65
POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA MASYARAKAT DESA BOJONEGORO KEDU TEMANGGUNG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : WIDAYANTI NIM. 11540027 JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018

POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

  • Upload
    leduong

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG

PADA MASYARAKAT DESA BOJONEGORO KEDU

TEMANGGUNG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas dan Pemikiran Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

WIDAYANTI

NIM. 11540027

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2018

Page 2: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 3: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 4: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 5: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 6: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

vi

MOTTO

هى عن الفحشآء والمنكر إن اهلل يأمر بالعدل واإلحسان وإيتآئ ذي القرب وي ن رون والب غي يعظكم لعلكم تذك

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

dapat mengambil pelajaran.”1

1 QS. An-Nahl ayat 90.

Page 7: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

vii

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

o Orang tua tercinta Bapak Mundjali dan Ibu Kurniwati yang senantiasa

memberikan do’a dan dorongan serta kasih sayang yang tiada henti.

o Bapak Soehadha yang telah membimbing dan menasehati penulis dengan

penuh kesabaran dan kasih sayang yang tulus.

o Suami tecinta Mas Ahmad Nova sebagai penyemangat di saat suka maupun

duka.

o Almamater UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Page 8: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

vii

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرمحن الرحيماحلمد اهلل رب العا ملني وبه نستعني على امورالد نيا والد ين. أشهد أن الإله

إال اهلل وحده الشريك له واشهد أن حممد اعبده و رسوله. اللهم صل عل سيد نا حممد و أله و صحبه امجعني.

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji

syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan

kasih sayang, rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.. Shalawat dan salam semoga senantiasa

terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, dan sahabat-

sahabatnya. Amiin.

Skripsi dengan judul “Pola Resiprositas dan Praksis Sosial Rewang Hajatan

pada Masyarakat Desa Bojonegoro Kedu Temanggung ni alhamdulillah telah

selesai disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

strata satu Program Studi Sosiologi Agama pada Fakultas Ushuluddin dan

Pemikran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan

terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak.

Maka tidak lupa penyusun haturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. K.H. Yudian Wahyudi, MA, Ph.D selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

Page 9: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

viii

2. Dr. Alim Roswantoro, S.Ag., M.Ag., selaku Dekan Fakultas Usuhuluddin dan

Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Adib Sofia, SS, M.Hum. selaku Ketua Program Studi Sosiologi Agama

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Dr. Moh. Soehadha, S.Sos., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

dengan sabar, teliti, memberikan arahan, kritik dan saran, serta motivasi

sehingga skripsi ini dapat penyusun selesaikan.

5. Terimakasih pula untuk Bapak Dr. Munawar Ahmad, S.S. M.Si. dan Bapak

Masroer, S.Ag. M. Si. Selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan,

kritik dan saran sehingga skripsi ini dapat penyusun selesaikan.

6. Bapak/Ibu TU Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran administrasi

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak/Ibu Dosen dan TU Program Studi Sosiologi Agama yang telah

memberikan bekal ilmu terhadap penyusun. yang dengan teliti dan sabar

dalam upaya membantu persyaratan penelitian ini.

8. Bapak/Ibu pengelola perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah

membantu dalam pengumpulan literatur.

9. Ayahanda dan ibunda tercinta yaitu Bapak Munjali dan Ibu Kurniwati yang

telah berjuang dengan segala kemampuan, baik berupa materiil maupun

spiritual untuk kelancaran studi bagi penyusun, sehingga penyusun sampai

juga pada tugas akhir skripsi ini dan dapat terselesaikan.

Page 10: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

ix

10. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Yogyakarta, 20 November 2017

Penulis

Widayanti

NIM. 11540027

Page 11: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

x

ABSTRAK

Pola Resiprositas dan Praksis Sosial Rewang pada Masyarakat Desa

Bojonegoro Temanggung merupakan sebuah tradisi adat istiadat turun temurun

yang terus dilestarikan. Rewang hajatan pernikahan lakukan oleh seluruh

masyarakat Desa Bojonegoro dengan cara bergantian, hadir tidaknya seseorang

untuk melakukan rewang hajatan pernikahan di tentukan oleh dimintai tolong atau

tidaknya oleh orang yang mempunyai hajatan pernikahan dikenal dengan istilah

sambatan, yang dimintai tolong terdiri dari saudara dekat dan tetangga dekat.

Rewang hajatan pernikahan bertujuan untuk memperlancar dan mempermudah

acara hajatan perikahan dengan meminta tolong berupa tenaga,uang dan jasa.

Dalam praksis rewang hajatan pernikahan terdapat fenomena pertukaran sosial

ekonomi atau bisa disebut dengan istilah resiprositas.

Penelitian ini merupakan field research atau penelitian lapangan, dengan

secara langsung ke lapangan bertujuan untuk mengetahui secara langsung kondisi

masyarakat Desa Bojonegoro. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan

terlibat langsung yaitu peneliti hadir dan secara langsung ikut dalam aktifitas yang

di lakukan masyarakat dalam melakukan rewang hajatan pernikahan. Peneliti juga

berbaur dengan masyarakat sekitar untuk mendapatkan informasi mengenai

keadaan sosial yang ada. Teori yang digunakan adalah teori pertukaran hadiah

Marcell Mauss, beliau mengemukakan bahwa pada dasarnya tidak ada pemberian

yang cuma-cuma atau gratis segala sesuatu bentuk pemberian selalu diikuti oleh

pemberian kembali atau imbalan ada pemberian yang tidak menuntut suatu

pengembalian karena transaksi bukan hanya melibatkan antar individu tapi sudah

melibatkan pihak ketiga yaitu Tuhan contohnya adalah sedeqah dengan harapan

imbalan kebaikan.

Penelitian ini mengemukakan bahwa pola resiprositas para pelaku rewang

hajatan pernikahan bersifat lebih kepada gotong royong, tolong menolong dan

solidaritas sosial. Pola-pola pertukaran saat melakukan rewang hajatan adalah

resiprositas sebanding yaitu mengharapkan pengembalian kembali, pengembalian

tidak pada waktu yang sama melainkan menyesuaikan kondisi dan situasi.

Masyarakat mayoritas beragama islam sehingga terdapat nilai-nilai agama yang

diyakini dan dilakukan disisi lain ada tradisi adat istiadat yang terus dijaga dan

dilestariakan, hal tersebut merupakan landasan utama untuk melakukan rewang,

karena menyangkut unsur ketiga yaitu Tuhan maka terdapat pula resiprositas

umum yaitu tidak mengharap kembali apa yang telah di beri dalam nilai yang

sebanding bahkan lebih, pengembalian tidak dapat di definisikan kapan dan dalam

bentuk apa.

Kata Kunci: Rewang, Resiprositas, Hajatan Pernikahan

Page 12: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii

SURAT PERNYATAAN BERJILBAB ........................................................ iii

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v

HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

ABSTRAK ................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 10

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 11

E. Kerangka Teori ........................................................................ 13

F. Metode Penelitian .................................................................... 23

G. Sistematika Pembahasan .......................................................... 28

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA

BOJONEGORO KEDU TEMANGGUNG .................................... 31

A. Gambaran Umum Desa Bojonegoro ......................................... 31

B. Keadaan Penduduk Desa Bojonegoro....................................... 39

Page 13: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

xii

C. Keadaan Sosial Ekonomi ........................................................ 40

D. Keagamaan .............................................................................. 45

E. Adat Istiadat ............................................................................ 48

BAB III POLA RESIPROSITAS SOSIAL REWANG PADA

MASYARAKAT SETEMPAT ...................................................... 51

A. Realitas Sosial Masyarakat Desa Bojonegoro ........................... 51

B. Pelestarian Tradisi Lokal ......................................................... 52

C. Tradisi Rewang Secara Normatif Menurut Adat Jawa .............. 52

D. Pengertian Rewang Hajatan Pernikahan ................................... 53

E. Pengertian Resiprositas ............................................................ 56

F. Pola Praksis Rewang Hajatan Pernikahan ................................ 59

BAB IV NILAI-NILAI AGAMA YANG TERKANDUNG DALAM

PRAKSIS SOSIAL REWANG ...................................................... 72

A. Pengertian Nilai-nilai Keagamaan ............................................ 72

B. Pengertian Nilai-nilai Agama Islam ......................................... 75

C. Nilai-nilai Agama Islam dalam Rewang Hajatan Pernikahan .... 80

BAB V PENUTUP..................................................................................... 82

A. Kesimpulan ............................................................................. 82

B. Saran ....................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 86

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 14: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia saling membutuhkan

antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Mereka saling berinteraksi dan

bersosialisasi untuk membangun pergaulan hidup dengan cara berkomunikasi,

berkerjasama dan bertikai sehingga terbentuklah suatu masyarakat. untuk

mencapai kehidupan bersama dan saling memahami dalam masyarakat

diperlukan interaksi sosial antar sesama manusia, Interaksi sosial adalah kunci

utama dalam kehidupan bermasyarakat atau sosial.1

Bentuk dari interaksi sosial adalah aktifitas tolong menolong dan

gotong royong, pengertian gotong royong adalah bekerja bersama-sama, atau

bantu membantu sesama manusia bentuk tersebut dapat mempererat tali

persaudaraan atau hubungan batin yang akan membentuk perasaan bersatu dan

solidaritas sosial. Solidaritas secara bahasa diartikan kebersamaan,

kekompakan, empati, simpati, tenggang hati, dan tenggang rasa.2 Solidaritas

sosial merupakan perasaan yang secara kelompok memiliki nilai-nilai yang

sama dan kewajiban moral untuk memenuhi peran (role expetitation) meliputi

saling membantu, saling perduli, bisa berkerjasama dalam mendukung

pembangunan di desa baik secara tenaga, keuangan dan sebagainya.3

1 Soerjono Soekanto ,Sosiologi Suatu Pengantar(Jakarta:Rajawali,2004),hlm.61.

2 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 2005),hlm.551. 3 Zulkarnain Nasution, Solidaritas Sosial Partisipasi Masyarakat Desa

Transisi(Malang:UMM Pers.2009)hlm.3.

Page 15: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

2

Masyarakat dapat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi,

mengekang dan menentukan tingkah laku anggota-anggotanya. Betrand

berpendapat masyarakat merupakan hasil dari suatu periode perubahan budaya

dan akumulasi budaya. Jadi masyarakat bukan hanya sekedar jumlah

penduduk saja melainkan sebagai suatu sistem yang dibentuk dari hubungan

mereka, sehingga menampilkan realita tertentu yang mempunyai ciri-ciri

sendiri, hubungan antar anggota ini membentuk suatu kumpulan manusia serta

menghasilkan suatu kebudayaan.4

Kebudayaan adalah wujud ideal dan bersifat abstrak yang tidak dapat

diraba berada di pikiran manusia berupa gagasan, ide, norma, keyakinan, dan

lain sebagainya. Dalam setiap kebuadayaan terdapat terdapat unsur-unsur yang

juga dimiliki oleh berbagai kebudayaan lain. Koentjoroningrat menyebutnya

sebagai unsur-unsur kebudayaan yang universal meliputi sistem religi dan

upacara keagamaan, sistem dan organisasi masyarakat, sistem pengetahuan,

bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan

peralatan. Tiap-tiap unsur kebudayaan universal tersebut menjelma kedalam

tiga wujud kebudayaan yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagai sebuah kompleks ide-ide, gagasan, nilai,

norma, dan peraturan.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan

berpola dari manusia di dalam suatu masyarakat.

4 Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan(Malang:UMM Press 2005)hlm.23.

Page 16: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

3

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.5

Masyarakat Desa Bojonegoro termasuk dalam wilayah Jawa Tengah

dan mayoritas beragama islam. Budaya dan agama bercampur baur dan

berpadu menjadi satu kesatuan yang harmonis, keduanya berjalan beriringan

dan tidak menimbulkan konflik. Dalam masyarakat jawa terdapat tiga siklus

lingkaran hidup (life cycle) meliputi kelahiran, perkembangan dan kematian.6

Apabila ada salah satu warga sedang mempunyai siklus lingkaran hidup harus

diumumkan dan diberitahukan kepada masyarakat dengan tujuan memberitahu

dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

bersifat wajib walupun tidak tertulis sudah menjadi kesepakatan bersama.

Siklus lingkaran hidup kelahiran adalah memberitahukan bahwa ada anak

yang baru lahir ke dunia, dan masyarakat wajib untuk menjenguk tilek bayi

dengan membawa amplop berisikan uang sekitar Rp.20.000–Rp.50.000.

Siklus perkembangan adalah memberitahukan bahwa ada yang memiliki

hajatan pernikahan, atau khitanan. Siklus kematian adalah memberitahu

masyarakat bahwa ada yang meninggal dunia, masyarakat menolong dengan

membuatkan kubur, mengurus mayat, memberi sejumlah uang berdasarkan

kas warga per RT, dan ibuk-ibuk memberikan beras. Siklus lingkaran hidup

(Life cycle) berputar dan terus terjadi selama manusia hidup dalam

masyarakat. siklus tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi. Sebagian

besar besar masyarakat desa bojonegoro berprofesi sebagai petani sangat

berpengaruh besar terhadap masih dilestarikannya seremonial-seremonial

5 Koentjoroningrat, Pengantar Ilmu Antropologi(Jakarta: Rineka Cipta 1990)hlm.186. 6 Koentjaraningrat, Beberapa pokok Antropologi Sosial(Jakarta:Dian Rakyat

1992)hlm.92.

Page 17: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

4

yang berkaitan dengan siklus lingkaran hidup tersebut. Intensitas menggelar

kegiatan seperti hajatan dan slametan tidak jarang ditemukan di pedesaan,

salah satunya yakni hajatan pernikahan.

Pernikahan berasal dari kata nikah, pengertian nikah menurut bahasa

berarti menggabungkan dan mencampurkan, Sedangkan menurut istilah

syari’at nikah adalah suatu akad yang di lakukan oleh laki-laki dan wali

perempuan dikarenakan akad tersebut hubungan badan menjadi halal di

hadapan Tuhan dan masyarakat pada umumnya.7 Hajatan berasal dari kata

hajat yang berarti kehendak atau keingingan, hajatan adalah acara seperti

resepsi dan selamatan keinginan, kehendak atau keperluan.8 Pada acara

hajatan pernikahan agama islam ada walimatul ursy, yaitu perhelatan pesta

atau kenduri yang di laksanakan dalam pernikahan. Sedangkan sebagian besar

ulama ahli fiqih berpendapat bahwa sebaiknya hukum mengadakan walimatul

ursy sesuai dengan keadaan dan kemampuan dari pihak-pihak yang

mengadakannya, mengingat agar dalam melakukan hajatan pernikahan tidak

ada keborosan, kemubaziran, sifat angkuh dan membanggakan diri.9 Namun

seiring perkembangan zaman, masyarakat Desa Bojonegoro tidak begitu

memperhatikan hukum fiqih dalam agama islam. Pada prakteknya masyarakat

yang mengadakan hajatan pernikahan secara umum memembuat walimatul

ursy atau pesta pernikahan secara meriah, pernikahan tidak hanya sah secara

agama melalui akad ijab Kabul namun ada anggapan dalam masyarakat bahwa

7 Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Keluarga(Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2006)hlm.3.

8 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka, 2005),hlm.291-292. 9 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan (Jakarta: PT Bulan

Bintang, 1993),hlm.108.

Page 18: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

5

pernikahan hanya dilakukan sekali seumur hidup, orang yang mempunyai

hajat namun tidak mengadakan pesta hajatan secara meriah akan dianggap

tidak mampu dan tidak memiliki cukup uang serta tidak dapat mengku projo

(tidak dapat menjaga kehormatan). Sebagaimana hasil wawancara salah satu

masyarakat di Desa Bojonegoro:

“Saya pernah mengadakan hajatan pernikahan dan saya berusaha

mengadakan pesta tersebut secara meriah itu sudah kewajiban saya

sebagai orang tua untuk membahagiakan anak yang akan menikah

sekali seumur hidup, peristiwa itu merupakan sesuatu yang sakral dan

penting dalam hidup anak saya. Alasan lain untuk mengadakan pesta

dikarenakan sudah umumnya di masyarakat pesta di adakan secara

meriah bagi yang mampu, ada istilah mereka bisa kenapa saya tidak

bisa. Pesta merupakan kehormatan dan kewajiban yang harus saya

lakukan dan untuk mendapatkan kembali apa yang pernah saya berikan

dulu kepada kerabat dan tentangga dekat saya, yakni saya melakukan

rewang dimana saya telah memberikan bantuan tenaga dan uang

sumbangan”10

Untuk memperlancar suatu pesta hajatan pernikahan biasanya

masyarakat meminta tolong kepada tetangga dekat dan kerabat dekat untuk

membantu disebut dengan istilah rewang. Sebagaimana hasil wawancara

dengan ibu Narti sebagai berikut:

“Rewang dalam bahasa jawa berasal dari dua kata yaitu re dan wang,

Re yaitu rembugan dan wang adalah ewang-ewang”. Rewang adalah

wujud keharmonisan dalam kekerabatan antara masyarakat satu

dengan yang lain, dan merupakan perilaku sosial, kesadaran sosial

dalam bentuk bantuan terhadap orang lain agar bebanya menjadi

ringan selain itu juga untuk bersosialisasi dan menjaga komunikasi

dalam masyarakat.11

10 Wawancara dengan Ibu Narti, masyarakat Desa Bojonegoro pada 18 November 2017. 11 Wawancara dengan Ibu Narti, warga Desa Bojonego Kedu Temanggung pada tanggal

18 November 2017.

Page 19: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

6

Tradisi rewang hajatan pernikahan yang ada di Desa Bojonegoro

secara turun temurun dilestarikan oleh masyarakat setempat dan sudah

membudaya sebagai bentuk kegiatan tolong menolong dalam masyarakat.

Selanjutnya sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:

“Dalam suatu hajatan pernikahan umumnya penyelenggara hajatan

dalam mengadakan hajatannya akan meminta bantuan kepada kerabat

keluarga dan tetangga dekat untuk mempelancar, mengurangi beban

dan mempermudah acara hajatan. Sebelum acara hajatan dilaksanakan

pemilik hajat dalam meminta bantuan untuk melakukan rewang

biasanya mereka secara langsung mendatangi sendiri ke rumah saudara

dekat dan tetangga dekat dikenal dengan istilah sambatan, karena

menurut masyarakat dalam hal ini lebih baik mendatangi saudara dan

kerabat dekat dengan orangnya sendiri daripada di wakilkan dengan

alasan untuk lebih menghargai dan menghormati dalam hal meminta

bantuan untuk rewang mengenal batasan yakni tidak semua

masyarakat namun hanya saudara dekat, kerabat dekat dan tetangga

dekat.”12

Geertz berpendapat bahwa dalam suatu upacara hajatan pernikahan,

pihak yang menyelenggarakan hajatan dapat berharap melalui sumbangan-

sumbangan uang yang akan diterima serta kembalinya uang yang pernah

disumbangkan kepada tetangga dan kerabat di masa lalu pada upacara-upacara

hajatan yang pernah mereka selenggarakan.13

Penyelenggara hajatan

pernikahan dapat berharap melalui bantuan tenaga, waktu, uang bahkan bahan

makanan yang pernah mereka berikan juga dulu pada kerabat dekat dan

tetangga dekat. Ini merupakan wujud dari hubungan timbal balik atau

resiprositas yang ditemukan dalam kegiatan gotong royong. Rewang

menimbulkan kewajiban membalas dalam kehidupan masyarakat yang disebut

12

Wawancara dengan Ibu Rati, warga Desa Bojonegoro Kedu Temanggung pada tanggal

18 November 2017. 13 Clifford Geertz, Abangan Santri Priyayi dalam masyarakat jawa (Jakarta: PT Dunia

Pustaka jaya 1983)hlm.74.

Page 20: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

7

resiprositas atau hubungan timbal balik pada waktu hajatan pernikahan. warga

yang melakukan rewang hajatan diharuskan membantu dalam bentuk tenaga,

memberikan sejumlah uang yang disebut dengan sumbangan, terdapat

pertukaran jasa dan penghormatan, dan menjadi kewajiban yang harus

dilakukan di masyarakat Desa Bojonegoro Kecamatan Kedu Kabupaten

Temanggung.

Dalam hal ini ada pertukaran sosial ekonomi dan dinilai sangat

bermakna untuk saling membalas, artinya setiap pemberian akan di catat

dalam ingatan dan hati yang pada suatu saat nanti akan dibalas sebanding

bahkan lebih. Resiprositas melandasi pola-pola saling bantu yang khas pada

perayaan-perayaan(rites de passage), seperti pesta pernikahan, apabila

kewajiban-kewajiban seremonial suatu keluarga melampaui kemampuan

mereka, baik dalam hal tenaga kerja maupun dalam hal keperluan-keperluan

materil. Dalam hal yang demikian, keluarga yang membantu mengetahui

bahwa dapat mengharapkan balas jasa yang kira-kira sepadan dikemudian

hari. Kewajiban untuk membalas budi merupakan suatu prinsip moral yang

paling utama yang berlaku bagi hubungan baik antara pihak-pihak yang

sederajat maupun antara pihak-pihak yang tidak sederajat. keberadaan

resiprositas atau timbal balik ditunjang oleh struktur masyarakat yang egaliter

yaitu suatu masyarakat yang ditandai oleh rendahnya tingkat stratifikasi sosial,

sedangkan kekuasaan politik relatif terdistribusi merata dikalangan

Page 21: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

8

warganya.14

Orang yang melakukan resiprositas terkait dengan motif seperti

harapan untuk mendapatkan prestise sosial(penghargaan, kemuliaan,

kewibawaan, popularitas, sanjungan dan berkah). Tradisi rewang berasal dari

akar kebudayaan masyarakat jawa yang bersifat guyub rukun(kolektif) serta

mementingkan kebersamaan ketimbang sifat individual(urip dewe-dewe).

Dalam kehidupan bermasyarakat dan yakni intropeksi diri dalam pergaulan

yang ditunjukan dengan sikap malu (isin), sungkan (segan), tau diri dan

toleran inilah yang menjadi moral dalam kehidupan orang jawa.

Tradisi rewang merupakan pola pertukaran sosial ekonomi atau pola

resiprositas jangka panjang ini merupakan wujud dari nilai kebersamaan, pola

pertukarannya lebih panjang dari jual beli dan proses resiprositas dapat

berlangsung sepanjang hidup seorang warga dalam masyarakat bahkan sampai

diteruskan ke keturunannya.

Fenomena pertukaran sosial ekonomi pelaku rewang hajatan diatas

adalah sesuatu yang hal menarik yakni tentang adanya timbal balik atau

pertukaran sosial ekonomi dalam pertukaran tersebut individu memberikan

dan menerima pemberian barang atau jasa karena kewajiban sosial. Terdapat

kewajiban memberi, menerima dan mengembalikan kembali pemberian dalam

bentuk yang sama atau berbeda. Dengan melakukan resiprositas orang tidak

hanya mendapatkan barang tetapi dapat memenuhi kebutuhan sosial yakni

penghargaan baik ketika berperan sebagai pemberi ataupun penerima.

14 James C Scoot, The Moral Economy of the Peasant: Rebellion and Subsistence in

southeast Asia, diterjemahkan Hasan Basari(Jakarta:LP3ES 1994)hlm.256-257.

Page 22: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

9

Jika penulis lihat dan amati, tradisi rewang hajatan memiliki pengaruh

terhadap pola resiprositas atau pertukaran sosial ekonomi, prosesnya

melibatkan seluruh masyarakat Desa Bojonegoro Kecamatan Kedu Kabupaten

Temanggung dalam melaksanakan tradisi tersebut. Dan terkait dengan itu

semua tentang cara keberagamaan orang jawa memiliki khas tersendiri dan

tentu saja memiliki dampak pada nilai-nilai keagamaan.

Dengan melihat hal-hal yang terjadi maka penulis berusaha

mengungkap keberadaan pola resiprositas rewang lebih lanjut, yang

merupakan budaya atau peninggalan dari leluhur yang tetap dilestarikan,

dijaga dan dipertahankan oleh masyarakat setempat sampai sekarang.

Penelitian ini diharapkan mampu memaparkan terkait masalah yang penulis

teliti yaitu Pola Resiprositas dan Praksis Sosial Rewang pada Masyarakat

Desa Bojonegoro Kedu Temanggung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka dapat

diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola Resiprositas dalam tradisi rewang di Desa Diwek

Bojonegoro Kedu Temanggung?

2. Bagaimana nilai-nilai agama yang terkandung dalam praksis sosial

rewang?

Page 23: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

10

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Setiap kegiatan manusia pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai,

begitu pula dengan penelitian ini. berdasarkan rumusan permasalahan diatas,

tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis

Kegunaan teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk

memperkaya pengembangan keilmuan baru di bidang akademis dan dapat

berguna bagi dunia pendidikan terkait pola resiprositas pada tradisi rewang

dan nilai-nilai praksis sosial di Indonesia. Selain itu penelitian itu dapat

mengembangkan pengetahuan sosial agama yang berkaitan dengan

kebudayaan tradisi masyarakat.

2. Kegunaan praktis

Kegunaan praktis ini terdiri dari kegunaan untuk peneliti,

akademisi dan masyarakat umum. Bagi peneliti, penelitian ini dapat

digunakan untuk menerapkan teori yang telah didapatkan di bangku

perkuliahan, serta mampu melihat realitas permasalahan sosial disekitar

tempat tinggal, dan bermanfaat untuk pengetahuan dan pengalaman

sebagai bekal terjun ke dalam lingkungan bermasyarakat.

Masyarakat umum, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

memberikan pengetahuan dan menambah wawasan tentang pola

resiprositas dan praksis sosial rewang pada masyarakat desa bojonegoro

kedu temanggung, untuk selanjutnya dijadikan acuan dalam bersikap dan

berperilaku.

Page 24: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

11

Kegunaan praktis selanjutnya yakni untuk akademisi, penelitian ini

diharapkan dapat melengkapi atau sebagai sumber referensi bagi para

akademisi dalam penelitian berikutnya mengenai kajian tentang pola

resiprositas tradisi rewang dalam kehidupan sosial mupun keagamaan

masyarakat.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kajian terhadap penelitian-penelitian

terdahulu. Buku-buku atau sumber lain yang menunjang penelitian. Dari

tinjauan pustaka, dengan judul skripsi “Pola Resiprositas dan Praksis Sosial

Rewang di Desa Bojonegoro Kedu Temanggung” penulis menemukan

beberapa hasil penelitian (skripsi) diantaranya:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh saudara Ali mustafi, fakultas

syari’ah dan hukum yang berjudul walimah dalam perkawinan, menyimpulkan

adanya penyalahgunaan walimah untuk mengadakan sumbangan dalam

hajatan, hal itu digunakan untuk mengurangi beban pemilik hajat. Skripsi ali

mustafi sama-sama menjelaskan mengenai sumbangan dalam hajatan, yang

berbeda dengan penulisan ini ialah mengkaji pelaku sumbangan pelaku

rewang lebih luas lagi yakni pada pola resiprositas atau pertukaran sosial

dalam sumbang menyumbang dan adanya kewajiban untuk menerima

sumbangan dan mengembalikan sumbangan.

Kedua, skripsi yang ditulis oleh saudara fawari, fakultas syari’ah dan

hukum prodi al-ahwal asy-ayakhsiyyah yang berjudul Tinjaun hukum islam

Page 25: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

12

terhadap sumbangan dalam hajatan pada pelaksanaan walimah dalam

perkawinan di Desa Rima Balai Kec.banyumas III Kab. Banyuasin Sumatra

Selatan, penelitian ini membahas tentang masyarakat desa Rima pada

praktiknya pelaksanaan sumbangan dalam hajatan memakai sistem lelang

yaitu penawar dengan tawaran tinggi adalah pemegangnya dan perbuatan ini

merupakan manifestasi tradisi tolong-menolong dalam masyarakat. Penelitian

yang dilakukan saudara fawari hanya terfokus pada sistem sumbangan yang

ada pada masyarakat Rima Balai, fawari tidak menyentuh sama sekali

mengenai rewang dan perilaku rewang yang ada dalam pelaksanaan hajatan.

Inilah yang membedakan dengan penulis.15

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh saudara A.Zahid, fakultas ushuluddin

dan pemikiran islam dalam skripsinya yang berjudul Pola rent-cultural

berbasis agama masyarakat longos sumenep Madura(studi tentang tradisi

tompangan di desa longos,sumenep,madura). Kesamaan penulisan saudara

zahid dan penulis adalah sama-sama membahas pertukaran sosial namun beda

tokoh dan teorinya. A. Zahid menjelaskan mengenai tradisi tompongan yang

ada di Madura, dengan sistem rentenir dan mengakibatkan pemiskinan bagi

masyarakat. Pemuka agama dan kyai malah ikut melestarikan budaya

tompangan tersebut, sehingga terjadilah cultural-rent.16

Keempat, skripsi yang ditulis oleh saudara Rhespa Laeli Nurmardiani,

fakultas ushuluddin dan pemikiran islam dalam skripsinya yang berjudul

15 Fawari, “Tinjauan Hukum Terhadap Sumbangan dalam Hajatan pada Pelaksanaan

Walimah dalam Perkawinan di Desa Rima Kec. Banyuasin Sumatra Selatan”, Skripsi tidak

diterbitkan, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga (2010). 16 A.Zahid, “Pola Rent-Cultural Berbasis Agama Masyarakat Longos Sumenep Madura”,

Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga (2015).

Page 26: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

13

Solidaritas Pola Sumbang Menyumbang Masyarakat Desa(Studi Praktik

Sumbang Menyumbang Dalam Acara Hajatan di Padukuhan Kepuhan, Desa

Argorejo, Kecamatan Sedayu, bantul-Yogyakarta). Dalam penulisannya sama-

sama membahas mengenai sumbang-menyumbang namun penulis

memfokuskan pada perilaku rewang hajatan. Rhespa lebih menekankan pada

solidaritas pola sumbang menyumbang pada masyarakat. Sedangkan penulis

membahas mengenai pola pertukaran sosial ekonomi pelaku rewang yang ada

di Desa Bojonegoro, Kedu, Temanggung.17

E. Kerangka Teori

Dalam tradisi rewang hajatan terdapat gejala sistem pertukaran dan

mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat

terhadap barang dan jasa.

Menurut Dalton resiprositas merupakan pola pertukaran sosial-

ekonomi. Dalam pertukaran tersebut, individu memberikan, menerima barang

atau jasa karena kewajiban sosial, ada kewajiban untuk memberi, menerima

dan mengembalikan kembali pemberian dalam bentuk yang sama atau

berbeda. Dengan melakukan resiprositas orang tidak hanya memenuhi barang

tetapi dapat memenuhi kebutuhan sosial yaitu penghargaan baik ketika

berperan sebagai pemberi ataupun penerima. Dalam pola resiprosits terdapat

hubungan simetris yakni hubungan sosial dengan masing-masing pihak

17

Rhespa Laeli Nurmardiani, “Solidaritas Pola Sumbang Menyumbang Masyarakat

Desa(Studi Praktik Sumbang Menyumbang dalam acara hajatan di padukuhan Desa Argorejo

Kecamatan Sedayu Bantul Yogyakarta )”, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga (2015).

Page 27: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

14

menempatkan diri dalam kedudukan dan peranan yang sama ketika proses

pertukaran sosial.18

Dalam setiap penulisan memiliki titik awal dan kejelasan atau landasan

berfikir untuk memecahkan suatu masalah. Sehingga perlu disusun kerangka

teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut

mana masalah tersebut akan disoroti. Untuk menganalisis data yang diperoleh,

penulis menggunakan teori pertukaran hadiah yang dipopulerkan oleh Marcell

Mauss. Marcell Mauss lahir di sebuah kota kecil, Lorraine, Prancis pada

tanggal 10 Mei 1872 dan meninggal selama Perang Dunia II yaitu pada tahun

1950. Ia berasal dari keluarga Yahudi, ia belajar ilmu filsafat pada sebuah

universitas di Bordeaux dan cara berfikirnya menjadi sangat terpengaruh oleh

ahli-ahli filsafat Perancis, O. Hamelin dan A.V. Espinas. Kemudian Mauss

pindah ke Paris dan belajar ilmu perbandingan agama, bahasa sansekerta, dan

filologi hindu beliau belajar di Universitas Ecole Pratique Des Hautes

Etudesm, di Paris. Ia kemudian belajar di Universitas College De France

bidang sosiologi pada tahun 1931. Karir beliau adalah guru besar agama

primitif di Universitas Ecole De Hautes Etudes Pratique Paris pada tahun

1902, Pendiri Institut Etnologi Universitas Paris pada tahun 1925, mengajar di

Universitas College De France pada tahun 1931 sampai 1939. Pada tahun

1898 di perancis khususnya paris terbit suatu majalah mengenai ilmu sosiologi

berjudul L’Annee Sociosogique yang di pimpin oleh suatu kelompok ahli-ahli

peneliti massyarakat di bawah pimpinan ahli sosiologi Emile Durkheim.

18 Sjafrin Sairin, Pengantar Antropologi Ekonomi(Yogyakarta: Pustaka Pelajar

2002)hlm.42

Page 28: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

15

Anggota-anggota lain yang bergabung salah satunya adalah Marcell Mauss, H.

Beuchat, M. David, A. Bianconni, R. Hertz, L. Levy-Bruhl dan lain-lain.

Marcell Mauss pada tahun 1925 menulis karangan yang mengenai fungsi dari

pranata tukar menukar hadiah dalam kehidupan masyarakat, bearjudul Essai

sur le Don dan diterjemahkan ke dalam bahasa inggris berjudul The Gift pada

tahun 1954 membuatnya terkenal dalam kalangan ilmu antropologi masa

kini.19

Teori pemberian diperkenalkan oleh Marcell Mauss yang

dikembangkan berdasarkan konsep gejala sosial. Gejala – gejala sosial tidak

bisa dipahami secara parsial (sebagian dari suatu keseluruhan) melainkan

harus di dilihat keterkaitan antara satu gejala dengan gejala yang lain secara

menyeluruh. Mauss berpendapat tukar menukar benda dan jasa bukanlah

sesuatu yang mekanik (mahir menggunakan mesin) melainkan lebih pada

suatu transaksi moral guna memupuk hubungan-hubungan antar individu

maupun kelompok. Selanjutnya Mauss mengatakan bahwa pada dasarnya

tidak ada pemberian yang bersifat Cuma-Cuma tetapi secara implisit ia

menuntut “pemberian kembali” itu diadakan khusus pada waktu yang berbeda.

Dengan demikian proses pertukaran menghasilkan lingkaran kegiatan yang

berlangsung terus menerus dari suatu periode ke periode yang lain bahkan dari

satu generasi ke generasi yang selanjutnya. Berbeda dengan masyarakat

modern yang berorientasi ekonomis, pemberian dalam masyarakat kuno

(arkhaik) lebih ditekankan pada nilai estetika, keagamaan, moral, dan hukum

19 Koentjaraningrat,Sejarah Antropologi I (Jakarta: UI-Press, 1987), hlm. 102-103.

Page 29: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

16

adat. Pemberian itu muncul dari kontrak atau perjanjian yang bersifat sangat

sederhana, bernuansa mitologis, dan sakral. Dalam kebudayaan perjanjian

pertama yang dilakukan manusia adalah dengan roh-roh nenek moyang dan

dewa-dewa. Kontrak ini dilandasi oleh keyakinan bahwa seseorang harus

mengorbankan sesuatu kepada dewa dan kemudian dewa akan membalasnya

sesuai dengan pengorbanan dari yang telah melaksanakan berkorban.

Pengorbanan kepada dewa dan pemberian kepada sesama manusia tujuanya

untuk membeli perdamaian atau kebahagiaan.

Adapun bentuk dari-bentuk dan fungsi pemberian dalam masyarakat

kuno (arkhaik) mrnghasilkan sistem “pertukaran pemberian” tidak hanya

melibatkan individu melainkan juga kelompok atau masyarakat secara luas,

dalam hubungan ini setiap pemberian merupakan cerminan dari sistem tukar

menukar di mana si pemberi dan si penerima saling mengimbangi

“kehormatan” atau harga diri masing-masing. Pemberian tidak bisa hanya

dinilai dari segi fisiknya tetapi harus dipahami sebagai prestation dalam

konteks sistem makna masyarakat setempat.

Dalam masyarakat bersahaja, hampir tidak ditemukan bentuk

pertukaran melalui pasar yang bernuansa profit atau keuntungan secara

finansial. Pertukaran itu dilangsungkan melalui kontrak-kontrak yang

melibatkan kewajiban-kewajiban suku dan keluarga. Sementara yang

dipertukarkan mencakup barang dan sistem prestasi menyeluruh (system of

total prestation) mencakup tukar menukar, penghargaan, hiburan, upacara,

bantuan tentara, perempuan, anak-anak, tari-tarian, pesta-pesta serta

Page 30: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

17

menyelenggarakan psar malam. Kesemua aktifitas tersebut dapat menjadi

landasan solidaritas antar individu dalam masyarakat apalagi dalam

masyarakat kuno (arkhaik). Fenomena tersebut juga terjadi di wilayah

Polinesia dan Melanesia. Di Amerika Barat laut tepatnya di Tringit dan Haida

memiliki kekhasan tersendiri yakni terdapat pottlatch (memberikan makanan

atau konsumsi). Pada musim dingin orang-orang kaya setempat biasanya

mengadakan festival berupa pesta makan-makan, meramaikan pasar malam

sebagai tempat pertukaran antar kelompok-kelompok suku, serta

melaksanakan upacara keagamaan. Selama kegiatan festival itu berlangsung

berbagai pihak melakukan kontrak atau pernjanjian Melalui kesempatan itu

juga dilangsungkan berbagai upacara pernikahan, kultus dewa agung, totem,

penyembahan roh nenek moyang, baik secara kelompok maupun individu.

Di kalangan masyarakat Polinesia, pemberian yang benar-benar dalam

bentuk pottlatch tidak ditemukan. Pemberian hanyalah berupa persembahan

sistem prestasi menyeluruh berdasarkan perjanjian permanen diantara klan

berdasarkan prinsip komunal. Contohnya adalah upacara perkawinan adat

Samoa terdapat tukar menukar tikar, perhiasan antar pemimpin, pemberian

dalam upacara kelahiran, sunatan, anak perempuan menginjak usia pubertas,

upacara penguburan dan perdagangan. Upacara-upacara tersebut merupakan

pertukaran prestise (mana) yang sekaligus menunjukkan kekayaan dari pihak

yang melaksanakan pemberian.

Pemberian yang sudah diterima wajib untuk diimbali (pemberian

kembali) pada saat yang lain. Ide tentang kewajiban memberikan imbalan

Page 31: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

18

dilandasi oleh keyakinan dan hukum akan kehilangan mana, otoritas dan

kekayaan khususnya bagi orang yang mengabaikan pembayaran kembali

tersebut. Pemberian Oala (harta kekayaan yang bersifat laki-laki) dan Tonga

(harta kekayaan yang bersifat perempuan) pada prinsipnya tidak membuat

orang tua yang melakukan upacara menjadi kaya. Namun mereka menilai

pemberian yang diterima dalam upacara itu sebagai kehormatan besar, dan

pada saat yang lain mereka harus membalasnya kembali. Dalam masyarakat

Polinesia Oala apalagi Tonga mengandung makna sebagai harta kekayaan

yang tidak bisa dihabiskan, demikian pula tikar perkawinan, perhiasan dan

jimat-jimat yang dibawaseorang perempuan yang baru kawin dianggap

sebagai harta yang sebenarnya. Bahkan Tonga diyakini dapat membuat orang

menjadi kaya, berkuasa dan berpengaruh.

Dengan mengutip catatan yang ditulis Hertz, Mauss berpendapat

bahwa di kalangan orang Maori tukar menukar diantara suku-suku atau

keluarga yang sudah saling mengenal, dilakukan tanpa suatu ketentuan (saling

menyetujui, persetujuan kedua belah pihak). Hanya saja dilandasi oleh suatu

kepercayaan, di mana masyarakat Maori meyakini bahwa Tonga merupakan

kendaraan dari mana yang bersifat gaib, keagamaan dan memiliki kekuatan

supranatural yang melekat pada pemberian tersebut. Tonga diyakini dapat

menghancurkan seseorang yang telah menerima sutu pemberian, tetapi tidak

bersedia melakukan kewajiban untuk membalas hadiah, oleh karena itu

muncul motivasi dari pihak yang pernah menerima pemberian untuk

melakukan imbalan, terutma untuk menghindri segala bentuk mala petaka.

Page 32: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

19

Penghargaan tehadap “prestasi total” sebagaimana dikemukakan di

atas bukan hanya membawa kewajiban memberi hadiah di pihak lainnya,

“penolakan memberi hadiah sama artinya dengan penolakan untuk menerima

hadiah”. Hal ini mengandung makna sebagai penolakan untuk saling

berhubungan (pershabatan), bahkan juga bisa diartikan sebagai ungkapan

penentangan (perang) terhadap pihak lain dalam masyarakat setempat.

Untuk menjelaskan hakikat pemberian dalam masyarakat bersahaja

antara lain Marcell Mauss mengutip pendapat Redcliffe Brown sebagai

berikut: tukar menukar yang berlangsung dalam masyarakat Andaman

berlangsung berlangsung tanpa ikatan (dalam arti murni bersifat suka rela).

Tukar menukar itu tidak melibatkan individu-individu tertentu, tetapi juga

melibatkan kelompok atau keluarga, artinya adalah tukar menukar tersebut

tidak ditekankan tujuan finansial, melainkan berdimensi moral, terutama untuk

mencerminkan tingkat kedermawanan masing-masing pihak. Oleh karena itu

masing-masing pihak berlombauntuk memberikan hadiah yang lebih bernilai

tinggi, misalnya dalam kaitan dengan pemberian dalam perkawinan.

Pemberian itu diharapkan dapat membina ikatan yang kuat dan harmonis

antara kedua kelompok kekerabatan.

Sementara itu tukar menukar pada berbagai kelompok kekerabatan

dalam masyarakat Melanesia merupakan cerminan dari Pottlatch yang lebih

tinggi mutunya, dalam konteks ini dapat dicontohkan sistem Pilu-pilu di

dalam masyarakat Kaledonia Baru dan sistem kula di kepulauan Trobriand.

Dengan mengutip dokumen yang dibuat Leenhardt, Mauss mengatakan bahwa

Page 33: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

20

Pilu-pilu bagi masyarakat kaledonia Baru bukan hanya terbatas pada sistem

pesta dan pemberianhadiah, melainkan juga persembahan pada roh nenek

moyang. Di pihak lain Kula yang sering dipahami sebagai “sistem

perdagangan berputar” dalam masyarakat Trobriand pada hakikatnya juga

menjadi saling memberi dan menerima donor ketika berlangsung berbagai

kunjungan yang bersifat berkala atau periodik, dalam hubungan ini

pengunjung umumnya berperan sebagai penerima pemberian dari pihak

penerima kunjungan dan pada kesempatan lain (tahun berikutnya) giliran si

pemberi yang akan melakukan kunjungan dan merekapun berperan sebagai si

penerima pemberian dari partner mereka di daerah tujuan. Kegiatan ini

menggambarkan tukar menukar non finansial yang terjadi dalam sistem kula

di kalangan masyarakat di kepualauan Trobriand.

Upacara menyampaikan benda-benda yang saling dipertukarkan itu,

umumnya berlangsung dengan khusuk dan bernuansa religius atau keagamaan.

Yang terpenting di antara benda-benda yang dipersembahkan itu adalah

vuygu’a yaitu semacam mata uang yang terbuat dari mwali(kerang yang telah

digosok dan dibentuk sebagai hiasan lengan untuk dipakai pada peristiwa-

peristiwa penting). Indah untuk peempuan yang diyakini sebagai sumber

kekayaan orang Trobiand bahkan menurut Mauss pemberian hadiah yang

dilakukan oleh seorang suami dalam masyarakat Trobiand kepada istrinya

haruslah dilihat sebagai suatu bentuk imbalan atas pelayanan seksual yang

diberikan sang istri terhadap suaminya tersebut.20

20 Https://PDF.Repository.unp.ac,id.>EMIZAL AMRI. Diakses pada 18 November 2017.

Page 34: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

21

Marcell Mauss melihat fenomena masyarakat kuno dalam membentuk

asumsi teori pertukaran hadiah, beliau berpendapat bahwa “segala sesuatu

baik berupa barang atau jasa yang di pertukarkan oleh masyarakat sebagai

wujud prestasi tukar menukar dalam pemberian hadiah”. Sesama manusia

melakukan tukar menukar benda atau jasa, menunjukkan fakta bahwa

memberi hadiah sama dengan memberi rasa santun atau memberi sari

kehidupan dari si pemberi kepada si penerima, dengan diterimanya suatu

benda yang diberikan maka diartikan bahwa si penerima pemberian telah

menerima santunan atau sari kehidupan si pemberi. Oleh karena itu si

penerima pemberian tidak dapat menolaknya karena penolakkan itu sama

dengan penghinaan atau tidak menghargai terhadap si pemberi tersebut atau

sama dengan suatu penolakan dalam hubungan sosial atau persahabatan.21

Hal tersebutlah yang menyebabkan mengapa pemberian tersebut harus

diimbali dengan pemberian kembali kepada si pemberi oleh si penerima

hadiah, secara tak langsung dan disadari dalam masyarakat terdapat suatu

bentuk penekanan atau kewajiiban untuk memberi dan menerima. Mauss

mengemukakan” pada dasarnya tidak ada pemberian yang cuma-cuma atau

gratis”, Segala sesuatu bentuk pemberian selau diikuti oleh suatu pemberian

kembali atau imbalan dan kewajiban dari mengembalikan barang yang

berharga merupakan suatu keharusan atau kehormatan muka akan hilang

untuk selamanya jika tidak dilakukan.22

21

Marcell Mauss, Bentuk dan Fungsi Pertukaran di Masyarakat Kuno (Jakarta: yayasan

Obor Indonesia, 1992), hlm. 16 22 Marcell Mauss, Bentuk dan Fungsi Pertukaran di Masyarakat Kuno(Jakarta: yayasan

Obor Indonesia,1992), hlm. 60.

Page 35: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

22

Hasil dari wujud interaksi tersebut menunjukkan perbedaan maksud

dan tujuan yang berbeda dalam suatu pertukaran yang semula. Saling tukar

menukar dalam pemberian prestasi terwujud sebagai saling tukar menukar

pemberian. Pemberian hadiah menurut Mauss mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Pengembalian benda yang diterima tidak dilakukan pada saat bersamaan

pemberian hadiah itu diterima, tetapi pada waktu yang berbeda sesuai

dengan adat kebiasaan yang berlaku, jika pemberian imbalan diberikan

pada waktu bersamaan namanya barter atau tukar menukar.

2. Pengembalian pemberian hadiah yang diterima tidak boleh berupa barang

yang sama dengan diterima tetapi dengan benda yang berbeda yang

mempunyai nilai sedikit lebih tiggi dari pada hadiah yang telah diterima

atau setidak-tidaknya sama dengan itu, tidak diperbolehkan

mengembalikan pemberian hadiah nilainya lebih sedikit dari yang

diterima.

3. Benda-benda pemberian yang diterima tidak dilihat sebagai benda dengan

nilai harfiah tetapi sebagai mana atau prestasi, karena benda-benda

tersebut dipercayai berisi mana atau kekuatan gaib yang oleh mauss di

golongkan ke dalam suatu kategori yang dinamakan Prestation atau

prestasi.

Melihat dari ciri-ciri saling tukar menukar pemberian prestasi yang

dijelaskan di atas, rewang hajatan yang ada di desa diwek merupakan

Page 36: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

23

kepentingan moral, dengan tujuan dari tukar menukar ini adalah untuk

menjalin interaksi atau persahabatan antara dua orang atau lebih.

F. Metode Penelitian

Metode pada dasarnya berarti instrument yang digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan.23

Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang mendalam (In Depth),

Jenis penelitian yang akan digunakan penulis adalah jenis penelitian lapangan

(field research),24

penelitian yang di gunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu

penyusunan langsung peneliti berdasarkan masalah yang diambil yaitu tentang

pola resiprositas dan praksis sosial rewang pada masyarakat di Desa

Bojonegoro Kedu Temanggung.

Penulis memilih Desa Bojonegoro sebagai lokasi penelitian

dikarenakan hampir semua orang yang melakukan rewang hajatan dan

pertukaran sosial ekonomi dalam bentuk sumbangan pada masyarakat

setempat relatif baik. Maka dari itu, penulis ingin melihat bagaimana

pertukaran sosial ekonomi yang terjadi pada pelaku rewang hajatan dan

bagaimana nilai-nilai agama yang terkandung dalam praksis sosial rewang

sehingga mereka bisa menjalin hubungan yang baik.

Penelitian lapangan skripsi ini adalah mengambil data sebanyak-

banyaknya dari informan mengenai latar belakang masalah yang di teliti.

23

Moh. Shuhada, Metodologi Penelitian Sosiologi Agama (Kualitatif) (Yogyakarta:

Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 34. 24 Lilik, Aslichati, dkk, Metode Penulisan Sosial, cet. Ke-7 (Jakarta: Universitas Terbuka,

2011), hlm. 330.

Page 37: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

24

1. Sumber Data

Penelitian ini mengambil data dari data primer dan data sekunder.

Data primer ditetapkan dari hasil observasi yang dilakukan di Desa

Bojonegoro, Kedu, Temanggung. Peneliti melakukan observasi yang

dilakukan pada tanggal 1 Januari 2017 di Desa Bojonegoro, serta

wawancara yang dilakukan pada saat itu, selain itu observasi juga

dilakukan dengan observasi partisipasif, dimana peneliti tinggal di Desa

Bojonegoro. Sedangkan data sekunder peneliti dapatkan dari data-data

yang ada di desa, dan literatur yang berhubungan dengan pembahasan

sebagai bahan acuan.

2. Obyek dan Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek peneliti adalah Pola

Resipositas dan Praksis Soial Rewang pada Masyarakat Desa Diwek

Bojonegoro Kedu Temanggung, sedangkan subyeknya adalah para pelaku

rewag dalam hajatan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan:

a. Pengamatan dan pengamatan terlibat(participant observation)

Peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan hadir dan

melihat aktifitas yang di lakukan masyarakat saat melakukan rewang

hajatan pernikahan dan melihat segala aktifitas di luar aktifitas rewang

dan pola resiprositas masyarakat. Peneliti melakukan pengamatan dan

partisipasi aktifitas masyarakat, peneliti juga melakukan observasi

Page 38: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

25

partisipasi dengan tinggal di Desa Bojonegoro sehingga penulis dapat

mengetahui aktifitas masyarakat Desa Bojonegoro, dan non partisipatif

penulis hanya mengamati serangkaian kegiatan yang penulis tidak

dapat ikut terlibatkan didalamnya. Karena rewang hajatan yang penulis

amati lebih dari 5 hajatan, dan itu merupakan hajatan dulu yang sudah

berlangsung maka digunakan observasi non partisipatif. Untuk hajatan

yang baru-baru saja diadakan peneliti menggunakan observasi

partisipatif. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, adapun

pelaksanaan observasi ini dilakukan dalam waktu 2,5 bulan yaitu dari

tanggal 1 September sampai 22 November 2017.

Dalam penelitian ini, partisipasi observasi dilakukan secara

bertahap. Pertama dilaksanakan selama satu minggu pada tanggal 1

September sampai 7 September 2017 dalam observasi ini, peneliti

melakukan penelitian observasi dengan ikut serta dalam rewang

hajatan di salah satu warga Desa Bojonegoro. Peneliti juga mengamati

pola pertukaran yang dilakukan masyarakat saat melalukan rewang.

b. Narkubo Achmadi menyatakan wawancara adalah proses tanya jawab

yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih

bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi

atau keterangan-keterangan(Narkubo-Achmadi,2002: 83-99). Peneliti

dalam melakukan kegiatan wawancara menggunakan alat-alat sebagai

berikut, yaitu daftar pertanyaan, buku catatan, kamera(untuk

mengambil foto atau dokumentasi) dan melakukan rekaman suara.

Page 39: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

26

Peneliti mewawancarai sekitar 14 orang informan. Wawancara

dilakukan door open the door, yaitu dari satu pintu rumah kepintu

yang lain secara langsung peneliti mendatangi rumah warga.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data langsung dari

masyarakat, dan masyarakat yang teribat dalam aktifitas pertukaran

sosial ekonomi. Sealin itu peneliti juga melakukan wawancara

mendalam, peneliti melaukan wawancara dengan informan kunci.

Informan instansi pemerintahan Bapak Siyono untuk

mendapatkan informasi tentang struktur masyarakat Desa Bojonegoro.

Informan tokoh masyarakat Bapak Nuryadi untuk mendapatkan

informasi tentang keagamaan masyarakat Desa Bojonegoro. Informan

sesepuh masyarakat Bapak Nuryadi untuk mendapatkan informasi

tentang sejarah awal mula Desa Bojonegoro.

Informan masyarakat yang melakukan rewang yaitu Ibu Narti,

Ibu Rati, Ibu Mur, Ibu Tinah, Bapak Sabar, Bapak Teguh, Bapak Hadi,

Bapak Rahayu, Bapak Asmadi, Bapak Triyanto, dan Bapak Walgito

untuk mendapatkan informasi tentang pertukaran sosial dan ekonomi

yang terjadi pada rewang hajatan pernikahan. Dalam melakukan

wawancara penulis sebagian besar menggunakan pendekatan informal

dengan metode”snow bolling” (bola salju) untuk mendapatkan

informasi yang lebih mendalam.

Page 40: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

27

4. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang di

gunakan dalam metodologi penelitian sosial metode ini mengumpulkan

data yang langsung ditujukan kepada subjek penelitian.25

Selama praksis sosial rewang hajatan berlangsung, penulis

berusaha mendokumentasikan semua aktifitas yang berhubungan dengan

pelaksanaan pertukaran sosial ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat

desa bojonegoro kedu temanggung dari awal hingga akhir. Metode ini

digunakan untuk menyempurnakan data-data yang diperoleh dari metode

observasi dan wawancara. Dokumentasi ini meliputi gambar atau foto,

kegiatan, dan tulisan-tulisan yang dapat dijadikan sebagai rujukan.

5. Penelusuran Pustaka

Penulis juga melakukan dan mengkaji dari sumber tertulis dan dari

internet untuk memperkuat data yang diperoleh di lapangan. Penulis

mengambil sumber tersebut dari Kepala Desa Bojonegoro Kedu

Temanggung, dan mengambil sumber tersebut dari desa setempat. data ini

membantu penulis untuk mengetahui kondisi geografis, demografis,

ekonomis, pendidikan, agama dan sosial kultur masyarakat.

6. Teknik Analisis Data

Penulis mengadakan pengumpulan data yang berhubungan dengan

tema, setelah itu data terkumpul kemudian menelaah data tersebut dengan

analisa dan diinterpretasikan sesuai dengan wawasan penulis sehingga

25 Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),hlm.70.

Page 41: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

28

diperoleh pengertian yang jelas. Dengan demikian penelitian ini adalah

penelitian kualitatif yang dalam studi ini akan dioperasikan melalui

deskriptif yaitu langkah-langkah melakukan reintrepetasi objek tentang

fenomena sosial yang terdapat dalam masalah yang diteliti.26

Penyajian

merupakan hasil dari penelitian lapangan, penyajian data ini dilakukan

dengan cara menyederhanakan bahasa informasi agar mudah untuk

dipaparkan dan memudahkan dalam penarikan kesimpulan.

7. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan sosiologi agama. Penelitian ini tidak hanya fokus pada Pola

Resiprositas dan Praksis Sosial Rewang pada Masyarakat Desa

Bojonegoro Kedu Temanggung, akan tetapi lebih kepada anggapan Nilai-

nilai Agama yang terkandung dalam prasis sosial rewang hajatan.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh hasil penelitian yang sistematik dan baik, maka

pembahasan dalam penelitian skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan guna mengantarkan

pembahasan hasil penelitian secara menyeluruh dan sistematis serta menjadi

pijakan yang kokoh dalam mencari jawaban dari pokok masalah, yang terdiri

dari delapan sub bab yaitu latar belakang masalah alasan memilih judul,

batasan dan rumusan masalah sebagai titik fokkus untuk mengurai objek

26 Jacob Verdenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat(Jakarta: Gramedia,

1984), hlm. 34

Page 42: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

29

penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian,

tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika

pembahasan.

Bab Kedua, berisi deskripsi umum mengenai Desa Diwek Bojonegoro

Kedu Temanggung, diantarannya Letak Geografis, Struktural di Desa,

keadaan penduduk, kehidupan sosial, budaya, pendidikan, agama, dan keadaan

ekonomi masyarakat Desa Diwek Bojonegoro Kedu Temanggung

Bab Ketiga, memaparkan mengenai pola resiprositas dan praksis sosial

rewang di desa diwek bojonegoro kedu temanggung.

Bab Keempat, memaparkan mengenai nilai-niali agama yang

terkandung dalam sosial praksis rewangg hajatan.

Bab Kelima, penulis akan membahas tentang penutup yang terbagi

menjadi dua sub bab yaitu kesimpulan yang berisi jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan yang ada di rumusan masalah serta kritik dan saran mengenai

penelitian dan diakhiri dengan kata penutup.

Page 43: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan analisis yang penulis paparkan,

maka penulis dapat menyimpulkan beberapa point penting terkait dengan

judul“Pola Resiprositas dan Praksis Sosial Rewang pada Masyarakat Desa

Bojonegoro Kedu Temanggung”, adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Praksis Rewang Hajatan Pernikahan yang terjadi di Desa Bojonegoro

merupakan salah satu kebiasaan (tradisi) yang sudah berjalan lama

ditengah masyarakat Desa Bojonegoro dalam melaksanakan acara hajatan

pernikahan. Rewang merupakan sebutan untuk orang-orang khusus yang

dimintai tolong pemilik hajat untuk bersama-sama menyelesaikan acara

pernikahan. Proses minta tolong ini dikenal dengan istilah sambatan.

Berpegang pada praksis kehidupan sosial yang rukun, gotong royong

tolong menolong dan solidaritas sosial.

2. Masyarakat Desa Bojonegoro dalam melakukan rewang hajatan

pernikahan Pada dasarnya dilandasi oleh semangat solidaritas dan gotong

royong yang tinggi antar sesama warga masyarakat tanpa mengharapkan

pamrih yang belebih.

Namun terdapat fenomena yang muncul yang sebenarnya ada

namun tidak begitu di sadari oleh masyarakat pada umumnya yaitu adanya

Page 44: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

84

sebuah pertukaran sosial ekonomi yang berorientasi lebih ke nilai ekonomi

dan berharap kembalinya kembali modal yang sudah di berikan dahulu.

Ada hubungan yang bersifat simetris dan tidak memandang status sosial

suatu masyarakat.

Melakukan beberapa pola pertukaran sosial ekonomi yang disebut

dengan resiprositas, dalam pertukaran tersebut berupa, uang, waktu dan

tenaga. Masyarakat membaur menjadi satu dan bekerja secara bersama-

sama untuk segera menyelesaikan acara hajatan dan mengoptimalkan

acara hajatan agar berlangsung secara baik.

3. Nilai-nilai agama dan tradisi kebudayaan masyarakat menjadi landasan

dasar dalam melakukan rewang hajatan pernikahan karena hampir seluruh

masyarakat Desa Bojoegoro beragama islam. Dengan anggapan mendapat

ridho Allah juga mendapatkan keuntungan yang bersifat materil, yaitu

apabila suatu saat melakukan acara hajatan akan ada yang membantu

berupa uang, tenaga dan pikiran. Siklus pola yang berlangsung secara

terus menerus ini seperti sebuah tabungan dan harus di laksanakan sebagai

suatu kewajiban sebagai mahluk sosial dan beragama.

4. Adanya hukum norma berupa gunjingan bila ada salah satu individu tidak

melakukan rewang dengan baik dan benar di Desa Bojonegoro.

5. Ada perbedaan cara rewang di kota dan di desa, di kota sudah

menggunakan sistem upah dan di desa masih menggunakan sistem

pertukaran sosial ekonomi.

Page 45: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

85

B. Saran

Berdasarkan penelitian tersebut penyusun dapat memberikan saran

sebagai berikut:

1. Semangat gotong royong, tolong menolong, rukun dan solidaritas sosial

haruslah di jaga dan dipertahankan untuk kepentingan individu dan

bersama karena berlangsung secara lama dan berulang dan masyarakat

satu yang lainnya saling membutuhkan tidak bisa hidup sendiri.

2. Pola pertukaran sosial ekonomi atau resiprositas yang dilakukan dalam

masyarakat sesuai dan tidak tumpang tindih maksudnya adalah besarnya

nilai uang atau barang sama atau kalau bisa bahkan lebih mengingat hal

tersebut sebagai tabungan dan salah satu penunjang dalam terlaksananya

acara hajatan pernikahan yang baik.

3. Dalam melakukan rewang hajatan sebaiknya pelaku rewang hajatan

bersungguh-sungguh dalam melakukan rewang baik itu dalam hal jasa,

maupun uang untuk menghindari hukum norma berupa gunjingan.

Page 46: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

DAFTAR PUSTAKA

A.Zahid. 2015. “Pola Rent-Cultural Berbasis Agama Masyarakat Longos

Sumenep Madura”. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga.

Ahimsa Putra, Heddy Shri. 1988. Minawang Hubungan Patron-Klien di Sulawesi

Selatan. Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press.

Aslichati, Lilik, dkk. 2011. Metode Penulisan Sosial. cet. Ke-7. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Damarsanti, Santi. “Penggunaan Tata Ruang Pada Tradisi Tarub di Desa Bojong

Mungkid Magelang” dalam http:www.jurnal Perspektifarsitektur.com

diakses 4/12/2015.

Effendi Tukiran, Sofian. 2014. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Fawari. 2010. “Tinjauan Hukum Terhadap Sumbangan dalam Hajatan pada

Pelaksanaan Walimah dalam Perkawinan di Desa Rima Kec. Banyuasin

Sumatra Selatan”. Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah dan Hukum

UIN Sunan Kalijaga.

J Goodman, George Ritzer Douglas. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

MA, Morissan, dkk. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.

Mauss, Marcell. 1992. Bentuk dan Fungsi Pertukaran di Masyarakat Kuno.

Jakarta: yayasan Obor Indonesia.

Nasution, Zulkarnain. 2009. Solidaritas Sosial Partisipasi Masyarakat Desa

Transisi. Malang: UMM Press.

Sairin, Sjafri. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Shuhada, Moh. 2008. Metodologi Penelitian Sosiologi Agama (Kualitatif).

Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga.

Sugiyono, 2013. Skripsi Thesis dan Disertasi. Bandung: Alfabeta.

Suradi. 2015. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Buwuhan dalam

Pelaksanaan Hajatan, Studi Kasus di Desa Kendayakan Kecamatan Terisi

Kabupaten Indramayu”. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Sunan Kalijaga.

Page 47: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

Verdenbergt, Jacob. 1984. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

Wisadirana, Darsono. 2005. Sosiologi Pedesaan. Malang: UMM Press.

Page 48: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 49: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 50: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 51: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 52: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 53: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 54: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 55: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 56: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 57: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 58: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 59: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 60: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 61: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 62: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 63: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 64: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya
Page 65: POLA RESIPROSITAS DAN PRAKSIS SOSIAL REWANG PADA ...digilib.uin-suka.ac.id/30869/2/11540027_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR... · dan meminimalkan kesalah pahamaman, di desa bojonegoro hukumnya

CURRICULUUM VITAE

A. Data Diri

Nama : Widayanti

Tempat/ Tanggal Lahir : Temanggung, 22 Juli 1993

Alamat : Diwek Bojonegoro Kedu Temanggung

B. Data Orang Tua

Nama

Bapak : Mundjali

Pekerjaan : Perangkat Desa

Ibu : Kurniwati

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Diwek Bojonegoro Kedu Temanggung

C. Riwayat Pendidikan

UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta Fakultas Ushuludin Angkatan

2011-2018

MA AL-HUDA di Temanggung Tahun 2008 – 2011

MTsN Kedu di Temanggung Tahun 2005 – 2008

MI Bojonegoro di Temanggung Tahun 2001 – 2005