Upload
artha-wiguna
View
52
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
http://b
ali.bps.g
o.id
POLA KONSUMSI DAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN PROVINSI BALI 2011
No. Publikasi : 51520.1205
Katalog BPS : 3206001.51
Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm
Jumlah Halaman : 63 Lembar
Naskah:
Bidang Statistik Sosial
Penyunting:
Bidang Statistik Sosial
Gambar Kulit:
Bidang Statistik Sosial
Diterbitkan oleh:
BPS Provinsi Bali
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
http://b
ali.bps.g
o.id
Editor : Indra Susilo, DP.Sc,MM. Penulis : Mulyani Puji Lestari, S.ST Pengolah Data : Mulyani Puji Lestari,S.ST
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
iii
KATA PENGANTAR
Perencanaan, pemantauan proses, dan evaluasi hasil pembangunan biasanya
berjalan dengan lancar manakala ditangani oleh para ahli yang mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Data tentang berbagai aspek pemenuhan kebutuhan hidup seperti sandang,
pangan, papan, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan kesempatan kerja diperlukan
untuk mengetahui seberapa jauh hasil pembangunan dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
Publikasi “Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011”,
memuat beberapa indikator. Beberapa hal yang dibahas dalam publikasi ini meliputi rata-
rata pengeluaran per kapita per bulan, pola konsumsi, serta distribusi pendapatan
penduduk Provinsi Bali. Ketiga indikator tersebut secara umum mampu menggambarkan
tingkat kesejahteraan penduduk Provinsi Bali.
Diharapkan dari publikasi “Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi
Bali 2011” ini, dapat dijadikan sebagai alat monitoring dan evaluasi bagi pelaksanaan
pembangunan, serta sebagai pedoman bagi perencanaan pembangunan di masa
mendatang. Disadari bahwa dalam publikasi ini masih terdapat kekurangan untuk itu
saran perbaikan sangat diharapkan guna penyempurnaan publikasi berikutnya.
Denpasar, September 2012Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
K e p a l a,
Ir. I Gde Suarsa, M.Si.
NIP. 19550628 197903 1 002
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
iv
DAFTAR ISI Hal.
Kata Pengantar………………………………………………………………………… iii
Daftar Isi…………………………………………………………………………. ……. iv
Daftar Tabel……………………………………………………………………............ v
Daftar Gambar………………………………………………………………................ vi
Daftar Lampiran……………………………………………………………….............. vii
Bab I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang……………………………………………………........... 1
1.2. Tujuan Penulisan ……………….……………………………………….. 3
1.3. Sistematika Penulisan ………………………………………………… 3
Bab II. METODOLOGI 5
2.1. Rancangan Sampel ......................................................................... 5
2.2. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 7
2.3. Pengolahan Data .............................................................................. 7
2.4. Konsep dan Definisi .......................................................................... 8
2.5. Metode Analisis ................................................................................. 9
2.5.1. Gini Ratio ............................................................................... 10
2.5.2. Kriteria Bank Dunia................................................................. 11
2.5.3. Kurva Lorenz.......................................................................... 12
Bab III. PENGELUARAN PER KAPITA DAN POLA KONSUMSI PENDUDUK 14
3.1. Pengeluaran Per Kapita Penduduk ................................................... 14
3.2. Pola Konsumsi Penduduk ................................................................. 19
3.2.1. Konsumsi Makanan .............................................................. 25
3.2.2. Konsumsi Non Makanan ........................................................ 31
Bab IV. DISTRIBUSI PENDAPATAN 35
4.1. Distribusi Pendapatan Provinsi Bali .................................................. 36
4.2. Distribusi Pendapatan Menurut Kabupaten/Kota .............................. 39
Bab V. KESIMPULAN .......................................................................................... 43
LAMPIRAN .......................................................................................................... 44
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
v
DAFTAR TABEL Hal.
Tabel 3.1. Persentase Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan, Provinsi Bali 2011 .... 19
Tabel 3.2. Rata-rata Konsumsi Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok dan Jenis Pengeluaran, Provinsi Bali 2011 ..................... 25
Tabel 3.3. Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Sub Kelompok Makanan dan Klasifikasi Daerah, Provinsi Bali 2011 27
Tabel 3.4. Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Sub Kelompok Makanan dan Kelompok Pengeluaran, Provinsi Bali 2011 ...................................................... 30
Tabel 3.5. Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Sub Kelompok Non Makanan dan Klasifikasi Daerah, Provinsi Bali Tahun 2011 ...................................................................................... 33
Tabel 3.6. Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Sub Kelompok Non Makanan dan Kelompok Pengeluaran, Provinsi Bali 2011 ..................................................... 35
Tabel 4.1. Gini Ratio Menurut Klasifikasi Daerah, Provinsi Bali 2011 ............... 37
Tabel 4.2. Distribusi Pendapatan Menurut Klasifikasi Daerah dan Kriteria Bank Dunia, Provinsi Bali 2011 ....................................................... 38
Tabel 4.3. Gini Ratio Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Bali Tahun 2006 dan 2011 ................................................................................................. 41
Tabel 4.4. Distribusi Pendapatan Menurut Kabupaten/Kota dan Kriteria Bank Dunia, Provinsi Bali Tahun 2006 dan 2011 ...................................... 42
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
vi
DAFTAR GAMBAR
Hal. Gambar 3.1. Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk
Menurut Klasifikasi Daerah, Provinsi Bali Tahun 2009–2011 ..... 15
Gambar 3.2. Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Bali Tahun 2009 - 2011 .. 16
Gambar 3.3. Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Makanan dan Non Makanan, Provinsi Bali Tahun 2011 .................................................. 23
Gambar 3.4. Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Sub Kelompok Makanan, Provinsi Bali 2011 …..…….....………. 26
Gambar 3.5. Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Sub Kelompok Non Makanan, Provinsi Bali 2011 …..…….……. 30
Gambar 4.1. Distribusi Pendapatan Menurut Klasifikasi Daerah dan Kriteria Bank Dunia, Provinsi Bali 2011 …..……………………………….. 39
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal. Tabel A.1. Rata-Rata Konsumsi Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Pengeluaran, Provinsi Bali 2010 ........... 47
Tabel A.2. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Jembrana 2010 .……………..………………………………………….. 48
Tabel A.3. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Tabanan 2010 ..………………………..…………………….………….. 49
Tabel A.4. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Badung 2010 …………………………………………...……………….. 50
Tabel A.5. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Gianyar 2010 …………………………….…………………..………….. 51
Tabel A.6. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Klungkung 2010 …………………………..…………………………….. 52
Tabel A.7. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Bangli 2010 ...………….………………………………………………………… 53
Tabel A.8. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Karangasem 2010 .……………..…………………………………..….. 54
Tabel A.9. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Buleleng 2010 ..…………………...…………………………………….. 55
Tabel A.10. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kota Denpasar Tahun 2010 ..……………………………………………….…………… 56
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional pada hakikatnya tidak semata-mata mengejar
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, akan tetapi juga memberikan penekanan kepada
aspek peningkatan tingkat pendapatan masyarakat dan aspek pemerataan. Sebab
keberhasilan pembangunan nasional dapat ditandai dengan meningkatnya kesejahtera-
an penduduk suatu bangsa.
Hal inilah yang menjadikan penduduk memegang peranan penting bagi
keberhasilan pembangunan suatu daerah, karena selain sebagai obyek, penduduk juga
berperan sebagai subyek pembangunan sehingga diharapkan masing-masing penduduk
dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi proses pembangunan baik di tingkat
regional maupun nasional.
Tingkat pendapatan masyarakat dapat tercermin dari tingkat pendapatan per
kapitanya. Pendapatan per kapita ini secara langsung akan mencerminkan jumlah
pendapatan yang diperoleh oleh setiap individu, yang selanjutnya akan digunakan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan baik makanan ataupun non makanan. Semakin tinggi
pendapatan per kapita penduduk suatu daerah, tentu diharapkan semakin baiknya
tingkat kesejahteraan penduduk di daerah tersebut.
Mengukur tingkat kesejahteraan penduduk hanya dari sisi tingkat pendapatan per
kapita, tidaklah cukup. Tingginya tingkat pendapatan penduduk suatu daerah, tidak
secara langsung mencerminkan tingginya tingkat kesejahteraan penduduk dari seluruh
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 2
daerah tersebut. Pada kenyataannya, pendapatan antara individu yang satu dengan
individu lainnya tidaklah selalu seragam. Bahkan terdapat ketimpangan yang cukup
mencolok antara penduduk yang kaya dengan yang miskin. Indikator yang dapat
digunakan untuk mengetahui kesenjangan ekonomi antar penduduk adalah dengan
menghitung distribusi pendapatan.
Pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk menilai tingkat
kesejahteraan (ekonomi) penduduk dan perubahan komposisinya sebagai indikasi
perubahan tingkat kesejahteraan. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan
pendekatan pengeluaran/konsumsi masyarakat untuk menghitung pendapatan per
kapita penduduk. Hal ini didasarkan pada paradigma bahwa bila pendapatan mengalami
kenaikan maka akan diikuti oleh pengeluaran konsumsi yang semakin tinggi pula.
Sebab bukanlah hal yang mudah untuk mengumpulkan data mengenai jumlah
pendapatan yang diterima oleh penduduk. Umumnya masyarakat masih enggan untuk
memberikan informasi mengenai jumlah pendapatan yang mereka terima.
Penghitungan distribusi pendapatan yang dilakukan oleh BPS, didasarkan pada
data pengeluaran/konsumsi masyarakat yang dikumpulkan melalui Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas), BPS menggunakan tiga metode untuk mengetahui
distribusi pendapatan penduduk yaitu: Koefisien Gini Ratio, Kriteria Bank Dunia, dan
Kurva Lorenz.
Ketiga indikator tersebut diharapkan dapat dijadikan dasar perencanaan bagi
pembangunan di masa-masa mendatang, sehingga secara nyata mampu meningkatkan
kesejahteraan penduduk Provinsi Bali pada khususnya dan penduduk Indonesia pada
umumnya. Di samping itu, ketiga indikator tersebut dapat menjadi alat kontrol dan
evaluasi terhadap proses pembangunan yang telah berjalan selama ini.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 3
Proses pengumpulan data memang tidaklah mudah, bahkan bisa dikatakan data
itu mahal, namun akan jauh menjadi lebih mahal jika proses pembangunan dilakukan
tanpa data. Mengingat pentingnya indikator-indikator tersebut bagi peningkatan kualitas
penduduk selaku obyek pembangunan, maka selaku subyek, penduduk diharapkan
senantiasa berpartisipasi dalam setiap tahapan pembangunan. Salah satunya adalah
memberikan informasi yang benar ketika menjadi responden dari sensus atau survei
yang diselenggarakan oleh BPS.
1.2 Tujuan Penulisan
Penyusunan publikasi ini, pada dasarnya bertujuan untuk memberikan data dan
informasi kepada Pemerintah Daerah Provinsi Bali dan para konsumen data, mengenai
indikator tingkat kesejahteraan penduduk Provinsi Bali Tahun 2011.
Secara khusus, tujuan dari penyusunan publikasi ini antara lain:
Mengetahui pola konsumsi penduduk Provinsi Bali Tahun 2011,
Menghitung distribusi pendapatan penduduk Provinsi Bali Tahun 2011,
Mengetahui ketimpangan pendapatan penduduk Provinsi Bali Tahun 2011.
1.3 Sistematika Penulisan
Publikasi “Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011” ini,
disajikan secara sistematik dalam empat bab sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Terdiri atas sub bab latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II. METODOLOGI
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 4
Terdiri atas sub bab rancangan sampel, teknik pengumpulan data, pengolahan
data, konsep dan definisi, serta metode analisis.
BAB III. PENGELUARAN PER KAPITA DAN POLA KONSUMSI PENDUDUK
Terdiri atas sub bab pengeluaran per kapita penduduk dan pola konsumsi
penduduk.
BAB IV. DISTRIBUSI PENDAPATAN
Terdiri atas sub bab distribusi pendapatan Provinsi Bali dan distribusi pendapatan
menurut kabupaten/kota.
BAB V. KESIMPULAN
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 5
BAB II METODOLOGI
2.1. Rancangan Sampel
Data sosial ekonomi sangat dibutuhkan untuk mengetahui gambaran proses dan
pencapaian hasil pembangunan sebagai bahan umpan balik bagi para ahli dan
pengambil kebijakan pembangunan. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
digunakan sebagai bahan analisis dalam publikasi “Pola Konsumsi dan Distribusi
Pendapatan Provinsi Bali 2011”. Perbedaan data Susenas 2011 dengan tahun-tahun
sebelumnya adalah bahwa untuk tahun 2011 dilaksanakan pendataan secara
triwulanan. Artinya bahwa selama tahun 2011 dilakukan pengumpulan data sebanyak 4
kali yaitu pada bulan Maret, Juni, September dan Desember. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan akurasi data yang dihasilkan dan sejalan dengan peningkatan frekuensi
permintaan data.
Susenas 2011 dilaksanakan di seluruh wilayah geografis Indonesia dengan ukuran
sampel sebesar 300.000 rumah tangga terbagi dalam daerah perkotaan maupun
perdesaan. Sedangkan untuk Provinsi Bali sendiri, sampelnya tersebar pada sembilan
kabupaten/kota mencakup seluruh kecamatan baik wilayah perkotaan maupun
perdesaan dengan jumlah sampel. sebesar 5.760 rumah tangga, dalam 576 blok
sensus di wilayah perkotaan dan perdesaan.
Kerangka sampel yang digunakan dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011
terdiri dari tiga jenis, yaitu kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap pertama,
kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap kedua dan kerangka sampel untuk
peanarikan sampel tahap ketiga.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 6
Kerangka sampel pemilihan tahap pertama adalah daftar wilayah pencacahan
(wilcah) SP2010 yang disertai dengan informasi banyaknya rumah tangga hasil listing
SP2010 (Daftar RBL1),muatan blok sensus dominan (pemukiman biasa,pemukiman
mewah, pemukiman kumuh), informasi daerah sulit/tidak sulit dan klasifikasi
desa/kelurahan. Kerangka sampel pemilihan tahap kedua adalah daftar blok sensus
pada setiap wilcah terpilih. Kerangka sampel pemilihan tahap ketiga adalah daftar
rumah tangga biasa tidak termasuk institutional household (panti asuhan, barak ,
polisi/militer, penjara dsb) dalam setiap blok sensus sampel hasil pencacahan lengkap
SP2010 (SP2010-C1) yang telah dimutakhirkan pada setiap menjelang pelaksanaan
survei.
Metode sampling yang digunakan yaitu penarikan sampel tahap berstrata.
Tahapan dari metode ini diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap pertama, memilih nh wilcah dari Nh secara pps (Probabaility Proportional
to Size). Kemudian wilcah tersebut dialokasikan secara acak ke dalam empat
triwulanan.
b. Tahapa kedua, memilih BS pada setiap wilcah terpilih secara pps dengan size
jumlah rumah tangga SP2010-RBL1.
c. Tahap ketiga, dari setiap blok sensus terpilih untuk Susenas dipilih sejumlah
rumah tangga biasa (m=10) secara sistematik berdasarkan hasil pemutakhiran
listing rumah tangga SP2010-C1 dengan menggunakan Daftar VSEN11-P.
Daftar nama kepala rumah tangga disusun dari Ekstrak SP2010-C1 untuk
variable nama KRT, alamat, dan tingkat pendidikan KRT, kemudian dilakukan
pemutakhiran lapangan.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 7
2.2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka meningkatkan kualitas data yang dukumpulkan, maka pengumpulan
data dari rumah tangga terpilih dilakukan melalui wawancara langsung dengan
responden. Wawancara dilakukan langsung terhadap kepala rumah tangga atau
anggota rumah tangga yang dianggap mengetahui keadaan rumah tangga
bersangkutan.
Referensi waktu survei yang digunakan adalah selama seminggu yang lalu untuk
konsumsi makanan, dan sebulan atau setahun yang lalu untuk konsumsi bukan
makanan.
Data pokok yang dipergunakan dalam penghitungan dan analisis distribusi
pendapatan adalah pengeluaran rumah tangga, bukan pendapatan rumah tangga. Jadi
data pendapatan rumah tangga dihitung dengan menggunakan pendekatan data
pengeluaran rumah tangga. Hal ini dilakukan mengingat pengumpulan data pendapatan
rumah tangga sangat sulit dikumpulkan oleh petugas lapangan.
Masalah pendapatan rumah tangga biasanya dirahasiakan oleh responden
sehingga data pendapatan yang diperoleh cenderung under estimate. Berbeda halnya
jika responden ditanyakan mengenai pengeluaran rumah tangga, informasi yang
diperoleh cukup mendekati kebenaran. Oleh karena itu, bahan analisis yang digunakan
dalam publikasi ini didasarkan pada data pengeluaran rumah tangga.
2.3. Pengolahan Data
Pada dasarnya pengolahan data dilakukan melalui dua proses, yaitu proses
manual dan proses komputer. Proses manual meliputi kegiatan pengecekan awal atas
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 8
kelengkapan isian daftar pertanyaan, penyuntingan (editing) terhadap isian yang tidak
wajar termasuk hubungan keterkaitan (konsistensi) antara jawaban yang satu dengan
jawaban yang lain, serta proses pemberian kode-kode (coding). Proses komputer
meliputi perekaman data (data entry), tabulasi, pemeriksaan konsistensi antar isian
dalam kuesioner dan proses komputer lanjutan seperti tabulasi.
2.4. Konsep dan Definisi
Blok Sensus (BS) adalah bagian dari suatu wilayah desa/kelurahan yang membagi
habis suatu desa/kelurahan tersebut dan merupakan daerah kerja dari seorang
pencacah. Blok sensus mempunyai batas-batas yang jelas dan mudah dikenali, baik
batas alam maupun buatan yang diperkirakan tidak akan berubah dalam jangka waktu
sepuluh tahun. Pada umumnya BS mencakup sekitar 80 - 120 rumah tangga atau
bangunan fisik bukan tempat tinggal atau dapat juga merupakan gabungan dari
keduanya.
Klasifikasi Daerah adalah karakteristik yang membedakan lokasi daerah menurut
indikator komposit yang telah ditetapkan, klasifikasi daerah dibedakan menjadi dua yaitu
daerah perkotaan dan perdesaan.
Pengeluaran/konsumsi rumah tangga sebulan adalah rata-rata biaya yang
dikeluarkan rumah tangga sebulan untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah
tangga dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi makanan dan non makanan.
Konsumsi makanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan makanan termasuk makanan jadi, rokok dan tembakau.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 9
Konsumsi non makanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya
perumahan, pendidikan, kesehatan, aneka barang dan jasa, pakaian, dan barang tahan
lama tanpa memperhatikan asal barang.
Distribusi pendapatan adalah banyaknya pendapatan yang diterima oleh masing-
masing rumah tangga/penduduk suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Dalam
penelitian ini distribusi pendapatan diukur dari nilai konsumsi rumah tangga/penduduk.
Pola konsumsi adalah kecenderungan rumah tangga/penduduk membelanjakan
pendapatannya dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga/penduduk
tersebut baik konsumsi makanan maupun bukan makanan.
Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan adalah seluruh biaya pengeluaran yang
dikeluarkan oleh rumah tangga sebulan oleh semua anggota rumah tangga di bagi
jumlah anggota rumah tangga.
Konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi makanan maupun bukan makanan
tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan
rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi untuk keperluan usaha atau yang
diberikan kepada pihak lain.
Pengeluaran untuk konsumsi makanan dihitung selam seminggu yang lalu, sedangkan
untuk konsumsi bukan makanan sebulan dan setahun yang lalu. Konsumsi makanan
dan non makanan selanjutnya dikonversikan ke dalam pengeluaran rata-rata sebulan.
2.5. Metode Analisis
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengukur distribusi
pendapatan. Dalam penelitian ini distribusi pendapatan diukur dari nilai konsumsi rumah
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 10
tangga penduduk, sedangkan untuk mengukur pemerataan pendapatan digunakan
metode Gini Ratio, Ukuran Bank Dunia dan Kurva Lorenz. Ketiga metode ini dipakai
mengingat bahwa keduanya telah banyak digunakan di berbagai negara maupun
daerah lain di Indonesia, sehingga hasil penelitian ini bisa dibandingkan dengan
penelitian di daerah lain dan atau dengan negara lain.
2.5.1. Gini Ratio
Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengetahui kesenjangan
distribusi pendapatan adalah Gini Ratio. Nilai gini ratio berkisar antara nol dan satu. Bila
gini ratio sama dengan nol berarti distribusi pendapatan amat merata sekali karena
setiap golongan penduduk menerima bagian pendapatan yang sama. Namun bila gini
ratio sama dengan satu menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan distribusi pendapatan
yang sempurna karena seluruh pendapatan hanya dinikmati oleh satu orang saja.
Singkatnya, semakin tinggi nilai gini ratio maka semakin timpang distribusi pendapatan
suatu daerah. Sebaliknya, semakin rendah nilai gini ratio berarti semakin merata
distribusi pendapatannya.
Harry T. Oshima memberikan batasan mengenai Koefisien Gini sebagai berikut:
- Bila koefisien Gini terletak antara 0,5 dan 1 maka ketimpangan pembagian
pendapatan dikatakan tinggi.
- Bila koefisien Gini terletak antara 0,35 dan 0,5 maka ketimpangan pembagian
pendapatan dikatakan sedang.
- Bila koefisien Gini terletak dibawah 0,35 maka ketimpangan pembagian
pendapatan dikatakan rendah.
Rumus untuk menghitung gini ratio adalah sebagai berikut:
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 11
dimana :
G = Gini ratio
Pi = Persentase rumahtangga/penduduk pada kelompok pendapatan ke-
(i)
Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelompok ke-(i)
Qi-1 = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelompok ke-(i-1)
K = Banyaknya kelompok pendapatan.
2.5.2 Kriteria Bank Dunia
Bank Dunia membagi penduduk menurut kelompok pendapatan menjadi tiga
kelompok pendapatan yaitu: pertama; 40 persen penduduk berpendapatan rendah,
kedua; 40 persen penduduk berpendapatan menengah, ketiga; 20 persen penduduk
berpendapatan tinggi.
Bank Dunia dalam melihat pemerataan pendapatan memfokuskan perhatiannya
pada perkembangan pendapatan 40 persen penduduk berpendapatan terendah saja.
Pemerataan diukur berdasarkan persentase pendapatan yang diterima 40 persen
penduduk berpendapatan rendah.
a) Apabila 40 persen penduduk dalam kelompok berpendapatan terendah ini
menerima kurang dari 12 persen jumlah pendapatan, maka dikatakan
pemerataan rendah atau ketimpangan distribusi pendapatan tinggi.
k
i
iii QQPG
1
1
000.101
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 12
b) Apabila 40 persen penduduk dalam kelompok berpendapatan terendah ini
menerima antara 12 persen sampai 17 persen jumlah pendapatan, maka
dikatakan pemerataan sedang atau ketimpangan distribusi pendapatan sedang.
c) Apabila 40 persen penduduk dalam kelompok berpendapatan terendah ini
menerima lebih dari 17 persen jumlah pendapatan, maka dikatakan pemerataan
tinggi atau ketimpangan distribusi pendapatan rendah.
2.5.3 Kurva Lorenz
Ukuran koefisien Gini biasanya divisualisasikan dalam bentuk kurva Lorenz.
Pada kurva Lorenz diperlihatkan hubungan antara penduduk sebagai penerima
pendapatan dan jumlah pendapatan yang diterima. Kurva Lorenz digambarkan pada
satu segi empat sama sisi, dimana sumbu horizontal menunjukkan persentase jumlah
penduduk sedangkan sumbu vertikal menunjukkan persentase jumlah pendapatan yang
diterima.
Dalam keadaan distribusi pendapatan yang merata sempurna, maka a % dari
jumlah penduduk akan menerima a % dari jumlah pendapatan. Sehingga dalam kurva
Lorenz keadaan ini digambarkan sebagai garis diagonal dari bawah kiri ke atas kanan
(koefisien Gini = 0 ). Sebaliknya jika a % jumlah penduduk menerima kurang dari a %
jumlah pendapatan, maka Kurva Lorenz akan menyimpang dari garis diagonal. Karena
Kurva Lorenz disusun dengan menggunakan persentase kumulatif (dari yang terendah
ke yang tertinggi), maka penyimpangan Kurva Lorenz tesebut terhadap garis diagonal
memberat ke bawah (cembung).
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 13
Gambar Kurva Lorenz
A
B
C
D
E
P
Q
R
S
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 14
BAB III PENGELUARAN PER KAPITA DAN POLA KONSUMSI
PENDUDUK
3.1 Perkembangan Pengeluaran Per Kapita Penduduk 2009 - 2011
Kemampuan daya beli penduduk penduduk dapat dijadikan salah satu ukuran
tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Peningkatan kemampuan daya beli
akan meningkatkan kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Besarnya pengeluaran penduduk merupakan indikator yang digunakan untuk melihat
tingkat kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi tingkat pendapatan akan memberikan
keleluasaan bagi penduduk untuk melakukan proses konsumsi dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dan sebaliknya, penduduk dengan tingkat pendapatan yang kecil,
kegiatan konsumsinyapun akan lebih terbatas lagi.
Perkembangan pengeluaran per kapita per bulan penduduk Provinsi Bali terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dikaji bahwa
selama periode 2009 – 2011, pengeluaran per kapita per bulan penduduk Provinsi Bali
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2011, pengeluaran per
kapita per bulan penduduk Provinsi Bali mencapai Rp. 760.456,-. Sebagaimana terlihat
pada gambar tersebut, rata – rata pengeluaran perkapita penduduk pada tahun 2009
dan 2010 berturut-turut sebesar Rp 562.743,- dan Rp 601.222.
Dibandingkan tahun 2009 rata-rata pengeluaran penduduk perkapita per bulan
Provinsi Bali meningkat sebesar 35,13 persen, sedangkan jika dibandingkan tahun 2010
meningkat sebesar 26,49 persen. Jika harga – harga tidak banyak berubah, kenaikan
pengeluaran perkapita tersebut jelas menunjukkan adanya peningkatan daya beli
penduduk.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 15
Gambar 3.1. Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Klasifikasi Daerah, Provinsi Bali Tahun 2009–2011
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
Gambar di atas menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
penduduk Provinsi Bali di daerah perkotaan selama periode 2009 – 2011, selalu lebih
besar dibandingkan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk di daerah
perdesaan. Kondisi ini terkait dengan lebih kompleksnya pengeluaran penduduk di
daerah perkotaan dibandingkan penduduk di daerah perdesaan.
Dibanding tahun 2009, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk
Provinsi Bali di daerah perkotaan hanya Rp. 657.911, hal ini mengalami kenaikan
sebesar 36,50 persen pada tahun 2011 menjadi Rp. 898.037. Sedangkan persentase
kenaikan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk Provinsi Bali di daerah
perdesaan pada periode yang sama cenderung lebih kecil dibanding daerah perkotaan,
yaitu sebesar 27,73 persen.
Pada gambar 3.2, terlihat bahwa perbedaan rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan antar kabupaten/kota ternyata cukup signifikan. Perbedaan tersebut secara tidak
langsung mencerminkan masih adanya perbedaan tingkat kesejahteraan penduduk di
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 16
Provinsi Bali, meskipun secara umum terjadi peningkatan rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan penduduk di masing-masing kabupaten/kota selama tiga tahun terakhir.
Kota Denpasar sebagai Ibukota Provinsi Bali selalu memiliki rata-rata pengeluaran
per kapita per bulan yang tertinggi di antara kabupaten lainnya di Provinsi Bali. Pada
tahun 2011, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk Kota Denpasar
mencapai Rp. 1.109.439, jauh melebihi rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
Provinsi Bali yang hanya Rp. 760.456. Sementara itu, Kabupaten Badung sebagai
daerah yang berbatasan langsung dengan Ibukota Provinsi, memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan tertinggi kedua setelah Kota Denpasar. Pada tahun
2009 hingga 2011 rata-rata pengeluaran per kapita per bulan Kabupaten Badung
berturut – turut sebagai berikut sebesar Rp. 706.732 (2009), Rp 810.416 (2010) dan
meningkat mencapai Rp. 1.016.723 (2011).
Gambar 3.2. Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Bali Tahun 2009 - 2011
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 17
Kabupaten Tabanan memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan tertinggi
berikutnya setelah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung di tahun 2011. Dimana pada
tahun 2009, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduknya hanya mencapai
Rp. 488.864 terus mengalami peningkatan pada tahun 2010 yaitu menjadi Rp 532.721
dan menjadi Rp 755.181 di tahun 2011. Masih terjadinya perbedaan antar
kabupaten/kota, secara tidak langsung mencerminkan perbedaan tingkat kesejahteraan
penduduk di Provinsi Bali.
Perbandingan secara regional mengenai rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan penduduk Provinsi Bali juga dapat dikaji berdasarkan jumlah penduduk pada
masing-masing kelompok pengeluaran, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1. Seiring
dengan meningkatnya rata-rata pengeluaran per kapita penduduk, ternyata terjadi
pergeseran persentase penduduk ke kelompok rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan yang lebih tinggi.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 18
Tabel 3.1 Persentase Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan, Provinsi Bali 2011
Kab/Kota
Kelompok Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan
(Rupiah/bulan)
100.000
s/d
149.999
150.000
s/d
199.999
200.000
s/d
299.999
300.000
s/d
399.999
400.000
s/d
499.999
>=
500.000
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jembrana 0,00 1,74 18,07 26,56 15,71 37,93
Tabanan 0,00 0,17 10,51 19,14 10,46 59,73
Badung 0,00 0,09 2,90 8,27 9,46 79,27
Gianyar 0,00 0,48 13,89 19,66 12,58 53,38
Klungkung 0,08 3,45 19,24 16,89 13,26 47,07
Bangli 0,41 2,74 23,17 27,55 15,48 30,65
Karangasem 0,66 4,94 26,81 23,62 13,76 30,20
Buleleng 0,27 3,16 23,64 18,55 16,75 37,63
Denpasar 0,00 0,48 1,79 9,07 7,44 81,22
Bali 0,14 1,62 13,45 16,87 12,06 55,86
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas Juli 2011
Pada tahun 2011, sekitar 55,86 persen penduduk Provinsi Bali termasuk dalam
kelompok penduduk dengan rata-rata pengeluaran sama atau lebih dari Rp. 500.000,-
per kapita per bulan. Kelompok terendah untuk persentase penduduk berada pada
kelompok rata-rata pengeluaran per kapita per bulan Rp. 100.000 – 149.999 hanya 0,14
persen, artinya bahwa hampir 90 persen penduduk di seluruh Provinsi Bali pengeluaran
per kapitanya sudah berada di atas Rp. 100.000. Masih terdapat empat kabupaten di
Provinsi Bali dimana pengeluaran per kapitanya berada pada kelompok terendah yaitu
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 19
Klungkung (0,08 persen), Bangli (0,41 persen), Karangasem (0,66 persen) dan Buleleng
(0,27 persen).
Daerah – daerah tujuan wisata, pusat kesenian maupun industri hampir 50 persen
penduduknya sudah berada pada kelompok tertinggi yaitu diatas Rp 500.000. Daerah -
daerah tersebut adalah Kota Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar. Bahkan untuk
Kota Denpasar sudah lebih 80 persen pengeluaran penduduknya berada pada
kelompok tertinggi. Disusul Badung dengan 79,27 persen penduduknya yang berada
pada kelompok pengeluaran tertinggi.
3.2 Pola Konsumsi Penduduk
Besar kecilnya pendapatan per kapita per bulan yang diterima oleh penduduk,
akan sangat menentukan pola konsumsi penduduk. Yang dimaksud dengan pola
konsumsi adalah kecenderungan rumah tangga atau penduduk membelanjakan
pendapatannya dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga/penduduk
tersebut, baik konsumsi makanan maupun non makanan.
Data pengeluaran Susenas membedakan dua jenis pengeluaran, yaitu
pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Tingkat pemenuhan kebutuhan dua
jenis pengeluaran tersebut pada dasarnya berbeda. Dalam kondisi pendapatan terbatas,
kebutuhan makanan lebih didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat
berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan
untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun
akan terjadi pergeseran yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk
makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 20
Tabel 3.2. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan untuk Makanan dan Non Makanan Menurut Klasifikasi Daerah, Tahun 2009 – 2011
Klasifikasi Daerah Konsumsi Makanan Konsumsi Non Makanan
2009 2010 2011 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan 0,00 44,21 38,66 0,00 55,79 61,34
Perdesaan 0,00 53,49 49,68 0,00 46,51 50,32
Perkotaan +
Perdesaan 47,26 46,85 41,85 52,74 53,15 58,15
Dari table 3.2 di atas terlihat bahwa dari tahun 2009 hingga 2011 terjadi
pergeseran pola konsumsi masyarakat di Provinsi Bali dari konsumsi makanan ke
konsumsi non makanan. Secara umum persentase pengeluaran untuk konsumsi
makanan mengalami penurunan dari 47,26 persen di tahun 2009 menjadi 41,85 persen
pada tahun 2011. Sementara untuk konsumsi non makanan justru mengalami kenaikan
tiap tahunnya, dari 52,74 persen di tahun 2009 menjadi 53,15 persen di tahun 2010 dan
meningkat menjadi 58,15 persen di tahun 2011.
Pergeseran komposisi dan pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastisitas
permintaan terhadap makanan secara umum rendah, sedangkan elastisitas permintaan
terhadap kebutuhan bukan makanan relative lebih tinggi. Artinya perubahan harga yang
terjadi pada kelompok makanan, tidak akan terlalu mempengaruhi tingkat permintaan
penduduk terhadap makanan. Berapapun harga makanan, penduduk senantiasa
berusaha untuk membelinya. Berbeda halnya ketika perubahan harga terjadi pada
kelompok non makanan.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 21
Dengan demikian, pola pengeluaran dapat di pakai sebagai salah satu alat untuk
mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, di mana perubahan komposisinya
digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan.
Dilihat dari klasifikasi daerah, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan pun
mengalami tren yang sama yaitu terjadi penurunan dalam proporsi pengeluaran
makanan dan terjadi peningkatan pada proporsi pengeluaran non makanan. Di daerah
perdesaan prioritas penduduk terhadap konsumsi makanan masih tinggi, di mana pada
periode 2009 – 2011 proprorsi konsumsi makanannya masih berada pada kisaran 50
persen dari seluruh total pengeluaran. Sebaliknya di daerah perkotaan justru untuk
proporsi makanan mengalami penurunan, sementara proporsi non makanan terus
meningkat hingga mencapai 61,34 persen di tahun 2011.
Pengeluaran untuk kelompok makanan meliputi pengeluaran untuk konsumsi padi-
padian, umbi-umbian, ikan/ udang/ cumi/kerang, daging, telur dan susu, sayur-sayuran,
kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-
bumbuan, konsumsi lainnya, makan dan minuman jadi serta tembakau dan sirih.
Makanan yang dikonsumsi tersebut adalah makanan yang betul-betul dikonsumsi
baik berasal dari produksi sendiri, pembelian maupun pemberian. Pengeluaran untuk
makanan dihitung menggunakan consumption approach artinya yang dihitung sebagai
pengeluaran adalah yang sudah benar-benar dikonsumsi selama masa referensi dalam
hal ini, referensi waktu yang BPS gunakan adalah jangka waktu seminggu yang lalu.
Sedangkan pengeluaran non makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan
dan fasilitas rumah tangga, aneka barang dan jasa, pakaian, alas kaki dan tutup kepala,
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 22
barang tahan lama, pajak, pungutan dan asuransi, serta keperluan pesta dan
upacara/kenduri.
Pengeluaran untuk non makanan dihitung menggunakan delivery approach artinya
yang dihitung sebagai konsumsi/pengeluaran adalah barang-barang yang sudah dibeli
(meskipun belum lunas)/diperoleh/digunakan oleh anggota rumah tangga selama masa
referensi (sebulan yang lalu dan setahun yang lalu).
Pengumpulan informasi tentang konsumsi rumah tangga di Susenas, selalu
dibedakan atas pengeluaran makanan dan non makanan. Hal ini dilakukan untuk
melihat kecenderungan konsumsi rumah tangga dari waktu ke waktu. Semakin tinggi
tingkat pendapatan penduduk, maka porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran
makanan ke pengeluaran non makanan.
Berdasarkan Gambar 3.4 dapat dilihat pola konsumsi penduduk menurut
kabupaten/kota pada tahun 2011. Secara regional, belum semua kabupaten/kota di
Provinsi Bali yang pola konsumsi penduduknya lebih terkonsentrasi pada kelompok non
makanan. Masih ada dua kabupaten yaitu Kabupaten Bangli, dan Karangasem, 50
persen lebih pengeluaran per kapitanya dihunakan untuk konsumsi makanan. Kondisi
topografi wilayah maupun perkembangan ekonomi kedua kabupaten ini memang
cenderung lebih lambat disbanding Kabupatan atau Kota lainnya di Provinsi Bali.
Proporsi konsumsi makanan dan non makanan di Kabupaten Bangli berturut-turut
adalah 53,47 persen dan 46,53 persen. Sementara Kabupaten Karangasem, proporsi
pengeluaran konsumsi makanan dan non makanannya adalah 54,09 persen dan 45,91
persen.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 23
Gambar 3.3. Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk
Menurut Kelompok Makanan dan Non Makanan, Provinsi Bali 2011
Sumber: BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
Enam Kabupaten dan satu Kota di Provinsi Bali memiliki karakteristik pengeluaran
per kapita per bulan penduduknya yang lebih terfokus pada kebutuhan non makanan.
Kota Denpasar dan Kabupaten Badung memiliki porsi pengeluaran terbesar untuk
konsumsi non makanan masing-masing sebesar 64,90 persen dan 60,71 persen,
melebihi rata-rata pengeluaran non makanan untuk Provinsi Bali yang hanya 58,15
persen. Besaran nominal untuk pengeluaran makanan dan non makanan menurut
kabupaten/kota, dapat dilihat pada lampiran (Tabel A1).
Pergeseran pola konsumsi penduduk akan jelas terlihat pada kelompok penduduk
yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, dimana kenaikan
pendapatan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan non makanan ataupun untuk
investasi dan ditabung.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 24
Menurut Hukum Engel (Ernest Engel, 1857), “ Bila selera tidak berubah maka
persentase pengeluaran untuk makanan akan menurun seiring dengan meningkatnya
pendapatan”. Dengan ukuran yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, berdasarkan rata-rata
pendapatannya, penduduk di suatu daerah dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu
kelompok 40 persen penduduk berpendapatan rendah, kelompok 40 persen penduduk
berpendapatan menengah dan 20 persen penduduk berpendapatan tinggi. Mengacu
pada Hukum Engel, berarti pengeluaran untuk makanan pada kelompok 40 persen
penduduk berpendapatan rendah akan lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk non
makanan, dan berlaku sebaliknya untuk kelompok pendapatan yang lebih tinggi.
Pada tahun 2011, 40 persen penduduk berpengeluaran rendah menggunakan
59,86 persen untuk konsumsi makanan dan sisanya 40,14 persen untuk konsumsi non
makanan. Proporsi pengeluaran makanan dan non makanan penduduk Provinsi Bali
berdasar kelompok pengeluarannya dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan mengalami penurunan pada
kelompok penduduk yang berpengeluaran menengah dan tinggi. Sebaliknya
pengeluaran non makanan mengalami peningkatan untuk kelompok penduduk yang
berpengeluaran menengah dan tinggi. Tabel yang sama untuk melihat pola konsumsi
penduduk di masing-masing kabupaten/kota, dapat dilihat pada lampiran (Tabel A2–
A10).
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 25
Tabel 3.2. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok dan Jenis Pengeluaran, Provinsi Bali 2011
Kelompok Pengeluaran Penduduk
Makanan Non Makanan Total
Nominal % Nominal % (1) (2) (3) (4) (5) (6)
40% penduduk berpengeluaran rendah 195711 59,86 131260 40,14 326971
40% penduduk berpengeluaran menengah 332599 48,06 359519 51,94 692118
20% penduduk berpengeluaran tinggi 534755 30,29 1230470 69,71 1765225
Total 318230 41,85 442226 58,15 760456
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
3.2.1 Konsumsi Makanan
Setiap individu membutuhkan makanan untuk tumbuh dan berkembang.
Makanan memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia, sehingga
manusia akan melakukan berbagai upaya untuk dapat mengkonsumsi makanan yang
memadai. Konsumsi makanan akan bertambah seiring dengan peningkatan
pendapatan. Namun sampai pada titik jenuh tertentu, penambahan pendapatan akan
digunakan untuk konsumsi non makanan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya elastisitas
permintaan terhadap makanan.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 26
Gambar 3.4. Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Sub Kelompok Makanan, Provinsi Bali 2011
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
Secara garis besar, pengeluaran untuk makanan diklasifikasikan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.5. Porsi pengeluaran untuk konsumsi makanan dan
minuman jadi menempati proporsi tertinggi dalam pengeluaran untuk makanan yaitu
sebesar 33,38 persen, sedangkan untuk proporsi tertinggi berikutnya adalah konsumsi
padi dan umbi-umbian hanya 17,29 persen. Kelompok komoditi berikutnya yang banyak
menghabiskan pendapatan masyarakat adalah tembakau dan sirih, sayur – sayuran dan
daging dengan persentasenya masing-masing yaitu 8,40 persen; 7,62 persen dan 5,92
persen.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 27
Tabel 3.3. Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Sub Kelompok Makanan dan Klasifikasi Daerah, Provinsi Bali 2011
Jenis Komoditi Perkotaan Perdesaan Bali
(1) (2) (3) (4)
Padi-padian 14,42 22,77 17,29
Umbi-umbian 0,39 0,87 0,55
Ikan/Udang/Cumi/Kerang 4,80 5,50 5,04
Daging 6,18 5,42 5,92
Telur dan Susu 6,23 4,23 5,54
Sayur-sayuran 6,83 9,12 7,62
Kacang-kacangan 2,28 2,58 2,38
Buah-buahan 4,86 5,21 4,98
Minyak dan Lemak 2,94 3,64 3,18
Bahan Minuman 2,02 3,67 2,58
Bumbu-bumbuan 1,60 1,85 1,69
Konsumsi Lainnya 1,38 1,54 1,44
Makanan dan Minuman Jadi 37,83 24,88 33,38
Tembakau dan Sirih 8,24 8,71 8,40
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
Perbedaan gaya hidup antara penduduk di daerah perkotaan dan perdesaan,
mengakibatkan perbedaan pola konsumsi makanan yang cukup signifikan di antara
penduduk di kedua daerah tersebut. Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat proporsi
terbesar konsumsi makanan di daerah perkotaan adalah untuk konsumsi makanan dan
minuman jadi yang mencapai 37,83 persen.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 28
Persentase ini melebihi persentase pengeluaran makanan dan minuman jadi
untuk Provinsi Bali yang hanya 33,38 persen. Sedangkan di daerah perdesaan,
konsumsi makanan dan minuman jadi mencapai 24,88 persen, melebihi konsumsi
kelompok padi-padian yaitu sebesar 22,77 persen. Pada kelompok konsumsi tembakau
dan sirih di perdesaan mencapai 8,71 persen sedikit lebih tinggi dibanding konsumsi
tembakau dan sirih di perkotaan yaitu 8,24 persen. Begitupun juga untuk kelompok
konsumsi sayur –sayuran, proporsi pengeluaran di perdesaan melebihi konsumsi di
perkotaan yaitu sebesar 9,12 persen.
Semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk yang ditandai dengan semakin
besarnya total pengeluaran, maka proporsi pengeluaran yang digunakan untuk padi dan
umbi-umbian akan semakin kecil seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.4. Kelompok
pengeluaran terendah pada tahun 2011 adalah berada pada kelompok Rp. 100.000 –
Rp. 149.999 per kapita per bulan.
Konsumsi penduduk pada kelompok padi-padian mengalami penurunan seiring
dengan meningkatnya kelompok pengeluaran. Pada kelompok pengeluaran Rp.
100.000 – Rp. 149.999 sebesar 47,29 persen digunakan untuk konsumsi kelompok
makanan padi-padian. Persentase tersebut terus menurun hingga pada kelompok
pengeluaran Rp. 500.000 keatas yaitu menjadi 13,49 persen.
Pada kelompok konsumsi makan dan minuman jadi justru menunjukkan hal
sebaliknya. Dari kelompok pengeluaran Rp. 100.000 – Rp. 149.999 hingga kelompok
pengeluaran Rp. 500.000 ke atas konsumsi makanan dan minuman jadi terus
meningkat yaitu dari 5,99 persen menjadi 37,98 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk maka semakin tinggi pula keinginan
mereka mengkonsumsi makanan yang serba praktis dan mudah.
http://b
ali.bps.g
o.id
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 30
3.2.2. Konsumsi Non Makanan
Kebutuhan non makanan biasanya menjadi prioritas kedua bagi individu untuk
memenuhinya. Pemenuhan kebutuhan non makanan akan dilakukan setelah kebutuhan
makanan terpenuhi. Pada tahun 2011, rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
penduduk Provinsi Bali untuk kelompok non makanan mencapai Rp. 442.226 (Lampiran
Tabel A1).
Gambar 3.5. Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Sub Kelompok Non Makanan, Provinsi Bali 2011
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
Berdasarkan Gambar 3.6 dapat dilihat proporsi pengeluaran per kapita per bulan
untuk kelompok non makanan. Pada tahun 2011 pengeluaran untuk perumahan
menempati nilai persentase tertinggi yaitu 21,70 persen, diikuti pengeluaran untuk
kelompok barang tahan lama sebesar 15,13 persen dan biaya transportasi 11,79
persen. Sementara untuk kelompok non makanan yang menempati proporsi terendah
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 31
terhadap total pengeluaran adalah pengeluaran untuk kelompok pungutan / retribusi
adalah sebesar 0,79 persen.
Pada Tabel 3.5 dapat dikaji proporsi pengeluaran non makanan di daerah
perkotaan dan perdesaan. Pengeluaran untuk sewa, kontrak dan imputasi sewa rumah
memiliki proporsi terbesar, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Di daerah
perkotaan, pengeluaran untuk sewa, kontrak dan imputasi sewa rumah mencapai 24,30
persen dan di daerah perdesaan mencapai 20,11 persen. Hal yang cukup menarik dan
kontradiktif adalah bahwa di daerah perkotaan biaya untuk transportasi mencapai 12,06
persen sementara di daerah perdesaan justru tidak ada biaya sama sekali atau 0,00
persen hal ini menunjukkan bahwa mobilitas penduduk di daerah perkotaan jauh lebih
tinggi sementara penduduk di perdesaan nyaris tidak ada sama sekali pengeluaran
untuk biaya transportasi.
Hal lain yang tak kalah menariknya adalah pada jenis pengeluaran listrik, untuk
daerah perkotaan menunjukkan angka 8,08 persen sedangkan di derah perdesaan
justru lebih tinggi yaitu 14,14 persen. Kondisi ini menggambarkan bahwa di daerah
perkotaan kesadaran untuk penghematan penggunaan alat-alat listrik sudah
dilaksanakan disbanding di daerah perdesaan.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 32
Tabel 3.5. Proporsi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Sub Kelompok Non Makanan dan Klasifikasi Daerah, Provinsi Bali 2011
Jenis Pengeluaran Perkotaan Perdesaan Bali
(1) (2) (3) (4)
Sewa, kontrak, imputasi sewa rumah 24,30 20,11 21,70
Pemeliharaan dan perbaikan ringan 0,87 1,35 0,92
Listrik 8,08 14,14 8,84
Telepon 7,46 5,70 6,56
Sabun dan kosmetik 4,73 5,53 4,58
Biaya kesehatan 5,69 7,77 5,75
Biaya pendidikan 2,20 5,65 6,51
Biaya transportasi 12,06 0,00 11,79
Jasa lainnya 2,49 1,15 2,02
Pakaian dan alas kaki 4,00 5,02 3,95
Barang tahan lama 15,99 17,09 15,13
Pajak 2,01 2,42 1,96
Pungutan dan retribusi 0,62 1,59 0,79
Asuransi Kesehatan 1,27 0,41 0,99
Pesta 1,84 0,49 1,42
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 33
Menurut kelompok pengeluarannya, porsi konsumsi untuk kelompok non
makanan dapat dilihat pada Tabel 3.6. Pola konsumsi non makanan untuk masing-
masing kelompok pengeluaran cukup bervariasi. Kelompok pengeluaran terendah
adalah kelompok pengeluaran Rp. 100.000 – Rp. 149.999. Pada kelompok ini
pengeluaran untuk listrik memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 27,35 persen. Pada
kelompok pengeluaran sama atau lebih dari Rp. 500.000, pengeluaran untuk sewa,
kontrak dan imputasi sewa rumah memiliki proporsi terbesar yaitu 26,43 persen.
Pengeluaran untuk listrik cukup besar pada kelompok penduduk dengan rata-
rata pengeluaran Rp. 100.000 – Rp. 149.999 sedangkan untuk kelompok rata-rata
pengeluaran sama atau lebih dari Rp. 500.000 hanya 8,43 persen.
http://b
ali.bps.g
o.id
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 35
BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN
Kuantitas penduduk yang terus meningkat tanpa diimbangi dengan peningkatan
kualitas hidup penduduk akan bisa menjadi permasalahan dalam pembangunan di
kemudian hari. Padahal semestinya, jumlah penduduk yang besar merupakan modal
bagi keberhasilan pembangunan dan bukan merupakan beban dari pelaksanaan
pembangunan itu sendiri.
Peningkatan kualitas hidup penduduk menjadi sasaran akhir dari pelaksanaan
pembangunan, baik pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial
budaya dan bidang-bidang pembangunan lainnya. Salah satu bidang pembangunan
yang cukup berperan bagi peningkatan kualitas hidup penduduk adalah pembangunan
di bidang ekonomi. Keberhasilan Provinsi Bali di bidang perekonomian salah satunya
tercermin dalam pertumbuhan ekonomi yang tetap stabil pada kisara antara 5 – 6
persen selama lima tahun terakhir.
Pertumbuhan ekonomi tersebut juga membawa akibat pada menurunnya tingkat
pengangguran. Pada Agustus 2010, tingkat pengangguran hanya 2,32, persen, turun
sekitar 0,7 persen dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 3,06 persen dengan tingkat
partisipasi angkatan kerja mencapai 76,45 persen.
Mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi, juga harus dilihat dari sisi
bagaimana kenaikan laju pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat. Dengan kata lain, diharapkan terjadi pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas. Dalam bahasan berikut ini akan dipaparkan distribusi pendapatan di
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 36
Provinsi Bali, sehingga secara sederhana dapat dilihat bagaimana tingkat kesenjangan
ekonomi di antara masyarakat.
4.1. Distribusi Pendapatan Provinsi Bali
Hasil Susenas tahun 2011 menunjukkan bahwa kesenjangan ekonomi di
Provinsi Bali sudah tergolong rendah yaitu terletak pada interval 0,35 dan 0,5, yaitu
pada angka 0,3821.
Tabel 4.1. Gini Ratio Menurut Klasifikasi Daerah, Provinsi Bali 2011
Klasifikasi Daerah Gini Ratio
(1) (2)
Perkotaan 0,3839
Perdesaan 0,3214
Bali 0,3821
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
Dibandingkan antar daerah, ternyata kesenjangan pendapatan di daerah
perkotaan lebih tinggi dibandingkan kesenjangan di daerah perdesaan. Hal ini tercermin
dari Tabel 4.1, yang menunjukkan bahwa gini ratio daerah perdesaan mencapai 0,3214,
lebih rendah dibandingkan gini ratio daerah perkotaan yang mencapai 0,3839. Semakin
tingginya tingkat gini ratio suatu wilayah mencerminkan semakin tingginya ketimpangan
pendapatan yang terjadi di antara penduduk daerah tersebut.
Lebih rendahnya ketimpangan di daerah perdesaan, salah satunya disebabkan
oleh kondisi masyarakat perdesaan yang jauh lebih homogen dibanding masyarakat
perkotaan. Sejalan dengan nilai gini ratio, hasil penghitungan dengan kriteria Bank
Dunia juga memperlihatkan tingkat kesenjangan pendapatan di Provinsi Bali sudah
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 37
tergolong rendah. Berdasarkan Tabel 4.2, dapat diketahui persentase pendapatan yang
diterima oleh masing-masing kelompok pendapatan penduduk.
Bank Dunia memfokuskan perhatian pada perkembangan pendapatan yang
diperoleh oleh penduduk yang termasuk dalam 40 persen penduduk berpendapatan
rendah. Pada tahun 2011, kelompok penduduk berpendapatan terendah telah menerima
lebih dari 17 persen jumlah pendapatan yaitu sebesar 17,20 persen.
Tabel 4.2. Distribusi Pendapatan Menurut Klasifikasi Daerah dan Kriteria Bank Dunia, Provinsi Bali 2011
Klasifikasi Daerah
Kelompok Pendapatan
40% penduduk berpendapatan
rendah
40% penduduk berpendapatan
menengah
20% penduduk berpendapatan
tinggi
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan 16,74 37,41 45,85
Perdesaan 20,34 38,44 41,23
Bali 17,20 36,38 46,42
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
Berdasarkan kriteria Bank Dunia, pada tahun 2011 tingkat pemerataan
pendapatan di daerah perdesaan sudah lebih tinggi dibanding daerah perkotaan. Hal ini
terlihat dari lebih besarnya porsi pendapatan yang diterima oleh penduduk
berpendapatan rendah di perdesaan dibanding di perkotaan.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 38
Gambar 4.1. Distribusi Pendapatan Menurut Klasifikasi Daerah, Provinsi Bali 2011
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Bali Perkotaan Perdesaan
Sumber: BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
Jumlah pendapatan yang diterima oleh 40 persen penduduk berpendapatan
rendah di perdesaan mencapai 20,34 persen, jauh lebih tinggi dibanding porsi
pendapatan yang diterima oleh penduduk berpendapatan rendah di perkotaan yang
hanya 16,74 persen.
Sebagai pendukung dari kedua metode di atas, tingkat kesenjangan ekonomi di
Provinsi Bali dapat divisualisasikan melalui Kurva Lorenz. Kurva Lorenz menunjukkan
bahwa garis yang mendekati garis diagonal akan dikatakan memiliki karakteristik
pembagian pendapatan yang lebih merata. Sejalan dengan dua hasil penghitungan
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 39
sebelumnya, tingkat pemerataan pendapatan di daerah perdesaan memang sudah lebih
baik dibandingkan daerah perkotaan. Hal ini tercermin dari garis distribusi pendapatan
daerah perdesaan yang lebih mendekati garis diagonal dibandingkan garis distribusi
pendapatan daerah perkotaan.
4.2. Distribusi Pendapatan Menurut Kabupaten/Kota
Meskipun secara administratif, wilayah Provinsi Bali terbagi menjadi delapan
kabupaten dan satu kotamadya, namun diupayakan pembangunan dapat berjalan
dengan merata. Sehingga diharapkan hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat sampai ke pelosok-pelosok daerah. Untuk mencapai
pemerataan tersebut ternyata bukanlah persoalan yang sederhana. Diperlukan strategi-
strategi pembangunan yang tepat sasaran dan berkesinambungan.
Pemahaman mengenai tingkat kesenjangan ekonomi di tingkat regional, tentu
sangat penting bagi perencanaan pembangunan di masa mendatang. Dengan
perencanaan pembangunan yang terarah, tentu diharapkan hasil-hasil pembangunan
yang lebih optimal.
Secara umum, gini ratio pada tahun 2011 di masing-masing kabupaten/kota
sudah rendah. Bahkan seluruh kabupaten/kota memiliki gini ratio yang jauh lebih rendah
dibanding nilai gini ratio untuk Provinsi Bali yang mencapai 0,3195. Masih tingginya gini
ratio provinsi menunjukkan bahwa masih terjadi ketimpangan pendapatan antar
kabupaten/kota di Provinsi Bali.
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat perbandingan gini ratio di masing-masing
kabupaten/kota dari tahun 2009 hingga 2010. Dibandingkan dengan tahun 2009 dan
2010, gini ratio di seluruh kabupaten/kota pada tahun 2011 terus mengalami kenaikan.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 40
Namun nilai kenaikannya masih dianggap normal karena nilai gini ratio masih berada
jauh di bawah angka satu. Artinya, tingkat kesenjangan atau ketimpangan pembagian
pendapatan penduduk masih dikatakan sedang.
Tabel 4.3. Gini Ratio Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Bali Tahun 2009 - 2011
Kabupaten/Kota Gini Ratio
2009 2010 2011
(1) (2) (3)
Jembrana 0,2370 0,2575 0,4020
Tabanan 0,2525 0,2596 0,3648
Badung 0,2273 0,2864 0,3385
Gianyar 0,2487 0,2717 0,3279
Klungkung 0,2871 0,2857 0,3777
Bangli 0,2263 0,2217 0,2678
Karangasem 0,2147 0,2325 0,2916
Buleleng 0,2612 0,2557 0,3434
Denpasar 0,2652 0,2950 0,3399
BALI 0,2907 0,3195 0,3820
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2009, 2010 dan 2011
Gambaran mengenai ingkat kesenjangan penduduk di masing-masing
kabupaten/kota di Provinsi Bali berdasarkan kriteria Bank Dunia, dapat dilihat pada
Tabel 4.4, dimana 40 persen penduduk berpendapatan rendah di seluruh
kabupaten/kota sudah menerima lebih dari 17 persen jumlah pendapatan di daerahnya.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 41
Tabel 4.4. Distribusi Pendapatan Menurut Kabupaten/Kota dan Kriteria Bank Dunia, Provinsi Bali Tahun 2009 dan 2011
Kabupaten/ Kota
Distribusi Pendapatan
40 % penduduk berpendapatan
rendah
40 % penduduk berpendapatan
sedang
20 % penduduk berpendapatan
tinggi
2009 2011 2009 2011 2009 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jembrana 25,38 18,16 38,72 31,38 35,60 50,44
Tabanan 24,20 18,59 39,64 35,82 36,16 45,58
Badung 22,47 19,19 40,43 38,50 34,08 42,30
Gianyar 22,39 20,25 38,24 37,44 36,61 42,30
Klungkung 24,49 17,37 39,84 37,22 38,10 45,40
Bangli 26,40 23,81 40,66 38,56 33,83 37,61
Karangasem 25,60 22,12 41,40 38,62 32,66 39,24
Buleleng 25,09 20,09 39,34 35,73 36,83 44,16
Denpasar 21,94 18,66 38,75 39,85 37,52 41,47
BALI 21,52 17,20 38,79 36,37 39,07 46,42
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas Juli 2009 dan 2011
Berdasarkan table 4.4 menunjukkan bahwa dari tahun 2009 hingga 2011
pekembangan distribusi pendapatan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali untuk
kategori 40 persen penduduk dalam kelompok berpendapatan rendah terus meningkat
dan menjauh dari angka 17 persen, hal ini bisa dikatakan bahwa pemerataan
pendapatan sudah tinggi sehingga ketimpangan distribusi pendapatan bisa dikatakan
cukup rendah.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 42
Kabupaten Bangli memiliki angka persentase tertinggi untuk kategori 40 persen
penduduk berpendapatan terendah yaitu 23,8161 persen. Sementara Kabupaten
Klungkung memiliki angka persentase terendah untuk kategori 40 persen penduduk
berpendapatan terendah yaitu 17,3724 persen. Meskipun demikian secara umum
pemerataan pendapatannya sudah tinggi dan ketimpangan distribusi pendapatannya
pun masih rendah di keduaa kabupaten ini.
Visualisasi distribusi pendapatan masing-masing kabupaten/kota pada tahun
2011, ditunjukkan oleh Kurva Lorenz pada Gambar 4.2. Sejalan dengan nilai gini ratio
dan kriteria Bank Dunia, distribusi pendapatan Kabupaten Bangli memiliki garis yang
paling mendekati garis diagonal. Sedangkan garis yang paling jauh dari garis diagonal
adalah garis distribusi pendapatan Kabupaten Jembrana.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 43
BAB V KESIMPULAN
Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk Provinsi Bali pada tahun
2011 mencapai Rp. 760.456 mengalami kenaikan sebesar 26,48 persen
dibandingkan tahun 2010. Kota Denpasar menempati urutan teratas dengan rata-
rata pengeluaran per kapita per bulan penduduknya mencapai Rp. 1.109.439 dan
sebaliknya Kabupaten Karangasem memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan terendah sebesar Rp. 457.908.
Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk di daerah perkotaan
mencapai Rp. 898.037, sedangkan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
penduduk di daerah perdesaan hanya Rp. 552.624.
Pada tahun 2011, secara umum tidak ada perubahan pola konsumsi penduduk
Provinsi Bali. Proporsi terbesar pengeluaran penduduk digunakan untuk konsumsi
non makanan yaitu mencapai 58,15 persen, sedangkan sisanya sebesar 41,85
persen digunakan untuk konsumsi makanan.
Pada tahun 2010 nilai gini ratio Provinsi Bali 0,3821, dengan ketimpangan yang
lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan daerah perdesaan.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 43
Kabupaten Bangli memiliki angka persentase tertinggi untuk kategori 40 persen
penduduk berpendapatan terendah yaitu 23,8161 persen. Sementara Kabupaten
Klungkung memiliki angka persentase terendah untuk kategori 40 persen penduduk
berpendapatan terendah yaitu 17,3724 persen. Meskipun demikian secara umum
pemerataan pendapatannya sudah tinggi dan ketimpangan distribusi pendapatannya
pun masih rendah di keduaa kabupaten ini.
Visualisasi distribusi pendapatan masing-masing kabupaten/kota pada tahun
2011, ditunjukkan oleh Kurva Lorenz pada Gambar 4.2. Sejalan dengan nilai gini ratio
dan kriteria Bank Dunia, distribusi pendapatan Kabupaten Bangli memiliki garis yang
paling mendekati garis diagonal. Sedangkan garis yang paling jauh dari garis diagonal
adalah garis distribusi pendapatan Kabupaten Jembrana.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011 44
BAB V
KESIMPULAN
Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk Provinsi Bali pada tahun
2011 mencapai Rp. 760.456 mengalami kenaikan sebesar 26,48 persen
dibandingkan tahun 2010. Kota Denpasar menempati urutan teratas dengan rata-
rata pengeluaran per kapita per bulan penduduknya mencapai Rp. 1.109.439 dan
sebaliknya Kabupaten Karangasem memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan terendah sebesar Rp. 457.908.
Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan penduduk di daerah perkotaan
mencapai Rp. 898.037, sedangkan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
penduduk di daerah perdesaan hanya Rp. 552.624.
Pada tahun 2011, secara umum tidak ada perubahan pola konsumsi penduduk
Provinsi Bali. Proporsi terbesar pengeluaran penduduk digunakan untuk konsumsi
non makanan yaitu mencapai 58,15 persen, sedangkan sisanya sebesar 41,85
persen digunakan untuk konsumsi makanan.
Pada tahun 2010 nilai gini ratio Provinsi Bali 0,3821, dengan ketimpangan yang
lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan daerah perdesaan.
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
46
LAMPIRAN
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
47
Tabel A.1. Rata-Rata Konsumsi Per Kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Pengeluaran, Provinsi Bali 2011
Kabupaten/Kota Makanan Non Makanan
Total Nominal % Nominal %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jembrana 278835 42,94 370472 57,06 649306
Tabanan 325216 43,06 429965 56,94 755181
Badung 399450 39,29 617273 60,71 1016723
Gianyar 287190 44,51 357978 55,49 645168
Klungkung 302605 45,20 366917 54,80 669522
Bangli 247048 53,47 215025 46,53 462073
Karangasem 247701 54,09 210207 45,91 457908
Buleleng 266381 48,13 287075 51,87 553456
Denpasar 389421 35,10 720017 64,90 1109439
BALI 318230 41,85 442226 58,15 760456
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
48
Tabel A.2. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Jembrana 2011
Kelompok Pendapatan Penduduk
Makanan Non Makanan Total
Nominal % Nominal %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
40% penduduk
berpendapatan rendah 199535 60,30 131381 39,70 330917
40% penduduk
berpendapatan menengah 339951 50,83 328839 49,17 668790
20% penduduk
berpendapatan tinggi 524860 23,01 1756445 76,99 2281305
Total 278835 42,94 370472 57,06 649306
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
49
Tabel A.3. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Tabanan 2011
Kelompok Pendapatan Penduduk
Makanan Non Makanan Total
Nominal % Nominal %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
40% penduduk
berpendapatan rendah 201916 59,05 140001 40,95 341917
40% penduduk
berpendapatan menengah 359192 51,77 334638 48,23 693830
20% penduduk
berpendapatan tinggi 518890 26,59 1432908 73,41 1951798
Total 325216 43,06 429965 56,94 755181
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
50
Tabel A.4. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Badung 2011
Kelompok Pendapatan Penduduk
Makanan Non Makanan Total
Nominal % Nominal %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
40% penduduk
berpendapatan rendah 207437 56,55 159374 43,45 366812
40% penduduk
berpendapatan menengah 345985 47,35 384653 52,65 730638
20% penduduk
berpendapatan tinggi 571424 32,59 1182002 67,41 1753426
Total 399450 39,29 617273 60,71 1016723
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
51
Tabel A.5. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Gianyar 2011
Kelompok Pendapatan Penduduk
Makanan Non Makanan Total
Nominal % Nominal %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
40% penduduk
berpendapatan rendah 196010 58,89 136850 41,11 332860
40% penduduk
berpendapatan menengah 313578 47,00 353557 53,00 667135
20% penduduk
berpendapatan tinggi 523925 30,02 1221356 69,98 1745280
Total 287190 44,51 357978 55,49 645168
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
52
Tabel A.6. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Klungkung 2011
Kelompok Pendapatan Penduduk
Makanan Non Makanan Total
Nominal % Nominal %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
40% penduduk
berpendapatan rendah 190274 60,90 122158 39,10 312432
40% penduduk
berpendapatan menengah 339895 49,08 352689 50,92 692583
20% penduduk
berpendapatan tinggi 539537 33,21 1084957 66,79 1624494
Total 302605 45,20 366917 54,80 669522
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
53
Tabel A.7. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Bangli 2011
Kelompok Pendapatan Penduduk
Makanan Non Makanan Total
Nominal % Nominal %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
40% penduduk
berpendapatan rendah 195151 60,59 126937 39,41 322087
40% penduduk
berpendapatan menengah 334519 51,13 319721 48,87 654240
20% penduduk
berpendapatan tinggi 478255 31,86 1022665 68,14 1500920
Total 247048 53,47 215025 46,53 462073
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
54
Tabel A.8. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Karangasem 2011
Kelompok Pendapatan Penduduk
Makanan Non Makanan Total
Nominal % Nominal %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
40% penduduk
berpendapatan rendah 189824 62,77 112565 37,23 302388
40% penduduk
berpendapatan menengah 342972 52,84 306135 47,16 649107
20% penduduk
berpendapatan tinggi 414813 29,98 968789 70,02 1383601
Total 247701 54,09 210207 45,91 457908
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
55
Tabel A.9. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kabupaten Buleleng 2011
Kelompok Pendapatan Penduduk
Makanan Non Makanan Total
Nominal % Nominal %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
40% penduduk
berpendapatan rendah 192729 61,25 121916 38,75 314645
40% penduduk
berpendapatan menengah 331206 51,78 308480 48,22 639686
20% penduduk
berpendapatan tinggi 481015 27,79 1249743 72,21 1730758
Total 266381 48,13 287075 51,87 553456
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
http://b
ali.bps.g
o.id
Pola Konsumsi dan Distribusi Pendapatan Provinsi Bali 2011
56
Tabel A.10. Rata-Rata Konsumsi Per kapita Per Bulan Penduduk Menurut Kelompok Pendapatan dan Jenis Pengeluaran, Kota Denpasar 2011
Kelompok Pendapatan Penduduk
Makanan Non Makanan Total
Nominal % Nominal %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
40% penduduk
berpendapatan rendah 198851 54,68 164841 45,32 363693
40% penduduk
berpendapatan menengah 310711 41,88 431269 58,12 741981
20% penduduk
berpendapatan tinggi 535923 30,83 1202147 69,17 1738070
Total 389421 35,10 720017 64,90 1109439
Sumber : BPS Provinsi Bali, Susenas 2011
http://b
ali.bps.g
o.id
http://b
ali.bps.g
o.id