PKM2 Makalah-Koperasi

Embed Size (px)

Citation preview

________________________________________________________________

IDENTIFIKASI PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN BAGI PEMBERDAYAAN SERTA PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH DAN KOPERASI

Oleh : Dr.H.Roni Kastaman, Ir.MT.

Makalah Disampaikan pada Seminar Tentang Peraturan dan Perundang-undangan Bagi Pemberdayaan serta Pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi Tanggal, 8 Agustus 2002 Di Aula Dinas Koperasi UKM Propinsi Jawa Barat - Bandung

________________________________________________________________

Ringkasan Makalah

Dalam upaya pemberdayaan dan pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi diperlukan adanya pemahaman yang mendalam, baik dari konsep dasar koperasi, peraturan perundang-undangan serta implementasi kegiatan koperasi pada prakteknya di lapangan.

Secara umum konsep dasar dari Koperasi dapat diartikan sebagai suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, dengan anggota yang umumnya dari kalangan ekonomi lemah. Mereka bergabung secara sukarela atas dasar persamaan hak dan berkewajiban melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya.

Konsep dasar ini sebenanya juga tertuang dalam Undang-Undang (UU) No.12 Tahun 1967 Pasal 3 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, dimana Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang, atau badan-badan hukum koperasi yang

merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

Dengan demikian penciri utama dari koperasi adalah : Merupakan kumpulan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi bukan perkumpulan modal Mengacu kepada kepentingan ekonomi anggota dan masyarakat bukan kepada kebendaan semata Bahwa koperasi akan melakukan suatu usaha misalnya dengan pihak ketiga ini dikaitkan dengan kepentingan anggotanya untuk memasarkan atau mengupayakan agar tujuan koperasi tercapai Merupakan wadah demokrasi sosial karena adanya kerjasama, gotong royong berdasarkan persamaan hak, kewajiban dan derajat.

1

Hal lain yang menjadi Sendi Dasar Koperasi sebagaimana tertuang dalam Pasal 6 Bagian 4 UU No.12 Tahun 1967 adalah : Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Pemegang hak kekuasaan tertinggi ada pada keputusan rapat anggota Masing-masing anggota menyumbangkan karya dan jasanya. Tiap anggota mendapatkan bagian hasil usaha yang adil atas karya dan jasanya tersebut Adanya pembatasan bunga atas modal Mengembangkan anggotanya dan masyarakat Usaha dan ketata laksanaannya bersifat terbuka Swadaya, swakerta, swasembada

Secara teoritis memberdayakan dan mengembangkan koperasi dapat dilakukan dengan mengacu pada kaidah-kaidah manajemen usaha modern, mengingat koperasi juga merupakan suatu bentuk usaha, namun memiliki karakteristik khusus dalam pencapaian tujuannya. Dengan demikian untuk

menjalankan koperasi dengan baik perlu dipenuhi sistem manajemen yang baik pula.

Menurut Kartasapoetra, dkk. (1989), untuk menjalankan usaha koperasi dengan baik diperlukan beberapa hal yang mendasar, antara lain : 1. Perlunya program kerja dalam menjalankan koperasi (Method) 2. Keanggotaan disusun atas dasar kekeluargaan, musyawarah dan keterbukaan (Membership relationship) 3. Hubungan pengurus dan pegawai dalam usaha koperasi harus sesuai dengan peran dan fungsinya (Managing the human resources) 4. Pengelolaan tata usaha dan pembukuan koperasi yang benar (Material management) 5. Permodalan dalam koperasi yang memadai (Money or financial management)

2

6. Integrasi cara untuk mendayagunakan dan mendaya hasilkan koperasi secara tepat melalui kemitraan (Mechanism of control resources) 7. Cara pembagian hasil usaha yang adil Disamping itu perlu ditunjang pula oleh : 1. Pendidikan yang berkaitan dengan manajemen perkoperasian yang memadai 2. Fasilitator dalam memberdayakan dan mengembangkan usaha koperasi 3. Orientasi kepada pemenuhan kebutuhan anggota dengan antisipasi pasar (market and member oriented)

Untuk mendapatkan model koperasi dengan kinerja operasional yang baik sebagaimana kriteria di atas sudah barang tentu diperlukan adanya sinergi diantara komponen sistem kinerja koperasi. Beberapa komponen yang terlibat dalam hal ini adalah : Pemerintah Koperasi Lembaga Usaha Swasta Lembaga Swadaya Masyarakat Perguruan Tinggi Perbankan

Masing-masing komponen mempunyai peran dan tugas masing-masing yang saling mendukung, terutama dalam menentukan efektifitas kinerja koperasi. Sebagai gambaran konseptual dari sinergi diantara komponen sistem tersebut adalah sebagai berikut :

3

PEMERINTAH (Regulasi/Fasilitator)

PERBANKAN (Permodalan)

KOPERASI (Pelaku)

PERGURUAN TINGGI (Teknologi & SDM)

LEMBAGA USAHA SWASTA (Peluang & Kemitraan)

LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (Mediator)

Gambar 1. Model konseptual dari sinergi komponen sistem Kinerja Koperasi

Salah satu faktor penting untuk mewujudkan kinerja koperasi yang baik adalah adanya peran Pemerintah dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang diatur dan dikeluarkan sedemikian rupa hingga sistem dapat berjalan dengan baik. Permasalahannya sekarang ialah bahwa dalam prakteknya kinerja koperasi pada kebanyakan lokasi di Indonesia belum dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk itu perlu dilihat apa yang menjadi kendala atau hambatan yang ada dalam implementasi Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan koperasi tersebut. Dengan demikian akan diketahui faktor pendukung, hambatan serta rekomendasi apa yang dapat

4

diberikan agar peran koperasi, pemberdayaan dan pengembangannya dapat ditingkatkan.

Berdasarkan kajian secara makro dari beberapa Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan yang ada dapat disimpulkan bahwa secara umum perangkat perundang-undangan yang mendukung sudah cukup memadai, namun masih memiliki kekurangan. Kekurangan yang muncul dalam bagianbagian dari uraian Undang-Undang atau Peraturan-Peraturan yang ada antara lain menyangkut : 1. Belum adanya penjelasan yang lebih mendalam dari azas Kekeluargaan sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan umum koperasi, misalnya pada Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi. Hal ini penting mengingat dalam era keterbukaan sekarang ini perlu adanya klarifikasi makna tersebut agar jangan disalah artikan dengan pengertian Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) 2. Belum adanya ketentuan sangsi hukum yang jelas berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan usaha koperasi terutama bila dihubungkan dengan upaya penegakan hukum yang tegas tanpa memandang siapapun. Mengingat hingga saat ini pelanggaran atas Undang-Undang dan PeraturanPeraturan yang berkaitan dengan penyalahgunaan koperasi tidak diproses secara hukum dengan tegas. 3. Belum adanya sinergisme diantara lembaga-lembaga terkait dengan pemberdayaan, pembinaan dan pengembangan koperasi, baik dikalangan instansi pemerintah maupun swasta. Hal ini tercermin dari belum adanya kesatuan yang utuh (terpadu) mengenai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam rangka implementasi Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan yang ada. Sehingga masing-masing lembaga terkesan berjalan sendiri-sendiri dengan misi dan visinya masing-masing. 4. Adanya anggapan bahwa penyusunan produk Undang-Undang dan

Peraturan-Peraturan jauh lebih mudah daripada melaksanakannya.

5

5. Kendala-kendala umum yang dihadapi dalam pengembangan perkoperasian terutama yang menyangkut Sumber Daya Manusia (SDM), penguasaan teknologi permodalan, antisipasi peluang dan kemitraan, belum dapat dijabarkan secara komprehensif, baik dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan-Peraturan maupun Petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk teknisnya (Juknis). Sehingga pemahaman tentang manajemen dan

pengorganisasian koperasi masih memerlukan pendalaman dan sosialisasi lebih lanjut.

Dari uraian Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan yang berkaitan dengan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi yang saat ini berlaku di Indonesia, juga ditemui beberapa kekurangan yang berdampak pada kelemahan-kelemahan implementasinya. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

A. Peraturan Pemerintah (PP) No.9 tahun 95 tentang Pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi Hambatan yang dijumpai dalam implementasi PP tersebut antara lain : 1. Terbatasnya Sumber Daya Manusia baik pelaku koperasi maupun aparat dinas koperasi (kuantitas dan kualitasnya). 2. Terbatasnya modal (finansial, sarana pra-sarana) yang disebabkan adanya prosedur pengusulan modal yang rumit, tidak adanya agunan untuk mendapatkan bantuan modal, suku bunga atas pinjaman modal yang tinggi. 3. Kendala dalam produksi (kesulitan dalam mendapatkan bahan baku, harga bahan baku yang mahal, ketergantungan pada bahan baku impor) 4. Kendala dalam pemasaran produk (jumlah pesaing yang banyak,

pembayaran tidak tunai, sistem distribusi sering mengalami gangguan) 5. Kendala penguasaan teknologi

B. Peraturan Pemerintah (PP) No.4 tahun 1994 tentang Kelembagaan Hambatan yang dijumpai dalam implementasi PP tersebut antara lain :

6

1. SDM aparat belum dapat mengelola (me manage) kelembagaan sesuai dengan teori manajemen modern 2. Koordinasi dengan dinas-dinas terkait baru terbatas wacana kenyataan di lapangan berbagai kepentingan baik pribadi maupun ego sektoral masih dominan

C. Instruksi Presiden (Inpres) No.18 Tahun 1998, tentang Pengembangan Kelembagaan Koperasi Hambatan yang dijumpai dalam implementasi Inpres tersebut antara lain : 1. Pembentukan koperasi yang terlalu mudah dan bebas sehingga banyak memberi peluang pendirian koperasi-koperasi fiktif 2. Kegiatan koperasi harus diatur sesuai dengan wilayah kerja 3. Akibatnya timbul penyalahgunaan dan tumpang tindihnya (RDKK)

D. Peraturan Daerah (Perda) No.27 Tahun 2000 mengenai Kelembagaan di Sekda dan Dinas Instansi, kemudian Surat Keputusan (SK) Bupati No. 287 tahun 2000 mengenai Struktur Organisasi dan Tata Kerja Hambatan yang dijumpai dalam implementasi Peraturan-peraturan tersebut antara lain : 1. Pimpinan lembaga supra dan infra masih didominasi pemikiran politis 2. Ekonomi kerakyatan yang demokratis, kebersamaan, keterbukaan dan kekeluargaan harus ditunjang oleh dasar hukum yang pasti.

E. Undang-undang No.25 tahun 1992 tentang Koperasi

Hambatan dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang tersebut antara lain : 1. Rendahnya kualitas SDM yang berdampak pada kurangnya jiwa

kewirausahaan, lemahnya daya inovasi, kreativitas, disiplin, etos kerja dan profesionalisme terutama dalam mengembangkan UKM dan Koperasi. Kesemuanya itu berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas usaha. Lebih 7

jauh hal tersebut akan membatasi daya saing dan kemampuan dalam menciptakan dan memanfaatkan peluang usaha. 2. Rendahnya kinerja UKM dan Koperasi juga dipengaruhi oleh ketersediaan pendukung faktor produksi dan tersedianya pra-sarana penunjang sektor transportasi, informasi, telekomunikasi, listrik, pelayanan jasa pembiayaan yang belum proporsional dan masih bias. 3. Terbatasnya akses terhadap bahan baku, permodalan, teknologi, informasi pasar, produk dan lokasi usaha serta jaringan kerjasama dan kemitraan. 4. Kurangnya antisipasi anggota dalam kegiatan usaha koperasi 5. Tingkat kepedulian pembina dan instansi terkait terhadap pemberdayaan UKM dan Koperasi di masing-masing unit kerja belum optimal.

Rekomendasi

Dari gambaran umum paparan materi di atas dapat kiranya dielaborasi lebih lanjut langkah-langkah positif dalam rangka memberdayakan dan mengembangkan UKM dan koperasi di masa yang akan datang, antara lain melalui : 1. Perbaikan beberapa bagian materi Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan yang ada mengenai UKM dan Koperasi 2. Sinergi diantara lembaga terkait dengan pemberdayaan dan pengembangan koperasi 3. Keterpaduan dalam Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis yang mudah dipahami dan dilaksanakan 4. Konsistensi pelaksanaan Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan yang ada mengenai UKM dan Koperasi yang ditindak-lanjuti dengan penegakan hukum yang baik (Law Enforcement) 5. Pembinaan yang intensif tentang perkoperasian agar sesuai dengan falsafah, maksud dan tujuan koperasi itu sendiri (mendudukan koperasi pada porsi yang benar)

8

Daftar Pustaka

__________, 2000. Undang-Undang Perkoperasian 1992. Sinar Grafika. Jakarta

__________, 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan AntaraPemerintahPusat dan Daerah. BP.Panca Usaha. Jakarta. Anwar Jusuf, 1999. Pengembangan Usaha Kecil/Menengah. Makalah Seminar ISEI Cabang Bandung. 25 Maret 1999. Kartasapoetra, Bambang, A. Setiady. 2001. Koperasi Indonesia. Rineka Cipta Jakarta. Pamoentjak, 1981. Seluk Beluk dan Teknik Perniagaan. Pradnya. Paramita. Jakarta Samsoel Maarif, 1998. Peluang usaha UKM-Koperasi pada Masa Krisis Ekonomi di Jawa Barat. Makalah Seminar Kadin Jabar. 7 Juli 1998.

9