46
POCUT ELIZA DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM BIMTEK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN BIRO HUKUM KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN MAKASSAR, 14 AGUSTUS 2014

Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

  • Upload
    ike

  • View
    149

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM. MAKASSAR, 14 AGUSTUS 2014. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

POCUT ELIZADIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

BIMTEK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BIRO HUKUM KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011

TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MAKASSAR, 14 AGUSTUS 2014

Page 2: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

DASAR HUKUM

UU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB VI TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Pasal 64

(1) Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan.

(2) Ketentuan mengenai teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

(3) Ketentuan mengenai perubahan terhadap teknik penyusunan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.

Page 3: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

Pasal 97

Teknik penyusunan dan/atau bentuk yang diatur dalam Undang-Undang ini berlaku secara mutatis mutandis bagi teknik penyusunan dan/atau bentuk Keputusan Presiden, Keputusan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Keputusan Pimpinan DPR, Keputusan Pimpinan DPD, Keputusan Ketua Mahkamah Agung, Keputusan Ketua Mahkamah Konstitusi, Keputusan Ketua Komisi Yudisial, Keputusan Kepala Badan Pemeriksa Keuangan, Keputusan Gubernur Bank Indonesia, Keputusan Menteri, Keputusan Kepala Badan, Keputusan Kepala Lembaga, atau Keputusan Ketua Komisi yang setingkat, Keputusan Pimpinan DPRD Provinsi, Keputusan Gubernur, Keputusan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota, Keputusan Bupati/Walikota,

Keputusan Kepala Desa atau yang setingkat.

DASAR HUKUM (lanjutan)

Page 4: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PENGERTIAN DRAFTING TECHNIQUES: MENGACU KEPADA 2

HAL YANG BERBEDA NAMUM BERHUBUNGAN/BERKAITAN DENGAN KEAHLIAN (SKILL)

(SEIDMAN: LEGISLATIVE DRAFTING FOR DEMOCRATIC SOCIAL CHANGE):

MERUPAKAN KEMAMPUAN TEKNIK LINGUISTIK DAN TEKNIK LAINNYA YANG DIPERGUNAKAN PERANCANG UNTUK MENGHASILKAN RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG JERNIH DAN TIDAK AMBIGU

.IT DENOTES THE LINGUISTIC AND OTHER TECHNIQUES THAT DRAFTERS EMPLOY TO PRODUCE CLEAR, UNAMBIGUOUS BILLS

IT DENOTES TECHNIQUES FOR TRANLATING POLICY INTO EFFECTIVELY IMPLEMENTABLE LAW THAT, IN A COUNTRY’S UNIQUE CIRCUMSTANCES, WILL LIKELY INDUCE DESIRED SOCIAL, POLITICAL AND ECONOMIC TRANSFORMATIONS

MERUPAKAN TEKNIK-TEKNIK UNTUK MENERJEMAHKAN KEBIJAKAN KE DALAM PERATURAN PER-UU-AN SEHINGGA PERATURAN PER-UU-AN DAPAT DITERAPKAN SECARA EFEKTIF, DALAM SUATU KEADAAN ATAU KONDISI KHUSUS NEGARA, YANG MUNGKIN AKAN MENYEBABKAN TERJADINYA TRANSFORMASI SOSIAL, POLITIK, DAN EKONOMI YANG DIINGINKAN,

Page 5: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

RUANG LINGKUP

BAB I KERANGKA PERATURAN PERUNDANG–UNDANGAN

BAB III RAGAM BAHASA PERATURAN PERUNDANG–UNDANGAN

BAB II HAL-HAL KHUSUS

BAB IV BENTUK RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Page 6: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

KERANGKA PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGANA. JUDUL;B. PEMBUKAAN;C. BATANG TUBUH;D. PENUTUP;E. PENJELASAN (jika diperlukan);F. LAMPIRAN (jika diperlukan).

Page 7: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

JUDUL (2-13)

Memuat keterangan mengenai: jenis, nomor, tahun

pengundangan atau penetapan, dan

nama Peraturan Perundang-undangan.

Nama Peraturan Perundang-undangan dibuat singkat hanya menggunakan 1 (satu) kata atau frasa yang maknanya secara esensial telah mencerminkan isi.

CONTOH (menggunakan 1 kata):

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

CONTOH (menggunakan frasa):PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

Page 8: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

JUDUL (lanjutan)

Diletakkan di tengah marjin

Tidak boleh ditambahkan

dengan singkatan atau akronim

Ditulis dengan HURUF KAPITAL

Tanpa diakhiri tanda baca

Page 9: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

JUDUL (lanjutan)

NO.

PERATURAN

PERUNDANG-

UNDANGAN

KETERANGAN CONTOH

1 Perubahan 1. Tambahkan kata PERUBAHAN di depan judul peraturan perundang-undangan yang diubah.

2. Jika telah diubah lebih dari 1 (satu) kali, sisipkan keterangan yang menunjukkan berapa kali perubahan dilakukan.

3. Dapat menggunakan nama singkat peraturan perundang-undangan yang diubah (jika ada).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 43 TAHUN 2013TENTANG

PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 15 TAHUN 2005

TENTANG JALAN TOL

2 Pencabutan Tambahkan kata PENCABUTAN di depan judul peraturan perundang-undangan yang dicabut.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2014TENTANG

PENCABUTAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MENTERI DAN

PEJABAT TERTENTU

Page 10: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

3 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (yang ditetapkan)

1. Tambahkan kata PENETAPAN di depan judul peraturan perundang-undangan yang ditetapkan menjadi undang-undang.

2. Akhiri dengan frasa MENJADI UNDANG-UNDANG.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2014TENTANG

PENETAPAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN

2013 TENTANG JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

MENTERI DAN PEJABAT TERTENTU

4 Pengesahan Perjanjian atau Persetujuan Internasional

1. Tambahkan kata PENGESAHAN di depan nama perjanjian atau persetujuan internasional yang akan disahkan.

2. Jika bahasa Indonesia digunakan sebagai salah satu teks resmi tulis dalam bahasa Indonesia diikuti oleh bahasa asing dari teks resmi (huruf cetak miring dan diletakkan di antara tanda baca kurung).

3. Jika bahasa Indonesia tidak digunakan sebagai teks resmi tulis dalam bahasa Inggris dengan huruf cetak miring diikuti oleh terjemahannya dalam bahasa Indonesia yang diletakkan di antara tanda baca kurung.

CONTOH 1: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN

REPUBLIK KOREA TENTANG BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK

DALAM MASALAH PIDANA (TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF

INDONESIA AND THE REPUBLIC OF KOREA ON MUTUAL LEGAL ASSISTANCE IN CRIMINAL

MATTERS)

CONTOH 2:UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 10 TAHUN 2013TENTANG

PENGESAHAN ROTTERDAM CONVENTION ON THE PRIOR INFORMED CONSENT

PROCEDURE FORCERTAIN HAZARDOUS CHEMICALS AND PESTICIDES IN INTERNATIONAL TRADE

(KONVENSI ROTTERDAM TENTANG PROSEDUR PERSETUJUAN ATAS DASAR

INFORMASI AWAL UNTUK BAHAN KIMIA DAN PESTISIDA BERBAHAYA TERTENTU DALAM

PERDAGANGAN INTERNASIONAL)

Page 11: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PEMBUKAAN

Pembukaan Peraturan Perundang-undangan terdiri dari:a. Frasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

MAHA ESAb. Jabatan pembentuk Peraturan

Perundang-undangan; c. Konsiderans;d. Dasar Hukum; dan e. Diktum.

Page 12: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

Tiap jenis Peraturan Perundang-undangan mencantumkan Frasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA;

Ditulis dengan HURUF KAPITAL; dan Diletakkan di tengah marjin.

Page 13: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

Ditulis dengan HURUF KAPITAL; Diletakkan di tengah marjin; Diakhiri tanda baca koma (,). CONTOH:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan

Page 14: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

c. Konsiderans

Diawali dengan kata Menimbang.1Memuat uraian singkat pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukannya.

2

3

4

Tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad.Pokok pikiran dirumuskan dalam satu kalimat yang: diawali kata bahwa diakhiri dengan tanda baca titik koma (;)

Menimbang :

a. bahwa ...;

b. bahwa ...;

c. bahwa ...;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang ...;

Jika konsiderans memuat lebih dari satu pertimbangan, rumusan terakhir berbunyi sebagai berikut:

5

Page 15: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

c. Konsiderans (lanjutan)

• Undang-Undang• Peraturan Daerah Provinsi• Peraturan Daerah

Kabupaten /Kota• Peraturan Pemerintah• Peraturan Presiden• Peraturan Daerah

(yang merupakan pendelegasian kewenangan)

Memuat unsur flosofis, sosiologis, dan yuridis, yang ditulis secara berurutan.

Cukup memuat satu pertimbangan yang berisi uraian ringkas mengenai perlunya melaksanakan ketentuan dari peraturan perundang-undangan yang memerintahkannya.

6

7

Page 16: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

Diawali kata Mengingat. Memuat:

a. Dasar kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan; dan

b. Peraturan perundang-undangan yang memerintahkan pembentukan peraturan perundang-undangan.

Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum hanya yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.

Penulisan jenis peraturan perundang-undangan dan rancangan peraturan perundang-undangan, diawali dengan HURUF KAPITAL dan diakhiri dengan tanda baca titik koma (;).

Jika jumlah peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum lebih dari satu PERHATIKAN tata urutan peraturan perundang-undangan (jika tingkatannya sama disusun secara kronologis berdasarkan saat pengundangan atau penetapannya)

d. Dasar Hukum

Page 17: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

d. Dasar Hukum (lanjutan) UUD NRI 1945

NO.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DASAR HUKUM KETERANGAN

1 UNDANG-UNDANG 1. Yang berasal dari DPR : Pasal 20 dan Pasal 21 UUD NRI Tahun 1945.

2. Yang berasal dari Presiden : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 UUD NRI Tahun 1945.

3. Yang berasal dari DPR atas usul DPD: Pasal 20 dan Pasal 22D ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

CATATAN: Pasal2 tsb merupakan

Dasar kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan

1. Jika UUD NRI Tahun 1945 memerintahkan langsung untuk membentuk Undang-Undang cantumkan pasal yang memerintahkannya.

2. Jika materi yang diatur dalam Undang-Undang merupakan penjabaran dari pasal atau beberapa pasal UUD NRI Tahun 1945 cantumkan pasal tersebut.

2 PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

Pasal 22 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

3 UNDANG-UNDANG tentang PENETAPAN PERPPU menjadi UNDANG-UNDANG

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 22 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.

Page 18: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

4 UNDANG-UNDANG tentang PENCABUTAN PERPPU

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 22 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945.

pasal dari UUD/UU yang mendelegasikan/memerintahkan pembentukannya

5 PERATURAN PEMERINTAH Pasal 5 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.

pasal dari UU yang mendelegasikan

6 PERATURAN PRESIDEN Pasal 4 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

pasal dari UU/PP yang mendelegasikan (jika ada UU/PP yang mendelegasikan)

7 PERATURAN DAERAH Pasal 18 ayat (6) UUD NRI Tahun 1945, Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah, dan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.

pasal dari UU /PP?Perpres?/Perda yang mendelegasikan

d. Dasar Hukum (lanjutan) UUD NRI 1945

Jika terdapat Peraturan Perundang-undangan di bawah UUD NRI Tahun 1945 yang memerintahkan secara langsung pembentukan Peraturan Perundang-undangan cantumkan di dalam dasar hukum.

Peraturan Perundang-undnagan yang akan dicabut dengan Peraturan Perundang-undangan yang akan dibentuk, Peraturan Perundang-undangan yang sudah diundangkan tapi belum resmi tidak dicantumkan dalam dasar hukum.

Page 19: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

Terdiri atas:a. kata MEMUTUSKAN;b. Kata MENETAPKAN; danc. Jenis dan nama peraturan perundang-undangan.

Sebelum kata MEMUTUSKAN: pada Undang-Undang cantumkan frasa:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

danPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

pada Peraturan Daerah cantumkan frasa: Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ...dan

GUBERNUR / BUPATI / WALIKOTA ...

e. Diktum

Page 20: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

Kata MEMUTUSKAN: Ditulis dengan HURUF KAPITAL; Tanpa spasi di antara suku kata; Diakhiri tanda baca titik dua (:); dan Diletakkan di tengah marjin.

Kata Menetapkan: Dicantumkan setelah kata MEMUTUSKAN; Disejajarkan dengan kata Menimbang dan Mengingat; Ditulis dengan huruf awal kapital Menetapkan; Diakhiri dengan tanda baca titik dua (;).

Jenis dan nama yang tercantum pada judul peraturan perundang-undangan dicantumkan lagi setelah kata Menetapkan tanpa frasa REPUBLIK INDONESIA dan ditulis dengan huruf kapital, diakhiri tanda baca titik.

e. Diktum (lanjutan)

Page 21: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

CONTOH:

e. Diktum (lanjutan)

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

danPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

Page 22: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

MANA YANG BENAR?

UNDANG-UNDANG NOMOR ... TAHUN ... TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

A B

BERIKAN PENDAPAT

Page 23: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

MANA YANG BENAR?

A BMenimbang :

a. bahwa ...;

b.

bahwa ...;

c. bahwa ...;

d.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang ...;

Menimbang :

a. Bahwa ...;

b. bahwa ...;

c. bahwa ...;

d. Bahwa ....

BERIKAN PENDAPAT

Page 24: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

MANA YANG BENAR?

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

danPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

A BDENGAN PERSETUJUAN BERSAMA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH JAWA BARATDAN

GUBERNUR JAWA BARAT

Memutuskan:

Menetapkan : Peraturan Daerah tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

BERIKAN PENDAPAT

Page 25: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

BATANG TUBUH

Memuat semua substansi peraturan yang dirumuskan dalam pasal-pasal. Pengelompokan substansi : a. Ketentuan Umum; b. Materi pokok yang diatur; c. Ketentuan Pidana (jika diperlukan); d. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan);

e. Ketentuan Penutup.

Page 26: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

a.KETENTUAN UMUM berisi :

a. batasan pengertian atau definisi; b. singkatan atau akronim; c. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal berikutnya (ketentuan mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab)

Page 27: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

b. MATERI POKOK YG DIATUR

DITEMPATKAN LANGSUNG SETELAH BAB KETENTUAN UMUM

JIKA TIDAK ADA BAB, DILETAKKAN SETELAH PASAL ATAU SETELAH BEBERAPA PASAL KETENTUAN UMUM

Page 28: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

c. KETENTUAN PIDANA (jika diperlukan)

Ketentuan pidana memuat rumusan yang menyatakan penjatuhan pidana atas pelanggaran terhadap ketentuan yang berisi norma larangan atau norma perintah.

perlu diperhatikan asas-asas umum ketentuan pidana yang terdapat dalam Buku Kesatu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, karena ketentuan dalam Buku Kesatu berlaku juga bagi perbuatan yang dapat dipidana menurut peraturan perundang-undangan lain, kecuali jika oleh Undang-Undang ditentukan lain (Pasal 103 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)

Menentukan lamanya pidana atau besarnya denda mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan oleh tindak pidana dalam masyarakat serta unsur kesalahan pelaku.

Page 29: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

KETENTUAN PIDANA (lanjutan)

Diletakkan sesudah materi pokok dan sebelum ketentuan peralihan. Hanya dimuat dalam Undang-Undang dan Perda Menyebutkan secara tegas norma larangan atau norma perintah

yang dilanggar. Merumuskan subjek : berlaku bagi siapapun: “setiap orang” Hanya Berlaku bagi subjek tertentu: subjek dirumuskan secara

tegas, misal: “saksi”, “pegawai negeri” Dirumuskan secara tegas kualifikasi pidana yang dijatuhkan bersifat

kumulatif, alternatif, atau kumulatif alternatif. Menunjukkan dengan jelas unsur2 perbuatan pidana bersifat

kumulatif atau alternatif. Ketentuan pidana tidak boleh berlaku surut (retroaktif) pidana dapat dijatuhkan terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh

korporasi

Page 30: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

d. KETENTUAN PERALIHAN (jika diperlukan)

Ketentuan Peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan hukum atau hubungan hukum yang sudah ada berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang lama terhadap Peraturan Perundang-undangan yang baru, yang bertujuan untuk:

a. menghindari terjadinya kekosongan hukum; b. menjamin kepastian hukum; c. memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang

terkena dampak perubahan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan

d. mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara.

Page 31: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

e. KETENTUAN PENUTUP Pada umumnya Ketentuan Penutup

memuat ketentuan mengenai:a. penunjukan organ atau alat kelengkapan

yang melaksanakan Peraturan Perundang-undangan;

b. nama singkat Peraturan Perundang-undangan;

c. status Peraturan Perundang-undangan yang sudah ada; dan

d. saat mulai berlaku Peraturan Perundang-undangan.

Page 32: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PENUTUP Penutup merupakan bagian akhir Peraturan Perundang-

undangan yang memuat: rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan

Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah Provinsi, Lembaran Daerah Kabupaten/Kota, Berita Daerah Provinsi atau Berita Daerah Kabupaten/Kota;

penandatanganan pengesahan atau penetapan Peraturan Perundang-undangan;

pengundangan atau Penetapan Peraturan Perundang-undangan; dan

akhir bagian penutup.

Page 33: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PENJELASAN

Setiap Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota diberi penjelasan.

Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang (selain Peraturan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota) dapat diberi penjelasan jika diperlukan.

Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk Peraturan Perundang-undangan atas norma tertentu dalam batang tubuh. Oleh karena itu, penjelasan hanya memuat uraian terhadap kata, frasa, kalimat atau padanan kata/istilah asing dalam norma yang dapat disertai dengan contoh. Penjelasan sebagai sarana untuk memperjelas norma dalam batang tubuh tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan dari norma yang dimaksud.

Penjelasan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan lebih lanjut dan tidak boleh mencantumkan rumusan yang berisi norma.

Penjelasan tidak menggunakan rumusan yang isinya memuat perubahan terselubung terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Page 34: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

LAMPIRAN (jika diperlukan)

Dalam hal Peraturan Perundang-undangan memerlukan lampiran, hal tersebut dinyatakan dalam batang tubuh bahwa lampiran dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Perundang-undangan.

Lampiran dapat memuat antara lain uraian, daftar, tabel, gambar, peta, dan sketsa.

Dalam hal Peraturan Perundang-undangan memerlukan lebih dari satu lampiran, tiap lampiran harus diberi nomor urut dengan menggunakan angka romawi.

Page 35: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

HAL–HAL KHUSUS

A. PENDELEGASIAN KEWENANGANB. PENYIDIKANC. PENCABUTAND. PERUBAHAN PERATURAN PERUNDANG–

UNDANGANE. PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH

PENGGANTI UNDANG–UNDANG MENJADI UNDANG–UNDANG

F. PENGESAHAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

Page 36: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PENDELEGASIAN KEWENANGAN Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dapat

mendelegasikan kewenangan mengatur lebih lanjut kepada Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah.

Pendelegasian kewenangan dapat dilakukan dari suatu Undang-Undang kepada Undang-Undang yang lain, dari Peraturan Daerah Provinsi kepada Peraturan Daerah Provinsi yang lain, atau dari Peraturan Daerah Kabupaten/Kota kepada Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang lain.

Pendelegasian kewenangan mengatur harus menyebut dengan tegas:

a. ruang lingkup materi muatan yang diatur; dan b. jenis Peraturan Perundang-undangan.

Page 37: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PENDELEGASIAN KEWENANGAN (lanjutan)

Jika materi muatan yang didelegasikan sebagian sudah diatur pokok-pokoknya di dalam Peraturan Perundang-undangan yang mendelegasikan tetapi materi muatan itu harus diatur hanya di dalam Peraturan Perundang-undangan yang didelegasikan dan tidak boleh didele gasikan lebih lanjut ke Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah (subdelegasi), gunakan kalimat Ketentuan lebih lanjut mengenai … diatur dengan … .

Jika pengaturan materi muatan tersebut dibolehkan didelegasikan lebih lanjut (subdelegasi), gunakan kalimat Ketentuan lebih lanjut mengenai … diatur dengan atau berdasarkan … .

Page 38: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PENYIDIKAN

Ketentuan penyidikan hanya dapat dimuat di dalam Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Ketentuan penyidikan memuat pemberian kewenangan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian, atau instansi tertentu untuk menyidik pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam merumuskan ketentuan yang menunjuk pejabat tertentu sebagai penyidik pegawai negeri sipil diusahakan agar tidak mengurangi kewenangan penyidik umum untuk melakukan penyidikan.

Ketentuan penyidikan ditempatkan sebelum ketentuan pidana atau jika dalam Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tidak diadakan pengelompokan, ditempatkan pada pasal atau beberapa pasal sebelum ketentuan pidana.

Page 39: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PENCABUTAN

Jika ada Peraturan Perundang-undangan lama yang tidak diperlukan lagi dan diganti dengan Peraturan Perundang-undangan baru, Peraturan Perundang-undangan yang baru harus secara tegas mencabut Peraturan Perundang-undangan yang tidak diperlukan itu.

 Jika materi dalam Peraturan Perundang-undangan yang baru menyebabkan perlu penggantian sebagian atau seluruh materi dalam Peraturan Perundang-undangan yang lama, di dalam Peraturan Perundang-undangan yang baru harus secara tegas diatur mengenai pencabutan sebagian atau seluruh Peraturan Perundang-undangan yang lama.

 Peraturan Perundang-undangan hanya dapat dicabut melalui Peraturan Perundang-undangan yang setingkat atau lebih tinggi.

 Pencabutan melalui Peraturan Perundang-undangan yang tingkatannya lebih tinggi dilakukan jika Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi tersebut dimaksudkan untuk menampung kembali seluruh atau sebagian dari materi Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah yang dicabut itu.

Page 40: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PERUBAHAN PERATURAN PER-UU-AN

Dilakukan dengan: menyisip atau menambah materi ke dalam

Peraturan Perundang-undangan; atau menghapus atau mengganti sebagian materi

Peraturan Perundang-undangan.

Perubahan Peraturan Perundang-undangan dapat dilakukan terhadap:

seluruh atau sebagian buku, bab, bagian, paragraf, pasal, dan/atau ayat; atau

kata, frasa, istilah, kalimat, angka, dan/atau tanda baca.

Page 41: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PERUBAHAN PERATURAN PER-UU-AN (lanjutan)

Batang tubuh terdiri atas 2 pasal, ditulis dengan angka Romawi :

Pasal I:- memuat judul peraturan perundang-undangan yang diubah (sebutkan LN, TLN)- jika lebih dari satu, setiap materi perubahan dirinci dengan angka Arab (1, 2, 3 dst)

Pasal II memuat saat mulai berlaku peraturan perundang-undangan

Page 42: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PERUBAHAN PERATURAN PER-UU-AN (lanjutan)

Jika perubahan akibatkan : Sistematika berubah; Materi berubah lebih dari 50%; atau Esensinya berubah Peraturan perundang-undangan tsb dicabut

dan dibentuk peraturan perundang-undangan yang baru

Page 43: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PENETAPAN PERPU

Hal-hal yang perlu diperhatikan

ditulis dengan angka Arab:

Pasal 1 memuat Penetapan Perpu menjadi Undang-Undang yang diikuti dengan pernyataan melampirkan Perpu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Undang-Undang penetapan tersebut.

Pasal 2 memuat ketentuan mengenai saat mulai berlaku.

Penetapan perpu dilakukan dengan Undang-Undang

Batang tubuh terdiri dari 2 (dua) pasal

Page 44: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PENGESAHAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

Batang tubuh Terdiri atas 2 pasal ditulis dengan angka Arab

Contoh:

Pasal 1 memuat pengesahan perjanjian internasional dengan memuat pernyataan melampirkan salinan naskah asli dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.Pasal 2 memuat ketentuan mengenai saat mulai berlaku

Perjanjian multilateral:Pasal 1

Mengesahkan Convention on the Prohibition of the Development, Production, Stockpiling and Use of Chemical Weapon and on Their Destruction (Konvensi tentang Pelanggaran Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan Senjata Kimia serta Pemusnahannya) yang naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

Pasal 2Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Dilakukan dengan :

UU

Perpres

Page 45: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PENGESAHAN PERJANJIAN INTERNASIONAL(lanjutan)

Contoh untuk perjanjian bilateral yang hanya menggunakan dua bahasa

Contoh untuk perjanjian bilateral yang menggunakan lebih dari dua bahasa

Pasal 1Mengesahkan Perjanjian Kerjasama antara Republik Indonesia dan Australia Mengenai Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana (Treaty between the Republic of Indonesia and Australia on Mutual Assistance in Criminal Matters) yang telah ditandatangani pada tanggal 27 Oktober 1995 di Jakarta yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang–Undang ini.

Pasal 2Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Pasal 1Mengesahkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Hongkong untuk Penyerahan Pelanggar Hukum yang Melarikan Diri (Agreement between the Government of the Republik of Indonesia and the Government of Hongkong for the Surrender of Fugitive Offenders) yang telah ditandatangani pada tanggal 5 Mei 1977 di Hongkong yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Cina sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

Pasal 2Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Page 46: Pocut eliza DIREKTUR PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITJEN PP, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

TERIMA KASIH