315
i KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK DALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG YANG BERDAGANG DI PASAR BESAR BERINGHARJO YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun oleh: Katarina Yulita Simanulang 091224076 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

i

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK

DALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG

YANG BERDAGANG DI PASAR BESAR BERINGHARJO

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh:

Katarina Yulita Simanulang

091224076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

ii

SKRIPSI

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK

DALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG

YANG BERDAGANG DI PASAR BESAR BERINGHARJO

YOGYAKARTA

Disusun oleh:

Katarina Yulita Simanulang

091224076

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Tanggal 3 Desember 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

iii

SKRIPSI

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK

DALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG

YANG BERDAGANG DI PASAR BESAR BERINGHARJO

YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Katarina Yulita Simanulang

091224076

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 18 Desember 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda tangan

Ketua : Dr. Yuliana Setiyaningsih ................................

Sekretaris : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ................................

Anggota 1 : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ................................

Anggota 2 : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. ................................

Anggota 3 : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ................................

Yogyakarta, 18 Desember 2013

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Rohandi, Ph.D.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus yang senantiasa mengatur dan memberi berkat dalam setiap langkah saya

Kedua orang tua saya, Parman Simanullang dan Lucia Sumiatun Adik-adikku, Nandus, Erli, dan Ana

yang selalu mendoakan, memberi kasih sayang, dan mendukung setiap pilihan hidup saya

Pria spesial dalam hidup saya, David Verdyan yang tiada hentinya menemani, mendukung, dan menyemangati dengan cintanya

Teman sepayung dalam cinta, Tina, Clara, Idang, Erni

kerja sama kalian luar biasa

Terakhir, konco kenthel dan sahabat penyakit PBSI yang luar biasa memberi semangat

dengan jargon “syak” dan “isyik”-nya, tanpa kalian perjalanan saya tak berarti apapun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

v

MOTTO

Manusia tanpa suatu tujuan adalah ibarat sebuah kapal tanpa kemudi – anak terlantar, hal sia-sia, bukan siapa-siapa.

(Thomas Carlyle)

Kita tidak akan pernah tahu kemana arah jalan berliku itu tanpa pernah kita melaluinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Desember 2013

Penulis

Katarina Yulita Simanulang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Katarina Yulita Simanulang

Nomor Mahasiswa : 091224076

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK

DALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG

YANG BERDAGANG DI PASAR BESAR BERINGHARJO

YOGYAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 18 Desember 2013

Yang menyatakan

(Katarina Yulita Simanulang)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

viii

ABSTRAK

Simanulang, Katarina Yulita. 2013. Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik dalam Ranah Keluarga Pedagang yang Berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

Penelitian ini membahas ketidaksantunan linguistik dan pragmatik

berbahasa dalam interaksi anggota keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan wujud-wujud linguistik dan pragmatik, (2) mendeskripsikan penanda linguistik dan pragmatik berbahasa, serta (3) mendeskripsikan maksud yang mendasari penutur menggunakan bentuk-bentuk kebahasaan yang tidak santun dalam ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta dengan data berupa tuturan lisan yang tidak santun. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara (daftar pertanyaan, pancingan, dan daftar kasus) dan blangko pengamatan. Metode pengumpulan data yakni, pertama, metode simak dengan teknik catat dan rekam, dan kedua, metode cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan dengan teknik pancing. Dalam analisis data, penelitian ini menggunakan metode kontekstual, yakni dengan memerantikan dimensi-dimensi konteks dalam menginterpretasi data yang telah berhasil diidentifikasi, diklasifikasi, dan ditipifikasikan.

Simpulan dari penelitian ini adalah (1) wujud ketidaksantunan linguistik berupa tuturan lisan tidak santun antaranggota keluarga pedagang yang terbagi dalam kategori melanggar norma (subkategori menolak dan menentang), mengancam muka sepihak (subkategori kesal, memerintah, menyindir, memperingatkan, dan mengancam), melecehkan muka (subkategori kesal, menyindir, mengejek, menentang, menolak, dan memperingatkan), menghilangkan muka (subkategori mengejek, memperingatkan, menyindir, kesal, dan meremehkan), dan menimbulkan konflik (subkategori mengancam, mengejek, memperingatkan, dan kesal); wujud ketidaksantunan pragmatik berupa cara penyampaian penutur yang mengikuti setiap tuturan lisan tidak santun, (2) penanda ketidaksantunan linguistik berupa penggunaan diksi, kata fatis, nada, tekanan, dan intonasi; penanda ketidaksantunan pragmatik berupa konteks yang menyertai setiap tuturan, serta (3) maksud ketidaksantunan penutur dalam kategori melanggar norma adalah menunda, protes, dan kesal; mengancam muka sepihak bermaksud kesal, protes, mengusir, basa-basi, memperingatkan, dan bercanda; melecehkan muka bermaksud memerintah, mengelak, kesal, mengomentari, menakut-nakuti, mengejek, basa-basi, menyindir, memperingatkan, dan melarang; menghilangkan muka bermaksud menanggapi, bercanda, melarang, memperingatkan, menyindir, basa-basi, mengomentari, mengusir, kesal, dan protes; serta menimbulkan konflik maksudnya menakut-nakuti, mengejek, protes, melarang, memperingatkan, dan kesal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

ix

ABSTRACT

Simanulang, Katarina Yulita. 2013. Linguistics and Pragmatics Impoliteness at the Scope of Trader Family Work in Beringharjo Market, Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

This research discusses linguistics and pragmatics impoliteness in language

at the scope of trader family work in Beringharjo Market, Yogyakarta. The aims of the research are (1) to describe the forms of linguistics and pragmatics, (2) to describe the signs of linguistics and pragmatics in language, and (3) to describe the basic meaning of the speakers when using the forms of language which are impolite at the scope of trader family work in Beringharjo Market, Yogyakarta.

Type of this research is descriptive qualitative. The source of the research is the trader family work in Beringharjo Big Market, Yogyakarta with the data of impolite spoken language. The instrument used is interview guideline (lists of questions, bait, and case list) and observation checklist. Data gathering technique are; first, listening method with noting and recording technique, and second, speaking method which is balanced with interview which is done with bait technique. In the data analysis, the research uses contextual method, with using the context dimensions in interpreting the identified, clarified, and typificated data.

The summary of the research are; (1) the form of linguistic impoliteness showed in impolite spoken language between the trader family who are divided in breaking the norm categorization (subcategory refusing and opposing), threatening face unilaterally (subcategory angry, commanding, teasing, reminding, and threatening), face humiliating (subcategory angry, teasing, mocking, opposing, refusing, and reminding), omitting the face (subcategory mocking, reminding, teasing, angry, and humiliating), and rising conflict (subcategory threatening, mocking, reminding, and angry); the form of pragmatics impoliteness showed in the way speakers deliver the speaking which following every impolite spoken language, (2) impolite linguistics signs are in the form of diction, fatis word, tone, stress, and intonation; impolite pragmatics signs are in the form of context which participated in spoken language, and (3) the aims of the impoliteness of the speaker in breaking the norm category are postponing, protest, and angry; threatening face unilaterally showed anger, protest, chasing away, good manners, reminding, and kidding; face threatening showed commanding, jumping the queue, anger, commenting, frightening, mocking, good manners, teasing, reminding, and forbidding; omitting the face showed perceiving, kidding, forbidding, reminding, teasing, good manners, commenting, chasing away, anger, and protest; and rising conflict means frightening, mocking, protest, forbidding, reminding, and anger.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus yang senantiasa

memberi berkat dan kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik dalam Ranah Keluarga

Pedagang yang Berdagang di Pasar Besar Beringharjo Yogyakarta”. Skripsi ini

disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dalam kurikulum Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (JPBS),

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan

dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

2. Caecilia Tutyandari, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak dukungan,

pendampingan, saran, dan nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membantu dan

mendukung penulis.

5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. sebagai dosen pembimbing yang dengan

bijaksana, sabar, dan penuh ketelitian membimbing, mengarahkan,

memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga

bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen prodi PBSI yang dengan penuh dedikasi mendidik,

mengarahkan, membimbing, membagi ilmu pengetahuan, memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

xi

dukungan, dan bantuan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai

selesai.

7. R. Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Prodi PBSI yang dengan sabar

memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan

berbagai urusan administrasi.

8. Dinas Pengelola Pasar Bringharjo beserta staf yang telah membantu

pelaksanaan penelitian ini.

9. Seluruh keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Bringharjo yang telah

membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

10. Teman-teman seperjuangan (Valentina Tris Marwati, Clara Dhika Ninda

Natalia, Catarina Erni Riyanti, dan Nuridang Fitra Nagara) yang bersedia

berjuang dan bekerja sama dengan penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

11. Kika Ayu, Rosalia Desinta, Yohana Maria, Agatha Wahyu, Mikael Jati,

Ambrosius Bambang, Rosalina Anik, Cicilia Verlit, Yuli Astuti, Bernadeta

Febri, Risa Ferina, Ade Henta, Yudha Hening, Ignatius Satrio, Reinardus

Aldo, Yohanes Marwan, dan semua sahabat PBSID angkatan 2009, yang

berdinamika bersama selama menjalani perkuliahan di PBSI.

12. Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca

dan memberikan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 18 Desember 2013

Penulis

Katarina Yulita Simanulang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

xii

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAAN PERSEMBAHAN iv

HALAMAN MOTTO v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

DAFTAR BAGAN xvii

DAFTAR TABEL xviii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 6

1.4 Manfaat Penelitian 7

1.5 Batasan Istilah 7

1.6 Sistematika Penelitian 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 10

2.1 Penelitian yang Relevan 10

2.2 Pragmatik 15

2.3 Fenomena Pragmatik 17

2.3.1 Praanggapan 17

2.3.2 Tindak Tutur 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

xiii

2.3.3 Implikatur 20

2.3.4 Deiksis 21

2.3.5 Kesantunan 22

2.3.6 Ketidaksantunan 23

2.4 Teori-teori Ketidaksantunan 25

2.4.1 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan

Locher 25

2.4.2 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan

Bousfield 27

2.4.3 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan

Culpeper 28

2.4.4 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan

Terkourafi 30

2.4.5 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan

Locher and Watt 31

2.5 Konteks 34

2.6 Unsur Segmental 44

2.6.1 Diksi 44

2.6.2 Gaya Bahasa 51

2.6.3 Kategori Fatis 52

2.7 Unsur Suprasegmental 54

2.7.1 Tekanan 54

2.7.2 Intonasi 55

2.7.3 Nada 55

2.8 Teori Maksud 56

2.9 Kerangka Berpikir 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 61

3.1 Jenis Penelitian 61

3.2 Data dan Sumber Data 62

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

xiv

3.4 Instrumen Penelitian 65

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data 65

3.6 Sajian Hasil Analisis Data 67

3.7 Trianggulasi Data 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 69

4.1 Deskripsi Data 69

4.1.1 Melanggar Norma 71

4.1.2 Mengancam Muka Sepihak 72

4.1.3 Melecehkan Muka 73

4.1.4 Menghilangkan Muka 74

4.1.5 Menimbulkan Konflik 75

4.2 Analisis Data 76

4.2.1 Melanggar Norma 76

4.2.1.1 Subkategori Menolak 77

4.2.1.2 Subkategori Menentang 79

4.2.2 Mengancam Muka Sepihak 81

4.2.2.1 Subkategori Kesal 82

4.2.2.2 Subkategori Memerintah 85

4.2.2.3 Subkategori Menyindir 87

4.2.2.4 Subkategori Memperingatkan 89

4.2.2.5 Subkategori Mengancam 92

4.2.3 Melecehkan Muka 94

4.2.3.1 Subkategori Kesal 94

4.2.3.2 Subkategori Menyindir 97

4.2.3.3 Subkategori Mengejek 100

4.2.3.4 Subkategori Menentang 103

4.2.3.5 Subkategori Menolak 104

4.2.3.6 Subkategori Memperingatkan 106

4.2.4 Menghilangkan Muka 109

4.2.4.1 Subkategori Mengejek 110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

xv

4.2.4.2 Subkategori Memperingatkan 112

4.2.4.3 Subkategori Menyindir 115

4.2.4.4 Subkategori Kesal 118

4.2.4.5 Subkategori Meremehkan 120

4.2.5 Menimbulkan Konflik 123

4.2.5.1 Subkategori Mengancam 124

4.2.5.2 Subkategori Mengejek 127

4.2.5.3 Subkategori Memperingatkan 129

4.2.5.4 Subkategori Kesal 131

4.3 Pembahasan 135

4.3.1 Melanggar Norma 135

4.3.1.1 Subkategori Menolak 136

4.3.1.2 Subkategori Menentang 137

4.3.2 Mengancam Muka Sepihak 141

4.3.2.1 Subkategori Kesal 142

4.3.2.2 Subkategori Memerintah 145

4.3.2.3 Subkategori Menyindir 147

4.3.2.4 Subkategori Memperingatkan 150

4.3.2.5 Subkategori Mengancam 153

4.3.3 Melecehkan Muka 155

4.3.3.1 Subkategori Kesal 156

4.3.3.2 Subkategori Menyindir 159

4.3.3.3 Subkategori Mengejek 162

4.3.3.4 Subkategori Menentang 165

4.3.3.5 Subkategori Menolak 167

4.3.3.6 Subkategori Memperingatkan 169

4.3.4 Menghilangkan Muka 172

4.3.4.1 Subkategori Mengejek 172

4.3.4.2 Subkategori Memperingatkan 176

4.3.4.3 Subkategori Menyindir 178

4.3.4.4 Subkategori Kesal 182

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

xvi

4.3.4.5 Subkategori Meremehkan 185

4.3.5 Menimbulkan Konflik 187

4.3.5.1 Subkategori Mengancam . 188

4.3.5.2 Subkategori Mengejek 192

4.3.5.3 Subkategori Memperingatkan 194

4.3.5.4 Subkategori Kesal 197

BAB V PENUTUP 202

5.1 Simpulan 202

5.1.1 Wujud Ketidaksantunan 202

5.1.2 Penanda Ketidaksantunan 203

5.1.2.1 Melanggar Norma 204

5.1.2.2 Mengancam Muka Sepihak 204

5.1.2.3 Melecehkan Muka 205

5.1.2.4 Menghilangkan Muka 205

5.1.2.5 Menimbulkan Konflik 205

5.1.3 Maksud Ketidaksantunan 206

5.2 Saran 207

5.2.1 Bagi Peneliti Lanjutan 207

5.2.2 Bagi Keluarga 208

DAFTAR PUSTAKA 209

LAMPIRAN 212

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

xvii

DAFTAR BAGAN

Hal.

Bagan 1 Kerangka Berpikir 60

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

xviii

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1 Jumlah Data Tuturan berdasarkan Kategori Ketidaksantunan 69

Tabel 2 Persentase Jumlah Data Tuturan berdasarkan Subkategori

Ketidaksantunan 70

Tabel 3 Melanggar Norma 72

Tabel 4 Mengancam Muka Sepihak 72

Tabel 5 Melecehkan Muka 73

Tabel 6 Menghilangkan Muka 74

Tabel 7 Menimbulkan Konflik 76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi uraian (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah,

(3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) sistematika penyajian.

Berikut adalah uraian dari kelima hal tersebut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial yang senantiasa akan hidup

berdampingan dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan

berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Manusia dapat berinteraksi

dengan baik apabila ia mampu berkomunikasi dengan baik pula. Masyarakat

manusia, apa pun bentuknya, selalu memerlukan alat atau cara untuk

berkomunikasi antar sesama warganya (Sumarsono, 2004:53). Alat komunikasi

utama untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan sesama manusia adalah

bahasa. Fungsi bahasa yang terutama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau

berkomunikasi di dalam kehidupan manusia bermasyarakat (Chaer, 2011:2).

Bahasa yang kita gunakan sehari-hari merupakan suatu sarana untuk

menyampaikan gagasan, pikiran, konsep, dan perasaan. Manusia akan

bersosialisasi dengan sesamanya melalui aktivitas berbahasa yang dapat

diungkapkan baik secara lisan maupun tertulis.

Ilmu yang mengkaji tentang bahasa adalah linguistik. Sosok linguistik

sebagai ilmu bahasa yang meneliti dan mengkaji seluk-beluk bahasa natural

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

2

manusia, tidak saja aspek-aspek internal tetapi juga bagian-bagian eksternalnya, di

dalam perkembangannya memiliki beberapa cabang atau ranting-ranting ilmu

(Rahardi, 2003:9). Salah satu cabang ilmu linguistik yang bersifat eksternal adalah

pragmatik.

Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa

yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan

pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal

“ekstralingual’ yang dibicarakan (Verhaar, 1996:14). Rahardi (2003:16)

mengatakan bahwa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud

penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial budaya tertentu. Karena

pragmatik mengkaji maksud penutur sesuai konteks dan lingkungan sosialnya,

bidang kajian pragmatik tentu berkaitan dengan kesantunan dan ketidaksantunan

berbahasa. Kesantunan berbahasa adalah bidang kajian pragmatik yang sudah

banyak diteliti dan dikaji secara mendalam oleh para peneliti. Sementara

ketidaksantunan merupakan kajian yang baru mulai dikembangkan.

Ketidaksantunan dalam berbahasa merupakan fenomena pragmatik yang

baru. Fenomena pragmatik yang tidak dikaji secara mendalam, tentu tidak akan

bermanfaat banyak bagi perkembangan ilmu bahasa, khususnya pragmatik.

Ketidaksantunan berbahasa ini dapat dikaji dalam berbagai bidang, yaitu bidang

pendidikan, keluarga, dan agama. Ketidaksantunan perlu dikaji untuk

mempertimbangan bentuk-bentuk ketidaksantunan berbahasa yang harus dihindari

dalam praktik berkomunikasi. Kajian ini akan dapat memperkuat pendidikan

karakter dalam lingkup pendidikan, keluarga, dan agama, yang ketiga-tiganya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

3

merupakan faktor sangat penting dan berpengaruh bagi pembentukan karakter

bangsa.

Ranah keluarga adalah salah satu bidang kajian ketidaksantunan berbahasa

yang menarik untuk dikaji. Keluarga merupakan satuan atau kelompok terkecil

dalam masyarakat. Keluarga menjadi titik awal seseorang mulai berkomunikasi.

Tidak dapat dipungkiri, komunikasi dalam keluarga adalah salah satu faktor

penting pembentukan karakter seseorang. Keluarga adalah tempat bagi seorang

anak mengenal bahasa untuk pertama kalinya. Oleh sebab itu, kekhasan bahasa

dalam keluarga akan sangat berpengaruh dalam perkembangan kebahasaan orang-

orang yang ada di dalam keluarga tersebut. Begitu pula jika di dalam keluarga

kurang memperhatikan bahasa yang santun dalam praktik berkomunikasi tentu

akan sangat mempengaruhi perkembangan karakter anggota keluarga tersebut

terutama anak yang masih dalam masa perkembangan.

Kehidupan sebuah keluarga tentu tidak pernah lepas dari status sosialnya.

Cara berkomunikasi dalam kelompok masyarakat terkecil yang tidak lain adalah

keluarga sangat erat kaitannya dengan status sosial yang telah melekat pada

keluarga itu sendiri. Status sosial ini membagi keluarga dalam kelas-kelas sosial

sesuai dengan lingkup pekerjaan dan lingkungannya. Secara umum, strata sosial

di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu

atas (Upper Class), menengah (Midlle Class), dan bawah (Lower Class). Kelas

atas mewakili kelompok elite di masyarakat yang jumlahnya sangat terbatas.

Kelas menengah mewakili kelompok profesional, kelompok pekerja,

wiraswastawan, pedagang, dan kelompok fungsional lainnya. Sedangkan kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

4

bawah mewakili kelompok pekerja kasar, buruh harian, buruh lepas, dan

semacamnya. Secara khusus, kelas sosial ini terjadi pada lingkungan-lingkungan

khusus pada bidang tertentu sehingga content varian strata sosial sangat spesifik

berlaku pada lingkungan itu. Content varian lebih banyak menyangkut variasi

strata dalam satu lingkungan yang membedakannya dengan strata pada

lingkungan lainnya (Bungin, 2006:49−50).

Fenomena komunikasi yang terjadi dalam setiap keluarga tentu berbeda-

beda. Komunikasi sosial baik dalam masyarakat maupun dalam keluarga tentu

harus disesuaikan dengan konteks sosialnya. Fenomena komunikasi keluarga

pedagang tentu sangat berbeda jika dibandingkan dengan komunikasi dalam

keluarga pendidik atau keluarga berstatus sosial lainnya. Bagaimana anggota

keluarga pedagang berbahasa tentu tidak luput dari pengaruh lingkungannya.

Lingkungan yang tidak jauh dari dunia jual beli tentu akan membawa dampak

tersendiri bagi komunikasi dalam keluarga ini. Dunia jual beli memberi efek

tersendiri bagi kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa keluarga yang berlatar

belakang sebagai pedagang.

Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang tidak lepas

dari peristiwa tawar menawar. Ketika menjajakan dagangannya, si penjual tentu

akan menggunakan berbagai cara agar dapat menarik perhatian pembeli, salah

satunya menggunakan suara dengan volume yang cukup keras. Volume yang

keras ini menimbulkan kesan kasar pada bahasa yang digunakan oleh si penjual.

Karena sudah menjadi bahasa sehari-hari si pedagang ketika menjajakan

dagangannya, bahasa yang terkesan kasar itu akan terbawa dalam komunikasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

5

keluarganya, bahkan menjadi kekhasan bahasa sehari-hari dalam keluarga. Oleh

karena itu, pedagang yang berdagang di Pasar Beringharjo memberikan daya tarik

tersendiri bagi peneliti untuk mengkaji lebih jauh bagaimana ketidaksantunan

berbahasa pada keluarga pedagang di pasar yang sangat terkenal di Yogyakarta

tersebut.

Pasar Beringharjo dipilih oleh peneliti karena pasar tersebut merupakan

pasar yang terbesar di Yogyakarta dengan komoditi perdagangan yang sangat

bervariasi. Berbagai macam komoditi, baik sandang maupun pangan, dijual di

pasar ini. Pedagangnya pun bermacam-macam, baik daerah asal maupun sukunya.

Selain pedagangnya yang bermacam-macam, pembeli yang datang ke pasar ini

pun berasal dari berbagai daerah dengan beraneka bahasa. Dengan kondisi pasar

yang demikian, sangat dimungkinkan terjadinya komunikasi yang terkesan kasar

atau kurang santun. Dengan demikian, kemungkinan besar bahasa khas ala pasar

yang kurang santun tersebut akan terbawa ketika si pedagang berada di rumah

atau berkomunikasi dengan keluarganya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bermaksud mengkaji

ketidaksantunan berbahasa dalam ranah keluarga pedagang yang berdagang di

Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta yang ditinjau dari kajian linguistik dan

pragmatik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian

adalah sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

6

1) Wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik apa sajakah yang terdapat

dalam ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo,

Yogyakarta?

2) Penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik apa sajakah yang

digunakan oleh keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar

Beringharjo, Yogyakarta?

3) Maksud apa sajakah yang mendasari penutur menggunakan bentuk-bentuk

kebahasaan yang tidak santun dalam ranah keluarga pedagang yang

berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan wujud-wujud linguistik dan pragmatik yang terdapat dalam

ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo,

Yogyakarta.

2) Mendeskripsikan penanda linguistik dan pragmatik yang terdapat dalam

ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo,

Yogyakarta.

3) Mendeskripsikan maksud yang mendasari penutur menggunakan bentuk-

bentuk kebahasaan yang tidak santun dalam ranah keluarga pedagang yang

berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

7

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil dan manfaat bagi berbagai

pihak. Manfaat-manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Manfaat Teoretis

Kajian-kajian yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat

memperluas kajian dan memperkaya khasanah teoretis tentang

ketidaksantunan dalam berbahasa sebagai fenomena pragmatik yang baru.

2) Manfaat Praktis

a) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para penutur dalam ranah

keluarga untuk mempertimbangkan bentuk-bentuk ketidaksantunan

berbahasa yang harus dihindari dalam praktik berkomunikasi.

b) Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat pendidikan karakter dalam

ranah keluarga yang merupakan salah satu faktor penting yang

berpengaruh bagi pembentukan karakter bangsa.

1.5 Batasan Istilah

1) Ketidaksantunan berbahasa

Struktur bahasa penutur yang tidak berkenan di hati mitra tutur.

2) Linguistik

Ilmu tentang bahasa; telaah bahasa secara ilmiah (Depdiknas,2008:832)

3) Pragmatik

Ilmu bahasa yang mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan

lingkungan sosial budaya tertentu (Rahardi, 2003:16).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

8

4) Ketidaksantunan linguistik

Ketidaksantunan berbahasa yang dikaji dari aspek-aspek linguistik suatu

tuturan.

5) Ketidaksantunan pragmatik

Ketidaksantunan berbahasa yang dikaji dari konteks situasi yang

menyertai suatu tuturan.

6) Keluarga

Ibu dan bapak beserta anak-anaknya; orang seisi rumah yang menjadi

tanggungan; satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat

(Depdiknas, 2008:659).

7) Pedagang

Orang yang kerjanya berdagang (Depdiknas, 2008:285)

8) Keluarga pedagang

Satuan kekerabatan terkecil dalam masyarakat yang kerjanya berdagang.

1.6 Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah bab pendahuluan yang

berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan istilah, dan sistematika penelitian.

Bab II berisi landasan teori yang akan digunakan untuk menganalisis

masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu tentang ketidaksantunan berbahasa.

Teori-teori yang dikemukakan dalam bab II ini adalah teori tentang (1) penelitian-

penelitian yang relevan, (2) pragmatik, (3) fenomena pragmatik, (4) teori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

9

ketidaksantunan, (5) teori mengenai konteks, (6) unsur segmental, (7) unsur

suprasegmental, (8) teori maksud dan (9) kerangkan berpikir.

Bab III berisi metode penelitian yang memuat tentang cara dan prosedur

yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Dalam bab III akan

diuraikan (1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian, (3) metode dan teknik

pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) metode dan teknik analisis data,

(6) sajian hasil analisis data, dan (7) trianggulasi data.

Bab IV berisi tentang (1) deskripsi data, (2) analisis data, dan (3)

pembahasan hasil penelitian. Bab V berisi tentang kesimpulan penelitian dan

saran untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan penelitian ketidaksantunan

berbahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi pemaparan penelitian yang relevan, landasan teori, dan

kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tinjauan terhadap topik-topik

sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Landasan teori berisi tentang

teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penlitian ini yang terdiri

atas teori pragmatik, fenomena pragmatik, ketidaksantunan berbahasa, konteks,

unsur segmental, dan unsur suprasegmental. Kerangka berpikir berisi tentang

acuan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu dan teori

yang relevan digunakan untuk menjawab rumusan masalah.

2.1 Penelitian yang Relevan

Ketidaksantunan berbahasa dalam kajian ilmu pragmatik merupakan

fenomena baru yang belum dikaji secara mendalam. Oleh karena itu, penelitian

pragmatik yang mendalami kajian ketidaksantunan berbahasa belum banyak

ditemukan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian

sebelumnya yang mengkaji tentang ketidaksantunan berbahasa sebagai penelitian

yang relevan. Penelitian-penelitian tentang ketidaksantunan berbahasa yang

ditemukan oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Rita

Yuliastuti (2013), Caecilia Petra Gading May Widyawari (2013), Agustina Galuh

Eka Noviyanti (2013), dan Olivia Melissa Puspitarini (2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

11

Penelitian tentang ketidaksantunan berbahasa yang dilakukan oleh

Elizabeth Rita Yuliastuti (2013) berjudul Ketidaksantunan Linguistik dan

Pragmatik Berbahasa antara Guru dan Siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode simak dan metode cakap. Pada penelitian ini, peneliti

menemukan bahwa Pertama, wujud ketidaksantunan linguistik dapat dilihat

berdasarkan tuturan lisan yang tidak santun antara guru dan siswa yang berupa

tuturan melecehkan muka, memain-mainkan muka, kesembronoan, mengancam

muka, dan menghilangkan muka, sedangkan wujud ketidaksantunan pragmatik

dapat dilihat berdasarkan uraian konteks berupa penutur, mitra tutur, tujuan tutur,

situasi, suasana, tindak verbal, dan tindak perlokusi yang menyertai tuturan

tersebut. Kedua, penanda ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan

nada, tekanan, intonasi, dan diksi, serta penanda ketidaksantunan pragmatik dapat

dilihat berdasarkan konteks yang menyertai tuturan yakni penutur, mitra tutur,

situasi, suasana, tujuan tutur, tindak verbal, dan tindak perlokusi. Ketiga, makna

ketidaksantunan (1) melecehkan muka yakni hinaan dan ejekan dari penutur

kepada mitra tutur hingga melukai hati mitra tutur, (2) memain-mainkan muka

yakni tuturan yang membuat bingung mitra tutur sehingga mitra tutur menjadi

jengkel karena sikap penutur yang tidak seperti biasanya, (3) kesembronoan yang

disengaja yakni penutur bercanda kepada mitra tutur sehingga mitra tutur terhibur,

tetapi candaan tersebut dapat menimbulkan konflik, (4) mengancam muka yakni

penutur memberikan ancaman kepada mitra tutur sehingga mitra tutur merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

12

terpojokkan, dan (5) menghilangkan muka yakni penutur mempermalukan mitra

tutur di depan banyak orang.

Penelitian yang mengkaji tentang ketidaksantunan juga pernah dilakukan

oleh Caecilia Petra Gading May Widyawari (2013) dengan judul Ketidaksantunan

Linguistik dan Pragmatik Berbahasa Antarmahasiswa Program Studi PBSID

Angkatan 2009—2011 Universitas Sanata Dharma. Jenis penelitian dari

penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan

wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa, penanda

ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa, serta makna ketidaksantunan

berbahasa yang digunakan antarmahasiswa PBSID Angkatan 2009—2011 di

Universitas Sanata Dharma. Peneliti menggunakan dua mtode dalam penelitan ini,

pertama metode simak dengan teknik dasar berupa teknik sadap dan teknik

lanjutan berupa teknik simak libat cakap dan teknik cakap, kedua metode cakap

dengan teknik dasar berupa teknik pancing dan dua teknik lanjutan berupa teknik

lanjutan cakap semuka dan tansemuka. Simpulan dari penelitian ini tidak jauh

berbeda dengan simpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Rita

Yuliastuti (2013), yakni (1) wujud ketidaksantunan linguistik dapat dilihat dari

tuturan antarmahasiswa yang terdiri dari melecehkan muka, sembrono,

mengancam muka dan menghilangkan muka. Lalu wujud ketidaksantunan

pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks (penutur, mitra tutur, situasi, suasana,

tindak verbal, tindak perlokusi dan tujuan tutur), (2) penanda ketidaksantunan

linguistik yang ditemukan berupa nada, tekanan, intonasi, dan diksi. Penanda

ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks tuturan yang berupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

13

penutur dan mitra tutur, situasi dan suasana, tindak verbal, tindak perlokusi, dan

tujuan tutur, dan (3) makna ketidaksantunan berbahasa yaitu: a) melecehkan

muka, ejekan penutur kepada mitra tutur dan dapat melukai hati, b) memain-

mainkan muka, membingungkan mitra tutur dan itu menjengkelkan, c)

kesembronoan, bercanda yang menyebabkan konflik, d) menghilangkan muka,

mempermalukan mitra tutur di depan banyak orang, dan e) mengancam muka,

menyebabkan ancaman pada mitra tutur.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Agustina Galuh Eka

Noviyanti (2013) dengan judul Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik

Berbahasa Antarsiswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran

2012/2013. Jenis penelitian yang dilakukan oleh Agustina Galuh Eka Noviyanti

ini serupa dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian deskriptif kualitatif.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

simak dan metode cakap dengan teknik sadap dan teknik pancing, dengan

instrumen berupa pedoman atau panduan wawancara (daftar pertanyaan),

pancingan, daftar kasus, dan peneliti sendiri. Data dalam penelitian ini dianalisis

dengan menggunakan metode kontekstual. Penelitian ini menjawab tiga masalah

tentang (a) wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa apa saja

yang digunakan oleh antarsiswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, (b) penanda

ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa apa saja yang digunakan

antarsiswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, dan (c) apakah makna penanda

ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa yang digunakan antarsiswa di

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

14

Penelitian tentang ketidaksantunan berbahasa selanjutnya dilakukan pula

oleh Olivia Melissa Puspitarini (2013) yang mengangkat judul Ketidaksantunan

Linguistik dan Pragmatik Berbahasa antara Dosen dan Mahasiswa Program

Studi PBSID, FKIP, USD, Angkatan 2009—2011. Penelitian yang menjadikan

dosen dan mahasiswa Program Studi PBSID sebagai sumber data ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif, serupa dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

ketiga peneliti di atas. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

metode simak dan metode cakap, dengan menggunakan instrumen berupa

panduan wawancara, daftar pertanyaan pancingan, dan daftar kasus. Penelitian ini

juga menemukan hasil serupa seperti penelitian sebelumny, yakni pertama, wujud

ketidaksantunan linguistik berdasarkan tuturan lisan dan wujud ketidaksantunan

pragmatik berbahasa yaitu uraian konteks tuturan tersebut. Kedua, penanda

ketidaksantunan linguistik yaitu nada, intonasi, tekanan, dan diksi, serta penanda

pragmatik yaitu konteks yang menyertai tuturan yakni penutur, mitra tutur, situasi,

dan suasana. Ketiga, makna ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa

meliputi 1) melecehkan muka yakni penutur menyindir atau mengejek mitra tutur,

2) memainkan muka yakni penutur membuat jengkel dan bingung mitra tutur, 3)

kesembronoan yang disengaja yakni penutur bercanda kepada mitra tutur dan

mitra tutur terhibur namun candaan tersebut dapat menimbulkan konflik bila

candaan tersebut ditanggapi secara berlebihan, 4) menghilangkan muka yakni

penutur mempermalukan mitra tutur di depan banyak orang, dan 5) mengancam

muka yakni penutur memberikan ancaman atau tekanan kepada mitra tutur yang

menyebabkan mitra tutur terpojok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

15

Keempat penelitian di atas merupakan penelitian yang mengkaji tentang

ketidaksantunan berbahasa dalam, khususnya ketidaksantunan berbahasa dalam

ranah pendidikan. Keempat penelitian di atas menemukan tiga hal penting tentang

masalah ketidaksantunan, yakni wujud, penanda, dan makna ketidaksantunan

linguistik dan pragmatik berbahasa. Dengan mengacu dari keempat penelitian

tersebut, peneliti akan mengkaji lebih dalam tentang ketidaksantunan berbahasa,

secara khusus ketidaksantunan berbahasa dalam ranah keluarga pedagang.

2.2 Pragmatik

Pragmatik merupakan ilmu yang mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan

konteks penutur dan lingkungannya. Dalam sebuah komunikasi atau percakapan,

penutur dan mitra tutur tidak dapat meluputkan konteks situasi tuturan. Mitra tutur

tidak hanya memahami maksud dari tuturan penutur, tetapi juga harus memahami

konteks tuturan tersebut. Hal itu penting dalam kelancaran komunikasi. Dengan

demikian, pragmatik adalah ilmu bahasa yang terikat konteks.

Ilmu bahasa pragmatik sebagai salah satu cabang linguistik, sesungguhnya

baru mulai mencuat dan kemudian berkembang hingga menjadi benar-benar

berkumandang dalam percaturan linguistik Amerika Serikat sejak tahun 1970-an.

Pada tahun-tahun sebelumnya, khususnya pada tahun 1930-an, linguistik masih

dianggap hanya mencakup bidang-bidang tradisional saja seperti misalnya fonetik,

morfologi, dan fonemik. Sementara, istilah ilmu bahasa pragmatik, yang semula

disebut dengan pragmatika, sebenarnya sudah mulai dikenal sejak masa hidupnya

seorang filsuf sangat ternama, yakni Charles Morris. Berdasarkan gagasan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

16

pemikirannya, sosok pragmatik lalu dapat dikatakan mulai terlahir di dunia, dan

mulai bertengger di atas bumi linguistik dan hingga kini kian terbukti, bahwa

sosok ilmu bahasa pragmatik berkembang secara amat signifikan dan menjadi

bagian dari ilmu bahasa yang tidak dapat diabaikan (Rahardi, 2003:3−8).

Huang (2007:2) menuturkan bahwa “pragmatics is the systematic study of

meaning by virtue of, or dependent on, the use of language”. Huang

mendefinisikan pragmatik sebagai studi sistematis tentang makna yang

berdasarkan atau tergantung pada penggunaan bahasa. Kemudian, Cruse

(2000:16) dalam Cummings (2007:2) memaparkan bahwa pragmatik dapat

dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi yang disampaikan melalui

bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam

bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, tetapi yang juga muncul secara alamiah

dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvesional

dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut.

Seperti yang sudah dicantumkan pada bagian sebelumnya, pragmatik

merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk

struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan

sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual’ yang

dibicarakan (Verhaar, 1996:14). Rahardi (2003:16) mengatakan bahwa ilmu

bahasa pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks

situasi dan lingkungan sosial budaya tertentu.

Selanjutnya, Yule (2006:3−6) merangkum empat ruang lingkup yang

tercakup dalam pragmatik. Pertama, pragmatik adalah studi tentang maksud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

17

penutur. Kedua, pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Ketiga,

pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan

daripada yang dituturkan. Keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari

jarak hubungan. Pragmatik semakin menarik karena melibatkan bagaimana orang

saling memahami satu sama lain secara linguistik, tetapi pragmatik dapat juga

merupakan ruang lingkup studi yang mematahkan semangat karena studi ini

mengharuskan orang untuk saling memahami apa yang ada dalam pikiran mereka.

Dari definisi beberapa ahli di atas, dapatlah dikatakan bahwa pragmatik

merupaka ilmu kebahasaan yang mengkaji maksud sebuah tuturan dengan

mengacu dari unsur luar bahasa, dalam hal ini adalah konteks situasi dan

lingkungan di mana tuturan itu lahir. Dengan demikian, jelaslah bahwa pragmatik

adalah ilmu yang terikat konteks. Sebagai cabang ilmu linguistik, pragmatik

sangatlah penting dalam kajian ilmu kebahasaan. Tidak mungkin tidak pragmatik

diluputkan dalam studi kebahasaan.

2.3 Fenomena Pragmatik

Pragmatik sebagai ilmu bahasa yang terikat konteks mengkaji enam

fenomena, yaitu praanggapan, tindak tutur, implikatur, deiksis, kesantunan, an

ketidaksantunan. Berikut pemaparan dari keenam fenomena tersebut.

2.3.1 Praanggapan

Praanggapan atau presupposisi merupakan unsur penting yang harus saling

dipahami oleh penutur dan mitra tutur dalam berkomunikasi. Penutur beranggapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

18

bahwa terdapat informasi tertentu yang sudah diketahui oleh mitra tuturnya

berkenaan dengan tuturan yang akan disampaikan oleh penutur. Oleh karena itu,

informasi tersebut tidak perlu dikatakan meskipun informasi tersebut merupakan

bagian yang harus dipahami oleh mitra tutur bersama dengan tuturan si penutur.

Yule (2006:43) memaparkan bahwa presupposisi adalah sesuatu yang

diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan.

Presupposisi ini dimiliki oleh penutur, bukan kalimat. Dalam analisis tentang

bagaimana asumsi-asumsi penutur diungkapkan secara khusus, presupposisi sudah

diasosiasikan dengan pemakaian sejumlah besar kata, frasa, dan struktur.

Berdasarkan hal tersebut, Yule (2006:46) membagi presupposisi menjadi enam

jenis, yaitu presupposisi eksistensial, presupposisi faktif, presupposisi leksikal,

presupposisi nonfaktif, presupposisi struktural, presupposisi faktual tandingan

atau konterfaktual.

2.3.2 Tindak Tutur

Tindak tutur adalah fenomena pragmatik yang berkenaan dengan tindakan

penutur yang ditunjukkan melalui tuturan. Diperjelas oleh Yule (2006:82−84)

bahwa tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut tindak

tutur. Tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan

mengandung tiga tindak yang saling berhubungan. Pertama, tindak lokusi, yang

merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang

bermakna. Kedua, tindak illokusi. Penutur membentuk tuturan dengan beberapa

fungsi di dalam pikiran. Tindak illokusi ditampilkan melalui penekanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

19

komunikatif suatu tuturan. Ketiga, tindak perlokusi. Tentu penutur tidak secara

sederhana menciptakan tuturan yang memiliki fungsi tanpa memaksudkan tuturan

itu memiliki akibat.

Tindak tutur diklasifikasikan menjadi 5 jenis fungsi umum, yaitu deklaratif,

representatif, ekspresif, direktif, dan komisif (Yule, 2006:92–94). Deklarasi

adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Contoh 1: Pastor

: Sekarang saya menyebut Anda berdua suami-istri. Seperti contoh tersebut

menggambarkan, penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam

konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat. Pada waktu

menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata.

Jenis tindak tutur selanjutnya adalah representatif. Representatif merupakan

jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan.

Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Contoh :

Bumi itu datar. Itu merupakan contoh dunia sebagai sesuatu yang diyakini oleh

penutur yang menggambarkannya. Pada waktu menggunakan sebuah

representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya).

Selanjutnya, tindak tutur ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang

menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan

pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan,

kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Contoh: Sungguh,

saya minta maaf. Tindak tutur itu mungkin disebabkan oleh sesuatu yang

dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman

penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

20

Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh

orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi

keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan,

pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Contoh

1: Berilah aku secangkir kopi. Buatkan kopi pahit. Contoh 2: Jangan menyentuh

itu! Pada waktu menggunakan direktif, penutur berusaha menyesuaikan dunia

dengan kata (lewat pendengar).

Jenis tindak tutur yang terakhir adalah komisif. Jenis tindak tutur ini adalah

jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengaitkan dirinya terhadap

tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa

saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji,

ancaman, penolakan, dan ikrar. Contoh : Saya akan kembali. Pada waktu

menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan kata-

kata (lewat penutur).

2.3.3 Implikatur

Ketika terjadi sebuah tuturan, sesungguhnya penutur dan mitra tutur harus

memiliki pemahaman yang sama tentang latar belakang pengetahuan dari topik

yang dituturkan oleh penutur. Hal itulah yang akan memperlancar terjadinya

komunikasi. Grice (1975) via Rahardi (2005:43) menyatakan bahwa sebuah

tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari

tuturan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

21

Yule (2006:61) juga memaparkan implikatur secara kompleks. Jika seorang

pendengar mendengar suatu tuturan, pertama-tama dia harus berasumsi bahwa

penutur sedang melaksanakan kerja sama dan bermaksud untuk menyampaikan

informasi. Informasi itu tentunya (memiliki makna) lebih banyak daripada sekedar

kata-kata itu. Makna ini merupakan makna tambahan yang disampaikan, yang

disebut dengan implikatur. Dengan mengatakan suatu tuturan, penutur berharap

pendengar akan mampu menentukan implikatur yang dimaksud dalam konteks

berdasarkan pada apa yang sudah diketahui.

2.3.4 Deiksis

Deiksis adalah fenomena pragmatik tentang apa yang ditunjuk oleh penutur

berkaitan dengan konteks tuturannya. Yule (2006:13−14) menjabarkan bahwa

deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar

yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti ‘penunjukan’ melalui bahasa.

Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan ‘penunjukan’ disebut

ungkapan deiksis. Ketika seseorang menunjuk suatu objek dan bertanya, “Apa

itu?”, maka ia telah menggunakan ungkapan deiksis (“itu”) untuk menunjuk

sesuatu dalam suatu konteks secara tiba-tiba. Ungkapan-ungkapan deiksis kadang-

kala juga disebut indeksikal.

Masih oleh Yule, dijelaskan pula bahwa ungkapan-ungkapan itu berada di

antara bentuk-bentuk awal yang dituturkan oleh anak-anak yang masih kecil dan

dapat digunakan untuk menunjuk orang dengan deiksis pesona (‘ku’, ‘mu’), atau

untuk menunjuk tempat dengan deiksis spasial (‘di sini’, ‘di sana’), atau untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

22

menunjuk waktu dengan deiksis temporal (‘sekarang’, ‘kemudian’). Untuk

menafsirkan deiksis-deiksis itu, semua ungkapan bergantung pada penafsiran

penutur dan pendengar dalam konteks yang sama. Jelas sekali bahwa deiksis

mengacu pada bentuk yang terkait dengan konteks penutur, yang dibedakan secara

mendasar antara ungkapan-ungkapan deiksis’dekat penutur’ dan ‘jauh dari

penutur’.

2.3.5 Kesantunan

Fenomena kelima yang dikaji oleh pragmatik adalah kesantunan. Bahasa

yang digunakan oleh seseorang merupakan cerminan dari dirinya sendiri. Melalui

bahasa pula, orang lain dapat menilai harkat dan martabat seseorang. Seseorang

yang mampu berbahasa secara santun menunjukkan kepribadiannya yang santun

pula. Inilah mengapa, memperhatikan kesantunan dalam berbahasa menjadi suatu

hal penting pula dalam berkomunikasi dengan lingkungan sosial.

Struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh

penutur/penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca.

Ketika menggunakan bahasa dalam bersosialisasi, penutur harus memperhatikan

kaidah berbicara dengan baik dan benar. Bahasa yang benar adalah bahasa yang

dipakai sesuai dengan kaidah yang berlaku. Begitu juga ketika seseorang sedang

menulis cerpen, mereka menggunakan kaidah bahasa sesuai dengan peran tokoh

yang sedang diperankan. Namun, kedua hal tersebut tidaklah cukup. Masih ada

satu kaidah lagi yang perlu diperhatikan yaitu kesantunan (Pranowo, 2009:4−5).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

23

Pranowo (2009:14−15) juga menyebutkan tiga alasan berbahasa secara

santun dalam interaksi penutur dan mitra tutur. Pertama, mitra tutur diharapkan

dapat memahami maksud yang diampaikan oleh penutur. Kedua, setelah mitra

tutur memahami maksud penutur, mitra tutur akan mencari aspek tuturan yang

lain. Ketiga, tuturan penutur kadang-kadang juga disimak oleh orang lain (orang

ketiga) yang sebenarnya tidak berkaitan langsung dengan komunikasi antara

penutur dengan mitra tutur.

2.3.6 Ketidaksantunan

Dalam perkembangan pragmatik, kelima fenomena yang telah dipaparkan di

atas ternyata kurang menjawab semua permasalahan bahasa yang terdapat dalam

kehidupan sosial masyarakat. Terdapat fenomena baru yang perlu dikaji secara

mendalam di dalam kajian pragmatik. Fenomena baru ini muncul berdasarkan

konteks dan lingkungan penutur yang selalu berkembang. Fenomena baru yang

muncul seiring perkembangan kajian pragmatik ini adalah ketidaksantunan

berbahasa. Tidak jauh berbeda dengan kelima fenomena yang telah dikaji secara

mendalam sebelumnya, ketidaksantunan tentulah tidak lepas dari konteks.

Ketidaksantunan berbahasa muncul dengan melihat realita di masyarakat

bahwa berbahasa secara santun masih jauh dari harapan. Penggunaan bahasa yang

santun tampaknya kurang mendapat perhatian. Banyak individu yang merupakan

bagian dari masyarakat tidak mengindahkan pentingnya berbahasa secara santun.

Padahal, untuk dapat berkomunikasi dengan lancar, seseorang tidak hanya dituntut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

24

mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar, tetapi juga harus mampu

berbahasa secara santun.

Pranowo (2009:72−73) menyebutkan empat faktor yang menyebabkan

adanya ketidaksantunan pemakaian bahasa. Pertama, ada orang yang memang

tidak tahu kaidah kesantunan yang harus dipakai ketika berbicara. Kedua, faktor

pemerolehan bahasa. Kebanyakan kesantunan berbahasa Indonesia masyarakat

Indonesia dikuasai secara alamiah. Mereka berbahasa secara santun, tetapi tidak

dapat menjelaskan kaidah kesantunan apa yang digunakan. Ketiga, ada orang

yang sulit meninggalkan kebiasaan lama dalam budaya bahasa pertama sehingga

masih terbawa dalam kebiasaan baru (berbahasa Indonesia) (interferensi).

Keempat, karena sifat bawaan “gawan bayi” yang memang suka berbicara tidak

santun di hadapan publik.

Pranowo (2009:68−71) menunjukkan beberapa fakta dalam berkomunikasi

yang tidak santun. Komunikasi menjadi tidak santun jika penutur ketika bertutur

menyampaikan kritik secara langsung kepada mitra tutur. Ketika bertutur, penutur

didorong rasa emosi yang berlebihan ketika bertutur sehingga terkesan marah

kepada mitra tutur. Selain itu, seorang penutur kadang-kadang protektif terhadap

pendapatnya ketika bertutur. Hal demikian dimaksudkan agar tuturan mitra tutur

tidak dipercaya oleh pihak lain. Fakta lain, dapat pula penutur sengaja ingin

memojokkan mitra tutur dalam bertutur. Dengan demikian, mitra tutur menjadi

tidak berdaya. Tuturan menjadi tidak santun dengan fakta jika penutur terkesan

menyampaikan kecurigaan terhadap mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

25

2.4 Teori-teori Ketidaksantunan

Dalam buku Impoliteness in Language: Studies on its Interplay with Power

in Teory and Practice yang disusun oleh Bousfield dan Locher (2008) seperti

yang telah dikutip dan dibahasakan oleh Rahardi (2012) dalam presentasinya

“Penelitian Kompetensi: Ketidaksantunan Pragmatik dan Linguistik Berbahasa

dalam Ranah Keluarga (Family Domain)”, tampak bahwa beberapa ahli telah

menelaah fenomena baru ini. Berikut pemaparan beberapa ahli mengenai

ketidaksantunan berbahasa.

2.4.1 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Locher

Miriam A Locher (2008) berpendapat bahwa ketidaksantunan dalam

berbahasa dapat dipahami sebagai berikut, ‘…behaviour that is face-aggravating

in a particular context.’ Intinya, ketidaksantunan berbahasa itu menunjuk pada

perilaku ‘melecehkan’ muka (face-aggravate). Perilaku melecehkan muka itu

sesungguhnya lebih dari sekadar ‘mengancam’ muka (face-threaten), seperti yang

ditawarkan dalam banyak definisi kesantunan klasik Leech (1983), Brown and

Levinson (1987), atau sebelumnya pada tahun 1978, yang cenderung dipengaruhi

konsep muka Erving Goffman (cf. Rahardi, 2009).

Interpretasi lain yang berkaitan dengan definisi Locher terhadap

ketidaksantunan berbahasa ini adalah bahwa tindakan tersebut sesungguhnya

bukanlah sekadar perilaku ‘melecehkan muka’, melainkan perilaku yang ‘memain-

mainkan muka’. Jadi, ketidaksantunan berbahasa dalam pemahaman Miriam A.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

26

Locher adalah sebagai tindak berbahasa yang melecehkan dan memain-mainkan

muka, sebagaimana yang dilambangkan dengan kata ‘aggravate’ itu.

Konsep mengenai perilaku ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan

Locher ini dapat diilustrasikan dengan situasi berikut.

Situasi:

Ketika liburan tiba, sang anak yang sedang kuliah di Jogja pulang ke kampung halamannya di Lampung dan bercakap-cakap dengan ibunya.

Wujud Tuturan:

Anak : “Bu, aku pulang ni. Hehe.” (berbasa-basi dengan ibu dengan nada riang).

Ibu : “Eh, anakku udah pulang. Lho, katanya kuliah di Jogja, tapi kok pulang-pulang kulitmu jadi kayak kulit orang utan, item kayak gak keurus gitu.”

Anak : “Ibu ni lho.” (langsung masuk kamar dengan wajah tertunduk).

Dari percakapan di atas, tuturan sang ibu menunjukkan bahwa ia mengejek

kulit anaknya yang hitam seperti tidak dirawat. Hal itu ditunjukkan pada tuturan

kulitmu jadi kayak kulit orang utan. Tuturan tersebut menunjukkan tuturan

seorang ibu yang tidak santun meskipun diucapkan dengan nada santai dan

berjanda. Namun, tuturan tersebut justru mengakibatkan sang anak tersinggung.

Berdasarkan ilustrasi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa teori ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Locher ini

menitikberatkan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan berbahasa oleh penutur

yang memiliki maksud menyinggung perasaan mitra tutur dengan melecehkan

muka atau memain-mainkan muka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

27

2.4.2 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Bousfield

Dalam pandangan Bousfield (2008), ketidaksantunan dalam berbahasa

dipahami sebagai, ‘The issuing of intentionally gratuitous and conflictive face-

threatening acts (FTAs) that are purposefully perfomed.’ Bousfield memberikan

penekanan pada dimensi ‘kesembronoan’ (gratuitous), dan konfliktif (conflictive)

dalam praktik berbahasa yang tidak santun itu. Jadi apabila perilaku berbahasa

seseorang itu mengancam muka, dan ancaman terhadap muka itu dilakukan

secara sembrono (gratuitous), hingga akhirnya tindakan berkategori sembrono

demikian itu mendatangkan konflik, atau bahkan pertengkaran, dan tindakan

tersebut dilakukan dengan kesengajaan (purposeful), maka tindakan berbahasa itu

merupakan realitas ketidaksantunan.

Konsep mengenai perilaku ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan

Bousfiled ini dapat diilustrasikan dengan situasi berikut.

Situasi:

Pada sebuah keluarga, seorang ayah sedang menerima dua orang tamu yang cukup penting. Mereka berbincang-bincang di ruang tamu. Namun, dalam sela-selan perbincangan itu, anak si pemilik rumah yang berusia 8 tahun berlari-lari dengan seorang temannya melintasi ruang tamu. Hal itu dilakukannya berulang kali, sehingga ayah dan dua orang tamunya terganggu dengan situasi itu.

Wujud Tuturan:

Ayah : “Nak, kamu tu apa ndak bisa mainnya di luar aja? Bapak tu lagi ada tamu ni lho. Kalau ada tamu tu mbok dihargai.”

Anak : “Ih, wong aku seneng mainnya di sini kok, Pak. Di luar panas.” (masih sambil berlari-lari di ruang tamu).

Ayah : “Kamu tu susah banget di omongin. Masih kecil udah ngelawan, gimana kalau besar nanti.” (sang ayah semakin bernada tinggi).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

28

Berdasarkan percakapan di atas, sang ayah menegur anaknya agar

menghargai orang lain yang sedang bertamu. Namun, sang anak justru memjawab

secara sembrono dengan tuturan Ih, wong aku seneng mainnya di sini kok, Pak.

Jawaban sang anak tersebut merupakan tuturan yang tidak santun, karena ia

bukannya menuruti kata-kata ayahnya, justru membantah dengan menjawab

demikian. Tuturan tersebut justru semakin menimbulkan konflik dan membuat

sang ayah marah.

Berdasarkan ilustrasi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa teori ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Bousfield lebih

menitikberatkan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur

yang memiliki maksud adanya sebuah kesembronoan yang akhirnya menimbulkan

adanya koflik antara penutur dan mitra tutur.

2.4.3 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Culpeper

Pemahaman Culpeper (2008) tentang ketidaksantunan berbahasa adalah,

‘ Impoliteness, as I would define it, involves communicative behavior intending to

cause the “face loss” of a target or perceived by the target to be so.’ Dia

memberikan penekanan pada fakta ‘face loss’ atau ‘kehilangan muka’—kalau

dalam bahasa Jawa mungkin konsep itu dekat dengan konsep ‘kelangan rai’

(kehilangan muka). Jadi ketidaksantunan (impoliteness) dalam berbahasa itu

merupakan perilaku komunikatif yang diperantikan secara intensional untuk

membuat orang benar-benar kehilangan muka (face loss), atau setidaknya orang

tersebut ‘merasa’ kehilangan muka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

29

Konsep mengenai perilaku ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan

Culpeperr ini dapat diilustrasikan dengan situasi berikut.

Situasi:

Pada suatu kesempatan, terdapat sebuah pertemuan keluarga besar. Mereka memperbincangkan suatu masalah keluarga yang cukup serius. Setelah perbincangan serius itu selesai, mereka berbasa-basi satu sama lain.

Wujud Tuturan:

Paman : “Gimana kuliahmu, Nduk? Lancar tow?” (seorang paman berkata dengan keponakannya yang masih kuliah).

Keponakan : “Lancar kok, Paman.” Bibi : “Loh, Nduk, kamu tu kan Cuma ngambil D3, kok udah 4 tahun

gak lulus-lulus. Nek gitu sih mending sana kamu bantuin ibumu mepe gabah. Kayak gitu kan malah lumayan bisa ngasih makan sekeluarga.”

Semua keluarga tertawa mendengar tuturan sang bibi. Keponakan : (diam saja, tertunduk malu dan tersinggung dengan tuturan

bibinya).

Dari percakapan di atas, jika dilihat dari konteks situasi tuturan,

sebenarnya sang bibi bertutur dengan nada bercanda. Namun, dengan tuturan Nek

gitu sih mending sana kamu bantuin ibumu mepe gabah yang dimaksud oleh sang

bibi bukan hanya candaan, melainkan juga sebuah sindiran. Candaan sang bibi

tersebut diikuti dengan tawa dari semua keluarga yang hadir dalam pertemuan

keluarga tersebut. Tuturan yang diungkapkan oleh sang bibi merupakan tuturan

yang tidak santun karena mengakibatkan keponakannya tersinggung dan

tertunduk malu.

Berdasarkan ilustrasi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa teori ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Culpeper lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

30

menitikberatkan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur

yang memiliki maksud mempermalukan mitra tuturnya.

2.4.4 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Terkourafi

Terkourafi (2008) memandang ketidaksantunansebagai, ‘impoliteness

occurs when the expression used is not conventionalized relative to the context of

occurrence; it threatens the addressee’s face but no face-threatening intention is

attributed to the speaker by the hearer.’ Jadi, perilaku berbahasa dalam

pandangannya akan dikatakan tidak santun bilamana mitra tutur (addressee)

merasakan ancaman terhadap kehilangan muka (face threaten), dan penutur

(speaker) tidak mendapatkan maksud ancaman muka itu dari mitra tuturnya.

Konsep mengenai perilaku ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan

Terkourafi ini dapat diilustrasikan dengan situasi berikut.

Situasi:

Pada suatu kesempatan dalam sebuah kamar, tiba-tiba dari luar kamar seorang adik masuk dan menepuk pundak kakaknya yang sedang rebahan di tempat tidur.

Wujud Tuturan:

Adik : “Baaaaaaaa, kakak liat bajuku yang baru dibelikan ibu gak:” (sambil menepuk pundak kakaknya).

Kakak : “Ih, apaan si kamu. Dasar, kurang kerjaan.” (dengan nada tinggi dan membentak).

Dari ilustrasi di atas, tuturan adik menunjukkan bahwa ia ingin

mendapatkan respon dari kakaknya dengan nada tanya dan menepuk pundak

kakaknya tersebut. Namun, cara si adik meminta respon tersebut mengakibatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

31

kakak merasa tidak nyaman dengan disentuh pundaknya. Adik berkata dengan

intonasi normal, tetapi si kakak menjawab dengan intonasi tinggi dan membentak.

Dari percakapan antara kakak dan adik di atas, dapat diketahui bahwa kakak

menanggapi adiknya dengan rasa kesal yang mengancam muka si adik secara

sepihak. Hal tersebut mengakibatkan si adik sebagai mitra tutur merasa terancam

dan malu dengan tanggapan kakaknya.

Berdasarkan ilustrasi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa teori ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Terkourafi lebih

menitikberatkan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur

yang memiliki maksud mengancam muka sepihak mitra tuturnya, tetapi di sisi lain

penutur tidak menyadari bahwa perkataannya menyinggung mitra tutur.

2.4.5 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Locher and

Watts

Locher and Watts (2008) berpandangan bahwa perilaku tidak santun

adalah perilaku yang secara normatif dianggap negatif (negatively marked

behavior), lantaran melanggar norma-norma sosial yang berlaku dalam

masyarakat. Juga mereka menegaskan bahwa ketidaksantunan merupakan peranti

untuk menegosiasikan hubungan antarsesama (a means to negotiate meaning).

Selengkapnya pandangan mereka tentang ketidaksantunan tampak berikut ini,

‘…impolite behaviour and face-aggravating behaviour more generally is as much

as this negation as polite versions of behavior.’ (cf. Lohcer and Watts, 2008:5).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

32

Konsep mengenai perilaku ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan

Locher and Watts ini dapat diilustrasikan dengan situasi berikut.

Situasi:

Pada suatu malam pukul 22.00 WIB, seorang ibu menegur anaknya yang pulang terlambat. Sebelum pergi, si anak sudah menyetujui akan pulang pukul 21.00 WIB sesuai dengan aturan dari ibunya. Namun, sang anak justru baru pulang pukul 22.00 WIB.

Wujud Tuturan:

Ibu : “Udah puas mainnya?” (ibu menyambut kepulangan anaknya dengan nada sinis).

Anak : “Apa to, bu? Wong baru jam segini kok.” (menjawab pertanyaan ibunya dengan nada santai)

Ibu : “Oalah, Nduk. Wong udah telat, kok masih ngomong baru jam segini.” (berlalu dengan nada semakin sinis).

Anak : “Ibu ki gak tau anak zaman sekarang.”

Dari ilustrasi tersebut, tuturan ibu menunjukkan bahwa ia menegur

anaknya yang pulang terlambat, tidak sesuai dengan kesepakatan sebelum pergi.

Namun, si anak justru tidak merasa bersalah telah melanggar aturan yang telah

disepakati. Hal itu mengakibatkan sang ibu semakin jengkel dan sinis menanggapi

tuturan anaknya. Tuturan sang ibu yang semakin sinis justru tetap tidak dihiraukan

oleh sang anak dengan tuturan ibu ki gak tau anak zaman sekarang. Tuturan sang

anak tersebut merupakan tuturan yang tidak sopan kepada ibunya karena telah

mengacuhkan dan melanggar kesepakatan yang telah disepakatinya sebelum

pergi.

Berdasarkan ilustrasi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa teori ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Locher and Watts lebih

menitikberatkan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

33

yang secara normatif dianggap negatif, karena dianggap melanggar norma-norma

sosial yang berlaku dalam masyarakat (tertentu).

Peneliti memahami sejumlah teori ketidaksantunan berbahasa menurut

pandangan beberapa tokoh di atas dengan megaskan bahwa (1) dalam pandangan

Miriam A. Locher ketidaksantunan berbahasa sebagai tindak berbahasa yang

menyinggung perasaan mitra tutur dengan melecehkan muka atau memain-

mainkan muka, (2) ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Bousfield adalah

perilaku berbahasa yang dilakukan dengan adanya sebuah kesembronoan yang

akhirnya menimbulkan adanya koflik antara penutur dan mitra tutur, (3)

ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Culpeper adalah perilaku berbahasa

untuk membuat orang benar-benar kehilangan muka (face loss), atau setidaknya

orang tersebut ‘merasa’ kehilangan muka dengan maksud untuk mempermalukan

mitra tuturnya, (4) ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Terkourafi adalah

perilaku berbahasa yang bilamana mitra tutur merasakan ancaman terhadap

kehilangan muka atau penutur mengancam muka mitra tuturnya tetapi di sisi lain

penutur tidak menyadari bahwa perkataannya menyinggung mitra tutur, dan (5)

ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Locher and Watts adalah perilaku

berbahasa yang secara normatif dianggap negatif, lantaran melanggar norma-

norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Kelima teori ketidaksantunan

tersebut akan digunakan dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

34

2.5 Konteks

Pada prinsipnya, pragmatik adalah ilmu yang menonjolkan adanya konteks

situasi dalam tuturan. Konteks sangat mempengaruhi bentuk kebahasaan yang

digunakan oleh penutur. Konteks adalah bagian terpentig dalam pragmatik di

mana maksud penutur dalam tuturan dapat diketahui dengan mengetahui konteks

situasi yang mengelilingi terjadinya sebuah tuturan.

Sebelum para ahli linguistik dan pragmatik, pada tahun 1923 Malinowsky

telah terlebih dahulu berbicara tentang konteks itu, khususnya konteks yang

berdimensi situasi atau ‘context of situation’. Secara khusus Malinowsky

mengatakan, seperti yang dikutip di dalam Vershueren (1998:75) via Kunjana

(2003), ‘Exactly as in the reality of spoken or written languages, a word without

linguistics context is a mere figment and stands for nothing by itself, so in the

reality of a spoken living tongue, the utterance has no meaning except in the

context of situation.’ Jadi, di dalam pandangannya sesungguhnya dinyatakan

bahwa kehadiran konteks situasi menjadi mutlak untuk menjadikan sebuah tuturan

benar-benar bermakna.

Rahardi (2003:20) mengemukakan bahwa konteks tuturan dapat diartikan

sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang

diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra

tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan

oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. Kemudian Levinson

(1983:22−23) via Nugroho (2009:119) menjelaskan bahwa untuk mengetahui

konteks, seseorang harus membedakan antara situasi aktual sebuah tuturan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

35

semua keserbaragaman ciri-ciri tuturan mereka, dan pemilihan ciri-ciri tuturan

tersebut secara budaya dan linguistis yang berhubungan dengan produksi dan

penafsiran tuturan.

Jika Malinosky menyebut ‘context of situation’, Leech (1983) menggunakan

istilah ‘speech situation’ dalam pemahamannya tentang konteks. Sehubungan

dengan bermacam-macamnya maksud yang dikomunikasikan oleh penuturan

sebuah tuturan, Leech (1983) dalam Wijana (1996:10−13) mengemukakan

sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi

pragmatik. Aspek-aspek itu adalah sebagai berikut.

1) Penutur dan lawan tutur

Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan

pembaca bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan.

Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia,

latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan

sebagainya.

2) Konteks tuturan

Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek

fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang

bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial

disebut konteks. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah

semua latar belakang pengetahuan (back gorund knowledge) yang dipahami

bersama oleh penutur dan lawan tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

36

3) Tujuan penutur

Bentuk-bentk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi

oleh maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan

yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang

sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan

tuturan yang sama. Di dalam pragmatik, berbicara merupakan aktivitas yang

berorientasi pada tujuan (goal oriented activities). Ada perbedaan yang

mendasar antara pandangan pragmatik yang bersifat fungsional dengan

pandangan gramatika yang bersifat formal. Di dalam pandangan yang bersifa

formal, setiap bentuk lingual yang berbeda tentu memiliki makna yang

berbeda.

4) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

Bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang

abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik,

dan sebagainya, pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act)

yang terjadi dalam situasi tertentu. Dalam hubungan ini, pragmatik

menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih konkret dibanding dengan

tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang konkret jelas penutur dan lawan

tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.

5) Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik, seperti yang

dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur.

Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

37

verbal. Sebagai contoh, kalimat Apakah rambutmu tidak terlalu panjang?

Dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau perintah. Dalam hubungan ini,

dapat ditegaskan ada perbedaan yang mendasar antara kalimat (sentence)

dengan tuturan (utturance). Kalimat adalah entitas gramatikal sebagai hasil

kebahasaan yang diidentifikasikan lewat penggunaannya dalam situasi

tertentu.

Selain kelima aspek tuturan yang telah dijelaskan oleh Leech (1983), lebih

lanjut dijelaskan perihal yang berkenaan dengan penutur dan lawan tutur di dalam

Verschueren (1998:76) via Kunjana (2012), bahwa bagi sebuah pesan (message),

untuk dapat sampai kepada ‘interpreter’ (I) dari seorang ‘utterer’ (U), selain akan

ditentukan oleh keberadaan konteks linguistiknya (linguistic context), juga oleh

konteks dalam pengertian yang sangat luas, yang mencakup latar belakang fisik

tuturan (physical world of the utterance), latar belakang sosial dari tuturan (social

world of the utterance), dan latar belakang mental penuturnya (mental world of

the utterance). Jadi setidaknya, Verschueren menyebut empat dimensi konteks

yang sangat mendasar dalam memahami makna sebuah tuturan.

1) ‘The utterer’ dan ‘The Interpteter’

Pembicara dan lawan bicara, penutur dan mitra tutur, atau ‘the utterer’

and ‘the interpreter’ adalah dimensi paling signifikan dalam pragmatik.

Dalam hal ini, ‘pembicara’ atau ‘penutur’ (utterer) itu memiliki banyak suara

(many voices), sedangkan mitra tutur atau mitra wicara atau interpreter,

lazimnya dikatakan memiliki banyak peran. Penutur atau pembicara, atau

yang lazim disebut ‘the speaker’ dan ‘the utterer’, memang memiliki banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

38

kemungkinan kata. Bahkan ada kalanya pula, seorang penutur atau ‘utterer’

dapat berperan sebagai ‘interpreter’. Jadi, dia sebagai penutur atau

pembicara, tetapi juga sekaligus dia sebagai pengintepretasi atas apa yang

sedang diucapkannya itu.

Hal lain lagi yang juga mutlak harus diperhatikan dan diperhitungkan

dalam kaitan dengan ‘utterer’ dan ‘interpreter’ atau ‘pembicara’ dan ‘mitra

wicara’ adalah jenis kelamin, adat-kebiasaan, dan semacamnya. Hal tersebut

adalah perihal ‘the influence of numbers’ alias ‘pengaruh dari jumlah’ orang

yang hadir dalam sebuah pertutursapaan. Jadi, memang akan menjadi sangat

berbeda makna kebahasaan yang muncul bilamana sebuah pertutursapaan

dihadiri orang dalam jumlah banyak, dan bilamana hanya dihadiri dua pihak

saja, yakni penutur (utterer) dan mitra tutur (interpreter).

Jika penutur berbicara di depan publik yang jumlahnya tidak sedikit,

dipastikan berbeda bentuk kebahasaannya jika dibandingkan dengan seorang

mitra tutur saja. Lazimnya, seorang penutur tunggal akan sedikit banyak

memiliki beban psikologis jika berhadapan dengan publik yang jumlahnya

tidak sedikit. Sebaliknya, jika ‘interpreter’ hanya berjumlah satu, sedangkan

‘utterer’ jumlahnya jauh lebih banyak, ‘interpreter’ itu akan cenderung

menginterpretasi dengan hasil yang berbeda daripada jika ‘utterer’ itu hanya

satu orang saja jumlahnya. Jadi, semuanya ini menegaskan, bahwa kehadiran

penutur yang banyak, cenderung akan memengaruhi proses interpretasi

makna oleh ‘interpreter’. Demikian pula jika jumlah ‘utterer’ itu banyak,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

39

maka interpretasi kebahasaan yang akan dilakukan ‘interpreter’ pasti sedikit

banyak terpengaruhi.

2) Aspek-aspek Mental ‘Language Users’

Dimensi mental ‘langugae users’ sangat dekat dengan aspek-aspek

kepribadian penutur dan mitra tutur itu. Seseorang yang kepribadiannya tidak

cukup matang, sehingga terhadap segala sesuatu yang hadir baru cenderung

‘menentang’ dan ‘melawan’, sekalipun tidak selalu memiliki dasar alasan

yang jelas dan tegas, akan sangat mewarnai bentuk kebahasaan yang

digunakan di dalam setiap pertutursapaan. Demikian pula seseorang yang

sudah sangat matang dan dewasa, akan dengan serta-merta berbicara sopan

dan halus kepada setiap orang yang ditemuinya, karena dia mengerti bahwa

setiap orang itu memang harus selalu dihargai dan dijunjung tinggi harkat dan

martabatnya.

Dalam konteks pragmatik, aspek kepribadian atau ‘personality’ dari

penutur dan mitra tutur, ‘utterer’ dan ‘interpreter’, ternyata mengambil

peranan yang sangat dominan. Selain dimensi ‘personality’, aspek yang harus

diperhatikan dalam kaitan dengan komponen penutur dan mitra tutur ini

adalah aspek warna emosinya (emotions). Seseorang yang memiliki warna

emosi dan temperamen tinggi, cenderung akan berbicara dengan nada dan

nuansa makna yang tinggi pula. Akan tetapi, seseorang yang warna emosinya

tidak terlampau dominan, dia cenderung akan berbicara sabar. Selain dimensi

‘personality’ dan ‘emotions’, terdapat pula dimensi ‘desires’ atau ‘wishes’,

dimensi ‘motivations’ atau ‘intentions’, serta dimensi kepercayaan atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

40

‘beliefs’ yang juga harus diperhatikan dalam kerangka perbicangan konteks

pragmatik ini.

Dimensi-dimensi mental ‘language users’ berpengaruh besar terhadap

dimensi kognisi dan emosi penutur dan mitra tutur dalam pertuturan

sebenarnya. Dengan demikian harus dikatakan pula, bahwa dimensi mental

penutur dan mitra tutur tidak bisa tidak harus dilibatkan dalam analisis

pragmatik karena semuanya berpengaruh terhadap warna dan nuansa interaksi

dalam komunikasi.

3) Aspek-aspek Sosial ‘Language Users’

Penutur dan mitra tutur atau ‘utterer’ dan ‘interpreter’ merupakan

individu-individu yang menjadi bagian dari masyarakat tertentu. Dimensi-

dimensi yang berkaitan dengan keberadaannya sebagai warga masyarakat dan

kultur atau budaya tertentu tersebut harus dilibatkan di dalamnya. Aspek-

aspek sosial, atau dapat pula diistilahkan sebagai ‘social setting’ alias seting

sosial atau oleh Verschueren (1998) disebut ‘ingredient of the communicative

context’ harus diperhatikan dengan benar-benar baik dalam analisis

pragmatik. Aspek kultur juga merupakan satu hal yang sangat penting sebagai

penentu makna dalam pragmatik, khususnya yang berkaitan dengan aspek

‘norms and values of culture’ dari masyarakat bersangkutan.

Berkaitan dengan hal ini, Verschueren (1998:92) menyatakan sebagai

berikut, ‘Culture, with its invocation of norms and values has indeed been a

favourite social-world correlate to linguistic choices in the pragmatic

literatures.’ Artinya, kebudayaan, dengan invokasinya atas norma-norma dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

41

nilai-nilai memang telah menjadi dunia sosial favorit yang berkorelasi dengan

pilihan-pilihan linguistik dan literatur pragmatik. Lebih lanjut dia

menegaskan bahwa dimensi-dimensi kultur yang harus diperhatikan dalam

kerangka perbincangan konteks pragmatik ini adalah, ‘…the contrast between

oral and literate societies, rural versus urban patterns of life, or a

mainstream versus a subcultural environment.’ Dimensi kultur yang

dimaksud oleh Verschueren itu adalah kontras antara masyarakat lisan dengan

tulis, pola kehidupan pedesaan dengan perkotaan, atau lingkungan

mainstream dengan subkultur.

Dimensi-dimensi sosial lain yang harus diperhatikan dalam pragmatik,

khususnya dalam kaitan dengan konteks pragmatik, dalam pandangan

Verschueren (1998:92) adalah: ‘…social class, ethnicity and race, nationality,

linguistic group, religion, age, level of education, profession, kinship, gender,

sexual preference…’. Verschueren melibatkan tingkat sosial, etnisitas dan ras,

kebangsaan, kelompok linguistik, religi, usia, tingkat pendidikan, profesi,

kekerabatan, jenis kelamin, preferensi seksual. Begitu kompleks dimensi-

dimensi sosial yang harus dilibatkan dalam konteks pragmatik.

4) Aspek-aspek Fisik ‘Language Users’

Aspek fisik ‘referensi spasial’ harus diperhatikan di dalam analisis

pragmatik. Aspek fisik tersebut berkaitan dengan fenomena penggunaan

deiksis. Fenomena deiksis (deixis phenomenon), baik yang berciri persona

(personal deixis), deiksis perilaku (attitudinal deixis), deiksis waktu

(temporal deixis), maupun deiksis tempat (spatial deixis), semuanya telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

42

berpuluh-puluh tahun menjadi perhatian linguis, bahkan sejak nosi pragmatik

itu belum benar-benar terlahir ihwal deiksis dengan segala macam variasinya

itu telah diteliti dan menjadi bahan perbincangan. Dalam perbincangan

konteks pragmatik ini, semuanya harus diperhatikan dan diperhitungkan

dengan benar-benar baik dan cermat.

Deiksis persona, lazimnya menunjuk pada penggunaan kata ganti orang,

misalnya saja dalam bahasa Indonesia kurang ada kejelasan kapan harus

digunakan kata ‘kita’ dan ‘kami’. Kejanggalan lain juga ditemukan pada

pemakaian antara ‘saya’ dan ‘kami’. Adapun ‘attitudinal deixis’ berkaitan

sangat erat dengan bagaimana kita harus memperlakukan panggilan-

panggilan persona seperti yang disampaikan di depan itu dengan tepat sesuai

dengan referensi sosial dan sosietalnya. Deiksis-deiksis dalam jenis yang

disampaikan di depan itu semuanya merupakan aspek fisik ‘language users’,

yang secara sederhana dimaknai sebagai ‘penutur’ dan ‘mitra tutur’, sebagai

‘utterer’ dan ‘interpreter’.

Selanjutnya masih berkaitan dengan persoalan diksis pula, tetapi yang

sifatnya temporal, harus diperhatikan misalnya saja, kapan harus digunakan

ucapan ‘selamat pagi’ atau ‘pagi’ saja dalam bahasa Indonesia. Masalah

tersebut berkaitan dengan deiksis waktu (temporal deixis). Perhatian juga

harus diberikan tidak saja pada dimensi waktu atau ‘temporal reference’

seperti yang ditunjukkan di depan tadi, khususnya dalam kaitan dengan

deiksis-deiksis waktu, tetapi juga pada dimensi tempat atau dimensi lokasi,

atau yang oleh Verschueren (1998:98) disebut sebagai ‘spatial reference’.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

43

Konsep ‘spatial reference’ menunjuk pada konsepsi gerakan atau ‘conception

of motion’, yakni gerakan dari titik tempat tertentu ke dalam titik tempat yang

lainnya.

Aspek-aspek fisik konteks lain di luar apa yang disebutkan di depan itu

adalah ihwal jarak spasial atau ‘space distance’. Pengaturan distansi atau

jarak dalam pengertian bertutur dilakukan bukan oleh ‘utterer’ saja, atau

‘interpreter’ saja, melainkan oleh kedua belah pihak secara bersama-sama.

Terdapat semacam pengaturan ‘motion’ untuk menentukan ‘jarak’ atau

‘distansi’ dalam bertutur.

Verschueren (1998) telah memaparkan panjang lebar empat dimensi konteks

yang mendasar untuk memahami sebuah tuturan. Selanjutnya, Hymes melibatkan

istilah ‘komponen tutur’ dalam menjelaskan tentang konteks. Seperti yang dikutip

oleh Sumarsono (2008:325−334), Hymes menyebutkan terdapat enam belas

komponen tutur, yaitu (1) bentuk pesan (message form), (2) isi pesan (message

content), (3) latar (setting), (4) suasana (scene), (5) penutur (speaker, sender), (6)

pengirim (addressor), (7) pendengar (hearer, receiver, audience), (8) penerima

(addressee), (9) maksud-hasil (purpose-outcome), (10) maksud-tujuan (purpose-

goal), (11) kunci (key), (12) saluran (channel), (13) bentuk tutur (forms of

speech), (14) norma interaksi (norm of interaction), (15) norma interpretasi (norm

of interpretation), dan (16) kategori wacana (genre). Dari keenam belas

komponen tersebut, Hymes (1974) via Nugroho (2009:119) memunculkan istilah

‘SPEAKING’ untuk menghubungkan konteks dengan situasi tutur. Dalam situasi

tutur tersebut, terdapat delapan komponen yang mempengaruhi tuturan seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

44

Kedelapan komponen tutur tersebut meliputi latar fisik dan latar psikologis

(setting and scene), peserta tutur (participants), tujuan tutur (ends), urutan tindak

(acts), nada tutur (keys), saluran tutur (instruments), norma tutur (norms), dan

jenis tutur (genres).

Berdasarkan penjelasan di atas, konteks dapat diartikan sebagai segala

sesuatu yang berhubungan dengan situasi dan kondisi peserta tutur dengan latar

belakang pengetahuan yang sama atas apa yang dituturkan dan dimaksudkan oleh

penutur. Konteks tersebut disertai dengan komponen-komponen tuturan yang

sangat mempengaruhi tuturan seseorang. Kehadiran konteks berhubungan dengan

produksi dan penafsiran dari tuturan. Seseorang tidak bisa dikatakan berbicara

secara santun atau tidak tanpa dipahami terlebih dahulu konteks yang melingkupi

tuturan seseorang tersebut.

2.6 Unsur Segmental

Unsur segmental berkenaan dengan wujud tuturan. Unsur segmental ini

mencakup penggunaan diksi, gaya bahasa, kata fatis yang terdapat dalam tuturan.

Berikut pemaparan dari setiap unsur tersebut.

2.6.1 Diksi

Pemaparan tentang diksi dijelaskan panjang lebar oleh Keraf (1987) dalam

bukunya Diksi dan Gaya Bahasa. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian

kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana

membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

45

ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu

situasi. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat

nuansa-nuansa makna dari gagasan yang disampaikan, dan kemampuan untuk

menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang

dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai

hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau

perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata

atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah

bahasa.

Keraf (1987:87−111) menegaskan bahwa pendayagunaan kata pada

dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok, yaitu pertama, ketepatan pemilihan

kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang akan

diamanatkan, dan kedua, kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata

tadi. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk

menimbulkan gagasan yang tepat pada imanjinasi pembaca atau pendengar,

seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis dan pembicara. Beberapa

butir perhatian dan persoalan berikut hendaknya diperhatikan setiap orang agar

bisa mencapai ketepatan pilihan kata itu. Berikut persyaratan ketepatan diksi.

1) Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi. Kata yang tidak

mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan disebut denotasi,

sedangkan makna kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu,

nilai rasa tertentu di samping arti yang umum, dinamakan konotasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

46

2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata

yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi.

Sebab itu, penulis atau pembicara harus berhati-hati memilih kata dari sekian

sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga

tidak timbul interpretasi yang berlainan.

3) Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis atau

pembicara sendiri tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya

itu, maka akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham.

4) Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang

sesuai dengan perkembangan dalam masyarakat. Perkembangan bahasa

pertama-tama tampak dari pertambahan jumlah kata baru. Namun, hal itu

tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya.

Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali karena dipakai oleh orang-

orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota masyarakat lainnya

menerima kata itu, maka kata itu lama-kelamaan akan menjadi milik

masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan sebuah kata lama

dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam kelompok ini.

5) Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing

yang mengandung akhiran asing tersebut.

6) Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.

7) Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan

kata umum dan kata khusus. Bila sebuah kata mengacu kepada suatu hal atau

kelompok yang luas bidang lingkupnya maka itu disebut kata umum. Bila ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

47

mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan konkret maka

kata-kata itu disebut kata khusus. Semakin khusus sebuah kata atau istilah,

semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai antara

penulis dan pembaca; sebaliknya, semakin umum sebuah istilah, semakin

jauh pula titik pertemuan antara penulis dan pembaca.

8) Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus.

Suatu jenis pengkhususan dalam memilih kata-kata yang tepat adalah

penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pengalaman-pengalaman yang

dicerap oleh pancaindria, yaitu cerapan indria penglihatan, pendengaran,

peraba, perasa, dan penciuman. Karena kata-kata itu menggambarkan

pengalaman manusia melalui pencaindria yang khusus, maka terjamin pula

daya gunanya, terutama dalam membuat deskripsi.

9) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah

dikenal. Kenyataan yang dihadapi oleh setiap pemakai bahasa adalah bahwa

makna kata tidak selalu bersifat statis. Dari waktu ke waktu, makna kata-kata

dapat mengalami perubahan sehingga akan menimbulkan kesulitan-kesulitan

baru pemakain yang terlalu bersifat konservatif. Sebab itu, untuk menjaga

agar pilihan kata selalu tepat, maka setiap penutur bahasa harus selalu

memperhatikan perubahan-perubahan makna yang terjadi. Perubahan-

perubahan makna yang penting diketahui oleh pemakai bahasa adalah

perluasan arti, penyempitan arti, ameliorasi, peyorasi, metafora, dan

metonimi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

48

10) Memperhatikan kelangsungan pilihan kata. yang dimaksud dengan

kelangsungan pilihan kata adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa,

sehingga maksud atau pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan

ekonomis. Kelangsungan dapat terganggu bila seorang pembicara atau

pengarang mempergunakan terlalu banyak kata untuk suatu maksud yang

dapat diungkapkan secara singkat, atau mempergunakan kata-kata yang

kabur, yang bisa menimbulkan ambiguitas (makna ganda).

Persoalan kedua dalam pendayagunaan kata-kata adalah kecocokan atau

kesesuaian. Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis atau

pembicara, agar kata-kata yang dipergunakan tidak akan mengganggu suasana,

dan tidak akan menimbulkan ketegangan antara penulis atau pembicara dengan

para hadirin atau para pembaca. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut.

1) Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi

yang formal.

2) Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi

yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata

populer. Kata-kata populer adalah kata-kata yang dikenal dan diketahui oleh

seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan kata-kata ilmiah adalah kata-kata yg

biasa dipakai oleh kaum terpelajar, dalam pertemuan-pertemuan resmi,

diskusi-diskusi khusus, teristimewa dalam diskusi ilmiah.

3) Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum. Jargon merupakan

bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

49

suatu sasaran yang umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin

unsur jargon dalam sebuah tulisan atau percakapan umum.

4) Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata

slang. Kata-kata slang adalah semacam kat percakapan yang tinggi atau

murni. Kata slang adalah kata-kata nonstandar yang informa, yang disusun

secara khas; atau kata-kata biasa yang diubah secara arbitrer; atau kata-kata

kiasan yang khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan.

Kadangkala kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau

kadangkala berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu

bidang makna yang lain.

5) Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan. Kata percakapan

adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-

orang yang terdidik.

6) Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati). Yang disebut idiom

adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang

umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan

secara logis tau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata

yang diterangkannya. Ungkapan atau idiom masih digunakan karena memiliki

tenaga, tetapi ada juga idiom yang sudah usang atau tidak bertenaga lagi,

karena terlalu sering dipergunakan. Ungkapan semacam in disebut klise atau

stereotip. Sebab itu, usahakanlah menghindari idiom-idiom yang sudah

usang, terutama dalam mengungkapkan hal-hal kontemporer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

50

7) Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial. Yang dimaksud dengan bahasa

artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang artifisial tidak

terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk

menyatakan suatu maksud.fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana

dapat diungkapkan dengan sederhana dan langsung tak perlu disembunyikan.

Penulis atau pembicara harus dapat membedakan penggunaan bahasa

standar dan bahasa nonstandar dalam pemilihan kata. Keraf (1987:104)

memaparkan pengertian bahasa standar dan bahasa nonstandar tersebut. Bahasa

standar adalah semacam dialek kelas dan dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka

yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup

dalam suatu masyarakat. Secara kasar kelas ini dianggap sebagai kelas terpelajar.

Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli-ahli bahasa, ahli-ahli hukum,

dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, serta semua ahli

lainnya, bersama keluarganya. Bahasa nonstandar adalah bahasa dari mereka yang

tidak memperoleh kedudukan atau pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa

ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak dipakai dalam tulisan-tulisan. Kadang-

kadang unsur nonstandar dipergunakan juga oleh kaum terpelajar dalam bersenda-

gurau, berhumor, atau untuk menyatakan sarkasme atau menyatakan ciri-ciri

kedaerahan. Bahasa nonstandar dapat juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas

dalam wilayah bahasa standar tadi. Pilihan kata seseorang harus sesuai dengan

lapisan pemakaian bahasa. Dalam suatu suasana formal, harus dipergunakan

unsur-unsur bahasa standar, harus dijaga agar unsur-unsur nonstandar tidak boleh

menyelinap masuk dalam tutur seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

51

2.6.2 Gaya Bahasa

Pranowo (2009:18−23) berpendapat bahwa kesanggupan menggunakan

gaya bahasa dapat tingkat kesantunannya dalam berkomunikasi. Gaya bahasa

bukan sekadar mengefektifkan maksud pemakaian bahasa, melainkan juga

memperlihatkan keindahan tuturan dan kehalusan budi bahasa penutur. beberapa

gaya bahasa untuk melihat santun tidaknya pemakaian bahasa dalam bertutur

dapat dilihat melalui gaya bahasa berikut ini.

1) Majas Hiperbola

Hiperbola adalah salah satu jenis gaya bahasa perbandingan yang

memperbandingkan sesuatu dengan sesuatu hal yang lain secara berlebihan.

2) Majas Perumpamaan

Perumpamaan adalah salah satu jenis gaya bahasa perbandingan yang

membandingkan dua hal yang berlainan, tetapi dianggap sama. Penanda

majas perumpamaan biasanya menggunakan kata-kata sebagai berikut

“seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, bagai, bagaikan, serupa”,

dan lain-lain.

3) Majas Metafora

Majas metafora sebagai salah satu jenis gaya bahasa perbandingan

mampu menambah daya bahasa tuturan. Dengan metafora, seorang penutur

mampu melukiskan atau menggambarkan suatu objek melalui komparasi atau

kontras. Metafora adalah salah satu jenis gaya bahasa yang membuat

perbandingan secara langsung antara dua hal atau benda untuk menciptakan

suatu kesan mental yang hidup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

52

4) Majas Eufemisme

Eufemisme adalah salah satu jenis gaya bahasa perbandingan yang

membandingkan dua hal dengan menggunakan pembanding yang lebih halus.

Hal ini dimaksudkan penutur tidak menyinggung perasaan mitra tutur, atau

ungkap-ungkapan yang halus untuk menggantikan ungkapan yang dapat

dipersepsi menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu

yang tidak menyenangkan bagi mitra tutur.

2.6.3 Kategori Fatis

Kridalaksana (1986: 113–116) memaparkan bahwa kategori fatis adalah

kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau megkukuhkan

pembicaraan antara pembicaa dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis

merupakan ciri ragam lisan. Karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam

non-standar, maka kebanyakan kategori fatis terhadap dalam kalimat-kalimat non-

standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.

Berikut adalah bentuk-bentuk dari kata fatis.

1) ah menekankan rasa penolakan atau acuh tak acuh.

2) ayo menekankan ajakan.

3) deh menekankan pemksaan dengan membujuk, pemberian persetujuan,

pemberian garansi, sekedar penekanan.

4) dong digunakan untuk menghaluskan perintah, menekankan kesalahan kawan

bicara.

5) ding menekankan pengakuan kesalahan pembicara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

53

6) halo digunakan untuk memulai dan mengukuhkan pembicaraan di telepon,

serta menyalami kawan bicara yang dianggap akrab.

7) kan apabila terletak pada akhir kalimat atau awal kalimat, maka kan

merupakan kependekan dari kata bukan atau bukanlah, dan tugasnya ialah

menekankan pembuktian. Apabila kan terletak di tengah kalimat maka kan

juga bersifat menekankan pembuktian atau bantahan.

8) kek mempunyai tugas menekankan pemerincian, menekankan perintah, dan

menggantikan kata saja.

9) kok menekankan alasan dan pengingkaran. Kok dapat juga bertugas sebagai

pengganti kata tanya mengapa atau kenapa bila diletakkan di awal kalimat.

10) -lah menekankan kalimat imperatif dan penguat sebutan dalam kalimat.

11) lho bila terletak di awal kalimat bersifat seperti interjeksi yang menyatakan

kekagetan. Bila terletak di tengah atau di akhir kalimat, maka lho bertugas

menekankan kepastian.

12) mari menekankan ajakan.

13) nah selalu terletak pada awal kalimat dan bertugas untuk minta supaya kawan

bicara mengalihkan perhatian ke hal lain.

14) pun selalu terletak pada ujung konstituen pertama kalimat dan bertugas

menonjolkan bagian tersebut.

15) selamat diucapkan kepada kawan bicara yang mendapatkan atau mengalami

sesuatu yang baik.

16) sih memiliki tugas menggantikan tugas –tah dan –kah, sebagai makna

‘memang’ atau ‘sebenarnya’, dan menekankan alasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

54

17) toh bertugas menguatkan maksud; adakalanya memiliki arti yang sama

dengan tetapi.

18) ya bertugas mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan kawan

bicara, bila dipakai pada awal ujaran dan meminta persetujuan atau pendapat

kawan bicara bila dipakai pada akhir ujaran.

19) yah digunakan pada awal atau di tengah-tengah ujaran, tetapi tidak pernah

pada akhir ujaran, untuk mengungkapkan keragu-raguan atau ketidakpastian

terhadap apa yang diungkapkan oleh kawan bicara atau yang tersebut dalam

kalimat sebelumnya, bila dipakai pada awal ujaran; atau keragu-raguan atau

ketidakpastian atas isi konstituen ujaran yang mendahuluinya, bila di tengah

ujaran.

2.7 Unsur Suprasegmental

Unsur suprasegmental dibedakan atas tekanan, intonasi, dan nada. Berikut

akan dipaparkan unsur-unsur suprasegmental tersebut.

2.7.1 Tekanan

Tekanan dalam bahasa Indonesia menyangkut masalah keras lunaknya

bunyi. Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat

sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan

keras. Sebaliknya, sebuah bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara

yang tidak kuat sehingga amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan

tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara sporadis, mungkin juga telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

55

berpola; mungkin juga bersifat distingtif, dapat membedakan makna,mungkin

juga tidak distingtif (Achmad & Alek, 2013:33−34).

2.7.2 Intonasi

Intonasi dalam bahasa Indonesia sangat berperan dalam pembedaan maksud

kalimat. Bahkan, dengan dasar kajian pola-pola intonasi ini, kalimat bahasa

Indonesia dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya

(interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Kalimat berita (deklaratif) ditandai

dengan pola intonasi datar-turun. Kalimat tanya (interogatif) ditandai dengan pola

intonasi datar-turun. Kalimat perintah (imperatif) ditandai dengan pola intonasi

datar-tinggi (Muslich, 2009:115−117). Keraf (1991:2008) menambahkan intonasi

seru dalam jajaran intonasi dalam bahasa Indonesia. Intonasi seru tersebut

membentuk pola kalimat seru. Kalimat seru adalah kalimat yang menyatakan

perasaan hati, kekaguman, atau keheranan terhadap suatu hal. Kalimat ini

biasanya ditandai oleh kata-kata atau ungkapan-ungkapan tertentu, yaitu sungguh,

alangkah, betapa, dan dapat juga dinyatakan dengan intonasi yang lebih tinggi

dari kalimat inversi.

2.7.3 Nada

Dalam penuturan bahasa Indonesia, tinggi-rendahnya (nada) suara tidak

fungsional atau tidak membedakan makna. Oleh karena itu, dalam kaitannya

dengan pembedaan makna, nada dalam bahasa Indonesia tidak fonemis.

Walaupun demikian, ketidakfonemisan ini tidak berarti nada tidak ada dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

56

bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor ketegangan pita suara,

arus udara, dan posisi pita suara ketika bunyi itu diucapkan. Makin tegang pita

suara, yang disebabkan oleh arus udara dari paru-paru, makin tinggi pula nada

bunyi tersebut. Begitu juga posisi pita suara. Pita suara yang bergetar lebih cepat

akan menentukan tinggi nada suara ketika berfonasi (Muslich, 2009:112).

Achmad & Alek (2013:33−34) menjelaskan bahwa nada berkenaan dengan

tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan

frekuens getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada tinggi. Sebaliknya,

kalau diucapkan dengan frekuensi getaran rendah, tentu akan disertai juga dengan

nada rendah. Dalam hal ini biasanya dibedakan adanya empat macam nada, yaitu:

1) Nada yang paling tinggi, diberi tanda dengan angka 4

2) Nada tinggi, diberi tanda dengan angka 3

3) Nada sedang atau biasa, diberi tanda dengan angka 2

4) Nada rendah, diberi tanda dengan angka 1.

2.8 Teori Maksud

Setiap penutur yang bertutur tentulah terdapat maksud yang ingin

disampaikannya. Maksud tersebut adalah milik si penutur, bukan tuturan. Tuturan

adalah media bagi penutur untuk menyampaikan maksud tersebut. Berkaitan

dengan maksud tersebut, sangat perlu dipahami bagaimana maksud dan makna

dapat dibedakan, karena kedua hal tersebut adalah berbeda jika telah

bersinggungan dengan konteks situasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

57

Rahardi (2003:16−17) dalam bukunya telah berbicara perihal maksud dan

makna ini. Rahardi mengawali dengan memaparkan bahwa ilmu bahasa pragmatik

sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan

sosial-budaya tertentu. Karena yang dikaji di dalam pragmatik adalah maksud

penutur dalam menyampaikan tuturannya, maka dapat pula dikatakan bahwa

pragmatik dalam berbagai hal sejajar dengan semantik, yakni cabang ilmu bahasa

yang mengkaji makna bahasa, tetapi makna bahasa itu dikaji secara internal. Jadi,

sesungguhnya perbedaan yang sangat mendasar antarkeduanya adalah bahwa

pragmatik mengkaji makna satuan lingual tertentu secara eksternal, sedangkan

sosok semantik mengkaji makna satuan lingual tersebut secara internal.

Masih dalam Rahardi, dipaparkan pula bahwa makna yang dikaji dalam

pragmatik bersifat terikat konteks (context dependent), sedangkan makna yang

dikaji di dalam semantik berciri bebas konteks (context independent). Makna yang

dikaji di dalam semantik bersifat diadik (diadic meaning), sedangkan dalam

pragmatik makna itu bersifat triadik (triadic meaning). Pragmatik mengkaji

bahasa untuk memahami maksud penutur, semantik mempelajarinya untuk

memahami makna sebuah satuan linguan an sich, yang notabene tidak perlu

disangkutpautkan dengan konteks situasi masyarakat dan kebudayaan tertentu

yang menjadi wadahya.

Selanjutnya, Wijana dan Muhammad (2008:10–11) menguatkan

pemaparan Rahardi di atas. Dalam bukunya, kedua ahli tersebut membedakan

ketiga hal, yaitu makna, maksud, dan informasi dengan mengatakan dengan tegas

bahwa makna berbeda dengan maksud dan informasi karena maksud dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

58

informasi bersifat di luar bahasa. Maksud ialah elemen luar bahasa yang

bersumber dari pembicara, sedangkan informasi adalah elemen luar bahasa yang

bersumber dari isi tuturan. Maksud bersifat subjektif, sedangkan informasi bersifat

objektif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada kalimat (6), (7), (8), dan (9) berikut.

(6) Anak itu memang pandai. Nilai bahasanya 9.

(7) Anak itu memang pandai. Nilai bahasanya saja 4,5.

(8) Ayah membeli buku.

(9) Buku ini dibeli ayah.

Kata “pandai” dalam kalimat (6) bermakna “pintar” karena secara internal

memang kata “pandai” bermakna demikian. Kata “pandai” dalam kalimat (7) yang

bermakna internal “pintar” dimaksudkan secara subjektif oleh penuturnya untuk

mengungkapkan bahwa dia bodoh. Pengungkapannya yang bersifat subjektif

inilah yang disebut “maksud”. “Pandai” yang menyatakan “pintar” pada kalimat

(6) disebut makna linguistik (linguistic meaning), sedangkan “pandai” yang

menyatakan “bodoh” pada kalimat (7) disebut makna penutur (speaker meaning).

Makna linguistik (makna)menjadi bahan kajian semantik, sedangkan makna

penutur (maksud) menjadi bahan kajian pragmatik. Kalimat (8) jelas memiliki

perbedaan makna (gramatikal) dengan kalimat (9). Kalimat (8) adalah kalimat

aktif, sedangkan kalimat (9) adalah kalimat pasif. Akan tetapi, berdasarkan isi

tuturan secara objektif kedua kalimat di atas menyatakan informasi yang sama,

yakni “ayah yang membeli buku” dan “buku yang dibeli ayah” (Wijana &

Muhammad, 2008:10–11).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

59

2.9 Kerangka Berpikir

Berdasarkan paparan dalam penelitian yang relevan dan landasan teori

yang digunakan dalam penelitian ini, tuturan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah berbagai tuturan yang terdapat dalam interaksi keluarga pedagang yang

berdagang di Pasar Beringharjo, Yogyakarta yang mengandung bentuk-bentuk

kebahasaan yang tidak santun. Tuturan tersebut akan dianalisis berdasarkan teori

ketidaksantunan berbahasa menurut pandangan Locher (2008), teori

ketidaksantunan berbahasa menurut pandangan Bousfield (2008), teori

ketidaksantunan berbahasa menurut pandangan Terkourafi (2008), teori

ketidaksantunan berbahasa menurut pandangan Locher and Watts (2008), dan

teori ketidaksantunan berbahasa menurut pandangan Culpeper (2008).

Berdasarkan teori tersebut, hasil penelitian ini berupa wujud, penanda, dan

maksud ketidaksantunan pragmatik dan linguistik dalam ranah keluarga pedagang

yang berdagang di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Kerangka berpikir ini dapat

digambarkan dalam skema berikut ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

60

FENOMENA KETIDAKSANTUNAN

BERBAHASA DI RANAH KELUARGA

CULPEPER

(2008)

LOCHER AND

WATTS (2008)

TEORI KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA

TERKOURAFI

(2008)

BOUSFIELD

(2008)

LOCHER (2008)

HASIL PENELITIAN

MAKSUD

KETIDAKSANTUNAN

PENANDA

KETIDAKSANTUNAN

WUJUD

LINGUISTIK DAN

PRAGMATIK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, data dan sumber data, metode

dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, metode dan teknik analisis

data, serta sajian hasil analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang mencoba untuk memberikan gambaran

secara sistematis tentang situasi, permasalahan, fenomena, layanan atau program,

ataupun menyediakan informasi tentang, misalnya kondisi kehidupan suatu

masyarakat pada suatu daerah, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta

situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari

suatu fenomena, pengukuran cermat tentang fenomena dalam masyarakat (Widi,

2010:47−48). Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan secara

konkret dan terperinci fenomena kebahasaan yang berkaitan dengan seluk-beluk

ketidaksantunan berbahasa antar anggota keluarga dalam ranah keluarga.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ketidaksantunan berbahasa

ini adalah pendekatan kualitatif. Artinya, penelitian ini tidak memanfaatkan

metode-metode kuantifikasi tertentu, mengingat bahwa tujuan pokok penelitian ini

tidak menuntut pemerantian dari semuanya itu. Moleong (2007:6) mensintesiskan

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

62

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sejalan dengan

pendapat Moleong, Herdiansyah (2010:9) mendefinisikan penelitian kualitatif

sebagai suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami fenomena dalam

konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi

komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.

3.2 Data dan Sumber Data

Soewandi (2007:16) memaparkan bahwa data merupakan hasil pencatatan

peneliti tentang objek penelitian. Hasil pencatatan peneliti tersebut dapat berupa

kata, dan dapat berupa angka. Data dalam penelitian ini berupa kata yang

merupakan tuturan langsung yang berwujud kalimat-kalimat tuturan yang direkam

dan dicatat oleh peneliti.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:172), sumber data dalam penelitian

adalah subjek darimana data diperoleh. Sumber data merupakan tempat asal

muasal data diperoleh. Sumber data dari penelitian ini adalah berbagai macam

cuplikan tuturan yang semuanya diambil secara natural dalam praktik-praktik

perbincangan dalam ranah keluarga. Sumber data penelitian ketidaksantunan

berbahasa ini juga dapat berupa rekaman hasil simakan tuturan para orangtua dan

anggota keluarga yang diperoleh baik secara terbuka maupun tersembunyi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

63

sehingga diharapkan data penelitian yang diperoleh dari sumber termaksud

bersifat natural, andal, dan terpercaya.

Cuplikan tuturan dan rekaman hasil simakan tersebut diperoleh dari

berbagai macam komunikasi lisan keluarga pedagang yang berdagang di Pasar

Besar Beringharjo, Yogyakarta. Peneliti akan mengacak beberapa keluarga

sebagai sumber untuk memperoleh data. Sumber tersebut dapat berasal dari

keluarga yang murni pedagang, artinya suami istri memang berdagang, dapat pula

dari keluarga yang hanya salah satu atau lebih dari anggotanya yang berprofesi

sebagai pedagang.

Wujud data dalam penelitian ini adalah bermacam-macam wujud tuturan

yang diperoleh secara natural dalam ranah keluarga yang di dalamnya terdapat

bentuk-bentuk kebahasaan yang secara linguistis maupun nonlinguistis

mengandung maksud yang tidak santun. Bentuk-bentuk kebahasaan yang

bermakna tidak santun baik secara linguistis maupun nonlinguistis tersebut

merupakan objek sasaran penelitiannya dan sisa bentuk kebahasaan yang ada

merupakan konteksnya. Data dari penelitian ini berupa gabungan keduanya, yakni

objek sasaran penelitian yang berupa bentuk-bentuk kebahasaan yang tidak santun

bersama entitas kebahasaan yang mengikuti dan mengawalinya.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode simak dan metode cakap. Metode pertama yang digunakan oleh peneliti

adalah metode simak, yakni menyimak pertuturan langsung di dalam ranah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

64

keluarga yang dipresumsikan di dalamnya terdapat bentuk-bentuk kebahasaan

yang mengandung makna ketidaksantunan berbahasa itu baik secara linguistis

maupun nonlinguistis. Metode penyediaan data ini diberi nama metode simak

karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak

pernggunaan bahasa (Mahsun, 2007:92). Adapun teknik yang digunakan dalam

rangka melaksanakan metode simak itu adalah teknik catat dan teknik rekam. Dari

catatan dan/atau rekaman pertuturan itulah data diperoleh sebagai bahan jadi

penelitian ketidaksantunan berbahasa ini.

Metode kedua yang digunakan oleh peneliti adalah metode cakap.

Penamaan metode penyediaan data dengan metode cakap disebabkan cara yang

ditempuh dalam pengumpulan data itu adalah berupa percakapan antara peneliti

dengan informan (Mahsun, 2007:95). Selanjutnya Sudaryanto (1993:137)

menyebut metode cakap karena memang berupa percakapan dan terjadi kontak

antara peneliti selaku peneliti dengan penutur selaku nara sumber. Dari pengertian

tersebut, Rahardi mensejajarkan metode cakap dengan metode wawancara

(2009:34). Teknik yang digunakan dalam melaksanakan metode cakap adalah

teknik pancing. Teknik pancing merupakan teknik dasar dari metode cakap,

karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode tersebut hanya

dimungkinkan muncul jika peneliti memberi stimulasi (pancingan) pada informan

untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti (Mahsun,

2007:95).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

65

3.4 Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto (2010:203) memaparkan bahwa instrumen penelitian

adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pekerjaannya menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara (daftar pertanyaan,

pancingan, dan daftar kasus) dan blangko pengamatan berbekal dari teori yang

telah dipelajari tentang ketidaksantunan berbahasa. Teori tersebut akan akan

digunakan untuk menganalisis penggunaan bahasa antar anggota keluarga. Data-

data yang didapat akan dicatat untuk kemudian dianalisis lebih lanjut.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi,

mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan,

menyamakan data yang sama, dan membedakan data yang memang berbeda, serta

menyisihkan pada kelompok lain yang serupa, tetapi tidak sama (Mahsun,

2007:253). Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kontekstual, yakni

dengan memerantikan dimensi-dimensi konteks dalam menginterpretasi data yang

telah berhasil diidentifikasi, diklasifikasi, dan ditipifikasikan. Adapun yang

dimaksud dengan metode analisis kontekstual adalah cara analisis yang diterapkan

pada data dengan mendasarkan dan mengaitkan konteks (cf. Rahardi, 2004;

Rahardi, 2006 dalam Rahardi, 2009:36). Metode kontekstual ini dapat

disejajarkan dengan metode padan. Ada dua metode yang digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

66

menganalisis data dalam penelitian ini, yaitu metode padan intralingual dan

metode padan ekstralingual.

3.5.1 Metode dan Teknik Analisis Data secara Linguistik

Metode dalam analisis data secara linguistik menggunakan metode padan

intralingual. Metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara

menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat

dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda (Mahsun,

2007:118). Teknik yang digunakan dalam pelaksanaan metode ini adalah teknik

dasar teknik hubung banding yang bersifat lingual.

3.5.2 Metode dan Teknik Analisis Data secara Pragmatik

Metode dalam analisis data secara pragmatik menggunakan metode padan

ekstralingual. Metode padan ekstralingual adalah metode analisis yang digunakan

untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan

masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa (Mahsun, 2007:120).

Teknik yang digunakan dalam pelaksanaan metode ini adalah teknik dasar teknik

hubung banding yang bersifat ekstralingual.

Peneliti menggunakan langkah-langkah berikut untuk menganalisis data

dalam penelitian ini.

1) Peneliti mentranskripsi data yang telah dikumpulkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

67

2) Peneliti mengklasifikasikan data ke dalam teori-teori ketidaksantunan

berbahasa dengan mengacu dari penanda khas dari setiap jenis

ketidaksantunan berbahasa tersebut.

3) Peneliti memasukkan tuturan yang telah diklasifikasikan ke dalam tabulasi

data yang berisi tuturan, penanda ketidaksantunan secara lingual dan

nonlingual, persepsi ketidaksantunan, dan informasi indeksal.

4) Peneliti menyusun parameter penentu ketidaksantunan berbahasa berdasarkan

hasil tabulasi data.

5) Atas hasil tabulasi data, peneliti menganalisis data dengan mengacu dari

parameter penentu ketidaksantunan yang telah disusun. Data tersebut

dianalisis secara linguistik dan pragmatik. Analisi secara linguistis dilakukan

berdasarkan unsur-unsur intralingual, sedangkan analisis secara prakmatik

dilakukan berdasarkan unsur-unsur ekstralingual.

6) Hasil analisis data tersebut dideskripsikan dalam bentuk sajian analisis data.

3.6 Sajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data yang berupa temuan penelitian sebagai jawaban atas

masalah yang hendak dipecahkan, haruslah disajikan dalam bentuk teori. Hasil

analisis data dapat disajikan secara formal dan informal (Mahsun, 2007:279).

Pada penelitian ini, data yang telah diinterpretasi dalam tahapan analisis data itu

kemudian hasilnya disajikan secara tidak formal atau informal, dalam arti bahwa

hasil analisis data itu dirumuskan dengan kata-kata biasa, bukan dengan simbol-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

68

simbol tertentu karena memang hasil penelitian ini tidak menuntut model sajian

demikian itu.

3.7 Trianggulasi Data

Menurut Lexy J. Moleong (1989:195), trianggulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data

untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Dalam penelitian ini,

peneliti membuat trianggulasi dengan tujuan untuk melakukan pengecekan

terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan.

Trianggulasi dalam penelitian ini meliputi dua hal, yaitu trianggulasi teori

dan trianggulasi logis. Trianggulasi teori peneliti gunakan untuk membandingkan

beberapa teori ketidaksantunan berbahasa dari beberapa ahli bahasa dengan tujuan

untuk melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing. Peneliti juga melakukan

trianggulasi logis, yaitu dengan melakukan bimbingan bersama dosen

pembimbing yaitu Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian (1) deskripsi data dan (2) analisis data, dan (3)

pembahasan. Ketiga hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian yang dianalisis berupa tuturan lisan antaranggota keluarga

pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta dengan jangka

waktu selama bulan April−Mei 2013. Data diambil berdasarkan peristiwa tutur

dan fenomena kebahasaan yang tidak santun. Data yang terkumpul berjumlah 68

tuturan. 68 tuturan tersebut diambil peneliti karena sudah mewakili sebagai data

kualitatif. Tuturan tersebut dengan rincian dan persentase sebagai berikut.

Tabel 1

Jumlah Data Tuturan berdasarkan Kategori Ketidaksantunan

No Kategori Ketidaksantunan Jumlah Data 1 Melanggar Norma 4 2 Mengancam Muka Sepihak 11 3 Melecehkan Muka 23 4 Menghilangkan Muka 20 5 Menimbulkan Konflik 10

JUMLAH 68

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah data tuturan terbanyak

adalah kategori ketidaksantunan berbahasa yang melecehkan muka, yaitu

berjumlah 23 tuturan dari 68 tuturan. Selanjutnya, ketidaksantunan berbahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

70

yang menghilangkan muka berjumlah 20 tuturan. Ketidaksantunan berbahasa

yang mengancam muka sepihak menempati posisi ketiga dengan jumlah tuturan

sebanyak 11 tuturan. Kemudian, ketidaksantunan yang menimbulkan konflik

berjumlah 10 tuturan. Ketidaksantunan berbahasa yang melanggar norma

merupakan kategori ketidaksantunan yang paling sedikit dibandingkan kategori

ketidaksantunan yang lain, yaitu berjumlah 4 tuturan dari keseluruhan tuturan.

Selanjutnya, setiap kategori memiliki makna ketidaksantunan yang menjadi

subkategori ketidaksantunan. Berikut adalah persentase jumlah data tuturan

berdasarkan subkategori ketidaksantunan.

Tabel 2

Persentase Jumlah Data Tuturan berdasarkan Subkategori Ketidaksantunan

No. Kategori

Ketidasantunan

Subkategori Ketidaksantunan Jumlah

% Tuturan

Men

ola

k

Men

enta

ng

Kes

al

Mem

erin

tah

Men

yin

dir

Mem

per

ing

atka

n

Men

gej

ek

Men

gan

cam

Mer

emeh

kan

1 Melanggar Norma

1 3 0 0 0 0 0 0 0 4 5,88

2 Mengancam Muka Sepihak

0 0 2 1 5 2 0 1 0 11 16,18

3 Melecehkan Muka

1 1 6 0 9 4 2 0 0 23 33,82

4 Menghilangkan Muka

0 0 2 0 9 3 4 0 2 20 29,41

5 Menimbulkan Konflik

0 0 4 0 0 2 1 3 0 10 14,7

JUMLAH 2 4 14 1 23 11 7 4 2 68 -

Persentase Tuturan (%) 2,9

4

5,8

8

20

,58

1,4

7

33

,82

16

,17

10,

29

5,8

8

2,9

4 - 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

71

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari keseluruhan tuturan yang

berjumlah 68 tuturan, tuturan dalam subkategori menyindir menempati persentase

tertinggi, yaitu 33,82 % dari 100 %. Selanjutnya, dengan persentase yang cukup

jauh dari subkategori menyindir, tuturan dalam subkategori kesal menempati

urutan kedua dengan tingkat persentase 20,58 %. Kemudian, disusul oleh tuturan

yang termasuk dalam subkategori memperingatkan dengan tingkat persentase

16,17 % dan tuturan dalam subkategori mengejek dengan tingkat persentase 10,29

%. Sementara, tuturan dalam subkategori menentang dan mengancam memiliki

tingkat persentase yang sama, yaitu 5,88 %. Tuturan dalam subkategori menolak

dan meremehkan memiliki tingkat persentase yang sama, yaitu 2,94 %. Tuturan

dalam subkategori memerintah menempati tingkat persentase terendah, yaitu 1,47

% dari 100 %.

Berikut ini adalah deskripsi lebih lanjut mengenai tuturan tidak santun yang

telah diklasifikan ke dalam setiap kategori ketidaksantunan berbahasa menurut

para ahli. Tuturan tersebut disajikan beserta kode dan subkategori dari setiap

tuturan tersebut.

4.1.1 Melanggar Norma

Ketidaksantunan berbahasa yang melanggar norma mengarah pada

penggunaan ketidaksantunan berbahasa oleh penutur yang secara normatif

dianggap negatif karena melanggar norma-norma sosial yang berlaku dalam

masyarakat atau norma-norma yang telah disepakati dalam keluarga. Berikut

tuturan yang termasuk dalam kategori tuturan yang melanggar norma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

72

Tabel 3

Melanggar Norma

No Tuturan Kode Subkategori 1. Halah, mbok mengko ah, Bu. A1 Menolak 2. Halah, ngopo lho, aturan opo ngono kuwi. A2

Menentang 3. Bentar lagi ya, Bu, wong masih jam segini

kok! A3

4. Halah, ora sinau, aku yo iso kok. A4

4.1.2 Mengancam Muka Sepihak

Ketidaksantunan berbahasa yang mengancam muka sepihak mengarah pada

penggunaan ketidaksantunan berbahasa oleh penutur yang memiliki maksud

mengancam muka mitra tutur secara sepihak, sehingga mitra tutur merasa

tersingsung. Namun, penutur tidak menyadari bahwa tuturan menyinggung

perasaan mitra tutur. Berikut tuturan yang termasuk dalam kategori tuturan yang

mengancam muka sepihak.

Tabel 4

Mengancam Muka Sepihak

No Tuturan Kode Subkategori 1. Opo. Wong kowe ngentekke wedang e

kung kok. B1

Kesal 2. Sayur e endi bu? Emoh mangan aku nek

gak enek sayur e. B2

3. Wes, nek wes takon gek lungo! B3 Memerintah 4. Haduh, Mbaknya nih sibuk banget sih,

mbok sini lho! B4

Menyindir 5. Kae po karo Mbak e wae? B5 6. Waduh, silakan janjian lho, Masnya pasti

bisa kalo janjian kayak gini. B6

7. Kowe nitip helm eneng pajakke lho. Wani bayar piro sebulan?

B9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

73

8. Endi jatahku be, gopek gopek? B11 9. Lho, itu kan tanggung jawabmu, itu

tugasmu. B7

Memperingatkan 10. Lah, yo kuwi ngge pengeling-eling nek

maghrib ki kudu mandek! B8

11. Awas nek kowe reneh meneh, tak jiwit kowe. Utang lho kowe!

B10 Mengancam

4.1.3 Melecehkan Muka

Ketidaksantunan berbahasa yang melecehkan muka mengarah pada bentuk

ketidaksantunan oleh penutur yang memiliki maksud menyinggung perasaan mitra

tutur. Berikut adalah tuturan yang termasuk dalam kategori tuturan yang

melecehkan muka.

Tabel 5

Melecehkan Muka

No Tuturan Kode Subkategori 1. Heh, sepatu ne endi kuwi? C1

Kesal

2. Heh heh heh, kono neng sekolah wae! C2 3. Heh, kuping e endi, kene tak andani! C4 4. Ganti to pak, aku ki ra seneng bal!!! C9 5. Ah, kok aku terus sih Mbak sing mbok

takok i? C10

6. Dasar bakul iwak, digoleki nengdi-nengdi ra ketemu, jedule neng kene.

C22

7. Wong ra sekolah kok njaluk susu. C3

Menyindir

8. Ben, mengko neng wetenge ben eneng gambare.

C5

9. Heh, flashdisc-mu tu banyak banget virusnya, gudang virus ya?

C6

10. Wes tuwo neng cilik yo, Mbak. C12 11. Biasalah nek orang tua kayak gitu, Mbak,

biasalah ibu-ibu. C13

12. Kowe ki keentekan obat, kono ngombe obat sek ben ra edan!

C15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

74

13. Kuwi mbok dijamuni disek ben bapakmu rodo mari leh edan!

C16

14. Iyo kuwi, nek mikir ora mangan sego, tapi mangane rokok.

C17

15. Mlaku ki yo mlaku wae, ra sah meleng mripate!

C18

16. Opo, kowe ki arep ngopo? C7 Mengejek

17. Zaman koyo ngene kok ra ndwe HP. C19 18. Yo, kono kowe wae, wong aku rung adus

kok! C8 Menentang

19. Halah, ojo ojo, nang omah wae, jeh cilik!!! C11 Menolak 20. Kuwi yo ra neng kono, opo-opo kok mung

utah!!! C14

Memperingatkan

21. Gak ada liburan, kalo libur kamu mau bayar semesteran pake apa?

C20

22. Pokoknya jangan dikasih, nanti buat macem-macem, wong masih SMP gitu udah minta yang macem-macem!

C21

23. Heh, sana belajar! Nonton terus. C23

4.1.4 Menghilangkan Muka

Ketidaksantunan berbahasa yang menghilangkan muka mengarah pada

bentuk penggunaan ketidaksantunan berbahasa oleh penutur yang memiliki

maksud mempermalukan mitra tutur dengan membuat mitra tutur kehilangan

muka di depan orang banyak. Berikut tuturan yang termasuk dalam kategori

tuturan yang menghilangkan muka.

Tabel 6

Menghilangkan Muka

No Tuturan Kode Subkategori 1. La yo mboh, mbok umurmu dewe kok

tekok. D1

Mengejek 2. Halah, Mbok, kowe ki ra bener tenan. D4 3. Halah, mboh kowe ngomong opo. D7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

75

4. Wo la yo kuwi, suwi-suwi raine dadi rai gembus.

D12

5. Kamu tu harusnya lebih rajin, nilaimu tu malu-maluin!

D3

Memperingatkan 6. Wes, ojo kakean leh ngomong, ndak kewengen!

D6

7. Uwes, ayo balek, ngopo kowe neng kene? D20 8. Kuwi ki mbiyen kantoran lho mbak, saiki

malah mung bakul. D5

Menyindir

9. Ya kakaknya, Mbak. Nek kakaknya tu sabar Mbak, yang ini main terus.

D8

10. Lah, kok bingung-bingung lho Mbak! Disiapin ora e?

D9

11. Weh, kok koyo wong londo kowe panganane roti. Koyo londo ndeso!

D10

12. Mau dikasih apa kok tanya-tanya gitu? D11 13. Pacare Ari ki akeh banget. Koleksi kok.

Mbok golek seng jilbaban kono lho. D14

14. Kowe ki saiki lemu, kok pede tenan ngengge klambi ukuran S koyo ngono.

D15

15. Heh, udah nambah belum itu tinggimu? D16 16. Yo kwi, Mbak, wong lanang ki mripate ra

dienggu. D19

17. Ah, kowe ki nek diperintah mung nggawe gelo.

D13

Kesal 18. Pokoknya aku mau di UIN aja, gak mau di

UNS. D18

19. Kowe ki mbok mengko wae nek arep nonton, aku disek.

D2 Meremehkan

20. Lah, mboh mbiyen. D17

4.1.5 Menimbulkan Konflik

Ketidaksantunan berbahasa yang menimbulkan konflik mengarah pada

penggunaan ketidaksantunan berbahasa secara sembrono dan memiliki maksud

untuk menyinggung mitra tutur yang akhirnya menimbulkan adanya konflik

antara penutur dan mitra tutur. Berikut tuturan yang termasuk dalam kategori

tuturan yang menimbulkan konflik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

76

Tabel 7

Menimbulkan Konflik

No Tuturan Kode Subkategori 1. Adek!!! Heh, tak masukke kamar tak kunci

kapok kowe! E1

Mengancam 2. Opo to kowe ki mas, tak andakke ibu kowe

nyenggol-nyenggol. E3

3. Kamu mau kuliah apa enggak, kalo gak manut aturan gak usah kuliah terserah, hidup sendiri, cari uang sendiri.

E9

4. Halah, ibu ki silit, silit!!! E2 Mengejek 5. Pak, kowe opo-opo anak ditukukke. Ngono

kuwi marai tuman. E5

Memperingatkan 6. Aku juga butuh makan, cepetan!!! E7 7. Halah, ibu ki pelit tenan, ra koyo bapak. E4

Kesal

8. Anak kok bandel, nakal, kurangajar!!! E6 9. Kamu tu gak tau ya aku tu capek, banyak

tugas. E8

10. Enenge koyo ngene. La nek ra percoyo kono delok dewe! Wong kok ra percoyoan.

E10

4.2 Analisis Data

Analisis dari hasil penelitian ini disajikan berdasarkan (a) wujud

ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, (b) penanda ketidaksantunan linguistik

dan pragmatik, dan (c) maksud ketidaksantunan. Berikut adalah pemaparan

analisis data dalam penelitian ini.

4.2.1 Melanggar Norma

Kategori ketidaksantunan yang melanggar norma memiliki dua

subkategori, yaitu subkategori menolak dan menentang. Kedua subkategori

tersebut dianalisis berdasarkan wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

77

penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud ketidaksantunan.

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak santun.

Wujud ketidaksantunan pragmatik berupa cara penyampaian penutur yang

mengikuti setiap tuturan lisan tidak santun. Penanda ketidaksantunan linguistik

dianalisis berdasarkan intonasi, penggunaan partikel, nada tutur, tekanan, dan

diksi dalam setiap tuturan. Penanda ketidaksantunan pragmatik berupa konteks

yang melingkupi setiap tuturan. Maksud ketidaksantunan berkenaan dengan

tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan tidak santunnya kepada mitra

tutur. Berikut adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

4.2.1.1 Subkategori Menolak

Cuplikan tuturan 1

MT : “Gek belajar ndisek, Le, wes wektune belajar ki lho!” P : “Halah, mbok mengko ah, Bu.” (A1) (Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur disuruh oleh MT untuk belajar karena sudah waktunya belajar. Penutur sedang menonton TV di ruang tengah. Aturan belajar di rumah adalah pukul 20.00 WIB.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan A1 : “Halah, mbok mengko ah, Bu.” (Halah, nanti ah, Bu.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

78

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan A1: Penutur berbicara dengan ketus. Penutur berbicara tanpa melihat

ke MT. Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua. Penutur tidak menaati

peraturan di rumah.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan A1 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel halah dan ah,

nada tutur sedang, tekanan lunak pada kata mengko, dan diksi bahasa

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan A1 : tuturan terjadi ketika penutur disuruh oleh MT untuk belajar

karena sudah waktunya belajar. Penutur sedang menonton TV di ruang tengah.

Aturan belajar di rumah adalah pukul 20.00 WIB. Suasana ketika tuturan

terjadi dalam keadaan santai. Tuturan terjadi di rumah pada malam hari.

Penutur laki-laki berusia 15 tahun. MT perempuan berusia 56 tahun. MT

adalah ibu dari penutur. Tujuan penutur adalah menanggapi dengan kesal

tuturan MT yang menyuruh penutur belajar. Tindak verbal yang terjadi adalah

tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT hanya diam,

tidak merespons tuturan penutur lagi.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan A1 : penutur bermaksud menunda belajarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

79

4.2.1.2 Subkategori Menentang

Cuplikan tuturan 3

MT : “Waktunya belajar dulu, nontonnya udah!” P : “Bentar lagi ya, Bu, wong masih jam segini kok!” (A3) MT : “Gek belajar sana, nek gak tv-nya tak matiin ini!!!” (Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang berada di ruang keluarga. Penutur sedang menonton televisi. MT menyuruh penutur untuk belajar karena sudah pukul 20.00 WIB, waktu belajar keluarga.) Cuplikan tuturan 4

MT : “Kowe ki mbok belajar to!” P : “Halah, ora sinau, aku yo iso kok.” (A4) (Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di ruang keluarga sedang menonton televisi. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, waktu belajar yang sudah ditetapkan dalam keluarga. MT menyuruh penutur untuk belajar dulu. Penutur merasa dirinya sudah pandai, oleh karenanya ia tidak mau belajar. Penutur menjawab dengan kesal karena merasa dirinya diatur-atur.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan A3 : “Bentar lagi ya, Bu, wong masih jam segini kok!” Tuturan A4 : “Halah, ora sinau, aku yo iso kok.” (Halah, gak belajar, aku bisa kok.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan A3: Penutur berbicara dengan ketus. Penutur berbicara tanpa melihat

ke MT. Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua. Penutur tidak menaati

peraturan di rumah. Penutur menanggapi MT dengan sinis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

80

Tuturan A4: Penutur berbicara dengan ketus. Penutur berbicara tanpa melihat

ke MT. Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua. Penutur tidak menaati

peraturan di rumah. Penutur bersikap sinis kepada MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan A3 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel ya, wong, dan

kok, nada tutur sedang, tekanan lunak pada kata bentar, serta diksi bahasa

nonstandar dengan menggunakan dengan kata tidak baku bentar, masih, dan

segini; penggunaan istilah bahasa Jawa wong.

Tuturan A4 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel yo, halah, dan

kok, nada tutur rendah, tekanan lunak pada kata iso, serta diksi bahasa

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan A3 : tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang berada di ruang

keluarga. Penutur sedang menonton televisi. MT menyuruh penutur untuk

belajar karena sudah pukul 20.00 WIB (waktu belajar keluarga). Suasana

ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai.Tuturan terjadi di rumah pukul

20.10 WIB, tanggal 6 Mei 2013. Penutur laki-laki berusia 15 tahun. MT

perempuan berusia 37 tahun. MT adalah ibu dari penutur. Tujuan dari penutur

adalah menanggapi MT yang menyuruhnya belajar. Tindak verbal yang terjadi

adalah tindak verbal komisif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT

langsung meninggalkan penutur dengan kesal.

Tuturan A4 : tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di ruang keluarga

sedang menonton televisi. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, waktu belajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

81

yang sudah ditetapkan dalam keluarga. MT menyuruh penutur untuk belajar

dulu. Penutur merasa dirinya sudah pandai, oleh karenanya ia tidak mau

belajar. Penutur menjawab dengan kesal karena merasa dirinya diatur-atur.

Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Tuturan terjadi di rumah

pada malam hari. Penutur laki-laki berusia 13 tahun. MT perempuan berusia 40

tahun. MT adalah ibu dari penutur. Tujuan dari penutur adalah menanggapi

MT yang menyuruhnya belajar, sementara penutur merasa dirinya bisa tanpa

belajar. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal representatif. Tindak

perlokusi yang terjadi adalah MT langsung diam dan pergi dengan jawaban

penutur yang tidak menuruti nasihatnya.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan A3 : penutur bermaksud menunda belajarnya.

Tuturan A4 : penutur bermaksud mengungkapkan kekesalannya akan

perintah mitra tutur.

4.2.2 Mengancam Muka Sepihak

Kategori ketidaksantunan yang mengancam muka sepihak terdapat lima

subkategori, yaitu kesal, memerintah, menyindir, memperingatkan, dan

mengancam. Kelima subkategori tersebut dianalisis berdasarkan wujud

ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan

pragmatik, serta maksud ketidaksantunan. Wujud ketidaksantunan linguistik

berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan pragmatik

berupa cara penyampaian penutur yang mengikuti setiap tuturan lisan tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

82

santun. Penanda ketidaksantunan linguistik dianalisis berdasarkan intonasi,

penggunaan partikel, nada tutur, tekanan, dan diksi dalam setiap tuturan. Penanda

ketidaksantunan pragmatik berupa konteks yang melingkupi setiap tuturan.

Maksud ketidaksantunan berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika

mengutarakan tuturan tidak santunnya kepada mitra tutur. Berikut adalah analisis

tuturan dari kelima subkategori tersebut.

4.2.2.1 Subkategori Kesal

Cuplikan Tuturan 5

MT : “Wedange endi, Kung?” P : “Opo. Wong kowe ngentekke wedang e kung kok.” (B1) (Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur sedang membersihkan kandang burung peliharaannya. MT sedang bermain dengan temannya. MT meminta dibuatkan susu. Sebelumnya, MT sudah menghabiskan minuman penutur. Penutur mengatakan tuturannya sambil asyik memandikan burung peliharaannya tanpa melihat MT. MT merasa penutur memarahi dirinya karena sudah menghabiskan minuman penutur. Penutur tidak menyadari bahwa tuturannya membuat MT menangis.)

Cuplikan Tuturan 6

P : “Sayur e endi bu? Emoh mangan aku nek gak enek sayur e.” (B2) MT: “Mbok sabar to le, kowe ki ra ndelok ibu sibuk po iki.” P : “La wong aku ngelih lho.” (Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur baru pulang dari sekolah. MT sedang menyapu lantai rumah. Penutur hendak makan, lalu ia membuka tudung saji, tetapi tidak menemukan sayur. Penutur tidak mau makan jika tidak ada sayur. Tanpa melihat pada MT, penutur pergi begitu saja tanpa mempedulikan MT yang merasa bersalah tidak memasak sayur untuk penutur. Tuturan terjadi dalam suasana serius.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

83

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan B1 : “Opo. Wong kowe ngentekke wedang e kung kok.” (Apa. Kamu menghabiskan minum kung kok.)

Tuturan B2 : “Sayur e endi, Bu? Emoh mangan aku nek gak enek sayur e.” (Sayurnya mana, Bu? Tidak mau makan aku kalau tidak ada sayurnya.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B1 : Penutur berbicara tanpa melihat ke MT. Penutur tidak merasa

menyinggung MT. Penutur mempedulikan akibat dari tuturannya.

Tuturan B2 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur

berbicara dengan sinis. Penutur berbicara tanpa melihat ke MT. Penutur tidak

mempedulikan akibat dari tuturannya. Penutur tidak merasa membuat MT

tersinggung.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B1 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel wong dan kok,

nada tutur sedang, tekanan lunak pada frasa kowe ngentekke, serta diksi bahasa

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan B2 : tuturan dikatakan dengan intonasi tanya, nada tutur tinggi,

tekanan keras pada frasa sayur e endi, diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan bahasa Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

84

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B1 : tuturan terjadi ketika penutur sedang membersihkan kandang

burung peliharaannya. MT sedang bermain dengan temannya. MT meminta

dibuatkan susu. Sebelumnya, MT sudah menghabiskan minuman penutur.

Penutur mengatakan tuturannya sambil asyik memandikan burung

peliharaannya tanpa melihat MT. MT merasa penutur memarahi dirinya karena

sudah menghabiskan minuman penutur. Penutur tidak menyadari bahwa

tuturannya membuat MT menangis. Tuturan terjadi dalam suasana santai.

Tuturan terjadi di halaman rumah pukul 17.00 WIB, tanggal 10 April 2013.

Penutur laki-laki berusia 60 tahun. MT laki-laki berusia 3 tahun. MT adalah

cucu dari penutur. Tujuan dari penutur adalah menanggapi dengan kesal

permintaan MT yang minta dibuatkan susu. Tindak verbal yang terjadi adalah

tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung

menangis dan berlari ke pelukan ibunya.

Tuturan B2 : tuturan terjadi ketika penutur baru pulang dari sekolah. MT

sedang menyapu lantai rumah. Penutur hendak makan, lalu ia membuka tudung

saji, tetapi tidak menemukan sayur. Penutur tidak mau makan jika tidak ada

sayur. Tanpa melihat pada MT, penutur pergi begitu saja tanpa mempedulikan

MT yang merasa bersalah tidak memasak sayur untuk penutur. Tuturan terjadi

dalam suasana serius. Tuturan terjadi di rumah pada siang hari. Penutur laki-

laki berusia11 tahun. MT perempuan berusia 37 tahun. MT adalah ibu dari

penutur. Tujuan dari penutur bertanya dengan kesal sayur yang seharusnya

sudah tersedia di meja makan. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

85

ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung buru-buru

memasak sayur untuk penutur.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan B1 : penutur bermaksud mengungkapkan kekesalannya terhadap

mitra tutur yang menghabiskan minumannya.

Tuturan B2 : penutur bermaksud memprotes mitra tutur yang tidak

menyediakan sayur.

4.2.2.2 Subkategori Memerintah

Cuplikan Tuturan 7

P : “Wes, nek wes takon gek lungo!” (B3) MT: (langsung pergi). (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang menerima tamu di ruang tamu. MT datang lalu ikut bertanya-tanya kepada tamu penutur. Karena merasa MT tidak memiliki kepentingan terhadap tamunya, penutur menyuruh MT pergi. MT langsung meninggalkan penutur bersama tamunya karena tersinggung dengan tuturan penutur.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan B3 : “Wes, nek wes takon gek lungo!” (Sudah, kalau sudah tanya langsung pergi!)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

86

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B3 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur

berbicara tanpa melihat ke MT. Penutur tidak mempedulikan MT yang

tersinggung karena tuturannya.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B3 : tuturan dikatakan dengan intonasi perintah, nada tutur sedang,

tekanan keras pada frasa gek lungo, diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B3 : Tuturan terjadi ketika penutur sedang menerima tamu di ruang

tamu. MT datang lalu ikut bertanya-tanya kepada tamu penutur. Karena merasa

MT tidak memiliki kepentingan terhadap tamunya, penutur menyuruh MT

pergi. MT langsung meninggalkan penutur bersama tamunya karena

tersinggung dengan tuturan penutur. Tuturan terjadi dalam suasana santai.

Tuturan terjadi di rumah pukul 18.00 WIB, tanggal 20 April 2013. Penutur

perempuan berusia 40 tahun. MT perempuan berusia 62 tahun. MT adalah ibu

dari penutur. Tujuan dari penutur menyuruh MT pergi setelah bertanya-tanya

pada tamu penutur. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal direktif.

Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung pergi meninggalkan tamu

penutur.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan B3 : penutur bermaksud mengusir mitra tutur yang ikut berbincang

dengan tamu penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

87

4.2.2.3 Subkategori Menyindir

Cuplikan Tuturan 8

P : “Haduh, Mbaknya nih sibuk banget sih, mbok sini lho!” (B4) MT: “Eh, iya, Mbak. Ini bentar lagi kok.” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT sedang membuat minum untuk penutur. MT berada di dapur, sementara penutur berada di ruang tamu. Jarak dapur dengan ruang tamu tidak terlalu jauh, sehingga penutur dapat berbicara dengan nada sedang. Penutur mengatakan tuturan hanya dengan maksud bercanda. MT merasa dirinya disindir karena terlalu sibuk padahal sedang ada tamu.)

Cuplikan Tuturan 13

MT: “Mbak, aku nitip helm yo?” P : “Kowe nitip helm eneng pajakke lho. Wani bayar piro sebulan?” (B9) MT: “Yowes, Mbak, ra sido.”

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang berada di teras rumah. MT baru saja datang, tetapi hendak pergi lagi. MT menitipkan helmnya kepada penutur karena ia merasa tidak perlu memakai helm. Penutur mengatakan tuturan dengan maksud bercanda. Penutur tidak tahu bahwa tuturan sudah menyinggung MT. MT merasa tidak boleh menitipkan helmnya kepada penutur.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan B4 : “Haduh, Mbaknya nih sibuk banget sih, mbok sini lho!” Tuturan B9 : “Kowe nitip helm eneng pajakke lho. Wani bayar piro

sebulan?” (Kamu nitip helm ada pajaknya lho. Berani bayar berapa sebulan?)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

88

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B4 : Penutur berbicara ketika MT tengah sibuk. Penutur tidak

menyadari bahwa MT tersinggung karena tuturannya.

Tuturan B9 : Penutur berbicara dengan sinis. Penutur berbicara tanpa

mempedulikan MT yang tersinggung akibat tuturannya. Penutur bersikap

santai saja.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B4 : tuturan dikatakan dengan intonasi perintah, partikel sih dan lho,

nada tutur sedang, tekanan keras pada frasa sibuk banget sih, serta diksi bahasa

nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku mbaknya dan banget;

penggunaan istilah bahasa Jawa mbok.

Tuturan B9 : tuturan dikatakan dengan intonasi tanya, partikel lho, nada tutur

sedang, tekanan keras pada kata piro, serta diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B4 : Tuturan terjadi ketika MT sedang membuat minum untuk

penutur. MT berada di dapur, sementara penutur berada di ruang tamu. Jarak

dapur dengan ruang tamu tidak terlalu jauh, sehingga penutur dapat berbicara

dengan nada sedang. Penutur mengatakan tuturan hanya dengan maksud

bercanda. MT merasa dirinya disindir karena terlalu sibuk padahal sedang ada

tamu. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Tuturan terjadi di rumah pukul

18.00 WIB, tanggal 22 April 2013. Penutur perempuan berusia 23 tahun. MT

perempuan berusia 19 tahun. Tujuan dari penutur adalah menyuruh MT untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

89

ikut berbincang-bincang bersama. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak

verbal direktif. Tindak perlokusi yang terjadi MT langsung buru-buru

menyelesaika pekerjaannya.

Tuturan B9 : Tuturan terjadi ketika penutur sedang berada di teras rumah. MT

baru saja datang, tetapi hendak pergi lagi. MT menitipkan helmnya kepada

penutur karena ia merasa tidak perlu memakai helm. Penutur mengatakan

tuturan dengan maksud bercanda. Penutur tidak tahu bahwa tuturan sudah

menyinggung MT. MT merasa tidak boleh menitipkan helmnya kepada

penutur. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Tuturan terjadi di rumah pada

sore hari. Penutur perempuan berusia 28 tahun. MT perempuan berusia 24

tahun. MT adalah adik sepupu penutur. Tujuan dari penutur adalah menanggapi

permintaan MT yang hendak menitipkan helmnya. Tindak verbal yang terjadi

adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT

langsung pergi dengan memakai helmnya kembali.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan B4 : penutur hanya bermaksud basa-basi dengan mitra tutur.

Tuturan B9 : penutur hanya bermaksud bercanda dengan mitra tutur.

4.2.2.4 Subkategori Memperingatkan

Cuplikan Tuturan 11

MT : “Duh, Mbak. Tugasku tuh makin banyak banget nih. Ya ampun.” P : “Loh, itu kan tanggung jawabmu, itu tugasmu.” (B7) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT baru pulang dari kampus dan penutur berada di dapur. MT mengeluhkan tentang tugas kuliahnya yang semakin banyak. Penutur menanggapi keluhan MT tanpa melihat ke MT. MT tersinggung dengan tuturan penutur yang tidak menanggapi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

90

baik keluhannya. Penutur tidak merasa menyinggung karena menurutnya itu memang sudah menjadi tanggung jawab MT.) Cuplikan Tuturan 12

MT: “Aku ki wingi tibo mbak numpak motor pas maghrib-maghrib kae.” P : “Lah, yo kuwi ngge pengeling-eling nek maghrib ki kudu mandek!” (B8) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang bercengkrama di halaman rumah penutur. MT menceritakan bahwa kemarin sore ia jatuh dari motor sekitar waktu Maghrib. Penutur menanggapi tuturan MT dengan maksud mengingatkan. MT justru tersindir dengan tuturan penutur.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan B7 : “Loh, itu kan tanggung jawabmu, itu tugasmu.” Tuturan B8 : “Lah, yo kuwi ngge pengeling-eling nek Maghrib ki kudu

mandek!” (Lah, ya itu untuk pengingat kalau Maghrib harus berhenti!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B7 : Penutur berbicara dengan sinis. Penutur berbicara tanpa merasa

menyinggung perasaan MT. Penutur berbicara tanpa melihat ke penutur.

Tuturan B8 : Penutur berbicara tanpa melihat ke MT. Penutur tidak menyadari

bahwa tuturannya telah menyinggung MT. Penutur berbicara dengan santai.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B7 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel lho, nada tutur

sedang, tekanan keras pada frasa tanggung jawabmu, dan diksi bahasa

nonstandar dengan penggunaan kata tidak baku kan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

91

Tuturan B8 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel lah, nada tutur

sedang, tekanan keras pada kata mandek, dan diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B7 : Tuturan terjadi ketika MT baru pulang dari kampus dan penutur

berada di dapur. MT mengeluhkan tentang tugas kuliahnya yang semakin

banyak. Penutur menanggapi keluhan MT tanpa melihat ke MT. MT

tersinggung dengan tuturan penutur yang tidak menanggapi dengan baik

keluhannya. Penutur tidak merasa menyinggung karena menurutnya itu

memang sudah menjadi tanggung jawab MT. Tuturan terjadi dalam suasana

serius. Tuturan terjadi di rumah pada siang hari. Penutur perempuan berusia 25

tahun. MT laki-laki berusia 20 tahun. MT adalah adik penutur. Tujuan dari

penutur adalah menangapi keluhan MT tentang tugas kuliahnya. Tindak verbal

yang terjadi adalah tindak verbal representatif. Tindak perlokusi yang terjadi

adalah MT langsung meninggalkan penutur yang tidak menanggapi dengan

baik keluhannya.

Tuturan B8 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang bercengkrama di

halaman rumah penutur. MT menceritakan bahwa kemarin sore ia jatuh dari

motor sekitar waktu Maghrib. Penutur menanggapi tuturan MT dengan maksud

mengingatkan. MT justru tersindir dengan tuturan penutur. Tuturan terjadi

dalam suasana santai. Tuturan terjadi di halaman rumah pada sore hari. Penutur

perempuan berusia 45 tahun. MT perempuan berusia 40 tahun. Tujuan dari

penutur adalah mengingatkan MT untuk tidak melakukan aktivitas ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

92

Maghrib. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal representatif. Tindak

perlokusi yang terjadi adalah MT lalu mengalihkan pembicaraan ke topik lain.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan B7 : penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur akan tugas

kuliahnya.

Tuturan B8 : penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur agar lebih

berhati-hati.

4.2.2.5 Subkategori Mengancam

Cuplikan Tuturan 14

P : “Awas nek kowe reneh meneh, tak jiwit kowe. Utang lho kowe!” (B10) MT: (berlari kepada ibunya). (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang berada di teras rumah. MT hendak pulang ke rumahnya bersama ibunya. MT berpamitan kepada penutur. Penutur mengatakan tuturannya dengan maksud bercanda, tetapi seperti mengancam. MT merasa diancam hendak dicubit jika datang lagi ke rumah penutur.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan B10 : “Awas nek kowe reneh meneh, tak jiwit kowe. Utang lho kowe!” (Awas kalau kamu ke sini lagi, aku jiwit kamu. Hutang lho kamu!)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

93

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B10 : Penutur berbicara dengan sedikit berteriak. Penutur berbicara

tanpa mempedulikan MT yang menangis akibat tuturannya. Penutur bersikap

santai setelah memberi ancaman kepada MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B10 : tuturan dikatakan dengan intonasi seru, partikel lho, nada tutur

tinggi, tekanan keras pada frasa tak jiwit kowe, serta diksi bahasa nonstandar

dengan menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B10 : Tuturan terjadi ketika penutur sedang berada di teras rumah.

MT hendak pulang ke rumahnya bersama ibunya. MT berpamitan kepada

penutur. Penutur mengatakan tuturannya dengan maksud bercanda, tetapi

seperti mengancam. MT merasa diancam hendak dicubit jika datang lagi ke

rumah penutur. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Tuturan terjadi di rumah

pada sore hari. Penutur perempuan berusia 70 tahun. MT laki-laki berusia 7

tahun. MT adalah cucu dari penutur. Tujuan dari penutur adalah mengancam

MT agar tidak datang lagi ke rumah penutur. Tindak verbal yang terjadi adalah

tindak verbal komisif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT lalu mengadu

kepada ibunya.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan B10 : penutur hanya bermaksud bercanda dengan mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

94

4.2.3 Melecehkan Muka

Kategori ketidaksantunan yang melecehkan muka memiliki enam

subkategori, yaitu kesal, menyindir, mengejek, menentang, menolak, dan

memperingatkan. Keenam subkategori tersebut dianalisis berdasarkan wujud

ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan

pragmatik, serta maksud ketidaksantunan. Wujud ketidaksantunan linguistik

berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan pragmatik

berupa cara penyampaian penutur yang mengikuti setiap tuturan lisan tidak

santun. Penanda ketidaksantunan linguistik dianalisis berdasarkan intonasi,

penggunaan partikel, nada tutur, tekanan, dan diksi dalam setiap tuturan. Penanda

ketidaksantunan pragmatik berupa konteks yang melingkupi setiap tuturan.

Maksud ketidaksantunan berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika

mengutarakan tuturan tidak santunnya kepada mitra tutur. Berikut adalah analisis

tuturan tidak santun dari keenam subkategori tersebut.

4.2.3.1 Subkategori Kesal

Cuplikan Tuturan 24

P : “Ganti to pak, aku ki ra seneng bal!!!” (C9) MT: (mengganti chanel TV). (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT berada di ruang keluarga sedang menonton televisi. MT menonton acara pertandingan sepak bola. Penutur yang baru keluar dari kamar hendak menonton televisi pula. Penutur tidak menyukai acara pertandingan bola. Penutur kesal ketika mendapati MT justru menonton bola. Penutur menyuruh MT mengganti chanel TV ke acara yang lain. Penutur berbicara dengan keras, padahal jarak MT dengan penutur hanya 2 meter.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

95

Cuplikan Tuturan 37

P : “Dasar bakul iwak, digoleki nengdi-nengdi ra ketemu, jedule neng kene.” (C22) MT: “La kowe ki ngopo mbak nggoleki aku ki? P : “Njukuk pesenan to.” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sudah berkeliling mencari MT. MT sedang mengambil barang di tempat lain. Penutur hendak mengambil pesanannya. Penutur dan MT bertemu di dekat tanggayang cukup jauh jaraknya dengan lapak MT.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan C9 : “Ganti to pak, aku ki ra seneng bal!!!” (Ganti sih, Pak, aku tidak suka bola!!!)

Tuturan C22 : “Dasar bakul iwak, digoleki nengdi-nengdi ra ketemu, jedule neng kene.” (Dasar penjual ikan, dicari kemana-mana tidak ketemu, ternyata di sini.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C9 : Penutur berbicara dengan ketus. Penutur berbicara dengan keras.

Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur menyinggung MT.

Tuturan C22 : Penutur berbicara dengan ketus. Penutur berbicara dengan

ejekan. Penutur menyinggung MT dengan menyebutkan profesi.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C9 : tuturan dikatakan dengan intonasi perintah, nada tutur tinggi,

tekanan keras pada kata ganti, dan diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan bahasa Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

96

Tuturan C22 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, nada tutur sedang,

tekanan: keras pada frasa dasar bakul iwak, dan diksi bahasa nonstandar dalam

bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C9 : Tuturan terjadi ketika MT berada di ruang keluarga sedang

menonton televisi. MT menonton acara pertandingan sepak bola. Penutur yang

baru keluar dari kamar hendak menonton televisi pula. Penutur tidak menyukai

acara pertandingan bola. Penutur kesal ketika mendapati MT justru menonton

bola. Penutur menyuruh MT mengganti chanel TV ke acara yang lain. Penutur

berbicara dengan keras, padahal jarak MT dengan penutur hanya 2 meter.

Suasana ketika tuturan terjadi santai. Tuturan terjadi di rumah pada malam

hari. Penutur laki-laki berusia 23 tahun. MT laki-laki berusia 50 tahun. MT

adalah bapak penutur. Tujua dari penutur adalah menyuruh mengganti chanel

TV, karena chanel yang sedang ditonton oleh MT tidak disukai oleh penutur.

Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal direktif. Tindak perlokusi yang

terjadi adalah MT tidak langsung mengganti chanel TV yang dimaksud oleh

penutur, tetapi tidak lama kemudian MT mengganti chanel dan meninggalkan

penutur menonton sendirian.

Tuturan C22 : Tuturan terjadi ketika penutur sudah berkeliling mencari MT.

MT sedang mengambil barang di tempat lain. Penutur hendak mengambil

pesanannya. Penutur dan MT bertemu di dekat tanggayang cukup jauh

jaraknya dengan lapak MT. Suasana ketika tuturan terjadi santai. Tuturan

terjadi di pasar pukul 14.00 WIB, tanggal 21Mei 2013. Penutur perempuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

97

berusia 48 tahun. MT perempuan berusia 35 tahun. Tujuan dari penutur adalah

mengungkapkan kekesalan karena sudah mencari MT kemana-mana. Tindak

verbal yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang

terjadi adalah MT mengajak penutur ke lapaknya.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan C9 : penutur bermaksud memerintah mitra tutur untuk mengganti

chanel televisi.

Tuturan C22 : penutur bermaksud mengungkapkan kekesalannya kepada

mitra tutur yang sulit ditemui.

4.2.3.2 Subkategori Menyindir

Cuplikan Tuturan 18

MT: “Aku njaluk susu.” P : “Wong ra sekolah kok njaluk susu.” (C3) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur berada di halaman rumah bersama seorang ibu, tetangga rumahnya. MT bersama dengan temannya bermain di halaman rumah. Penutur menanggapi permintaan MT. MT merengek minta susu. MT tidak mau berangkat ke sekolah jika belum dibuatkan susu. Penutur menyindir MT agar sekolah terlebih dahulu, setelah itu baru meminta susu.)

Cuplikan Tuturan 21

P : “Heh, flashdisc-mu tu banyak banget virusnya, gudang virus ya?” (C6) MT: “Duh, ngece tenan kamu tu.” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT berada di dalam kamarnya dalam keadaan pintu terbuka. Penutur juga berada di kamarnya. Kamar penutur dan MT bersebelahan. Sebelumnya, penutur meminjam flashdisc MT untuk memindahan data kuliahnya yang hendak dikumpulkan kepada dosennya. Penutur meminjam flashdisc MT karena miliknya sedang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

98

dipinjam oleh temannya. Tanpa menyebutkan nama MT, penutur meneriaki MT dalam kamarnya. MT yang merasa sudah berbaik hati meminjamkan flashdisc-nya kepada penutur tersinggung dengan tuturan penutur.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan C3 : “Wong ra sekolah kok njaluk susu.” (Tidak sekolah kok minta susu.)

Tuturan C6 : “Heh, flashdisc-mu tu banyak banget virusnya, gudang virus ya?”

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C3 : Penutur berbicara dengan sinis. Penutur berbicara dengan santai.

Penutur menyinggung MT dengan sindiran. Penutur berbicara tanpa melihat

MT.

Tuturan C6 : Penutur berbicara dengan keras. Penutur berbicara dengan sinis.

Penutur tidak berterima kasih telah diberi pinjaman. Penutur menyinggung

MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C3 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel wong, kok,

nada tutur sedang, tekanan lunak pada frasa njaluk susu, dan diksi bahasa

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan C6 : tuturan dikatakan dengan intonasi tanya, partikel heh, nada tutur

tinggi, tekanan keras pada frasa banyak banget, dan diksi bahasa nonstandar

dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu tu, banget.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

99

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C3 : Tuturan terjadi ketika penutur berada di halaman rumah bersama

seorang ibu, tetangga rumahnya. MT bersama dengan temannya bermain di

halaman rumah. Penutur menanggapi permintaan MT. MT merengek minta

susu. MT tidak mau berangkat ke sekolah jika belum dibuatkan susu. Penutur

menyindir MT agar sekolah terlebih dahulu, setelah itu baru meminta susu.

Suasana ketika tuturan terjadi santai. Tuturan terjadi di halaman rumah, pukul

17.00 WIB, tanggal 10 April 2013. Penutur perempuan, nenek berusia 55

tahun. MT laki-laki, anak berusia 3 tahun. Tujuan dari penutur adalah

menanggapi MT sebagai cucunya yang minta dibuatkan susu. Tindak verbal

yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi

adalah MT tetap meronta-ronta minta dibuatkan susu.

Tuturan C6 : Tuturan terjadi ketika MT berada di dalam kamarnya dalam

keadaan pintu terbuka. Penutur juga berada di kamarnya. Kamar penutur dan

MT bersebelahan. Sebelumnya, penutur meminjam flashdisc MT untuk

memindahan data kuliahnya yang hendak dikumpulkan kepada dosennya.

Penutur meminjam flashdisc MT karena miliknya sedang dipinjam oleh

temannya. Tanpa menyebutkan nama MT, penutur meneriaki MT dalam

kamarnya. MT yang merasa sudah berbaik hati meminjamkan flashdisc-nya

kepada penutur tersinggung dengan tuturan penutur. Suasana ketika tuturan

terjadi santai. Tuturan terjadi di rumah pukul 09.00 WIB, tanggal 23 April

2013. Penutur dan MT perempuan berusia 22 tahun. Tujuan dari penutur

adalah memberi tahu MT bahwa flashdisc MT banyak virus. Tindak verbal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

100

yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi

adalah MT langsung meminta flashdisc-nya untuk dikembalikan.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan C3 : penutur hanya bermaksud mengomentari permintaan mitra

tutur.

Tuturan C6 : penutur bermaksud mengejek mitra tutur akan banyaknya virus

di flashdisc-nya.

4.2.3.3 Subkategori Mengejek

Cuplikan Tuturan 22

MT: “Pak, eneng krupuk ra?” P : “Opo, kowe ki arep ngopo?” (C7) MT: (langsung pergi). (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur berada di tokonya sedang menyusun barang dagangannya. MT datang hendak membeli kerupuk. MT bertanya tentang harga kerupuk yang ia inginkan. Bukannya menjawab pertanyaan MT, penutur justru menanyakan hal yang lain. Penutur mengganggap MT tidak terlalu penting untuk dilayani.)

Cuplikan Tuturan 34

P : “Nomer HP-mu piro?” MT: “Kowe ki ngece tenan. Wong tuwo dijaluki nomer HP.” P : “Zaman koyo ngene kok ra nduwe HP.” (C19) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur baru datang ke rumah MT. MT sedang duduk di kursi di teras rumahnya. Penutur meminta nomor HP MT agar mudah untuk dihubungi. Karena MT tidak terlalu bisa menggunakan HP dan merasa tidak terlalu membutuhkannya, MT tidak memiliki HP. Penutur yang usianya jauh lebih muda dari mengejek MT yang tidak memiliki HP di zaman serba teknologi.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

101

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan C7 : “Opo, kowe ki arep ngopo?” (Apa, kamu itu mau apa?) Tuturan C19 : “Zaman koyo ngene kok ra nduwe HP.” (Zaman seperti ini kok

tidak punya HP.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C7 : Penutur berbicara dengan santai. Penutur berbicara dengan sinis.

Penutur menyinggung MT. Penutur tidak menghargai MT sebagai pembeli.

Tuturan C19 : Penutur berbicara dengan santai. Penutur memberi ejekan

kepada MT. Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur

menyinggung MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C7 : tuturan dikatakan dengan intonasi tanya, nada tutur sedang,

tekanan lunak pada kata opo, dan diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan C19 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel kok, nada

tutur sedang, tekanan lunak pada frasa ra nduwe, dan diksi bahasa nonstandar

dengan menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C7 : Tuturan terjadi ketika penutur berada di tokonya sedang

menyusun barang dagangannya. MT datang hendak membeli kerupuk. MT

bertanya tentang harga kerupuk yang ia inginkan. Bukannya menjawab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

102

pertanyaan MT, penutur justru menanyakan hal yang lain. Penutur

mengganggap MT tidak terlalu penting untuk dilayani. Suasana ketika tuturan

terjadi santai. Tuturan terjadi di toko pukul 09.00 WIB, tanggal 25 April 2013.

Penutur laki-laki berusia 48 tahun. MT perempuan berusia 28 tahun. MT

adalah tetangga penutur. Tujuan dari penutur adalah menanggapi MT yang

datang hendak membeli kerupuk. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak

verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT yang hendak

membeli kerupuk langsung pergi tidak jadi membeli.

Tuturan C19 : Tuturan terjadi ketika penutur baru datang ke rumah MT. MT

sedang duduk di kursi di teras rumahnya. Penutur meminta nomor HP MT agar

mudah untuk dihubungi. Karena MT tidak terlalu bisa menggunakan HP dan

merasa tidak terlalu membutuhkannya, MT tidak memiliki HP. Penutur yang

usianya jauh lebih muda dari mengejek MT yang tidak memiliki HP di zaman

serba teknologi. Suasana ketika tuturan terjadi santa. Tuturan terjadi di depan

rumah pukul 16.00 WIB, tanggal 21 Mei 2013. Penutur laki-laki berusia 20

tahun. MT perempuan bersuai 55 tahun. MT adalah bibi penutur. Tujuan dari

penutur adalah menanggapi MT yang mengaku tidak memiliki HP. Tindak

verbal yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang

terjadi adalah MT tidak menanggapi lagi tuturan penutur.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan C7 : penutur hanya bermaksud basa-basi dengan mitra tutur.

Tuturan C19 : penutur bermaksud mengejek mitra tutur yang tidak memiliki

HP.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

103

4.2.3.4 Subkategori Menentang

Cuplikan Tuturan 23

MT: “Itu lho bukain pintunya!” P : “Yo, kono kowe wae, wong aku rung adus kok!” (C8) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT sedang berada di dapur. Penutur berada di ruang tamu sedang bermain HP ketika terdapat suara pintu yang diketuk. MT yang sedang sibuk menyuruh penutur untuk membukakan pintu untuk tamunya. Penutur tidak mau membukakan pintu karena penutur belum mandi. Penutur menyuruh MT yang sedang sibuk untuk membukakan pintu karena MT yang sudah tampak rapi.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan C8 : “Yo, kono kowe wae, wong aku rung adus kok!” (Ya, sana kamu saja, aku belum mandi kok!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C8 : Penutur berbicara dengan keras. Penutur berbicara dengan orang

yang lebih tua. Penutur menyinggung MT. Penutur menyuruh balik ke MT

yang tengah sibuk. Penutur berbicara dengan ketus.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C8 : tuturan dikatakan dengan intonasi perintah, partikel yo, wong,

kok, nada tutur sedang, tekanan keras pada frasa kowe wae, dan diksi bahasa

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C8 : Tuturan terjadi ketika MT sedang berada di dapur. Penutur

berada di ruang tamu sedang bermain HP ketika terdapat suara pintu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

104

diketuk. MT yang sedang sibuk menyuruh penutur untuk membukakan pintu

untuk tamunya. Penutur tidak mau membukakan pintu karena penutur belum

mandi. Penutur menyuruh MT yang sedang sibuk untuk membukakan pintu

karena MT yang sudah tampak rapi. Suasana ketika tuturan terjadi santai.

Tuturan terjadi di rumah pukul 18.00 WIB, tanggal 22 April 2013. Penutur

anak laki-laki berusia 14 tahun. MT perempuan berusia 19 tahun. Tujuan dari

penutur adalah menanggapi dengan kesal tuturan MT yang menyuruhnya

membukakan pintu untuk tamu. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak

verbal direktif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT yang akhirnya

membuka pintu untuk tamu mereka yang baru datang.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan C8 : penutur bermaksud mengelak dari perintah mitra tutur yang

menyuruhnya membuka pintu untuk tamu.

4.2.3.5 Subkategori Menolak

Cuplikan Tuturan 26

MT: “Mas, aku melu yo?” P : “Halah, ojo ojo, nang omah wae, jeh cilik!!!” (C11) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur berada di kamarnya dan bersiap-siap hendak pergi. MT datang ke kamar penutur meminta izin untuk ikut bersama penutur karena jika penutur pergi, MT hanya tinggal sendirian di rumah. Penutur tidak memperbolehkan MT ikut karena penutur menganggap MT masih kecil dan belum pantas ikut dengannya. MT meinggalkan penutur dengan kesal karena tidak dizinkan ikut.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

105

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan C11 : “Halah, ojo ojo, nang omah wae, jeh cilik!!!” (Halah, jangan jangan, di rumah saja, masih kecil!!!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C11 : Penutur berbicara dengan keras. Penutur berbicara dengan

sinis. Penutur menyinggung MT yang ingin ikut dengannya.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C11 : tuturan dikatakan dengan intonasi perintah, partikel halah,

nada tutur tinggi, tekanan keras pada frasa ojo-ojo, dan diksi bahasa nonstandar

dengan menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C14 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di toko penutur.

MT membantu penutur menyusun barang dagangan penutur. Sebelumnya, MT

sudah menumpahkan barang yang tidak sengaja disenggolnya. MT salah

meletakkan barang yang hendak ia susun. Penutur mengingatkan MT untuk

tidak meletakkan barang di tempat yang salah karena nanti bisa tumpah lagi.

Suasana ketika tuturan terjadi serius. Tuturan terjadi di toko pada siang hari

pukul 12.30 WIB, tanggal 6 Mei 2013. Penutur perempuan berusia 46 tahun.

MT laki-laki berusia 18 tahun. MT adalah anak penutur. Tujuan dari penutur

adalah mengingatkan MT agar meletakkan barang pada tempatnya. Tindak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

106

verbal yang terjadi adalah direktif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT

meletakkan barang pada tempatnya dengan berhati-hati.

Tuturan C21 : Tuturan terjadi ketika MT1 sedang berada di ruang keluarga

bersama ibunya (MT2). MT1 meminta HP model terbaru kepada ibunya.

Penutur yang berada di dalam kamar mendengar perbincangan MT1 dengan

ibu. Penutur langsung keluar kamar dan menanggapi permintaan MT1 dengan

sinis. Suasana ketika tuturan terjadi serius. Tuturan terjadi di rumah pada

malam hari. Penutur perempuan berusia 20 tahun. MT1 laki-laki berusia 15

tahun. MT2 perempuan berusia 47 tahun. MT1 adalah adik dari penutur. MT2

adalah ibu dari MT1 dan penutur. Tujuan dari penutur menanggapi permintaan

MT1 kepada ibunya. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal direktif.

Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT1 langsung diam dan pergi ke

kamarnya.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan C11 : penutur bermaksud melarang mitra tutur yang ingin ikut

bersamanya.

4.2.3.6 Subkategori Memperingatkan

Cuplikan Tuturan 29

P : “Kuwi yo ra neng kono, opo-opo kok mung utah!!!” (C14) MT: (memindahkan barang ke tempat lain). (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di toko penutur. MT membantu penutur menyusun barang dagangan penutur. Sebelumnya, MT sudah menumpahkan barang yang tidak sengaja disenggolnya. MT salah meletakkan barang yang hendak ia susun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

107

Penutur mengingatkan MT untuk tidak meletakkan barang di tempat yang salah karena nanti bisa tumpah lagi.)

Cuplikan Tuturan 36

MT1: “Bu, aku boleh minta ganti HP baru?” MT2: (belum sempat menjawab). P : “Pokoknya jangan dikasih, nanti buat macem-macem, wong masih SMP gitu udah minta yang macem-macem!” (C21) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT1 sedang berada di ruang keluarga bersama ibunya (MT2). MT1 meminta HP model terbaru kepada ibunya. Penutur yang berada di dalam kamar mendengar perbincangan MT1 dengan ibu. Penutur langsung keluar kamar dan menanggapi permintaan MT1 dengan sinis.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan C14 : “Kuwi yo ra neng kono, opo-opo kok mung utah!!!” (Itu ya tidak di situ, apa-apa kok hanya tumpah!!!)

Tuturan C21 : “Pokoknya jangan dikasih, nanti buat macem-macem, wong masih SMP gitu udah minta yang macem-macem!”

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C14 : Penutur berbicara dengan ketus. Penutur mengingatkan dengan

sinis. Penutur membuat MT tersinggung dengan tuturannya.

Tuturan C21 : Penutur berbicara dengan keras. Penutur berbicara dengan

ketus. Penutur berbicara dengan sinis. Penutur menyinggung MT1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

108

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C14 : tuturan dikatakan dengan intonasi perintah, partikel yo, kok,

nada tutur sedang, tekanan keras pada frasa neng kono, dan diksi bahasa

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan C21 : tuturan dikatakan dengan intonasi perintah, partikel wong, nada

tutur tinggi, tekanan keras pada kata jangan, dan diksi bahasa nonstandar

dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu pokoknya, dikasih, buat, macem-

macem, masih, gitu, dan udah; penggunaan istilah bahasa Jawa wong.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C14 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di toko penutur.

MT membantu penutur menyusun barang dagangan penutur. Sebelumnya, MT

sudah menumpahkan barang yang tidak sengaja disenggolnya. MT salah

meletakkan barang yang hendak ia susun. Penutur mengingatkan MT untuk

tidak meletakkan barang di tempat yang salah karena nanti bisa tumpah lagi.

Suasana ketika tuturan terjadi serius. Tuturan terjadi di toko pada siang hari

pukul 12.30 WIB, tanggal 6 Mei 2013. Penutur perempuan berusia 46 tahun.

MT laki-laki berusia 18 tahun. MT adalah anak penutur. Tujuan dari penutur

adalah mengingatkan MT agar meletakkan barang pada tempatnya. Tindak

verbal yang terjadi adalah direktif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT

meletakkan barang pada tempatnya dengan berhati-hati.

Tuturan C21 : Tuturan terjadi ketika MT1 sedang berada di ruang keluarga

bersama ibunya (MT2). MT1 meminta HP model terbaru kepada ibunya.

Penutur yang berada di dalam kamar mendengar perbincangan MT1 dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

109

ibu. Penutur langsung keluar kamar dan menanggapi permintaan MT1 dengan

sinis. Suasana ketika tuturan terjadi serius. Tuturan terjadi di rumah pada

malam hari. Penutur perempuan berusia 20 tahun. MT1 laki-laki berusia 15

tahun. MT2 perempuan berusia 47 tahun. MT1 adalah adik dari penutur. MT2

adalah ibu dari MT1 dan penutur. Tujuan dari penutur menanggapi permintaan

MT1 kepada ibunya. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal direktif.

Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT1 langsung diam dan pergi ke

kamarnya.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan C14 : penutur hanya bermaksud mengomentari pekerjaan mitra tutur.

Tuturan C21 : penutur bermaksud melarang mitra tutur yang meminta HP

baru.

4.2.4 Menghilangkan Muka

Kategori ketidaksantunan yang menghilangkan muka memiliki lima

subkategori, yaitu mengejek, memperingatkan, menyindir, kesal, dan

meremehkan. Kelima subkategori tersebut dianalisis berdasarkan wujud

ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan

pragmatik, serta maksud ketidaksantunan. Wujud ketidaksantunan linguistik

berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan pragmatik

berupa cara penyampaian penutur yang mengikuti setiap tuturan lisan tidak

santun. Penanda ketidaksantunan linguistik dianalisis berdasarkan intonasi,

penggunaan partikel, nada tutur, tekanan, dan diksi dalam setiap tuturan. Penanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

110

ketidaksantunan pragmatik berupa konteks yang melingkupi setiap tuturan.

Maksud ketidaksantunan berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika

mengutarakan tuturan tidak santunnya kepada mitra tutur. Berikut adalah analisis

tuturan tidak santun dari kelima subkategori tersebut.

4.2.4.1 Subkategori Mengejek

Cuplikan Tuturan 39

MT : “Umurku 35 tahun kan yo, Bu?” P : “La yo mboh, mbok umurmu dewe kok tekok.” (D1) MT : “Yo kan aku lali bu.” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang menerima tamu di teras rumah. Penutur duduk tidak jauh dari MT. MT bertanya tentang usianya. Penutur menjawab pertanyaan MT dengan seenaknya.)

Cuplikan Tuturan 50

P : “Mangane kok gembus meneh? neng omah gembus, neng kene yo gembus.” MT: “Iyo mbak, wong senenge gembus.” P : “Wo lah yo kuwi, suwi-suwi raine dadi rai gembus.” (D12) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur berada di warung makan miliknya. Di warung makan tersebut, MT datang hendak membeli makanan. Selain penutur dan MT, terdapat pula pembeli yang lain. MT lalu bercerita bahwa tadi pagi memasak tempe gembus, lalu sekarang hendak membeli lauk tempe gembus juga. Penutur bukannya menanggapi cerita dengan baik, tetapi justru mengejeknya.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

111

Tuturan D1 : “La yo mboh, mbok umurmu dewe kok tekok.” (Ya tidak tahu, umurmu sendiri kok tanya.)

Tuturan D12 : “Wo la yo kuwi, suwi-suwi raine dadi rai gembus.” (Wah, la ya itu, lama-lama mukanya jadi muka gembus.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D1 : Penutur berbicara di depan orang lain. Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT. Penutur berbicara dengan sinis. Penutur tidak merasa telah

mempermalukan MT di depan tamunya.

Tuturan D12 : Penutur berbicara dengan ketus. Penutur memberi ejekan

kepada MT. Penutur berbicara di depan orang lain. Penutur mempermalukan

MT di depan umum tanpa merasa bersalah.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan D1 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel la, yo, mbok,

kok, nada tutur sedang, tekanan keras pada kata mboh, dan diksi bahasa

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan D12 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel lah, yo, nada

tutur sedang, tekanan keras pada kata gembus, dan diksi bahasa nonstandar

dengan menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D1 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang menerima tamu di

teras rumah. Penutur duduk tidak jauh dari MT. MT bertanya tentang usianya.

Penutur menjawab pertanyaan MT dengan seenaknya. Suasana ketika tuturan

terjadi santai. Tuturan terjadi di teras rumah pukul 17.00 WIB, tanggal 10 April

2013. Penutur perempuan berusia 55 tahun. MT perempuan berusia 35 tahun.

MT adalah anak dari penutur. Tujuan dari penutur menanggapi pertanyaan MT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

112

yang menanyakan berapa usianya. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak

verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung

menghitung sendiri usianya.

Tuturan D12 : Tuturan terjadi ketika penutur berada di warung makan

miliknya. Di warung makan tersebut, MT datang hendak membeli makanan.

Selain penutur dan MT, terdapat pula pembeli yang lain. MT lalu bercerita

bahwa tadi pagi memasak tempe gembus, lalu sekarang hendak membeli lauk

tempe gembus juga. Penutur bukannya menanggapi cerita dengan baik, tetapi

justru mengejeknya. Suasana ketika tuturan terjadi santai. Tuturan terjadi di

warung makan pada siang hari pukul 14.30 WIB, tanggal 13 Mei 2013. Penutur

perempuan berusia 48 tahun. MT perempuan berusia 45 tahun. MT adalah

tetangga penutur. Tujuan dari penutur adalah menanggapi ceritaMT tentang

makanan yang ia masak tadi pagi. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak

verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah dikarenakan malu, MT

tidak jadi memilih lauk tempe gembus, ia lalu memilih lauk lain.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan D1 : penutur hanya bermaksud menanggapi pertanyaan mitra tutur.

Tuturan D12 : penutur hanya bermaksud bercanda dengan mitra tutur.

4.2.4.2 Subkategori Memperingatkan

Cuplikan Tuturan 41

P : “Kamu tu harusnya lebih rajin, nilaimu tu mal u-maluin!” (D3) MT: “Iya-iya, Mbak.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

113

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di ruang keluarga bersama anggota lainnya. Penutur duduk di sebelah MT. Penutur dan anggota keluarga sedang membicarakan tentang prestasi keluarga.)

Cuplikan Tuturan 44

P : “Wes, ojo kakean leh ngomong, ndak kewengen!” (D6) MT: (langsung pergi). (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang menerima tamu di ruang tamu. MT datang untuk ikut berbincang-bincang dengan tamu penutur. Penutur menegur MT yang terlalu banyak bertanya kepada tamu penutur padahal malam semakin larut. Penutur menegur MT di depan tamu penutur.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan D3 : “Kamu tu harusnya lebih rajin, nilaimu tu malu-maluin!” Tuturan D6 : “Wes, ojo kakean leh ngomong, ndak kewengen!” (Sudah,

jangan banyak bicara, nanti kemalaman.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D3 : Penutur berbicara di depan anggota keluarga yang lain. Penutur

mengakibatkan MT merasa malu. Penutur berbicara dengan ketus. Penutur

berbicara tanpa melihat ke MT.

Tuturan D6 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur

berbicara di depan tamu. Penutur mengakibatkan MT merasa malu. Penutur

berbicara dengan sinis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

114

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan D3 : tuturan dikatakan dengan intonasi seru, nada tutur sedang,

tekanan keras pada kata malu-maluin, dan diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan kata tidak baku, yaitu tu, harusnya, dan malu-maluin.

Tuturan D6 : tuturan dikatakan dengan intonasi perintah, nada tutur sedang,

tekanan keras pada frasa ndak kewengen, dan diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D3 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di ruang keluarga

bersama anggota lainnya. Penutur duduk di sebelah MT. Penutur dan anggota

keluarga sedang membicarakan tentang prestasi keluarga. Suasana ketika

tuturan terjadi santai. Tuturan terjadi di rumah pada malam hari. Penutur

perempuan berusia 22 tahun. MT laki-laki berusia 15 tahun. MT adalah adik

dari penutur. Tujuan dari penutur adalah menyindir MT yang nilainya tidak

sebaik nilai kakak-kakaknya. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal

direktif. Tindak perlokusi yang terjadi MT langsung masuk ke kamar dengan

raut muka malu.

Tuturan D6 : Tuturan terjadi ketika penutur sedang menerima tamu di ruang

tamu. MT datang untuk ikut berbincang-bincang dengan tamu penutur. Penutur

menegur MT yang terlalu banyak bertanya kepada tamu penutur padahal

malam semakin larut. Penutur menegur MT di depan tamu penutur. Suasana

ketika tuturan terjadi santai. Tuturan terjadi di rumah pukul 19.00 WIB, tanggal

20 April 2013. Penutur perempuan berusia 40 tahun, MT perempuan berusia 62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

115

tahun. MT adalah ibu dari penutur. Tujuan dari penutur menegur MT yang

banyak bertanya kepada tamu penutur. Tindak verbal yang terjadi adalah

tindak verbal direktif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung pergi

meninggalkan penutur dan tamunya.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan D3 : penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur untuk lebih

rajin belajar.

Tuturan D6 : penutur bermaksud mengusir mitra tutur yang banyak bertanya

kepada tamu penutur.

4.2.4.3 Subkategori Menyindir

Cuplikan Tuturan 53

MT : “Mbak, nek aku nganggo iki pas ra yo?” P : “Kowe ki saiki lemu, kok pede tenan ngengge klambi ukuran S koyo ngono.” (D15) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di kamar. Selain penutur dan MT, kakak MT juga berada di kamar tersebut. MT sedang mencoba baju yang baru dibelinya. MT bertanya kepada penutur apakah baju itu cocok dengannya. Penutur menjawab dengan sindirran karena penutur merasa baju itu tidak sesuai dengan badan MT yang sedikit lebih gemuk dari sebelumnya.) Cuplikan Tuturan 54

P : “Heh, udah nambah belum itu tinggimu?” (D16) MT: “Ya segini aja kok.” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang duduk di teras rumah. MT baru saja datang bersama adiknya, lalu menyapa penutur. Selain penutur, terdapat 2 anggota keluarga lain yang duduk di teras itu. Penutur tidak membalas sapaan MT, tetapi malah menyindir MT yang tidak terlalu tinggi.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

116

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan D15 : “Kowe ki saiki lemu, kok pede tenan ngengge klambi ukuran S koyo ngono.” (Kamu itu sekarang gemuk, kok pede sekali pakai baju ukuran S seperti itu.)

Tuturan D16 : “Heh, udah nambah belum itu tinggimu?”

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D15 : Penutur berbicara dengan ketus. Penutur membuat MT malu.

Penutur tidak merasa telah mengejek MT.

Tuturan D16 : Penutur berbicara dengan santai. Penutur berbicara di depan

anggota keluarga yang lain. Penutur berbicara hanya untuk bercanda, tetapi hal

itu justru mempermalukan MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan D15 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel kok, nada

tutur sedang, tekanan lunak pada kata lemu, dan diksi bahasa nonstandar

dengan menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan D16 : tuturan dikatakan dengan intonasi tanya, partikel heh, nada

tutur sedang, tekanan lunak pada kata nambah, dan diksi bahasa nonstandar

dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu udah, nambah.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D15 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di kamar. Selain

penutur dan MT, kakak MT juga berada di kamar tersebut. MT sedang

mencoba baju yang baru dibelinya. MT bertanya kepada penutur apakah baju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

117

itu cocok dengannya. Penutur menjawab dengan sindirran karena penutur

merasa baju itu tidak sesuai dengan badan MT yang sedikit lebih gemuk dari

sebelumnya. Suasana ketika tuturan terjadi santai. Tuturan terjadi di rumah

pukul 13.30 WIB, tanggal 23 Mei 2013. Penutur perempuan berusia 34 tahun.

MT perempuan berusia 18 tahun. MT adalah keponakan dari penutur. Tujuan

dari penutur adalah menanggapi pertanyaan MT tentang cocok tidaknya baju

yang sedang dicoba MT. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal

representatif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung melepas baju

itu dan tidak mencoba baju yang lain.

Tuturan D16 : Tuturan terjadi ketika penutur sedang duduk di teras rumah.

MT baru saja datang bersama adiknya, lalu menyapa penutur. Selain penutur,

terdapat 2 anggota keluarga lain yang duduk di teras itu. Penutur tidak

membalas sapaan MT, tetapi malah menyindir MT yang tidak terlalu tinggi.

Suasana ketika tuturan terjadi santai. Tuturan terjadi di teras rumah pukul

13.15 WIB, tanggal 23 Mei 2013. Penutur perempuan berusia 34 tahun. MT

perempuan berusia 21 tahun. MT adalah keponakan penutur. Tujuan dari

penutur adalah menyindir MT dengan menenyakan apakah tingginya sudah

bertambah. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak

perlokusi yang terjadi adalah MT diam saja karena malu, lalu langsung masuk

ke rumah.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan D15 : penutur bermaksud mengomentari mitra tutur yang

menggunakan baju tidak sesuai dengan badannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

118

Tuturan D16 : penutur hanya bermaksud bercanda dengan mitra tutur.

4.2.4.4 Subkategori Kesal

Cuplikan Tuturan 51

P : “Le, tumbaske gulo sek neng warung kono!” MT: “Iyo, Bu, mengku disek.” P : “Ah, kowe ki nek diperintah mung nggawe gelo.” (D13)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur hendak membuatkan minuman untuk tamunya. MT sedang menyiapkan buku pelajarannya besok. Penutur menyuruh MT untuk membeli gula di warung depan rumahnya. MT tidak langsung pergi karena ia ingin merapikan buku-bukunya terlebih dahulu. Penutur kesal, lalu memarahi MT dengan nada tinggi, padahal sedang ada tamu.) Cuplikan Tuturan 56

MT : “Gimana, Dek, maunya di mana?” P : “Pokoknya aku mau di UIN aja, gak mau di UNS.” (D18) MT : “Ya udah, ibu nurut aja, yang penting sukanya di mana.” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang membicarakan tentang kelanjutan kuliah penutur di ruang keluarga. MT memberi tawaran kepada penutur untuk melanjutkan kuliah di UIN atau di UNS. Penutur tidak tertarik melanjutkan kuliah di UNS. Penutur langsung menolak tawaran MT sambil beranjak meninggalkan MT.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan D13 : “Ah, kowe ki nek diperintah mung nggawe gelo.” (Ah, kamu itu kalau diperintah membuat kecewa.)

Tuturan D18 : “Pokoknya aku mau di UIN aja, gak mau di UNS.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

119

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D13 : Penutur berbicara di depan tamunya. Penutur tidak melihat

kondisi MT. Penutur membuat MT malu. Penutur berbicara dengan ketus.

Penutur berbicara dengan suara keras.

Tuturan D18 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur

berbicara di depan anggota keluarga yang lain. Penutur mempermalukan MT,

tetapi penutur tidak merasa telah mempermalukan MT. Penutur berbicara

dengan ketus.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan D13 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel ah, nada tutur

tinggi, tekanan keras pada kata gelo, dan diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan D18 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, nada tutur sedang,

tekanan keras pada frasa gak mau, dan diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan kata tidak baku, yaitu mau, aja, gak.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D13 : Tuturan terjadi ketika penutur hendak membuatkan minuman

untuk tamunya. MT sedang menyiapkan buku pelajarannya besok. Penutur

menyuruh MT untuk membeli gula di warung depan rumahnya. MT tidak

langsung pergi karena ia ingin merapikan buku-bukunya terlebih dahulu.

Penutur kesal, lalu memarahi MT dengan nada tinggi, padahal sedang ada

tamu. Suasana ketika tuturan terjadi santai. Tuturan terjadi di rumah pukul

19.30 WIB, tanggal 20 Mei 2013. Penutur perempuan berusia 41 tahun. MT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

120

laki-laki berusia 12 tahun. MT adalah anak penutur. Tujuan dari penutur adalah

memarahi MT yang tidak langsung melaksanakan perintahnya. Tindak verbal

yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi

adalah MT langsung pergi melaksanakan perintah penutur.

Tuturan D18 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang membicarakan

tentang kelanjutan kuliah penutur di ruang keluarga. MT memberi tawaran

kepada penutur untuk melanjutkan kuliah di UIN atau di UNS. Penutur tidak

tertarik melanjutkan kuliah di UNS. Penutur langsung menolak tawaran MT

sambil beranjak meninggalkan MT. Suasana ketika tuturan terjadi serius.

Tuturan terjadi di rumah pada malam hari. Penutur perempuan berusia 22

tahun. MT perempuan berusia 47 tahun. MT adalah ibu dari penutur. Tujuan

dari penutur adalah menolak melanjutkan kuliah di UNS. Tindak verbal yang

terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT

langsung menuruti kemauan penutur.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan D13 : penutur bermaksud mengungkapkan kekesalannya kepada

mitra tutur yang sulit diperintah.

Tuturan D18 : penutur bermaksud protes kepada mitra tutur.

4.2.4.5 Subkategori Meremehkan

Cuplikan Tuturan 40

P : “Kowe ki mbok mengko wae nek arep nonton, aku disek.” (D2) MT: (hanya diam).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

121

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang berada di ruang keluarga. MT baru keluar dari kamar hendak menonton televisi. Penutur menyuruh mitra tutur untuk menonton televisi nanti saja. Padahal penutur sejak tadi menonton televisi. Penutur merasa lebih tua dibanding MT, sehingga ia bisa mengatur seenaknya. Di ruangan itu terdapat anggota keluarga yang lain.)

Cuplikan Tuturan 55

MT: “Ket kapan yo awak dewe neng kene, kae umur piro kowe? “ P : “Lah, mboh mbiyen.” (D17) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di ruang tamu. Penutur duduk di samping MT. Selain penutur dan MT, ada pula 3 orang tamu. MT bertanya kepada penutur. Penutur menjawab pertanyaan MT dengan sinis, padahal penutur tahu mereka tinggal di rumahnya sejak ia kecil, tetapi penutur malas menghitung sudah berapa lama.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan D2 : “Kowe ki mbok mengko wae nek arep nonton, aku disek.” (Kamu itu nanti saja kalau mau nonton, aku dulu.)

Tuturan D17 : “Lah, mboh mbiyen.” (Lah, tidak tahu dulu.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D2 : Penutur berbicara di depan keluarga yang lain. Penutur berbicara

dengan ketus. Penutur berbicara dengan sinis. Penutur memerintah MT dengan

seenaknya. Penutur bersikap senioritas.

Tuturan D17 : Penutur berbicara dengan ketus. Penutur berbicara dengan

sinis. Penutur berbicara di depan tamu. Penutur berbicara tanpa melihat MT.

Penutur mempermalukan MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

122

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan D2 : tuturan dikatakan dengan intonasi perintah, partikel ki, nek, nada

tutur sedang, tekanan lunak pada frasa mengko wae, dan diksi bahasa

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan D17 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel lah, nada

tutur sedang, tekanan lunak pada kata mbiyen, dan diksi bahasa nonstandar

dengan menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D2 : Tuturan terjadi ketika penutur sedang berada di ruang keluarga.

MT baru keluar dari kamar hendak menonton televisi. Penutur menyuruh mitra

tutur untuk menonton televisi nanti saja. Padahal penutur sejak tadi menonton

televisi. Penutur merasa lebih tua dibanding MT, sehingga ia bisa mengatur

seenaknya. Di ruangan itu terdapat anggota keluarga yang lain. Suasana ketika

tuturan terjadi santai. Tuturan terjadi di rumah pada malam hari. Penutur laki-

laki berusia 26 tahun. MT laki-laki berusia 15 tahun. MT adalah adik penutur.

Tujuan dari penutur adalah melarang MT yang hendak menonton televisi.

Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal direktif. Tindak perlokusi yang

terjadi adalah MT tidak jadi menonton televisi karena merasa sudah

dipermalukan di depan anggota keluarga yang lain.

Tuturan D17 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di ruang tamu.

Penutur duduk di samping MT. Selain penutur dan MT, ada pula 3 orang tamu.

MT bertanya kepada penutur. Penutur menjawab pertanyaan MT dengan sinis,

padahal penutur tahu mereka tinggal di rumahnya sejak ia kecil, tetapi penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

123

malas menghitung sudah berapa lama. Suasana ketika tuturan terjadi santai.

Tuturan terjadi di rumah, pukul 18.00 WIB, tanggal 16 April 2013. Penutur

perempuan berusia 30 tahun. MT perempuan berusia 56 tahun. MT adalah ibu

dari penutur. Tujuan dari penutur adalah menanggapi pertanyaan MT tentang

berapa lama mereka tinggal di rumah itu. Tindak verbal yang terjadi adalah

tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT lalu

menghitung sendiri sudah berapa lama mereka tinggal di rumah itu.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan D2 : penutur bermaksud melarang mitra tutur menonton televisi.

Tuturan D17 : penutur hanya bermaksud menanggapi pertanyaan mitra tutur.

4.2.5 Menimbulkan Konflik

Kategori ketidaksantunan yang menimbulkan konflik memiliki empat

subkategori, yaitu mengancam, mengejek, menegur, dan kesal. Keempat

subkategori tersebut dianalisis berdasarkan wujud ketidaksantunan linguistik dan

pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud

ketidaksantunan. Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan

tidak santun. Wujud ketidaksantunan pragmatik berupa cara penyampaian penutur

yang mengikuti setiap tuturan lisan tidak santun. Penanda ketidaksantunan

linguistik dianalisis berdasarkan intonasi, penggunaan partikel, nada tutur,

tekanan, dan diksi dalam setiap tuturan. Penanda ketidaksantunan pragmatik

berupa konteks yang melingkupi setiap tuturan. Maksud ketidaksantunan

berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

124

santunnya kepada mitra tutur. Berikut adalah analisis tuturan dari keempat

subkategori tersebut.

4.2.5.1 Subkategori Mengancam

Cuplikan Tuturan 59

P : “Adek!!! Heh, tak masukke kamar tak kunci kapok kowe!” (E1) MT: (memukul kepala penutur). (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang menerima tamu dan berbincang-bincang. MT bermain-main dengan temannya di sekitar penutur dan tamunya. Penutur sudah menegur MT berkali-kali, tetapi MT tidak mengindahkan teguran penutur yang menyuruh MT bermain agak jauh dari penutur dan tamunya. Penutur merasa sangat terganggu dengan tingkah MT. Penutur menegur lagi dengan marah. MT merasa tidak mengganggu. Mendengar teguran penutur, MT langsung membalas dengan memukul kepala penutur lalu berlari meninggalkan penutur.)

Cuplikan Tuturan 67

P : “Kamu gak kuliah?” MT: “Gak, Mbak.” P : “Kamu mau kuliah apa enggak, kalo gak manut aturan gak usah kuliah terserah, hidup sendiri, cari uang sendiri.” (E9) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur baru pulang dari pasar. MT berada di dalam kamar sedang bermain gitar. Melihat MT, penutur langsung kesal karena seharusnya MT masih kuliah. Penutur merasa MT tidak memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh penutur yang sudah membiayai kuliahnya. MT tidak terima dengan tuturan penutur karena ia merasa diremehkan.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

125

Tuturan E1 : “Adek!!! Heh, tak masukke kamar tak kunci kapok kowe!” (Adek!!! Heh, aku masukkan kamar aku kunci kapok kamu.)

Tuturan E9 : “Kamu mau kuliah apa enggak, kalo gak manut aturan gak usah kuliah terserah, hidup sendiri, cari uang sendiri.”

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E1 : Penutur berbicara dengan berteriak. Penutur berbicara dengan

berkacak pinggang. Penutur berbicara dengan sinis. Penutur memberi ancaman

kepada MT.

Tuturan E9 : Penutur berbicara dengan sinis. Penutur memberi ancaman

kepada MT. Ancaman penutur mengakibatkan MT emosi dan pergi dari rumah.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E1 : tuturan dikatakan dengan intonasi seru, partikel heh, nada tutur

tinggi, tekanan keras pada kata adek, dan diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan E9 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, nada tutur sedang,

tekanan keras pada frasa kuliah apa enggak, dan diksi bahasa nonstandar

dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu mau, enggak, kalo, usah, cari;

penggunaan istilah bahasa Jawa manut.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E1 : Tuturan terjadi ketika penutur sedang menerima tamu dan

berbincang-bincang. MT bermain-main dengan temannya di sekitar penutur

dan tamunya. Penutur sudah menegur MT berkali-kali, tetapi MT tidak

mengindahkan teguran penutur yang menyuruh MT bermain agak jauh dari

penutur dan tamunya. Penutur merasa sangat terganggu dengan tingkah MT.

Penutur menegur lagi dengan marah. MT merasa tidak mengganggu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

126

Mendengar teguran penutur, MT langsung membalas dengan memukul kepala

penutur lalu berlari meninggalkan penutur. Tuturan terjadi dalam suasana

tegang. Tuturan terjadi di halaman rumah pukul 17.00 WIB, tanggal 10 April

2013. Penutur perempuan berusia 35 tahun. MT laki-laki berusia 3 tahun.

Penutur adalah ibu dari MT. Tujuan dari penutur adalah memarahi MT tidak

mau sekolah. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal komisif. Tindak

perlokusi yang terjadi adalah setelah penutur memarahi MT, MT malah

memukul kepala penutur.

Tuturan E9 : Tuturan terjadi ketika penutur baru pulang dari pasar. MT

berada di dalam kamar sedang bermain gitar. Melihat MT, penutur langsung

kesal karena seharusnya MT masih kuliah. Penutur merasa MT tidak

memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh penutur yang sudah membiayai

kuliahnya. MT tidak terima dengan tuturan penutur karena ia merasa

diremehkan. Tuturan terjadi dalam suasana tegang. Tuturan terjadi di rumah

pada siang hari. Penutur perempuan berusia 28 tahun. MT laki-laki berusia 20

tahun. MT adalah adik dari penutur. Tujuan dari penutur adalah memarahi MT

yang membolos kuliah. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal

komisif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung menghidupkan

motor dengan mengeraskan gas motor lalu pergi hingga larut malam.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan E1 : penutur bermaksud menakut-nakuti mitra tutur agar tidak nakal

lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

127

Tuturan E9 : penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur agar

mengikuti aturan dari penutur.

4.2.5.2 Subkategori Mengejek

Cuplikan Tuturan 60

P : “Halah, ibu ki silit, silit!!!” (E2) MT: “Heh, gak boleh ngomong gitu.” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT sedang menerima tamu di ruang tamu bersama dengan anggota keluarga yang lainnya. Tiba-tiba, penutur yang sebelumnya berada di ruang keluarga sedang menonton televisi keluar ke ruang tamu dan meneriaki MT dengan tuturan yang mengejek MT. Tuturan penutur sangat membuat terkejut tamu dan anggota keluarga yang lain. MT lalu menarik penutur masuk ke ruang keluarga dan memarahinya. MT menghukum penutur dengan tidak memperbolehkan penutur menonton televisi lagi.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan E2 : “Halah, ibu ki silit, silit!!!” (Halah, ibu itu ‘silit, silit’!!! )

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E2 : Penutur berbicara dengan sedikit berteriak. Penutur berbicara

dengan orang yang lebih tua. Penutur memberi ejekan kepada MT. Penutur

membuat MT marah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

128

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E2 : tuturan dikatakan dengan intonasi seru, partikel halah, nada

tutur tinggi, tekanan keras pada kata silit, dan diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan bahasa Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E2 : Tuturan terjadi ketika MT sedang menerima tamu di ruang tamu

bersama dengan anggota keluarga yang lainnya. Tiba-tiba, penutur yang

sebelumnya berada di ruang keluarga sedang menonton televisi keluar ke ruang

tamu dan meneriaki MT dengan tuturan yang mengejek MT. Tuturan penutur

sangat membuat terkejut tamu dan anggota keluarga yang lain. MT lalu

menarik penutur masuk ke ruang keluarga dan memarahinya. MT menghukum

penutur dengan tidak memperbolehkan penutur menonton televisi lagi. Tuturan

terjadi dalam suasana santai. Tuturan terjadi di rumah, pukul 18.00 WIB,

tanggal 16 April 2013. Penutur laki-laki, anak berusia 5 tahun. MT perempuan,

ibu berusia 30 tahun. MT adalah ibu dari penutur. Tujuan dari penutur adalah

ingin mencari perhatian MT. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal

ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi MT langsung memarahi dan

menghukum penutur karena tuturan tersebut sangat tidak sopan.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan E2 : penutur bermaksud mengejek mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

129

4.2.5.3 Subkategori Memperingatkan

Cuplikan Tuturan 63

P : “Pak, kowe opo-opo anak ditukukke. Ngono kuwi marai tuman.” (E5) MT: “Wong nggolek duit ki yo pancen ngge anak lho, Bu.” P : “Yo, tapi kwi kan marai tuman, Pak. Kwe ki manjakke anak tenan.” MT: “Halah, Bu. Kwe ki opo-opo mung nyalahke.” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang berada di ruang keluarga. Penutur menegur MT yang dengan mudahnya menuruti permintaan anaknya. MT merasa dipojokkan oleh tuturan penutur. MT lalu membela diri, tetapi penutur masih saja menyalahkan MT yang terlalu memanjakan anak. MT semakin kesal dan membalas tuturan penutur dengan ketus.)

Cuplikan Tuturan 65

P : “Aku juga butuh makan, cepetan!!!” (E7) MT: “Sabar kenapa sih!” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang bersiap mengerjakan tugas masing-masing. MT yang bertugas mengantar penutur ke pasar tidak cepat-cepat bersiap. Penutur mulai terpancing emosi dan meneriaki MT. MT yang tersinggung dengan tuturan penutur langsung menanggapi dengan kesal pula lalu masuk ke kamar sambil menutup pintu kamar dengan keras.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan E5 : “Pak, kowe opo-opo anak ditukukke. Ngono kuwi marai tuman.” (Pak, kamu apa-apa untuk anak dibelikan. Seperti itu membuat kebiasaan.)

Tuturan E7 : “Aku juga butuh makan, cepetan!!!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

130

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E5 : Penutur berbicara dengan sinis. Penutur berbicara sambil

mengerjakan pekerjaan lain. Penutur berbicara tanpa melihat MT. Penutur

memancing emosi dan adu mulut dengan MT.

Tuturan E7 : Penutur berbicara dengan suara keras. Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT. Penutur berbicara dengan ketus.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E5 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, nada tutur sedang,

tekanan lunak pada frasa marai tuman, dan diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan E7 : tuturan dikatakan dengan intonasi perintah, nada tutur tinggi,

tekanan keras pada kata cepetan, dan diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan kata tidak baku, yaitu butuh, cepetan.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E5 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang berada di ruang

keluarga. Penutur menegur MT yang dengan mudahnya menuruti permintaan

anaknya. MT merasa dipojokkan oleh tuturan penutur. MT lalu membela diri,

tetapi penutur masih saja menyalahkan MT yang terlalu memanjakan anak. MT

semakin kesal dan membalas tuturan penutur dengan ketus. Tuturan terjadi

dalam suasana serius. Tuturan terjadi di rumah pada malam hari. Penutur

perempuan berusia 37 tahun. MT laki-laki berusia 40 tahun. MT adalah suami

dari penutur. Tujuan dari penutur adalah menegur MT yang selalu menuruti

permintaan anaknya. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

131

Tindak perlokusi yang terjadi MT balas marah kepada penutur karena ia

merasa dipojokkan.

Tuturan E7 : Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang bersiap

mengerjakan tugas masing-masing. MT yang bertugas mengantar penutur ke

pasar tidak cepat-cepat bersiap. Penutur mulai terpancing emosi dan meneriaki

MT. MT yang tersinggung dengan tuturan penutur langsung menanggapi

dengan kesal pula lalu masuk ke kamar sambil menutup pintu kamar dengan

keras. Tuturan terjadi dalam suasana tegang. Tuturan terjadi di rumah pada

pagi hari. Penutur perempuan berusia 25 tahun. MT laki-laki berusia 20 tahun.

MT adalah adik penutur. Tujuan dari penutur adalah memarahi MT yang

sangat lambat dalam mengerjakan sesuatu. Tindak verbal yang terjadi adalah

tindak verbal direktif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT langsung

menutup pintu kamar dengan keras.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan E5 : penutur bermaksud melarang mitra tutur menuruti setiap

permintaan anaknya.

Tuturan E7 : penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur agar lebih

bertindak cepat.

4.2.5.4 Subkategori Kesal

Cuplikan Tuturan 62

P : “Bu, aku njaluk dolanan anyar yo!” MT: “Yo, tapi mengku yo, Le, ibu lagek ra ndwe duit.” P : “Halah, ibu ki pelit tenan, ra koyo bapak.” (E4) MT: “Kamu tu masih kecil udah berani ngomong gitu sama ibu.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

132

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang memainkan mainannya. MT sedang membersihkan rumah. Penutur merasa mainannya kurang, ia meminta mainan baru kepada MT. MT menyuruh penutur untuk bersabar karena MT belum memiliki uang lebih untuk membelikan mainan baru untuk penutur. Penutur justru menanggapi nasihat MT dengan marah. Penutur membanding-bandingkan MT dengan ayahnya yang tidak pelit. Karena dibanding-bandingkan, MT langsung memarahi penutur yang tidak bisa memahami keadaan orang tuanya.)

Cuplikan Tuturan 64

P : “Kowe ra sekolah?” MT: “Ora bu, loro weteng.” P : “Anak kok bandel, nakal, kurangajar!!!” (E6)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur baru saja pulang dari pasar. Sesampai di rumah, penutur mendapat laporan dari nenek MT bahwa MT membolos dari sekolah. Penutur langsung menghampiri MT yang berada di meja makan hendak mengambil makan. Penutur langsung memarahi MT yang bandel tidak mau sekolah. Mendengar tuturan penutur, MT tidak jadi mengambil makanan, tetapi justru membanting piring yang dipegangnya. Tanpa membalas tuturan penutur, MT langsung pergi meninggalkan penutur dengan kesal. Sebenarnya MT izin pulang dari sekolah karena sakit, tetapi ia belum sempat menjelaskan kepada penutur, penutur sudah marah dahulu.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa transkrip tuturan lisan tidak

santun. Berikut adalah wujud ketidaksantunan linguistik dari cuplikan tuturan di

atas.

Tuturan E4 : “Halah, ibu ki pelit tenan, ra koyo bapak.” (Halah, ibu itu pelit sekali, tidak seperti bapak.)

Tuturan E6 : “Anak kok bandel, nakal, kurangajar!!!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

133

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E4 : Penutur berbicara dengan sinis. Penutur menyindir MT dengan

membandingkan MT dengan ayahnya. Penutur berbicara dengan orang tua.

Penutur tadinya masih bersabar menjadi marah.

Tuturan E6 : Penutur berbicara dengan suara keras Penutur berbicara dengan

berkacak pinggang. Penutur berbicara menggunakan kata-kata kasar.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E4 : tuturan dikatakan dengan intonasi berita, partikel halah, nada

tutur sedang, tekanan keras pada kata pelit, dan diksi bahasa nonstandar dengan

menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan E6 : tuturan dikatakan dengan intonasi seru, partikel kok, nada tutur

tinggi, tekanan keras pada kata bandel, nakal, kurangajar, dan diksi bahasa

nonstandar dengan menggunakan kata umpatan bandel, nakal, kurangajar.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E4 : Tuturan terjadi ketika penutur sedang memainkan mainannya.

MT sedang membersihkan rumah. Penutur merasa mainannya kurang, ia

meminta mainan baru kepada MT. MT menyuruh penutur untuk bersabar

karena MT belum memiliki uang lebih untuk membelikan mainan baru untuk

penutur. Penutur justru menanggapi nasihat MT dengan marah. Penutur

membanding-bandingkan MT dengan ayahnya yang tidak pelit. Karena

dibanding-bandingkan, MT langsung memarahi penutur yang tidak bisa

memahami keadaan orang tuanya. Tuturan terjadi dalam suasana santai.

Tuturan terjadi di rumah pada sore hari. Penutur laki-laki berusia 11 tahun. MT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

134

perempuan berusia 37 tahun. MT adalah ibu dari penutur. Tujuan dari penutur

adalah marah kepada MT karena tidak dibelikan mainan. Tindak verbal yang

terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi yang terjadi adalah MT

langsung memarahi penutur yang tidak mau mengerti keadaan orang tuanya.

Tuturan E6 : Tuturan terjadi ketika penutur baru saja pulang dari pasar.

Sesampai di rumah, penutur mendapat laporan dari nenek MT bahwa MT

membolos dari sekolah. Penutur langsung menghampiri MT yang berada di

meja makan hendak mengambil makan. Penutur langsung memarahi MT yang

bandel tidak mau sekolah. Mendengar tuturan penutur, MT tidak jadi

mengambil makanan, tetapi justru membanting piring yang dipegangnya.

Tanpa membalas tuturan penutur, MT langsung pergi meninggalkan penutur

dengan kesal. Sebenarnya MT izin pulang dari sekolah karena sakit, tetapi ia

belum sempat menjelaskan kepada penutur, penutur sudah marah dahulu

Tuturan terjadi dalam suasana tegang. Tuturan terjadi di rumah pada sore hari.

Penutur perempuan berusia 40 tahun. MT laki-laki berusia 13 tahun. MT

adalah anak dari penutur. Tujuan dari penutur adalah memarahi MT yang bolos

sekolah. Tindak verbal yang terjadi adalah tindak verbal ekspresif. Tindak

perlokusi yang terjadi adalah MT tidak membalas perkataan itu, tetapi

membanting piring yang sedang dipegangnya lalu pergi sampai larut malam.

5) Maksud Ketidaksantunan

Tuturan E4 : penutur bermaksud protes kepada mitra tutur yang tidak

membelikannya mainan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

135

Tuturan E6 : penutur bermaksud mengungkapkan kekesalannya kepada

mitra tutur yang tidak berangkat sekolah.

4.3 Pembahasan

Data yang telah dianalisis pada bagian sebelumnya akan dibahas secara

mendalam pada subbab ini. Secara berurutan, data akan dibahas berdasarkan

kategori ketidaksantunan berbahasa dan subkategaori ketidaksantunan berbahasa.

Berikut pembahasan dari penelitian ini.

4.3.1 Melanggar norma

Locher dan Watts (2008) berpandangan bahwa perilaku tidak santun adalah

perilaku yang secara normatif dianggap negatif (negatively marked behavior),

lantaran melanggar norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Juga

mereka menegaskan bahwa ketidaksantunan merupakan peranti untuk

menegosiasikan hubungan antarsesama (a means to negotiate meaning). Locher

dan Watts lebih menitikberatkan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan

oleh penutur yang secara normatif dianggap negatif, karena dianggap melanggar

norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau keluarga tertentu.

Tuturan lisan tidak santun yang melanggar norma sesuai dengan pandangan

Locher dan Watts dikategorikan dalam dua subkategori. Subkategori menolak dan

menentang dalam kategori ini hanya menimbulkan efek tersinggung pada si mitra

tutur yang biasanya membuat mitra tutur hanya terdiam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

136

4.3.1.1 Subkategori Menolak

Tuturan A1 : “Halah, mbok mengko ah, Bu.” (Halah, nanti ah, Bu.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur disuruh oleh MT untuk belajar karena sudah waktunya belajar. Penutur sedang menonton TV di ruang tengah. Aturan belajar di rumah adalah pukul 20.00 WIB.)

Tuturan A1 yang secara linguistik berwujud “Halah, mbok mengko ah,

Bu.” dikatakan penutur dengan ketus dan tidak melihat ke penutur. Tuturan

tersebut dikatakan kepada mitra tutur yang lebih tua darinya. Tuturan tersebut

menunjukkan bahwa penutur tidak menaati peraturan di rumah. Dari cara-cara

tersebut dapat dilihat bahwa penutur bersikap tidak sopan kepada mitra tutur.

Tuturan tersebut menggunakan diksi bahasa nonstandar dengan menggunakan

bahasa Jawa dan kata fatis halah dan ah yang berfungsi untuk menegaskan

tuturan. Bahasa Jawa tersebut menjadi ciri kedaerahan masyarakat Jawa yang

dalam komunikasi kesehariannya menggunakan bahasa Jawa. Penutur berbicara

dengan nada sedang, bertekanan lunak pada kata mengko, dan berintonasi berita

yang ditunjukkan dengan pola intonasinya yang datar-turun.

Penutur mengatakan tuturan dalam konteks tuturan yang melibatkan situasi

yang melingkupi tuturan. Tuturan tersebut dikatakan oleh penutur laki-laki berusia

15 tahun yang masih duduk dibangku SMA kepada mitra tutur perempuan yang

berusai 56 tahun. Tuturan terjadi ketika penutur sedang menonton televisi. Mitra

tutur yang melihat jam telah menunjukkan pukul 20.00 WIB sebagai jam belajar

keluarga menyuruh penutur untuk belajar. Penutur pun sudah mengetahui adanya

aturan jam belajar tersebut. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai.

Penutur yang masih ingin menonton televisi pun menolak suruhan mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

137

Tuturan dikatakan penutur untuk menanggapi dengan kesal tuturan mitra

tutur yang menyuruh penutur belajar yang terjadi pada malam hari ketika mitra

tutur tengah asyik menonton televisi di ruang tengah. Tindak verbal dari tuturan

A1 ini adalah ekspresif. Penutur mengekspresikan penolakannya terhadap

perintah mitra tutur yang menyuruhnya untuk belajar. Karena tersinggung atas

tuturan penutur, tindak perlokusi yang ditunjukkan mitra tutur hanya diam, mitra

tutur tidak merespon tuturan penutur lagi. Konteks di atas memperjelas akan

situasi terjadinya tuturan yang tidak santun.

Dilihat dari konteks tuturan tersebutlah, tuturan A1 termasuk dalam

subkategori menolak. Penutur menolak untuk untuk belajar sesuai aturan yang

telah disepakati keluarga. Tetapi sebenarnya, penutur ketika mengutarakan tuturan

A1 bermaksud menunda belajar karena ia masih ingin menonton televisi,

meskipun ia tahu waktu telah menunjukkan pukul 20.00 WIB dan memasuki jam

belajar keluarga. Tuturannya menyiratkan suatu penundaan terhadap aktivitas

belajar yang telah menjadi jadwal rutin atau kesepakatan dalam keluarga.

4.3.1.2 Subkategori Menentang

Tuturan A3 : “Bentar lagi ya, Bu, wong masih jam segini kok!”

(Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang berada di ruang keluarga. Penutur sedang menonton televisi. MT menyuruh penutur untuk belajar karena sudah pukul 20.00 WIB, waktu belajar keluarga.)

Tuturan A4 : “Halah, ora sinau, aku yo iso kok.” (Halah, gak belajar, aku bisa kok.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di ruang keluarga sedang menonton televisi. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, waktu belajar yang sudah ditetapkan dalam keluarga. MT menyuruh penutur untuk belajar dulu. Penutur merasa dirinya sudah pandai, oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

138

karenanya ia tidak mau belajar. Penutur menjawab dengan kesal karena merasa dirinya diatur-atur.)

Tuturan A3 yang secara berwujud “Bentar lagi ya, Bu, wong masih jam

segini kok!” dan tuturan A4 yang berwujud “Halah, ora sinau, aku yo iso kok.”

dikatakan oleh penutur dengan ketus tanpa melihat ke arah mitra tutur. Kedua hal

tersebut menunjukkan ketidaksopanan penutur kepada mitra tutur. Apalagi

penutur sedang berbicara dengan mitra tutur yang lebih tua darinya yang tidak lain

adalah ibunya. Penutur telah melakukan kesalahan dengan tidak menaati peraturan

yang telah disepakati dalam keluarga, tetapi ketika mendapat teguran dari mitra

tutur, justru cara yang menyinggung mitra tuturlah yang digunakan penutur untuk

menjawab teguran mitra tutur. Tuturan tersbebut dikatakan dengan sinis, yaitu

tuturan A3 dan A4. Sikap sinis itu menambah kesan tidak santun dari penutur.

Diksi yang digunakan dalam kedua tuturan tersebut adalah bahasa

nonstandar. Tuturan A4 menggunakan bahasa nonstandar dengan bahasa Jawa

sebagai dialek masyarakat Jawa dalam interaksi sehari-hari. Sedangkan, tuturan

A3 menggunakan bahasa Indonesia yang di dalamnya terdapat bahasa nonstandar

kata tidak baku bentar, masih, dan segini. Selain kata tidak baku, dalam tuturan

A3 juga terselip istilah bahasa Jawa wong yang dalam bahasa Indonesia berarti

‘orang’, tetapi ‘orang’ di sini tidak sesuai digunakan dalam kalimat bahasa

Indonesia. Kemudian, dalam tuturan A3 terdapat penggunaan kata fatis ya, kok,

wong yang semakin memberi penekanan dalam tuturan tersebut. Sedangkan,

dalam tutran A4 terdapat penggunaan kata fatis halah, yo, kok dalam bahasa jawa.

Tuturan A3 dikatakan dengan nada sedang, bertekanan lunak pada kata bentar,

dan berintonasi berita dengan pola intonasi datar-turun. Tuturan A4 dikatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

139

dengan nada rendah, bertekanan lunak pada kata iso, dan berintonasi berita

dengan pola yang sama dengan tuturan A3. Aspek nada, seperti yang dikatakan

oleh Pranowo (2009) menunjukkan suasanan hati penutur. Nada tutur ini menjadi

indikasi adanya ketidaksantunan penutur ketika menanggapi atau berbicara

dengan mitra tutur. Nada tutur rendah untuk menandai tuturan tidak santun

menunjukkan bahwa penutur tidak menghargai mitra tutur. Dengan nada tutur

rendah tersebut, sebenarnya mitra tutur tidak berniat menanggapi mitra tutur, atau

menanggapi mitra tutur hanya dengan kata-kata sekenanya. Kemudian, nada tutur

sedang digunakan oleh penutur untuk menangggapi secara santai tuturan penutur,

tetapi tetap ditekankan bahwa tanggapannya tersebut menyinggung mitra tutur.

Dalam membahas ketidaksantunan sebuah tuturan, sangat perlu dilibatkan

konteks yang melingkupi tuturan tersebut. Tuturan A3 dituturkan penutur laki-laki

berusia 15 tahun kepada mitra tutur perempuan berusia 37 tahun. Mitra tutur yang

berprofesi sebagai pedagang adalah ibu dari penutur. Tuturan A4 dikatakan oleh

penutur laki-laki berusia 13 tahun kepada mitra tutur perempuan berusia 40 tahun.

Mitra tutur tersebut adalah ibu dari penutur. Dilihat dari usia dan jenis kelamin,

kedua tuturan tersebut dikatakan oleh penutur laki-laki yang masih berusia

belasan tahun kepada mitra tutur perempuan yang tidak lain adalah ibu penutur.

Ketidaksantunan sangat berpotensi dikatakan oleh seorang laki-laki dengan usia

belasan tahun. Hal itu karena psikis si penutur dalam tahap perkembangan di

mana si penutur sedang mencari jati diri dan sangat mudah terpengaruh. Sangat

terutama, penutur dalam usia demikian sangat ingin mendapatkan kebebasan yang

lepas dari aturan, sehingga mereka tidak menyukai adanya aturan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

140

mengekang mereka. Itulah mengapa penutur mengatakan tuturan tidak santunnya

untuk melawan aturan yang mengekangnya.

Tuturan A3 dan A4 terjadi dalam situasi dan topik yang sama. Kedua

tuturan tersebut terjadi ketika penutur sedang menonton televisi. Mitra tutur yang

melihat jam telah menunjukkan pukul 20.00 WIB sebagai jam belajar keluarga

menyuruh penutur untuk belajar. Penutur pun sudah mengetahui adanya aturan

jam belajar tersebut. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur

tuturan A3 yang masih ingin menonton televisi pun menolak suruhan mitra tutur.

Sedangkan, penutur tuturan A4 menentang suruhan mitra tutur karena merasa ia

sudah pandai, sehingga tanpa belajar pun ia bisa. Kedua tuturan tersebut memiliki

tujuan yang hampir sama. Tuturan A3 dikatakan penutur untuk menanggapi mitra

tutur yang menyuruhnya belajar. Tuturan A4 yang terjadi pada malam hari ketika

penutur tengah menonton televisi pula dikatakan penutur untuk menanggapi mitra

tutur yang menyuruhnya belajar, sementara penutur merasa dirinya bisa tanpa

belajar. Tuturan A3 terjadi pada pukul 20.10 WIB, tanggal 6 Mei 2013, ketika

penutur tengah menonton televisi di ruang keluarga. Tuturan A3 bertindak verbal

komisif. Penutur menjanjikan hendak belajar nanti karena ia masih ingin

menonton televisi. Menanggapi tuturan penutur, tindak perlokusi mitra tutur

dengan kesal pergi meninggalkan penutur. Tuturan A4 adalah bentuk tindak

verbal representatif. Penutur menentang perintah mitra tutur yang menyuruhnya

belajar. Hal itu ia lakukan karena penutur masih ingin menonton televisi.

Kemudian, mitra tutur menunjukkan tindak perlokusi yang hanya diam dan

meninggalkan penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

141

Dilihat dari konteks tersebutlah, maka tuturan A3 dan A4 masuk dalam

subkategori menentang. Hal itu karena penutur menentang apa yang diperintahkan

oleh mitra tutur. Tetapi ada maksud tersendiri dari penutur ketika mengatakan

tuturannya. Penutur yang mengutarakan A3 pun melakukan penundaan terhadap

hal yang sama, yaitu penundaan aktivitas belajar dengan alasan yang sama pula.

Pada tuturan A4, penutur mengungkapkan kekesalannya terhadap mitra tutur yang

mengingatkannya untuk belajar. Penutur adalah orang yang merasa dirinya pandai

walau tanpa belajar.

4.3.2 Mengancam Muka Sepihak

Terkourafi (2008) memandang ketidaksantunansebagai, ‘impoliteness

occurs when the expression used is not conventionalized relative to the context of

occurrence; it threatens the addressee’s face but no face-threatening intention is

attributed to the speaker by the hearer.’ Jadi, perilaku berbahasa dalam

pandangannya akan dikatakan tidak santun bilamana mitra tutur (addressee)

merasakan ancaman terhadap kehilangan muka (face threaten), dan penutur

(speaker) tidak mendapatkan maksud ancaman muka itu dari mitra tuturnya.

Terkourafi lebih menitikberatkan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan

tuturan oleh penutur yang memiliki maksud mengancam muka sepihak mitra

tuturnya, tetapi di sisi lain penutur tidak menyadari bahwa perkataannya

menyinggung mitra tutur. Tuturan lisan yang tidak santun dalam kategori ini

terbagi dalam lima subkategori. Tuturan lisan tidak santun dalam subkategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

142

kesal, memerintah, menyindir, memperingatkan, dan mengancam dalam kategori

ini menimbulkan efek tersinggung pada si mitra tutur tanpa disadari oleh penutur.

4.3.2.1 Subkategori Kesal

Tuturan B1 : “Opo. Wong kowe ngentekke wedang e kung kok.” (Apa. Kamu menghabiskan minum kung kok.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur sedang membersihkan kandang burung peliharaannya. MT sedang bermain dengan temannya. MT meminta dibuatkan susu. Sebelumnya, MT sudah menghabiskan minuman penutur. Penutur mengatakan tuturannya sambil asyik memandikan burung peliharaannya tanpa melihat MT. MT merasa penutur memarahi dirinya karena sudah menghabiskan minuman penutur. Penutur tidak menyadari bahwa tuturannya membuat MT menangis.) Tuturan B2 : “Sayur e endi, Bu? Emoh mangan aku nek gak enek sayur

e.” (Sayurnya mana, Bu? Tidak mau makan aku kalau tidak ada sayurnya.)

(Konteks tuturan: tuturan terjadi ketika penutur baru pulang dari sekolah. MT sedang menyapu lantai rumah. Penutur hendak makan, lalu ia membuka tudung saji, tetapi tidak menemukan sayur. Penutur tidak mau makan jika tidak ada sayur. Tanpa melihat pada MT, penutur pergi begitu saja tanpa mempedulikan MT yang merasa bersalah tidak memasak sayur untuk penutur. Tuturan terjadi dalam suasana serius.)

Tuturan B1 yang berwujud “Opo. Wong kowe ngentekke wedang e kung

kok.” dikatakan oleh penutur tanpa melihat ke mitra tutur. Penutur justru tidak

merasa telah menyinggung mitra tutur dan membuat mitra tutur menangis.

Tuturan B2 yang berwujud “Sayur e endi bu? Emoh mangan aku nek gak enek

sayur e.” dikatakan penutur kepada orang yang lebih tua dengan sikap sinis tanpa

melihat ke mitra tutur. Penutur yang tidak merasa telah menyinggung mitra tutur

tidak mempedulikan akibat dari tuturannya. Dengan cara-cara demikian, penutur

telah menunjukkan sikap yang tidak menghargai mitra tutur. Aspek segmental

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

143

dalam tuturan menjadi penanda linguistik dalam sebuah tuturan yang tidak santun.

Diksi yang digunakan dalam kedua tuturan tersebut adalah bahasa nonstandar

dengan menggunakan bahasa Jawa. Kata fatis kok dalam tuturan B1 mendapat

tugas mempertegas tuturan tidak santun si penutur. Aspek suprasegmental pun

ikut berperan penting dalam tuturan lisan. Tuturan B1 dikatakan oleh penutur

dengan nada sedang, bertekanan lunak pada frasa kowe ngentekke, dan berintonasi

berita dengan pola intonasi datar-turun; tuturan B2 dikatakan oleh penutur dengan

nada tinggi, bertekanan keras pada frasa sayur e endi, dan berintonasi tanya

dengan pola intonasi datar-turun pula.

Jika aspek segmental dan suprasegmental berperan menjadi penanda

linguistik, aspek konteks menduduki perannya sebagai penanda pragmatik dalam

tuturan lisan tidak santun. Konteks tersebut melingkupi sebuah tuturan, hal itu

sejalan dengan teori konteks menurut Leech (1983) dalam Wijana (1996:10−13).

Pada tuturan B1, tuturan dikatakan oleh penutur laki-laki berusia 60 tahun kepada

mitra tutur laki-laki yang berusia 3 tahun. Mitra tutur adalah cucu dari penutur.

tuturan B2 dikatakan oleh penutur laki-laki yang berusia berusia 11 tahun kepada

mitra tutur perempuan berusia 37 tahun. Mitra tutur adalah ibu dari penutur.

Dengan kedekatan ikatan kekeluargaan tersebut memungkinkan terjadinya kontak

tidak santun antara penutur dan mitra tutur. Hal itu karena dipengaruhi oleh

tingkat keakbaran penutur dan mitra tutur yang sangat dekat.

Dilihat dari situasinya, tuturan B1 terjadi dalam keadaan santai ketika

penutur sedang membersihkan kandang burung peliharaannya. Mitra tutur yang

bermain dengan temannya tiba-tiba merengek meminta dibuatkan susu. Penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

144

yang kesal karena minumannya telah dihabiskan mitra tutur pun menanggapi

mitra tutur dengan tuturannya yang membuat mitra tutur menangis. Namun,

penutur tidak menyadari tuturan yang terkesan memarahi mitra tutur tersebut telah

mengancam muka mitra tutur. Penutur masih saja asyik memandikan burung

peliharaannya tanpa mempedulikan mitra tuturnya. Sedangkan, tuturan B2 terjadi

dalam suasana serius karena penutur baru pulang dari sekolah dalam keadaan

lelah. Saat itu, mitra tutur sedang menyapu lantai rumah. Penutur yang hendak

makan membuka tudung saji, tetapi tidak menemukan sayur. Penutur yang sangat

menyukai sayur-sayuran tidak mau makan jika tidak ada sayur. Tanpa melihat

kepada mitra tutur, penutur pergi begitu saja sambil mengujarkan tuturannya

tanpa mempedulikan mitra tutur yang merasa bersalah tidak memasak sayur untuk

penutur.

Tuturan B1 terjadi di halaman rumah pada pukul 17.00 WIB, tanggal 10

April 2013, ketika penutur sedang membersihkan kadang burung peliharaannya.

Penutur untuk menanggapi dengan kesal permintaan mitra tutur yang minta

dibuatkan susu. Tuturan B2 yang terjadi di rumah pada siang hari bertujuan untuk

menanyakan sayur yang seharusnya sudah tersedia di meja makan. Kedua tuturan

tersebut merupakan bentuk tindak verbal ekspresif. Tuturan B1, penutur

mengekspresikan kekesalan kepada mitra tutur yang telah menghabiskan

minumannya. Tindak perlokusi dari mitra tutur langsung menangis dan berlari ke

pelukan ibunya. Penutur juga mengekspresikan kekesalannya kepada mitra tutur

dengan mengatakan tuturan B2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

145

Tuturan yang merupakan bentuk uangkapan kekesalan penutur termasuk

dalam subkategori kesal, di mana penutur merasa kesal dengan suatu hal yang

berkaitan dengan mitra tutur. Penutur menyiratkan maksud kekesalannya dalam

tuturan B1 kepada mitra tutur yang telah menghabiskan minumannya, tetapi mitra

tutur justru menanyakan di mana minuman penutur yang diminumnya itu kepada

penutur sendiri. Sedangkan, penutur menyampaikan tuturan B2 sebenarnya

memiliki maksud untuk memberi protes kepada mitra tutur yang tidak lain adalah

ibunya. Protesnya adalah tentang tidak tersedianya sayur di meja makan ketika

penutur hendak makan. Protesnya tersebut menunjukkan ketidaksantunan seorang

anak kepada ibunya.

4.3.2.2 Subkategori Memerintah

Tuturan B3 : “Wes, nek wes takon gek lungo!” (Sudah, kalau sudah tanya langsung pergi!)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang menerima tamu di ruang tamu. MT datang lalu ikut bertanya-tanya kepada tamu penutur. Karena merasa MT tidak memiliki kepentingan terhadap tamunya, penutur menyuruh MT pergi. MT langsung meninggalkan penutur bersama tamunya karena tersinggung dengan tuturan penutur.)

Tuturan B3 yang berwujud “Wes, nek wes takon gek lungo!” dikatakan

penutur tanpa melihat kepada mitra tutur yang lebih tua darinya. Penutur tidak

mempedulikan MT yang tersinggung karena tuturannya. Tuturan dikatakan

dengan intonasi perintah yang berpola intonasi datar-tinggi, nada tutur sedang,

dan bertekanan keras pada frasa gek lungo. Diksi yang digunakan adalah bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

146

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa yang merupakan dialek khas

masyarakat jawa.

Tuturan B3 dikatakan oleh penutur perempuan berusia 40 tahun kepada

mitra tutur perempuan yang berusia 62 tahun. Mitra tutur adalah ibu dari penutur.

Tuturan B3 terjadi dalam suasana santai ketika penutur sedang menerima tamu di

ruang tamu. Mitra datang lalu ikut bertanya-tanya kepada mitra tutur. Karena

merasa mitra tutur tidak memiliki kepentingan terhadap tamunya, penutur

menyuruh mitra tutur pergi. Dengan tuturan penutur yang telah mengancam

secara sepihak, mitra tutur langsung meninggalkan penutur bersama tamunya

karena tersinggung dengan tuturan penutur. Tuturan B3 dikatakan penutur untuk

menyuruh mitra tutur pergi setelah bertanya-tanya pada tamu penutur. Tuturan B3

terjadi di rumah pukul 18.00 WIB, tanggal 20 April 2013, ketika penutur sedang

menerima tamu. Tuturan B3 adalah bentuk tindak verbal direktif. Penutur

memberi perintah kepada mitra tutur untuk segera pergi setelah mengajukan

pertanyaan kepada tamu penutur. Tindak perlokusi dari mitra tutur pun langsung

pergi meninggalkan penutur dan tamunya.

Dilihat dari aspek konteks tuturan itulah, tuturan B3 termasuk dalam

subkategori memerintah. Penutur memerintah mitra tutur untuk segera pergi.

Diakui oleh penutur bahwa tuturannya tersebut sebenarnya memiliki maksud

untuk mengusir mitra tutur. Penutur mengutarakan tuturan B3 sebagai bentuk

pengusiran halus kepada mitra tutur. Tuturan B3 memberi isyarat ketidaksukaan

penutur akan kedatangan mitra tutur yang ikut bergabung dengan penutur yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

147

sedang berbincang-bincang dengan tamunya. Dengan maksud demikian, sangatah

jelas bahwa penutur bersikap tidak santun kepada mitra tutr.

4.3.2.3 Subkategori Menyindir

Tuturan B4 : “Haduh, Mbaknya nih sibuk banget sih, mbok sini lho!” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT sedang membuat minum untuk penutur. MT berada di dapur, sementara penutur berada di ruang tamu. Jarak dapur dengan ruang tamu tidak terlalu jauh, sehingga penutur dapat berbicara dengan nada sedang. Penutur mengatakan tuturan hanya dengan maksud bercanda. MT merasa dirinya disindir karena terlalu sibuk padahal sedang ada tamu.) Tuturan B9 : “Kowe nitip helm eneng pajakke lho. Wani bayar piro

sebulan?” (Kamu nitip helm ada pajaknya lho. Berani bayar berapa sebulan?)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang berada di teras rumah. MT baru saja datang, tetapi hendak pergi lagi. MT menitipkan helmnya kepada penutur karena ia merasa tidak perlu memakai helm. Penutur mengatakan tuturan dengan maksud bercanda. Penutur tidak tahu bahwa tuturan sudah menyinggung MT. MT merasa tidak boleh menitipkan helmnya kepada penutur.)

Tuturan B4 yang berwujud “Haduh, Mbaknya nih sibuk banget sih, mbok

sini lho!” dikatakan penutur ketika mitra tutur tengah sibuk. Penutur tidak

menyadari bahwa mitra tutur tersinggung karena tuturannya itu. Tuturan B9

berwujud “Kowe nitip helm eneng pajakke lho. Wani bayar piro sebulan?”

Dalam tuturan B9, penutur tidak merasa bersalah dengan tuturannya tentang

penitipan helm kepadanya ada pajaknya. Sebenarnya, penutur hanya bercanda,

tetapi tuturannya yang dikatakan dengan sinis itu telah membuat mitra tutur tidak

jadi menitipkan helm kepadanya. Mitra tutur merasa bahwa penutur tidak mau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

148

disibukkan dengan adanya helm yang dititipkan kepadanya. Penutur pun bersikap

santai tanpa merasa bersalah dengan situasi tersebut.

Adanya pemilihan kata yang tepat diperuntukkan sebagai penegas

ketidaksantunan tuturan. Tuturan B4 dikatakan dengan diksi bahasa nonstandar

dengan menggunakan kata tidak baku mbaknya dan banget; terdapat pula

penggunaan istilah bahasa Jawa mbok. Penutur dalam tuturan B9 menggunakan

bahasa nonstandar dengan bahasa Jawa untuk menegaskan tuturannya. Pemilihan

kata tersebut menunjukkan pula ragam dialek yang digunakan penutur. Kedua

tuturan tersebut terdapat kata fatis lho dan sih yang bertugas untuk menekankan

kepastian penutur terhadap suatu hal. Tuturan B4 dikatakan penutur dengan nada

tutur sedang, bertekanan keras pada frasa sibuk banget sih, dan berintonasi

perintah dengan pola intonasi datar-tinggi. Tuturan tersebut tercetus dengan nada

tutur sedang, bertekanan keras pada kata piro, dan berintonasi tanya dengan pola

intonasi datar-turun. Adanya nada, tekanan, dan intonasi tersebut mempengaruhi

pula tingkat ketidaksantunan tuturan seseorang.

Penutur dan mitra tutur adalah aspek pertama dalam suatu pertuturan.

Tuturan B4 dikatakan oleh penutur perempuan yang berusia 23 tahun kepada

mitra tutur perempuan berusia 19 tahun. Tuturan B9 dikatakan oleh penutur

perempuan berusia 28 tahun kepada mitra tutur perempuan berusia 24 tahun.

Mitra tutur tersebut adalah adik sepupu penutur. Tuturan B4 tejadi dalam suasana

santai ketika penutur datang bertamu ke rumah mitra tutur. Saat itu, mitra tutur

sedang membuat minum untuk penutur. Mitra tutur berada di dapur, sementara

penutur berada di ruang tamu. Jarak dapur dengan ruang tamu tidak terlalu jauh,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

149

sehingga penutur dapat berbicara dengan nada sedang. Penutur mengatakan

tuturan hanya dengan maksud bercanda. Mitra tutur merasa dirinya disindir

karena terlalu sibuk padahal sedang ada tamu. Kemudian, tuturan B9 terjadi

dalam suasana santai ketika penutur berada di teras rumahnya. Mitra tutur baru

saja datang, tetapi hendak pergi lagi. Kemudian, mitra tutur bermaksud

menitipkan helmnya kepada penutur karena ia merasa tidak perlu memakai helm.

Penutur mengatakan tuturan dengan maksud bercanda. Penutur justru tidak tahu

bahwa tuturannya telah menyinggung mitra tutur. Mitra tutur tersinggung dan

merasa tidak diperbolehkan menitipkan helmnya kepada penutur.

Tuturan B4 yang terjadi di rumah pukul 18.00 WIB, tanggal 22 April 2013

dikatakan penutur untuk menyuruh mitra tutur ikut berbincang-bincang bersama.

Tuturan B9 yang terjadi pada sore hari ketika penutur sedang duduk santai di teras

rumahnya dikatakan penutur untuk menanggapi permintaan mitra tutur yang

hendak menitipkan helmnya. Tuturan B4 adalah bentuk tindak verbal direktif, di

mana penutur memberi suruhan kepada mitra tutur. Mitra tutur yang tersinggung

dengan tuturan penutur buru-buru menyelesaikan pekerjaan dan bergabung

dengan penutur dan anggota keluarga yang lain. Bentuk tindak verbal ekspresif

dapat dilihat pada tuturan B9. Penutur mengekspresikan pendapatnya yang

terkesan mengejek mitra tuturnya. Penutur seolah-olah tidak mau menerima

titipan helm mitra tutur, walau hanya sebentar. Tindak perlokusi dari mitra tutur

adalah langsung pergi dengan memakai kembali helmnya.

Dari aspek konteks itulah dapat ditentukan bahwa tuturan B4 dan B9

termasuk dalam subkategori menyindir, karena mitra tutur merasa penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

150

menyindir dirinya, tetapi tidak disadari oleh penutur. Namun, dalam tuturan B4,

sebenarnya penutur hanya berbasa-basi kepada mitra tutur yang tengah

membuatkan minum untuk penutur. Sedangkan tuturan B9, maksud yang

sebenarnya dari penutur adalah bercanda. Penutur hanya bercanda dengan

ejekannya tentang pajak penitipan helm kepada mitra tutur yang hendak

menitipkan helmnya kepada penutur. Hanya bercanda memang, tetapi tuturan

seorang penutur yang bercanda sekalipun dapat menjadi tidak santun jika itu

hingga menyinggung mitra tutur.

4.3.2.4 Subkategori Memperingatkan

Tuturan B7 : “Loh, itu kan tanggung jawabmu, itu tugasmu.” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT baru pulang dari kampus dan penutur berada di dapur. MT mengeluhkan tentang tugas kuliahnya yang semakin banyak. Penutur menanggapi keluhan MT tanpa melihat ke MT. MT tersinggung dengan tuturan penutur yang tidak menanggapi dengan baik keluhannya. Penutur tidak merasa menyinggung karena menurutnya itu memang sudah menjadi tanggung jawab MT.) Tuturan B8 : “Lah, yo kuwi ngge pengeling-eling nek Maghrib ki kudu

mandek!” (Lah, ya itu untuk pengingat kalau Maghrib harus berhenti!)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang bercengkrama di halaman rumah penutur. MT menceritakan bahwa kemarin sore ia jatuh dari motor sekitar waktu Maghrib. Penutur menanggapi tuturan MT dengan maksud mengingatkan. MT justru tersindir dengan tuturan penutur.)

Tuturan B7 yang berwujud “Loh, itu kan tanggung jawabmu, itu tugasmu.”

dikatakan oleh penutur dengan sinis tanpa melihat kepada mitra tutur. Bahkan,

penutur tidak merasa telah menyinggung perasaan mitra tuturnya. Tuturan B8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

151

yang berwujud “Lah, yo kuwi ngge pengeling-eling nek maghrib ki kudu

mandek!” dikatakan penutur dengan santai tanpa melihat kepada mitra tutur.

Penutur juga tidak menyadari bahwa tuturan tersebut telah menyinggung mitra

tutur. Dengan cara-cara tersebut, tuturan penutur dinilai tidak santun karena

dikatakan dengan sikap yang dianggap tidak sopan.

Kesan tidak santun tersebut diperkuat dengan adanya keterlibatan unsur

segmental dan suprasegmental yang menjadi penanda linguistik dalam sebuah

tuturan lisan. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh

penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Pilihan

kata merupakan salah satu penentu kesantunan dalam bahasa lisan maupun dalam

bahasa tulis, seperti yang dikatakan oleh Pranowo (2009:77). Tuturan B7

menggunakan diksi bahasa nonstandar dalam bahasa Indonesia, sedangkan tuturan

B8 menggunakan diksi bahasa nonstandar dengan bahasa Jawa. Kata fatis lho dan

lah dalam tuturan tersebut memegang tugas sebagai penegas sebuah tuturan.

Unsur suprasegmental mencakup aspek nada, tekanan, dan intonasi pengutaraan

sebuah tuturan. Tuturan B7 dan B8 dikatakan oleh penutur dengan nada tutur

sedang. Tekanan keras dalam tuturan B7 terletak pada frasa tanggung jawabmu,

sedangkan pada tuturan B8 terletak pada kata mandek. Kedua tuturan tersebut

berintonasi berita dengan pola intonasi datar-turun. Intonasi dalam sebuah tuturan

dapat mencirikan latar belakang budayanya.

Leech (1983) dalam Wijana (1996:10−13) memaparkan adanya konteks

yang mengikuti setiap tuturan. Penutur tuturan B7 adalah seorang perempuan

berusia 25 tahun. Mitra tuturnya adalah seorang laki-laki berusia 20 tahun. Mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

152

tutur adalah adik penutur. Tuturan B8 dikatakan oleh penutur perempuan berusia

45 tahun kepada mitra tutur perempuan berusia 40 tahun. Tuturan B7 terjadi

dalam suasana serius ketika mitra tutur baru pulang dari kampus dan menemui

penutur yang berada di dapur. Mitra tutur lalu mengeluhkan tentang tugas

kuliahnya yang semakin banyak. Penutur menanggapi keluhan mitra tutur tanpa

melihat ke mitra tutur. Mitra tutur tersinggung dengan tuturan penutur yang tidak

menanggapi dengan baik keluhannya. Penutur tidak merasa menyinggung karena

menurutnya itu memang sudah menjadi tanggung jawab mitra tutur. Sedangkan

tuturan B8 terjadi dalam suasana santai. Penutur dan mitra tutur sedang

bercengkrama di halaman rumah penutur. Mitra tutur menceritakan bahwa

kemarin sore ia jatuh dari motor sekitar waktu Maghrib. Penutur menanggapi

tuturan mitra tutur dengan maksud mengingatkan. Mitra tutur justru tersindir

dengan tuturan penutur.

Tuturan B7 yang terjadi pada siang hari ketika penutur sedang mengerjakan

sesuatu di dapur rumahnya dikatakan penutur untuk menangapi keluhan mitra

tutur tentang tugas kuliahnya. Tuturan B8 yang terjadi di halaman rumah pada

sore hari dikatakan penutur untuk mengingatkan MT agar tidak melakukan

aktivitas ketika Maghrib. Tuturan B7 dan B8 adalah bentuk tindak verbal

representatif. Dalam tuturan B7, penutur menegaskan kepada penutur akan tugas

kuliah yang memang sudah menjadi tanggung jawab mitra tutur. Tindak perlokusi

dari penutur adalah pergi meninggalkan penutur yang menurutnya tidak

menanggapi dengan baik keluhannya tentang tugas kuliah yang semakin berat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

153

Penutur tuturan B8 juga menegaskan akan hal-hal yang tidak baik dilakukan

ketika Maghrib. Mitra tutur lalu mengalihkan pembicaraan ke topik lain.

Kedua tuturan tersebut memanglah sangat cocok digolongkan dalam

subkategori memperingatkan, karena maksud yang dimiliki penutur pun untuk

memperingatkan. Penutur yang menyatakan tuturan B7 bermaksud

memperingatkan mitra tutur untuk tidak mengeluh akan tugas-tugasnya. Hal itu

dikarenakan tugas-tugas kuliahnya adalah tanggung jawab yang harus

diselesaikan. Kemudian, penutur memberi peringatan pula kepada mitra tutur

yang tersirat dalam tuturan B8. Kali ini, penutur mengingatkan mitra tutur untuk

berhenti berkendara jika Maghrib tiba. Hal itu dikatakan oleh penutur karena

mitra tutur bercerita bahwa dirinya jatuh dari motor ketika waktu Maghrib.

4.3.2.5 Subkategori Mengancam

Tuturan B10 : “Awas nek kowe reneh meneh, tak jiwit kowe. Utang lho kowe!” (Awas kalau kamu ke sini lagi, aku jiwit kamu. Hutang lho kamu!)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang berada di teras rumah. MT hendak pulang ke rumahnya bersama ibunya. MT berpamitan kepada penutur. Penutur mengatakan tuturannya dengan maksud bercanda, tetapi seperti mengancam. MT merasa diancam hendak dicubit jika datang lagi ke rumah penutur.)

Tuturan yang berwujud “Awas nek kowe reneh meneh, tak jiwit kowe.

Utang lho kowe!” memberi ancaman hendak mencubit mitra tutur jika datang lagi

kepada penutur. Tuturan itu dikatakan dengan suara keras. Ancaman tersebut

sebenarnya hanya bercanda. Tetapi, mendapat ancaman demikian, mitra tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

154

langsung menangis dan berlari ke pelukan ibunya. Penutur pun tidak merasa

bersalah telah membuat mitra tutur menangis. Penutur masih saja bersikap santai

setelah memberi ancaman demikian.

Ciri-ciri kedaerahan dalam bahasa nonstandar cenderung memberi ciri

tersendiri dalam tuturan tidak santun keluarga yang profesinya erat dengan pasar

dan bagian dari masyarakat pengguna bahasa Jawa. Bahasa nonstandar itulah

yang dipilih oleh penutur dalam tuturan B10. Kemudian, kata fatis lho pun terlibat

dalam tuturan tersebut, dimana kata fatis tersebut bertugas untuk menekankan

kepastian penutur yang hendak mencubit mitra tutur. Kemudian nada, tekanan,

intonasi pun terlibat dalam ciri tuturan tidak santun. Tuturan B10 dikatakan

dengan nada tutur tinggi, bertekanan keras pada frasa tak jiwit kowe, dan

berintonasi seru dengan pola intonasi tinggi-datar.

Dalam teori Leech, tersebutlah aspek konteks yang melingkupi sebuah

tuturan mempengaruhi santun dan tidak santunnya sebuah tuturan. Penutur tuturan

B10 adalah perempuan berusia 70 tahun. Mitra tuturnya laki-laki berusia 7 tahun.

Mitra tutur adalah cucu dari penutur. Dilihat dari hubungan keakraban penutur

dan mitra tutur yang memiliki hubungan kekeluargaan yang sangat dekat, suatu

tuturan tidak santun berkemungkinan besar dapat terjadi. Tuturan B10 terjadi

dalam suasana santai ketika penutur berada di teras rumahnya. Mitra tutur yang

hendak pulang ke rumahnya bersama ibunya berpamitan kepada penutur. Penutur

mengatakan tuturan hendak mencubit mitra tutur jika kembali ke rumahnya lagi

dengan maksud bercanda, tetapi seperti mengancam. Tuturan B10 yang pada sore

hari ketika penutur sedang berada di teras rumahnya dikatakan penutur untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

155

mengancam mitra tutur agar tidak datang lagi ke rumah penutur. Tuturan B10

adalah bentuk tindak verbal komisif. Penutur mengancam mitra tutur hendak

mencubitnya jika datang ke rumah penutur lagi. Tindak perlokusi dari mitra tutur

adalah langsung mengadukan ancaman penutur kepada ibunya.

Dari segi konteks tersebut, dapat dilihat bahwa tuturan B10 termasuk dalam

subkategori mengancam. Tetapi, penutur hanya bercanda dengan tuturannya yang

terkesan mengancam mitra tuturnya. Penutur mengancam hendak mencubit mitra

tutur jika datang lagi kepadanya. Diakui oleh penutur, sebenarnya ancaman

tersebut hanyalah bercanda, tidak benar-benar hendak mencubit mitra tutur.

4.3.3 Melecehkan Muka

Miriam A Locher (2008) menunjukkan ciri lain dari ketidaksantunan.

Locher berpendapat bahwa ketidaksantunan dalam berbahasa dapat dipahami

sebagai berikut, ‘…behaviour that is face-aggravating in a particular context.’

Intinya, ketidaksantunan berbahasa itu menunjuk pada perilaku ‘melecehkan’

muka (face-aggravate). Perilaku melecehkan muka itu sesungguhnya lebih dari

sekadar ‘mengancam’ muka (face-threaten), seperti yang ditawarkan dalam

banyak definisi kesantunan klasik Leech (1983), Brown and Levinson (1987),

atau sebelumnya pada tahun 1978, yang cenderung dipengaruhi konsep muka

Erving Goffman (cf. Rahardi, 2009). Dalam kategori ini, penutur memiliki

maksud menyinggung perasaan mitra tutur dengan melecehkan muka atau

memain-mainkan muka. Tuturan lisan tidak santun yang melecehkan muka

tersebut terbagi dalam enam subkategori, yaitu subkategori kesal, menyindir,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

156

mengejek, menentang, menolak, dan memperingatkan. Yang membedakan

keenam subkategori dalam kategori melecehkan muka dengan kategori lain adalah

efek ditimbulkan dari tuturan tidak santun itu sendiri.

4.3.3.1 Subkategori Kesal

Tuturan C9 : “Ganti to pak, aku ki ra seneng bal!!!” (Ganti sih, Pak, aku tidak suka bola!!!)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT berada di ruang keluarga sedang menonton televisi. MT menonton acara pertandingan sepak bola. Penutur yang baru keluar dari kamar hendak menonton televisi pula. Penutur tidak menyukai acara pertandingan bola. Penutur kesal ketika mendapati MT justru menonton bola. Penutur menyuruh MT mengganti chanel TV ke acara yang lain. Penutur berbicara dengan keras, padahal jarak MT dengan penutur hanya 2 meter.) Tuturan C22 : “Dasar bakul iwak, digoleki nengdi-nengdi ra ketemu,

jedule neng kene.” (Dasar penjual ikan, dicari kemana-mana tidak ketemu, ternyata di sini.)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sudah berkeliling mencari MT. MT sedang mengambil barang di tempat lain. Penutur hendak mengambil pesanannya. Penutur dan MT bertemu di dekat tanggayang cukup jauh jaraknya dengan lapak MT.)

Tuturan C9 yang berwujud “Ganti to pak, aku ki ra seneng bal!!!”

dikatakan penutur ketus dan bersuara keras, padahal itu dikatakannya kepada

orang yang lebih tua. Tuturan C22 yang berwujud “Dasar bakul iwak, digoleki

nengdi-nengdi ra ketemu, jedule neng kene.” dikatakan penutur dengan ketus

pula. Tuturan tersebut memberi suatu ejekan yang membawa-bawa profesi mitra

tutur sebagai pedagang ikan. Kedua tuturan tersebut membuat mitra tutur

tersinggung. Apalagi kedua tuturan tersebut dikatakan dengan diksi bahasa

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa. Hal itu memang sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

157

masyarakat Jawa, interaksi sosial dengan menggunakan bahasa Jawa

menunjukkan identitas kedaerahannya yang sangat kental. Tuturan C9 dikatakan

dengan nada tutur tinggi, bertekanan keras pada kata ganti, dan berintonasi

perintah dengan pola intonasi datar-tinggi. Tuturan C21 dikatakan dengan nada

tutur sedang, bertekanan keras pada frasa dasar bakul iwak, dan berintonasi berita

yang ditandai dengan pola intonasi datar-turun. Nada, tekanan, dan intonasi dalam

sebuah tuturan menjadi penentu pula dalam ketidaksantunan sebuah tuturan. Hal

itu karena, ketiga aspek tersebut mengikuti suasana hati penutur.

Leech (1983) dalam Wijana (1996:10−13) memaparkan adanya konteks

yang mengikuti setiap tuturan. Konteks tersebut menjadi penanda pragmatik

dalam menentukan tuturan yang tidak santun. Tuturan C9 dikatakan oleh penutur

laki-laki yang berusia 23 tahun kepada mitra tutur laki-laki berusia 50 tahun.

Mitra tutur tersebut adalah bapak penutur. Tuturan C21 dikatakan oleh penutur

perempuan berusia 48 tahun kepada mitra tutur perempuan berusia 35 tahun.

Tuturan C9 terjadi dalam suasana santai, ketika mitra tutur berada di ruang

keluarga sedang menonton televisi. Saat itu, mitra tutur menonton acara

pertandingan sepak bola. Penutur yang baru keluar dari kamar hendak menonton

televisi pula. Penutur tidak menyukai acara pertandingan bola. Penutur yang ingin

menonton televisi kesal ketika mendapati mitra tutur justru menonton bola.

Penutur menyuruh mitra tutur mengganti chanel televisi ke acara yang lain.

Penutur berbicara dengan keras, padahal jarak mitra tutur dengan penutur hanya 2

meter. Tuturan C22 terjadi dalam suasana santai pula. Penutur yang ingin

menemui mitra tutur sudah berkeliling mencari mitra tutur. Ternyata, mitra tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

158

sedang mengambil barang di tempat lain. Penutur hendak mengambil pesanannya.

Akhirnya, penutur dan mitra tutur bertemu di dekat tanggayang cukup jauh

jaraknya dengan lapak mitra tutur.

Tuturan C9 yang terjadi rumah pada malam hari dikatakan oleh penutur

menyuruh mitra tutur mengganti chanel televisi, karena chanel yang sedang

ditonton oleh mitra tutur tidak disukai oleh penutur. Tuturan C22 yang terjadi di

pasar pukul 14.00 WIB, tanggal 21Mei 2013 dikatakan penutur untuk

mengungkapkan kekesalan karena sudah mencari mitra tutur kemana-mana.

Sebuah tuturan adalah bentuk dari aktivitas tindak verbal. Tuturan C9 adalah

bentuk tindak verbal direktif, di mana penutur memberi perintah kepada mitra

tutur. Mendapat perintah demikian, mitra tutur tidak langsung mengganti chanel

televisi yang dimaksud oleh penutur, tetapi tidak lama kemudian mitra tutur

mengganti chanel dan meninggalkan penutur menonton sendirian. Sedangkan

tuturan C22 adalah bentuk tindak verbal ekspresif, penutur mengekspresikan

kekesalannya kepada mitra tutur yang sulit untuk ditemuinya. Ketika bertemu

penutur, mitra tutur langsung saja mengajak penutur ke lapak dagangannya.

Kedua tuturan tersebut termasuk dalam subkategori kesal karena dilihat dari

aspek wujud dan konteksnya, tuturan tersebut merupakan sebuah ungkapan

kekesalan penutur terhadap mitra tutur. Perlu pula diperhatikan, dalam sebuah

tuturan terdapat maksud dalam hanya dimiliki oleh penutur. Maksud yang tersirat

dalam tuturan C9 memanglah sebuah maksud memerintah. Sangat jelas bahwa

penutur memberi perintah kepada mitra tuturnya untuk mengganti chanel TV

karena penutur tidak menyukai acara TV yang sedang ditonton oleh mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

159

Sementara tuturan C22 adalah bentuk kekesalan penutur terhadap mitra tutur yang

sulit untuk ditemuinya padahal telah mencarinya kemana-mana.

4.3.3.2 Subkategori Menyindir

Tuturan C3 : “Wong ra sekolah kok njaluk susu.” (Tidak sekolah kok minta susu.)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur berada di halaman rumah bersama seorang ibu, tetangga rumahnya. MT bersama dengan temannya bermain di halaman rumah. Penutur menanggapi permintaan MT. MT merengek minta susu. MT tidak mau berangkat ke sekolah jika belum dibuatkan susu. Penutur menyindir MT agar sekolah terlebih dahulu, setelah itu baru meminta susu.) Tuturan C6 : “Heh, flashdisc-mu tu banyak banget virusnya, gudang

virus ya?” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT berada di dalam kamarnya dalam keadaan pintu terbuka. Penutur juga berada di kamarnya. Kamar penutur dan MT bersebelahan. Sebelumnya, penutur meminjam flashdisc MT untuk memindahan data kuliahnya yang hendak dikumpulkan kepada dosennya. Penutur meminjam flashdisc MT karena miliknya sedang dipinjam oleh temannya. Tanpa menyebutkan nama MT, penutur meneriaki MT dalam kamarnya. MT yang merasa sudah berbaik hati meminjamkan flashdisc-nya kepada penutur tersinggung dengan tuturan penutur.)

Tuturan C3 yang berwujud “Wong ra sekolah kok njaluk susu.” dikatakan

dengan sinis tanpa melihat kepada mitra tutur, tetapi penutur bersikap santai.

Penutur menyinggung mitra tutur dengan sindirannya. Tuturan C6 yang berwujud

“Heh, flashdisc-mu tu banyak banget virusnya, gudang virus ya?”dikatakan

penutur sinis pula, bahkan dengan suara yang bervolume keras. Bukannya

berterima kasih telah diberi pinjaman flashdisc, penutur justru menyinggung mitra

tutur. Kedua tuturan tersebut menggunakan diksi bahasa nonstandar. Bedanya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

160

tuturan C3 menggunakan bahasa nonstandar dengan bahasa Jawa, sedangkan C6

dengan bahasa Indonesia yang melibatkan kata tidak baku yaitu tu dan banget

yang semestinya itu dan sekali. Kata fatis kok, wong, dan heh dalam tuturan

tersebut bertugas untuk memberi penegasan akan kesan tidak santun pada tuturan

tersebut. Kemudian, aspek suprasegmental, yaitu nada, tekanan, dan intonasi pun

ikut andil sebagai penanda linguistik dalam tuturan lisan. Tuturan C3 dikatakan

dengan nada tutura rendah, bertekanan lunak pada frasa njaluk susu, dan

berintonasi berita dengan pola intonasi datar-turun. Sedangkan, tuturan C6

dikatakan dengan nada tutur tinggi, bertekanan keras pada frasa banyak banget,

dan berintonasi tanya dengan pola intonasi datar-turun.

Aspek konteks yang melingkupi sebuah tuturan memegang peran penting

pula dalam penentuan santun tidaknya sebuah tuturan. Bahkan, dapat dikatakan

santun tidaknya sebuah tuturan tergantung pada konteksnya. Tuturan C3

dikatakan oleh penutur perempuan, seorang nenek berusia 55 tahun kepada

cucunya laki-laki berusia 3 tahun sebagai mitra tuturnya. Tuturan C6 dikatakan

oleh penutur perempuan berusia 22 tahun kepada mitra tutur perempuan yang

seusia dengannya. Mitra tutur tersebut adalah kembaran penutur. Tuturan C3

terjadi dalam suasana santai ketika penutur berada di halaman rumah bersama

seorang ibu, tetangga rumahnya. Mitra tutur bersama dengan temannya bermain di

halaman rumah. Mitra tutur kemudian merengek minta susu. Mitra tutur yang

semestinya ikut ke sekolah sore tidak mau berangkat ke sekolah jika belum

dibuatkan susu. Penutur menyindir mitra tutur agar sekolah terlebih dahulu,

setelah itu baru meminta susu. Tuturan C6 terjadi dalam suasana santai. Mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

161

tutur berada di dalam kamarnya dalam keadaan pintu terbuka. Penutur juga berada

di kamarnya yang bersebelahan dengan kamar mitra tutur. Sebelumnya, penutur

meminjam flashdisc mitra tutur untuk memindahkan data kuliahnya yang hendak

dikumpulkan kepada dosennya. Penutur meminjam flashdisc mitra tutur karena

miliknya sedang dipinjam oleh temannya. Tanpa menyebutkan nama mitra tutur,

penutur meneriaki mitra tutur dalam kamarnya dengan mengatakan bahwa

flashdisc mitra tutur seperti gudang virus. Mitra tutur yang merasa sudah berbaik

hati meminjamkan flashdisc-nya kepada penutur tersinggung dengan tuturan

penutur.

Tuturan C3 yang terjadi di halaman rumah, pukul 17.00 WIB, tanggal 10

April 2013 dikatakan penutur untuk menanggapi mitra tutur sebagai cucunya yang

minta dibuatkan susu. Tuturan C6 yang terjadi di rumah pukul 09.00 WIB,

tanggal 23 April 2013, ketika penutur hendak mengembalikan flashdisc mitra

tutur dikatakan oleh penutur untuk memberi tahu mitra tutur bahwa flashdisc

mitra tutur banyak virus. Kedua tuturan tersebut adalah bentuk tindak verbal

ekspresif. Penutur C3 mengekspresikan tanggapannya akan permintaan mitra

tutur. Meski telah disindir oleh penutur, mitra tutur tetap meronta-ronta meminta

dibuatkan susu. Sedangkan dalam tuturan C6, penutur mengekspresikan

kekesalannya memlaui sindiran kepada mitra tutur dengan mengatakan bahwa

flashdisc yang ia pinjam dari mitra tutur seperti gudang virus. Mitra tutur pun

menunjukkan tindak perlokusinya dengan langsung meminta flashdisc untuk

dikembalikan kepadanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

162

Dengan adanya kesan sindiran, tuturan tersebut termasuk dalam subkategori

menyindir. Meskipun berupa sindiran, tuturan C3 diakui oleh penutur hanya

bermaksud untuk mengomentari permintaan mitra tutur. Dengan komentar itu, ia

berharap mitra tutur mau berangkat ke sekolah sore yang tidak jauh dari

rumahnya, bukan merengek meminta susu. Tuturan C6 berisi tentang ejekan

penutur akan flashdisc mitra tutur yang terdapat banyak virus di dalamnya, seperti

gudang virus. Penutur mengatakan tuturan yang berupa sindiran tersebut agar

mitra tutur membersihkan flashdisc-nya dari virus.

4.3.3.3 Subkategori Mengejek

Tuturan C7 : “Opo, kowe ki arep ngopo?” (Apa, kamu itu mau apa?) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur berada di tokonya sedang menyusun barang dagangannya. MT datang hendak membeli kerupuk. MT bertanya tentang harga kerupuk yang ia inginkan. Bukannya menjawab pertanyaan MT, penutur justru menanyakan hal yang lain. Penutur mengganggap MT tidak terlalu penting untuk dilayani.) Tuturan C19 : “Zaman koyo ngene kok ra nduwe HP.” (Zaman seperti ini

kok tidak punya HP.) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur baru datang ke rumah MT. MT sedang duduk di kursi di teras rumahnya. Penutur meminta nomor HP MT agar mudah untuk dihubungi. Karena MT tidak terlalu bisa menggunakan HP dan merasa tidak terlalu membutuhkannya, MT tidak memiliki HP. Penutur yang usianya jauh lebih muda dari mengejek MT yang tidak memiliki HP di zaman serba teknologi.)

Tuturan C7 yang berwujud “Opo, kowe ki arep ngopo?” dikatakan penutur

dengan sinis, tetapi penutur tetap bersikap santai. Penutur tidak menghargai mitra

tutur sebagai pembeli. Hal itu membuat mitra tutur tersinggung. Tuturan C19

yang berwujud “Zaman koyo ngene kok ra nduwe HP.” dikatakan penutur

dengan santai kepada orang yang lebih tua. Mitra tutur tersinggung dengan tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

163

penutur yang mengejek dirinya. Ketersinggungan mitra tutur ditambah pula

dengan keterlibatan aspek segmental dan suprasegmental tuturan tersebut. Kedua

tuturan tersebut dikatakan dengan diksi bahasa nonstandar dengan menggunakan

bahasa Jawa yang merupakan dialek keseharian dalam masyarakat Jawa. Kata

fatis kok dalam tuturan C19 mempertegas penekanan ejekan penutur. Nada tutur

seseorang berkenaan dengan suasana hatinya, seperti yang dikatakan Pranowo

(2009). Nada tutur kedua tuturan tersebut adalah sedang, di mana hati penutur

sebenarnya dalam situasi tenang, tetapi tuturannya justru menyinggung mitra

tuturnya. Tuturan C7 dikatakan dengan tekanan lunak pada kata opo dan

berintonasi tanya yang ditandai dengan pola intonasi datar-turun. Tuturan C19

dikatakan dengan tekanan lunak pada frasa ra nduwe dan berintonasi berita

dengan pola intonasi datar-turun.

Berkaitan dengan konteks, Leech (1983) dalam Wijana (1996:10−13)

memaparkan adanya lima aspek yang mengikuti sebuah tuturan, yaitu penutur

dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tutur, tuturan sebagai bentuk tindakan,

dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Tuturan C7 dikatakan oleh penutur

laki-laki berusia yang 48 tahun kepada mitra tutur perempuan berusia 28 tahun.

Mitra tutur adalah tetangga penutur. Tuturan C19 dituturkan oleh penutur laki-laki

berusia 20 tahun kepada mitra tutur perempuan berusia 55 tahun. Mitra tutur

tersebut adalah bibi penutur. Dari kedua tuturan tersebut, antara penutur dan mitra

tutur terdapat kedekatan yang cukup baik. Hal itu memungkinkan bentuk

kebahasaan penutur mampu melecehkan mitra tuturnya karena kedekatan itu,

penutur tidak terbebani untuk menanggapi mitra tutur secara tidak santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

164

Tuturan C7 terjadi dalam suasana santai ketika penutur berada di tokonya

sedang menyusun barang dagangannya. Kemudian, mitra tutur datang hendak

membeli kerupuk. Mitra tutur bertanya tentang harga kerupuk yang ia inginkan.

Bukannya menjawab pertanyaan mitra tutur, penutur justru menanyakan hal yang

lain. Penutur mengganggap mitra tutur tidak terlalu penting untuk dilayani.

Tuturan C19 terjadi dalam suasana santai ketika penutur datang ke rumah mitra

tutur. Mitra tutur sedang duduk di kursi di teras rumahnya. Penutur menghampiri

mitra tutur dan meminta nomor HP mitra tutur agar mudah untuk dihubungi.

Karena mitra tutur tidak terlalu bisa menggunakan HP dan merasa tidak terlalu

membutuhkannya, mitra tutur tidak memiliki HP. Penutur yang usianya jauh lebih

muda dari mitra tutur mengejek mitra tutur yang tidak memiliki HP di zaman

serba teknologi.

Tuturan C7 yang terjadi di toko pukul 09.00 WIB, tanggal 25 April 2013

dikatakan penutur untuk menanggapi menanggapi yang datang hendak membeli

kerupuk. Tuturan C19 yang terjadi di depan rumah pukul 16.00 WIB, tanggal 21

Mei 2013, ketika penutur baru datang ke rumah mitra tutur dikatakan oleh penutur

untuk menanggapi mitra tutur yang mengaku tidak memiliki HP. Kedua tuturan

tersebut menunjukkan tindak verbal ekspresif. Di mana pada tuturan C7, penutur

mengekspresikan tanggapannya kepada mitra tutur yang memberi kesan ejekan.

Sebagai tindak perlokusi, mitra tutur yang hendak membeli kerupuk langsung

pergi dan tidak jadi membeli kerupuk. Pada tuturan C19, penutur

mengekspresikan keheranannya terhadap mitra tutur yang tidak memiliki HP di

zaman sekarang. Tuturan penutur justru terkesan seperti ejekan kepada mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

165

tutur. Tindak perlokusi dari mitra tutur hanya diam dengan tanggapan penutur

yang mengejeknya.

Ditinjau dari wujud dan konteks dalam tuturan tersebut, makna mengejek

melekat pada kedua tuturan tersebut. Itulah mengapa kedua tuturan tersebut

digolongkan dalam subkategori mengejek. Dibalik makna yang dipersepsi melalu

tuturan, etrdapat maksud tersendiri yang dimiliki oleh penutur. Tuturan C7 yang

berupa ejekan juga hanya memiliki maksud untuk berbasa-basi. Penutur bertanya

kepada mitra tutur, tetapi pertanyaan tersebut terkesan ejekan yang melecehkan

mitra tutur. Tuturan yang bernar-benar mengejek terdapat pada tuturan C19.

Penutur mengejek mitra tutur yang tidak memiliki HP, padahal zaman sudah

sangat modern. Ejekan tersebut ditujukan penutur kepada mitra tutur yang sudah

cukup tua usianya, yang notabene tidak terlalu membutuhkan barang berteknologi

tinggi tersebut. Kedua tuturan yang memiliki maksud berbeda itu membuat mitra

tutur merasa dilecehkan.

4.3.3.4 Subkategori Menentang

Tuturan C8 : “Yo, kono kowe wae, wong aku rung adus kok!” (Ya, sana kamu saja, aku belum mandi kok!)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT sedang berada di dapur. Penutur berada di ruang tamu sedang bermain HP ketika terdapat suara pintu yang diketuk. MT yang sedang sibuk menyuruh penutur untuk membukakan pintu untuk tamunya. Penutur tidak mau membukakan pintu karena penutur belum mandi. Penutur menyuruh MT yang sedang sibuk untuk membukakan pintu karena MT yang sudah tampak rapi.)

Tuturan yang berwujud “Yo, kono kowe wae, wong aku rung adus kok!”

dikatakan oleh penutur dengan ketus. Penutur yang berbicara dengan orang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

166

lebih tua justru menyuruh balik ke mitra tutur yang jelas-jelas tengah sibuk.

Tuturan tersebut membuat mitra tutur tersinggung. Pemilihan kata dengan bahasa

nonstandar dalam bahasa Jawa pun memberi kesan tersendiri dalam tuturan

tersebut. Penggunaan kata fatis yo, wong, dan kok menempati tugas sebagai

penegas tuturan. Tuturan tersebut dikatakan oleh penutur dengan nada tutur

rendah, bertekanan keras pada frasa kowe wae,dan berintonasi perintah yang

ditandai dengan pola intonasi datar-tinggi.

Konteks tuturan perlu pula diperhatikan untuk dapat menentukan santun

tidaknya sebuah tuturan. Tuturan C8 dikatakan oleh penutur laki-laki berusia 14

tahun kepada mitra tutur perempuan berusia 19 tahun. Mitra tutur tersebut adalah

saudara sepupu penutur. Dengan kedekatan demikian, sangat mungkin terjadi

interaksi yang tidak santun antara penutur dan mitra tutur. Tuturan tersebut terjadi

dalam keadaan santai, ketika mitra tutur sedang berada di dapur. Penutur yang

berada di ruang tamu sedang bermain HP ketika terdapat suara pintu yang

diketuk. Mitra tutur yang sedang sibuk menyuruh penutur untuk membukakan

pintu untuk tamunya. Penutur tidak mau membukakan pintu karena penutur

belum mandi. Penutur menyuruh mitra tutur yang sedang sibuk untuk

membukakan pintu karena mitra tutur yang sudah tampak rapi.

Tuturan yang terjadi di rumah pukul 18.00 WIB, tanggal 22 April 2013

dikatakan penutur untuk menanggapi dengan kesal tuturan mitra tutur yang

menyuruhnya membukakan pintu untuk tamu. Dilihat dari tujuannya, tuturan

tersebut adalah bentuk tindak verbal direktif, di mana penutur memberi suruhan

pula kepada mitra tutur. Tindak perlokusi yang terjadi adalah mitra tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

167

sendirilah yang akhirnya membuka pintu untuk tamu mereka yang baru datang.

Tuturan tersebut dapat digolongkan sebagai tuturan yang menentang karena

penutur memberi tentangan terhadap apa yang diperintahkan oleh mitra tutur.

Namun, sebenarnya penutur yang menyampaikan C8 berkeinginan untuk tidak

melakukan apa yang diperintahkan oleh mitra tutur. Hal itu dilakukan penutur

dengan mengelak bahwa ia belum mandi. Mengelak dengan beralasan belum

mandi itu ternyata menjadi senjata ampuh untuk memberi perintah balik ke mitra

tutur, karena akhirnya mitra tutur sendirilah yang membuka pintu.

4.3.3.5 Subkategori Menolak

Tuturan C11 : “Halah, ojo ojo, nang omah wae, jeh cilik!!!” (Halah, jangan jangan, di rumah saja, masih kecil!!!)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur berada di kamarnya dan bersiap-siap hendak pergi. MT datang ke kamar penutur meminta izin untuk ikut bersama penutur karena jika penutur pergi, MT hanya tinggal sendirian di rumah. Penutur tidak memperbolehkan MT ikut karena penutur menganggap MT masih kecil dan belum pantas ikut dengannya. MT meinggalkan penutur dengan kesal karena tidak dizinkan ikut.)

Tuturan yang berwujud “Halah, ojo ojo, nang omah wae, jeh cilik!!!”

dikatakan penutur dengan sinis dan bersuara keras. Penutur menyinggung mitra

tutur yang ingin ikut dengannya. Tuturan yang menyinggung tersebut tentulah

tidak santun. Diksi yang digunakan penutur adalah bahasa nonstandar dalam

bahasa Jawa. Dengan adanya kata fatis halah semakin menekankan kesan tidak

santun dalam tuturan tersebut. Tuturan tersebut dikatakan oleh penutur dengan

nada tutur tinggi, bertekanan keras pada frasa ojo-ojo, dan berintonasi perintah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

168

dengan pola intonasi datar-tinggi. Unsur nada, tekanan, dan intonasi tersebut

menandakan emosional si penutur dalam tuturan lisan.

Konteks sebuah tuturan yang mengikutinya pun ikut andil dalam penentuan

tingkat ketidaksantunan sebuah tuturan. Tuturan C11 dikatakan oleh penutur laki-

laki berusia 20 tahun kepada mitra tutur laki-laki yang merupakan adiknya berusia

14 tahun. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana santai ketika penutur berada di

kamarnya dan bersiap-siap hendak pergi. Mitra tutur datang ke kamar penutur

meminta izin untuk ikut bersama penutur karena jika penutur pergi, mitra tutur

hanya tinggal sendirian di rumah. Penutur justru tidak memperbolehkan mitra

tutur ikut karena penutur menganggap mitra tutur masih kecil dan belum pantas

ikut dengannya. Mitra tutur meninggalkan penutur dengan kesal karena tidak

dizinkan ikut.

Tuturan C11 yang terjadi pada malam hari ketika penutur berada di

kamarnya dan bersiap-siap hendak pergi dikatakan oleh penutur untuk

menanggapi mitra tutur dengan sinis permintaan mitra tutur yang ingin ikut

dengannya. Tuturan tersebut adalah bentuk tindak verbal direktif. Tuturan penutur

adalah bentuk penolakan penutur yang tidak mau mengajak mitra tutur ikut

bersamanya. Mitra tutur pun hanya diam dan tinggal di rumah sendirian, tidak jadi

ikut dengan penutur. Meskipun berupa penolakan, penutur yang menuturan

tuturan C11 mengaku tuturan tersebut memiliki maksud untuk melarang mitra

tutur agar tidak ikut pergi dengannya ada malam hari karena masih kecil. Keluar

pada malam hari bagi anak seusia mitra tutur adalah hal yang tidak baik menurut

penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

169

4.3.3.6 Subkategori Memperingatkan

Tuturan C14 : “Kuwi yo ra neng kono, opo-opo kok mung utah!!!” (Itu ya tidak di situ, apa-apa kok hanya tumpah!!!)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di toko penutur. MT membantu penutur menyusun barang dagangan penutur. Sebelumnya, MT sudah menumpahkan barang yang tidak sengaja disenggolnya. MT salah meletakkan barang yang hendak ia susun. Penutur mengingatkan MT untuk tidak meletakkan barang di tempat yang salah karena nanti bisa tumpah lagi.) Tuturan C21 : “Pokoknya jangan dikasih, nanti buat macem-macem,

wong masih SMP gitu udah minta yang macem-macem!” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT1 sedang berada di ruang keluarga bersama ibunya (MT2). MT1 meminta HP model terbaru kepada ibunya. Penutur yang berada di dalam kamar mendengar perbincangan MT1 dengan ibu. Penutur langsung keluar kamar dan menanggapi permintaan MT1 dengan sinis.)

Tuturan C14 yang berwujud “Kuwi yo ra neng kono, opo-opo kok mung

utah!!!” dan tuturan C21 yang berwujud “Pokoknya jangan dikasih, nanti buat

macem-macem, wong masih SMP gitu udah minta yang macem-macem!”

dikatakan oleh penutur dengan ketus dan sinis. Bahkan, pada tuturan C21

dikatakan dengan suara yang bervolume keras. Dengan cara demikian tentutalah

tuturan tersebut membuat mitra tutur tersinggung. dikatakan penutur. Unsur

segmental dan suprasegmental dalam sebuah tuturan memjadi penanda linguistik

dalam tuturan tidak santun. Diksi dalam kedua tuturan tersebut adalah bahasa

nonstandar. Tuturan C14 menggunakan bahasa Jawa sebagai identitas

kedaerahannya. Tuturan C21 menggunakan bahasa nonstandar dengan bahasa

Indonesia dan melibatkan kata tidak baku yaitu pokoknya, dikasih, buat, macem-

macem, masih, gitu, dan udah; penggunaan istilah bahasa Jawa wong. Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

170

tuturan C14 terdapat penggunaan kata fatis yo dan kok yang bertugas sebagai

penegas. Kedua tuturan tersebut dikatakan dengan intonasi perintah yang ditandai

dengan pola intonasi datar-tinggi. Nada tutur yang digunakan dalam tuturan C14

adalah nada sedang, tuturan C21 dengan nada tinggi. Tuturan C14 bertekanan

keras pada frasa neng kono, di mana penutur ingin menekankan akan bahwa

barang tersebut tidak untuk diletakkan di tempat tersebut. Tuturan C21

menggunakan tekanan pada kata jangan, hal itu menunjukkan bahasa penutur

memberi peringatan yang cukup keras kepada mitra tutur.

Konteks dalam sebuah tuturan akan berdampak pula pada penentuan santun

tidaknya sebuah tuturan. Tuturan C14 dikatakan oleh penutur perempuan berusia

46 tahun kepada laki-laki berusia 18 tahun. Mitra tutur adalah anak dari penutur.

Tuturan C21 dikatakan oleh penutur perempuan berusia 20 tahun kepada mitra

tutur 1laki-laki berusia 15 tahun. Dalam tuturan tersebut terlibat pula mitra tutur 2,

yaitu perempuan berusia 47 tahun. Mitra tutur 1 adalah adik dari penutur,

sedangkan mitra tutur 2 adalah ibu dari mitra tutur 1 dan penutur. Tuturan C14

terjadi dalam situasi serius ketika penutur dan mitra tutur berada di toko penutur.

Mitra tutur membantu penutur menyusun barang dagangan penutur. Sebelumnya,

mitra tutur sudah menumpahkan barang yang tidak sengaja disenggolnya. Mitra

tutur salah meletakkan barang yang hendak ia susun. Karena kecerobohan mitra

tutur itulah, penutur mengingatkan mitra tutur untuk tidak meletakkan barang di

tempat yang salah karena nanti bisa tumpah lagi. Tuturan C21terjadi juga dalam

situasi serius. Mitra tutur 1sedang berada di ruang keluarga bersama ibunya (mitra

tutur 2). Mitra tutur 1 meminta HP model terbaru kepada ibunya. Penutur yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

171

berada di dalam kamar mendengar perbincangan mitra tutur 1 dengan ibu. Penutur

langsung keluar kamar dan menanggapi permintaan mitra tutur 1 dengan sinis.

Tuturan C14 yang terjadi di toko pada siang hari pukul 12.30 WIB, tanggal

6 Mei 2013 dikatakan penutur untuk mitra tutur agar meletakkan barang pada

tempatnya. Tuturan C21 yang terjadi di rumah pada malam hari dikatakan penutur

untuk menanggapi permintaan mitra tutur 1 kepada mitra tutur 2. Kedua tuturan

tersebut merupakan bentuk tindak verbal direktif. Tindak perlokusi yang

ditimbulkan pada tuturan C14 adalah mitra tutur lalu meletakkan barang pada

tempatnya yang semestinya dengan berhati-hati. Sedangkan pada tuturan C21,

mitra tutur 1 langsung diam dan pergi ke kamarnya.

Dari konteks dan wujudnya, tampaklah bahwa tuturan tersebut mengandung

makna yang memberi peringatan kepada mitra tutur. Dari penentuan makna

tersebut, kedua tuturan tersebut dapat digolongkan dalam subkategori

memperingatkan. Perlu diperhatikan, bahwa setiap tuturan memiliki maksud yang

dalam hal ini hanya dimiliki oleh penutur. Maksud tidak dapat diinterpretasi

semata-mata melalui tuturannya. Tuturan C14 memang berupa tuturan yang

memperingatkan mitra tutur, tetapi sebenarnya diakui penutur tuturan tersebut

hanya semata-mata untuk mengomentari pekerjaan mitra tutur. Sedangkan dalam

tuturan C21, penutur memberi larangan kepada mitra tutur 2 untuk tidak

membelikan HP baru untuk mitra tutur 1. Hal itu ia katakan dengan alasan bahwa

anak sesuai mitra tutur 1 yang masih duduk di bangku SMP tidak membutuhkan

HP baru dengan teknologi tinggi. HP dengan teknologi tinggi hanya memberi

pengaruh buruk bagi mitra tutur 1 yang adalah adiknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

172

4.3.4 Menghilangkan Muka

Culpeper (2008) menerangkan pemahamannya tentang ketidaksantunan.

Pemahaman Culpeper tentang ketidaksantunan berbahasa adalah, ‘Impoliteness,

as I would define it, involves communicative behavior intending to cause the

“face loss” of a target or perceived by the target to be so.’ Dia memberikan

penekanan pada fakta ‘face loss’ atau ‘kehilangan muka’—kalau dalam bahasa

Jawa mungkin konsep itu dekat dengan konsep ‘kelangan rai’ (kehilangan muka).

Jadi ketidaksantunan (impoliteness) dalam berbahasa itu merupakan perilaku

komunikatif yang diperantikan secara intensional untuk membuat orang benar-

benar kehilangan muka (face loss), atau setidaknya orang tersebut ‘merasa’

kehilangan muka. Kehilangan muka dapatlah dicirikan dengan si mitra tutur

merasa dipermalukan oleh penutur. Tuturan lisan tidak santun yang terkategori

menghilangkan muka terklasifikasi dalam lima subkategori, yaitu subkategori

mengejek, memperingatkan, menyindir, kesal, dan meremehkan. Kelima

subkategori ini memiliki efek tersinggung dan malu pada si mitra tutur yang

ditimbulkan dari tuturan tidak santun si penutur.

4.3.4.1 Subkategori Mengejek

Tuturan D1 : “La yo mboh, mbok umurmu dewe kok tekok.” (Ya tidak tahu, umurmu sendiri kok tanya.)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang menerima tamu di teras rumah. Penutur duduk tidak jauh dari MT. MT bertanya tentang usianya. Penutur menjawab pertanyaan MT dengan seenaknya.) Tuturan D12 : “Wo la yo kuwi, suwi-suwi raine dadi rai gembus.” (Wah,

la ya itu, lama-lama mukanya jadi muka gembus.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

173

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur berada di warung makan miliknya. Di warung makan tersebut, MT datang hendak membeli makanan. Selain penutur dan MT, terdapat pula pembeli yang lain. MT lalu bercerita bahwa tadi pagi memasak tempe gembus, lalu sekarang hendak membeli lauk tempe gembus juga. Penutur bukannya menanggapi cerita dengan baik, tetapi justru mengejeknya.)

Tuturan D1 yang berwujud “La yo mboh, mbok umurmu dewe kok tekok.”

dikatakan dengan sinis tanpa melihat kepada mitra tutur. Penutur mengatakannya

di depan orang banyak sehingga membuat mitra tutur malu. Sedangkan, tuturan

D12 yang berwujud “Wo lah yo kuwi, suwi-suwi raine dadi rai gembus.”

dikatakan dengan ketus di depan orang lain. Penutur telah mempermalukan mitra

tutur dengan ejekannya itu. Kedua tuturan tersebut menggunakan diksi bahasa

nonstandar dalam bahasa Jawa. Bahasa Jawa sebagai identitas kedaerahan

masyarakat Jawa tentulah sangat dekat dengan penutur dan mitra tutur sebagai

bagian dari masyarakat Jawa. Dalam tuturan D1 terdapat kata fatis dalam istilah

Jawa, yaitu lah, yo, mbok, dan kok yang berfungsi sebagai penegasan. Kata fatis

lah dan yo juga terdapat dalam tuturan D12 yang menduduki tugas yang sama

dengan tuturan sebelumnya.

Aspek suprasegmental ikut andil dalam penuturan tidak santun seseorang.

Dalam tuturan lisan, nada, intonasi, dan tekanan sangat menentukan santun

tidaknya pemakaian bahasa seseorang. Hal tersebut juga dipengaruhi dengan latar

belakang budaya si penutur. Dalam hal ini, tuturan D1 bernada rendah, bertekanan

keras pada kata mboh, dan berintonasi berita dengan pola intonasi yang datar-

turun. Sedangkan, tuturan D12 bernada sedang, bertekanan keras pada kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

174

gembus, dan berintonasi berita dengan pola intonasi yang sama dengan tuturan

D1.

Sejalan dengan yang disampaika Leech (1983) dalam Wijana (1996:10−13),

di mana terdapat lima aspek yang mengikuti sebuah tuturan, yaitu penutur dan

lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tutur, tuturan sebagai bentuk tindakan, dan

tuturan sebagai produk tindak verbal. Dalam tuturan D1, penutur adalah

perempuan berusia 55 tahun kepada mitra tuur perempuan berusia 35 tahun. Mitra

tutur adalah anak dari penutur. Sedangkan, tuturan D12 dikatakan oleh oleh

penutur perempuan berusia 48 tahun kepada mitra tutur perempuan berusia 45

tahun. Mitra tutur adalah tetangga yang sangat dekat dengan penutur. dilihat dari

tingkat keakraban yang sangat dekat, tentulah sebuah tuturan tidak santun sangat

mungkin terjadi dalam interaksi kedua belah pihak. Tuturan D1 terjadi dalam

suasana santai. Penutur dan mitra tutur sedang menerima tamu di teras rumah.

Penutur duduk tidak jauh dari mitra tutur. Mitra tutur bertanya tentang usianya

kepada penutur. Penutur justru menjawab pertanyaan mitra tutur dengan

seenaknya. Tuturan D12 terjadi dalam suasana santai. Penutur memiliki warung

makan. Di warung makan tersebut, mitra tutur datang hendak membeli makanan.

Selain penutur dan mitra tutur, terdapat pula pembeli yang lain. Mitra tutur lalu

bercerita bahwa tadi pagi memasak tempe gembus, lalu sekarang hendak membeli

lauk tempe gembus juga. Penutur bukannya menanggapi cerita dengan baik, tetapi

justru mengejeknya.

Tuturan D1 yang terjadi di teras rumah pukul 17.00 WIB, tanggal 10 April

2013, ketika penutur sedang menerima tamu itu dikatakan penutur untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

175

menanggapi pertanyaan mitra tutur yang menanyakan berapa usianya. Tuturan

D12 yang terjadi di warung makan pada siang hari pukul 14.30 WIB, tanggal 13

Mei 2013, ketika penutur sedang melayani pembeli di warungnya itu dikatakan

oleh penutur untuk menanggapi cerita mitra tutur tentang makanan yang ia masak.

Kedua tuturan tersebut adalah bentuk tindak verbal ekspresif. Penutur

mengekspresikan ketidakinginannya menjawab pertanyaan mitra tutur akan usia

mitra tutur sendiri. Mitra tutur pun langsung menghitung sendiri usianya sebagai

tindak perlokusi atas tuturan penutur. Sedangkan, penutur dalam tuturan D12

mengekspresikan ejekannya kepada mitra tutur tentang ‘wajah gembus’. Tindak

perlokusi dari mitra tutur pun tidak jadi memilih lauk tempe gembus karena malu

telah diejek oleh penutur.

Kedua tuturan tersebut termasuk dalam subkategori mengejek tampak dalam

tuturannya. Tidak hanya itu, berdasarkan konteks situasi pun dapat dikondisikan

penutur yang mengejek mitra tuturnya. Namun, ada maksud lain yang dimiliki

oleh penutur dalam tuturannya. Dalam tuturan D1, penutur hanya menanggapi

mitra tutur yang menanyakan berapa umurnya mitra tutur sekarang. Menurut

penutur, umur sendiri mengapa harus ditanyakan kepadanya. Tanggapan penutur

justru seperti sebuah ejekan yang meremehkan mitra tutur. Sedangkan pada

tuturan D12, ejekannya kepada mitra tutur yang memiliki wajah seperti tempe

gembus karena selalu makan tempe gembus itu hanyalah bercanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

176

4.3.4.2 Subkategori Memperingatkan

Tuturan D3 : “Kamu tu harusnya lebih rajin, nilaimu tu malu-maluin!” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di ruang keluarga bersama anggota lainnya. Penutur duduk di sebelah MT. Penutur dan anggota keluarga sedang membicarakan tentang prestasi keluarga.) Tuturan D6 : “Wes, ojo kakean leh ngomong, ndak kewengen!” (Sudah,

jangan banyak bicara, nanti kemalaman.) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang menerima tamu di ruang tamu. MT datang untuk ikut berbincang-bincang dengan tamu penutur. Penutur menegur MT yang terlalu banyak bertanya kepada tamu penutur padahal malam semakin larut. Penutur menegur MT di depan tamu penutur.)

Tuturan D3 yang berwujud “Kamu tu harusnya lebih rajin, nilaimu tu malu-

maluin!” dikatakan dengan ketus di depan anggota keluarga yang lain tanpa

melihat ke mitra tutur. Tuturan D6 yang berwujud “Wes, ojo kakean leh

ngomong, ndak kewengen!” yang dikatakan dengan sinis kepada mitra tutur yang

lebih tua dari penutur membuat mitra tutur malu, karena dikatakan di depan tamu

penutur. Kedua tuturan tersebut dikatakan dengan menggunakan pilihan kata

bahasa nonstandar. Pilihan kata dalam tuturan D3 adalah bahasa nonstandar

dengan melibatkan kata tidak baku tu, harusnya, dan malu-maluin; tuturan D6

mengunakan bahasa Jawa yang sudah menjadi bahasa keseharian masyarakat

Jawa. Kemudian, nada, tekanan, dan intonasi juga ambil peran dalam penentuan

santun tidaknya sebuah tuturan. Tuturan D3 dikatakan penutur dengan nada

sedang, bertekanan keras pada malu-maluin, dan berintonasi seru dengan pola

intonasi yang lebih tinggi dari intonasi pada kalimat inversi. Sedangkan tuturan

D6 dikatakan penutur dengan nada sedang pula, bertekanan keras pada frasa ndak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

177

kewengen, dan berintonasi perintah dengan pola intonasi datar-tinggi. Intonasi

tersebut memiliki peran sebagai pembedaan maksud kalimat, seperti yang

dikatakan oleh Muslich, 2009:115−117.

Selanjutnya, teori konteks yang disampaikan oleh Leech (1983) dalam

Wijana (1996:10−13) mencakup lima aspek penting dalam tuturan. Kelima aspek

tersebut adalah penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tutur, tuturan

sebagai bentuk tindakan, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Tuturan D3

dikatakan oleh penutur perempuan berusia 22 tahun kepada mitra tutur laki-laki

berusia 15 tahun. Mitra tutur adalah adik dari penutur. Tuturan tersebut terjadi

dalam suasana santai. Penutur dan mitra tutur berada di ruang keluarga bersama

anggota lainnya. Penutur duduk di sebelah mitra tutur. Penutur dan anggota

keluarga sedang membicarakan tentang prestasi keluarga. Sedangkan, tuturan D6

yang terjadi di rumah pukul 19.00 WIB, tanggal 20 April 2013 dikatakan oleh

penutur perempuan berusia yang berusia 40 tahun kepada mitra tutur perempuan

berusia 62 tahun. Mitra tutur tersebut adalah ibu dari penutur. Tuturan tersebut

terjadi dalam suasana santai ketika penutur sedang menerima tamu di ruang tamu.

Tiba-tiba, mitra tutur datang dan ikut berbincang-bincang dengan tamu penutur.

Penutur menegur mitra tutur yang terlalu banyak bertanya kepada tamu penutur di

depan tamu penutur, padahal malam semakin larut.

Tuturan D3 yang terjadi pada malam hari ketika penutur dan anggota

keluarga lain sedang bercengkerama di ruang keluarga itu dikatakan oleh penutur

untuk menyindir mitra tutur yang nilainya tidak sebaik nilai kakak-kakaknya.

Sedangkan, tuturan D6 dikatakan penutur untuk menegur mitra tutur yang banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

178

bertanya kepada tamu penutur. Dengan tujuan demikian, kedua tuturan tersebut

bentuk tindak verbal direktif. Penutur dalam tuturan D3 menunjukka tindak verbal

direktif dengan memberi peringatan kepada mitra tutur agar lebih rajin belajar

karena nilai mitra tutur dinilai memalukan keluarga. Mitra tutur pun langsung

masuk kamar dengan raut muka malu sebagai tindak perlokusinya. Tuturan D6

adalah tuturan peringatan kepada mitra tutur yang tidak memahami waktu yang

semakin larut. Mendapat peringatan demikian, mitra tutur langsung meninggalkan

penutur dan tamunya.

Aspek nonlingual tersebut menguatkan kedua tuturan tersebut tergolong

dalam subkategori mengingatkan, di mana penutur memberi peringatan kepada

mitra tutur. Maksud memperingatkan jugalah yang disiratkan penutur dalam

tuturan D3. Penutur ini memperingatkan mitra tutur yang adalah adiknya untuk

belajar. Hal itu dikarenakan nilai-nilai mitra tutur mengecewakan, bahkan

mempermalukan keluarga. Lain halnya dengan tuturan D6. Sebenarnya, penutur

tidak menyukai kehadiran mitra tutur dan dalam tuturannya, penutur bermaksud

mengusir mitra tutur agar segera pulang ke rumahnya. Semua aspek tersebut

menekankan bahwa kedua tuturan tersebut benarlah tidak santun.

4.3.4.3 Subkategori Menyindir

Tuturan D15 : “Kowe ki saiki lemu, kok pede tenan ngengge klambi ukuran S koyo ngono.” (Kamu itu sekarang gemuk, kok pede sekali pakai baju ukuran S seperti itu.)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di kamar. Selain penutur dan MT, kakak MT juga berada di kamar tersebut. MT sedang mencoba baju yang baru dibelinya. MT bertanya kepada penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

179

apakah baju itu cocok dengannya. Penutur menjawab dengan sindirran karena penutur merasa baju itu tidak sesuai dengan badan MT yang sedikit lebih gemuk dari sebelumnya.) Tuturan D16 : “Heh, udah nambah belum itu tinggimu?” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang duduk di teras rumah. MT baru saja datang bersama adiknya, lalu menyapa penutur. Selain penutur, terdapat 2 anggota keluarga lain yang duduk di teras itu. Penutur tidak membalas sapaan MT, tetapi malah menyindir MT yang tidak terlalu tinggi.)

Tuturan D15 yang berwujud “Kowe ki saiki lemu, kok pede tenan ngengge

klambi ukuran S koyo ngono.” dikatakan penutur dengan ketus. Penutur telah

mengejek dan membuat mitra tutur malu. Sementara tuturan D16 yang berwujud

“Heh, udah nambah belum itu tinggimu?” dikatakan penutur dengan santai di

depan anggota keluarga lain. Penutur sebenarnya hanya bercanda, tetapi hal itu

justru membuat mitra tutur yang memang secara fisik tidak terlalu tinggi malu.

Diksi yang dipilih penutur dalam kedua tuturan adalah bahasa nonstandar.

Tuturan D15 menggunakan bahasa Jawa guna menunjukkan identitas

kedaerahannya. Sedangkan tuturan D16 melibatkan kata tidak baku udah dan

nambah yang dalam seharusnya sudah dan bertambah dalam pembakuannya.

Kata fatis kok dan heh juga terdapat dalam kedua tuturan tersebut. Kata fatis

tersebut semakin menegaskan kesan tidak santun yang ditimbulkan dari kedua

tuturan tersebut. Selanjutnya, aspek suprasegmental yang menyertai tuturan

tersebut juga menjadi penentu santun tidaknya tuturan. Tuturan D15 dikatakan

dengan nada tutur sedang, bertekanan lunak pada kata lemu,dan berintonasi berita

dengan pola intonasi datar-turun. Tuturan D16 dikatakan oleh penutur dengan

nada tutur yang sama dengan tuturan D15, bertekanan lunak pada kata nambah,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

180

dan berintonasi tanya dengan pola intonasi datar-turun. Tuturan yang bertekanan

lunak, kata yang ingin ditekankan oleh penutur dikatakan dengan arus udara yang

tidak kuat sehingga amplitudonya menyempit. Hal itu agar tidak terkesan terlalu

ekstrim, tetapi tidak juga mengurangi kesan tidak santun yang ditimbulkannya,

seperti dalam kedua tuturan tersebut.

Leech (1983) dalam Wijana (1996:10−13) mengemukakan adanya konteks

yang mengikuti sebuah tuturan. Konteks tersebut sangat berperan dalam

penentuan santun tidaknya sebuah tuturan. Tuturan D15 dikatakan oleh penutur

perempuan berusia 34 tahun kepada mitra tutur perempuan berusia 18 tahun.

Mitra tutur adalah keponakan dari penutur. Tuturan terakhir, yaitu tuturan D16

dikatakan oleh penutur perempuan berusia 34 tahun. MT perempuan berusia 21

tahun. MT adalah keponakan penutur. Kedua tuturan tersebut dikatakan oleh

seorang perempuan kepada mitra tuturnya yang usianya relatif lebih muda dari

penutur, ditambah dengan adanya kedekatan kekeluargaan. Penutur yang merasa

usianya lebih tua dibandingkan mitra tuturnya lebih memiliki kemungkinan besar

untuk berkata tidak santun. Terutama pula karena antara penutur dan mitra tutur

terdapat kedekatan yang cukup baik. Penutur dapat saja dengan mudahnya

mempermalukan mitra tutur, apalagi jika tuturannya dikatakan di depan orang

lain.

Tuturan D15 terjadi dalam suasana santai. Penutur dan mitra tutur berada di

kamar. Selain penutur dan mitra tutur, kakak mitra tutur juga berada di kamar

tersebut. Mitra tutur sedang mencoba baju yang baru dibelinya. Mitra tutur

bertanya kepada penutur apakah baju itu cocok dengannya. Penutur menjawab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

181

dengan sindiran karena penutur merasa baju itu tidak sesuai dengan badan mitra

tutur yang sedikit lebih gemuk dari sebelumnya. Tuturan D16 terjadi dalam

suasana santai ketika penutur sedang duduk di teras rumahnya. Mitra tutur baru

saja datang bersama adiknya, lalu menyapa penutur. Selain penutur, terdapat 2

anggota keluarga lain yang duduk di teras itu. Penutur tidak membalas sapaan

mitra tutur, tetapi malah menyindir mitra tutur yang tidak terlalu tinggi.

Tuturan D15 yang terjadi di rumah pukul 13.30 WIB, tanggal 23 Mei 2013,

ketika penutur dan mitra tutur berada di kamar hendak mencoba baju baru

dikatakan penutur untuk menanggapi pertanyaan mitra tutur tentang cocok

tidaknya baju yang sedang dicoba mitra tutur. Tuturan D16 yang terjadi di teras

rumah pukul 13.15 WIB, tanggal 23 Mei 2013, ketika penutur tengah duduk

santai di teras rumahnya dikatakan oleh penutur untuk menyindir mitra tutur

dengan menanyakan apakah tingginya sudah bertambah.

Tuturan D15 adalah bentuk tindak verbal representatif dengan menegaskan

bahwa badan mitra tutur telah mulai gemuk, sehingga tidak sesuai lagi

menggunakan pakaian ukuran S. Mitra tutur pun langsung melepas baju yang

dicobanya sebagai bentuk tindak perlokusinya. Sedangkan, tuturan D16 adalah

bentuk tindak verbal ekspresif. Penutur mengekspresikan sindirannya kepada

mitra tutur yang tidak bertambah tinggi badannya. Mitra tutur pun hanya diam dan

berlalu masuk ke dalam rumah.

Ditinjau dari aspek lingual dan nonlingual, dapat ditentukan bahwa kedua

tuturan tersebut adalah tuturan yang memberi sindiran kepada mitra tutur. Namun,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

182

maksud yang sebenarnya bukan menyindir. Dalam tuturan D15, penutur hanya

mengomentari kondisi fisik mitra tutur saat ini tanpa bermaksud menyindir, hanya

saja tuturannya dikatakan dengan sindiran. Lain pula dalam tuturan D16. Penutur

menanyakan kepada mitra tutur tentang pertambahan tinggi badannya. Tuturan

yang terkesan menyindir tersebut dimaksud penutur hanyalah sebagai candaan,

karena penutur tahu bahwa mitra tutur memang memiliki fisik yang kurang tinggi.

4.3.4.4 Subkategori Kesal

Tuturan D13 : “Ah, kowe ki nek diperintah mung nggawe gelo.” (Ah, kamu itu kalau diperintah membuat kecewa.)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur hendak membuatkan minuman untuk tamunya. MT sedang menyiapkan buku pelajarannya besok. Penutur menyuruh MT untuk membeli gula di warung depan rumahnya. MT tidak langsung pergi karena ia ingin merapikan buku-bukunya terlebih dahulu. Penutur kesal, lalu memarahi MT dengan nada tinggi, padahal sedang ada tamu.) Tuturan D18 : “Pokoknya aku mau di UIN aja, gak mau di UNS.” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang membicarakan tentang kelanjutan kuliah penutur di ruang keluarga. MT memberi tawaran kepada penutur untuk melanjutkan kuliah di UIN atau di UNS. Penutur tidak tertarik melanjutkan kuliah di UNS. Penutur langsung menolak tawaran MT sambil beranjak meninggalkan MT.)

Tuturan D13 yang berwujud “Ah, kowe ki nek diperintah mung nggawe

gelo.” dikatakan penutur dengan ketus dan bersuara keras. Penutur membuat

mitra tutur malu karena tuturannya dikatakan di depan tamu penutur. Penutur juga

tidak mempedulikan kesibukan mitra tutur. Tuturan D18 yang berwujud

“Pokoknya aku mau di UIN aja, gak mau di UNS.” dikatakan penutur ketus

kepada orang yang lebih tua. Tuturan tersebut membuat mitra tutur cukup malu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

183

karena dikatakan di depan anggota keluarga yang lain. Pengunaan bahasa

nonstandar dipilih oleh penutur untuk menyatakan tuturannya. Tuturan D13

menggunakan bahasa nonstandar dalam bahasa Jawa, sedangkan tuturan D18

menggunakan bahasa nonstandar dalam bahasa Indonesia dengan melibatkan kata

tidak baku mau, aja, dan gak. Dalam tuturan D13 terdapat kata fatis ah yang

berfungsi sebagai penegas sebuah tuturan. Nada tutur yang terlibat dalam kedua

tuturan tersebut adalah nada tinggi dan sedang. Tuturan D13 dikatakan penutur

dengan tekanan keras pada kata gelo dan berintonasi berita yang ditandai dengan

pola intonasi datar-turun. Tuturan D18 dikatakan penutur dengan tekanan keras

pada frasa gak mau dan berintonasi berita juga, sama dengan tuturan D13.

Kemudian, dalam menentukan santun tidaknya sebuah tuturan, aspek

konteks perlu juga terlibat di dalamnya. Tuturan D13 dikatakan oleh penutur

perempuan yang berusia 41 tahun kepada mitra tutur laki-laki berusia 12 tahun.

Mitra tutur tersebut adalah anak penutur. Tuturan D18 dikatakan penutur

perempuan berusia 22 tahun kepada mitra tutur perempuan berusia 47 tahun.

Mitra tutur tersebut adalah ibu dari penutur. Kedua tuturan tersebut menunjukkan

adanya hubungan ibu dan anak. Sayangnya kedekatan tersebut justru memberi

peluang adanya interaksi yang kurang santun di antaranya. Tuturan D13 terjadi

dalam suasana santai ketika penutur hendak membuatkan minuman untuk

tamunya, tetapi penutur kehabisan gula. Kemudian, penutur menyuruh mitra tutur

untuk membeli gula di warung depan rumahnya. Mitra tutur yang sedang

menyiapkan buku pelajarannya besok tidak langsung pergi karena ia ingin

merapikan buku-bukunya terlebih dahulu. Penutur kesal, lalu memarahi mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

184

tutur dengan nada tinggi, padahal sedang ada tamu. Tuturan D18 terjadi dalam

suasana serius. Penutur dan mitra tutur sedang membicarakan tentang kelanjutan

kuliah penutur di ruang keluarga. Mitra tutur memberi tawaran kepada penutur

untuk melanjutkan kuliah di UIN atau di UNS. Namun, penutur tidak tertarik

melanjutkan kuliah di UNS. Penutur langsung menolak tawaran mitra tutur sambil

beranjak meninggalkan mitra tutur.

Tuturan D13 yang terjadi di rumah pukul 19.30 WIB, tanggal 20 Mei 2013

dikatakan penutur untuk memarahi mitra tutur yang tidak langsung melaksanakan

perintahnya. Tuturan D18 yang terjadi di rumah pada malam hari dikatakan

penutur memberi penolakan akan tawaran mitra tutur untuk melanjutkan kuliah di

UNS. Kedua tuturan tersebut tergolong dalam bentuk tindak verbal yang berbeda.

Tuturan D13 adalah bentuk tindak verbal ekspresif, sedangkan tuturan D18 tindak

verbal representatif. Tuturan D13 adalah ekspresi kekesalan penutur terhadap

mitra tutur, sedangkan tuturan D18 adalah penegasan penolakan penutur tawaran

mitra tutur. Tindak perlokusi yang terjadi setelah tuturan D13 adalah mitra tutur

yang langsung pergi melaksanakan perintah penutur. Mitra tutur dalam tuturan

D18 hanya menuruti kemauan mitra tutur.

Kedua tuturan tersebut jelas merupakan bentuk kekesalan penutur terhadap

mitra tutur. Hal itu dapat dilihatdari konteks dalam tuturan tersebut. Maksud

kesal memang diakui oleh penutur dalam tuturan D13. Dalam tuturan tersebut,

penutur kesal terhadap mitra tutur yang tidak langsung melaksanakan perintahnya.

Penutur merasa bahwa jika memberi perintah kepada mitra tutur itu sama halnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

185

membuat diri sendiri kesal. Namun, maksud penutur dalam tuturan D18

sebenarnya ingin memprotes tawaran yang diusulkan oleh mitra tutur.

4.3.4.5 Subkategori Meremehkan

Tuturan D2 : “Kowe ki mbok mengko wae nek arep nonton, aku disek.” (Kamu itu nanti saja kalau mau nonton, aku dulu.)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang berada di ruang keluarga. MT baru keluar dari kamar hendak menonton televisi. Penutur menyuruh mitra tutur untuk menonton televisi nanti saja. Padahal penutur sejak tadi menonton televisi. Penutur merasa lebih tua dibanding MT, sehingga ia bisa mengatur seenaknya. Di ruangan itu terdapat anggota keluarga yang lain.) Tuturan D17 : “Lah, mboh mbiyen.” (Lah, tidak tahu dulu.) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT berada di ruang tamu. Penutur duduk di samping MT. Selain penutur dan MT, ada pula 3 orang tamu. MT bertanya kepada penutur. Penutur menjawab pertanyaan MT dengan sinis, padahal penutur tahu mereka tinggal di rumahnya sejak ia kecil, tetapi penutur malas menghitung sudah berapa lama.)

Tuturan D2 yang berwujud “Kowe ki mbok mengko wae nek arep nonton,

aku disek.” dikatakan penutur dengan ketus dan sinis. Penutur memerintah mitra

tutur dengan seenaknya. Sikapnya yang senioritas tentu menyinggung mitra tutur,

apalagi tuturan tersebut dikatakan di depan anggota keluarga yang lain. Tuturan

D17 yang berwujud “Lah, mboh mbiyen.” dikatakan penutur dengan ketus dan

sinis pula. Tuturan yang dikatakan tanpa melihat ke mitra tutur dan di depan tamu

tentulah membuat mitra tutur malu. Kedua tuturan tersebut dikatakan dengan

penggunaan diksi yang sama, yaitu bahasa nonstandar dengan bahasa Jawa. Kata

fatis lah dalam tuturan D17 menekankan kesan tidak santun dalam tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

186

tersebut. Tuturan D2 dikatakan oleh penutur dengan nada tutur sedang, bertekanan

lunak pada mengko wae, dan berintonasi perintah dengan pola intonasi datar-

tinggi. Sedangkan, tuturan D17 dikatakan penutur dengan nada rendah,

bertekanan lunak pada kata mbiyen, dan berintonasi berita dengan pola intonasi

datar-turun.

Leech (1983) dalam Wijana (1996:10−13) menyinggung soal konteks yang

melingkupi sebuah tuturan. Tuturan D2 dikatakan oleh penutur laki-laki berusia

26 tahun kepada mitra tutur laki-laki berusia 15 tahun. Mitra tutur adalah adik

penutur. Tuturan D17 dikatakan oleh penutur perempuan berusia 30 tahun kepada

mitra tutur perempuan berusia 56 tahun. Mitra tutur adalah ibu dari penutur.

Tuturan D2 terjadi dalam suasana santai di mana penutur sedang berada di ruang

keluarga. Mitra tutur baru keluar dari kamar hendak menonton televisi. Penutur

menyuruh mitra tutur untuk menonton televisi nanti saja. Padahal penutur sejak

tadi menonton televisi. Penutur merasa lebih tua dibanding mitra tutur, sehingga

ia bisa mengatur seenaknya. Di ruangan itu terdapat anggota keluarga yang lain.

Hal tersebut membuat mitra tutur malu. Tuturan D17 terjadi dalam suasana santai

pula ketika penutur dan mitratutur berada di ruang tamu. Penutur duduk di

samping mitra tutur. Selain penutur dan mitra tutur, ada pula 3 orang tamu. Mitra

tutur bertanya kepada penutur. Penutur menjawab pertanyaan mitra tutur dengan

sinis, padahal penutur tahu mereka tinggal di rumahnya sejak ia kecil, tetapi

penutur malas menghitung sudah berapa lama.

Tuturan D2 yang terjadi di rumah pada malam hari dikatakan penutur untuk

melarang MT yang hendak menonton televisi. Sedangkan tuturan D17 yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

187

terjadi di rumah, pukul 18.00 WIB, tanggal 16 April 2013 dikatakan penutur

untuk menanggapi pertanyaan MT tentang berapa lama mereka tinggal di rumah

itu. Tuturan D2 adalah bentuk tindak verbal direktif yang memberi perintah

kepada mitra tutur untuk tidak menonton televisi. Mitra tutur pun tidak jadi

menonton televisi karena merasa sudah dipermalukan di depan anggota keluarga

yang lain. Tuturan D17 adalah bentuk tindak verbal ekspresif. Penutur hanya

mengekpresikan tanggapannya kepada mitra tutur. Mitra tutur yang tidak

mendapat jawaban atas pertanyaannya, lalu menghitung sendiri sudah berapa lama

mereka tinggal di rumah itu.

Dari konteks yang ada, dapatlah tuturan D2 dan D17 digolongkan dalam

subkategori meremehkan, karena dari tuturan penutur sangat jelas bahwa penutur

kurang menghargai mitra tutur. Tidak hanya terkesan meremehkan, uturan D2

diakui penutur memiliki maksud untuk melarang mitra tutur agar tidak menonton

televisi terlebih dahulu. Penutur memberi kesempatan bagi mitra tutur menonton

televisi setelah penutur selesai menonton. Penutur hanya menanggapi tuturan

mitra tutur yang kurang jelas dengan mengatakan bahwa ia tidak mengerti apa

yang dibicarakan oleh mitra tutur, tetapi dalam tuturan D7 ini penutur memberi

tuturan yang terkesan meremehkan.

4.3.5 Menimbulkan konflik

Dalam pandangan Bousfield (2008), ketidaksantunan dalam berbahasa

dipahami sebagai, ‘The issuing of intentionally gratuitous and conflictive face-

threatening acts (FTAs) that are purposefully perfomed.’ Bousfield memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

188

penekanan pada dimensi ‘kesembronoan’ (gratuitous), dan konfliktif (conflictive)

dalam praktik berbahasa yang tidak santun itu. Jadi apabila perilaku berbahasa

seseorang itu mengancam muka, dan ancaman terhadap muka itu dilakukan

secara sembrono (gratuitous), hingga akhirnya tindakan berkategori sembrono

demikian itu mendatangkan konflik, atau bahkan pertengkaran, dan tindakan

tersebut dilakukan dengan kesengajaan (purposeful), maka tindakan berbahasa itu

merupakan realitas ketidaksantunan. Tuturan lisan tidak santun yang

menimbulkan konflik terbagi dalam empat subkategori, yaitu subkategori

mengancam, mengejek, memperingatkan, dan kesal. Pada kategori ini, terjadinya

konflik antara penutur dan mitra tutur menjadi efek yang parah pada keempat

subkategori tersebut.

4.3.5.1 Subkategori Mengancam

Tuturan E1 : “Adek!!! Heh, tak masukke kamar tak kunci kapok kowe!” (Adek!!! Heh, aku masukkan kamar aku kunci kapok kamu.)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang menerima tamu dan berbincang-bincang. MT bermain-main dengan temannya di sekitar penutur dan tamunya. Penutur sudah menegur MT berkali-kali, tetapi MT tidak mengindahkan teguran penutur yang menyuruh MT bermain agak jauh dari penutur dan tamunya. Penutur merasa sangat terganggu dengan tingkah MT. Penutur menegur lagi dengan marah. MT merasa tidak mengganggu. Mendengar teguran penutur, MT langsung membalas dengan memukul kepala penutur lalu berlari meninggalkan penutur.) Tuturan E9 : “Kamu mau kuliah apa enggak, kalo gak manut aturan gak

usah kuliah terserah, hidup sendiri, cari uang sendiri.” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur baru pulang dari pasar. MT berada di dalam kamar sedang bermain gitar. Melihat MT, penutur langsung kesal karena seharusnya MT masih kuliah. Penutur merasa MT tidak memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh penutur yang sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

189

membiayai kuliahnya. MT tidak terima dengan tuturan penutur karena ia merasa diremehkan.)

Tuturan E1 yang berwujud “Adek!!! Heh, tak masukke kamar tak kunci

kapok kowe!” dikatakan dengan sinis dan berteriak. Sambil berkacak pinggang,

penutur mengancam mitra tutur yang sulit diberi tahu. Sementara itu, tuturan E9

yang berwujud “Kamu mau kuliah apa enggak, kalo gak manut aturan gak usah

kuliah terserah, hidup sendiri, cari uang sendiri.” juga dikatakan dengan sinis.

Penutur mengancam mitra tutur untuk hidup sendiri. Cara-cara demikian dinilai

tidak santun karena tidak mengindahkan mitra tutur. Ditambah pula dengan

pemilihan kata atau diksi dalam setiap tuturan yang juga mempengaruhi santun

tidaknya sebuah tuturan. Kedua tuturan tersebut menggunakan diksi bahasa

nonstandar. Kesan tidak santun semakin melekat pada tuturan insan penutur

ketika bahasa nonstandar yang berkembang dalam masyarakat menjadi diksi

andalan dalam setiap tuturan. Tuturan E1 yang menggunakan bahasa Jawa

menjadikan bahasa tersebut dialek khas dalam interaksi sehari-harinya.

Sedangkan, tuturan E9 menggunakan bahasa nonstandar dalam bahasa Indonesia,

karena kata tidak baku ikut serta di dalamnya. Kata tidak baku mau, enggak, kalo,

usah, dan cari, serta kata manut yang diadopsi dari bahasa Jawa menandai

penggunaan bahasa nonstandar dalam tuturan ini. Dengan adanya penggunaan

kata fatis heh, tuturan E1 menjadi semakin tidak santun karena kata fatis tersebut

bertugas mempertegas kesan tidak santun. Kemudian aspek suprasegmental, yaitu

nada, tekanan, dan intonasi pun ikut menjadi penentu santun tidaknya sebuah

tuturan. Tuturan E1 dikatakan dengan nada tinggi, bertekanan keras pada kata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

190

adek, dan berintonasi seru dengan pola intonasi tinggi. Sedangkan, tuturan E9

dikatakan dengan nada sedang, bertekanan keras pada frasa kuliah apa enggak,

dan berintonasi berita dengan pola intonasi datar-turun. Ketiga aspek tersebut

mencirikan adanya kesan tidak santun pada kedua tuturan tersebut.

Dengan teori Leech (1983) dalam Wijana (1996:10−13), ketidaksantunan

sebuah tuturan dapat ditinjau pula dari aspek konteks yang mengikutinya. Tuturan

E1 dikatakan oleh penutur perempuan berusia 35 tahun kepada mitra tutur laki-

laki berusia 3 tahun yang adalah anak dari penutur sendiri. Sedangkan, tuturan E9

dikatakan oleh penutur perempuan berusia 28 tahun kepada mitra tutur laki-laki

berusia 20 tahun. Mitra tutur adalah adik dari penutur. Kedua tuturan tersebut

dikatakan oleh perempuan yang usianya sudah cukup matang. Tuturan tidak

santun yang tercetus dari kedua penutur tersebut dipengaruhi oleh efek emosional

penutur saat itu. Tuturan E1 yang timbul dalam suasana tegang tersebut terjadi di

halaman rumah, pukul 17.00 WIB, tanggal 10 April 2013. Ketika itu, penutur

sedang menerima tamu dan berbincang-bincang. Mitra tutur bermain-main dengan

temannya di sekitar penutur dan tamunya. Penutur sudah menegur mitra tutur

berkali-kali, tetapi mitra tutur tidak mengindahkan teguran penutur yang

menyuruh mitra tutur bermain agak jauh dari penutur dan tamunya. Penutur

merasa sangat terganggu dengan tingkah mitra tutur. Penutur menegur lagi dengan

marah. Mitra tutur merasa tidak mengganggu. Mendengar teguran penutur, mitra

tutur langsung membalas dengan memukul kepala penutur lalu berlari

meninggalkan penutur. Tuturan E9 terjadi di rumah pada siang hari ketika penutur

baru pulang dari pasar. Tuturan tersebut terjadi dalam suasana tegang ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

191

penutur baru pulang dari pasar dan mendapati mitra tutur berada di dalam kamar

sedang bermain gitar. Melihat mitra tutur, penutur langsung kesal karena

seharusnya mitra tutur masih kuliah. Penutur merasa mitra tutur tidak

memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh penutur yang sudah membiayai

kuliahnya. Penutur lalu mengancam mitra tutur untuk membiayai kuliahnya

sendiri jika tidak mengikuti aturan darinya. Mitra tutur tidak terima dengan

tuturan penutur karena ia merasa diremehkan. Mitra tutur langsung menghidupkan

motor dengan mengeraskan gas motor lalu pergi hingga larut malam.

Setiap tuturan memiliki tujuan tertentu dari si penutur. Tuturan E1 dikatakan

penutur untuk memarahi mitra tutur yang tidak mau sekolah, justru bermain-main.

Sedangkan, tuturan E9 dikatakan penutur untuk memarahi mitra tutur yang

membolos kuliah. Kedua tuturan tersebut adalah bentuk tindak verbal komisif.

Tuturan E1 merujuk pada sebuah kekesalan penutur kepada mitra tutur sehingga

mengancamnya hendak mengunci mitra tutur dalam kamar. Mitra tutur bukannya

mengindahkan penutur, justru memukul kepala mitra tutur sebagai tindak

perlokusinya. Sedangkan tuturan E9, penutur yang kesal dengan mitra tutur yang

tidak masuk kuliah mengancam mitra tutur agar hidup sendiri tanpa meminta

bantuan penutur jika tidak menuruti aturan dari penutur. Mitra tutur yang kesal

dengan ancaman penutur langsung menghidupkan motor dengan mengeraskan gas

motornya lalu pergi hingga larut malam.

Dilihat dari segi konteks itulah, kedua tuturan tersebut tergolong dalam

subkategori mengancam, karena tuturan mengandung makna ancaman. Tetapi

dibalik makna tersebut, terdapat maksud yang dimiliki oleh penutur sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

192

Dalam tuturan E1, penutur menakut-nakuti akan mengunci mitra tutur dalam

kamar. Sayangnya, penutur menakut-nakutinya dengan ancaman, sehingga

bukannya membuat mitra tutur nakut, melainkan justru memukul kepala penutur.

Tuturan E9 dimaksudkan penutur untuk mengingatkan mitra tutur yang tidak lain

adalah adiknya yang tidak berangkat kuliah untuk rajin kuliah. Kedua tuturan

tersebut sangatlah tampak tidak santun, diikuti dengan konteks dan maksud

tersebut.

4.3.5.2 Subkategori Mengejek

Tuturan E2 : “Halah, ibu ki silit, silit!!!” (Halah, ibu itu ‘silit, silit’!!! ) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika MT sedang menerima tamu di ruang tamu bersama dengan anggota keluarga yang lainnya. Tiba-tiba, penutur yang sebelumnya berada di ruang keluarga sedang menonton televisi keluar ke ruang tamu dan meneriaki MT dengan tuturan yang mengejek MT. Tuturan penutur sangat membuat terkejut tamu dan anggota keluarga yang lain. MT lalu menarik penutur masuk ke ruang keluarga dan memarahinya. MT menghukum penutur dengan tidak memperbolehkan penutur menonton televisi lagi.)

Tuturan E2 yang berwujud “Halah, ibu ki silit, silit!!!” adalah tuturan

ejekan kepada mitra tutur yang diucapkan dengan sedikit berteriak. Parahnya,

tuturan tersebut dikatakan kepada orang yang lebih tua. Ketidaksantunan penutur

didukung dengan pemilihan diksi bahasa nonstandar dalam bahasa Jawa yang

dalam bahasa Indonesia memiliki arti yang tidak sopan. Kata fatis halah

ditambahkan pula dalam tuturan guna mempertegas efek tidak santun dalam

tuturan tersebut. Dengan nada tinggi, bertekanan keras pada kata silit, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

193

berintonasi seru dengan pola intonasi yang tinggi semakin menekankan adanya

kesengajaan penutur mengejek mitra tutur.

Sesuai dengan pendapat Leech (1983) dalam Wijana (1996:10−13), tuturan

memiliki sejumlah aspek yang mengikutinya. Tuturan yang merupakan ejekan

tersebut dikatakan oleh penutur laki-laki, seorang anak yang masih berusia 5

tahun kepada mitra tutur perempuan, ibu penutur sendiri yang berusia 30 tahun.

Seorang anak dengan usia demikian tentulah sangat rentan dalam perkembangan

kebahasaannya. Ia akan dengan gampangnya meniru penggunaan bahasa di

lingkungan sekitarnya dan menerapkannya dalam interaksi di rumah. Sebenarnya,

tuturan tersebut terjadi dalam suasana santai yang terjadi di rumah, pukul 18.00

WIB, tanggal 16 April 2013, ketika penutur keluar dari ruang keluarga ke ruang

tamu. Saat itu, mitra tutur sedang menerima tamu di ruang tamu bersama dengan

anggota keluarga yang lainnya. Tiba-tiba, penutur yang sebelumnya berada di

ruang keluarga sedang menonton televisi keluar ke ruang tamu dan meneriaki

mitra tutur dengan tuturan yang mengejek mitra tutur dengan ejekan silit. Tuturan

penutur tersebut sangat membuat terkejut tamu dan anggota keluarga yang lain.

Mitra tutur lalu menarik penutur masuk ke ruang keluarga dan memarahinya.

Mitra tutur menghukum penutur dengan tidak memperbolehkan penutur menonton

televisi lagi. Tujuan penutur mengatakan tuturan demikian sebenarnya untuk

mencari perhatian mitra tutur. Dengan demikian, tuturan E2 adalah bentuk tindak

verbal ekspresif di mana penutur mengekspresikan ejekannya kepada mitra tutur

yang tengah bercengkerama dengan tamunya. Ekspresi penutur tersebut

menimbulkan konflik karena mitra tutur langsung memarahi dan menghukum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

194

penutur dengan tidak memperbolehkannya menonton televisi lagi. Hukuman

tersebut sebagai tindak perlokusi dari mitra tutur.

Berdasarkan aspek konteks tersebut, tuturan E2 dapatlah diklasifikasikan

dalam subkategori mengejek yang mengandung makna mengejek. Maksud

mengejek pula yang diakui penutur. Semakin jelas tuturan tersebut adalah tuturan

yang tidak santun. Tuturan ini terkesan begitu kasar karena menggunakan kata-

kata tabu dan memberikan kesan ‘jorok’. Penutur mengejek mitra tutur yang

adalah ibunya dengan kata silit. Karena kata-kata itulah, mitra tutur menjadi

marah dan berujung konflik antara penutur dan mitra tutur.

4.3.5.3 Subkategori Memperingatkan

Tuturan E5 : “Pak, kowe opo-opo anak ditukukke. Ngono kuwi marai tuman.” (Pak, kamu apa-apa untuk anak dibelikan. Seperti itu membuat kebiasaan.)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang berada di ruang keluarga. Penutur menegur MT yang dengan mudahnya menuruti permintaan anaknya. MT merasa dipojokkan oleh tuturan penutur. MT lalu membela diri, tetapi penutur masih saja menyalahkan MT yang terlalu memanjakan anak. MT semakin kesal dan membalas tuturan penutur dengan ketus.) Tuturan E7 : “Aku juga butuh makan, cepetan!!!”

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur dan MT sedang bersiap mengerjakan tugas masing-masing. MT yang bertugas mengantar penutur ke pasar tidak cepat-cepat bersiap. Penutur mulai terpancing emosi dan meneriaki MT. MT yang tersinggung dengan tuturan penutur langsung menanggapi dengan kesal pula lalu masuk ke kamar sambil menutup pintu kamar dengan keras.)

Tuturan E5 yang berwujud “Pak, kowe opo-opo anak ditukukke. Ngono

kuwi marai tuman.” dikatakan dengan sinis dan tanpa melihat ke arah mitra tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

195

karena penutur sambil mengerjakan pekerjaan lain. Sementara, tuturan E7

dikatakan oleh penutur dengan sinis sambil berkacak pinggang. Sikap-sikap

seperti itu dinilai tidak sopan dalam berinteraksi. Ditambah pula diksi nonstandar

yang dipilih penutur. Tuturan E5 menggunakan diksi bahasa nonstandar dalam

bahasa Jawa, di mana bahasa tersebut adalah identitas kedaerahan masyarakat

Jawa dalam interaksi sosialnya. Bahasa Indonesia digunakan dalam tuturan E7,

tetapi dengan diksi bahasa nonstandar. Di dalamnya terdapat kata tidak baku

butuh dan cepetan, yang dalam bahasa baku semestinya membutuhkan dan cepat.

Unsur suprasegmental, seperti nada, tekanan, dan intonasi juga

mempengaruhi kesan tidak santun yang ditimbulkan dalam sebuah tuturan. Seperti

pendapat Pranowo bahwa aspek nada dalam bertutur mempengaruhi kesantunan

berbahasa seseorang. Tuturan E5 bernada tutur sedang, sedangkan tuturan E7

bernada tinggi. Nada tutur tersebut mengikuti suasana hati penutur, ketika penutur

tidak dalam keadaan emosi, penutur dapat berbicara dengan nada sedang.

Sebaliknya, penutur yang mulai emosi berbicara dengan nada tinggi. Tekanan dari

kedua tuturan tersebut juga berbeda. Tuturan E5 bertekanan lunak pada frasa

marai tuman, sedangkan tuturan E7 bertekanan keras pada kata cepetan. Intonasi

berita dengan pola datar-turun dapat dilihat pada tuturan E5, sedangkan tuturan

E7 berintonasi perintah dengan pola datar-tinggi. Intonasi menunjukkan latar

belakang budaya dari penuturnya.

Sesuai dengan pendapat Leech (1983) dalam Wijana (1996:10−13), setiap

tuturan terdapat konteks yang mengikuti setiap tuturan tersebut. Tuturan E5

dikatakan oleh penutur perempuan berusia 37 tahun kepada mitra tutur laki-laki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

196

berusia 40 tahun yang merupakan suami dari penutur. Dengan kedekatan

emosional seperti itu, tentulah sangat mungkin munculnya suatu interaksi

kebahasaan yang kurang santun di antara suami istri. Tuturan yang terjadi di

rumah pada malam hari itu tercetus dalam suasana serius, ketika penutur dan

mitra tutur sedang membicarakan tentang anak mereka. Penutur yang berada di

ruang keluarga bersama mitra tutur menegur mitra tutur yang dengan mudahnya

menuruti permintaan anaknya. Karena merasa dipojokkan oleh penutru, mitra

tutur pun membela diri. Namun, penutur masih saja menyalahkan mitra tutur

terlalu memanjakan anaknya. Mitra tutur pun semakin kesal dan membalas

tuturan penutur dengan ketus. Terjadilah adu mulut yang cukup panjang

antarkeduanya. Sedangkan, tuturan E7 dikatakan oleh penutur perempuan berusia

25 tahun kepada mitra tutur laki-laki berusia 20 tahun. Mitra tutur adalah adik

penutur. Hal itu menunjukkan adanya kesewenang-wenangan penutur kepada

mitra tutur yang lebih muda darinya. Tuturan tersebut terjadi di rumah pada pagi

hari ketika penutur dan mitra tutur sedang bersiap mengerjakan tugas masing-

masing. Bahkan, dalam suasana tegang ketika penutur dan mitra tutur sedang

bersiap mengerjakan tugas masing-masing. Mitra tutur yang bertugas mengantar

penutur ke pasar tidak cepat-cepat bersiap. Penutur mulai terpancing emosi dan

meneriaki mitra tutur untuk lebih cekatan. Mitra tutur yang tersinggung dengan

tuturan penutur langsung menanggapi dengan kesal pula lalu masuk ke kamar

sambil menutup pintu kamar dengan keras.

Tujuan penutur dalam tuturan E5 memang ingin menegur mitra tuturnya

yang selalu menuruti permintaan anaknya. Tuturan E7 dikatakan penutur untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

197

memarahi mitra tutur yang sangat lambat dalam mengerjakan sesuatu. Tuturan E5

adalah bentuk tindak verbal ekspresif, di mana penutur mengekspresikan

kekesalannya terhadap mitra tutur melalui teguran tersebut. Dengan teguran

tersebut, mitra tutur justru balas marah kepada penutur karena ia merasa

dipojokkan. Balasan tersebut sebagai tindak perlokusi dari tuturan penutru.

Tuturan E7 adalah bentuk tindak verbal direktif, penutur memberi menyuruh

mitra tutur untuk bertindak secara cepat dalam mengerjakan sesuatu. Mitra tutur

yang tidak menyukai tuturan penutur langsung masuk ke kamar dengan menutup

pintu kamar dengan keras sebagai tindak perlokusinya.

Dari konteks tersebut, dapat dilihat bahwa kedua tuturan tersebut

merupakan peringatan penutur kepada mitra tuturnya. Dibalik makna dalam

subkategori, ada maksud yang hanya dimiliki oleh penutur itu sendiri. Tuturan E5

tersirat maksud penutur yang melarang mitra tutur agar tidak dengan mudahnya

menuruti permintaan anaknya. Menurut penutur, hal itu akan menjadikan

kebiasaan buruk bagi sang anak. Sedangkan dalam tuturan E7, penutur memang

bermaksud memperingatkan mitra tutur bahwa yang membutuhkan makan bukan

hanya mitra tutur, tetapi penutur pula. Oleh sebab itu, penutur mengharapkan

pengertian mitra tutur untuk bersiap-siap dengan cepat dan menyelesaikan

tugasnya saat itu dengan cepat agar waktu yang ada dapat dibagi dengan baik.

4.3.5.4 Subkategori Kesal

Tuturan E4 : “Halah, ibu ki pelit tenan, ra koyo bapak.” (Halah, ibu itu pelit sekali, tidak seperti bapak.)

(Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur sedang memainkan mainannya. MT sedang membersihkan rumah. Penutur merasa mainannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

198

kurang, ia meminta mainan baru kepada MT. MT menyuruh penutur untuk bersabar karena MT belum memiliki uang lebih untuk membelikan mainan baru untuk penutur. Penutur justru menanggapi nasihat MT dengan marah. Penutur membanding-bandingkan MT dengan ayahnya yang tidak pelit. Karena dibanding-bandingkan, MT langsung memarahi penutur yang tidak bisa memahami keadaan orang tuanya.) Tuturan E6 : “Anak kok bandel, nakal, kurangajar!!!” (Konteks tuturan: Tuturan terjadi ketika penutur baru saja pulang dari pasar. Sesampai di rumah, penutur mendapat laporan dari nenek MT bahwa MT membolos dari sekolah. Penutur langsung menghampiri MT yang berada di meja makan hendak mengambil makan. Penutur langsung memarahi MT yang bandel tidak mau sekolah. Mendengar tuturan penutur, MT tidak jadi mengambil makanan, tetapi justru membanting piring yang dipegangnya. Tanpa membalas tuturan penutur, MT langsung pergi meninggalkan penutur dengan kesal. Sebenarnya MT izin pulang dari sekolah karena sakit, tetapi ia belum sempat menjelaskan kepada penutur, penutur sudah marah dahulu.)

Tuturan E4 yang berwujud “Halah, ibu ki pelit tenan, ra koyo bapak.”

dituturkan oleh penutur dengan sinis kepada orang yang lebih tua. Penutur

dengan sengaja membandingkan mitra tutur dengan ayahnya. Tuturan E6 yang

berwujud “Anak kok bandel, nakal, kurangajar!!!” dikatakan oleh penutur

dengan suara keras sambil berkacak pinggang. Kedua tuturan tersebut

menggunakan diksi yang sama, yaitu bahasa nonstandar, tetapi dalam bahasa yang

berbeda. Tuturan E4 menggunakan bahasa Jawa yang dalam masyarakat Jawa

menjadi ciri kedaerahannya yang selalu digunakan dalam interaksi sehari-hari.

Sedangkan, dalam tuturan E6 terdapat kata umpatan, yaitu bandel, nakal, dan

kurangajar. Umpatan tersebut tentulah telah menunjukkan adanya kesan tidak

santun yang tersirat dalam tuturan tersebut. Kedua tuturan tersebut didukung pula

dengan penggunaan kata fatis halah dan kok yang memberi penegasan pada kesan

tidak santun. Tuturan E4 dikatakan dengan nada sedang, bertekanan keras pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

199

kata pelit, dan berintonasi berita berita dengan pola datar-turun. Sedangkan

tuturan E6 dikatakan dengan nada tinggi, bertekanan keras pada kata bandel,

nakal, kurangajar, dan berintonasi seru dengan pola intonasi yang tinggi. Nada,

tekanan, dan intonasi dalam sebuah tuturan adalah aspek yang memperngaruhi

ketidaksantunan berbahasa seseorang.

Selanjutnya, dari aspek konteks situasi yang melingkupi sebuah tuturan juga

sangat berpengaruhi kadar santun dan tidak santunnya sebuah tuturan. Leech

(1983) dalam Wijana (1996:10−13) mengemukakan sejumlah aspek yang

mengikuti sebuah tuturan, yaitu (1) penutur dan lawan tutur, (2) konteks tuturan,

(3) tujuan tutur, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan, dan (5) tuturan sebagai

produk tindak verbal. Tuturan E4 yang dikatakan oleh penutur laki-laki berusia 11

tahun ditujukan kepada mitra tutur perempuan berusia 37 tahun. Mitra tutur

tersebut adalah ibu dari penutur. kemudian, tuturan E6 dikatakan oleh penutur

perempuan berusia 40 tahun kepada mitra tutur laki-laki berusia 13 tahun. Mitra

tutur adalah anak dari penutur. Tuturan E4 yang dikatakan oleh anak usia belasan

tahun tentulah dilandasi oleh perkembangan psikis remaja yang belum matang.

Tidak hanya dalam usia belum matang, tetapi dalam usia yang sudah cukup

matang pun, tuturan tidak santun pun dapat terucap dari penutur. Hal itu

dipengaruhi oleh keadaan emosi penutur saat itu.

Tuturan E4 terjadi dalam suasana santai ketika penutur sedang memainkan

mainannya dan mitra tutur sedang membersihkan rumah. Penutur merasa

mainannya kurang, ia meminta mainan baru kepada mitra tutur. Mitra tutur

menyuruh penutur untuk bersabar karena mitra tutur belum memiliki uang lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

200

untuk membelikan mainan baru untuk penutur. Penutur justru menanggapi nasihat

mitra tutur dengan marah. Penutur membanding-bandingkan mitra tutur dengan

ayahnya yang tidak pelit. Karena dibanding-bandingkan, mitra tutur langsung

memarahi penutur yang tidak bisa memahami keadaan orang tuanya. Masih pada

subkategori yang sama, tuturan E6 terjadi dalam suasana tegang ketika penutur

baru saja pulang dari pasar dalam kondisi lelah. Sesampai di rumah, penutur

mendapat laporan dari nenek mitra tutur bahwa mitra tutur membolos dari

sekolah. Penutur langsung menghampiri mitra tutur yang berada di meja makan

hendak mengambil makan. Penutur langsung memarahi mitra tutur yang bandel

tidak mau sekolah. Mendengar tuturan penutur, mitra tutur tidak jadi mengambil

makanan, tetapi justru membanting piring yang dipegangnya. Tanpa membalas

tuturan penutur, mitra tutur langsung pergi meninggalkan penutur dengan kesal.

Sebenarnya mitra tutur izin pulang dari sekolah karena sakit, tetapi ia belum

sempat menjelaskan kepada penutur, penutur sudah marah terlebih dahulu.

Tuturan E4 yang terjadi pada sore hari ketika penutur sedang memainkan

koleksi mainannya di ruang keluarga itu dikatakan penutur dengan tujuan untuk

menunjukkan amarahnya kepada mitra tutur karena tidak dibelikan mainan.

Tuturan E6 yang terjadi di rumah pada sore hari ketika penutur baru pulang dari

pasar dikatakan penutur untuk memarahi mitra tutur yang bolos sekolah. Kedua

tuturan adalah bentuk tindak verbal ekspresif. Penutur dalam tuturan E4

mengekspresikan kemarahannya kepada mitra tutur yang tidak segera membelikan

mainan baru untuknya. Penutur yang tersulut emosi langsung memarahi penutur

yang tidak bisa mengerti keadaan orang tuanya. Sedangkan, penutur dalam tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

201

E6 mengekspresikan kekesalannya terhadap mitra tutur yang tidak masuk sekolah

dengan alasan sakit perut. Mitra tutur tidak membalas tuturan penutur, tetapi

justru membanting piring yang sedang dipegangnya lalu pergi hingga larut

malam.

Kedua tuturan tergolong dalam subkategori kesal tentulah karena tuturan

tersebut mengandung makna kesal. Lain halnya dengan maksud yang dimiliki

oleh penutur itu sendiri. Dibalik kekesalannya, penutur memiliki maksud

tersendiri dalam tuturannya. Penutur dalam tuturan E4 memprotes mitra tutur

yang tidak segera menuruti kemauannya, yaitu ingin mendapatkan mainan baru.

Sedangkan dalam tuturan E6, penutur merasa sangat kesal terhadap mitra tutur

yang adalah anaknya. Kekesalannya tersebut dikarenakan oleh mitra tutur yang

tidak masuk sekolah dengan alasan sakit perut. Penutur merasa mitra tutur bandel

dan tidak menghargai mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

202

BAB V

PENUTUP

Bab ini terdiri dari dua hal pokok, yiatu (1) simpulan dan (2) saran.

Simpulan berisi rangkuman keseluruhan isi dari penelitian ini. Sedangkan, saran

berisi hal-hal relevan yang perlu diperhatikan untuk peneliti lanjutan, baik

mahasiwa jurusan Bahasa Indonesia, maupun peneliti lain. Berikut adalah

pemaparan dari kedua hal tersebut.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, peneliti menemukan adanya tuturan lisan

tidak santun dalam komunikasi lisan antaranggota keluarga pedagang yang

berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta. Temuan dalam hasil analisis

data disimpulkan sebagai berikut.

5.1.1 Wujud Ketidaksantunan

Wujud ketidaksantunan berbahasa dalam ranah keluarga pedagang

disimpulkan dalam dua bagian, yaitu secara linguistik dan pragmatik. Wujud

ketidaksantunan linguistik yang ditemukan peneliti berupa tuturan lisan tidak

santun antaranggota keluarga yang telah ditranskripsi. Tuturan lisan tersebut

teridentifikasi dalam lima kategori dan sebelas subkategori ketidaksantunan.

Kategori ketidaksantunan berbahasa kategori ketidaksantunan melanggar norma,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

203

kategori ketidaksantunan mengancam muka sepihak, kategori ketidaksantunan

melecehkan muka, kategori ketidaksantunan menghilangkan muka, dan kategori

ketidaksantunan menimbulkan konflik. Dalam kategori melanggar norma,

terdapat subkategori menolak dan menentang. Subkategori dalam mengancam

muka sepihak adalah kesal, memerintah, menyindir, memperingatkan, dan

mengancam. Subkategori dari melecehkan muka adalah kesal, menyindir,

mengejek, menentang, menolak, dan memperingatkan. Kemudian, subkategori

dalam menghilangkan muka adalah mengejek, memperingatkan, menyindir, kesal,

dan meremehkan. Kategori terakhir, yaitu menimbulkan konflik memiliki

subkategori mengancam, mengejek, memperingatkan, dan kesal. Adanya

subkategori tersebut berasal dari makna tuturan yang dipersepsi berdasarkan

wujud dan konteks yang melingkupinya. Sementara, wujud ketidaksantunan

pragmatik ditemukan oleh peneliti berupa cara penyampaian penutur yang

mengikuti setiap tuturan lisan tidak santun. Secara umum, cara-cara penutur

menyampaikan tuturannya dengan sinis, ketus, tanpa melihat ke mitra tutur.

5.1.2 Penanda Ketidaksantunan

Penanda ketidaksantunan ditinjau dari aspek linguistik dan pragmatik pula.

Penanda ketidaksantunan linguistik ditandai dengan diksi, penggunaan kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan intonasi dalam setiap tuturan. Sedangkan, penanda

ketidaksantunan pragmatik tuturan lisan tidak santun berupa paparan konteks

yang menyertai setiap tuturan. Pemaparan dari konteks setiap tuturan tersebut

meliputi aspek penutur dan mitra tutur, aspek konteks yang dalam hal ini berupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

204

situasi dan suasana terjadinya tuturan, aspek tujuan penutur, aspek tuturan sebagai

bentuk tindak atau aktivitas, serta aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

5.1.2.1 Melanggar Norma

Tuturan lisan tidak santun yang melanggar norma banyak ditandai dengan

penggunaan diksi bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa; kata fatis

ah, lho, ya, kok, wong, dan halah; nada tutur rendah dan sedang; tekanan lunak;

intonasi berita dan tanya.

Tuturan lisan tidak santun yang melanggar norma cenderung dikatakan oleh

seorang anak dalam keluarga pedagang; dalam suasana santai; tindak verbal

ekspresif, komisif, dan representatif; tindak perlokusi mitra tutur yang kesal hanya

diam, tidak menanggapi tuturan penutur lagi.

5.1.2.2 Mengancam Muka Sepihak

Tuturan lisan tidak santun yang mengancam muka sepihak ditandai dengan

penggunaan diksi bahasa nonstandar; kata fatis kok, sih, lho,dan lah; nada tutur

sedang dan tinggi; tekanan lunak dan keras; intonasi berita, tanya, perintah, dan

seru.

Tuturan lisan tidak santun yang mengancam muka dapat dilakukan oleh

siapa saja dalam keluarga; dalam suasana santai dan beberapa serius; tindak verbal

ekspresif, direktif, representatif, dan komisif; tindak perlokusi mitra tutur merasa

tersinggung, tetapi tidak disadari oleh penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 223: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

205

5.1.2.3 Melecehkan Muka

Tuturan lisan tidak santun yang melecehkan muka ditandai dengan

penggunaan diksi bahasa nonstandar; kata fatis heh, kok, yo, wong, ah, sih, halah,

dan mbok; nada tutur rendah, sedang, dan tinggi; tekanan lunak dan keras;

intonasi berita, tanya, dan perintah.

Tuturan lisan tidak santun yang melecehkan muka dapat dituturkan oleh

siapa saja dalam keluarga; dalam suasana santai, serius; tindak verbal ekspresif,

direktif, dan representatif; tindak perlokusi mitra tutur tersinggung, tetapi tetap

melakukan apa yang diinginkan penutur.

5.1.2.4 Menghilangkan Muka

Tuturan lisan tidak santun yang menghilangkan muka ditandai dengan

penggunaan diksi bahasa nonstandar; kata fatis lah, yo, mbok, kok, halah, lho,

weh, ah, dan heh; nada tutur rendah, sedang, dan tinggi pada satu tuturan; tekanan

lunak dan keras; intonasi berita, tanya, perintah, dan seru.

Tuturan lisan tidak santun yang menghilangkan muka dapat dikatakan oleh

siapa saja dalam keluarga; dalam suasana santai dan serius; tindak verbal

ekspresif, representatif, dan direktif; tindak perlokusi mitra tutur merasa malu

karena tuturan penutur tersebut dikatakan di depan orang lain.

5.1.2.5 Menimbulkan Konflik

Tuturan lisan tidak santun yang menimbulkan konflik ditandai dengan

penggunaan diksi bahasa nonstandar; kata fatis heh, halah, dan kok; nada tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 224: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

206

sedang dan tinggi; tekanan lunak pada satu tuturan dan keras untuk tuturan

lainnya; intonasi berita, perintah, dan seru.

Tuturan lisan tidak santun yang menimbulkan konflik dapat dikatakan oleh

siapa saja dalam keluarga; dalam suasana tegang, serius dan dapat pula dalam

suasana santai; tindak verbal direktif, komisif, repersentatif, ekspresif; tindak

perlokusi mitra tutur menjadi emosi dan munculah konflik antara penutur dan

mitra tutur.

5.1.3 Maksud Ketidaksantunan

Maksud sebuah tuturan hanya dimiliki oleh penutur. Hal itu karena maksud

dalam sebuah tuturan melekat pada si pemilik tuturan atau penutur. Dalam

kategori melanggar norma, penutur mengatakan tuturan tidak santunnya dengan

maksud untuk menunda, protes, dan kesal kepada mitra tutur. Kategori

mengancam muka sepihak memiliki maksud ketidaksantunan penutur untuk

mengungungkapkan kekesalan, protes, mengusir, basa-basi, memperingatkan, dan

bercanda kepada mitra tutur. Kemudian pada melecehkan muka, terdapat maksud

memerintah, mengelak, kesal, mengomentari, menakut-nakuti, mengejek, basa-

basi, menyindir, memperingatkan, dan melarang mitra tutur akan suatu hal. Pada

kategori menghilangkan muka, maksud menanggapi, bercanda, melarang,

memperingatkan, menyindir, basa-basi, mengomentari, mengusir, kesal, dan

protes diakui penutur merupakan maksud dari tuturan tidak santunnya. Kategori

terakhir, yaitu menimbulkan konflik, penutur memiliki maksud untuk menakut-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 225: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

207

nakuti, mengejek, protes, melarang, memperingatkan, dan kesal dalam tuturan

tidak santunnya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil yang telah ditemukan, peneliti memberi beberapa saran

bagi peneliti lanjutan yang ingin meneliti topik yang serupa dengan penelitian ini.

Berikut adalah saran-saran dari peneliti.

5.2.1 Bagi Peneliti Lanjutan

1) Penelitian ini hanya meneliti ketidaksantunan berbahasa linguistik dan

pragmatik dalam lingkup keluarga saja. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat

dikembangkan lebih lanjut dengan subjek dan ranah yang berbeda seperti

ketidaksantunan dalam novel, ketidaksantunan berbahasa elit politik, suku,

budaya, dan lain-lain.

2) Penelitian ini menemukan lima kategori dan sembilan subkategori.

Diharapkan peneliti lanjutan dapat menemukan kategori dan subkategori

ketidaksantunan lain untuk melengkapi teori dalam fenomena

ketidaksantunan ini.

3) Selain bidang ilmu pragmatik, data tuturan yang dianalisis dari segi wujud,

penanda, dan maksud ketidaksantunan berbahasa linguistik dan pragmatik

dapat dianalisis pula dari beberapa bidang ilmu lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 226: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

208

5.2.2 Bagi Keluarga

Fenomena ketidaksantunan berbahasa merupakan fenomena baru dalam

kajian ilmu pragmatik. Dengan hasil penelitian yang telah diuraikan, dengan

adanya ikatan kekeluargaan yang sangat dekat, sebagai keluarga yang

berkecimpung dalam profesi pedagang seharusnya dapat menghindari penggunaan

bahasa yang tidak santun baik antaranggota keluarga. Hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai acuan atau gambaran umum mengenai bentuk ketidaksantunan

berbahasa itu sehingga dengan adanya acuan ketidaksantunan berbahasa anggota

keluarga dapat mengurangi bahkan menghindari bertutur yang tidak santun,

sebaliknya dapat bersikap dan berperilaku yang santun dengan orang tua, saudara,

atau orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 227: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

209

DAFTAR PUSTAKA

Achmad dan Alek Abdullah. 2013. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bousfield, Derek dan Miriam A. Locher.2008. Impoliteness in Language: Studies on its Interplay with Power in Teory and Practice. New York: Mouton de Gruyter.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Huang, Yan. 2007. Pragmatics. New York: Oxford University Press.

Keraf, Gorys. 1987. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

__________. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Leech, Geoffrey. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman.

_____________.1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terj. Jakarta: UI Press.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 228: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

210

Muslich, Masnur. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Noviyanti, Agustina Galuh Eka. 2013. Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik Berbahasa Antarsiswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD.

Nugroho, Miftah. 2009. “Konteks dalam Kajian Pragmatik” dalam Peneroka Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Pranowo. 2009. Berbahasa secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Puspitarini, Olivia Melissa. 2013. Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik Berbahasa antara Dosen dan Mahasiswa Program Studi PBSID, FKIP, USD, Angkatan 2009—2011. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD.

Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma

_______________. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

______________. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga.

_______________. 2012. “Penelitian Kompetensi: Ketidaksantunan Pragmatik dan Linguistik Berbahasa dalam Ranah Keluarga (Family Domain)”. Presentasi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD.

______________. ____. “Re-interpretasi Konteks Pragmatik”. Jurnal.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguitis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sumarsono. 2004. Filsafat Bahasa. Jakarta: Grasindo.

_________. 2008. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Verhaar, J. W. M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 229: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

211

Widyawari, Caecilia Petra Gading May. 2013. Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik Berbahasa Antarmahasiswa Program Studi PBSID Angkatan 2009—2011 Universitas Sanata Dharma. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

Wijana, I Dewa Putu & Muhammad Rohmadi. 2008. Semantik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Yule, George. 2006. Pragmatik. Terj. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yuliastuti, Elizabeth Rita. 2013. Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik Berbahasa antara Guru dan Siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 230: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

212

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 231: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

KORPUS DATA DAN TABULASI DATA KATEGORI KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA MELANGGAR NORMA

NO. KODE TUTURAN PENANDA KETIDAKSANTUNAN

PRESEPSI KETIDAKSANTUNAN LINGUAL

NONLINGUAL (Topik dan Situasi)

1. A1 Cuplikan Tuturan 1 MT : “Gek belajar ndisek, Le,

wes wektune belajar ki lho!”

P : “Halah, mbok mengko ah, Bu.”

• Intonasi berita. • Partikel: halah,

ah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada kata mengko.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur disuruh oleh MT untuk belajar karena sudah waktunya belajar.

• Penutur sedang menonton TV di ruang tengah.

• Aturan belajar di rumah adalah pukul 20.00 WIB.

• Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai.

• Tuturan terjadi di rumah pada malam hari.

• Penutur laki-laki berusia 15 tahun. MT perempuan berusia 56 tahun. MT adalah ibu dari penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi dengan kesal tuturan MT yang menyuruh penutur belajar.

• Tindak verbal: ekspresif • Tindak perlokusi: MT hanya diam, tidak

merespons tuturan penutur lagi.

Kategori: melanggar norma. Subkategori: menolak Wujud: • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT. • Penutur berbicara kepada

orang yang lebih tua. • Penutur tidak menaati

peraturan di rumah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 232: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

2. A2 Cuplikan Tuturan 2 MT : “Le, leh bali ojo bengi-

bengi yo!” P : “Halah, ngopo lho,

aturan opo ngono kuwi.”

• Intonasi tanya. • Partikel: halah,

lho. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada aturan opo.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur dan MT bertemu di ruang makan. • Penutur berpamitan kepada MT hendak

pergi keluar rumah pada malam hari. • MT memberi pesan kepada penutur agar

tidak pulang larut malam. • Penutur sudah mengetahui batas jam

malam dalam keluarganya yaitu pukul 22.00 WIB.

• Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai.

• Tuturan terjadi di rumah. • Penutur laki-laki berusia 15 tahun. MT

perempuan berusia 56 tahun. MT adalah ibu dai penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi MT yang memberi pesan kepada penutur.

• Tindak verbal: ekspresif • Tindak perlokusi: MT langsung diam,

tidak menanggapi tuturan penutur.

Kategori: melanggar norma. Subkategori: menentang. Wujud: • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT. • Penutur berbicara kepada

orang yang lebih tua. • Penutur tidak menaati

peraturan di rumah.

3. A3 Cuplikan Tuturan 3 MT : “Waktunya belajar dulu,

nontonnya udah!” P : “Bentar lagi ya, Bu,

wong masih jam segini kok!”

MT : “Gek belajar sana, nek

• Intonasi berita. • Partikel: ya, kok,

wong. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Penutur dan MT sedang berada di ruang keluarga.

• Penutur sedang menonton televisi. • MT menyuruh penutur untuk belajar

karena sudah pukul 20.00 WIB (waktu belajar keluarga).

• Suasana ketika tuturan terjadi dalam

Kategori : Melanggar norma. Subkategori: menentang. Wujud: • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 233: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

gak tv-nya tak matiin ini!!!”

• Tekanan: lunak pada kata bentar.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan dengan kata tidak baku bentar, masih, dan segini; penggunaan istilah bahasa Jawa wong.

keadaan santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 20.10

WIB, tanggal 6 Mei 2013. • Penutur laki-laki berusia 15 tahun. MT

perempuan berusia 37 tahun. MT adalah ibu dari penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi MT yang menyuruhnya belajar.

• Tindak verbal: komisif. • Tindak perlokusi: MT langsung

meninggalkan penutur dengan kesal.

• Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua.

• Penutur tidak menaati peraturan di rumah.

• Penutur menanggapi MT dengan sinis.

4. A4 Cuplikan Tuturan 4 MT : “Kowe ki mbok belajar

to!” P : “Halah, ora sinau, aku

yo iso kok.”

• Intonasi berita. • Partikel: halah,

yo, kok. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada rendah.

• Tekanan: lunak pada kata iso.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur dan MT berada di ruang keluarga sedang menonton televisi.

• Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, waktu belajar yang sudah ditetapkan dalam keluarga.

• MT menyuruh penutur untuk belajar dulu. • Penutur merasa dirinya sudah pandai,

oleh karenanya ia tidak mau belajar. • Penutur menjawab dengan kesal karena

merasa dirinya diatur-atur. • Suasana ketika tuturan terjadi dalam

keadaan santai. • Tuturan terjadi di rumah pada malam

hari. • Penutur laki-laki berusia 13 tahun. MT

Kategori : melanggar norma. Subkategori: menentang. Wujud: • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT. • Penutur berbicara kepada

orang yang lebih tua. • Penutur tidak menaati

peraturan di rumah. • Penutur bersikap sinis

kepada MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 234: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

perempuan berusia 40 tahun. MT adalah ibu dari penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi MT yang menyuruhnya belajar, sementara penutur merasa dirinya bisa tanpa belajar.

• Tindak verbal: representatif. • Tindak perlokusi: MT langsung diam dan

pergi dengan jawaban penutur yang tidak menuruti nasihatnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 235: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

KORPUS DATA DAN TABULASI DATA KATEGORI KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA MENGANCAM MUKA SEPIHAK

NO. KODE TUTURAN PENANDA KETIDAKSANTUNAN

PRESEPSI KETIDAKSANTUNAN LINGUAL

NONLINGUAL (Topik dan Situasi)

1. B1 Cuplikan Tuturan 5 MT : “Wedange endi, Kung?” P : “Opo. Wong kowe

ngentekke wedang e kung kok.”

• Intonasi berita. • Partikel: wong,

kok. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada frasa kowe ngentekke.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur sedang membersihkan kandang burung peliharaannya.

• MT sedang bermain dengan temannya. • MT meminta dibuatkan susu. • Sebelumnya, MT sudah menghabiskan

minuman penutur. • Penutur mengatakan tuturannya sambil

asyik memandikan burung peliharaannya tanpa melihat MT.

• MT merasa penutur memarahi dirinya karena sudah menghabiskan minuman penutur.

• Penutur tidak menyadari bahwa tuturannya membuat MT menangis.

• Tuturan terjadi dalam suasana santai. • Tuturan terjadi di halaman rumah pukul

17.00 WIB, tanggal 10 April 2013. • Penutur laki-laki berusia 60 tahun. MT

laki-laki berusia 3 tahun. MT adalah cucu dari penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi dengan

Kategori : mengancam muka sepihak.

Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT. • Penutur tidak merasa

menyinggung MT. • Penutur mempedulikan

akibat dari tuturannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 236: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

kesal permintaan MT yang minta dibuatkan susu.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT langsung menangis

dan berlari ke pelukan ibunya.

2. B2 Cuplikan Tuturan 6 P : “Sayur e endi bu?

Emoh mangan aku nek gak enek sayur e.”

MT: “Mbok sabar to le, kowe ki ra ndelok ibu sibuk po iki.”

P : “La wong aku ngelih lho.”

• Intonasi tanya • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada frasa sayur e endi.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur baru pulang dari sekolah. • MT sedang menyapu lantai rumah. • Penutur hendak makan, lalu ia membuka

tudung saji, tetapi tidak menemukan sayur.

• Penutur tidak mau makan jika tidak ada sayur.

• Tanpa melihat pada MT, penutur pergi begitu saja tanpa mempedulikan MT yang merasa bersalah tidak memasak sayur untuk penutur.

• Tuturan terjadi dalam suasana serius. • Tuturan terjadi di rumah pada siang hari. • Penutur laki-laki berusia11 tahun. MT

perempuan berusia 37 tahun. MT adalah ibu dari penutur.

• Tujuan: penutur bertanya dengan kesal sayur yang seharusnya sudah tersedia di meja makan.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT langsung buru-

Kategori : mengancam muka sepihak.

Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT. • Penutur tidak

mempedulikan akibat dari tuturannya.

• Penutur tidak merasa membuat MT tersinggung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 237: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

buru memasak sayur untuk penutur.

3. B3 Cuplikan Tuturan 7 P : “Wes, nek wes takon

gek lungo!” MT: (langsung pergi).

• Intonasi perintah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada frasa gek lungo.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur sedang menerima tamu di ruang tamu.

• MT datang lalu ikut bertanya-tanya kepada tamu penutur.

• Tuturan terjadi dalam suasana santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 18.00

WIB, tanggal 20 April 2013. • Penutur perempuan berusia 40 tahun. MT

perempuan berusia 62 tahun. MT adalah ibu dari penutur.

• Tujuan: penutur menyuruh MT pergi setelah bertanya-tanya pada tamu penutur.

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT langsung pergi

meninggalkan tamu penutur.

Kategori : mengancam muka sepihak.

Subkategori : memerintah. Wujud: • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT. • Penutur tidak

mempedulikan MT yang tersinggung karena tuturannya.

4. B4 Cuplikan Tuturan 8 P : “Haduh, Mbaknya nih

sibuk banget sih, mbok sini lho!”

MT: “Eh, iya, Mbak. Ini bentar lagi kok.”

• Intonasi perintah. • Partikel: sih, lho. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada frasa sibuk

• MT sedang membuat minum untuk penutur.

• MT berada di dapur, sementara penutur berada di ruang tamu.

• Jarak dapur dengan ruang tamu tidak terlalu jauh, sehingga penutur dapat berbicara dengan nada sedang.

• Penutur mengatakan tuturan hanya

Kategori : mengancam muka sepihak.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara ketika

MT tengah sibuk. • Penutur tidak menyadari

bahwa MT tersinggung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 238: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

banget sih. • Diksi: bahasa

nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku mbaknya, banget; penggunaan istilah bahasa Jawa mbok.

dengan maksud bercanda. • MT merasa dirinya disindir karena terlalu

sibuk padahal sedang ada tamu. • Tuturan terjadi dalam suasana santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 18.00

WIB, tanggal 22 April 2013. • Penutur perempuan berusia 23 tahun. MT

perempuan berusia 19 tahun. • Tujuan: penutur menyuruh MT untuk ikut

berbincang-bincang bersama. • Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT langsung buru-

buru menyelesaika pekerjaannya.

karena tuturannya.

5. B5 Cuplikan Tuturan 9 MT1 : “Saya masih single.” MT 2: “Wah masih single to

mas.” P : “Kae po karo Mbak e

wae?” MT1: “Wah, ya ndaklah. Ini

mbaknya mau tanya apa lagi?”

MT2: “Oh, bentar, Mas.”

• Intonasi tanya. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada frasa kae po.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur dan MT1 sedang menerima MT2 sebagai tamunya di ruang tamu.

• Penutur, MT1, dan MT2 sedang membicarakan tentang MT1 yang belum memiliki pacar.

• Penutur menuturkan tuturannya dengan maksud bercanda.

• Tuturan terjadi dalam suasana santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 10.30

WIB, tanggal 25 April 2013. • Penutur perempuan berusia 53 tahun.

MT1 laki-laki berusia 25 tahun. MT2 perempuan berusia 21 tahun. MT1 adalah

Kategori : mengancam muka sepihak.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT1 dan MT2. • Penutur tidak merasa telah

membuat MT1 tersindir karena tuturannya.

• Penutur berbicara dengan santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 239: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

anak dari penutur. MT2 adalah mahasiswa yang sedang mewawancarai penutur dan MT1.

• Tujuan: penutur menawarkan kepada MT1 untuk mendekati MT2.

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT1 langsung menolak

tawaran penutur dan mengalihkan topik pembicaraan.

6. B6 Cuplikan Tuturan 10 MT1 : “Boleh mampir lho

Mas!” MT 2: “Iya mbak, nanti

kapan-kapan.” P : “Waduh, silakan

janjian lho, Masnya pasti bisa kalo janjian kayak gini.”

MT2: “Wah, Mbaknya ini lho.”

• Intonasi perintah. • Partikel: lho. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada kata waduh.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku waduh, masnya, kalo, janjian, kayak, gini.

• Penutur, MT1, dan MT2 berada di ruang tamu.

• Penutur, MT1, dan MT2 sedang membicarakan alamat rumah MT1 yang tidak jauh dari rumah MT2.

• Dalam tuturannya, penutur hanya bermaksud bercanda.

• MT2 menjadi gugupdan menanggapi tuturan penutur dengan serba salah.

• Tuturan terjadi dalam suasana santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 10.30

WIB, tanggal 25 April 2013. • Penutur perempuan berusia 21 tahun.

MT1 perempuan berusia 22 tahun. MT2 laki-laki berusia 25 tahun.

• Tujuan: penutur menyuruh MT2 membuat janji dengan MT1.

Kategori : mengancam muka sepihak.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT2. • Penutur tidak merasa telah

membuat MT2 tersindir karena tuturannya.

• Penutur berbicara dengan santai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 240: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT menanggapi

tuturan penutur dengan sikap serba salah.

7. B7 Cuplikan Tuturan 11 MT: “Duh, Mbak. Tugasku

tuh makin banyak banget nih. Ya ampun.”

P : “Lho, itu kan tanggung jawabmu, itu tugasmu.”

• Intonasi berita. • Partikel: lho. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada frasa tanggung jawabmu.

• Diksi: bahasa nonstandar dan penggunaan kata tidak baku kan.

• MT baru pulang dari kampus dan penutur berada di dapur.

• MT mengeluhkan tentang tugas kuliahnya yang semakin banyak.

• Penutur menanggapi keluhan MT tanpa melihat ke MT.

• MT tersinggung dengan tuturan penutur yang tidak menanggapi dengan baik keluhannya.

• Penutur tidak merasa menyinggung karena menurutnya itu memang sudah menjadi tanggung jawab MT.

• Tuturan terjadi dalam suasana serius. • Tuturan terjadi di rumah pada siang hari. • Penutur perempuan berusia 25 tahun. MT

laki-laki berusia 20 tahun. MT adalah adik penutur.

• Tujuan: penutur menangapi keluhan MT tentang tugas kuliahnya.

• Tindak verbal: representatif. • Tindak perlokusi: MT langsung

meninggalkan penutur yang tidak menanggapi dengan baik keluhannya.

Kategori : mengancam muka sepihak.

Subkategori : memperingatkan. Wujud: • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur berbicara tanpa

merasa menyinggung perasaan MT.

• Penutur berbicara tanpa melihat ke penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 241: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

8. B8 Cuplikan Tuturan 12 MT: “Aku ki wingi tibo mbak

numpak motor pas maghrib-maghrib kae.”

P : “Lah, yo kuwi ngge pengeling-eling nek maghrib ki kudu mandek!”

• Intonasi berita. • Partikel: lah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada kata mandek.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur dan MT sedang bercengkrama di halaman rumah penutur.

• MT menceritakan bahwa kemarin sore ia jatuh dari motor sekitar waktu Maghrib.

• Penutur menanggapi tuturan MT dengan maksud mengingatkan.

• MT justru tersindir dengan tuturan penutur.

• Tuturan terjadi dalam suasana santai. • Tuturan terjadi di halaman rumah pada

sore hari. • Penutur perempuan berusia 45 tahun. MT

perempuan berusia 40 tahun. • Tujuan: penutur mengingatkan MT untuk

tidak melakukan aktivitas ketika Maghrib.

• Tindak verbal: representatif. • Tindak perlokusi: MT lalu mengalihkan

pembicaraan ke topik lain.

Kategori : mengancam muka sepihak.

Subkategori : memperingatkan. Wujud: • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT. • Penutur tidak menyadari

bahwa tuturannya telah menyinggung MT.

• Penutur berbicara dengan santai.

9. B9 Cuplikan Tuturan 13 MT: “Mbak, aku nitip helm

yo?” P : “Kowe nitip helm

eneng pajakke lho. Wani bayar piro sebulan?”

• Intonasi tanya. • Partikel: lho. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras

• Penutur sedang berada di teras rumah. • MT baru saja datang, tetapi hendak pergi

lagi. • MT menitipkan helmnya kepada penutur

karena ia merasa tidak perlu memakai helm.

• Penutur mengatakan tuturan dengan

Kategori : mengancam muka sepihak.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur berbicara tanpa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 242: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

MT: “Yowes, Mbak, ra sido.”

pada kata piro. • Diksi: bahasa

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

maksud bercanda. • Penutur tidak tahu bahwa tuturan sudah

menyinggung MT. • MT merasa tidak boleh menitipkan

helmnya kepada penutur. • Tuturan terjadi dalam suasana santai. • Tuturan terjadi di rumah pada sore hari. • Penutur perempuan berusia 28 tahun. MT

perempuan berusia 24 tahun. MT adalah adik sepupu penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi permintaan MT yang hendak menitipkan helmnya.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT langsung pergi

dengan memakai helmnya kembali.

mempedulikan MT yang tersinggung akibat tuturannya.

• Penutur bersikap santai saja.

10. B10 Cuplikan Tuturan 14 P : “Awas nek kowe reneh

meneh, tak jiwit kowe. Utang lho kowe!”

MT: (berlari kepada ibunya).

• Intonasi seru. • Partikel: lho. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada frasa tak jiwit kowe.

• Diksi: bahasa nonstandar

• Penutur sedang berada di teras rumah. • MT hendak pulang ke rumahnya bersama

ibunya. • MT berpamitan kepada penutur. • Penutur mengatakan tuturannya dengan

maksud bercanda, tetapi seperti mengancam.

• MT merasa diancam hendak dicubit jika datang lagi ke rumah penutur.

• Tuturan terjadi dalam suasana santai. • Tuturan terjadi di rumah pada sore hari

Kategori : mengancam muka sepihak.

Subkategori : mengancam. Wujud: • Penutur berbicara dengan

sedikit berteriak. • Penutur berbicara tanpa

mempedulikan MT yang menangis akibat tuturannya.

• Penutur bersikap santai setelah memberi ancaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 243: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur perempuan berusia 70 tahun. MT laki-laki berusia 7 tahun. MT adalah cucu dari penutur.

• Tujuan: penutur mengancam MT agar tidak datang lagi ke rumah penutur.

• Tindak verbal: komisif. • Tindak perlokusi: MT lalu mengadu

kepada ibunya.

kepada MT.

11. B11 Cuplikan Tuturan 15 P : “Endi jatahku be,

gopek gopek?” MT: “La kok njaluk karo

aku?” P : “Yo ben.”

• Intonasi tanya. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada kata jatahku.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• MT sedang membersihkan kadang burung peliharaannya.

• Penutur yang baru dari dapur menghapiri MT.

• Penutur menagih jatah uang jajan kepada MT (kebiasaan penutur ketika kecil yang selalu meminta uang jajan kepada MT pada sore hari setelah MT pulang kerja).

• Maksud dari tuturan penutur adalah bercanda, tetapi MT merasa penutur benar-benar menagih uang jajan kepadanya, padahal penutur sudah menjadi seorang ibu.

• Tuturan terjadi dalam suasana santai. • Tuturan terjadi di halaman rumah, pukul

17.00 WIB, tanggal 10 April 2013. • Penutur perempuan berusia 35 tahun. MT

laki-laki berusia 60 tahun.

Kategori : mengancam muka sepihak.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur berbicara dengan

santai. • Penutur tidak

mempedulikan MT yang tersinggung dengan tuturannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 244: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tujuan: penutur meminta uang kepada MT.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT menolak memberi

uang kepada penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 245: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

KORPUS DATA DAN TABULASI DATA KATEGORI KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA MELECEHKAN MUKA

NO. KODE TUTURAN PENANDA KETIDAKSANTUNAN

PRESEPSI KETIDAKSANTUNAN LINGUAL

NONLINGUAL (Topik dan Situasi)

1. C1 Cuplikan Tuturan 16 P : “Heh, sepatu ne endi

kuwi?” MT: (mengambil sepatunya).

• Intonasi tanya. • Partikel: heh. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada kata endi.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Saat MT hendak berangkat ke sekolah sore.

• Penutur sedang berbincang-bincang dengan tamunya.

• MT melepas sepatunya dan meninggalkannya begitu saja.

• MT berlari-lari tanpa menggunakan sepatu.

• Penutur berkata dengan kesal kepada MT karena sebelumnya MT sudah memakai sepatu, tetapi sepatunya dilepas lagi.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di halaman rumah, pukul

17.00 WIB, tanggal 10 April 2013. • Penutur perempuan, ibu berusia 35 tahun.

MT laki-laki, anak berusia 3 tahun. MT adalah anak dari penutur.

• Tujuan: penutur memarahi MT sebagai anak penutur yang tidak mau memakai sepatunya.

• Tindak verbal: ekspresif.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur berbicara dengan

keras. • Penutur mengungkakpkan

kekesalahan dengan ketus. • Penutur berbicara dengan

menyentak. • Penutur membuat MT takut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 246: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tindak perlokusi: MT mengambil sepatunya, lalu dipakai.

2. C2 Cuplikan Tuturan 17

P: “Heh heh heh, kono neng

sekolah wae!”

• Intonasi perintah. • Partikel: heh. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada kata heh.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur sedang berada di teras rumah bersama tamunya.

• Penutur memarahi MT yang tidak mau berangkat sekolah sore.

• MT mengganggu penutur yang sedang berbincang-bincang dengan tamu.

• MT merengek-rengek tidak jelas. • Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di halaman rumah, pukul

17.00 WIB, tanggal 10 April 2013. • Penutur perempuan, ibu berusia 35 tahun.

MT laki-laki, anak berusia 3 tahun. MT adalah anak dari penutur.

• Tujuan: penutur memarahi MT sebagai anak penutur yang tidak mau ke sekolah sore.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT langsung berlari

menuju sekolah.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur menyentak MT. • Penutur membuat MT

ketakutan dan meninggalkan penutur.

• Penutur berbicara dengan keras.

• Penutur berbicara dengan ketus.

3. C3 Cuplikan Tuturan 18 P : “Aku njaluk susu.” MT: “Wong ra sekolah kok

• Intonasi berita. • Partikel: wong,

kok. • Nada tutur:

• Penutur berada di halaman rumah bersama seorang ibu, tetangga rumahnya

• MT bersama dengan temannya bermain di halaman rumah.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 247: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

njaluk susu.”

penutur berbicara dengan nada rendah.

• Tekanan: lunak pada frasa njaluk susu.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur menanggapi permintaan MT. • MT merengek minta susu. • MT tidak mau berangkat ke sekolah jika

belum dibuatkan susu. • Penutur menyindir MT agar sekolah

terlebih dahulu, setelah itu baru meminta susu.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di halaman rumah, pukul

17.00 WIB, tanggal 10 April 2013. • Penutur perempuan, nenek berusia 55

tahun. MT laki-laki, anak berusia 3 tahun.

• Tujuan: penutur menanggapi MT sebagai cucunya yang minta dibuatkan susu.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT tetap meronta-

ronta minta dibuatkan susu.

sinis. • Penutur berbicara dengan

santai. • Penutur menyinggung MT

dengan sindiran. • Penutur berbicara tanpa

melihat MT.

4. C4 Cuplikan Tuturan 19 P: “Heh, kuping e endi,

kene tak andani!”

• Intonasi perintah. • Partikel: heh. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada frasa kuping

• Penutur berada di teras rumah bersama tamunya.

• MT sedang asyik berlari-lari sendirian. • Penutur menyuruh MT untuk ke sekolah. • MT masih saja asyik bermain dengan

temannya tanpa mempedulikan perintah penutur.

• Penutur mulai kesal karena sejak tadi

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur berbicara dengan

keras. • Penutur menyinggung MT. • Penutur berbicara dengan

menyentak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 248: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

e endi. • Diksi: bahasa

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

tidak mau mendengaran nasihat atau perintah penutur.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di halaman rumah, pukul

17.00 WIB, tanggal 10 April 2013. • Penutur perempuan, ibu berusia 35 tahun.

MT laki-laki, anak berusia 3 tahun. • Tujuan: penutur memarahi MT sebagai

anaknya yang sulit diberi tahu. • Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT langsung datang

kepada penutur.

5. C5 Cuplikan Tuturan 20 MT1: “Dek, cuci tangan

dulu!” MT2: (masih berlari-lari). P : “Ben, mengko neng

wetenge ben eneng gambare.”

• Intonasi berita. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada kata ben.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur berada di halaman rumah bersama seorang ibu, tetangga penutur.

• MT2 baru saja pulang dari sekolah sore. • Di sekolah, MT2 belajar menggambar. • Sepulang sekolah, MT1 menyuruh MT2

untuk mencuci tangannya terlebih dahulu. • MT2 tidak mau mencuci tangan terlebih

dahulu. • Penutur menyindir MT2 agar mau

mencuci tangannya. • Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di halaman rumah, pukul

17.00 WIB, tanggal 10 April 2013. • Penutur perempuan, nenek berusia 55

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara tanpa

meihat ke MT. • Penutur menyindir MT. • Penutur menyinggung MT. • Penutur bericara dengan

ketus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 249: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

tahun. MT1 perempuan berusia 35 tahun. MT2 laki-laki, anak berusia 3 tahun. MT2 adalah anak dari MT1 dan cucu dari penutur.

• Tujuan: penutur menyindir MT2 yang tidak mau mencuci tangannya setelah menggambar.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT2 mencari kran air

untuk mencuci tangannya.

6. C6 Cuplikan Tuturan 21 P : “Heh, flashdisc-mu tu

banyak banget virusnya, gudang virus ya?”

MT: “Duh, ngece tenan kamu tu.”

• Intonasi tanya. • Partikel: heh. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada frasa banyak banget.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu tu, banget.

• MT berada di dalam kamarnya dalam keadaan pintu terbuka.

• Penutur juga berada di kamarnya. • Kamar penutur dan MT bersebelahan. • Sebelumnya, penutur meminjam flashdisc

MT untuk memindahan data kuliahnya yang hendak dikumpulkan kepada dosennya.

• Penutur meminjam flashdisc MT karena miliknya sedang dipinjam oleh temannya.

• Tanpa menyebutkan nama MT, penutur meneriaki MT dalam kamarnya.

• MT yang merasa sudah berbaik hati meminjamkan flashdisc-nya kepada penutur tersinggung dengan tuturan penutur.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

keras. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur tidak berterima

kasih telah diberi pinjaman. • Penutur menyinggung MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 250: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 09.00

WIB, tanggal 23 April 2013. • Penutur dan MT perempuan berusia 22

tahun. • Tujuan: penutur memberi tahu MT

bahwa flashdisc MT banyak virus. • Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT langsung meminta

flashdisc-nya untuk dikembalikan.

7. C7 Cuplikan Tuturan 22 MT: “Pak, eneng krupuk ra?” P : “Opo, kowe ki arep

ngopo?” MT: (langsung pergi).

• Intonasi tanya. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada kata opo.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur berada di tokonya sedang menyusun barang dagangannya.

• MT datang hendak membeli kerupuk. • MT bertanya tentang harga kerupuk yang

ia inginkan. • Bukannya menjawab pertanyaan MT,

penutur justru menanyakan hal yang lain. • Penutur mengganggap MT tidak terlalu

penting untuk dilayani. • Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di toko pukul 09.00 WIB,

tanggal 25 April 2013. • Penutur laki-laki berusia 48 tahun. MT

perempuan berusia 28 tahun. MT adalah tetangga penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi MT yang

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : mengejek. Wujud: • Penutur berbicara dengan

santai. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur menyinggung MT. • Penutur tidak menghargai

MT sebagai pembeli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 251: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

datang hendak membeli kerupuk. • Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT yang hendak

membeli kerupuk langsung pergi tidak jadi membeli.

8. C8 Cuplikan Tuturan 23 MT: “Itu lho bukain

pintunya!” P : “Yo, kono kowe wae,

wong aku rung adus kok!”

• Intonasi perintah. • Partikel: yo,

wong, kok. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada rendah.

• Tekanan: keras pada frasa kowe wae.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• MT sedang berada di dapur. • Penutur berada di ruang tamu sedang

bermain HP ketika terdapat suara pintu yang diketuk.

• MT yang sedang sibuk menyuruh penutur untuk membukakan pintu untuk tamunya.

• Penutur tidak mau membukakan pintu karena penutur belum mandi.

• Penutur menyuruh MT yang sedang sibuk untuk membukakan pintu karena MT yang sudah tampak rapi.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 18.00

WIB, tanggal 22 April 2013. • Penutur anak laki-laki berusia 14 tahun.

MT perempuan berusia 19 tahun. • Tujuan: penutur menanggapi dengan

kesal tuturan MT yang menyuruhnya membukakan pintu untuk tamu.

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT yang akhirnya

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : menentang. Wujud: • Penutur berbicara dengan

keras. • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur menyinggung MT. • Penutur menyuruh balik ke

MT yang tengah sibuk. • Penutur berbicara dengan

ketus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 252: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

membuka pintu untuk tamu mereka yang baru datang.

9. C9 Cuplikan Tuturan 24

P : “Ganti to pak, aku ki

ra seneng bal!!!” MT: (mengganti chanel TV).

• Intonasi perintah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada kata ganti.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• MT berada di ruang keluarga sedang menonton televisi

• MT menonton acara pertandingan sepak bola.

• Penutur yang baru keluar dari kamar hendak menonton televisi pula.

• Penutur tidak menyukai acara pertandingan bola.

• Penutur kesal ketika mendapati MT justru menonton bola.

• Penutur menyuruh MT mengganti chanel TV ke acara yang lain.

• Penutur berbicara dengan keras, padahal jarak MT dengan penutur hanya 2 meter.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pada malam

hari. • Penutur laki-laki berusia 23 tahun. MT

laki-laki berusia 50 tahun. MT adalah bapak penutur.

• Tujuan: penutur menyuruh mengganti chanel TV, karena chanel yang sedang ditonton oleh MT tidak disukai oleh penutur.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara dengan

keras. • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur menyinggung MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 253: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT tidak langsung

mengganti chanel TV yang dimaksud oleh penutur, tetapi tidak lama kemudian MT mengganti chanel dan meninggalkan penutur menonton sendirian.

10. C10 Cuplikan Tuturan 25 MT: “Kenapa gak lanjut

sekolah?” P : “Ah, kok aku terus sih

Mbak sing mbok takok i?”

MT: “Lah, ya udah gantian aja.”

• Intonasi tanya. • Partikel: ah, kok,

sih. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada rendah.

• Tekanan: lunak pada kata takok i.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur sedang berbincang-bincang dengan MT di ruang tamu.

• Bersama penutur terdapat kedua saudaranya yang juga ikut berbincang-bincang dengan MT.

• MT bertanya banyak hal tentang penutur. • Penutur tidak ingin ia ditanyai terus. • Penutur menginginkan MT bertanya

dengan yang lain. • Suasana ketika tuturan terjadi serius. • Tuturan terjadi di rumah pukul 18.00

WIB, tanggal 22 April 2013. • Penutur laki-laki berusia 14 tahun. MT

perempuan berusia 21 tahun. MT adalah tamu penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi MT yang bertanya kepada penutur, tetapi penutur tidak ingin ditanyai terus.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: setelah penutur

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur menyinggung MT. • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 254: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

mengatakan demikian, MT tidak bertanya lagi kepada penutur.

11. C11 Cuplikan Tuturan 26

MT: “Mas, aku melu yo?” P : “Halah, ojo ojo, nang

omah wae, jeh cilik!!!”

• Intonasi perintah. • Partikel: halah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada frasa ojo-ojo.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur berada di kamarnya dan bersiap-siap hendak pergi.

• MT datang ke kamar penutur meminta izin untuk ikut bersama penutur karena jika penutur pergi, MT hanya tinggal sendirian di rumah.

• Penutur tidak memperbolehkan MT ikut karena penutur menganggap MT masih kecil dan belum pantas ikut dengannya.

• MT meninggalkan penutur dengan kesal karena tidak dizinkan ikut.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pada malam

hari. • Penutur laki-laki berusia 20 tahun. MT

laki-laki berusia 14 tahun. MT adalah adik dari penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi MT dengan sinis permintaan MT yang ingin ikut dengannya.

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT lalu hanya tinggal

di rumah sendirian, tidak jadi ikut penutur.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : menolak. Wujud: • Penutur berbicara dengan

keras. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur menyinggung MT

yang ingin ikut dengannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 255: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

12. C12 Cuplikan Tuturan 27 MT1 : “Mas, usianya

berapa?” MT2: “25 Mbak, wes tuwo

to?” P : “Wes tuwo neng cilik

yo, Mbak.”

• Intonasi berita. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada kata cilik.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur dan MT2 berada di ruang tamu bersama MT1.

• Penutur duduk di samping MT2. • MT1 duduk di hadapan MT2 dan penutur. • MT1 menanyakan tentang usia MT2.

MT1 mengaku bahwa dirinya sudah tua. • Setelah MT2 menjawab berapa usianya,

penutur langsung menanggapi dengan sindiran kepada MT2.

• Tubuh MT2 tidak terlalu tinggi dan kurus.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 10.30

WIB, tanggal 25 April 2013. • Penutur perempuan berusia 53 tahun.

MT1 perempuan berusia 21 tahun. MT2 laki-laki berusia 25 tahun. MT adalah anak dari penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi MT2 yang mengaku dirinya sudah tua.

• Tindak verbal: representatif. • Tindak perlokusi: MT2 hanya diam saja.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

santai. • Penutur tidak mengatakan

hal yang sebenarnya. • Penutur mempermalukan

MT sebagai anaknya.

13. C13 Cuplikan Tuturan 28 MT2: (menceritakan

keluarganya).

• Intonasi berita. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada

• Penutur dan MT2 berada di ruang tamu bersama MT1.

• Penutur duduk di samping MT2. • MT1 duduk di hadapan MT2 dan penutur.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 256: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

P : “Biasalah nek orang tua kayak gitu, Mbak, biasalah ibu-ibu.”

MT1: “Iya, Mas. Gak papa.”

rendah. • Tekanan: lunak

pada kata biasalah.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu biasalah, kayak, gitu; penggunaan istilah bahasa Jawa nek.

• MT2 banyak bercerita tentang keluarganya.

• Penutur menambahi bahwa dirinya sering dimarah oleh MT2.

• Penutur mangganggap bahwa hal itu wajar dan perlu dimaklumi karena memang sudah menjadi kebiasaan ibu-ibu, tetapi tuturan penutur sebenarnya bermaksud untuk menyindir MT2 yang menurutnya cerewet.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 10.30

WIB, tanggal 25 April 2013. • Penutur laki-laki berusia 25 tahun. MT1

perempuan berusia 21 tahun. MT2 perempuan berusia 53 tahun. MT2 adalah ibu dari penutur.

• Tujuan: penutur menyindir MT2 yang menurutnya cerewet.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT2 lalu diam setelah

mendengar tuturan penutur.

santai. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur menyindir orang

yang lebih tua. • Penutur membuat MT

tersinggung.

14. C14 Cuplikan Tuturan 29 P : “Kuwi yo ra neng

kono, opo-opo kok mung utah!!!”

• Intonasi perintah. • Partikel: yo, kok. • Nada tutur:

penutur berbicara

• Penutur dan MT berada di toko penutur. • MT membantu penutur menyusun barang

dagangan penutur. • Sebelumnya, MT sudah menumpahkan

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : memperingatkan. Wujud: • Penutur berbicara dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 257: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

MT: (memindahkan barang ke tempat lain).

dengan nada sedang.

• Tekanan : keras pada frasa neng kono.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

barang yang tidak sengaja disenggolnya. • MT salah meletakkan barang yang

hendak ia susun. • Penutur mengingatkan MT untuk tidak

meletakkan barang di tempat yang salah karena nanti bisa tumpah lagi.

• Suasana ketika tuturan terjadi serius. • Tuturan terjadi di toko pada siang hari

pukul 12.30 WIB, tanggal 6 Mei 2013. • Penutur perempuan berusia 46 tahun. MT

laki-laki berusia 18 tahun. MT adalah anak penutur.

• Tujuan: penutur mengingatkan MT agar meletakkan barang pada tempatnya.

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT meletakkan barang

pada tempatnya dengan berhati-hati.

ketus. • Penutur mengingatkan

dengan sinis. • Penutur membuat MT

tersinggung dengan tuturannya.

15. C15 Cuplikan Tuturan 30 P : “Kowe ki keentekan

obat, kono ngombe obat sek ben ra edan!”

MT: “Opo to, Bu. Wong aku rapopo kok.”

• Intonasi perintah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada frasa keentekan obat.

• Diksi: bahasa

• Penutur sedang memasak di dapur. • MT datang ke dapur dan menggoda

penutur. • Penutur menganggap MT aneh tiba-tiba

menggoda penutur karena biasanya penutur tidak suka menggodanya.

• Penutur menyindir MT dengan mengumpamakan MT kehabisan obat sehingga aneh demikian.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara dena

sinis. • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 258: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 12.30

WIB, tanggal 15 Mei 2013. • Penutur perempuan berusia 42 tahun. MT

laki-laki berusia 45 tahun. MT adalah suami penutur.

• Tujuan: penutur menyindir MT yang menggoda penutur.

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT membela diri.

yang seharusnya lebih dihormati.

• Penutur menggunakan kata-kata ejekan.

16. C16 Cuplikan Tuturan 31 P : “Kuwi mbok

dijamuni disek ben bapakmu rodo mari leh edan!”

MT1: (hanya diam). MT2: (meninggalkan

penutur).

• Intonasi perintah. • Partikel: mbok • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada kata edan.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur sedang memasak di dapur. • MT1 menonton televisi di ruang keluarga. • Jarak dapur dengan ruang keluarga tidak

terlalu jauh. • MT2 datang ke dapur dan menggoda

penutur. • Penutur menganggap MT2 aneh tiba-tiba

menggoda penutur karena biasanya penutur tidak suka menggodanya.

• Penutur menyindir MT2 dengan mengumpamakan MT2 kehabisan obat sehingga aneh demikian.

• Penutur melibatkan MT1 yang tidak tahu apa-apa untuk menyindir MT2 yang masih saja menggodanya.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur menyindir orang

yang lebih tua. • Penutur menggunakan kata-

kata ejekan. • Penutur tidak menghargai

MT yang sebenarnya sedang mengajak penutur bercanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 259: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tuturan terjadi di rumah pukul 12.30 WIB, tanggal 15 Mei 2013.

• Penutur perempuan berusia 42 tahun. MT1 laki-laki berusia 12 tahun. MT2 laki-laki berusia 45 tahun. MT1 adalah anak dari penutur dan MT2 adalah suami dari penutur.

• Tujuan: penutur menyindir MT2 yang masih saja menggoda penutur.

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: karena sudah berkali-

kali disindir, MT2 tidak menggoda penutur lagi lalu pergi meninggalkan penutur dan MT1.

17. C17 Cuplikan Tuturan 32 MT2: (merokok sambil

melamun). MT1: “Nek mikir ki kudu

karo ngerokok po”? P : “Iyo kuwi, nek mikir

ora mangan sego, tapi mangane rokok.”

• Intonasi berita. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada frasa mangane rokok.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunaan bahasa Jawa.

• MT2 sedang duduk di teras rumah seorang diri sambil merokok.

• MT2 tampak sedang melamun dan memikirkan sesuatu.

• MT1 datang ke rumah MT2. • MT1 menegur MT2 dengan menanyakan

apa yang sedang dilakukan MT2. • Belum sempat menjawab pertanyaan

MT1, penutur yang tiba-tiba keluar dari rumah langsung menanggapi pertanyaan MT1.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur memberi sindiran

kepada MT2. • Penutur membuat MT

tersinggung, padahal MT tidak mengganggu penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 260: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tuturan terjadi di rumah pada siang hari pukul 13.00 WIB, tanggal 13 Mei 2013.

• Penutur perempuan 40 tahun. MT1 perempuan berusia 48 tahun. MT2 laki-laki berusia 35 tahun. MT2 adalah saudara sepupu penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi MT1 yang bertanya kepada MT2 tentang apa yang sedang dipikirkan oleh MT2.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT2 hanya diam saja.

18. C18 Cuplikan Tuturan 33

P: “Mlaku ki yo mlaku wae,

ra sah meleng mripate!”

• Intonasi perintah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada kata meleng.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur sedang duduk di teras rumah. • MT yang baru datang berjalan hendak

masuk ke rumah. • MT berjalan tanpa melihat arah jalannya,

tetapi melihat ke arah jalan. • MT melihat gadis yang sedang berjalan di

depan rumahnya. • Karena mengalihkan padangannya

tersebut, MT hampir saja terjatuh ketika menaiki anak tangga.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di depan rumah pukul

16.00 WIB, tanggal 21 Mei 013. • Penutur perempuan berusia 20 tahun. MT

laki-laki berusia 55 tahun. MT adalah

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur menyinggung MT. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur memberi sindiran

kepada MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 261: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

keponakan penutur. • Tujuan: penutur menyindir MT yang

tidak berkonsentrasi dan melihat ke arah lain ketika berjalan masuk ke rumah.

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT langsung

memperhatikan ke depan sesuai arah berjalannya.

19. C19 Cuplikan Tuturan 34

P : “Nomer HP-mu piro?” MT: “Kowe ki ngece tenan.

Wong tuwo dijaluki nomer HP.”

P: “Zaman koyo ngene kok ra nduwe HP.”

• Intonasi berita. • Partikel: kok. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada frasa ra nduwe.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur baru datang ke rumah MT. • MT sedang duduk di kursi di teras

rumahnya. • Penutur meminta nomor HP MT agar

mudah untuk dihubungi. • Karena MT tidak terlalu bisa

menggunakan HP dan merasa tidak terlalu membutuhkannya, MT tidak memiliki HP.

• Penutur yang usianya jauh lebih muda dari mengejek MT yang tidak memiliki HP di zaman serba teknologi.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di depan rumah pukul

16.00 WIB, tanggal 21 Mei 2013. • Penutur laki-laki berusia 20 tahun. MT

perempuan bersuai 55 tahun. MT adalah bibi penutur.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : mengejek. Wujud: • Penutur berbicara dengan

santai. • Penutur memberi ejekan

kepada MT. • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur menyinggung MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 262: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tujuan: penutur menanggapi MT yang mengaku tidak memiliki HP.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT tidak menanggapi

lagi tuturan penutur.

20. C20 Cuplikan Tuturan 35 MT: “Mbak, aku boleh izin

pergi liburan sama temen-temen gak?”

P : “Gak ada liburan, kalo libur kamu mau bayar semesteran pake apa?”

• Intonasi tanya. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada frasa gak ada.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu gak, kalo, mau, dan pake.

• Penutur sedang menggoreng onde-onde dagangannya.

• Suasana ketika tuturan terjadi serius. • MT yang baru saja pulang dari kampus

menghapiri penutur. • MT meminta izin hendak pergi berlibur

dengan teman-teman sekampusnya. • Penutur langsung melarang MT berlibur

karena ia harus membantu penutur bekerja agar dapat membayar uang kuliah MT.

• Tuturan terjadi di rumah pada siang hari. • Penutur perempuan berusia 28 tahun. MT

laki-laki berusia 20 tahun. MT adalah adik penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi MT yang meminta izin pergi berlibur bersama teman-temannya.

• Tindak verbal: eksprsif. • Tindak perlokusi: MT langsung diam dan

menuruti penutur.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori: memperingatkan. Wujud: • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur melarang MT

dengan ancaman. • Penutur menyinggung MT. • Penutur berbicara dengan

sedikit menyentak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 263: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

21. C21 Cuplikan Tuturan 36 MT1: “Bu, aku boleh minta

ganti HP baru?” MT2: (belum sempat

menjawab). P : “Pokoknya jangan

dikasih, nanti buat macem-macem, wong masih SMP gitu udah minta yang macem-macem!”

• Intonasi perintah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada kata jangan.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu pokoknya, dikasih, buat, macem-macem, masih, gitu, dan udah; penggunaan istilah bahasa Jawa wong.

• MT1 sedang berada di ruang keluarga bersama ibunya (MT2).

• MT1 meminta HP model terbaru kepada ibunya.

• Penutur yang berada di dalam kamar mendengar perbincangan MT1 dengan ibu.

• Penutur langsung keluar kamar dan menanggapi permintaan MT1 dengan sinis.

• Suasana ketika tuturan terjadi serius. • Tuturan terjadi di rumah pada malam

hari. • Penutur perempuan berusia 20 tahun.

MT1 laki-laki berusia 15 tahun. MT2 perempuan berusia 47 tahun. MT1 adalah adik dari penutur. MT2 adalah ibu dari MT1 dan penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi permintaan MT1 kepada ibunya.

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT1 langsung diam

dan pergi ke kamarnya.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : memperingatkan. Wujud: • Penutur berbicara dengan

keras. • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur menyinggung MT1.

22. C22 Cuplikan Tuturan 37 P : “Dasar bakul iwak,

digoleki nengdi-nengdi

• Intonasi berita. • Nada tutur:

penutur berbicara

• Penutur sudah berkeliling mencari MT. • MT sedang mengambil barang di tempat

lain.

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : kesal. Wujud:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 264: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

ra ketemu, jedule neng kene.”

MT: “La kowe ki ngopo mbak nggoleki aku ki?

P : “Njukuk pesenan to.”

dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada frasa dasar bakul iwak.

• Diksi: bahasa nonstandar dalam bahasa Jawa.

• Penutur hendak mengambil pesanannya. • Penutur dan MT bertemu di dekat

tanggayang cukup jauh jaraknya dengan lapak MT.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di pasar pukul 14.00 WIB,

tanggal 21Mei 2013. • Penutur perempuan berusia 48 tahun. MT

perempuan berusia 35 tahun. • Tujuan: penutur mengungkapkan

kekesalan karena sudah mencari MT kemana-mana.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT mengajak penutur

ke lapaknya.

• Penutur berbicara dengan ketus.

• Penutur berbicara dengan ejekan.

• Penutur menyinggung MT dengan menyebutkan profesi.

23. C23 Cuplikan Tuturan 38 P : “Heh, sana belajar!

Nonton terus.” MT: hanya diam.

• Intonasi perintah. • Partikel: heh. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada frasa sana belajar.

• Diksi: bahasa nonstandar

• MT sedang menonton televisi di ruang keluarga.

• Selain MT, terdapat pula anggota lain di ruangan tersebut.

• Penutur keluar dari kamar hendak mengambil minum di dapur.

• Penutur melihat MT masih menonto televisi padahal sudah waktunya belajar.

• Penutur menegur MT dengan keras. • Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pada malam

Kategori : melecehkan muka. Subkategori : memperingatkan. Wujud: • Penutur berbicara dengan

keras. • Penutur memberi teguran. • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara sambil

berlalu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 265: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

dengan menggunakan kata tidak baku sana, terus.

hari. • Penutur perempuan berusia 22 tahun. MT

laki-laki berusia 15 tahun. MT adalah adik dari penutur.

• Tujuan: penutur menyuruh MT belajar. • Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT langsung masuk ke

kamar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 266: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

KORPUS DATA DAN TABULASI DATA KATEGORI KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA MENGHILANGKAN MU KA

NO. KODE TUTURAN PENANDA KETIDAKSANTUNAN

PRESEPSI KETIDAKSANTUNAN LINGUAL

NONLINGUAL (Topik dan Situasi)

1. D1 Cuplikan Tuturan 39 MT : “Umurku 35 tahun kan

yo, Bu?” P : “Lah yo mboh, mbok

umurmu dewe kok tekok.”

MT : “Yo kan aku lali bu.”

• Intonasi berita. • Partikel: la, yo,

mbok, kok. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada rendah.

• Tekanan: keras pada kata mboh.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur dan MT sedang menerima tamu di teras rumah.

• Penutur duduk tidak jauh dari MT. • MT bertanya tentang usianya. • Penutur menjawab pertanyaan MT

dengan seenaknya. • Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di teras rumah pukul

17.00 WIB, tanggal 10 April 2013. • Penutur perempuan berusia 55 tahun. MT

perempuan berusia 35 tahun. MT adalah anak dari penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi pertanyaan MT yang menanyakan berapa usianya.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT langsung

menghitung sendiri usianya.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : mengejek. Wujud: • Penutur berbicara di depan

orang lain. • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur tidak merasa telah

mempermalukan MT di depan tamunya.

2. D2 Cuplikan Tuturan 40 P : “Kowe ki mbok

• Intonasi perintah. • Nada tutur:

penutur berbicara

• Penutur sedang berada di ruang keluarga. • MT baru keluar dari kamar hendak

menonton televisi.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : meremehkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 267: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

mengko wae nek arep nonton, aku disek.”

MT: (hanya diam).

dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada frasa mengko wae.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur menyuruh mitra tutur untuk menonton televisi nanti saja. Padahal penutur sejak tadi menonton televisi.

• Penutur merasa lebih tua dibanding MT, sehingga ia bisa mengatur seenaknya.

• Di ruangan itu terdapat anggota keluarga yang laen.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pada malam

hari. • Penutur laki-laki berusia 26 tahun. MT

laki-laki berusia 15 tahun. MT adalah adik penutur.

• Tujuan: penutur melarang MT yang hendak menonton televisi.

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT tidak jadi

menonton televisi karena merasa sudah dipermalukan di depan anggota keluarga yang lain.

Wujud: • Penutur berbicara di depan

keluarga yang lain. • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur memerintah MT

dengan seenaknya. • Penutur bersikap senioritas.

3. D3 Cuplikan Tuturan 41 P : “Kamu tu harusnya

lebih rajin, nilaimu tu malu-maluin!”

MT: “Iya-iya, Mbak.”

• Intonasi seru. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras

• Penutur dan MT berada di ruang keluarga bersama anggota lainnya.

• Penutur duduk di sebelah MT. • Penutur dan anggota keluarga sedang

membicarakan tentang prestasi keluarga. • Suasana ketika tuturan terjadi santai.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : memperingatkan. Wujud: • Penutur berbicara di depan

anggota keluarga yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 268: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

pada kata malu-maluin.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu tu, harusnya, dan malu-maluin.

• Tuturan terjadi di rumah pada malam hari.

• Penutur perempuan berusia 22 tahun. MT laki-laki berusia 15 tahun. MT adalah adik dari penutur.

• Tujuan: penutur menyindir MT yang nilainya tidak sebaik nilai kakak-kakaknya.

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT langsung masuk ke

kamar dengan raut muka malu.

• Penutur mengakibatkan MT merasa malu.

• Penutur berbicara dengan ketus.

• Penutur berbicara tanpa melihat ke MT.

4. D4 Cuplikan Tuturan 42 MT : “Ngopo e neng kene?” P : “Halah, Mbok, kowe

ki ra bener tenan.”

• Intonasi berita. • Partikel: halah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada kata bener.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur sedang menerima tamu di ruang tamu.

• MT datang menghampiri penutur dan bertanya kepada penutur apa yang sedang penutur lakukan.

• Penutur menjawab pertanyaan MT dengan sembrono.

• Penutur sudah membuat MT malu di depan tamu penutur.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 09.00

WIB, tanggal 25 April 2013. • Penutur laki-laki berusia 45 tahun, MT

perampuan berusia 68 tahun. MT adalah ibu dari penutur.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : mengejek. Wujud: • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara di depan

tamu. • Penutur membuat MT malu

tanpa merasa bersalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 269: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tujuan: penutur menanggapi MT yang bertanya tentang kesibukan penutur.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT langsung pergi

meninggalkan penutur.

5. D5 Cuplikan Tuturan 43 P : “Kuwi ki mbiyen

kantoran lho mbak, saiki malah mung bakul.”

MT1: “Oh, iya ya, Pak.” MT2: “duh, Pak. Malah

dibeberke lho.”

• Intonasi berita. • Partikel: lho. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada kata bakul.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur sedang menerima tamu (MT1) di ruang tamu.

• MT2 datang ke rumah penutur lalu menyalami tamu penutur.

• Penutur lalu memperkenalkan MT2 yang juga pedagang kepada tamunya dengan sindiran.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 09.00

WIB, tanggal 25 April 2013. • Penutur laki-laki berusai 45 tahun. MT1

perempuan berusia 21 tahun. MT2 perempuan berusia 38 tahun. MT2 adalah adik dari penutur.

• Tujuan: penutur memperkenalkan MT2 yang baru datang ke rumah penutur.

• Tindak verbal: representatif. • Tindak perlokusi: MT2 hanya sedikit

menanggapi penutur dengan malu sambil berlalu meninggalkan penutur dan tamunya.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara di depan

tamu. • Penutur mempermalukan

MT2. • Penutur berbicara dengan

santai. • Penutur tidak peduli bahwa

tuturannya telah menyinggung MT2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 270: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

6. D6 Cuplikan Tuturan 44 P : “Wes, ojo kakean leh

ngomong, ndak kewengen!”

MT: (langsung pergi).

• Intonasi perintah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada frasa ndak kewengen.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur sedang menerima tamu di ruang tamu.

• MT datang untuk ikut berbincang-bincang dengan tamu penutur.

• Penutur menegur MT yang terlalu banyak bertanya kepada tamu penutur padahal malam semakin larut.

• Penutur menegur MT di depan tamu penutur.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 19.00

WIB, tanggal 20 April 2013. • Penutur perempuan berusia 40 tahun, MT

perempuan berusia 62 tahun. MT adalah ibu dari penutur.

• Tujuan: penutur menegur MT yang banyak bertanya kepada tamu penutur.

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT langsung pergi

meninggalkan penutur dan tamunya.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : memperingatkan. Wujud: • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur berbicara di depan

tamu. • Penutur mengakibatkan MT

merasa malu. • Penutur berbicara dengan

sinis.

7. D7 Cuplikan Tuturan 45 MT : “Iki podo ko ngendi?” P : “Halah, mboh kowe

ngomong opo.”

• Intonasi berita. • Partikel: halah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Penutur sedang menerima tamu di ruang tamu.

• MT yang sebelumnya berada di rumahnya yang bersebelahan dengan rumah penutur datang dan ikut berbincang-bincang bersama tamu

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : mengejek. Wujud: • Penutur berbicara di depan

tamunya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 271: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tekanan: lunak pada kata mboh.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

penutur. • MT berbicara dengan suara rendah dan

kurang jelas, sehingga tidak dapat dipahami oleh penutur.

• Penutur menyindir MT di depan tamu penutur.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 19.00

WIB, tanggal 20 April 2013. • Penutur perempuan berusia 40 tahun. MT

perempuan berusia 62 tahun. MT adalah ibu dari penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi pertanyaan MT yang kurang dipahami oleh penutur.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT diam saja, tidak

melanjutkan pertanyaannya.

• Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua.

• Penutur mempermalukan MT.

• Penutur berbicara dengan ketus.

8. D8 Cuplikan Tuturan 46 MT1: “Yang biasanya ngajari

ibu pake HP siapa, Bu?”

P : “Ya kakaknya, Mbak. Nek kakaknya tu sabar Mbak, yang ini main terus.”

• Intonasi berita. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada kata kakaknya.

• Diksi: bahasa

• Penutur dan MT2 sedang berbincang-bincang dengan MT1 di teras rumah.

• MT2 duduk di samping penutur. • MT1 bertanya tentang anak-anak penutur. • Penutur membanding-bandingkan anak-

anaknya kepada MT1. • MT2 merasa dipermalukan oleh penutur

di depan MT1 karena dibanding-bandingkan dengan kakaknya.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur mengakibatkan MT

malu karena tuturannya. • Penutur tetap bersikap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 272: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu tu; penggunaan istilah bahasa Jawa nek.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 10.30

WIB, tanggal 25 April 2013. • Penutur perempuan berusia 53 tahun,

MT1 perempuan berusia 21 tahun. MT2 laki-laki berusia 25 tahun. MT2 adalah anak dari penutur.

• Tujuan: penutur membandingkan MT2 dengan kakaknya.

• Tindak verbal: representatif. • Tindak perlokusi: MT2 langsung diam

sejenak karena merasa malu.

santai.

9. D9 Cuplikan Tuturan 47 P : “Opo, opo maning?” MT: “Opo maning yo.” P : “Lah, kok bingung-

bingung lho Mbak! Disiapin ora e?”

• Intonasi tanya. • Partikel: lah, kok,

lho. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada kata bingung-bingung.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan

• Penutur dan MT berada di ruang tamu bersama anggota keluarga penutur yang lain.

• Sebelumnya, MT banyak menanyakan tentang keluarga penutur.

• MT sudah kehabisan pertanyaan dan bingung hendak bertanya apalagi.

• Penutur menangkap kebingungan MT. • Karena malu, MT berusaha membela diri

di depan anggota keluarga penutur. • Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 10.30

WIB, tanggal 25 April 2013. • Penutur laki-laki berusia 25 tahun. MT

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

santai. • Penutur berbicara kepada

MT di depan anggota keluarga yang lain.

• Penutur membuat MT merasa malu.

• Penutur tetap bersikap santai tanpa peduli telah menyinggung MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 273: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

kata tidak baku, yaitu kok, bingung-bingung, disiapin; penggunaan isitilah bahasa Jawa ora e;.

perempuan berusia 21 tahun. MT adalah tamu penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi MT yang tampak bingung hendak menanyakan tentang apalagi kepada penutur.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT tersenyum malu

dan membela diri.

10. D10 Cuplikan Tuturan 48 P : “Ngopo kowe ra

mangan?” MT: “Rapopo, aku lagi ra

nafsu mangan ki. Mangane mung roti ket wingi, mangan sego ra mlebu.”

P : “Weh, kok koyo wong londo kowe panganane roti. Koyo londo ndeso!”

• Intonasi seru. • Partikel: weh,

kok. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada frasa londo ndeso.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur berada di tokonya dan hendak makan.

• MT datang hendak belanja. • Penutur menawarkan makan kepada MT. • MT menolak dengan halus sambil

bercerita. • Penutur menanggapi cerita MT sambil

tertawa. • Semua yang ada di toko tersebut pun ikut

tertawa. • Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di toko penutur pukul

12.00 WIB, tanggal 11 Mei 2013. • Penutur perempuan berusia 52 tahun. MT

perempuan berusia 47 tahun. Penutur adalah tetangga MT.

• Tujuan: penutur menanggapi cerita MT yang tidak makan nasi beberapa ini.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara di depan

orang lain. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Tuturan penutur

mengakibatkan semua orang tertawa dan mempermalukan MT.

• Penutur ikut tertawa pula.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 274: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT tersenyum malu

karena semua orang yang ada di toko tersebut tertawa karena tuturan penutur.

11. D11 Cuplikan Tuturan 49 P : “Mau dikasih apa kok

tanya-tanya gitu?” MT: “Gak kok, Bu, cuma

mau tanya-tanya aja.”

• Intonasi tanya. • Partikel: kok. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada frasa dikasih apa.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu mau, dikasih, gitu.

• Penutur sedang berada di warung makannya.

• MT datang dan meminta izin kepada penutur untuk bertanya-tanya tentang keluarga penutur.

• Penutur mengatakan tuturannya di depan pembeli yang hendak membeli makanan di warung penutur.

• Karena malu, MT tidak banyak bertanya, ia hanya menyimak percakapan penutur dengan para pembeli yang datang.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di warung makan pada

siang hari pukul 14.20 WIB, 13 Mei 2013.

• Penutur perempuan berusia 48 tahun. MT perempuan berusia 21 tahun. MT adalah tamu penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi pertanyaan MT tentang keluarga penutur.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT hanya sedikit

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara di depan

orang lain. • Penutur menyebabkan MT

merasa malu. • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur berlalu begitu saja

setelah berbicara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 275: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

tersenyum dan menjawab pertanyaan penutur dengan malu.

12. D12 Cuplikan Tuturan 50 P : “Mangane kok gembus

meneh? neng omah gembus, neng kene yo gembus.”

MT: “Iyo mbak, wong senenge gembus.”

P : “Wo lah yo kuwi, suwi-suwi raine dadi rai gembus.”

• Intonasi berita. • Partikel: lah, yo. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada kata gembus.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur memiliki warung makan. • Di warung makan tersebut, MT datang

hendak membeli makanan. • Selain penutur dan MT, terdapat pula

pembeli yang lain. • MT lalu bercerita bahwa tadi pagi

memasak tempe gembus, lalu sekarang hendak membeli lauk tempe gembus juga.

• Penutur bukannya menanggapi cerita dengan baik, tetapi justru mengejeknya.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di warung makan pada

siang hari pukul 14.30 WIB, tanggal 13 Mei 2013.

• Penutur perempuan berusia 48 tahun. MT perempuan berusia 45 tahun. MT adalah tetangga penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi ceritaMT tentang makanan yang ia masak.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: karena malu, MT tidak

jadi memilih lauk tempe gembus, ia lalu memilih lauk lain.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : mengejek. Wujud: • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur memberi ejekan

kepada MT. • Penutur berbicara di depan

orang lain. • Penutur mempermalukan

MT di depan umum tanpa merasa bersalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 276: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

13. D13 Cuplikan Tuturan 51 P : “Le, tumbaske gulo sek

neng warung kono!” MT: “Iyo, Bu, mengku

disek.” P : “Ah, kowe ki nek

diperintah mung nggawe gelo.”

• Intonasi berita. • Partikel: ah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada kata gelo.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur hendak membuatkan minuman untuk tamunya.

• MT sedang menyiapkan buku pelajarannya besok.

• Penutur menyuruh MT untuk membeli gula di warung depan rumahnya.

• MT tidak langsung pergi karena ia ingin merapikan buku-bukunya terlebih dahulu.

• Penutur kesal, lalu memarahi MT dengan nada tinggi, padahal sedang ada tamu.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 19.30

WIB, tanggal 20 Mei 2013. • Penutur perempuan berusia 41 tahun. MT

laki-laki berusia 12 tahun. MT adalah anak penutur.

• Tujuan: penutur memarahi MT yang tidak langsung melaksanakan perintahnya.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT langsung pergi

melaksanakan perintah penutur.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur berbicara di depan

tamunya. • Penutur tidak melihat

kondisi MT. • Penutur membuat MT malu. • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara dengan

suara keras.

14. D14 Cuplikan Tuturan 52 MT1: “Itu kemarin pacar

yang mana lagi lho Ri?”

• Intonasi perintah. • Partikel: lho. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada

• Penutur dan MT1 sedang bercengkrama di teras rumah penutur.

• MT2 menghampiri penutur dan MT1. • MT1 lalu bertanya kepada MT2. • MT2 belum sempat menjawab, penutur

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara di depan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 277: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

P : “Pacare Ari ki akeh banget. Koleksi kok. Mbok golek seng jilbaban kono lho.”

sedang. • Tekanan: keras

pada kata koleksi. • Diksi: bahasa

nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

langsung menanggapi pertanyaan MT1, padahal itu untuk menyindir MT2.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pada sore hari. • Penutur perempuan berusia 35 tahun.

MT1 perempuan berusia 37 tahun. MT2 lak-laki berusia 23 tahun. MT2 adalah keponakan penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi pertanyaan MT1 yang bertanya kepada MT2 tentang siapa perempuan yang bersama MT2 kemarin.

• Tinda verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT2 langsung terdiam

malu karena dianggap memiliki banyak pacar oleh penutur.

orang lain. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur tidak memotong

pembicaraan. • Penutur tidak memberi

kesempatan MT2 untuk menjawab pertanyaan MT1.

• Penutur mempermalukan MT2 di depan MT1.

15. D15 Cuplikan Tuturan 53 P : “Mbak, nek aku

ngganggo iki pas ra yo?” MT: “Kowe ki saiki lemu,

kok pede tenan ngengge klambi ukuran S koyo ngono.”

• Intonasi berita. • Partikel: kok. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada kata lemu.

• Diksi: bahasa nonstandar

• Penutur dan MT berada di kamar. • Selain penutur dan MT, kakak MT juga

berada di kamar tersebut. • MT sedang mencoba baju yang baru

dibelinya. • MT bertanya kepada penutur apakah baju

itu cocok dengannya. • Penutur menjawab dengan sindirran

karena penutur merasa baju itu tidak sesuai dengan badan MT yang sedikit

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur membuat MT malu. • Penutur tidak merasa telah

mengejek MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 278: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

dengan menggunakan bahasa Jawa.

lebih gemuk dari sebelumnya. • Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 13.30

WIB, tanggal 23 Mei 2013. • Penutur perempuan berusia 34 tahun. MT

perempuan berusia 18 tahun. MT adalah keponakan dari penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi pertanyaan MT tentang cocok tidaknya baju yang sedang dicoba MT.

• Tindak verbal: representatif. • Tindak perlokusi: MT langsung melepas

baju itu dan tidak mencoba baju yang lain.

16. D16 Cuplikan Tuturan 54 P : “Heh, udah nambah

belum itu tinggimu?” MT: “Ya segini aja kok.”

• Intonasi tanya. • Partikel: heh. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada kata nambah.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan

• Penutur sedang duduk di teras rumah. • MT baru saja datang bersama adiknya,

lalu menyapa penutur. • Selain penutur, terdapat 2 anggota

keluarga lain yang duduk di teras itu. • Penutur tidak membalas sapaan MT,

tetapi malah menyindir MT yang tidak terlalu tinggi.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di teras rumah pukul

13.15 WIB, tanggal 23 Mei 2013. • Penutur perempuan berusia 34 tahun. MT

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

santai. • Penutur berbicara di depan

anggota keluarga yang lain. • Penutur berbicara hanya

untuk bercanda, tetapi hal itu justru mempermalukan MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 279: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

menggunakan kata tidak baku, yaitu udah, nambah.

perempuan berusia 21 tahun. MT adalah keponakan penutur.

• Tujuan: penutur menyindir MT dengan menenyakan apakah tingginya sudah bertambah.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT diam saja karena

malu, lalu langsung masuk ke rumah.

17. D17 Cuplikan Tuturan 55 MT : “Ket kapan yo awak

dewe neng kene, kae umur piro kowe? “

P : “Lah, mboh mbiyen.”

• Intonasi berita. • Partikel: lah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada rendah.

• Tekanan: lunak pada kata mbiyen.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur dan MT berada di ruang tamu. • Penutur duduk di samping MT. • Selain penutur dan MT, ada pula 3 orang

tamu. • MT bertanya kepada penutur. • Penutur menjawab pertanyaan MT

dengan sinis, padahal penutur tahu mereka tinggal di rumahnya sejak ia kecil, tetapi penutur malas menghitung sudah berapa lama.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah, pukul 18.00

WIB, tanggal 16 April 2013. • Penutur perempuan berusia 30 tahun. MT

perempuan berusia 56 tahun. MT adalah ibu dari penutur.

• Tujuan: penutur menanggapi pertanyaan MT tentang berapa lama mereka tinggal

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : meremehkan. Wujud: • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur berbicara di depan

tamu. • Penutur berbicara tanpa

melihat MT. • Penutur mempermalukan

MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 280: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

di rumah itu. • Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT lalu menghitung

sendiri sudah berapa lama mereka tinggal di rumah itu.

18. D18 Cuplikan Tuturan 56 MT : “Gimana, Dek, maunya

di mana?” P : “Pokoknya aku mau di

UIN aja, gak mau di UNS.”

MT : “Ya udah, ibu nurut aja, yang penting sukanya di mana.”

• Intonasi berita. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada frasa gak mau.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu mau, aja, gak.

• Penutur dan MT sedang membicarakan tentang kelanjutan kuliah penutur di ruang keluarga.

• MT memberi tawaran kepada penutur untuk melanjutkan kuliah di UIN atau di UNS.

• Penutur tidak tertarik melanjutkan kuliah di UNS.

• Penutur langsung menolak tawaran MT sambil beranjak meninggalkan MT.

• Suasana ketika tuturan terjadi serius. • Tuturan terjadi di rumah pada malam

hari. • Penutur perempuan berusia 22 tahun. MT

perempuan berusia 47 tahun. MT adalah ibu dari penutur.

• Tujuan: penutur menolak melanjutkan kuliah di UNS.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT langsung menuruti

kemauan penutur.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur berbicara di depan

anggota keluarga yang lain. • Penutur mempermalukan

MT, tetapi penutur tidak merasa telah mempermalukan MT.

• Penutur berbicara dengan ketus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 281: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

19. D19 Cuplikan Tuturan 57

MT1: “Kowe ki nyawang opo

to mas?” P : “Yo kwi, Mbak, wong

lanang ki mripate ra dienggu.”

• Intonasi berita. • Partikel: yo. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada frasa ra dienggu.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur dan MT1 sedang bercengkrama di ruang keluarga.

• MT2 hendak naik tangga dari dapur. • Lantai dapur rumah penutur berada lebih

rendah dari lantai utama, sehingga terdapat tiga anak tangga yang menyatukannya.

• Ketika baru menaiki satu anak tangga, MT2 terpeleset dan hampir saja terjatuh.

• MT1 bersimpati lalu menanyakan ada apa dengan MT2 hingga hampir terjatuh begitu.

• Penutur bukan menjawab pertanyaan MT1 sesuai dengan pertanyaannya, tetapi malah menyindir MT2.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 12.30

WIB, tanggal 15 Mei 2013. • Penutur perempuan berusia 42 tahun.

MT1 perempuan berusia 44 tahun. MT2 laki-laki berusia 45 tahun. MT1 adalah tetangga penutur. MT2 adalah suami penutur.

• Tujuan: penutur menyindir MT2 yang hampir terjatuh dari tangga.

• Tindak verbal: representatif.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : menyindir. Wujud: • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara di depan

orang lain. • Penutur memberi sindiran

yang mempermalukan MT. • Penutur tidak merasa telah

menyinggung perasaan MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 282: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tindak perlokusi: MT2 yang malu hanya menoleh dengan senyum dipaksakan lalu pergi.

20. D20 Cuplikan Tuturan 58 P : “Uwes, ayo balek,

ngopo kowe neng kene?”

MT: “Lah, mbok ko sek.”

• Intonasi tanya. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan ada sedang.

• Tekanan: keras pada frasa ayo balek.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• MT tinggal bersama penutur yang rumahnya bersebelahan dengan anaknya.

• Penutur mendatangi rumah anaknya untuk ikut berbincang-bincang dengan tamu anaknya.

• Karena ingin tahu, MT pun datang hendak ikut mengobrol dengan tamu anaknya.

• Penutur merasa MT tidak berkepentingan terhadap tamu anaknya.

• Suasana ketika tuturan terjadi santai. • Tuturan terjadi di rumah pukul 18.00

WIB, tanggal 20 April 2013. • Penutur perempuan berusia 65 tahun. MT

laki-laki berusia 70 tahun. MT adalah suami dari penutur.

• Tujuan: penutur mengajak MT pulang. • Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT langsung pulang

dengan sedikit mengumpat karena dipermalukan di depan tamu anaknya.

Kategori : menghilangkan muka.

Subkategori : memperingatkan. Wujud: • Penutur berbicara dengan

ketus. • Penutur berbicara di depan

tamu anaknya. • Penutur membuat MT

merasa malu. • Penutur tidak merasa telah

mempermalukan MT di depan tamu anaknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 283: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

KORPUS DATA DAN TABULASI DATA KATEGORI KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA MENIMBULKAN KONF LIK

NO. KODE TUTURAN PENANDA KETIDAKSANTUNAN

PRESEPSI KETIDAKSANTUNAN LINGUAL

NONLINGUAL (Topik dan Situasi)

1. E1 Cuplikan Tuturan 59 P : “Adek!!! Heh, tak

masukke kamar tak kunci kapok kowe!”

MT: (memukul kepala penutur).

• Intonasi seru. • Partikel: heh. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada kata adek.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan bahasa Jawa.

• Penutur sedang menerima tamu dan berbincang-bincang.

• MT bermain-main dengan temannya di sekitar penutur dan tamunya.

• Penutur sudah menegur MT berkali-kali, tetapi MT tidak mengindahkan teguran penutur yang menyuruh MT bermain agak jauh dari penutur dan tamunya.

• Penutur merasa sangat terganggu dengan tingkah MT.

• Penutur menegur lagi dengan marah. • MT merasa tidak mengganggu.

Mendengar teguran penutur, MT langsung membalas dengan memukul kepala penutur lalu berlari meninggalkan penutur.

• Tuturan terjadi dalam suasana tegang. • Tuturan terjadi di halaman rumah pukul

17.00 WIB, tanggal 10 April 2013. • Penutur perempuan berusia 35 tahun. MT

laki-laki berusia 3 tahun. Penutur adalah

Kategori : Menimbulkan konflik.

Subkategori : mengancam. Wujud: • Penutur berbicara dengan

berteriak. • Penutur berbicara dengan

berkacak pinggang. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur memberi ancaman

kepada MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 284: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

ibu dari MT. • Tujuan: penutur memarahi MT tidak mau

sekolah. • Tindak verbal: komisif. • Tindak perlokusi: setelah tuturan penutur

tersebut, MT malah memukul kepala penutur.

2. E2 Cuplikan Tuturan 60

P : “Halah, ibu ki silit,

silit!!!” MT: “Heh, gak boleh

ngomong gitu.”

• Intonasi seru. • Partikel: halah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada kata silit.

• Diksi: bahasa nonstandardengan menggunakan bahasa Jawa.

• MT sedang menerima tamu di ruang tamu bersama dengan anggota keluarga yang lainnya.

• Tiba-tiba, penutur yang sebelumnya berada di ruang keluarga sedang menonton televisi keluar ke ruang tamu dan meneriaki MT dengan tuturan yang mengejek MT.

• Tuturan penutur sangat membuat terkejut tamu dan anggota keluarga yang lain.

• MT lalu menarik penutur masuk ke ruang keluarga dan memarahinya.

• MT menghukum penutur dengan tidak memperbolehkan penutur menonton televisi lagi.

• Tuturan terjadi dalam suasana santai. • Tuturan terjadi di rumah, pukul 18.00

WIB, tanggal 16 April 2013. • Penutur laki-laki, anak berusia 5 tahun.

Kategori : menimbulkan konflik.

Subkategori : mengejek. Wujud: • Penutur berbicara dengan

sedikit berteriak. • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur memberi ejekan

kepada MT. • Penutur membuat MT

marah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 285: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

MT perempuan, ibu berusia 30 tahun. MT adalah ibu dari penutur.

• Tujuan: penutur ingin mencari perhatian MT.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT langsung

memarahi dan menghukum penutur karena tuturan tersebut sangat tidak sopan.

3. E3 Cuplikan Tuturan 61 P : (tiba-tiba menyenggol

adiknya). MT: “Opo to kowe ki mas,

tak andakke ibu kowe nyenggol-nyenggol.”

P : “Apa sih kamu tuh, gitu aja ngaduan.”

• Intonasi berita. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada pada frasa tak andakke.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur sedang menonton televisi di ruang keluarga.

• Tiba-tiba, MT yang sebelumnya berada di kamar, keluar dan menjaili penutur.

• Karena merasa terganggu, penutur ingin mengadukan MT kepada ibunya.

• MT menimpali tuturan penutur dengan marah pula karena maksud MT hanya bercanda.

• Tuturan terjadi dalam suasana santai. • Tuturan terjadi di rumah pada sore hari. • Penutur laki-laki berusia 11 tahun. MT

laki-laki berusia 15 tahun. Penutur adalah adik MT.

• Tujuan: penutur memarahi MT karena menepuk pundaknya secara tiba-tiba.

Kategori : menimbulkan konflik.

Subkategori : mengancam. Wujud: • Penutur berbicara dengan

suara keras. • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur memberi ancaman

kepada MT. • Penutur membuat MT yang

tadinya hanya bercanda menjadi marah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 286: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tindak verbal: komisif. • Tindak perlokusi: MT tidak terima

dengan perkataan penutur yang akan mengadukannya kepada ibunya, lalu MT balas marah kepada penutur.

4. E4 Cuplikan Tuturan 62

P : “Bu, aku njaluk dolanan

anyar yo!” MT: “Yo, tapi mengku yo,

Le, ibu lagek ra ndwe duit.”

P : “Halah, ibu ki pelit tenan, ra koyo bapak.”

MT: “Kamu tu masih kecil udah berani ngomong gitu sama ibu.”

• Intonasi berita. • Partikel: halah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada kata pelit.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur sedang memainkan mainannya. • MT sedang membersihkan rumah. • Penutur merasa mainannya kurang, ia

meminta mainan baru kepada MT. • MT menyuruh penutur untuk bersabar

karena MT belum memiliki uang lebih untuk membelikan mainan baru untuk penutur.

• Penutur justru menanggapi nasihat MT dengan marah.

• Penutur membanding-bandingkan MT dengan ayahnya yang tidak pelit.

• Karena dibanding-bandingkan, MT langsung memarahi penutur yang tidak bisa memahami keadaan orang tuanya.

• Tuturan terjadi dalam suasana santai. • Tuturan terjadi di rumah pada sore hari. • Penutur laki-laki berusia 11 tahun. MT

perempuan berusia 37 tahun. MT adalah ibu dari penutur.

• Tujuan: penutur marah kepada MT

Kategori : menimbulkan konflik.

Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur menyindir MT

dengan membandingkan MT dengan ayahnya.

• Penutur berbicara dengan orang tua.

• Penutur tadinya masih bersabar menjadi marah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 287: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

karena tidak dibelikan mainan. • Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT langsung

memarahi penutur yang tidak mau mengerti keadaan orang tuanya.

5. E5 Cuplikan Tuturan 63 P : “Pak, kowe opo-opo

anak ditukukke. Ngono kuwi marai tuman.”

MT: “Wong nggolek duit ki yo pancen ngge anak lho, Bu.”

P : “Yo, tapi kwi kan marai tuman, Pak. Kwe ki manjakke anak tenan.”

MT: “Halah, Bu. Kwe ki opo-opo mung nyalahke.”

• Intonasi berita. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: lunak pada frasa marai tuman.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

• Penutur dan MT sedang berada di ruang keluarga.

• Penutur menegur MT yang dengan mudahnya menuruti permintaan anaknya.

• MT merasa dipojokkan oleh tuturan penutur.

• MT lalu membela diri, tetapi penutur masih saja menyalahkan MT yang terlalu memanjakan anak.

• MT semakin kesal dan membalas tuturan penutur dengan ketus.

• Tuturan terjadi dalam suasana serius. • Tuturan terjadi di rumah pada malam

hari. • Penutur perempuan berusia 37 tahun. MT

laki-laki berusia 40 tahun. MT adalah suami dari penutur.

• Tujuan: penutur menegur MT yang selalu menuruti permintaan anaknya.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: MT balas marah

Kategori : menimbulkan konflik.

Subkategori : memperingatkan. Wujud: • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur berbicara sambil

mengerjakan pekerjaan lain. • Penutur berbicara tanpa

melihat MT. • Penutur memancing emosi

dan adu mulut dengan MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 288: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

kepada penutur karena ia merasa dipojokkan.

6. E6 Cuplikan Tuturan 64 P : “Kowe ra sekolah?” MT: “Ora bu, loro weteng.” P : “Anak kok bandel,

nakal, kurangajar!!!”

• Intonasi seru. • Partikel: kok. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada kata bandel, nakal, kurangajar.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan kata umpatan bandel, nakal, kurangajar.

• Penutur baru saja pulang dari pasar. • Sesampai di rumah, penutur mendapat

laporan dari nenek MT bahwa MT membolos dari sekolah.

• Penutur langsung menghampiri MT yang berada di meja makan hendak mengambil makan.

• Penutur langsung memarahi MT yang bandel tidak mau sekolah.

• Mendengar tuturan penutur, MT tidak jadi mengambil makanan, tetapi justru membanting piring yang dipegangnya.

• Tanpa membalas tuturan penutur, MT langsung pergi meninggalkan penutur dengan kesal.

• Sebenarnya MT izin pulang dari sekolah karena sakit, tetapi ia belum sempat menjelaskan kepada penutur, penutur sudah marah dahulu.

• Tuturan terjadi dalam suasana tegang. • Tuturan terjadi di rumah pada sore hari. • Penutur perempuan berusia 40 tahun. MT

laki-laki berusia 13 tahun. MT adalah anak dari penutur.

Kategori : menimbulkan konflik.

Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur berbicara dengan

suara keras. • Penutur berbicara dengan

berkacak pinggang. • Penutur berbicara

menggunakan kata-kata kasar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 289: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tujuan: penutur memarahi MT yang bolos sekolah.

• Tindak verbal: ekspresif. • Tindak perlokusi: Mitra tutur tidak

membalas perkataan itu, tetapi membanting piring yang sedang dipegangnya lalu pergi sampai larut malam.

7. E7 Cuplikan Tuturan 65 P : “Aku juga butuh

makan, cepetan!!!” MT: “Sabar kenapa sih!”

• Intonasi perintah. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada tinggi.

• Tekanan: keras pada kata cepetan.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu butuh, cepetan.

• Penutur dan MT sedang bersiap mengerjakan tugas masing-masing.

• MT yang bertugas mengantar penutur ke pasar tidak cepat-cepat bersiap.

• Penutur mulai terpancing emosi dan meneriaki MT.

• MT yang tersinggung dengan tuturan penutur langsung menanggapi dengan kesal pula lalu masuk ke kamar sambil menutup pintu kamar dengan keras.

• Tuturan terjadi dalam suasana tegang. • Tuturan terjadi di rumah pada pagi hari. • Penutur perempuan berusia 25 tahun. MT

laki-laki berusia 20 tahun. MT adalah adik penutur.

• Tujuan: penutur memarahi MT yang sangat lambat dalam mengerjakan sesuatu.

Kategori : menimbulkan konflik.

Subkategori : memperingatkan. Wujud: • Penutur berbicara dengan

suara keras. • Penutur berbicara tanpa

melihat ke MT. • Penutur berbicara dengan

ketus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 290: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

• Tindak verbal: direktif. • Tindak perlokusi: MT langsung menutup

pintu kamar dengan keras.

8. E8 Cuplikan Tuturan 66 MT: “Eh, ni tugasmu antar

dagangan!” P : “Kamu tu gak tau ya

aku tu capek, banyak tugas.”

MT: “Semua tuh juga capek, tapi gak banyak alasan kayak kamu.”

• Intonasi berita. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada kata capek.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu tu, gak, tau.

• Penutur baru pulang dari kampus. • MT menyuruh penutur mengantarkan

dagangan kepada langganan. • Karena masih lelah, penutur menolak

perintah MT. • Penolakan penutur justru membuat MT

marah. • Tuturan terjadi dalam suasana tegang. • Tuturan terjadi di rumah pada sore hari. • Penutur laki-laki berusia 20 tahun. MT

perempuan berusia 25 tahun. MT adalah kakak penutur.

• Tujuan: penutur menangapi dengan kesal perintah dari MT.

• Tindak verbal: representatif. • Tindak perlokusi: MT membalas tututan

penutur dengan marah pula.

Kategori : menimbulkan konflik.

Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur menolak perintah

MT dengan ketus. • Penutur bersikap lancang

kepada MT dengan menyebut ‘kamu’ kepada MT sebagai kakak penutur.

9. E9 Cuplikan Tuturan 67 P : “Kamu gak kuliah?” MT: “Gak, Mbak.” P : “Kamu mau kuliah

• Intonasi berita. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Penutur baru pulang dari pasar. • MT berada di dalam kamar sedang

bermain gitar. • Melihat MT, penutur langsung kesal

karena seharusnya MT masih kuliah.

Kategori : menimbulkan konflik.

Subkategori : mengancam. Wujud: • Penutur berbicara dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 291: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

apa enggak, kalo gak manut aturan gak usah kuliah terserah, hidup sendiri, cari uang sendiri.”

• Tekanan: keras pada frasa kuliah apa enggak.

• Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan kata tidak baku, yaitu mau, enggak, kalo, usah, cari; penggunaan istilah bahasa Jawa manut.

• Penutur merasa MT tidak memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh penutur yang sudah membiayai kuliahnya.

• MT tidak terima dengan tuturan penutur karena ia merasa diremehkan.

• Tuturan terjadi dalam suasana tegang. • Tuturan terjadi di rumah pada siang hari. • Penutur perempuan berusia 28 tahun. MT

laki-laki berusia 20 tahun. MT adalah adik dari penutur.

• Tujuan: penutur memarahi MT yang membolos kuliah.

• Tindak verbal: komisif. • Tindak perlokusi: MT langsung

menghidupkan motor dengan mengeraskan gas motor lalu pergi hingga larut malam.

sinis. • Penutur memberi ancaman

kepada MT. • Ancaman penutur

mengakibatkan MT emosi dan pergi dari rumah.

10. E10 Cuplikan Tuturan 68 P : “Mbak, sing koyo ngene

ki yo?” MT: “Ora sing koyo ngono,

nek koyo ngono akeh neng kene.”

P : “Enenge koyo ngene. Nek ra percoyo kono delok dewe! Wong kok

• Intonasi seru. • Partikel: kok. • Nada tutur:

penutur berbicara dengan nada sedang.

• Tekanan: keras pada kata ngene.

• Diksi: bahasa

• Penutur dan MT sedang membantu ibunya menjaga toko.

• MT menyuruh penutur untuk mengambil barang digudang.

• Barang yang diambil penutur tidak sesuai dengan yang dimaksud oleh MT.

• MT menyuruh penutur untuk mengambil barang sesuai yang dimaksud MT.

• Penutur menolaknya karena ia merasa

Kategori : menimbulkan konflik.

Subkategori : kesal. Wujud: • Penutur berbicara dengan

sinis. • Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. • Penutur berbicara tanpa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 292: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 293: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

PARAMETER PENENTU KETIDAKSANTUNAN

No.

Jenis Ketidaksantunan

Lingual Nonlingual Contoh

Cuplikan Tuturan Nada Tekanan Intonasi Diksi

Penutur dan Lawan Tutur

Situasi Tutur

Tujuan Tuturan

Waktu dan Tempat

Tindak Verbal dan Tindak Perlokusi

1. Melanggar norma Tuturan dikatakan dengan nada rendah dan sedang

Tuturan dikatakan dengan tekanan lunak

Intonasi berita (datar-turun) dan tanya (datar-turun)

Bahasa nonstandar

Orang yang terlibat dalam tuturan: siapa saja yang berkomunikasi dengan anggota keluarga

Keadaan ketika terjadi suatu tuturan: santai.

Penutur menanggapi tuturan mitra tutur yang menyuruhnya melakukan suatu hal sesuai norma atau kesepakatan

• Tempat suatu tuturan terjadi: di mana saja

• Waktu suatu tuturan terjadi: kapan saja

• Tindak verbal ekspresif, komisif, dan representatif.

• Tindak perlokusi umumnya membuat mitra tutur kesal hanya diam, tidak menanggapi tuturan penutur lagi.

MT : “Le, leh bali ojo bengi-bengi yo!”

P : “Halah, ngopo loh, aturan opo ngono kuwi.”

2. Mengancam muka sepihak

Tuturan dikatakan dengan nada sedang

Tuturan dikatakan dengan tekanan lunak

Intonasi berita (datar-turun), tanya

Bahasa nonstandar.

Orang yang terlibat dalam tuturan: siapa saja

Keadaan ketika terjadi suatu tuturan:

Penutur menanggapi mitra tutur atau menyuruh

• Tempat suatu tuturan terjadi: di mana

• Tindak verbal ekspresif, direktif, komisif, dan representatif.

• Tindak perlokusi

P : “Sayur e endi bu? Emoh mangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 294: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

dan tinggi.

dan keras.

(datar-turun), perintah (datar-tinggi), dan seru (tinggi-datar)

yang berkomunikasi dengan anggota keluarga

santai dan serius

mitra tutur melakukan sesuatu.

saja • Waktu

suatu tuturan terjadi: kapan saja

umumnya mitra tutur merasa tersinggung, tetapi tidak disadari oleh penutur.

aku nek gak enek sayur e.”

MT: “Mbok sabar to le, kowe ki ra ndelok ibu sibuk po iki.”

P : “La wong aku ngelih lho.”

3. Melecehkan Muka

Tuturan dikatakan dengan nada rendah, sedang, dan tinggi.

Tuturan dikatakan dengan tekanan lunak dan keras.

Intonasi berita (datar-turun), tanya (datar-turun), dan perintah (datar-

Bahasa nonstandar

Orang yang terlibat dalam tuturan: siapa saja yang berkomunikasi dengan anggota keluarga

Keadaan ketika terjadi suatu tuturan: santai, serius

Penutur menanggapi mitra tutur, menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu, menyindir mitra tutur, atau memperinga

• Tempat suatu tuturan terjadi: di mana saja

• Waktu suatu tuturan terjadi:

• Tindak verbal ekspresif, representatif, dan direktif.

• Tindak perlokusi pada umumnya mitra tutur tersinggung, tetapi tetap melakukan apa

MT: “Mas, aku melu yo?”

P : “Halah, ojo ojo, nang omah wae, jeh cilik!!!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 295: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

tinggi).

tkan mitra tutur.

kapan saja

yang diinginkan penutur.

4. Menghilangkan muka

Tuturan dikatakan dengan nada rendah, sedang, dan tinggi.

Tuturan `dikatakan dengan tekanan lunak dan keras.

Intonasi berita (datar-turun), intonasi tanya (datar-turun), intonasi perintah (datar-tinggi), dan seru (tinggi-datar)

Bahasa nonstandar

Orang yang terlibat dalam tuturan: siapa saja yang berkomunikasi dengan anggota keluarga

Keadaan ketika terjadi suatu tuturan: santai, serius

Penutur menanggapi mitra tutur, menyindir mitra tutur, menyuruh mitra tutur, atau memperingatkan mitra tutur.

• Tempat suatu tuturan terjadi: di mana saja

• Waktu suatu tuturan terjadi: kapan saja

• Tindak verbal ekspresif, direktif, dan representatif.

• Tindak perlokusi pada umumnya mitra tutur merasa malu karena tuturan penutur tersebut dikatakan di depan orang lain.

MT: “Mbak, nek aku nganggo iki pas ra yo?”

P: “Kowe ki saiki lemu, kok pede tenan ngengge klambi ukuran S koyo ngono.”

5. Menimbulkan konflik

Tuturan dikatakan dengan nada

Tuturan dikatakan dengan tekanan

Intonasi berita (datar-turun),

Bahasa nonstandar

Orang yang terlibat dalam tuturan:

Keadaan ketika terjadi suatu

Penutur memarahi mitra tutur atau

• Tempat suatu tuturan terjadi:

• Tindak verbal ekspresif, direktif, representatif, dan

P : “Halah, ibu ki silit,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 296: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

sedang dan tinggi

keras intonasi seru (tinggi-datar), intonasi perintah (datar-tinggi)

siapa saja yang berkomunikasi dengan anggota keluarga

tuturan: tegang, serius

memperingatkan mitra tutur.

di mana saja

• Waktu suatu tuturan terjadi: kapan saja

komisif. • Tindak perlokusi

umumnya mitra tutur menanggapi tuturan penutur dengan emosi dan munculah konflik.

silit!!!”

MT: “Heh, gak boleh ngomong gitu.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 297: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

Maksud Ketidaksantunan Penutur

No. Kategori Subkategori Kode Tuturan Maksud

1. Melanggar norma Menolak A1 Halah, mbok mengko ah, Bu. Menunda

Menentang A2 Halah, ngopo lho, aturan opo ngono kuwi. Protes

A3 Bentar lagi ya, Bu, wong masih jam segini

kok!

Menunda

A4 Halah, ora sinau, aku yo iso kok. Kesal

2. Mengancam muka sepihak Kesal B1 Opo. Wong kowe ngentekke wedang e

kung kok.

Kesal

B2 Sayur e endi bu? Emoh mangan aku nek

gak enek sayur e.

Protes

Memerintah B3 Wes, nek wes takon gek lungo! Mengusir

Menyindir B4 Haduh, Mbaknya nih sibuk banget sih,

mbok sini lho!

Basa-basi

B5 Kae po karo Mbak e wae? Basa-basi

B6 Waduh, silakan janjian lho, Masnya pasti

bisa kalo janjian kayak gini.

Basa-basi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 298: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

B9 Kowe nitip helm eneng pajakke lho. Wani

bayar piro sebulan?

Bercanda

B11 Endi jatahku be, gopek gopek? Bercanda

Memperingatkan B7 Loh, itu kan tanggung jawabmu, itu

tugasmu.

Memperingatkan

B8 Lah, yo kuwi ngge pengeling-eling nek

maghrib ki kudu mandek!

Memperingatkan

Mengancam B10 Awas nek kowe reneh meneh, tak jiwit

kowe. Utang lho kowe!

Bercanda

3. Melecehkan muka Kesal C1 Heh, sepatu ne endi kuwi? Memerintah

C2 Heh heh heh, kono neng sekolah wae! Memerintah

C4 Heh, kuping e endi, kene tak andani! Memerintah

C9 Ganti to pak, aku ki ra seneng bal!!! Memerintah

C10 Ah, kok aku terus sih Mbak sing mbok

takok i?

Mengelak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 299: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

C22 Dasar bakul iwak, digoleki nengdi-nengdi

ra ketemu, jedule neng kene.

Kesal

Menyindir C3 Wong ra sekolah kok njaluk susu. Mengomentari

C5 Ben, mengko neng wetenge ben eneng

gambare.

Menakut-nakuti

C6 Heh, flashdisc-mu tu banyak banget

virusnya, gudang virus ya?

Mengejek

C12 Wes tuwo neng cilik yo, Mbak. Basa-basi

C13 Biasalah nek orang tua kayak gitu, Mbak,

biasalah ibu-ibu.

Basa-basi

C15 Kowe ki keentekan obat, kono ngombe

obat sek ben ra edan!

Kesal

C16 Kuwi mbok dijamuni disek ben bapakmu

rodo mari leh edan!

Kesal

C17 Iyo kuwi, nek mikir ora mangan sego, tapi Menyindir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 300: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

mangane rokok.

C18 Mlaku ki yo mlaku wae, ra sah meleng

mripate!

Memperingatkan

Mengejek C7 Opo, kowe ki arep ngopo? Basa-basi

C19 Zaman koyo ngene kok ra ndwe HP. Mengejek

Menentang C8 Yo, kono kowe wae, wong aku rung adus

kok!

Mengelak

Menolak C11 Halah, ojo ojo, nang omah wae, jeh cilik!!! Melarang

Memperingatkan C14 Kuwi yo ra neng kono, opo-opo kok mung

utah!!!

Mengomentari

C20 Gak ada liburan, kalo libur kamu mau

bayar semesteran pake apa?

Melarang

C21 Pokoknya jangan dikasih, nanti buat Melarang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 301: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

macem-macem, wong masih SMP gitu

udah minta yang macem-macem!

C23 Heh, sana belajar! Nonton terus. Memperingatkan

4. Menghilangkan muka Mengejek D1 La yo mboh, mbok umurmu dewe kok

tekok.

Menanggapi

D4 Halah, Mbok, kowe ki ra bener tenan. Mengejek

D7 Halah, mboh kowe ngomong opo. Menanggapi

D12 Wo la yo kuwi, suwi-suwi raine dadi rai

gembus.

Bercanda

Memperingatkan D3 Kamu tu harusnya lebih rajin, nilaimu tu

malu-maluin!

Memperingatkan

D6 Wes, ojo kakean leh ngomong, ndak

kewengen!

Mengusir

D20 Uwes, ayo balek, ngopo kowe neng kene? Mengusir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 302: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

Menyindir D5 Kuwi ki mbiyen kantoran lho mbak, saiki

malah mung bakul.

Bercanda

D8 Ya kakaknya, Mbak. Nek kakaknya tu

sabar Mbak, yang ini main terus.

Menyindir

D9 Lah, kok bingung-bingung lho Mbak!

Disiapin ora e?

Basa-basi

D10 Weh, kok koyo wong londo kowe

panganane roti. Koyo londo ndeso!

Bercanda

D11 Mau dikasih apa kok tanya-tanya gitu? Basa-basi

D14 Pacare Ari ki akeh banget. Koleksi kok.

Mbok golek seng jilbaban kono lho.

Menanggapi

D15 Kowe ki saiki lemu, kok pede tenan

ngengge klambi ukuran S koyo ngono.

Mengomentari

D16 Heh, udah nambah belum itu tinggimu? Bercanda

D19 Yo kwi, Mbak, wong lanang ki mripate ra Menyindir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 303: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

dienggu.

Kesal D13 Ah, kowe ki nek diperintah mung nggawe

gelo.

Kesal

D18 Pokoknya aku mau di UIN aja, gak mau di

UNS.

Protes

Meremehkan D2 Kowe ki mbok mengko wae nek arep

nonton, aku disek.

Melarang

D17 Lah, mboh mbiyen. Menanggapi

5. Menimbulkan konflik Mengancam E1 Adek!!! Heh, tak masukke kamar tak kunci

kapok kowe!

Menakut-nakuti

E3 Opo to kowe ki mas, tak andakke ibu kowe

nyenggol-nyenggol.

Menakut-nakuti

E9 Kamu mau kuliah apa enggak, kalo gak

manut aturan gak usah kuliah terserah,

hidup sendiri, cari uang sendiri.

Memperingatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 304: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

Mengejek E2 Halah, ibu ki silit, silit!!! Mengejek

Memperingatkan E5 Pak, kowe opo-opo anak ditukukke. Ngono

kuwi marai tuman.

Melarang

E7 Aku juga butuh makan, cepetan!!! Memperingatkan

Kesal E4 Halah, ibu ki pelit tenan, ra koyo bapak. Protes

E6 Anak kok bandel, nakal, kurang ajar!!! Kesal

E8 Kamu tu gak tau ya aku tu capek, banyak

tugas.

Protes

E10 Enenge koyo ngene. La nek ra percoyo

kono delok dewe! Wong kok ra percoyoan.

Protes

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 305: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

Instrumen Penelitian Panduan Wawancara

A. Daftar Pertanyaan untuk Orang Tua dalam Relasi dengan Anggota Keluarga

PETUNJUK: Gunakan daftar pertanyaan berikut untuk mewawancarai informan, kemudian tulislah atau rekamlah bentuk kebahasaan yang disampaikan oleh informan (pertanyaan disesuaikan dengan situasi dalam keluarga)!

1. Wujud teguran apa yang akan Anda katakan kepada anak Anda jika anak

perempuan Anda yang sudah cukup dewasa belum bisa memasak atau anak lelaki Anda yang sudah cukup dewasa hanya bermalas-malasan di rumah? (melecehkan muka) Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

2. Wujud teguran apa yang akan Anda katakan kepada anak Anda ketika

anak Anda menjawab sekenanya dan terkesan acuh saat Anda memberikan nasihat? (menimbulkan konflik) Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

3. Wujud teguran apa yang akan Anda katakan kepada anak Anda jika anak

Anda yang sudah kuliah semester 12 belum lulus atau anak Anda yang masih bersekolah tidak naik kelas jika situasinya sedang ada pertemuan keluarga? (menghilangkan muka) Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

4. Wujud teguran apa yang akan Anda katakan kepada anak Anda jika anak

Anda yang sedang membersikan rumah tanpa sengaja mengganggu aktivitas Anda (misalnya menulis, membaca, atau menonton televisi)? (mengancam muka sepihak) Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 306: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

Instrumen Penelitian Panduan Wawancara

------------------------------------------------------------------------------------------

5. Wujud teguran apa yang akan Anda katakan kepada anak Anda jika anak

Anda terlambat pulang ke rumah tanpa alasan yang jelas, padahal sudah disepakati bersama dalam keluarga bahwa batasan jam pulang malam tidak boleh dilanggar? (melanggar aturan) Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

B. Daftar Pertanyaan untuk Anggota Keluarga dalam Relasi dengan Orang Tua

PETUNJUK: Gunakan daftar pertanyaan berikut untuk mewawancarai informan, kemudian tulislah atau rekamlah bentuk kebahasaan yang disampaikan oleh informan (pertanyaan disesuaikan dengan situasi dalam keluarga)!

1. Bagaimana respon Anda ketika mengetahui bahwa orang tua Anda tidak

dapat mengoperasikan komputer? (melecehkan muka) Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

2. Bagaimana respon Anda ketika orang tua Anda menegur Anda karena

mendengarkan musik dengan volume yang keras? (menimbulkan konflik) Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

3. Bagaimana respon Anda ketika orang tua Anda berusaha membanding-

bandingkan nilai Anda dengan kakak/adik yang memiliki nilai lebih baik dari Anda? (menghilangkan muka) Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 307: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

Instrumen Penelitian Panduan Wawancara

4. Bagimana respon Anda bila saat Anda belajar, orang tua Anda meminta bantuan Anda, tetapi hanya dengan meneriakkan nama Anda tanpa memberikan penjelasan mengenai bantuan apa yang diperlukan? (mengancam muka sepihak) Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

5. Bagaimana respon Anda ketika orang tua Anda mengotak-atik handphone

Anda dan membaca pesan singkat antara Anda dengan teman dekat Anda? (melanggar aturan) Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 308: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

Instrumen Penelitian Kasus/Situasi

KUESIONER PENELITIAN KETIDAKSANTUNAN DALAM

BERBAHASA A. Pertanyaan Kasus/Situasi untuk Orang Tua dalam Relasi dengan

Anggota Keluarga

PETUNJUK: Tulislah bentuk kebahasaan yang akan Anda gunakan sebagai respons Anda terhadap situasi-situasi berikut dengan sejujurnya (pertanyaan disesuaikan dengan situasi dalam keluarga)!

Situasi 1: Keluarga Anda memiliki jam belajar pukul 20.00 WIB. Ketika waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB, anak Anda belum juga belajar, tetapi justru masih menonton televisi. Apa yang akan Anda katakan untuk memperingatkan anak Anda? Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 2: Saat Anda menasihati anak Anda ketika terlibat perkelahian di sekolah, anak Anda justru memainkan handphone dan tidak memperdulikan nasihat Anda. Apa yang akan Anda katakan untuk memperingatkan anak Anda? Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 3: Ketika Anda sedang menerima telepon dari teman, anak Anda menghidupkan musik dengan volume yang keras dan tidak menyadari bahwa hal itu mengganggu percakapan Anda. Apa yang akan Anda katakan untuk memperingatkan anak Anda? Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 309: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

Instrumen Penelitian Kasus/Situasi

Situasi 4: Ketika sedang menonton sebuah acara televisi favorit Anda, tiba-tiba anak Anda mengganti saluran televesi tersebut tanpa meminta izin dari Anda. Apa yang akan Anda katakan untuk memperingatkan anak Anda? Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 5: Keluarga Anda membuat kesepakatan jam malam untuk anak Anda sampai pukul 22.00 WIB. Suatu malam, anak Anda pulang melampaui jam yang telah disepakati. Apa yang akan Anda katakan untuk memperingatkan anak Anda? Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

B. Pertanyaan Kasus/Situasi untuk Anggota Keluarga dalam Relasi dengan Orang Tua

PETUNJUK: Tulislah bentuk kebahasaan yang akan Anda gunakan sebagai respons Anda terhadap situasi-situasi berikut dengan sejujurnya (pertanyaan disesuaikan dengan situasi dalam keluarga)!

Situasi 1: Anda meminta supaya dibelikan handphone baru karena handphone lama Anda sudah ketinggalan zaman. Anda sudah meminta berulang kali, tetapi belum juga dibelikan. Apa yang akan Anda katakan kepada orang tua Anda? Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 2: Anda dipaksa oleh ibu Anda untuk membeli sayur di pasar, padahal Anda tidak suka berbelanja di pasar. Apa yang akan Anda katakan dalam situasi seperti ini?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 310: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

Instrumen Penelitian Kasus/Situasi

Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 3: Anda diajak teman-teman keluar rumah pada malam hari. Namun, orang tua tidak mengizikinkan Anda untuk pergi. Apa yang akan Anda katakan kepada orang tua Anda di depan teman-teman Anda? Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 4: Ketika Anda pulang sekolah dan merasa lapar, tidak ada makanan di rumah. Apa yang akan Anda katakan kepada orang tua Anda? Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 5: Ketika Anda sedang dimarahi oleh orang tua karena Anda dianggap pergi tanpa seizin mereka, padahal Anda merasa sudah meminta izin kepada orang tua Anda. Apa yang akan Anda katakan dalam situasi seperti ini? Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 311: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

InstrumenPenelitian Maksud Penutur

Kode Tuturan:

1. Lokasi :

2. Suasana :

3. Keadaanemosi :

4. Identitaspenutur :

a. Gender :

b. Umur :

c. Pekerjaan :

d. Domisili :

e. Daerah Asal :

f. Bahasa yang dipakaisehari-hari :

5. Identitaslawantutur :

a. Gender :

b. Umur :

c. Pekerjaan :

d. Domisili :

e. Daerah Asal :

f. Bahasa yang dipakaisehari-hari :

6. Tanggalpercakapan :

7. Waktupercakapan :

Tuturan:----------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------

Maksud:----------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 312: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 313: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 314: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 315: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk fileDALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG ... Susunan Panitia Penguji ... dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Katarina Yulita Simanulang lahir di Jawa Tengah,

tanggal 1 April 1992. Ia menyelesaikan pendidikan tingkat

sekolah dasar di SD Negeri No 204/VII Singkut 7,

Sarolangun, Jambi pada tahun 2003. Kemudian, ia

melanjutnya studinya di SMP Xaverius Tugumulyo, Musi

Rawas, Sumatera Selatan dan tamat pada tahun 2006.

Pendidikan tingkat menengah atas ditempuhnya di SMA Xaverius Lubuk

Linggau, Sumatera Selatan dan lulus pada tahun 2009. Setelah menyelesaikan

sekolah tingkat menengah atas, ia melanjutnya studi S1 Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir pada tahun 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI