15
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran POE White dan Gustone (1992) memperkenalkan POE ( Predict-Observe- Explain) sebagai model pembelajaran yeng efisien untuk menimbulkan ide atau gagasan siswa dan mekakukan diskusi dari ide mereka. Prosedur POE ( Predict- Observe-Explain) adalah meliputi prediksi siswa dari hasil demonstrasi, mendiskusikan alasan dari prediksi yang mereka berikan dari hasil demonstrasi, dan terakhir menjelaskan hasil prediksi dari pengamatan mereka. POE dapat membantu siswa mengeksplorasi dan meneguhkan gagasannya, khususnya pada tahap prediksi dan pemberian alasan. Tahap observasi dapat memberikan situasi konflik pada siswa berkenaan dengan prediksi awalnya, tahap ini memungkinkan terjadinya rekonstruksi dan revisi gagasan awal. Menurut White dan Gustone dalam Joyce pada http://edisuriawanhakim.blogspot.com/2012/01/model pembelajaran-poe-predict- obiserve.html (2006), model pembelajaran POE dilaksanakan dengan prosedur seperti berikut: 1. Ketika siswa diberi pertanyaan untuk meramalkan apa yang akan terjadi, mereka todak boleh mengamati dengan cermat. 2. Siswa mencatat prediksinya, memotivasi mereka untuk mau mencari dan mengetahui jawaban. 3. Minta siswa untuk menjelaskan alasan-alasan terhadap prediksi mereka. Kegiatan ini memberikan indikasi kepada guru tentang pengetahuan awal siswa. Ini bertujuan untuk mengungkap miskonsepsi dan tingkat kemampuan yang siswa kuasai. Kegiatan ini juga dapat memberikan keterangan untuk membuat rencana belajar berikutnya.

poe 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

poe

Citation preview

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Model Pembelajaran POE

    White dan Gustone (1992) memperkenalkan POE (Predict-Observe-

    Explain) sebagai model pembelajaran yeng efisien untuk menimbulkan ide atau

    gagasan siswa dan mekakukan diskusi dari ide mereka. Prosedur POE (Predict-

    Observe-Explain) adalah meliputi prediksi siswa dari hasil demonstrasi,

    mendiskusikan alasan dari prediksi yang mereka berikan dari hasil demonstrasi,

    dan terakhir menjelaskan hasil prediksi dari pengamatan mereka. POE dapat

    membantu siswa mengeksplorasi dan meneguhkan gagasannya, khususnya pada

    tahap prediksi dan pemberian alasan. Tahap observasi dapat memberikan situasi

    konflik pada siswa berkenaan dengan prediksi awalnya, tahap ini memungkinkan

    terjadinya rekonstruksi dan revisi gagasan awal.

    Menurut White dan Gustone dalam Joyce pada

    http://edisuriawanhakim.blogspot.com/2012/01/model pembelajaran-poe-predict-

    obiserve.html (2006), model pembelajaran POE dilaksanakan dengan prosedur

    seperti berikut:

    1. Ketika siswa diberi pertanyaan untuk meramalkan apa yang akan

    terjadi, mereka todak boleh mengamati dengan cermat.

    2. Siswa mencatat prediksinya, memotivasi mereka untuk mau mencari

    dan mengetahui jawaban.

    3. Minta siswa untuk menjelaskan alasan-alasan terhadap prediksi

    mereka. Kegiatan ini memberikan indikasi kepada guru tentang

    pengetahuan awal siswa. Ini bertujuan untuk mengungkap

    miskonsepsi dan tingkat kemampuan yang siswa kuasai. Kegiatan

    ini juga dapat memberikan keterangan untuk membuat rencana

    belajar berikutnya.

  • 7

    4. Menjelaskan dan mengevaluasi prediksi dan mendengarkan prediksi

    dari siswa lain akan menolong untuk mengevaluasi hasil belajar

    mereka sendiri.

    Pada model pembelajarn POE ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan

    guru yaitu : 1) merancang satu demonstrasi yang dapat memotivasi siswa dari

    suatu peristiwayang berkaitan dengan topik IPA dan akan dibelajarkan serta dapat

    diobservasi siswa. 2) Memberikan penjelasan kepada siswa tentang kegiatan yang

    akan mereka kerjakan.

    Menurut Indrawati dan Wanwan (2009 : 53), POE adalah singkatan dari

    Prediction-Observation-Explanation. P.O.E ini sering juga disebut suatu strategi

    pembelajaran di mana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara

    meminta mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama, yaitu predik, observasi

    dan memberikan penjelasan (explain).

    Ketiga tugas siswa dalam model pembelajaran POE yaitu:

    Predict : Pada tahap ini, mintalah pada peserta didik untuk mengamati apa

    yang akan anda demonstrasikan. Mintalah mereka mengamati

    fenomena yang didemonstrasikan, kemudia mereka memprediksi

    hasilnya dan mempertimbangkan hasil prediksinya.

    Observe : Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan, menunjukkan proses

    atau demonstrasi dan mintalah peserta didik untuk mencatat apa

    yang terjadi.

    Explain : Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mengajukan

    hipotesis mengenai mengapa terjadi seperti yang mereka lakukan

    dan menjelaskan perbedaan antara prediksi yang dibuatnya

    dengan hasil observasi.

    Menurut Purnomo dalam http://komangsuardika.blogspot.com

    /2013/01/23-model-pembelajaran-predict-observe.html (2010), POE adalah

    singkatan dari prediction, observation, dan explanation. Pembelajaran dengan

    model POE menggunakan 3 langkah utama, yaitu:

    a. Prediction (prediksi) adalah merupakan suatu proses membuat dugaan

    terhadap suatu peristiwa. Dalammembuat dugaan siswa sudah memikirkan alasan

  • 8

    mengapa ia membuat dugaan seperti itu. Dalam proses ini siswa diberi kebebasan

    seluas-luasanya menyusun dugaan dengan alasannya, sebaiknya guru tidak

    membatasi pemikiran siswa sehingga banyak gagasan dan konsep yang muncul

    dari pikiran siswa. Semakin banyaknya muncul dugaan dari siswa, guru akan

    dapat mengerti bagaimana konsep dan pemikiran siswa tentang persoalan yang

    diajukan. Pada proses prediksi ini guru juga dapat mengerti miskonsepsi apa yang

    banyak terjadi pada diri siswa. Hal ini penting bagi guru dalam membantu siswa

    untuk membangun konsep yang benar.

    b. Observation (observasi) yaitu melakukan penelitian, pengamatan apa yang

    terjadi. Dengan kata lain siswa diajak untuk melakukan percobaan, untuk menguji

    kebenaran prediksi yang mereka sampaikan. Pada tahap ini siswa membuat

    eksperimen, untuk menguji prediksi yang mereka ungkapkan. Siswa mengamati

    apa yang terjadi, yang terpenting dalam langkah ini adalah konfirmasi atas

    prediksi mereka.

    c. Explanation (eksplanasi) yaitu pemberian penjelasan terutama tentang

    kesesuaian antara dugaan dengan hasil eksperimen dari tahap observasi. Apabila

    hasil prediksi tersebut sesuai dengan hasil observasi dan setelah mereka

    memperoleh penjelasan tentang kebenaran prediksinya, maka siswa semakin

    yakin akan konsepnya. Akan tetapi, jika dugaannya tidak tepat maka siswa dapat

    mencari penjelasan tentang ketidaktepatan prediksinya. Siswa akan mengalami

    perubahan konsep dari konsep yang tidak benar menjadi benar. Disini, siswa

    dapat belajar dari kesalahan, dan biasanya belajar dari kesalahan tidak akan

    mudah dilupakan.

    Menurut pendapat di atas jadi model pembelajaran POE merupakan model

    pembelajaram dengan menggunakan metode eksperimen, dimana siswa diminta

    untuk menduga kemungkinan yang terjadi dilanjutkan dengan mengobservasi

    dengan melakukan pengamatan langsung kemudian dibuktikan dengan melakukan

    percobaan untuk dapat menemukan kebenaran dari dugaan awal dalam bentuk

    penjelasan.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model pembelajaran POE adalah

    sebagai berikut:

  • 9

    1) Masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang memungkinkan terjadi

    konflik kognitif dan memicu rasa ingin tahu.

    2) Prediksi harus disertai alasan yang rasional. Prediksi bukan sekedar

    menebak.

    3) Demonstrasi harus bisa diamati dengan jelas, dan dapat memberi jawaban

    atas masalah.

    4) Siswa dilibatkan dalam proses eksplanasi.

    Model pembelajaran POE juga memiliki kelebihan dan kekurangan seperti

    model-model pembelajaran lainnya.

    Kelebihan model pembelajan POE sebagai berikut:

    1. Merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan

    prediksi.

    2. Dengan melakukan percobaan untuk menguji prediksinya dapat

    mengurangi verbalisme.

    3. Proses pembelajran menjadi lebuh baik menari, sebab siswa tidak hanya

    mendegarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui

    percobaan.

    4. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan

    untuk membandingkan antara teori (dugaan) dengan kenyataan. Dengan

    demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

    Kelemahan model pembelajan POE sebagai berikut:

    1. Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian

    persoalan fisika dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk

    membuktikan prediksi yang diajukan siswa.

    2. Untuk kegiatan percobaan, memerlukan kemampuan dan ketrampilan yang

    khusus bagi guru, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional.

    3. Memerlukam kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan

    proses pembelajaran siswa.

    2.1.2 Aktivitas Belajar

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) dalam kegiatan pembelajaran

    maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan

  • 10

    mengolah perolehan belajarnya. Pendapat tersebut menyatakan bahwa yang harus

    diperhatikan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah kesempatan bagi

    siswa untuk berperan serta sehingga aktivitas siswa timbul, bukan aktivitas guru.

    Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, karena pada prinsipnya belajar

    adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada

    aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat

    penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Dengan kata lain belajar adalah

    melakukan kegiatan belajar. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud adalah

    aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental.

    Sardiman (2012:97) Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dilihat dari

    sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan melihat

    unsur kejiwaan seseorang subjek belajar/subjek didik, dapatlah diketahui

    bagaimana prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu. Prinsip aktivitas dalam

    belajar menurut John Locke dalam Sardiman (2012: 100) aktivitas belajar adalah

    aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar ke dua

    aktivitas itu harus selalu terkait.

    Sardiman (2012: 101) menyatakan bahwa banyak jenis aktivitas yang

    dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tida cukup hanya

    mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah

    tradisional. Menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2012: 101) membuat

    suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat

    dogolongkan sebagai berikut:

    1. Visual activitiesyang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

    2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

    3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakan, diskusi, musik, pidato.

    4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

    5. Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta diagram.

    6. Motor activities, yang ternasuk di dalamny antara lain : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

    beternak.

  • 11

    7. Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat, memecahkan soal,, menganalisis, melihat hubungan, mengambil

    keputusan.

    8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

    Hamalik (2001 : 175) menyebutkan penggunaan asas aktivitas, besar

    nilainya bagi pengerjaan para siswa karena :

    1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

    integral.

    3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa. 4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuannya sendiri. 5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan susana belajar menjadi

    demokratis.

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa

    adalah belajar yang melibatkan aktivitas mental maupun fisik artinya seluruh

    tubuh dan pikiran terlibat dalam proses pembelajaran.

    2.1.3 Hasil Belajar

    Menurut Hasan & Zainul (1991: 23) di Indonesia, hasil belajar dinyatakan

    dalam klasifikasi yang dikembangkan oleh Bloom dan kawan-kawannya.

    Taksonomi Bloom membagi hasil belajar atas tiga ranah yaitu kognitif, afektif,

    dan psikomotor.

    1. Ranah kognitif

    Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir. Ada 6 jenjang:

    pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

    2. Ranah afektif

    Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi,

    penghargaan, proses internalisasi dan pembentukan karakteristik diri. Ada

    5 jenjang: penerimaan, penanggapan, penghargaan, pengorganisasian, dan

    penjatidirian.

    3. Ranah psikomotor

    Ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan gerak atau

    manipulasi yang bukan disebabkan oleh kematangan biologis.

  • 12

    Kemampuan gerak atau manipulasi tersebut dikendalikan oleh kematangan

    psikologis.

    Nana Sudjana,(2010:22) Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

    yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward

    Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni:

    1. Keterampilan dan kebiasaan

    2. Pengetahuan dan pengertian

    3. Sikap dan cita-cita.

    Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah

    ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne (Nana Sudjana 2010:22) membagi

    lima kategori hasil belajar, yakni :

    1. Informasi verbal 2. Keterampilan intelektual 3. Strategi kognitif 4. Sikap, dan 5. Keterampilan motoris

    Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran

    karena dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam

    upaya mencapai tujuan pembelajaran. Melalui informasi tersebut, guru dapat

    menyusun kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas

    maupun individu.

    Penelitian ini mengharapkan hasil belajar berupa terjadinya perubahan

    pengetahuan siswa terhadap pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui

    model pembelajaran POE. Perubahan tersebut dibuktikan dengan adanya

    peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan kajian teori tentang pembelajaran

    IPA, tujuan pembelajaran IPA, penegrtian POE dan aktivitas belajar dapat

    disimpulkan bahwa dalam mengajarkan IPA, guru harus menggunakan strategi

    pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas V melalui model

    pembelajaran POE. Penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan

    pemahaman siswa terhadap materi ajar sehingga hasil belajar pun meningkat.

  • 13

    2.1.4 Pembelajaran IPA

    Menurut Usman (2010 : 3) Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan

    kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan

    alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam,

    science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science

    itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang

    mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. H.W Fowler menyatakan

    (dalam Laksmi Prihantoro 1986 : 13) IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan

    dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan

    terutama atas pengamatan dan dedukasi.

    Pembelajaran IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses merupakan

    kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Sri Sulistyorini dalam

    http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/10/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sd.html

    (2007), IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

    sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA

    bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

    konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan

    Dari beberapa pendapat diatas maka yang dimaksud dengan pembelajaran

    IPA mengarahkan siswa untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat

    memperoleh pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan alam sekitar.

    2.1.4.1 Tujuan IPA

    Tujuan dari pelajaran IPA di SD seperti yang tersirat dalam

    (Permendiknas, 2008:148) yaitu bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

    sebagai berikut:

    1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

    2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

    teknologi dan masyarakat.

    4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

  • 14

    5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

    6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

    7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    Sedangkan tujuan pembelajaran IPA di SD, seperti dijelaskan dalam

    kurikulum (2006:124-125) adalah sebagai berikut :

    1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

    2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

    teknologi, dan masyarakat.

    4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

    5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

    6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala kateraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

    7. Memperoleh bekalpengetahuan, konsep dan ketera,pilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

    Dari beberapa pendapat di atas, tujuan pembelajaran IPA Sekolah Dasar

    untuk memahami dan memanfaatkan benda-benda yang ada di alam, mempelajari

    gejala alam, memecahkan masalah yang di temukan di dalam kehidupan sehari-

    hari, dan melestarikan alam serta memupuk rasa cinta terhadap alam semesta

    ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

    2.1.4.2 Ruang Lingkup IPA

    Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD adalah seperti yang tersirat

    dalam Permendiknas, (2008:148) meliputi aspek-aspek berikut:

    1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

    2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas

    3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

    4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

  • 15

    2.1.4.3 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA

    Pencapaian tujuan IPA yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional

    (BSNP) tersebut harus dimiliki oleh kemampuan siswa yang berstandar nasional

    dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci Kompetensi Deasar

    (KD). Standar Kmpetensi merupakan ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih

    lanjut dalam serangkaian kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan

    secara efektif. Penjabaran lebih lanjut ke dalam kompetensi dasar. Kompetensi

    dasar adalah kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas

    atau pekerjaan dengan efektif.

    Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

    membangun kemampuan, bekerja ilmiah da pengetahuan sindiri yag difasilitasi

    guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran di satuan pendidikan harus mengau

    pada SK dan KD yang diterbitkan oleh BSNP. Secara rinci SK dan KD untuk

    mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas V SD disajikan melalui table

    berikut ini.

    Tabel 2.1 SK dan KD

    2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

    Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

    antara lain:

    1. Kurniawati, Ana (2011) dalam penelitian Peningkatan Aktivitas dan hasil

    belajar IPA dengan model pembelajaran poe (predict, observe, explain)

    siswa kelas V SDN Lowokwaru 5 Kota Malang menyatakan hasil

    penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran POE

    (predict, observe, explain) untuk pembelajaran IPA siswa kelas 5 SDN

    Lowokwaru 5 Kota Malang dengan standar kompetensi Memahami

    hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan benda dan sifatnya

    Standar kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD)

    6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui

    kegiatan membuat suatu karya/model

    6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat

    cahaya.

  • 16

    sebagai hasil suatu prosesdapat dilaksanakan dengan efektif. Keaktifan

    siswa meningkat dari 69,74 pada siklus I menjadi 84,72 pada siklus II.

    Skor aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang berisi indikator-

    indikator yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Hasil belajar juga meningkat

    dari rata-rata 57,05 dan ketuntasan kelas 29,73% sebelum tindakan

    menjadi rata-rata 80,95 dan ketuntasan kelas mencapai 83,78% pada akhir

    siklus II.

    2. Nugraheni, Setyaningtyas Wahyu (2011) dalam penelitian Penerapan

    model POE (Predict. Observe, explain) untuk meningkatkan pembelajaran

    IPA siswa kelas III SDN Karangbesuki 4 Malang oleh Setyaningtyas

    Wahyu Nugraheni

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model POE dapat

    meningkatkan pembelajaran IPA. Terbukti pada pembelajaran yang sudah

    dilaksanakan, siswa terlibat langsung dalam pembelajarannya sedangkan

    guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Prosentase untuk

    keberhasilan guru dalam menerapkan model pada siklus 1 mencapai

    93,39% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 100%. Nilai rata-rata

    aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 70,50 dengan kriteria

    memuaskan dan pada siklus II rata-rata aktivitas belajar meningkat

    menjadi 77,22 dengan kriteria memuaskan. Hasil belajar siswa juga

    mengalami peningkatan. Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa pada

    siklus I sebesar 57,14% dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa 73,81 dan

    pada siklus II prosentase meningkatan menjadi 85,71% dengan nilai rata-

    rata 79,91.

    Berdasarkan hasil penelitian ini, saran diberikan oleh peneliti dalam upaya

    peningkatan mutu pendidikan di SD adalah untuk kepala sekolah

    hendaknya dapat memberikan dukungan dan pengarahan kepada guru agar

    dapat menerapkan model pembelajaran POE sehingga dapat meningkatkan

    pembelajaran IPA. Guru diharapkan dapat menerapkan model

    pembelajaran POE pada materi lain selama materi tersebut sesuai dengan

    karakter model pembelajaran POE.

  • 17

    3. Sopiyah (2012) dalam penelitian Penerapan Strategi Poe ( Prediction,

    Observation, Explanation ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada

    Pembelajaran Ipa Materi Pengaruh Perubahan Lingkungan Fisik Terhadap

    Daratan Di SDN Gandasoli Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2011/2012

    Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi

    Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran,

    terlihat keaktifan siswa hampir 90% turut aktif dalam setiap kegiatan

    pembelajaran, demikian pula perolehan nilai siswa dalam pembelajaran

    IPA materi tersebut mengalami peningkatan. Pada siklus pertama nilai

    rata-rata mencapai 69 atau sebanyak 66.7% siswa yang mencapai nilai

    KKM. Pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata

    79.1 atau sebanyak 86.2% siswa yang mencapai KKM,dan pada siklus III

    nilai rata-rata siswa 81.4 atau 96.5%.

    Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan

    model POE dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

    IPA materi pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan.

    Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada saran yang hendak disampaikan,

    antara lain guru diharapkan dapat mencoba mengkaji dan

    mengimplementasikan strategi pembelajaran tersebut pada materi

    pelajaran lainnya pada mata pelajaran IPA.

    2.3 Kerangka Pikir

    Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa

    untuk turut serta memberikan andil selama prosesnya berjalan di dalam kelas.

    Pelajaran IPA hingga hari ini masih dianggap sebagai momok yang menakutkan

    bagi kebanyakan siswa, karena dalam pelajaran IPA siswa dituntut untuk

    menguasai berbagai konsep pengetahuan, sedangkan guru tidak memahami fungsi

    utamanya untuk membangun pemahaman konsep siswa tersebut. Ketidakpahaman

    guru terhadap fungsinya ditandai dengan penggunaan teknik pembelajaran yang

    tidak sesuai dengan karakteristik materi pelajaran, kebutuhan serta gaya belajar

    yang diharapkan siswa sehingga dampak yang ditimbulkannya adalah rendahnya

    hasil belajar yang diperoleh siswa.

  • 18

    Model pembelajaran POE sebagai model pengajaran yang digunakan guru

    merupakan salah satu yang dianggap dapat digunakan guru dalam proses

    pembelajaran sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas dan

    hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN Klero

    01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Penerapan model pembelajaran

    POE didasarkan beberapa alasan, antara lain karena model ini mampu melatih

    kemampuan berpikir siswa karena melalui model pembelajaran ini siswa dapat

    mengamati dan mencoba sendiri.

    Langkah yang dilakukan peneliti adalah membentuk dua kelas yaitu

    kelaseksperimen yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

    POEdankelas kontrol yang diajar dengan metode konvensional (metode

    ceramah).Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dijelaskan pada gambar

    alurberikut:

    Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

    Kelompok

    Eksperimen PRETEST Pembelajaran dengan

    model POE

    Hasil PRETEST

    tidak boleh ada

    perbedaan yang

    signifikan

    POSTTEST

    Uji beda hasil

    POSTTEST

    apakah terdapat

    perbedaan yang

    signifikan antara

    pembelajaran

    dengan cara

    konvensional

    (metode ceramah) dan

    model POE

    Kelompok

    Kontrol PRETEST Pembelajaran dengan

    cara konvensional

    (metode ceramah)

    POSTTEST

  • 19

    2.4 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan uraian kerangka berpikir, peneliti mengemukakan hipotesis

    sebagai berikut :

    1. Diduga model pembelajaran POE berpengaruh terhadap aktivitas belajar

    siswa dalam mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya kelas V SDN

    Klero 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun

    Pelajaran 2012/2013.

    2. Diduga model pembelajaran POE berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

    dalam mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya kelas V SDN Klero 01

    Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran

    2012/2013.

    Hipotesis Statistika

    Aktivitas Belajar

    Ho : Y1=Y1

    Yaitu Aktivitas belajar siswa kelompok eksperimen (SDN Klero 01 Kelas V B)

    sama dengan aktivitas belajar siswa kelompok kontrol (SDN Klero 02 Kelas VA).

    Artinya tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran POE terhadap

    aktivitas belajar siswa.

    H1 : Y1Y1

    Yaitu Aktivitas belajar siswa kelompok eksperimen (SDN Klero 01 Kelas V B)

    tidak sama dengan aktivitas belajar kelompok kontrol (SDN Klero 01 Kelas V A).

    Artinya terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran POE terhadap

    aktivitas belajar siswa.

    Hasil Belajar

    H0 : Y2=Y2

    Yaitu Rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen (SDN Klero 01 Kelas

    V B) sama dengan rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol (SDN Klero 02

  • 20

    Kelas V A). Artinya tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran POE

    terhadap hasil belajar.

    H1 : Y2Y2

    Yaitu rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen (SDN Klero 01 Kelas V

    B) tidak sama dengan rata-rata hasil belajar kelompok kontrol (SDN Klero 01

    Kelas V A). Artinya terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran POE

    terhadap hasil belajar.