PKP+skabies

Embed Size (px)

DESCRIPTION

RRRRR

Citation preview

PRESENTASI KASUS DIPERSIAPKAN

SKABIES

Disusun Oleh:

Dina FaizahFachrul Tamrin

Risqon Nafiah

Tiara Kemala Sari

Oponen:Ratna Kencana

Indra Fahlevi

Arief Kurniawan Jamal

Pembimbing:

Prof. DR. Dr. Retno Widowati Soebaryo, SpKK(K)MODUL PRAKTIK KLINIK

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

2014BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Pertama kali, dasar pengetahuan dasar penyakit ini diletakkan oleh Bapak Dermatologi, Von Herbra. Sementara penemu tungau penyebabnya pertama kali adalah Benomo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis dan produknya pada tubuh1,5, kerap dikenal juga dengan istilah budukan, gudik, dan gatal agogo5.1.2 Etiologi

1.2.1 Klasifikasi Sarcoptes scabieiPenyebab skabies adalah tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis yang termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordoacarina, super-famili Sarcoptoidea, famili Sarcoptidae, genus Sarcoptes.3

Gambar 1.1 Tungau Sarcoptes scabiei1.2.2 Morfologi

Secara morfologi tungau Sarcoptes scaibiei berbentuk oval/lonjong dan gepeng, berwarna putih kotor, punggungnya cembung dan bagian dadanya rata, dan tidak memiliki mata. Ukuran betinanya lebih besar dibandingkan jantan, yakni 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan berkisar antara 200-240 mikron x 150-200 mikron. Stadium dewasa memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di bagian depan dan 2 pasang kaki di bagian belakang. Pada betina, 2 pasang kaki belakang dilengkapi dengan cambuk/rambut. Sedangkan pada jantan hanya pasangan kaki ketiga saja yang berakhir dengan cambuk/rambut, pasangan kaki keempatnya dilengkapi oleh ambulakral (perekat). Alat reproduksi betinanya berbentuk celah pada bagian ventral tubuh, pada jantan alat reproduksinya berbentuk huruf Y yang terletak diantara pasangan kaki keempat.2

1.2.3 Kebiasaan dan siklus hidup

Sarcoptes scabiei varietas hominisini hidup di lapisan terluar epidermis manusia, mereka menggali permukaan epidermis ini hingga terbentuk terowongan dan kemudian bertelur. Karena lapisan kulit epidermis terus menerus mengelupas dan tumbuh secara cepat, terowongan yang dibuat tungau ini hanya terdapat pada bagian epidermis yang sudah mengeras. Tungau ini akan melakukan pembuahan/kopulasi di permukaan kulit atau di dalam terowongan. Setelah dibuahi, sang betina akan mencari lapisan kulit yang memilik stratum korneum tebal seperti telapak tangan dan kemudian mulai menggali terowongan. Setelah itu, sang betina akan bertelur di dalam terowongan selama hidupnya. Telur dapat mencapai jumlah 40 hingga 50. Kemudian telur menetas menjadi larva yang memiliki 3 pasang kaki dan terus tumbuh dan berkembang hingga menjadi nimfa yang memiliki 4 pasang kaki. Nimfa akan menjadi tungau dewasa dalam waktu tiga hari. Keseluruhan siklus hidup ini dialami selama kurang lebih 8-12 hari.51.3 Patogenesis

Kelainan kulit pada kondisi ini disebabkan oleh siklus hidup tungau yang membentuk terowongan dan juga akibat garukan pasien. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang akan muncul kira-kira satu bulan sesudah infestasi. Kelainan kulit yang muncul mirip dermatitis dengan efloresensi papul, vesikel, dan urtika. Selain itu, karena garukan muncul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder5.

Gambar 1.2 Patogenesis1.4 Epidemiologi

Di negara berkembang dilaporkan bahwa angka prevalensi skabies mencapai 6-27% dengan insidens terbesar di kalangan anak-anak dan remaja. Berdasarkan penelitian Marufi pada tahun 2005 mengenai FaktorSanitasiLingkungan yang BerperanTerhadapPrevalensiPenyakitSkabies, ditemukan bahwa prevalensi skabies di tempat yang padat penduduk seperti pesantren pada kelompok yang higiene-nya buruk mencapai 73,7%. Sedangkan pada kelompok yang higiene-nya baik, angka prevalensi skabies hanya berkisar antar 2-3 %.12 Skabies ditemukan diseluruh dunia dengan angka prevalensi bervariasi yang disebabkan karena faktor-faktor berhubungan. Beberapa faktor tersebut antara lain adalah higiene perseorangan yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan berganti-ganti pasangan seksual, dan juga kepadatan penduduk. Diantara faktor faktor tersebut yang paling mempengaruhi adalah faktor kepadatan penduduk.41.5 Gambaran klinis

Keluhan yang umumnya dirasakan pada awal masa infestasi tungau pada penyakit skabies adalah rasa gatal yang terjadi pada malam hari, cuaca panas dan badan berkeringat. Rasa gatal biasanya dirasakan di sekitar lesi namun pada tahap kronis maka rasa gatal dapat dirasakan hingga ke seluruh tubuh. Gatal ini disebabkan karena sensitisasi kulit terhadap ekskret dan sekret tungau yang dikeluarkannya pada saat membuat terowogan. Lesi pada kulit berupa terowongan halus sedikit meninggi, berkelok-kelok dengan warna putih keabu-abuan. Di daerah yang beriklim tropis jarang ditemukan terowongan. Biasanya Sarcoptes scabiei memilih tempat tertentu untuk membuat terowongan seperti sela jari, pergelangan tangan dan kaki, penis, areola mammae, umbilikus, dibawah payudara wanita dan aksila.2Pada dewasa, skabies jarang menyerang leher, muka, kulit kepala yang berambut, punggung bagian atas, telapak kaki dan tangan, tetapi pada anak kecil dan bayi daerah-daerah ini sering terinfestasi dan dapat pula menyerang seluruh badan. Lesi kulit dapat berupa vesikel, papul, dan urtika. Berat ringannya kerusakan kulit yang dialami tergantung pada derajat sensitisasi, lamanya infeksi, higiene perorangan dan riwayat pengobatan sebelumnya. Pada tahap yang kronik, skabies dapat mengakibatkan penebalan kulit (likenifikasi) dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi).21.6 Diagnosis

Terdapat empat tanda kardinal skabies. Diagnosis dapat ditegakkan bila memnuhi dua dari empat tanda kardinal. 1) Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena tungau penyebabnya lebih aktif di malam hari, suhu yang lebih lembab, dan panas.

2) Penyakit ini menyerang secara berkelompok. Misalnya dalam sebuah keluarga atau kelompok bermain terdapat satu anak yang terkena skabies, maka biasanya akan ada anggota kelompok lain yang menderita penyakit tersebut pula. Terdapat istilah pembawa (carrier) yakni penderita yang terkena infestasi tungau skabies tetapi tidak memberikan gejala klinis.

3) Terdapat terowongan atau yang dikenal juga sebagai kanlikulus. Biasanya pada tempat predileksi tertentu yang stratum korneumnya tipis, misal sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, lipat ketiak bagian depan, bokong, genitelia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat ditemukan di telapak tangan dan telapak kaki. Kanalikuli berbentuk terowongan berwarna keabu-abuan atau putih, rata-rata panjang 1 cm, dan biasanya ujungnya dapat ditemukan papul atau vesikel.

4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik tetapi paling sulit pula. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. 1.7 Diagnosis Banding

Gejala yang ditimbulkan pada infeksi scabies umunya tidak spesifik karena lesi awal pada pasien biasanya berupa papul dan vesikel dengan gejala subjektif berupa rasa gatal. Terlebih lagi umunya pasien datang ke rumah sakit setelah terjadi infeksi sekunder sehingga sulit menilai penyakit yang mendasari pada keluhan pasien. Sehingga pada kasus scabies dapat timbul beberapa diagnosis banding diantaranya :1

1) Dermatitis

2) Prurigo

3) Pedikulosis korporis

4) Impetigo

5) Psoriasis

6) Folikulitis1.8 Pengobatan Skabies

Pengobatan skabies dilakukan melalui dua cara yaitu melaliu terapi medikamentosa dan non-medikamentosa. Untuk terapi medikamentosa dapat digunakan beberapa obat topikal yang digunakan untuk megobati scabies diantaranya:1

1.8.1 Permetrin

Permetrin adalah insektisida yang termasuk golongan pirethroid sintetik yang efektif dalam mengobati skabies. Parmetrin yang digunakan untuk mengobati skabies merupakan krim dengan konsentrasi 5%. Permetrin telah disetujui sebagai obat untuk mengobati skabies sejak tahun 1989 di Amerika Serikat dan 1991 di Belanda.

Permetrin krim 5% digunakan untuk sekali pemakaian dengan cara mengoleskan permetrin ke seluruh bagian tubuh terutama bagian tubuh yamg sering menjadi lesi skabies seperti bagian bokong serta lipatan-lipatan tubuh lainnya. Pemakaian obat ini dianjurkan dilakukan pada malam hari selama 8-12 jam dan kemudian dibilas bersih keesokan harinya dengan sabun.

Parmetrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel syaraf parasit dengan ikatan natrium. Hal ini dapat memeperlambat polarisasi dinding sel parasit yang menyebabkan paralise parasit. Pengaplikasian parmetrin 5% juga efektif untuk mengurangi ektoparasit serta mengurangi simptom.1

1.8.2 Sulfur

Sulfur merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi skabies. Dibandingkan dengan obat-obatan yang lain, sulfur memiliki harga yang terjangkau bagi kalangan masyarakat. Sulfur dengan konsentrasi 5-10 % telah lama digunakan sebagai skabisida. Dalam penelitian yang dilakukan Pruksachatkunakorn terbukti bahwa sulfur dengan konsentrasi 10% efektif unruk mengobati skabiesis meski sulfur dengan konsnetrasi 6% sudah cukup untuk mengobati skabies. Namun pada beberapa kasus sulfur dengan 6% dianggap kurang efektif. Sulfur dengan konsentrasi 10% mampu membunuh larva dan tungau skabies meskipun belum mampu membunuh telur skabies.1,6

Oleh karena itu, pengobatan dengan menggunakan sulfur memerlukan waktu hingga tiga hari untuk membunuh skabies secara tuntas. Sekarang sulfur telah tersedia dalam bentuk sabun yang lebih ekonomis dengan bau yang lebih baik. Sabun sulfur dengan konsentrasi rendah cukup efektif dan aman digunakan untuk mengobati skabies tanpa menimbulkan bau yang mengganggu meskipun dengan jangka waktu penggunaan yang cukup lama.

1.8.3 Emulsi Benzil-Benzoas

Emulsi benzil-benzoat (20-25%) juga efektif diguanakan untuk semua stadium pada skabies deengan penggunaan selama tiga hari. Kekurangan dari obat ini ialah sering meyebabkan iritasi pada penggunanya dan masih sulit ditemukan sehingga jarang digunakan untuk pengobatan skabies11.8.4 Gama Benzena Heksa Klorida

Gama benzene heksa klorida (Gameksan) dengan kadar 1% merupakan salah satu obat yang efektif untuk pengobatan skabies karena efektif membunuh dalam semua stadium dan tidak menyebabkan iritasi pada penggunanya. Namun penggunannya dikontraindikasikan pada pasien anak dan ibu hamil akibat bersifat toksik pada susunan saraf pusat.1

1.8.5 Krotamiton

Krotamiton 10% juga merupakan salah salah satu obat pilihan pada penyakit skabies, Obat ini memiliki dua efek yaitu antiskabies dan antigatal. Namun penggunaan krotamiton dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan iritasi pada pasien. 1

1.8.6 Terapi Non-medikamentosaUntuk terapi non-medikamentosa yang diberikan pada pasien skabies ialah mengenai edukasi terutama dalam pecegahan penularan dan reinfeksi. Pencegahan lebih bersifat preventif atau pencegahan dari peyakit skabies. Pencegahan awal dilakuakan dengan menjaga kebersihan diri sendiri, lingkungan, serta membiasakan diri untuk tidak menggunakan barang-barang pribadi secara bersama-sama.

Pencegahan penularan terjadi apabila seseorang telah terjangkit skabies. Bentuk pencegahan yang dilakukan ialah dengan mengobati penderita secara langsung dan melakukan isolasi sementara pada penderita agar tungau tidak menginfeksi orang-orang yang berada di sekitarnya. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang sering berada di sekitar penderita maupun yang pernah melakukan kontak langsusng dengan penderita.

Pencegahan reinfeksi skabies pada orang yang sama dilakukan dengan mencuci bersih semua barang pribadi penderita seperti pakaian, handuk, sprei, dan sarung dengan menggunakan detergen dan dijemur di bawah terik matahari agar seluruh tungau mati.1.9 Prognosis

Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad functionam: dubia ad bonam

Ad sanationam: dubia

BAB IIILUSTRASI KASUS

2.1. Identitas

Nama: Ny. MAJenis kelamin : PerempuanTTL: Lampung, 18 Juli 1986 Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Parung

Bangsa : Indonesia

Agama: Islam

Pendidikan: SLTP

Pekerjaan : Buruh

2.2. Anamnesis (Dilakukan pada 6 Mei 2014, di RSU Tangerang)2.2.1 Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan bruntus-bruntus kemerahan pada hampir seluruh bagian tubuh disertai rasa gatal yang memberat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit (SMRS).2.2.2. Riwayat Penyakit SekarangSejak 1 bulan SMRS, pasien mengeluhkan bruntus kemerahan yang gatal bermula pada sela-sela jari tangan dan terutama dirasakan pada malam hari. Keluhan tersebut kemudian dirasakan pada badan, bokong, dan sela-sela jari kaki. Selain itu, pasien juga merasa kulitnya menjadi lebih kering. Pasien seringkali menggaruk tempat yang gatal hingga lecet dan perih. Selama sakit, pasien belum pernah berobat ke dokter. Pasien seringkali menggunakan bedak salisil tetapi tidak terdapat perbaikan. Pasien bekerja sebagai buruh pabrik dan tinggal di rumah kontrakan bersama suaminya. Suami pasien juga mengalami keluhan yang sama sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mandi 2 kali sehari dengan menggunakan air PDAM dan sabun lifebuoy batang yang dipakai bersama dengan suami. Pasien menyangkal penggunaan handuk secara bergantian. Pasien mencuci pakaian sehari-hari menggunakan deterjen. Pasien tidak memiliki hewan peliharaan. Riwayat alergi makanan dan obat, bersin di pagi hari, serta asma disangkal.

2.2.2. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat alergi, diabetes mellitus, dan hipertensi dalam keluarga disangkal.2.3. Pemeriksaan Fisik Umum

Kesadaran

: kompos mentis

Keadaan Umum

: tampak sakit sedangBerat badan

: 45 kg

Tinggi badan

: 165 cm

Keadaan gizi

: kesan kurang

Jantung/paru

: tidak diperiksa

Abdomen

: supel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas

: akral hangat, tidak ada edema

Kelenjar Getah Bening: tidak membesar

2.4. Status Dermatovenerologi

I. Pada hampir seluruh tubuh / universal, terdapat papul eritematosa, berjumlah multipel, tersebar diskret yang disertai erosi dan ekskoriasi.II. Pada regio punggung, terdapat pustul, berjumlah multipel, tersebar diskret, berukuran lentikuler yang disertai krusta berwarna kuning.

Gambar 2.1 Lesi pada pasien2.5. Pemeriksaan Penunjang yang Dianjurkan Pemeriksaan Gram2.6. Diagnosis Kerja

Skabies dengan Infeksi Sekunder2.7. Diagnosis Banding

Dermatitis2.8. Tatalaksana

2.8.1. Non medikamentosa

Edukasi kebersihan diri sendiri dan lingkungan Mandi teratur 2 kali sehari dengan menggunakan sabun Mencuci pakaian dan sprei menggunakan air hangat dan deterjen kemudian dijemur di bawah terik matahari kemudian disetrika Membiasakan tidak menggunakan pakaian dan handuk secara bersama-sama dengan orang lain Membersihkan kamar dari tumpukan buku dan debu Edukasi penularan Apabila ada anggota keluarga yang menderita skabies sebaiknya seluruh anggota keluarga terutama yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya turut diobati. Menghindari kontak erat dan lama baik secara langsung maupun tak langsung dengan penderita2.8.2. Medika mentosa

Permetrin 5% krim dioleskan ke seluruh tubuh selama 8-12 jam kemudian dibilas hingga bersih Mandi dengan sabun sulfur2.9. Prognosis

Ad vitam

: bonamAd sanactionam: dubia ad bonamAd functionam

: bonamBAB IIIDISKUSI

Terdapat empat tanda kardinal skabies yaitu pruritus nokturnal, menyerang secara berkelompok, terdapat terowongan, dan ditemukan tungau.1,5 Diagnosis skabies dapat ditegakkan pada pasien wanita 28 tahun ini karena memenuhi dua dari empat tanda kardinal, yaitu pruritus nokturnal (gatal yang terutama dirasakan pada malam hari) dan menyerang secara berkelompok. Dari anamnesis, pasien mengeluh gatal hampir diseluruh bagian tubuh yang terutama dirasakan pada malam hari sejak satu bulan sebelum masuk rumah sakit. Gatal ini disebabkan karena sensitisasi kulit terhadap ekskret dan sekret tungau yang dikeluarkannya pada saat membuat terowogan. Pruritus nokturna disebabkan karena tungau penyebabnya lebih aktif di malam hari, suhu yang lebih lembab, dan panas. Skabies menyerang secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga atau kelompok bermain terdapat satu anak yang terkena skabies, maka biasanya akan ada anggota kelompok lain yang menderita penyakit tersebut pula.1,3,5 Dalam kasus pasien ini, suami pasien juga mengalami keluhan gatal yang sama sejak satu minggu yang lalu. Pada pemeriksaan status dermatologikus didapatkan: (1) pada hampir seluruh tubuh (universal), terdapat papul eritematosa, berjumlah multipel, tersebar diskret, berbentuk setengah bola, berukuran milier hingga lentikuler, yang disertai erosi dan ekskoriasi; (2) pada regio punggung, terdapat pustul berjumlah multipel, tersebar diskret, berukuran lentikuler, yang disertai skuama koleret. Berdasarkan teori, Biasanya Sarcoptes scabiei memilih tempat tertentu untuk membuat terowongan seperti sela jari, pergelangan tangan dan kaki, penis, areola mammae, umbilikus, dibawah payudara wanita dan aksila. Pada dewasa, skabies jarang menyerang leher, muka, kulit kepala yang berambut, punggung bagian atas, telapak kaki dan tangan. Lesi kulit dapat berupa vesikel, papul, dan urtika. Berat ringannya kerusakan kulit yang dialami tergantung pada derajat sensitisasi, lamanya infeksi, higiene perorangan dan riwayat pengobatan sebelumnya.2,5 Karena terdapat pustul, dicurigai skabies dengan infeksi sekunder sehingga perlu dilakukan pemeriksaan gram.Diagnosis banding seperti dermatitis, prurigo, impetigo, ataupun psoriasis dapat disingkirkan karena di hasil anamnesis dan temuan pemeriksaan tidak ada yang sesuai dengan diagnosis-diagnosis tersebut. Tidak ada riwayat alergi ataupun atopi pada pasien maupun keluarga.Pengobatan yang dipilih untuk pasien ini adalah krim permetrin 5%. Permetrin adalah insektisida yang termasuk golongan pirethroid sintetik yang efektif dalam mengobati skabies. Permetrin krim 5% digunakan untuk sekali pemakaian dengan cara mengoleskan permetrin ke seluruh bagian tubuh terutama bagian tubuh yamg sering menjadi lesi skabies seperti bagian bokong serta lipatan-lipatan tubuh lainnya. Pemakaian obat ini dianjurkan dilakukan pada malam hari selama 8-12 jam dan kemudian dibilas bersih keesokan harinya dengan sabun. Permetrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel saaraf parasit dengan ikatan natrium. Hal ini dapat memperlambat polarisasi dinding sel parasit yang menyebabkan paralise parasit. Pengaplikasian parmetrin 5% juga efektif untuk mengurangi ektoparasit serta mengurangi simptom.1Terapi lain seperti sulfur tidak dipilih untuk pasien ini karena sulfur membutuhkan waktu hingga tiga hari untuk membunuh skabies secara tuntas dan tidak lebih efektif disbanding permetrin. Emulsi benzil-benzoat (20-25%) tidak dipilih sebab sering menyebabkan iritasi dan sulit ditemukan di pasaran.Untuk terapi non-medikamentosa yang diberikan pada pasien skabies ialah mengenai edukasi terutama dalam pecegahan penularan dan reinfeksi. Pencegahan awal dilakukan dengan menjaga kebersihan diri sendiri, lingkungan, serta membiasakan diri untuk tidak menggunakan barang-barang pribadi secara bersama-sama. Untuk pencegahan penularan, perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang sering berada di sekitar penderita maupun yang pernah melakukan kontak langsusng dengan penderita. Pencegahan reinfeksi skabies pada orang yang sama dilakukan dengan mencuci bersih semua barang pribadi penderita seperti pakaian, handuk, sprei, dan sarung dengan menggunakan detergen dan dijemur di bawah terik matahari agar seluruh tungau mati.Prognosis ad vitam bonam karena penyakit skabies ini tidak mengancam nyawa. Jika diobati dengan teratur, fungsi kulit pasien dapat kembali normal dan pasien dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari sehingga ad functionam bonam. Ad sanationam dubia ad bonam karena tergantung kepatuhan pasien dalam pengobatan serta pola hidup bersih dan sehat yang dilakukan oleh pasien.DAFTAR PUSTAKA

1. Suwandi MYS. Scabies: A skin disease which become community problem especially for the rural community. Scabies. Watulimo, JawaTimur. 2004. p. 331-32. Iskandar T. Masalah scabies pada hewan dan manusia serta penanggulangannya: Wartazoa; 2004. Volume 1 Nomor 1 Tahun 2004. p. 28-34

3. Muzakkir. Faktor yang berhubungan dengan penyakit scabies pada pesantren di kabupaten aceh besar tahun 2007. Aceh Besar: Universitas Sumatera Utara; 2008.

4. Atmaprawira MU. PrevalensiSkabiesdanFaktor-FaktorBerhubungan di Pesantren X, Jakarta [postgraduate]. Jakarta: FakultasPascaSarjanaUniversitas Indonesia, 2007.

5. Djuanda A, Hamzah M, et.al. Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta; Penerbit Kedokteran Universitas Indonesia: 2010. 6. Avila-Romay A, Alvarez-Franco M, Ruiz-Maldonado R. Therapeutic Efficacy, Secondary Effects, and Patient Acceptability of 10% Sulfur in Either Pork Fat or Cold Cream for the Treatment of Scabies. Pediatr Dermatol. 2004;8:64-6.17