Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
POLA RELASI ORANG TUA KEPADA ANAK DI DESA KAMPUNG
BARU KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANGHARI
SKRIPSI
( Diajukan Untuk Melengkapi sebagian Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu
Pendidikan Islam Anak Usia Dini)
Oleh :
NORA FEBRIANTI SAVITRI
NIM TRA.151764
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
MOTTO
“ Wahai orang-orang yang beriman, Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka
kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim: 6 )
ABSTRAK
Nama : Nora Febrianti Savitri
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul : Pola Relasi Orang Tua Kepada Anak Di Desa
Kampung Baru Kecamatan Bajubang
Kabupaten Batanghari
Skripsi ini membahas tentang pola relasi orang tua kepada anak di desa
Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari. Penelitian ini
berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut pandang hubungan
orang tua dan anak, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara
wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menemukan bahwa
bagaimana cara membangun hubungan yang baik kepada anak meskipun
orang tua sibuk dalam bekerja. Kendala orang tua dalam membangun pola
relasi kepada anak di Desa kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten
Batanghari adalah kurang pengetahuan orang tua tentang betapa pentingnya
memperhatikan tumbuh kembang anak pada saat anak berusia 2-6 tahun.
Orang tua hanya memikirkan bagaimana bisa mendapatkan uang dan
memenuhi segala kebutuhan yang anak perlukan .Pola relasi orang tua
kepada anak adalah cara membangun hubungan yang dibutuhkan anak
secara lahir dan batin, pemenuhan akan kasih sayang, perhatian, rasa
keperdulian dan kenyamanan. Waktu yang tepat membangun relasi kepada
anak ketika orang tua sedang libur bekerja hal yang diberikan secara
maksimal, menemani anak bermain bersama, jalan-jalan ke tempat wisata,
memandikan anak menyuapkan makanan kepada anak, membacakan cerita
yang anak suka.
Kata Kunci : Pola, Relasi Orang Tua, Sibuk Bekerja.
ABSTRACT
Name : Nora Febrianti Savitri
Department : Early Childhood Islamic Education
Title : Pattern of parent relations to child in the village
of Bajubang district the trunk of the day
This thesis discusses the pattern of parent relations to child in the village
of Bajubang district the trunk of the day. This research is in the form of
qualitative descriptive which is seen through the perspective of parent and
child relationships, while data collection is done by interview, observation
an documentation. Research found that how to build good relationships with
child even though parents are busy at work. Obstacle for parents in
developing patterns of relations with child in the village of Bajubang district
the trunk of the day, is lack of knowledge of parents about how important it
is to pay attention to child development when child are 2-6 years old.
Parents only think about how to get money and fulfill all the needs their
child need. The pattern of parent relations to child is a way to build
relationships that are needed by children physically and mentally,
fulfillment of love, attention, care and comfort. The right time to build
relationships with children when parents are in vacation working things
that are given to the maximum, accompanying child to play together on trips
to tourist attractions bathing children feeding food to child, reading stories
that children like.
Key words : Pattren of Parent Relations, Busy Working
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................ iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................. 9
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 10
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ...................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 12
A. Deskripsi Konseptual ......................................................................... 12
1. Pola Hubungan Orang tua dan Anak .................................................. 12
2. Peranan dan fungsi keluarga .............................................................. 16
3. Perkembangan Individu ..................................................................... 21
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 31
A. Pendekatan dan Desain Penelitian ................................................... 31
B. Setting dan Subjek Penelitian .......................................................... 31
C. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 32
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 33
E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 34
F. Instrumen pengumpulan data ........................................................... 36
G. Jadwal Penelitian ............................................................................. 36
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 38
A. Temuan Umum ............................................................................... 38
B. Temuan Khusus dan Pembahasan .................................................. 42
1. Hubungan orang tua yang sibuk dalam bekerja kepada anak di
Desa Kampung Baru ....................................................................... 42
2. Kendala yang dihadapi orang tua dalam membangun relasi kepada
Anak di Desa Kampung Baru .......................................................... 46
3. Upaya orang tua mencapai relasi yang baik kepada anak di Desa
Kampung Baru ................................................................................ 59
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 70
A. Kesimpulan ...................................................................................... 70
B. Saran-saran ...................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel. 1. Jadwal Penelitian............................................................................... 37
Tabel. 2. Struktur Organisasi ........................................................................... 39
Tabel. 3. Lembaga Pendidikan Desa Kampung Baru ...................................... 40
Tabel. 4. Struktur Desa Bidang Pelayanan....................................................... 41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak
belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Keluarga yang memberikan
dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, pendidikan bagi anak. Pada
hakekatnya keluarga atau rumah tangga merupakan tempat pertama dan yang
utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan pembentukan
kepribadian. Oleh karena itu peran orang tua sangatlah penting (Alex
Sobur,1991:21).
Salah satu bentuk tanggung jawab orang tua terhadap anak dalam keluarga
adalah dengan mendidik anak-anaknya. Bentuk tanggung jawab tersebut menjadi
kewajiban dan kewajiban tersebut dipertegas dengan firman Allah SWT sebagai
berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang tidak menduharkai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. (QS AT-Tahrim[66]:6)
Ayat di atas memerintahkan kepada orang tua untuk menjaga anaknya
melalui proses pendidikan, Anak adalah mereka yang dijaga dari segala sifat,
sikap, dan perbuatan haram atau tercela sehingga apabila perbuatan itu dilakukan
maka ia akan terperongsok dalam neraka. Penjagaan melalui membangun relasi
terhadap anak dengan proses pendidikan, pengarahan baik dalam bentuk nasehat,
perintah, larangan, pengawasan, maupun pemberian ilmu pengetahuan.
Menurut Undang-Undang No 23 tahun 2002 pasal 26 Tentang Perlindungan
Anak, Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak;
b. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya,
c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
Mengajak anak untuk menjalankan kehidupan yang baik serta mengarahkan
kepada hal-hal yang bernilai ibadah dan positif merupakan salah satu cara
mendidik dan membina anak, serta menjalin hubungan yang erat hal ini memang
dianjurkan dalam agama. Keluarga merupakan faktor yang paling utama
mempengaruhi pertumbuhan anak secara signifikan. Di dalam lingkup keluarga
anak akan menjadi besar dan mendapatkan bekal bagi masa depannya di
kemudian hari. Jika keluargannya dapat menjadi pangayom yang baik maka akan
menumbuhkan tanaman yang baik dan buahnya yang matang serta lezat.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik dan
mengasuh anak yang merupakan titipan Allah kepada mereka sejak mulai dari
kandungan hingga dewasa, orang tua berkewajiban memberikan yang terbaik bagi
pendidikan anak mereka. Keluarga merupakan institusi pertama dan utama di
dalam perkembangan seorang individu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
pembentukan kepribadian anak bermula dari lingkungan keluarga.
Pada hakikatnya, kewajiban mendidik yang melekat pada diri orang tua
bukan saja karena mendidik anak merupakan perintah agama, melainkan
merupakan bagian dari pemenuhan terhadap psikis (rohani) dan kepentingan (diri)
sendiri sebagai pribadi maupun anggota masyarakat. Anak adalah amanah Allah
yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya kapan dan dimana saja. Dan
adakalanya orang tidak diberi anak karena sudah takdirnya seperti itu dan ada
hikmah dibalik itu. Sebagai amanah anak perlu mendapat perhatian setiap saat,
juga perlu mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang benar (Ahid, 2010:54).
Salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian secara serius adalah
pemenuhan kasih sayang terhadap anak, anak memerlukan perhatian yang optimal
dan anak menginginkan perhatian yang penuh diberikan oleh orang tua. Pola
hubungan yang orang tua bangun secara baik akan membentuk pribadi anak ke
depannya. Dalam mengasuh anak-anaknya orang tua diwarnai oleh sikap-sikap
tertentu dalam mengarahkan putra-putrinya. Contohnya orang tua seringkali
menekan anak untuk mengikuti apa yang orang tua inginkan tanpa menanyakan
hal itu anak sukai atau tidak.
Sikap tersebut terlihat dari pola pengasuhan kepada anak yang berbeda-
beda. Ada orang tua yang menghendaki anak-anaknya bertingkah laku sesuai
dengan keinginannya, ada yang menginginkan anaknya lebih banyak kebebasan
dalam berpikir dan bertindak, ada yang terlalu melindungi anaknya, dan ada pula
yang mengajak anaknya berdiskusi dalam melakukan berbagai hal. Pola asuh
dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orang tua yang
meliputi pemenuhan kebutuhan fisik, kebutuhan psikologis, serta sosialisasi
norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan
lingkungannya.
Terdapat 6 tipe pola asuh orang tua sebagai berikut:
1. Pola asuh otoriter pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan
kaku dimana orang tua akan membuat aturan yang harus dipatuhi oleh anak-
anaknya.
2. Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang paling baik. Dimana orang
tua bersikap friendly dan anak bebas mengemukakan pendapatnya.
3. Pola asuh temporizer merupakan pola asuh yang sangat tidak konsiste,
dimana orang tua tidak memiliki pendirian.
4. Pola asuh appeasers merupakan pola asuh orang tua yang sangat khawatir
akan anaknya overprotective.
5. Pola asuh permisif tipe orang tua yang cenderung selalu memberikan
kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali.
6. Pola asuh otorotif tipe orang tua yang memberi kebebasan pada anak untuk
berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak
dengan sensor dan batasan dan pengawasan yang baik (Soedjatmiko,
2012:62).
Keenam tipe pola asuh orang tua ini akan membentuk pribadi anak nantinya,
akan muncul sifat anak yang keras susah untuk diatur kemudian orang tua harus
selalu mengikuti keinginan anak. Anak juga bisa bersifat menyuruh dan
membentak akibat dari pengasuhan yang salah diberikan oleh orang tua.
Kedisiplinan anak menjadi rendah akibat kurangnya perhatian dan pengasuhan
yang sesuai.
Relasi merupakan suatu hubungan yang orang tua bangun kepada anak
dalam bentuk kasih sayang, pemenuhan emosional dan rasa keperdulian. Tipe
relasi orang tua kepada anak ada empat:
1. Diktator merupakan tindakan dan sikap penekanan kepada anak yang keras
dan mutlak menuntut kepatuhan. Orang tua merasa mempunyai kekuasaan
atas anak-anaknya karena anak-anak begitu tergantung padanya dalam hal
pemuasaan kebutuhan dasar mereka. Dengan hubungan yang seperti ini
anak akan menjadi penakut dan gugup. Bahkan sering kali jatuh sakit atau
menjadi emosional di bawah tekanan yang dirasakan mendatangkan
kesulitan dan tidak menyenangkan.
2. Apatis (acuh) orang tua kurang memberikan rasa perduli kepada anak.
Dengan hubungan yang dibangun seperti ini anak menjadi tidak peka
terhadap lingkungan sekitar sehingga hubungan sosialisasi anak menjadi
rendah.
3. Kooperatif orang tua membangun hubungan persahabatan dengan anak.
Hubungan antara orang tua bersifat saling menghargai, anak lebih ramah
dan tidak begitu agresif.
4. Tidak menentu (mudah berubah) hubungan orang tua dan anak lebih bersifat
(tergantung situasi). Tidak ada konsisten dalam tindakan, akibat dari
hubungan ini anak akan menerima kekesalan orang tua ketika orang tua
mempunyai masalah sehingga anak menjadi korban (Soedjatmiko,2012:62).
Relasi orang tua dan anak sangatlah penting dan sangat dibutuhkan dalam
era modernisasi sekarang ini pengawasan orang tua terhadap anak harus lebih
tinggi. Dalam hubungan itu, keluarga diharapkan sebagai lembaga sosial paling
dasar untuk mewujudkan pembangunan kualitas manusia yang baik (Syahrin
Harahap,1999). Dalam proses optimalisasi perkembangan, sebagai pendidik
utama orang tua juga di pandang harus memiliki hubungan yang baik terhadap
anak agar segala aspek perkembangan anak dapat terpenuhi. Dengan tidak
disadari banyak orang tua tidak memiliki relasi yang kuat terhadap anaknya dan
membuat anak jadi jauh dengan seringnya pengabaian yang dilakukan. Orang tua
merupakan ujung tombak untuk mengoptimalkan perkembangan anak usia dini
untuk mewujudkan aspek-aspek perkembangan.
Sebagai acuan pertama bagi seorang anak maka orang tua harus menjalin
relasi yang baik terhadap anak dalam keadaan yang sangat maksimal. Usaha
membangun relasi kepada anak agar apa yang orang tua inginkan terhadap anak
dapat tercapai, seringkali orang tua menyalahkan anak-anaknya, sementara itu
relasi yang anak rasakan kurang tanpa disadari orang tua hanya bisa menyalahkan
tanpa mengintropeksi diri.
Menciptakan suasana masa prasekolah yang menyenangkan tampaknya
dapat mendorong anak agar selanjutnya cinta belajar sepanjang hidup.
Membangun hubungan yang erat terhadap anak perlu dimulai sejak dini, jika
pengabaian sering orang tua lakukan maka anak akan menjadi orang yang tidak
perduli dengan lingkungan sekitarnya. Waktu yang banyak didapatkan oleh anak
ialah disaat anak dalam proses tumbuh kembang, masa ini akan membuat anak
lebih hiperaktif dan kritis dalam segala hal.
Perkembangan usia anak dikategorikan dalam beberapa fase, yaitu: fase
kanak-kanak awal (2–6 tahun) dan fase kanak-kanak menengah (6 – 9 tahun) yaitu
pertama kali anak dididik di luar lingkungan keluarga. Masa tamyiz (mampu
membedakan yang baik dan buruk), dan fase kanak-kanak akhir (9–12tahun),
masa perkembangan kecerdasan (keinginan memahami fenomena alam,
kemampuan koreksi dan memperhatikan perbedaan individu, kemampuan
konsentrasi yang meningkat, kesiapan mempelajari konsep belajar, dan
kecenderungan bebas dari kedua orang tua). Fase perkembangan menjadi acuan
dalam membangun hubungan dengan anak, dengan fase-fase perkembangan yang
diketahui orang tua dengan sadar bisa membentuk anak menjadi pribadi yang
baik. Memperhatikan dan memberikan kasih sayang secara keseluruhan baik fisik
dan psikis anak (Hurlock,1980).
Artinya, untuk mencapai kedewasaan maka seseorang akan melalui
beberapa fase perkembangan dengan bantuan orang-orang disekitarnya. Hal
tersebut sesuai dengan UU RI No 23 tahun 2002, bahwa:
a. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam
dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.
b. Anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat
khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa
depan.
c. Agar anak dapat mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka perlu
mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal (baik fisik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia,
perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan
kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-
haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi).
Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu
organ-organ jasmaniah. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan terletak
pada penyempurnaan fungsi psikologis organ-organ fisik yang akan berlanjut
terus hingga akhir hayat manusia. Untuk lebih memudahkan membahas
perkembangan dapat dimulai dari pengertian tumbuh kembang anak yang
sebenarnya mencakup dua hal kondisi yang berbeda tetapi saling berkaitan dan
sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran dan dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan
ukuran dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Hal ini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya.
Termasuk didalamnya adalah perkembangan emosi, intelektual dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Orang tidak akan bertambah
tinggi atau besar jika batas pertumbuhannya telah mencapai tingkat kematangan.
Sehingga pertumbuhan berdampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan
berkaitan dengan pematangan fungsi organ dan individu (psikis). Dimana
perkembangan pada prinsipnya merupakan rentetan perubahan jasmani dan rohani
(fisio-psikis) manusia yang menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Dan
kedua kondisi (psiko-fisik) terjadi sangat berkaitan dan saling mempengaruhi
dalam setiap anak (Syah,2011:41). Artinya, meskipun pertumbuhan dan
perkembangan senantiasa beriringan, namun perkembangan manusia dapat
dipisahkan dalam sejumlah aspek yang berbeda. Perkembangan fisik, berkaitan
dengan perubahan tubuh.
Perkembangan personal (pribadi) secara umum merupakan istilah yang
digunakan untuk perubahan pada personalitas individu. Perkembangan sosial
mengarah pada perubahan mengenai cara seorang individu berhubungan
(berinteraksi) dengan orang lain. Dan perkembangan kognitif merujuk kepada
perubahan dalam cara seseorang berpikir (Dahlan, 2004: 38). Dan pendapat secara
umum yang mengartikan perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif
yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman baik fisik
maupun psikis. Di mana ketetapan yang didasarkan pada pertimbangan lebih
dominannya penggunaan kata perkembangan (development) dalam disiplin
psikologi.
Pembahasan tentang fase-fase perkembangan sangat diperlukan, karena usia
anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa
nantinya. Sehingga sangat penting adanya upaya untuk mengoptimalkan
perkembangan psikofisik anak yang meliputi:
a) Perkembangan motorik, yaitu proses perkembangan yang progresif dan
berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik,
b) Perkembangan kognitif, yaitu perkembangan fungsi intelektual atau
kemampuan kecerdasan anak, dan
c) Perkembangan sosial dan moral, yaitu proses perkembangan mental yang
berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi
dengan obyek atau orang lain sebagai individu maupun sebagai kelompok
(Syah, 2011:42).
Fase kanak-kanak terakhir merupakan masa perkembangan kecerdasan. Fase
inilah yang menentukan kecerdasan seorang anak pada masa mendatang. Begitu
juga dengan perkembangan kemampuan koreksi memperhatikan perbedaan
individu, kemampuan konsentrasi, dan kemampuan mempelajari beberapa konsep
juga terus mengalami kemajuan. Misalnya: konsep tentang salah (tidak boleh) dan
benar (boleh).
Kesiapan anak untuk mempelajari konsep-konsep belajar juga semakin
matang, sebagaimana tampak pada perasaan pribadi dan kecenderungannya untuk
bebas dari kedua orang tuanya. Nampak jelas bahwa fase ini merupakan fase
perkembangan yang sangat penting untuk mendidik anak tentang nilai-nilai etika
dan kaidah-kaidah dasar agama (Rosmansyah,2008:34).
Pentingnya fase-fase perkembangan yang harus ada pada anak membuat
kuat dan penting pula relasi orang tua terhadap anak, dengan relasi yang baik
maka perkembangan akan baik. Namun yang terjadi relasi orang tua dan anak
sangat jauh sehingga akan ada kesenjangan yang terjadi antara teori yang ada
dengan yang terjadi di lapangan.
Berdasarkan pengamatan awal peneliti terhadap kondisi yang terjadi di Desa
Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari, pada bulan 07-07-
2018 dimana perhatian orang tua yang sibuk dalam bekerja sangat kurang
membangun relasi terhadap anak, maksudnya disini adalah orang tua yang sibuk
dalam bekerja di bagian pertamina harus berada di lokasi selama 10 hari dan tidak
pulang sehingga relasi antara orang tua dan anak tidak terbangun sehingga
ditemukan orang tua yang bersikap apatis (acuh). Orang tua kurang memberikan
perhatian dan rasa keperdulian kepada anak, orang tua hanya sebatas bertanya
tanpa ada komunikasi tentang apa kegiatan yang anak lakukan hari ini apakah
anak merasa senang dan gembira dengan kegiatannya. Hubungan orang tua dan
anak dalam membangun relasi sangat jauh dari yang di harapkan, perbedaan yang
paling menonjol di permasalahan ini adalah orang tua kurang ada waktu untuk
anak dikarenakan pekerjaan nya.
Dan hal ini terus terjadi berulang-ulang yang pastinya akan sangat
berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak. Hal paling utama yang terjadi
anak sering menghabiskan waktunya untuk bermain sendirian tanpa ada
pengawasan dari orang tua. Hak seorang anak untuk mendapatkan kasih sayang
dari orang tua belum terpenuhi, hubungan sosial emosional seorang ibu dan anak
kurang terjaga. Akibat pola relasi orang tua yang acuh ini akan memunculkan
dampak negatif bagi diri anak kedepannya, anak akan bersikap agresif dan selalu
ingin meminta perhatian dari orang lain. Terlihat disini dalam mendidik anak-anak
mereka, para orang tua tersebut kurang menyadari tugasnya sebagai pendidik,
orang tua bukan saja bertanggung jawab terhadap keluarganya di dunia saja akan
tetapi juga bertanggung jawab di akhirat kelak.
Di sisi lain relasi orang tua dan anak sering kali terdapat pengabaian dan
tidak terlalu diperhatikan. Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti terdapat
bahwa hubungan relasi ini sungguh sangat jauh dari harapan yang diinginkan.
Artinya secara teoritis dan legalitas formal dapat dipahami relasi orang tua
tersebut tidak sepenuhnya memberikan hak anak mereka dalam mengoptimalkan
proses perkembangan fisik dan psikis. Kondisi ini disebabkan beberapa faktor
antara lain kesibukan orang tua yang bekerja sehingga tidak memperhatikan
proses tumbuh kembang anak tidak menjalin hubungan erat terhadap anak, kurang
nya dukungan keperdulian dan perhatian dari orang tua, dan kurangnya kesadaran
bahwa membangun pola relasi terhadap anak itu hal yang penting.
B. Fokus Penelitian
Mengingat terlalu luas cakupan masalah dalam penelitian ini, maka
penelitian ini dibatasi pada aspek pola relasi orang tua dan anak. Orang tua yang
diteliti adalah orang tua yang sibuk bekerja mempunyai anak usia 2-6 tahun di
Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari. Penelitian
melihat pola hubungan orang tua dan anak, kendala-kendala yang dihadapi
keluarga sebagai lingkungan terdekat masih kurang optimal dalam menjalankan
fungsi afektif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pola relasi orang tua kepada
anak yang ada di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten
Batanghari.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang dikemukakan di atas maka dapat
dikemukakan pokok rumusan masalah penelitian yaitu:
1. Bagaimana hubungan orang tua yang sibuk dalam bekerja kepada anak di
Desa Kampung Baru Kec. Bajubang Kab. Batanghari ?
2. Apa kendala yang dihadapi orang tua dalam membangun relasi kepada anak
di Desa Kampung Baru Kec. Bajubang Kab. Batanghari ?
3. Upaya apa saja yang dilakukan orang tua untuk mencapai relasi yang baik
terhadap anak di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten
Batanghari ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas,
maka tujuan penelitian terhadap permasalahan yang diangkat tersebut adalah:
a. Ingin mengetahui hubungan orang tua terhadap anak di Desa kampung Baru
Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari.
b. Ingin mengetahui kendala yang dihadapi orang tua dalam membangun relasi
kepada anak di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten
Batanghari.
c. Ingin mengetahui upaya yang orang tua lakukan dalam mencapai relasi yang
baik terhadap anak di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten
Batanghari.
2. Kegunaan Penelitian
Diharapkan hasil penelitian dan penulisan ini, dapat berguna sebagai berikut
ini:
a. Sebagai dasar pengembangan pengetahuan tentang pentingnya pola relasi
orang tua dan anak yang dapat berdampak pada perkembangan.
b. Diharapkan dapat digunakan oleh orang tua untuk memperbaiki dan
mempersiapkan pola hubungan yang efektif bagi anak-anaknya agar dapat
mencapai perkembangan pra-sekolah anak secara optimal sesuai dengan
tahapan perkembanganya.
c. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang telah peneliti terima dari
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi.
d. Hasil penulisan ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
sarjana strata satu (S1) dalam Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi.
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual
1. Pola Hubungan Orang tua dan Anak
Pola hubungan orang tua dan anak adalah suatu bentuk interaksi timbal
balik antara orang tua dan anak (Soetjningsih,1995). Pola hubungan ini
diwujudkan dengan sikap dan perilaku orang tua terhadap anak. Slater
mengungkapkan tentang empat pola relasi orang tua dan anak yang beserta
pengaruhnya terhadap kepribadian anak, yaitu:
a. Tolerance – Intolerance
Pengaruh yang mungkin dirasakan dari adanya sikap orang tua yang
pernah toleransi, memungkinkan anak dapat memiliki ego yang kuat.
Sebaliknya, sikap tidak toleran cenderung akan menghasilkan ego yang lemah
pada diri anak.
b. Permissivences – strictness
Relasi oorang tua dan anak yang permisif dapat membentuk menunjang
proses pembentukan kontrol intelektual anak, namun sebaliknya kekerasan
berdampak pada pembentukan pribadi anak yang implusif.
c. Involvement – detachment
Seorang anak cenderung akan menjadi ekstrovert, manakala orang tua
dapat menunjukkan sikap mau terlibat dan peduli. Sebaliknya, sikap orang tua
yang terlalu membiarkan berdampak terhadap pembentukan pribadi anak yang
introvert.
d. Warmth – coldness
Relasi orang tua dan anak yang diwarnai dengan kehangatan
memungkinkan anak memiliki kemampuan untuk dapat melibatkan diri dengan
lingkungan sosialnya. Sebaliknya, relasi orang tua dan anak yang dingin akan
menyebabkan anak senantiasa menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Sikap dan perlakuan orang tua yang toleran, permisif, turut terlibat dan
penuh kehangatan merupakan manifestasi dari penerimaan orang tua terhadap
anak. Sedangkan sikap dan perlakuan orang tua yang tidak toleran, keras,
membiarkan dan dingin merupakan bentuk penolakan terhadap anak (Hurlock,
1974).
Pola hubungan yang merupakan bentuk pengasuhan orang tua kepada anak
akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. Orang tua
yang cenderung diktaktor, dimana mereka menghendaki anak untuk selalu
menuruti keinginan orang tuanya tanpa ada kesempatan bagi anak untuk
berdialog, akan menghasilkan anak-anak yang cenderung cemas, takut dan
kurang mampu mengembangkan keterampilan berkomunikasinya.
Sebaliknya orang tua yang cenderung melepas keinginan anak akan
menyebabkan anak tidak mampu mengontrol perilaku dan keinginannya dan
membentuk pribadi anak yang ekstrem. Maka pola hubungan friendly yang
dapat menjadi solusi terbaik bagi para orang tua untuk membangun pola relasi
kepada anak secara psikologis. Orang tua yang Frendly menghendaki anaknya
untuk tumbuh sebagai pribadi yang mandiri dan ramah namun tetap
memberikan batasan untuk mengendalikan perilaku mereka.
Dalam hal ini, cara-cara dialogis perlu dilakukan agar anak dan orang tua
dapat saling memahami pikiran dan perasaan masing-masing, Yaitu orang tua
harus peka terhadap isyarat-isyarat bayi, artinya memperhatikan minat,
keinginan atau pendapat anak, tidak memaksakan kehendak orang tua, penuh
kasih sayang dan kegembiraan, meciptakan rasa aman dan nyaman, memberi
contoh tanpa memaksa dan mendorong keberanian untuk mencoba berkreasi
memberikan penghargaan atau pujian atas keberhasilan atau perilaku yang
baik, memeriksa koreksi bukan ancaman atau hukuman bila anak tidak dapat
melakukan sesuatu atau ketika melakukan kesalahan (Soedjatmiko, 2009).
Hukuman dapat saja diberikan ketika terjadi pelanggaran terhadap hal-hal
yang bersifat prinsip. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa hukuman
tersebut harus disertai dengan penjelasan yang dialogis agar anak mengerti
untuk apa mereka dihukum dan perilaku apa yang sebaiknya dilakukan.
Menurut Dahlan (2004) terdapat beberapa pola sikap dan perlakuan orang
tua terhadap anak masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap
kepribadian anak. Beberapa pola perlakuan orang tua akan memberikan
gambaran perilaku orang tua yang akan berdampak pada profil tingkah laku
anak.
Pola perlakuan orang tua yang umumnya terjadi, diantarannya adalah:
overprotection (terlalu melindungi) terhadap anak, dimana gambaran perilaku
orang tua adalah kontak dengan anak yang berlebihan, selalu membantu
kebutuhan anak (termasuk dalam menyelesaikan masalah) meskipun anak
sudah mampu mandiri, mengawasi kegiatan anak secara berlebihan sehingga
dapat menimbulkan perilaku anak yang agresif dan dengki, sangat tergantung,
ingin menjadi pusat perhatian.
Troublemaker, sulit dalam bergaul, mengalami “homesick” dan lainya.
Orang tua yang Permissiveness (pembolehan) akan berprilaku memberikan
kebebasan untuk berpikir atau berusaha, toleran dan memahami kelemahan
anak cenderung lebih suka memberi yang diminta anak daripada menerima,
sehingga dapat menyebabkan anak berprilaku pandai mencari jalan keluar,
percaya diri, penuntut dan tidak sabaran dan sebagainya.
Selain orang tua yang Rejection (penolakan) akan berprilaku bersikap masa
bodoh, menampilkan sikap permusuhan atau dominasi terhadap anak yang
dapat berdampak pada perilaku anak yang agresif, submisif, pendiam bahkan
sadis. Sedangkan orang tua yang Acceptance (penerimaan) cenderung
berprilaku memberikan perhatian dan cinta kasih sayang yang tulus kepada
anak, mengembangkan hubungan pada perilaku anak yang mau bekerjasama
(kooperatif), emosinya stabil, memiliki perencanaan yang jela untuk mencapai
masa depan, bersikap realistik.
Orang tua yang Domination (dominasi) akan berprilaku mendominasi anak,
sehingga dapat menghasilkan anak yang bersikap sopan dan sangat berhati-
hati, pemalu, penurut, inferior dan mudah bingung. Bila kita menjumpai orang
tua dengan pola perilaku Submission (penyerahan), maka perilaku anak yang
tidak patuh, agresif dan teledor/lalai, bersikap otoriter dan terlalu percaya diri.
Perilaku memanjakan anak secara berlebihan sangat berhubungan erat dengan
penyimpangan perilaku dan ketidakmampuan sosial anak pada kemudian hari
(Chazen, et.al,1983).
Tipe yang terakhir adalah Punitiveness Overdicipline, dimana orang tua
berperilaku mudah memberikan hukuman dan menanamkan kedisplinan secara
keras, sehingga dapat berdampak pada perilaku anak yang impulsive, tidak
dapat mengambil keputusan, nakal, sikap bermusuhan atau yang impulsive,
tidak dapat mengambil keputusan, nakal, sikap bermusahan atau agresif.
Kualitas interaksi orang tua- anak juga mempengaruhi bagaimana kepribadian
individu dapat berkembang. Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua,
akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Interaksi timbal balik antara
anak dan orang tua, akan menimbulkan keakraban dalam keluarga.
Anak akan terbuka kepada orang tuanya, sehingga komunikasi bisa dua arah
segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan
dan kepercayaan antara orang tua dan anak. Interaksi tidak ditentukan oleh
seberapa lama kita bersama anak, tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari
interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan
upaya optimal untuk kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling
menyayangi. Selain itu, cinta dan kasih sayang dari orang tua juga merupakan
faktor yang mendukung. Karena salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai
dan dilindungi, anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari
orang tuanya. Agar kelak kemudian menjadi anak yang tidak sombong dan bisa
memberikan kasih sayangnya pula kepada sesamanya.
Memberitahu memperingatkan dan mengajarakan anak supaya lebih berhati-
hati dalam bertindak adalah penting. Hal ini perlu orang tua lakukan supaya
anak dapat lebih pasti dalam bertindak. Ia pun akan mahir membedakan
tindakan mana yang benar dan mana yang salah, mengajarkan anak untuk
bersikap waspada sebagai upaya mengurangi kesalahan dalam bertindak tidak
perlu menggunakan hukuman dengan kekerasan.
Sebab, menghukum dan mempermalukan anak karena kesalahannya hanya
akan membuat anak tidak mencintai dirinya sendiri. Ia akan memandang
rendah, ia berpendapat bahwa dirinya tidak mampu melakukan hal yang baik,
selalu mengecewakan dan bahkan ia akan selalu menganggap bahwa dirinya
sudah tidak lagi berharga di mata orang tuanya.
Sebaliknya kasih sayang yang diberikan secara berlebihan yang menjurus
kearah memanjakan, akan menghambat bahkan mematikan perkembangan
kepribadian anak. Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri,
pemboros, sombong dan kurang bisa menerima kenyataan. Dari penjelasan-
penjelasan diatas dapat digambarkan secara ringkas bahwa yang dimaksud
dengan pola hubungan orang tua dan anak adalah sikap dan perilaku orang tua
kepada anak yang dapat membentuk kepribadian anak.
Prinsip dalam memberi pilihan anak-anak usia prasekolah semestinya
dibiarkan memilih. Prinsipnya, berikan pilihan yang anak mampu bertanggung
jawab terhadap pilihan tersebut, bukan memberinya pilihan yang menurut anda
terbaik bagi mereka ataupun yang mengandung konsekuensi berbahaya. Tak
benar jika kita berpikir bahwa konsekuensi alami bisa mengajarkan anak usia
prasekolah bagaimana mengambil pilihan yang tepat. Anak-anak usia ini
sangat konkret berpikir, mereka belum bisa memproyeksikan apa yang akan
terjadi. Konsekuensi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
mereka hanyalah konsekuensi yang secara langsung muncul setelah anak
menentukan pilihan, dan sebagian besar terlalu beresiko serta abstrak untuk
dapat mereka pahami.
2. Peranan dan Fungsi Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keberfungsian keluarga adalah kemampuan keluarga dalam melaksanakan
fungsinya yaitu fungsi biologis, ekonomi, pendidikan, sosialisasi,
perlindungan, rekreatif dan agama (Dahlan, 2004). Keluarga memiliki peranan
yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan
orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai
kehidupan, baik agama dan sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor
yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota
masyarakat yang sehat.
Seiring perjalanan hidupnya yang diwarnai faktor internal fisik, psikis dan
anggota keluarga dan faktor eksternal: perubahan sosial budaya, maka setiap
keluarga mengalami perubahan yang beragam. Ada keluarga yang semakin
kokoh dalam menerapkan fungsinya (fungsional) tetapi ada juga keluarga yang
mengalami keretakan atau ketidakharmonisan (disfungsional).
1. Karakteristik keluarga yang fungsional dapat digambarkan dengan saling
memperhatikan dan mencintai, bersikap jujur dan terbuka, orang tua mau
mendengarkan anak, menerima perasaannya dan menghargai pendapatnya,
ada sharing mampu berjuang mengatasi masalah hidupnya saling
menyesuaikan diri dan mengakomodasi, orang tua melindungi anak,
komunikasi antar anggota keluarga berlangsung dengan baik, keluarga
memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai-nilai budaya
dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
2. Karakteristik keluarga disfungsional ditandai dengan adanya kematian
salah satu atau kedua orang tua, kedua orang tua berpisah atau bercerai,
hubungan orang tua yang tidak baik, hubungan orang tua dengan anak
tidak baik, suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa kehangatan, orang
tua sibuk dan jarang berada di rumah dan salah satu atau kedua orang tua
mempunyai kelainan kepribadian atau gangguan jiwa.
b. Peran Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi
perkembangan individu. Sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan keluarga dalam hal ini, peranan orang tua menjadi amat sentral
dan sangat besar pengaruhnya bagi pertubuhan dan perkembangan anak,
baik secara langsung maupun tidak langsung (Hurlock,E. 1980). Menurut
Dahlan (2004), dalam melaksankan peran keluarga dapat diperhatikan
empat prinsip peranan keluarga:
1) Modelling (example of trustworthiness)
Orang tua adalah contoh atau model bagi anak, tidak dapat
disangkal bahwa contoh dari orang tua mempunyai pengaruh yang
sangat bagi anak. Orang tua merupakan model yang pertama dan
terdepan bagi anak dan merupakan pola bagi “way of life” anak. Cara
berpikir dan berbuat anak dibentuk oleh cara berpikir dan berbuat orang
tuanya. Cara ini dapat diturunkan sampai pada generasi ketiga bahkan
keempat, peranan ini dianggap sesuatu yang sangat mendasar suci dan
perwujudan spiritual. Dari peran ini, anak aksn belajar tentang sikap
proaktif, sikap respek dan kasih sayang. Sejatinya, anak belajar dari
apa yang diperlihatkan orang tuanya. Apabila orang tua sesekali
melakukan kesalahan dan mereka mau meminta maaf atas keslahannya
tersebut maka anak bukan saja akan belajar bertanggung jawab. Tetapi,
dengan berulang-ulang memaafkan orang tua setiap kali orang tua
melakukan kesalahan, maka lambat laun anak semakin menyadari
pentingnya kemauan memberi maaf. (Rosmansyah,2008:35).
2) Mentoring
Merupakan kemampuan untuk menjalin atau membangun
hubungan, investasi emosional atau pemberian perlindungan kepada
orang lain secara dalam, jujur dan tidak bersyarat yang dapat
berdampak pada terbentuknya sikap terbuka dan percaya. Orang tua
menjadi mentor bagi perkembangan perasaan anak: rasa aman atau
tidak aman, rasa dicintai dan mencintai.
3) Organizing
Keluarga merupakan “perusahaan” yang memerlukan kerja tim dan
kerja antar anggota dalam menyelesaikan tugas-tugas atau memenuhi
kebutuhan keluarga. Perannya adalah meluruskan struktur dan sistem
keluarga dalam rangka menyelesaikan hal-hal yang penting.
4) Teaching
Orang tua berperan sebagai guru bagi anak-anaknya tentang
hukum-hukum dasar kehidupan. Peran orang tua sebagai guru adalah
menciptakan “consous competence” pada diri anak, yaitu mereka
mengalami tentang apa yang mereka kerjakan dan alasan tentang
mengapa mereka mengerjakan itu.
c. Fungsi Afektif keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kali anak melakukan fungsi
sosialisasinya. Proses yang terjadi antara anak dan orang tua tidaklah
bersifat satu arah, namun saling mempengaruhi satu sama lain. Artinya,
anak belajar dari orang tua sebaliknya orang tua juga belajar dari anak.
Proses sosialisasi yang terjadi dalam keluarga lebih berbentuk sebagai
suatu system yang interaksional.
Salah satu kebutuhan dasar anak adalah mendapatkan perhatian
dari orang tuanya. Beberapa bentuk perhatian yang dapat dilakukan orang
tua kepada anak di antaranya adalah dengan cara memberikan pujian,
menepuk bahu anak, memberikan hadiah sebagai tanda bahwa orang tua
setuju dan bangga terhadap apa yang dilakukan anak (Rosmansyah,2008).
Fungsi keluarga secara umum dapat ditinjau secara psikososiologi
dan sosiologis. Dalam menunjang pencapaian tugas perkembangan, maka
yang dapat dijalankan oleh keluarga dapat di rangkum dalam fungsi
afektif. Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga
yaitu perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya.
Keluarga melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat bagi anggota keluarga nya dengan memenuhi
kebutuhan sosial emosional. Mulai dari tahun-tahun awal kehidupan
individu terus berlangsung sepanjang hidupnya, pemenuhan fungsi afektif
merupakan basis sentral bagi pembentukan dan kelanjutan dari unit
keluarga.
Komponen-komponen fungsi afektif (Friedman, 1998) adalah:
1) Memelihara saling asuh
Fungsi afektif yang pertama paling penting adalah termasuk
menciptakan dan memeihara sebuah sistem saling asuh dalam
keluarga. Sikap dan tingkah laku pengasuhan mengalir dari orang tua
dan saudara (sibling) ke anak-anak yang lebih kecil dan akan
menghasilkan aliran balik dari anak-anak ke orang tua. Oleh karena
ya penting sekali mengembangkan hubungan yang akrab lewat
pemenuhan fungsi afektif keluarga, individu mengembangkan
hubungan yang akrab.
Keintiman merupakan hal penting dalam hubungan manusia
karena kintiman dapat memenuhi kebutuhan psikologis terhadap
keakraban emosional dengan orang lain dan memungkinkan individu
dalam hubungan tersebut untuk mengetahui seluruh keunikan satu
sama lain (Friedman, 1998).
2) Keseimbangan saling menghormati
Suatu literature tentang bimbingan orang tua anak mengemukakan
sebuah pendekatan yang cukup baik untuk menjadi orang tua yang di
istilahkan dengan keseimbangan saling menghormati.
Keseimbangan saling menghormati dapat dicapai apabila setiap
anggota keluarga menghormati hak, kebutuhan dan tanggung jawab
anggota keluarga yang lain. Orang tua perlu menyediakan struktur
yang memadai dan panduan yang konsisten sehingga batas-batas
bisa di buat dan di pahami. Namun demikian perlu dibentuk
fleksibilitas dalam system keluarga agar memberikan ruang gerak
bagi kebebasan untuk berkembang dan menjadi individu (Friedman,
1998) .
3) Pertalian dan identifikasi
Kekuatan terbesar di balik kepuasan terpenuhinya kebutuhan
individu dalam keluarga adalah pertalian (bonding) dan kasih sayang
(attachment) yang digunakan secara bergantian. Kasih sayang antara
ibu dan bayi yang baru lahir sangat penting, karena interaksi orang
tua dengan bayi sejak dini mempengaruhi kualitas hubungan kasih
sayang selanjutnya. Dan hubungan ini mempengaruhi perkembangan
pikososial dan kognitif anak (Friedman, 1998) .
4) Keterpisahan dan keterpaduan
Pengalaman manusia dalam hal identitas memiliki dua unsur
yaitu rasa memiliki dan rasa menjadi terpisah, Laboratorium dimana
kedua ramuan ini dicampur dan diramu adalah keluarga. Sebagai
matriks identifikasi rasa keterpisahan dan keterpaduan tidak bisa
apabila berlebihan. Dari penelitian dibuktikan bahwa dari keluarga-
keluarga yang bermasalah ditemukan tipe keluarga tertentu
mempunyai kedekatan yang berlebihan dan keterpisahan yang
berlebihan.
Fungsi afektif merupakan sumber “energy” yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi.
Dari uraian di atas tentang keberfungsian keluarga adalah
kemampuan keluarga dalam melaksanakan fungsinya, dengan lebih
membatasi pada fungsi afektif keluarga (Friedman, 1998).
3. Perkembangan Individu
a. Pengertian Perkembangan
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang
sifatnya berbeda, tetapi berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan
(growth) adalah: berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu, yang bisa di ukur
dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan
metabolik (Soetjningsih, 1995). Pertumbuhan (growth) berarti tahapan
peningkatan sesuatu pertumbuhan juga dapat diartikan sebuah tahapan
perkembangan ( a stage of development) (Mcload,1989).
Perkembangan (development) adalah bertumbuhnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pamatangan
(Wong,1995). Pengertian perkembangan yang lain adalah tahapan-tahapan
perubahan yang lebih progesif yang terjadi dalam rentang kehidupan
manusia dan organisme lainya, tanpa membedakan aspek-aspek yang
terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut (Chaplin, J.P. 1972).
Selain itu perkembangan juga berarti “mekar terbuka atau membentang,
menjadi, menjadi besar, luas dan banyak serta menjadi bertambah sempurna
dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan dan sebagainya (Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,2001).
Pengertian lain menyebutkan berkembang tidak saja meliputi aspek
yang bersifat abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi
aspk yang bersifat konkret (Syah, 2008). Selanjutnya dijelaskan pula bahwa
perkembangan ialah proses pertumbuhan kualitatif yang mengacu pada
mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu
sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada
penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang organ-organ fisik.
Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke
arah yang lebih maju (Soetjningsih,1995).
b. Ciri dan Prinsip Perkembangan
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling
berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagaiberikut:
1) Perkembangan merupakan “ Never Ending Process ”
2) Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi .
3) Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu.
4) Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
5) Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas.
6) Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/ fase
perkembangan (Wong. L, 1995).
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip
yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,
sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan
perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak
memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan
potensi yang dimiliki anak. Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan
demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan.
Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan
spesifik, dan terjadi berkesinambungan. Prinsip perkembangan juga
dikemukakan Syah, M. (2008):
1. Perkembangan merupakan fungsi jasmaniah dan kejiwaan yang
berlangsung dalam proses satu kesatuan yang menyeluruh
(integrated);
2. Setiap individu mempunyai kecepatan perkembangan;
3. Perkembangan seseorang, baik secara keseluruhan maupun setiap
aspek tidak konstan melainkan berirama;
4. Proses perkembangan berlangsung secara berkesinambungan;
5. Antara aspek perkembangan yang satu dengan yang lain saling
berkaitan atau berkorelasi secara signifikan;
6. Perkembangan berlangsung dari pola yang bersifat umum ke khusus;
7. Perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan;
8. Memiliki fungsi kepribadian yang bersifat jasmaniah, yaitu fungsi
motorik pada bagian-bagian tubuh, fungsi sensoris pada alat-alat
indra, fungsi neurotik pada sistem saraf, fungsi seksual pada bagian-
bagian tubuh yang erotis, fungsi pernapasan pada alat pernapasan,
fungsi peredaran darah pada jantung dan urat-urat nadi, dan fungsi
pencernaan makanan pada alat pencernaan.
9. Adapun fungsi kepribadian yang bersifat kejiwaan, misalnya fungsi
perhatian, fungsi pengamatan, fungsi tanggapan, fungsi ingatan, fungsi
fantasi, fungsi pikiran, fungsi perasaan dan fungsi kemauan.
c. Aspek – aspek Perkembangan Usia Pra-Sekolah
Aspek perkembangan adalah segala kemampuan yang harus mampu
dikuasai oleh individu sesuai dengan tingkat usianya. Perkembangan anak-anak
usia pra sekolah ditinjau dari empat aspek, yaitu:
1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis,
dan sebagainya.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
Menurut Djaali (2008), pada masa prasekolah anak ternyata memiliki
kemampuan untuk memilih kawan bermainnya dan ia sudah dapat
menyesuaikan tingkah lakunya bila bermain dengan teman yang berbeda
jenis kelaminya. Akan tetapi biasannya mereka mencari teman bermaain
dengan jenis kelamin yang sama. Alasan mereka berteman adalah karena
memiliki kesamaan dalam hal minat, kegiatan bermain, dan tingkat yang
sama dalam perkembangan mentalnya. Juga biasanya pada saat pulang ke
rumah, ia akan menceritakan semua pengalaman yang terjadi di sekolah
kepada orang tuanya.
Disinilah pentingnya peran orang tua untuk membiasakan diri memberi
perhatian dengan penuh kasih sayang dalam menghadapi cerita anak-anknya,
agar si anak dikemudian hari dalam menghadapi masalah tidak ragu-ragu
untuk mengungkapkan kepada anggota keluargannya. Juga peran penting
sebagai pengganti orang tua di sekolah untuk menunjukkan kasih sayangnya.
d. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Individu
Syah, M (2008) menyebutkan bahwa faktor orang tua dan keluarga
terutama sifat dan keadaan mereka sangat menentukan arah perkembangan
masa depan para anak-anak mereka. Sifat orang tua (parental trait) yang
dimaksud adalah gaya khas dalam bersikap, mamandang, memikirkan dan
memperlakukan anak. Sikap dan perlakuan orang tua yang cenderung
menolak (parental rejection) akan timbul dari kehadiran anak yang tidak
dikehendaki. Sebaliknya sikap orangtua yang terlalu melindungi anak juga
dapat mengganggu perkembangan anak.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat
dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1. Hereditas
Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi
perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai
”totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak,
atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak
masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui gen-gen”.
Termasuk faktor-faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan
yang normal maupun patologik.
Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan
lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
Adapun yang diturunkan orangtua kepada anaknya adalah sifat
strukturnya bukan tingkah lakunya yang diperoleh sebagai hasil belajar
atau pengalaman. Pada negara yang sedang berkembang, gangguan
pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga faktor
lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang
optimal.
2. Lingkungan
(McLoad,1989) mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan
merupakan” berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organisme
yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan
individu”. Lingkungan ini terdiri atas:
a) fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar
janin sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu
rumah, dan
b) sosial, yaitu meliputi seluruh manusia yang secara potensial dapat
mempengaruhi perkembangan itu sendiri.
Chaplin (1979) mengemukakan bahwa lingkungan merupakan
”keseluruhan aspek atau fenomena fisik dan sosial yang mempengaruhi
organisme individu”. Sementara itu, Chazen (1983) mengemukakan
bahwa lingkungan itu merupakan segala sesuatu yang berada di luar
individu yang meliputi fisik dan sosial budaya. Lingkungan ini
merupakan sumber seluruh informasi yang diterima individu melalui alat
inderanya: penglihatan, penciuman, pendengaran dan rasa.
Perkembangan dan pertumbuhan anak pada dasarnya sangat
dipengaruhi oleh pendidikan dari lingkungan keluarganya, karena
kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah
dominan. Selain itu, kondisi interaksi sosial dan kultural secara potensial
juga berpengaruh terhadap perkembangan fitrah beragama atau kesadaran
beragama setiap anak. Sehingga pemberian pendidikan anak dini usia
tersebut terutama diberikan dalam lingkungan keluarga (lingkungan
informal), kemudian baru di lingkungan formal yaitu sekolah maupun
lingkungan non formal anak (kelompok bermain atau sejenisnya).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik satu kesamaan
pendapat tentang lingkungan, yaitu keseluruhan fenomena (peristiwa,
situasi atau kondisi) fisik atau sosial yang mempengaruhi atau
dipengaruhi perkembangan individu.
e. Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Konsep Islam
Menurut pandangan islam, setiap anak yang dilahirkan kedunia dalam
keadaan suci dan bersih atau lebih populer dengan istilah “fitrah”. Fitrah bearti
suatu yng dianugerahkan Allah secara langsung kepada setiap anak manusia yang
baru lahir. Mnausia makhluk yang dikarunia fitrah beragama, sengan istilah “
hemo devinans dan homo religous” yaitu makhluk ber-Tuhan atau bragama. Fitrah
beragama merupakan potensi dsar yang berpeluang untuk berkembnag, namun
perkembangan itu banyak dipengaruhi oleh orang tua, sepeerti hadis Nabi SAW
“Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah
yang dapat mengarahkan anaknya, apakah ia menjadi Yahudi, Nasrani atau
Majusi” (H.R, Bukhari). Hadis tersebut mengisyaratkan bahwa faktor pendidikan
orang tua memegang peranan yang menentukan dalam menanamkn kesadaran
beragama pada anak. Senada dengan itu diungkapkan Tafsir (2004:91).
Untuk itu, supaya fitrah yang dimiliki anak dapat tumbuh dan berkembang
sesuai dengan tuntunan islam, maka sejak awal anak harus ditanamkan nilai-nilai
ajaran islam. Adapun nilai-nilai islam menjadi pilar utama terdiri dari tiga tiang
pokok yaitu, aqidah, syariah, dan akhlak. Tiga prinsip pokok itu bagaikan
trichotomi yang mempunyai peranan yang amat menentukan dalam pembinaan
anak.
1. Penanaman Aqidah/Keyakinan
Aqidah berisikan keyakinan trhadap adanya Tuhan dan ajaran yang
benarnya datang dari Tuhan, meyakini dalam hati secara kokoh, tiada
keraguan dan dipilih menjadi jalan hidup ( Ensiklopedia Islam:94:208).
Karena itu aqidah menjadi fondumen atau dasar utama dalam kehidupan
seseorang, inti dari aqidah adalah iman. Maka iman itu adalah engkau
yang meyakini sepenuhnya percaya kepada Allah, malaikat-malaikat,
kitab-kitab-Nnya, para Rasul-rasul-Nya, hari kebngkitan dan qadha serta
qadar. Iman intinya adalah tauhid yaitu mengesahkan Allah yang
diungkapkan dalam syahadatain.
2. Penanaman Syariah/Ibadah
Mematuhi ketentuan-ketentuan Allah yang dijelaskan Rasulullah
dalam kehidupan manusia di dunia untuk mencapai kebahgiaan hidup
akhirat, aik yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, maupun
hubungan sesama manusia serta hubungan dengan alam sekitar, hal ini
termauk dalam objek pembahasan syariah.
3. Pembinaan Akhlak
Kata akhlak berasal dari khalaqa yang artinya kelakuan, tabiat,
watak, kebiasaan, kelaziman, dn peradaban. Maskaih (1943:3)
menjelaskan bahwa akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa,
mendorong melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Sedangkan menurut nata ( 1996:25) al-Ghazali
mengemukakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa,
mendorong melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
f. Stimulasi Perkembangan
Stimulasi perkembangan adalah perangsangan yang datang dari
lingkungan luar anak. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam
tumbuh kembang anak. Perkembangan memerlukan rangsangan/ stimulasi
khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi
anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan
stimulasi (Soedjatmiko,2009).
Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi
perkembangan anak. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi
yang penting pada awal perkembangan anak. Cara melakukan stimulasi
harus disesuaikan dengan umur dan tahapan tumbuh-kembang anak.
Stimulasi dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan
bayi/balita, misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui,
menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalanjalan, bermain,
menonton TV, di dalam kendaraan, menjelang tidur, atau kapanpun dan
dimanapun ketika anda dapat berinteraksi dengan balita anda. Selanjutnya
dapat ditambah melalui Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak dans
sejenisnya.
Beberapa cara yang dikembangkan untuk stimulasi diantaranya dengan
APE (Alat Permainan Edukatif) berfungsi untuk untuk mengembangkan
berbagai aspek perkembangan. Melalui permainan tersebut anak dapat
mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik,
mental intelektual maupun spiritual. Oleh karena itu bermain bagi anak
anak usia pra sekolah merupakan jembatan bagi berkembangnya semua
aspek kemampuan. Karena bermain dan kasih sayang adalah ”makanan”
yang penting untuk perkembangan anak.
g. Penelitian yang Relevan
a. Ida Susanti (2015), yang berjudul “Relasi antara Perhatian Orang Tua
terhadap Belajar Anak dan Kedisplinan Belajar Anak pada lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”
disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara
perhatian orang tua terhadap belajar anak dengan kedisplinan anak baik
dengan atau tanpa dipengaruhi variable lain. Sehingga dapat dikatakan juga
bahwa semakin menurun perhatian orang tua terhadap belajar anak, akan
semakin menurun pula kedisplinan belajar yang dimiliki Anak Usia Dini
Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Persaman dengan hasil penelitian
peneliti ialah tentang relasi orang tua terhadap anak, dan perbedaan nya
adalah penelitian ini membahas tentang kedisplinan belajar anak.
b. Vera Widyastuti (2016), Hubungan Tingkat Pendapatan Orang Tua dan
Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Bidang
Keahlian”. Disimpulkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa
dapat meningkat ketika orang tuanya memiliki pendapatan yang lebih hal ini
membangun semagat belajar anak sehingga pola asuh orang tua terhadap
prestasi belajar anak berpengaruh. Perbedaanya dengan hasil penelitian saya
adalah hubungan pola asuh dan relasi yang dibangun oleh orang tua kepada
anak.
c. Wahyudi (2015), yang berjudul “Korelasi Tumbuh Kembang Anak dilhat
Dari Pola Relasi Kooperatif” Disimpulkan bahwa tumbuh kembang anak
berpenruh pada pola relasi kooperatif yang dibangun orang tua, hubungan
anak kepada orang tua terdapat persahabatan yang erat dan harmonis.
Hubungan persahabatan dibangun untuk mencapai tumbuh kembang anak
yang baik dan maksimal, korelasi yang ada antara tumbuh kembang dan
proses terjalin sangat baik. Perbedaan yang terdapat di penelitian ini
membahas tentang korelasi tumbuh kembang anak.
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa faktor yang menyebabkan
Belajar Anak dan Kedisplinan Anak dapat meningkat atau menurun disebabkan
oleh perhatian dari orang tua anak-anak tersebut, jika orang tua semakin
menurun perhatian terhadap anak maka yang terjadi kedisplinan belajar anak
akan menurun secara perlahan. Serta hubungan yang baik dibangun adalah
dengan adanya perhatian orang tua secara terus-menerus terhadap anak. Suatu
bentuk hubungan yang dibangun orang tua secara baik akan membuat anak
merasa jadi lebih baik.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu memaparkan apa
adanya data yang terdapat di lapangan dengan menggunakan metode
pengumpulan meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini
memperoleh informasi tentang bagaimana pola relasi orang tua dan anak,
dengan cara menghimpun data yang ada di lapangan sehingga peneliti
mendapatkan penelitian bersifat deskriptif.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif, dengan fokus
permasalahan nya adalah bagaimana pola relasi yang di bangun oleh orang tua
yang sibuk dalam bekerja terhadap anak di Desa Kampung Baru Kecamatan
Bajubang Kabupaten Batanghari. Realita di lapangan, ada beberapa masalah
yang terjadi seperti kurang nya perhatian yang di dapatkan oleh anak yang
menyebabkan anak menjadi agresif, anak merasa di abaikan dan seringkali
sosial emosional anak tidak terpenuhi. Orang tua terlalu sibuk dalam bekerja
sehingga lupa bahwa membangun hubungan terhadap anak itu sangat penting
dan memiliki pengaruh besar di kemudian hari. Penelitian ini berlangsung
kurang lebih 3 bulan yang bertempat di Desa Kampung Baru Kecamatan
Bajubang Kabupaten Batanghari.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kalangan masyarakat Bajubang Desa Kampung
Baru Kabupaten Batanghari. Pemilihan desa tersebut sebagai tempat penelitian,
didasarkan atas pemikiran bahwa fokus permasalahan penelitian yang akan
menjadi objek ini relevan dengan keadaan permasalahan penelitian.
Alasan praktis pemilihan lokasi tersebut juga didasarkan beberapa
pertimbangan, yaitu:
a. Keterjangkauan lokasi penelitian oleh peneliti, baik dari segi tenaga
maupun efisiensi waktu.
b. Situasi sosial sebelum mengadakan penelitian telah berkomunikasi
dengan pihak Kepala Desa setempat sehingga mendapat izin secara
informal.
2. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti adalah beberapa anak usia dini usia 2 - 6 tahun yang ada
di Desa Bajubang, dan orang tua yang sibuk dalam bekerja dengan snowball
sampling yaitu “teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar” (Sugiyono, 2012:125). Maka selanjutnya ditetapkan
responden dan informan adalah, orang tua ditetapkan sebagai informan kunci
(key informan) sedangkan Masyarakat, Kepala Desa dan Anak usia 2 - 6 tahun
sebagai informan tambahan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 7 anak dan
26 orang tua yang berprofesi dan sebagian didatangi untuk wawancara
sebagian yang lain didatangi secara langsung untuk diamati secara langsung.
Hal ini dilakukan untuk penyesuaian informasi atau data yang diperoleh
melalui wawancara dengan data yang diperoleh melalui observasi melalui
teknik triangulasi, sehingga data atau informasi sampai pada titik jenuh.
C. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini Data Primer, Data Primer
adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumbernya ataupun dari objek lokasi penelitian, atau keseluruhan
dari hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan. Data primer yang peneliti
maksudkan dalam penelitian ini adalah data wawancara dan observasi
mengenai pola relasi orang tua dan anak di Desa Kampung Baru Kecamatan
Bajubang Kabupaten Batanghari meliputi keterangan tentang.
2. Sumber Data
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah semua unsur yang ada di
Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari yang
meliputi:
a. Orang tua
b. Anak-anak
c. Masyarakat
d. Kepala Desa
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi. Berikut ini dipaparkan masing-masing
metode tersebut.
1. Observasi
Observasi adalah: Alat pengumpulan data yang dilakukan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki
(Cholit, 2012: 70). Peneliti menggunakan metode obsevasi partisipatif untuk
melihat pola relasi orang tua kepada anak di Desa Kampung Baru Kecamatan
Bajubang Kabupaten Batanghari, meliputi:
a. Mengamati aktifitas yang orang tua lakukan dalam membangun hubungan
kepada anak-anaknya di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang
Kabupaten Batanghari.
b. Mengamati kendala-kendala yang orang tua hadapi dalam membangun
pola relasi kepada anak di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang
Kabupaten Batanghari.
c. Mengamati Upaya yang orang tua lakukan saat membangun hubungan
sosial emosional anak Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang
Kabupaten Batanghari.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi-informasi (Sugiyono,2012:220). Metode ini digunakan
secara langsung dengan mewawancarai, Orang tua, masyarakat dan anak-anak
usia 2-6 tahun yang berkenaan dengan pola relasi orang tua kepada anak di
Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari yang
meliputi tentang keterangan:
a. Bagaimana aktifitas yang orang tua lakukan dalam membangun pola relasi
terhadap anak di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten
Batanghari.
b. Apa kendala orang tua dalam membangun relasi kepada anak di Desa
Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari.
c. Bagaimana upaya orang tua dalam membangun pola relasi kepada anak di
Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari.
3. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai: cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-
variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat kabar, majalah,
notulen rapat, agenda dan sebagainya (Lexy,2004:54). Dokumentasi peneliti
gunakan untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan pola
relasi orang tua dan anak terjalin dengan baik, serta keadaan sosial emosional
yang anak dapatkan hal ini akan menjadi bukti penguat dari penelitian yang
dilakukan.
E. Teknik Analisis Data
Setelah selesai penelitian ini, maka data yang diperoleh terlebih dahulu
diseleksi menurut kelompok variabel-variabel tertentu dan dianalisis melalui segi
kualitatif, dengan metode:
1. Analisis Domain
Analisis Domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh
gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti
atau objek penelitian (Sugiyono,2003:223). Analisis domain ini
digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan,
penelitian secara garis besarnya yaitu mengenai pola relasi orang tua
kepada anak di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten
Batanghari.
2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi adalah analisis untuk mencari bagaimana
domain yang dipilih untuk dijabarkan menjadi lebih rinci. Setelah
peneliti melakukan analisis domain, selanjutnya domain dipilih oleh
peneliti dan ditetapkan sebagai fokus penelitian (Ahmad
Sabani,2008:203). Analisis taksonomi ini digunakan dalam menganalisa
data tentang pola relasi orang tua kepada anak dalam pemenuhan sosial
emosional di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten
Batanghari.
3. Analisis Kompenansial
Analisis komponensial “mencari ciri spesifik pada setiap struktur
internal dengan cara mengontraskan antar elemen. Dilakukan melalui
observasi wawancara terseleksi dengan pertanyaan yang mengontraskan
(Sugiyono, 2003:230). Analisis kompenansial ini diperoleh setelah
adanya analisis domain dan analisis taksonomi yang merupakan jawaban
yang paling dominan yakni alternative terakhir yang dijadikan sandaran
untuk menjawab permasalahan-permasalahan tentang pola relasi orang
tua dan anak di Desa Kmapung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten
Batanghari.
4. Analisis Tema
Analisis kultural (discovering cultural theme) mencari hubungan di
antara domain,
dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan dan selanjutnya
dinyatakan kedalam tema/judul penelitian (Sugiyono,2003:230). Analisis
tema atau (discovering cultural themes) sesungguhnya pola mencari
“benang merah” yang mengentegrasikan lintas domain yang ada, dengan
ditemukan benang merah dari hasil analisis domain taksonomi, dan
komponensial tersebut, amaka selanjutnya akan dapat tersusun sesuatu
“kontruksi bangunan” situasi social/objek penelitian yang sebelumnya
masih gelap dan remang-remang, dan setelah dilakukan penelitian, maka
menjadi lebih terang dan jelas (Ahmad Sabani, 2008:203).
F. Instrument Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Peneliti menjadi human instrument yang berarti
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilah forman sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan. Peneliti sebagai instrument perlu “divalidasi”
seberapa jauh kesiapannya dalam melakukan penelitian yang selanjutnya terjun
kelapangan (Sugiyono,2003:305). Namun dalam proses penelitian tetap dibantu
dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dan format dokumentasi.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pembuatan proposal kemudian dilanjutkan
perbaikan dengan hasil seminar setelah pengesahan judul dan izin riset maka,
peneliti mengadakan pengumpulan data verifikasi dan analisis data dalam waktu
berurutan. Hasilnya peneliti melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum
diajukan kesidang munaqasah. Hasil sidang munaqasah dilanjutkan dengan
perumusan laporan penelitian. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel. I Jadwal Penelitian
NO
Desember Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perbaikan
Proposal
X
2 Perbaikan
hasil Seminar
x x X
3 Pengumpulan
Data
x X x x x x x x
4 Verifikasi dan
Analisis Data
x x x
5 Konsultasi
Pembimbing
x x x x X
6 Perbaikan x x
7 Penggandaan
Laporan
x x
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. TEMUAN UMUM
1. Geografis
Secara geografis Desa Kampung Baru merupakan salah satu wilayah Desa
dalam Kecamatan Bajubang dari 9 Desa yang ada di Kecamatan Bajubang. Secara
geografis, Desa Kampung Baru terletak dibagian Barat Kecamatan Bajubang yang
meliputi wilayah seluas 12.000 km2 dengan jumlah kepala keluarga 2.293 KK.
Yang berbatasan langsung dengan beberapa desa yaitu :
Batas Desa :
- Sebelah Utara : Desa Petajen dan Desa Batin
- Sebelah Timur : Desa Tj. Pauh KM. 39 dan Desa Baru Kecamatan
Mestong Kabupaten Muaro Jambi
- Sebelah Selatan : Desa Ladang Peris
- Sebelah Barat : Kelurahan Bajubang, Desa Mekar Sari Ness dan
Desa Batin (Sumber data: Dokumentasi Profil Desa Kampung Baru 2018-
2019)
Desa Kampung Baru memiliki corak iklim tropis seperti halnya wilayah di
Kabupaten Batang Hari Lainnya, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung
terhadap kecocokan tanam pada lahan perkebunan/pertanian yang ada di Desa
Kampung Baru seperti Karet dan Kelapa Sawit ( Sumber data: Dokumentasi Profil
Desa Kampung Baru 2018-2019).
2. Visi dan Misi
Visi : “ Hadir lebih dekat melayani masyarakat demi terwujudnya Desa
Kampung Baru Maju, Damai, Makmur, Sejahtera serta menjunjung tinggi nilai
sosial, Budaya, Agama, Berlandaskan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa “
Misi :
1. Meningkatkan Potensi Sumber Daya Manusia (SDM);
2. Meningkatkan Potensi Sumber Daya Alam;
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ekonomi kerakyatan;
4. Memberikan rujukan terhadap kesejahteraan masyarakat dalam bidang
pendidikan, kesehatan, keamanan dan kesejahteraan sosial kepada
pemerintah kabupaten;
5. Menciptakan kondisi masyarakat Desa Kampung Baru yang aman, tertib,
guyub, rukun, serta Bersatu didalam berbagai perbedaan;
6. Optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan Desa;
7. Menanamkan prinsip bersatu kita teguh bercerai kita runtuh dalam
konsep untuk maju, tolak radikalisme dan narkoba sebagai musuh
bersama.
3. Susunan Organisasi Pemerintah Desa dan Tata Kerja Pemerintahan
Desa Kampung Baru
Tabel. 2. Struktur Organisasi Desa Kampung Baru
4. Pendidikan
Dari total jumlah penduduk Desa Kampung Baru usia sekolah, Sejumlah
1386 orang telah mengenyam pendidikan Sampai Tingkat WAJIB BELAJAR 9
Th. Adapun angka putus sekolah sangat rendah dan bahkan nyaris tidak ada, hal
ini didukung oleh kesadaran. Orang tua siswa akan arti pentingnya pendidikan.
Selain itu Juga, di dukung dengan adanya program pemerintah yang telah
melaksanakan program pendidikan gratis bermutu.
Tidak hanya pendidikan formal, pendidikan non formal seperti kegiatan-
kegiatan anak-anak dan remaja juga berperan penting untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat, seperti Pengajian Antara Maghrib dan Isya (PAMI),
Hadrah, Kompangan, Majelis Ta’lim, Majelis Dzikir dan kegiatan umum serta
Keagamaan memperingati Hari Besar Islam dan sejenisnya.
Tabel. 3. Lembaga Pendidikan Desa Kampung Baru
5. Ekonomi Masyarakat
Berdasarkan keadaan Desa Kampung Baru yang didominasi oleh iklim
tropis dan topografi wilayahnya sangat strategis dan mendukung dalam sektor
perkebunan, maka sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani dan buruh
tani, terutama petani karet dan petani perkebunan kelapa sawit
namun selain bertani biasanya juga dibarengi dengan usaha peternakan, ternak
rumahan seperti ayam, baik itu ayam kampung maupun ayam potong, kambing,
dan sapi. Dan tidak sedikit pula warga yang mengembangkan budidaya ikan lele
walaupun masih dalam skala kecil guna menunjang perekonomian keluarga.
(Sumber data: Dokumentasi Profil Desa Kampung Baru, Data Pelayanan
Administrasi Perangkat Desa, 2018-2019).
6. Pelayanan Administrasi
Untuk mensukseskan misi Pemerintah Desa di bidang pelayanan, setiap
perangkat Desa yang bertugas dalam pelayanan surat menyurat sesuai tugas pokok
dan fungsinya masing – masing, mengupayakan sistem cepat, tepat, dan Benar,
dengan durasi waktu berkisar 5 – 10 menit per surat, sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang telah di tetapkan, salah satunya adalah pemohon wajib membawa
pengantar dari ketua RT dalam setiap pengurusan surat menyurat di Kantor Desa
Kampung Baru dan persyaratan lainnya sesuai dengan keperluan (Sumber data:
Dokumentasi Profil Desa Kampung Baru 2018-2019).
Tabel. 4. Struktur Desa Bidang Pelayanan
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Hubungan Orang Tua yang Sibuk Bekerja Kepada Anak di Desa Kampung
Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten BatangHari
Dalam membangun sebuah hubungan orang tua dan anak memiliki ikatan
yang kuat secara lahir dan bathin, namun dalam sebuah proses mencapai hubungan
yang erat antara anak dan orang tua memiliki kendala. Seperti hal nya dengan orang
yang seringkali menitipkan anak kepada baby sister, nenek dan bibik atau orang
disekitarnya dikarenakan orang tua sibuk dalam bekerja.
Di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari
khususnya yang terdiri dari 6 Rukun Tetangga (RT): RT 01, 02, 03, 04, 05, dan 06
mayoritas penduduknya sebagai pegawai negeri sipil, pegawai bank, berdagang
dan wiraswasta. Sehingga para orang tua yang memiliki anak belum secara
maksimal membangun hubungan yang baik antara orang tua dan anak.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai hubungan orang
tua yang sibuk dalam bekerja kepada anak, Peneliti mewawancarai beberapa
orang tua yang sibuk dalam bekerja di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang
Kabupaten Batanghari sebagai berikut:
Subjek Peneliti wawancara 18 januari 2019 bersama Ibu YL berprofesi
sebagai guru yang memiliki anak berusia 4 tahun, bernama Almira :
Untuk membangun hubungan dengan anak aktifitas yang saya
lakukan setelah saya pulang bekerja yaitu mengajak anak bermain
bersama, mengajak anak jalan-jalan di sore hari kalau saya tidak merasa
lelah bekerja maka keinginan anak untuk bermain bersama akan saya
kabulkan, dan agar anak merasa senang saya mengikuti semua
kemauan nya seperti membeli suatu barang yang disukai. Saya memiliki
sedikit waktu bersama anak jadi apapun yang di inginkan saya akan
berikan, kalau belum bisa terpenuhi saya akan berikan sebuah janji
nanti kalau mama punya uang akan membelikan mainan yang bagus.
Saya percaya walaupun sehari-hari anak bersama dengan nenek nya
tetap saja saya adalah ibu nya, jadi saya tidak merasa khawatir akan
hal-hal yang dikatakan orang bahwa anak akan lebih dekat dengan
nenek karena sehari-hari bersama neneknya.
Subjek peneliti mewawancara 18 januari 2019 Ibu Nonong berprofesi
pegawai bank, beliau mengatakan:
Saya mempunyai 2 orang anak usia anak pertama saya 6 tahun dan
anak kedua saya 3 tahun, selama menikah sudah 10 tahun saya bekerja
dan anak bersama dengan bibik yang membantu soal urusan rumah dan
mengasuh anak. Sehabis lahiran 2 bulan saya cuti dan selanjutnya saya
kembali ke aktifitas saya sebagai pegawai kantoran, saya membangun
hubungan dengan anak sehari-hari ketika dimalam hari walaupun sering
kali di waktu malam anak sudah lelah bermain seharian dan sudah tidur.
Namun besok pagi nya saya tetap memperhatikan anak sebelum
berangkat bekerja seperti mengajak nya makan bersama. Agar
hubungan saya dan anak tidak jauh selama hari libur saya mengajak nya
untuk jalan-jalan ke tempat wisata dan membelikan mainan-mainan yang
di inginkan nya.
Subjek peneliti mewawancarai Ibu Rahma Pegawai Dinas Pendidikan 20
januari 2019, sebagaimana hasil wawancara berikut ini:
Anak saya yang berusia 4 tahun seringkali menyuruh saya untuk
berhenti bekerja dikarenakan dia merasa kesepian, menurut saya untuk
saat ini dia merasa kesepian karena belum mempunyai adik. Nanti setelah
saya melahirkan anak saya yang kedua ini, saya rasa dia tidak akan
menyuruh saya berhenti bekerja lagi karena sudah punya teman untuk
diajak bermain. Padahal setiap kali saya pulang kerja saya selalu
memperhatikannya, namun belakangan ini anak saya sering menuntut
agar saya selalu berada dirumah. Saya berpikir anak saya telah
berpengaruh dengan lingkungan luar yang akhirnya membuat dia
menjadi anak yang banyak menuntut. Hubungan baik yang saya lakukan
kepada anak saya terhalang oleh lingkungan tempat saya tinggal,
maklum saja tetangga saya banyak yang menjadi ibu rumah tangga dan
hanya fokus sama anak, sementara saya menjadi wanita karir yang sibuk
bekerja dan mengurus anak tentu saja berbeda kan.
Subjek peneliti 25 januari 2019 hal yang sama juga di ungkapkan oleh
Ibu Tini profesi perawat Rumah Sakit, kepada peneliti ia mengatakan:
Hubungan saya dan anak sehari-hari saat sore saya mengajak nya
bermain di luar rumah ketika pulang kerja. Namun melihat teman-teman
yang seumuran dengan anak saya itu terlalu aktif bermain kotor-kotoran
di pasir dengan mobil-mobilan nya dan bahan-bahan mainan masak-
masakan, yang menurut saya itu akan membuat anak mudah terkena
penyakit. Dampak nya anak saya menjadi ikut-ikutan bermain diluar setiap
hari dan susah untuk dilarang, saya sudah ingatkan kepada nenek nya agar
tidak mengajak anak saya bermain diluar ketika saya bekerja. Saya berikan
kepercayaan penuh saya kepada orang tua saya untuk mengurus anak saya
dirumah agar dia tetap mendapatkan perhatian yang baik.
Dari hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
hubungan orang tua dan anak di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang
Kabupaten Batanghari belum maksimal, hal ini terlihat dari banyak nya orang tua
yang bekerja dipastikan anak nya dirawat oleh orang lain, walaupun orang
tersebut adalah orang terdekat seperti nenek, bibik dan yang lainya tentu saja aka
nada perbedaan yang terlihat ketika anak dirawat langsung oleh ibu yang
melahirkan nya.
Hal ini didukung hasil dari pengamatan peneliti pada masa riset: di rumah
orang tua yang sibuk bekerja peneliti melihat beberapa aktifitas yang terjadi, dari
mulai keberangkatan orang tua untuk bekerja sampai pulang, yang terjadi ketika
orang tua berangkat pagi untuk bekerja anak masih tidur di kamarnya, dan ketika
anak bangun orang tua sudah tidak ada dirumah. Yang ditemuinya adalah nenek
atau bibik yang sehari-hari berada dirumah merawat dan menjaganya selama di
tingggalkan, dari kegiatan mandi, makan dan bermain dilakukan bersama nenek
atau bibik. Ketika hari pertama saya melakukan penelitian anak tersebut langsung
merasa senang karena baginya saya adalah teman baru nya untuk diajak bermain.
Adanya kedekatan yang terjadi antara anak dan orang yang mengasuh nya
sehari-hari terlihat ketika anak ingin melakukan sesuatu apapun itu dirumah nya
akan dikatakan nya langsung kepada orang terdekatnya. Misalnya anak ingin
makan sambil bermain, tidur siang sambil dibacakan cerita dan segala aktifitas
yang ia lakukan harus ditemani. Karena usia 2-6 tahun anak sangatlah aktif dalam
segala hal kegiatan yang menyenangkan baginya, masa pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal akan membuat anak menjadi pribadi yang aktif dan
pintar. Tentu dukungan dari orang sekitar dalam membangun perkembangan nya
sangat berpengaruh pada diri anak, ketika anak seringkali mendapatkan aksih
sayang pemenuhan sosial emosional tentu anak akan menjadi pribadi yang
mandiri. Berbeda dengan anak yang kurang akan kasih sayang dari orang tua nya
hal ini membentuk pribadi anak menjadi egoissentris yaitu segala sesuatu yang di
inginkan harus dapat terwujud dan anak tidak menginginkan alasan apapun.
Sikap anak yang egoisentris terbentuk akibat dari kurangnya perhatian
yang orang tua berikan, dan sewaktu masa perkembangan nya anak hanya
mendapatkan segala hal yang berbaur dengan materi. Seperti mainan yang mahal
baju yang bagus sepatu yang bisa dibeli kapan pun di inginkan nya, dan semua
barang yang dimiliki itu yang akan terus membentuk sifat egois nya meningkat.
Alasan yang mendasar dari orang tua yang sibuk bekerja ialah
menginginkan segala kebutuhan anak terpenuhi dan tidak memikirkan dampak
untuk kedepannya. Dan urusan tentang anak orang tua sepenuhnya di percayakan
pada pengasuh, waktu yang anak dapatkan bersama orang tua sangatlah sedikit.
Ketika melakukan riset peneliti melihat saat anak menangis yang turun tangan
untuk mendiamkan anak adalah pengasuh bukan orang tua, sepulang kerja para
orang tua istirahat dan menyapa anak hanya sekedar nya saja. Seperti menanyakan
sudah makan belum dan lagi bermain apa itu, pendekatan pun tak terlihat dari
orang tua kepada anak.
Selanjutnya untuk mengetahui lebih jauh hubungan orang tua yang sibuk
bekerja kepada anak di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten
Batanghari,
Subjek peneliti 25 januari 2019 mewawancarai Bapak Tri suami dari
Ibu Yuli:
Anak adalah anugerah terindah bagi saya yang telah pencipta
berikan, sebagai orang tua tentu saya akan menjaga nya dengan sepenuh
hati saya. Saya akan memberikan pendidikan yang baik untuk nya,
memenuhi segala kebutuhan nya dan saya bekerja seperti dilakukan
untuk membahagaiakan anak. saya tidak ingin anak saya merasakan
hidup susah seperti halnya saya sewaktu kecil dulu, hubungan saya dan
anak terjalin dengan baik sebagai seorang imam dan tulang punggung
keluarga saya tentu mengajarkan anak saya hal-hal yang positif. Tetapi
saya jujur soal tumbuh kembang nya selama ini saya kurang perhatikan,
saya masih belajar memahami keinginan anak itu seperti apa. Yang
saya lakukan ketika saya memberikan nya mainan dia merasa senang
sehingga sering kali dia meminta dibelikan mainan terus dengan saya.
Saya terus berusaha untuk mendekaati nya, dan saya percaya meski
ditinggal bekerja anak saya pasti bisa mengerti bukan saat ini tapi nanti
ketika ia sudah dewasa.
Observasi peneliti, setelah mewawancarai beberapa responden berikut
peneliti mendatangi salah satu rumah untuk melihat hubungan antara orang tua
dan anak ketika hari libur, peneliti mengamati aktifitas anak dan orang tua.
Terlihat dimana orang tua tetap asik dengan aktifitasnya sendiri dan anak di
biarkan main sendirian hanya sekali-kali saja orang tua memperhatikan anak nya
yang bermain itu. Dikarenakan aktifitas seperti ini sudah menjadi hal yang biasa
buat anak untuk bermain sendirian, maka orang tua juga tak perhatikan lagi secara
penuh kegiatan yang anak lakukan. Saat anak ingin mengambil sesuatu dan
meminta tolong kepada orang tua, orang tua bersikap tidak mengacuhkan anak.
Sehingga ketika peneliti berada dirumah tersebut, peneliti diajak bermain oleh si
anak dan anak menunjukan semua barang mainan nya itu kepada peneliti.
Memberitahu ini adalah mobilan kesukaan nya, dan banyak benda lainya yang
ditunjukan nya pada peneliti dan anak terlihat agresif dan mencari-cari perhatian
dari orang yang berada disekitarnya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat kita ketahui
kondisi atau keadaan hubungan orang tua yang sibuk bekerja kepada anak di Desa
Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari yang dapat dijadikan
gambaran hubungan orang tua dan anak.
2. Kendala yang dihadapi orang tua dalam membangun relasi kepada anak di
Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari
Sudah kita maklumi bersama bahwa setiap pekerjaan ataupun perbuatan
sudah dipastikan akan menemui hambatan atau kendala, sama hal nya juga dalam
membangun relasi kepada anak agar bisa terjalin dengan baik di Desa Kampung
Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari. Tentu hal ini banyak hambatan
atau kendala yang ditemui orang tua diantaranya, kesibukan orang tua dalam
bekerja, kurangnya keharmonisan keluarga dalam membangun relasi yang baik
kepada anak, kurangnya perhatian orang tua, terlalu memanjakan anak dan faktor
ekonomi yang membuat orang tua tidak sempat memperhatikan anak-anak nya
dimasa tumbunh kembang yang sebenarnya menjadi moment paling berharga bagi
setiap orang tua.
a. Kurangnya keharmonisan keluarga dalam membangun relasi kepada
anak
Sekarang keharmonisan keluarga sudah tidak menjadi dasar dalam suatu
bentuk ikatan antara orang tersayang, baik antara suami dan istri, suami dan
anak dan istri kepada anak. Keharmonisan keluarga hanya terlihat pada saat
acara tertentu saja, seperti makan malam bersama dan jalan-jalan di tempat
wisata bersama. Kesibukan orang tua menjadi salah satu alasan hilangnya
keharmonisan keluarga, orang tua memilih untuk menitipkan anak kepada
pengasuh dan orang terdekat dibandingkan orang tua sendiri yang mengurus
anak memberikan pengasuhan dan pendidikan yang baik tentu lebih
dibutuhkan oleh anak.
Subjek peneliti 25 Januari 2019 Wawancara dengan Bapak HF
berprofesi sebagai pemadam kebakaran ia mengatakan:
Saya menitipkan anak saya kepada pengasuh dirumah, dikarenakan
saya dan istri sibuk dalam bekerja. Semakin modern zaman sekarang
kebutuhan keluarga saya pun semakin banyak apalagi saya ini
memiliki 4 anak, dan anak pertama saya sedang membutuhkan banyak
biaya untuk kuliah nya. Sehingga anak terakhir saya yang masih berusia
2 tahun harus ditinggalkan dan diasuh oleh bibik yang saya percayakan.
Dari pagi sampai sore anak saya bersama dengan pengasuh, sejak istri
ikut bekerja keharmonisan dalam keluarga saya semakin buruk. Anak
menjadi kurang perhatian dari orang tua, kumpul bersama sudah jarang
dilakukan semua pada sibuk dengan aktifitasnya sendiri. Terkadang
saya suka sedih dengan keadaan ini namun saya pun belum sepenuhnya
bisa memberikan nafkah yang cukup untuk istri dan anak saya.
Penggeseran ini terjadi diakibatkan perkembangan zaman, dan manusia di
atas bumi ini dihadapkan oleh kesibukan masing-masing, akan tetapi masih
banyak cara lain untuk membantu anak agar mendapatkan hak nya secara
penuh dari orang tua, karena tanpa adanya keperdulian orang tua maka relasi
yang baik tidak akan bisa berjalan dengan maksimal.
Subjek peneliti 26 januari 2019 Wawancara dengan salah satu tetangga:
Kesadaran orang tua yang kurang membangun hubungan dengan
anak berpengaruh pada lingkungan tempat tinggal, beberapa anak yang
ditinggal orang tua mencari perhatian orang lain yang berada di luar
rumah. Namun ada juga anak yang suka menghindari orang-orang
sekitar dan mengurung diri. Contohnya: pada saat saya mengajak anak
saya jalan-jalan di sore hari, saya melihat anak yang ditinggal bekerja
orang tua nya main sendirian di halaman rumah. Dan ketika itu saya
dan anak saya menghampiri nya, dia langsung menghindar dan merasa
ketakutan dan memanggil pengasuhnya. Saya merasa bahwa anak ini
merasa tidak aman, akhirnya saya pergi dari rumahnya. Hal ini terjadi
akibat dari lingkungankeluarga yang kurang memperdulikan anak untuk
dapat bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Subjek peneliti 26 januari 2019 hal yang sama juga disampaikan ibu
Jami kepada peneliti sebagai berikut:
Pernah anak saya main kerumah nya ketika orang tua nya bekerja,
dikarenakan mereka seumuran jadi saya membiarkan anak saya untuk
dapat bermain bersama. Namun yang terjadi anak tersebut sering nangis
dan mengaduh kepada pengasuh nya kalau anak saya suka merebut
mainan, sementara ketika saya tanyakan kepada anak saya, anak saya
tidak melakukan hal itu. Saya pikir anak itu suda terbiasa main sendiri
jadi barang yang dimiliki nya tidak boleh disentuh oleh orang lain.
Saya merasa kasihan jika hal itu terus-terusan tertanam pada diri anak
tersebut pasti akan menjadi kendala ketika ia muai masuk sekolah,
susah untuk bergaul dengan teman-teman yang lain.
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa keharmonisan
keluarga menjadi poin penting dalam membangun relasi kepada anak, orang
tua menganggap cukup menitipkan anaknya di tempat penitipan atau bersama
pengasuh tanpa adanya kontrol dari mereka.
Pengamatan peneliti pada masa riset, kebanyakan orang tua tidak mau
membantu pengasuh yang merawat anaknya dirumah mereka dengan dalih
sibuk bekerja, padahal realita yang ada jika dibandingkan dengan materi yang
terus dicari tanpa ada habisnya itu sungguh sangat miris. Waktu yang
seharusnya diberikan penuh kepada anak dan menjadi hak yang seharusnya
anak dapatkan hilang seketika dikarenakan kesibukan orang tua dalam bekerja,
hal ini tentu sangat ironis sekali. Peneliti mengamati sendiri ke setiap rumah
yang orang tuanya sibuk dalam bekerja, anak sangat haus akan perhatian dan
keperdulian orang tua nya. Namun apalah daya, keharmonisan dan kerja sama
orang tua sangat kurang dan tidak sebanding dengan waktu yang mereka hanya
habiskan dalam bekerja dan kehilangan waktu berharga bersama anak mereka,
padahal ini semua untuk kebaikan anak-anak mereka sendiri.
Kita dapat mengakui, adanya perubahan zaman yang semakin modern,
serta kebutuhan yang diperlukan semakin banyak, dan semua sesuatu diukur
dengan material. Tanpa adanya relasi orang tua dan anak, orang tua penuh
dengan kesibukan sehari-hari untuk mencari nafkah, berkarya, berprofesi dan
lain sebagainya.
b. Orang tua kurang berperan dalam membangun hubungan dengan anak
Orang tua seharusnya menjadi peran utama dalam membangun hubungan
dengan anak, agar bisa memahami tahap perkembangan anak serta
pengembangan potensi dari setiap tahap. Orang tua harus selalu tahu
pertumbuhan anak nya, karena anak adalah amanah yang dititipkan kepada
orang tua, oleh sebab itu orang tua harus menjaga dan memperhatikan amanah
Allah tersebut.
Kurangnya peran orang tua dalam membangun relasi kepada anak, bisa
terjadi karena sedikit nya waktu yang orang tua luangkan untuk dapat bersama
anak. Sehingga peran orang tua tergantikan dengan orang sekitar nya seperti
nenek dan pengasuh yang seharian penuh berada di dekat anak, ataupun orang
lain yang berada disekitar lingkungan tempat tinggal yang ikut berpengaruh
kepada diri anak.
Untuk mengetahui yang seperti ini dapat dilihat dari hasil wawancara dan
observasi berikut:
Subjek peneliti 28 januari 2019 wawancara peneliti pada Bapak Jaidi:
Bukan saja karena kesibukan saya yang menjadikan kendala untuk
memberikan perhatian, tetapi juga faktor yang datang dari dalam diri
anak yang terkadang lebih memilih bermain dengan orang disekitarnya.
Hal ini terjadi karena saya memang jarang sekali melakukan kegiatan
bersama anak saya, sepulang kerja saya hanya menyapa nya saja
sebentar walaupun demikian saya tetap memberikan perhatian di kala
ada waktu senggang dan saat sedang berkumpul bersama
Subjek penliti 30 januari 2019 wawancara oleh Ibu RH seorang wanita
karier yang sibuk bekerja diluar:
Anak saya lebih banyak bermain bersama nenek nya, makan hanya
mau di suapin oleh neneknya saat mau mandi manggil neneknya, jika
diajak untuk jalan-jalan hanya mau sama neneknya. Saya menjadi
bingung yang ibunya saya atau neneknya itu, namun saya berpikir
sepertinya dampak yang timbul setelah dari bayi saya sudah
meninggalkannya bersama neneknya kini timbul akibat bahwa anak
saya lebih merasa nyaman bersama neneknya dibandingkan dengan
ibunya sendiri. Saya merasa sedih dengan hal ini, saya tetap berusaha
untuk mengambil perhatian anak saya agar bisa dekat dengan saya
seperti kedekatannya kepada neneknya. Tetapi itu susah dilakukan,
karena sepulang kerja saya suka merasa lelah sehingga anak jadi saya
tidak perhatikan dengan secara penuh.
Apa yang di katakan oleh Ibu RH sesuai dengan hasil Observasi peneliti,
memang benar kedua anaknya lebih dekat dengan neneknya dan lebih merasa
nyaman bersama nenek nya. Ketika disuruh memilih anak lebih memilih
neneknya, sedangkan ibu nya menjadi pilihan yang nomor dua. Nenek memang
menjadi segalanya buat mereka karena dari kebutuhan akan kasih sayang nenek
memberi penuh kepada cucunya tersebut, karena kesibukan orang tua di luar
anak-anak kurang memiliki hubungan yang erat dengan orang tua nya.
Sedangkan ketika libur ibunya sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan
dalam mengurus anak nya sendiri, sementara suaminya sibuk juga dalam
bekerja yang pulang sore bahkan malam.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti di atas, dapat
dipahami bahwa berperan sebagai orang tua yang mampu membangun relasi
kepada anak dengan baik tidaklah semudah membalikan telapak tangan,
banyak sekali hambatan kendala, baik itu bagi orang tua maupun bagi anak itu
sendiri.
Ketika peneliti konfirmasikan dengan seorang anak yang berusia 6 tahun
dan orang tua nya sibuk dalam bekerja di Desa Kampung Baru Kecamatan
Bajubang Kabupaten Batanghari apa yang disampaikan orang tua tidak jauh
berbeda dari hasil konfirmasi tersebut, bahwa kebanyakan dari mereka
menemukan hambatan kurang nya waktu dan perhatian yang orang tua berikan
kepada mereka. Sehingga hal ini membuat mereka sudah terbiasa melakukan
kegiatan tanpa ada pengawaan langsung dari orang tua, menurut anak tersebut
kadang-kadang ketika libur anak ingin pergi liburan orang tua menolak
permintaan tersebu. Masalah waktu dan kesempatan untuk berkumpul bersama
juga menjadi kendala buat mereka karena sepulang orang tua nya kerja hari
sudah sore, hal itu tiap hari terjadi sehingga anak merasa tidak di perdulikan.
Pendapat yang dikemukakan terkandung makna bahwa bagi anak yang
ditinggal orang tuanya khusus nya di Desa Kampung Baru Kecamatan
Bajubang Kabupaten Batanghari, sebagian sudah merasa lingkungan rumah
mereka hanya berisi dengan banyak permainan namun tetap saja rasa kesepian
terkadang muncul. Disebabkan kurang nya kesadaran orang tua untuk menjalin
hubungan yang baik terhadap anak.
c. Anak Terlalu di Manjakan
Prinsip yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam hal mencurahkan
kasih sayang dan memberikan hadiah kepada anak, agar upaya orang tua
tersebut tidak berubah menjadi pisau pemanjaan yang akan mencabik-cabik
kemandirian anak.
Subjek peneliti 03 februari 2019 wawancara dengan Bapak Ali profesi
pegawai bank, sebagai berikut:
Saya termasuk orang tua yang sangat sayang sekali pada anak saya,
dalam membangun relasi kepada anak saya sering memberikan mainan
yang dia inginkan apapun itu asal dia suka saya pasti akan berikan,
yang terpenting bagi saya jangan sampai anak merasa sedih karena
meminta sesuatu tidak dapat terkabulkan.
Subjek peneliti 03 februari 2019 hal yang sama juga disampaikan oleh
Ibu Tina berprofesi sebagai pegawai bank:
Anak saya adalah anak semata wayang, jadi jika ia menginginkan
sesuatu akan selalu saya belikan dan turuti semua kemauan nya, saya
tidak akan marah atau melarangnya. Karena saya bekerja mencari
uang banyak semua itu untuk anak, maklumlah anak satu-satunya
Karena terlalu sayangnya orang tua terhadap anaknya, mengakibatkan
anak selalu merasa bergantung dengan kedua orang tuanya. Apapun kenginnan
anaknya selalu dipenuhi walaupun masih ada kepentingan yang harus
didahulukan. Hal ini akan berlanjut sampai mereka dewasa nanti, orang tua
akan kesulitan untuk mengontrol dan mengarahkan si anak, karena semenjak
kanak-kanak sudah biasa dimanjakan.
Subjek peneliti 05 februari 2019 wawancara dengan salah seorang anak
di RT 02 Desa Kampung Baru yang bernama Keysha usia 5 tahun
menuturkan pada peneliti:
Orang tua selalu memberikan apa yang saya mau, mainan yang
banyak seperti boneka Barbie, tempat masak-masakan, sepatu dan baju
yang bagus-bagus ayah sama bunda berikan kepada saya. Saya juga
bisa meminta apa saja yang saya mau, dan saya senang ayah sama
bunda bekerja agar bisa terus memberikan saya mainan yang banyak.
Subjek 05 februari 2019 peneliti mewawancarai anak yang bernama
Rafif usia 6 tahun dia mengatakan:
Setiap hari dirumah bersama bibik orang tua sibuk bekerja, kemana
saja saya pergi pasti bersama bibik. Saya tidak sedih karena saya selalu
dibelikan barang-barang yang saya inginkan, mama dan papa selalu
bertanya hari ini mau diberikan hadiah apa? Terus mau jalan-jalan
kemana? Hanya seperti itu saja, mama dan papa sangat sayang saya.
Mama dan papa selalu memberikan uang kepada bibik untuk jajan saya
sehari-hari selama di tinggal mereka bekerja.
Beradasarkan hasil wawancara bersama sejumlah orang tua dan anak di
atas, dapat peneliti simpulkan bahwa bentuk relasi yang diterapkan orang tua
terhadap anak-anaknya cenderung memanjakan dan membiarkan anak mereka
melakukan apa saja yang ia inginkan. Hal ini tentu akan merugikan masa
depan, baik anak itu sendiri maupun bagi orang tua.
Subjek peneliti 7 februari 2019 mewawancarai Bapak RL, mengapa
anaknya lebih dekat dengan pengasuh dibandingkan orang tua? beliau
mengatakan:
Saya pikir ini memang kesalahan kami, sejak kecil saya dan istri
saya sudah meninggalkan anak bersama pengasuh, apabila pengasuh
libur bekerja anak saya pasti merasa kehilangan teman. Padahal saya
dan istri sering memanjakannya dan memberikan semua yang anak
inginkan, namun jalinan anak dan pengasuh lebih kuat dibandingkan
dengan ayah dan ibunya. Selain itu kini, apa yang diinginkannya harus
kami penuhi, jika tidak dipenuhi dia akan marah. Terpaksalah kami
menuruti kemauan nya.
Berdasarkan wawancara peneliti, banyak orang tua yang membanggakan
diri bekerja di kantoran dan sebagai pegawai mereka menganggap memiliki
derajat yang tinggi jika suami dan istri dapat bekerja. Orang tua tidak merasa
bersalah sedikitpun, padahal membangun reasi kepada anak merupakan suatu
kewajiban bagi setiap orang tua. Anak menjadi dekat dengan pengasuh
dibandingkan orang tua sebenarnya bisa di cegah dengan kesadaran yang
timbul dari hati orang tua itu sendiri. Namun yang peneliti amati para orang tua
membiarkan hal itu terjadi, mereka lebih mengngedepankan pekerjaan
disbanding anak-anak mereka, sangat miris sekali jika hal ini terjadi pada
generasi berikutnya.
Peneliti melihat secara langsung kehidupan rumah tangga keluarga Ibu
Pasriyati yang kesehariannya selalu di isi dengan kesibukan dalam bekerja,
semua aktifitas yang anak lakukan di bawah pengawasan pengasuh. Merawat
dan menjaga anak dari bangun tidur sampai tidur lagi di malam hari, bahkan
tidak ada ajakan orang tua untuk bermain bersama anak menikmati waktu
kosong untuk bercanda tawa dengan anak, hanya terlihat pemanjaan yang
terlalu berlebihan diberikan orang tua kepada anak. Ketika anak berkata A
orang tua langsung ikut A dan anak berkata B orang tua berkata B, maka wajar
saja kalau anak-anak mereka mendapat pemenuhan kasih sayang yang
sebenarnya dari pengasuh bukan orang tua kandung. Hal ini terjadi karena
orang tua kurang tepat menempatkan rasa kasih sayangnya kepada anak. Untuk
lebih jelasnya peneliti,
Subjek peneliti 10 februari 2019 mewawancarai Ibu Pariyati, beliau
mengatakan :
Dalam keluarga kami kebutuhan anak itu sangat kami dahulukan,
meskipun orang tua harus berjuang dan bekerja keras untuk
mendapatkan apa yang anak kami inginkan. Hal tersebut kami lakukan
karena kalau tidak dipenuhi dia akan marah dan kecewa. Justru itu kami
sebagai orang tua yang sayang kepada anak-anak kami, mau tidak mau
harus kami penuhi terus apapun kemauanya. Kami juga sebenarnya
merasa keberatan jika hal itu terus berlangsung, jika yang diinginkan
bisa kami penuhi tidak masalah, akan tetapi jika ia meminta yang sukar
kami penuhi, kami juga bingung tentang hal itu. Kami juga melihat
perkembangan anak kami dengan pola relasi yang seperti ini, dia orang
yang menyerah dan berharap terus kepada orang sekitarnya, dan ia juga
tidak bisa mandiri. Jika ia masih usia 3 tahun tidak masalah bagi kami
karena orang tua berpikir anak belum mengerti akan semuanya, namun
sekarang usia nya sudah 5 tahun ke khawatiran kami akan kesulitan
untuk membangun relasi kepadanya dan kami tidak bisa
membayangkan bbagaimana kalau dia sudah besar/dewasa nanti.
Dari hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lokasi penelitian, dapat
disimpulkan, apabila anak terlalu sering dimanjakan dengan suatu hal misalnya
pembelian barang-barang yang disukai nya terlalu berlebihan. Maka ketika
anak beranjak besar/dewasa nanti, anak akan menjadi boomerang bagi kedua
orang tuanya, para orang tua akan sulit untuk mengarahkan/membangun
hubungan kepada anak-anaknya lagi, karena sejak kecil sudah biasa di
manjakan anak akan mudah menyerah dan berharap terus kepada orang lain.
Para orang tua menganggap kepentingan anak itu sangat penting, namun
kepentingan dalam bekerja pun lebih penting, hal ini di utamakan karena
kebutuhan materi akan bisa membuat anak tetap baik-baik saja, padahal
kenyataan yang terjadi bukan materi yang anak butuhkan tapi perhatian dan
kasih sayang secara penuh dari kedua orang tuanya.
d. Kurangnya perhatian orang tua
Orang tua adalah orang pertama kali dikenal anak, begitu anak lahir
kedunia yang pertama kali dilihat oleh anaknya adalah orang tuanya. Jika orang
tuanya berakhlak baik, insyaAllah anaknya juga akan memiliki akhlak yang
baik pula. Orang tua juga yang menjadi perantara anak untuk mengenal orang
sekitarnya, akibat dari kurangnya perhatian orang tua dalam membangun relasi
kepada anak-anaknya dapat menyebabkan hubungan anak dan orang tua
menjadi renggang. Perhatian orang tua itu merupakan kebutuhan yang sangat
mutlak dan sangat dibutuhkan oleh sang anak. karena usia anak-anak sangat
memerlukan seorang tokoh yang dijadikan panutan untuk dirinya. Kesibukan
orang tua membuat anak menjadikan pengasuh sebagai tokoh utama untuk
dirinya.
Subjek peneliti wawancara dengan pengasuh anak yang bernama Ibu
Yanti, mengatakan:
Kalau saya menganggap anak yang diasuh oleh saya itu seperti
anak kandung saya sendiri, perhatian dan kasih sayang akan saya
berikan. Kesibukan orang tua nya dalam bekerja membuat anak
kekurangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua kandung, mereka
sudah sepenuhnya mempercayakan saya untuk merawat dan menjaga
anak mereka.
Pengamatan peneliti di tempat penelitian ini, banyak orang tua
mengandalkan secara penuh tenaga dari pengasuh untuk merawat dan menjaga
anak mereka sehingga orang tua tidak merasa capek dan tidak ikut mengambil
alih untuk memenuhi kebutuhan anak mereka secara langsung, anak nangis
pengasuh yang di panggil dan orang tua hanya sibuk mengurus pekerjaanya
ketimbang mengurus anak. Mereka tidak memperdulikan bagaimana
seharusnya membangun hubungan yang baik dengan anak-anaknya sejak usia
dini agar kelak anak ketika besar/dewasa dapat menjaga dan merawat orang tua
dengan baik.
Pribadi orang tua yang acuh terhadap anak akan tertanam oleh anak,
sehingga ketika anak dewasa orang tua tidak bisa sepenuhnya menyalahkan
anak, jika anak menjadi acuh pula kepada orang tuanya. Dikarenakan semasa
kecil mereka tidak memberikan hak akan kasih sayang kepada anak serta
kewajiban menjaga dan merawat anak secara penuh.
Subjek peneliti 14 februari 2019 kepada Bapak Satorik, beliau
mengatakan:
Saya sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak
saya, kami sudah membangun relasi kepada anak dengan baik walaupun
belum sepenuhnya, tetapi kami selalu mengarahkan anak untuk tahu
mana yang baik dan mana yang buruk. Kami rasa sudah terjalin
hubungan orang tua dan anak, namun dikarenakan kami juga terlau
sibuk dan jarang berada dirumah, sehingga anak-anak kami merasa
kurang mendapatkan perhatian dan mereka banyak menghabiskan
waktu bermain didepan televisi. Maklumlah saya kadang-kadang
pulang malam sibuk dengan pekerjaan.
Subjek peneliti 17 februari 2019 Hal yang sama dikatakan juga oleh Ibu
Ririn:
Anak saya memang lebih dekat dengan pengasuh ketimbang saya,
saya maklumi saja karena saya sibuk dalam bekerja. Akan tetapi ketika
saya ada waktu kosong saya akan mengajak anak saya bermain
menyuapkan makanan untuk nya agar hubungan saya dan anak ettap
terjalin, meskipun belum begitu maksimal saya akan terus berusaha.
Seandainya saya dan suami banyak waktu di rumah tentu anak-anak
kami tidak begini jadinya, kami juga menyadari kewajiban orang tua
dalam mendidik dan membnagun hubungan kepada anak agar anak
tidak haus akan perhatian orang lain, kesibukan saya menjadi hambatan
nya untuk saya bisa memberikan perhatian penuh kepada anak
Dari hasil wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kurangnya
perhatian orang tua terutama membangun relasi kepada anak disebabkan
kesibukan orang tua mereka. Para orang tua tidak memiliki waktu banyak
untuk berkomunikasi dan memberikan perhatian pada anak-anaknya.
Memberikan pendidikan dan membangun relasi kepada anak merupakan
dasar dan sangat mendasar untuk orang tua tahu pertumbuhan dan
perkembangan anak-anaknya. Masa tumbuh kembang yng baik akan
menentukan kebaikan anak di masa depan nya, apa yang tertanam saat masa
tumbuh kembang anak akan melekat sampai anak tumbuh besar/dewasa.
Sebagian orang tua ada yang beranggapan membangun relasi kepada anak
bisa terjadi diselah-selah waktu kosong saat orang tua tidak sibuk bekerja,
mereka anggap sebuah hubungan bisa terjalin hanya dengan sekali-kali dapat
jalan dan liburan bersama anak ke tempat wisata.
Observasi peneliti pada masa riset, sebagian orang tua berpikiran bahwa
membangun relasi ekpada anak tidak terlalu penting, mereka mengukur
kehidupan ini dengan materi semata sehingga sangat khawatir bila masa depan
anaknya kekurangan materi, mereka tidak khawatir proses tumbuh kembang
anak menjadi tidk sempurna tanpa adanya hubungan erat antara orang tua dan
anak. Memang dengan materi kita bisa hidup di dalam dunia ini, serta bisa
mnejalankan perintah-perintah Allah SWT. Tapi bagi mereka yang hanya
mementingkan materi saja tentu mereka tidak menyadari tujuan anugerah
rezeki yang diberikan oleh yang maha kuasa. Bagi mereka yang tidak adanya
pedoman yang kuat serta iman yang kokoh kebimbangan memaknai bahwa
anak adalah amanah yang harus dijaga dan dirawat dengan baik.
Dari hasil wawancara dan observasi di atas peneliti bisa menyimpulkan
bahwa kurangnya perhatian orang tua dalam membangun relasi kepada anak
sangat besar sekali pengaruhnya. Hal ini juga salah satu kendala/hambatan
anak-anak mendapat relasi yang baik dari orang tua di Desa Kampung Baru.
e. faktor ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan faktor yang menyebabkan sulitnya orang
tua dalam membangun relasi kepada anak-anaknya, peneliti teringat hadist
nabi; “Hampir-hampir saja kefakiran/kemiskinan itu menyebabkan kekufuran”
untuk lebih jelasnya sejauh mana faktor ekonomi mempengaruhi orang tua
dalam membangun relasi kepada anak-anak mereka.
Subjek peneliti 18 februari 2019 wawancara peneliti dengan bapak
Sartono Kepala Desa Kampung Baru beliau mengungkapkan kepada
peneliti sebagai berikut:
Menurut pengamatan kami, bahwa diantara faktor penghambat
orang tua dalam membangun relasi kepada anak karena orang tua
yang selalu sibuk dengan pekerjaanya masing-masing, sehingga
mereka kurang memperhatikan serta mengontrol anak-anaknya.
Subjek peneliti 18 februari 2019 mewawancarai istri Kepala Desa
Kampung Baru, beliau mengemukakan kepada peneliti melalui
wawancara sebagai berikut:
Menurut pengamatan kami, diantara faktor yang menghambat
orang tua dalam membangun relasi kepada anak disebabkan karena
kurangnya perhatian orang tua dalam mengawasi anak-anaknya, orang
tua selalu sibuk dengan pekerjaanya. Apalagi pekerja keras seperti
bangunan rik pertamina yang harus bekerja selama 10 hari berturut-
turut menginap di tempat kerjanya dan selama itu juga tidak bertemu
dengan anak, sehingga minim sekali waktu untuk membangun
hubungan erat dengan anak serta sangat sulit memperhatikan tumbuh
kembang anak dengan baik.
Subjek peneliti 20 februari 2019 wawancarai Bapak Amir:
Kesibukan kerja akhirnya tidak dapat memperhatikan anak-anak
kami, maklumlah kami sebagai pekerja bangunan yang selalu bekerja
keras dan pulangnya tidak menentu.
Subjek peneliti 20 februari 2019 mewawancarai Bapak Anwar selaku
Ketua RT 02 Desa Kampung Baru, kepada peneliti ia mengungkapkan:
Anak saya sekarang sudah pintar memprotes kalau saya pulang
kerja larut malam, sebenarnya saya sedih melihatnya tiap hari
menunggu kepulangan saya hanya untuk sekedar mengajak saya
bermain bersama nya. Namun saat pulang kerja anak saya sudah tidur,
ketika bangun pagi saya sudah berangkat kerja istri juga sibuk dengan
berdagang di warung kecil yang kami punya. Dan anak selalu bersama
dengan bibik nya adik saya yang sudah lulus kuliah dan saat ini belum
bekerja, dia yang sehari-hari menjaga anak saya.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Anwar tersebut, dimana
keterangan yang didapati memang anak kurang mendapatkanperhatian
dari orang tua mereka, sebab orang tua mereka memiliki kesibukan
mancari nafkah sehari penuh, sehingga orang tua tidak sempat untuk
dapat membangun relasi dan memperhatikan tumbuh kembang anak
nya.
Subjek peneliti 20 februari 2019 mewawancarai lagi Kepala RT 03 Desa
Kampung Baru, Beliau mengemukakan kepada peneliti sebagai berikut:
Saya selaku ketua RT di sini, menyikapi faktor penghambat orang
tua dalam membangun relasi kepada anak, karena para orang tua
kurang waktu untuk memperhatikan tumbuh kembang anak sehari-
hari. Orang tua selalu sibuk dengan pekerjaannya.
Hasil pengamatan peneliti dimasa riset, terlihat memang benar bahwa
diantara faktor yang menghambat orang tua dalam membangun relasi kepada
anak, itu disebabkan karena faktor keluarga yaitu para orang tua atau
keluarganya yang kurang memperhatikan anak karena di sibukkan mencari
kebutuhan hidup.
Setelah peneliti mewawancarai, Kepala Desa, Ketua RT, Masyarakat dan
Orang Tua. Peneliti pahami bahwa di Desa Kmapung Baru ini, para orang
tuanya boleh dikatakan sebagian mengalami tingkat ekonomi yang rendah,
sehingga mereka peras keringat banting tulang bekerja, pergi pagi ulang malam
dan hal ini membuat hubungan anak dan orang tua tidak terjalin dengan baik.
3. Upaya orang tua untuk mencapai relasi yang baik terhadap anak di Desa
Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari
Peranan orang tua sangat Dominan sekali dalam membina, mendidik dan
memperhatikan anak dalam membangun relasi kepada anak secara baik, orang
tua berkewajiban memenuhi kebutuhan hidup anak dalam proses tumbuh
kembangnya. Orang tua juga dituntut untuk memberikan hak akan kasih
sayang secara penuh kepada anak, dalam mengarahkan dan memperhatikan
perkembangan dari usia dini sampai besar/dewasa.
Untuk itu upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam membangun relasi
kepada anak di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten
Batanghari adalah:
a. Memberikan Waktu untuk anak
Orang tua adalah manusia yang paling berjasa bagi setiap anak, semenjak
awal kelahirannya di muka bumi setiap anak melibatkan peran penting orang
tuanya seperti peran mendidik dan menumbuhkan kembangkan anak dengan
baik. peran tersebut bukan hanya kewajiban bagi orang tua, tetapi juga menjadi
kebutuhan bagi orang tua untuk selalu bisa menjalin hubungan yang erat
dengan anak secara lahir dan batin. Orang tua dititipkan amanah paling
berharga yaitu seorang anak dari Allah SWT, yang seharusnya dilindungi
dirawat dan dijaga dengan sebaik-baiknya. Orang tua tidak hanya berkewajiban
menafkahi anak-anaknya akan tetapi memberikan pendidikan serta
membangun relasi merupakan kewajiban bagi orang tua, orang tua tidak cukup
memenuhi kebutuhan materi anak saja karena yang sebenarnya yang anak
sangat butuhkan adalah kehadiran kedua orang tuanya.
Bila orang tua mampu mengatur waktu antara bekerja dan mengurus anak
dengan baik maka hubungan orang tua dan anak akan sangat erat. Orang tua
akan memahami proses tumbuh kembang anak. Memenuhi kebutuhan kasih
sayang anak, dan yang paling utama orang tua dengan anak semaksimal
mungkin memiliki komunikasi yang baik. Upaya yang dilakukan orang tua
untuk membangun relasi kepada anak diantaranya adalah memberikan waktu
untuk bermain bersama dengan anaknya.
Subjek peneliti 23 februari 2019 wawancara dengan salah satu orang tua
yang bernama Siti:
Upaya yang saya lakukan agar anak saya mendapatkan perhatian
adalah mengajak anak untuk bermain bersama setelah saya pulang
bekerja menonton televisi kartun kesukaan nya, menceritakan kisah-
kisah putri duyung dan putri-putri salju. Karena kebetulan anak saya
perempuan jadi sangat menyukai cerita-cerita yang seperti ini. Saat
libur bekerja saya meluangkan waktu untuk bisa mengganti waktu
kebersamaan bersama anak yang hilang selama saya sibuk dalam
bekerja dan saya memiliki kegiatan rutin bersama anak, seperti
mengajak nya untuk membantu saya dalam masak walaupun anak saya
masih suka mengacak-acak saya biarkan saja asalkan dia merasa
senang dengan aktifitas nya, semaksimal mungkin akan saya ajak dalam
melakukan kegiatan dirumah karena seperti inilah cara saya
meluangkan waktu untuk anak.
Subjek peneliti 23 februari 2019 wawancara dengan Bapak ST yang
mengatakan:
Upaya yang saya lakukan untuk bisa memberikan waktu disaat
sibuk dalam bekerja, saya selalu mengajak nya untuk berjalan-jalan di
luar rumah dan membelikan semua yang dia inginkan. Dengan cara
seperti itu saya merasa anak saya jadi senang walaupun seharian di
tinggal dalam bekerja. Memanfaatkan waktu yang sebaik-baiknya untuk
anak, saya bekerja dan mencari uang ini semua untuk anak bukan
untuk saya, jadi jika anak senang saya akan merasa sangat senang.
Pengamatan peneliti semasa riset, berlangsung memang sebagian besar
orang tua yang sibuk dalam bekerja meluangkan waktunya untuk bisa bersama
anak membangun hubungan yang baik dengan anak, walaupun tidak
sepenuhnya berada dirumah dan mengawasi anak seperti orang tua yang
memang bertugas hanya menjadi ibu rumah tangga tentu anak menjadi pusat
perhatian nomor satu untuknya. Ada hal yang terlihat saat itu ketika pulang
bekerja seorang ibu menghampiri anak nya yang lagi di gendong dengan
seorang pengasuh, dia langsung memeluk anak nya dengan pelukan yang
sangat erat. Sepertinya dia tidak merasakan lelah bekerja saat pulang melihat
anak nya bisa tertawa dan tersenyum.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa hubungan orang tua
dan anak itu sangtlah penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,
sebaik apapun pengasuh atau baby sister memberikan relasi namun tetaplah
orang tua kandung yang memliki peran utama untuk kebaikan diri anak
kedepan nya. Selain itu membangun relasi kepada anak juga menjadi dasar
bagi perkembangan anak agar anak tetap berada di dalam pengawasan orang
tua, dan menjadi landasan untuk membentuk kepribadian yang baik kepada
orang-orang sekitar nya. Agar anak mampu untuk peka terhadap lingkungan
sekitar, bisa beradaptasi dengan baik ketika bertemu dengan orang baru hal
inilah yang harus orang tua bangun disaat anak pada masa perkembangan dan
pertumbuhan. Sibuk nya orang tua bekerja pada saat ini, akan menimbulkan
penyesalan di kemudian hari. Oleh karena itu meluangkan waktu untuk
membangun relasi kepada anak sangat diharapkan.
Seorang anak sangat suka jika diberikan sesuatu seperti mainan atau
makanan yang anak sukai, anak yang sering mendapat mainan akan terus
merasa senang dan merasa mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Kesibukan orang tua dalam bekerja membuat anak merasa tidak di perhatikan,
dengan sebuah hadiah anak akan merasa bahwa orang tua nyamemperdulikan
dirinya walaupun sibuk dalam bekerja.
Selanjutnya bagi anak yang seringkali di tinggal bekerja oleh orang tua
nya, dan tidak pernah mendapatkan sebuah hadiah kecil dari orang tuanya hal
ini tentu akan berpengaruh pada perkembangan sosial emosional anak, anak
akan menjadi egois mudah marah dan merasa bahwa orang tua nya memang
tidaklah sayang terhadap dirinya, anak merasa tidak diperdulikan. Maka dariitu
sesekali memberikan hadiah kepada anak itu aka nada dampak positif nya juga
bagi perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut.
Subjek peneliti 24 februari 2019 yang dikemukakan Bapak Reza:
Anak senantiasa butuh pujian, sanjungan serta hadiah supaay ia
merasa bahwahsahnya orang tua saya sibuk bekerja akan tetapi tetap
memperhatikan dan memberikan kasih sayang secara penuh. Terlebih
lagi bagi anak yang masih pada masa perkembangan, misalnya anak
baru belajar jalan agar anak semangat maka saya akan berikan dia
mainan yang bagus, dengan mengatakan hal itu anak menjadi semangat
untuk belajar jalan.
Subjek peneliti 24 februari 2019 mewawancarai Bapak Ahmad:
Agar anak saya mendapatkan perhatian dari saya, maka setiap kali
saya gajian saya akan memberikan nya mainan baru seperti mobil-
mobilan dan robot yang harganya mahal agar anak merasa senang. Saya
tidak memikirkan uang saya akan habis yang terpenting adalah
kebahagiaan untuk anak saya, tapi bila dia memaksa untuk membeli
mainan disaat saya tidak ada uang maka saya hanya bisa menjajanjikan
kepadanya.
Subjek peneliti 24 februari 2019 mewawancarai Ibu Ranti:
Saya orang tua yang sangat sayang sekali terhadap anak, keinginan
anak apapun akan saya turuti selama hal itu masih positif, Dan untuk
sebuah hadiah sudah banyak sekali saya belikan untuk anak saya itu.
Pernah waktu itu kami sedang berjalan-jalan ke luar kota, anak saya
ingin sekali membeli mainan yang harganya mahal dan dia meminta
nya sampai menangis, melihat hal itu saya merasa tidak tega dan
akhirnya saya langsung membelikan nya sungguh senang sekali dia
langsung melompat kegirangan.
Hasil pengamatan peneliti di beberapa rumah yang ada di Desa Kampung
Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari, terlihat anak yang diberikan
uang jajan saat di tinggal orang tua bekerja dan anak diberikan gadget yang
seharusnya belum pas jika diberikan ke anak usia 4 tahun, hal ini pasti nanti
akan berdampak besar ke depan nya.anak akan menjadi terbiasa bermain gadget
ini aat orang tua bekerja, mainan-mainan yang dibelikan mahal-mahal pada
kenyataan nya terkalahkan oleh gadget yang orang tua berikan. Hadiah yang
bermanfaat seperti menyusun huruf dan angka yang lebih bergunan untuk anak
seharusnya inilah yang orang tua kasih, kebanyakan orang tua hanya
memikirkan kebahagiaan anak pada saat itu saja dan tidak memikirkan dampak
yang terjadi kedepan nya.
Memberikan hadiah memang bisa menjadi salah satu upaya yang orang tua
lakukan dalam membnagun relasi keppada anak, namun pemilihan hadiah
tersebut harus diperhatikan dengan baik oleh orang tua. Agar hadiah yang orang
tua berikan tidak menjerumuskan anak ke lubang yang salah, pengetahuan orang
tua tentang pemberian hadiah kepada anak masih sangat lemah. Dan hal ini
sangat tidak konstruktif bagi pengembangan kepribadian anak.
Dari hasil wawancara di atas sesuai dengan hasil pengamatan peneliti,
dimana ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua agar anak
mendapatkan hadiah atau sebua mainan yang mengandung manfaat baik bagi
anak, dan memberikan hadiah tidak sesering mungkin kepada anak agar suatu
saat anak tidak selalu menuntut hadiah dan hadiah, berikan penjelsan yang dapat
anak mengerti dan pahami.
b. Berpartisipasi dalam kehidupan anak
Kewajiban orang tua membangun relasi kepada anak agar anak
mendapatkan hak, kesadaran bahwa diri mereka memiliki keterbatasan untuk
membangun relasi secara penuh kepada anak karena terhalang dengan kesibukan
bekerja. Keterbatasan orang tua telah mengharuskannya untuk bekerja sama
dengan berbagai pihak khususnya dengan pengasuh anak mereka, karena yang
memegang peran kedua adalah pengasuh yang selalu memperhatikan setiap
kebutuhan anak saat orang tua sibuk dalam bekerja.
Upaya yang dilakukan orang tua untuk memperbaiki hubungan dengan
anak melalui interaksi yang sesuai dengan usianya, orang tua memberi pelajaran
dan bermain sesuai tingkat kemampuan anak, selain memperhatikan segala
aktifitas yang anak lakukan orang tua juga ikut berperan langsung dalam
menjalin hubungan kepada anak. Untuk mengetahui kegiatan yang sering orang
tua lakukan bersama anak, peneliti mewawancarai beberapa responden dibawah
ini.
Subjek peneliti 25 februari 2019 wawancara dengan Ibu Jumiarsih
selaku Ibu RT 04 Desa Kampung Baru Bajubang:
Desa Kampung Baru ini rata-rata orang tua menitipkan anak nya
kepada pengasuh atau orang terdekat di keluarganya, alasan mereka:
a).kurang/tidak ada waktu untuk mengasuh anaknya
b). kesibukan orang tua dalam bekerja
c). kurangnya pengetahuan orang tua tentang penting nya mengurus
anak sendiri.
Subjek peneliti 25 februari 2019 mewawancarai Ibu Sumiarti kepada
peneliti ia mengatakan:
Saya sebenarnya ingin mengurus sendiri anak-anak di rumah,
karena apabila saya mengasuh dan mengurus segala kebutuhan nya
maka hubungan relasi itu akan terjalin dengan baik anatara saya dan
anak. Tentu saya bisa lebih dekat dengan anak dibandingkan pengasuh
anak saya itu, terkadang saya merasa sedih kalau melihat anak lebih
dekat dengan pengasuh. Untuk bisa mengambil alih perhatian anak
saya, maka saya mengupayakan untuk bisa berinteraksi sering-sering
dengan anak, hal itu saya lakukan dari hal kecilnya. Misalkan saya
cepat pulang dalam bekerja saya akan memandikan nya di sore hari, dan
mengajak nya untuk bermain dan bersantai di dekat taman rumah saya.
Subjek peneliti 02 maret 2019 mewawancarai juga Bapak Wisnu
seorang kepala sekolah dasar di Desa Kampung Baru:
Pada umumnya anak-anak akan lebih merasa senang jika orang tua
selalu berada di dekatnya mengajaknya bermain, bercanda dan
memberikan perhatian secara terus-menerus. Namun sebagai orang tua
kebutuhan untuk anak adalah yang terpenting, bekerja keras untuk
menghidupi anak- anaknya akan orang tua lakukan. Bukan nya tidak
ingin mengasuh anak sendiri namun kondisi yang seperti ini memang
sulit untuk di pilih pekerjaan yang punya peran penting dalam tumbuh
kembang anak. Hal ini disebabkan karena kasih sayang dan kedekatan
orang tua, sering kali membuat orang tua kesulitan mengambil sikap
tegas maka dari itu mau tak mau menitipkan anak nya kepada orang lain
yang menjadi solusi.
Observasi peneliti di lokasi, rata-rata orang tua menitipkan anaknya
kepada pengasuh dan sangat sedikit waktu untuk mengajak anak
berkomunikasi tentang kegiatan-kegiatan yang anak lakukan. Orang tua kurang
berpartisipasi dalam mengurus dan menjaga anak secara langsung maka dari itu
menitipkan anak kepada pengasuh atau keluarga terdekat menjadi salah satu
solusi bagi orang tua dalam berpartisipasi membangun relasi. Sebagaimana
sudah dijelaskan pada bagian seblumnya bahwa orang tua dalam kesibukannya
bekerja sangat sulit mengatur waktu untuk memperhatikan segala bentuk
kegiatan yang anak lakukan dirumah, maka tidak ada pilihan kecuali
menitipkan anak mereka kepada pengasuh dirumah.
Selain menitipkan anak kepada pengasuh sebagian orang tua juga
melibatkan anak secara langsung untuk membangun relasi yang baik, orang tua
seringkali membawa anak untuk berpartisipasi kedalam pekerjaan yang orang
tua lakukan. Tentu hal ini dilakukan atas dasar anak senang untuk diajak ke
tempat bekerja, dan usia anak sudah bisa mengerti urusan yang orang tua
lakukan. Misalnya tidak sering menangis lagi dan sudah terbiasa bermain
sendiri, jadi orang tua tidak terlalu repot jika anak diajak ke tempat bekerja.
Subjek peneliti 02 maret 2019 wawancara dengan Ibu Susi seorang guru
Sekolah Menengah Atas:
Adapun alasan saya membawa anak saya ketika mengajar adalah
karena saya tidak ingin kehilangan kesempatan untuk memperhatikan
tumbuh kembang anak, meskipun kurang maksimal usaha yang saya
lakukan ini namun anak tetap merasa senang dan bisa saya kontrol
dengan baik, apalagi di tempat saya mengajar boleh membawa anak.
Sebelumnya saya sudah mengatakan langsung kepada anak mau ikut
saya atau tinggal dirumah bersama neneknya, dan anak saya memilih
untuk ikut.
Subjek peneliti 02 maret 2019 mewawancarai juga Ibu Wati ia
berprofesi sebagai Bidan mengatakan:
Pada umumnya semua anak-anak pasti akan merasa keberetan jika
harus ditinggalkan dirumah ketika saya dan suami sibuk dalam bekerja,
saat usianya masih dibawah satu tahun anak belum mengerti jika di
tinggal bekerja. Sejak usia nya di atas satu tahun anak sudah mulai
protes ketika ayah dan ibu nya pergi,namun saya terus memberikan
pengertian kepadanya bahwa ayah dan ibu bekerja untuk membeli susu
dan mainan. Seringkali saya juga mendengarkan pendapatnya jika
menginginkan saya untuk tetap dirumah kejadian ini misalnya saat
anak saya sakit, maka saya akan mengambil cuti untuk mengurus
anak dirumah.
Observasi peneliti di lokasi penelitian, rata-rata para orang tua sedikit
mendengarkan apa yang anak inginkan. Ketika anak menginginkan orang tua
untuk selalu berada dirumah dan berenti bekerja, orang tua terus memberi
alasan mencari uang untuk membeli susu dan lain sebagainya. Sehingga
keinginan anak tadi tidak dipenuhi dengan maksimal oleh orang tua, hal ini
yang sering klai membuat anak menjadi kecewa.
Lingkungan berperan penting untuk perkembangan anak, dalam
membangun relasi kepada anak orang tua tidak hanya mendekatkan diri anak
hanya kepada orang-orang inti dalam keluarga saja akan tetapi lingkungan
tempat tinggal anak juga harus dikenalkan oleh orang tua, agar anak tidak
menjadi orang yang acuh/cuek pada lingkungannya. Lingkungan akan berperan
dalam membentuk kepribadian anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi
dengan orang-orang baru nantinya ketika anak beranjak dewasa.
Sehingga anak dapat terbiasa dengan orang-orang sekitar maka upaya
yang orang tua lakukan adalah memberikan pembiasaan yang baik kepada anak,
untuk mengenalkan anak perlunya berkomunikasi dan bermain bersama dengan
orang-orang sekitar. Baik yang orang tua lakukan dalam bertetangga jika orang
tua seringkali mencontohkan adanya persaudaraan dengan tetangga, seperti
memberikan makanan untuk tetangga. Hal-hal kecil ini pasti anak perhatikan dan
akan ditirunya, karena apapun yang orang tua lakukan tugas anak adalah
merekam semuanya sehingga apa yang akan diperbuat nya ketika dewasa semua
itu adalah hasil dari rekaman nya sewaktu kecil, dan semua itu orang tua yang
menanamkan pada diri anak.
Subjek peneliti 03 maret 2019 Wawancara dengan Bapak Hengki
seorang pengusaha yang sukses:
Pembiasaan yang sering saya lakukan untuk memberikan contoh
yang baik pada anak saya adalah dengan mengajaknya untuk bisa
beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal kami, ketika pulang
kerja saya sering mengajak anak berjalan-jalan di sore hari kerumah
tetangga dan terkadang saya ajak ke tempat usaha saya, yaitu menjual
bakso. Karyawan yang berada di toko saya itu memang banyak jadi
anak saya akan mulai mengenal orang sekitarnya secara perlahan.
Saat awal-awal saat ajak ke toko anak seringkali menangis minta
pulang kerumah, namun saya berupaya untuk mendiamkan berusaha
membujuknya lama-kelamaan anak mulai merasa nyaman berada di
dekat orang-orang rame.
Subjek peneliti 05 maret 2019 wawancara dengan Bapak Tono salah
satu karyawan Bapak Hengki ia mengatakan:
Kebetulan anak saya seumuran dengan anak bos saya, jadi sering
saya ajak anak saya kerumah bos saya, dan saya turut mengajak istri
saya. Saya seringkali mengajarkan anak saya untuk bisa beradaptasi
dengan orang sekitar agar anak tidak merasa takut dan saya sering
mengajaknya ke tempat-tempat yang anak sukai seperti taman
bermain, karena disitu banyak sekali anak-anak yang seumuran
dengannya. Ketika anak bermain saya memperhatikan bahwa ada
komunikasi antara anak saya dengan anak-anak yang berada di taman
itu, yang akhirnya mereka bermain bersama tertawa dan lari-larian
bahkan ketika waktu sudah sangat sore saat saya mengajak anak
untuk pulang dia menolak hal ini terjadi karena anak saya sudah
merasa nyaman dan asik bermain dengan orang-orang disekitarnya.
Subjek peneliti 06 maret 2019 wawancara dengan Bapak Dedi:
Saya rasa anak tidak perlu mengenal lingkungan sekitarnya karena
nanti hanya akan berpengaruh buruk pada anak saya, apalagi sekarang
ini pergaulan anak-anak sudah banyak yang menyimpang. Saya lebih
merasa aman jika anak berada dn bermain di rumah saja, karena yang
di dapatkan anak tentu hal-hal yang baik saja. Kalau anak saya biarkan
bermain diluar bersama orang-orang asing justru akan membuat anak
saya menjadi nakal dan tidak mau nurut dengan orang tuanya.
Pengamatan peneliti pada saat riset, sebagian orang tua di Desa Kampung
Baru masih banyak sekali orang tua yang acuh/cuek dengan lingkungan sekitar
tempat tinggalnya. Bahkan orang tua yang sibuk dalam bekerja ini seringkali
menitipkan pesan kepada pengasuh agar tidak membawa anak keluar dari
rumah, orang tua lebih memilih untuk membiarkan anak bermain sendirian dan
diawasi oleh pengasuh dirumah. Hal ini orang tua lakukan karena takut kalau
anak nanti akan mendapat sikap buruk dari teman-temanya. Namun ada juga
orang tua yang memberikan kebebasan kepada anak untuk bermain diluar
bersama dengan teman seumurannya.
Anak-anak pada usia 2-6 tahun sangat begitu suka bereksperimen dengan
hal-hal yang baru, hal-hal yang baru itu akan membuat daya imajinasi dan
pengetahuan anak bertambah. Akan tetapi jika orang tua melarang ini dan itu
kepada anak semasa proses tumbuh kembangnya, justru akan menghambat
pengetahuan anak bertambah. Suatu hubungan yang dibangun dari bermain
bersama dan berdaptasi dnegan lingkungan sekitar adalah satu bentuk upaya
yang orang tua lakukan untuk membangun relasi kepada anak di sela
kesibukannya dalam bekerja.
Keputusan yang orang tua lakukan dalam hal melarang anak untuk
bermain diluar dan mengenal lingkungan sekitar, akan membangun suatu
hubungan yang acuh/cuek. Anak akan terbiasa berada di zona aman tanpa
mengenal zona bahaya yang akan membuat proses tumbuh kembangnya
menjadi baik. Suatu kesalahan yang anak lakukan di lingkungan akan
membentuk anak untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab, misalnya
ketika anak bermain bersama temannya mereka berebutan mainan dan mainan
itu menjadi rusak salah satu anak akan menangis dan memberitahu kejadian itu
kepada orang tuanya. Sikap yang orang tua ambil disini ialah memberi
pelajaran kepada anak untuk bisa sama-sama berbagi mainan, menjaga mainan
tersebut dan menanamkan rasa empati jika salah maka harus meminta maaf
terhadap teman.
Dalam hal membangun relasi bukan hanya orang tua yang berperan,
namun lingkungan sekitar juga memiliki peran anak akan belajar banyak dari
lingkungan sekitarnya. Ketika orang tua sibuk dalam bekerja dan anak hanya di
bolehkan dirumah maka orang tua sudah mengambil sikap yang salah, orang
tua harus tau bahwa kebutuhan anak dalam bermain dan beradaptasi itu
penting. Pengawasan yang orang tua lakukan jika terlalu memanjakan anak
akan berakibat fatal dimasa depan anak. Hal-hal yang seharusnya orang tua
lakukan adalah terus berupaya untuk membuat tumbuh kembang anak berjalan
dengan baik, memberi waktu untuk anak agar bisa mengenal orang-orang
sekitar.
Dari beberapa wawancara di atas, dapat diambil pengertian bahwa relasi
yang orang tua bangun itu sangat penting dan dapat berpengaruh pada masa
perkembangan serta tumbuh kembang anak. Waktu itu sangat berharga dan
tidak dapat di ulang kembai dimasa orang tua inginkan, jika masa
perkembangan nya telah terlewatkan hanya sikap dan segala bentuk
pengasuhan yang salah yang nanti akan orang tua perbaiki. Hal ini terjadi
sebab kesibukan orang tua dalam bekerja, mementingkan materi dibandingkan
mengasuh anak. Cobalah untuk memulai dari hal yang kecil, misalnya
memandikan anak dan menemani anak ketika hendak tidur, serta tanyakan
aktifitas yang anak lakukan ketika orang tua bekerja. Berikan kepada anak
perhatian walaupun orang tua sibuk dalam bekerja, buat anak merasa di kasihi
dan disayangi oleh kedua orang tuanya. Sebuah hubungan yang baik akan
membuat anak merasa nyaman dan aman berada di lingkungan sekitar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan dalam bab-bab terdahulu,
dapatlah disimpulkan sebagai berikut:
1. Hubungan orang tua yang sibuk dalam bekerja kepada anak di Desa
Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari, pemenuhan
waktu yang orang tua berikan kepada anak belum maksimal hal ini
terlihat dari kesibukan orang tua dalam bekerja seringkali ketika sampai
di rumah anak sudah lelah dan tidur. Aktifitas anak hanya dilakukan
bersama dengan pengasuh dirumah, hal-hal kecil tentang merawat anak
belum sepenuhnya orang tua lakukan. Orang tua memberi hak asuhnya
kepada pengasuh atau orang terdekat yang dipercaya untuk merawat
anaknya, hubungan antara anak dan orang tua tak begitu erat. Anak
kekurangan akan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya,
kurangnya kesadaran orang tua bahwa hubungan orang tua dan anak
sangatlah penting dibangun sejak usia dini.
2. Kendala dan Hambatan yang orang tua hadapi dalam membangun relasi
kepada anak di Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten
Batanghari, kurangnya kerja sama antara ayah dan ibu dan orang tua
serta pengasuh serta kesibukan orang tua dalam bekerja dan kurangnya
faktor ekonomi yang membuat anak harus ditinggalkan terlebih lagi
orang tua yang terlalu memanjakan anaknya. Sehingga apapun keinginan
anak di belikan tanpa ada batasan atau pengertian yang orang tua berikan
kepada anak, orang tua hanya memperhatikan bahwa anak senang dan
bahagia jika dibelikan mainan yang banyak. Pemenuhan kasih sayang
anak terhambat dengan waktu yang sangat sedikit diberikan oleh orang
tua, anak menjadi lebih dekat dengan pengasuh dibandingkan dengan
orang tua kandung.
3. Upaya yang orang tua lakukan dalam membangun relasi kepada anak di
Desa Kampung Baru Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari,
upaya-upaya yang dapat dilakukan orang tua diantaranya adalah:
memberikan waktu untuk anak, beradaptasi dengan kehidupan anak,
mengenalkan anak dengan lingkungan sekitar dan mengajarkan anak cara
untuk perduli dengan orang-orang baru.
B. Saran-saran
Saran-saran yang dapat diberikan berkenaan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kepada para orang tua agar lebih memahami lagi tentang tugas dan
kewajiban sebagai orang tua. Apa yang seharusnya diberikan untuk anak-
anak kita terutama dalam menghadapi zaman sekarang ini. Orang tua
juga harus faham tentang tanggung jawab kita terhadap amanah Allah ini.
Tanggung jawab anak tidak hanya sebatas di dunia saja namun akan
dimintai pertanggung jawabannya juga di akhirat nanti. Hubungan orang
tua harus terjalin baik sampai anak dewasa nanti, pemberian kasih sayang
dan perhatian dari orang tua adalah hak anak yang harus dipenuhi.
2. Kepada anak-anak penerus bangsa agar bisa terus berbakti kepada kedua
orang tua, sesibuk apapun orang tua dalam bekerja semua ia lakukan
demi untuk anak-anaknya. Orang tua menginginkan kebutuhan anak
dapat terpenuhi dan segala yang anak inginkan dapat orang tua berikan.
Anak harus bisa mengerti akan keadaan orang tuanya, bahwa yang orang
tua lakukan sebenarnya adalah bentuk rasa sayang kepada anak.
3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan bisa untuk mengembangkan
pengetahuan pola relasi orang tua kepada anak dengan memberikan
pengetahua-pengetahuan proses tumbuh kembang anak yang baik. Serta
memberikan edukasi kepada para orang tua seperti adanya penerapan
program parenting, seminar dan workshop tentang pola relasi orang tua
kepada anak.
Dengan mengucapkan Alhamdulilah tuntaslah penulisan skripsi ini. Untuk
mengakhiri tulisan ini, maka tiada kata yang dapat peneliti ucapkan selain Puji
Syukur kehadirat Allah SWT, seraya mengucapkan terimakasih atas segala
bantuan semua pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang sangat sederhana ini tentu masih sangat jauh dari
kesempurnaan sebagai suatu karya ilmiah, namun peneliti menyadari semuanya
dikarenakan keterbatasan kemampuan peneliti, terutama dalam segi ilmu
pengetahuan mencari data serta mengelola dan mengungkapkannya secara
efektif dan sistematis.
Maka dari itu dengan segala kerendahan hati dan kelapangan dada peneliti
mohon tegur sapa dari pembaca terutama kepada pihak pembimbing peneliti
mohon bimbingannya demi sempurnanya skripsi ini.
Demikianlah hasil riset yang dapat peneliti ungkapkan dalam sebuah karya
ilmiah yang wujudya berupa skripsi ini, mudah-mudahan kehadirannya
membawa manfaat bagi kepentingan agama, nusa, bangsa dan Negara dan
terkhususnya bagi masyarakat Desa Kampung Baru.
Akhirnya kepada Allah SWT peneliti berserah diri, karena tiada daya dan
upaya melainkan atas izin dan ridha-Nya, semoga karya ini menjadi amal
ibadah bagi peneliti dan kiranya senantiasa mendapatkan keridhaan dari Yang
Maha Kuasa, Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalam mu’alaikum,Wr.Wb
PEDOMAN INSTRUMEN OBSERVASI
Hari/Tanggal :
Anak :
Orang Tua :
Pekerjaan :
No Indikator Hal yang diamati Keterangan
1. Pola Relasi
Diktaktor
Orang tua memberikan sikap
penekanan kepada anak
Orang tua menuntut kepatuhan
anak dalam melakukan aktivitas
Orang tua berbicara dengan kasar
terhadap anak
Orang tua berkuasa atas diri anak
2. Pola Relasi Apatis Orang tua tidak perduli terhadap
kegiatan yang anak lakukan
Orang tua mementingkan dirinya
sendiri
Orang tua dan anak tidak memiiki
komunikasi yang baik
Antara orang tua dan anak terjadi
tenggang rasa
3. Pola Relasi
Kooperatif
Adanya hubungan persahabatan
antara orang tua dan anak
Orang tua memiliki sifat
menghargai pendapat anak
Orang tua mengikuti keinginan
anak
Orang tua memiliki jalinan
komunikasi yang baik
4. Pola Relasi Tidak
Menentu (Mudah
berubah)
Hubungan orang tua dan anak
terjadi tergantung dengan situasi
Orang tua bersifat tidak konsisten
Orang tua tidak membangun
kemandirian dan kedisplinan
kepada anak
Sikap orang tua menimbulkan
permasalahan bagi anak
INSTRUMEN WAWANCARA
A. Pertanyaan untuk Orang Tua
Nama Anak :
Usia :
Nama Orang Tua :
Profesi/Pekerjaan :
No Variabel Kisi-kisi Sumber Data Pertanyaan Wawancara
1. Pola Relasi
Pengertian
Pola Relasi
Wawancara 1. Adakah bentuk
penekanan-penekanan
terhadap anak dalam
menuntut kepatuhan
yang orang tua inginkan
di Desa Kampung Baru
Kec.Bajubang
Kab.Batanghari?
2. Bagaimana cara orang
tua dalam membangun
pola relasi kepada anak?
3. Apakah orang tua
memberikan kesempatan
kepada anak untuk
mengungkapkan
pendapatnya?
Pola Relasi
Diktator
Observasi
pengamatan ,
Wawancara
4. Apakah orang tua
merasa mempunyai
tanggung jawab atas
anaknya?
5. Apakah orang tua
membangun hubungan
secara keras dan
menuntut?
6. Bagaimana sikap orang
tua jika anak tidak
patuh?
7. Apakah orang tua
memberikan kebutuhan
kasih sayang kepada
anak?
8. Apakah orang tua
memberikan waktu
luang untuk
berkomunikasi dengan
anak?
9. Apakah orang tua setuju
dengan pola relasi
diktator kepada anak?
dan berikan alasanya.
10. Apakah orang tua
mengajarkan anak
untuk bisa
mengungkapkan
keinginannya?
Pola Relasi
Apatis
Observasi
pengamatan,
Wawancara
11. Apakah orang tua
menjadi tidak perduli
terhadap anak karena
terlalu sibuk dalam
bekerja?
12. Bagaimana sikap orang
tua jika anak ingin
mengajak bermain
diwaktu orang tua
sedang bekerja?
13. Apakah orang tua akan
lebih mementingkan
pekerjaan ketimbang
membangun hubungan
baik kepada anak?
14. Apakah orang tua
mementingkan dirinya
sendiri dan tidak
memperhatikan anak?
15. Bagaimana sikap orang
tua jika anak lebih
dekat dengan pengasuh
atau bibik dan nenek?
16. Adakah orang tua
meluangkan waktu
untuk mengajak anak
berkomunikasi?
17. Apakah orang tua
memperhatikan
kebutuhan sehari-hari
yang anak perlukan?
Pola Relasi
Kooperatif
Observasi
pengamatan
Wawancara
18. Apakah orang tua
selalu memberikan
arahan kepada anak
dalam melakukan
aktivitas ?
19. Apakah dalam
kesibukan bekerja
orang tua menyita
waktu kebersamaan
dengan anaknya?
20. Bagaimana cara orang
tua dalam memberikan
sifat menghargai serta
mendengarkan
pendapat anak dengan
baik?
21. Bagaimana cara orang
tua membangun relasi
dengan bentuk
menyenangkan anak?
22. Apakah orang tua
mengambil waktu cuti
jika anak sedang sakit?
23. Apakah orang tua
selalu memenuhi
keinginan anak?
24. Bagaimana jika anak
menginginkan orang
tua selalu berada
dirumah? Dan orang
tua harus berenti kerja
Pola Relasi
mudah
berubah
Observasi
pengamatan,
Wawancara
25. Apakah orang tua
selalu bersikap tidak
konsisten terhadap
anak?
26. Bagaimana jika sikap
orang tua menjadi
permasalahan untuk
anak?
27. Apakah hubungan
yang terjadi selalu
tergantung dengan
situasi?
28. Bagaimana tanggapan
orang tua jika orang tua
memberikan kebebasan
penuh terhadap anak
dan anak berbuat
semaunya?
29. Apakah menurut anda
jika membngun relasi
dengan sesuai situasi
menjamin dampak baik
terhadap anak
nantinya?
30. Apakah orang tua
setuju jika anak
mendapatkan pola
relasi yang baik dari
orang lain, seperti
nenek atau orang
terdekat lainya?
Tanggung
jawab
keluarga
sebagai
lembaga
pertama
kehidupan
anak
Observasi
pengamatan
Wawancara
31. Apakah orang tua
setuju bahwa keluarga
merupakan tempat anak
belajar dan menyatakan
diri sebagai makhluk
sosial ?
32. Bagaimana sikap
keluarga dalam
membentuk tingkah
laku, watak, moral dan
pendidikan bagi anak?
33. Bagaimana peranan
ibu dalam membangun
relasi kepada anak?
34. Bagaimana cara orang
tua mengajak anak
untuk menjalankan
kehidupan yang baik
serta mengarahkan
kepada hal-hal yang
bernilai ibadah dan
positif?
35 Apakah dalam
membangun relasi
kepada anak orang tua
sudah memberikan hak
kasih sayang dan
pemenuhan sosial
emosional secara
penuh?
Konsep dasar
Relasi Orang
Tua dan
Anak
Observasi
pengamatan
Wawancara
36. Jelaskan tentang
kewajiban yang harus
orang tua penuhi dalam
mebangun hubungan
yang baik kepada anak?
37. Apakah orang tua
memberikan sikap
saling menghormati
terhadap anak?
38. Apakah orang tua telah
memberikan waktu
secara maksimal dalam
mendidik anaknya?
39. Bagaimana jika anak
bersikap seperti dengan
sikap orang tua yang
selalu acuh?
40. Apakah orang tua
sudah secara penuh
memperhatikan
kegiatan yang anak
lakukan setiap hari?
41. Apakah orang tua
memperhatikan proses
tumbuh kembang anak
secara baik?
42. Bagaimana sikap orang
tua terhadap anak yang
selalu ingin
diperhatikan?
Hubungan
Orang Tua
dan Anak
2
B. Sikap yang timbul pada diri Anak?
1. Apakah anak terlihat menjadi agresif dan suka mencari perhatian dari
orang sekitarnya?
2. Apakah anak terbiasa bermain sendiri tanpa pengawasan dari orang tua?
3. Apakah sikap acuh atau tidak perduli terhadap orang sekitar sudah
tertanam pada diri Anak?
4. Apakah anak akan terlihat lebih dekat dan akrab dengan orang yang
selalu ada menemaninya?
5. Bagaimana sikap anak ketika orang tua tidak memberikan waktu luang
yang baik, seperti mengajak anak untuk jalan-jalan atau pergi ke tempat
wisata?
6. Apakah orang tua seringkali memberikan hadiah jika keinginan anak
tidak dapat terpenuhi secara maksimal?
C. Dokumentasi
1. Historis dan Geografis Desa Kampung Baru
2. Struktur Organisasi Desa Kampung Baru
3. Visi dan Misi Desa Kampung Baru
4. Jumlah Sarana Pendidikan
5. Keadaan ekonomi masyarakat
6. Profil Desa Kmapung Baru
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2008) AL-Qur’an dan terjemahannya. Departement Agama RI,
Bandung. Diponegoro
Alex Sobur. 2011. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Ahid, N. 2010. Pendidikan Keluarga Dalam Perspektif Islam.
Yogyakarta: Bineka Cipta
Bani, Ahmad Sabani. 2008. Metode Penelitian. Cet 1, Bandung:CV
Pustaka Setia
Chaplin, J.P. 1972. Dictionary of Psychology. Fift Printing, New York,
Dell Publising Co. Inc
Chazen, et al. 1983, Helping Your Children With Behavior Difficulties,
Canberra, University Par Press.
Cholit Narbuko. 2012. Metodologi Penelitian. Cet.1. Jakarta:Bumi Aksara
Dahlan, D. 2004. Psikologi Perkembangan Dan Remaja.
Bandung:Percetakan PT Remaja Rosdakarya: 38-46
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Edisi Pertama, Jakarta, Bumi
Aksara:16-21
Friedman M. 1998. Keperawatan Keluarga. Edisi 3. “edisi terjemahan
oleh ina Debora, et al”. Jakarta:EGC: 351-353
Harahap Syahrin. 2008. Penegakan Moral Dalam Era Modrenisasi.
Jakarta: Rajagrafido Pustaka
Hurlock Elizabeth B. 1974. Personality Development. New Delhi: Mc
Graw-Hill
Hurlock E. 1980. Perkembangan Anak Usia Dini. New Delhi: Mc Graw-
Hill
Lexy, J Meleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya,2004
McLoad, William T (managing editor). 1989. The New Collins Dictionary
and Thesaurus. Glasgow, Williams Collins Sons & Co Ltd
Raihaanah, A. R. Menjadi Orang Tua Efektif.
http://www.aqilaputri.rachdian.com. Powered by Joomla.
Generated: 10 oktober 2018, 22:03.
Rakhmawati, Imami Nur. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam
Riset. Jakarta: Rajawali Press
Rosmansyah, Y.E. 2008. Informasi Mengenai Perkembangan Anak Dan
Peran Orangtua, www.PerkembanganAnak.com. Diakses pada
tanggal 10 oktober 2018
Semiawan, Conny,R. 2002. Belajar Dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia
Dini Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC:8-11
Soedjatmiko. 2009. Stimulasi Dini Pada Bayi dan Balita untuk
Mengembangkan KecerdasanMultiple dan Kreativitas Anak.
Menaravisi, Diakses tanggal 10 oktober 2018
Sugiyono, 2003. Statistika Untuk Penelitian.cetakan ke-5, Bandung:
Penerbit Alfabeta: 220-230
Syah, M. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Edisi
Revisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 41-49
Tim. 2008. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.
http://www.timtanyadokter. Menaravisi, diakses tanggal 10
oktober 2018.
Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga, Jakarta:
Balai Puataka
Wong, L. 1995. Nursing Care Of Infants And Children. Fifth Edition.
Missouri: Mosby Year Book, Inc: 814-835
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Bajubang, Kecamatan Bajubang,
Kabupaten Batang Hari pada tanggal 05 Februari 1997
merupakan anak Pertama dari Bapak Supono dan Sri
Kusmawati.
Peneliti menempuh pendidikan formal: SD Negeri 37
Bajubang Kabupaten Batang Hari selesai pada Tahun
2009, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan
menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Batang Hari
selesai pada Tahun 2012. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan menengah
atas (SMA) Negeri 5 Batang Hari dan selesai pada tahun 2015.
Pada tahun 2015 terdaftar sebagai mahasiswa di Institut Agama Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan melalui jalur Seleksi Reguler Masuk Perguruan
Tinggi Negeri.
Pada periode tahun 2018 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Tebo Tengah Kelurahan Tebing Tinggi Desa Bogorejo, dan penulis melaksanakan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di Raudhatul Athfal Al Mira Kecamatan
Aurduri 1.