89
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “M” P 2002 Ab 000 NIFAS HARI KE-5 DENGAN MASTITIS DI BPS NY. MAS’ULIYAH KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG Tanggal 24 Maret 2009 Asuhan Kebidanan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebinanan III Semester VI Oleh : RISA VERASARI 06.273

Pnc Mastitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gcfgcghchcvjm,vvjkg

Citation preview

Page 1: Pnc Mastitis

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “M” P2002 Ab000 NIFAS HARI KE-5 DENGAN MASTITIS DI BPS NY. MAS’ULIYAH

KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG

Tanggal 24 Maret 2009

Asuhan Kebidanan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Kebinanan III Semester VI

Oleh :RISA VERASARI

06.273

AKADEMI KEBIDANAN KENDEDES MALANG2009

Page 2: Pnc Mastitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Departement kesehatan dibantu WHO, UNICEF dan UNDP

melaksanakan Assestment Safe Motherhood, suatu hasil dari kegiatan ini

adalah rekomendasi rencana kegiatan lima tahun. Departement kesehatan

menerapkan rekomendasi tersebut dalam bentuk strategi operasional untuk

mempercepat penurunan AKI. Sasarannya adalah penurunan AKI dari 450

per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 225 pada tahun 2000.

( Abdul Bari Saifudin, 2002)

Masa nifas atau peurperium adalah masa yang dimulainya setelah partus

atau persalinan normal selesai dan berakhir selama kira-kira 6-8 minggu akan

tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali semula dalam waktu 3 bulan.

Masa nifas dengan riwayat episiotomi potensial terjadi infeksi nifas dan

angka kematian terbesar di Indonesia sering disebabkan oleh infeksi. Asuhan

masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa bagi

ibu dan bayinya.

(Sarwono, 2002)

Seperti halnya persalinan, masa nifas merupakan masa yang bisa

dikatakan kritis bagi seorang perempuan karena dapat menimbulkan

komplikasi yang dapat berakibat fatal seperti perdarahan post partum (42 %),

pre eklamsi (13 %), febris puerpuralis (11 %), tromboemboli (10 %), mastitis

(9 %) dan depresi puerpuralis (15 %), yang tidak menutup kemungkinan bisa

mengakibatkan kematian.

(www. Siaksoft.net, 2009)

Page 3: Pnc Mastitis

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan

secara komprehensif pada Ny ”M” P2002 Abooo nifas hari ke- 5 dengan

mastitis sesuai asuhan kebidanan yang berlaku.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan kebidanan diharapkan mahasiswa dapat:

1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada ibu post partum

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan masalah-masalah yang

terjadi pada ibu post partum

3. Mahasiswa mampu mengantisipasi masalah potensial pada ibu post

partum.

4. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera

5. Mahasiswa mampu menentukan rencana tindakan yang akan

diberikan

6. Mahasiwa mampu melaksanakan tindakan yang telah direncanakan

7. Mahasiswa dapat menilai kembali/ mengevaluasi tindakan yang

telah diberikan

8. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan secara

menyeluruh.

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi Mahasiswa

1. Menambah pengetahuan dan memahami konsep dasar post natal care

2. Mahasiswa dapat membuat asuhan kebidanan dan mempraktekkan

asuhan tersebut.

1.3.2 Bagai Pasien

1. Mampu memahami perubahan yang terjadi pada masa nifas

2. Menambah pengetahuan pasien tentang perawatan masa nifas

3. Menambah pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya ibu nifas

Page 4: Pnc Mastitis

1.3.3 Bagi Tenaga Kesehatan

1. Dapat memberikan konseling yang dapat dipahami oleh keluarga dan

ibu

2. Dapat melakukan tindakan terapeutik pada klien

3. Dapat memberikan tindakan pencegahan infeksi

4. Dapat memberikan pelayanan yang komprehensif pada klien

1.4 Metodologi Penulisaan

Didalam penulisan asuhan kebidanan ini mengguanakan beberapa metode,

diantaranya :

1. Wawancara

Yaitu melakukan tanya jawab secara langsung kepada pasien ataupun

keluarganya tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan pasien

yang digunakan sebagai sumber data.

2. Observasi

Yaitu melakukan pemeriksaan secara langsung kepada pasien dan

memantau perkembangnnya yang dapat digunakan sebagai data.

3. Pemeriksaan

Yaitu dengan melakukan pemeriksaan kepada pasien dan memantau

perkembangannya yang dapat digunakan sebagai data.

4. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari dan membaca buku-buku referensi yang

berhubungan dengan masalah yang ditulis

1.5 Sistematika Penulisan

Penyusunan Asuhan Kebidanan ini terbagi dalam 6 bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, tujuan, metodologi penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORI

Isi berupa cuplikan/rujukan teori, konsep-konsep yang

memiliki relevansi dengan asuhan kebidanan yang diberikan

Page 5: Pnc Mastitis

beserta konsep teori manajemen kebidanan sesuai dengan kasus

yang dihadapi.

BAB III : TINJAUAN KASUS

Berisi tentang pengkajian dat, Identifikasi diagnosa/masalah,

Identifikasi masalah potensial, Identifikasi kebutuhan segera,

Intervensi, Implementasi, Evaluasi.

BAB IV : PEMBAHASAN

Berisi tentang pembahasan kesenjangan antara teori dengan

kasus dan praktek di lapangan.

BAB V : PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: Pnc Mastitis

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Nifas

2.1.1 Pengertian

Nifas (puerperium) masa mulai setelah partus selesai, dan berakhir

setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru

pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan

(Sarwono, 2005)

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

( Abdul Bari. S, dkk, 2002)

2.1.2 Pembagian Nifas

Nifas dibagi dalam 3 periode

1. Puerperium dini

Yaitu masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan. Didalam agama Islam, dianggap telah bersih dan

boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

minggu

3. Remote puerperium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sempurna bila berminggu-minggu,

bulanan bahkan sampai tahunan.

(Harnawatiaj, 2008, http://harnawatiaj.wordpress.com/)

2.1.3 Program dan kebijakan Teknis

Page 7: Pnc Mastitis

1. Kunjungan Pertama (6-8 jam setelah persalinan)

Tujuannya :

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk

jika perdarahan berlanjut

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermi

g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan

stabil.

2. Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan)

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari.

3. Kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan) sama dengan

kunjungan kedua.

4. Kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan)

Page 8: Pnc Mastitis

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia

atau bayi alami

b. Memberikan konseling intuk KB secara dini

2.1.4 Perubahan Pada Masa Nifas

1. Perubahan Fisiologis

Pengertian

Involusi adalah perubahan yang merupakan kembalinya alat

kandungan atau uterus dan jalan kelahiran setelah bayi dilahirkan,

sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil

1. Sistem Reproduksi

a. Uterus

Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena

kontraksi dan retraksi otot – ototnya. Fundus uteri ± 3 jari

dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, biasanya tidak seberapa

berkurang, tetapi sesudah 2 hari uterus mengecil dengan dengan

cepat, sehingga pada hari ke – 10 tidak teraba lagi dari luar.

Setelah 8 minggu tercapai lagi dari luar, setelah itu tercapai lagi

ukuran yang normal.

(Obstetri Fisiologi , 1998)

Secara berangsur – angsur menjadi kecil sehingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil :

Waktu Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir

Uri lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu

8 minggu

Setinggi pusat

2 jari bawah pusat

Pertengahan pusat simfisis

Tidak teraba diatas simfisis

Bertambah kecil

Sebesar normal

1000 gram

750 gram

500 gram

350 gram

50 gram

30 gram

b. Bekas Implantasi Plasenta

Page 9: Pnc Mastitis

Plasenta mengecil Karena kontraksi dan menonjol ke kanan uteri

dengan diameter 7,5 cm sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm , pada

minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih.

Proses involusi uteri bekas implantasi plasenta terdapat gambaran

sebagai berikut :

Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir

seluas 12 x 150 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh

darah besar bermuara.

Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose,

disamping pembuluh darah tertututup karena kontraksi otot

rahim.

Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada

minggu kedua sebesar 6 – 8 cm dan ahir puerperium sebesar

2 cm.

Lapisan endometrium plasenta akan sembuh karena

pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan

lapisan basalis endometrium.

Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa

puerperium

c. Luka – luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan

sembuh dalam 6 – 7 hari.

d. Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina dalam masa nifas. Lochea terbagi atas :

Lochea Rubra

Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel – sel dari

desidua, verniks caseosa, lanogo dan meconium selama 2

hari post partum.

Lochea Sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3 – 7

post partum

Lochea Serosa

Page 10: Pnc Mastitis

Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 –

14 post partum.

Lochea Alba

Cairan putih kekuningan dan berisi selaput lendir setelah 2

minggu

Lochea Purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan serta nanah berbau busuk.

Lochea Statis

Lochea tidak lancar keluarnya.

e. Serviks

Setelah persalinan bentuk serviks akan menganga seperti corong

berwarna merah kehitaman, konsistensi lunak , kadang – kadang

terdapat perlukaan – perlukaan kecil setelah bayi lahir tanngan

masih bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat dilalui oleh

2– 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

f. Ligamen - ligamen

Ligament fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan setelah bayi lahir, secara berangsur – angsur menjadi

ciut dan pulih kembali dengan dibantu latihan – latihan tertentu

( senam nifas mulai hari ke dua post partum )

g. Vagina

Vagina sangat meregang waktu persalinan, lambat laun mencapai

ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum mulai tampak

kembali.

2. Sistem Urinarius

Dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan

hyporemia kadang – kadang oedema dari tergantung menimbulkan

obstruksi dari uretra sehingga terjadi resiko urinae, kandung kemih

dalam puerperium kadang sensitive dan kapasitasnya bertambah,

sehingga kandung kemih penuh atau sesudah kencing masih tinggal

urin residual dilatasi uretur dan pyelum normal kembali dalam 2

minggu.

Page 11: Pnc Mastitis

3. Sistem Kardiovaskuler

Hipervolemia akibat kehamilan dapat menyebabkan ibu

menoleransi kehilangan darah saat melahirkan. Banyak ibu yang

kehilangan 300 sampai 400 ml darah saat melahirkan bayi tunggal

pervaginam atau sekitar dua kali lipat dari jumlah ini saat

melahirkan secara section secarea. Denyut jantung, volume

sekuncup, dan curah jantung wanita setelah melahirkan akan lebih

tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi

sirkulasi uteroplasenter tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.

4. Sistem pencernaan

Nafsu makan ibu biasanya akan meningkat setelah melahirkan.

Setelah benar-benar sehat dan efek analgesia, anastesi dan kelatihan,

kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Selain itu penurunan tonus dan

motalitas otot traktus cerna menetap dalam waktu yang singkat

setelah bayi lahir. BAB akan tertunda 2-3 hari. Hal ini disebabkan

karena adanya tonus otot usus menurun selama proses persalinan,

diare sebelum persalinan, enema sebelum persalinan dan juga

kurang minum/dehidrasi.

5. Sistem Neurologi

Perubahan neurologist selama puerperium merupakan

kebalikan adaptasi neurologist yang terjadi saat wanita hamil dan

disebabkan trauma yang dialami wanita saat akan bersalin. Rasa

tidak nyaman neurologist yang diinduksi kehamilan akan

menghilang setelah melahirkan.

6. Tanda-Tanda Vital

Temperatur selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai

380C sebagai akibat efek dehidrasi sewaktu persalinan. Persalinan

harus berada dalam keadaan normal sebelum persalinan. Tekanan

darah sedikit erjadi perubahan atau menetap frekuensi denyut nadi

akan semakin cepat atau semakin meningkat dapat menunjukkan

akibat dari perdarahan.

7. Sistem Integumen

Page 12: Pnc Mastitis

Kloasma yang keluar saat hamil biasanya akan menghilang

saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentsi di daerah areola mammae

dan linea nigra tidak akan menghilang seluruhnya setelah bayi lahir.

Untuk kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha dan

panggul mungkin akan memudar, tetapi tidak akan hilang

seluruhnya.

8. Sistem Hematologi

Leukositosis yang meningkatkan sel darah putih hingga 15.000

selama proses persalinan, tetapi meningkat untuk hari pertama post

partum. Jumlah sel darah putih akan mencapai 25.000 atau 30.000

tanpa mengalami proses persalinan diperlama.

(Varney Midwifery, 2004)

2. Perubahan Psikologis

a. Taking In / Tahap Ketergantungan

Suatu fase dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan

Ibu sangat membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhannya

Ibu memfokuskan energinya pada bayinya yang baru lahir

Berlangsung pada hari ke 1 dan ke 2

b. Taking Hold

Suatu periode perpindahan ( siap menerima peran barunya ) dan

belajar tentang semua hal – hal yang baru

Saat tepat pemberian pendidikan kesehatan

Sebagai akibat pengaruh hormon yang sangat kuat, keluarlah ASI

Berlangsung pada hari ke 3 setelah melahirkan dan berahir pada

minggu ke 5 dan ke 6

c. Letting Go

Sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggota

keluarga yang baru

Dimulai sekitar minggu ke 5 sampai ke 6 setalah melahirkan.

Page 13: Pnc Mastitis

Ibu merasa bayinya sudah terpisah dari dirinya. Bayi memerlukan

bantuan dan secara fisik ibu mampu untuk menerima tanggung

jawab.

Tubuh pasien telah sembuh. Perasaan batinnya telah kembali dan

kegiatan hibungan seksualnya telah kembali

(Obstetri Fisologi, 1998 )

2.1.5 Perawatan Pasca Persalinan

1. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang

selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan

dan kekiri ubtuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.

Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4

atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai

variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya

luka-luka.

2. Diet

Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya

makan makanan yang mengandong protein, banyak cairan, sayur-

sayuran dan buah-buahan.

3. Miksi

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-

kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan

oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama

persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing,

sebaiknya dilakukan kateterisasi.

4. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila

masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras

Page 14: Pnc Mastitis

dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum

bisa dilakukan klisma.

5. Perawatan payudara (mamma)

Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya

putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk

menyusui bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan

cara :

1. Pembalutan mamma sampai tertekan.

2. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral

dan parlodel

3. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat

baik untuk kesehatan bayinya.

6. Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari

kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamma

yaitu :

1. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan

lemak bertambah.

2. Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut

colostrum, berwarna kuning putih susu.

3. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana

vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.

4. Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron

hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau

prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh

oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi

sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari

pasca persalinan.

(Harnawatiaj, 2008, http://harnawatiaj.wordpress.com/)

2.2 Infeksi Nifas

2.2.1 Definisi

Page 15: Pnc Mastitis

Bermacam-macam jalan kuman masuk kedalam alat

kandungan, seperti estrogen (kuman datang dari luar) antrogen

(kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan

lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah

streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen (sebagai

penghuni hormon jalan lahir)

2.2.2 Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :

1. Streptococcus haemolicitus aerob

Masuk secara ektogen (datang dari luar)

2. Staphylococcus aereus

Masuk secara esogen

3. Escherichia coli

Sering berasal dari kadnung kemih atau reklum

2.2.3 Cara terjadinya infeksi

1. Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan

dalam yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah

ada ke dalam rongga rahim

2. Alat-alat yang tidak suci hama

3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infrksi

kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan dari

penolong dan pembantunnya atau orang lain

4. Koitus pada kahir kehamilan tidak merupakan sebab infrksi

penting kecuali apabila mengakibatkan peccahnya ketuban

5. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala

pada waktu berlangsungnya persalinan infeksi intra partum

biasanya terjadi paada partus lama, apalagi jika ketuban sudah

lama pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaan dalam.

2.2.4 Predisposisi

Faktor predisposisi yang terpenting pada infeksi nifas adalah :

1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita,

seperti perdarahan banyak, pre-eklampsia, juga infeksi lain,

seperti pre umonia, penyakit jantung dan sebagainnya

Page 16: Pnc Mastitis

2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama

3. Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada

jalan lahir

4. Tertinggalnya sisa placenta, selaput ketuban dan bekuan darah

2.2.5 Frekuensi

Secara proporsional angka infeksi menurut jenis infeksi adalah :

1. Infeksi jalan lahir 25-55% dari infeksi

2. Infeksi saluran kencing 30-60% dari kasus infeksi

3. Infeksi pada mamina 5-10% dari kasus infeksi

4. Infeksi campuran 2-5% dari kasus infeksi

2.2.6 Klasifikasi

1. Infeksi terbatas lokalisasinya pada perinsum, vulva, serviks dan

endomertium

2. Infeksi yang menyebar ketempat lain melalui pembuluh darah

vena, pembuluh limfe, daan endometrium

2.2.7 Pencegahan infeksi

1. Selama kehamilan

Anemia merupakan predisposia untuk infeksi nifas, harus

diusahakan memperbaikinya keadaan gizi juga merupakan

faktor penting karenanya diet yang baik harus diperhatikan.

Dan koitus pada hamil tua sebaiknya di larang karena dapat

mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.

2. Selama persalinan

Membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam

jalan lahir , menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut,

menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin,

mencegah terjadinya pendarahan banyak. Demikian pula

petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan

mulut dengan masker, yang menderita infeksi pernafasan tidak

diperbolehkan masuk ke kamar bermun, alat-alat, kain-kain

yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Periksa dalam

dilakukan jika ada indikasi perdarahan yang banyak harus

Page 17: Pnc Mastitis

dicegah bila terjadi darha yang kurang harus segera di ganti

dengan tranfusi darah.

3. Selama nifas

Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai terkena infeksi.

Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya ditolasi dalam

ruangan khusus, tidak tercampur dengan ibu yang sehat

2.2.8 Pengobatan infeksi nifas

1. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari sekrut vagina,

luka operasi, dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan

antibiotika yang tepat dalam pengobatan

2. Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat

3. Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan

antibiotika spektrum luas (brood spektrum) menunggu hasil

laboratorium

4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau

tranfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan

komplikasi yang dijumpai.

2.3 Konsep Rawat Gabung

2.3.1 Pengertian

Adalah suatu sistem perawatan dimana bayi serta ibu dirawat dalam satu

unit.

(Sarwono, 2005)

2.3.2 Tujuan

Tujuan rawat gabung antara lain :

a. Bantuan Emosional

Setelah menunggu selama sembilan bulan dan setelah telah dalam

proses persalinan si ibu akan sangat senang , bahagia bila dekat

dengan bayi. Ibu dapat membelai – belai bayi, mendengar tangis

bayi , mencium – cium dan memperhatikan bayinya yang tidur

disampingnya. Hubungan kedua makhluk ini sangat penting

untuk saling mengenal terutama pada hari – hari pertama setelah

Page 18: Pnc Mastitis

persalinan. Bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara

ibu, kelembutan dan kasih sayanng ibu ( bonding effect ).

b. Penggunaan Air Susu Ibu

ASI adalah makanan bayi yang terbaik, produksi ASI akan lebih

cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan

cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin . pada

hari –hari pertama yang keluar adalah colostrum yang jumlahnya

sedikit. Tidak perlu kuatir bahwa bayi akan kurang minum karana

bayi harus kehilangan cairan pada hari – hari pertama dan

absorpsi usus juga sangat terbatas.

c. Pencegahan Infeksi

Pada tempat perawatan bayi, dimana banyak bayi disatukan,

infeksi sangat sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah

mencegah infeksi silang. Bayi yang melekat pada kulit si ibu.

Colostrums yang mengandung antibody dalam jumlah tinggi,

akan melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan

bayi dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai

kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi

terutama pada diare.

d. Pendidikan Kesehatan

Kesempatan melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan

untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu terutama

primipara . bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi,

merawat tali pusat, perawatan payudara dan nasehat makanan

yang baik , merupakan bahan – bahan yang diperlukan si ibu ,

keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi

dan merawat sendiri akan mempercapat mobilisasi sehingga ibu

akan lebih cepat pulih dari persalinan

(Sarwono, 2005)

2.3.3 Pelaksanaan Rawat Gabung

Sebagai pedoman pelaksanaan rawat gabung telah disusun tata kerja

sebagai berikut :

Page 19: Pnc Mastitis

a. Di kamar bersalin

Bayi yang memenuhi syarat perawatan bergabung dilakukan

perawatan bayi baru lahir seperti biasa.

Adapun criteria yang diambil sebagai syarat untuk dapat dirawat

bersama ibunya ialah nilai APGAR lebih dari 7, berat badan >

2500 gram, < 4000 gram, lahir spontan presentasi kepala, tanpa

infeksi intrapartum, masa kehamilan > 36 minggu < 42 minggu,

ibu sehat. Dalam jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan

kepada ibunya untuk merangsang pengeluaran ASI. Memberikan

penyuluhan – penyuluhan mengenai ASI dan perawatan

bergabung terutama bagi ibu yang belum mendapat

penyuluhan di poli klinik mengisi status

P3 – ASI secara lengkap dan benar, catat pada lembar

pengawasan, jam berapa bayi baru lahir dan jam berapa bayi

disusukan kepada ibunya, persiapan agar ibu dan bayinya dapat

bersama – sama keruangan.

b. Di Poli Klinik Kebidanan

Memberi penyuluhan mengenai perbaikan ASI dan rawat gabung,

memberikan penyuluhan mengenai perwatan payudara, makanan

ibu hamil ,nifas, perawatan bayi dan lain – lain.

Mendemonstrasikan pemutaran film , slide mengenai cara

merawat payudara, mengadakan ceramah, Tanya jawab dan

motivasi KB, menyelenggarakan senam nifas , membantu ibu –

ibu yang mempunyai masalah – masalah dalam hal kesehatan ibu

dan anak sesuai dengan kemampuan, membuat laporan bulanan

mengenai jumlah penunjang aktuvitas, hambatan, dan lain – lain.

c. Di Ruang Perawatan

Bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi yang ditempatkan

disamping tempat tidur ibu. Pada waktu berkunjung bayi dan

tempat tidurnya dipindahkan di ruangan lain. Perawat harus

memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali keadaan –

kedaan yang tidak normal serta kemudian melaporkan kepada

Page 20: Pnc Mastitis

dokter jaga. Bayi boleh menyusu sewaktu ia menginginkan, bayi

tidak boleh diberi susu dari botol, bila ASI masih kurang boleh

menmbah air putih atau susu formula dengan sendok. Ibu harus

dibantu untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, juga untuk

merawat payudaranya : keadaan bayi sehari – sehari bayinya

dengan baik, juga untuk merawat payudaranya, keadaan bayi

sehari – hari dicatat dalam status P3 – ASI. Bila bayi sakit atau

perlu observasi lebih teliti, bayi dipindahkan ke ruang perawatan

bayi baru lahir, bila bayi dan ibu boleh pulang, sekali lagi diberi

penerangan tantang cara – cara merawat bayi dan pemberian ASI

serta perawatan payudara dan makanan ibu menyusui. Kepada

ibu diberikan leaflet mengenai hal – hal tersebut dan di pesan

untuk memeriksakan bayinya 2 minggu kemudian, status P3 –

ASI setelah dilengkapi, dikembalikan ke ruangan Follow up

(Sarwono, 2005)

2.3.4 Manfaat Rawat Gabung

Manfaat dan keuntungan rawat gabung dapat ditinjau dari berbagai

aspek sesuai dengan tujuannya :

a. Aspek Fisik

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu dapat dengan mudah

menjangkau bayinya untuk melakukan perawatan payudara

sendiri dan menyusui setiap saat kapan sajabayinya

menginginkan.

b. Aspek Fisiologi

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui

dan frekwensinya akan lebih sering

c. Aspek Psikologis

Dengan rawat gabung maka antara ibu dan bayi akan segera

terjalin proses lekat ( earli infant – mother bonding ) akibat

sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya

d. Aspek Edukatif

Page 21: Pnc Mastitis

Dengan rawat gabung, ibu ( terutama yang baru mempunyai anak

pertama ) akan mempunyai pengalaman yang berguna, sehingga

mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah

sakit.

e. Aspek Ekonomi

Dengan rawat gabung, maka pemberian ASI dilakukan sedini

mungkin.

f. Aspek Medis

Dengan pelaksanaan rawat gabung maka akan menurunkan

terjadi infeksi nosokomial pada bayi serta menurunkan angka

mortalitas ibu dan bayi.

2.3.5 Syarat Rawat Gabung

Bayi dan ibu yang dapat dirawat gabung harus memenuhu criteria

sebagai berikut :

a. Lahir spontan, baik presentasi bokong maupun kepala

b. Bayi lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah

bayi cukup sehat, refleks menghisap baik, tidak ada tanda – tanda

infeksi.

c. Bayi yang lahir secara sectio caesarea dengan pembiusan umum,

dirawat gabung dilakukan setalah ibu dan bayi sadar, misalnya 4 -

8 jam setelah operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun ibu

masih mendapat infuse

d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama ( nilai APGAR > 7 )

e. Umur kahamilan > 37 minggu

f. Berat lahir > 2500 gram

g. Tidak terdapat tanda – tanda infeksi intrapartum

h. Bayi dan ibu sehat.

2.3.6 Klinik Laktasi

Yang harus diperhatikan di klinik laktasi adalah :

1. Ibu yang menyusui

2. Perkembangan laktasi dan menyusui dievaluasi dengan

mempergunakan formulir anamnesis yang khusus dirancang

Page 22: Pnc Mastitis

3. Pemeriksaan bayi

4. Pemeriksaan payudara

5. Ibu disuruh menyusui bayinya dan diobservasi, apabila ada

kesalahan teknik atau kesulitan maka diberi penjelasan

6. Diberi nasehat makanan dan motivasi KB

7. Pengobatan medik bila perlu

8. Pelayanan sosial lain

(Sarwono, 2005)

2.4 Manajemen Laktasi

Agar laktasi berjalan baik diperlukan manajemen yang baik dalam

laktasi meliputi perawatn payudara,praktek menyusui yang benar serta

dikenalinya masalah dalam laktasi.

2.4.1 Perawatan payudara

Perawatan payudara yang diperlukan mengganti BH sejak hamil usia 2

penatalaksanaannya bulan dengan ukuran sesuai dan dapat menopang

perkembangan payudara biasanya diperlukan BH dengan ukuran 2

nomor lebih besar.

Latihan otot badan yang berfungsi untuk menopang payudara untuk

menunjang produksi ASI dan mempertahankan bentuk payudara

setelah selesai masa laktasi.

Menjaga hygiene sehari-hari khususnya puting dan areola

Setiap mandi puting susu dan areola tidak disabuni untuk menghindari

kering dan kaku akibat hilangnya pelumas dihasilkan kelenjar

montgomery

Lakukan persiapan putting susu agar lentur, kuat dan tidak ada

sumbatan sejak usia kehamilan 7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali.

Mengoreksi putting susu yang datar / terbenam agar menyembul

keluar dengan bantuan pompa putting, (nipple puller) pada minggu

terkhir kehamilan sehingga siap untuk disusukan kepada bayi.

Page 23: Pnc Mastitis

2.4.2 Tahap proses laktasi

Pembentikan air susu pada kehamilan

Periode sesudah bayi lahir saat ASI dibentuk dan dikeluarkan disebut

masa laktasi.

Lama masa laktasi tergantung motifasi dan kemampuan

penerapan manajemen laktasi. Perlu diperhatikan agar setiap bayi

dalam 4-6 bulan pertama kehidupan hanya diberi ASI termasuk

kolostrum. Bayi dalam kondisi baik dirawat gabung dengan ibunya

untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikis bayi. Selama

ASI belum keluar pada 2-3 hari setelah kelahiran, bayi sehat tidak

perlu dibari makanan / cairan lain tetapi hanya perlu menghisap

kolostrum.Setelah usia 4-6 bulan,secara bertahap berikan makanan

pendamping ASI.ASI dapat diberikan sampai anak usia 2 tahun.

2.4.3 Reflek-reflek penting dalam laktasi

Refleks prolaktin sewaktu bayi menyusu, rangsangan dari ujung saraf

sensoris penting susu dikirim ke hipotalamus yang akan memacu

keluarnya hormon prolaktatin yang kemudian merangsang sel kelenjar

memproduksi ASI. Menyusukan dengan kerap adalah cara terbaik

untuk mendapatkan ASI dalam jumlah banyak.

Let down reflex, keluarnya air susu karena kontraksi mioepitel

sekeliling duktus laktiferus dengan pengaruh oksitosin. Trejadinya

reflex ini dipengaruhi jiwa ibu. Melalui refleks ini terjadi pula

kontraksi rahim yang membantu lepasnya plasenta dan mengurangi

perdarahan. Oleh karena itu, setelah dilahirkan, bayi perlu segera

disusukan ibunya jika mungkin.

Pada Bayi :

Rooting reflex, bayi baru lahir disentuh pipinya akan menoleh ke arah

sentuhan. Bila bibirnya dirangsng /disentuh, dia akan membuka mulut

dan berusaha mencari putting untuk menyusu.

Refleks menghisap, terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-

langit dalam mulaut bayi, biasanya putting susu.

Refleks menelan timbul bila ada cairan rongga mulut.

Page 24: Pnc Mastitis

2.4.4 Langkah menyusui yang baik dan benar

Persiapan mental dan fisik ibu harus menyususi dalam keadaan tenang.

Minum segelas air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam

keadaan lapar dan haus.

Persiapan tempat dan alat,seperti kursi dengan sandaran punggung dan

tangan serta bantalan untuk menopang yang menggendong bayi.

Sebelum menggendong bayi tangan dicuci bersih. Sebelum menyusui,

tekan daerah areola diantara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-3

tetes ASI kemudian oleskan ke seluruh putting dan areola. Cara

menyusui yang terbaik adalah bila ibu melepaskan kedua payudara dari

pemakaian BH.

Susukan bayi sesuai kebutuhan, jangan dijadwal. Biasanya kebutuhan

terpenuhi setiap 2-3 jam. Setiap menyusui lakukan pada kedua

payudara secara bergantian, masing-masng selama kurang lebih 10

menit. Mulai selalu dengan payudar sisi yang terakhir disusui

sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara kosong.

Setelah selesai, oleskan ASI seperti awal menyusui dan biarkan kering

oleh udaraa sebelum memakai BH untuk mencegah lecet. Hal ini dapat

dilakukan sambil menyangga bayi agar bayi bersendaawa.

Menyendaawakan bayi setelah menyusui harus selalau dilakukan

untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah.

2.5 Bendungan ASI

2.5.1 Pengertian

Pembendungan air susu adalah pembendungan karena penyempitan

duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

sempurna atau kelainan pada putting susu.

( Rustam Mochtar, 1998 )

Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe

pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi

( Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal ; 262 )

Page 25: Pnc Mastitis

Payudara terasa lebih penuh, tegang dan nyeri disekitar hari ketiga

atau keempat sesudah melahirkan akibat stasis di vena pembulu limfe,

tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.

(Masjoer Arif, 2001)

2.5.2 Etiologi

Sesuadah bayi lahir placenta keluar, kadar esterogen dan

progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini, faktor dari hipotalamus

yang menghalangi prolaktin waktu hamil, yang dipengerahui esterogen

tidak lagi keluar lagi dari prolaktin dikeluarkan oleh hipofisis. Hormon ini

menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamma terisi dengan air susu,

tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan

kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil

kelenjar – kelenjar tersebut. Refleks ini timbul jika bayi menyusu.

Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik,

atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

sempurna, terjadi pembendungan air susu.

2.5.3 Gambaran Klinis

Mamma terasa panas serta keras pada perabaan nyeri, suhu badan

tidak naik. Putting susu bisa mendatar dan hal ini dapt menyukarkan bayi

untuk menyusu. Kadang-kadang pengeluaran air susu juga terhalang sebab

duktus lakitferus menyempit.

( Sarwono, 2005 )

Keluhan ibu, Payudara bengkak, keras, panas dan nyeri.

(Rustam Mochtar, 1998)

2.5.4 Penanganan

Penanganan pembendungan dilakukan dengan jalan menyokong

mamma dengan bra dan memberikan analgenetika. Sebelum bayi

menyusu, keluarkan ASI dengan pijatan ringan terlebih dahulu. Kadang-

kadang perlu diberi stilbestrol 3 kali sehari 1 mg selama 2-3 hari untuk

sementara waktu guna mengurangi pembendungan dan memungkinkan air

susu dikeluarkan dengan pijatan.

(Sarwono, 2005)

Page 26: Pnc Mastitis

Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan

payudara untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan. Bila terjadi juga,

maka dapat diberika terapi simptomatis untuk sakitnya (anlgetika).

Kosongkan payudara (bukan ditekan). Sebelum menyusui, lakukan

pengurutan atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan

stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selam 2-3 hari untuk

membendung sementara produksi air susu.

(Rustam Mochtar, 1998)

Susukan bayi segera setelah lahir bila memungkinkan tanpa

dijadwal (on demand). Dikeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila

produksi melebihi kebutuhan bayi. Lakukan perawatan payudara pasca

persalinan secara teratur. Keluarkan ASI sebelum menyusui agar payudara

lembek sehingga puttting lebih muda ditangkap dan dihisap bayi. Untuk

mengurangi sakit pada payudara, berikan kompres dinggin. Agar bayi

mudah mengisap atau menangkap putting susu, sebelum menyusui berikan

kompres hangat kira-kira 5 menit kemudian lakukan masase dari tepi ke

arah putting hingga ASI keluar Setelah itu baru susukan. Jangan berhenti

menyusui dalam keadaan ini. Untuk mengurangi peningkatan peredaran

darah dan terjadinya stasis di vena dan pembulu limfe dalam payudara

lakukan pengurutan ( masase ) payudara dari tepi putting ke arah korpus

mammae.

(Manjoer Arif, 2001)

Bila ibu menyusui bayinya

1. Susukan sesering mungkin

2. Kedua payudara disusukan

3. Kompres hangat payudar sebelum disusukan

4. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui

5. Sangga payudara

6. Kompres dingin payudara di antara waktu menyusui

7. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

8. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya

Bila ibu tidak menyusui

Page 27: Pnc Mastitis

1. Sangga payudara

2. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan

rasa sakit

3. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

4. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat paa payudara.

(Abdul Bari Saifudin, 2002)

Page 28: Pnc Mastitis

2.6 Konsep Manajement Asuhan Kebidanan Varney

Adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab

dalam pelayanan pada klien yang mempunyai kebutuhan / masalah dalam

bidang kesehatan selama masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.

I Pengkajian

Dilakukan dengan mengumpulkan semua data baik data subyektif maupun

obyektif disertai hari / tanggal dan jam pada saat dilakukan pengkajian,

tanggal masuk rumah sakit,jam masuk rumah sakit dan no register.

A. Data Subyektif

Nama : Nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil

dan menghindari terjadinya kekeliruan.

(Cristina , 2000 : 4 )

Umur : Untuk mengetahui apakah ibu dalam masa nifas

resiko tinggi atau tidak

Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien.

dengan diketahuinya agama pasien ,akan

memudahkan bidan melakukan pendekaytan di

dalam melaksanakan asuhan kebidanan

(Depkes RI,2000 : 14)

Suku : Untuk mengetahui dari suku mana ibu berasal

dan apakah dalam adat yang ibu anut ada

peraturan yang akan mempersulit ibu selama

masa nifas. Contohnya tarak pada makanan

tertentu.

Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan klien

dan untuk mentukan cara membimbing dan

menyampaikan KIE tentang nifas yang sesuai

dengan tingkat pendidikannya.

Pekerjaan : Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu

dapat mempersulit ibu untuk menjalani masa nifas

atau tidak, contoh cuti melahirkan

Page 29: Pnc Mastitis

Penghasilan : Untuk mengetahui status ekonomi penderita

dan berkaitan dengan status gizi ibu

Alamat : Untuk memudahkan petugas kesehatan untuk

melakukan kunjungan ulang pada masa nifas dan

mengetahui kondisi lingkungan apakah termasuk

daerah endemic atau tidak.

2. Alasan Datang

Apa alasan ibu sehingga datang memeriksakan diri. Pada ibu

nifas biasanya ibu ingin mengetahui keadaan kesehatannya dalam

masa nifas

3. Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan ibu yang sedang post patum normal

antara lain :

Rasa mules akibat kontraksi uterus. Biasanya terjadi pada 2 hari

post partum

Nyeri pada luka jahitan episiotomi atau robekan jalan lahir

Rasa takut untuk BAB dan BAK akibat adanya luka jahitan

Kurangnya pengetahuan ibu tantang cara menyusui yang benar,

cara merawat bayi, perawatan payudara dan masa laktasi

(Abdul Bari S, 2004 : N – 24 )

4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Meliputi penyakit yang pernah dialami, penyakit yang pernah

diderita dan mendapat pengobatan yang sedang / pernah dilakukan.

Penyakit tersebut antara lain : penyakit menular seperti TBC,

hepatitis, malaria dan penyakit keturunan seperti jantung, asma,

kencing manis dan tekanan darah tinggi dan apakah ibu pernah

dirawat di rumah sakit

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ditanya mengenai latar belakang keluarga terutama :

- Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama

penyakit menular seperti hepatitis, TBC,malaria, dll

Page 30: Pnc Mastitis

- Penyakit keluarga yang diturunkan seperti dibetes, asma,

jantung,dll

6. Riwayat Penyakit Sekarang

Untuk mengetahui penyakit – penyakit yang berpengaruh tehadap

masa nifas ataupun sebaiknya antar lain :

a. Penyakit jantung

Puncak keadaan payah jantung terjadi ketika :

Saat plasenta lahir, darah kembali keperedaran umum

dalam jumlah besar untuk membentuk ASI

Saat laktasi, karena kekuatan diperlukan untuk

membentuk ASI

Terjadinya perubahan peredaran darah post psrtum,

sehingga butuh kekuatan ekstra jantung untuk melakukan

kompensasi

Mudah terjadi infeksi post partum yang memerlukan

kerja tambahan jantung

b. Diabetes Melitus

Pengaruh DM terhadap masa nifas adalah

Gangguan konstraksi otot rahim sehingga potensial

terjadi perdarahan post partum

Mudah terjadi infeksi

c. Anemia

Pengaruh anemia terhadap masa nifas adalah

Perdarahan post partum karena atonia uteri

Infeksi post partum

Anemia yang sangat besar ( Hb < 4 gr / dl ) dapat

manyebabkan dekompensasi kardis

d. TBC

Penyakit yang aktif memerlukan pengobatan yang tepat dan

pengawasan yang lebih efektif sehingga dapat mengurangi

bahaya terhadap bayi saat menyusui. Ibu dengan TBC aktif tidak

Page 31: Pnc Mastitis

dibenarkan untuk memberikan ASI kerena dapat menularkan

pada bayi

e. Hepatitis Infeksioda

Resiko penularan meningkat bila terjadi dalam 2 bulan setelah

lahir. Penularan pada anak terjadi melalui pencernaan

yangmenelan darah dan perlukaan jalan lahir, ASI, kontak

langsung dengan secret ibu

(Manuaba, 1998 : 271 )

7. Riwayat Haid

Ditanyakan mengenai :

- Menarche adalah terjadinya haid yang pertama kali .

menarche terjadi pada usia pubertas, yaitu sekitar 12 – 16

tahun

- Siklus haid setiap wanita tudak sama. Siklus haid yang

normal/dianggap sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus

ini bisa maju sampai 3 hari. Panjang siklus haid yang biasa

pada manusia adalah 25 - 32 hari

- Lamanya haid biasanya antara 2-5 hari , ada yang 1-2 hari

yang diikuti darah sedikit - sedikit dan ada yang sampai 7 –

8 hari, Pada wanita biasanya lama haid tetap. Banyaknya

darah yang keluar dan konsistensinya encer

- Warna darah pada hari - hari pertama yaitu merah segar

kemudian menjadi kecoklatan dan darah berhent

- Keputihan, biasanya terjadi pada saat menjelang menstruasi

dan warnanya putih jernih, tidak baud an tidak gatal

- Disminore dapat terjadi pada saat menstruasi dan setelah

menstruasi

- Hari pertama haid terahir ditanyakan untuk mengetahui usia

kehamilan dan tafsiran persalinan

( Sarwono ,2002 )

Page 32: Pnc Mastitis

8. Riwayat Perkawinan

Ibu menikah berapa kali, Lamanya, umur pertama kali menikah

- Jika lamanya menikah > 4 tahun tetapi belum hamil bisa

menyebabkan masalah pada kehamilannya . Sehingga persalinan

tidak lancar atau telah infertil

- Lama menikah > 2 tahun sudah punya lebih dari 1 anak,

bahayanya perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu

masih lemah , BBLR

- Umur pertama kali menikah < 18 tahun , pinggulnya belum

cukup pertumbuhannya sehingga jika hamil beresiko waktu

persalinan dan terjadi bahaya perdarahan pada saat nifas.

9. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu

a. Kehamilan

Mencari tahu tentang masalah selama kehamilan dan kelahiran

masa lalu dan membantu dalam mengevaluasi apkah wanita

tersebut memerlukan sesuatu yang khusus. Misalnya seorang

wanita yang sudah lebih dari 6 kali melahirkan bayi mungkin

akan menemui masalah perdarahan pasca persalinan

b. Persalinan

Jika wanita telah mengalami perdarahan pasca persalinan, harus

dievaluasi mengalami perdarahan tersebut. Jika seorang wanita

telah pernah dibantu dalam melahirkan terdahulu dengan

menggunakan forcep, vacuum, maka penting sekali untuk

memahami mengapa hal tersebut diperlukan . Jika ai pernah

mengalami robekan tingkat yang didokumenkan, mungkin ia

dapat mengalami perobekan pada bekas jaringan yang terdahulu

c. Nifas

Ditanyakan ibu mengeluarkan darah yang bagaimana, seberapa

banyak, kontraksi uterus baik atau tidak (bila kontraksi baik,

Page 33: Pnc Mastitis

uterus bulat dan mengeras) ASI sudah keluar atau belum, ada

luka jahitan pada jalan lahir atau tidak.

10. Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Sekarang

a. Kehamilan

- Berapa kali periksa dan dimana

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan tiap 4 minggu jika segala

sesuatu normal sampai kehamilan 28 minggu. Sesudah itu

pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu dan sesudah 36 minggu tiap

minggu

- Gerakan janin.Umumnya gerakan janin dirasakan ibu pada

kehamilan 18 minggu pada primigravida dan 16 minggu

pada miltigravida pengamatan pergerakan janin dilakukan

setiap hari setelah usia kehamilan lebih dari 28 minggu

- Masalah dan tanda bahaya seperti perdarahan yang keluar dari

vagina , penglihatan kabur, bengkak pada muka/kaki, nyeri

pada perut, sakit kepala yang hebat, muntah - muntah yang

hebat, tidak merasakan gerakan janin

- Imunisasi TT diberikan sekurang – kurangnya 2x dengan

interfal minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya pernah

mendapat TT 2x pada kehamilan yang lalu atau pada calon

pengantin. Maka TT cukup diberikan 1x ( TT boster )

pemberian TT pada ibu hamil tidak membahayakan janin

walaupun diberikan pada kehamilan muda.

- Pemberian vitamin , zat besi : tablet sehari segara setelah rasa

mual hilang , minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan

- Pada kehamilan aterm adanya tanda-tanda persalinan seperti

adanya

kontraksi yang semakin lama semakin sering dan keluarnya

lendir bercampur darah

b. Persalinan

Page 34: Pnc Mastitis

Melahirkan tanggal, jam, pada usia kehamilan berapa, HPHT,

BBL, PBL, jenis kelamin, jumlah perdarahan (untuk mengetahui

beberapa banyakibu kehilangan darah). Jenis persalinannya

(normal atau tidak dengan tindakan).

11. Riwayat KB

Pada umumnya ibu nifas akan dianjurkan untuk mengukuti KB

kembali setelah 6 minggu persalinan

12. Pola Kebiasaan Sehari – hari

a. Nutrisi

Nurtisi yang dibutuhkan ibu nifas adalah

Mengkonsumsi tambahan kalori 500 mg / hari

Makan dengan diet berimbang, mudah dicerna

Minum 3 liter / hari

Fe selam 40 hari pasca persalinan

Minum kapsul Vit. A ( 200.000 )

Kecukupan gizi ibu hamil

ZAT MAKANAN WANITA MENYUSUI

Kalori

Protein

Kalsium

Ferum

Vitamin A

Thiamin

Ribomafin

Niacin

Vitamin C

2800

40 gr

0,6 gr

5 mg

2000 U

0,5 mg

0,5 mg

5 mg

30 mg

( Cristina , 1993 : 55 )

b. Eliminasi

Buang air kecil secepatnya dapat dilakukan sendiri kadang –

kadang wanita mengalami sulit kencing, yang disebabkan

sphingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya

edema kandung kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi

Page 35: Pnc Mastitis

Buang air besar harus ada dalam 3 – 4 hari post partum. Bila

masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi, apalagi

berak keras dapat diberikan obat laksasif peroral atau

perrektal jika masih belum bisa dilakukan klisma

c. Istirahat

Pada ibu nifas sebaiknya :

Anjurkan untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan

yang terlalu berlebihan

Jadwal istirahatdan tidur harus diperhatikan dengan baik

karena istirahat dan tidur yang teratur dapat memperbaiki /

meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani ibu pasca

persalinan

Kembali melakukan kegiatan rumah tangga, tidur siang

atau beristirahat pada saat bayi tidur

Bila ibu kurang istirahat dapat menyebabkan :

- Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

- Memperelambat proses involusi

- Dapat membuat depresi

d. Aktivitas

Karena capek atau lelah sehabis melahirkan ibu harus istirahat,

tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh

menggerakkan kaki, miring kiri / kanan , duduk , turun dari

tempat tidur secepatnya dilakukan sesuai kondisi ibu. Hal ini

dilakukan untuk mencegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli.

e. Kebersihan

Pada ibu nifas sebaiknya

Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

Ajarkan cara mambersihkan daerah genetalianya

Ganti pembalut 2 kali sehari dan setiap ibu merasa basah

Cuci tangan sesudah dan sebelum cebok

Page 36: Pnc Mastitis

Bila ada luka laserasi atau epis. Sarankan pada ibu nutuk

tidak menyentuh luka

13. Data Psikososial Dan Budaya

a. Psikologis

Aspek psikologis masa nifas

Fase Taking In

Suatu periode dimana tingkah laku ibu tergantung pada

orang lain dan terfokus dirinya sendiri sebelum kepada

bayinya

Ibu sangat membutuhkan bantuan untuk memenuhi

kebutuhannya

Berlangsung pada hari ke I dan hari ke II

Fase Taking Hold

Suatu periode perpindahan dari keadaan

ketergantungan menjadi individu

Saat yang tepat dalam pemberian

pendidikan kesehatan

Fokus ibu pada diri dan bayinya

Berlangsung hari ke 3 dan ke 6

Fase Letting Go

Suatu periode dimana terjadi perpindahan dari

keadaan mendiri kekeadaan yang baru

Dimulai akhir minggu ke I posr partum

Ibu merasa bayinya sudah terpisah dirinya

sehingga bayi memerlukan bantuannya

b. Sosial

Bagaimana hubungan ibu dengan suami dan keluarga. Hal ini

untuk menilai apakah memperoleh support yang kuat dalam

menjalani masa nifasnya

c. Budaya

Bagaimana adat istiadat yang berlaku dalam lingkungan tempat

tinggal ibu terhadap ibu nifas. Misalnya anggapan masyarakat

Page 37: Pnc Mastitis

bahwa ibu nifas tidak boleh makab ikan, telur, sayur, makanan

yang terlalu berkuah karena dapat menyebabkan luka tidak cepat

kering.

14. Data Spiritual

Untuk mengetahui kebiasaan ibu dalam beribadah dan

untuk mempermudah petugas dalam melakukan pendekatan.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik/cukup

Kesadaran : composmentis/ simnolen/ koma

Tanda-tanda vital : dalam batas normal

Tekanan darah: 90/60-140/90 mmHg

Nadi : 60-80 x/mnt (Pusdiknakes)

Suhu : 36,1-31,6oC (Doengos, 2001:43)

Pernafasan : 16-24 x/mnt (Doengos, 2001:43)

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inseksi

Rambut : bersih, warna hitam, tidak mudah rontok

Kepala : tidak ada benjolan, bentuk normal

Wajah : tidak pucat, tidak ada cloasma, tidak. ada oedema.

Mata : Sklera tidak kuning/ikterus, konjungtiva tidak anemis,

Telinga : bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada serumen,

pendengaran baik.

Hidung : simetris, bersih, tidak ada polip

Mulut : bibir tidak pucat, bibir tidak pecah-pecah, tidak stomatitis,

lidah bersih, gigi berlubang, tidak ada caries gigi.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar

limfe.

Payudara : Simetris, ada hiperpigmentasi areola mamae, payudara

tegang, puting susu menonjol, colostrum sudah keluar,

warna kemerah-merahan.

Page 38: Pnc Mastitis

Abdomen : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada bekas luka

operasi.

Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan, tidak ada varises, tidak

oedema, terdapat luka episiotomi, tidak ada tanda infeksi,

luka episotomi sudah kering, keluar lochea sanguinolenta,

tidak ada tanda REEDA.

Anus : bersih, tidak hemoroid.

Ektrimitas

Atas : simetris, pergerakan bebas, tidak ada oedema

Bawah : simetris, pergerakan bebas, tidak ada oedema,

tidak ada varises

Integumen : bersih

b. Palpasi

Kepala : tidak teraba benjolan yang abnormal

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tipoid, tidak teraba

pembesaran vena jugularis, tidak teraba pembesaran

kelenjar limfe.

Payudara : tidak teraba benjolan abnormal, ada nyeri tekan, colostrum

sudah keluar

Abdomen : hari ke-5 TFU teraba dipertengahan pusat dan symphisis,

tidak ada luka bekas operasi

Genetalia : bersih, terdapat luka bekas episiotomi dan sudah mulai

mengering, lochea sanguinolenta, tidak ada tanda REEDA

Ekstremitas :

Atas : tidak teraba oedema

Bawah : tidak teraba oedema

Itegumen : turgor kulit baik

c. Auskultasi

Dada : tidak terdengar ronchi, tidak terdengar wheezing

Abdomen : tidak terdengar bising usus

tidak kembung

d. Perkusi

Page 39: Pnc Mastitis

Reflek patella (+/+)

II. Identifikasi Masalah / Diagnosa

DX : Ny… P…Ab… Post Partum Hari Ke… Dengan Mastitis

DS : Data yang diperoleh dari pernyataan ibu, yang dapat

menunjang diagnosa.

DO : Data dari hasil pemeriksaan tentang tenaga kesehatan yang

dapat menunjang diagnosa seperti :

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital :

- Tekanan darah : 90/60-140/90 mmHg

- Nadi : 60-80 x/mnt (Pusdiknakes)

- Suhu : 36,1-31,6oC (Doengos, 2001:43)

- Pernafasan : 16-24 x/mnt (Doenges, 2001:43)

Payudara : bengkak, warna kemerahan dan ada nyeri

tekan

Abdomen :TFU teraba pertengahan pusat dan

symphisis, kontraksi uterus baik, tidak ada

nyeri tekan, kandung kemih kosong.

Genetalia : Keluar darah merah kecoklatan (lochea

sanguinolenta), jumlah ± 1 tella, tidak

tampak oedem, tampak luka / jahitan

episiotomi, bersih, tidak terdapat tanda-

tanda Redness, Ekomosis, Edema,

Discharge, Aproximate (REEDA)

III. Antisipasi Masalah Potensial

-

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera

-

Page 40: Pnc Mastitis

V. Intervensi

Dx : Ny… P…Ab… Nifas Hari Ke… Dengan Mastitis

Tujuan : Agar masa nifas dapat berjalan lancar tanpa adanya komplikasi.

Kritteria hasil : Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital :

- Tekanan darah : 90/60-140/90 mmHg

- Nadi : 60-80 x/mnt (Pusdiknakes)

- Suhu : 36,1-31,6oC (Doengos, 2001:43)

- Pernafasan : 16-24 x/mnt (Doenges, 2001:43)

Involusi uterus dapat berjalan normal

Mengeluarkan lochea sanguinolenta dan tidak berbau

Busuk.

Intervensi :

1. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan yang telah diperoleh kepada ibu.

R/ Ibu mengetahui keadaan yang terjadi pada dirinya sehingga ibu

lebih koooperatif.

2. Jelaskan pada ibu tentang perubahan yang terjadi pada masa nifas

R/ Penjelasan dapat menambah pengetahuan ibu agar dapat

beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.

3. Ajarkan dan lakukan perawatan payudara untuk ibu nifas

R/ Memperlancar produksi ASI dan pengeluaran ASI

4. Anjurkan ibu untuk selalu memberikan ASInya kepada anaknya secara

on demand dan pada payudara secara bergantian

R/ Agar bayi mendapatkan kekebalan tubuh dan membantu proses

pertumbuhan

5. Anjurkan pada ibu untuk makan – makanan yang bergizi dengan menu

diit ibu nifas.

R/ Membantu mempercepat proses penyembuhan atau pemulihan

kondisi ibu dalam keadaan normal seperti semula.

Page 41: Pnc Mastitis

6. Berikan KIE pada ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan

pertama.

R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi awal bayi dan untuk kekebalan tubuh

bayi

7. Ajarkan pada ibu cara meneteki yang benar

Untuk menambah pengetahuan ibu dan menghindari terjadinya lecet

pada puting susu.

8. Anjurkan pada ibu untuk selalu melakukan personal hygiene

R/ Dengan menjaga kebersihan diri dapat mencegah terjadinya infeksi

dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu.

9. Berikan KIE tentang rencana KB

R/ Menambah pengetahuan ibu dalam pemulihan metode KB

10. Berikan obat antibiotik, analgesik dan anti piretik sesuai dosis

R/ Obat analgesik dapat mengurangi rasa nyeri dan anti piretik untuk

penurun panas.

VI. Implementasi

Dilakukan sesuai dengan intervensi yang setelah dibuat

VII Evaluasi

Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan

dari asuhan yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.

Page 42: Pnc Mastitis

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

Hari/Tanggal : Selasa, 24 Maret 2009

Jam : 10.10 WIB

A. Data Subyektif

1. Biodata

Nama : Ny. M Nama suami : Tn. T

Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun

Suku : Madura Suku : Madura

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Buruh toko bangunan

Penghasilan : - Penghasilan : ± Rp 600.000,- /bln

Alamat : Genitri Alamat : Genitri

2. Alasan datang

Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya 5 hari yang lalu, dan

terkadang kesulitan untuk meneteki, sekarang payudaranya terasa sakit

dan bengkak.

3. Keluhan Utama

Ibu mengatakan payudaranya bengkak dan nyeri

5. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Page 43: Pnc Mastitis

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti

penyakit kuning, typus. Serta tidak pernah menderita penyakit

keturunan seperti jantung, asma, kencing manis dan tekanan darah

tinggi, tidak pernah menderita infeksi kandungan dan tidak pernah

dirawat di rumah sakit

6. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti

penyakit kuning, typus. Serta tidak pernah menderita penyakit

keturunan seperti jantung, asma, kencing manis dan tekanan darah

tinggi.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan pihak keluarga dari ibu tidak ada yang menderita

penyakit menular seperti batuk yang lama, penyakit kuning, typus.

Serta penyakit yang menurun seperti kencing manis, jantung, asma

dan tekanan darah tinggi.

8. Riwayat Haid

Menarche : 11 tahun

Siklus : 29 hari

Lama : 7 hari

Banyaknya : hari 1 sampai ke-3 banyaknya 3 tella, berwarna

merah segar dan terdapat gumpalan. Hari ke-4

sampai hari ke-7 berwarna kecoklatan, banyaknya 2

pembalut / hari, konsistensi biasa.

Flour Albus : 2 hari sebelum dan setelah haid (warna putih

jernih, tidak berbau dan tidak gatal)

Disminorhea : tidak

HPHT : ibu lupa

9. Riwayat Perkawinan

Menikah : 1 kali

Lama : 8 tahun

Umur pertama kali menikah : 20 tahun

10. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Page 44: Pnc Mastitis

N

o

Kehamilan Persalinan Anak Nifas Ket.

Suami Hamil ke UK Penolong Cara Tempat Sex BBL Mati Hidup

umur

Lama Men

yusu

i

1 1 1 9

bulan

bidan Nor

mal

BPS ♀ 3200

gr

- 7 tahun 40 hari 2 th

2 1 Hamil ini

11. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang

a. Riwayat kehamilan

- Trimester I

Ibu mengatakan hamil anak ke-2, tidak ada keluhan hanya mual

dan kadang muntah pada bulan pertama, ibu memeriksakan

kehamilannya 3 kali ke bidan dan mendapatkan tablet tambah

darah dan vitamin.

- Trimester II

Ibu mengatakan periksa kebidan 5 kali tidak ada keluhan selama

hamil. Ibu selama periksa mendapatkan tablet tambah darah dan

vitamin.

- Trimester III

Ibu mengatakan pada kehamilan menginjak usia 8 bulan ibu

memeriksakan kehamilannya sebulan sekali dan selama periksa

kondisi ibu dan janin baik, dan ibu mendapatkan vitamin.

b. Persalinan

Ibu mengatakan tanggal 19 Maret 2009 melahirkan di BPS Ny.

Mas’Uliah, secara normal tidak ada penyulit saat persalinan.

jenis kelamin anaknya perempuan, berat badan 3000 gram,

panjang badan 49 cm.

c. Nifas

- Ibu mengatakan bahwa perdarahannya tidak terlalu banyak dan

berwarna merah kecoklatan.

Page 45: Pnc Mastitis

- Ibu mengatakan ASInya sudah keluar berwarna kuning agak

keruh

- Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan dan mules pada perut.

12. Riwayat KB

Ibu mengatakan sebelum hamil menggunakan KB suntik 3 bulanan

dan rencana KB selanjutnya adalah KB suntik 3 bulanan.

13. Pola Kebiasaan Sehari - hari

waktu hamil waktu sesudah melahirkan

Nutrisi

Ibu makan sehari 3x dengan nasi

1 piring, ibu tidak suka sayur,

lauk pauk, dan kadang buah. Air

putih sehari 4-5 gelas

Eleminasi

Ibu BAB sehari 1 kali

Ibu BAK sehari 5-6 kali

Aktifitas

Ibu mengerjakan pekerjaan

rumah tangga seperti mencuci,

memasak dan membersihkan

rumah

Istirahat

Ibu malam hari tidur 6-7 jam dan

tidur siang hari 1-2 jam

Personal higiene

Ibu mandi sehari 2x dengan

sabun, dan mengosok gigi setiap

kali mandi, keramas 2 hari sekali

Ibu makan sehari 3x dengan nasi

1 piring, ibu tidak suka sayur,

lauk pauk, dan kadang buah. Air

putih sehari 4-5 gelas.

Ibu BAB sehari 1 kali

Ibu BAK sehari 4-5 kali

Ibu mengerjakan pekerjaan

rumah tangga seperti mencuci,

memasak dan membersihkan

rumah tetapi dibantu oleh suami

Ibu malam hari tidur 4-5 jam dan

tidur siang hari 1 jam kadang

tidak sama sekali

Ibu mandi sehari 2x dengan

sabun, dan mengosok gigi setiap

kali mandi, keramas 2 hari sekali

Page 46: Pnc Mastitis

dan ganti pakaian setiap kali

kotor

Rekreasi

Ibu menonton TV di rumah dan

kalau ada waktu berbincang-

bincang dengan tetangga

dan ganti pakaian setiap kali

kotor dan mengganti softek

sesering mungkin

Ibu menonton TV di rumah dan

kalau ada waktu berbincang-

bincang dengan tetangga

14. Riwayat Psikososial dan Budaya

a. Data psikologi

Ibu mengatakan senang dengan kehadiran bayinya

b. Data sosial

Ibu mengatakan sekarang tingal dengan suami dan orang tuanya.

hubungan Ibu dengan keluarga baik dan juga dengan tetangga

sekitar

c. Data budaya

Ibu mengatakan Ibu menganut budaya jawa. Ibu tiak percaya

dengan tahayul, dan Ibu selalu berobat ke tenaga kesehatan bila

sakit

d. Data spiritual

Ibu mengatakan setelah melahirkan masih belum sholat tapi

sebelum melahirkan Ibu rajin shalat 5 waktu dan berjamaan

kalau ada waktu

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg

Suhu : 37,5 °C

Page 47: Pnc Mastitis

Nadi : 84 x / menit

RR : 24 x / menit

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Kepala : Tidak tampak benjolan abnormal, bersih tidak

berketombe.

Wajah : Tampak meringis, tidak tampak oedem dan

tidak pucat

Mata : Simetris, conjungtiva tidak pucat, sclera tidak

Ikterus

Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen

Hidung : Tidak tampak pernafasan cuping hidung, bersih,

tidak terdapat serumen

Mulut : Bibir tidak tampak pucat, tidak ada stomatitis

dan tidak ada caries pada gigi, warna lidah merah

Leher : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar

tyroid dan kelenjar limfe dan pembesaran vena

jugularis

Dada : Simetris, tidak tampak retraksi dada, tidak

tampak benjolan abnormal

Payudara : Simetris, putting susu menonjol, bengkak,

agak kemerah-merahan, hiperpigmentasi areola

mamae.

Abdomen : Tidak tampak adanya luka bekas operasi, tidak

tampak adanya benjolan abnormal

Genetalia : Bersih, tidak tampak oedema, tampak pengeluaran

lochea sanguinolenta, warna merah kecoklatan,

tidak tampak pembesaran kelenjar bartolini, tidak

ada condiloma akuminata, tampak adanya luka

jahitan pada perineum yang sudah mulai

mengering, tidak ada tanda-tanda REEDA

Page 48: Pnc Mastitis

(Redness, Ekomosis, Edema, Discharge,

Aproximate)

Anus : Bersih, tidak tampak haemoroid

Ekstremitas

Atas : Simetris, pergerakan aktif, tidak oedem dan kuku

tidak pucat

Bawah : Simetris, pergerakan bebas, tidak varises, tidak

tampak oedem pada kedua tungkai

b. Palpasi

Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid,

kelenjar limfe dan vena jugularis.

Dada : Tidak teraba benjolan abnormal

Payudara : Teraba keras, terdapat nyeri tekan.

Abdomen : TFU pertengahan pusat dan symphisis, uterus

teraba keras, kontraksi uterus baik, tidak ada nyeri

tekan, kandung kemih kosong.

Ekstremitas

Atas : Tidak teraba oedem

Bawah : Tidak teraba oedem

Integumen : Turgor kulit baik

c. Auskultasi

Dada : Tidak terdengar ronchi dan wheezing

Abdomen : Terdengar bising usus ( + )

d. Perkusi

Abdomen : Tidak kembung

Raflek patella : Positif ( + / + )

3.2 IDENTIFIKASI MASALAH / DIAGNOSA

Dx : Ny. “M” P2002 Ab000 nifas hari ke-5 dengan mastitis

Ds : Ibu mengatakan melahirkan anaknya 5 hari yang lalu yaitu

tanggal 19 Maret 2009, dengan jenis kelamin perempuan, BB

Page 49: Pnc Mastitis

3000 gram dan PB 49 cm. Ibu mengatakan payudaranya keras,

sakit dan agak kemerahan. Ibu mengatakan tidak suka makan

sayur dan jarang minum air putih.

Do : - Keadaan umum : Baik

- Kesadaran : Composmentis

- TTV

Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg

Suhu : 37,5 ° C

Nadi : 84 x / mnt

RR : 24 x / mnt

- Payudara : simetris, teraba keras, terdapat

nyeri tekan dan agak kemerahan

- Abdomen : TFU pertengahan pusat dan

symphisis, kontraksi baik, uterus

teraba keras, tidak ada nyeri

tekan, kandung kemih kosong

- Genetalia

Vulva : Terdapat pengeluaran lochea

sanguinolenta

Perineum : Tampak luka jahitan episiotomi ,

tidak ada tanda – tanda REEDA

(Redness, Ekomosis, Edema,

Discharge, Aproximate)

3.3 IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL

-

3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

-

3.5 INTERVENSI

DX : Ny. “M” P2002 Ab000 nifas hari ke-5 dengan mastitis

Page 50: Pnc Mastitis

Tujuan : Masa nifas berjalan normal tanpa adanya komplikasi

yang menyertai dan ibu dapat merawat bayinya dengan

benar

Kriteria Hasil

1. Tanda – tanda vital ibu dalam batas normal

Tekanan Darah : 100/70 – 130/90 mmHg

Suhu : 36,2 – 37,5 ° C

Nadi : 60 – 100 x / mnt

RR : 16 – 24 x / mnt

2. Payudara : - Proses laktasi berjalan lancar

- Colotrum dan ASI keluar lancar

- Tidak terjadi bendungan ASI

- Ibu dapat meneteki bayinya dengan benar

3. Abdomen : TFU pertengahan pusat dan symphisis, kontraksi

uterus baik, teraba keras, involusi uterus berjalan

normal ( tiap hari turun 1 cm )

4. Genetalia : Pengeluaran lochea normal sesuai tahap involusi

Lochea Rubra

Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel

– sel dari desidua, verniks caseosa, lanogo dan

meconium selama 2 hari post partum.

Lochea Sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir hari ke 3 – 7 post partum

Lochea Serosa

Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,

pada hari ke 7 – 14 post partum.

Lochea Alba

Cairan putih kekuningan dan berisi selaput

lendir setelah 2 minggu

Intervensi :

1. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan yang telah diperoleh kepada ibu.

Page 51: Pnc Mastitis

R/ Ibu mengetahui keadaan yang terjadi pada dirinya sehingga ibu

lebih koooperatif.

2. Jelaskan pada ibu tentang perubahan yang terjadi pada masa nifas

R/ Penjelasan dapat menambah pengetahuan ibu agar dapat

beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.

3. Ajarkan dan lakukan perawatan payudara untuk ibu nifas

R/ Memperlancar produksi ASI dan pengeluaran ASI

4. Anjurkan ibu untuk selalu memberikan ASInya kepada anaknya secara

on demand dan pada payudara secara bergantian

R/ Agar bayi mendapatkan kekebalan tubuh dan membantu proses

pertumbuhan

5. Anjurkan pada ibu untuk makan – makanan yang bergizi dengan menu

diit ibu nifas.

R/ Membantu mempercepat proses penyembuhan atau pemulihan

kondisi ibu dalam keadaan normal seperti semula.

6. Berikan KIE pada ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan

pertama.

R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi awal bayi dan untuk kekebalan tubuh

bayi

7. Ajarkan pada ibu cara meneteki yang benar

Untuk menambah pengetahuan ibu dan menghindari terjadinya lecet

pada puting susu.

8. Anjurkan pada ibu untuk selalu melakukan personal hygiene

R/ Dengan menjaga kebersihan diri dapat mencegah terjadinya infeksi

dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu.

9. Berikan KIE tentang rencana KB

R/ Menambah pengetahuan ibu dalam pemulihan metode KB

10. Berikan obat antibiotik, analgesik dan anti piretik sesuai dosis

R/ Obat analgesik dapat mengurangi rasa nyeri dan anti piretik untuk

penurun panas.

3.6 IMPLEMENTASI

Page 52: Pnc Mastitis

Tanggal : 24 Maret 2009

DX : Ny. “M” P2002 Ab000 nifas hari ke-5 dengan mastitis

1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah diperoleh, bahwa ibu

dalam keadaan normal atau baik.

2. Menjelaskan pada ibu tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

masa nifas, seperti uterus yang berangsur-angsur akan menjadi kecil,

payudara yang mengeluarkan colostrum/ASI, pengeluaran lochea dan

psikologis ibu.

3. Mengajarkan dan melakukan perawatan payudara ibu nifas dengan benar

Persiapan alat

Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir dan

mengeringkannya dengan handuk kering

Buka pakaian bagian atas

Pasang handuk di punggung dan perut ibu

Petugas berdiri dibelakang pasien, kompres putting susu dengan

kapas yang diberikan minyak kelapa selama 2 – 3 menit

Lakukan pengurutan pada payudara ke arah atas memutar ke

samping kemudian kearah bawah dan telunjuk tangan menuju kea

rah depan , lepas perlahan – lahan. Dilakukan sebanyak 20 kali

Talapak tangan kiri menopang payudara kiri, tangan kanan sisi

kelingking mengurut dari pangkal payudara ke arah putting susu.

Dilakukan sebanyak 20 kali, begitu juga payudara kanan kanan

secara bergantian.

Pengurutan selanjutnya menggunakan ruas – ruas sendi, jari – jari

menggenggam dari pangkal payudara ke arah putting dilakukan 20

kali pada masing – masing payudara.

Guyur atau siram payudara secara bergantian dengan air hangat,

air dingin dan yang terahir dengan air hangat

Pakailah BH yang memopang payudara

Rapikan pasien

Cuci tangan

Page 53: Pnc Mastitis

4. Menganjurkan ibu untuk selalu memberikan ASInya kepada bayinya

setiap waktu dan menyusui dengan payudara secara bergantian setiap 10

menit.

5. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi dengan menu diit

ibu nifas tinggi protein untuk penyembuhan luka episiotomi,

menyarankan pada ibu untuk banyak makan sayur dan banyak minum

air putih dan makan makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna dan

ibu tidak boleh tarak makanan..

6. Memberikan KIE pada ibu tentang pemberian Asi eksklusif pada 6 bulan

pertam itu penting, karena mengandung zat anti body untuk kekebalan

tubuh bayi dan gizi yang sangat dibutuhkan oleh bayi.

7. Mengajarkan cara meneteki yang benar yaitu bayi di hadapkan ke ibu,

dagu bayi menempel pada payudara bagian bawah, daerah areola

diusahakan bisa masuk semua pada mulut bayi, tidak ada suara, yang

ada hanya suara menelan.

8. Menganjurkan ibu untuk melakukan personal hygiene seperti mandi

sebaiknya 2 kali sehari, cuci tangan setiap selesai BAB/BAK, mengajari

cara cebok yang benar yaitu mengusap dari depan kebelakang.

Menyarankan untuk mengganti celana dalam 2 kali sehari, dan

mengganti pembalut sesering mungkin.

9. Memberikan KIE tentang rencana pemilihan jenis KB yang nantinya

dapat digunakan oleh ibu dalam keadaan menyusui sehingga tidak

mengganggu kelancaran produksi ASI.

10. Memberikan obat Demakolin 3 x 1, Amoxicillin 3 x 1,

3.7 EVALUASI

Tanggal : 24 Maret 2009

Jam : 20.40 WIB

S : - Ibu mengatakan kondisinya sudah baik

- Ibu mengatakan payudaranya sudah tidak sakit dan ASI dapat

keluar lancar

- Ibu mengatakan sudah mengerti dan mau melaksanakan semua

Page 54: Pnc Mastitis

yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dan mau minum obat

O : Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg

Suhu : 37,5 °C

Nadi : 84 x / menit

RR : 24 x / menit

Payudara : sudah mengeluarkan ASI, tidak keras dan nyeri

berkurang

Abdomen :TFU pertengahan pusat dan symphisis, teraba bulat

keras, kontraksi uterus baik.

Genetalia : Bersih, tidak tampak oedema, tampak pengeluaran

lochea sanguinolenta, warna merah kecoklatan,

tidak tampak pembesaran kelenjar bartolini, tidak

ada condiloma akuminata, tampak adanya luka

jahitan pada perineum yang sudah mulai

mengering, tidak ada tanda-tanda REEDA

(Redness, Ekomosis, Edema, Discharge,

Aproximate)

A : Ny. “M” P2002 Ab000 nifas hari ke-5 dengan mastitis

P : - Menyarankan pada ibu untuk melaksanakan apa yang sudah

disarankan oleh petugas kesehatan

- Menyarankan ibu untuk kontrol nifas dan bayinya di petugas

kesehatan terdekat 1 minggu lagi.

- Menyarankan pada ibu untuk selalu menjaga kebersihan daerah

kewanitaannya agar luka cepat sembuh dan tidak terjadi infeksi

- Menyarankan pada ibu untuk rutin melakukan perawatan

payudara

- Menyarankan pada ibu untuk minum obat rutin sehari 3 kali

sampai habis

Page 55: Pnc Mastitis

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam kasus Ny “M” diperoleh data-data sebagai berikut, yakni data

subyektif yang dikatakan oleh Ibu, bahwa Ibu telah melahirkan bayi secara normal

pada tanggal 10 April 2009, selain itu tanda-tanda vital ibu dalam batas normal.

TFU sesuai dengan involusi uterus, lochea yang dikeluarkan adalah lochea serosa.

pada genetalia Ibu sudah terdapat luka jahitan episiotomi yang sudah mengering

dan tidak ada tanda-tanda infeksi, tetapi ibu mengalami nyeri pada payudara

akibat bendungan ASI hal ini disebabkan karena ibu kurang mengkonsumsi

sayuran karena ibu tidak menyukai sayuran. Sehingga ditegakkan diagnosa Ny.

“M” P2002 Abooo Nifas hari ke-5 dengan mastitits. Pada kasus ini tidak ada

antipasi masalah potensial dan kebutuhan segera karena kondisi Ibu sudah baik

dan tidak ada komplikasi. Dilakukan intervensi pada ibu untuk pemenuhan nutrisi,

istirahat yang cukup, personal hygiene yang baik, serta perawatan payudara untuk

menghilangkan bendungan ASI dan mengurangi rasa nyeri dan luka spisiotomi.

Memberi KIE pada Ibu mengenai cara perawatan luka yang baik agar luka tetap

kering dan bersih Dilakukan evaluasi bahwa asuhan ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kenyataan dilapangan dalam prakteknya dan Ibu disarankan untuk

kontrol 1 minggu lagi.

Data-data yang telah dikumpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek, pada intervensi yang dibuat didasarkan pada kebutuhan pasien, serta

implementasi tidak ada kesenjangna teori dan praktek. Evaluasi di lakukan atas

dasar keefektifan dari asuhan yang telah dilakukan. Pada evaluasi didapatkan

Page 56: Pnc Mastitis

bahwa ibu dalam keadaan normal dan tidak terjadi komplikasi nyeri pada

payudara berkurang dan bendungan ASI hilang.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Masa nifas merupakan masa transisi untuk memulihkan alat kandungan

seperti sebelum hamil. Dimana masa nifas ini banyak sekali perubahan-

perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Oleh karena itu perlu

pengawasan dan pengarahan secara intensif terhadap Ibu post partum,

diharapkan agar masa nifas berjalan dengan normal dan tidak ada komplikasi.

5.2 Saran

Untuk meningkatkan mutu pelayanan pada klien, pengkaji mempunyai

beberapa saran antara lain :

1. Bagi petugas yang memberikan asuhan kebidanan diharapkan tetap

mempertahankan utnuk menjaga komunikasi dalam upaya menjalin

kerjasama antara petugas kesehatan dengan klien untuk keberhailan

asuhan yang diberikan.

2. Bagi klien atau ibu harus tetap menjaga bayinya dan dapat merawat

dirinya sendiri. Selain itu ibu juga harus selalu menyusui bayinya sampai

berumur 6 bulan dan diberikan sesuai umurnya.

Page 57: Pnc Mastitis

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Roestam, 2002. Dasar-dasar Keperawatan Maternal, Edisi 6, Jakarta.

Mnauaba, 2000. Ilmu Kebidnaan, Penyakit Kadungan dan Keluarga Berencana

Untuk Pendidikan Bar, EGC. Jakarta

Mochtar, Roestam. 2000. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. EGC. Jakarta

Saifudin. Bari Abdul. 2002. Buku Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.

Jakarta, YBPSP

Saifudin. Bari Abdul. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.,

YBPSP.

Wiknjosastro, Hanifah. 2005. Ilmu Kandungan. YBP-SP. Jakarta