145
STUDI LITERATUR INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA PERIODE DESEMBER TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Chelsyana Herdiany Nagi NIM : 118114082 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

  • Upload
    ngonhi

  • View
    230

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

i

STUDI LITERATUR INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN

GAGAL GINJAL KRONIK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD

PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA PERIODE

DESEMBER TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Chelsyana Herdiany Nagi

NIM : 118114082

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

ii

STUDI LITERATUR INTERAKSI OBAT PADA PERESEPAN PASIEN

GAGAL GINJAL KRONIK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD

PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA PERIODE

DESEMBER TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Chelsyana Herdiany Nagi

NIM : 118114082

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

v

“ Hendaklah kasih itu jangan berpura-pura. Jauhilah yang jahat dan lakukanlah

yang baik. Hendaklah kamu selalu saling mengasihi sebagai saudara dan saling

mendahului dalam memberi hormat. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah

dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa “

Roma 12 : 9-12

Kupersembahkan untuk :

Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu ku andalkan

Bapak, Mama beserta keluarga yang selalu ada disaat apapun

Teman-teman tercinta dan Almamaterku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

viii

PRAKATA

Puji dan syukur peneliti haturkan kehadirat TuhanYang Maha Esa, karena

atas berkat, rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul “ Studi Literatur Interaksi Obat Pada Peresepan

Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta Periode Desember Tahun 2013” sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan, bimbingan,

bantuan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan

hati, peneliti menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing

dan memberi arahan selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

2. Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta, dr I Wayan Sudana

yang telah memberikan izin kepada penulis dalam pengambilan data penelitian.

3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt sebagai dosen pembimbing utama yang

selalu dengan sabar mengarahkan dan membimbing peneliti selama proses

penyusunan skripsi.

4. Ibu Witri Susila Astuti, S.Si., Apt sebagai dosen pembimbing pendamping

yang selalu dengan sabar mengarahkan dan membimbing peneliti selama

proses penyusunan skripsi.

5. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK yang telah membimbing, memberi arahan dan

dukungan selama proses penyusunan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

ix

6. Ibu Dita Maria Virgina M.Si., Apt yang telah membimbing, memberi arahan

dan dukungan selama proses penyusunan skripsi.

7. Kedua orang tua Kristoforus Nagi dan Yarit Lette yang selalu membimbing,

memberi arahan dan dukungan serta semangat selama proses perkuliahan

hingga terselesainya penyusunan skripsi ini.

8. Kakak tersayang Mystica Pere, Efran Bara, Ati Mbulang, dan Luis yang selalu

memberikan motivasi, arahan dan semangat dalam penyusuan skripsi ini dari

awal sampai akhir.

9. Tesa Siseng, Rysa Indriani, Ervin Due, Ensi Babo, Arlyn Woi, Ret Toyo,

Stefin, Je, Berlin, Novi, Yuni, Wiwin, Feri, Slash, Savio, Frans, Lis, Sandro,

Ryan, Iron, Gusty, Ando, Edo sebagai sahabat terbaik yang selalu

mendampingi dengan sabar, memberi semangat dan dukungan dari awal

pengerjaan skripsi hingga akhir.

10. Teman-teman skripsi Desy, Mochi dan Jono yang selalu setia dan kompak

dalam mendukung penyusunan skripsi dari awal sampai akhir.

11. Teman-teman Kelompok Farmakoterapi I dan II Opi, Danik, Shinta, Yuvica,

Greta, Sary, Ipang yang selalu memberi semangat dan dukungan selama proses

pengerjaan skripsi hingga akhir.

12. Teman-teman kelompok Real Friends Meilisa, Niken, Yudis, Asri, Aviola,

Sary, Eiren, Lenny, Uchi, Dara yang selalu memberi semangat dan dukungan

selama proses pengerjaan skripsi hingga akhir.

13. Teman-teman FSM B dan FKK A 2011 yang selalu memberi semangat dan

dukungan dari awal penyusunan skripsi hingga akhir.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmatNya kepada seluruh

pihak yang berperan dalam membantu menyelesaikan skripsi ini. Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................ vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................................... ix

PRAKATA............................................................................................. x

DAFTAR ISI........................................................................................... xi

DAFTAR TABEL................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xvii

INTISARI................................................................................................ xviii

ABSTRACT............................................................................................ xix

BAB I PENGANTAR............................................................................. 1

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

1. Perumusan Masalah..................................................................... 4

2. Keaslian Penelitian...................................................................... 4

3. Manfaat Penelitian....................................................................... 6

B. Tujuan Penelitian................................................................................ 6

1. Tujuan Umum............................................................................. 6

2. Tujuan Khusus............................................................................. 7

BAB II PENELAAH PUSTAKA........................................................... 8

A. Gagal Ginjal Kronik........................................................................... 8

1. Pengertian gagal ginjal kronik..................................................... 8

2. Epidemiologi gagal ginjal kronik................................................ 8

B. Manajemen Terapi Gagal Ginjal Kronik............................................ 9

1. Tujuan terapi dan sasaran terapi.................................................. 9

2. Strategi terapi.............................................................................. 10

C. Interaksi Obat..................................................................................... 16

1. Pengertian interaksi obat............................................................. 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

xii

2. Prevalensi interaksi obat............................................................ 17

3. Jenis interaksi obat...................................................................... 26

4. Interaksi obat pada gagal ginjal kronik....................................... 24

5. Faktor dan penyebab terjadinya interaksi obat............................ 24

6. Signifikansi klinis interaksi obat................................................. 25

7. Peran apoteker dalam interaksi obat............................................ 30

D. Keterangan Empiris............................................................................. 31

BAB III METODELOGI PENELITIAN................................................ 32

A. Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................... 32

B. Variabel dan Defenisi Operasional.................................................... 32

C. Subyek dan Bahan Penelitian.............................................................

34

D. Alat dan Instrumen Penelitian............................................................ 34

E. Tata Cara Penelitian........................................................................... 35

1. Tahap orientasi............................................................................ 35

2. Tahap penentuan subyek penelitian............................................ 35

3. Tahap pengambilan data............................................................. 35

F. Tata Cara Analisis dan Penyajian Hasil Data Penelitian.................... 36

1. Tata cara analisis data penelitian................................................. 36

2. Penyajian hasil data penelitian.................................................... 37

G. Keterbatasan Penelitian...................................................................... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 38

A. Karakteristik pasien gagal ginjal kronik............................................. 38

1. Umur pasien gagal ginjal kronik.................................................. 38

2. Jenis kelamin pasien gagal ginjal kronik..................................... 40

B. Gambaran pola peresepan pada pasien gagal ginjal kronik................ 41

1. Gambaran umum pola peresepan................................................ 41

a. Jumlah obat yang digunakan pada pola peresepan pasien gagal

ginjal kronik........................................................................... 41

b. Cara pemberian obat pada pasien gagal ginjal kronik........... 42

2. Gambaran pola peresepan berdasarkan kelas terapi obat............ 43

a. Obat kardiovaskuler............................................................... 44

b. Obat gizi dan darah............................................................... 50

c. Obat hormonal....................................................................... 55

d. Obat penyakit otot skelet dan sendi....................................... 56

e. Obat sistem saluran cerna...................................................... 56

f. Obat sistem saraf pusat.......................................................... 58

g. Obat infeksi........................................................................... 58

h. Obat sistem saluran nafas...................................................... 59

i. Obat antihistamin dan antialergi........................................... 60

j. Obat antiinflamasi................................................................. 61

C. Studi literatur interaksi obat............................................................... 61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

xiii

1. Persentase jumlah peresepan yang terdapat interaksi obat pada

peresepan pasein gagal ginjal kronik........................................ 62

2. Persentase interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik

terhadap seluruh peresepan pasien di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

periode Desember 2013............................................................ 63

3. Proporsi interaksi obat antara obat antihipertensi dengan obat

antihipertensi, obat antihipertensi dengan obat lain dan obat lain

dengan obat lain......................................................................... 64

4. Proporsi jenis interaksi obat pada peresepan pasien gagal

ginjal kronik.............................................................................. 65

5. Persentase kategori signifikansi klinis interaksi obat................. 67

6. Mekanisme dan efek interaksi obat............................................ 70

BAB V KESIMPULAN dan SARAN................................................... 121

A. Kesimpulan......................................................................................... 121

B. Saran................................................................................................... 122

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 123

LAMPIRAN............................................................................................ 124

BIOGRAFI PENULIS........................................................................... 127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kategori signifikansi klinis interaksi obat menurut Tatro (2007)... 27

Tabel II.Distribusi jumlah obat tiap lembar resep pada peresepan pasien gagal

ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta periode Desember 2013.............................. 42

Tabel III. Distribusi cara pemberian obat pada peresepan pasien gagal ginjal

kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta periode Desember 2013......................................... 43

Tabel IV. Kelas terapi dan golongan obat sistem kardiovaskuler yang digunakan

pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

periode Desember 2013............................................................ 45

Tabel V. Kelas terapi dan golongan obat gizi dan darah yang digunakan pada

pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013.............. 50

Tabel Vl. Kelas terapi dan golongan obat hormonal yang digunakan pada pasien

gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul periode Desember 2013................................................. 53

Tabel VII. Kelas terapi dan golongan obat penyakit otot skelet dan sendi yang

digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

periode Desember 2013............................................................. 55

Tabel VIII. Kelas terapi dan golongan obat sistem saluran cerna yang digunakan

pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

periode Desember 2013............................................................. 56

Tabel IX. Kelas terapi dan golongan obat sistem saraf pusat yang digunakan pada

pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013.............. 58

Tabel X. Kelas terapi dan golongan obat infeksi yang digunakan pada pasien

gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta periode Desember 2013............................. 59

Tabel XI. Kelas terapi dan golongan obat sistem saluran nafas yang digunakan

pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

periode Desember 2013............................................................. 60

Tabel XII. Kelas terapi dan golongan obat antihistamin dan atialergi yang

digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

periode Desember 2013.............................................................. 60

Tabel XIII. Kelas terapi dan golongan obat antiinflamasi yang digunakan pada

pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013.............. 61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

xv

Tabel XIV. Distribusi jumlah kategori signifikansi klinis interaksi obat pada

peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

periode Desember 2013............................................................. 67

Tabel XV. Mekanisme dan efek interaksi obat anatara obat antihipertensi dengan

obat antihipertensi pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi

Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Desember

2013 berdasarkan kajian literatur.............................................. 71

Tabel XVI. Mekanisme dan efek interaksi obat anatara obat antihipertensi dengan

obat lain pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat

Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Desember 2013

berdasarkan kajian literatur....................................................... 76

Tabel VII. Mekanisme dan efek interaksi obat anatara obat lain dengan obat

antihipertensi pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi

Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Desember

2013 berdasarkan kajian literatur.............................................. 83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram persentase umur pada pasien gagal ginjal kronik di

Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

periode Desember 2013........................................................ 39

Gambar 2. Diagram persentase jenis kelamin pada peresepan pasien gagal ginjal

kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta periode Desember 2013......................................... 40

Gambar 3. Persentase jumlah peresepan yang terdapat interaksi obat pada

peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

periode Desember 2013........................................................... 62

Gambar 4. Diagram persentase interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal

kronik terhadap seluruh peresepan pasien di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

berdasarkan kajian literatur........................................................ 64

Gambar 5. Diagram proporsi interaksi obat antara obat antihipertensi dengan obat

antihipertensi, obat antihipertensi dengan obat lain dan obat lain dengan

obat lain pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat

Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

periode Desember 2013............................................................ 65

Gambar 6. Diagram proporsi jenis interaksi obat pada peresepan pasien gagal

ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 berdasarkan kajian literatur

(N= 130).................................................................................... 66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Izin Penelitian di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta................................ 121

Lampiran 2 : Surat Keterangan Izin Penelitian di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul dari BAPPEDA Bantul............. 122

Lampiran 3 : Surat keterangan permohonan ijin penelitian..................... 123

Lampiran 4 : Formulir Pengambilan Data Penelitian Peresepan Obat Pada Pasien

Gagal Ginjal Kronik Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta Periode Desember 2013............... 124

Lampiran 5 : Daftar nama obat dengan nama dagang dan nama generik... 126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

xviii

INTISARI

Pasien gagal ginjal kronik dengan penyakit komplikasi atau penyakit

penyerta menerima lebih dari satu jenis obat, sehingga terdapat kemungkinan

terjadinya interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik

pasien, gambaran pola peresepan, jumlah dan kategori signifikansi klinis interaksi

obat pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta Periode Desember 2013.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan data yang

bersifat retrospektif. Pengambilan data berdasarkan rekam medis, data yang

diambil adalah resep pada bulan Desember 2013 di Instalasi Rawat Jalan dan

dikaji secara teoritis berdasarkan studi literatur.

Pada penelitian ini terdapat 65 kasus pasien gagal ginjal kronik, dengan

kasus terbanyak pada kelompok umur dewasa (58,5%) dan jenis kelamin laki-laki

(62%). Kelas terapi obat yang paling banyak digunakan yaitu obat antihipertensi

dengan persentase tertinggi yaitu golongan diuretik (30,9 %). Rute pemberian

obat terbesar yaitu secara per oral (94,2%). Terdapat 130 interaksi obat dan yang

paling banyak adalah interaksi farmakodinamik (85%). Kategori signifikansi

klinis interaksi obat pada peresepan pasien yang paling banyak adalah minor (79

kasus).

Kata kunci : Gagal ginjal kronik, interaksi obat, kategori signifikansi klinis

interaksi obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

xix

ABSTRACT

Chronic renal failure patient with complication disease or underlying

disease receive more than one type of drug, so there is the possibility of unwanted

drug interactions. This study aims to know the patient characteristic, prescribing

patterns description, the number and categories of the clinical significance of drug

interactions in chronic renal failure in Outpatient Unit Panembahan Senopati

Bantul Hospital Yogyakarta December 2013.

Design of this research is descriptive with a retrospective data. Data were

collected from medical records of patients in Outpatients on December 2013 and

were evaluated theoretically based on drug interaction literature.

There were 65 cases of chronic renal failure patients, with most cases are

adult (58,5%) and male (62%). Class of drug therapy are the most widely used is

antihypertensi drug with the highest percentage is the class of diuretic

(30,9%).The most route of administration drugs is per oral (94,2%). There were

130 drug interactions and most of the interaction is pharmacodynamic interaction

(85%). The most clinical significance of drug interactions is minor (79 cases).

Key Word : Chronic renal failure, drug interactions, clinical significance of

drug interaction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik merupakan adanya penurunan semua fungsi ginjal

dan adanya penimbunan secara bertahap diikuti penimbunan sisa metabolisme

protein disertai adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Soenarso,

2004). Insidens penyakit ginjal kronik sejak 10-15 tahun belakangan ini

mengalami peningkatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Hal ini

disebabkan karena banyaknya ditemukan penderita diabetes melitus dan hipertensi

yang merupakan penyebab terbanyak gagal ginjal kronik, selain inflamasi

glomerulus (Dharmeizar, 2012).

Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang

cukup tinggi. Menurut data dari Perneftri (Persatuan Nefrologi Indonesia),

diperkirakan ada 70 ribu penderita ginjal di Indonesia, namun yang terdeteksi

menderita gagal ginjal kronik tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci

darah (hemodialisa) hanya sekitar 4 ribu sampai dengan 5 ribu (Syamsir dan

Hadibroto, 2007).

Berdasarakan hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013,

iperoleh prevalensi pasien yang mengalami gagal ginjal kronik ≥ 15 tahun di

Indonesia sebesar 0,2 % (2055 orang) dan prevalensi di Provinsi DIY pada umur

15-34 tahun sebesar 0,1 % (722 orang), umur 35-44 tahun sebesar 0,3 % (2167

orang), umur 45-54 tahun sebesar 0,4 % (2889 oarang), umur 55-74 tahun sebesar

0,5 % (3612 orang), dan umur ≥ 75 tahun sebesar 0,6 % (4344 orang).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

2

Berdasarkan jenis kelamin di Provinsi DIY, pada laki-laki sebesar 0,3 % (2167

orang), perempuan sebesar 0,2 % (1445 orang). Prevalensi paling tinggi di

Provinsi DIY berdasarkan karakteristik umur terjadi pada umur ≥ 75 tahun dan

berdasarkan jenis kelamin yaitu pada laki-laki.

Kasus gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta cukup banyak. Berdasarkan data pasien gagal ginjal

kronik di instalasi rawat jalan bagian poli dalam, jumlah kunjungan pasien gagal

ginjal kronik tiap tahunnya bervariasi. Pada tahun 2010 jumlah kunjungan sebesar

620 kali kunjungan. Pada tahun 2011 mengalami penurunan dengan jumlah

kunjungan sebesar 366 kali kunjungan. Pada tahun 2012-2014 mengalami

peningkatan jumlah kunjungan yaitu masing-masing sebesar 577 kali kunjungan,

787 kali kunjungan dan 1793 kali kunjungan (RSUD Bantul, 2015).

Penggunaan obat yang rasional dalam pelayanan kesehatan di Indonesia

masih merupakan masalah. Lebih dari 50 % pasien menerima lebih dari 4 obat

untuk setiap lembar resepnya (Syamsudin, 2011). Prevalensi interaksi obat secara

keseluruhan di dunia adalah 50-60% (Wynn, 2009). Adanya interaksi obat dapat

memiliki dampak yang buruk bagi pasien. Dalam hal ini, dokter, perawat,

farmasis maupun tenaga kesehatan lainnya memiliki peran penting terkait

keselamatan pasien (Syamsudin, 2011).

Pharmaceutical Care merupakan format pelayanan kefarmasian yang

terbaru yaitu berbasis kepada pasien. Pharmaceutical Care merupakan tanggung

jawab farmasis untuk memaksimalkan hasil terapi dan meminimalkan terjadinya

efek negatif terapi, sehingga terjadi peningkatan kualitas hidup pasien (Sexton,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

3

Nickless, and Green, 2006). Farmasis mempunyai tanggung jawab dalam

pengecekan terkait kemungkinan adanya interaksi obat. Interaksi obat dapat

mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan yang diterima, dapat

menimbulkan risiko yang signifikan terhadap kesehatan pasien terkait

menyebabkan beban ekonomi dalam perawatan kesehatan pasien (Sohewardi,

Chogtu, and Faizal, 2012).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta dengan melihat hasil kunjungan pasien maka diperlukan

evaluasi mengenai interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik karena

belum terdapat data kajian mengenai interaksi obat. Hasil dari evaluasi tersebut,

nantinya akan dipergunakan oleh tenaga kesehatan di RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta untuk melakukan upaya pencegahan, apabila terjadi

interaksi obat yang dapat menimbulkan efek toksik, membahayakan pasien dan

menyebabkan beban ekonomi pada perawatan kesehatan pasien.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penggunaan obat pada pasien gagal

ginjal kronik perlu diperhatikan dan mendapat pengawasan dari tenaga kesehatan

khususnya farmasis. Berdasarkan alasan yang telah dikemukakan sebelumnya

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai “Studi Literatur

Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Instalasi Rawat

Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Desember Tahun

2013”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

4

1. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut :

a. Seperti apa karakteristik pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

yang meliputi umur dan jenis kelamin ?

b. Seperti apa gambaran umum pola peresepan pasien gagal ginjal kronik

meliputi kelas terapi (golongan dan jenis) obat, jumlah obat dan cara

pemberian obat di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta Periode Desember 2013 ?

c. Berapa persentase interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik

di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

periode Desember 2013 yang dikaji berdasarkan studi literatur ?

d. Seperti apa kategori signifikansi klinis interaksi obat yang teridentifikasi

pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 yang

dikaji berdasarkan studi literatur?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang “ Studi Literatur Interaksi Obat Pada Peresepan Pasien

Gagal Ginjal Kronik Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta Periode Desember 2013 belum pernah dilakukan. Penelitian

lain yang berhubungan adalah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

5

a. Kajian pola peresepan pada pasien gagal ginjal kronik ditinjau dari dosis,

interaksi, efek samping, dan kontraindikasi obat di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit dr. Sardjito Yogyakarta yang dilakukan oleh Bettega (2005).

b. Pola peresepan obat pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di

Bagian Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2000 yang

dilakukan oleh Kaka (2001).

c. Kajian penggunaan obat pada pasien gagal ginjal kronik nonhemodialisis di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2000-2001 :

Pola Peresepan, Evaluasi Kontraindikasi, dan Penyesuaian Dosis yang

dilakukan oleh Gunawan (2002).

d. Studi pustaka interaksi obat dengan obat pada pasien gagal ginjal kronik

dengan hemodialisis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Tahun 2002 yang dilakukan oleh Peradnyani (2006).

Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian yang disebutkan di

atas adalah terletak pada tempat pelaksanaan penelitian yaitu di Instalasi Rawat

Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Periode pengambilan data

penelitian yaitu pada bulan Desember tahun 2013. Kajian pada penelitian ini yang

terfokus pada interaksi obat farmakokinetik dan farmakodinamik serta kategori

signifikansi klinis interaksi obat yang dikaji berdasarkan studi literatur. Persamaan

dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada fokus kajian yaitu penyakit gagal

ginjal kronik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

6

3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Secara teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber

informasi sekaligus referensi dalam upaya pengembangan konsep pelayanan

farmasi klinik di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta dan dapat

meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, khususnya berkaitan dengan

keamanan dan keselamatan pasien terutama pada aspek interaksi obat pada

peresepan pasien gagal ginjal kronik.

b. Secara praktis

1. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai interaksi obat

pada penatalaksanaan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat jalan

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta yang dikaji berdasarkan

studi literatur.

2. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung dan meningkatkan peran

farmasis dalam mengidentifikasi secara lebih dini terkait interaksi obat,

sehingga meminimalkan kemungkinan terjadinya interaksi obat dengan

efek yang membahayakan khususnya pada pasien gagal ginjal kronik di

Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui interaksi obat yang

terjadi berdasarkan peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

7

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 yang

dikaji berdasarkan literatur.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

yang meliputi umur dan jenis kelamin.

b. Mengetahui gambaran umum pola peresepan pasien gagal ginjal kronik

yang meliputi kelas terapi (golongan dan jenis) obat, jumlah obat, dan cara

pemberian di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta periode Desember 2013.

c. Mengetahui persentase interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal

kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta periode Desember 2013 berdasarkan studi literatur.

d. Mengetahui kategori signifikansi klinis interaksi obat pada peresepan pasien

gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 berdasarkan studi literatur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

8

BAB II

PENELAAH PUSTAKA

A. Gagal Ginjal Kronik

1. Pengertian gagal ginjal kronik

Gagal ginjal kronik menggambarkan struktur dan fungsi ginjal yang tidak

normal. Ginjal rusak secara progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa

tahun). Penyakit gagal ginjal kronik juga membawa risiko kematian yang tinggi

(Fink, Greer, MacDonald, Rossini, Sadiq, Lankireddy, et al., 2012). Penurunan

atau kegagalan fungsi ginjal berupa fungsi ekskresi, fungsi pengaturan, dan fungsi

hormonal dari ginjal. Kegagalan sistem sekresi menyebabkan menumpuknya zat-

zat toksik dalam tubuh yang kemudian menyebabkan sindroma uremia

(Kamaluddin dan Rahayu, 2009).

2. Epidemiologi gagal ginjal kronik

Insidens penyakit gagal ginjal kronik sejak 10-15 tahun belakangan ini

mengalami peningkatan diseluruh dunia termaksud Indonesia. Di Amerika Serikat

pada akhir tahun 2007 tercatat sebanyak 527.283 orang mendapat pengobatan

gagal ginjal tahap akhir (End Stage Renal Disease/ESRD) di mana 368.544 orang

diantaranya mendapat terapi hemodialisis baik di rumah sakit, rumah maupun

dialisis peritoneal (NKUDIC, 2010). Pada tahun 2010, di Indonesia diperkirakan

terdapat 2 juta pasien yang mengalami gagal ginjal kronik dengan laju

pertumbuhan kira-kira 7% pertahun (Dharmeizar, 2012). Kasus baru gagal ginjal

kronik di Indonesia dari data di beberapa pusat nefrologi diperkirakan berkisar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

9

100-150/ 1 juta penduduk, sedangkan prevalensinya mencapai 200-250/ 1 juta

penduduk (PERNEFTRI, 2012).

B. Manajemen Terapi Gagal Ginjal Kronik

1. Tujuan terapi dan sasaran terapi

Tujuan terapi dan sasaran terapi adalah untuk menunda perkembangan

gagal ginjal kronik, sehingga meminimalkan pengembangan atau keparahan

komplikasi yang terkait termasuk penyakit jantung. Terapi non farmakologi dan

farmakologi dilakukan untuk memperlambat laju perkembangan gagal ginjal

kronik dan dapat menurunkan insiden dan prevalensi end stage renal disease

(ESRD) (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008).

Penyakit ginjal kronik tidak dapat disembuhkan, namun diperlukan upaya

mempertahankan agar ginjal dapat berfungsi seoptimal mungkin. Caranya yaitu

dengan terapi melalui obat-obatan untuk mengatasi gejala-gejala dan komplikasi

penyakit ginjal kronik serta membantu memperlambat proses kerusakan fungsi

ginjal, dialisis (cuci darah), transplantasi (cangkok) ginjal, dan modifikasi gaya

hidup (Mahdiana, 2011).

Pengobatan pada gagal ginjal kronik dibagi dalam dua tahap. Tahap

pertama berupa tindakan konservatif untuk meredakan atau memperlambat

perburukan progresif gangguan fungsi ginjal. Prinsip dasar dalam penatalaksanaan

konservatif didasarkan pada pemahaman tentang batas-batas ekskresi yang dapat

dicapai oleh ginjal yang terganggu. Bila hal tersebut sudah diketahui, maka diet

zat terlarut dan cairan orang yang bersangkutan dapat diatur dan disesuaikan

dengan adanya batas-batas tersebut. Tahap kedua pengobatan dengan adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

10

terapi pengganti ginjal. Keadaan ini terjadi pada penyakit ginjal stadium akhir

atau ESRD dengan nilai GFR < 2ml/menit. Tujuan dari terapi yaitu untuk

menggantikan ginjal yang tidak bisa bekerja sesuai fungsinya (Price and Wilson,

2005).

2. Strategi terapi

Penatalaksanaan gagal ginjal kronik meliputi 4 tahap yaitu :

1. Memperlambat laju penurunan fungsi ginjal

a. Pengobatan hipertensi. Target penurunan tekanan darah yang

dianjurkan adalah kurang dari 130/80 mmHg.

b. Pembatasan asupan protein, bertujuan untuk mengurangi hiperfiltrasi

glomerulus sehingga progresifitas akan diperlambat.

c. Retriksi fosfor dengan tujuan untuk mencegah hiperparatirodisme

sekunder.

d. Mengurangi proteinuria. Terdapat korelasi antara proteinuria dan

penurunan fungsi ginjal terutama pada glomerulonefritis kronik dan

diabetes. Dalam hal ini biasa digunakan ACE inhibitor. Jika terdapat

intoleransi terhadap ACE inhibitor maka dapat digunakan angiotensin

receptor blocker (ARB) (Dipiro et al., 2008).

e. Mengendalikan hiperlipidemia. Telah terbukti bahwa hiperlipidemia

yang tidak terkendali dapat mempercepat progresifitas gagal ginjal.

Pengobatan meliputi diet dan olahraga. Pada peningkatan yang

berlebihan diberikan obat-obat penurun lemak darah. Pedoman dari

Asosiasi Diabetes Kanada menyarankan nilai hemoglobin A1c < 7,0%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

11

dan fasting plasma glucose 4–7 mmol/L (Levin, Hemmelgarn,

Culleton, Tobe, McFarlane, Ruzicka et al, 2008).

2. Mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut

a. Pencegahan kekurangan cairan

Dehidrasi dan kehilangan elektrolit dapat menyebabkan gangguan

prarenal yang masih dapat diperbaiki. Oleh sebab itu perlu ditanyakan

mengenai keseimbangnan cairan (muntah, keringat, diare, asupan

cairan sehari- hari), penggunaan obat (diuretik, manitol, fenasetin), dan

penyakit lain (diabetes melitus, kelainan gastrointestinal, dan ginjal

polikistik) (Levin et al, 2008)

b. Sepsis

Sepsis dapat disebabkan berbagai macam infeksi, terutama infeksi

saluran kemih. Penatalaksanaan ditujukan untuk mengkoreksi kelainan

urologi dan antibiotik yang telah terpilih untuk mengobati infeksi

(Levin et al, 2008).

c. Hipertensi yang tidak terkendali

Tekanan darah umumnya meningkat sesuai dengan perburukan fungsi

ginjal. Kenaikan tekanan darah ini akan menurunkan fungsi ginjal.

Akan tetapi penurunan tekanan darah yang berlebihan juga akan

menyebabkan perfusi ginjal menurun. Obat yang dapat diberikan

adalah furosemid, beta blocker, vasodilator, kalsium antagonis dan

alfa blocker. Obat golongan tiazid kurang bermanfaat, sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

12

spironolakton tidak dapat digunakan karena dapat meningkatkan kadar

kalium (Dipiro et al., 2008).

d. Obat-obat nefrotoksik

Obat-obat aminoglikosida, OAINS (obat antiinflamasi non steroid),

kontras radiologi, dan obat-obat yang dapat menyebabkan nefritis

interstitialis harus dihindari (Dharmeizar, 2012).

e. Kehamilan

Kehamilan dapat memperburuk fungsi ginjal, hipertensi meningkatkan

terjadinya eklamsia dan menyebabkan retardasi pertumbuhan

intrauterin (Levin et al, 2008).

3. Pengelolaan uremia dan komplikasinya

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Pasien dengan penyakit ginjal kronik sering mengalami peningkatan

jumlah cairan ekstrasel karenan retensi cairan dan natrium.

Peningkatan cairan intravaskular menyebabkan hipertensi, sementara

ekspansi cairan ke interstitial menyebabkan edema. Hiponatremia

sering juga dijumpai. Penatalaksanaan yang tepat meliputi retriksi

asupan cairan dan natrium, dan pemberian terapi diuretik. Asupan

cairan natrium dibatasi < 1 liter/hari, pada keadaan berat < 500ml/hari.

Natrium diberikan < 2-4 g/hari, tergantung dari beratnya edema. Jenis

diuretik yang menjadi pilihan adalah furosemid karena efek furosemid

tergantung dari sekresi aktifnya di tubulus proksimal. Pasien dengan

penyakit ginjal kronik umumnya membutuhkan dosis yang tinggi (300-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

13

500 mg), namun perlu diperhatikan efek samping obat. Apabila

tindakan ini tidak membantu maka harus dilakukan dialisis (Levin et

al., 2008).

b. Asidosis metabolik

Penurunan kemampuan sekresi acid load pada penyakit ginjal kronik

menyebabkan terjadinya asidosis metabolik. Hal ini umumnya terjadi

apabila nilai GFR < 25 ml/mnt. Diet rendah protein 0.6 g/hari dapat

membantu mengurangi asidosis. Bila kadar bikarbonat turun sampai <

15-17 mEq/L harus diberikan subtitusi alkali (Dipiro et al., 2008).

c. Hiperkalemia

Hiperkalemia dapat menyebabkan aritmia kordis yang fatal. Untuk

mengatasi ini, dapat diberikan: kalsium glukonas 10% (10 ml dalam 10

menit secara iv), bikarbonas natrikus 50-150 secara iv dalam 15-30

menit, insulin dan glukosa 6 unit, insulin dan glukosa 50 g dalam

waktu 1 jam, kayexalate (resin pengikat kalium) 25-50 g secara p.o

atau rektal. Bila hiperkalemia tidak dapat diatasi, maka dilakukan

dialisis (Levin et al, 2008).

d. Diet rendah protein

Diet rendah protein dianggap akan mengurangi akumulasi hasil akhir

metabolisme protein yaitu ureum dan toksik uremik lainya. Selain itu,

telah terbukti bahwa diet tinggi protein akan mempercepat timbulnya

glomerulosklerosis sebagai akibat meningkatnya beban kerja

glomerulus dan fibrosis interstitial. Kebutuhan kalori harus dipenuhi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

14

supaya tidak terjadi pemecahan protein dan merangsang pengeluaran

insulin. Kalori yang diberikan adalah sekitar 35 kal/kgBB, protein 0,6

g/ kgBB/ hari dengan nilai biologis tinggi (40% asam amino esensial)

(Mahdiana, 2011).

e. Anemia

Penyebab utama anemia pada penyakit ginjal kronik adalah terjadinya

defisiensi eritropoietin. Penyebab lainnya adalah perdarahan

gastrointestinal, umur eritrosit yang pendek, serta adanya faktor yang

menghambat eritropoesis (toksin uremia), malnutrisi dan defisiensi

besi. Transfusi darah hanya diberikan bila perlu dan apabila pemberian

transfusi dapat memperbaiki keadaan klinis secara nyata. Terapi

apabila nilai Hb < 8 g % yaitu dengan pemberian eritropoietin, tetapi

pengobatan ini masih terbatas karena mahal. Target pemberian

eritropoietin adalah dengan nilai Hb > 11 g %. Jika tidak diberikan

terapi dengan eritropoietin maka bisa diberikan terapi besi (Levin et

al., 2008).

f. Kalsium dan fosfor

Terdapat 3 mekanisme yang saling berhubungan yaitu hipokalsemia

dengan hipoparatiroid sekunder, retensi fosfor oleh ginjal, dan

gangguan pembentukan 1,25 dihidroksikalsiferol metabolit aktif

vitamin D. Pada keadaan ini dengan nilai GFR < 30 mL/mnt

diperlukan pemberian fosfor seperti kalsium bikarbonat atau kalsium

asetat yang diberikan pada saat makan. Pemberian vitamin D juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

15

perlu diberikan untuk meningkatkan absorbsi kalsium di usus. Diet

rendah fosfat dilakukan untuk menjaga hiperfosfatemia. Jika diet

rendah fosfat gagal, dapat diberikan calcium-containing phosphate

binders. Namun jika terdapat hiperkalemia maka dosis calcium-

containing phosphate binders atau vitamin D harus dikurangi.

Hipokalesemia harus dikoreksi jika pasien menunjukkan gejala atau

tanda peningkatan level parat hormon (Dipiro et al., 2008).

g. Hiperurisemia

Alopurinol sebaiknya diberikan 100-300 mg, apabila kadar asam urat >

10 mg/dl atau apabila terdapat riwayat gout (Mahdiana, 2011).

4. Inisiasi dialisis

Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan

dialisis tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya nilai GFR sekitar

5-10 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila:

a. Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan

b. Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan

c. Overload cairan (edema paru)

d. Ensefalopati uremik dan penurunan kesadaran

e. Efusi perikardial

f. Sindrom uremia (mual,muntah, anoreksia, dan neuropati) yang

memburuk (Levin et al., 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

16

C. Interaksi obat

1. Pengertian interaksi obat

Interaksi obat adalah kejadian dimana respon farmakologis atau klinis

dari pemberian suatu kombinasi obat, tidak sama dengan efek yang diharapkan

timbul bila dua obat diberikan secara terpisah. Interaksi obat terjadi bila efek dari

suatu obat berubah dengan adanya kehadiran obat lainnya, makanan, minuman

atau zat kimiawi lingkungan (Kurnia, 2007).

2. Prevalensi interaksi obat

Prevalensi interaksi obat secara keseluruhan di dunia adalah 50-60%

(Wynn, 2009). Penggunaan polifarmasi obat dimana lebih dari 50% rata-rata

pasien mendapat 3-5 jenis obat atau lebih untuk setiap lembar resepnya (Raut,

2013). Insidens efek samping obat akan meningkat dengan banyaknya obat yang

diberikan. Di mana pasien sebanyak 4009 yang mendapatkan obat dengan kisaran

jumlah obatnya (0-5) jumlah efek sampingnya 142 (4%), sedangkan pada pasien

sebanyak 641 yang mendapatkan obat dengan kisaran jumlah obat (16-20) jumlah

efek sampingnya 347 (54%). Beberapa penelitian juga menunjukkan terjadinya

interaksi obat sampai 88% pada populasi lansia yang berobat jalan (Kurnia, 2007).

Meningkatnya kompleksitas dan polifarmasi obat yang digunakan dalam

pengobatan memungkinkan terjadinya interaksi obat semakin besar (Shekar and

Bhagawan, 2014). Kurangnya dokumentasi dan pengamatan terkait kejadian

interaksi obat serta kurangnya pengetahuan para dokter mengenai interaksi obat

dapat memperparah kejadian interaksi obat dalam pelayanan kesehatan (Nidhi,

2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

17

3. Jenis interaksi obat

Jenis-jenis interaksi obat meliputi interaksi farmakokinetik, farmakodinamik

dan farmasetis.

a. Interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakokinetik merupakan interaksi

antara dua obat atau lebih yang mempengaruhi proses absorpsi, distribusi,

metabolisme dan ekskresi salah satu obat atau lebih di dalam tubuh

(Hacker, Bachman, and Messer, 2009). Interaksi dapat diukur pada

perubahan parameter farmakokinetik meliputi konsentrasi maksimal

(Cmax), konsentrasi obat di dalam tubuh persatuan waktu (AUC), waktu

paruh eliminasi dan total obat yang diekskresikan lewat urin (CI) (Tatro,

2007).

1) Interaksi pada proses absorpsi

Interaksi pada proses absorpsi terjadi ketika adanya penggunaan

dua obat atau lebih pada waktu yang bersamaan sehingga laju absorpsi

dari salah satu atau kedua obat mengalami perubahan. Interaksi pada

proses absorpsi dapat dipengaruhi oleh perubahan pada pH saluran

pencernaan, kelarutan obat, metabolisme saluran pencernaan, flora

usus, mukosa usus, adsorpsi, khelasi, perubahan motilitas saluran

pencernaan, induksi atau inhibisi dari protein transporter obat,

malabsorpsi yang disebabkan oleh obat dan mekanisme kompleks

lainnya (Tatro, 2007).

Salah satu obat dapat menghambat, menurunkan, atau

meningkatkan laju absorpsi obat yang lainnya. Hal ini dapat terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

18

dengan cara memperpendek atau memperpanjang waktu pengosongan

lambung dengan menambah pH lambung dan dengan membentuk

kompleks dengan obat. Laksatif merupakan obat yang dapat

meningkatkan kecepatan pengosongan dan usus halus sehingga

menurunkan absorpsi obat. Narkotik dan antikolinergik dapat

meningkatkan motilitas lambung dan usus halus sehingga dapat

menyebabkan peningkatan laju absorpsi obat. Semakin banyak jumlah

obat yang diabsorpsi pada usus halus, semakin banyak jumlah yang

memasuki sirkulasi sistemik (Syamsudin, 2011).

Interaksi obat pada proses absorpsi terjadi di dalam usus halus.

Usus merupakan lokasi utama untuk absorpsi obat karena mempunyai

wilayah absorpsi yang sangat luas, daya serap obat yang lebih tinggi

dan jumlah aliran darah melalui kapiler usus lebih besar sehingga obat

yang diserap dapat diangkut ke sirlukasi sistemik (Syamsudin, 2011).

Pada perubahan motilitas saluran pencernaan, respon suatu obat dapat

berubah karena terdapat obat lain yang mengubah motilitas saluran

pencernaan. Apabila waktu transit obat ke dalam saluran pencernaan

mengalami peningkatan atau terjadi penurunan maka obat akan

terabsorpsi cepat atau lambat. Metokloporamid, eritromisin dan obat

pencahar merupakan obat-obatan yag dapat menurunkan waktu transit

di saluran pencernaan (Albert, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

19

2) Interaksi pada proses distribusi

Setelah obat mengalami proses absorpsi ke dalam darah maka obat

tersebut akan bersirkulasi secara cepat ke seluruh jaringan tubuh. Pada

saat darah mengalami sirkulasi, obat akan bergerak dari aliran darah

kemudian masuk ke jaringan tubuh. Distribusi obat adalah perjalanan

obat dari darah dan ke darah serta beberapa jaringan tubuh seperti

lemak, otot dan jaringan otak. Obat yang masuk ke dalam jaringan yang

berbeda memiliki kecepatan yang berbeda, di mana tergantung pada

kecepatan obat menembus membran (Tatro, 2007).

Dalam fase distribusi, akan terjadi interaksi jika dua obat yang

berikatan tinggi dengan protein atau albumin bersaing untuk

mendapatkan tempat pada protein atau albumin di dalam plasma.

Akibatnya terjadi penurunan dalam pengikatan dengan protein pada

salah satu atau kedua obat itu sehingga lebih banyak obat bebas yang

bersirkulasi dalam plasma dan meningkatkan kerja obat, efek ini dapat

menimbulkan toksisitas obat (Syamsudin, 2011). Apabila terdapat dua

obat yang berikatan kuat dengan protein yang harus digunakan secara

bersamaan, maka perlu adanya pengurangan dosis salah satu atau kedua

obat tersebut untuk menghindari terjadinya toksisitas obat (Aronson,

2009) dan (Triplitt, 2006).

3) Interaksi pada proses metabolisme atau biotransformasi

Dalam proses metabolisme, obat yang akan masuk ke dalam tubuh

akan diubah menjadi lebih polar agar dapat dieksresikan oleh ginjal dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

20

menghasilkan metabolit inaktif. Terdapat dua fase pada proses

metabolisme obat yaitu fase pertama yang meliputi reaksi oksidasi,

reduksi dan hidrolisis. Fase kedua meliputi reaksi konjugasi metabolit

atau obat dari reaksi fase pertama dengan substrat endogen seperti asam

glukuronat. Tujuan dari reaksi fase pertama yaitu mengubah obat

menjadi senyawa yang lebih polar dan reaksi fase kedua bertujuan

membuat senyawa menjadi inaktif (Tatro, 2007).

Suatu obat dapat menigkatkan metabolisme obat lain dengan cara

menginduksi enzim-enzim di hati. Fenobarbital merupakan contoh obat

yang dapat meningkatkan induksi enzim yang disebut sebagai

penginduksi enzim (Triplitt, 2006). Penurunan efek obat disebabkan

karena adanya proses metabolisme obat yang dapat meningkatkan dan

mempercepat proses eliminasi obat dan menurunkan konsentrasi obat di

dalam plasma (Syamsudin, 2011).

Inhibitor enzim merupakan cara menginhibisi enzim-enzim dengan

menurunkan metabolisme obat lain. Proses metabolisme obat akan

menurun dan memperlambat proses eliminasi obat sehingga dapat

meningkatkan konsentrasi dan efek obat di dalam plasma (Syamsudin,

2011).

4) Interaksi pada proses ekskresi

Ekskresi obat sebagian besar terjadi lewat ginjal melalui urin dan

juga melalui empedu. Interaksi obat pada proses ekskresi dapat terjadi

karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perubahan pH urin,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

21

perubahan ekskresi empedu dalam bentuk siklus enterohepatik,

perubahan ekskresi aktif pada tubulus ginjal dan perubahan aliran darah

ginjal (Baxter, 2010).

a) Perubahan ekskresi aktif pada tubular ginjal. Penurunan ekskresi

obat satu sama lain melalui kompetisi dalam berikatan

disebabkan oleh banyaknya obat yang memiliki mekanisme

transport yang sama dalam tubulus ginjal (Syamsudin, 2011).

b) Perubahan pH urin. Obat adalah suatu asam lemah atau basa

lemah, ketika urin bersifat basa maka obat-obatan basa lemah

akan direabsorpsi kedalam tubulus distal. pH urin dapat

bervariasi sesuai dengan makanan yang dikonsumsi, variasi pH

urin berkisar antara 4,5 – 8,0. Ketika pH urin asam maka obat-

obat yang bersifat basa akan lebih mudah diekskresikan. Pada

suasana basa atau nilai pH tinggi, obat asam lemah yang

memiliki pKa 3-7 sebagian besar berada dalam bentuk terion

dan tidak larut dalam lemak, sehingga obat tidak dapat berdifusi

ke dalam sel tubulus ginjal dan akan tetap berada dalam urin dan

dikeluarkan dari tubuh (Syamsudin, 2011).

Obat yang bersifat basa lemah dengan nilai pKa 7,5-10,5

dalam suasana basa akan berada dalam bentuk tidak terionisasi

dan terlarut dalam lemak. Hal tersebut mengakibatkan obat

dapat berdifusi ke dalam sel tubulus ginjal dan terjadi

peningkatan konsentrasi obat. Sebaliknya pada saat suasana urin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

22

asam maka obat yang bersifat basa tersebut akan lebih mudah

diekskresikan (Syamsudin, 2011).

b. Interaksi farmakodinamik. Interaksi farmakodinamik merupakan interaksi

antara dua obat atau lebih yang dapat menyebabkan efek dari suatu obat

mengalami perubahan oleh adanya kehadiran obat lain di tempat kerja atau

aksi obat (Baxer, 2010). Interaksi farmakodinamik menimbulkan efek-efek

obat yang aditif, sinergis (potensiasi), atau antagonis jika dua obat atau

lebih yang mempunyai kerja yang serupa atau tidak serupa diberikan

(Tatro, 2007).

1). Efek obat aditif

Interaksi yang terjadi apabila adanya pemberian dua atau lebih obat

yang memiliki efek terapeutik yang sama saat diberikan secara

bersamaan. Efek yang dihasilkan dari pemberian obat-obat tersebut

secara bersamaan merupakan jumlah dari efek kedua obat yang

digabungkan secara tersendiri sesuai dengan dosis yang digunakan.

Efek yang terjadi tersebut dapat merupakan efek yang diinginkan atau

tidak diinginkan. Contoh interaksi aditif yang diinginkan adalah obat

analgesik yaitu aspirin dan kodein yang dapat diberikan bersamaan

untuk meredakan nyeri (Baxter, 2010). Contoh interaksi aditif yang

tidak diinginkan yaitu interaksi aspirin dan alkohol yang dapat

menyebabkan terjadinya pendarahan lambung (Syamsudin, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

23

2). Efek obat sinergisme

Interaksi yang terjadi apabila dua obat atau lebih yang tidak

memiliki ataupun memiliki efek farmakologi yang sama diberikan

secara bersamaan akan memperkuat efek obat lain dan dapat

menimbulkan peningkatan efek yang signifikan. Efek yang dihasilkan

dapat merupakan efek yang diinginkan ataupun yang tidak diinginkan

dan berbahaya bagi pasien yang mengkonsumsi obat tersebut (Tatro,

2007).

3). Efek obat antagonisme

Efek yang dihasilkan dari interaksi obat yang terjadi antara dua

atau lebih obat yang memiliki efek antagonis atau efek farmakologi

yang berlawanan. Efek dari obat-obat yang berinteraksi tersebut akan

saling meniadakan efek obat satu sama lain jika diberikan secara

bersamaan (Syamsudin, 2011). Contoh dari efek antagonis adalah bila

perangsang adrenergik beta isoproteronol dan propanolol diberikan

bersamaan, maka akan terjadi interaksi obat saling meniadakan dan

tidak satupun dari obat tersebut menimbulkan efek terapeutik (Baxter,

2010).

c. Interaksi farmasetik. Interaksi farmasetik merupakan interaksi yang terjadi

karena pencampuran obat secara langsung baik fisik atau kimiawi. Hasil

dari interaksi tersebut adalah terjadi pembentukan endapan, perubahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

24

warna dan mungkin dapat tidak terlihat. Interaksi farmasetik terjadi di luar

tubuh sebelum obat diberikan (Nah, 2007).

4. Interaksi obat pada gagal ginjal kronik

Pasien dengan gangguan ginjal dapat mengalami berbagai permasalahan

terkait penggunaan obat diantaranya yaitu interaksi obat (Wiffen, Mitchell,

Snelling, and Stoner, 2007). Obat nonsteroid antiinflamatory drugs (NSAID)

mengganggu fungsi ginjal sehingga menyebabkan retensi cairan dan natrium,

sehingga NSAID akan menghambat efek beberapa jenis obat diuretik dan

antihipertensi. Adanya udem bisa juga terjadi pada pasien hipertensi yang

mengalami interaksi. Beberapa obat dapat menginduksi gangguan renal dengan

cara menurunkan klirens kreatinin, sehingga menurunkan ekskresi obat tersebut

dan metabolitnya misalnya aminoglikosida, juga siklosporin dan kaptropil

menurunkan klirens ginjal dari digoksin. Litium dapat menyebabkan ginjal

menjadi sensitif terhadap penghambat ACE dengan hasil terjadinya gangguan

ginjal (Kurnia, 2007).

5. Faktor dan penyebab terjadinya interaksi obat

Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai farmakokinetik dan

farmakodinamik obat, faktor diet, faktor fisiologi dari masing-masing individu

seperti usia, berat badan, faktor genetik dan adanya penyakit penyerta yang

dialami pasien seperti penyakit hati, ginjal, hipertensi, dan diabetes melitus

merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya interaksi obat

(Mahdiana, 2011). Pasien lansia memiliki kemungkinan dalam mengalami

interaksi obat karena adanya penurunan fungsi organ dan penggunaan obat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

25

melebihi satu jenis obat. Administrasi dari dua atau lebih obat yang bekerja secara

simultan, pemberian obat dalam waktu yang bersamaan, obat yang diresepkan

untuk pasien berasal dari beberapa dokter, pasien mengkonsumsi obat herbal,

makanan, vitamin, penggunaan polifarmasi dan ketidakpatuhan pasien merupakan

penyebab terjadinya interaksi obat (Triplitt, 2006).

6. Signifikansi klinis interaksi obat

Adanya interaksi dari beberapa obat dapat menimbulkan suatu dampak

klinis yang nantinya berpengaruh signifikan terhadap klinis. Interaksi obat

ditandai berdasarkan level signifikansi klinis. Kategori signifikansi klinis dapat

dibedakan menjadi 5 menurut Tatro (2007) yang mencakup onset, tingkat

keparahan interaksi dan dokumentasi. Onset merupakan seberapa cepat efek klinis

dari interaksi obat dapat menyebabkan suatu tingkat keparahan, sehingga

diperlukan suatu tindakan pencegahan untuk menghindari efek dari interaksi

tersebut (Tatro, 2007).

Terdapat 2 level atau tingkat onset yang terdiri dari onset yang cepat dan

onset yang lambat. Onset yang cepat ditandai dengan dengan efek dari interaksi

obat yang akan terlihat dalam waktu kurang dari 24 jam setelah pemberian obat

dan memerlukan penanganan medis untuk mencegah efek dari interaksi yang

ditimbulkan. Onset yang mempunyai sifat lambat ditandai dengan efek dari

interaksi obat akan terlihat dalam waktu lebih dari 24 jam dan tidak diperlukan

suatu penanganan medis untuk mencegah efek dari interaksi yang ditimbulkan

(Tatro, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

26

Tingkat keparahan interaksi obat merupakan suatu potensi keprahan yang

ditimbulkan akibat adanya interaksi obat. Tingkat keparahan interaksi obat

penting digunakan dalam menilai risiko dan manfaat dari pemberian terapi.

Dilakukan penyesuaian dosis yang tepat atau modifikasi waktu dan jalur

administrasi pemberian obat agar efek negatif dari interaksi obat dapat dihindari

(Tatro, 2007).

Berdasarkan tingkat keparahannya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu

major, moderat dan minor. Tingkat keparahan major dari interaksi obat dapat

berpotensi mengancam nyawa atau dapat menyebabkan kerusakan permanen.

Tingkat keprahan moderat dapat menyebabkan penurunan status klinis pasien

sehingga diperlukan terapi tambahan untuk pasien dalam menangani interaksi

obat yang terjadi. Tingkat keparahan minor dapat menghasilkan efek yang

biasanya ringan dan biasanya tidak diperlukan pengobatan tambahan (Tatro,

2007).

Dokumentasi merupakan proses pengumpulan data terkait interaksi obat

yang mendasari keyakinan adanya interaksi obat dapat menyebabkan perubahan

pada suatu respon kinis. Tingkat dokumentasi merupakan evaluasi terhadap

kualitas dan relevansi klinis dari literatur utama yang mendukung terjadinya

interaksi obat. Terdapat lima tingkat dokumentasi interaksi obat yaitu established,

probable, suspected, possible, unlikely (Tatro, 2007).

Tingkat dokumentasi interaksi obat yaitu established merupakan interaksi

obat yang sangat mantap terjadi, adanya kejadian secara klinis telah terbukti

berdasarkan penelitian-penelitian. Tingkat dokumentasi interaksi obat yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

27

probable merupakan interaksi obat yang dapat terjadi, namun belum terbukti

secara klinis. Interaksi farmakokinetik telah dibuktikan dalam penelitian studi

terhadap manusia. Tingkat dokumentasi interaksi obat yaitu suspected merupakan

interaksi obat yang diduga dapat terjadi, adanya beberapa data penelitian yang

baik dan perlu studi lebih lanjut untuk memastikan interaksi obat yang terjadi.

Tingkat dokumentasi interaksi obat yaitu possible merupakan interaksi obat yang

belum pasti terjadi, tersedia data penelitian yang mendukung namun sangat

terbatas. Tingkat dokumentasi interaksi obat yaitu unlikely merupakan interaksi

obat yang kemungkinan tidak terjadi. Tidak terdapat bukti terjadinya perubahan

efek klinis pasien (Tatro, 2007).

Berdasarkan hal tersebut dapat dirangkum bahwa tingkat signifikansi

interaksi obat menurut Tatro (2007), dibedakan menjadi 5 kategori yang

mencakup tingkat keparahan dan dokumentasi yang dapat dilihat pada Tabel 1 di

bawah ini.

Tabel I. Kategori signifikansi klinis interaksi obat menurut Tatro (2007)

Kategori signifikansi

klinis

Tingkat keparahan Dokumentasi

1 Major Established, probable

atau suspected

2 Moderat Established, probable

atau suspected

3 Minor Established, probable

atau suspected

4 Major atau moderat Possible

5 Minor Possible

Sebagian besar Unlikely

Berdasarkan Tabel I di atas keterangan mengenai kategori signifikansi

klinis interaksi obat menurut Tatro (2007) yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

28

1. Kategori signifikansi klinis 1 mencakup tingkat keparahan major dan

dokumentasi mengenai interaksi obat meliputi established, probable atau

suspected. Tingkat keparahan major dapat menimbulkan risiko yang

berpotensi mengancam jiwa pasien serta mengakibatkan kerusakan yang

permanen. Oleh karena itu, kombinasi obat tersebut harus dihindari.

2. Kategori signifikansi klinis 2 memiliki tingkat keparahan moderat dan

dokumentasi mengenai interaksi obat meliputi established, probable atau

suspected. Tingkat keparahan moderat menimbulkan efek yang dapat

mengakibatkan terjadinya penurunan dari status klinik pasien sehingga

dibutuhkkan terapi tambahan atau perawatan di rumah sakit

3. Kategori signifikansi klinis 3 mencakup tingkat keparahan minor dan

dokumentasi mengenai interaksi obat meliputi established, probable atau

suspected. Tingkat keparahan minor menimbulkan efek interaksi obat ringan

dan secara signifikan tidak mempengaruhi status klinik pasien sehingga terapi

tambahan tidak diperlukan.

4. Kategori signifikansi klinis 4 mencakup tingkat keparahan major atau moderat

dan dokumentasi mengenai interaksi obat yaitu possible. Tingkat keprahan

major atau moderat menimbulkan efek yang dapat berbahaya karena dapat

mengubah respon farmakologi individu sehingga diperlukan terapi tambahan.

5. Kategori signifikansi klinis 5 mencakup tingkat keparahan minor dan

dokumentasi mengenai interaksi obat yaitu sebagian besar unlikely namun

terdapat juga beberapa dokumentasi yang possible. Tingkat keparahan minor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

29

menimbulkan efek yang ringan dan respon klinik yang dialami pasien dapat

mengalami perubahan atau tidak.

Menurut Hansten and Horn (2002), kategori signifikansi klinis

mempertimbangkan adanya suatu potensi yang dapat membahayakan bagi pasien

dan terdapat tingkat dokumentasi dari interaksi obat yang terjadi. Terdapat tiga

kategori signifikansi klinis yaitu kategori pertama yaitu, pemberian kombinasi

obat harus dihindari karena efek yang ditimbulkan pada pasien akibat interaksi

obat lebih banyak menimbulkan risiko dan kerugian dibandingkan manfaat dan

keuntungannya. Kategori signifikansi klinis kedua yaitu, pemberian kombinasi

obat sebaiknya dihindari, kecuali apabila manfaat dari kombinasi obat lebih besar

daripada risiko yang ditimbulkan, namun disarankan untuk menggunakan

kombinasi obat lain yang sejenis dan memiliki risiko yang lebih kecil. Diperlukan

adanya modifikasi dosis, rute pemberian obat dan waktu pemberian obat apabila

ingin dikombinasi untuk mengurangi terjadinya kejadian interaksi obat. Pasien

harus dimonitoring selama penggunaan kombinasi obat.

Kategori signifikansi klinis ketiga yaitu kombinasi obat memberikan

risiko yang kecil, memiliki manfaat yang lebih banyak daripada risiko yang

ditimbulkan serta pasien harus dimonitoring selama penggunaan kombinasi obat.

Menurut Hansten and Horn (2002), selain terdapat kategori signifikansi klinis

terdapat beberapa penjelasan mengenai interaksi obat yang meliputi ringkasan

mengenai penjelasan singkat dari hasil potensi interaksi obat dan signifikansi

klinis, faktor risiko dari interaksi obat yang terjadi, penjelasan mengenai obat

yang berinteraksi dan manajemen terapi terkait adanya interaksi obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

30

Menurut Chelmow et al., (2014) terdapat empat kategori signifikansi

klinis interaksi obat yaitu interaksi obat kontraindikasi, serius, signifikan dan

minor atau tidak signifikan. Pada kategori signifikansi klinis interaksi obat yang

kontraindikasi obat yang tidak dapat digunakan karena dapat membahayakan

keadaan pasien, interaksi obat yang serius yaitu kombinasi obat tidak dapat

digunakan atau harus dihindari karena dapat membahayakan keadaan pasien.

Dibutuhkan alternatif untuk pemilihan obat lain yang tidak membahayakan

kondisi pasien (Chelmow et al., 2014) dan (Kapadia, 2013).

Pada kategori signifikansi klinis interaksi obat yang signifikan harus

dilakukan monitoring secara ketat terhadap kombinasi obat yang diberikan kepada

pasien, diperlukan adanya penyesuaian dosis antara kedua obat dan modifikasi

jalur serta waktu pemberian obat. Pada kategori signifikansi klinis interaksi obat

minor atau tidak signifikan kombinasi obat dapat diberikan kepada pasien karena

tidak menimbulkan efek yang membahayakan bagi pasien, namun harus tetap

dilakukan monitoring pada kondisi pasien (Chelmow et al., 2014) dan (Kapadia,

2013).

7. Peran apoteker dalam interaksi obat

Apoteker bersama dengan dokter memiliki kewajiban untuk memastikan

bahwa pasien mengetahui risiko efek samping obat dan tindakan yang harus

mereka lakukan dalam penggunaan obat. Dengan pengetahuan yang rinci

mengenai obat, apoteker memiliki kemampuan untuk menghubungkan gejala

klinis yang dialami pasien dengan kemungkinan efek yang merugikan dari terapi

obat tersebut. Farmasis harus memastikan bahwa interaksi obat dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

31

diminimalkan dengan menghindari obat-obatan yang berpotensi menimbulkan

interkasi obat pada pasien, sehingga apoteker berperan penting dalam mencegah,

mendeteksi dan melaporkan adanya interaksi obat dalam pengobatan pasien

(Syamsudin, 2011).

D. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai interaksi obat

peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember Tahun 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian dengan judul “ Studi Literatur Interaksi Obat Pada Peresepan

Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta Periode Desember Tahun 2013” termasuk jenis penelitian

deskriptif dengan data retrospektif. Penelitian ini bersifat deskriptif karena hanya

melihat gambaran interaksi obat yang diresepkan dan tidak dianalisis dengan

mengadakan wawancara dengan pasien maupun dokter tetapi dibahas berdasarkan

pustaka yang ada. Penelitian ini bersifat retrospektif karena pengambilan data

berdasarkan rekam medis pasien pada periode waktu lampau yang telah

ditentukan (Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Pasien gagal ginjal kronik adalah pasien di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul periode Desember Tahun 2013 yang telah

didiagnosis oleh dokter dan dituliskan di rekam medis pasien mengalami gagal

ginjal kronik dengan komplikasi, tanpa komplikasi dan dengan penyakit

penyerta.

2. Karakteristik pasien gagal ginjal kronik meliputi umur dan jenis kelamin.

Umur dapat dibagi menjadi dua kelompok meliputi adult dan geriatri. Adult

memiliki rentang umur 15 sampai dengan 59 tahun dan geriatri memiliki

rentang umur lebih besar dari atau sama dengan 60 tahun. Jenis kelamin terdiri

dari perempuan dan laki-laki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

33

3. Gambaran umum pola peresepan pasien gagal ginjal kronik merupakan

gambaran peresepan obat pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

Rawat Jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Desember 2013

yang meliputi kelas terapi obat (golongan dan jenis) obat, jumlah obat, dan cara

pemberian obat.

4. Interaksi obat adalah pemberian terapi berupa 2 atau lebih jenis obat secara

bersamaan yang dapat menghasilkan efek menguntungkan ataupun merugikan

yang dikaji secara teoritis berdasarkan studi literatur yang mengacu pada Tatro

(2007), Baxter (2010), Chelmow et al., (2014) dan Hasten and Horn (2002).

Interaksi obat yang dikaji merupakan interaksi antara obat antihipertensi

dengan obat antihipertensi, obat antihipertensi dengan obat lain dan obat lain

dengan obat lain. Pengkajian interaksi obat tersebut karena penggunaan obat

antihipertensi memiliki persentase tertinggi dalam pola peresepan pasien gagal

ginjal kronik.

5. Jenis interaksi obat yang diteliti adalah interaksi farmakokinetik dan

farmakodinamik yang terjadi pada peresepan pasien gagal ginjal kronik.

Interaksi farmakokinetik merupakan interaksi yang terjadi antara dua obat atau

lebih yang mempengaruhi proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan

ekskresi salah satu obat atau lebih. Interaksi farmakodinamik merupakan

interaksi antara dua obat atau lebih yang dapat menimbulkan efek obat yang

aditif, sinergisme atau antagonisme.

6. Katagori signifikansi klinis interaksi obat merupakan level atau tingkat

signifikansi dari beberapa obat yang saling berinteraksi. Pengkajiannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

34

dilakukan secara teoritis berdasarkan literatur dengan mengacu pada Tatro

(2007), Chelmow et al., (2014) dan Hansten and Horn (2002).

C. Subyek dan Bahan Penelitian

1. Subyek penelitian meliputi seluruh pasien gagal ginjal kronik di Instalasi

Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Desember 2013.

Kriteria inklusi dari subyek penelitian adalah pasien gagal ginjal kronik di

Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul yang menerima

resep pengobatan gagal ginjal kronik dengan komplikasi atau tidak atau dengan

penyakit penyerta. Kriteria eksklusi dari subyek penelitian adalah rekam medis

pasien yang tidak lengkap.

2. Bahan penelitian yang digunakan berupa lembar rekam medis pasien yang

menerima resep pengobatan gagal ginjal kronik dengan komplikasi atau tidak

atau dengan penyakit penyerta di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember tahun 2013 yang ditulis oleh

dokter dan perawat mengenai data pengobatan pasien.

D. Alat atau Instrumen

Alat atau instrumen penelitian berupa lembar kerja yang bertujuan untuk

mempermudah dalam pengambilan data penelitian terhadap peresepan pengobatan

pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta periode Desember 2013. Lembar kerja ini memuat tanggal

pengobatan, nomor RM, jenis kelamin, diagnosis, terapi obat yang diberikan

(jenis obat, regimen dosis, dan cara pemberian obat), dan data klinik atau data

laboratorium pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

35

E. Tata Cara Penelitian

Penelitian mengenai “Studi Literatur Interaksi Obat Pada Peresepan

Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta Periode Desember Tahun 2013” meliputi beberapa tahap

yaitu:

1. Tahap orientasi

Pada tahap ini, peneliti melakukan survei untuk mencari informasi

mengenai rumah sakit yang akan dipilih sebagai lokasi penelitian, untuk

mengetahui prevalensi penyakit yang terjadi di rumah saikt tersebut, untuk

mengetahui adanya kebutuhan mengenai evaluasi peresepan pasien pada penyakit

tertentu serta tata cara dalam pengambilan data penelitian di rumah sakit tersebut.

2. Tahap penentuan subyek penelitian

Pada tahap ini peneliti mencari informasi mengenai jumlah pasien terkait

dengan cara pengambilan data subyek penelitian. Pada penelitian ini jumlah

populasi pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember tahun 2013 adalah sebanyak 65

pasien yang digunakan sebagai subyek penelitian.

3. Tahap pengambilan data

Tahap pengambilan data, diawali dengan mencatat nomor registrasi

subyek penelitian dibagian catatan medik. Selanjutnya nomor registrasi pasien

digunakan untuk mencari nomor rekam medis subyek penelitian. Nomor rekam

medis digunakan untuk menemukan rekam medis subyek penelitian yang

digunakan sebagai bahan penelitian. Data yang diambil meliputi tanggal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

36

pengobatan, nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, diagnosa medis, terapi obat

yang diberikan meliputi jenis obat, regimen dosis, dan rute pemberian, serta data

klinik atau data laboratorium pasien.

F. Tata Cara Analisis dan Penyajian Hasil Penelitian

1. Tata cara analisis data

Berdasarkan hasil pengumpulan data rekam medis pasien, data yang

diperoleh diolah dengan metode statistika deskriptif dengan menghitung

presentasenya, meliputi :

a. Karakteristik pasien gagal ginjal kronik. Persentase karakteristik pasien

gagal ginjal kronik yang meliputi umur dan jenis kelamin dihitung dengan

cara jumlah umur dan jenis kelamin dibagi dengan jumlah keseluruhan

pasien dikalikan 100%.

b. Gambaran umum pola peresepan pasien gagal ginjal kronik. Gambaran

umum pola peresepan pasien gagal ginjal kronik dihitung dengan cara

kelas terapi obat (golongan dan jenis) obat, jumlah obat, dan cara

pemberian obat dibagi dengan keseluruhan jumlah obat dikalikan 100%.

c. Persentase interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik.

Interaksi obat pada pasien gagal ginjal kronik di Intalasi Rawat Jalan

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013,

dilakukan pengkajian secara teoritis berdasarkan studi literatur yang

mengacu pada Tatro (2007), Baxter (2010), Chelmow et al., (2014) dan

Hastern and Horn (2002), selanjutnya dihitung persentase interaksi obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

37

dengan cara jumlah interaksi obat dibagi dengan keseluruhan jumlah resep

dikalikan 100%.

d. Kategori signifikansi klinis interaksi obat pada peresepan pasien gagal

ginjal kronik. Kategori signifikansi klinis interaksi obat pada peresepan

pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember tahun 2013, dikaji secara

teoritis berdasarkan studi literatur yang mengacu pada Tatro (2007),

Chelmow et al., (2014) dan Hastern and Horn (2002)., selanjutnya

dihitung dengan cara kategori signifikansi klinis interaksi obat dibagi

dengan jumlah keseluruhan kategori signifikansi klinis interaksi obat

dikalikan 100%.

2. Penyajian hasil data penelitian

Data yang diperoleh dari rekam medis pasien akan disajikan dalam bentuk

tabel dan gambar. Hasil analisis data mencakup karakteristik pasien gagal ginjal

kronik, gambaran umum pola peresepan pasien gagal ginjal kronik, persentase

interaksi obat dan kategori signifikansi klinis interaksi obat pada peresepan pasien

gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta periode Desember tahun 2013.

G. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak dapat mengkonfirmasi

data terkait aturan pakai, cara pemberian obat dan dosis obat yang dapat

mempengaruhi terjadinya interaksi obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tentang studi literatur interaksi obat dengan obat pada

peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul periode Desember 2013 dibagi dalam 3 bagian. Bagian pertama

mengenai karakteristik pasien gagal ginjal kronik. Bagian kedua berisi tentang

gambaran pola peresepan pasien gagal ginjal kronik. Bagian ketiga berisi tentang

studi literatur interaksi obat pada pasien gagal ginjal kronik. Jumlah lembar resep

pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan pada periode Desember tahun

2013 sebanyak 65 lembar resep yang terdiri dari 65 pasien.

A. Karakteristik Pasien Gagal Ginjal Kronik

Karakteristik pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul periode Desember 2013 pada penelitian ini meliputi

umur dan jenis kelamin.

1. Umur pasien gagal ginjal kronik

Umur pasien secara tidak langsung dapat mempengaruhi besarnya kasus

gagal ginjal kronik. Berdasarkan data yang diperoleh pengelompokkan umur

pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 dibagi menjadi dua kelompok umur

yaitu adult dan geriatri. Adult memiliki rentang umur 15 tahun hingga 59 tahun

dan geriatri memiliki rentang umur lebih besar dari atau sama dengan 60 tahun

(Ahmad, 2001) dan (Madhu and Sreedevi, 2013). Persentase umur pada pasien

gagal ginjal kronik dapat dilihat pada Gambar 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

39

Gambar 1. Diagram persentase umur pada pasien gagal ginjal kronik

di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

Berdasarkan data yang diperoleh dari 65 pasien, persentase pasien gagal

ginjal kronik yang paling banyak terdapat pada kelompok umur adult atau dewasa

sebesar 58,5% (38 pasien), kemudian diikuti dengan kelompok geriatri sebesar

41,5% (27 pasien). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Peradnyani (2006) yang juga meneliti pasien gagal ginjal kronik pada semua

kelompok umur (pediatri, adult dan geriatri). Hasil yang paling banyak terdapat

pada kelompok umur adult (dewasa) sebanyak 69, 9%.

Pada kondisi saat ini dengan gaya hidup yang kurang sehat, dimana

terdapat banyaknya bahan makanan dan minuman yang mengandung bahan kimia

yang sering dikonsumsi oleh kalangan muda maupun dewasa, diduga sebagai

pemicu terjadinya penyakit ginjal kronik. Merokok, minuman beralkohol,

penggunaan obat-obatan, serta makanan siap saji (fast food) yang sering

dikonsumsi juga dapat berakibat munculnya penyakit ginjal kronik yang dapat

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

Adult ( 15-59 tahun ) Geriatri (≥ 60 tahun)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

40

menyerang berbagai kalangan usia. Kurangnya kesadaran tentang pentingnya

hidup sehat sangat berpengaruh pada kesehatan. Hal yang sederhana seperti

kurangnya meminum air putih juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit ginjal

kronik (Mahdiana, 2011).

2. Jenis kelamin pasien gagal ginjal kronik

Pengelompokkan pasien gagal ginjal kronik berdasarkan jenis kelamin

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram persentase jenis kelamin pada peresepan pasien gagal

ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta periode Desember 2013

Dilihat dari Gambar 2 di atas persentase pasien gagal ginjal kronik di

Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode

Desember 2013 lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 62% (40

orang) dibandingkan dengan perempuan yaitu 38% (25 orang). Berdasarkan hasil

penelitian terdahulu oleh Peradnyani (2006), diperoleh hasil bahwa proporsi jenis

kelamin laki-laki lebih banyak menderita gagal ginjal kronik dibandingkan

38%

62%

Perempuan

Laki-laki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

41

dengan perempuan. Hal ini juga sesuai dengan sebuah penelitian meta analisis

yang menyebutkan bahwa laki-laki lebih cepat progresif mengalami kerusakan

ginjal (non diabetik) dari pada perempuan. Pasien laki-laki yang mengalami gagal

ginjal kronik kemugkinan disebabkan karena kebiasaan yang kurang baik pada

laki-laki seperti merokok, minum minuman yang beralkohol, dan jarang

berolahraga yang dapat memicu timbulnya suatu penyakit. Keadaan tersebut

kurang diperhatikan, sehingga lambat laun dapat menyebabkan penyakit ginjal

(Diantary, 2007).

B. Gambaran Pola Peresepan Pasien Gagal Ginjal Kronik Instalasi Rawat

Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Desember

Tahun 2013

Gambaran pola peresepan pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi

Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember

Tahun 2013 yang disajikan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu pertama

gambaran umum pola peresepan meliputi jumlah obat tiap lembar rekam medik

pasien dan cara pemberian obat. Kedua adalah gambaran pola peresepan

berdasarkan kelas terapi obat.

1. Gambaran umum pola peresepan

Gambaran umum pola peresepan meliputi jumlah obat tiap lembar rekam

medik pasien dan cara pemberian obat.

a. Jumlah obat yang digunakan pada pola peresepan pasien gagal ginjal kronik.

Pada pengobatan pasien gagal ginjal kronik, pasien mendapatkan lebih

dari satu jenis obat. Pemberian obat tersebut memungkinkan terjadinya interaksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

42

antara obat dengan obat. Jumlah obat yang digunakan pada tiap lembar rekam

medik pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 disajikan dalam Tabel II di

bawah ini.

Tabel II. Distribusi jumlah obat tiap lembar resep pada peresepan

pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

No Jumlah obat Jumlah lembar

resep (N= 65)

Persentase

(%)

1 1-2 1 1,5

2 3-4 27 41,5

3 5-6 27 41,5

4 7-8 7 10,8

5 9-10 3 4,7

Total lembar resep 65 100

Pada Tabel II di atas, menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal kronik di

Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode

Desember 2013 menggunakan obat berjumlah tiga sampai empat jenis dan lima

sampai enam jenis memiliki persentase terbesar yaitu 41,5%. Banyaknya gejala-

gejala penyakit yang menyertai penyakit gagal ginjal kronik mengakibatkan

pasien menerima obat-obatan yang bervariasi sehingga jumlah obat yang

digunakan lebih dari satu jenis obat (Dipiro et al., 2008).

b. Cara pemberian obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik. Cara

pemberian obat secara umum pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

43

Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode

Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel III dibawah ini.

Tabel III. Distribusi cara pemberian obat pada peresepan pasien gagal ginjal

kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta periode Desember 2013

No Cara Pemberian Obat Jumlah Obat

(N = 326)

Persentase

(%)

1 Per oral 307 94,2

2 Sub Kutan 18 5,5

3 Topikal 1 0,3

Total obat 326 100

Berdasarkan Tabel III, cara pemberian obat pada peresepan pasien gagal

ginjal kronik dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu secara per oral, sub kutan

dan topikal dengan persentase tertinggi adalah pemberian secara per oral sebesar

94,2 %. Dalam peresepan ini, persentase pemberian secara per oral memiliki

persentase tertinggi karena penggunaan obat pada peresepan ini kebanyakan

merupakan obat antihipertensi dan obat lain dengan rute pemberian secara per

oral. Terdapat juga cara pemberian secara sub kutan maupun topikal karena dalam

peresepan ini pasien juga menerima insulin, eritropoietin, dan betametason untuk

mengobati penyakit penyerta. Beragamnya cara pemberian obat pada gagal ginjal

kronik dikarenakan banyaknya penyakit penyerta (Sudoyo, 2006).

2. Gambaran pola peresepan berdasarkan kelas terapi obat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebagian besar pasien gagal

ginjal kronik memperoleh pengobatan lebih dari 1 macam obat (polifarmasi).

Polifarmasi merupakan pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

44

lebih dari yang dibutuhkan secara logis dan rasional yang dihubungkan dengan

diagnosis yang diperkirakan (Syamsudin, 2011).

Faktor inisiasi merupakan kondisi yang secara langsung menyebabkan

terjadinya kerusakan ginjal. Diabetes melitus, hipertensi dan penyakit glomerulus

merupakan penyebab paling umum dari gagal ginjal kronik (Dipiro et al., 2008).

Dalam penelitian ini, obat-obatan yang paling banyak digunakan yaitu obat-

obatan pada sistem kardiovaskular, obat gizi dan darah, obat hormonal, obat

penyakit otot skelet dan sendi, obat sistem saluran cerna, obat sistem saraf pusat,

obat infeksi, obat sistem saluran nafas, obat antihistamin dan antialergi dan obat

antiinflamasi. Obat-obat yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik akan

disajikan dalam bentuk tabel maupun gambar.

a. Obat kardiovaskuler. Obat kardiovaskuler yang diberikan pada pasien gagal

ginjal kronik meliputi kelas terapi antitrombotik, antihipertensi, antiangina,

glikosida jantung, dan obat penurun lipid. Obat yang bekerja pada sistem

kardiovaskular merupakan obat yang paling banyak digunakan dalam peresepan

untuk pasien gagal ginjal kronik. Hal ini terlihat dari jumlah kasusnya yang paling

banyak yaitu 133 kasus dengan penggunaan obat kelas terapi antihipertensi yang

paling tinggi. Kelas terapi dan golongan obat sistem kardiovaskuler yang

digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 dapat dilihat

pada Tabel IV.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

45

Tabel IV. Kelas terapi dan golongan obat sistem kardiovaskuler yang

digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

No Kelas Terapi Golongan Nama Obat Jumlah Kasus Persentase (%)

1 Antitrombotik Thienopyridin Clopidogrel 1 0,8

2 Antihipertensi Antagonis reseptor

angiotensin II

Irbesartan

(Irtan)

7 5,3

Candesartan

6 4,5

Valsartan 5

3,8

Micardis®

(telmisartan)

2 1,5

CCB Amlodipin

(Amdixal®

, Intervask®

)

25 18,8

Nifedipin 10 7,5

Diltiazem 1 0,8

ACEI Captopril 4 3,0

Antihipertensi

sentral

Klonidin 12 9,0

β –blocker Bisoprolol 1 0,8

Diuretik Thiazid HCT 1 0,8

Diuretik Kuat Furosemid 40 30,1

3 Antiangina Golongan Nitrat ISDN 6 4,5

4 Glikosida

Jantung

Digitalis Digoksin 1 0,8

5 Obat penurun

Lipid

(Hiperlipedemi/

dislipidemia)

Statin Simvastatin 8 6,0

Klofibrat Gemfibrosil 3 2,3

Total 133 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

46

Obat antihipertensi yang paling banyak digunakan yaitu golongan obat

diuretik (diuretik thiazid dan diuretik kuat) sebesar 30.9%, diikuti oleh golongan

obat CCB sebesar 27,1%, golongan obat antagonis reseptor angiotensin II sebesar

15,1%, golongan obat antihipertensi sentral sebesar 9,0%, ACEI sebesar 3,8%,

dan β-blocker masing-masing sebesar 0,8%. Besarnya obat antihipertensi yang

diberikan karena pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta ini memiliki riwayat penyakit hipertensi

yang merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik.

Penyakit gagal ginjal kronik dapat menyebabkan hipertensi akibat adanya

tekanan darah yang tinggi yaitu ≥ 130/80 mmHg. Tekanan darah yang tinggi ini,

bila terjadi terus menerus maka dapat menganggu pembuluh darah kecil di dalam

ginjal sehingga dapat mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring darah

(Mahdiana, 2011).

Kegunaan obat diuretik yaitu membantu pengeluaran kelebihan cairan

dan elektrolit dari dalam tubuh, serta membantu juga dalam menurunkan tekanan

darah (Mahdiana, 2011). Diuretik merupakan obat penurun tekanan darah

didasarkan pada mekanisme kerjanya dalam mengeluarkan natrium serta

mengurangi volume darah. Natrium berperan dalam resistensi vaskuler dengan

meningkatkan kekakuan pembuluh darah dan reaktivitas saraf (Katzung, 2013).

Penurunan tekanan darah oleh adanya penggunaan diuretik berkisar antara 10

sampai 15 mm Hg pada sebagian besar pasien (Black and Elliot, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

47

Loop diuretics memiliki efek langsung pada aliran darah melalui

beberapa jaringan vaskular. Furosemid dapat meningkatkan aliran darah ginjal

melalui efek prostaglandin pada pembuluh darah ginjal (Katzung, 2013).

Pemakaian tiazid pada usia lanjut mempunyai keuntungan menurunkan risiko

osteoporosis sekunder, akan tetapi diuretik tiazid mempunyai efek abnormalitas

pada proses metabolik. Efek ini bersifat sementara dan sering tidak

berkesinambungan. Efek yang terjadi tergantung besar dosis yang digunakan

(Ikawati, Djumiani dan Putu, 2008).

Obat antihipertensi mempunyai jalur eliminasi melalui ginjal. Pada

kondisi gagal ginjal, obat antihipertensi dapat menyebabkan penumpukan pada

ginjal sehingga dapat memperburuk fungsi ginjal. Oleh karena itu diperlukan

perhatian dan penanganan yang khusus terutama pemilihan obat antihipertensi

yang aman bagi ginjal. Obat-obat golongan inhibitor ACE (angiostensin-

converting enzyme) dan ARB (angiotensin II receptor blocker) atau kombinasi

keduanya dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi tekanan

intraglomerular (Dipiro et al., 2008).

Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) paling efektif pada

kondisi-kondisi yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas renin plasma. Akan

tetapi tidak terdapat korelasi baik antara aktivitas renin plasma dengan respon

antihipertensif. Oleh karena itu, penentuan profil renin tidak diperlukan dalam

konsumsi obat ini. ACE inhibitor berperan penting dalam mengobati pasien

dengan penyakit ginjal kronik karena obat ini dapat mengurangi protenuria dan

menstabilkan fungsi ginjal (Black and Elliot, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

48

Pada pola peresepan, obat yang diberikan yaitu kaptopril. Dalam

pemberian obat ACE inhibitor dosis tinggi terutama kaptopril dapat menyebabkan

proteinuria pada pasien dengan gagal ginjal ( Katzung, 2013). Obat-obat yang

termasuk kedalam golongan ini bekerja dengan menghambat ACE (Angiotensin

Converting Enzyme) yang menghidrolisis angiotensin I menjadi angiotensin II.

Obat ini juga bekerja dengan mengaktifkan bradikinin, suatu vasodilator poten

yang meransang pengeluaran nitrat oksida dan prostasiklin (Izzo, Sica, and Black,

2008).

Obat golongan CCB (penghambat kanal kalsium) biasanya juga

diberikan pada pasien hipertensi yang mengalami gagal ginjal kronik

nonproteinuria dengan nilai klirens kreatininnya < 30 mg/mmol (Levin et al,

2008). Obat ini bekerja secara langsung menurunkan caridiac output dan detak

jantung. Pemilihan jenis obat penghambat kanal kalsium didasarkan pada

beberapa perbedaan hemodinamik yang dimiliki jenis obat tertentu (Porth and

Matfin, 2009).

Obat golongan antagonis reseptor anigotensin II juga banyak digunakan.

Obat-obat ini juga berpotensi menghambat efek angiotensin secara total

dibandingkan dengan inhibitor ACE karena terdapat enzim-enzim diluar ACE

yang mampu menghasilkan angiotensin II. Obat golongan ini tidak berefek pada

metabolisme bradikinin, sehingga merupakan penghambat efek angiotensin yang

lebih selektif dibandingkan dengan inhibitor ACE. Jenis-jenis obat Angiotensin II

Receptor Blocker yang digunkan pada pola peresepan ini yaitu irbesartan,

candesartan, valsartan, dan telmisartan. Penghambat reseptor angiotensin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

49

memberikan manfaat yang serupa dengan manfaat inhibitor ACE pada pasien

dengan gagal jantung dan penyakit ginjal kronik. Efek-efek samping dari obat

penghambat reseptor angiotensin serupa dengan yang ditemukan untuk inhibitor

ACE (Huether and McCance, 2008).

Klonidin yang merupakan golongan obat antihipertensi sentral juga

banyak digunakan. Klonidin bersifat larut lemak dan cepat masuk ke otak dari

sirkulasi. Penghentian klonidin setelah waktu pemakaian yang cukup lama,

terutama dalam dosis tinggi (lebih dari 1 mg/hari) dapat menyebabkan krisis

hipertensi yang dapat mengancam nyawa yang diperantarai oleh aktivitas saraf

simpatis. Dalam penghentian penggunaan obat ini dilakukan secara bertahap dan

diberikan obat antihipertensi lainnya sebagai pengganti (Katzung, 2013).

Obat golongan β-blocker (penghambat adrenoreseptor beta) efektif pada

50-70% pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang, namun pada lansia

efektvitas obat lebih rendah (Mahdiana, 2011). Sebagian besar penghambat

adrenoreseptor beta terbukti efektif untuk menurunkan tekanan darah.

Penghambat adrenoreseptor beta merupakan golongan obat yang bekerja pada

reseptor β-adrenergik jantung dan mengakibatkan penurunan denyut jantung dan

kardiak output (Porth and Matfin, 2009).

Sifat farmakologik beberapa jenis obat β-blocker berbeda dalam

beberapa aspek dan memberi manfaat terapeutik dalam situasi klinis tertentu.

Salah satu obat β-blocker yang terdapat dalam pola peresepan yaitu bisoprolol.

Obat ini merupakan penghambat β1 selektif yang terutama dimetabolisme di hati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

50

dengan waktu paruh panjang. Karena waktu paruh dari obat ini yang lama maka

obat-obat ini dapat diberikan cukup sekali dalam satu hari (Huether and McCance,

2008). Obat-obat lain yang digunakan adalah antitrombotik 0,8%, antiangina

4,5%, glikosida jantung 0,8 %, dan obat penurun lipid 8,3 %.

b. Obat gizi dan darah. Obat gizi dan darah merupakan peringkat kedua dalam

pola peresepan obat pada pasien gagal ginjal kronik. Obat kelas terapi antianemia

paling banyak digunakan yaitu sebesar 42,2%, mineral sebesar 40%, vitamin

sebesar 12,2%, cairan dan elektrolit sebesar 5,5%. Kelas terapi dan golongan obat

gizi dan darah yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi rawat

jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

dapat dilihat pada Tabel V

Tabel V. Kelas terapi dan golongan obat gizi dan darah yang digunakan

pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

No Kelas Terapi Golongan Nama Obat Jumlah

kasus

Persentase

(%)

1 Antianemia Anemia defisiensi

asam folat

Asam Folat

(Anemolat®)

31 34,4

Anemia defisiensi

besi

Hemafort®

(Sulfasferrosus)

6 6,7

Eritropoetin beta Recormon®

1 1,1

2 Mineral Seng CaCO3/

Osteocal®

30 33,3

Kalsium Asetat Lenal ace®

6 6,7

3 Vitamin Vitamin Sohobion®

11 12,2

4 Cairan dan

Elektrolit

Calcium Polystirene

Sulfonat

Kalitake®

1 1,1

Kalium Klorida KCl/KSR 4 4,4

Total 90 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

51

Anemia biasanya terjadi pada pasien dengan nilai GFR kurang dari 60

ml/menit/1,73 m2. Pada pasein dengan gagal ginjal kronik sangat sering terjadi

anemia. Penyebab anemia karena terjadinya defisiensi eritropoetin dan juga

defisiensi besi (Levin et al, 2008). Pemberian zat besi (ferrous sulphate) dapat

mengatasi anemia yang diakibatkan karena kekurangan zat besi pada pasien gagal

ginjal kronik. Suplemen zat besi bisa diberikan dalam bentuk tablet (ditelan)

maupun injeksi (disuntik) (Mahdiana, 2011). Dalam pola peresepan ini diberikan

secara oral dalam bentuk tablet.

Salah satu fungsi ginjal yaitu menghasilkan hormon eritropoietin.

Hormon ini bekerja untuk merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel

darah merah. Penyakit ginjal kronik menyebabkan produksi hormon eritropoetin

mengalami penurunan sehingga menimbulkan anemia. Oleh karena itu, hormon

eritropoietin juga perlu digunakan untuk mengatasi anemia yang ditimbulkan

karena penyakit ginjal kronik (Mahdiana, 2011).

Osteocal (CaCO3) pada pasien gagal ginjal kronik biasanya digunakan

sebagai buffer dalam penanganan kondisi asidosis metabolik yang terjadi hampir

pada seluruh pasien gagal ginjal karena adanya kesulitan pada proses eliminasi

buangan asam hasil dari metabolisme tubuh (Sjamsiah, 2005). Osteocal (CaCO3)

juga bisa digunakan dalam penanganan kondisi hiperfosfatemia. Hiperfosfatemia

pada pasien gagal ginjal terjadi akibat adanya pelepasan fosfat dari dalam sel

karena kondisi asidosis dan uremik yang sering terjadi. Osteocal (CaCO3) ini

bekerja dengan mengikat fosfat pada saluran pencernaan sehingga mengurangi

absorpsi fosfat (Mahdiana, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

52

Defisiensi folat relatif sering terjadi sehingga biasanya diberikan asam

folat. Defisiensi folat sering disebabkan oleh asupan folat dalam diet yang kurang

memadai. Pasien yang memerlukan dialisis ginjal berisiko mengalami defisiensi

asam folat karena selam prosedur dialisis folat dikeluarkan dari plasma (Katzung,

2013).

Pada pasien dengan penyakit ginjal, kadar eritropoietin biasanya rendah

karena ginjal tidak dapat menghasilkan faktor pertumbuhan. Ketersediaan obat

perangsang eritropoesis memiliki dampak positif yang signifikan bagi pasien

anemia. Obat perangsang eritropoesis ini digunakan secara rutin pada pasien

anemia dengan penyakit ginjal kronik (Katzung, 2013). Pada gagal ginjal kronik,

kadar kalsium dalam darah biasanya menjadi rendah, sebaliknya kadar fosfat

dalam darahnya tinggi, untuk mengatasi adanya ketidakseimbangan mineral ini,

maka diberikan kalsium, vitamin dan juga elektrolit (Mahdiana, 2011).

c. Obat hormonal. Berdasarakan penelitian yang dilakukan, obat hormonal yang

paling banyak diberikan merupakan obat dengan kelas terapi antidiabetik

parenteral sebesar 51,5% dan antidiabetik oral sebesar 48,5%. Kelas terapi dan

golongan obat hormonal yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di

Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Desember

2013 dapat dilihat pada Tabel VI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

53

Tabel VI. Kelas terapi dan golongan obat hormonal yang digunakan pada

pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul periode Desember 2013

No Kelas terapi Golongan

Obat

Nama Obat Jumlah

Kasus

Persentase

(%)

1 Antidiabetik parenteral Analog

insulin

Novomix®

(Insulin Aspart)

17 51,5

2 Antidiabetik Oral Sulfonil urea Glikuidon

(Glidiab®)

10 30,3

Glimepirid 5 15,2

Inhibitor alfa

glukosida

Akarbose (Eclid®

) 1 3,0

Total 33 100

Tujuan penggunaan obat antidiabetik ini yaitu untuk mengobati penyakit

diabetes melitus yang diderita oleh pasien gagal ginjal kronik. Penyakit ginjal

adalah penyebab utama kematian dan ketidakmampuan pada diabetes, sehingga

jika tidak diperhatikan maka gagal ginjal akan berkembang lebih cepat (Pearle et

al, 2007).

Diabetes melitus juga merupakan penyebab dari gagal ginjal kronik.

Dalam terapi diabetes melitus, penggunaan obat hipoglikemik oral maupun insulin

bertujuan untuk mengontrol kadar glukosa darah pasien. Adanya penggunaan

terapi kombinasi yaitu obat hipoglikemik oral dan obat hipoglikemik oral atau

obat hipoglikemik oral dan insulin disertai dengan terapi nonfarmakologi selain

dapat menurunkan kadar glukosa darah, dapat juga memperbaiki fungsi dari sel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

54

beta pankreas dan tidak merusak ginjal (Triplitt, 2008) dan (Inzucchi, Bergenstal,

Buse, Diamant, Ferrannini, Nauck et al., 2012).

Dalam pola peresepan ini obat yang paling banyak diberikan yaitu kelas

terapi antidiabetik parenteral yaitu insulin aspart. Insulin jenis ini bekerja secara

cepat dan memiliki onset yang cepat pula. Lama kerja insulin ini berkisar 3 hingga

5 jam sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya efek hipoglikemia setelah

makan (Sheeja, Reddy, Joseph, 2010).

Kelas terapi antidiabetik oral juga diberikan dalam pola peresepan ini

yang meliputi golongan obat sulfonilurea dan inhibitor alfa glukosida.

Sulfonilurea yang digunakan dalam pola peresepan ini adalah sulfonilurea

generasi kedua yaitu glimepirid dan glikuidon. Penggunaan sulfonilurea generasi

kedua lebih banyak digunakan dibandingkan generasi pertama karena memiliki

efek samping yang lebih jarang terjadi dan kurang berinteraksi dengan obat lain

(Katzung, 2013).

Glimepirid memiliki efek utama yaitu peningkatan pelepasan insulin

pada sel beta pankreas sebagai respon terhadap glukosa serum (Mittal and Juyal,

2012). Glimepirid biasanya diberikan sebagai monoterapi pada pasien diabetes

melitus tipe II yang tidak dapat dikontrol dengan diet dan modifikasi gaya hidup.

Penggunaan glimepirid pada pada lansia, penyakit ginjal dan hati harus

diperhatikan (Basit, Riaz, and Fawwad, 2012).

Eclid (akarbose) merupakan obat golongan inhibitor alfa glukosida. Kerja

utama obat golongan ini yaitu di usus halus. Obat ini mempengaruhi metabolisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

55

karbohidrat, absorbsi karbohidrat, memodulasi peningkatan kadar plasma glukosa

dan insulin postprandial (Fujita, Tamada, Kozawa, Kobayashi, Sasaki, Kitamura

et al., 2012).

d. Obat penyakit otot skelet dan sendi. Obat yang digunakan yaitu obat pada kelas

terapi reumatik. Obat golongan ini seperti alopurinol efektif untuk menormalkan

kadar asam urat dalam darah (Mahdiana, 2011). Kelas terapi dan golongan obat

penyakit otot skelet dan sendi yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di

Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode

Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel VII. Pada pola peresepan ini hanya

digunakan alopurinol dengan persentase 100%.

Berdasarkan pola peresepan, penggunakan alopurinol merupakan terapi

baku pada gout selama periode di antara serangan akut. Alopurinol mengurangi

asam urat total di dalam tubuh dengan menghambat xantin oksidase (Katzung,

2013).

Tabel VII. Kelas terapi dan golongan obat penyakit otot skelet dan sendi

yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

No Kelas Terapi Golongan Nama Obat Jumlah

Kasus

Persentase

(%)

1 Reumatik Gout Alopurinol 25 100

Total 25 100

Alopurinol diserap sekitar 80% setelah pemberian oral dan memiliki

waktu paruh serum terminal 1-2 jam. Seperti asam urat, alopurinol dimetabolisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

56

oleh xantin oksidase dan memiliki masa kerja yang cukup lama sehingga

alopurinol dapat diberikan sekali sehari (Katzung, 2013).

e. Obat sistem saluran cerna. Obat pada sistem saluran cerna yang diresepkan

pada pasien gagal ginjal kronik dapat dilihat pada Tabel VIII. Obat sistem saluran

cerna yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik meliputi antiemetik,

antitukak, dan antiulkus. Obat yang paling banyak digunakan yaitu antiulkus

sebesar 58,8%, antitukak 23,5% dan antiemetik 17,6%.

Tabel VIII. Kelas terapi dan golongan obat sistem saluran cerna yang

digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

No Kelas Terapi Golongan Nama Obat Jumlah

Kasus

Persentase

(%)

1 Antiemetik Antagonis

dopamin

Metoklopramid 3 17,6

2

Antitukak

Antagonis

reseptor H2

Ranitidin

4

23,5

3 Antiulkus Penghambat

pompa

proton

Lansoprazol 6 35,3

Sukralfat Mucogard®

4 23,5

Total 17 100

Antagonis H2 memiliki waktu paruh serum obat berkisar 1,1 sampai

dengan 4 jam namun lama kerja obat bergantung pada dosis yang diberikan.

Antagonis H2 dibersihkan oleh kombinnasi metabolisme hati, filtrasi glomerulus,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

57

dan sekresi tubulus ginjal. Diperlukan pengurangan dosis pada pasien dengan

insufisiensi ginjal sedang sampai parah (Katzung, 2013).

Inhibitor pompa proton (proton pump inhibitor) merupakan salah satu

obat penghambat asam yang efektif dan banyak diresepkan di seluruh dunia

karena tingkat efikasi dan keamanannya yang tinggi. Dalam pola peresepan, obat

inhibitor pompa proton yang digunakan yaitu lansoprazol. Berbeda dari antagonis

H2, obat ini menghambat sekresi baik saat puasa maupun setelah makan. Obat ini

menghambat jalur umum akhir sekresi asam, pompa proton (Katzung, 2013).

Sukralfat juga merupakan salah satu golongan obat yang digunakan

dalam pola peresepan pada pasien gagal ginjal kronik. Sukralfat merupakan suatu

garam sukrosa yang berikatan dengan alumunium hidroksida bersulfat. Adanya

sukrosa sulfat yang bermuatan negatif yang akan berikatan dengan protein-protein

bermuatan positif di dasar ulkus yang akan membentuk suatu sawar fisik sehingga

mencegah kerusakan kaustik lebih lanjut serta merangsang sekresi bikarbonat dan

prostaglandin mukosa. Pada pengguaan obat ini, sejumlah kecil garam aluminum

terserap, sehingga penggunaannya untuk jangka waktu yang lama tidak

diperbolehkan untuk pasien dengan insufisiensi ginjal (Katzung, 2013).

Metokloporamid merupakan antagonis resepetor dopamin D2. Di saluran

cerna, adanya pengaktifan reseptor dopamin akan menghambat stimulasi otot

polos kolinergik. Obat ini dapat meningkatkan amplitudo peristaltik esofagus,

meningkatkan tekanan sfingter esofagus bawah, dan meningkatkan pengosongan

lambung tetapi tidak berefek pada motilitas usus halus atau kolon. Obat ini juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

58

menghambat reseptor dopamin D2 di chemoreceptor trigger zone medula (area

postrema) sehingga menghasilkan efek anti mual dan anti muntah (Katzung,

2013).

f. Obat sistem saraf pusat. Obat sistem saraf pusat yang digunakan yaitu meliputi

kelas terapi antivertigo, antidepresan dan analgesik. Persentase penggunaan obat

paling besar yaitu pada kelas terapi analgesik non opioid sebesar 69,2%,

antivertigo 23,1%, dan antidepresan 7,7%. Kelas terapi dan golongan obat sistem

saraf pusat yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat

Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

dapat dilihat pada Tabel IX .

Tabel IX. Kelas terapi dan golongan obat sistem saraf pusat yang digunakan

pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

No Kelas Terapi Golongan Nama Obat Jumlah

Kasus

Persentase

(%)

1 Antivertigo Betahistin

Mesilat

Vastigo®

(Versilon®

)

3 23,1

2 Antidepresan Trisiklik Amitriptylin 1 7,7

3 Analgesik Non opioid Paracetamol 9 69,2

Total 13 100

g. Obat infeksi. Obat infeksi yang digunakan dalam pola persepan ini terdiri dari

antibiotik dan antifungi. Persentase terbesar yaitu pada penggunaan antibiotik

sebesar 87,5% dan diikuti oleh penggunaan antifungi sebesar 12,5%. Kelas terapi

dan golongan obat infeksi yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

59

Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode

Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel X.

Tabel X. Kelas terapi dan golongan obat infeksi yang digunakan pada pasien

gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

No Kelas

Terapi

Golongan Nama Obat Jumlah

Kasus

Persentase

(%)

1 Antibiotik Sefalosporin Cefixim® 5 62,5

Kuinolon Ciprofloxacin 1 12,5

Levofloxacin 1 12,5

2 Antifungi Imidazol Ketoconazole 1 12.5

Total 8 100

Penggunaan obat infeksi pada pasein gagal ginjal kronik untuk mencegah

penyakit komplikasi. Pada penderita gagal ginjal kronik memiliki kerentanan yang

tinggi terhadap serangan infeksi terutama infeksi saluran kemih. Semua jenis

infeksi dapat memperkuat proses katabolisme dan mengganggu nutrisi serta

keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga harus segera diobati untuk mencegah

gangguan fungsi ginjal lebih lanjut (Price and Wilson, 2006).

h. Obat sistem saluran nafas. Obat sistem saluran nafas yang digunakan dalam

pola persepan ini terdiri dari golongan mukolitik dan ekspektoran. Persentase

terbesar yaitu pada golongan obat mukolitik sebesar 75 % dan ekspektoran

sebesar 25%. Kelas terapi dan golongan obat sistem saluran nafas yang digunakan

pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel XI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

60

Tabel XI. Kelas terapi dan golongan obat sistem saluran nafas yang

digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

No Kelas Terapi Golongan Nama Obat Jumlah

Kasus

Persentase

(%)

1 Batuk dan Ekspetoran Mukolitik Ambroxol 3 75

Ekspektoran OBH 1 25

Total 4 100

i. Obat antihistamin dan antialergi. Obat antihistamin dan antialergi yang

digunakan dalam pola persepan ini yaitu golongan antagonis reseptor H1 sebesar

100%. Kelas terapi dan golongan obat antihistamin dan atialergi yang digunakan

pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel XII.

Tabel XII. Kelas terapi dan golongan obat antihistamin dan atialergi yang

digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

No Kelas Terapi Golongan Nama Obat Jumlah

Kasus

Persentase

(%)

1 Antialergi Antagonis

reseptor H1

Cetirizin 2 100

Total 2 100

j. Obat antiinflamasi. Obat antiinflamasi yang digunakan dalam pola peresepan ini

adalah obat golongan steroid yaitu betametason sebesar 100%. Kelas terapi dan

golongan obat antiinflamasi yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronik di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

61

Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode

Desember 2013 dapat dilihat pada Tabel XIII.

Tabel XIII. Kelas terapi dan golongan obat antiinflamasi yang digunakan

pada pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan

Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

No Kelas Terapi Golongan Nama Obat Jumlah

Kasus Persentase (%)

1 Antiinflamasi Steroid Betametason 1 100

Total 1 100

C. Studi Literatur Interaksi Obat Pada Peresepan

Pasien Gagal Ginjal Kronik

Studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di

Instalasi Rawat jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Desember

2013 terdiri dari 6 bagian. Bagian pertama terkait persentase jumlah peresepan

yang terdapat interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik. Bagian

kedua terkait persentase interaksi obat pada pada peresepan pasien gagal ginjal

kronik terhadap seluruh peresepan pasien di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013.

Bagian ketiga terkait proporsi interaksi obat antara obat antihipertensi

dengan obat antihipertensi, obat antihipertensi dengan obat lain dan obat lain

dengan obat lain. Pengkajian interaksi obat tersebut karena penggunaan obat

antihipertensi memiliki persentase tertinggi dalam pola peresepan pasien gagal

ginjal kronik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

62

Bagian keempat mengenai jenis interaksi obat pada peresepan pasien

gagal ginjal kronik. Bagian kelima terkait persentase kategori signifikansi klinis

interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik. Bagian keenam terkait

mekanisme dan efek interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik

yang dikaji berdasarkan literatur.

1. Persentase jumlah peresepan yang terdapat interaksi obat pada peresepan

pasien gagal ginjal kronik

Pada periode Desember tahun 2013 terdapat 65 peresepan pasien yang

digunakan sebagai bahan penelitian. Dalam peresepan tersebut terdapat peresepan

dengan interaksi obat dan peresepan tanpa interaksi obat. Persentase jumlah

peresepan interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik akan disajikan

pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Persentase jumlah peresepan yang terdapat interaksi

obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat

jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode

Desember 2013

82%

18%

Terdapat interaksi

obat

Tidak terdapat

intraksi obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

63

Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat terdapat interaksi obat pada 53

lembar peresepan pasien gagal ginjal kronik (82 %) dan tidak terdapat interaksi

obat pada 12 lembar peresepan pasien gagal ginjal kronik (18%). Hal ini

menunjukkan bahwa jumlah peresepan dengan interaksi obat lebih tinggi dari

pada jumlah peresepan tanpa interaksi obat.

2. Persentase interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik

terhadap seluruh peresepan pasien di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

Terdapat 52 peresepan pasien gagal ginjal kronik yang mengalami

interaksi obat dari 65 peresepan. Jumlah peresepan seluruh pasien rawat jalan di

Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta pada

periode Desember 2013 adalah sebanyak 16.892 lembar resep. Berdasarkan pada

Gambar 6 di bawah ini persentase interaksi obat pada peresepan pasien gagal

ginjal kronik terhadap seluruh peresepan pasien di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 adalah

sebanyak 0,3%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa terdapat interaksi obat

dengan jumlah yang relatif kecil dari keseluruhan peresepan pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

64

Gambar 4. Diagram persentase interaksi obat pada peresepan pasien gagal

ginjal kronik terhadap seluruh peresepan pasien di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

berdasarkan kajian literatur

Adanya interaksi obat walaupun dengan jumlah yang relatif kecil harus

tetap diperhatikan karena dapat berpengaruh terhadap respon pengobatan yang

diterima oleh pasien. Interaksi obat yang terjadi dapat menimbulkan efek yang

menguntungkan ataupun merugikan pasien (Tatro, 2007) dan (Syamsudin, 2013).

Terkait dengan interaksi obat, maka dalam penggunaan obat perlu dicermati,

dilakukan monitoring dan kombinasi obat yang merugikan harus dihindari (Nah,

2007).

3. Proporsi interaksi obat antara obat antihipertensi dengan obat

antihipertensi, obat antihipertensi dengan obat lain dan obat lain dengan

obat lain pada peresepan pasien gagal ginjal kronik

Interaksi obat antara obat antihipertensi dengan obat antihipertensi, obat

antihipertensi dengan obat lain dan obat lain dengan obat lain di Instalasi Rawat

Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta pada bulan Desember

2013 disajikan pada Gambar 5 di bawah ini.

0,3%

99,7%

Persentase peresepan dengan interaksi obat

Persentase peresepan tanpa interaksi obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

65

Gambar 5. Diagram proporsi interaksi obat antara obat antihipertensi

dengan obat antihipertensi, obat antihipertensi dengan obat lain dan obat

lain dengan obat lain pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi

Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode

Desember 2013

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi interaksi antara

obat antihipertensi dengan obat lain memiliki persentase yang paling tinggi yaitu

sebesar 63% (82), kemudian diikuti oleh persentase obat lain dengan obat lain

sebesar 22% (29), dan persentase obat antihipertensi dengan antihipertensi yaitu

sebanyak 13,4% (19). Hal tersebut dapat diakibatkan karena obat yang diberikan

pada pasien gagal ginjal kronik bisa lebih dari satu obat. Berdasarkan pola

peresepan pada pasien gagal ginjal kronik, penggunaan obat yang paling banyak

yaitu obat antihipertensi, sehingga kemungkinan untuk berinteraksi dengan obat

lain cukup tinggi.

4. Proporsi jenis interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik

Dalam penelitian ini dikaji dua jenis interaksi obat yaitu secara

farmakokinetik dan farmakodinamik. Jenis interaksi obat pada peresepan pasien

15%

63%

22%Obat antihipertensi

dengan obat

antihipertensi

Obat antihipertensi

dengan obat lain

Obat lain dengan obat

lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

66

gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta periode Desember 2013 dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Diagram proporsi jenis interaksi obat pada peresepan pasien

gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati

Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 berdasarkan kajian literatur (N=

130)

Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa jenis interaksi yang paling

besar yaitu interaksi farmakodinamik sebesar 85 % (110) interaksi obat

dibandingkan dengan jenis interaksi farmakokinetik yaitu sebesar 15 % (20)

interaksi obat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Peradnyani (2006) yaitu jenis

interaksi farmakodinamik memiliki persentase tertinggi yaitu 92,9 % (117)

interaksi obat dibandingkan interaksi farmakokinetik sebesar 7,1 % (9) interaksi

obat.

85%

15%

Interaksi

farmakodiamik

Interaksi

farmakokinetik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

67

5. Jumlah kategori signifikansi klinis interaksi obat pada peresepan pasien

gagal ginjal kronik

Kategori signifikansi klinis interaksi obat dikaji berdasarkan literatur

Tatro (2007), Chelmow et al., (2014) dan Hansten and Horn (2002) dapat dilihat

pada Tabel XIV.

Tabel XIV. Distribusi jumlah kategori signifikansi klinis interaksi obat

pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013

berdasarkan kajian literatur

No Kategori signifikansi klinis

interaksi obat

Jumlah kategori signifikansi

klinis interaksi obat

Kajian literatur signifikansi klinis berdasarkan Chelmow et al., (2014)

1 Kontraindikasi 0

2 Serius 6

3 Signifikan 37

4 Minor 79

Kajian literature signifikansi klinis berdasarkan Tatro (2007)

1 Kategori signifikansi klinis 1 2

2 Kategori signifikansi klinis 2 0

3 Kategori signifikansi klinis 3 1

4 Kategori signifikansi klinis 4 3

5 Kategori signifikansi klinis 5 4

Kajian literatur signifikansi klinis berdasarkan Hansten and Horn (2002)

1 Kategori signifikansi klinis

pertama

0

2 Kategori signifikansi klinis

kedua

2

3 Kategori signifikansi klinis

ketiga

5

Berdasarkan Tabel XIV, jumlah kategori signifikansi klinis interaksi obat

yang paling besar adalah kategori signifikansi klinis minor sebesar (79 interaksi

obat), kategori signifikansi klinis signifikan sebesar (37 interaksi obat), dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

68

kategori signifikansi serius sebesar (6 interaksi obat) berdasarkan Chelmow et al.,

(2014). Tidak terdapat kategori signifikansi klinis kontraindikasi. Menurut

Chelmow et al., (2014), kategori signifikansi klinis serius yaitu kombinasi obat

tidak dapat digunakan atau harus dihindari karena dapat membahayakan keadaan

pasien, sehingga dibutuhkan alternatif untuk pemilihan obat lain yang tidak

membahayakan kondisi pasien (Chelmow et al., 2014).

Pada kategori signifikasi klinis signifikan diperlukan adanya penyesuaian

dosis antara kedua obat dan modifikasi jalur serta waktu pemberian obat. Pada

kategori signifikansi klinis minor atau tidak signifikan kombinasi obat dapat

diberikan kepada pasien karena tidak menimbulkan efek yang membahayakan

bagi pasien, namun harus tetap dilakukan monitoring pada kondisi pasien

(Chelmow et al., 2014).

Berdasarkan Tatro (2007), pada peresepan terdapat kategori signifikansi

klinis 1 (2 interaksi obat), kategori signifikansi klinis 3 (1 interaksi obat), kategori

signifikansi klinis 4 (3 interaksi obat) dan kategori signifikansi klinis 5 (4

interkasi obat). Tidak terdapat kategori signifikansi klinis 2 pada peresepan pasien

gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta periode Desember 2013.

Berdasarkan Tatro (2007), kategori signifikasi klinis 1 memiliki tingkat

keparahan major yang dapat menimbulkan risiko yang berpotensi mengancam

jiwa pasien serta mengakibatkan kerusakan yang permanen. Oleh karena itu,

kombinasi kedua obat tersebut harus dihindari. Dokumentasinya meliputi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

69

established, probable atau suspected. Kategori signifikansi klinis 3 memiliki

tingkat keparahan minor yang dapat menimbulkan efek interaksi obat ringan dan

secara signifikan tidak dapat mempengaruhi status klinik pasien sehingga terapi

tambahan tidak diperlukan. Dokumentasinya meliputi established, probable atau

suspected.

Kategori signifikansi klinis 4 memiliki tingkat keparahan major atau

moderat sehinngga menimbulkan efek yang dapat berbahaya karena dapat

mengubah respon farmakoologi individu sehingga diperlukan terapi tambahan.

Dokumentasinya yaitu possible. Kategori signifikansi klinis 5 memiliki tingkat

keparahan minor yaitu menimbulkan efek yang ringan dan respon klinim yang

dialami pasien dapat mengalami perubahan atau tidak. Dokumentasinya yaitu

unlikely namun terdapat juga beberapa dokumentasi yang possible.

Berdasarkan Hasten and Horn (2002), pada peresepan pasien gagal ginjal

kronik terdapat kategori signifikansi klinis 2 (2 interaksi obat) dan kategori

signifikansi klinis 3 (5 interaksi obat). Tidak terdapat kategori signifikansi klinis 1

pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013.

Berdasarkan Hasten and Horn (2002), kategori signifikansi klinis 2 yaitu

pemberian kombinasi obat sebaiknya dihindari, kecuali apabila manfaat dari

kombinasi obat lebih besar daripada risiko yang ditimbulkan, namun disarankan

untuk menggunakan kombinnasi obat lain yang sejenis dan memiliki risiko yang

lebih kecil. Diperlukan adanya modifikasi dosis, rute pemberian dan waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

70

pemberian obat apabila ingin dikombinasi untuk mengurangi terjadinya kejadian

interaksi obat. Pasien harus dimonitoring selama penggunaan kombinasi obat.

Kategori signifikansi klinis 3 yaitu kombinasi obat memberikan risiko

yang kecil, memiliki manfaat yang lebih banyak daripada risiko yang ditimbulkan

serta pasien harus dimonitoring selama penggunaan obat (Hasten and Horn,

2002).

6. Mekanisme dan efek interaksi obat antara obat antihipertensi dengan

obat antihipertensi, obat antihipertensi dengan obat lain dan obat lain

dengan obat lain

Jenis interaksi obat farmakokinetik dan farmakodinamik memiliki

perbedaan dalam hal mekanisme terjadinya interaksi dan efek yang ditimbulkan

akibat adanya interaksi tersebut. Pembahasan mengenai mekanisme terjadinya

interaksi dan efek yang ditimbulkan akibat adanya interaksi antara obat

antinipertensi dengan obat antihipertensi, obat antihipertensi dengan obat lain dan

obat lain dengan obat lain mengacu pada literatur Tatro (2007), Baxter (2010),

Chelmow et al., (2014) dan Hasten and Horn (2002) dan dapat dilihat pada Tabel

XV, XVI dan XVII di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

38

Tabel XV. Mekanisme dan efek interaksi obat anatara obat antihipertensi dengan obat antihipertensi pada peresepan pasien

gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Desember 2013 berdasarkan kajian

literatur

No Obat

antihipertensi

Obat

antihipertensi

Mekanisme dan efek

interaksi obat

Jenis interaksi

obat

Kategori

signifikansi

klinis

Jumlah

interaksi

obat

Managemen

1 Klonidin Diltiazem Penggunaan bersamaan

mengakibatkan

bradikardi (Chelmow et

al, 2014)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu aditif

(Chelmow et al,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis serius

(Chelmow et

al, 2014)

1 Melakukan pemantauan denyut

jantung dan tekanan darah pada

pasien (Baxter, 2010).

2 Irbesatan Furosemid 1. Irbesartan

meningkatkan kadar

serum kalium

sedangkan furosemid

menurunkan kadar

kalium serum

(Chelmow et al.,

2014)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu aditif

(Baxter, 2010)

dan (Chelmow

et al, 2014)

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

5 1. Melakukan modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat

serta melakukan pengecekan

kadar serum kalium (Baxter,

2010).

2. Penggunaan

bersamaan

mengakibatkan

penurunan tekanan

darah (Baxter, 2010)

2. Melakukan pemantauan

tekanan darah pasien

(Baxter, 2010).

71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

72

3 Irbesartan HCT 1. Irbesartan

meningkatkan kadar

kalium serum dan

HCT menurunkan

kadar kalium serum

(Chelmow et al.,

2014).

Interaksi

farmakodinamik

yaitu aditif

(Chelmow et

al., 2014 ) dan

(Baxter, 2010).

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

1 1. Melakukan modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat

serta melakukan pengecekan

kadar serum kalium (Baxter,

2010).

2. Pengunaan

bersamaan

mengakibatkan

penurunan tekanan

darah (Baxter, 2010)

2. Melakukan pemantauan

tekanan darah pasien

(Baxter, 2010).

4 Valsartan Furosemid 1. Valsartan

meningkatkan kadar

serum kalium dan

furosemid

menurunkan kadar

kalium serum

(Chelmow et al.,

2014).

Interaksi

farmakodinamik

yaitu aditif

(Chelmow et

al., 2014) dan

(Baxter, 2010).

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014

3 1. Melakukan modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat

serta melakukan pengecekan

kadar serum kalium (Baxter,

2010).

2. Pengunaan bersamaan

mengakibatkan

penurunan tekanan

darah (Baxter, 2010).

2. Melakukan pemantauan

tekanan darah pasien

(Baxter, 2010).

72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

73

5 Micardis Furosemid 1. Micardis

meningkatkan kadar

serum kalium dan

furosemid

menurunkan kadar

kalium serum

(Chelmow et al.,

2014).

Interaksi

farmakodinamik

yaitu aditif

(Chelmow et

al., 2014) dan

(Baxter, 2010).

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014).

1 1. Melakukan modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat

serta melakukan

pengecekan kadar serum

kalium (Baxter, 2010).

2. Penggunaan

bersamaan

menyebabkan

penurunan tekanan

darah (Baxter, 2010)

2. Melakukan pemantauan

tekanan darah pasien

(Baxter, 2010).

73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

74

6 Captopril Furosemid Meningkatkan efek

antihipertensi serta

adanya risiko terjadi

hipotensi akut sehingga

bisa menyebabkan

hiperkalemia (Chelmow

et al., 2014) dan

(Hasten and Horn,

2002).

Interaksi

farmakodinamik

yaitu sinergisme

(Chelmow et

al., 2014)

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

Kategori

signifikansi

klinis 3 (Tatro,

2007).

Kategori

signifikansi

klinis 2

(Hasten and

Horn, 2002).

2 Melakukan penurunan dosis

(< 80 mg) setidaknya 24 jam

sebelum pemberian ACE

inhibitor dan adanya

pemantauan kadar serum

kalium pasien (Baxter, 2010).

7 Candesartan Furosemid 1. Candesartan

meningkatkan kadar

serum kalium dan

furosemid

menurunkan kadar

serum kalium

(Chelmow et al.,

2014)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu aditif

(Chelmow et

al., 2014) dan

(Baxter, 2010)

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

3 1. Melakukan modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat

serta melakukan pengecekan

kadar serum kalium (Baxter,

2010).

2. Penggunaan

bersamaan

2. Melakukan pemantauan

tekanan darah pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

75

menyebabkan

penurunan tekanan

darah

(Baxter, 2010).

8 Bisoprolol Furosemid 1. Bisoprolol

meningkatkan kadar

serum kalium dan

furosemid

menurunkan kadar

serum kalium

(Chelmow et al.,

2014)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu aditif

(Chelmow et

al., 2014)

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

1 1. Perlu dilakukan monitoring

terkait kadar kalium serum

pasien (Baxter, 2010).

2. Penggunaan

bersamaan

mengakibatkan

kelainan

elektrodiagram dan

peningkatan kadar

trigliserida (Baxter,

2010).

2. Perlu dilakukkan

monitorinng terkait kadar

gula darah pasien, tekanan

darah (Baxter, 2010)

9 Klonidin Amlodipin

Penggunaan bersamaan

mengakibatkan

terjadinya peningkatan

efek hipotensif (Hasten

and Horn, 2002)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu aditif

(Hasten and

Horn, 2002)

Kategori

signifikansi

klinis 3

(Hasten and

Horn, 2002)

2 Melakukan modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat,

serta melakukan pemantauan

tekanan darah pasien (Baxter,

2010).

Total 19

75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

76

Tabel XVI. Mekanisme dan efek interaksi obat anatara obat antihipertensi dengan obat lain pada peresepan pasien gagal

ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Desember 2013 berdasarkan kajian

literatur

No Obat

antihipertensi

Obat lain Mekanisme dan efek

interaksi obat

Jenis interaksi

obat

Kategori

signifikansi

klinis

Jumlah

interaksi

obat

Managemen

1 Captopril Alopurinol Adanya risiko reaksi

hipersensitivitas jika

kedua obat diberikan

secara bersamaan

(Chelmow et al.,

2014) dan (Tatro,

2007)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu sinergisme

(Chelmow et al.,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis serius

(Chelmow et

al., 2014).

Kategori

signifikansi

klinis 4 (Tatro,

2007)

Kategori

signifikansi

klinis 2

(Hasten and

Horn, 2002).

3 Melakukkan pemantauan

terkait reaksi hipersensitivitas

yang terjadi. Penggunaan

obat dihentikan jika terjadi

peningkatan manifestasi dari

hipersensitivitas dan

diberikan pengobatan sesuai

dengan reaksi

hipersensitivitas yang terjadi

(Tatro, 2007).

2 Furosemid KSR/KCl KSR meningkatkan

kadar serum kalium

dan furosemid

menurunkan kadar

serum kalium

(Chelmow et al.,

2014)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu

antagonisme

(Chelmow et al.,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

4 Melakukan pengaturan dosis

obat dan waktu minum kedua

obat tersebut serta

pemantauan kadar serum

kalium (Baxter, 2010).

76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

77

3 Furosemid Digoxin Furosemid

meningkatkan efek

dari digoxin sehingga

meningkatkan

aktivitas dan toksisitas

dari digitalis (Baxter,

2010) dan (Chelmow

et al., 2014)

Interaksi

farmakodinamik

sinergisme

(Chelmow et al.,

2014) dan

(Baxter, 2010).

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

Kategori

signifikansi

klinis 1

(Tatro,2007)

Kategori

signifikansi

klinis 3

(Hastern and

Horn, 2002).

1 Melakukan pengukuran

tingkat plasma kalium dan

magnesium ketika

menggunakan kedua obat ini

dan adanya pembatasan diet

natrium atau penambahan

diuretik hemat kalium serta

perlu adanya pengaturan

dosis untuk digoxin terkait

indeks terapi digoxin yang

sempit (Baxter, 2010).

4 Furosemid Ciprofloxacin Efek farmakologi dari

ciprofloxacin dapat

ditingkatkan. (Tatro,

2007)

Interaksi

farmakodinamik

sinergisme

(Tatro, 2007)

Kategori

Signifikansi

klinis 5 (Tatro,

2007)

1 Melakukan pengaturan dosis

obat dan waktu pemberian

obat (Baxter, 2010).

5 Captopril Glimepirid Captopril

meningkatkan efek

glimepirid, sehingga

menimbulkan risiko

terjadinya

hipoglikemia

(Chelmow et al.,

2014) dan

Interaksi

farmakodinamik

yaitu sinergisme

(Chelmow et al.,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

3 Melakukan penyesuaian dosis

obat baik captopril maupun

glimepirid, melakukan

monitoring kadar glukosa

darah pasien dan kadar

klirens kreatinin pasien

(Chelmow et al., 2014) dan

(Hasnuddin, 2012)

77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

78

(Hasnuddin, 2012).

6 Captopril KSR/KCl Captopril dan

KSR/KCl dapat

meningkatkan kadar

kalium serum

sehingga

mengakibatkan retensi

kalium (Tatro, 2007).

Interaksi

farmakokinetik

pada proses

eliminasi

(Chelmow et al.,

2014).

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014).

Kategori

signifikansi

klinis 4 (Tatro,

2007).

2 Menghentikan pemberian

kalium klorida saat

pemberian captopril pada

pasien, dilakukan monitoring

kadar serum kalium saat

pemberian captopril dan

menyesuaikan suplemen

kalium yang diperlukan

(Tatro, 2007) dan (Baxter,

2010)

7 Bisoprolol KSR/KCl Bisoprolol dan KSR

meningkatkan kadar

serum kalium

(Chelmow et al.,

2014)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu sinergisme

(Chelmow et al.,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

1 Adanya modifikasi dosis dan

waktu pemberian obat serta

pemantauan kadar serum

kalium (Baxter, 2010).

8 Diltiazem CaCO3 Kalsium karbonat

mengurangi efek

diltiazem (Chelmow

et al., 2014)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu

antagonisme

(Chelmow et al.,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

1 Adanya pemantauan

efektivitas dari diltiazem dan

modifikasi dosis serta waktu

pemberian obat (Baxter,

2010).

9 Furosemid CaCO3 Furosemid

menurunkan kadar

kalsium karbonat

dengan meningkatkan

Interaksi

farmakodinamik

yaitu

antagonisme

Kategori

signifikansi

klinis minor

atau tidak

26 Adanya pengaturan dosis dan

waktu pemberian obat serta

pemantauan kadar klirens

pasien (Baxter, 2010).

78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

79

klirens ginjal

(Chelmow et al.,

2014)

(Chelmow et al.,

2014)

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

10 Furosemid Asam folat Furosemid

menurunkan kadar

asam folat dengan

meningkatkan klirens

ginjal (Chelmow et

al., 2014)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu

antagonisme

(Chelmow et al.,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis minor

atau tidak

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

21 Adanya pengaturan dosis dan

waktu pemberian obat serta

pemantauan kadar klirens

pasien (Baxter, 2010).

11 Furosemid Paracetamol Paracetamol dapat

menurunkan ekskresi

prostaglandin ginjal

dan penurunan

aktivitas renin plasma

(Tatro, 2007)

Interaksi

farmakokinetik

pada proses

ekskresi (Tatro,

2007)

Kategori

signifikansi

klinis 5

(Tatro,2007)

5 Adanya pengaturan dosis dan

waktu pemberian obat

(Baxter, 2010).

12 Furosemid Lenal ace Furosemid

mengurangi tingkat

kalsium asetat dengan

meningkatkan klirens

ginjal (Chelmow et

al., 2014)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu

antagonisme

(Chelmow et al.,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis minor

atau tidak

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

3 Adanya pengaturan dosis dan

waktu pemberian obat serta

pemantauan klirens pasien

(Baxter, 2010).

13 Furosemid Cefixim

Cefixim

meningkatkan

toksisitas furosemid

sehingga

Interaksi

farmakodinamik

sinergisme

(Chelmow et al.,

Kategori

signifikansi

klinis minor

atau tidak

3 Adanya pengaturan dosis dan

waktu pemberian obat

(Baxter, 2010).

79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

80

menyebabkan

nefrotoksisitas

(Chelmow et al.,

2014)

2014) signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

14 Furosemid

Gemfibrosil Terjadinya diuresis

mungkin disebabkan

adanya kompetisi dan

perpindahan

furosemid oleh

gemfibrosil dari

tempat pengikatan

protein plasma.

Gemfibrosil terkadang

bisa menyebabkan

keracunan pada otot

(Hastern and

Horn,2002) dan

(Chelmow et al.,

2014)

Interaksi

farmakodinamik

sinergisme

(Chelmow et al.,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis 3

(Hastern and

Horn,2002)

Kategori

signifikansi

klinis minor

atau tidak

signifikan

(Chelmow et

al., 2014

2

Adanya pemeriksaan serum

protein dan fungsi ginjal

sebelum pemberian kedua

obat ini. Jika kadar serum

albumin pasien rendah, maka

total kadar pemberian

gemfibrosil tidak boleh

melebihi 500 mg untuk tiap

1g/ 100 ml konsentrasi

albumin. Perlu dilakukan juga

pengaturan waktu minum

obat (Baxter, 2010).

15 HCT Novomix

(pre-mixed

insulins atau

insulin

kombinasi)

Hydrochlorothiazid

mengurangi efek

novomix sehingga

menyebabkan efek

hiperglikemia

(Chelmow et al.,

2014)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu

antagonisme

(Chelmow et al.,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis minor

atau tidak

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

1 Adanya modifikasi waktu

pemberian obat, monitoring

kadar glukosa darah pasien

dan kadar klirens kreatinin

pasien (Syamsudin, 2011).

16 Captopril Novomix Captopril

meningkatkan efek

Interaksi

farmakodinamik

Kategori

signifikansi

1 Pasien perlu menyadari

adanya peningkatan risiko

80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

81

novomix sehingga

mengakibatkan

hipoglikemia (Baxter,

2010) dan (Chelmow

et al., 2014).

yaitu sinergisme

(Chelmow et al.,

2014).

klinis 3

(Hastern and

Horn,2002)

Kategori

signifikansi

klinis minor

atau tidak

signifikan

Chelmow et

al., 2014)

hipoglikemia dengan tanda-

tanda berupa takikardi,

berkeringat dan tremor. Dosis

novomix dikurangi ketika

digunakan bersamaan dengan

captopril atau adanya

modifikasi waktu pemberian

obat. Monitoring terhadap

glukosa darah pasien (Hasten

and Horn, 2002) dan (Baxter,

2010).

17 Clonidin Glikuidon Clonidin menurunkan

efek glikuidon

sehingga menyebakan

hiperglikemi

(Chelmow et al.,

2014).

Interkasi

farmakodinamik

yaitu

antagonisme

(Chelmow et al.,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis minor

atau tidak

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

2 Adanya modifikasi dosis dan

waktu pemberian obat serta

pemantauan kadar glukosa

darah pasien (Baxter, 2010).

18 Clonidin Novomix (pre-

mixed insulins

atau insulin

kombinasi)

Clonidin menurunkan

efek novomix

sehingga

menyebabkan

hiperglikemi

(Chelmow et al.,

2014) dan (Hastern

and Horn, 2002)

Interaksi

farmakodinamik

yaitu

antagonisme

(Chelmow et al.,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis minor

atau tidak

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

Kategori

signifikansi

1 Adanya modifikasi dosis dan

waktu pemberian obat serta

pemantauan kadar glukosa

darah pasien (Baxter, 2010).

81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

82

klinis 3

(Hastern and

Horn, 2002)

19 Diltiazem Lansoprazol Diltiazem

meningkatkan tingkat

atau efek lansoprazol

dengan mempengaruhi

metabolisme enzim

CYP3A4 di hati atau

usus (Chelmow et al.,

2014)

Interaksi

farmakokinetik

pada

metabolisme

(Chelmow et al.,

2014)

Kategori

signifikansi

klinis minor

atau tidak

signifikan

(Chelmow et

al., 2014)

1 Adanya modifikasi dosis dan

waktu pemberian obat

(Baxter, 2010).

Total 82

82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

83

Tabel XVII. Mekanisme dan efek interaksi obat anatara obat lain dengan obat antihipertensi pada peresepan pasien gagal

ginjal kronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Desember 2013 berdasarkan kajian

literatur

No Obat lain Obat lain Mekanisme dan efek

interaksi obat

Jenis interaksi obat Kategori

signifikansi

klinis

Jumlah

interaksi

obat

Managemen

1 Gemfibrosil Simvastatin Saling meningkatkan

efek dari yang lain

dengan sinergisme

farmakodinamik, dapat

menyebabkan miopati

yang parah atau

rhabdomyolysis

(Chelmow et al., 2014)

dan (Tatro, 2007)

Interaksi

farmakodinamik yaitu

sinergisme (Tatro,

2007).

Kategori

signifikansi klinis

serius (Chelmow

et al., 2014).

Kategori

signifikansi klinis

1 (Tatro, 2007)

2 Adanya penyesuaian dosis,

pemantauan nilai kreatinin

kinase serta adanya edukasi

dan pengawasan terhadap

pasien (Mozayani dan

Raymon, 2012) dan

(Baxter, 2011).

2 Gemfibrosil Novomix Gemfibrosil

meningkatkan efek

novomix sehingga terjadi

hipoglikemia (Chelmow

et al., 2014).

Interaksi

farmakokinetik pada

proses distribusi dan

ekskresi (Baxter,

2011) dan (Chelmow

et al., 2014).

Kategori

signifikansi klinis

signifikan

(Chelmow et al.,

2014).

1 Penyesuaian dosis kedua

obat dan melakukan

monitoring kadar glukosa

darah pasien (Dines, 2007),

(Rojas, 2013), dan

(Lacobelis, 2006).

3 Gemfibrosil Glimepirid Gemfibrosil

meningkatkan efek

glimepirid sehingga

menimbulkan efek

hipoglikemia (Chelmow

Interaksi

farmakokinetik yaitu

pada proses distribusi,

metabolisme dan

ekskresi (Baxter,

Kategori

signifikansi klinis

signifikan

(Chelmow et al.,

2014)

1 Melakukan monitoring

kadar glukosa darah pasien

dan adanya pengaturan

dosis kedua obat (Chelmow

et al., 2014) dan (Zambon

83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

84

et al., 2014). 2011) dan (Chelmow

et al., 2014).

Kategori

signifikansi klinis

4 (Tatro, 2007)

dan Cusi, 2007).

4 CaCO3 Alopurinol Kalsium karbonat

menurunkan tingkat

alopurinol dengan

menghambat penyerapan

GI (Chelmow et al.,

2014).

Interaksi

farmakodinamik

(Chelmow et al.,

2014).

Kategori

signifikansi klinis

signifikan

(Chelmow et al.,

2014).

4 Perlu adanya penyesuaian

dosis dan pengaturan

interval pemberian dosis

(Mozayani dan Raymon,

2012) dan (Baxter, 2011).

5 Glimepirid Novomix Saling meningkatkan

efek (Chelmow et al,

2014)

Interaksi

farmakodinamik yaitu

sinergisme (Chelmow

et al, 2014)

Kategori

signifikansi klinis

signifikan

(Chelmow et al,

2014)

1 Adanya modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat

serta pemantauan kadar

glukosa darah pasien

(Baxter, 2010).

6 Simvastatin Digoxin Simvastatin akan

meningkatkan tingkat

atau efek dari digoxin

oleh P-glikoprotein

(MDR1) (Chelmow et al,

2014)

Interaksi

farmakodinamik

(Chelmow et al, 2014)

Kategori

signifikansi klinis

signifikan

(Chelmow et al,

2014)

1 Adanya modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat

(Baxter, 2010).

7 CaCO3 SF/Hemafort Kalsium karbonat akan

menurunkan tingkat atau

efek dari SF dengan

meningkatkan pH

lambung (Chelmow et

al., 2014).

Interaksi

farmakokinetik pada

proses absorbsi

(Chelmow et al.,

2014).

Kategori

signifikansi klinis

minor atau tidak

signifikan

(Chelmow et al.,

2014).

2 Perlu adanya pengaturan

interval pemberian dosis

sehingga meminimalkan

pencampuran kedua obat di

dalam tubuh (Baxter, 2010).

8 Lenal ace Hemafort /

SF

Lenal ace menurunkan

tingkat hemafort dengan

Interaksi

farmakokinetik pada

Kategori

signifikansi klinis

1 Perlu adanya pengaturan

interval pemberian dosis

84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

85

menghambat penyerapan

GI. Hemafor

tmeningkatkan kadar

lenal ace dengan

meningkatkan

penyerapan GI

(Chelmow et al, 2014)

proses absorbsi

(Chelmow et al, 2014)

minor atau tidak

signifikan

(Chelmow et al,

2014)

sehingga meminimalkan

pencampuran kedua obat di

dalam tubuh (Baxter, 2010)

dan (Chelmow et al, 2014)

9 Lansoprazol Mucogard Mucogard menurunkan

tingkat lansoprazol

dengan menghambat

penyerapan GI

(Chelmow et al, 2014)

Interaksi

farmakodiamik yaitu

antagonisme

(Chelmow et al, 2014)

Kategori

signifikansi klinis

minor atau tidak

signifikan

(Chelmow et al,

2014)

4 Adanya modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat.

Lansoprazol diberikan 30

menit sebelum pemberian

mucogard (Baxter, 2010).

10 Lansoprazol Sohobion Lansoprazol menurunkan

tingkat atau efek dari

sohobion dengan

menghambat penyerapan

GI (Chelmow et al,

2014)

Interaksi

farmakokinetik

(Chelmow et al, 2014)

Kategori

signifikansi klinis

minor atau tidak

signifikan

(Chelmow et al,

2014)

4 Adanya modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat

(Baxter, 2010).

11 Amitriptilin Glikuidon Amitriptilin

meningkatkan efek

glikuidon sehingga

menimbulkan risiko

terjadinya hipoglikemi

(Chelmow et al, 2014)

Interaksi

farmakodinamik yaitu

sinergisme (Chelmow

et al, 2014)

Kategori

signifikansi klinis

minor atau tidak

Signifikan

(Chelmow et al,

2014)

1 Adanya modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat

serta pemantauan kadar

glukosa darah pasien

(Baxter, 2010).

12 Glimepirid KSR/KCl KSR meningkatkan

glimepirid sehingga

Interaksi

farmakodinamik yaitu

Kategori

signifikansi klinis

3 Adanya modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

86

menimbulkan risiko

terjadinya hipoglikemi

(Chelmow et al, 2014)

sinergisme (Chelmow

et al, 2014)

minor atau tidak

signifikan

(Chelmow et al,

2014)

serta pemantauan kadar

glukosa darah pasien

(Baxter, 2010).

13 Glimepirid Simvastatin Simvastatin

meningkatkan

konsentrasi glimepirid

sehingga menimbulkan

efek hipoglikemia (Tatro,

2007)

Interaksi

farmakokinetik yaitu

pada proses

metabolisme (Galani

and Vyas, 2010).

Kategori

signifikansi klinis

5 (Tatro, 2007).

2 Melakukan monitoring

terhadap kadar glukosa

darah pasien untuk

mewaspadai terjadinya efek

hipoglikemi dan adanya

penyesuaian dosis kedua

obat tersebut (Tatro, 2007).

14 Eclid

(acarbose)

KSR/KCl KSR/KCl meningkatkan

efek dari eclid sehingga

menimbulkan efek

hipoglikemia (Chelmow

et al., 2014).

Interaksi

farmakodinamik yaitu

sinergisme (Chelmow

et al., 2014).

Kategori

signifikansi klinis

minor atau tidak

signifikan

(Chelmow et al.,

2014).

1 Melakukan monitoring

terhadap kadar glukosa

darah pasien dan adanya

penyesuaian dosis kedua

obat tersebut (Lacy, 2012).

15 Clopidogrel Simvastatin Simvastatin menghambat

konversi clopidogrel

menjadi bentuk aktifnya

(Tatro, 2007)

Interaksi

farmakokinetik yaitu

pada proses

metabolisme (Tatro,

2007).

Kategori

signifikansi klinis

5 (Tatro, 2007).

1 Adanya penyesuaian dosis

dan interval waktu

pemberian obat (Baxter,

2010) dan (Chelmow et al.,

2014)

Total 29

86

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

87

Berdasarkan Tabel XV, XVI, dan XVII di atas mekanisme dan efek dari interaksi

obat adalah sebagai berikut ini.

1. Interaksi antara klonidin dan diltiazem

Jumlah kasus interaksinya yaitu sebasar 1 kasus. Interaksi yang terjadi

yaitu antara klonidin yang merupakan obat golongan antihipertensi sentral

dengan diltiazem yang merupakan obat golongan CCB. Interaksi yang terjadi

antara kedua obat ini dapat mengakibatkan bradikardi sehingga perlu

mendapatkan perhatian dalam penggunaannya. Interaksi ini merupakan jenis

interaksi farmakodinamik yaitu aditif dengan kategori signifikansi klinis serius

(Chelmow et al., 2014). Managemennya ketika kedua obat ini digunakan

bersamaan yaitu melakukan pemantauan denyut jantung dan tekanan darah

pada pasien (Baxter, 2010).

2. Interaksi obat antara captopril dengan alopurinol pada peresepan terdapat 3

kasus. Interaksi antara captopril dengan alopurinol termaksud interaksi dengan

kategori signifikansi klinis serius (Chelmow et al, 2014), kategori signifikansi

klinis 4 (Tatro, 2007) dan kategori sigifikansi klinis 2 (Hasten and Horn, 2002).

Jenis interaksi yang terjadi yaitu interaksi farmakodinamik sinergisme.

Mekanismenya yaitu adanya risiko reaksi hipersensitivitas jika kedua obat

diberikan secara bersamaan (Chelmow et al., 2014) dan (Tatro, 2007).

Kombinasi dari kedua obat tersebut akan meningkatkan kemungkinan

terjadinya reaksi hipersensitivitas seperti Stevens Johnson Syndrome,

Anaphylaxis, pengelupasan kulit, demam dan arthtalgia (Hansten and Horn,

2002), (Tatro, 2007) dan (Baxter, 2010). Kombinasi antara dua obat tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

88

mungkin menambah kejadian hipersensitivitas karena pemberian captopril

atau alopurinol tanpa kombinasi sudah dapat menimbulkan reaksi

hipersensitivitas (Stockley, 2010). Managemen dari interaksi obat tersebut

adalah dengan melakukan pemantauan reaksi hipersensitivitas yang terjadi,

hentikan pemberian kombinasi kedua obat tersebut jika terjadi peningkatan

manifestasi dari hipersensitivitas dan diberikan pengobatan sesuai dengan

reaksi hipersensitivitas yang terjadi (Tatro, 2007).

3. Interaksi obat antara gemfibrosil dengan simvastatin pada peresepan terdapat

2 kasus. Interaksi antara kedua obat ini termaksud dalam kategori signifikansi

klinis serius (Chelmow et al, 2014) dan kategori signifikansi klinis 1 (Tatro,

2007). Interaksi antara gemfibrosil dan simvastatin memiliki onset yang

lambat, tingkat keparahan yang moderat dan tingkat dokumentasi obat yang

diduga terjadi (suspected). Interaksi antara kedua obat ini merupakan

interaksi farmakodinamik yaitu sinergisme (Tatro, 2007).

Mekanisme interaksi obat yang terjadi yaitu saling meningkatkan efek

satu sama lain sehingga dapat menyebabkan miopati atau rabdomiolisis

(Chelmow et al, 2014). Risiko terjadinya miopati akan meningkat yang

ditunjukkan dengan adanya peningkatan kreatinin kinase ketika kedua obat

ini digunakan secara bersamaan. Gemfibrozil diekskresikan terutama melalui

ginjal sehingga dosis dan interval pemberian dosis harus diturunkan pada

pasien dengan insufisiensi ginjal (Mozayani dan Raymon, 2012). Kombinasi

antara kedua obat ini dapat digunakan tanpa adanya toksisitas otot yang

parah, namun dalam penggunaannya diperlukan perhatian yang besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

89

Managemen yang dilakukan ketika kedua obat ini digunakan secara

bersamaan yaitu adanya penyesuaian dosis saat penggunaannya, pemantauan

nilai kreatinin kinase, adanya edukasi serta pengawasan terhadap pasien

(Mozayani dan Raymon, 2012) dan (Baxter, 2010).

4. Interaksi antara irbesartan dan furosemid

Jumlah kasus interaksinya yaitu sebesar 5 kasus. Interaksi kedua obat ini

termaksud kategori signifikansi klinis signifikan. Interaksi yang terjadi

merupakan interaksi farmakodinamik yaitu aditif. Mekanisme interaksinya

yaitu irbesartan meningkatkan kadar serum kalium sedangkan furosemid

menurunkan kadar kalium serum (Chelmow et al., 2014).

Penggunaan kedua obat ini secara bersamaan umumnya memiliki efek

aditif terkait penurunan tekanan darah dan umumnya masih dapat ditoleransi.

Managemennya yaitu ketika kedua obat ini digunakan secara bersamaan adalah

modifikasi dosis dan waktu pemberian obat, mengecek kadar serum kalium

pasien, dan pemantauan tekanan darah (Baxter, 2010).

5. Interaksi antara irbesartan dengan HCT

Jumlah kasus interaksinya yaitu sebesar 1 kasus. Interaksi kedua obat ini

termaksud dalam kategori signifikansi klinis signifikan. Interaksi yang terjadi

merupakan interaksi farmakodinamik yaitu aditif. Mekanisme interaksinya

yaitu irbesartan meningkatkan kadar kalium serum dan HCT menurunkan

kadar kalium serum (Chelmow et al., 2014).

Penggunaan kedua obat ini secara bersamaan umumnya memiliki efek

aditif terkait penurunan tekanan darah dan umumnya masih dapat ditoleransi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

90

Managemennya yaitu ketika kedua obat ini digunakan secara bersamaan adalah

modifikasi dosis dan waktu pemberian obat, mengecek kadar serum kalium,

dan pengecekan tekanan darah pasien (Baxter, 2010).

6. Interaksi antara valsartan dengan furosemid

Jumlah kasus interaksinya yaitu sebesar 3 kasus. Interaksi kedua obat ini

termaksud kategori signifikansi klinis signifikan. Interaksi yang terjadi

merupakan interaksi farmakodinamik yaitu aditif. Mekanisme interaksinya

yaitu valsartan meningkatkan kadar serum kalium dan furosemid menurunkan

kadar serum kalium (Chelmow et al., 2014).

Penggunaan kedua obat ini secara bersamaan umumnya memiliki efek

aditif terkait penurunan tekanan darah dan umumnya masih dapat ditoleransi.

Managemennya yaitu ketika kedua obat ini digunakan secara bersamaan adalah

modifikasi dosis dan waktu pemberian obat, mengecek kadar serum kalium,

dan pengecekan tekanan darah (Baxter, 2010).

7. Interaksi antara micardis dengan furosemid

Jumlah kasus interaksinya yaitu sebesar 1 kasus. Interaksi kedua obat ini

termaksud kategori signifikansi klinis signifikan. Interaksi yang terjadi

merupakan interaksi farmakodinamik yaitu aditif. Mekanisme interaksinya

yaitu micardis meningkatkan kadar serum kalium dan furosemid menurunkan

kadar kalium serum (Chelmow et al., 2014).

Penggunaan kedua obat ini secara bersamaan umumnya memiliki efek

aditif terkait penurunan tekanan darah dan umumnya masih dapat ditoleransi.

Managemennya yaitu ketika kedua obat ini digunakan secara bersamaan adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

91

modifikasi dosis dan waktu pemberian obat, mengecek kadar serum kalium dan

pemantauan tekanan darah pasien (Baxter, 2010).

8. Interaksi antara captopril dengan furosemid

Jumlah kasus interaksinya yaitu sebesar 2 kasus. Interaksi yang terjadi

yaitu antara captopril dan furosemid. Captopril merupakan obat golongan

ACEI dan furosemid merupakan obat golongan diuretik kuat. Interaksi yang

terjadi antara kedua obat ini merupakan interaksi secara farmakodinamik yaitu

sinergisme dengan signifikansi klinis dari interaksi adalah minor dengan onset

tertunda dan menimbulkan efek hipotensi akut (Tatro, 2007). Terjadinya

peningkatan efek hipotensif ini bisa bersifat ekstrim sehingga dapat terjadi

resiko hiperkalemia bila kombinasi kedua obat ini tetap diberikan (Hasten and

Horn, 2002). Mekanisme terjadinya interaksi berkaitan dengan hilangnya

jumlah natrium dan air saat pemberian diuretik yang akan meningkatkan efek

hipotensi setelah pemberian ACE inhibitor (Baxter, 2010).

Manajemen dari interaksi adalah dengan melakukan penurunan dosis

diuretik (<80 mg) setidaknya 24 jam sebelum pemberian ACE inhibitor.

Respon dari dosis awal ACE inhibitor harus dimonitoring setidaknya selama 2

jam dari saat pemberian, pemberian ACE inhibitor harus dimulai dari dosis

yang paling rendah walaupun pada pasien dengan risiko rendah (Baxter,

2010).

9. Interaksi antara candesartan dengan furosemid

Jumlah kasus interaksinya yaitu sebesar 3 kasus. Interaksi kedua obat ini

termaksud kategori signifikansi klinis signifikan. Interaksi yang terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

92

merupakan interaksi farmakodinamik yaitu aditif. Mekanisme interaksinya

yaitu candesartan meningkatkan kadar serum kalium dan furosemid

menurunkan kadar serum kalium (Chelmow et al., 2014).

Penggunaan kedua obat ini secara bersamaan umumnya memiliki efek

aditif terkait penurunan tekanan darah dan umumnya masih ditoleransi.

Managemennya yaitu ketika kedua obat ini digunakan secara bersamaan adalah

modifikasi dosis dan waktu pemberian obat, mengecek kadar serum kalium dan

pemantauan tekanan darah pasien (Baxter, 2010).

10. Interaksi antara bisoprolol dengan furosemid

Jumlah kasus interaksinya yaitu sebesar 1 kasus. Interaksi antara kedua

obat ini termaksud kategori signifikansi klinis signifikan. Interaksi yang

terjadi merupakan interaksi farmakodinamik yaitu aditif. Mekanisme

interaksinya yaitu bisoprolol meningkatkan kadar serum kalium dan

furosemid menurunkan kadar serum kalium (Chelmow et al, 2014).

Bisoprolol merupakan obat golongan β-blocker yang dapat menyebabkan

retensi natrium dan air. Furosemid merupakan obat golongan diuretik yang

dapat menyebabkan peningkatan sekresi renin oleh ginjal. Penggabungan

kedua obat ini yaitu β-blocker menghambat peningkatan kadar renin dalam

plasma yang disebabkan oleh diuretik dan diuretik mengurangi retensi

natrium dan air yang disebabkan oleh β-blocker (Syamsudin, 2011)

Kombinasi kedua obat ini dapat menyebabkan kelainan elektrodiagram,

terjadinya peningkatan kadar trigliserida. Managemen yang perlu dilakukan

yaitu adanya pemantauan kadar kalium serum, tekanan darah, dan glukosa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

93

darah. Pasien dianjurkan untuk mencari bantuan medis jika mereka

mengalami pusing, lemah, pingsan, detak jantung lebih cepat atau tidak

teratur, atau hilangnya kontrol kadar glukosa darah (Baxter, 2010).

11. Interaksi obat antara furosemid dengan KCl/KSR pada peresepan terdapat 4

kasus. Interaksi obat antara furosemid dengan KCl/KSR merupakan interaksi

farmakodinamik yaitu antagonisme dan termaksud kategori signifikansi klinis

signifikan (Chelmow et al., 2014). Mekanisme yang terjadi yaitu KCl/KSR

meningkatkan kadar serum kalium dan furosemid menurunkan kadar serum

kalium. Managemennya yaitu adanya pengaturan dosis obat dan waktu

minum kedua obat tersebut (Baxter, 2010).

12. Interaksi obat antara furosemid dengan digoksin pada peresepan terdapat 1

kasus. Interaksi yang terjadi yaitu interaksi farmakodinamik sinergisme dan

termaksud kategori signifikansi klinis signifikan menurut Chelmow et al

(2014), kategori signifikansi klinis 1 menurut Tatro (2007), dan kategori

signifikansi klinis 3 menurut Hasten and Horn (2002).

Mekanisme yang terjadi yaitu furosemid meningkatkan efek dari digoxin.

Glikosida jantung menghambat natrium-kalium ATP-ase, yang berkaitan

dengan transportasi ion natrium dan kalium melintasi membran sel miokard,

sehingga meningkatkan aktivitas dan toksisitas dari digitalis. Adanya

peningkatan ekskresi kalium dan magnesium dapat mempengaruhi otot

jantung. Penggunaan bersamaan dapat menyebabkan toksisitas digitalis

(Baxter, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

94

Managemen yang dilakukan yaitu mengukur tingkat plasma kalium dan

magnesium ketika menggunakan obat ini dalam kombinasi. Perlu dipastikan

bahwa kadar kalium tetap dalam kisaran normal. Mencegah kerugian lebih

lanjut dengan pembatasan diet natrium atau penambahan diuretik hemat

kalium (Baxter, 2010).

13. Interaksi obat antara furosemid dengan ciprofloxacin pada peresepan terdapat

1 kasus. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi farmakodinamik

sinergisme dan termaksud kategori signifikansi klinis 5. Interaksi antara

furosemid dengan ciprofloxacin memiliki onset yang lambat, tingkat

keparahan interaksi minor dan dokumentasi obat belum pasti terjadi

(possible). (Tatro, 2007).

Mekanisme yang terjadi yaitu adanya peningkatan efek farmakologi dari

ciprofloxacin. Managemen yang dilakukan yaitu adanya pengaturan dosis

obat dan waktu minum kedua obat tersebut ( Baxter, 2010)

14. Interaksi obat antara captopril dengan glimepirid pada peresepan terdapat 3

kasus. Interaksi yang terjadi termaksud dalam interaksi obat farmakodinamik

yaitu sinergisme dan termaksud dalam kategori signifikansi klinis signifikan

(Chelmow et al, 2014). Penggunaan captopril dengan dosis 50-100 mg/hari

atau 25-50 mg dua kali sehari dapat meningkatkan efek glimepirid, sehingga

dapat menimbulkan risiko terjadinya hipoglikemia.

Captopril dapat meningkatkan efek glimepirid dan menurunkan kadar

kolseterol total di dalam tubuh sehingga terjadi penurunan LDL, penurunan

trigliserid dan peningkatan HDL (Baxter, 2010). Managemen yang dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

95

yaitu perlu adanya penyesuaian dosis obat baik captopril maupun glimepirid

dan melakukan monitoring kadar glukosa darah pasien, kadar klirens

kreatinin pasien (Chelmow et al,2014) dan (Hasnuddin, 2012).

15. Interaksi obat antara captopril dengan KCl/KSR pada peresepan terdapat 2

kasus. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi farmakokinetik pada proses

eliminasi dan termaksud kategori signifikansi klinis signifikan (Chelmow et

al, 2014), kategori signifikansi klinis 4 (Tatro, 2007). Mekanismenya yaitu

captopril dan KSR/KCl dapat meningkatkan kadar kalium serum sehingga

mengakibatkan retensi kalium. Captopril menghambat angiotensin converting

enzyme yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga

mengakibatkan penurunan sintesis aldosteron (Porth and Matfin, 2009).

Penghambatan sintesis aldosteron yang dihasilkan oleh captopril akan

berpengaruh terhadap kadar kalium dalam tubuh yaitu akan terjadi penurunan

ekskresi kalium. Kemudian dengan diberikannya kalium klorida saat

pemberian captopril akan menghambat eliminasi kalium klorida karena

penghambatan aktivasi reseptor aldosteron yang bertanggung jawab terhadap

ekskresi kalium (Porth and Matfin, 2009). Dihambatnya eliminasi kalium

klorida dan dihambatnya aktivasi reseoptor aldosteron akan meningkatkan

kadar kalium serum sehingga akan meningkatkan kejadian hiperkalemia

(Baxter, 2010). Kejadian hiperkalemia juga akan lebih tinggi, diakibatkan

ketidaknormalan ginjal (Mahdiana, 2011). Manajemen dari interaksi yang

terjadi adalah dengan menghentikan pemberian kalium klorida saat

pemberian captopril pada pasien, dilakukan monitoring serum kalium saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

96

pemberian captopril dan menyesuaikan suplemen kalium yang diperlukan

(Tatro, 2007) dan (Baxter, 2010).

16. Interaksi obat antara bisoprolol dengan KCl/KSR pada peresepan terdapat 1

kasus. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi farmakodinamik yaitu

sinergisme dan termaksud dalam kategori signifikansi klinis signifikan.

Mekanismenya yaitu penggunaan kedua obat ini meningkatkan kadar serum

kalium (Chelmow et al., 2014). Managemen yang dilakukan yaitu adanya

modifikasi dosis dan waktu pemberian obat serta pemantauan kadar serum

kalium (Baxter, 2010).

17. Interaksi obat antara diltiazem dengan CaCO3 pada peresepan terdapat 1

kasus. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi farmakodinamik yaitu

antagonisme dan termaksud dalam kategori signifikansi klinis signifikan.

Mekanisme yang terjadi yaitu CaCO3 mengurangi efek diltiazem (Chelmow

et al., 2014). Managemen yang dilakukan yaitu adanya pemantauan

efektivitas dari diltiazem dan modifikasi dosis serta waktu pemberian obat

(Baxter, 2010).

18. Interaksi obat antara gemfibrosil dengan novomix pada peresepan terdapat 1

kasus. Interaksi antara kedua obat ini termasuk dalam jenis interaksi

farmakokinetik pada proses distribusi dan ekskresi serta termaksud kategori

signifikansi klinis signifikan. Mekanisme interaksinya yaitu gemfibrosil dapat

meningkatkan efek novomix sehingga dapat menyebabkan hipoglikemia

(Chelmow et al, 2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

97

Gemfibrosil dapat berikatan kuat dengan protein ataupun albumin di

dalam plasma sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan dalam

pengikatan protein novomix, sehingga lebih banyak obat bebas yang

bersirkulasi di dalam plasma dan meningkatkan konsentrasi novomix di

dalam tubuh. Obat yang tidak berikatan dengan protein merupakan obat

bebas, aktif dan menimbulkan efek farmakologi (Baxter, 2010) dan

(Chelmow et al., 2014).

Gemfibrosil dapat meningkatkan efek novomix melalui adanya

mekanisme kompetisi pada sekresi tubulus ginjal dan adanya persaingan

pengikatan pada protein plasma. Gemfibrosil akan menghambat sekresi

novomix di tubulus ginjal sehingga konsentrasi plasma novomix meningkat

dan menimbulkan efek hipoglikemia (Baxter, 2010).

Gemfibrosil merupakan agonis dari peroxisome proliferator-activated

receptor-alpha (PPARα) yang mempunyai mekanisme kerja yaitu

memetabolisme lipid di hati. Mekanisme kerja gemfibrosil yaitu menurunkan

kadar kolesterol total, menurunkan LDL, menurunkan trigliserida, dan

peningkatan HDL (Zambon and Cusi, 2007).

Penurunan kadar kolesterol total di dalam tubuh dapat meningkatkan

sensitivitas insulin, sehingga dapat menurunkan resistensi insulin (Zambon

and Cusi, 2007). Penggunaan insulin bersamaan dengan gemfibrosil dapat

membantu mengontrol kadar glukosa darah pasien. Managemen yang

dilakukan adalah monitoring kadar glukosa darah pasien, dan penyesuaian

dosis kedua obat (Chelmow et al, 2014) dan (Zhou and Meibohm, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

98

19. Interaksi obat antara gemfibrosil dengan glimepirid pada peresepan terdapat 1

kasus. Interaksi antara kedua obat ini termasuk kategori signifikansi klinis 4.

Interaksi antara glimepirid dan gemfibrosil memiliki onset yang lambat,

tingkat keparahan yang moderat dan tingkat dokumentasi yang belum pasti

terjadi (possible). Interaksi antara kedua obat ini merupakan interaksi

farmakokinetik yaitu pada proses distribusi, metabolisme dan ekskresi

(Baxter, 2011) dan (Tatro, 2007).

Mekanisme interaksi obat yang terjadi yaitu gemfibrosil meningkatkan

efek glimepirid, sehingga dapat menyebabkan efek hipoglikemi (Chelmow et

al, 2014). Gemfibrosil merupakan inhibitor dari enzim CYP2C9 sedangkan

glimepirid di dalam tubuh di metabolisme oleh enzim CYP2C9. Gemfibrosil

sebagai inhibitor enzim CYP2C9 dapat menghambat metabolisme glimepirid

sehingga dapat meningkatkan konsentrasi glimepirid di dalam tubuh dan

menimbulkan terjadinya efek hipoglikemia (Lacy, 2012) dan (Tatro, 2007).

Gemfibrosil dapat meningkatkan efek glimepirid melalui mekanisme

kompetisi pada sekresi tubulus ginjal dan persaingan pengikatan pada protein

plasma. Gemfibrosil akan menghambat sekresi glimepirid di tubulus ginjal

sehingga dapat meningkatkan konsentrai plasma glimepirid dan menimbulkan

efek hipoglikemia (Baxter, 2010).

Gemfibrosil dapat berikatan kuat dengan protein atau albumin di dalam

plasma sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan dalam pengikatan

protein glimepirid, sehingga obat bebas yang bersirkulasi di dalam plasma

lebih banyak dan meningkatkan konsentrasi glimepirid di dalam tubuh. Obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

99

yang tidak berikatan dengan protein merupakan obat bebas, aktif dan dapat

menimbulkan efek farmakologi (Baxter, 2010) dan (Chelmow et al, 2014).

Gemfibrosil merupakan agonis dari peroxisome proliferator-activated

receptor-alpha (PPARα) yang mempunyai mekanisme kerja yaitu

memetabolisme lipid di hati. Mekanisme kerja gemfibrosil yaitu menurunkan

kadar kolesterol total, menurunkan LDL, menurunkan trigliserida, dan

peningkatan HDL (Zambon and Cusi, 2007).

Penggunaan glimepirid bersamaan dengan gemfibrosil dapat membantu

mengontrol kadar glukosa darah pasien. Managemen yang dilakukan kepada

pasien yaitu adanya monitoring kadar glukosa darah pasien dan pengaturan

dosis kedua obat (Chelmow et al, 2014) dan (Zhou and Meibohm, 2013).

20. Interaksi obat antara CaCO3 dengan alopurinol pada peresepan terdapat 4

kasus. Interaksi antara kedua obat ini termaksud dalam kategori signifikansi

klinis signifikan. Interaksi obat yang terjadi yaitu interaksi farmakodinamik.

Kalsium karbonat (CaCO3) menurunkan tingkat alopurinol dengan

menghambat penyerapan GI (Chelmow et al, 2014).

Alopurinol merupakan suatu analog purin yang merupakan isomer

hipoksantin. Alopurinol mengurangi sintesis asam urat dengan menghambat

xantin oksidase secara kompetitiif. Hal ini menyebabkan adanya penurunan

kadar asam urat plasma dan peningkatan kadar xantin dan hipoksantin yang

lebih larut dalam plasma dan mudah diekskresi. Adanya penggunaan kalsium

karbonat bersamaan dengan alopurinol mengakibatkan efektifitas kerja dari

alopurinol menurun. Managemenya yaitu perlu adanya penyesuaian dosis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

100

pengaturan interval pemberian dosis (Mozayani dan Raymon, 2012) dan

(Baxter, 2010).

21. Interaksi obat antara glimepirid dengan novomix pada peresepan terdapat 1

kasus. Interaksi kedua obat ini termaksud dalam kategori signifikansi klinis

signifikan. Interaksi yang terjadi yaitu interaksi farmakodinamik yaitu

sinergisme. Mekanisme interaksinya yaitu saling meningkatkan efek

(Chelmow et al, 2014). Managemennya yaitu adanya modifikasi dosis dan

waktu pemberian obat serta pemantauan kadar glukosa darah pasien (Baxter,

2010).

22. Interaksi obat antara simvastatin dengan digoksin pada peresepan terdapat 1

kasus. Interaksi antara kedua obat ini termaksud dalam kategori signifikansi

klinis signifikan. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi farmakodinamik

(Chelmow et al, 2014).

Mekanisme interaksinya yaitu simvastatinakanmeningkatkan tingkatatau

efek dari digoxin oleh P-glikoprotein (MDR1) sebesar 0,3 nanogram/ml.

Managemennya yaitu adanya penyesuaian dosis saat penggunaan kedua obat

ini secara bersamaan, pengaturan interval waktu minum obat (Baxter, 2010).

23. Interaksi antara amlodipin dengan klonidin

Jumlah kasus interaksinya yaitu sebesar 2 kasus. Interaksi yang terjadi

yaitu antara amlodipin yang merupakan obat golongan CCB dengan klonidin

yang merupakan obat golongan antihipertensi sentral. Interaksi yang terjadi

antara kedua obat ini mengakibatkan peningkatan efek hipotensif. Interaksi

yang terjadi merupakan interaksi farmakodinamik aditif dengan kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

101

signifikansi klinis 3. Kategori signifikansi klinis yang ketiga ini memiliki risiko

interaksi obat yang kecil, memiliki manfaat yang lebih banyak daripada risiko

yang ditimbulkan (Hasten and Horn, 2002). Managemennya yaitu adanya

modifikasi dosis dan waktu pemberian obat bila hendak digunakan secara

bersamaan dan adanya pemantauan tekanan darah pasien (Baxter, 2010).

24. Interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di Instalasi Rawat

Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember

2013 dengan jumlah kasus terbesar adalah interaksi obat antihipertensi yaitu

furosemid dengan CaCO3 (26 interaksi obat). Interaksi antara furosemid

dengan CaCO3 merupakan interaksi farmakodinamik yaitu antagonisme

Kategori signifikansi klinisnya yaitu minor atau tidak signifikan (Chelmow et

al., 2014).

Pada umumnya CaCO3 digunakan sebagai buffer dalam penanganan

kondisi asidosis metabolik yang biasanya terjadi pada hampir seluruh pasien

gagal ginjal karena adanya kesulitan dalam proses eliminasi buangan asam

yang merupakan hasil dari metabolisme tubuh (Sjamsiah, 2005). Furosemid

menurunkan kadar kalsium karbonat dengan meningkatkan klirens ginjal

(Chelmow et al., 2014). Managemennya yaitu adanya pengaturan dosis dan

waktu pemberian kedua obat (Baxter, 2010).

25. Interaksi obat antara furosemid dengan asam folat pada peresepan pasien

terdapat 21 kasus. Interaksi yang terjadi yaitu interaksi farmakodinamik

antagonisme. Furosemid menurunan kadar asam folat dengan meningkatkan

klirens ginjal. Kategori signifikansi klinisnya yaitu minor atau tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

102

signifikan (Chelmow et al., 2014). Managemennya yaitu adanya pengaturan

dosis dan waktu pemberian kedua obat (Baxter, 2010).

26. Interaksi obat antara furosemid dengan paracetamol pada peresepan terdapat

5 kasus. Menurut Tatro (2007), interaksi antara furosemid dengan

paracetamol termaksud dalam k4ategori signifikansi klinis 5. Interaksi antara

furosemid dengan paracetamol memiliki onset yang lambat, tingkat

keparahan interaksi minor dan dokumentasi interaksi obat kemungkinan tidak

terjadi (unlikely). Interaksi yang terjadi yaitu interaksi farmakokinetik pada

proses ekskresi.

Mekanisme dari interaksi obat antara furosemid dengan paracetamol

yaitu paracetamol menurunkan efek furosemid sehingga ekskresi

prostaglandin ginjal dan aktivitas renin plasma menurun (Tatro, 2007).

Manajemen yang dilakukan pada pasien yang menggunakan furosemid

dengan paracetamol yaitu dengan adanya pengaturan dosis obat dan waktu

pemberian kedua obat tersebut (Baxter, 2010).

27. Interaksi obat antara furosemid dengan lenal ace (kalsium asetat) pada

peresepan tedapat 3 kasus. Interaksi yang terjadi yaitu interaksi

farmakodinamik yaitu antagonisme. Kategori signifikansi klinis antara kedua

obat tersebut yaitu minor atau tidak signifikan. Mekanismenya yaitu

furosemid mengurangi tingkat kalsium asetat dengan meningkatkan klirens

ginjal (Chelmow et al., 2014). Managemennya yaitu pengaturan dosis dan

waktu minum kedua obat (Baxter, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

103

28. Interaksi obat antara furosemid dengan cefixim pada peresepan terdapat 3

kasus. Interaksi yang terjadi yaitu interaksi farmakodinamik yaitu sinergisme

dengan kategori signifikansi klinis minor atau tidak signifikan.

Mekanismenya yaitu cefixim meningkatkan toksisitas furosemid sehingga

menyebabkan nefrotoksisitas (Chelmow et al., 2014). Managemennya yaitu

adanya pengaturan dosis obat dan waktu minum kedua obat tersebut (Baxter,

2010).

29. Interaksi obat antara furosemid dengan gemfibrosil pada peresepan

terdapat 2 kasus. Interaksi antara kedua obat ini termaksud dalam kategori

signifikansi klinis 3 dan merupakan jenis interaksi obat farmakodinamik yaitu

sinergisme (Hastern and Horn, 2002). Mekanisme interaksi obat yang terjadi

belum diketahui secara pasti. Kombinasi kedua obat ini dapat menyebabkan

adanya kompetisi dan perpindahan furosemid oleh gemfibrosil dari tempat

pengikatan protein plasma sehingga terjadi diuresis. Managemen yang

dilakukan yaitu adanya pemeriksaan serum protein dan fungsi ginjal sebelum

pemberian gemfibrosil dengan furosemid. Jika kadar serum albumin pasien

rendah, maka total kadar pemberian gemfibrosil tidak boleh melebihi 500 mg

untuk setiap 1 g/100 ml konsentrasi albumin. Perlu dilakukan juga pengaturan

waktu minum obat (Baxter, 2010).

30. Interaksi obat antara HCT dengan novomix (pre-mixed insulinsatau insulin

kombinasi) pada peresepan terdapat 1 kasus. Interaksi antara novomix

dengan HCT termaksud dalam kategori signifikansi klinis minor atau tidak

signifikan dan merupakan jenis interaksi obat farmakodinamik yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

104

antagonisme (Chelmow et al, 2014). HCT mengurangi efek dari novomix,

sehingga menyebabkan efek hiperglikemia ( Brophy, 2010) dan (Chelmow et

al, 2014). Dosis HCT lebih besar dari 50 mg/hari dapat meningkatkan kadar

glukosa darah (Chelmow et al, 2014).

HCT dapat meningkatkan kadar kolesterol total di dalam tubuh sehingga

terjadi peningkatan LDL, peningkatan trigliserid dan HDL tidak mengalami

perubahan. Hal ini berakibat pada adanya penurunan sensitivitas insulin dan

toleransi terhadap glukosa di dalam tubuh, sehingga menimbulkan efek

hiperglikemia (Baxter, 2010).

Mekanisme lainnya yang dapat menimbulkan efek hiperglikemia adalah

adanya peningkatan kadar asam lemak bebas, penurunan sensitivitas insulin,

peningkatan produksi glukosa oleh hati dan efek inhibitor langsung terhadap

sekresi insulin. Koreksi terhadap hipokalemia melalui penggantian dengan

garam kalium dapat mencegah terjadinya intoleransi glukosa dan

mengembalikan sensitifitas insulin. Manajemen yang dilakukan adalah

modifikasi waktu pemberian kedua obat, monitoring kadar glukosa darah

pasien dan kadar klirens kreatinin pasien (Syamsudin, 2011).

31. Interaksi obat antara captopril dengan novomix (pre-mixed insulinsatau

insulin kombinasi) pada peresepan terdapat 1 kasus. Interaksi antara kedua

obat ini termaksud dalam interaksi farmakodinamik yaitu sinergisme

(Chelmow et al, 2014). Berdasarkan literatur Hasten and Horn (2002),

interaksi antara captopril dengan novomix termaksud kategori singifikansi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

105

klinis ketiga yang berarti kombinasi obat memberikan risiko atau tingkat

keparahan yang bersifat minor atau kecil.

Captopril meningkatkan efek novomix sehingga menimbulkan efek

hipoglikemia (Baxter, 2010) dan (Chelmow et al, 2014). Captopril dapat

meningkatkan sensitivitas insulin dan meningkatkan penggunaan glukosa.

Captopril dapat menurunkan kadar kolesterol total di dalam tubuh sehingga

terjadi penurunan LDL, penurunan trigliserida, dan peningkatan HDL. Hal ini

berakibat pada peningkatan sensitivitas insulin dan peningkatan toleransi

terhadap glukosa di dalam tubuh sehingga menimbulkan efek hipoglikemi

(Baxter, 2010).

Managemen yang dilakukan adalah pasien perlu menyadari adanya

peningkatan risiko hipoglikemia dengan tanda-tanda berupa takikardi,

berkeringat dan tremor. Dosis novomix dikurangi ketika digunakan dengan

captopril, atau adanya modifikasi waktu pemberian obat. Monitoring terhadap

glukosa darah pasien diperlukan saat pemberian, penghentian, dan

penggantian dosis bersamaan dengan penggunaan captopril (Hasten and

Horn, 2002) dan (Baxter, 2010).

32. Interaksi obat antara clonidin dengan glikuidon pada peresepan terdapat 2

kasus. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi farmakodinamik yaitu

antagonisme dan termaksud kategori signifikansi klinis minor atau tidak

signifikan. Mekanismenya yaitu clonidin menurunkan efek glikuidon

sehingga menyebakan hiperglikemi (Chelmow et al., 2014). Managemen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

106

yang dilakukan yaitu adanya modifikasi dosis dan waktu pemberian obat serta

pemantauan kadar glukosa darah pasien (Baxter, 2010).

33. Interaksi obat antara clonidin dengan novomix (pre-mixed insulins atau

insulin kombinasi) pada peresepan terdapat 1 kasus. Interaksi yang terjadi

merupakan interaksi farmakodinamik yaitu antagonisme dan termaksud

kategori signifikansi klinis minor atau tidak signifikan. Mekanismenya yaitu

clonidin menurunkan efek novomix sehingga menyebabkan hiperglikemi

(Chelmow et al., 2014). Managemen yang dilakukan yaitu adanya modifikasi

dosis dan waktu pemberian obat serta pemantauan kadar glukosa darah pasien

(Baxter, 2010).

34. Interaksi obat antara diltiazem dengan lansoprazol pada peresepan terdapat 1

kasus. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi farmakokinetik pada proses

metabolisme dan termaksud dalam kategori signifikansi klinis minor atau

tidak signifikan. Mekanisme yang terjadi yaitu diltiazem meningkatkan

tingkat atau efek lansoprazol dengan mempengaruhi metabolisme enzim

CYP450 3A4 di hati atau usus (Chelmow et al., 2014). Penggunaan

lansoprazol dengan diltiazem dapat meningkatkan konsentrasi substrat

plasma obat dari isoenzim CYP450 3A4. Managemen yang dilakukan yaitu

adanya modifikasi dosis dan waktu pemberian obat (Baxter, 2010).

35. Interaksi obat antara CaCO3 dengan SF/hemafort pada peresepan terdapat 2

kasus. Interaksi antara kedua obat ini termaksud dalam kategori signifikansi

klinis minor atau tidak signifikan. Interaksi obat yang terjadi yaitu interaksi

farmakokinetik pada proses absorbsi (Chelmow et al., 2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

107

Mekanisme interaksinya yaitu kalsium karbonat akan menurunkan

tingkat atau efek dari SF dengan meningkatkan pH lambung (Chelmow et al.,

2014). Kalsium dapat membentuk kompleks yang larut dengan besi sehingga

proses absorbsi menurun. Managemennya yaitu perlu adanya pengaturan

interval pemberian obat sehingga meminimalkan terjadinya pencampuran

kedua obat di dalam tubuh (Baxter, 2010).

36. Interaksi obat antara lenal ace dengan SF (hemafort) pada peresepan terdapat

1 kasus. Interaksi antara kedua obat ini termaksud dalam kategori signifikansi

klinis minor atau tidak signifikan. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi

farmakokinetik pada proses absorbsi (Chelmow et al., 2014).

Mekanisme interaksinya yaitu lenal ace menurunkan tingkat hemafort

dengan menghambat penyerapan di GI. Hemafort meningkatkan kadar lenal

ace dengan meningkatkan penyerapan di GI. Kalsium dapat membentuk

kompleks yang larut dengan besi sehingga proses absorbsi menurun.

Managemennya yaitu perlu adanya pengaturan interval pemberian obat

sehingga meminimalkan terjadinya pencampuran kedua obat di dalam tubuh

(Baxter, 2010) dan (Chelmow et al., 2014).

37. Interaksi obat antara lansoprazol dengan mucogard pada peresepan terdapat 4

kasus. Interaksi antara kedua obat ini termaksud dalam kategori signifikansi

klinis minor atau tidak signifikan. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi

farmakodinamik yaitu antagonisme. Mekanismenya yaitu mucogard

menurunkan tingkat lansoprazol dengan menghambat penyerapan GI

(Chelmow et al., 2014). Mucogard dapat menurunkan tingkat penyerapan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

108

lansoprazole sebanyak 30%. Managemennya yaitu adanya modifikasi dosis

dan waktu pemberian obat. Lansoprazol diberikan 30 menit sebelum

pemberian mucogard (Baxter, 2010).

38. Interaksi obat antara lansoprazol dengan sohobion (vitamin B1, B6, dan B12)

pada peresepan terdapat 4 kasus. Seseorang dikatakan mengalami defisiensi

vitamin B12 apabila konsentrasi serum vitamin B12 di dalam tubuh kurang

dari atau sama dengan 148 pmol/L (Mahdiana, 2011). Vitamin B12 di dalam

tubuh terlibat di dalam proses metabolisme yaitu pada produksi sel darah

merah, sintesis DNA, fungsi sistem saraf dan perbaikan sel. Gejala klinis

yang ditimbulkan dari defisiensi vitamin B12 yaitu anemia, neuropati perifer,

depresi dan gangguan kognitif (Katzung, 2013). Faktor risiko terjadinya

defisiensi vitamin B12 adalah karena faktor usia dan mengkonsumsi obat

yang dapat menurunkan konsentrasi vitamin B12 dalam tubuh (Syamsudin,

2011).

Interaksi yang terjadi antara kedua obat tersebut termaksud dalam

kategori signifikansi klinis minor atau tidak signifikan dengan jenis interaksi

yaitu farmakokinetik (Chelmow et al, 2014). Mekanisme yang terjadi

yaitulansoprazolmenurunkan tingkat atau efek dari sohobion dengan

menghambatpenyerapan di gastrointestinal. Adanya pengurangan dosis obat

dari lambung dan usus ke dalam tubuh. Lansoprazol melakukan penekanan

pada sekresi asam lambung sehingga menganggu penyerapan sohobion.

Managemennya yaitu adanya modifikasi dosis dan waktu pemberian obat

(Baxter, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

109

39. Interaksi obat antara amitriptillin dengan glikuidon pada peresepan terdapat 1

kasus. Interaksi antara kedua obat ini termaksud dalam kategori signifikansi

klinis minor atau tidak signifikan. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi

farmakodinamik yaitu sinergisme. Mekanismenya yaitu amitriptilin

meningkatkan efek glikuidon sehingga menimbulkan risiko terjadinya

hipoglikemi (Chelmow et al, 2014). Managemen yang dilakukan yaitu

modifikasi dosis dan waktu pemberian obat serta pemantauan kadar glukosa

darah pasien (Baxter, 2010).

40. Interaksi obat antara glimepirid dengan KSR/KCl pada peresepan terdapat 3

kasus. Interaksi antara kedua obat ini termaksud dalam kategori signifikansi

klinis minor atau tidak signifikan. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi

farmakodinamik yaitu sinergisme. Mekanismenya yaitu KSR meningkatkan

glimepirid sehingga menimbulkan risiko terjadinya hipoglikemi (Chelmow et

al, 2014). Managemen yang dilakukan yaitu modifikasi dosis dan waktu

pemberian obat serta pemantauan kadar glukosa darah pasien (Baxter, 2010).

41. Interaksi obat antara glimepirid dengan simvastatin pada peresepan terdapat 2

kasus. Menurut Tatro (2007), interaksi antara glimepirid dan simvastatin

termaksud dalam kategori signifikansi klinis 5. Interaksi antara kedua obat ini

memiliki onset yang lambat, tingkat keparahan interaksi minor, dan

dokumentasi interaksi obat kemungkinan tidak terjadi (unlikely). Interaksi

antara gilmepirid dan simvastatin termaksud dalam interaksi obat

farmakokinetik pada proses metabolisme (Galani and Vyas, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

110

Mekanisme dari interaksi kedua obat ini yaitu simvastatin meningkatkan

konsentrasi glimepirid sehingga dapat menimbulkan terjadinya efek

hipoglikemia (Tatro, 2007). Glimepirid di dalam tubuh dimetabolisme oleh

enzim CYP2C9, sedangkan simvastatin merupakan inhibitor dari enzim

CYP2C9. Simvastatin sebagai inhibitor enzim CYP2C9 akan menghambat

metabolisme glimepirid sehingga konsentrasi glimepirid meningkat di dalam

tubuh dan menimbulkan terjadinya efek hipoglikemia (Galani and Vyas,

2010) dan (Lacy, 2012).

Terjadinya efek hipoglikemia disebabkan oleh adanya peningkatan

pelepasan insulin di dalam tubuh, kurangnya konsumsi karbohidrat, dan

olahraga fisik yang terlalu berlebihan (Katzung, 2013). Managemen yang

dilakukan yaitu adanya monitoring terhadap kadar glukosa darah untuk

mewaspadai terjadinya efek hipoglikemia yang disebabkan oleh peningkatan

efek glimepirid dan adanya penyesuaian dosis glimepirid dan simvastatin

(Tatro, 2007).

42. Interaksi obat antara eclid (acarbose) dengan KCL/KSR pada peresepan

terdapat 1 kasus. Interaksi yang terjadi merupakan interaksi farmakodinamik

yaitu sinergisme dan termaksud dalam kategori signifikansi klinis minor atau

tidak signifikan. Kalium klorida meningkatkan efek dari eclid sehingga dapat

menyebabkan efek hipoglikemia. Interaksi terutama terlihat dalam

pengobatan hipokalemia (Chelmow et al, 2014). Managemen yang dilakukan

adalah monitoring kadar glukosa darah pasien dan penyesuaian dosis antara

eclid dengan kalium klorida (Lacy, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

111

43. Interaksi obat antara clopidogrel dengan simvastatin pada peresepan terdapat

1 kasus. Interaksi kedua obat ini termaksud kategori signifikansi klinis 5.

Interaksi antara clopidogrel dengan simvastatin memiliki onset yang lambat,

tingkat keparahan moderat dan tingkat dokumentasi interaksi obat

kemungkinan tidak terjadi (unlikely). Interaksi yang terjadi merupakan

interaksi farmakokinetik pada proses metabolisme.

Mekanismenya yaitu simvastatin menghambat konversi clopidogrel

menjadi bentuk aktifnya. Interaksi antara kedua obat ini bisa menyebabkan

rabdomiolisis. Clopidogrel merupakan inactive prodrug yang dimetabolisme

untuk menjadi metabolit yang aktif oleh isoenzim sitokrom P450, CYP2C19

dan CYP3A4. Beberapa golongan statin seperti simvastatin pada prinsipnya

dimetabolisme oleh CYP3A4, sehingga memungkinkan simvastatin dapat

menghambat aktivitas dari clopidogrel. Managemenya yaitu adanya

penyesuian dosis dan interval waktu pemberian obat (Baxter, 2010) dan

(Chelmow et al, 2014)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

112

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “ Studi Literatur Interaksi Obat Pada

Peresepan Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Instalasi Rawat Jalan RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Desember 2013” dapat

disimpulkan beberapa hal berikut ini :

1. Karakteristik pasien gagal ginjal kronik dengan persentase umur tertinggi yaitu

pada kelompok adult sebesar 58,5% (38 pasien). Jenis kelamin terbanyak

adalah laki-laki sebesar 62% (40 orang).

2. Gambaran umum pola peresepan pasien gagal ginjal kronik meliputi kelas

terapi obat yang paling banyak digunakan yaitu obat antihipertensi dengan

golongan obat terbanyak yaitu diuretik sebesar 30,9 %. Jumlah obat pada tiap

lembar rekam medik yang paling banyak diresepkan yaitu sebanyak tiga

sampai 4 jenis obat dan lima sampai enam jenis obat tiap lembar rekam medik

dengan persentase sebesar 41,5%. Cara pemberian obat yang paling banyak

diresepkan yaitu secara peroral sebesar 94,2%.

3. Persentase interaksi obat pada persepan pasien gagal ginjal kronik periode

Desember 2013 berdasarkan studi literatur sebesar 82 %.

4. Kategori signifikansi klinis yang paling banyak menurut Chelmow et al (2014)

adalah kategori signifikansi klinis minor sebanyak 79 interaksi obat. Menurut

Tatro (2007), kategori signifikansi klinis yang paling banyak adalah kategori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

113

signifikansi klinis 5 (minor) sebanyak 4 interaksi obat. Menurut Hasten and

Horn (2002), kategori signifikansi klinis yang paling banyak adalah kategori

signifikansi klinis ketiga sebanyak 5 interaksi obat.

B. Saran

Berdaasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun beberapa saran.

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait analisis kasus interaksi obat

secara prospektif pada pasien disertai wawancara secara terstruktur terkait

terapi yang diberikan oleh dokter pada pasien gagal ginjal kronik

2. Berdasarkan data studi literatur terkait interaksi obat pada peresepan pasien

gagal ginjal kronik, dapat dijadikan pihak RSUD Panembahan Senopati Bantul

sebagai pemetaan dan early warning system terkait interaksi obat yang dapat

membahayakan keadaan pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

114

Daftar pustaka

Ahmad, O.B., Pinto, C.B., Lopez, A.D., Murray, C.J., Lozano,R. and Inoue, M.,

2001, Age Standardization of Rates : A New WHO Standard, World

Health Organization, 8-14.

Albert, P., 2008, Drug-Drug Interaction in Pharmaceutical Development, John

Wiley and Sons, USA, pp. 2.

Aronson, J.K., 2009, Meyler’s Side Effects of Endocrine and Metabolic Drugs,

Elsevier, USA, pp. 452, 539.

Baradero, M., Dairit, W., Siswadi, Y., 2008, Klien Gangguan Ginjal, EGC,

Jakarta, hal. 130-135.

Basit, A., Riaz, M. and Fawwad, R., 2012, Glimepiride : evidence-based facts,

trends, and observations, Dovepress, 405.

Baxter, K., 2010, Stockley’s Drug Interactions, Ninth edition, Pharmaceutical

Press, China, pp. 623-650, 1125-1150.

Bettega, D., 2005, Kajian Pola Peresepan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

Ditinjau dari Dosis, Interaksi, Efek Samping dan Kontraindikasi Obat di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Black, H.R., and Elliot, W.J., 2007, Hypertension : A Companion to

Braundwald’s Heart Disease, Elsevier’s Health Sciences, Canada, pp.39-

41.

Black and Hawks, 2005, Medical Surgical Nursing Clinical Management for

Positive Outcomes, 7 th

ed., Elsivier Saunders, Missouri, pp.245.

Brophy, K.M., Ferguson, HS., Webber, K.S., Abrams, A.C., and Lammon, C.B.,

2010, Clinical Drug Therapy for Canadian Practice, Lippincott, Williams

and Wilkins, USA, 433-434.

Chelmow, D., Geibel, J., Grimm, L., Harris, J.E., Maron, D.J., Meyers,A.D., et

al., Drug Interaction Cherker, Medscape,

http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker, diakses pada

tanggal 1 Juni 2014.

Chisholm, A., Wells, B., Schwinghammer, L., Malone, M., Kolesar,M.,

Rotschafer, C., Dipiro, J., 2008, Pharmacotherapy Principles & Practice,

McGraw-Hill Companies, USA, pp. 357.

Corwin, E., 2009, Buku Saku Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, hal. 680-682.

Davey, P., 2006, Medicine At a Glance, Erlangga, Jakarta, pp. 258.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

115

Dharmeizar, 2012, Epidemiologi dan Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik,

PERNEFTRI, Yogyakarta, hal. 5-8.

Diantary, 2007, Evaluasi Penggunaan ACE Inhibitor pada Pasien Gagal Ginjal

Kronik di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, Jurnal Farmasi Indonesia, 3 (4),

189-190.

Dinesh, K.U., Subish, P., Pranaya, M., Shankar, P.R., Anil, S.K. and Durga, B.,

2007, Pattern of Potential Drug-Drug Interactions in Diabetic Outpatients

in a Tertiary Care Teaching Hospital in Nepal, Med J Malaysia, 296-297.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. and Posey, L.M.,

2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th

ed., McGraw-

Hill Companies, USA, pp. 858-862

Fink, Taylor, Greer, MacDonald, Rossini, Sadiq, Lankireddy, Kane, Wilt., 2012,

Chronic Kidney Disease Stages 1–3: Screening, Monitoring, and

Treatment, AHRQ Publication, United States of America, pp. 6-9.

Fujita, Y., Tamada, D., Kozawa, J., Kobayashi, Y., Sasaki, S., Kitamura, T., et al.,

2012, Successful Treatment of Reactive Hypoglycemia Secondary to Late

Dumping Syndrome Using Miglitol, Internal Medicine, 2581-2582.

Galany, V.J., and Vyas, M., 2010, In Vivo and In Vitro Drug Interactions Study of

Glimepiride with Atorvastatin and Rosuvastatin, J Young Pharm, 196-198.

Gunawan, M., 2002, Kajian Penggunaan Obat pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

nonhemodialisis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta Tahun 2000-2001: Pola Peresepan, Evaluasi Kontraindikasi,

dan Penyesuaian Dosis, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Hacker, M., Bachman, K., and Messer, W., 2009, Pharmacology Principles and

Practice, Elsevier Inc, USA, pp.304,305.

Hansten, P.D. and Horn, J.R., 2002, Managing Clinically Important Drug

Interactions, Facts and Comparisons, USA, pp.1-3, 50, 78-80, 395-400.

Hasnuddin, M., 2012, A Study On Drug-Drug Interaction Between Peridopril and

Glimepiride in Rats, Dissertation, Rajiv Gandhi University of Health

Sciences, Kartanaka, Bangalore, 11-12.

Huether, S.E., and McCance, K.L., 2008, Understanding Phatophysiology, 4th

edition, Mosby Inc an affiliate of Elsevier Inc, China, pp. 588-590.

Ignatavicius and Workman, 2009, Medical Surgical Nursing: Critical Thinking

for collaborative care, 5 th

ed., Elsevier Saunnder, Missouri, pp.281.

Ikawati, Z., Djumiani, S., dan Putu, D., 2008, Kajian Keamanan Pemakaian Obat

Antihipertensi di Poliklinik Usia Lanjut Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit

dr. Sardjito, Majalah Ilmu Kefarmasian, 5 (3), 157.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

116

Inzucchi, S., Bergenstal, R.M., Buse, J.B., Diamant, M., Ferrannini, E., Nauck,

M., et al., 2012, Management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes : A

Patient-Centered Approach, Position Statement of the American Diabetes

Association (ADA) and the European Association for the Study of Diabetes

(EASD), 1-2.

Izzo, J.L., Sica, D.A., and Black, H.R., 2008, Hypertension Primer : The

Essentials of High Blodd Pressure : Basic Science, Population Science,

and Clinical Management, 4th

edition, Lippincott Williams and Wilkins,

pp.144-145.

Kaka, 2001, Pola Peresepan Obat pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengna

Hemodialisis di Bagian Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Tahun 2000, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Kamaluddin dan Rahayu, 2009, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kepatuhan Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan

Hemodialisis di RSUD Prof. Dr. Margono. Soekarjo Purwokerto, Jurnal

Keperawatan Soedirman, 4(1), 20.

Kapadia, J., Thakor, D., Desai, C. and Dikshit, R.K., 2013, A Study of Potential

Drug-Drug Interactions in Indoor Patients of Medicine Department at a

Tertiary Care Hospital, Journal of Applied Pharmaceutical Science vol.3,

1-3.

Katzung, B.G., 2013, Basic and Clinical Pharmacology, 10 th

Edition,

diterjemahkan oleh Nugroho, A.W., Rendy, L. dan Dwijayanthi, L.,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 187-281.

Kurnia, Y., 2007, Interaksi Obat Yang Penting Di Klinik, Meditek., 15 (39), 20-29

Lacy,C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance, L.L., 2012, Drug

Information Handbook, American Pharmacist Association, Lexicomp,

pp.805-806.

Lacobellis, G., 2006, Drug-Drug Interaction in the Metabolic Syndrome, Nova

Sciences Publishers, New York, pp. 1-2.

Levin, A., Hemmelgarn, B., Culleton, B., Tobe, S., McFarlane, P., Ruzicka, M.,

Burns, K., Manns, B, White, C, Madore, F., Moist, L., Klarenbach, S.,

Barrett, B, Foley, R, Jindal, K., Senior, P., Pannu, N., Shurraw, S, Akbari,

A., Cohn, A., Reslerova, M., Deved, V., Mendelssohn, D., Nesrallah, G.,

Kappel, J., Tonelli, M., 2008. Guidelines for the management of chronic

kidney disease. CMAJ. 179(11), 1154-1162.

Madhu, T., and Sreedevi, A., 2013, A Studi of Socio Demographic Profile of

Geriatric Population is the Field Practice Area of Kurnool Medical

Cholage, Int J Res Dev Health, pp.69-71.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

117

Mahdiana, R., 2011, Panduan Kesehatan Jantung & Ginjal, Citra Medical,

Yogyakarta, hal. 19-30.

Milner, Q., 2004, Pathophysiology of chronic renal failure, British Journal of

Anesthesia, 3(5), 123-124.

Mittal, P., and Juyal, V., 2012, Drug-dietary interaction potential of garlic on

glimepiride treated type 2 diabetic Wistar rats, Journal of Diabetology, 1-

2.

Moyazani, A. and Raymon, L., 2012, Handbook of Drug Interaction, Second

Edition, Humana Press, USA, pp. 35-40.

Munif, A. and Imron, M., 2010, Metodelogi Penelitian Bidang Kesehatan, Sagung

Seto, Jakarta, hal. 107.

Nah, Y.K., 2007, Interaksi Obat yang Penting Dalam Klinik, Meditek, 24.

Nidhi, S., 2012, Concept of Drug Interaction, International Research Journal of

Pharmacy, 1-3.

NKUDIC, 2010, Kidney and Urologic Disease Statistic for the United States,

http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/kustats/.D, diakses pada

tanggal 5 Agustus 2014.

Notoadmodjo, S., 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta,

Jakarta, hal.27-28.

Nurachmah, E., dan Angriani, R., 2010, Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi,

Penerbit Saleba Medika, Jakarta, hal. 225.

Nurchayati, S., 2010, Analisa Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup

Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah

Sakit Islam Fatmawati Cilacap dan RSUD Banyumas, Tesis, 45,

Universitas Indonesia, Jakarta.

Pearle, T., and Monica, P., 2007, Ginjal Si Penyaring Ajaib, Indonesia Publishing

House, Bandung, hal.19-21.

Peradnyani, N., 2006, Studi Pustaka Interaksi Obat dengan Obat pada Pasien

Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2002, Skripsi, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta

Persatuan Nefrologi Indonesia, 2012, Persatuan Nefrologi Indonesia tahun 2013,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Porth, M.C., and Matfin, G., 2009, Pathophysiology : Concepts of Altered Health

States, 8th

edition, Wolters Kluwer Health, Lipincott Wiliams and Wilkins,

Philadelphia, pp.431-432.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

118

Price, A., dan Wilson, M., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,

EGC, Jakarta, hal. 944-965.

Raut, A. and Sonar, C., 2013, Clinically Significant Drug-Drug Interactions And

Their Association With Polypharmacy In Elderly Patients, Journal of

Advanced Scientific Research, 6.

Riset Kesehatan Dasar, 2013, Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Rojas, P., Sanchez, L., Santos, A., Gomez, M.P., Blanco, H., and Laguna , J. J.,

2013, Hypersensitivity to Repaglinide, J Investig Allergol Clin Immunol,

245-247.

RSUD Bantul, 2015, Data Perekapan Kunjungan Pasien, RSUD Panembahan

Senopati Bantul, Yogyakarta.

Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal: 117.

Sexton, J., Nickless, G. and Green, C., 2006, Pharmaceutical Care Made Easy,

Pharmaceutical Press, London, pp. 2-3.

Sheeja, V.S., Reddy, M.H., Joseph, J., 2010, Insulin Therapy In Diabetes

Management, International Journal of Pharmaceutical Sciences Review

and Research, 98.

Silverthorn, D., 2014, Fisiologi Manusia: Sebuah Pendekatan Terintegrasi, EGC,

Jakarta, hal. 652-653.

Sjamsiah, S., 2005, Farmakoterapi Gagal Ginjal, Penerbit Universitas Airlangga,

Surabaya, hal. 37-38.

Soenarso, E.H., 2004, Aspek Klinis Gagal Ginjal Kronis, Media Kartika., 2(1),

42.

Soeparman, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta, hal.25.

Sohewardi, S., Chogtu, B. and Faizal, P., 2012, Surveilance of The Potential

Drug-Drug Interactions in the Medicine Department of a Tertiary Care

Hospital, Journal of Clinical and Diagnostic Research, 1258-1260.

Sudoyo, A.W., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Ilmu Penyakit

Dalam, Jakarta, hal. 55.

Suwitra, K., 2006, Penyakit Ginjal Kronik : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 4 th

ed., Pusat Penerbitan Departemen dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta, hal.581-582.

Syaifuddin, H., 2011, Anatomi Fisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, hal. 447-448.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

119

Syamsir, A., dan Hadibroto, I., 2007, Gagal Ginjal: Informasi Lengkap untuk

Penderita dan Keluarga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, pp. 8-9.

Syamsudin, 2011, Interaksi Obat Konsep Dasar dan Klinis, Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Pres), Jakarta, pp. 1-12, 36-65, 69-77.

Tatro, D.S., 2007, Drug Interaction Facts, Wolters Kluwer Health, United States

of America, pp. 13-14, 761-770, 1005-1015.

Triplitt, C., 2006, Drug Interactions of Mediactions Commonly Used in Diabetes,

Diabetes Spectrum Journals, 202.

Wiffen, P., Mitchell, M., Snelling, M., and Stoner, N., 2007, Oxford Handbook of

Clinical Pharmacy, First edition, Oxford university press, pp. 247.

Wynn, G.H., Oesterheld, J.R., Cozza, K.L. and Armstrong, S.C., 2009, Clinical

Manual of Drug Interaction Principles for Medical Practice, Wilson

Boulevard, USA, pp. 4.

Zambon, A. and Cusi, K., 2007, The Role of Fenofibrate In Clinical Practice,

Diabetes and Vascular Disease Research, 15-16.

Zhou, H. and Meibohm, B., 2013, Drug-Drug Interactions for Therapeutic

Biologics, Jhon Wiley & Sons, USA, pp. 164-165.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

120

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

121

Lampiran 1. Surat Keterangan Izin Penelitian di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

122

Lampiran 2. Surat Keterangan Izin Penelitian di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Panembahan Senopati Bantul dari BAPPEDA Bantul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

123

Lampiran 3. Surat Keterangan Permohonan Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

125

Lampiran 4. Formulir Pengambilan Data Penelitian Peresepan Obat Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Instalasi Rawat Jalan

RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Desember 2013

No Tanggal

Pengobatan

No RM Pasien Diagnosa Medik

Terapi Obat yang diberikan Data Laboratorium dan data

klinis

Umur L/P Obat Rute

pemberian

Jenis Obat Regimen

dosis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

126

Lampiran 5. Daftar nama obat dengan nama dagang dan nama generik

No Nama Generik Nama Dagang

1 Clopidogrel Clopidogrel

2 Irbesartan Irbesartan, Irtan

3 Candesartan Candesartan

4 Valsartan Valsartan

5 Telmisartan Micardis

6 Amlodipin Amlodipin, Amdixal, Intervask

7 Nifedipin Nifedipin

8 Diltiazem Diltiazem

9 Captopril Captopril

10 Klonidin Klonidin

11 Bisoprolol Bisoprolol

12 HCT HCT

13 Furosemid Furosemid

14 ISDN ISDN

15 Digoksin Digoksin

16 Simvastatin Simvastatin

17 Gemfibrosil Gemfibrosil

18 Asam Folat Anemolat

19 Sulfasferrosus Hemafort

20 Eritropoetin Beta Recormon

21 Kalsium Karbonat Osteocal

22 Kalsium Asetat Lenal Ace

23 Vitamin B12 Sohobion

24 Calcium Polystyrene Sulfonat Kalitake

25 Kalium Klorida KSR

26 Mix Insulin Analog Novomix

27 Glikuidon Glidiab

28 Glimepirid Glimepirid

29 Akarbose Eclid

30 Alopurinol Alopurinol

31 Metoklopramid Metoklopramid

32 Ranitidin Ranitidin

33 Lansoprazol Lansoprazol

34 Sukralfat Mucogard

35 Betahistin Mesilat Vastigo, Versilon

36 Amitriptilin Amitriptylin

37 Parasetamol Parasetamol

38 Cefixim Cefixim

39 Ciprofloxacin Ciprofloxacin

40 Levofloxacin Levofloxacin

41 Ketoconazole Ketoconazole

42 Ambroxol Ambroxol

43 OBH OBH

44 Cetirizin Cetirizin

45 Betametason Betametason

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … · i studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien gagal ginjal kronik di instalasi rawat jalan rsud panembahan senopati bantul

127

BIOGRAFI PENULIS

Chelsyana Herdyani Nagi merupakan anak pertama

dari pasangan Bapak Kristoforus Nagi dan Ibu Yarit

Lette yang lahir pada tanggal 26 Juli tahun 1993.

Pendidikan dimulai dari Taman Kanak-Kanak St.

Maria Dili pada tahun 1997-1998, kemudian

pendidikan Sekolah Dasar Katolik St. Maria

Asumpta Kupang pada tahun 1999-2005. Penulis

melanjutkan pendidikan SMP di SMPK Kartini

Mataloko pada tahun 2005-2008, kemudian

pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAK

Frateran Ndao Ende pada tahun 2008-2011.

Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan di

Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama menjadi mahasiswa penulis mendapat

kesempatan untuk menjalankan Program Pengabdian

kepada Masyarakat yang didanai DIKTI, serta aktif

dalam kegiatan seperti menjadi Panitia Desa Mitra,

Pharmacy Days, Sumpahan Apoteker, Kampanye

Informasi Obat, dan Panitia Paskah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI