Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PKMS PHBS di Sekolah pada Murid MIS Bontoa Desa Popo
Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar
Marhtyni, Nismawati, Milda Ratu
Universitas Indonesia Timur
Abstrak
Permasalahan pada MIS Bontoa Desa Popo Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar adalah minimnya pengetahuan Murid tentang PHBS di sekolah, kurang tersedianya fasilitas untuk PHBS di sekolah dan sanitasi sekolah yang kurang sehat menjadikan murid sulit melakukan pembiasaan perilaku PHBS. PKMS ini bertujuan untuk melaksanakan penyuluhan dan penyediaan sarana PHBS dan sanitasi di sekolah. Metode yang digunakan berupa penyuluhan dengan media tatap muka dengan bantuan media berupa banner, brosur, stiker dan video pembelajaran serta pembuatan sarana PHBS dan sanitsai di sekolah. Hasil PKMS menunjukkan peningkatan posttest penyuluhan, penyediaan wastafel dengan air yang mengalir, sabun cuci tangan dan tissue, penyediaan tempat sampah pemilahan, sanitasi kamar mandi dengan menyediakan ember berpenutup, gayung air, sikat kloset, sikat lantai dan sabun, SPAL dan sumur resapan air limbah wastafel dan kamar mandi, serta pembenahan fasilitas UKS sekolah dengan memberikan karpet lantai, poster pajangan kesehatan, alat ukur berat dan tinggi badan serta hand sanitaizer. Penyuluhan tatap muka di kelas dilakukan tetap jaga jarak sesuai protokol kesehatan masa pandemi. Murid yang tidak hadir dalam penyuluhan dibagikan video pembelajaran dan bagi yang tidak memiliki android dilakukan kunjungan rumah. selain itu untuk mempertahankan pengetahuan murid agar mereka tidak lupa dan senantiasa melaksanakan PHBS di sekolah dipasang spanduk PHBS di sekolah. Kata Kunci : PHBS, Sanitasi
Pendahuluan
Program Kemitraan Masyarakat ini bermitra dengan sekolah yang memiliki peserta didik anak
masyarakat sekitar yang akan menjadi ”change agent atau agen perubahan‟ untuk mempromosikan
PHBS, baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Peserta didik atau murid pada hakekatnya
merupakan kelompok paling mudah dan cepat untuk menerima perubahan. Diharapkan dengan
kelompok sasaran anak sekolah ini maka apabila sejak kecil terbiasa, budaya hidup bersih dan sehat
akan terbawa sampai besar dan pada saat dewasa budaya tersebut tidak akan berubah lagi.
Berdasarkan observasi dan diskusi dengan guru dan kepala sekolah terdapat beberapa permasalahan
yang dihadapi saat ini yaitu:
1. Minimnya pengetahuan Murid tentang PHBS di sekolah.
Kurangnya pengetahuan mitra tentang PHBS sehingga ada beberapa murid yang sakit dan tidak
melaksanakan kegiatan sekolah akibat diare dan demam yang diasumsikan karena tidak
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Kurang tersedianya fasilitas untuk PHBS di sekolah
Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah saat kondisi normal belum dapat dilaksanakan secara
maksimal karena beberapa fasilitas sarana PHBS tidak tersedia di sekolah diantaranya : 1) tidak
tersedia tempat untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, 2) tidak tersedia tempat
sampah dengan pemilahan, 3) alat untuk mengukur berat badan dan tinggi badan rusak.
3. Sanitasi sekolah yang kurang sehat
Lingkungan sekolah yang kurang terjaga sanitasinya diantaranya : 1) kondisi kamar mandi yang kurang
bersih dan genangan air SPAL kamar mandi tergenang serta penampungan air di kamar mandi tidak
berpenutup sehingga dapat menjadi tempat perindukan nyamuk, 2) sampah yang berserakan di halaman
belakang sekolah, 3) kondisi kantin sekolah yang kurang sehat menjadikan lingkungan sekolah tampak
kurang sehat dan tidak dapat menunjang pelaksanaan PHBS di sekolah.
Landasan Teori
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Promkes, 2016). PHBS
merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran.
PHBS dalam tatanan institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan. Sasaran PHBS di tatanan
institusi pendidikan adalah seluruh anggota keluarga institusi pendidikan dan terbagi dalam sasaran
primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier (Menkes RI, 2011).
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat. Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa dengan indikator tersedia
jamban yang bersih dan sesuai dengan jumlah siswa, tersedia air bersih atau air kran yang mengalir di
setiap kelas, tidak ada sampah yang berserakan, lingkungan sekolah dan serasi, ketersediaan UKS yang
berfungsi dengan baik, siswa menjadi anggota dana sehat, siswa pada umumnya (60%) memiliki
kebersihan yang diri baik, siswa mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar, siswa ada yang menjadi dokter kecil atau promosi kesehatan sekolah minimal 10 orang (Syamsur
Manda, 2006).
Anak usia sekolah penting untuk ber-PHBS di sekolah karena sekolah selain berfungsi sebagai tempat
pembelajaran juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Lebih dari
itu, usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit. Akan tetapi, jumlah
anak di Indonesia rata-rata 30% dari total penduduk Indonesia dan usia sekolah merupakan masa
keemasan untuk menanamkan nilai-nilai PHBS sehingga berpotensi sebagai ‘change agent’ atau agen
perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Peserta
didik atau murid pada hakikatnya merupakan kelompok paling mudah dan cepat untuk menerima
perubahan. Diharapkan dengan kelompok sasaran anak sekolah ini maka apabila sejak kecil terbiasa
budaya PHBS akan terbawa sampai besar dan pada saat dewasa budaya tersebut tidak akan berubah
lagi.
Ada beberapa indikator PHBS di sekolah dasar (Promkes, 2016) yaitu a) mencuci tangan dengan air
yang mengalir dan menggunakan sabun, b) mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, karena lebih
terjamin kebersihannya, c) menggunakan jamban yang bersih dan sehat, serta menjaga kebersihan
jamban, d) olahraga dan aktifitas fisik yang teratur dan terukur, sehingga meningkatkan kebugaran dan
kesehatan peserta didik e) memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin, f) tidak merokok di
sekolah, g) menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan peserta didik setiap 6 bulan untuk
memantau pertumbuhan peserta didik, h) membuang sampah pada tempatnya.
Indikator PHBS kebersihan diri yang diambil sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah diantaranya
mencuci tangan, kebersihan kuku, kebersihan berpakaian, kebersihan gigi dan mulut, kebersihan rambut,
dan membuang sampah pada tempatnya. Selain itu ditambahkan indikator PHBS yang menyangkut
olahraga di sekolah. Mencuci tangan tidak hanya membasuh telapak tangan saja. Langkah langkah
mencuci tangan yang baik dan benar (Imelda Suryaningsih,2014), Membasahi tangan dengan air
mengalir dan teteskan/usapkan sabun secukupnya. Gosok kedua telapak tangan sampai ke ujung jari.
Gosokkan juga telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri (atau sebaliknya), dengan jari-jari saling
mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan
sebaliknya.
a. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lain dan saling mengunci. Usapkan ibu jari tangan
kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan
kiri.
b. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan ke depan, ke belakang
dan berputar. Lakukan sebaliknya.
c. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula
untuk tangan kiri.
d. Setelah minimal 10 detik mencuci tangan, bilas tangan hingga seluruh busa sabun hilang.
e. Keringkan tangan dengan tisu bersih atau handuk sekali pakai, atau pengering udara. Jika
memungkinkan, gunakan tisu atau handuk untuk mematikan kran.
Akibat tidak mencuci tangan sendiri yaitu terjadinya penyakit diare, infeksi saluran pernapasan, neumonia
atau radang paru-paru, dan infeksi cacing, mata, dan kulit. Pentingnya menjaga kebersihan tangan,
mencuci tangan dengan sabun bermanfaat agar terhindar dari penyakit-penyakit diatas.
Metode Pelaksanaan PKMS
1. Penyerahan Sarana dan Prasarana PHBS di Sekolah
Gambar 1 : Penyerahan Sarana dan Prasarana PHBS di Sekolah
2. Pembuatan Sarana Penyuluhan (Banner, Brosur & Stiker)
Gambar 2 : Sarana Penyuluhan (Banner, Brosur dan Stiker)
3. Penyediaan Wastafel di Sekolah
Gambar 3: Pembuatan Wastafel Cuci Tangan
4. Penyediaan Tempat Sampah
Gambar 4: Tempat Sampah Pemilahan
5. Penyediaan Saranan Sanitasi kamar Mandi
Gambar 5: Perlengkapan Sanitasi Kamar Mandi Sekolah
6. Pembuatan SPAL dan Sumur Resapan
Gambar 6: Pembuatan SPAL dan Sumur Resapan Air Limbah Wastafel dan Kamar Mandi
7. Pembenahan UKS
Gambar 7: Pembenahan UKS
8. Penyuluhan PHBS di Sekolah
Gambar 8: Penyuluhan PHBS di Sekolah Hari Pertama
Gambar 9: Penyuluhan PHBS di Sekolah Hari kedua
Gambar 10: Penyuluhan PHBS di Sekolah Hari ketiga
Hasil Pengabdian dan pembahasan
Terjadi peningkatan pengetahuan Murid setelah penyuluhan dan diharapkan dapat menjadi
langkah awal perubahan perilaku. Setelah semua Murid berperilaku hidup bersih dan sehat maka akan
meningkatkan kesehatan mereka, kesehatan lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat secara
umum. Dengan demikian akan meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Tabel 1. Hasil pretest sebelum penyuluhan PHBS di sekolah pada Murid MIS Bontoa Desa Popo Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar Tahun 2020
Pengetahuan PHBS di Sekolah n Persen
Cukup 31 58.5
Kurang 22 41.5
Jumlah 53 100.0
Sumber: Data Primer, 2020
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 53 Murid MIS Bontoa yang mengikuti pretest penyuluhan
yang memiliki pengetahuan cukup tentang PHBS di sekolah sebanyak 58.5% dan yang memiliki
pengetahuan kurang tentang PHBS di sekolah sebanyak 41.5%.
Dapat dilihat pula pada grafik berikut:
Grafik 1. Hasil pretest sebelum penyuluhan PHBS di sekolah pada Murid MIS Bontoa Desa Popo
Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar Tahun 2020
Tabel 2. Hasil posttest setelah penyuluhan PHBS di sekolah pada Murid MIS Bontoa Desa Popo Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar Tahun 2020
Pengetahuan PHBS di Sekolah n Persen
Cukup 51 96.0
Kurang 2 4.0
Jumlah 53 100.0
Sumber: Data Primer, 2020
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 53 Murid MIS Bontoa yang mengikuti posttest penyuluhan
yang memiliki pengetahuan cukup tentang PHBS di sekolah meningkat sebanyak 96.0% dan masih ada
yang memiliki pengetahuan kurang tentang PHBS di sekolah sebanyak 4.0%.
Dapat pula dilihat pada grafik berikut:
Grafik 2. Hasil posttest setelah penyuluhan PHBS di sekolah pada Murid MIS Bontoa Desa Popo
Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar Tahun 2020
CUKUP 58%
KURANG 42%
Dampak lain yang di peroleh hingga saat ini MIS Bontoa telah memiliki sarana cuci tangan dengan
air mengalir, tempat sampah pemilahan, MIS Bontoa juga telah membenahi SPAL dan memiliki sumur
resapan limbah cair di lingkungan sekolah, memiliki tempat penampungan air tertutup di kamar mandi
dan sarana untuk membersihkan kamar mandi, serta telah membenahi UKS menjadi lebih layak dari
sebelumnya.
Tabel 3. Hasil yang di capai PKMS PHBS di sekolah pada Murid MIS Bontoa Desa Popo Kecamatan
Galesong Selatan Kabupaten Takalar Tahun 2020
No Indikator Sebelum Sesudah
1 Sarana Cuci
Tangan
2 Tempat
Sampah
CUKUP 96%
KURANG 4%
3 Kondisi Kamar
Mandi (Jamban)
4 Kondisi SPAL
5 Kondisi UKS
Kesimpulan
Tujuan PKMS telah terlasana berupa penyuluhan dan penyediaan sarana PHBS dan sanitasi
di sekolah, sehingga diharapkan Murid dapat berperilaku hidup bersih dan sehat baik di lingkungan
sekolah dan masyarakat secara umum.
Ucapan Terima Kasih
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya,
sehingga kegiatan ini dapat diselesaikan. Salam dan salawat kita kirimkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW sebagai penerang kalbu bagi setiap umatnya. Salam pula kepada seluruh keluarga,
sahabat dan orang-orang yang tetap istiqamah dijalan-Nya.
Kegiatan PKM ini dilaksanakan dengan dana hibah Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Dalam
pelaksanaan kegiatan PKM kami bekerjasama dengan MIS Bontoa Desa Popo Kecamatan Galesong
Selatan Kabupaten Takalar.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pengabdian
kepada masyarakat (PKM) ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang ikut membantu dalam
penyusunan laporan ini. Tidak ada kesempurnaan yang tercipta di muka bumi ini, begitu pula dengan
kegiatan yang kami lakukan. Kami menyadari bahwa kegiatan ini masih jauh dari kesempunaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan.
Daftar Pustaka
Anik Maryunani. 2013. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Trans Info Media. Jakarta Timur.
Depkes RI (2000). Pedoman Pembinaan Dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Jakarta:
Direktorat Jendral Pembinaan Masyarakat Keluarga.
Direktorat Promosi Kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. 2016. Gerakan PHBS Sebagai Langkah
Awal Menuju Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI.
http://promkes.kemenkes.go.id/2016/01/01/ Indikator PHBS pada Tingkatan Anak sekolah.
Kemenkes, RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 269/Menkes/Per/XI/2001
– Perdoman Pembinaan Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS). Jakarta.
Soekidjo Notoatmodjo. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.