36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara berkembang, khususnya didaerah yang penduduknya berpendidikan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai perawatan dan pemberian makanan bayi khususnya mengenai manfaat air susu ibu (ASI) sangat kurang. Umumnya pengetahuan tentang perawatan dan pemberian makanan bayi diperoleh dari keluarga ataupun teman. Untuk menghindari kebiasaan yang salah, diperlukan bantuan petugas kesehatan untuk memberikan pengarahan yang tepat. Pada masa menyusui, ibu sering mengalami problema (mendapat kesulitan) dalam hal menyusui bayinya. Jika problema ini tidak dapat diatasi, jelas akan mengganggu kesinambungan pelaksanaan pemberian ASI. Untuk mendapatkan ASI yang memadai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, kerjasama antara ibu (keluarga) dengan petugaskesehatan mutlak diperlukan. Kerjasama ini harus dimulai pada kehamilan trimester pertama. Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan

mastitis fix.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mastitis

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di negara berkembang, khususnya didaerah yang penduduknya

berpendidikan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai

perawatan dan pemberian makanan bayi khususnya mengenai manfaat air susu

ibu (ASI) sangat kurang. Umumnya pengetahuan tentang perawatan dan

pemberian makanan bayi diperoleh dari keluarga ataupun teman. Untuk

menghindari kebiasaan yang salah, diperlukan bantuan petugas kesehatan

untuk memberikan pengarahan yang tepat. Pada masa menyusui, ibu sering

mengalami problema (mendapat kesulitan) dalam hal menyusui bayinya. Jika

problema ini tidak dapat diatasi, jelas akan mengganggu kesinambungan

pelaksanaan pemberian ASI. Untuk mendapatkan ASI yang memadai untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi, kerjasama antara ibu (keluarga) dengan

petugaskesehatan mutlak diperlukan. Kerjasama ini harus dimulai pada

kehamilan trimester pertama.

Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun

bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara

ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas

menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun demikian, terkadang ada hal-hal

yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Masalah-masalah yang

sering dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan bagaimana

mengatasinya akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa dapat mengetahui gangguan apa saja pada ibu menyusui

b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab dari gangguan payudara

c. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala dari mastitis

d. Mahasiswa dapat menyebutkan penatalaksanaan dari mastitis

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di

bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah

memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang

kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram,

saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.

Pada payudara terdapat tiga

bagian utama, yaitu :

a) Korpus  (badan), yaitu bagian

yang membesar.

Alveolus , yaitu unit

terkecil yang memproduksi

susu. Bagian dari alveolus

adalah sel Aciner,

jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.

Lobulus , yaitu kumpulan dari alveolus.

Lobus , yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-

20 lobus pada tiap payudara.

ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil

(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung

membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

b) Areola , yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

Sinus laktiferus, yaitu saluran dibawah areola yang besar

melebar, akhirnya memusat ke dalam putting dan bermuara ke luar.

Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran

terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI

keluar.

c) Papilla  atau puting, yaitu bagian yang menonjol

di puncak payudara. Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk

yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted).

Gambar 1. Bentuk puting susu normal

Gambar 2. Bentuk puting susu pendek

Gambar 3. Bentuk puting susu panjang

Gambar 4. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

2.2 Gangguan Payudara pada Ibu Laktasi

2.2.1 Puting Nyeri/Lecet

Kebanyakan puting nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan dalam

teknik menyusui, yaitu bayi tidak mengisap puting sampai ke areola

payudara. Bila bayi menyusu hanya pada puting, bayi akan mendapat ASI

sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus. Hal ini

dapat menyebabkan nyeri atau lecet pada puting ibu.

Puting lecet dapat juga disebabkan oleh monoliasis pada mulut bayi

yang menular pada puting susu ibu; pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat

iritan lainnya untuk mencuci puting susu. Keadaan ini juga dapat terjadi pada

bayi dengan tali lidah (freenulum linguae) yang pendek, sehingga

menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola payudara dan isapan hanya

pada putingnya. Rasa nyeri ini juga dapat timbul apabila ibu menghentikan

proses menyusu dengan kurang hati-hati.

Penalalaksanaan

a. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal atau

yang lecetnya lebih sedikit.

b. Untuk menghindari tekanan lokal pada puting, posisi menyusui harus

sering diubah. Dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya

menyusui pada puting yang nyeri. Di samping itu, ibu harus yakin

bahwa teknik menyusui bayi telah benar, yaitu bayi harus menyusui

sampai areola payudara.

c. Setiap selesai menyusui, sisa ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi

diangin-anginkan sebentar agar kering dengan sendirinya. Sisa ASI

berfungsi sebagai anti-infeksi. Hindari menggunakan sabun, alkohol,

atau zat iritan lain untuk membersihkan puting susu. Puting susu dapat

diolesi minyak Lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak

terlebih dahulu. Ibu harus menyusui bayi lebih sering (8-12 kali dalam

24 jam), sehingga payudara tidak menjadi penuh dan bayi tidak perlu

menyusui secara “rakus” karena terlalu lapar.

d. Periksa apakah bayi menderita moniliasis yang dapat menyebabkan

lecet pada puting susu ibu. Bila ditemukan gejala moniliasis, segera

berikan pengobatan (nistatin).

Pencegahan

a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim, atau zat-zat

iritan lain.

b. Sebaiknya biarkan bayi melepaskan sendiri puting susu dari isapannya

bukan memaksanya dengan menarik puting. Hal ini dapat dilakukan

dengan merangsang bayi, yaitu dengan menekan dagunya atau

memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulutnya.

c. Posisi menyusui harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke areola

payudara dan menggunakan kedua payudara.

2.2.2 Payudara Bengkak

Pembengkakan (engorgement) payudara terjadi karena ASI tidak

diisap oleh bayi secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem

duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak

ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan.

Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya

tekanan intraduktal, yang memengaruhi berbagai segmen pada pdayudara,

sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara sering

terasa penuh, tegang, dan nyeri. Selanjutnya, diikuti penurunan produksi

ASI dan penurunan refleks let down. Bra/kutang yang ketat juga dapat

menyebabkan engorgement segmental, demikian pula puting yang tidak

bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.

gejala

pembengkakan ini adalah

payudara yang mengalami

pembengkakan.

Pembengkakan ini ditandai

dengan bentuk areola

payudara lebih menonjol dan puting yang lebih mendatar, sehingga

membuat payudara sukar diisap oleh bayi. Bila keadaan sudah demikian,

kulit pada payudara tampak lebih mengkilat, ibu mengalami demam, dan

payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI

harus diperas dengan tangan/pompa terlebih dahulu agar payudara lebih

lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusui

.

Penatalaksanaan

Secara singkat, penatalaksanaan payudara bengkak sebagai berikut:

a. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui

b. Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh vena dan rasa

nyeri. Dapat dilakukan secara bergantian dengan kompres panas untuk

melancarkan aliran darah payudara.

c. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak

untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.

Pencegahan

a. Bila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir

b. Susukan bayi tanpa dijadwal

c. Keluarkan ASI secara manual atau dengan pompa, bila produksi ASI

melebihi kebutuhan bayi

d. Lakukan perawatan payudara pascanatal secara teratur

2.2.3 Saluran Susu Tersumbat

Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan

ketika terjadi sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus.

Penyebabnya meliputi tekanan jari ibu pada waktu menyusui, pemakaian

bra/BH yang terlalu ketat, dan komplikasi payudara bengkak, yaitu susu

yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan.

Gejala gangguan ini lebih terlihat pada ibu yang kurus yang terlihat

benjolan yang jelas dan lunak pada perabaan. Payudara pada daerah yang

mengalami penyumbatan terasa bengkak yang terlokalisasi.

Penatalaksanaan

a. Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat untuk menghindari

terjadinya radang pada payudara (mastitis).

b. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak dapat dilakukan masase

dan kompres panas-dingin secara bergantian.

c. Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan

ASI secara manual atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui.

d. Ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.

Pencegahan

a. Perawatan payudara pascanatal secara teratur untuk menghindari

terjadinya statis aliran ASI.

b. Posisi menyusui yang diubah-ubah.

c. Menggunakan bra/BH yang menyangga dan membuka bra tersebut ketika

terlalu menekan payudara.

2.2.4 Abses Payudara

Harus dibedakan antara abses dan mastitis. Abses payudara

merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan oleh

meluasnya peradangan pada payudara tersebut. Gejalanya adalah ibu

tampak sakit lebih parah, payudara lebih merah mengilat, benjolan lebih

lunak karena berisi nanah. Abses bernanah perlu diinsisi untuk

mengeluarkan nanah tersebut. Pada abses payudara, perlu diberi antibiotik

dosis tinggi dan analgesik. Sementara itu, susui bayi tanpa dijadwal hanya

pada payudara yang sehat dan ASI dari payudara yang sakit diperas (tidak

disusukan). Setelah sembuh, bayi dapat menyusu kembali.

2.2.5 Mastitis

a) definisi

Mastitis adalah radang pada payudara. Penyebabnya adalah

payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat yang akhirnya terjadi

mastitis. Puting lecet memudahkan masuknya kuman dan terjadinya

payudara bengkak. Bra/BH yang terlalu ketat mengakibatkan engorgement

segmental. Bila tidak disusu dengan adekuat, dapat terjadi mastitis. Ibu

yang dietnya buruk, kurang istirahat, atau anemia akan mudah terkena

infeksi.

Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai

infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus

aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah.

Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis

laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada

puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang

keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.

b) Macam-macam mastitis dibedakan berdasarkan tempatnya serta

berdasarkan penyebab dan kondisinya.

- Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae

2. Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di

tempat itu

3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang

menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.

- Sedangkan pembagian mastitis menurut  kondisinya dibagi pula

menjadi 3, yaitu :

1. Mastitis periductal

Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia

menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui.

Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia,

yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada

saluran di payudara.

2. Mastitis puerperalis/lactational

Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau

menyusui. Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang

menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui

kontak langsung.

3. Mastitis supurativa

Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya

bisa dari kuman Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga

sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra

intensif. Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan

pengangkatan payudara/mastektomi.

c) Penyebab 

Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman penyebab

ialah putting susu yang luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum

menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan

pada pembiakan pus ialah stafilokokus aureus. Mastitis terjadi akibat

invasi jaringan payudara ( misalnya : glandular, jaringan ikat, areolar,

lemak ) oleh organisme infeksius atau adanya cidera payudara. Organisme

yang umum termasuk S. aureus, streptococci, dan H. parainfluenzae.

Cidera payudara mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang

kasar, pembesaran payudara, statis air susu ibu dalam duktus, atau

pecahnya atau fisura putting susu. Bakteri dapat bersal dari beberapa

sumber :

1. Tangan ibu

2. Tangan orang yang merawat ibu atau bayi

3. Bayi

4. Duktus laktiferus

5. Darah sirkulasi

Stress dan keletihan dikaitkan dengan mastitis. Hal ini masuk akal

karena stress dan keletihan dapat menyebabkan kecerobohan dalam teknik

penanganan, terutama saat mencuci tangan, atau melewatkan waktu

menyusui, atau mengubah frekuensi menyusui yang dapat menyebabkan

pembesaran dan stasis. Infeksi jamur pada payudara juga dapat terjadi jika

bayi mengalami sariawan, atau jika ibu mengalami infeksi jamur vagina

persisten. Jika putting susu cidera, atau jika ibu menggunakan antibiotic

yang mempengaruhi flora normal kulit, jamur payudara cenderung terjadi.

Infeksi ini dapat diidentifikasi dengan awitan akut nyeri tajam, menusuk

pada putting susu jika bayi menyusui.

Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI

biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau

menyebabkan infeksi.

1. Statis ASI

Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari

payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah

melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan

bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif,

pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI,

suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar

dua/lebih.

2. Infeksi

Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses

payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-

kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi

demam tifoid.

d) Faktor Predisposisi

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :

1. Umur

Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari

pada wanita di bawah usia 21        tahun      atau di atas 35 tahun.

2. Paritas, Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.

3. Serangan sebelumnya

Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan

akibat teknik menyusui yang buruk  yang tidak diperbaiki.

4. Melahirkan

Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis,

walupun penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.

5. Gizi

Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor

predisposisi terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A

dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.

6. Faktor kekebalan dalam ASI

Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme

pertahanan dalam payudara.

7. Stres dan kelelahan

Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan

ingin istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan

keadaan ini atau tidak.

8. Pekerjaan di luar rumah

Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang

panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.

9. Trauma

Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak

jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan

mastitis.

e) Patofisiologi

Stasis ASI–>peningkatan tekanan duktus–>jika ASI tidak segera

dikeluarkan–>peningkatan tegangan alveoli yang berlebihan–>sel epitel

yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan–>permeabilitas

jaringan ikat meningkatàbeberapa komponen(terutama protein dan

kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan

jaringan sekitar sel–>memicu rrespon imun–>respon inflmasi dan

kerusakan jaringan yang mempermudah terjadinya infeksi

(Staohylococcus aureus dan Sterptococcus) –> dari port d’ entry yaitu:

duktus laktiferus ke lobus sekresi dan putting yang retak ke kelenjar limfe

sekitar duktus/ periduktal dan secara hematogen.

Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam

duktus (saluran ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan

maka terjadi tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel

epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga

permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama

protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI

dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun.

Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan

memudahkan terjadinya infeksi.

Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus

laktiferus ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe

sekitar duktus (periduktal) atau melalui penyebaran hematogen  pembuluh

darah). Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus aureus,

Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula mastitis

tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil.

Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai

1%.

f) Gejala Mastitis

- Nyeri payudara dan tegang atau bengkak

- Kemerahan dengan batas jelas

- Biasanya hanya satu payudara

- Terjadi antara 3-4 minggu pasca persalinan

1. Gejala mastitis infeksiosa

- Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga

yang di sertai takikardia

- Demam suhu > 38,5 derajat celcius

- Ada luka pada puting  payudara

- Kulit payudara kemerahan atau mengkilat

- Terasa keras dan tegang

- Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan

yang berbatas tegas

- Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau

menyusu karena ASI yang tersa asin

2. Gejala mastitis non infeksiosa

- Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut

- Bercak kecil keras yang nyeri tekan

- Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik saja.

Gejala abses ini adalah nyeri bertambah hebat di payudara, kulit

diatas abses mengkilat dan suhu meningkat tinggi (390-400C). dan bayi

dengan sendirinya tidak mau minum pada payudara yang sakit, seolah-

olah dia tahu bahwa susu disebelah itu bercampur dengan nanah.

Selain pembesaran berat, precursor tanda dan gejala mastitis biasanya

tidak ada sebelum akhir minggu pertama pasca partum. Setelah masa itu,

wanita mungkin mengalami gejala-gejala berikut :

1. Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi

menyusu.

2. Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala, keputihan.

Mastitis hampir selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala

actual mastitis meliputi :

- Peningkatan suhu yang cepat dari 39,5 – 40

- Peningkatan kecepatan nadi.

- Menggigil

- Malaise umum, sakit kepala

- Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras.

Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10 % resiko

terbentuknya abses. Tanda dan gejala abses meliputi :

1. Discharge putting susu purulenta

2. Demam remiten (suhu naik turun) disertai menggigil.

3. Pembengkakan payudara dan sangat nyeri; massa besar dank eras

dengan area kuliut berwarna berfluktuasi kemerahan dan kebiruan

mengindikasikan lokaso abses berisi pus.

g) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang

diagnosis tidak selalu diperlukan. World Health Organization (WHO)

menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa

keadaan yaitu bila:

pengobatan dengan antibiotik tidak — memperlihatkan respons yang

baik dalam 2 hari

terjadi mastitis berulang

mastitis terjadi di rumah sakit

penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan

tangan yang langsung ditampung menggunakan penampung urin steril.

Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan

tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang

terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur.

Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul

berhubungan erat dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas

bakteri.

h) Penatalaksanaan

Perawatan puting susu pada waktu laktasi merupakan usaha

penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan

puting susu dengan sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk

menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu yang

memberi pertolongan kepada ibu yang menyusui bayinya harus bebas dari

infeksi stapilococus. Bila ada kerak atau luka pada puting sebaiknya bayi

jangan menyusu pada mamae yang bersangkutan sampai luka itu sembuh.

Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan.

1. Mastitis

a. Berikan antibiotika :

- Kloksasilin   500 mg  per oral 4 kali sehari selama 10 hari

- Eritromisim 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari

b. Bantulah agar  Ibu :

- Tetap meneteki

- Kompres dingin selama 15-20 menit, 4 kali/hari sebelum

meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri

c. Berikan paracetamol  500 mg per oral

d. Evaluasi 3 hari

Asuhan Keperawatan

Pada Pasien dengan Mastitis

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,

pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium

dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.

Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data,

sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.

a. Pengumpulan data

Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan

landasan proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi

yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan

keperawatan.

b. Sumber data

Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain

dan petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.

Data yang disimpulkan meliputi :

Data biografi /biodata

Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain :

nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

Riwayat keluhan utama.

Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang

menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan

mengeras, bengkak, nyeri.

Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama

sebelumnya. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang

sama .

Pengkajian fisik meliputi :

i. Keadaan umum

ii. Tingkah laku

iii. BB dan TB

iv. Pengkajian head to toe

Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit

meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan

kreatinin.

2. Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin

meningkat.

3. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma

mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi,

diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.

Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :

Nutrisi

Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan

pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji

riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.

Eliminasi

Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi,

sebelum dan sesudah masuk RS.

Istirahat dan tidur

Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan

sesudah sakit.

Personal hygiene

1. Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari

2. Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu

3. Dikaji sebelum dan pada saat di RS

Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spiritual

Status psikologis

Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien

berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa

rendah diri, mekanisme koping yang negatif.

Status sosial

Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi

dengan masyarakat lain.

Kegiatan keagamaan

Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.

Klasifikasi Data

1. Data pengkajian

1) Data subyektif

Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga,

mencakup hal-hal sebagai berikut : klien mengatakan nyeri

pada payudara, sesak dan batuk, nafsu makan menurun,

kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur, harapan klien

cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.

2) Data obyektif

Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian

fisik atau penunjang meliputi : asimetris payudara kiri dan

kanan, nyeri tekan pada payudara, hasil pemeriksaan

laboratorium dan diagnostik.

Analisa Data

Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan

pengembangan daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang

sama dengan masalah yang didapat pada klien.

2. Diagnosa keperawatan

1) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses

infeksi : mastitis.

2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari

pencatatan perencanaan perawatan untuk memenuhi kebutuhan

klien yang telah diketahui.

Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses

infeksi : mastitis.

- Tujuan :

1. Nyeri berkurang/hilang.

2. Ibu dapat menyusui bayinya dengan nyaman.

3. Ibu dapat beraktifitas dengan normal

- Intervensi :

1. Ajarkan teknik relasksasi.

2. Kompres hangat pada area nyeri.

3. Kolaborasi pemberian obat analgetik.

- Rasional :

1. Teknik relaksasi akan sangat membantu mengurangi

rasa nyeri.

2. Kompres hangat akan membantu melancarkan

peredaran darah pada area nyeri.

3. Pemberian obat analgetik bekerja mengurangi rasa

nyeri.

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan

- Tujuan :

1. Intake nutrisi adekuat.

2. Tidak terjadi penurunan berat badan khususnya selama

masa menyusui

- Intervensi :

1. Anjurkan pemberian makanan/nutrisi dengan porsi

kecil tapi sering.

2. Jelaskan pentingnya nutrisi khususnya pada masa

menyusui.

3. Jika perlu berikan tambahan multi vitamin.

- Rasional :

1. Porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan

banyak kesempatan bagi pasien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisinya.

2. Pendidikan kesehatan/penkes mengenai nutrisi akan

mendorong pasien untuk  lebih memperhatikan

pemenuhan kebutuhan nutrisinya.

3. Multi vitamin dapat meningkatkan nafsu makan

4. Penatalaksanaan

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses

keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan :

melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada

tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan

aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.

Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif

terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas

perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan,

memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi

dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia

perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan

data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam

tahap proses keperawatan berikutnya.

5. Evaluasi

Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap

pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan

keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana

perawatan jika diperlukan.

Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi

kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2 %

wanita yang menyusui. Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah

melahirkan terutama pada primipara. Infeksi terjadi melalui luka pada

puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Mastitis

ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang

membengkak, demam, menggigil dan penderita merasa lemah dan tidak

nafsu makan. Terjadi beberapa minggu setelah melahirkan. Penyebab

adalah infeksi Stapilococus aureus.

Mastitis ditangani dengan antibiotika. Infeksi payudara atau

mastitis perlu diperhatian oleh ibu-ibu yang baru melahirkan. Infeksi ini

biasanya terjadi kira-kira 2 minggu setelah melahirkan yang disebabkan

adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara. Kelelahan, stres, dan

pakaian ketat dapat menyebabkan penyumbatan saluran air susu dan dari

payudara yang sedang nyeri, jika tidak segera diobati bisa terjadi abses.

Daftar Pustaka

Bahiyatun,S.pd,S,Si.T.2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas

Normal.Jakarta:EGC

http://Emirzanurwicaksono.blog.unisula.ac.id/2013/04/09/mastitis-infeksi-

payudara

Schwarz Richard H., dkk. 1997. Kedaruratan Obstetri, Edisi III. Widya

Medika : Jakarta

Doenges M. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta

Dixon M., dkk. 2005. Kelainan Payudara, Cetakan I. Dian Rakyat : Jakarta

Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3.  Jakarta.

Sjamsuhidajat R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. EGC :  Jakarta

Tapan. 2005. Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplement.  Elex Media

Komputindo : Jakarta