Upload
ngolien
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA AKTIF
PENANGKAP RADIKAL BEBAS, ANTIBAKTERI, DAN UV
PROTECTION EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa L.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan Oleh:
Elyn Prameswari
NIM: 118114110
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA AKTIF
PENANGKAP RADIKAL BEBAS, ANTIBAKTERI, DAN UV
PROTECTION EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa L.)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan Oleh:
Elyn Prameswari
NIM: 118114110
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini untuk :
Tuhan Yesus, sang Penyelamat yang selalu membimbingku
Kedua orang tuaku
Kedua kakakku
Almamaterku
Aku percaya pada keberuntungan dan aku menyadari semakin
aku bekerja keras semakin banyak keberuntungan yang aku
miliki -Thomas Jefferson-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
anugerah dan berkat – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi berjudul “Isolasi dan Identifikasi Golongan Senyawa Aktif
Penangkap Radikal Bebas, Antibakteri, dan UV Protection Ekstrak Rimpang
Kunyit (Curcuma longa L.)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis mengalami banyak kesulitan dan masalah dalam menyelesaikan
skripsi ini. Tetapi dengan adanya bantuan, dukungan, bimbingan, kritik, dan saran
dari berbagai pihak, akhirnya penulis mampu menghadapi segala kesulitan dan
masalah yang menghadang. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada:
1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Dr. rer. nat. Yosi Bayu Murti, Apt. selaku dosen pembimbing dan dosen
penguji atas kesabaran, bimbingan, arahan, masukan, perhatian, semangat dan
waktu yang diberikan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan waktu, kritik, dan saran yang bermanfaat untuk skripsi ini.
4. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah
memberikan waktu, kritik, dan saran yang bermanfaat untuk skripsi ini.
5. Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selalu mendukung,
membantu, dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitian
skripsi ini.
6. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku DPA yang telah mendukung selama
proses perkuliahan sampai proses pembuatan skripsi ini.
7. Papa, Mama, dan kakak Getty Rajasa atas kasih sayang dan dukungan yang
telah diberikan kepada penulis, baik secara moral maupun materil.
8. Vega Citrawati dan Leonardo Yoppy Eka Noviyanto selaku kakak dan
sahabat atas kasih sayang, dukungan, kritik, saran, canda tawa, dan semangat
yang diberikan kepada penulis.
9. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
10. Segenap Laboran Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
atas segala bantuan selama penulis melakukan penelitian di laboratorium.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
11. Tim skripsi dan sahabat penulis (Setio Agustin, Agustine Kurniawaty, Surya
Adhi Nugraha, Skolastika Feranda) atas kerjasama yang telah dilewati
bersama selama penelitian ini.
12. Veve, Shiro, kak Reny, Marshella, dan Ratna selaku teman dan pemberi
semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman – teman laskar intan: Nella, Iga, Yunika, Natry, mbak Wahyu, dan
Deivi atas semangat, dukungan, kegilaan, canda tawa, kritik, dan sarannya.
14. Teman – teman Fakultas Farmasi angkatan 2011 atas kerjasama, canda tawa,
dan memberi semangat.
15. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu atas bantuannya dalam pengadaan
bahan baku simplisia rimpang kunyit.
16. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang tidak dapat
disebutkan satu – persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
memohon maaf apabila terdapat hal – hal yang kurang berkenan, tidak lupa
penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat untuk
berbagai pihak yang membutuhkan dan menjadi sumbangan bagi ilmu
pengetahuan.
Penulis
Elyn Prameswari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA .............................................. vi
PRAKATA........... ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
INTISARI............. .................................................................................................. xv
ABSTRACT ...........................................................................................................xvi
BAB I PENGANTAR .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1. Permasalahan ......................................................................................... 2
2. Keaslian penelitian ................................................................................ 3
3. Manfaat penelitian ................................................................................. 5
B. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA....................................................................... 7
A. Kunyit ........................................................................................................... 7
1. Klasifikasi tanaman ............................................................................... 7
2. Deskripsi tanaman ................................................................................. 8
3. Kandungan kimia kunyit ....................................................................... 8
4. Khasiat dan kegunaan kunyit ................................................................ 9
B. Ekstraksi ..................................................................................................... 10
1. Maserasi .............................................................................................. 10
2. Triturasi ............................................................................................... 11
C. Kromatografi .............................................................................................. 12
1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)......................................................... 12
2. Kromatografi kolom ............................................................................ 14
D. Antioksidan ................................................................................................ 15
1. Reactive Oxygen Species (ROS) ......................................................... 15
2. Senyawa dan golongan senyawa antioksidan...................................... 16
3. Metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) .................................. 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
E. Antibakteri .................................................................................................. 19
1. Bakteri ................................................................................................. 19
2. Mekanisme antibakteri ........................................................................ 20
3. Resistensi bakteri................................................................................. 20
4. Golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri ..................... 21
5. Uji kualitatif antibakteri dengan metode bioautografi kontak ............ 21
6. Uji daya antibakteri dengan metode Kirby – Bauer ............................ 23
F. UV Protection ............................................................................................ 24
1. Radiasi ultraviolet pada kulit............................................................... 24
2. Tabir surya........................................................................................... 24
3. Uji aktivitas tabir surya dengan metode inhibition of bleaching
of -carotene ....................................................................................... 25
G. Landasan Teori ........................................................................................... 26
H. Hipotesis ..................................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 28
B. Definisi Operasional ................................................................................... 28
C. Bahan dan Alat Penelitian .......................................................................... 28
1. Bahan penelitian .................................................................................. 28
2. Alat penelitian ..................................................................................... 29
D. Tatacara Penelitian ..................................................................................... 29
1. Pengumpulan dan penyiapan bahan .................................................... 29
2. Ekstraksi .............................................................................................. 30
3. Optimasi fase gerak pada ekstrak kental rimpang kunyit ................... 31
4. Identifikasi golongan senyawa pada ekstrak kental rimpang
kunyit ................................................................................................... 32
5. Uji kualitatif penangkap radikal bebas ekstrak rimpang kunyit .......... 32
6. Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak rimpang kunyit.................. 33
7. Uji kualitatif aktivitas UV protection ekstrak rimpang kunyit ........... 36
8. Isolasi senyawa yang memiliki aktivitas penangkap radikal
bebas, antibakteri, dan UV protection ................................................. 37
9. Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas dan UV
protection pada isolat .......................................................................... 42
10. Uji daya antibakteri dengan metode Kirby – Bauer ............................ 43
11. Identifikasi golongan senyawa pada isolat .......................................... 44
12. Bagan alur penelitian ........................................................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 46
A. Pengumpulan dan Penyiapan Bahan .......................................................... 46
1. Pengumpulan bahan ............................................................................ 46
2. Susut pengeringan simplisia ................................................................ 47
3. Penyiapan bahan .................................................................................. 48
B. Ekstrak Kental Rimpang Kunyit ................................................................ 49
1. Ekstraksi .............................................................................................. 49
2. Susut pengeringan ekstrak ................................................................... 51
C. Optimasi Fase Gerak Ekstrak Kental Rimpang Kunyit ............................. 51
D. Identifikasi Golongan Senyawa dengan Reagen Semprot pada
Ekstrak Kental Rimpang Kunyit ................................................................ 54
E. Uji Aktivitas Penangkap Radikal Bebas DPPH, Antibakteri, dan UV
Protection pada Ekstrak Kental Rimpang Kunyit ...................................... 58
1. Uji aktivitas penangkap radikal bebas ................................................. 58
2. Uji aktivitas antibakteri dengan metode bioautografi kontak ............. 60
3. Uji aktivitas UV protection dengan metode inhibition of
bleaching of - carotene ..................................................................... 67
F. Isolasi Senyawa yang Memiliki Aktivitas Penangkap Radikal Bebas,
Antibakteri, dan UV Protection ................................................................. 72
G. Aktivitas Penangkap Radikal Bebas, Antibakteri, dan UV Protection
pada Isolat .................................................................................................. 76
1. Aktivitas penangkap radikal bebas DPPH pada isolat ........................ 76
2. Aktivitas antibakteri pada isolat .......................................................... 77
3. Aktivitas UV protection pada isolat .................................................... 81
H. Identifikasi Isolat Aktif ................................................................................. 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 85
A. Kesimpulan ................................................................................................. 85
B. Saran ........................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 86
LAMPIRAN.......... ................................................................................................. 91
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil identifikasi golongan senyawa pada ekstrak kental
rimpang kunyit................................................................................ 55
Tabel II. Kisaran nilai Rf ekstrak kunyit dengan metode bioautografi
kontak ............................................................................................. 62
Tabel III. Hasil uji aktivitas UV protection ekstrak rimpang kunyit.............. 71
Tabel IV. Profil KLT isolasi senyawa dengan fase gerak kloroform ............. 74
Tabel V. Hasil aktivitas UV protection pada isolat ....................................... 81
Tabel VI. Identifikasi golongan senyawa pada isolat ..................................... 83
Tabel VII. Aktivitas Isolat................................................................................ 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Molekul DPPH (radikal)................................................................. 18
Gambar 2. Struktur -carotene ........................................................................ 25
Gambar 3. Hasil optimasi fase gerak pada deteksi UV 254 nm ....................... 52
Gambar 4. Hasil optimasi fase gerak pada deteksi UV 254 nm ....................... 53
Gambar 5. Ekstrak rimpang kunyit pada deteksi secara fisik .......................... 54
Gambar 6. Ekstrak rimpang kunyit dengan reagen semprot ............................ 55
Gambar 7. Perbandingan nilai Rf antara standar kurkumin dan ekstrak
rimpang kunyit................................................................................ 58
Gambar 8. Hasil uji kualitatif penangkap radikal bebas DPPH ....................... 59
Gambar 9. Hasil uji antibakteri dengan bioautografi kontak ........................... 62
Gambar 10. Kontrol media ................................................................................. 65
Gambar 11. Hasil kontrol pertumbuhan bakteri ................................................. 66
Gambar 12. Hasil kontrol positif amoksisilin .................................................... 66
Gambar 13. Kurva optimasi intensitas cahaya ................................................... 69
Gambar 14. Perbandingan profil KLT ekstrak rimpang kunyit dan hasil
triturasi ............................................................................................ 72
Gambar 15. Perbandingan profil KLT pada UV 254 nm ................................... 73
Gambar 16. Perbandingan profil KLT pada UV 366 nm ................................... 73
Gambar 17. Alur isolasi senyawa aktif ekstrak rimpang kunyit ........................ 75
Gambar 18. Hasil uji kualitatif penangkap radikal bebas pada isolat
setelah 2 jam penyemprotan ........................................................... 76
Gambar 19. Hasil uji antibakteri ........................................................................ 78
Gambar 20. Kontrol media ................................................................................. 79
Gambar 21. Kontrol pertumbuhan bakteri S. aureus.......................................... 80
Gambar 22. Kontrol positif amoksisilin ............................................................. 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat determinasi rimpang kunyit .................................................. 91
Lampiran 2. Sertifikat hasil uji bakteri E. coli dan S. aureus ............................. 93
Lampiran 3. Foto simplisia kering rimpang kunyit............................................. 95
Lampiran 4. Perhitungan susut pengeringan simplisia rimpang kunyit .............. 96
Lampiran 5. Perhitungan rendemen ekstrak rimpang kunyit .............................. 98
Lampiran 6. Susut pengeringan ekstrak .............................................................. 99
Lampiran 7. Optimasi fase gerak kromatografi lapis tipis ................................ 101
Lampiran 8. Isolasi senyawa ............................................................................. 103
Lampiran 9. Identifikasi golongan senyawa dengan reagen semprot pada
isolat ............................................................................................. 107
Lampiran 10. Uji kualitatif penangkap radikal bebas, UV protection, dan
antibakteri ..................................................................................... 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
INTISARI
Perawatan kecantikan menggunakan lulur secara tradisional telah
digunakan sejak zaman nenek moyang dengan komponen utama rimpang kunyit
(Curcuma longa L.). Beberapa penelitian pada rimpang kunyit sering
menyebutkan kandungan pada kunyit adalah kurkuminoid yang memiliki aktivitas
terapetik yang luas, sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui golongan senyawa selain kurkuminoid yang memiliki aktivitas
sebagai penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection pada ekstrak
rimpang kunyit.
Rimpang kunyit diekstraksi dengan pelarut etanol 90% v/v. Uji
pendahuluan dilakukan secara kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Uji aktivitas sebagai penangkap radikal bebas dilakukan dengan metode DPPH,
antibakteri dengan metode bioautografi kontak, dan UV protection dengan metode
inhibition of bleaching of -carotene. Senyawa aktif hasil uji kualitatif tersebut
diisolasi dengan kromatografi kolom. Isolat yang diperoleh tersebut kemudian
kembali diuji aktivitas penangkap radikal bebas dilakukan dengan metode DPPH,
antibakteri dengan metode Kirby – Bauer, dan UV protection dengan metode
inhibition of bleaching of -carotene.
Hasil penelitian menunjukkan adanya senyawa yang memiliki aktvitas
penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection. Isolat pertama yang
diperoleh memiliki aktivitas penangkap radikal bebas dan UV protection,
sedangkan isolat kedua yang diperoleh memiliki aktivitas penangkap radikal
bebas, antibakteri, dan UV protection. Kedua isolat tersebut berdasarkan hasil
identifikasi merupakan golongan senyawa terpenoid.
Kata kunci :ekstrak rimpang kunyit, bercak aktif, isolasi, identifikasi golongan
senyawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
ABSTRACT
Main component of lulur is turmeric rhizome (Curcuma longa L.). The
major compounds in turmeric are curcuminoids which have been researched and it
had large therapeutic activity. This research aimed to find out the other substances
of turmeric extract besides curcuminoids which has activity as free radical
scavenger, antibacterial, and UV protection.
Turmeric was extracted with ethanol 90% v/v. Preliminary test completed
qualitatively by Thin Layer Chromatography (TLC) method. Activity test as a free
radical scavenger has been done by applying DPPH method, antibacterial activity
with bioautography assay, and UV protection with inhibition of bleaching of -
carotene assay. The active substances isolated with column chromatography.
Isolates were tested again as free radical scavenger with DPPH method,
antibacterial activity with Kirby – Bauer method, and UV protection with
inhibition of bleaching of -carotene assay.
The result found active isolates with free radical scavenger activity,
antibacterial, and UV protection. The first isolate has free radical scavenger and
UV protection, whereas the second isolate has free radical scavenger,
antibacterial, and UV protection. Both isolates identified as terpenoid.
Keywords : turmeric extract, active zone, isolation, identification of active
substance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Perawatan kecantikan secara tradisional merupakan salah satu
manifestasi kebudayaan yang diturunkan secara turun menurun dan telah menjadi
satu bentuk seni kecantikan. Perawatan kulit merupakan bagian dari perawatan
kecantikan yang telah dikenal sejak jaman dahulu kala dan telah menjadi bagian
dari kebudayaan masyarakat. Oleh karena itu, trend yang popular saat ini adalah
back to nature yaitu dengan menggunakan tumbuh – tumbuhan atau herbal
sebagai bahan utama dalam perawatan kecantikan. Hal ini disebabkan karena
bahan – bahan alami tersebut lebih dapat diterima oleh tubuh dibandingkan bahan
sintetik (Tarigan, Zuhra, dan Sihotang, 2008).
Salah satu perawatan tubuh yang sering dilakukan adalah dengan luluran.
Lulur telah dikenal sejak nenek moyang terutama oleh keluarga keraton sebagai
perawatan kecantikan kulit secara tradisional. Hal ini dilakukan karena ingin
memiliki kulit yang halus dan mulus agar tetap terjaga kebersihan dan
kesehatannya, lulur cocok digunakan untuk perawatan kulit tubuh bagi yang
tinggal di daerah tropis karena berudara panas, yang menyebabkan kulit tubuh
dengan mudah terkena sengatan matahari dan kotoran keringat. Bahan utama lulur
yang digunakan oleh nenek moyang adalah dengan memanfaatkan rimpang kunyit
yang dibuat dengan cara sederhana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kunyit yang telah dihaluskan menjadi bubuk akan menghasilkan minyak
yang mengandung antioksidan, sehingga lulur dapat menghaluskan kulit dan
membuat kulit lebih cerah. Kunyit juga bersifat mendinginkan, membersihkan,
menghilangkan bau yang tidak sedap, dan bersifat antibakteri. Oleh karena itu
sering digunakan sebagai kosmetik tradisional untuk perawatan kesehatan kulit
wajah dan tubuh.
Ekstrak etanolik rimpang kunyit (Curcuma longa L.) memiliki
kandungan kurkumin dan flavonoid yang merupakan golongan senyawa fenolik,
dan terpenoid (Chhetri, Yogol, Sherchan, Anupa, Mansoor, dan Thapa, 2008).
Saat ini, kunyit juga digunakan dalam formulasi sebagai tabir surya (Ganpati,
Bhaurao, Iranna, Dilip, dan Nilkanth, 2011). Oleh sebab itu, pada penelitian ini
dilakukan uji aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection
pada kunyit. Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak rimpang kunyit
kemudian dilakukan uji kualitatif dengan menggunakan lempeng KLT untuk
mengetahui zona bercak yang memiliki aktivitas untuk selanjutnya diisolasi
dengan kromatografi kolom dan dilanjutkan dengan uji aktivitas penangkap
radikal bebas, antibakteri, dan UV protection secara kualitatif pada isolat yang
didapatkan.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang
ditimbulkan adalah:
a. Apakah ekstrak rimpang kunyit memiliki aktivitas penangkap radikal
bebas, antibakteri, dan UV protection?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
b. Golongan senyawa apa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas
penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection selain
kurkuminoid yang terkandung pada ekstrak rimpang kunyit?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengamatan penulis, penelitian berjudul “Isolasi dan Identifikasi
Golongan Senyawa Aktif Penangkap Radikal Bebas, Antibakteri, dan UV
Protection Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.)” belum pernah
dilakukan. Penelitian mengenai rimpang kunyit yang terkait aktivitas antibakteri
pernah dilakukan oleh Naz, Jabeen, Ilyas, Manzoor, Azlam, dan Ali (2010) yang
menguji tentang aktivitas antibakteri pada kurkuminoid dan minyak atsiri dari
rimpang kunyit terhadap bakteri Bacillus subtilis, Bacillus macerans, Bacillus
licheniformis dan Azotobacter dengan menggunakan metode difusi sumuran. Pada
penelitian ini, kurkuminoid diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut
etanol, sedangkan minyak atsiri diekstraksi dengan cara hidrodistilasi yang
kemudian didilusi dengan menggunakan metanol. Penelitian lain terkait dengan
aktivitas antibakteri juga pernah dilakukan oleh Helen, Prinitha, Sree, Abisha, dan
Jacob (2012) yang menguji minyak atsiri, ekstrak metanol, ekstrak aseton, dan
ekstrak n-heksan rimpang kunyit terhadap bakteri Gram positif, Gram negatif,
serta fungi dengan metode Kirby – Bauer. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa berbagai macam ekstrak rimpang kunyit tersebut memiliki daya
antibakteri.
Aktivitas antioksidan rimpang kunyit pernah dilakukan oleh Choi (2009)
dengan menggunakan ekstrak metanolik rimpang kunyit yang diuji secara in vitro
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menggunakan metode DPPH, ABTS, dan FRAP menunjukkan bahwa ekstrak
metanolik rimpang kunyit dapat digunakan sebagai sumber antioksidan. Penelitian
terkait juga dilakukan oleh Nahak dan Sahu (2011) tentang evaluasi aktivitas
antioksidan pada ekstrak etanolik dari lima spesies kurkuma dan kandungan
fenolik total dengan menggunakan metode DPPH.
Revathy, Elumalai, Benny, dan Antony (2011) melakukan penelitian
mengenai isolasi, pemurnian, dan identifikasi kurkuminoid dari rimpang kunyit
dengan kromatografi kolom. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi pada
penelitian ini adalah n-heksan, kloroform, etil asetat, metanol, dan aseton yang
selanjutnya pemisahan kurkuminoid diuji dengan KLT menggunakan fase gerak
kloroform : metanol (95:5 v/v). Pemisahan terbaik ditunjukkan oleh ekstrak
aseton yang selanjutnya masing – masing kurkuminoid tersebut diisolasi dengan
menggunakan kromatografi kolom dan dilakukan pemurnian menggunakan
HPLC.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian – penelitian
sebelumnya adalah simplisia kering rimpang kunyit diperoleh dari B2P2TOOT.
Ekstraksi dilakukan dengan pelarut etanol 90% v/v yang kemudian dilakukan uji
aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection secara kualitatif
dengan kromatografi lapis tipis untuk mengetahui zona bercak yang memiliki
aktivitas tersebut, yang selanjutnya diisolasi dengan kromatografi kolom. Hasil
isolasi yang diperoleh tersebut kemudian dilakukan uji aktivitas kembali dengan
metode DPPH semprot untuk uji penangkap radikal bebas, metode Kirby - Bauer
untuk uji antibakteri¸ dan menggunakan metode inhibition of bleaching of –
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
carotene untuk uji UV protection. Selain itu, pada penelitian ini tidak berfokus
pada kurkuminoid seperti pada penelitian – penelitian sebelumnya melainkan
pada senyawa lain yang terdapat pada rimpang kunyit yang memiliki aktivitas
penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection.
3. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan tentang aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan
UV protection ekstrak rimpang kunyit dan golongan senyawa yang
memiliki aktivitas tersebut.
b. Manfaat praktis : Penelitian ini diharapkan mampu membuktikan khasiat
rimpang kunyit terhadap penggunaannya sebagai kosmetik tradisional
sehingga tidak hanya dimanfaaatkan pada lulur, tapi juga pada sediaan
kosmetik tradisional yang lain.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Membuktikan bahwa ekstrak rimpang kunyit memiliki aktivitas sebagai
penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui ekstrak rimpang kunyit memiliki aktivitas penangkap radikal
bebas, antibakteri, dan UV protection.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
b. Mengetahui golongan senyawa selain kurkuminoid yang bertanggung
jawab terhadap aktivitas penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV
protection pada ekstrak rimpang kunyit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kunyit
1. Klasifikasi tanaman
Tanaman kunyit menurut United States Department of Agriculture
(USDA) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Zingiberidae
Order : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma longa L.
Nama lain dari C. longa menurut United States Department of
Agriculture (USDA) adalah Curcuma domestica Valeton.
Kunyit (C. longa) di berbagai daerah di Indonesia dikenal dengan nama
kunir (Jawa), Hunik (Batak), kunyir (Lampung), temu kuning, kunir (Jawa),
koneng (Sunda), konyet atau temu koneng (Madura), kunidi (Sulawesi Utara),
kuminu (Ambon), rame (Irian) (Pangkalan Ide, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Deskripsi tanaman
Kunyit adalah tanaman tema tahunan. Kunyit merupakan tumbuhan
daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di dataran rendah lebih kurang
90 meter sampai ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Kunyit memiliki
batang pohon semu dan basah. Daunnya mirip dengan tumbuh – tumbuhan jenis
pisang – pisangan. Pelepah – pelepah daun kunyit yang dominan berwarna hijau
membentuk batang dengan helaian daun berbentuk bulat telur. Rimpangnya
memiliki banyak cabang dengan kulit luarnya berwarna jingga kecoklatan. Buah
daging rimpang kunyit berwarna merah jingga kekuning – kuningan. Tinggi
tumbuhan kunyit mampu mencapai 1 meter dan bunganya muncul dari pucuk
batang semu dengan panjang sekitar 10 – 15 cm dan berwarna putih (Thomas,
1989).
3. Kandungan kimia kunyit
Kunyit mengandung protein (6,3%), lemak (5,1%), mineral (3,5%),
karbohidrat (69,4%), dan air (23,1%). Minyak atsiri (5 – 8%) yang diperoleh
dengan cara destilasi uap mengandung α – phellanderene (1%), sabiene (0,6%),
cineol (1%), borneol (0,5%), zingiberene (25%), dan seskuiterpenes (53%).
Kandungan kurkuminoid pada kunyit yaitu kurkumin (77%), desmetoksikurkumin
(18%), dan bis – desmetoksikurkumin (5%). Kurkumin inilah yang memberi
warna kuning pada kunyit dan diduga memiliki aktifitas terapetik terbesar pada
kunyit. Kurkumin bersifat hidrofobik dan mudah larut dalam dismethylsulfoxide,
aseton, etanol, dan minyak. Selain itu, kurkumin memiliki nilai absorbansi
maksimum pada 425 nm. Warna kunyit/ kurkumin dapat berubah dari kuning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
menjadi merah gelap apabila berada pada kondisi yang asam (Rathaur, Raja,
Ramteke, dan John, 2012).
4. Khasiat dan kegunaan kunyit
Kunyit telah digunakan di India selama lebih dari 6000 tahun sebagai
obat, kosmetik, bumbu masak, pewarna, dan sebagainya (Rathaur, et al., 2012).
Di Indonesia, rimpang kunyit digunakan sebagai bumbu masak, sementara di
Eropa kunyit dipergunakan sebagai bahan baku kosmetika atau perwarna makanan
(Thomas, 1989). Selain itu, pengobatan tradisional Cina juga telah menggunakan
kunyit selama lebih dari 1000 tahun terutama untuk mengobati limpa, liver, dan
sakit perut. Kunyit juga digunakan untuk menstimulasi dan menurunkan tekanan
darah, mengurangi rasa sakit pada bagian abdominal, antibiotik, anti virus dan
analgesik (Rathaur, et al., 2012).
Kunyit juga dapat memiliki kemampuan sebagai bahan pengawet
makanan melalui mekanisme antioksidannya. Tidak hanya digunakan sebagai
bumbu dapur, kunyit juga dapat digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk
anoreksia, batuk, luka pada penderita diabetes, penyakit hepar, reumatik, sinusitis,
dan lain – lain. Kunyit memiliki efek biologis yang luas, termasuk didalamnya
yaitu sebagai anti – inflamasi, antioksidan, anti – karsinogenik, anti – mutagenik,
anti – koagulan, anti – fertilitas, anti – diabetes, antibakteri, anti – fungal, anti –
protozoa, anti fibrotik, anti – tukak lambung, dan hipokolesteremia (Rathaur, et
al., 2012).
Ekstrak rimpang kunyit menunjukkan aktivitas antioksidan yang
signifikan. Hasil studi ini menunjukkan bahwa kunyit memiliki kemampuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
menangkap radikal bebas, mengurangi besi kompleks, dan menghambat
peroksidasi (Tilak, Banerjee, Mohan, Devasagayam, 2004).
B. Ekstraksi
1. Maserasi
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan
penyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari
langsung. Cairan penyari yang sering digunakan adalah air, eter, etanol, atau
campuran etanol dan air (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik,
dan Produk Komplemen, 2010).
Parameter – parameter dasar yang mempengaruhi kualitas sebuah ekstrak
yaitu: bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal, cairan penyari yang
digunakan untuk ekstraksi, dan prosedur ekstraksi. Bagian tanaman yang
digunakan untuk ekstraksi dapat dari berbagai macam bagian tanaman seperti
dahan, ranting, daun, bunga, akar, buah, biji, dan lain – lain (Tiwari, Kumar,
Kaur, Kaur, dan Kaur, 2011). Cairan penyari yang digunakan untuk ekstraksi
harus memenuhi kriteria murah, mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia,
tidak toksik, netral, tidak mudah terbakar, selektif yang artinya dapat menarik zat
berkhasiat yang dikehendaki (Depkes RI, 1986). Pemilihan prosedur ekstraksi
didasarkan pada lamanya waktu ekstraksi, cairan penyari yang digunakan, pH
cairan penyari, temperatur, ukuran partikel jaringan tanaman, dan perbandingan
antara pelarut dan sampel (Tiwari, et al., 2011).
Maserasi adalah salah satu bentuk ekstraksi yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dengan cairan penyari dalam suatu wadah selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
beberapa hari. Proses yang mendasari maserasi adalah cairan penyari akan masuk
ke dalam sel melewati dinding sel sehingga isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan tergantikan oleh cairan penyari
yang konsentrasinya rendah. Peristiwa tersebut berulang hingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi
banyak digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam cairan penyari dan tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari (Depkes RI, 1986).
2. Triturasi
Triturasi merupakan salah satu bentuk teknik pemurnian suatu senyawa.
Pada umumnya pelarut yang bersifat non – polar seperti n – heksan, n – pentana,
dietil eter, digunakan untuk menghilangkan senyawa – senyawa pengotor yang
bersifat non – polar. Hal ini didasarkan pada prinsip “like dissolves like” yaitu
senyawa yang bersifat non – polar pada umumnya akan larut pada senyawa non –
polar dan tidak larut pada senyawa polar (Zala, Patel, Patel, Parmar, dan Sen,
2012).
Pada kondisi tertentu untuk dapat memperoleh larutan senyawa yang
diinginkan tidak hanya dapat diperoleh dengan pelarut tunggal saja, akan tetapi
membutuhkan campuran pelarut. Hal tersebut dimungkinkan karena kelarutan
senyawa tersebut lebih baik ketika dilarutkan dengan kombinasi pelarut
dibandingkan hanya dengan pelarut tunggal (Tan, Reed, Gahm, King, Seran,
Bostick, et al., 2008). Apabila menggunakan campuran dua macam pelarut, syarat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
utamanya adalah kedua campuran pelarut tersebut harus mampu bercampur secara
homogen (Zala, et al., 2012).
C. Kromatografi
1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara sederhana pada
identifikasi pendahuluan suatu senyawa. Metode ini juga bermanfaat pada
pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi dua fase yaitu fase
diam dan fase gerak. Data yang diperoleh dari metode ini berupa harga
Retardation factor (Rf) dan warna bercak kromatogram yang diperoleh dari
pengembangan bercak pada plat kromatografi lapis tipis (Rohyami, 2008). Nilai
Rf digunakan untuk menunjukkan posisi hasil pemisahan suatu senyawa secara
spesifik, yang dihitung dengan cara:
Rf (retardation factor) =
(Sherma dan Fried, 2003).
Kromatografi lapis tipis merupakan teknik kromatografi yang paling
sering digunakan untuk uji kualitatif senyawa – senyawa organik, isolasi senyawa
tunggal dari senyawa campuran, uji kuantitatif, dan sebagai isolasi preparatif.
Pada beberapa kasus tertentu, terkadang kromatografi lapis tipis digabungkan
dengan teknik kromatografi lainnya. Tersedia berbagai macam fase diam yang
dilapisi pada KLT maupun pada High Performance Thin Layer Chromatography
(HPTLC), yaitu: fase diam anorganik (silika atau silika gel dan alumina), fase
diam organik (polyamide, selulosa), fase diam organik polar yang terikat secara
kovalen dengan modifikasi pada matriks silika gel (diol, sianopropil, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
aminopropil), dan fase diam organik bersifat nonpolar (RP2, RP8, RP18) yang
memiliki kerapatan yang berbeda – beda. Selain itu, terdapat berbagai macam
pilihan fase gerak yang dapat digunakan untuk memisahkan campuran senyawa
yang bergantung pada selektivitas senyawa bedasarkan donor proton, penerima
proton, dan gaya dipol. Penyerapan sinar UV pada KLT, fase gerak tidak
memberikan pengaruh yang signifikan untuk deteksi senyawa dan untuk uji
kuantitatif. Hal tersebut dikarenakan fase gerak pada KLT akan menguap terlebih
dahulu sebelum dideteksi (Hajnos, Sherma, dan Kowalska, 2008).
Kelebihan dari metode KLT ini adalah metode preparasi yang paling
sederhana apabila dibandingkan dengan Gas Chromatography (GC) dan High
Performance Liquid Chromatography (HPLC). Selain itu, beberapa macam
sampel dapat dianalisis pada satu – satuan waktu hanya dengan satu lempeng KLT
atau lempeng HPTLC, sehingga dapat mempersingkat waktu dan juga
meminimalisir volume pelarut yang digunakan untuk tiap sampel. Baik larutan
standart maupun sampel juga dapat diletakkan pada satu lempeng yang sama
sehingga dapat memberikan akurasi dan presisi pada uji kuantitatif dengan
densitometer (Hajnos, et al., 2008). Pada teknik pemisahan dengan KLT, jumlah
sampel yang dibutuhkan lebih sedikit, fleksibel dalam pemilihan deteksi sampel,
memiliki jumlah kapasitas massa yang tinggi, mudah dilakukan, biaya yang
dikeluarkan lebih murah, dan tidak membutuhkan fasilitas laboratorium yang
modern (Sherma dan Fried, 2003).
Kekurangan dari metode KLT ini adalah tidak dapat menggunakan
pelarut yang memiliki viskositas yang tinggi (Hajnos, et al., 2008). Metode KLT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
juga memiliki efisiensi pemisahan yang rendah dan reprodusibilitas nilai Rf
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan apabila dibandingkan dengan HPLC dan GC
(Sherma dan Fried, 2003).
Setelah melakukan optimasi pemisahan dengan fase gerak dan
pengembangan teknik kombinasi, zona bercak perlu dilakukan deteksi lebih
lanjut. Hal tersebut dilakukan apabila bercak tidak berwarna ataupun tidak
berflorosensi, ataupun juga tidak menyerap lampu UV pada panjang gelombang
254 nm, maka bercak tersebut dapat dilihat melalui peredaman fluorosensi dengan
F-plates khusus yang mengandung indikator fluorosensi, atau bisa juga melalui
reagen deteksi dengan cara disemprot atau dicelup yang biasanya dapat diikuti
dengan pemanasan. Identifikasi golongan senyawa dari analit dapat menggunakan
reagen yang bersifat selektif. Salah satu contoh reagen yang digunakan adalah
reagen Dragendorff (KbiI4) yang digunakan untuk identifikasi adanya basa
heterosiklik (seperti alkaloid) (Hajnos, et al., 2008).
2. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom merupakan salah satu teknik kromatografi yang
paling sering digunakan karena mudah dalam pengoperasiannya. Kolom pada
kromatografi ini diisi dengan fase diam. Fase diam yang sering digunakan yaitu
silika dan alumina. Sampel yang akan dipisahkan secara kromatografi,
sebelumnya dicampur terlebih dahulu dengan fase diam dan kemudian
dimasukkan pada kolom kromatografi tersebut. Prinsip pemisahan pada
kromatografi kolom adalah fase gerak akan bergerak turun secara kapiler
melewati kolom tersebut hingga mencapai dasar kolom membawa analit yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
terlarut. Kelebihan lain yang dimiliki kromatografi kolom ini adalah hanya
membutuhkan pelarut dalam jumlah yang sedikit. Kromatografi kolom merupakan
variasi dari preparasi sampel secara KLT karena fase diam yang digunakan dapat
sama dengan fase diam yang digunakan pada KLT (Hostettmann, Marston,
Hostettmann, 1997).
Kromatografi kolom merupakan salah satu jenis kromatografi adsorpsi
yang sering digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa organik. Hal
tersebut dikarenakan senyawa organik memiliki kelarutan yang rendah dengan
pelarut air atau campuran antara pelarut organik dan air sehingga hasil pemisahan
senyawa akan lebih baik apabila dibandingkan dengan kromagrafi cair fase
terbalik (Hurtubise, 2010).
Metode step – gradient chromatography adalah suatu metode elusi pada
kromatografi dengan perubahan fase gerak yang satu dengan fase gerak lainnya
secara bertahap. Prinsip utama dengan adanya perubahan gradien pada fase gerak
adalah untuk meningkatkan kekuatan elusi dari fase gerak, sehingga salah satu
senyawa dari analit akan bercampur dengan fase gerak yang sesuai (Wu, Liang,
dan Berthod, 2012).
D. Antioksidan
1. Reactive Oxygen Species (ROS)
Oksigen yang dihirup dalam proses pernapasan berperan dalam reaksi
intermediet yang disebut sebagai reactive oxygen species (ROS). Reactive oxygen
species (ROS) yang berlebih dalam tubuh ini dapat merusak protein, lemak, dan
DNA, yang mengakibatkan stress oksidatif, yaitu ketidakseimbangan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
oksidan dan antioksidan dalam proses oksidasi, hal ini diduga sebagai penyebab
penuaan dini dan berbagai macam penyakit pada manusia (Choi, 2009).
Reactive oxygen species pada kondisi fisiologis normal akan tersimpan
pada organel sel spesifik, yang kemudian akan dimusnahkan oleh sel fagositosis.
Reaksi reduksi dari molekul oksigen (O2) menjadi air (H2O) adalah dengan
melalui transfer elektron tunggal, oleh karena itu, akan terjadi reaksi intermediet
seperti superoksida anion (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), dan hidroksiradikal
(HO•) yang akan tersimpan dalam mitokondria. Beberapa enzim sitokrom P – 450
juga dapat mereduksi O2 menjadi O2- secara langsung. Sehingga diperlukannya
suatu mekanisme perlindungan terhadap ROS (Tringali, 2001).
2. Senyawa dan golongan senyawa antioksidan
Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menghambat proses
oksidasi dengan cara menghambat polimerisasi rantai yang diawali dengan adanya
radikal bebas yang kemudian dilanjutkan dengan reaksi oksidasi (Cespedes,
Morales, Avila, Hafidi, Alarcon, dan Lopez, 2009). Mekanisme perlindungan
ROS enzimatik yaitu superoxide dismute (SOD) yang mengkatalisis O2- menjadi
O2 dan H2O2. H2O2 ini kemudian dimetabolisme kembali menjadi O2 dan H2O.
Selain itu, juga diperlukan antioksidan non – enzimatik seperti vitamin E untuk
membantu meminimalisir konsentrasi HO• yang ada pada membran sel. Sebuah
titik kritis terjadi ketika pengumpulan dan detoksifikasi ROS dalam sel, dimana
dengan adanya penyakit, usia, senyawa – senyawa kimia seperti obat, pestisida,
herbasida, serta berbagai macam polutan dapat merusak mekanisme perlindungan
tubuh terhadap radikal bebas (Tringali, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Antioksidan sintetis yang telah lama digunakan yaitu butylated hydroxy
toluene (BHT), butylated hydroxyanisole (BHA), propylgallate, dan tert – butyl
hydroquinone, akan tetapi penggunaan BHA dan BHT ini diduga dapat
menginduksi kerusakan hati dan bersifat karsinogenik, sehingga diperlukan
sumber antioksidan lain yang dapat berasal dari bahan alam yang lebih aman
untuk dikonsumsi (Choi, 2009). Antioksidan alami yang terdapat pada tumbuhan
yaitu seperti α – tocopherol, asam askorbat, karotenoid, flavonoid, dan senyawa –
senyawa fenolik. Vitamin E (α – tocopherol), merupakan antioksidan alami yang
efektif akan tetapi penggunaannya terbatas. Sehingga, industri makanan dan
pengobatan mengembangkan antioksidan alami yang berasal dari tumbuh –
tumbuhan (Tringali, 2001).
Curcuma longa memiliki pigmen kekuningan yang merupakan senyawa
golongan fenolik yang memiliki peran sebagai penangkap radikal bebas, dimana
senyawa golongan tersebut menurut Pundir dan Jain (2010) larut dalam etanol.
Flavonoid dan tanin merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penangkap
radikal bebas karena ketiga senyawa tersebut adalah senyawa fenol yaitu senyawa
dengan gugus –OH yang terikat pada cincin aromatik, sehingga juga terlarut
dalam etanol (Kuntorini, Astuti, dan Miliana, 2011). Ekstrak etanolik rimpang
kunyit mengandung golongan senyawa saponin, terpenoid, dan flavonoid
(Chhetri, et al., 2008). Senyawa – senyawa golongan fenolik memiliki satu atau
lebih cincin aromatis dengan satu atau lebih gugus hidroksil tersebut berpotensi
menangkap senyawa – senyawa radikal bebas dengan membentuk resonansi
radikal fenoksil stabil dan juga dengan reaksi reduksi oksidasi (Choi, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3. Metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)
Metode radikal bebas 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) merupakan
uji antioksidan yang stabil dalam suhu ruang dan dapat berkurang dengan adanya
molekul antioksidan yang ditandai dengan perubahan warna dari violet menjadi
tidak berwarna dalam larutan etanol (Garcia, Oldoni, Alencar, Reis, Loguercio,
dan Grande, 2012).
Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, cepat, dan mudah
untuk skrining aktivitas penangkap radikal beberapa senyawa, selain itu metode
ini terbukti akurat dan praktis (Rastuti, 2012). Hasil yang didapatkan dengan
metode ini bersifat reprodusibel dan sebanding dengan metode penangkap radikal
bebas lainnya (Kedare dan Singh, 2011).
Kekurangan dari metode DPPH ini adalah DPPH memiliki halangan
sterik yang cukup besar, sehingga molekul yang kecil lebih memungkinkan untuk
bereaksi dengan DPPH dibandingkan dengan molekul yang besar (Bergeron,
Carrier, dan Ramaswamy, 2012). Selain itu, DPPH hanya dapat larut pada pelarut
organik dan tidak dapat mengukur aktivitas antioksidan dalam plasma karena
protein dalam plasma akan terpresipitasi pada pelarut alkohol (Kedare dan Singh,
2011). Senyawa DPPH memiliki radikal bebas yang terdelokalisasi pada
molekulnya, sehingga memberikan warna ungu (Kedare dan Singh, 2011).
Gambar 1. Molekul DPPH (radikal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Metode DPPH juga dapat dikembangkan dengan KLT dimana lempeng
KLT yang telah mengandung senyawa sampel tersebut dan telah dielusi, dicelup
atau disemprot dengan larutan DPPH yang telah diketahui konsentrasinya. Metode
ini bertujuan sebagai langkah awal untuk mengetahui adanya sampel yang
mengandung antioksidan (Komsta, Hajnos, dan Sherma, 2014). Menurut Ngan
(cit., Marliana, 2007) zona bercak yang berubah warna menjadi keputih – putihan,
kekuning – kuningan, atau kuning pada sinar tampak setelah disemprot dengan
DPPH diidentifikasi sebagai antioksidan.
E. Antibakteri
1. Bakteri
Bakteri merupakan organisme (bentuk unsur terkecil yang sudah
memiliki kehidupan) bersel tunggal yang mudah ditemui di dalam tubuh ataupun
di luar tubuh (kecuali cairan darah dan cairan tulang belakang) (Utami, 2012).
Bakteri secara global dibagi dalam dua kelompok besar setelah diwarnai menurut
metode sarjana Denmark dr. Gram, yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram
negatif (Tjay dan Rahardja, 2007).
Infeksi pada kulit, seringkali disebabkan oleh jamur, Staphylococcus
aureus, dan Streptococcus sp (Kareru, et al.,2010). Staphylococcus aureus
merupakan bakteri Gram positif yang dapat menyebabkan berbagai macam infeksi
pada manusia seperti menyebabkan lesi pada kulit, sedangkan infeksi serius dari
bakteri ini dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, infeksi saluran kemih.
Selain itu, bakteri ini juga dapat menyebabkan keracunan makanan karena
melepaskan enterotoxin ke dalam makanan dan menyebabkan shock sindrom
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dengan adanya pelepasan superantigens pada aliran darah. Escherichia coli
merupakan bakteri Gram negatif yang umumnya ada pada saluran pencernaan
manusia, tetapi kadang – kadang bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi pada
manusia (Lodhia, Bhatt, dan Thaker, 2009).
2. Mekanisme antibakteri
Antibakteri berdasarkan mekanisme kerjanya dibagi menjadi dua macam,
yaitu: antibakteri bersifat bakterisidal dan bersifat bakteriostatik. Dikatakan
bakterisidal karena antibakteri tersebut pada dosis biasa berkhasiat mematikan
bakteri, sedangkan bersifat bakteriostatik karena antibakteri tersebut pada dosis
biasa mampu menghambat pertumbuhan atau perkembangbiakan suatu bakteri
dimana pemusnahannya dilanjutkan dengan sistem pertahanan tubuh sendiri
dengan cara fagositosis (‘dimakan’ oleh limfosit) (Tjay dan Rahardja, 2007).
Prinsip terapi secara umum dengan antibakteri yaitu: suatu antibakteri seharusnya
membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri tanpa membahayakan tubuh
manusia sebagai inangnya, dan obat terpenetrasi ke jaringan tubuh yang dituju,
serta menuju ke bakteri target secara spesifik. Intinya, antibakteri bersifat efektif
atau poten dengan efek samping yang rendah, atau memiliki toksisitas selektif
terhadap bakteri patogen yang dituju (Nugroho, 2012).
3. Resistensi bakteri
Resistensi merupakan kemampuan alami bakteri untuk tidak terpengaruh
terhadap agen antibakteri (Nugroho, 2012). Salah satu penyebab terjadinya
resistensi ini adalah penggunaan antibakteri yang tidak rasional. Oleh sebab itu,
dikembangkan penemuan senyawa baru sebagai antibakteri yang salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
sumbernya berasal dari tanaman. Berbagai macam bagian tanaman telah
digunakan untuk perawatan kulit sebagai antibakteri dan antifungi seperti daun,
ranting, akar, kulit batang, ataupun buah yang diaplikasikan secara topikal.
Sediaan dalam bentuk gel, krim, dan sabun yang mengandung berbagai macam
ekstrak tanaman telah digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit pada
kulit yang disebabkan oleh infeksi mikroba (Kareru, Keriko, Kenji, Thiong’o,
Gachanja, dan Mukiira, 2010).
4. Golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri
Telah dilaporkan bahwa berbagai macam ekstrak rimpang kunyit dapat
menimbulkan efek antibakteri pada bakteri patogen baik pada bakteri Gram
negatif maupun bakteri Gram positif. Efek yang diberikan kunyit pada bakteri
Gram positif yaitu, S. aureus dan Staphylococcus epidermidis. Efek yang
diberikan kunyit pada bakteri Gram negatif yaitu E. coli, Pseudomonas
aeruginosa, dan Salmonella typhimurium (Singh, Chandra, Bose, dan Luthra,
2002).
Rimpang kunyit dapat menghambat pertumbuhan jamur, virus, dan
bakteri karena mengandung berbagai senyawa diantaranya adalah kurkumin dan
minyak atsiri. Senyawa sesquiterpen dalam minyak atsiri kunyit merupakan
turunan dari senyawa terpen seperti alkohol yang bersifat bakterisida (Warnaini,
2013).
5. Uji kualitatif antibakteri dengan metode bioautografi kontak
Bioautografi merupakan metode skrinning mikrobiologi yang pada
umumnya digunakan sebagai uji pendahuluan dalam rangka untuk mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
ada tidaknya aktivitas antibakteri pada analit. Kelebihan dari metode ini adalah
sensitif, sederhana, murah, tidak membuang waktu, dan tidak membutuhkan
peralatan dengan teknologi yang tinggi. Metode bioautografi yang akan digunakan
adalah bioautografi yang dikombinasikan dengan teknik Kromatografi Lapis Tipis
(KLT), sehingga sering juga disebut sebagai bioautografi kontak. Prosedur pada
metode bioautografi sama seperti prosedur yang digunakan pada metode difusi
agar. Perbedaannya adalah senyawa uji akan berdifusi ke media agar dari lempeng
KLT. Hal tersebut dilakukan dengan cara lempeng KLT atau kromatografi kertas
yang telah berisi senyawa uji diletakkan pada medium agar yang telah
diinokulasikan bakteri atau jamur tersebut selama beberapa menit atau jam supaya
mengalami difusi. Selanjutnya, lempeng tersebut diambil dan lapisan agar
diinkubasi. Maka akan muncul zona hambat dimana senyawa antimikroba tersebut
telah kontak dengan medium agar (Choma, dan Grzelak, 2010).
Bioautografi merupakan metode yang efektif untuk mendeteksi adanya
senyawa antibakteri pada senyawa – senyawa kompleks, hal tersebut dikarenakan
metode ini memfasilitasi senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri terlokalisasi
secara langsung dari lempeng KLT yang kontak dengan mikroorganisme.
Sehingga metode ini cocok untuk penemuan senyawa antibakteri baru yang
berasal dari tumbuh – tumbuhan ataupun dari senyawa alam lainnya. Bioautografi
dapat digunakan sebagai awalan untuk tahap isolasi selanjutnya, sehingga tidak
membuang waktu untuk mengisolasi senyawa yang tidak memiliki aktivitas
antibakteri karena dapat mengetahui lokasi senyawa yang memiliki aktivitas
(Suleiman, McGaw, Naidoo, dan Eloff, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
6. Uji daya antibakteri dengan metode Kirby – Bauer
Metode Kirby – Bauer disc diffusion merupakan metode yang paling
sering digunakan untuk menguji daya antibakteri dengan menggunakan paper disc
yang mengandung berbagai macam senyawa aktif dengan volume yang diketahui.
Paper disc yang telah berisi senyawa aktif tersebut kemudian diinokulasikan pada
media agar yang telah mengandung bakteri uji (Vasanthakumari, 2009). Media
agar yang digunakan pada metode ini adalah Mueller – Hinton agar (Gillespie,
1994). Daya antibakteri ditentukan dengan adanya zona hambat yang terbentuk di
sekitar disc yang mengandung senyawa aktif. Hal tersebut dapat terjadi karena
senyawa aktif akan berdifusi dari disc ke medium untuk menghambat
pertumbuhan bakteri uji di sekitar daerah paper disc (Vasanthakumari, 2009).
Ukuran zona hambat dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas
media biakan, kecepatan difusi antibiotik, konsentrasi antibiotik pada paper disc,
sensitivitas organisme terhadap antibiotik, dan interaksi antibiotik dengan media.
Selain itu, suatu zat yang ditemukan mempunyai efek signifikan tidak boleh
digunakan untuk terapi secara langsung karena dimungkinkan zat tersebut
memiliki efek samping signifikan pada sistem yang diobati (Harmita, Radji,
2006).
Kelebihan metode ini adalah metode ini relatif mudah dilakukan karena
tidak memerlukan peralatan khusus, relatif murah, dan juga bersifat fleksibel
dalam pemilihan disc yang akan digunakan untuk uji. Kelemahan dari metode ini
adalah tidak dapat digunakan secara akurat untuk bakteri yang pertumbuhannya
lambat (Jorgensen dan Ferraro, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
F. UV Protection
1. Radiasi ultraviolet pada kulit
Kulit merupakan organ terluar dan terbesar yang paling rentan terhadap
bahaya sinar matahari karena kulit terpapar secara langsung oleh sinar matahari.
Ketika kulit mamalia terpapar radiasi ultraviolet dalam waktu yang lama, akan
menginduksi oksidatif stress dengan adanya spesies oksigen reaktif yang dapat
menyebabkan kanker kulit pada seseorang. Selain itu, paparan sinar ultraviolet
juga dapat mengakibatkan yaitu edema, eritema, pembentukan sel – sel yang
terbakar, hiperplasia, immunosupresi, kerusakan DNA, penuaan dini, dan
melanogenesis. Salah satu mekanisme tubuh untuk melindungi sel – sel kulit dari
paparan sinar ultraviolet yaitu dengan adanya pigmen melanin yang dapat
menyerap sinar ultraviolet. Jumlah melanin yang terbentuk tersebut pada kondisi
tertentu terkadang tidak cukup untuk melindungi kulit dari paparan sinar
ultraviolet, sehingga diperlukan sebuah strategi untuk melindungi kulit dari radiasi
sinar ultraviolet dengan menggunakan tabir surya untuk menetralkan spesies
oksigen reaktif dengan cara mengeblok paparan radiasi ultraviolet pada epidermis
(Balakrishnan, et al., 2011).
2. Tabir surya
Tabir surya pada umumnya dikembangkan untuk meminimalisir eritema,
merupakan suatu senyawa kimia yang mampu menyerap dan mengurangi efek
radiasi sinar ultraviolet terhadap sel - sel kulit (Sarkar, 2012). Tabir surya
memiliki beranekaragam komposisi dan mekanisme aksi seperti mengeblok,
memantulkan, maupun menghamburkan radiasi sinar ultraviolet (Latha, Martis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Shobha, Shinde, Bangera, Krishnankutty, et al., 2013). Tabir surya secara garis
besar dibedakan menjadi dua macam yaitu kimia dan fisika. Tabir surya secara
kimia mengandung senyawa aromatis yang terkonjugasi dengan gugus karbonil.
Senyawa utama yang berperan penting sebagai fotoprotektif yaitu asam fenolik,
flavonoid, dan polifenol. Struktur ini akan menyerap energi tinggi dari sinar
ultraviolet dan kemudian melepaskan energi tersebut sebagai energi yang rendah
(Balakrishnan, et al., 2011). Tabir surya secara fisika seperti titanium dioksida
dan zinc oxide, bekerja dengan cara membentuk lapisan pada kulit yang mampu
memantulkan, menghamburkan sinar ataupun mengeblok paparan sinar ultraviolet
(Zhai, Wilhelm, dan Maibach, 2008).
3. Uji aktivitas tabir surya dengan metode inhibition of bleaching of -
carotene
Senyawa -carotene merupakan salah satu bentuk sederhana dari
karotenoid, yang memiliki rumus molekul C40H56. Senyawa -carotene sangat
tidak stabil dalam udara karena dapat teroksidasi dan juga tidak stabil terhadap
cahaya dan panas sebab dapat mengalami isomerisasi menjadi bentuk cis -
carotene yang lebih tidak stabil (Tungriani, Karim, dan Seniwati, 2012).
Senyawa -carotene larut dalam benzena, kloroform, karbon disulfida;
cukup larut dalam eter, petroleum eter, minyak; tidak larut pada air, asam, basa
(O’Neil, 2001). Struktur -carotene, yaitu:
Gambar 2. Struktur -carotene
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Prinsip metode inhibition of bleaching of -carotene adalah berdasarkan
pemudaran warna larutan -carotene dari warna kuning. Pemudaran warna ini
akan terjadi apabila tidak adanya senyawa antioksidan. Hal tersebut dikarenakan
adanya senyawa antioksidan yang mampu membantu mempertahankan ikatan
konjugasi µ dari -carotene (Ueno, Yamakura, Arastoo, Oshima, dan Kokubo,
2014).
G. Landasan Teori
Manfaat antioksidan yaitu dapat menangkap radikal bebas yang dapat
membahayakan tubuh, sedangkan tabir surya digunakan untuk melindungi tubuh
dari radiasi sinar ultraviolet (UV). Antibakteri yang terdapat dalam kosmetik
dapat berfungsi sebagai pencegah pertumbuhan bakteri baik untuk sediaan
kosmetik itu sendiri maupun untuk mencegah timbulnya jerawat pada kulit yang
disebabkan oleh bakteri.
Rimpang kunyit mengandung kurkumin yang merupakan senyawa
golongan fenolik yang dapat larut dalam etanol. Selain itu, ekstrak etanolik
rimpang kunyit juga mengandung golongan senyawa saponin, terpenoid, dan
flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa antioksidan karena senyawa tersebut
adalah senyawa fenol yang berpotensi menangkap senyawa – senyawa radikal
bebas dengan membentuk resonansi radikal fenoksil stabil dan juga dengan reaksi
reduksi oksidasi. Oleh sebab itu, rimpang kunyit tidak hanya berpotensi sebagai
antioksidan tetapi juga sebagai tabir surya karena golongan senyawa utama yang
berperan sebagai fotoprotektif yaitu fenolik karena adanya cincin aromatis yang
terkonjugasi dengan gugus karbonil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Rimpang kunyit dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena
mengandung golongan senyawa fenolik dan senyawa sesquiterpen dalam minyak
atsiri yang merupakan turunan senyawa terpen. Minyak atsiri ini juga terdapat
dalam ekstrak etanolik kunyit.
Oleh sebab itu, dilakukan uji aktivitas pendahuluan rimpang kunyit
sebagai penangkap radikal bebas dengan metode DPPH, sebagai antibakteri
dengan metode bioautografi kontak, dan sebagai UV ptotection dengan
menggunakan metode inhibition of bleaching of -carotene untuk mengetahui
zona bercak yang aktif. Setelah itu, dilanjutkan dengan isolasi senyawa dengan
kromatografi kolom dan dilakukan uji aktivitas penangkap radikal bebas,
antibakteri, dan UV protection pada isolat tersebut.
H. Hipotesis
Hasil isolasi yang didapatkan dari ekstrak rimpang kunyit memiliki
aktivitas sebagai penangkap radikal bebas, antibakteri, dan UV protection.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksploratif.
B. Definisi Operasional
1. Ekstrak kental rimpang kunyit merupakan ekstrak etanolik rimpang kunyit
yang telah dipekatkan dengan menggunakan evaporator.
2. Isolat merupakan hasil isolasi dengan kromatografi kolom dari zona bercak
ekstrak rimpang kunyit yang memiliki aktivitas.
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan penelitian
Rimpang kunyit dalam bentuk simplisia kering sebanyak 1 kg diperoleh
dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Bahan
kimia kualitas pro analitik Sigma Chem. Co., USA meliputi DPPH dan -
carotene. Bahan kimia kualitas pro analitik Merck, Germany meliputi etanol, n-
heksan, kloroform, metanol, NaCl, lempeng KLT silika gel 60 F254 dan silika gel
60 (0,040 – 0,063 mm). Akuades diperoleh dari Brataco Chemica. Mueller –
Hinton agar, kultur murni S. aureus ATCC 25923 dan kultur murni E. coli ATCC
25922 diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Media Agar No.
1 diperoleh dari Oxoid dan Trypticasein Soy Broth (TSB) diperoleh dari Agarindo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Biological Company. Amoksisilin sebagai kontrol positif didapatkan dari
Indofarma.
2. Alat penelitian
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa blender,
seperangkat alat maserasi, vacuum rotary evaporator (Buchi), neraca analitik
(Scaltec SBC 22, BP 160P), oven (WTB binder), penjepit, micro haematocrit
tubes, light meter (Lutron), lampu UV 254 nm, lampu UV 366 nm, mikropipet
100 – 1000 µL; 5 – 50 µL; 0,5 – 10 µL (Acura 825, Socorex), sentrifuge, vortex
(Junke & Kunkel), penangas air (labo – tech, Heraceus), autoclave (YX – 400Z),
inkubator, ose, tabung reaksi bertutup, dan alat – alat gelas yang lazim digunakan
di laboratorium analisis (Pyrex – Germany dan Iwaki).
D. Tatacara Penelitian
1. Pengumpulan dan penyiapan bahan
a. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman pada rimpang kunyit diperlukan untuk
mengetahui kebenaran bahan rimpang kunyit yang digunakan pada
penelitian.
b. Pengumpulan bahan
Satu kilogram rimpang kunyit kering diperoleh dari Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT) Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
c. Penyiapan bahan
Simplisia rimpang kunyit yang telah diperoleh tersebut diserbuk
dengan menggunakan blender.
d. Susut pengeringan simplisia
Cawan petri yang telah dikeringkan sebanyak 3 buah ditimbang
dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 hingga mencapai bobot
tetap. Setelah ketiga cawan petri tersebut mencapai bobot tetap,
ditambahkan serbuk simplisia rimpang kunyit dan ditimbang cawan petri
beserta serbuk simplisia tersebut hingga didapatkan serbuk simplisia ±
0,5 gram pada masing – masing cawan. Ketiga cawan petri tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 50 hingga mencapai
bobot tetap.
2. Ekstraksi
a. Pembuatan ekstrak kental rimpang kunyit
Satu kilogram simplisia kering dalam bentuk serbuk tersebut
ditimbang dan dimasukkan ke dalam bejana maserasi serta ditambahkan
dengan etanol 90% v/v hingga dapat merendam seluruh serbuk simplisia
tersebut. Campuran tersebut kemudian dimaserasi selama 24 jam pada
suhu ruang. Setelah 24 jam, campuran disaring sehingga didapatkan
filtrat pertama dan residu yang tersisa dilakukan maserasi kembali
dengan menggunakan pelarut etanol 90% v/v selama 24 jam pada suhu
ruang. Filtrat kedua diperoleh melalui penyaringan dari hasil maserasi
kedua. Filtrat pertama dan kedua kemudian dicampurkan hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
homogen dan dilakukan evaporasi hingga menjadi ekstrak kental. Ekstrak
kental ini kemudian disimpan dalam lemari pendingin.
b. Susut pengeringan ekstrak
Cawan petri yang telah dikeringkan sebanyak 3 buah ditimbang
dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 hingga mencapai bobot
tetap. Setelah ketiga cawan petri tersebut mencapai bobot tetap,
ditambahkan ekstrak kental dan ditimbang cawan petri beserta ekstrak
kental tersebut hingga didapatkan ekstrak kental ± 0,5 gram pada masing
– masing cawan. Masing – masing cawan tersebut ditambahkan silika ±
0,5 gram. Ketiga cawan petri tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
oven pada suhu 50 hingga mencapai bobot tetap.
3. Optimasi fase gerak pada ekstrak kental rimpang kunyit
a. Preparasi sampel dari ekstrak kental
Sebanyak 5 mg ekstrak kental yang telah diperoleh ditimbang
dan dilarutkan ke dalam 1 mL etanol. Campuran tersebut kemudian
diaduk hingga homogen.
b. Optimasi fase gerak pada ekstrak kental
Sampel yang telah didapatkan kemudian ditotolkan sebanyak 5
spot pada lempeng KLT dengan jarak elusi 5 cm, dimana masing –
masing fase gerak mendapatkan 1 spot yang kemudian dibandingkan dan
diamati kelima hasil elusi tersebut. Macam – macam fase gerak yang
digunakan, yaitu:
a) n-heksan : etil asetat (2:3 v/v)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b) Kloroform : metanol (7:3 v/v)
c) Kloroform : metanol (9:1 v/v)
d) Kloroform : metanol (95:5 v/v)
e) Etil asetat: asam formiat: asam asetat glasial: air (100:11:11:20
v/v)
4. Identifikasi golongan senyawa pada ekstrak kental rimpang kunyit
a. Deteksi secara fisik
Ekstrak kental yang telah disiapkan tersebut ditotolkan pada
lempeng KLT dengan jarak elusi 5 cm dan fase gerak kloroform :
metanol (95 : 5 v/v). Lempeng KLT hasil elusi kemudian dikeringkan
pada suhu ruang. Setelah kering, lempeng KLT tersebut dideteksi pada
lampu UV 254 nm dan 366 nm.
b. Identifikasi golongan senyawa dengan reagen semprot
Ekstrak kental tersebut diidentifikasi golongan senyawanya
dengan menggunakan KLT dengan jarak elusi 5 cm. Hasil elusi yang
telah dikeringkan tersebut kemudian divisualisasi dengan pereaksi AlCl3,
FeCl3, sitroborat, Dragendorff, dan vanilin sulfat. Hasil KLT tersebut
kemudian diamati dan dihitung nilai Rf yang timbul pada masing –
masing pereaksi tersebut.
5. Uji kualitatif penangkap radikal bebas ekstrak rimpang kunyit
a. Preparasi pereaksi semprot DPPH
Pereaksi DPPH dibuat 0,2% b/v dalam pelarut metanol dan
disimpan dalam wadah gelap dan tertutup rapat (Marston, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b. Uji kualitatif penangkap radikal bebas DPPH
Ekstrak kental 5 mg/ mL dalam etanol ditotolkan pada lempeng
KLT dengan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) dan jarak elusi 5
cm. Lempeng KLT hasil elusi tersebut kemudian dikeringkan pada suhu
ruang dan selanjutnya disemprot dengan pereaksi DPPH. Hasil positif
ditandai dengan adanya bercak berwarna kuning – putih dengan latar
ungu pada lempeng KLT.
6. Uji kualitatif aktivitas antibakteri ekstrak rimpang kunyit
a. Pembuatan larutan Mac Farland 0,5 (1,5 x 108 CFU/mL)
Larutan barium klorida 1,175% b/v diambil sebanyak 0,05 mL
lalu ditambahkan 9,95 mL larutan asam sulfat 1% b/v, diaduk hingga
homogen (Mahon, Lehman, Manuselis, 2011).
b. Pembuatan media
1) Media TSB cair
Tiga gram media TSB (30 g/ L) dilarutkan dalam 100 mL
aquadest diaduk hingga homogen di atas penangas air. Media
tersebut disterilkan dengan autoclave. Setelah itu, media TSB
tersebut dituang ke dalam tabung dengan volume masing – masing
tabung 20 mL secara aseptis.
2) Media agar
Enam gram media TSB (30 g/L) ditambahkan 1,2% b/v
agar dan dilarutkan dalam 200 mL aquadest. Campuran tersebut
diaduk hingga homogen di atas penangas air dan disterilkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
autoclave. Kemudian, campuran tersebut dituang ke dalam cawan
petri dengan volume masing – masing cawan petri 15 mL secara
aseptis dan dibiarkan hingga memadat.
c. Pembuatan saline water 0,9% b/v
Natrium klorida ditimbang 0,9 gram yang kemudian dilarutkan
dalam 100 mL aquadest hingga larut.
d. Pembuatan suspensi bakteri uji
Kultur murni bakteri uji E. coli dan S. aureus masing – masing
diambil sebanyak 1 ose dan masing – masing diinokulasikan pada media
TSB cair, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Pembuatan suspensi
bakteri uji dilakukan dengan cara bakteri dari media TSB cair yang telah
diinkubasi tersebut ditambahkan ke dalam 10 mL saline water hingga
kekeruhannya sesuai dengan larutan standar Mac Farland 0,5 (1,6 x 108
CFU/mL).
e. Penyimpanan kultur bakteri
Sisa kultur bakteri yang belum diuji dari media TSB cair yang
telah diinkubasi tersebut, masing – masing diambil 0,5 mL dan dicampur
dengan 25 µL gliserol dalam wadah tabung eppendorf yang berbeda.
Tabung eppendorf tersebut kemudian diinkubasi selama 1 jam dalam
inkubator dengan suhu 37 dan kemudian disimpan dalam freezer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
f. Pembuatan kontrol
1) Kontrol kontaminasi media
Kontrol kontaminasi media dibuat dengan cara menuang
15 mL media agar pada cawan petri secara aseptis yang kemudian
diinkubasi selama 24 jam dan kemudian diamati.
2) Kontrol pertumbuhan bakteri uji
Kontrol pertumbuhan bakteri uji dibuat dengan cara
menginokulasikan 100 µL bakteri uji dan diratakan dengan cotton
bud dalam media agar yang telah dibuat sebelumnya, diinkubasi
selama 24 jam dan kemudian diamati.
3) Kontrol positif
Kontrol positif dibuat dengan menggunakan amoksisilin
dengan konsentrasi 5 mg/ mL dan diambil 15 µL, 20 µL, dan 30 µL
yang kemudian masing – masing ditotolkan pada paper disc yang
berbeda – beda. Paper disc tersebut kemudian diletakkan pada media
agar yang telah diinokulasikan 100 µL bakteri uji, diinkubasi selama
24 jam dan diamati.
g. Penyiapan sampel
Ekstrak kental rimpang kunyit ditimbang 5 mg dan dilarutkan
dalam 1 mL etanol yang kemudian ditotolkan pada lempeng KLT dengan
volume 15 µL, 20 µL, dan 30 µL sehingga akan didapatkan mass loading
75 µg, 100 µg, dan 150 µg. Lempeng KLT tersebut kemudian dielusi
dengan jarak elusi 5 cm menggunakan fase gerak kloroform : metanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(95 : 5 v/v). Setelah dielusi, lempeng KLT tersebut dibiarkan mengering
secara aseptis.
h. Metode bioautografi kontak
Lempeng KLT yang telah kering tersebut, dikontakkan pada
media agar yang telah diinokulasikan 100 µL bakteri uji secara
spreading. Setelah 40 menit, lempeng KLT tersebut diangkat dari media
agar dan media agar tersebut diinkubasi selama 18 jam yang kemudian
diamati lokasi bercak yang mengandung daya antibakteri. Daya
antibakteri ditunjukkan dengan adanya zona hambat pada media agar
tersebut (Choma, dan Grzelak, 2010).
7. Uji kualitatif aktivitas UV protection ekstrak rimpang kunyit
a. Preparasi pereaksi -carotene
Pereaksi -carotene dibuat 0,05% b/v dalam pelarut kloroform
dan disimpan dalam wadah gelap dan tertutup rapat (Marston, 2011).
b. Optimasi intensitas cahaya
Lempeng KLT kosong dicelupkan dalam pereaksi -carotene
yang telah dibuat sebelumnya dan warna lempeng KLT tersebut diukur
dengan menggunakan indikator warna. Lempeng KLT kemudian disinari
dengan lampu UV dalam kotak fluoroscent, dimana posisi ketinggian
lampu UV diatur yaitu 100 cm dari dasar, 50 cm dari dasar, dan 35 cm
dari dasar serta intensitas cahaya pada tiap ketinggian diukur dengan alat
light meter. Perubahan warna yang terjadi pada latar lempeng KLT
tersebut diamati pada menit ke – 0, 1, 3, 6, 9, 12, dan 15. Tiap posisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
lampu tersebut dilakukan dengan 5 kali replikasi dan dihitung standar
deviasi serta rata – rata perubahan warnanya.
c. Uji kualitatif aktivitas -carotene
Larutan ekstrak dengan konsentrasi 5 mg/ mL yang telah
disiapkan ditotolkan pada lempeng KLT untuk dielusi dengan jarak elusi
5 cm menggunakan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v). Lempeng
KLT yang telah dielusi kemudian dicelupkan dengan pereaksi -carotene
dan warna pada lempeng KLT tersebut diukur dengan menggunakan
indikator warna. Setelah itu, lempeng KLT tersebut disinari dengan sinar
UV dalam kotak fluoroscent dengan ketinggian lampu dari dasar adalah
50 cm dan intensitas cahayanya telah terukur dengan alat light meter.
Perubahan warna pada lempeng KLT diukur pada menit ke – 0, 1, 3, 6, 9,
12, dan 15. Uji ini dilakukan dengan 5 kali replikasi dan dihitung standar
deviasi serta rata – rata perubahan warna.
8. Isolasi senyawa yang memiliki aktivitas penangkap radikal bebas,
antibakteri, dan UV protection
a. Triturasi
1) Penyiapan sampel
Ekstrak kental ditimbang 5,0 gram dan dimasukkan ke
dalam mortir yang telah ditimbang sebelumnya. Lima gram sea sand
ditambahkan pada mortir tersebut dan diaduk hingga homogen
sambil diteteskan metanol sebanyak 1 – 2 tetes untuk memudahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pengadukan. Campuran tersebut kemudian didiamkan selama
semalam di dalam lemari pendingin.
2) Triturasi dengan n-heksan
Campuran ekstrak kental rimpang kunyit dan sea sand
tersebut kemudian dipindahkan ke dalam tabung sentrifuge. Lima
mL n-heksan ditambahkan pada tabung sentrifuge tersebut,
dicampurkan hingga homogen dengan vortex, dan kemudian
disentrifugasi. Bagian larutan hasil dari sentrifugasi tersebut
kemudian diambil dan disaring dengan menggunakan kertas saring
Whatmann no. 42 yang akan ditampung di cawan porselen yang
telah ditimbang sebelumnya. Langkah ini dilakukan hingga bagian
larutan hasil sentrifugasi menjadi bening. Hasil filtrasi tersebut
kemudian diuapkan di atas penangas air hingga seluruh pelarut
teruapkan dan ditimbang kembali. Filtrat yang diperoleh disimpan di
lemari pendingin dan disebut sebagai hasil triturasi n-heksan.
3) Triturasi dengan kloroform : metanol (95:5 v/v)
Campuran ekstrak kental rimpang kunyit dan sea sand sisa
dari triturasi n-heksan dikeringkan dan dipindahkan ke tabung
sentrifuge baru. Kloroform : metanol (95:5 v/v) ditambahkan
sebanyak 5 mL, dicampurkan hingga homogen dengan vortex, dan
kemudian disentrifugasi. Bagian larutan hasil dari sentrifugasi
tersebut kemudian diambil dan disaring dengan menggunakan kertas
saring Whatmann no. 42 yang akan ditampung di cawan porselen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
yang telah ditimbang sebelumnya. Langkah ini dilakukan hingga
bagian larutan hasil sentrifugasi menjadi bening. Hasil filtrasi
tersebut kemudian diuapkan di atas penangas air hingga seluruh
pelarut teruapkan dan ditimbang kembali. Filtrat yang diperoleh
disimpan di lemari pendingin dan disebut sebagai hasil triturasi
kloroform : metanol (95:5 v/v).
4) Pengujian KLT ekstrak kental dan hasil triturasi
Masing – masing ekstrak kental rimpang kunyit, hasil
triturasi n-heksan, dan hasil triturasi kloroform : metanol (95:5 v/v)
ditimbang 2,5 mg yang kemudian diletakkan pada masing – masing
tabung flakon. Masing – masing tabung flakon tersebut kemudian
ditambahkan 500 µL etanol p.a dan diaduk hingga homogen. Setelah
terlarut hingga homogen, masing – masing tabung flakon tersebut
ditotolkan pada lempeng KLT dengan menggunakan mikrokapiler
dengan jarak elusi 5 cm dan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5
v/v). Hasil elusi dibandingkan dan dihitung nilai Rf masing – masing
bercak pada ekstak kental rimpang kunyit, hasil triturasi n-heksan,
dan hasil triturasi kloroform : metanol (95:5 v/v).
b. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom pada penelitian ini menggunakan metode
elusi step – gradient chromatography.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
1) Optimasi pelarut yang akan digunakan
Hasil triturasi n-heksan yang telah diperoleh tersebut
ditimbang 2,5 mg dan dilarutkan dalam 0,5 mL n-heksan hingga
tercampur homogen. Campuran tersebut kemudian ditotolkan pada
lempeng KLT dengan jarak elusi 5 cm untuk masing – masing fase
gerak. Fase gerak yang digunakan yaitu: n-heksan : kloroform (50:50
v/v), n-heksan : kloroform (25:75 v/v), kloroform, dan kloroform :
metanol (98:2 v/v). Setelah dielusi, lempeng KLT tersebut kemudian
diamati dan dibandingkan setiap fase gerak.
2) Preparasi sampel untuk kromatografi kolom
Hasil triturasi n-heksan ditimbang 300 mg dan
dicampurkan dengan 300 mg silika gel 60 (0,040 – 0,063 mm)
hingga homogen.
3) Penyiapan kolom kromatografi
Bagian bawah kolom disumbat dengan kapas yang telah
dibasahi dengan n-heksan. Kolom kemudian disusun dari bawah ke
atas yaitu: silika gel 60 (0,040 – 0,063 mm) di atas kapas tersebut
dengan ketinggian sekitar 2 cm, sampel yang telah tercampur dengan
silika gel 60 (0,040 – 0,063 mm) dengan ketinggian sekitar 0,5 cm,
silika gel 60 (0,040 – 0,063 mm) dengan ketinggian sekitar 1 cm,
dan ditutup kembali dengan kapas yang telah terbasahi oleh n-
heksan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
4) Kromatografi kolom dengan teknik elusi step - gradient
Kolom kromatografi yang telah siap digunakan dialirkan
dengan 20 mL n-heksan : kloroform (75:25 v/v) dan dilanjutkan
dengan 10 mL n-heksan : kloroform (50:50 v/v) yang ditampung
dalam tabung flakon setiap 2 mL dari hasil kromatografi kolom
tersebut. Setiap tabung flakon tersebut kemudian dicuplik untuk
dilakukan KLT dengan menggunakan fase gerak kloroform dan
profil KLT tersebut diamati.
5) Penggabungan isolat hasil kromatografi kolom
Nilai Rf masing – masing plat KLT hasil cuplikan tiap
tabung flakon dari kromatografi kolom dihitung. Bercak yang
memiliki nilai Rf yang sama dan pada profil KLT hanya
menunjukkan satu bercak digabungkan dalam wadah tabung flakon
lain yang telah ditimbang sebelumnya. Setelah itu, diuapkan di atas
penangas air dengan suhu 50 dan ditimbang kembali untuk
mengetahui bobot yang didapatkan serta dihitung pula rendemen
yang diperoleh. Ketika hasil penggabungan isolasi tersebut telah
pekat, maka langkah selanjutnya adalah memindahkannya ke tabung
eppendorf dengan cara melarutkan isolat dengan pelarut yang sesuai
sehingga diperoleh kadar 1 mg/ 100 µL dan kemudian diuapkan
kembali, sehingga di dalam tabung eppendorf terdapat 1 mg isolat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
9. Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal bebas dan UV protection pada
isolat
a. Preparasi sampel
1) Isolat pertama
Tabung eppendorf yang telah mengandung 1 mg isolat
pertama tersebut dilarutkan dalam 1 mL n-heksan : kloroform (75 :
25 v/v).
2) Isolat kedua
Tabung eppendorf yang telah mengandung 1 mg isolat
kedua tersebut dilarutkan dalam 1 mL n-heksan : kloroform (50 : 50
v/v).
b. Uji aktivitas penangkap radikal bebas DPPH secara KLT
Isolat pertama dan kedua tersebut ditotolkan pada lempeng KLT
dengan volume penotolan 10 µL, 20 µL, dan 30 µL menggunakan fase
gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) dan jarak elusi 5 cm. Lempeng
KLT hasil elusi tersebut kemudian dikeringkan pada suhu ruang dan
selanjutnya disemprot dengan pereaksi DPPH. Hasil positif ditandai
dengan adanya bercak berwarna kuning – putih dengan latar ungu pada
lempeng KLT.
c. Uji aktivitas UV protection dengan -carotene secara KLT
Larutan isolat pertama dan larutan isolat kedua dengan
konsentrasi masing – masing larutan 1 mg/ mL yang telah disiapkan
ditotolkan pada lempeng KLT untuk dielusi dengan jarak elusi 5 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
menggunakan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v). Lempeng KLT
yang telah dielusi kemudian dicelupkan dengan pereaksi -carotene dan
warna pada lempeng KLT tersebut diukur dengan menggunakan
indikator warna. Setelah itu, lempeng KLT tersebut disinari dengan sinar
UV dalam kotak fluoroscent dengan ketinggian lampu dari dasar adalah
50 cm dan intensitas cahaya telah terukur dengan light meter. Perubahan
warna pada lempeng KLT diukur pada menit ke – 0, 1, 3, 6, 9, 12, dan
15.
10. Uji daya antibakteri dengan metode Kirby – Bauer
a. Preparasi bahan
Pembuatan suspensi bakteri, kontrol media, dan kontrol
pertumbuhan dilakukan seperti pengujian daya antibakteri sebelumnya,
hanya saja pada metode Kirby – Bauer media agar yang digunakan
adalah Mueller – Hinton agar. Pembuatan kontrol positif menggunakan
amoksisilin dengan konsentrasi 1 mg/ mL dan volume yang digunakan
pada paper disc yaitu 5 µL; 7,5 µL; dan 10 µL yang kemudian diletakkan
ke dalam media agar yang telah diinokulasikan 100 µL bakteri.
b. Pengujian daya antibakteri dengan metode Kirby – Bauer
Satu miligram isolat pertama dan isolat kedua dalam tabung
eppendorf hasil dari kromatografi kolom masing – masing dilarutkan
dengan 1 mL n-heksan : kloroform (75 : 25 v/v) untuk isolat pertama dan
1 mL n-heksan : kloroform (50 : 50 v/v) untuk isolat kedua. Masing –
masing isolat tersebut kemudian ditotolkan pada paper disc dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
volume 50 µL, 100 µL, dan 200 µL. Paper disc tersebut kemudian
dibiarkan mengering untuk menghilangkan pelarut secara aseptis. Paper
disc yang telah kering tersebut, diletakkan pada media agar yang telah
diinokulasikan 100 µL bakteri uji secara spreading. Inkubasi dilakukan
selama 24 jam dan diamati serta diukur zona hambat yang timbul pada
media agar tersebut.
11. Identifikasi golongan senyawa pada isolat
a. Deteksi secara fisik
Larutan isolat pertama dan kedua dengan konsentrasi 1 mg/ mL
yang telah disiapkan tersebut ditotolkan pada lempeng KLT sebanyak 10
µL dengan jarak elusi 5 cm dan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5
v/v). Lempeng KLT hasil elusi kemudian dikeringkan pada suhu ruang.
Setelah kering, lempeng KLT tersebut dideteksi pada lampu UV 254 nm
dan 366 nm.
b. Identifikasi golongan senyawa dengan reagen semprot
Kedua isolat tersebut diidentifikasi golongan senyawanya
dengan menggunakan KLT dengan jarak elusi 5 cm. Hasil elusi yang
telah dikeringkan tersebut kemudian divisualisasi dengan pereaksi AlCl3,
FeCl3, Dragendorff, dan vanilin sulfat. Hasil KLT tersebut kemudian
diamati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
12. Bagan alur penelitian
Serbuk simplisia rimpang
kunyit 919,7 gram
Ekstrak kental rimpang
kunyit 135,4 gram
Evaporasi
Maserasi dengan
etanol 90% v/v
Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal
bebas, antibakteri, dan UV protection dan
identifikasi golongan senyawa
Hasil triturasi heksan
0,818 gram
Bercak aktif memiliki Rf
0,74 – 0,78
Hasil triturasi
kloroform :
metanol (95 : 5 v/v)
2,576 gram
Kromatografi
kolom
Isolat 1
(0,1412 gram)
Isolat 2
(0,0173 gram)
Triturasi heksan
Triturasi kloroform :
metanol (95 : 5 v/v)
Bercak Rf 0,74 – 0,78 pada
ekstrak rimpang kunyit
Uji kualitatif aktivitas penangkap radikal
bebas, antibakteri, UV protection, dan
identifikasi golongan senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengumpulan dan Penyiapan Bahan
1. Pengumpulan bahan
Rimpang kunyit dalam bentuk simplisia kering sebanyak 1 kg diperoleh
dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu. Menurut peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor 12 tahun 2014 tentang
persyaratan mutu obat tradisional, yang dimaksud dengan simplisia adalah bahan
alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Penyimpanan dalam bentuk kering ini bertujuan supaya dapat
disimpan dalam waktu yang lama, mengurangi kadar air, dan menghentikan reaksi
enzimatik sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan mutu atau kerusakan
simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia dengan kadar tertentu dapat
menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu
dalam sel masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati
selama simplisia tersebut mengandung sejumlah kadar air tertentu (Tini, Amri,
2003). Simplisia rimpang kunyit yang didapatkan pada penelitian ini dikemas
dalam kantong plastik tertutup rapat. Tujuan pengemasan tersebut adalah untuk
melindungi simplisia agar tidak rusak atau berubah mutunya karena berbagai
faktor baik dari dalam maupun dari luar serta melindungi simplisia dari cemaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Syarat wadah yang digunakan untuk mengemas yaitu: tidak beracun, tidak
menyebabkan perubahan bau, rasa, warna, dan reaksi dari simplisia, serta harus
mampu melindungi simplisia baik dari pencemaran maupun pengaruh lingkungan
yang dapat menurunkan kualitas. Dalam kemasan tersebut terdapat silika gel yang
berfungsi untuk menyerap kelembapan udara selama penyimpanan untuk
mencegah tumbuhnya jamur dan jasad renik lainnya.
Setelah bahan simplisia rimpang kunyit diperoleh, determinasi tanaman
diperlukan dengan tujuan untuk mengetahui dan memastikan kebenaran identitas
tanaman yang akan digunakan dalam penelitian sehingga dapat menghindari
terjadinya kesalahan dalam pengambilan sampel untuk analisis fitokimia. Hasil
determinasi yang dikeluarkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu, Karanganyar,
Jawa Tengah, menyatakan kebenaran bahwa simplisia kering yang digunakan
dalam penelitian ini adalah simplisia rimpang kunyit. Pembuktian determinasi
tanaman tersebut dikuatkan dengan adanya surat determinasi tanaman (lampiran
1) dengan penanggung jawab Dyah Subositi, M.Sc. yang dikeluarkan oleh
B2P2TOOT Tawangmangu.
2. Susut pengeringan simplisia
Penetapan susut pengeringan bertujuan untuk melihat persentase
kandungan senyawa yang mudah menguap. Hal ini merupakan parameter yang
perlu diperhatikan karena apabila nilai susut pengeringan besar maka akan ada
banyak senyawa yang terkandung dalam simplisia mudah menguap, sehingga
tujuan akhir dari penetapan parameter ini adalah supaya tidak mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kesalahan dalam proses penanganan dan penyimpanan simplisia agar senyawa –
senyawa yang berpotensi memiliki aktivitas tidak menguap. Susut pengeringan
simplisia dilakukan pada suhu penetapan 105 dan dilakukan hingga mencapai
bobot tetap. Menurut Materia Medika Indonesia jilid V tahun 1989, yang
dimaksud dengan bobot tetap adalah dua kali penimbangan berturut – turut tidak
berbeda lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang. Penimbangan dilakukan
setelah zat dikeringkan lagi selama satu jam.
Hasil susut pengeringan simplisia rimpang kunyit yaitu 10,49% pada
replikasi pertama, 11,10% pada replikasi kedua, dan 10,71% pada replikasi ketiga
sehingga rata – rata susut pengeringan yang diperoleh pada penelitian ini adalah
10,77%. Nilai 10,77% yang didapatkan ini menyatakan jumlah maksimal
senyawa yang mudah menguap atau hilang pada proses pengeringan. Hasil susut
pengeringan yang diperoleh pada penelitian ini juga sesuai dengan Farmakope
Herbal Indonesia edisi I tahun 2008 bahwa susut pengeringan simplisia rimpang
kunyit tidak lebih dari 12%.
3. Penyiapan bahan
Rimpang kunyit dalam bentuk simplisia kering tersebut kemudian
diserbuk dengan menggunakan blender. Tujuan dari penyerbukan simplisia kering
tersebut adalah untuk memperkecil ukuran partikel sehingga dapat memperluas
permukaan. Apabila permukaan partikel tersebut diperluas maka kesempatan
untuk kontak antara bahan yang akan diekstraksi dengan cairan penyari akan
semakin luas sehingga cairan penyari dapat lebih mudah masuk ke dalam bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
yang akan diekstraksi saat dilakukan maserasi dan penarikan zat oleh cairan
penyari dapat maksimal dan efektif.
B. Ekstrak Kental Rimpang Kunyit
1. Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik zat yang diinginkan dari bahan
dengan menggunakan pelarut yang dapat melarutkan zat yang diinginkan dari
komponen tersebut dan menghilangkan zat – zat yang tidak diinginkan. Pemilihan
pelarut untuk ekstraksi merupakan dasar yang penting karena pelarut yang
digunakan akan mempengaruhi apa yang terkandung dalam ekstrak. Cairan
penyari yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 90% v/v. Etanol dipilih
sebagai cairan penyari karena etanol dapat melarutkan senyawa – senyawa
organik pada bahan alam. Etanol juga dapat menurunkan aktivitas enzim polifenol
oksidase yaitu suatu enzim yang dapat mendegradasi senyawa – senyawa
polifenol. Selain itu, etanol juga lebih mudah terpenetrasi pada membran seluler
sehingga komponen yang terekstraksi akan semakin lebih besar. Metanol tidak
dipilih karena metanol bersifat lebih polar dibandingkan dengan etanol, kurang
aman, dan kurang ekonomis (Tiwari, et al., 2011). Penelitian ini menggunakan
kadar etanol 90% v/v karena kandungan air dapat menjadi media pertumbuhan
mikroorganisme akan tetapi air masih tetap dibutuhkan karena berfungsi untuk
menarik senyawa – senyawa yang bersifat polar dalam bahan alam yang diduga
memiliki aktvitas biologis. Selain itu, etanol 90% v/v juga bersifat mudah
menguap sehingga proses pemekatan ekstrak dapat menggunakan suhu yang tidak
terlalu panas dan proses pemekatan dapat berjalan lebih cepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Selain cairan penyari, diperlukan pula pemilihan metode ekstraksi karena
apabila menggunakan metode ekstraksi yang kurang tepat dapat menyebabkan
degradasi pada bahan alam dan hilangnya kandungan zat aktif pada bahan alam.
Terdapat berbagai macam metode ekstraksi seperti sokhletasi, maserasi, infusi,
perkolasi, dll. Pada penelitian ini, metode ekstraksi yang dipilih adalah maserasi.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makananan Republik Indonesia tahun 2010,
apabila penyarian dilakukan dengan campuran cairan penyari air dan etanol maka
dilakukan dengan maserasi atau perkolasi. Maserasi lebih dipilih karena metode
maserasi memiliki beberapa keuntungan seperti membutuhkan volume cairan
penyari yang lebih sedikit, lebih mudah dilakukan, dan peralatan yang dibutuhkan
lebih sederhana dibandingkan dengan metode perkolasi. Selain itu, perkolasi tidak
dipilih karena bahan harus benar – benar terdistribusi secara homogen pada wadah
dan dalam pengemasan bahan pada wadah tidak boleh terlalu padat karena apabila
terlalu padat, cairan penyari tidak dapat mencapai seluruh bagian bahan dan
proses ekstraksi tidak dapat berjalan sempurna (Sarker, Latif, Gray, 2006).
Proses maserasi dilakukan selama 24 jam pada suhu ruang dan kemudian
dilanjutkan dengan proses remaserasi dengan tujuan untuk memaksimalkan proses
penyarian senyawa – senyawa yang mungkin belum tersari karena cairan penyari
yang sudah mengalami penjenuhan.
Tujuan penyaringan pada proses maserasi dan remaserasi untuk
memisahkan antara bahan yang tidak terlarut dengan pelarut yang telah berisi zat
– zat yang terlarut didalamnya untuk kemudian dilakukan pemekatan dengan
menggunakan vaccum rotary evaporator sehingga akan didapatkan ekstrak kental
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
rimpang kunyit. Bobot ekstrak kental rimpang kunyit yang didapat yaitu 135,4
gram dengan rendemen 14,72%. Pemerian ekstrak kental rimpang kunyit yaitu:
warna kuning kecoklatan, bentuk ekstrak kental, bau khas, rasa pahit.
2. Susut pengeringan ekstrak
Hasil susut pengeringan ekstrak rimpang kunyit yaitu 8,81% pada
replikasi pertama, 10,77% pada replikasi kedua, dan 10,77% pada replikasi ketiga
sehingga rata – rata susut pengeringan yang diperoleh pada penelitian ini adalah
10,12%. Nilai 10,12% yang didapatkan ini menyatakan jumlah maksimal
senyawa yang mudah menguap atau hilang pada proses pengeringan.
C. Optimasi Fase Gerak Ekstrak Kental Rimpang Kunyit
Pemilihan fase gerak dalam analisis dengan metode kromatografi
didasarkan pada kemampuannya dalam melarutkan senyawa yang diinginkan
sehingga dapat memisahkannya dengan senyawa – senyawa lain. Penelitian ini
menggunakan KLT dengan fase diam silika gel 60 F254 sehingga polaritas suatu
campuran fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi suatu senyawa yang
juga berarti akan menentukan nilai Rf. Pada umumnya, fase gerak berisi
campuran satu atau lebih pelarut karena adanya kemungkinan pemisahan yang
terjadi lebih baik dari fase gerak yang hanya berisikan satu macam pelarut. Selain
itu, komposisi fase gerak yang berbeda dapat memberikan perbedaan interaksi
antara senyawa campuran dengan fase gerak dan fase diam.
Penelitian ini diawali dengan menggunakan 3 macam komposisi fase
gerak yang dipilih berdasarkan perbedaan kepolarannya. Fase gerak pertama
adalah fase gerak yang paling polar diantara ketiga fase gerak yang lain yaitu etil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air (100 : 11 : 11 : 20 v/v). Hal ini
dikarenakan pada fase gerak pertama mengandung asam dan air dalam
komposisinya sedangkan pada kedua fase gerak lainnya tidak mengandung asam
ataupun air. Fase gerak kedua adalah kloroform : metanol (7 : 3 v/v) yang
memiliki sifat semipolar. Fase gerak ketiga adalah n-heksan : etil asetat (2 : 3 v/v)
yang bersifat non – polar dibandingkan dengan kedua fase gerak yang lain.
Gambar 3. Hasil optimasi fase gerak pada deteksi UV 254 nm ( 1 =
penotolan pertama, 2 = penotolan kedua, 3 = penotolan ketiga). (A) Fase
gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air (100 : 11 : 11 : 20
v/v). (B ) Fase gerak kloroform : metanol (7 : 3 v/v). (C) Fase gerak n-heksan
: etil asetat (2 : 3 v/v)
Gambar 3A dengan fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat
glasial : air (100 : 11 : 11 : 20 v/v), tidak terjadi pemisahan senyawa karena
seluruh sampel terbawa oleh fase gerak. Pada gambar 3B dengan fase gerak
kloroform : metanol (7 : 3 v/v) mulai terlihat terjadinya pemisahan dua senyawa
akan tetapi pemisahan yang terjadi tidak sempurna karena kedua senyawa tersebut
terlalu berhimpitan. Pada gambar 3C dengan fase gerak n-heksan : etil asetat (2 : 3
v/v) terlihat pemisahan yang baik tetapi hanya menunjukkan dua bercak.
(C) (B) (A)
1
0
1 1
0 0
0,5 0,5 0,5
1 2 3 1 2 3 1 2 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Pemisahan pada ekstrak kunyit seharusnya mengandung lebih dari 2 bercak
karena kandungan pada rimpang kunyit sebagian besar adalah kurkuminoid yang
tersusun atas bisdemetoksi kurkumin, demetoksi kurkumin, dan kurkumin. Oleh
sebab itu, peneliti menambahkan dua komposisi fase gerak yaitu kloroforom :
metanol (9 : 1 v/v) dan kloroform : metanol (95 : 5 v/v) untuk melihat adanya
kemungkinan bercak lain yang timbul.
Gambar 4. Hasil optimasi fase gerak pada deteksi UV 254 nm (A = fase gerak
kloroform : metanol (9 : 1 v/v); B = fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v))
Gambar 4 menunjukkan mulai adanya pemisahan 4 senyawa yang belum
sempurna pada fase gerak kloroform : metanol (9 : 1 v/v). Pemisahan mulai
terlihat sempurna pada fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) dimana terlihat
4 zona bercak pada lempeng KLT. Gambar 4B menunjukkan zona bercak pertama
hingga ketiga terlihat berwarna kuning dan zona bercak keempat hanya terlihat
pada UV 254 nm. Oleh sebab itu, fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini
adalah fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v) karena menunjukkan
pemisahan yang terbaik diantara keempat fase gerak yang lain.
(B) (A)
1
0
0,5
1
0,5
0
1
2
3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
D. Identifikasi Golongan Senyawa dengan Reagen Semprot pada Ekstrak
Kental Rimpang Kunyit
Identifikasi golongan senyawa pada penelitian ini bertujuan untuk
melihat adanya kemungkinan golongan senyawa lain selain bisdemetoksi
kurkumin, demetoksi kurkumin, dan kurkumin pada kunyit yang memiliki
aktivitas penangkap radikal bebas DPPH, antibakteri, dan UV protection. Proses
identifikasi ini menggunakan berbagai macam reagen semprot yang bersifat
spesifik terhadap golongan senyawa tertentu. Reagen semprot yang digunakan
pada penelitian ini adalah AlCl3 dan sitroborat yang berfungsi untuk
mengidentifikasi golongan senyawa flavonoid, FeCl3 yang berfungsi untuk
mengidentifikasi golongan senyawa fenolik, Dragendorff yang berfungsi untuk
mengidentifikasi golongan senyawa alkaloid, dan vanilin sulfat yang berfungsi
untuk mengidentifikasi golongan senyawa terpenoid.
Gambar 5. Ekstrak rimpang kunyit pada deteksi secara fisik (A = secara
visual, B = deteksi pada UV 254 nm, C = deteksi pada UV 366 nm)
A B C
0 0 0
0,5 0,5 0,5
1 1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Gambar 6. Ekstrak rimpang kunyit dengan reagen semprot (A = AlCl3, B = FeCl3, C = Dragendorff, D = sitroborat, E = vanilin
sulfat)
Tabel I. Hasil identifikasi golongan senyawa pada ekstrak kental rimpang kunyit
Rf Deteksi pada UV
Deteksi dengan reagen
Interpretasi
Hasil AlCl3 FeCl3 Dragendorff Sitroborat Vanilin
Sulfat 254 nm 366 nm
0,24 – 0,28 Kuning Berpendar
kuning
- - - - -
0,34 – 0,38 Kuning Berpendar
kuning
- - - - -
0,48 – 0,54 Kuning - - - - - -
0,74 – 0,78 Meredam - - - - - + (ungu
gelap)
Terpenoid
Keterangan : - = tidak terjadi perubahan, + = adanya perubahan
A B C D E 0 0 0 0
0
0,5 0,5 0,5 0,5
0,5
1 1 1 1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Pada tabel I diketahui adanya 4 bercak pada ekstrak rimpang kunyit
dengan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v). Deteksi pada bercak senyawa
dengan Rf 0,74 – 0,78 diawali dengan deteksi secara fisik yaitu pada UV 254 nm
dan 366 nm. Hasil yang diperoleh pada deteksi UV 254 nm adalah adanya
peredaman pada Rf 0,74 – 0,78. Pada UV 366 nm tidak ada yang berpendar pada
Rf 0,74 – 0,78.
Ketika sampel ekstrak rimpang kunyit disemprot dengan vanilin sulfat
dan dilakukan pemanasan pada suhu 105 terbentuk warna ungu pada Rf 0,74 –
0,78. Vanilin sulfat merupakan reagen yang berfungsi untuk mengidentifikasi
golongan senyawa terpenoid. Hasil positif adanya golongan senyawa terpenoid
ditunjukkan dengan terbentuknya warna ungu dengan menggunakan reagen
vanilin sulfat setelah pemanasan (Taganna, Quanico, Perono, Amor, Rivera,
2011). Berdasarkan hal tersebut, maka bercak senyawa pada Rf 0,74 – 0,78
merupakan golongan senyawa terpenoid karena menunjukkan hasil positif.
Menurut Wagner dan Bladt (1984) senyawa terpenoid dapat dideteksi
dengan pereaksi vanilin asam sulfat dengan mekanisme abstraksi H+ sehingga
terbentuk senyawa yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. Ikatan rangkap dua
pada struktur kimia terpenoid memiliki spektrum serapan pada sinar ultraviolet
dan sinar visibel, sehingga ketika dideteksi pada daerah cahaya tampak terlihat
berwarna violet.
Senyawa disebut positif pada AlCl3 apabila terbentuk fluorosensi kuning
ketika dideteksi pada sinar UV 366 nm. Terbentuknya fluorosensi kuning tersebut
mengindikasikan bahwa senyawa tersebut merupakan golongan senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
flavonoid (Jork, Funk, Fischer, Himmer, 1990). Bercak senyawa pada Rf 0,74 –
0,78 tidak menunjukkan fluorosensi kuning pada UV 366 nm setelah disemprot
dengan AlCl3 yang berarti bahwa bercak senyawa tersebut bukan golongan
senyawa flavonoid.
Golongan senyawa flavonoid juga ditunjukkan dengan reaksi positif pada
reagen sitroborat dengan terbentuknya fluorosensi hijau kuning pada lampu UV
366 nm (Alam, Mufidah, Massi, Kurnia, Rahim, Usmar, 2012). Bercak senyawa
pada Rf 0,74 – 0,78 tidak membentuk warna kuning setelah disemprot dengan
sitroborat, sehingga menunjukkan hasil negatif pada reagen sitroborat. Hasil
negatif tersebut semakin memperkuat bahwa bercak senyawa pada Rf 0,74 – 0,78
bukan golongan senyawa flavonoid.
Senyawa disebut positif pada FeCl3 apabila terbentuk warna biru
kehijauan. Terbentuknya warna tersebut mengindikasikan bahwa suatu senyawa
merupakan golongan senyawa fenolik (Robinson, 1991). Bercak senyawa pada Rf
0,74 – 0,78 setelah disemprot reagen FeCl3 tidak terbentuk warna biru kehijauan.
Hal ini menunjukkan bahwa bercak senyawa pada Rf 0,74 – 0,78 bukan golongan
senyawa fenolik.
Hasil positif pada reagen Dragendorff ditunjukkan dengan terbentuknya
warna jingga apabila dilihat secara visual. Suatu senyawa yang menunjukkan hasil
positif terhadap Dragendorff mengindikasikan bahwa senyawa tersebut
merupakan golongan senyawa alkaloid (Alam, et al.,2012). Bercak senyawa pada
Rf 0,74 – 0,78 tidak membentuk warna jingga secara visual setelah disemprot
dengan reagen Dragendorff. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bercak senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Rf 0,74 – 0,78 bukan golongan senyawa alkaloid karena menunjukkan hasil
negatif.
Berdasarkan penelitian Azizah dan Salamah (2013) dengan
menggunakan fase gerak yang sama, maka hasil bercak pada nilai Rf 0,24 – 0,28
tersebut diidentifikasi sebagai bisdemetoksi kurkumin, bercak pada nilai Rf 0,34 –
0,38 diidentifikasi sebagai demetoksi kurkumin, dan bercak pada nilai Rf 0,48 –
0,54 diidentifikasi sebagai kurkumin. Hal ini diperkuat dengan dilakukan
perbandingan antara ekstrak rimpang kunyit yang didapat peneliti dengan standar
kurkumin dalam penelitian ini.
Gambar 7. Perbandingan nilai Rf antara (A) standar kurkumin dan (B)
ekstrak rimpang kunyit dengan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v)
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Rf standar kurkumin juga berada
pada rentang 0,48 – 0,54, sehingga dapat disimpulkan bahwa bercak pada Rf 0,48
– 0,54 yang didapatkan pada penelitian ini merupakan senyawa kurkumin.
E. Uji Aktivitas Penangkap Radikal Bebas DPPH, Antibakteri, dan UV
Protection pada Ekstrak Kental Rimpang Kunyit
1. Uji aktivitas penangkap radikal bebas
Uji aktivitas penangkap radikal bebas dilakukan secara kualitatif dengan
cara menyemprot radikal bebas DPPH pada lempeng KLT hasil elusi. Tujuan dari
A B
1
0,5
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
uji ini adalah untuk mengetahui lokasi senyawa yang memiliki aktivitas sebagai
penangkap radikal bebas.
Hasil positif adanya daya penangkap radikal bebas DPPH ditunjukkan
dengan terbentuknya bercak berwarna putih hingga kuning dengan latar belakang
ungu. Senyawa DPPH merupakan radikal bebas yang stabil karena adanya
delokalisasi elektron pada molekulnya. Adanya delokalisasi ini membuat DPPH
berwarna ungu. Perubahan warna DPPH dari ungu tersebut dapat terjadi apabila
adanya suatu senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen terhadap radikal
bebas DPPH. Reaksi utama DPPH dimana DPPH adalah Z• dan donor molekul
adalah AH, yaitu:
Z• + AH = ZH + A•
(Kedare dan Singh, 2011).
(1) (2)
Gambar 8. Hasil uji kualitatif penangkap radikal bebas DPPH (1 = setelah 1,5
jam penyemprotan DPPH, 2 = setelah 6 jam penyemprotan DPPH). (A) Standar
kurkumin. (B) Ekstrak kunyit dengan 6 totolan. (C) Ekstrak kunyit dengan 8
totolan
Hasil pengujian yang didapatkan bahwa senyawa dengan Rf 0,74 – 0,78
pada ekstrak rimpang kunyit memiliki daya aktivitas sebagai penangkap radikal
bebas. Bercak mulai terlihat putih setelah 1,5 jam penyemprotan dan warna putih
A C B A B C
0 0
0,5 0,5
1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
mulai terlihat jelas setelah 6 jam penyemprotan DPPH. Senyawa tersebut
berdasarkan hasil identifikasi golongan senyawa merupakan golongan terpenoid.
Adanya donor atom hidrogen pada golongan senyawa terpenoid bila direaksikan
dengan radikal bebas DPPH akan menghilangkan delokalisasi elektron pada
radikal bebas DPPH.
2. Uji aktivitas antibakteri dengan metode bioautografi kontak
Tujuan dilakukan uji aktivitas antibakteri dengan metode bioautografi
kontak adalah untuk mengetahui secara langsung lokasi senyawa antibakteri yang
ditentukan berdasarkan nilai Rf pada kromatografi lapis tipis. Hasil positif adanya
aktivitas antibakteri pada metode ini ditunjukkan dengan munculnya zona hambat
pertumbuhan bakteri pada daerah bercak yang mengandung senyawa antibakteri.
Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah S. aureus yang
merupakan bakteri Gram positif dan E. coli yang merupakan bakteri Gram
negatif. Staphylococcus aureus adalah flora normal pada mulut, saluran
pernapasan atas, usus besar, dan kulit pada manusia. Bakteri ini sangat jarang
menimbulkan penyakit apabila seseorang dalam keadaan sehat dan dalam jumlah
normal. Apabila kekebalan tubuh melemah, maka keberadaan bakteri ini dapat
menimbulkan beberapa kondisi yang tidak normal seperti munculnya jerawat,
radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), dan radang sendi
(arthritis). Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini akan
memproduksi nanah sehingga sering disebut “piogenik” (Utami, 2012). Jerawat
yang ditimbulkan tentu menjadi masalah bagi tiap orang terutama kaum wanita,
karena dianggap mengganggu penampilan. Oleh sebab itu, kosmetik tradisional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
juga mengindikasikan adanya kandungan yang bersifat antibakteri untuk dapat
menghilangkan jerawat tersebut, salah satu komposisi tanaman yang terdapat pada
kosmetik tradisional tersebut adalah kunyit.
Escherichia coli merupakan flora normal dalam tubuh manusia. Akan
tetapi apabila jumlahnya melebihi normal, E. coli juga dapat menyebabkan
infeksi pada kulit seperti selulitis pada bagian atas maupun bawah tungkai, infeksi
pada luka setelah operasi, infeksi pada luka bakar, dll (Petkovsek, Elersic, Gubina,
Bertok, Erjavec, 2009).
Kadar larutan ekstrak rimpang kunyit pada metode bioautografi kontak
adalah 5 mg/ mL. Setelah dilakukan elusi dengan fase gerak kloroform : metanol
(95 : 5 v/v), lempeng KLT dibiarkan mengering secara aseptis karena pelarut
kloroform dan metanol diketahui memiliki daya antibakteri sehingga dapat
mengganggu hasil pengamatan. Kontak antara lempeng KLT dan media agar yang
telah berisi bakteri dilakukan selama 40 menit dengan tujuan supaya terjadi
pemindahan senyawa pada lapisan KLT secara difusi sehingga akan
memunculkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri uji pada zona bercak yang
memiliki aktivitas antibakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(a) (b) Gambar 9. Hasil uji antibakteri dengan bioautografi kontak. (a) Ekstrak kunyit
terhadap E. coli dengan mass loading 250 µg dan 200 µg. (b) Ekstrak kunyit
terhadap S. aureus dengan mass loading 250 µg dan 200 µg
Tabel II. Kisaran nilai Rf ekstrak kunyit dengan metode bioautografi kontak
Mass loading Kisaran nilai Rf Bakteri uji
E. coli S. aureus
150 µg
0,24 – 0,28 - -
0,34 – 0,38 - -
0,48 – 0,54 - -
0,74 – 0,78 - -
200 µg
0,24 – 0,28 - -
0,34 – 0,38 - +
0,48 – 0,54 - +
0,74 – 0,78 - +
250 µg
0,24 – 0,28 - +
0,34 – 0,38 - +
0,48 – 0,54 - +
0,74 – 0,78 - + Keterangan: - = tidak ada daya antibakteri, + = ada daya antibakteri
Pada awalnya mass loading ekstrak kunyit yang ditotolkan adalah 75 µg,
100 µg, dan 150 µg. Namun mass loading tersebut tidak memberikan bercak yang
menimbulkan zona hambat pada pertumbuhan kedua bakteri uji. Oleh sebab itu,
mass loading ekstrak kunyit ditingkatkan menjadi 200 µg dan 250 µg.
Berdasarkan gambar 9, hasil kromatografi ekstrak rimpang kunyit dengan mass
loading 200 µg dan 250 µg tidak menunjukkan adanya zona bercak yang
µg µg 250 µg 200 µg
Rf 0,74-0,78
Rf 0,48-0,54
Rf 0,34-0,38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Hal ini berarti bahwa ekstrak rimpang
kunyit tidak memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri E. coli. Pada hasil
kromatografi ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri S. aureus dengan mass
loading 200 µg sudah mulai menunjukkan adanya zona bercak yang menghambat
pertumbuhan bakteri tersebut seperti data yang ditunjukkan pada tabel 2. Oleh
sebab itu, dapat disimpulkan bahwa senyawa Rf 0,74 – 0,78 memiliki aktivitas
antibakteri terhadap S. aureus yang pada tahap langkah selanjutnya merupakan
target isolasi senyawa pada penelitian ini.
Terbentuknya zona hambat pada S. aureus (Gram positif) sedangkan
pada bakteri E. coli (Gram negatif) tidak, disebabkan karena terdapat perbedaan
struktur dan komposisi dinding sel antara bakteri Gram positif dengan bakteri
Gram negatif. Struktur komposisi dinding sel bakteri Gram positif lebih sederhana
dengan kandungan lipid yang rendah yaitu 1 – 4% sedangkan pada dinding sel
bakteri Gram negatif tersusun dari tiga lapis sel yaitu lapisan luar lipoprotein,
lapisan tengah lipopolisakarida, dan lapisan dalam berupa peptidoglikan dengan
kandungan lipid lebih tinggi yaitu 11 – 22% sehingga hal ini memungkinkan
penetrasi zat aktif ekstrak menjadi lebih sulit pada bakteri Gram negatif (Jawetz,
Melnick, Adelberg, 2005).
Berdasarkan penelitian Helen, Prinitha, Sree, Abisha, dan Jacob, 2012,
rimpang kunyit mampu menghambat bakteri S. aureus dan E. coli, sedangkan
pada penelitian ini tidak didapatkan aktivitas antibakteri pada bakteri E. coli. Hal
tersebut dapat terjadi karena adanya kemungkinan bahan rimpang kunyit yang
diperoleh berbeda sehingga kandungan kimia pada rimpang kunyit juga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
berbeda, yaitu pada penelitian Helen, et al., 2012 bahan rimpang kunyit diperoleh
dari hutan Bonacaud sedangkan pada penelitian ini bahan rimpang kunyit
diperoleh dari B2P2TOOT Tawangmangu. Selain itu, pada penelitian Helen, et
al., 2012, proses ekstraksi menggunakan pelarut metanol, aseton, dan n-heksan
yang disentrifugasi yang kemudian diambil bagian supernatannya serta
menggunakan minyak atsiri dari rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
distilasi. Pada penelitian ini proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol 90% v/v
dengan cara maserasi. Perbedaan cairan penyari dan metode ekstraksi yang
digunakan juga dapat mempengaruhi aktivitas antibakteri karena adanya
perbedaan zat – zat yang tersari pada cairan penyari.
Telah diketahui bahwa senyawa dengan Rf 0,74 – 0,78 tersebut
merupakan golongan terpenoid. Target terpenoid adalah pada membran sel bakteri
atau peptidoglikan sehingga dapat menghambat terjadinya proses transport
elektron, translokasi protein, dll. Terpenoid dapat membentuk ikatan dengan
membran sel atau peptidoglikan tersebut sehingga dapat merusak membran sel
tersebut yang dapat mengurangi permeabilitas membran sel. Oleh sebab itu
bakteri dapat kekurangan nutrisi, sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat
atau mati (Zengin, Baysal, 2014).
Kontrol yang digunakan pada penelitian ini ada 3, yaitu kontrol media,
kontrol perumbuhan bakteri uji, dan kontrol positif dengan menggunakan
amoksisilin. Kontrol media bertujuan untuk mengetahui bahwa media yang
digunakan tidak terkontaminasi oleh apapun yang dapat mengacaukan
pengamatan hasil dan keaseptisan dalam bekerja. Hasil kontrol media setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
inkubasi yang didapatkan adalah media jernih yang berarti bahwa media yang
dibuat tidak terkontaminasi dan proses penelitian berlangsung dengan aseptis
(Gambar 10).
Gambar 10. Kontrol media
Kontrol pertumbuhan bakteri uji pada penelitian ini ada 2, yaitu kontrol
pertumbuhan bakteri E. coli dan kontrol pertumbuhan bakteri S. aureus. Tujuan
pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji adalah untuk mengetahui bahwa
bakteri uji dapat tumbuh pada media yang digunakan. Hal tersebut ditandai
dengan penampakan media yang keruh. Hasil yang didapat baik pada kontrol
pertumbuhan bakteri E. coli maupun pada kontrol pertumbuhan bakteri S. aureus
adalah media menjadi keruh apabila dibandingkan dengan kontrol media yang
berarti bahwa bakteri uji dapat tumbuh pada media tersebut (Gambar 11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(A) (B)
Gambar 11. Hasil kontrol pertumbuhan bakteri (A) bakteri E. coli dan (B)
bakteri S. aureus
Kontrol positif yang digunakan yaitu amoksisilin dengan konsentrasi 5
mg/ mL yang ditotolkan dengan mass loading 75 µg, 100 µg, dan 150 µg. Kontrol
positif dilakukan untuk mengetahui bahwa dengan mass loading tersebut sudah
mampu untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil yang didapat, baik pada
bakteri E. coli maupun S. aureus terbentuk zona jernih yang berarti dengan mass
loading 75 µg, 100 µg, dan 150 µg tersebut sudah mampu untuk menghambat
pertumbuhan kedua bakteri tersebut (Gambar 12).
(A) (B)
Gambar 12. Hasil kontrol positif amoksisilin. (A) Pada bakteri S. aureus (1
= mass loading 75 µg, 2 = mass loading 100 µg, 3 = mass loading 150 µg). (B) Pada
bakteri E. coli (1 = mass loading 75 µg, 2 = mass loading 100 µg, 3 = mass loading 150
µg)
1
2
1
2
3 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Kontrol positif juga sebagai pembanding besarnya daya hambat yang
ditimbulkan oleh bercak pada ekstrak rimpang kunyit. Berdasarkan hasil yang
didapat, ekstrak rimpang kunyit dengan mass loading 75 µg, 100 µg, dan 150 µg
belum menimbulkan zona hambat. Zona hambat baru ditimbulkan dengan mass
loading 200 µg sehingga dapat disimpulkan bahwa daya antibakteri hasil elusi
ekstrak rimpang kunyit lebih kecil dibandingkan dengan amoksilin sebagai
kontrol positif. Tujuan menggunakan kadar amoksisilin 5 mg/ mL adalah untuk
menyamakan kadar larutan ekstrak rimpang kunyit yang digunakan yaitu 5 mg/
mL.
3. Uji aktivitas UV protection dengan metode inhibition of bleaching of -
carotene
Radiasi sinar ultraviolet utama pada manusia berasal dari matahari yang
terdiri atas berbagai macam panjang gelombang yang secara keseluruhan radiasi
tersebut berbahaya bagi kulit. Radiasi sinar ultraviolet pada matahari dibagi
menjadi 3 macam berdasarkan panjang gelombangnya, yaitu UV A dengan
panjang gelombang 320 – 400 nm, UV B dengan panjang gelombang 280 – 320
nm, dan UV C dengan panjang gelombang 200 – 280 nm. Sebagian besar radiasi
ultraviolet yang sampai ke permukaan bumi adalah UV A. Sinar ultraviolet A
dapat terpenetrasi lebih masuk ke dalam kulit dibandingkan dengan UV B, akan
tetapi UV B bersifat lebih genotoksik dan membentuk radikal bebas pada kulit
dibandingkan dengan UV A. Sinar ultraviolet C merupakan radiasi sinar
ultraviolet dari matahari yang paling membahayakan dibandingkan yang lain,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
akan tetapi dengan adanya lapisan ozon pada atmosfer bumi membuat UV C tidak
terserap sampai pada permukaan bumi (Balakrishnan, et al., 2011).
Berdasarkan hal tersebut, maka banyak produsen yang memproduksi
kosmetik tabir surya bahkan kosmetik tradisional pun tidak luput dari indikasi
mampu melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet dengan mengandung
komposisi tanaman yang diduga memiliki efek aktivitas tersebut. Komposisi
tanaman yang digunakan tersebut belum diketahui secara pasti senyawa aktif yang
memiliki daya sebagai UV protection sehingga pada penelitian ini, uji UV
protection menggunakan metode inhibiton of bleaching of -carotene dengan
tujuan dapat mengetahui lokasi senyawa yang memiliki daya sebagai UV
protection. Suatu senyawa diidentifikasi memiliki kemampuan sebagai UV
protection apabila mampu menghambat pemudaran warna kuning dari -carotene
ketika terkena radiasi sinar ultraviolet.
Lempeng KLT yang telah dielusi dicelup dengan -carotene dengan
tujuan untuk mengetahui lokasi zona bercak yang dapat mempertahankan warna
dari -carotene. Radiasi sinar ultraviolet dilakukan pada lampu UV dengan
intensitas cahaya yang terukur. Sumber sinar radiasi ultraviolet tidak
menggunakan cahaya matahari langsung karena intensitas cahaya yang dihasilkan
matahari bersifat tidak konstan dan apabila -carotene terpapar cahaya matahari
secara langsung maka pemudaran warna terjadi sangat cepat sehingga
menyulitkan dalam pengamatan.
Indikator warna pada penelitian ini dibutuhkan sebagai parameter
pemudaran warna dari -carotene. Indikator warna dibuat dari skala 0 – 7 dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
perubahan warna dari kuning hingga putih berdasarkan degradasi warna yang
tersedia pada aplikasi Corel (lampiran 10). Pembuatan indikator warna tersebut
dilakukan karena ketiadaan standar perubahan warna pada -carotene sehingga
dengan adanya indikator warna tersebut memudahkan untuk mengamati adanya
zona bercak yang mampu menahan warna -carotene apabila dibandingkan
dengan latar lempeng KLT.
Selain indikator warna juga diperlukan optimasi intensitas cahaya pada
metode ini supaya pemudaran warna -carotene tidak berlangsung terlalu cepat
sehingga pengamatan dapat lebih mudah dilakukan. Optimasi intensitas cahaya
dilakukan dengan cara mengatur ketinggian lampu dari dasar. Hal yang diukur
pada optimasi ini adalah pemudaran warna pada latar lempeng KLT kosong yang
telah dicelup -carotene.
Gambar 13. Kurva optimasi intensitas cahaya
Berdasarkan gambar 13, intensitas cahaya yang digunakan pada peneltian
ini adalah intensitas cahaya sedang yaitu 15,01 lux dengan ketinggian lampu
0
1
2
3
4
5
6
7
0 1 3 6 9 12 15
Ind
ikat
or
ke -
Waktu (menit)
Perubahan Warna terhadap Waktu
Intensitas cahaya rendah
Intensitas cahaya sedang
Intensitas cahaya tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
ultraviolet dari dasar adalah 50 cm. Intensitas cahaya rendah yaitu 5,895 lux
dengan ketinggian lampu ultraviolet dari dasar 100 cm tidak dipilih karena pada
menit ke – 12 hingga ke – 15 warna -carotene belum mencapai kestabilan
dengan standar variasi pada menit ke – 15 yang masih besar dibandingkan dengan
dua intensitas yang lain yaitu 0,55. Apabila pemudaran warna -carotene belum
mencapai stabil, maka akan ada kemungkinan bahwa reaksi yang terjadi belum
berjalan sempurna. Oleh sebab itu, apabila intensitas cahaya yang dipilih adalah
intensitas cahaya rendah, maka waktu pengamatan akan menjadi lebih lama.
Intensitas tinggi yaitu 30,48 lux dengan ketinggian lampu ultraviolet dari dasar 35
cm juga tidak dipilih karena pemudaran warna -carotene berlangsung cepat yaitu
pada menit ke – 6 warna -carotene sudah stabil. Hal ini akan menyulitkan ketika
melakukan pengamatan. Oleh sebab itu, peneliti memilih intensitas cahaya yang
dipilih adalah intensitas cahaya sedang dengan ketinggian lampu ultraviolet dari
dasar adalah 50 cm dan intensitas cahaya yang diperoleh 15,01 lux karena
perubahan warna -carotene cenderung lambat dengan ditandai kestabilan warna
dimulai pada menit ke – 12.
Uji aktivitas UV protection pada ekstrak rimpang kunyit dilakukan
dengan ketinggian lampu 50 cm dari dasar dan intensitas cahaya 15,81 lux. Pada
lempeng KLT hasil elusi, 3 zona bercak warna kuning telah muncul sebelum
dicelup -carotene yaitu pada nilai Rf 0,24 – 0,28; Rf 0,34 – 0,38; dan pada Rf
0,48 – 0,54. Ketiga zona bercak ini telah diidentifikasi sebelumnya merupakan
bisdemetoksi kurkumin, demetoksi kurkumin, dan kurkumin. Akan tetapi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
penelitian ini, bertujuan untuk mencari adanya zona bercak lain selain ketiga Rf
tersebut yang mampu mempertahankan warna -carotene.
Tabel III. Hasil uji aktivitas UV protection ekstrak rimpang kunyit
Replikasi ke - Rf bercak aktif Menit ke -
9 12 15
1 0,74 – 0,78 - + +
2 0,74 – 0,78 + + +
3 0,74 – 0,78 + + +
4 0,74 – 0,78 - + +
5 0,74 – 0,78 - + + Keterangan : - = tidak memiliki aktivitas, + = memiliki aktivitas
Berdasarkan tabel III, zona bercak dengan warna lebih kuning
dibandingkan warna latar pada lempeng KLT mulai terlihat pada menit ke – 9
pada replikasi 2 dan 3, sedangkan pada replikasi 1, 4, dan 5 zona bercak tersebut
mulai terlihat pada menit ke – 12. Hal ini dapat terjadi karena metode -carotene
bersifat subyektif, yang merupakan salah satu kekurangan dari metode ini.
Walaupun bersifat subyektif tetapi metode ini tetap digunakan karena memiliki
beberapa kelebihan yaitu alat yang digunakan sederhana, cepat, ekonomis, dan
dapat diketahui lokasi bercak senyawa yang memiliki aktivitas secara langsung.
Apabila diketahui lokasi bercak senyawa yang memiliki aktivitas, maka dapat
lebih mudah dalam melakukan isolasi senyawa. Kisaran nilai Rf bercak yang
memiliki aktivitas UV protection tersebut adalah 0,74 – 0,78 yang merupakan
golongan terpenoid berdasarkan hasil identifikasi golongan senyawa yang telah
dilakukan sebelumnya.
Hal ini tidak berarti bahwa bisdemetoksi kurkumin, demetoksi kurkumin,
dan kurkumin tidak memiliki aktivitas UV protection. Hanya saja pengamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
perubahan warna pada ketiga senyawa tersebut tidak dilakukan pada penelitian
ini.
F. Isolasi Senyawa yang Memiliki Aktivitas Penangkap Radikal Bebas,
Antibakteri, dan UV Protection
Berdasarkan hasil uji kualitatif secara KLT yang telah dilakukan
sebelumnya, ekstrak rimpang kunyit memiliki aktivitas sebagai penangkap radikal
bebas, antibakteri, dan UV protection pada kisaran nilai Rf 0,74 – 0,78. Oleh
sebab itu, senyawa tersebut yang akan diisolasi pada penelitian ini. Proses isolasi
senyawa diawali dengan melakukan triturasi yang bertujuan untuk meminimalkan
kandungan kurkuminoid dari ekstrak rimpang kunyit sehingga diharapkan akan
memperoleh senyawa dengan nilai Rf 0,74 – 0,78.
(1) (2) (3)
Gambar 14. Perbandingan profil KLT (1) secara visual, (2) UV 254 nm, dan (3)
UV 366 nm. (A) Ekstrak rimpang kunyit. (B) Hasil triturasi dengan pelarut n-
heksan. (C) Hasil triturasi dengan pelarut kloroform : metanol (95 : 5 v/v)
Gambar 14 menunjukkan bahwa triturasi dengan pelarut n-heksan hanya
melarutkan senyawa yang memiliki Rf 0,74 – 0,78 dan mampu membersihkan
kurkuminoid. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa dengan Rf 0,74 – 0,78
cenderung bersifar non – polar karena larut dengan pelarut n-heksan. Bobot hasil
A B C A B C A B C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
triturasi n-heksan yang diperoleh yaitu 0,818 gram dengan perolehan rendemen
8,37%, sedangkan bobot hasil triturasi dengan kloroform : metanol (95 : 5 v/v)
yaitu 2,576 gram dengan perolehan rendemen 26,35%.
Tahap selanjutnya dilakukan kromatografi kolom dengan metode elusi
step – gradient chromatography yang diawali dengan pemilihan fase gerak yang
tepat supaya dapat melarutkan senyawa yang diinginkan. Pemilihan fase gerak
dilakukan secara KLT berdasarkan perbedaan polaritasnya.
Gambar 15. Perbandingan profil KLT pada UV 254 nm (A = fase gerak n-
heksan : kloroform (50 : 50 v/v), B = fase gerak yang digunakan n-heksan :
kloroform (25:75 v/v), C = fase gerak yang digunakan kloroform, D = fase gerak
yang digunakan kloroform : metanol (98:2 v/v))
Gambar 16. Perbandingan profil KLT pada UV 366 nm (A = fase gerak n-
heksan : kloroform (50 : 50 v/v), B = fase gerak yang digunakan n-heksan :
kloroform (25:75 v/v), C = fase gerak yang digunakan kloroform, D = fase gerak
yang digunakan kloroform : metanol (98:2 v/v))
A B C D
A B C D
0 0
0 0
1 1 1 1
0 0 0 0
1 1 1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Berdasarkan gambar 15 dan gambar 16, apabila pelarut semakin bersifat
non – polar, maka perbedaan nilai Rf antara kurkuminoid dengan senyawa yang
memiliki Rf 0,74 – 0,78 semakin jauh tetapi apabila sifat kepolaran pelarut
ditingkatkan maka kurkuminoid akan semakin mendekati senyawa yang akan
diisolasi. Hal tersebut dapat dilihat pada profil KLT dengan deteksi UV 366 nm,
dimana terjadi peningkatan nilai Rf pada kurkuminoid. Berdasarkan hasil dengan
deteksi UV 366 nm tersebut juga dapat mengartikan bahwa kurkuminoid memiliki
sifat lebih polar apabila dibandingkan dengan senyawa yang memiliki kisaran
nilai Rf 0,74 – 0,78 sehingga kurkuminoid akan terbawa oleh fase gerak yang
cenderung lebih polar. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dipilih pelarut n-heksan
: kloroform (75 : 25 v/v) dan n-heksan : kloroform (50 : 50 v/v) untuk
kromatografi kolom karena mampu memisahkan antara senyawa yang diinginkan
dari kurkuminoid dalam ekstrak rimpang kunyit yang memiliki aktivitas
penangkap radikal bebas DPPH, antibakteri, dan UV protection.
Teknik memasukkan sampel pada kromatografi kolom ini adalah cara
kering karena sampel dicampur dengan fase diam dan didiamkan hingga
mengering sebelum dimasukkan pada kolom kromatografi. Teknik ini dipilih
karena lebih mudah dilakukan apabila dibandingkan dengan cara basah yaitu
sampel dilarutkan pada fase gerak terlebih dahulu dan kemudian dimasukkan
pada kolom yang telah terbasahi oleh fase gerak hingga batas fase diam.
Tabel IV. Profil KLT isolasi senyawa dengan fase gerak kloroform
Isolat Rf Tabung ke -
1 0,67 1 – 5 pada putaran pertama dan 1 -2 pada putaran kedua
2 0,57 7 – 8 pada putaran pertama dan 5 – 7 pada putaran kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Profil KLT hasil isolasi senyawa dengan kromatografi kolom tersebut
diperlukan untuk mengetahui pola bercak yang sama pada tiap hasil tampungan
yang diwadahi dalam tabung sehingga kandungan tabung – tabung tersebut dapat
digabungkan. Hasil isolasi dengan pola bercak yang sama yang ditandai dengan
nilai Rf yang sama. Kromatografi kolom hasil triturasi n-heksan menghasilkan 2
isolat yaitu pada isolat pertama diperoleh bobot isolat 0,1412 gram dengan
rendemen 47,53%, sedangkan isolat kedua memiliki bobot 0,0173 gram dengan
rendemen 5,82%.
Gambar 17. Alur isolasi senyawa aktif ekstrak rimpang kunyit
Hasil triturasi
n-heksan 0,818
gram
Hasil triturasi
kloroform : metanol
(95 : 5 v/v) 2,576
gram
Triturasi dengan
pelarut n-heksan Triturasi dengan
kloroform : metanol
(95 : 5 v/v)
Kromatografi kolom
Pencampuran dengan silika
gel 60 (0,040 – 0,063 mm)
Optimasi fase gerak
Isolat 1
0,1412 gram
Isolat 2
0,0173 gram
Fase gerak n-heksan :
kloroform (75 : 25 v/v)
Fase gerak n-heksan :
kloroform (50 : 50 v/v)
Ekstrak rimpang kunyit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
G. Aktivitas Penangkap Radikal Bebas, Antibakteri, dan UV Protection pada
Isolat
1. Aktivitas penangkap radikal bebas DPPH pada isolat
Dua isolat hasil kromatografi kolom tersebut diuji untuk mengetahui
isolat yang berperan sebagai penangkap radikal bebas pada ekstrak rimpang
kunyit.
Gambar 18. Hasil uji kualitatif penangkap radikal bebas pada isolat setelah
2 jam penyemprotan. (K) Ekstrak kunyit dengan volume penotolan 10 µL (mass
loading = 47 µg). (A) Isolat dengan volume penotolan 10 µL (mass loading = 10 µg).
(B) Isolat dengan volume penotolan 20 µL (mass loading = 20 µg). (C) Isolat dengan
volume penotolan 30 µL (mass loading = 30 µg)
Berdasarkan gambar 18, kedua isolat dan ekstrak baru menunjukkan
aktivitas sebagai penangkap radikal bebas DPPH setelah 2 jam penyemprotan
DPPH. Isolat kedua lebih memiliki daya aktivitas antioksidan dibanding isolat
pertama karena pada mass loading 10 µg sudah menunjukkan aktivitas sebagai
penangkap radikal bebas DPPH dan pada mass loading 30 µg isolat kedua
menunjukkan ketebalan bercak yang hampir setara dengan ekstrak. Isolat pertama
baru menunjukkan aktivitas sebagai penangkap radikal bebas DPPH pada mass
loading 30 µg dan bercak yang ditimbulkan lebih tipis apabila dibandingkan isolat
kedua pada mass loading 10 µg. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
K A B C K A B C
Isolat 1 Isolat 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
disimpulkan bahwa isolat kedua lebih poten sebagai penangkap radikal bebas
dibandingkan isolat pertama pada ekstrak rimpang kunyit.
Aktivitas penangkap radikal bebas pada ekstrak baru terlihat setelah 2
jam sedangkan pada uji sebelumnya aktivitas terlihat setelah 1,5 jam. Hal ini
dapat terjadi karena volume penotolan yang berbeda. Pada tahap sebelumnya
volume penotolan lebih banyak karena penotolan dilakukan dengan mikrokapiler
sedangkan pada uji ini volume penotolan terukur yaitu 10 µL. Volume penotolan
yang berbeda tersebut mengakibatkan mass loading yang terkandung menjadi
berbeda pula sehingga akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan ekstrak
rimpang kunyit untuk menangkap radikal bebas DPPH.
2. Aktivitas antibakteri pada isolat
Pengujian aktivitas antibakteri dilanjutkan dengan metode Kirby – Bauer,
yaitu metode difusi paper disc. Pengujian aktivitas ini bertujuan untuk
mengetahui isolat yang memiliki daya aktivitas antibakteri. Dua isolat yang
didapatkan tersebut merupakan senyawa dengan Rf 0,74 – 0,78 yang
menunjukkan adanya zona hambat pada pertumbuhan bakteri S. aureus dengan
metode bioautografi kontak. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan kedua
isolat tersebut merupakan campuran antara n-heksan : kloroform (75 : 25 v/v)
untuk isolat pertama dan n-heksan : kloroform (50 : 50 v/v). Kloroform dan n-
heksan merupakan senyawa yang memiliki daya antibakteri, sehingga dapat
membiaskan hasil. Oleh sebab itu, untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka
setelah dilakukan penotolan, paper disc yang berisi larutan isolat tersebut
dikeringkan pada cawan petri steril secara aseptis dengan tujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
menghilangkan pelarut sehingga yang tersisa pada paper disc adalah mass
loading. Pengujian ini hanya dilakukan pada bakteri S. aureus karena berdasarkan
hasil dari metode bioautografi kontak bahwa bercak pada Rf 0,74 – 0,78 hanya
memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri S. aureus dan tidak memiliki aktivitas
antibakteri pada bakteri E. coli.
(a) (b)
Gambar 19. Hasil uji antibakteri. (a) Isolat pertama 200 µg. (b) Isolat kedua 200
µg
Isolat pertama pada mass loading 50 µg , 100 µg , dan 200 µg tidak
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri pada bakteri S. aureus. Hal tersebut
ditunjukkan pada gambar 19 bahwa isolat pertama pada mass loading terbesar
yaitu 200 µg tidak menimbulkan adanya zona hambat pertumbuhan bakteri S.
aureus. Isolat kedua pada mass loading 50 µg dan 100 µg juga tidak menunjukkan
adanya aktivitas antibakteri pada bakteri S. aureus. Adanya aktivitas antibakteri
baru ditunjukkan oleh isolat kedua dengan mass loading 200 µg yaitu terlihat
adanya zona hambat pertumbuhan bakteri S. aureus pada gambar 19. Rata – rata
diameter zona hambat pada isolat kedua dengan mass loading 200 µg adalah 8,3 ±
0,58 mm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Pada metode bioautografi kontak terlihat adanya aktivitas antibakteri,
sedangkan setelah senyawa tersebut diisolasi menjadi dua isolat, aktivitas
antibakteri hanya ditunjukkan oleh isolat kedua dengan mass loading 200 µg. Hal
ini dimungkinkan bahwa aktivitas antibakteri baru dapat ditunjukkan apabila
kedua isolat menjadi satu – kesatuan seperti yang dilakukan pada metode
bioautografi kontak. Kemungkinan kedua adalah bahwa menurut Rosner dan Aviv
(cit., Sudirman, 2005) metode bioautografi lebih sensitif dibandingkan metode
paper disc sehingga pada metode bioautgrafi dihasilkan zona hambat
pertumbuhan bakteri uji sedangkan pada metode paper disc hanya dihasilkan zona
hambat yang kecil atau tidak sama sekali.
Kontrol yang dilakukan pada metode ini juga ada 3 yaitu kontrol media,
kontrol pertumbuhan bakteri uji, dan kontrol positif. Gambar 20 menunjukkan
bahwa media yang digunakan tetap jernih setelah inkubasi yang berarti media
yang digunakan tidak terkontaminasi dan proses penelitian berlangsung dengan
aseptis.
Gambar 20. Kontrol media
Kontrol pertumbuhan bakteri uji pada metode ini hanya kontrol
pertumbuhan bakteri S. aureus karena bakteri yang digunakan pada metode ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
hanya S. aureus. Gambar 21 menunjukkan bahwa media menjadi keruh apabila
dibandingkan dengan kontrol media yang berarti bahwa bakteri S. aureus dapat
tumbuh pada media yang digunakan.
Gambar 21. Kontrol pertumbuhan bakteri S. aureus
Kontrol positif menggunakan amoksisilin terhadap pertumbuhan S.
aureus dengan konsentrasi 1 mg/ mL karena konsentrasi kedua isolat yang
digunakan adalah 1 mg/ mL. Diameter zona hambat yang didapatkan yaitu 25,7 ±
0,58 mm dengan volume penotolan 5 µL; 29,7 ± 0,58 mm dengan volume
penotolan 7,5 µL; dan 32 ± 1 mm dengan volume penotolan 10 µL.
Gambar 22. Kontrol positif amoksisilin. (A) Volume penotolan 5 µL; (B) volume
penotolan 7,5 µL; (C) volume penotolan 10 µL
(A) (B) (C)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
3. Aktivitas UV protection pada isolat
Hasil isolasi dari ekstrak rimpang kunyit dilakukan uji UV protection
dengan metode inhibiton of bleaching of -carotene dalam rangka untuk
mengetahui isolat yang memiliki aktivitas UV protection. Masing – masing isolat
ditotolkan dengan mass loading 10 µg, 20 µg, dan 30 µg dengan tujuan untuk
mengetahui mass loading minimum yang memiliki aktivitas UV protection.
Tabel V. Hasil aktivitas UV protection pada isolat
Keterangan t
(mnt)
Ekstrak
(47 µg)
Isolat 1 Isolat 2
10
µg
20
µg
30
µg
10
µg
20
µg
30
µg
h = 50 cm
max = 13,81 lux
min =13,74 lux
Rata – rata = 13,775
lux
Rf = 0,74 - 0,78
9 + - - - - - -
12 ++ - + + - + +
15 ++ - + + + + ++
Keterangan : - = Tidak ada aktivitas, + = Aktivitas lemah, ++ = Aktivitas sedang.
Hasil kedua isolat berdasarkan tabel V menunjukkan bahwa isolat kedua
lebih poten sebagai UV protector dibandingkan isolat pertama karena dengan
mass loading 10 µg pada menit ke – 15 sudah mampu menghambat pemudaran
warna -carotene. Isolat kedua dengan mass loading 30 µg juga sudah memiliki
aktivitas sebagai UV protector setara dengan ekstrak (mass loading 47 µg) pada
menit ke – 15. Isolat pertama menunjukkan aktivitas UV protection yang sangat
lemah karena warna bercak yang timbul berbeda tipis dengan warna latar lempeng
KLT. Akan tetapi aktivitas UV protection pada isolat kedua lebih lemah
dibandingkan ekstrak karena ekstrak sudah mulai menunjukkan aktivitas UV
protection pada menit ke – 9. Hal ini terjadi dikarenakan adanya kemungkinan
bahwa kedua isolat baru dapat memiliki aktivitas UV protection apabila menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
satu – kesatuan seperti hasil uji aktivitas UV protection yang ditunjukkan pada
ekstrak dengan mass loading 47 µg.
Aktivitas UV protection yang dimiliki oleh ekstrak pada metode ini lebih
lemah dibandingkan dengan metode inhibiton of bleaching of -carotene yang
didapatkan sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena volume penotolan yang
berbeda. Pada tahap sebelumnya volume penotolan lebih banyak karena penotolan
dilakukan dengan mikrokapiler sedangkan pada uji ini volume penotolan terukur
yaitu 10 µL. Volume penotolan yang berbeda tersebut mengakibatkan mass
loading yang terkandung menjadi berbeda pula. Oleh sebab itu, daya UV
protection dengan volume penotolan 10 µL hanya terlihat berbeda sedikit
dibandingkan dengan warna latar lempeng KLT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
H. Identifikasi Isolat Aktif
Tabel VI. Identifikasi golongan senyawa pada isolat
Isolat Deteksi pada UV
Deteksi dengan reagen
Interpretasi
Hasil AlCl3 FeCl3 Dragendorff Sitroborat Vanilin
Sulfat 254 nm 366 nm
1
Rf = 0,74 – 0,78 Meredam
Berpendar
biru - - - -
+ (ungu
gelap) Terpenoid
2
Rf = 0,74 – 0,78 Meredam - - - - -
+ (Ungu
gelap) Terpenoid
Keterangan : - = tidak terjadi perubahan, + = adanya perubahan
Tabel VII. Aktivitas Isolat
Isolat
Aktivitas
Penangkap radikal
bebas UV protection Antibakteri
1 + + -
2 +++ ++ + Keterangan : - = tidak memiliki aktivitas, + = aktivitas lemah, ++ = aktivitas
sedang, +++ = aktivitas kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Hasil isolat yang diperoleh keduanya adalah golongan senyawa
terpenoid. Kedua isolat tersebut memiliki kisaran nilai Rf yang sama yaitu 0,74 –
0,78 dengan sistem fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v).
Isolat pertama aktif sebagai penangkap radikal bebas dan UV protection
tetapi tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus yang merupakan
bakteri Gram positif, sedangkan isolat kedua aktif sebagai penangkap radikal
bebas, UV protection, dan antibakteri. Isolat kedua lebih poten dibandingkan
isolat pertama.
Hal ini tidak berarti bahwa kurkuminoid yaitu bisdemetoksi kurkumin,
demetoksi kurkumin, dan kurkumin yang terkandung pada ekstrak rimpang kunyit
tidak memiliki aktivitas. Aktivitas kurkuminoid sebagai penangkap radikal bebas,
UV protection, dan antibakteri tidak dilakukan dalam penelitian ini karena
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa aktif yang terkandung
pada ekstrak rimpang kunyit selain kurkuminoid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Ekstrak rimpang kunyit memiliki aktivitas penangkap radikal bebas,
antibakteri, dan UV protection.
2. Isolat pertama memiliki aktivitas penangkap radikal bebas dan UV protection,
sedangkan isolat kedua memiliki aktivitas penangkap radikal bebas, UV
protection, dan antibakteri. Kedua isolat merupakan golongan senyawa
terpenoid.
B. Saran
1. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan uji aktivitas penangkap radikal bebas,
antibakteri, dan UV protection secara kuantitatif pada masing – masing isolat.
2. Perlu dilakukan elusidasi struktur pada kedua isolat hasil kromatografi kolom
dengan metode elusi step – gradient chromatography menggunakan fase gerak
n-heksan : kloroform (75 : 25 v/v) dan n-heksan : kloroform (50 : 50 v/v).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
DAFTAR PUSTAKA
Alam, G., Mufidah, Massi, N., Kurnia, F. R. T., Rahim, A., Usmar, 2012,
Skrining Komponen Kimia dan Uji Aktivitas Mukolitik Ekstrak Rimpang
Bangle (Zingiber purpureum Roxb.) terhadap Mukosa Usus Sapi Secara
in Vitro, Majalah Farmasi dan Farmakologi, 16 (3), 123 – 126.
Azizah, B., Salamah, N., 2013, Standarisasi Parameter non Spesifik dan
Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak Terpurifikasi
Rimpang Kunyit, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 3 (1), 21 – 30.
Balakrishnan, K.P., dan Narayanaswamy, N., 2011, Botanicals as Sunscreens:
Their Role in the Prevention of Photoaging and Skin Cancer,
International Journal of Research in Cosmetic Science, 1 (1), 1- 12.
Bergeron, C., Carrier, D. J., Ramaswamy, S., (Eds.), 2012, Biorefinery Co –
Products: Phytochemicals, Primary Metabolites, and Value – Added
Biomass Processing, John Wiley & Sons, Ltd., United Kingdom, pp.
264.
Cespedes, C. L., Morales, M. V, Avila, J. G., Hafidi, M. E., Alarcon, J.,dan
Lopez, O. P., 2009, Phytochemical Profile and the Antioxidant Activity
of Chilean Wild Black – berry Fruits, Aristotelia chilensis (Mol) Stuntz
(Elaeocarpaceae), Food Chemistry, 119 (2010), 886 – 885.
Chhetri, H.P, Yogol, N.S., Sherchan J., Anupa, K.C., Mansoor, S., Thapa, P.,
2008, Phytochemical and Antimicrobial Evaluations of Some Medicinal
Plants of Nepal, Kathmandu University Journal of Science, Engineering,
and Technology, 1 (5), 49 – 54.
Choi, H.Y., 2009, Antioxidant Activity of Curcuma longa L., Novel Foodstuff,
Mol. Cell. Toxicol, 5 (3), 237 – 242.
Choma, I.M., dan Grzelak, E.M., 2010, Bioautography Detection in Thin – Layer
Chromatography, Journal of Chromatography A, 1218 (19), 2684 –
2691.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986, Sediaan Galenik, Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, pp. 10 – 13.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Materia Medika Indonesia,
jilid V, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, pp.
20.
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen,
2010, Acuan Sediaan Herbal, Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, pp. 7.
Ganpati, K. S., Bhaurao, S. S., Iranna, K. K., Dilip, C. R., Nilkanth, Y. P., 2011,
Comparative Studies on Curcumin Content in Fresh and Stored Samples
of Turmeric Rhizomes, IRJP, 2 (4), 127 – 129.
Garcia, E.J., Oldoni, T.L.C., Alencar, S.M., Reis, A., Loguercio, A.D., dan
Grande, R.H.M., 2012, Antioxidant Activity by DPPH Assay of Potential
Solutions to be Applied on Bleached Teeth, Braz Dent J, 23 (1), 22 – 27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Gillespie, S., 1994, Medical Microbiology Illustrated, Butterworth – Heinemann
Ltd., London, pp. 238.
Hajnos, M. W., Sherma, J., Kowalska, T., (Eds.), 2008, Thin Layer
Chromatography in Phytochemistry, CRC Press, U.S., pp. 5 – 8.
Harmita, Radji, M., 2006, Buku Ajar Analisis Hayati, Ed. 3., Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 2.
Helen, M. P. A., Prinitha, Sree, J. S., Abisha, M. S. M., Jacob, A., 2012,
Phytochemical Characterization and Antimicrobial Activity of Oil and
Solvent Extracts of Curcuma longa, RJPBCS, 3 (3), 49 – 55.
Hostettmann, K., Marston, A., Hostettmann, M., 1997, Preparative
Chromatography Techniques: Applications in Natural Product Isolation,
Sprnger, Germany, pp. 33 – 35.
Hurtubise, R. J., 2010, Encyclopedia of Chromatography, Taylor and Francis,
New York, pp. 10.
Jawetz, E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E., 2005, Mikrobiologi Kedokteran,
Salemba Medika, Jakarta, pp. 20, 21.
Jorgensen, J. H., Ferraro, M. J., 2009, Antimicrobial Susceptibility Testing: a
Review of General Principles and Contemporary Practices, Medical
Microbiology, 49 (1), 1749 – 1755.
Jork, H., Funk, W., Fischer, W., Wimmer, H., 1990, Thin – Layer
Chromatography : Reagents and Detection Methods, VCH, Germany,
pp. 147 – 148.
Kareru, P. G., Keriko, J. M., Kenji, G. M., Thiong’o, G. T., Gachanja, A. N.,
Mukiira, H. N., 2010, Antimicrobial Activities of Skincare Preparations
from Plant Extract, Afr. J. Trad. CAM¸ 7 (3), 214 – 218.
Kedare, S. B., Singh, R. P., 2011, Genesis and Development of DPPH Method of
Antioxidant Assay, J. Food Sci. Technol., 48 (4), 412 – 422.
Komsta, L., Hajnos, M. W., Sherma, J., (Eds.), 2014, Thin Layer Chromatography
in Drug Analysis, CRC Press, U. S., pp. 218.
Kuntorini, E.M., Astuti, M.D., dan Miliana, N., 2011, Struktur Anatomi dan
Kerapatan Sel Sekresi serta Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol dari
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) Asal Kecamatan
Pengaron Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, Bioscientiae, 8 (1), 28 –
37.
Latha, M.S., Martis, J., Shobha, V., Shinde, R. S., Bangera, S., Krishnankutty, B.,
et al., 2013, Sunscreening Agents, JCAD, 6 (1), 16 – 26.
Lodhia, M. H., Bhatt, K. R., Thaker, V. S., 2009, Antibacterial Activity of
Essential Oils from Palmarosa, Evening Primerose, Lavender, and
Tuberose, Indian J. Pharm. Sci., 71 (2), 134 -136.
Mahon, C. R., Lehman, D. C., Manuselis, G., 2011, Textbook of Diagnostic
Microbiology, Saunders Company, USA, pp. 281.
Marliana, E., 2007, Analisis Senyawa Metabolit Sekunder dari Batang
Spatholobus ferrugineus (Zoll & Moritzi) Benth yang Berfungsi sebagai
Antioksidan, Jurnal Penelitian MIPA, 1 (1), 23 – 29.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Marston, A., 2011, Thin – Layer Chromatography with Biological Detection in
Phytochemistry, Journal of Chromatography A, 1218 (2011), 2676 –
2683.
Nahak, G., Sahu, R. K., 2011, Evaluation of Antioxidant Activity in Ethanolic
Extracts of Five Curcuma Species, IRJP, 2 (12), 243 – 248.
Naz, S., Jabeen, S., Ilyas, S., Manzoor, F., Aslam, F., Ali, A., 2010, Antibacterial
Activity of Curcuma longa Varieties Against Different Strains of
Bacteria, Pak. J. Bot., 42 (1), 455 – 462.
Nugroho, A. E., 2012, Farmakologi: Obat – Obat Penting dalam Pembelajaran
Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp.
192, 193.
O’Neil, M. J., 2001, The Merck Index – an Encyclopedia of Chemicals, Drugs,
and Biologicals, (Ed.), 13th ed, Whitehouse Station, NJ: Merck and Co.,
Inc., U. S. A., pp. 313.
Pangkalan Ide, 2011, Health Secret of Tumeric (Kunyit), PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, pp. 8.
Petkovsek, Z., Elersic, K., Gubina, M., Bertok, D. Z., Erjavec, M. S., 2009,
Virulence Potential of Escherichia coli Isolates from Skin and Soft
Tissue Infections, J. Clin. Microbiol, 47 (6), 1811 – 1817.
Pundir, R.K., dan Jain, P., 2010, Comparative Studies on the Antimicrobial
Activity of Black Pepper (Piper nigrum) and Turmeric (Curcuma Longa)
Extracts, IJABPT, 1 (2), 492 – 501.
Rastuti, U., 2012, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Kalba (Albizia
falcataria) dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil) dan
identifikasi Senyawa Metabolit Sekundernya, Molekul, 7 (1), 33 – 42.
Rathaur, P., Raja, W., Ramteke P.W., John, S. A., 2012, Turmeric: the Golden
Spice of Life, IJSPR, 3 (7), 1987 – 1994.
Revathy, S., Elumalai, S., Benny, M., Antony, B., 2011, Isolation, Purification,
and Identification of Curcuminoids from Turmeric (Curcuma longa L.)
by Column Chromatography, JES, 2 (7), 21 – 25.
Robinson, Y., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerbit ITB,
Bandung, pp. 209.
Rohyami, Y., 2008, Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol
Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl),
Logika, 5 (1), 1-8.
Sarkar, F. H., 2012, Nutraceuticals and Cancer, (Ed.), Springer, New York, pp.
262.
Sarker, S. D., Latif , Z., Gray, A. I., (Eds.), 2006, Natural Product Isolation,
Humana Press Inc., New Jersey, pp. 33.
Sherma, J., Fried, B., (Eds.), 2003, Handbook of Thin Layer Chromatography, 3rd
ed., Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 793.
Singh, R., Chandra, R., Bose, M., dan Luthra, P.M., 2002, Antibacterial Activity
of Curcuma longa Rhizome Extract on Phatogenic Bacteria, Current
Science, 83 (6), 737 – 740.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Sudirman, L. I., 2005, Deteksi Senyawa Antimikroba yang Diisolasi dari
Beberapa Lentinus Tropis dengan Metode Bioautogafi, Hayati, 12 (2), 67
– 72.
Suleiman, M. M., McGaw, L. J., Naidoo, V., Eloff, J. N., 2010, Detection of
Antimicrobial Compounds by Bioautography of Different Extracts of
Leaves of Selected South African Tree Species, Afr. J. Trad. CAM, 7 (1),
64 – 78.
Taganna, J. C., Quanico, J. P., Perono, R. M. G., Amor, E. C., Rivera, W. L.,
2011, Tannin – rich Fraction from Terminalia catappa Inhibits Quorum
Sensing (QS) in Chromobacterium violaceum and the QS – Controlled
Biofilm Maturation and LasA Staphylolytic Activity in Pseudomona
aeruginosa, Journal of Ethnopharmacology, 134 (2011), 865 – 871.
Tan, H., Reed, M., Gahm, K. H., King, T., Seran, M. D., Bostick, T., et al., 2008,
An Integrated High – Throughput Screening Approach for Purification of
Solid Organic Compounds by Trituration and Crystallization in Solvents,
Org. Process Res. Dev., 12 (1), 58 – 65.
Tarigan, J. Br., Zuhra, C. F., Sihotang, H., 2008, Skrining Fitokimia Tumbuhan
yang Digunakan oleh Pedagang Jamu Gendong untuk Merawat Kulit
Wajah di Kecamatan Medan Baru, Jurnal Biologi Sumatera, 3 (1), 1 – 6.
Thomas, A. N. S., 1989, Tanaman Obat Tradisional, Kanisius, Yogyakarta, pp.
33 – 34.
Tilak, J.C., Banerjee, M., Mohan, H., Devasagayam, T.P., 2004, Antioxidant
Availability of Turmeric in Relation to its Medicinal and Culinary Uses,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15551376, diakses tanggal 8
Februari 2014.
Tini, N., Amri, K., 2002, Mengebunkan Jati Unggul Pilihan Investasi Prospektif,
PT. Agromedia Pustaka, Jakarta, pp. 17 – 18.
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., Kaur, H., 2011, Phytochemical
Screening and Extraction : a Review, IPS, 1 (1), 98 – 106.
Tjay, T. H., Rahardja, K., 2007, Obat – Obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan
Efek – Efek Sampingnya, edisi keenam, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta, pp. 57, 58.
Tringali, C., 2001, Bioactive Compounds from Natural Sources: Isolation,
Characterisation and Biological Properties, (Ed.), Taylor & Francis Inc.,
New York, pp.339, 341.
Tungriani, D.A., Karim, A., Seniwati, A., 2012, Analisis Kandungan -Karoten
dan Vitamin C pada berbagai Varitetas Talas (Colocasia esculenta),
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2845/Jurnal%2
0Defi%20Angelin%20Tungriani%20(H311%2008%20259).pdf?sequenc
e=1, diakses tanggal 9 Februari 2014.
Ueno, H., Yamakura, S., Arastoo, R. S., Oshima, T., Kokubo, K., 2014,
Systematic Evaluation and Mechanistic Investigation of Antioxidant
Activity of Fullerenols Using β – Carotene Bleaching Assay, Journal of
Nanomaterials, 2014 (2014), 1 – 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
United States Department of Agriculture, Plant Database,
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=CULO#, diakses tanggal 9
Februari 2014.
Utami, P., 2012, Antibiotik Alami untuk Mengatasi Aneka Penyakit, PT. Agro
Media Pustaka, Jakarta Selatan, pp. 8, 30 – 31.
Vasanthakumari, R., 2009, Practical Microbiology, BI Publications Pvt Ltd., New
Delhi, pp. 60.
Wagner, H., Bladt, S., 1984, Plant Drug Analysis a Thin Layer Chromatography
Atlas, Springer, Verlag Berlin Heidelberg, pp. 164.
Warnaini, C., 2013, Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit sebagai Antibakteri terhadap
Pertummbuhan Bakteri Bacillus sp. dan Shigella dysentriae secara in
vitro,http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2013/12/PUSTAKA_UNPAD_UJI_EFEKTIVITAS_EK
STRAK_KUNYIT.pdf, diakses tanggal 6 Mei 2014.
Wu, S., Liang, J., Berthod, A., 2012, Comparing Two Models of Gradient Elution
in Counter – Current Chromatography, J. Chromatogr. A., 1274 (2013),
77 – 81.
Zala, S. P., Patel, K. P., Patel, K. S., Parmar, J. P., Sen, D. J., 2012, Laboratory
Techniques of Purification and Isolation, IJDDR, 4 (2), 41 – 55.
Zengin, H., Baysal, A. H., 2014, Antibacterial and Antioxidant Activity of
Essential Oil Terpenes against Pathogenic and Spoilage – Forming
Bacteria and Cell Structure – Activity Relationship Evaluated by SEM
Microscopy, Molecules, 19, 17773 – 177798.
Zhai, H., Wilhelm, K. P., Maibach, H. I., (Eds.), 2008, Dermatotoxicology, 7th
ed., CRC Press, U.S., pp. 601.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat determinasi rimpang kunyit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 2. Sertifikat hasil uji bakteri E. coli dan S. aureus
a. Sertifikat hasil uji bakteri E. coli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
b. Sertifikat hasil uji bakteri S. aureus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 3. Foto simplisia kering rimpang kunyit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 4. Perhitungan susut pengeringan simplisia rimpang kunyit
a. Penetapan bobot tetap cawan petri kosong pada suhu 105
t (menit) Replikasi 1 (gram) Replikasi 2 (gram) Replikasi 3 (gram)
0 29,613 29,597 44,751
30 29,611 29,596 44,747
60 29,611 29,596 44,747
b. Penimbangan cawan petri dan simplisia
Replikasi 1
(gram)
Replikasi 2
(gram)
Replikasi 3
(gram)
Cawan kosong 29,611 29,596 44,747
Cawan + isi 30,669 30,587 45,811
Isi 1,058 0,991 1,064
c. Susut pengeringan simplisia pada suhu 105
Menit
ke -
Replikasi 1 (gram) Replikasi 2 (gram) Replikasi 3 (gram)
Cawan
Petri + Isi
Bobot
Isi
Cawan
Petri + Isi
Bobot
Isi
Cawan
Petri + Isi
Bobot
Isi
30 30,577 0,966 30,491 0,895 45,715 0,968
60 30,565 0,954 30,482 0,886 45,705 0,958
90 30,560 0,949 30,476 0,880 45,696 0,949
120 30,558 0,947 30,477 0,881 45,697 0,950
d. Hasil susut pengeringan
1) Hasil susut pengeringan replikasi 1
30 menit =
60 menit =
90 menit =
120 menit =
2) Hasil susut pengeringan replikasi 2
30 menit =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
60 menit =
90 menit =
120 menit =
3) Hasil susut pengeringan replikasi 3
30 menit =
60 menit =
90 menit =
120 menit =
Rata – rata nilai persentase susut pengeringan pada simplisia rimpang kunyit
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 5. Perhitungan rendemen ekstrak rimpang kunyit
Bobot wadah kosong 193,3 gram
Bobot wadah + ekstrak etanolik rimpang kunyit 328,7 gram
Bobot ekstrak rimpang kunyit 135,4 gram
Bobot simplisia rimpang kunyit yang digunakan = 919,7 gram
Perhitungan rendemen =
x 100% =
=
= 14,72%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 6. Susut pengeringan ekstrak
a. Penetapan bobot tetap cawan petri kosong pada suhu 105
t (menit) Replikasi 1 (gram) Replikasi 2 (gram) Replikasi 3 (gram)
0 40,089 36,300 37,007
30 40,080 36,294 37,001
60 40,080 36,294 37,000
b. Penimbangan cawan petri dan isi
Replikasi 1
(gram)
Replikasi 2
(gram)
Replikasi 3
(gram)
Cawan kosong 40,080 36,294 37,000
Cawan + zat 40,572 36,807 37,517
Cawan + zat + silika 41,079 37,297 38,040
Isi 0,999 1,003 1,040
c. Susut pengeringan ekstrak rimpang kunyit pada suhu 105
Menit
ke -
Replikasi 1 (gram) Replikasi 2 (gram) Replikasi 3 (gram)
Cawan
Petri + Isi Isi
Cawan
Petri + Isi Isi
Cawan
Petri + Isi Isi
30 41,044 0,964 37,257 0,963 38,001 1,001
60 41,037 0,957 37,247 0,953 37,991 0,991
90 41,029 0,949 37,238 0,944 37,980 0,980
120 41,024 0,944 37,228 0,934 37,970 0,970
150 41,017 0,937 37,219 0,925 37,961 0,961
180 41,012 0,932 37,211 0,917 37,950 0,950
210 41,007 0,927 37,204 0,910 37,941 0,941
240 41,003 0,923 37,200 0,906 37,935 0,935
270 41,000 0,920 37,196 0,902 37,931 0,931
300 40,996 0,916 37,192 0,898 37,929 0,929
330 40,993 0,913 37,190 0,896 37,928 0,928
360 40,991 0,911 37,189 0,895 37,928 0,928
d. Hasil susut pengeringan
1) Hasil susut pengeringan replikasi 1
Setelah 2 jam =
Setelah 4 jam =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Setelah 6 jam =
2) Hasil susut pengeringan replikasi 2
Setelah 2 jam =
Setelah 4 jam =
Setelah 6 jam =
3) Hasil susut pengeringan replikasi 3
Setelah 2 jam =
Setelah 4 jam =
Setelah 6 jam =
Rata – rata nilai persentase susut pengeringan pada ekstrak =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Lampiran 7. Optimasi fase gerak kromatografi lapis tipis
a. Preparasi sampel
Berat ekstrak kunyit = 0,0053 gram
Konsentrasi ekstrak kunyit dalam etanol =
5,3 mg/ mL
b. Optimasi fase gerak
1) Fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat glasial : air (100 : 11 : 11 :
20 v/v)
Visual UV 254 nm UV 366 nm
2) Fase gerak kloroform : metanol (7 : 3 v/v)
Visual UV 254 nm UV 366 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
3) Fase gerak n-heksan : etil asetat (2 : 3 v/v)
Visual UV 254 nm UV 366 nm
4) Fase gerak kloroform : metanol (9 : 1 v/v)
Visual UV 254 nm UV 366 nm
5) Fase gerak kloroform : metanol (95 : 5 v/v)
Visual UV 254 nm UV 366 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 8. Isolasi senyawa
a. Triturasi
1) Penyiapan sampel
Bobot wadah kosong 149,647 gram
Bobot wadah + ekstrak kental rimpang kunyit 154,677 gram
Bobot wadah + ekstrak + sea sand 159,724 gram
Bobot wadah + sisa 149,946 gram
Bobot ekstrak + sea sand 9,778 gram
2) Hasil triturasi n-heksan
Bobot cawan kosong 61,530 gram
Bobot cawan + isi 62,348 gram
Bobot isi 0,818 gram
Rendemen =
3) Hasil triturasi kloroform: metanol (95:5 v/v)
Bobot cawan kosong 62,551 gram
Bobot cawan + isi 65,127 gram
Bobot isi 2,576 gram
Rendemen =
4) Hasil perbandingan KLT ekstrak dan hasil triturasi
a) Penimbangan
(1) Ekstrak kental
Bobot ekstrak = 0,0023 gram = 2,3 mg
Konsentrasi larutan =
= 4,6 mg/ mL
(2) Hasil triturasi n-heksan
Bobot hasil triturasi n-heksan = 0,0027 gram = 2,7 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Konsentrasi larutan =
= 5,4 mg/ mL
(3) Hasil triturasi kloroform : metanol (95:5 v/v)
Bobot hasil triturasi kloroform : metanol (95:5 v/v) = 0,0024 gram =
2,4 mg
Konsentrasi larutan =
= 4,8 mg/ mL
b) Nilai Rf hasil triturasi
Bercak
pertama
Bercak
kedua
Bercak
ketiga
Bercak
keempat
Visual
Ekstrak 0,22 –
0,28
0,34 –
0,38
0,48 –
0,56 -
Hasil triturasi n-
heksan - - - -
Hasil triturasi
klo:met (95:5 v/v)
0,22 –
0,28
0,34 –
0,38
0,48 –
0,56 -
UV
254 nm
Ekstrak 0,22 –
0,28
0,34 –
0,38
0,48 –
0,56
0,74 –
0,78
Hasil triturasi n-
heksan - - -
0,74 –
0,78
Hasil triturasi
klo:met (95:5 v/v)
0,22 –
0,28
0,34 –
0,38
0,48 –
0,56
0,74 –
0,78
UV
366 nm
Ekstrak 0,22 –
0,28
0,34 –
0,38
0,48 –
0,56 -
Hasil triturasi n-
heksan
0,22 –
0,28 - - -
Hasil triturasi
klo:met (95:5 v/v)
0,22 –
0,28
0,34 –
0,38
0,48 –
0,56 -
b. Kromatografi kolom
1) Optimasi pelarut yang akan digunakan
a) Penimbangan hasil triturasi n-heksan
Bobot hasil triturasi n-heksan = 0,0026 gram = 2,6 mg
Konsentrasi larutan =
5,2 mg/ mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
b) Profil KLT
Visual
Keterangan :
A. Fase gerak yang digunakan n-heksan : kloroform (50:50 v/v)
B. Fase gerak yang digunakan n-heksan : kloroforom (25:75 v/v)
C. Fase gerak yang digunakan kloroform
D. Fase gerak yang digunakan kloroform : metanol (98:2 v/v)
2) Penimbangan sampel untuk kromatografi kolom
Bobot wadah kosong 149,6606 gram
Bobot wadah + isi 149,9577 gram
Bobot isi 0,2971 gram
Bobot silika = 0,2960 = 296 mg
3) Profil KLT hasil kromatografi kolom
a) Profil KLT hasil kromatografi kolom putaran pertama
Profil KLT putaran pertama
A B C D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
b) Profil KLT hasil kromatografi kolom putaran kedua
Profil KLT putaran kedua
4) Perhitungan rendemen hasil kromatografi kolom
a) Isolat 1
Bobot flakon kosong 17,9851 gram
Bobot flakon + isi 18,1263 gram
Bobot isi 0,1412 gram
Rendemen =
b) Isolat 2
Bobot flakon kosong 18,2759 gram
Bobot flakon + isi 18,2926 gram
Bobot isi 0,0173 gram
Rendemen =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 9. Identifikasi golongan senyawa dengan reagen semprot pada
isolat
1) Deteksi secara fisik
UV 254 nm
UV 366 nm
2) Deteksi golongan senyawa dengan reagen semprot
Reagen AlCl3 Reagen FeCl3
Isolat 1 Isolat 2
Isolat 1 Isolat 2
A B
A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Reagen Dragendorff Reagen vanilin sulfat
Keterangan:
A. Isolat 1
B. Isolat 2
A B
A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 10. Uji kualitatif penangkap radikal bebas, UV protection, dan
antibakteri
a. Uji kualitatif penangkap radikal bebas
1) Penimbangan ekstrak kunyit
Bobot ekstrak kunyit = 0,0047 gram
Konsentrasi ekstrak kunyit dalam etanol = =
4,7 mg/ mL
2) Uji kualitatif penangkap radikal bebas pada ekstrak kental
Nilai Rf Standar
Kurkumin
Ekstrak kunyit
6 totolan 8 totolan
0,22 – 0,28
0,34 – 0,38
0,48 – 0,56
0,74 – 0,78 + +++ Keterangan : (+) Daya aktivitas lemah. (+++)Daya aktivitas kuat.
3) Uji kualitatif antioksidan pada isolat
Setelah disemprot DPPH
5 jam setelah disemprot DPPH
K A B C K D E F
E F D K K A B C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Keterangan:
K. Ekstrak kunyit dengan volume penotolan 10 µL (mass loading = 47 µg)
A. Isolat 1 dengan volume penotolan 10 µL (mass loading = 10 µg)
B. Isolat 1 dengan volume penotolan 20 µL (mass loading = 20 µg)
C. Isolat 1 dengan volume penotolan 30 µL (mass loading = 30 µg)
D. Isolat 2 dengan volume penotolan 10 µL (mass loading = 10 µg)
E. Isolat 2 dengan volume penotolan 20 µL (mass loading = 20 µg)
F. Isolat 2 dengan volume penotolan 30 µL (mass loading = 30 µg)
b. Uji kualitatif UV protection
1) Penimbangan bahan
a) Penimbangan -carotene
Bobot -carotene = 0,0042 gram
Konsentrasi -carotene =
= 0,0525 mg/ mL
b) Penimbangan ekstrak kunyit
Bobot ekstrak kunyit = 0,0047 gram
Konsentrasi ekstrak kunyit dalam etanol = =
4,7 mg/ mL
2) Indikator warna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
3) Optimasi intensitas cahaya
Ket. t
(menit)
Replikasi ke –
(indikator ke - ) Rata -
rata SD
1 2 3 4 5
h = 100 cm
max = 5,97 lux
min = 5,82 lux
Rata – rata =
5,895 lux
0 6 6 6 6 6 6 0,00
1 5 3 3 3 3 3,4 0,89
3 3 3 2 2 3 2,6 0,55
6 3 2 2 2 2 2,2 0,45
9 2 2 2 2 2 2 0,00
12 2 2 2 2 2 2 0,00
15 2 2 1 1 1 1,4 0,55
h = 50 cm
max= 15,14 lux
min = 14,88 lux
Rata – rata =
15,01 lux
0 6 6 6 6 6 6 0,00
1 3 2 2 3 2 2,4 0,55
3 2 2 2 2 2 2 0,00
6 2 1 2 1 2 1,6 0,55
9 2 1 1 1 1 1,2 0,45
12 1 1 1 1 1 1 0,00
15 1 1 1 1 1 1 0,00
h = 35 cm
max= 30,96 lux
min = 30,00 lux
Rata – rata =
30,48 lux
0 6 6 6 6 6 6 0,00
1 2 2 1 2 1 1,6 0,55
3 1 1 1 1 1 1 0,00
6 0 0 0 0 0 0 0,00
9 0 0 0 0 0 0 0,00
12 0 0 0 0 0 0 0,00
15 0 0 0 0 0 0 0,00
4) Uji aktivitas UV protection pada ekstrak kunyit
Rep 1 Rep 2 Rep 3 Rep 4 Rep 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
5) Uji aktivitas UV protection pada isolat
Isolat 1 Isolat 2
Keterangan:
K. Ekstrak kunyit dengan volume penotolan 10 µL (mass loading = 47
µg)
A. Isolat dengan volume penotolan 10 µL (mass loading = 10 µg)
B. Isolat dengan volume penotolan 20 µL (mass loading = 20 µg)
C. Isolat dengan volume penotolan 30 µL (mass loading = 30 µg)
c. Uji kualitatif antibakteri
1) Penimbangan bahan
a) Ekstrak kental kunyit
Bobot ekstrak kental kunyit = 0,0047 gram
Konsentrasi ekstrak kunyit dalam etanol =
4,7 mg/ mL
b) Amoksisilin
Bobot amoksisilin = 0,0051 gram
Konsentrasi amoksisilin dalam aquadest =
= 5,1 mg/mL
E A B A C C B E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
2) Hasil pengamatan bioautografi kontak ekstrak kunyit terhadap E. coli dan S.
aureus
Aktivitas antibakteri ekstrak kunyit terhadap E. coli
Aktivitas antibakteri ekstrak kunyit terhadap S. aureus
Keterangan :
A. Ekstrak kunyit dengan volume penotolan 15 µL (mass loading = 75
µg)
B. Ekstrak kunyit dengan volume penotolan 20 µL (mass loading = 100
µg)
C. Ekstrak kunyit dengan volume penotolan 30 µL (mass loading = 150
µg)
A
A B
B C
C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
3) Hasil pengamatan uji daya antibakteri isolat terhadap S. aureus dengan
metode Kirby – Bauer
A B
C D
Keterangan :
A. Isolat pertama dengan volume penotolan 50 µL (mass loading = 50 µg)
B. Isolat pertama dengan volume penotolan 100 µL (mass loading = 100 µg)
C. Isolat kedua dengan volume penotolan 50 µL (mass loading = 50 µg)
D. Isolat kedua dengan volume penotolan 100 µL (mass loading = 100 µg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Isolasi dan
Identifikasi Golongan Senyawa Aktif Penangkap
Radikal Bebas, Antibakteri, dan UV Protection Ekstrak
Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.)” memiliki nama
lengkap Elyn Prameswari. Penulis lahir di Bogor pada
tanggal 7 September 1993 sebagai putri ketiga dari tiga
bersaudara pasangan Wasi Tedjo Radjatmo dan Ignatia
Sukarti. Pendidikan Formal yang pernah ditempuh
penulis adalah TK Sandhy Putra Balikpapan (1997 –
1999), SD St. Aloysius Semarang (1999 – 2005), SMP
Maria Mediatrix Semarang (2005 – 2008), SMA Kolese
Loyola Semarang (2008 – 2011), dan kemudian
melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2011.
Selama menjadi mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, penulis aktif dalam beberapa kegiatan diantaranya: bendahara Dewan
Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi (2013 – 2014), ketua Komisi Pemilihan
Umum Gubernur BEMF dan Ketua DPMF Farmasi (KPU 2013), sekretaris
TITRASI (2013), sekretaris Donor Darah JMKI “We are One in Blood Donation
(2012), anggota UKF basket (2011 – 2013), dan anggota UKM basket (2011 -
2012).
Penulis juga pernah memenangkan pertandingan basket di antaranya:
Juara II Potensi MIPA Fair UII Se – DIY tahun 2012, juara III Farmasi Cup
(Basketball Competition Fakultas/ Jurusan Kesehatan Se - DIY) tahun 2011, juara
III, Farmasi UGM Cup tahun 2012, dan juara III Pharmacy Performance and
Event Cup tahun 2012. Selain itu, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum
untuk matakuliah Bentuk Sediaan Farmasi dan Biokimia pada tahun 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI