pkl popo awal

Embed Size (px)

Citation preview

I.

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu metode pendidikan

dengan tujuan mengarahkan mahasiswa agar lebih profesional di bidang keprofesiannya. Mahasiswa dituntut untuk menghadapi, menganalisa, dan

memecahkan masalah yang dihadapi di lokasi PKL sesuai dengan bidangnya. Pada kesempatan kali ini salah satu industri yang bergerak adalah pengolahan buahbuahan.

1.2.

Tujuan PKL

- Memahami cara proses produksi sari buah dan dalam upaya pengawasan mutu yang merupakan pengaplikasian terhadap teoritis yang telah diperoleh melalui bangku perkuliahan. - Mahasiswa calon Sarjana Teknologi Pertanian memiliki pengalaman dan pengetahuan di lingkungan dunia kerja. - Meningkatkan kerjasama antara Universitas Padjadjaran dengan instansi terkait.

1.3.

Waktu dan Tempat PKL

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan dari tanggal 27 juni 2011 sampai dengan 5 Agustus 2011 di B2PPTG Lipi Jl. K.S Tubun no.5 Subang.

1

2 II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) merupakan lembaga pusat kajian

dan penelitian yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia. LIPI terbagi dalam beberapa unit yang setiap unit memiliki spesifikasi bidang keilmuan yang berbeda dan tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. UPT B2PTTG LIPI Kabupaten Subang merupakan unit yang mengembangkan teknologi tepat guna serta pemberdayaan masyarakat, serta usaha yang berskala kecil, dan menengah. Dalam rangka merealisasikan tujuannya, B2PTTG LIPI Subang mencoba untuk mengolah produk-produk pertanian, diantaranya adalah buah-buahan. Salah satu produk pengolahannya adalah sari buah. Usaha pengolahan sari buah ini bermula dari bantuan seperangkat pengolahan buah dan sayuran dari pemerintah Italia dan peralatan berasal dari perusahaan Bertuzzi. Alat-alat ini dikirim sebagai pilot plant dalam pengembangan pengolahan buah dan sayuran yang bersifat untuk penelitian, pendidikan dan pelatihan. Pada awal mulanya perusahaan ini bernama PT. Lipisari Mandiri yang memproduksi sari buah dengan kemasan botol. Namun kemasan botol dianggap tidak praktis karena adanya hambatan dalam penanganan produk sewaktu pengambilan botol. Seiring perkembangannya, kemasan botol diganti dengan kemasan cup plastik transparan (bahan top seal) untuk sistem penutupan pengemasannya. Perubahan ini memberi dampak yang signifikan dalam pemasaran produk. Pada akhirnya cup

3 plastik transparan diganti dengan cup plastik non-transparan. Pergantian cup ini mendapat respon positif dari konsumen hingga kini. Pada tahun 2005, nama PT.Lipisari Mandiri berganti nama menjadi PT.Lipisari Patna. Pergantian nama belakang dari kata Mandiri menjadi Patna dikarenakan nama Patna lebih memiliki arti yaitu dari singkatan Tepat Gunayang mencerminkan B2PTTG LIPI sebagai pusat teknologi tepat guna. Hingga kini PT.Lipisari Patna telah bekerjasama dengan pihak-pihak terkait mulai dari penyediaan bahan baku hingga pemasaran. Pada tahun 1986 peralatan mulai ditata di ruangan yang telah disiapkan oleh pihak B2PTTG LIPI. Penempatan dibantu teknisi dari perusahaan Bertuzzi. Komoditas buah-buahan yang pertama di uji coba adalah buah nanas. Kegiatan produksi dimulai pada tahun 1988. Pada awal mulanya semua buah-buahan yang mampu diolah menjadi sari buah diproduksi dalam skala kecil. Buah-buahan yang diproduksi adalah nanas, melon, markisa, jambu biji, mangga, sirsak, mengkudu. Namun produk sari buah jambu biji lebih disukai masyarakat di Kabupaten Subang dibandingkan yang lainnya sehingga perusahaan memilih buah jambu biji untuk diproduksi dalam skala yang cukup banyak.

2.2

Visi , Misi , dan Tujuan Bersamaan dengan perkembangan dan kegiatan B2PTTG, maka rumusan

Visi-Misi Lipisari adalah: Visi : Mengembangkan usaha mandiri di bidang pengolahan sari buah dan produk pangan yang berbasis bahan baku hasil pertanian lainnya untuk

4 meningkatkan nilai tambah sebagai bentuk implementasi teknologi tepat guna yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI Subang. Misi : 1) Membangun dan memperkuat jaringan dengan stakeholder terkait, guna menyokong aktivitas perusahaan mulai dari penyediaan bahan baku hingga pemasaran produk. 2) Mengembangkan sistem produksi guna menghasikan produk berkualitas dan dapat diterima oleh masyarakat luas. 3) Konsisten dalam riset dan pengembangan produk guna menghasilkan produk-produk baru yang lebih inovativ dalam mengembangkan potensi daerah kabupaten Subang. Tujuan : Menjadikan komoditas buah dan sayur memiliki nilai tambah melalui teknologi tepat guna.

2.3

Fungsi dan Tugas Tugas pokok dan fungsi Balai Besar Pengembangan Teknologi Tcpat Guna

(B2PTTG) yaitu melaksanakan penyusunan rencana dan program, pengembangan dan pelayanan di bidang teknologi tepat guna untuk memberdayakan masyarakat, memajukan industri kecil dan menengah, pendayagunaan hasil-hasil penelitian dan pengembangan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala LIPI. Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna mempunyai fungsi:

5 1. Penyusunan program pengembangan, pelayanan jasa dan kerja sama bidang teknologi tepat guna. 2. Pelaksanaan program pengembangan, pelayanan jasa dan kerja sama bidang teknologi tepat guna. 3. Pemantauan pemanfaatan hasil pengembangan, pelayanan jasa dan kerja sama bidang teknologi tepat guna. 4. Evaluasi dan penyusunan laporan hasil pengembangan, pelayanan jasa dan kerja sama bidang teknologi tepat guna. 5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2.4

Lokasi B2PPTG LIPI-Subang PT. Lipisari Patna terletak di Jalan KS Tubun No.5 Kabupaten Subang.

Lokasi perusahaan menyatu dengan kantor B2PTTG LIPI Subang. Namun Lipisari memiliki gedung dan pabrik tersendiri dan aktivitasnya pun tidak tercampur dengan kegiatan B2PTTG LIPI. Luas bangunan kantor dan pabrik adalah 625 m. Lokasi PT. Lipisari Patna memiliki lokasi yang kurang layak untuk bangunan pabrik karena berada pada lingkungan kantor bukan lingkungan khusus industri. Ada rencana untuk memindahkan lokasi perusahaan ke tempat yang lebih luas dan bukan kawasan perkantoran. Rencana pemindahan akan dilakukan pada tahun 2011. Lokasi B2PPTG-LIPI Subang disajikan pada Gambar 1.

6

Gambar 1. Peta Lokasi B2PPTG-LIPI Subang (Laporan B2PPTG-LIPI Subang, 2009)

2.5

Sarana dan Prasarana Fisik B2PTTG dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas fisik bangunan yang ada dalam

keadaan baik, meliputi bangunan gedung seluas 5.390 m yang terdiri atas 4.450 m bangunan dengan status inventarisasi B2PTTG, sedangkan 490 m2 yang berstatus proyek. Mengenai denah lokasi khususnya PT Lipisari atau gedung bertuzzi dalam kampus B2PPTG-L1PI Subang disajikan pada Gambar 2.

7

Gambar 2. Denah Lokasi B2PPTG-LIPI Subang (Laporan B2PPTG-LIPI Subang, 2009)

Luas lahan yang dimiliki meliputi lahan yang ada di Kota Subang seluas 2,1 Ha (temiasuk bangunan) dan di Dawuan, Kecamatan Kalijati dengan luas 0,84 Ha. Lahan lainnya yang ada di luar Pulau Jawa berada di Kota Praya, Lombok Tengah seluas 210 m. Rincian peruntukan dan lokasi fasilitas fisik tersebut dapat dilihat pada Tabel 1,sedangkan mengenai tata letak mesin dan peralatan PT Lipisari Subang disajikan pada Lampiran 1.

8Tabel 1. Rincian Peruntukan dan Lokasi Fasilitas Fisik B2PPTG-LIPI Subang

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

12. 13.

Fasilitas Gedung Pusat pelatihan TTG di Subang Asrama pelatihan Pilot plant pengolahan sari buah Bengkel mekanik logam Laboratorium pascapanen Bengkel mekanik kayu Bengkel alsintan Gedung perlengkapan dan bahan Pilot plant pakan Gedung dan ruang kemasan Stasiun lapang a. Dawuan b. Lombok (Raya) Gedung IT Gedung laboratorium dan perekayasaan Struktur Organisasi

Jumlah (m2) 1200 450 450 450 1200 200 250 150 250 90 500 140 200 150

Keterangan 2 lantai, di Subang Di Subang Di Subang Di Subang Di Subang Di Subang Di Subang Di Subang Di Subang Inkubator Teknik Stasiun Lapangan -

Sumber : Laporan B2PPTG-LIPI Subang, 2009

2.6

PT. Lipisari Patna merupakan perusahaan yang berada di bawah naungan B2PTTG LIPI Subang. Perusahaan tidak dipimpin secara khusus melainkan perusahaan ditangani oleh penanggung jawab. Tugas yang diberikan kepada penanggung jawab merupakan bukan sebagai tugas utama melainkan sebagai tugas tambahan yang diberikan, selain tugas utamanya sebagai peneliti di lingkungan B2PTTG LIPI Subang. Manajemen umum PT. Lipisari dipegang oleh beberapa peneliti yang ditugaskan oleh Kepala B2PTTG LIPI atas rekomendasi penanggung jawab utama yaitu Bapak Ir.Diki,M.Agr. Manajemen umum yaitu terdiri dari dua yaitu penanggung jawab produksi-keuangan dan penanggung jawab operasionalpemasaran. Penanggung jawab operasional-pemasaran dipegang oleh Bapak Taufik

9 Rahman,STP sedangkan penanggung jawab produksi-keuangan dipegang oleh Neneng Kemalasari. Adapun struktur organisasi disajikan pada Gambar 3.

Penanggung Jawab

Penanggung Jawab Operasional-Pemasaran

Penanggung Jawab Produksi-Keuangan

Operator Mesin

Karyawan Admikeu

Karyawan Produksi

Gambar 3. Struktur Organisasi PT.Lipisari Patna (Dokumentasi Pribadi, 2011)

Karyawan PT. Lipisari Patna hanya terdiri dari 3 orang yaitu satu orang karyawan yang mengurusi administrasi dan keuangan, dan dua orang karyawan produksi. Operator mesin bertanggung jawab atas karyawan keuangan dan karyawan produksi. Karyawan produksi yang masih sedikit dikarenakan kapasitas produksi masih terbatas. Kapasitas produksi masih menyesuaikan tren penjualan.

2.7

Produk yang Dihasilkan B2PPTG LIPI memproduksi beberapa produk pangan seperti sari yaitu buah

jambu, sirsak, selai, dan saus. Untuk produk sari buah jambu produksinya berkelanjutan karena permintaan pasar yang tinggi, tetapi untuk produk sari buah

10 sirsak , selai , dan saus produksi bila ada pesanan saja. Pemesanan produk sari buah sirsak , selai ,dan saus adalah pesenan lembaga pemasaran.

2.8

Pemasaran B2PPTG LIPI menjual produknya di koperasi LIPI, toko-toko sekitar Subang

dan Rumah Sakit di daerah subang. Pemasaran saat ini hanya di sekitar daerah Subang. Rencananya produk akan dipasarkan di Bandung tetapi, jumlah karyawan yang sedikit dan alat transportasi yang terbatas masih menjadi kendala pemasaran luar Subang.

11 III. PROSES PRODUKSI SARI BUAH JAMBU BIJI

3.1

Bahan Baku dan Penunjang Pembuatan Sari Buah Jambu Biji Jambu Biji Bahan baku utama adalah buah Jambu biji. Jambu biji yang diperoleh dari

pemasok buah yang berasal dari Majalaya dan sekitar subang. Pada musim panen raya yaitu pada bulan Desember hingga Februari, perusahaan membeli jambu biji dalam jumlah besar. Hal ini dikarenakan pada musim paceklik biasanya pasokan jambu biji berkurang. Pembelian banyak pada musim panen raya untuk menambah persediaan. Hal ini bisa dilakukan karena perusahaan memiliki alat freezer yang memiliki kapasitas yang cukup besar. Buah jambu yang berasal dari Majalaya memiliki ukuran besar dengan daging yang tebal dan sedikit bijinya. Sedangkan buah yang berasal dari Subang berukuran kecil dan rasanya agak asam, sehingga penggunaan buah dari Subang jarang digunakan. Buah jambu yang dipilih adalah buah yang tidak memar, tidak busuk, telah matang, berwarna kuning bukan hijau,dan jenis jambu biji merah. Tetapi karena buah yang diminta banyak, selama perjalanan buah sering sekali memar dan terkadang ada buah yang belum matang. Menurut Parimin (2007), hingga saat ini terdapat lebih dari 97 varietas jambu biji yang tersebar di beberapa negara, termasuk di Indonesia. Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari masyarakat Indonesia dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi.

12 Gula Gula yang digunakan adalah gula rafinasi, gula rafinasi adalah gula yang mempunyai kualitas kemurnian yang tinggi dan biasa digunakan pada skala industri. Selain digunakan sebagai pemanis larutan, gula juga berfungsi sebagai pengawet, mempercepat pemindahan panas pada larutan secara merata, membantu menyebarkan rasa dan warna secara merata, memperbaiki rasa dan mengisi rongga udara pada larutan. Penambahan gula dilakukan hingga padatan terlarut mencapai 120 Brix dalam tangki agitator atau sekitar 15% (w/v). Air Air yang dapat diminum dapat diartikan sebagai air yang bebas dari bakteri yang berbahaya dan ketidakmurnian secara kimiawi. Air minum harus bersih dan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau, tidak mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan (Buckle et al.,1985). Air yang dipakai pada proses pengolahan berasal dari PAM dan sumur yang telah diendapkan semalam sebelum proses produksi keesokan paginya. Air tersebut sebelum digunakan pada proses pengolahan terlebih dahulu dilewatkan ultraviolet desinfection untuk penetralisir. Perbandingan antara sari ekstrak dan air adalah 1:4. Asam Sitrat Asam sitrat termasuk asidulan senyawa kimia yang bersifat asam yang ditambahkan pada proses pengolahan makanan dengan berbagai tujuan. Pada pembuatan sari buah, asam sitrat digunakan untuk mengatur pH, terutama yang menggunakan buah-buahan dengan tingkat keasaman yang rendah sehingga tidak

13 cukup untuk menghasilkan pH seperti yang diinginkan. Penggunaan asam sitrat juga berfungsi untuk memberikan rasa dan aroma yang khas pada sirup, meningkat flavor (mengimbangi rasa manis), mempermudah proses pengolahan, bersinergi dengan antioksidan untuk mencegah ketengikan & browning, serta memperpanjang umur simpan ( mengawetkan ) sari buah tersebut. Umumnya penambahan asam sitrat

dilakukan pada sayur-sayuran atau buah-buahan yang pH-nya sedang dengan tujuan menurunkan pH sampai di bawah 4,5. Dengan penurunan pH ini maka suhu pasteurisasi yang di butuhkan juga lebih rendah dan kemungkinan tumbuhnya mikroba berbahaya akan lebih kecil ( Winarno, 1992). Penambahan asam sitrat pada produk lipisari adalah 1g/L. Natrium Benzoat Benzoat merupakan bahan pengawet organik. Bahan organik digunakan baik dalam bentuk asam maupun bentuk garamnya. Asam benzoat (C6H3COOH) merupakan bahan pengawet yang luas penggunaanya dan sering digunakan pada bahan makanan yang asam. Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kapang dan khamir. Benzoat efektif pada pH 2,5-4 (winarno ,1992). Penggunaan natrium benzoat pada produk ini adalah 300 ppm. Menurut Agus Triyono dalam prosiding seminar ilmiah P3FT-LIPI 1994 penambahan Na Benzoat dapat mencegah penurunan pH dan vitamin C. CMC (Carboxyl Methyl Cellulose) Penambahan karboksimetil selulosa (carboxy-methyl cellulose/CMC) sebagai bahan penstabil pada sari buah dimaksudkan untuk membentuk suatu cairan dengan

14 kekentalan yang stabil dan homogen tetapi tidak mengendap dalam waktu yang relatif lama. CMC sebagai bahan penstabil lebih efektif daripada gum arab atau gelatin dalam mempertahankan mutu sari buah jambu biji selama penyimpanan (Sopandi, 1989). Namun demikian, konsentrasi CMC yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan. Penambahan CMC dengan konsentrasi 1% - 3% sudah biasa digunakan untuk mempertahankan stabilitas suspensi sari buah. Namun demikian, stabilitas suspensi dan mutu terbaik belum direkomendasikan dengan tepat secara khusus bagi sari buah jambu biji. Pemberian bahan penstabil CMC pada sari buah jambu biji dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh terhadap mutu sari buah yang diperoleh selama penyimpanan.

3.2

Mesin dan Alat Pembuatan Sari Buah Jambu Biji Peralatan yang digunakan selama proses pengolahan Sari Buah Jambu Biji

pada B2PPTG LIPI Subang diantaramya : Pisau (stainless steel) Digunakan pada proses pengupasan dan pengecilan ukuran dan pengecilan ukuran ,yang berfungsi untuk menghilangkan kulit yang busuk atau rusak, bagianbagian yang tidak diperlukan dan membelah menjadi 3-4 bagian. Bak Pencucian Bak Pencucian digunakan digunakan sebagai alat pencuci bahan baku yang telah di sortasi dan dikupas(Trimming).

15 Chopper Cara kerja alat ini berdasarkan poros yang berputar cepat sehingga memarut dan menghancurkan buah. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghasilkan bubur buah (pulp), sehingga memudahkan proses selanjutnya. Helicoidal extractor Digunakan untuk mengekstraksi pulp buah sehingga keluar sari ekstrak buah. Pulp kasar dibuang dan sari ekstrak diencerkan dengan air. Hidraulic Press Digunakan untuk menghancurkan pulp yang telah disimpan dalam freezer dan membeku, dengan cara menekan pulp beku hingga bongkahan es pulp beku hancur, sehingga memudahkan untuk proses selanjutnya.

Gambar 4. Hidraulic Press (Dokumentasi Pribadi, 2011)

16 Penghancur Es Digunakan untuk memperkecil ukuran dari bongkahan pulp beku yang telah dihancurkan dengan hidraulic press, sehingga ukurannya menjadi butiran es.

Gambar 5. Penghancur es (Dokumentasi Pribadi, 2011)

Homogenizer Homogenizer yang ada kapasitasnya 100 liter per jam. Berfungsi untuk menghomogenkan partikel-partikel air dengan sari buah dan zat pengental (CMC). Prinsip kerja homogenizer adalah dengan mengalirkan sari buah beserta bahan tambahannya melalui celah sempit dengan kecepatan tinggi dan tekanan besar, sehingga terjadi tumbukan antara globula dengan katup penghalang yang terdapat dalam homogenizer, sehingga globula-globula tersebut pecah.

17

Gambar 6. Homogenizer (Dokumentasi Pribadi, 2011)

Mixer Tank Alat ini berfungsi mencampurkan ekstrak sari buah yang telah dihomogenkan dengan zat-zat tambahan seperti gula, air, asam sitrat, dan NaBenzoat. Prinsip kerja berdasarkan adanya perputaran dari propoller yang digerakan oleh motor, maka larutan yang ada dalam tanki akan tercampur dan homogen.

Pasteurizer Pasteurizer ini bertipe HTST, digunakan untuk membunuh mikroorganisme dalam larutan sari buah. Alat ini dilengkapi dengan Manometer yaitu alat yang digunakan secara luas pada audit energi untuk mengukur perbedaan tekanan di dua titik yang berlawanan dan temperatur kontrol.

18

Gambar 7. Pasturizer (Dokumentasi Pribadi, 2011)

Mesin Pengemas Proses pengemasan menjadi lebih mudah, cepat dan efisien dengan alat ini, karena dijalankan secara otomatis dan terprogram dimulai dari pengisian, pembersihan dan pelabelan.

Gambar 8. Mesin Pengemas (Dokumentasi Pribadi, 2011)

19 3.3 Pembuatan Sari Buah Jambu Biji Pembuatan sari buah adalah salah satu usaha cara pengawetan, agar dapat disimpan lama. Sari buah adalah cairan jernih (clearly) atau agak jernih (cloudy) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan yang segar dan sudah masak serta tidak difermentasi. Pengolahan sari buah jambu terdiri dua tahap, yaitu pembuatan pulp dan pengolahan pulp.

3.3.1 Proses Pembuatan pulp BekuTahap awal proses pembuatan sari buah dimulai dengan pembuatan pulp. Pulp merupakan ekstrak sari buah tanpa biji dan material-material lain, terdiri dari proses sortasi, pengupasan, pencucian, penghancuran, ekstraksi, dan pembekuan. Diagram proses pembuatan pulp beku disajikan pada Gambar 9. Penerimaan bahan baku dan sortasi Tujuan sortasi ialah untuk mendapatkan kriteria bahan baku yang sesuai standar mutu yang telah ditetapkan perusahaan, karena hal ini sangat menentukan kualitas dan mutu produk yang dihasilkan. Cara sortasi ialah dengan memilih buah yang tidak memar, tidak busuk , telah matang, berwarna kuning bukan hijau, dan jenis jambu biji merah.

20

Jambu Biji

Sortasi

Buah tidak layak

Pemotongan

Pencucian Air bersih Penghancuran Air kotor

Ekstraksi

Ampas

Pulp

Pembekuan

Sari buah bekuGambar 9. Diagram Proses Pembuatan Pulp Beku. (Dokumentasi Pribadi, 2011)

Pengupasan Tujuan pengupasan ialah untuk membuang atau membersihkan kulit dari buah. Caranya yaitu jambu biji yang telah matang optimum, tidak cacat (memar) dibuang mata dan mahkotanya, dipisahkan kulitnya dengan pisau stainless steel.

21 Pembelahan Tujuan pembelahan ialah untuk memperkecil ukuran dari buah jambu biji. Cara pembelahannya yaitu jambu biji yang telah tidak berkulit dibelah menjadi 2, 3, dan 4 bagian tergantung ukuran buahnya dan dibuang bijinya hingga bersih. Jika ada jambu yang masih muda akan dipisahkan dan dibiarkan dalam beberapa hari hingga menjadi matang. Alat yang digunakan pada proses ini ialah pisau stainless steel dan sarung tangan. Pencucian Tujuan pencucian untuk mengurangi jumlah kotoran yang melekat pada jambu biji terbuang dan larut mengikuti aliran air. Cara pencucian dilakukan dengan cara perendaman dan penyemprotan dengan air yang mengalir pada buah yang disimpan dalam bak pencucian. Alat yang digunakan pada proses pencucian ialah selang air, sikat, dan bak pencucian. Penghancuran Tujuan penghancuran ialah untuk memperkecil ukuran dari daging buah jambu sehingga menjadi bubur buah (pulp). Caranya yaitu daging buah yang sudah bersih dihancurkan dengan "chopper" untuk dibuat bubur buah (pulp) yang masih kasar. Alat yang digunakan pada proses penghancuran ialah chopper. Cara kerja chopper yaitu poros yang berputar dengan cepat sehingga memarut dan menghasilkan bubur buah. Mesin chopper masih tergolong semi otomastis karena masih menggunakan tenaga manusia dalam mengoperasikannya. Kapasitas mesin chopper 500 kg per jam.

22

Gambar 10. Penghancuran dengan chopper (Dokumentasi Pribadi, 2011)

Ekstraksi Tujuan ekstraksi ialah untuk mendapatkan sari ekstrak buah dari jambu biji yang telah menjadi pulp. Caranya ialah pulp buah di ekstraksi sehingga keluar sari eksktrak buah dengan alat "helicoidal extractor". Pulp kasar (ampas) dibuang dan sari ekstrak (pulp halus) dikemas dalam plastik dengan kapasitas 10 dan 15 liter, kemudian dibekukan di dalam freezer untuk pengawetan dan menjaga ketersedian bahan baku untuk proses produksi selanjutnya. Suhu yang digunakan untuk membekukan bubur buah di dalam freezer mencapai -15o

C dengan syarat suhu

konstan. Alat yang digunakan pada proses ini ialah helicoidal extractor dan freezer.

3.3.2

Proses pengolahan pulp beku Pengolahan pulp terdiri dari penghancuran pulp beku, pengecilan ukuran

dengan penghancur es, pengenceran, homogenisasi, pencampuran, pasteurisasi, dan pengemasan. Diagram proses pengolahan pulp beku disajikan pada Gambar 11.

23

Sari buah beku

Penghancuran sari buah beku Pengenceran Air dan CMC Homogenisasi

Asam sitrat, Natrium Pencampuran benzoat, gula pasir Pasteurisasi

Pengemasan

Sari buah jambu

Gambar 11. Diagram Pengolahan Pulp Beku. (Dokumentasi Pribadi, 2011)

Penghancuran Pulp Beku Tujuan penghancuran pulp ialah untuk menghancurkan pulp yang telah dibekukan sehingga ukuran pulp beku menjadi lebih kecil. Caranya yaitu pulp di

24 masukkan ke Hydraulic press lalu di tekan hingga hancur menjadi bongkahan. Bongkahan pulp beku yang telah dihancurkan diperkecil lagi ukurannya dengan menggunakan ice crusher, sehingga memudahkan dalam proses selanjutnya. Alat yang digunakan pada proses penghancuran ialah Hydraulic press dan ice crusher. Pengenceran Tujuan pengenceran ialah untuk melarutkan pulp beku yang masih tersisa dengan menambahkan air. Penambahan air disini bertujuan hanya untuk melarutkan bongkahan pulp yang tersisa. Cara kerja proses pengenceran yaitu pulp ditambahkan air, lalu setelah ditambahkan air campuran tersebut ditambahkan zat pengental CMC. Banyaknya penambahan CMC dirahasiakan oleh perusahaan karena menurut mereka disinilah yang membedakan produk mereka dengan produk lain. Alat yang digunakan pada proses ini ialah bak air dan pengaduk.

Gambar 12.Pengenceran dan penambahan CMC (Dokumentasi Pribadi, 2011)

Homogenisasi Tujuan homogenisasi ialah penyeragaman partikel atau globula CMC dengan air sehingga dapat mencegah pengendapan selama penyimpanan. Caranya ialah

25 ekstrak buah jambu yang telah melewati proses pengenceran dimasukkan ke dalam alat Homogenizer dengan tekanan 150 bar. Pencampuran Tujuan pencampuran pulp, gula, air, natrium benzoat, dan asam sitrat ialah untuk mendapatkan sari buah jambu yang siap untuk diproduksi. Cara pencampuran dilakukan secara manual yaitu dengan memasukkan pulp, air, natrium benzoat, dan asam sitrat kedalam mixer tank dengan kapasitas 600 liter. Penambahan air dalam mixer tank dilakukan dengan perbandingan antara sari buah (pulp) dan air adalah 1:4. Penambahan gula rafinasi hingga padatan terlarut mencapai 120 Brix atau sekitar 12 % (w/v). Penambahan asam sitrat sekitar 1g/L. Natrium benzoat ditambahkan sekitar 300 ppm. Penambahan essens 0,0005 ml/l pulp. Formulasi sari buah disajikan pada Tabel 2.Tabel 2. Formulasi Sari Buah.

Pulp jambu 90 L Air = 360 L Gula 12% = 54 kg Na-Benzoat 300 ppm Asam Sitrat 1 g/l = 450 g CMC = T Essens 0,0005 ml/l pulp Total = 450 LSumber :Dokumentasi Pribadi, 2011

Pulp jambu 120 L Air = 480 L Gula 12 % = 72 kg Na-Benzoat 300 ppm Asam Sitrat 1g/l = 600 g CMC = Essens 0,0005 ml/l pulp Total = 600 L

Gambar 13. Pencampuran dalam tanki pencampur (Dokumentasi Pribadi, 2011)

26 Pasteurisasi Tujuan pasteurisasi ialah untuk membunuh mikroorganisme yang masih terdapat dalam larutan sari buah sehingga sari buah yang dihasilkan benar-benar bebas dari mikroorganisme dan steril. Cara pasteurisasi dilakukan dengan pemanasan menggunakan mesin pasteurizer tipe HTST (980 C , sekitar 0,5 menit) yang energi untuk bahan bakarnya digerakkan oleh Boiler. Sari buah yang telah melalui proses pasterurisasi ditampung dalam thermotank agar suhunya dapat tetap dipertahankan, yaitu sekitar 70 80 0 C untuk kemudian masuk dalam proses pengemasan. Alat yang digunakan pada proses pasteurisasi ialah pasteurizer, thermotank dan Boiler. Pengemasan Tujuan pengemasan ialah untuk melindungi produk dari kontaminasi luar dan sebagai wadah dari produk yang dihasilkan. Cara pengemasan dilakukan dengan mesin pengemas. Sari buah yang ditampung pada thermotank yang merupakan sari buah yang telah dipasteurisasi terhubung langsung dengan mesin pengemas. Alat yang digunakan pada proses pengemasan ialah mesin pengemas. Mesin pengemas menggunakan sistem kinematik atau tenaga angin yang memiliki kapasitas mesin pengemas yaitu 1.500-2.500 cup per jam. Mesin pengemas yang dimiliki PT.Lipisari terdiri dari dua lajur pengisian, artinya sekali pengemasan langsung menghasilkan dua buah cup yang masing-masing berkapasitas 200 ml. Namun pada mesin pengemas ini harus selalu diperhatikan oleh ahlinya karena mesin pengemas masih sering ada kesalahan yang mengakibatkan pengemasan rusak.

27 Cup kemasan minuman sari buah jambu biji menggunakan plastik berjenis polipropilen, yaitu jenis kemasan yang kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, tahan terhadap lemak, dan stabil dengan suhu tinggi. Pengepakkan dan Penyimpanan Tujuan pengepakkan dan penyimpanan ialah untuk menjaga produk yang telah dikemas sehingga kemasan primer produk tidak rusak saat pendistribusian. Caranya yaitu setelah dilakukan pengemasan, produk dikumpulkan dan diberikan tanggal kadaluarsa. Produk dimasukkan ke dalam kardus dan setiap kardus diisi dengan 20 cup dan di-sealer dengan solatip. Selanjutnya sari buah disimpan dalam ruangan khusus ber-AC agar suhu sari buah yang dikemas dalam keadaan panas menjadi turun. Ruang karantina juga berfungsi sebagai gudang peyimpanan produk sebelum produk tersebut dipasarkan kepada konsumen, sehingga produk akan terjaga kesegarannya.

Gambar 14. Pengepakkan (Dokumentasi Pribadi, 2011)

28 IV. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK

Suatu produk pangan sangatlah rentan terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi sama halnya dengan minuman sari buah. Oleh karena itu, suatu produk sangatlah penting untuk memperhatikan aspek pengemasan dan penyimpanannya. Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Pengemasan juga berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Pada segi promosi, wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli, sehingga bentuk, warna, dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya. Ada beberapa jenis pengemas plastik yang biasa digunakan pada minuman sari buah, diantaranya, yaitu : PET ( Polyethylene Terephthalate ) PET ialah polimer jernih dan kuat dengan sifat-sifat penahan gas dan kelembaban. Kemampuan plastik PET untuk menampung karbon dioksida (karbonasi) membuatnya sangat ideal untuk digunakan sebagai botol-botol minuman ringan (bersoda / terkarbonasi). Selain itu plastik PET juga sering digunakan sebagai botol air minum kemasan. Kemasan ini berwarna transparan, namun kemasan ini

29 hanya untuk sekali pakai saja, karena apabila dipakai berulang maka mengakibatkan lapisan polimer pada kemasan botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) bila digunakan dalam jangka panjang. Pengemasan sari buah dapat menggunakan plastik jenis ini, namun tidak sempurna pemakaiannya. LDPE (Low Density Polyethylene) Biasanya dipakai untuk tempat makan, plastik kemasan dan botol botol lembek. Sifat mekanisnya sangat kuat, tembus pandang, fleksibel dan permukaan agak berlemak, pada suhu 60 derajat sangat resisten terhadap reaksi kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, dapat di daur ulang serta baik untuk barang barang yang memerlukan fleksibilitas tapi kuat. Barang yang berbahan LDPE sangat sulit untuk dihancurkan tetapi baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemasdengan bahan ini. Sehingga plastik pengemas jenis ini tidak cocok untuk digunakan pada minuman sari buah. HDPE (High Density Polyethylene) HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya. Namun sama seperti PET, HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. Sehingga pemakaiannya sebagai bahan pengemas minuman sari buah tidak sempurna.

30 PVC (Poly Vinly Chlorine) Plastik jenis ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan produk pangan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan. Sehingga pemakaian plastik jenis ini sangatlah tidak tepat pada produk minuman sari buah. PP (Polypropylene) Polipropilen adalah salah satu jenis plastik yang sangat baik bagi tubuh manusia. Plastik ini memiliki satu kelebihan dan satu kekurangan yaitu mampu menahan bahan kimia meski dipanaskan dalam suhu tinggi (antara suhu800 dan suhu 999) namun dapat pecah (bagi minuman yang dikemas dalam gelas plastik). Karakteristik polipropilen adalah botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Bahan ini lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, tahan terhadap lemak, stabil dengan suhu tinggi dan cukup mengkilap. Sehingga polipropilen merupakan jenis plastik pengemas yang paling cocok digunakan untuk minuman sari buah. Pengemasan pada PT.Lipisari menggunakan kemasan cup plastik. Dalam segi penggunaan bahan kemasan, PT.Lipisari menggunakan bahan kemasan propilen, hal ini adalah langkah yang tepat karena propilen stabil pada suhu tinggi, ringan, dan aman bagi produk pangan. Namun dalam segi warna yang digunakan untuk pemasaran yaitu biru tua dan putih sangatlah kurang menarik, karena warna yang kurang cerah sehingga tidak menampilkan kesegaran dari minuman sari buah jambu tersebut.

31 Kemasan pada minuman sari buah di PT.Lipisari dilengkapi dengan label. Label tersebut memuat nama produk, daftar bahan yang digunakan, nama perusahaan, dan nomor P-IRTserta mencantumkan alamat produsen dan waktu kadaluarsanya. Pencantuman label ini dapat dikatakan sudah tepat menurut PP RI No. 69 Tahun 1999 Pasal 3 tentang Label dan Iklan Pangan, keterangan dalam label harus sekurangkurangnya memuat : 1. Nama Produk 2. Daftar bahan yang digunakan 3. Berat bersih atau isi bersih 4. Nama dan alamat pihak yang memproduksi 5. Tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa Pengepakan produk pada PT.Lipisari lumayan baik, karena produk yang telah dikemas dilakukan pengepakan dengan susunan maksimal 7 tingkat. Sehingga pengepakan tidak merusak produk yang berada dibawah. Selain itu penyimpanan produk di PT.Lipisari dilakukan di ruang ber-AC agar produk tetap terjaga kesegarannya.

32 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan Proses pengolahan minuman sari buah jambu di PT.Lipisari terbagi dari dua

proses, yaitu pembuatan pulp beku dan pengolahan pulp beku. Proses pembuatan pulp beku terdiri dari proses sortasi, pengupasan, pencucian, penghancuran, ekstraksi, dan pembekuan. Proses pengolahan pulp beku terdiri dari penghancuran pulp beku, pengecilan ukuran dengan penghancur es, pengenceran, homogenisasi, pencampuran, pasteurisasi, dan pengemasan. Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Sehingga sangatlah penting untuk memperhatikan pengemasan pada suatu produk.

5.2

Saran Sebaiknya PT.Lipisari menggunakan kemasan dengan warna yang lebih cerah

dan menarik, sehingga dapat memberitahu informasi produk dengan tepat pada konsumen.

33 DAFTAR PUSTAKA

Buckle,K.A, R.A. Edward, G.H. Fleet, dan M. Wotton. 1987. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Ilmu Pangan Edisi Kedua. Universitas Indonesia, Jakarta B2PPTG-LIPI . 2009. Laporan B2PPTG-LIPI .Subang Nuraini, R. 1999, Proses Pengolahan Minuman Sari Buah di CV Karsa Pangan Mandala. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Parimin. 2007. Jambu Biji : Budidaya dan Ragam Pemanfataannya. Jakarta : Penebar Swadaya Sopandi, D. H. 1989. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Penstabil terhadap Mutu Sari Buah Jambu Biji (Psidium guajava L) Selama Penyimpanan. Jurnal Ilmu-Ilmu pertanian Indonesia 3 (2) : 99-106 Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.

34 Lampiran 1. Tata Letak Pabrik