan kerja (selain dari pesangon) yang diharapkan akan diselesaikan seluruhnya sebelum 12 bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan dimana pekerja memberikan jasa terkait. Adapun imbalan jangka pendek meliputi upah, gaji, iuran jaminan sosial, cuti tahunan berbayar, cuti sakit berbayar, bagi laba dan bonus, serta imbalan nonmoneter (seperti fasilitas pelayanan kesehatan, rumah, mobil, dan barang atau jasa yang diberikan secara cuma-cuma atau melalui subsidi) untuk pekerja yang ada saat ini.

Pengakuan dan Pengukuran atas Imbalan Kerja Jangka Pendek

Apabila pekerja telah memberikan jasanya kepada suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut mengakui jumlah tidak terdiskonto dari imbalan kerja jangka pendek yang diharapkan akan dibayar sebagai imbalan atau jasa tersebut, yaitu:

a. Sebagai liabilitas (beban akrual), setelah dikurangi jumlah yang telah dibayar. Jika jumlah yang telah dibayar melebihi jumlah yang tidak didiskonto dari imbalan tersebut, maka entitas mengakui kelebihan tersebut sebagai aset (beban dibayar dimuka) selama pembayaran tersebut akan menimbulkan, sebagai contoh, pengurangan pembayaran dimasa depan atau pengembalian kas.

b. Sebagai beban, kecuali jika SAK mensyaratkan atau mengizinkan imbalan tersebut termasuk dalam biaya perolehan aset.

Pengakuan dan Pengukuran atas Cuti Berbayar Jangka Pendek

Dalam cuti berbayar jangka pendek, suatu perusahaan mengakui biaya yang diperkirakan atas imbalan kerja jangka pendek dalam bentuk cuti berbayar. Suatu perusahaan dapat membayar untuk cuti tersebut dengan berbagai alasan termasuk liburan, sakit dan cacat sementara, melahirkan atau suami mendampingi istri yang melahirkan, panggilan pengadilan serta pengabdian militer. Hak atas cuti berbayar jangka pendek tersebut terdiri dari 2 jenis yaitu:

a. Cuti berbayar yang diakumulasi

Adalah cuti yang dapat digunakan pada periode yang akan datang apabila hak cuti pada periode berjalan tidak digunakan seluruhnya. Cuti jenis ini diakui pada saat pekerja memberikan jasa yang menambah hak atas cuti berbayar dimasa depan. Terdapat dua sifat dalam cuti berbayar yang dapat diakumulasi, yaitu bersifat vesting atau nonvesting. Yang dimaksud dengan cuti berbayar diakumulasi yang bersifat vesting adalah pekerja berhak memperoleh pembayaran kas untuk hak yang tidak digunakan, sedangkan cuti berbayar yang diakumulasi nonvesting adalah ketika pekerja tidak berhak menerima pembayaran kas unntuk hak yang tidak digunakan. Pada cuti jenis ini, perusahan mengakui kewajiban yang timbul apabila pekerja memberikan jasa yang dapat menambah hak atas cuti berbayar dimasa depan. Hal ini bahkan berlaku pada cuti berbayar diakumulasi yang bersifat nonvesting.b. Cuti berbayar yang tidak diakumulasiAdalah cuti yang tidak dapat dibawa dan digunakan keperiode yang akan datang, sehingga imbalan tersebut akan hilang apabila hak cuti pada periode berjalan tidak digunakan seluruhnya. Selain itu, cuti jenis ini tidak memberikan hak bagi pekerja untuk menerima pembayaran kas atau hak yang tidak digunakan. Adapun cuti berbayar tidak diakumulasi akan diakui pada saat cuti terjadi. Biasanya cuti jenis ini terjadi untuk cuti sakit berbayar, cuti melahirkan atau cuti suami yang mendampingi istri melahirkan. Pada cuti berbayar tidak diakumulasi, suatu perusahaan tidak mengakui liabilitas atau beban sampai waktu terjadinya cuti. Hal tersebut dikarenakan oleh jasa pekerja yang tidak menambah jumlah imbalan. Pengakuan dan Pengukuran atas Bagi Laba dan Bonus

Pada program bagi laba, pekerja akan menerima bagian atas laba apabila mereka tetap bekerja pada perusahaan selama periode tertentu. Program tersebut akan menimbulkan kewajiban konstruktif sehingga akan ada kemungkinan tentang pekerja yang keluar tanpa menerima pembayaran pembagian laba. Suatu perusahaan akan mengakui biaya yang diperkiraan atas pembayaran bagi laba dan bonus apabila:a. Entitas memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif kini atas pembayaran beban tersebut sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, dan b. Kewajiban tersebut dapat dierstimasi secara handal. Kewajiban kini akan timbul apabila entitas tidak memiliki alternatif realistis lain kecuali melakukan pembayaran.

Dalam program ini, kewajiban akan timbul sebagai akibat dari jasa pekerja dan bukan dari transaksi dengan pemilik entitas. Sehingga, suatu entitas mengakui biaya atas bagi laba dan bonus sebagai beban dan bukan sebagai distribusi laba.

2. Imbalan Kerja Jangka Panjang Lain

Adalah seluruh imbalan kerja selain imbalan kerja jangka pendek, imbalan pascakerja, dan pesangon. Imbalan kerja jangka panjang lain mencakup cuti berbayar jangka panjang seperti cuti besar atau cuti sabbatical, penghargaan masa kerja atau jasa jangka panjang lainnya, dan imbalan cacat permanen. 3. Imbalan Pasca Kerja

Adalah imbalan kerja (selain pesangon dan imbalan kerja jangka pendek) yang terutang setelah pekerja menyelesaikan kontrak kerja. Imbalan pascakerja mencakup imbalan purnakarya (contohnya pensiun dan pembayaran lump sum pada saat purnakarya) dan imbalan pascakerja lain, seperti asuransi jiwa pascakerja dan fasilitas pelayanan kesehatan pascakerja. Pada intinya, imbalan pasca kerja adalah imbalan yang diberikan oleh suatu entitas kepada karyawan pada saat karyawan tersebut telah berhenti bekerja/pensiun pada entitas tersebut.Program imbalan pasca kerja diklasifikasikan menjadi dua yaitu program iuran pasti dan program imbalan pasti. Masing masing program tersebut bergantung pada substansi ekonomi dari syarat dan ketentuan pokok yang ada.

a. Program Iuran Pasti

Menurut PSAK 24 penyesuaian 2014, program iuran pasti adalah prgram imbalan pasca kerja dimana entitas membayar iuran tetap kepada entitas terpisah (dana) dan tidak memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif untuk membayar iuran lebih lanjut jika dana tersebut tidak memiliki aset yang cukup untuk membayar seluruh imbalan kerja terkait dengan jasa yang diberikan oleh pekerja pada periode berjalan dan periode sebelumnya. Dalam program jenis ini, kewajiban hukum (kontrak berdasarkan hukum yang mengikat karyawan dan perusahaan), atau kewajiban konstruktif (kontrak yang berdasarkan praktik masa lalu) suatu entitas hanya terbatas pada jumlah yang disepakati sebagai iuran. Adapun jumlah imbalan pasca kerja yang diterima oleh karyawan sebesar jumlah iuran yang dibayarkan suatu entitas kepada program imbalan kerja ditambah hasil investasi dari iuran yang telah dibayarkan.Terdapat dua jenis resiko dalam program iuran pasti yaitu resiko aktuarial dan resiko investasi. Resiko aktuarial adalah resiko dimana imbalan lebih kecil dari yang diharapkan, sedangkan resiko investasi adalah suatu resiko dimana aset yang diinvestasikan tidak cukup untuk memenuhi imbalan yang diharapkan. Adapun kedua resiko dalam program iuran tersebut ditanggung oleh karyawan.

Pengakuan dan Pengukuran atas Program Iuran Pasti

Apabila pekerja telah meberikan jasanya kepada suatu entias dalam suatu periode, maka entitas tersebut mengakui iuran terutang sebagai:

Liabilitas (beban akrual) setelah dikurangi dengan iuran yang telah dibayar. Apabila iuran yang telah dibayar tersebut melebihi iuran terutang untuk jasa sebelum akhir periode pelaporan, maka entitas mengakui kelebihan entitas tersebut sebagai aset (beban diabayar dimuka) sepanjang kelebihan tersebut akan mengurangi iuran masa depan atau pemabayarn kembali dalam bentuk kas.

Beban, kecuali jika PSAK lain mensyaratkan atau mengizinkan iuran tersebut untuk dimasukkan dalam biaya dalam perolehan aset.

Dalam program iuran pasti, perusahaan harus mengungkapkan jumlah yang diakui sebagai beban untuk program iuran pasti. b. Program Imbalan Pasti

Sesuai dengan PSAK 24 penyesuaian 2014, program imbalan pasti adalah program imbalan kerja yang bukan merupakan program iuran pasti. Pada program imbalan pasti, suatu entitas memiliki kewajiban menyediakan imbalan yang dijanjikan kepada pekerja yang ada saat ini maupun mantan pekerja. Didalam program tersebut terdapat dua jenis resiko, yaitu resiko aktuarial dan resiko investasi dan kedua resiko tersebut ditanggung oleh entitas. Program Multipemberi Kerja

Adalah program iuran pasti atau program imbalan pasti (selain program jaminan sosial) yang :

a. Menyatukan aset yang dikontribusikan oleh beberapa entitas yang tidak sepengendali, dan

b. Menggunanakn aset tersebut untuk memebrikan imbalan kepada para pekerja yang berasal pada lebih dari dari satu entitas, dengan dasar bahwa tingkat iuran dan imbalan ditentukan tanpa memperhatikan identitas entitas yang mempekerjakan pekerja tersebut.

Program Imbalan Pasti yang Berbagi Resiko antara Entitas Sepengendali

Suatu entitas yang berpartisipasi dalam program tersebut akan memperoleh informasi mengenai program secara keseluruhan. Apabila terdapat perjanjian kontraktual atau kebijakan tertulis untuk membebankan biaya imbalan pasti neto dari program secara keseluruhan kepada suatu entitas, maka entitas akan mengakui biaya imbalan pasti neto yang dibebankan dalam laporan keuangan inividual. Namun apabila pejanian atau kebijakan tersebut tidak ada amaka biaya imbalan pasti neto diakui dalam laporan keuangan individual dari entitas dalam kelompok usaha yang mendukung program tersebut. Adapun contoh atas program imbalan pasti yang berbagi resiko antara entitas sepengendali adalah entitas induk dan entitas anaknya yang bukan merupakan multipemberikerja. Program Jaminan Sosial

Dalam program jaminan sosial, program tersebut dapat berupa imbalan pasti atau iuran pasti, tergantung pada kewajiban entias dalam program. Dalam sebagin besar jaminan sosial entias tidak memiliki kewajiban hukum atau kewajiban kontrustif untuk mebayar imbalan masa depan tersebut. Satu satunya kewajiban entitas adalah untuk membayar iuran ketika jatuh tempo. Apabila suatu entitas tidak lagi mempekerjakan pekerja yang merupakan peserta program jaminan sosial, maka entitas tersebut tidak berkewajiban untuk membayar imbalan yang diperoleh pekerjanya ditahun-tahun sebelumnya. Imbalan yang Dijamin

Ketika suatu entitas mendanai kewajiban imbalan pasca kerja dengan membeli polis asuransi dimana entitas tetap memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif, maka pembayaran premi bukan merupakan jumlah pembayaran untuk pengaturan iuran pasti. Sehingga entitas tersebut mencatat polis asuransi yang memenuhi syarat sebagai aset program dan mengakui polis asuransi lain sebagai hak penggantian. Entitas dapat membayar premi asuransi untuk mendanai program imbalan pacakerja dan memperlakukan program tersebut sebagai program iuran pasti, kecuali apabila entitas akan memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif untuk membayar imbalan kerja secara langsung pada saat jatuh tempo, atau untuk membayar tambahan imbalan jika asuradur tidak membayar seluruh imbalan kerja masa depan yang timbul dari jasa pekerja periode berjalan dan periode sebelumnya. Dalam program jenis ini, apabila entitas masih memiliki kewasjiban hukm atau kewajiban konstruktif, maka entitas memperlakukan program tersebut sebagai program imbalan pasti.4. Pesangon

Adalah imbalan yang diberikan dalam pertukaran atas terminasi perjanjian kerja dengan pekerja sebagai akibat dari :

a. Keputusan entitas untuk memberhentiakn pekerja sebelum usia purnakarya normal, atau

b. Keputusan pekerja menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran atas terminasi perjanjian kerja. BAB 3

KESIMPULANPSAK 24 menjelaskan tentang imbalan kerja. Pengertian imbalan kerja menurut psak 24 penyesuaian tahun 2014 Imbalan adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan perusahaan atas jasa yang diberikan oleh pekerja. Imbalan kerja mencakup: imbalan kerja jangka pendek, imbalan pasca kerja, imbalan kerja jangka panjang lainnya, pesangon pemutusan hubungan kontrak kerja, serta imbalan kerja berbasis ekuitas. Imbalan kerja jangka pendek meliputi: gaji, upah, iuran jaminan sosial, cuti tahunan, cuti sakit, bagi laba dan bonus. Imbalan kerja jangka pendek juga bisa meliputi imbalan nonmoneter seperti kesehatan, rumah, mobil, atau barang dan jasa. Imbalan pasca kerja meliputi: pensiun, asuransi jiwa pasca kerja, dan imbalan kesehatan pasca kerja. Sedangkan imbalan kerja jangka panjang lainnya meliputi: cuti besar, cuti hari raya, cacat permanen, bagi laba, bagi bonus dan kompensasi.

Jenis-jenis program pensiunan diantaranya yaitu program iuran pasti dan program imbalan pasti. Ketentuan hukum dan akuntansi menuntut perusahaan untuk mengakui (a) kewajiban apabila pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja yang akan dibayar di masa depan serta (b) biaya apabila perusahaan menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja. Bagi penyusunan laporan keuangan dan pengambil keputusan, ketentuan hukum dan akuntansi tentang imbalan kerja mempengaruhi besaran laba serta berbagai rasio keuangan seperti solvabilitas, earning per share, serta return aktiva. Pengaruh ini disebabkan oleh adanya pengakuan kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan pencadangan imbalan kerja. Di sisi lain estimasi besaran pencadangan imbalan kerja bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan karena melibatkan perhitungan-perhitungan aktuaria yang kompleks.