24
MEMFOKUSKAN PERKEMBANGAN UMKM SEBAGAI TITIK PACU PERSAINGAN UNTUK MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Syah Ryan Arwani, Muhammad Auzan, Renanda Afilia Ramdhan, dan Syafiq RINGKASAN Asean Economic Community (AEC) merupakan kesepakatan yang dibangun oleh sepuluh negara anggota ASEAN. Terutama di bidang ekonomi dalam upaya meningkatkan perekonomian di kawasan dengan meningkatkan daya saing di kancah internasional agar ekonomi bisa tumbuh merata, juga meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan yang paling utama adalah mengurangi kemiskinan. AEC merupakan realisasi dari Visi ASEAN 2020 yaitu untuk melakukan integrasi terhadap ekonomi negara-negara ASEAN dengan membentuk pasar tunggal dan basis produksi bersama. Menurut Prof Hermanto Siregar terdapat beberapa konsep dalam AEC yaitu ASEAN Economic Community, ASEAN Political Security Community, dan ASEAN Socio-Culture Community. Ketiga hal tersebut akan direalisasikan di antara negara-negara anggota ASEAN secara bertahap. Untuk langkah pertama yang akan direalisasikan adalah AEC pada 2015 mendatang, setidaknya terdapat 5 hal yang akan diimplementasikan yaitu arus bebas barang, arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus bebas modal, dan arus bebas tenaga kerja terampil. Dalam menghadapi hal ini, sangat dipastikan para pelaku UMKM di Indonesia harus berusaha keras dalam membangun perekonomian yang sudah sangat bebas di ASEAN ini. UMKM adalah usaha yang mampu bertahan dalam menghadapi krisis global dan perubahan iklim bisnin di dunia, sehingga sangat diperuntukkan untuk menghadapi pasar 1

PKM Sorang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sorang

Citation preview

MEMFOKUSKAN PERKEMBANGAN UMKM SEBAGAI TITIK PACU

PERSAINGAN UNTUK MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015Oleh: Syah Ryan Arwani, Muhammad Auzan, Renanda Afilia Ramdhan, dan SyafiqRINGKASAN

Asean Economic Community (AEC) merupakan kesepakatan yang dibangun oleh sepuluh negara anggota ASEAN. Terutama di bidang ekonomi dalam upaya meningkatkan perekonomian di kawasan dengan meningkatkan daya saing di kancah internasional agar ekonomi bisa tumbuh merata, juga meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan yang paling utama adalah mengurangi kemiskinan. AEC merupakan realisasi dari Visi ASEAN 2020 yaitu untuk melakukan integrasi terhadap ekonomi negara-negara ASEAN dengan membentuk pasar tunggal dan basis produksi bersama. Menurut Prof Hermanto Siregar terdapat beberapa konsep dalam AEC yaitu ASEAN Economic Community, ASEAN Political Security Community, dan ASEAN Socio-Culture Community. Ketiga hal tersebut akan direalisasikan di antara negara-negara anggota ASEAN secara bertahap. Untuk langkah pertama yang akan direalisasikan adalah AEC pada 2015 mendatang, setidaknya terdapat 5 hal yang akan diimplementasikan yaitu arus bebas barang, arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus bebas modal, dan arus bebas tenaga kerja terampil. Dalam menghadapi hal ini, sangat dipastikan para pelaku UMKM di Indonesia harus berusaha keras dalam membangun perekonomian yang sudah sangat bebas di ASEAN ini. UMKM adalah usaha yang mampu bertahan dalam menghadapi krisis global dan perubahan iklim bisnin di dunia, sehingga sangat diperuntukkan untuk menghadapi pasar global ASEAN ini. Karena memang sesuai data dari Kementerian Koperasi dan UMKM tahun 2012, pada tahun 2006, jumlah UMKM yang berdiri sebanyak 49.021.803 unit dan meningkat sebesar 15% di tahun 2012 menjadi 56.534.592 unit, sedangkan Usaha Besar yang berdiri di tahun 2006 sebanyak 4.577 unit dan meningkat sebesar 9% di tahun 2012 menjadi 4.968 unit. Data di tahun 2007 menunjukkan terjadinya penurunan jumlah Usaha Besar sebanyak 114 unit usaha, sedangkan pada tahun yang sama UMKM terlihat makin meningkat sebanyak 1.123.997 unit usaha. Dari perhitungan tersebut terlihat jelas peningkatan drastis para pelaku UMKM dibandingkan Usaha Besar yang sangat mudah goyah dalam persaingan global. Sesuai peraturan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang peningkatan kinerja UMKM dari pemberian bantuan kredit dan juga pembinaan lainnya, maka pengoptimalan UMKM di Indonesia sangatlah penting untuk menghadapi Asian Economic Community 2015 yang akan dihadapi seluruh negara bagian ASEAN.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Asean Economic Community (AEC) merupakan kesepakatan yang dibangun oleh sepuluh negara anggota ASEAN. Terutama di bidang ekonomi dalam upaya meningkatkan perekonomian di kawasan dengan meningkatkan daya saing di kancah internasional agar ekonomi bisa tumbuh merata, juga meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan yang paling utama adalah mengurangi kemiskinan. AEC merupakan realisasi dari Visi ASEAN 2020 yaitu untuk melakukan integrasi terhadap ekonomi negara-negara ASEAN dengan membentuk pasar tunggal dan basis produksi bersama. Menurut Prof Hermanto Siregar terdapat beberapa konsep dalam AEC yaitu ASEAN Economic Community, ASEAN Political Security Community, dan ASEAN Socio-Culture Community. Ketiga hal tersebut akan direalisasikan di antara negara-negara anggota ASEAN secara bertahap. Untuk langkah pertama yang akan direalisasikan adalah AEC pada 2015 mendatang, setidaknya terdapat 5 hal yang akan diimplementasikan yaitu arus bebas barang, arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus bebas modal, dan arus bebas tenaga kerja terampil. Sebelumnya pada 2004, Indonesia bersama ASEAN telah menyepakati perjanjian dengan China yang dikenal sebagai ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Dengan perjanjian itu, negara-negara ASEAN dan China harus membebaskan barang-barang masuk. Dalam pelaksanaan AEC, negara-negara ASEAN harus memegang teguh prinsip pasar terbuka dan ekonomi yang digerakkan oleh pasar. Dengan kata lain, konsekuensi diberlakukannya AEC adalah liberalisasi perdagangan barang, jasa, dan tenaga terampil secara bebas dan tanpa hambatan tarif dan nontarif. Rencana pemberlakuan AEC tersebut dicantumkan dalam Piagam ASEAN yang disahkan pada 2007. Pada tahun tersebut pula disepakati bahwa pencapaian AEC akan dipercepat dari 2020 menjadi 2015. Pengesahan AEC sendiri dicantumkan pada pasal 1 ayat 5 Piagam ASEAN dan diperkuat dengan pembentukan Dewan Area Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Council) yang tercantum dalam lampiran I Piagam ASEAN. Itulah dasar hukum yang mengesahkan terbentuknya ASEAN Economic Community. Tahun 2015 dapat menjadi tahun yang penuh tantangan bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Kebijakan tentang ASEAN Trade Facilitation antar negara ASEAN diatas tidak lain bertujuan untuk memacu perekonomian di kawasan Asia Tenggara, khususnya anggota-anggota ASEAN. Kemudahan-kemudahan yang detetapkan dalam perjanjian AEC diharapkan akan meningkatkan volume perdagangan antar negara-negara ASEAN.

Indonesia sebagai anggota ASEAN mau tidak mau harus segera mempersiapkan dengan baik dan matang baik dari segi moral atau tingkah laku masyarakat maupun kebijakan/fasilitas yang dibuat oleh pemerintah untuk dapat menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 nanti dengan baik dan berhasil memanfaatkannya. Pasar bebas kawasan ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

Bagi UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia akan menjadi peluang sekaligus tantangan. Bila tidak siap, maka UMKM yang mendominasi usaha dan industri di Indonesia akan tergilas. Tentu saja, dampak keekonomiannya akan sangat besar.Data Badan Pusat Statistik (BPS) nasional mengungkapkan bahwa jumlah wirausahawan adalah sebanyak 55,53 juta UMKM dan sekitar 54 juta diantaranya adalah usaha mikro. Sayangnya, dari segi daya saing UMKM Indonesia masih rendah. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengemukakan, daya saing Usaha Kecil Mikro (UKM) Indonesia masih sangat rendah sekitar 3,5 dari skor 1-10 dibandingkan negara-negara ASEAN. Bila bangsa ini tidak bergerak lebih cepat melakukan pembenahan, maka seluruh daerah di tanah air akan tertinggal 2015 nanti. Indonesia hanya akan menjadi pasar besar yang dibanjiri produk asing. Kenyataan ini haruslah menjadi cambuk bagi seluruh stakeholder dan pelaku UMKM untuk membangun UMKM unggul dan berdaya saing

Berdasarkan permasalahan diatas,maka penulis berusaha memberikan solusi atas masalah diatas dengan membuat karya tulis yang berjudul : MEMFOKUSKAN PERKEMBANGAN UMKM SEBAGAI TITIK PACU

PERSAINGAN UNTUK MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015TUJUAN

Tujuan penulis membuat karya tulis ini adalah :

1. Memahami peran penting UMKM dalam Pasar Bebas di ASEAN

2. Mengetahui bagaimana keadaan UMKM sekarang di Indonesia

3. Memberikan solusi terbaik untuk perkembangan UMKM di Indonesia

4. Memberikan cara pengoptimalan UMKM dalam menghadapi AEC 2015

MANFAAT

Manfaat karya tulis ini adalah :

A. Bagi penulis

Penulis mampu mengetahui dan menganalisis permasalahan sosial yang dihadapi sekarang ini.

B. Bagi masyarakat

Untuk pengoptimalan masyarakat sebagai kunci penggerak perelesasian dari

permasalahan sosial ini.

C. Bagi pemerintah

Agar pemerintah mampu mengambil solusi yang terbaik untuk pemecahan masalah ini.

D. Bagi businessman

Sebagai acuan dan pemahaman agar para businessman mau mengambil langkah terbaik mereka dalam pengoptimalan solusi ini.

GAGASAN

Kondisi UMKM di Indonesia

Indonesia telah beberapa kali mengalami ujian krisis ekonomi dalam 15 tahun terakhir mulai dari tahun 1998 krisis ekonomi dalam negeri hingga krisis keuangan global yang melanda seluruh dunia dari tahun 2008 hingga dampaknya masih terasa saat ini. Banyak usaha-usaha besar dalam negeri yang merasakan dampak negatif dari krisis ekonomi ini, namun banyak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mampu bertahan dan turut serta menopang perekonomian nasional. Peningkatan jumlah berdirinya UMKM di Indonesia dari waktu ke waktu makin pesat meningkat dibandingkan dengan jumlah Usaha Besar di Indonesia. Pada tahun 2006, jumlah UMKM yang berdiri sebanyak 49.021.803 unit dan meningkat sebesar 15% di tahun 2012 menjadi 56.534.592 unit, sedangkan Usaha Besar yang berdiri di tahun 2006 sebanyak 4.577 unit dan meningkat sebesar 9% di tahun 2012 menjadi 4.968 unit. Data di tahun 2007 menunjukkan terjadinya penurunan jumlah Usaha Besar sebanyak 114 unit usaha, sedangkan pada tahun yang sama UMKM terlihat makin meningkat sebanyak 1.123.997 unit usaha (Kementerian Koperasi dan UMKM, 2012)

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia berasaskan: kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional. (Undang-Undang No.20 Tahun 2008). Pemerintah berusaha mengembangkan UMKM menjadi lebih melalui Kementerian Koordinator Perekonomian dengan kebijakan pemberian bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemerintah telah memberikan plafon KUR di tahun 2012 sejumlah Rp. 96.438,2 Milyar, namun KUR yang tersalurkan sebesar 58,2%sejumlah Rp. 40.333,4 Milyar dengan jumlah debitur yang dapat menikmati KUR sejumlah 7.659.840 orang dengan rata-rata setiap orang menerima sejumlah Rp. 13,2 juta.

Sektor perbankan sendiri belum banyak melirik potensi kredit bagi UKM, terutama karena alasan UKM masih banyak yang belum bankable dan sebaliknya, perbankan nasional justru banyak yang melirik usaha besar meskipun pada akhirnya banyak yang macet. Ketidakmampuan pelaku UKM dalam membuat proposal dan tidak adanya jaminan menjadi alasan perbankan belum mampu menyalurkan kredit nya bagi UKM. Yang penting bagi UKM adalah bagaimana modal kerja yang mereka butuhkan secepatnya cair tanpa harus memberikan agunan yang nilainya melampaui kredit yang diharapkan. Political will pemerintah terhadap perkembangan UKM agaknya masih setengah-setengah dan sama seali tidak konsisten. (Baasir, 2003). Jenis usaha UMKM di Indonesia terdiri dari: (1) pertanian dan yang terkait dengan pertanian (agribisnis), (2) pertambangan rakyat dan penggalian; (3) industri kecil dan kerajinan rumah

tangga; (4) listrik non-PLN, (5) konstruksi; (6) perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan jasa komunikasi; (7) angkutan dan komunikasi; (8) lembaga keuangan; dan (9) real estate dan persewaan. Dengan pertumbuhan terbesar pada sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga; perdagangan besar, eceran, RM dan jasa akomodasi; angkutan dan komunikasi; dan real estate dan persewaan (Manikmas 2003).

Secara umum, karakteristik UMKM di Indonesia kebanyakan berbentuk industri mikro yang beroperasi pada level rumahan dengan teknologi rendah dan tenaga kerja yang berpendapatan dan berkemampuan rendah (Dirlanudin 2008). Selain itu, industri UMKM dengan produk yang sama cenderung berkumpul di satu daerah (clustering) karena banyak kemudahan, seperti kemudahan distribusi barang dan pemasaran, yang didapat (Hill 2001, Enright 2000). Sumber modal dari UMKM berasal dari kredit dari bank, anda pribadi, campuran antara keduanya, atau sumber kredit informal lain. Di tahun 2007, penggunaan kredit dari bank untuk UMKM berjumlah Rp. 462,12 trilyun atau 52,5% kredit perbankan dengan komposisi: (a) usaha mikro sebesar Rp. 186,52 trilyun atau 40,4%; (b) usaha kecil sebesar Rp. 131,95 trilyun atau 28,6%; (c) usaha menengah sebesar Rp. 143,69 trilyun atau 31,1 % (Setyobudi 2007). Berdasarkan jenis penggunaan kredit, prosentase terbesar penggunaan kredit UMKM adalah untuk kredit konsumsi dimana per Juni 2007 adalah sebesar 66,7%, yang diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 22% dan kredit investasi sebesar 11,3%. Namun, walaupun kredit yang dikeluarkan cukup besar, UMKM yang menggunakan kredit dari bank masih minimal. Kebanyakan UMKM masih menggunakan modal dari sumber anda sendiri atau sumber informal seperti rentenir atau kerabat dan teman (Tambunan 1992).

Namun, pengembangan UMKM di Indonesia belum terjadi secara maksimal karena berbagai kendala. Dari berbagai studi, dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan UMKM adalah permodalan, pemasaran, kebijakan pemerintah, dan sistem produksi yang dijalankan. Empat faktor tersebut saling berkaitan dalam pengaruhnya ke perkembangan UMKM di Indonesia. Permodalan berhubungan erat dengan institusi perbankan di Indonesia yang memberikan pinjaman kepada pelaku UMKM. Pemasaran berhubungan dengan permintaan produk UMKM dan persaingannya dengan produk-produk luar negeri dan usaha besar. Pasar bebas dengan berbagai negara yang baru disepakati pemerintah Indonesia mempunyai dampak yang besar terhadap produk UMKM. Sistem produksi berkaitan dengan teknologi, tenaga kerja, dan rantai suplai bahan baku dan produk UMKM. Kebijakan pemerintah berkaitan erat dengan produk hukum yang mengatur sistem ekonomi di Indonesia. Masing-masing faktor di atas memberikan kesempatan dan ancaman tersendiri terhadap perkembangan UMKM di Indonesia.

UMKM Sebagai penggerak perekonomian dalam menghadapi AEC

Karena besarnya wilayah cakup perekonomian dari UMKM ini, tentu sangat berpengaruh keseluruh perekonomian di Indonesia, berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah didefinisikan sebagai perusahaan milik perseorangan WNI dengan kekayaan bersih maksimum sepuluh milyar rupiah dan penjualan tahunan maksimum lima puluh milyar rupiah. Dengan definisi tersebut, UMKM merupakan 99.9% dari total seluruh pelaku ekonomi di Indonesia. Pelaku terbanyak adalah pengusaha mikro dengan jumlah 52.176.795 unit atau 98,88% dari total pengusaha di Indonesia di tahun 2009. UMKM juga menyerap tenaga kerja terbanyak, yaitu 96.211.332 orang atau 97,3% dari total tenaga kerja di Indonesia dengan penyerapan tenaga kerja terbanyak oleh unit usaha mikro yang berjumlah 90.012.694 orang atau 91,03% dari total tenaga kerja di Indonesia. Pertumbuhan UMKM di Indonesia sejak tahun 2005 hingga 2009 mempunyai kecenderungan linear dengan pertumbuhan rata-rata 12.2%. Data yang lebih lengkap dapat dilihat di Tabel 1 dan Tabel 2.

TABEL 1 : Jumlah Unit Usaha di Indonesia

Tahun20052006200720082009

SatuanUnitPersenUnitPersenUnitPersenUnitPersenUnitPersen

Jumlah Usaha Mikro45,217,56796.16%48,512,43898.95%49,608,95398.92%5,084,77190.02%52,176,79598.88%

Jumlah Usaha Kecil1,694,0083.60%472,6020.96%498,5650.99%522,1249.24%546,6751.04%

Jumlah Usaha Menengah105,4810.22%36,7630.07%38,2820.08%36,7170.65%41,1330.08%

Jumlah Usaha Besar5,0220.01%4,5770.01%4,4630.01%4,6500.08%4,6770.01%

Total Unit Usaha47,022,078100.00%49026380100.00%50,150,263100.00%5,648,262100.00%52,769,280100.00%

Sumber : Kementerian KUKMTABEL 2 : Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap Unit Usaha di IndonesiaTahun20052006200720082009

SatuanOrangPersenOrangPersenOrangPersenOrangPersenOrangPersen

Jumlah Tenaga Kerja Usaha Mikro69,966,50874.47%82,071,14485.98%84,452,00284.51%87,810,36685.62%90,012,69485.83%

Jumlah Tenaga Kerja Usaha Kecil9,204,7689.80%3,139,7113.29%3,278,7933.28%3,519,8433.43%3,521,0733.36%

Jumlah Tenaga Kerja Usaha Menengah4,415,3224.70%2,698,7432.83%2,761,1352.76%2,694,0692.63%2,677,5652.55%

Jumlah Tenaga Kerja Usaha Besar2,719,2092.89%2,441,1812.56%2,535,4112.54%2,756,2052.69%2,674,6712.55%

Total Tenaga Kerja Indonesia93,958,38791.86%95,456,93594.65%99,930,21793.09%102,552,75094.37%104,870,66394.29%

Sumber: Kementrian KUKM

Selain sebagai mayoritas usaha di Indonesia, UMKM juga berpenghasilan jauh lebih besar daripada Usaha Besar yang ada di Indonesia, sumbangan yang diberikan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dibandingkan Usaha Besar terhadap perekonomian Indonesia sangat besar. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia telah mampu menghasilkan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Usaha Besar. Adapun perbandingan penghasilan yang dihasilkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dibandingkan dengan Usaha Besar dapat di lihat pada Tabel 3 sebagai berikut.

TABEL 3. Data Penghasilan UMKM dan Usaha Besar

TahunUMKMUsaha Besar

(Rp. Milyar)(Rp. Milyar)

20061,783,423.801,387,993.30

20072,107,868.101,637,681.20

20082,613,226.102,080,582.90

20092,993,151.702,301,709.20

20103,466,393.302,602,369.50

20114,303,571.503,123,514.60

20124,869,586.103,372,296.10

Sumber : Kementerian Koperasi dan UMKM, 2013

Dari Tabel 3 memperlihatkan bahwa sejak tahun 2006 penghasilan yang didapatkan dari UMKM lebih dari penghasilan yang didapatkan oleh Usaha Besar. Penghasilan UMKM jauh lebih baik dibandingkan peningkatan pendapatan dari Usaha Besar. Pada tahun 2006, UMKM mendapatkan penghasilan Rp. 1.783.423,8 Milyar meningkat sebesar 131% di tahun 2012 menjadi Rp. 4.869.586,1 Milyar, dan sedangkan Usaha Besar di tahun 2006 mendapatkan penghasilan Rp. 1.387.993,3 Milyar meningkat sebesar 143% di tahun 2011 menjadi Rp. 3.372.296,1 Milyar.

Modal menjadi faktor yang sangat penting dalam pengembangan UMKM karena tanpa modal, produksi UMKM tidak akan berjalan. Umumnya, modal UMKM didapat melalui dua sumber, yaitu modal yang didapat dari bank dan modal yang didapat dari sumber selain bank, tabungan pribadi atau pinjaman dari sumber informal seperti kerabat atau rentenir. Pinjaman dari bank berkaitan erat dengan pemerintah yang membuat kebijakan kredit dengan bunga rendah. Di tahun 2007, Bank Indonesia telah mengucurkan anda sebesar 462,12 trilyun atau 52,5% dari kredit perbankan untuk kredit UMKM. Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2007, persentase terbesar penggunaan kredit UMKM adalah untuk kredit konsumsi dimana per Juni 2007 adalah sebesar 66,7%, yang diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 22% dan kredit investasi sebesar 11,3%. Besarnya prosentase kredit konsumsi tersebut juga menunjukkan bahwa penyaluran kredit UMKM ke sektor usaha yang produktif masih perlu ditingkatkan (Setyobudi 2007).

Akan tetapi, pengamatan empiris menunjukkan bahwa kredit dari bank belum mencapai ke sebagian besar UMKM. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Asian Development Bank, hanya satu dari lima UMKM yang meminjam anda dari bank (Wengel dan Rodriguez 2006). Permasalahan yang biasa disebutkan antara lain karena tidak tahu prosedur, prosedur sulit, tidak ada agunan,suku bunga tinggi, tidak berminat, dan proposal untuk memperoleh pinjaman ditolak (Manikmas 2003, Tambunan 1992). Karena akses UMKM kepada kredit bank masih kurang, sebagian UMKM menggunakan kredit informal sebagai model usaha. Kredit informal didapat dari keluarga, teman, atau rentenir. Pelaku UMKM cenderung lebih nyaman meminjam uang dari sumber informal daripada dari bank karena keakraban antara peminjam dengan pemilik capital sudah dibangun sejak lama (Tambunan 1992). Penggunaan kredit informal ini memiliki keuntungan tersendiri. Karena kredit yang digunakan tidak berasal dari bank, keberjalanan UMKM tidak terlalu bergantung pada kondisi perbankan nasional sehingga di saat resesi ekonomi terjadi, UMKM masih bisa bertahan dan ini adalah suatu keuntungan dalam menghadapi AEC, karena UMKM tak terpengaruh oleh resesi ekonomi yang mungkin mempengaruhi Usaha Besar lainnya.

Dari 3 kelebihan diatas, mulai dari jumlah Unit UMKM dan tenaga kerja yang dimiliki, keuntungan yang melebihi dari Usaha Besar, dan ketahanan UMKM dalam menghadapi resesi ekonomi, itu semua sudah sangat menguntungkan bagi Indonesia untuk menyongsong AEC 2015 mendatang, sehingga kita bukan hanya sebagai penonton perkembangan pasar global ini saja

KESIMPULAN

Cara Optimal Memaksimalkan Kinerja UMKM

Cara-cara pengoptimalan kinerja UMKM di Indonesia sebenarnya banyak, tapi hanyar beberapa yang sangat mampu mempengaruhi kinerja UMKM ini :

Dari segi Pemerintah dengan cara melaksanakan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Adapun pembinaan yang dilakukan Pemerintah terhadap UMKM adalah sebagai berikut:

(1) . Pengembangan usaha dalam bidang produksi dan pengolahan,

(3) . Pengembangan usaha ini dilakukan dengan : a. meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan manajemen bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; b. memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana, produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan bagi produk UMKM; c. mendorong penerapan standarisasi dalam proses produksi dan pengolahan; d. meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan bagi Usaha Menengah

(4) . Pengembangan usaha dalam bidang pemasaran dilakukan dengan cara : a. melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran; b. menyebarluaskan informasi pasar; c. meningkatkan kemampuan manajemen dan tehnik pemasaran; d. menyediakan sarana pemasaran yang meliputi penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan promosi Usaha Mikro dan Kecil; memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran, dan distribusi; d.menyediakan tenaga konsultan profesional dalam bidang pemasaran

(5) . Pengembangan usaha dalam bidang sumber daya manusiadilakukan dengan cara : a. memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan; b. meningkatkan ketrampilan teknis dan manajerial; c. membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru

(6) . Pengembangan usaha dalam bidang desain dan teknologidilakukan dengan : a. meningkatkan kemampuan di bidang desain dan teknologi serta pengendalian mutu; b. meningkatkan kerjasama dan alih teknologi; c. meningkatkan kemampuan UKM di bidang penelitian untuk mengembangkan desain dan teknologi baru; d. memberikan insentif kepada UKM yang mengembangkan teknologi dan melestarikan lingkungan hidup; e. mendorong UMKM untuk memperoleh sertifikat hak atas kekayaan intelektual

(7). Membangun kemitraan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha,dan masyarakat melalui pola: a. inti-plasma; b. subkontrak; c. waralaba; d. perdagangan umum; e. distribusi dan keagenan; f. bentuk-bentuk kemitraan lain, seperti: bagi hasil, kerjasama operasional, usaha patungan (joint venture), dan penyumberluaran (outsourcing).

Pelasksanaan Undang-Undang tersebut dengan pengawasan, monitoring, dan evaluasi seluruh hasil penerapan Undang-Undang tersebut, dan tanpa harus membebani para pelaku UMKM seperti masalah biaya yang biasanya memakan banyak beban bagi pelaku UMKM.

Selain pelaksanaan Undang-Undang, pemerintah juga harus memberikan pelatihan atau training kepada seluruh masyarakat Indonesia, pelatihan yang sifatnya berlanjut dan dapat menyentuh seluruh masyarakat Indonesia baik yang

9

ada di kota maupun di desa. Cara ini dilakukan karena masih banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak tahu mengenai ASEAN EconomicCommunity(AEC) yang akan dilaksanakan 2015 nanti atau bahkan mengenal saja tidak.

Pelatihan dilakukan agar mereka tahu dan mengerti bahwa di Tahun 2015 nanti Indonesia akan menghadapi ASEAN Economic Community (AEC), dan harus ada yang dipersiapkan dari segala aspek. Selain itu pelatihan juga diberikan agar mereka tahu apa yang harus dilakukan ketika AEC ini sudah dilaksanakan, memberi tahu bahwa mereka tidak boleh hanya menjadi penonton melainkan harus berkontribusi mengubah Indonesia menjadi lebih baik lagi. Pelatihan juga memberikan motivasi bahwa masyarakat Indonesia harus memanfaatkan AEC, untuk menjadi Entrepreneur bukan hanya menjadi pedagang atau penonton tetapi menjadi entrepreneur yang menciptakan ide-ide baru yang cemerlang untuk mengubah perekonomian Indonesia menjadi lebih baik dan menjadi yang terbaik dalam lingkup Asia Tenggara terutama dari segi ekonominya.

Kemudian melakukan penelitian-penelitian produk dengan hasil data yang valid. Hasil penelitian ini dimaksudkan agar Indonesia mengetahui produk-produk apa saja yang dibutuhkan oleh negara-negara ASEAN dan hasil penelitian juga nantinya digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki produk agar disukai oleh pasar negara ASEAN. Sehingga, berhasil menciptakan produk-roduk yang dibutuhkan ASEAN dan dapat memproduksinya di Indonesia untuk dijual kepada negara ASEAN nantinya, diharapkan munculnya kebergantungan negara-negara di ASEAN kepada Indonesia. Bukan negara Indonesia yang bergantung kepada negara asing tetapi negara asing yang bergantung kepada Indonesia.

Dan dari segi masyarakat adalah :

1. Mengubah mindset konsumtif menjadi produktif sehingga kita bisa mengurangi pengeluaran dan memperbesar pemasukan bagi negara kita.

2. Meningkatkan Competitiveness produk yang akan berpengaruh pada ketertarikan konsumen akan produk yang kita hasilkan dengan kualitas terjamin dan harga yang terjangkau.

3. Diversifikasi dan peningkatan nilai tambah bahan baku dari sumber daya alam yang melimpah menjadi produk berorientasi ekspor.

4. Meningkatkan Competitiveness sumber daya manusia karena kunci dari kemajuan bangsa adalah bukan karena kekayaan alamnya melainkan SDM yang ada di dalamnya.

5. Mempersiapkan lulusan perguruan tinggi yang mampu berkompetisi minimal di tingkat ASEAN (kedepan semua profesi harus memiliki sertifikasi tingkat ASEAN) dan tiap tenaga profesional memiliki semangat yang tinggi.

6. Mengubah mindset pegawai menjadi entrepreneur (pengusaha) sehingga diharapkan akan muncul pengusaha-pengusaha baru yang dapat menciptakan lapangan kerja dan memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia secara mandiri sehingga tidak bergantung terhadap negara lain.

Dampak UMKM yang optimal terhadap AEC 2015 Bagi Indonesia

Karena UMKM sudah sangat berpengaruh dalam perekonomian di Indonesia, maka sangat penting pengoptimalan kinerjanya. Jika seluruh solusi di atas berhasil direalisasikan dan mampu membuahkan hasil yang memuaskan, tentu AEC adalah milik Indonesia. Karena Indonesia memiliki ragam budaya yang bisa diimplementasikan dalam pembuatan dan penjualan produk ke luar negeri. Bahkan mulai dari sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup memadai di Indonesia atau bahkan lebih ini, seharusnya UMKM Indonesia mampu berjaya di pasar global ASEAN, karena hanya Indonesia yang memiliki sumber daya alam sebagai bahan mentah produksi tanpa harus mengimpor dari negara lain, sehingga sudah sangat memotong biaya pengimporan yang sudah sangat dipastikan sangat mahal.

Mulai dari pengayoman pemerintah sampai kerja keras dari pelaku UMKM tersebut tentu sangat menentukan kesuksesan Indonesia dalam menguasai pasar global. Daya saing penjualan produk lokal sudah sangat tidak bisa ditandingi oleh produk luar jika para pelaku UMKM mau memberikan inovasi yang terbaru, karena konsumen bukan hanya memerlukan kualitas bagus, namun inovasi yang berguna dan bermanfaat.

Jumlah keseluruhan UMKM mencapai 99,99% dari keseluruhan usaha yang ada di Indonesia, jadi tidak diragukan lagi peran penting UMKM dalam menghadapi AEC 2015 mendatang.DAFTAR PUSTAKAArsyad Lincolin. (2010). Ekonomi Pembangunan, Edisi Kelima, Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Baasir Faisal. (2003). Pembangunan dan Krisis (Kritik dan Solusi Menuju Kebangkitan Indonesia), Cetakan Pertama. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Christimulia Purnama Trimurti. Peran Pemerintah Dalam Kemajuan UMKM di Indonesia

Pacu Daya saing UMKM Jelang AEC 2015 - Bisnis dan Manajemen - Bisnismanajemen.co.id

Mirza Adrian. (2010). Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Di IndonesiaMenyongsong AEC 2015, Sudah Siapkah Kita? - INILAH.com

Pengertian UMKM di Indonesia dan Dunia - ANNEAHIRA.comDAFTAR RIWAYAT HIDUPBiodata Ketua Pelaksana

A.Identitas Diri

1Nama Lengkap (dengan gelar)Syah Ryan Anwari

2Jenis KelaminLaki-Laki

3Program StudiEkonomi Pembangunan

4NIM145020100111036

5Tempat dan Tanggal LahirBanjarmasin, 03 April 1996

[email protected]

7Nomor Telepon/HP089691661035

B.Riwayat Pendidikan

SDSMPSMA/SMK

Nama InstitusiSDN Kebun Bunga 4SMPN 6 BanjarmasinSMK 3 Banjarmasin

JurusanAkuntansi

Tahun Masuk-Lulus2002-20082008-20112011-2014

C.Pemakalah Seminar Ilmiah

NONama Pertemuan Ilmiah/ SeminarJudul Artikel IlmiahWaktu dan Tempat

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir

NOJenis PenghargaanInstitusi Pemberi PenghargaanTahun

Biodata Anggota 1

A.Identitas Diri

1Nama Lengkap (dengan gelar)Muhammad Auzan

2Jenis KelaminLaki-Laki

3Program StudiAkuntansi

4NIM145020301111047

5Tempat dan Tanggal LahirJakarta, 05 April 1996

[email protected]

7Nomor Telepon/HP081290231844

B.Riwayat Pendidikan

SDSMPSMA/SMK

Nama InstitusiSDN Pela Mampang 11 PgSMPN 43 JakartaSMAN 55 Jakarta

Jurusan--IPS

Tahun Masuk-Lulus2002-20082008-20112011-2014

C.Pemakalah Seminar Ilmiah

NONama Pertemuan Ilmiah/ SeminarJudul Artikel IlmiahWaktu dan Tempat

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir

NOJenis PenghargaanInstitusi Pemberi PenghargaanTahun

Biodata Anggota 2

A.Identitas Diri

1Nama Lengkap (dengan gelar)Renanda Afilia Ramdhan

2Jenis KelaminLaki-Laki

3Program StudiEkonomi Pembangunan

4NIM145020100111044

5Tempat dan Tanggal LahirMalang, 22 Januari 1997

[email protected]

7Nomor Telepon/HP081333406026

B.Riwayat Pendidikan

SDSMPSMA/SMK

Nama InstitusiSD Al-Azhar SurabayaSMPN 6 SurabayaSMAN 3 Malang

JurusanIPS

Tahun Masuk-Lulus2002-20082008-20112011-2014

C.Pemakalah Seminar Ilmiah

NONama Pertemuan Ilmiah/ SeminarJudul Artikel IlmiahWaktu dan Tempat

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir

NOJenis PenghargaanInstitusi Pemberi PenghargaanTahun

Biodata Anggota 3A.Identitas Diri

1Nama Lengkap (dengan gelar)Syafiq

2Jenis KelaminLaki-Laki

3Program StudiManajemen

4NIM145020207111038

5Tempat dan Tanggal LahirDepok, 26 Maret 1996

[email protected]

7Nomor Telepon/HP081318714930

B.Riwayat Pendidikan

SDSMPSMA/SMK

Nama Institusi-SD Muhammadiyah 06 Pg-SDIT Fajar HidayahSMP Islam PB SudirmanSMA Labschool Cibubur

JurusanIPS

Tahun Masuk-Lulus2002-20042004-20082008-20112011-2014

C.Pemakalah Seminar Ilmiah

NONama Pertemuan Ilmiah/ SeminarJudul Artikel IlmiahWaktu dan Tempat

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir

NOJenis PenghargaanInstitusi Pemberi PenghargaanTahun

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu pernyataan dalam pengajuan PKM-GT dengan judul Memfokuskan Perkembangan UMKM Sebagai Tiik Pacu Persaingan Untuk Menghadapi ASEAN Economic Community 2015.

Malang, 00 September 2014

Pengusul

(Syah Ryan Arwani)7