43
MODUL POLARISASI Disusun oleh : I MADE YULIARA Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Tahun 2016

POLARISASI - simdos.unud.ac.id · 2 bebas (free space), adalah c = 3 x 108 m/s.Besaran c dikenal dengan kecepatan cahaya dalam ruang bebas. Skema/ diagram medan listrik E dan medan

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • MODUL

    POLARISASI

    Disusun oleh :

    I MADE YULIARA

    Jurusan Fisika

    Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Udayana

    Tahun 2016

  • Kata Pengantar

    Puji syukur kami ucapkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa atas

    rahmatNya modul ini dapat diselesaikan. Modul Polarisasi ini merupakan bagian dari

    materi mata kuliah Optik, FI69337 (3SKS) yang disusun untuk digunakan sebagai

    pedoman bagi mahasiswa FMIPA Fisika Unud yang mengambil mata kuliah Optik

    pada semester genap tahun 2016.

    Terimakasih kami ucapkan kepada rekan-rekan dosen Jurusan Fisika yang

    telah memberikan ide dan meluangkan banyak waktu dalam mendiskusikan modul ini.

    Modul ini tidaklah sempurna, untuk itu segala bentuk kritik dan saran yang konstruktif

    sangat diharapkan untuk memperbaiki modul ini.

    Akhirnya kami ucapkan terimakasih semoga dapat menambah cakrawala ilmu

    pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca.

    April 2016

    Penyusun,

    I Made Yuliara

    i

  • DAFTAR ISI

    MODUL : Polarisasi Hal

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi ii

    1. Pendahuluan : Cahaya Sebagai Gelombang Elektromagnetik dan Metode

    Polarisasi Cahaya

    1

    2. Kegiatan Belajar 1 : Deskripsi Matematik; Polarisasi Linier, Polarisasi

    Lingkaran, Polarisasi Elips

    8

    3. Kegiatan Belajar 2 : Polarisator/ Polariser; Dischroism dan Polaroid,

    Polarisasi Oleh Pemantulan, Pembiasan Ganda

    (Birefringence), Retarder (Plat Gelombang); Kombinasi

    Polariser dengan Retarder; Aplikasi Polarisasi

    14

    4 Kegiatan Belajar 3 : Parameter Stokes, Vektor Jones, Matriks Jones,

    Matriks Mueller

    28

    5. Penutup…………………………………………………………………… 39

    6. Daftar Pustaka…………………………………………………………… 40

    ii

  • I. PENDAHULUAN

    Cahaya Sebagai Gelombang Elektromagnetik dan Metode Polarisasi

    Optik merupakan bagian/ cabang dari ilmu fisika yang mempelajari karakter/

    sifat-sifat dari cahaya dan interaksinya dengan materi. Dalam ilmu fisika dikenal 2

    katagori optik, yaitu :

    1) Optik Gelombang :

    Dalam optik gelombang, sifat-sifat cahaya yang akan dianalisis,

    diasumsikan sebagai gelombang speris.

    Menjelaskan interaksi dengan objek yang mempunyai ukuran sama

    dengan panjang gelombang

    2) Optik Geometri :

    Dalam optic geometri, pergerakan/ perpindahan cahaya dipandang

    sebagai suatu garis lurus.

    Menjelaskan interaksi dengan objek yang ukurannya lebih besar dari

    panjang gelombang

    Sifat-sifat gelombang dari cahaya dipelajari dalam Optik Fisis (Physical Optics)

    atau optik gelombang (Wave Optics). Sifat-sifat yang sering dimanfaatkan dalam optik

    gelombang, antara lain Difraksi, Interferensi, dan Polarisasi. Sifat ini sering digunakan

    dalam peralatan optik seperti Compact Discs (CD), Grating difraksi atau Polariser.

    Cahaya dalam optik gelombang, dipandang sebagai gelombang elektromagnetik

    yang terdiri dari getaran-getaran vektor medan listrik (E) dan magnet (B), saling tegak

    lurus satu sama lainnya dan sefase. Gelombang elektromagnetik juga merupakan

    gelombang transversal dan gelombang bidang dengan kecepatan rambat dalam ruang

    1

  • 2

    bebas (free space), adalah c = 3 x 108 m/s. Besaran c dikenal dengan kecepatan cahaya

    dalam ruang bebas.

    Skema/ diagram medan listrik E dan medan magnet B pada bidang 3 dimensi

    disajikan pada Gambar 1.

    Gambar 1. Skema E dan B

    Medan E dan B saling tegak lurus merambat dengan kecepatan c dalam arah z,

    ilustrasinya seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

    Gambar 2. E dan B saling tegak lurus

    Cahaya putih biasa arah getar gelombangnya fluktuaktif dengan arah sembarang.

    Secara alami, cahaya ini belum/ bukan merupakan cahaya terpolarisasi seperti

    misalnya cahaya dari matahari, lampu dalam klas, atau nyala lilin, akan tetapi dapat

  • 3

    dibuat agar menjadi terpolarisasi dengan instrumen optik yang dikenal dengan

    polariser/ polarisator. Proses membuat cahaya tak polarisasi menjadi terpolarisasi

    disebut dengan Polarisasi (Polarization).

    Representasi cahaya terpolarisasi dan yang tidak terpolarisasi disajikan pada

    Gambar 3 dan 4 berikut ini.

    Cahaya tidak terpolarisasi (unpolarized) :

    Gambar 3. Cahaya tak terpolarisasi

    Cahaya terpolarisasi (polarized) :

  • 4

    Gambar 4. Cahaya Terpolarisasi

    Metode Polarisasi Cahaya

    Secara garis besar, polarisasi dapat terjadi karena adanya fenomena :

    1) Pemantulan (Reflection)

    2) Penyerapan (Absoption)

    3) Pembiasan (Refraction)

    4) Hamburan (Scattering)

    Polarisasi Oleh Pemantulan :

    Cahaya tak terpolarisasi dapat menjadi terpolarisasi karena adanya pemantulan

    pada sudut polarisasi, yaitu p , yang dikenal dengan sudut Brewster’s. Ilustrasinya

    disajikan pada Gambar 6.

    Gambar 6. Ilustrasi pemantulan

    Cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya terpolarisasi dengan sudut Brewsters :

  • 5

    Polarisasi Oleh Serapan :

    Jika cahaya tak polarisasi melewati suatu film Polaroid, maka molekul-molekul

    penyusun film Polaroid akan menyerap sebagian cahaya yang melaluinya, sehingga

    hanya cahaya tertentu saja yang berhasil melewatinya. Ilustrasi untuk fenomena ini

    disajikan pada Gambar 7.

    Gambar 7. Ilustrasi penyerapan

    Untuk Polaroid (Polariser) yang ideal, maka intensitas (irradiansi) output atau

    intensitas yang keluar dari polaroid (I) sama dengan 1/2 dari intensitas yang datang/

    awal (I0). Secara matematik dapat diekspresikan oleh 𝐼 = 12𝐼0.

    Polarisasi Oleh Pembiasan

    Pembiasan terjadi ketika seberkas cahaya lewat dari 1 material/ bahan ke bahan

    lainnya. Pada kedua permukaan bahan terjadi perubahan arah berkas cahaya.

  • 6

    Gambar 8. Pembiasan

    Berkas cahaya yang dibiaskan mengalami beberapa derajat polarisasi dan terjadi

    pada bidang tegak lurus permukaan. Cahaya yang datang pada suatu bahan (Kristal)

    mengalami pembiasan dan terbagi menjadi 2 berkas cahaya.

    Polarisasi Oleh Hamburan

    Polarisasi cahaya terjadi secara parsial dari langit (sky). Polarisasi disebabkan

    oleh hamburan molekul-molekul udara yang ada pada amosfer.

  • 7

    Gambar 9. Hamburan molekul udara di atmosfer

    Warna biru dilangit disebabkan oleh karena adanya hamburan cahaya matahari

    dari molekul-molekul atmosfer. Hamburan ini, yang dikenal sebagai hamburan

    Rayleigh, yang lebih efektif terjadi pada panjang gelombang pendek. Hamburan

    Rayleigh merupakan hamburan elastis dari cahaya matahari (gelombang

    elektromagnetik) ketika cahaya matahari tersebut melewati partikel/ molekul yang

    mana panjang gelombang cahaya lebih panjang dari pada panjang gelombang partikel

    yang dilewatinya.

  • 8

    II. KEGIATAN BELAJAR 1

    Deskripsi Matematik

    Polarisasi Linier :

    Hanya medan listrik E yang berosilasi dan arahnya tetap. Ekspresi osilasi dari

    komponen medan listrik yang merambat dalam arah z positif :

    𝑬𝑥(𝑧, 𝑡) = �̂�𝐸0𝑥𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    𝑬𝑦(𝑧, 𝑡) = �̂�𝐸0𝑦𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡 + 𝜀)

    Jika tidak ada perbedaan fase (fase relatif, = 0), maka :

    𝑬𝑥(𝑧, 𝑡) = �̂�𝐸0𝑥𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    𝑬𝑦(𝑧, 𝑡) = �̂�𝐸0𝑦𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    Bila = 0, maka resultan komponen gelombang osilasi :

    𝑬(𝑧, 𝑡) = 𝑬𝑥 (𝑧, 𝑡) + 𝑬𝑦 (𝑧, 𝑡)

    𝑬(𝑧, 𝑡) = (�̂�𝐸0𝑥 + �̂�𝐸0𝑦) 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    (�̂�𝐸0𝑥 + �̂�𝐸0𝑦) merupakan amplitudo dan gelombangnya terpolarisasi bidang/ linier

    seperti disajikan pada Gambar 10 (a).

    Demikian juga apabila merupakan kelipatan ganjil ± , maka resultan komponen

    gelombang osilasinya adalah :

    𝑬(𝑧, 𝑡) = (�̂�𝐸0𝑥 − �̂�𝐸0𝑦) 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    (�̂�𝐸0𝑥 − �̂�𝐸0𝑦) merupakan amplitudo dan gelombangnya juga terpolarisasi bidang/

    linier seperti disajikan pada Gambar 10 (b).

    (1)

    (2)

    (3)

    (4)

  • 9

    Gambar 10. Polarisasi Linier

    Contoh :

    Tuliskanlah suatu ekspresi untuk gelombang terpolarisasi linier dengan

    frekuensi sudut dan merambat dalam arah z positif dengan bidang getarnya pada

    30o terhadap bidang zx.

    Jawab :

    Kita asumsikan amplitude gelombang merupakan besaran skalar, yaitu E0,

    sehingga komponen gelombang x dan y dapat ditulis sebagai :

    E0x = E0 cos 30o = 0,866 E0

    E0y = E0 sin 30o = 0,5 E0

    Jadi, 𝑬(𝑧, 𝑡) = (0,866 �̂�𝐸0 + 0,5 �̂�𝐸0) 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    Polarisasi Lingkaran :

    Dari persamaan 1, komponen gelombang/ osilasi :

    𝑬𝑥(𝑧, 𝑡) = �̂�𝐸0𝑥𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    𝑬𝑦(𝑧, 𝑡) = �̂�𝐸0𝑦𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡 + 𝜀)

    Bila fase relatif = -/2+2m (m = 0, ±1, ±2,…), atau

    = -/2, +3/2, -5/2, +7/2,…

  • 10

    dan amplitudonya E0x = E0y = E0 , maka bentuk kedua komponen gelombang adalah :

    𝑬𝑥(𝑧, 𝑡) = �̂�𝐸0 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    𝑬𝑦(𝑧, 𝑡) = 𝑗̂𝐸0 𝑠𝑖𝑛(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    Ilustrasi untuk keadaan polarisasi lingkaran (R-state dan L-state) disajikan pada

    Gambar 11.

    Gambar 11. Polarisasi Lingkaran

    Gelombang resultannya adalah :

    𝑬(𝑧, 𝑡) = 𝐸0[�̂� 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡) + �̂� 𝑠𝑖𝑛(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)]

    Besarnya E adalah E0 dan konstan, arahnya bergantung pada z dan t.

    Pada Gambar 11 (a) :

    Medan E berputar searah jarum jam. Karena amplitude konstan, maka ujung E

    membentuk suatu lingkaran (circular helix) dengan frekuensi sama. Keadaan medan

    seperti ini dikatakan terpolarisasi lingkaran kanan (right circularly polarized), R-state.

    Apabila fase relatifnya = /2-2m (m = 0, ±1, ±2,…), maka

    𝑬𝑥(𝑧, 𝑡) = �̂�𝐸0𝑥 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    𝑬𝑦(𝑧, 𝑡) = − 𝑗̂𝐸0𝑦 𝑠𝑖𝑛(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    Ketika amplitude komponen E0x = E0y = E0 , maka gelombang resultannya:

    (5)

    (6)

    (7)

  • 11

    𝑬(𝑧, 𝑡) = 𝐸0[�̂� 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡) − �̂� 𝑠𝑖𝑛(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)]

    Besarnya E adalah konstan dan berotasi berlawanan arah jarum jam, karena itu terjadi

    polarisasi lingkaran kiri (left circularly polarized), L-state . Keadaan polarisasi seperti

    ini diilustrasikan pada Gambar 11 (b).

    Bentuk skalar dari komponen-komponen gelombangnya (ingat: E0x = E0y = E0, dan

    juga = /2 ) kemudian dapat ditulis :

    𝐸𝑥𝐸0

    = 𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    𝐸𝑦

    𝐸0= 𝑠𝑖𝑛(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    Ke-2 persamaan di atas bila diolah secara matematik, maka dapat kita bentuk menjadi

    persamaan lingkaran, seperti disajikan pada persamaan (9).

    (𝐸𝑥𝐸0

    )2

    + (𝐸𝑦

    𝐸0)

    2

    = 𝑐𝑜𝑠2(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡) + 𝑠𝑖𝑛2(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡) = 1

    𝐸𝑥2 + 𝐸𝑦

    2 = 𝐸02 (persamaan lingkaran)

    Polarisasi Elips

    Besar dan arah E berubah, menyapu (sweeps) suatu lintasan berbentuk elips

    (elliptical helix). Dari persamaan 1, yaitu :

    𝑬𝑥(𝑧, 𝑡) = �̂�𝐸0𝑥𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    𝑬𝑦(𝑧, 𝑡) = 𝑗̂𝐸0𝑦𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡 + 𝜀)

    bentuk skalarnya dapat ditulis sebagai :

    𝐸𝑥(𝑧, 𝑡) = 𝐸0𝑥𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡)

    𝐸𝑦(𝑧, 𝑡) = 𝐸0𝑦𝑐𝑜𝑠(𝑘𝑧 − 𝜔𝑡 + 𝜀)

    (8)

    (9)

    (10)

  • 12

    Dengan melakukan manipulasi matematik, maka akan diperoleh persamaan

    elips, yaitu :

    (𝐸𝑦

    𝐸0𝑦)

    2

    + (𝐸𝑥𝐸0𝑥

    )2

    + 2 (𝐸𝑥𝐸0𝑥

    ) (𝐸𝑦

    𝐸0𝑦) cos 𝜀 = 𝑠𝑖𝑛2 𝜀

    Gambar 12. Polarisasi Elips

    Bentuk diagram/ pola dari Polarisasi disajikan pada Gambar 13.

    Gambar 13. Diagram Polarisasi

    Soal - soal Latihan :

    (11)

  • 13

    1. Tentukanlah superposisi gelombang E(y,t) dari gelombang-gelombang berikut :

    Ex(y,t) = i E0 cos k(y-vt)

    Ez(y,t) = - k E0 cos k(y-vt)

    Buatlah skets untuk E(0,t) pada t = 0, t = T/4, t = T/2, t = 3T/4, dan t = T yang

    mana T adalah periode.

    2. Verifikasilah bahwa, cahaya terpolarisasi linier merupakan sebuah kasus spesial

    dari keadaan polarisasi elips.

  • III. KEGIATAN BELAJAR 2

    Polarisator/ Polariser

    Polarisator/ polarizer merupakan suatu benda/ instrumen optik yang berfungsi

    mengubah cahaya yang tak terpolarisasi menjadi cahaya terpolarisasi.

    Dischroism dan Polaroid

    Dischroism berhubungan dengan penyerapan selektif dari berkas-berkas cahaya

    yang datang pada suatu elemen/ instrumen optik.

    Secara natural untuk kristal-kristal dischroism dikenal sebagai tourmaline, yang

    mana medan E yang paralel dengan sumbu optik kristal ditransmisikan dengan sedikit

    serapan, dan komponen yang normal sangat banyak diserap.

    Contoh pada kawat paralel ( wire grid polarizer) :

    Dalam hal ini, berkas cahaya yang tak terpolarisasi (misanya microwaves), yang

    lewat kawat paralel, akan menyebabkan terjadinya perubahan arah getar gelombang.

    Berkas cahaya yang ditransmisikan merupakan berkas cahaya terpolarisasi linier tegak

    lurus kawat. Sekumpulan polaroid merupakan analogi dari kawat parallel.

    Gambar 14a. Polarisasi dengan kawat paralel

    14

  • 15

    Gambar 14b. Polarisasi dengan Polaroid

    Dua polaroid disusun secara linier (Gambar 14b). Cahaya tak terpolarisasi

    datang dengan amplitude E0, dan sumbu transmisi polariser membentuk sudut

    terhadap sumbu transmisi analiser sehingga besar komponen E sepanjang sumbu

    transmisi adalah :

    E = E0 cos

    Intensitas/ Irradiasi (I) ~ kuadrat amplitude (E)

    𝐼(𝜃) = (𝐸0𝑐𝑜𝑠𝜃)2

    Bila = 0, maka I(0) bernilai maksimum, yaitu :

    𝐼(0) = 𝐼0 = (𝐸0)2

    Sehingga I() = (E0 )2 cos2

    Atau,

    I ( ) = I0 cos2 (Hukum Malus)

    yang mana I0 = Intensitas/ Irradiansi awal

    (12)

  • 16

    Gambar 15. Sudut polarisasi dan sumbu transmisi

    Nilai intensitas rata-rata untuk 1 siklus merupakan nilai rata-rata terhadap waktu

    (periode) yang secara matematik dapat ditulis sebagai :

    2/cos 02

    0 III

    Persamaan 13 menjelaskan bahwa, cahaya yang mengalami polarisasi kehilangan 1/2

    intensitasnya.

    Jadi, Polariser 1 akan mereduksi intensitas yang datang (I0) sebesar 1/2, sehingga

    intensitas/ irradiansi yang keluar dari Polariser 1 adalah 𝐼1 =1

    2 𝐼0

    transmission axis

    z0E

    E

    (13)

  • 17

    Gambar 16. Polarisasi 2 polaroid

    Pada Polariser 2 (Analiser), intensitas yang datang (I1) tereduksi dengan faktor cos2 ,

    sehingga intensitas yang keluar dari Analiser adalah I =1

    2 𝐼0𝑐𝑜𝑠

    2𝜃

    Contoh :

    • Cahaya tak terpolarisasi melewati 2 polariser yang disusun sedemikan rupa,

    yang mana ke 2 sumbu transmisi dari polariser membentuk sudut 90o. Jika

    intensitas cahaya yang datang adalah I0, tentukanlah intensitas yang keluar dari

    masing-masing polarizer (I1 dan I2).

    Jawaban :

    • Intensitas yang datang pada polariser linier berkurang menjadi setengahnya :

    I1 = I0/2

  • 18

    • Cahaya yang ditransmisikan oleh polarizer 1 merupakan cahaya terpolarisasi

    linier secara vertikal. Sumbu transmisi polariser 1 dengan 2 membentuk sudut

    = 90o , sehingga sesuai dengan hukum Malus :

    I2 = I1cos2

    = (I0 /2) cos2 90o = 0

    Tugas :

    1. Cahaya tak terpolarisasi dengan intensitas I0 datang pada susunan tiga filter

    polarisasi (polarizer). Sumbu polarizer kedua berorientasi pada 45o dengan

    polarizer pertama, sedangkan sumbu polarizer ketiga berorientasi 90o dengan

    polarizer pertama.

    Tentukan intensitas cahaya yang ditransmisikan melalui ketiga polarizer !

    Jawaban :

    2/01 II

    0

    0

    2

    12

    25,0

    5,02

    1

    45cos

    I

    I

    II

    0

    0

    2

    2

    2

    23

    125,0

    5,025,0

    45cos

    )4590(cos

    I

    I

    I

    II

    2. Cahaya dengan intensitas I0 datang pada tiga lapis polaroid. Polaroid pertama

    dan ketiga disilangkan, yang mana sumbu mudah/transmisi keduanya

  • 19

    membentuk sudut 90o satu sama lain. Polaroid yang tengah/ kedua membentuk

    sudut dengan sumbu polaroid pertama.

    a. Sketlah susunan ke-3 polaroid tersebut dan tunjukkanlah bahwa intensitas

    output adalah

    I =I08

    sin2(2θ)

    b. Berapakah besar sudut supaya intensitas yang datang berkurang 90 % ?

    Jawaban :

    a)

    𝐼1 =1

    2𝐼0 𝐼2 = 𝐼1 𝑐𝑜𝑠

    2𝜃 =1

    2𝐼0 𝑐𝑜𝑠

    2𝜃

    𝐼3 = 𝐼2𝑐𝑜𝑠2(𝜋 2 − 𝜃⁄ )

    =1

    2𝐼0 𝑐𝑜𝑠

    2(𝜃)𝑐𝑜𝑠2(𝜋 2 − 𝜃⁄ )

    cos(𝜋 2 − 𝜃⁄ ) = cos 𝜋 2⁄ cos𝜃 + 𝑠𝑖𝑛 𝜋 2⁄ sin𝜃

    = sin𝜃

    cos2(𝜋 2 − 𝜃⁄ ) = sn2𝜃

    =1

    2𝐼0𝑐𝑜𝑠

    2𝜃 𝑠𝑖𝑛2𝜃

    𝑠𝑖𝑛(𝜃 + 𝜃) = 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑐𝑜𝑠𝜃 + 𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑠𝑖𝑛𝜃

    = 2𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑠𝑖𝑛𝜃

    sin22𝜃 = 4cos2𝜃sin2𝜃

    1

    4sin22𝜃 = cos2𝜃sin2𝜃

  • 20

    𝐼 = I3 =1

    8𝐼0 𝑠𝑖𝑛

    22𝜃

    b) 𝐼 =1

    8𝐼0 𝑠𝑖𝑛

    22𝜃

    8 𝐼

    I0 = 𝑠𝑖𝑛22𝜃

    𝑠𝑖𝑛 2𝜃 = (8 𝐼

    𝐼0)

    1 2⁄

    Intensitas berkurang 90% (masih tersisa 10% dari I0 ) I = 10% x I0 = 0,1I0

    𝑠𝑖𝑛 2𝜃 = (8 x 0,1I0

    I0)

    1 2⁄

    = 0,894

    2𝜃 = sin−1(0,894) = 63,435o atau 𝜃 = 31,7o

    Polarisasi Oleh Pemantulan

    • Cahaya tak terpolarisasi dapat menjadi terpolarisasi sebagian atau seluruhnya

    melalui pemantulan dan besarnya berkas polarisasi yang dipantulkan

    bergantung pada sudut datang.

    (a) (b)

    Gambar 17. Polarisasi pemantulan

  • 21

    Bila = 0, maka r + t = 900 . Dalam keadaan demikian, sudut datang akan

    menjadi p , yang dikenal dengan sudut polarisasi atau sudut Brewster’s.

    p + t = 900

    Dari Hukum Snell’s :

    𝑛𝑖𝑠𝑖𝑛𝜃𝑝 = 𝑛𝑡𝑠𝑖𝑛𝜃𝑡

    tetapi t = 900 - p , sehingga :

    𝑛𝑖𝑠𝑖𝑛𝜃𝑝 = 𝑛𝑡𝑐𝑜𝑠𝜃𝑝

    tan 𝜃𝑝 =𝑛𝑡

    𝑛𝑖 (hukum Brewster’s)

    Kasus : untuk ni = 1 (udara) ke nt 1,5 (glass), maka p = 560

    Pembiasan Ganda (Birefringence)

    Birefringence : Keadaan dari polarisasi bergantung pada indeks bias bahan yang

    membiaskan gelombang datang menjadi berkas-berkas cahaya, yaitu ordinary (o) dan

    extraordinary (e). Jadi, cahaya yang datang dikonversi menjadi dua berkas cahaya

    terpolarisasi. Ilustrasi keadaan seperti ini disajikan pada Gambar 18.

    Gambar 18. Polarisasi pembiasan

    (14)

  • 22

    Retarder (Plat Gelombang)

    Plat 1/2 gelombang

    Plat 1/2 merupakan suatu elemen optik yang dapat menghasilkan fase relatif

    antara gelombang o (o-wave) dan gelombang e (e-wave) sama dengan 1800

    atau . Dalam hal ini elemen optik mengubah berkas polarisasi yang datang

    menjadi berkas polarisasi yang baru. Arah sumbu optik yang sejajar/ parallel

    terhadap negatif retarder dikenal sebagai sumbu cepat (fast axis), sedangkan

    arah sumbu optik yang tegak lurus terhadap retarder dikenal sebagai sumbu

    lambat (slow axis).

    Gambar 19. Polarisasi plat retarder

    Gambar 20. Polarisasi dengan plat ½ gelombang

    Plat 1/4 gelombang (a quarter-wave plate)

    Plat 1/4 gelombang merupakan elemen optik yang dapat menghasilkan fase

    relatif antara komponen o-wave dan e-wave sama dengan 900 atau /2.

  • 23

    Biasanya elemen optik tersebut terbuat dari quartz, mica atau dari bahan plastik

    polimetrik organik.

    Gambar 21. Polarisasi dengan plat 1/4 gelombang

    Pada gambar 21 terlihat bahwa, elemen optik yang berupa plat 1/4 gelombang

    mentransformasikan cahaya terpolarisasi linier 450 menjadi terpolarisasi lingkaran

    dengan fase relatif /2

    Kombinasi Polariser dengan Retarder

    Suatu polariser/ polarisator linier ditempelkan pada pelat 1/4 gelombang

    (quarter-wave plate), kemudian diorientasikan pada sudut 450 satu sama lain

    (lihat gambar ; A-B dan C-D).

    Gambar 22. Polariser dan retarder

  • 24

    Soal latihan :

    1. Seberkas cahaya terpolarisasi linier dalam arah z, merambat dalam arah x

    melalui suatu plat 1/4 gelombang (quarter wave) yang sumbu cepat sepanjang

    arah y. Dengan asumsi bahwa amplitudo berkas cahaya yang datang E0,

    ekspresikanlah gelombang harmonik timbul/ terjadi. (Jawab : 𝑬(𝑦, 𝑡) =

    �̂� 𝐸0𝑠𝑖𝑛(𝑘𝑦 − 𝜔𝑡) )

    2. Sebuah plat 1/2 gelombang untuk cahaya merah (r = 780 nm) ditempatkan

    diantara dua polarizer linear yang disilangkan dengan sumbu cepatnya

    membentuk sudut 46° terhadap sumbu transmisi polarizer. Jelaskanlah

    pengaruh dari susunan tersebut pada berkas cahaya merah yang datang yang

    tak terpolarisasi. (Jawab : cahaya yang keluar merah, terpolarisasi linier dan

    sejajar dengan sumbu transmisi analiser)

    Aplikasi Polarisasi

    1. Kaca (sunglasses) Polaroid

    Pantulan dari suatu permukaan obyek yang menyebabkan silau (glare)

    dapat diminimalisir menggunakan kaca polaroid. Sumbu polarisasi

    lensanya vertikal yang mana pantulan dari permukaan-permukaan

    horizontal sebagian besar menyebabkan silau.

  • 25

    Hal yang sama juga terdapat pada beberapa kacamata yang dilapisi oleh lapisan

    polaroid yang berfungsi mereduksi silau (glare).

    2. Analisis Stres

    Frinji dapat terjadi dan dianalisis pada bagian blok transparan akibat adanya

    stress/ tekanan. Pola-pola frinji bervariasi dengan stres

    3. Liquid Cristal Display (LCD)

    Kristal cair (LCD) merupakan zat yang mempunyai perilaku seperti cairan dan

    digunakan sebagai tampilan informasi (display). Bentuk molekulnya adalah

    yang panjang dan tipis.

    Tegangan listrik pada Liquid Crystal Diode (LCD) ketikan dinyalakan atau

    dipadamkan dapat mempengaruhi keadaan filter polarisasi, sehingga

    memberikan tampilan yang bervariasi.

  • 26

    Seven segmen LCD :

    4. Antena VHF dan UHF (aerial)

    Gelombang-gelombang radio dapat dideteksi melalui medan listrik E maupun

    medan magnet B. Statiun mentransmisikan gelombang-gelombang radio yang

    terpolarisasi linier/ bidang.

    Medan listrik gelombang elektromagnetik E yang menghasilkan arus dalam

    antenna terdapat pada kawat/ batang besi antena, kemudian disambungkan ke

    receiver (Gambar a). Antena mengubah medan magnet B menginduksi ggl dan

    arus dalam loop antenna (Gambar b).

  • 27

    Soal latihan :

    Jelaskan mengapa langit tampak berwarna biru pada siang hari dan merah pada

    pagi dan sore hari (sunsets dan sunrise) !

  • IV. KEGIATAN BELAJAR 3

    Parameter Stokes

    • G.G Stokes (1852), memperkenalkan 4 kuantitas yang berfungsi untuk

    mengobservasi gelombang dan menemukan bahwa, keadaan polarisasi dapat

    dijelaskan melalui definisi eksperimental

    • Definisi operasional dari parameter Stokes adalah :

    S0 = 2I0

    S1 = 2I1 – 2I0

    S2 = 2I2 – 2I0

    S3 = 2I3 – 2I0

    Tinjau komponen fungsi gelombang pada z konstan :

    𝑬𝑥(𝑡) = �̂�𝐸0𝑥 (𝑡) 𝑐𝑜𝑠 (�̅�𝑧 − �̅�𝑡 + 𝜀𝑥(𝑡))

    𝑬𝑦(𝑡) = 𝑗̂𝐸0𝑦 (𝑡) 𝑐𝑜𝑠(�̅�𝑧 − �̅�𝑡 + 𝜀𝑦(𝑡))

    Keadaan polarisasi elips hanya valid dalam waktu sesaat (hanya bergantung t),

    sehingga berlaku :

    (𝐸𝑦(𝑡)

    𝐸0𝑦(𝑡))

    2

    + (𝐸𝑥(𝑡)

    𝐸0𝑥(𝑡))

    2

    + 2 (𝐸𝑥(𝑡)

    𝐸0𝑥(𝑡)) (

    𝐸𝑦(𝑡)

    𝐸0𝑦(𝑡)) cos 𝜀 = 𝑠𝑖𝑛2 𝜀

    yang mana = 𝜀𝑦 − 𝜀𝑥

    Untuk mendapatkan parameter Stokes, integral rata-rata terhadap waktu dan lakukan

    manipulasi matematik, sehingga diperoleh :

    20y0x2

    0y0x

    22

    0y

    2

    0x

    22

    0y

    2

    0x εsinEE2εcosEE2EEEE

    Empat parameter Stokes pada persamaan di atas adalah :

    (15)

    (16)

    (17)

    (18)

    28

  • 29

    𝑆0 = ⟨𝐸0𝑥2 ⟩𝑇 + ⟨𝐸0𝑥

    2 ⟩ T = I

    𝑆1 = ⟨𝐸0𝑥2 ⟩𝑇 − ⟨𝐸0𝑥

    2 ⟩T = Q

    𝑆2 = ⟨2𝐸0𝑥𝐸0𝑦 𝑐𝑜𝑠 𝜀⟩T = U

    𝑆3 = ⟨2𝐸0𝑥𝐸0𝑦 𝑠𝑖𝑛 𝜀⟩T = V

    Dalam bentuk vektor kolom ditulis : S = [

    𝑆0𝑆1 𝑆2𝑆3

    ]

    Keadaan/ kondisi polarisasi dapat dilihat dari nilai parameter-parameter Stokes yang

    dijelaskan berikut ini.

    • S1 = S2 = S3 = 0 Tak terpolarisasi

    • S1 0, S2 0, S3 = 0 Terpolarisasi Linier

    • S1 = 0, S2 = 0, S3 0 Terpolarisasi Lingkaran/ Sirkular

    • S02 = S12 + S22 + S32 Terpolarisasi sempurna

    • S02 > S12 + S22 + S32 Terpolarisasi sebagian

    Derajat polarisasi dapat ditentukan dengan :

    𝑉 =(𝑆1

    2 + 𝑆22 + 𝑆3

    2)1 2⁄

    𝑆0

    Keadaan polarisasi dan nilai vektor Stokes disajikan berikut ini :

    (19

    )

    (20)

  • 30

    Vektor Jones

    Tinjau komponen fungsi gelombang pada z konstan :

    𝑬𝑥(𝑡) = �̂�𝐸0𝑥 (𝑡) 𝑐𝑜𝑠 (�̅�𝑧 − �̅�𝑡 + 𝜀𝑥(𝑡))

    𝑬𝑦(𝑡) = 𝑗̂𝐸0𝑦 (𝑡) 𝑐𝑜𝑠(�̅�𝑧 − �̅�𝑡 + 𝜀𝑦(𝑡))

    Representasi dalam bentuk kolom vektor gelombang resultan dari komponen skalar

    ditulis :

    𝑬(𝑡) = [𝐸𝑥(𝑡)

    𝐸𝑦(𝑡)]

    Dalam bentuk kompleks, kolom vektor Jones ditulis :

    �̃� = [𝐸0𝑥𝑒

    𝑖𝜑𝑥

    𝐸0𝑦 𝑒𝑖𝜑𝑦

    ]

    Keadaan polarisasi linier horizontal dan vertical ditulis :

    �̃�𝒉 = [𝐸0𝑥𝑒

    𝑖𝜑𝑥

    0]

    �̃�𝒗 = [0

    𝐸0𝑦 𝑒𝑖𝜑𝑦]

    Resultan dari 2 berkas yang koheren :

    �̃� = �̃�ℎ + �̃�𝑣

  • 31

    Bila E0x = E0y dan x = y, maka

    �̃� = [ 𝐸0𝑥𝑒

    𝑖𝜑𝑥

    𝐸0𝑥 𝑒𝑖𝜑𝑥

    ]

    = 𝐸0𝑥𝑒𝑖𝜑𝑥 [

    11

    ]

    [11

    ] Polarisasi linier ( P-State) dengan sudut +45o

    Amplitudo sama dan perbedaan fase = 0 (x - y = 0)

    Dalam banyak kasus, fase dan amplitude sering tidak diketahui.

    Bila persamaan (21) dibagi dengan √2𝐸0𝑥𝑒𝑖𝜑𝑥 maka

    �̃�45 =1

    √2[11

    ] Lihat Tabel

    Dengan cara yang sama, maka bentuk normalisasinya diperoleh :

    �̃�ℎ = [10

    ]

    �̃�𝑣 = [ 01

    ]

    Untuk cahaya polarisasi lingkaran kanan E0x = E0y , komponen y mendahului x

    sebesar 90o atau /2. Bentuk fase (kz - t) y - /2, sehingga

    �̃�𝑅 = [𝐸0𝑥𝑒

    𝑖𝜑𝑦

    𝐸0𝑥 𝑒𝑖(𝜑𝑦−𝜋 2⁄ )

    ]

    Kedua komponen dibagi dengan 𝐸0𝑥𝑒𝑖𝜑𝑦, maka diperoleh

    �̃�𝑅 = [ 1

    𝑒−𝑖𝜋 2 ⁄]

    = [1

    −𝑖 ]

    Jadi vector Jones normalisasinya adalah :

    �̃�𝑅 =1

    √2[

    1−𝑖

    ]

    (21)

  • 32

    Dengan cara yang sama untuk L-State, diperoleh

    �̃�𝐿 =1

    √2[1𝑖

    ]

    �̃�𝑅 + �̃�𝐿 =2

    √2[10

    ] Lihat Tabel

    Matriks Mueller

    Matriks berukuran 4 x 4 Lihat Tabel Matriks Mueller

    Vektor Stokes merupakan bentuk gelombang yang ditransmisikan

    Contoh 1.

    𝑆𝑡 =1

    2[

    1 1 0 01 1 0 00 0 0 00 0 0 0

    ] [

    1 000

    ]

    = [

    1 2⁄

    1 2⁄00

    ] [

    𝑆0𝑆1𝑆2𝑆3

    ]

    Artinya :

    Gelombang yang ditransmisikan punya irradiansi/ intensitas = 1/2 atau S0 = 1/2,

    dan keadaan polarisasi linier horizontal (S1 > 0).

    Contoh 2.

    Diketahui polarisasi elips sebagian dengan parameter Stokes : 4, 2, 0, 3

    Representasi dalam vektor Stokes dapat ditulis :

    [

    𝑆0𝑆1 𝑆2𝑆3

    ] = [

    4203

    ]

    Dapat dijelaskan bahwa :

    S0 = 4 intensitas/ irradiansi = 4

  • 33

    S1 = 2 > 0 lebih dekat ke horizontal daripada vertical

    S3 = 3 > 0 right-handed, elips mendekati lingkaran

    Derajat polarisasi 90%

    Bila gelombang tesebut ditransverse oleh plat 1/4 gelombang dengan sumbu cepat

    vertikal, maka :

    𝑆𝑡 = [

    1 0 0 00 1 0 00 0 0 − 10 0 1 0

    ] [

    42 03

    ]

    = [

    42

    −3 0

    ]

    Gelombang yang ditransmisikan punya irradiasi dan derajat polarisasi sama

    dengan sebelumnya dengan polarisasi linier sebagian.

    Matriks Jones

    Vektor Stokes dan matriks Mueller tidak bisa menjelaskan efek dari interferensi.

    Ketika informasi fase menjadi hal yang penting (seperti misalnya dalam kasus radio-

    astronomi, maser), maka kita harus menggunakan formalisme Jones, yaitu vektor

    kompleks dan matriks Jones untuk menggambarkan keadaan polarisasi.

    Asumsi : Berkas polarisasi yang datang = �̃�𝑖

    Berkas yang ditransmsikan setelah melalui “elemen optik” = �̃�𝑡

    Elemen optik mentransmisikan �̃�𝑖 menjadi �̃�𝑡, prosesnya dapat dijelaskan secara

    matematik menggunakan matriks 2 x 2, A yang dikenal dengan matriks Jones, yaitu :

    �̃�𝑡 = 𝐴 �̃�𝑖

    A adalah matriks 2 x 2, yaitu :

    (22)

  • 34

    𝐴 = [𝑎11 𝑎12𝑎21 𝑎22

    ]

    Sehingga :

    [�̃�𝑡𝑥�̃�𝑡𝑦

    ] = [𝑎11 𝑎12𝑎21 𝑎22

    ] [�̃�𝑖𝑥�̃�𝑖𝑦

    ] Lihat Tabel Matriks Jones dan Elemen Optik

    Dari uraian aljabarnya, dapat ditulis :

    �̃�𝑡𝑥 = 𝑎11 �̃�𝑖𝑥 + 𝑎12 �̃�𝑖𝑦

    �̃�𝑡𝑦 = 𝑎21 �̃�𝑖𝑥 + 𝑎22 �̃�𝑖𝑦

    Contoh :

    �̃� merepresentasikan keadaan polarisasi (P-State) pada +45, yang melalui

    elemen optik plat 1/4 gelombang dengan sumbu cepat vertikal (arah y), sehingga

    [�̃�𝑡𝑥�̃�𝑡𝑦

    ] = [1 0

    0 − 𝑖] [

    11

    ]

    �̃�𝑡 = [1

    −𝑖] berkas yang ditransmisikan berupa berkas polarisasi

    lingkaran kanan (R-State)

    Secara umum, untuk beberapa (n) elemen optik berlaku :

    �̃�𝑡 = 𝐴𝑛 … 𝐴1 �̃�𝑖

    Contoh :

    Dua matriks elemen optik 1/4 gelombang :

    �̃�𝑡 = [1 0

    0 − 𝑖] [

    1 00 − 𝑖

    ] [11

    ]

    = [1 0

    0 − 𝑖] [

    1−𝑖

    ]

    = [1

    −𝑖]

    Hasil ini menunjukkan bahwa, keadaan polarisasi yang terjai adalah polarisasi

    linier dengan sudut polarisasi – 45 (P-State pada -45o).

  • 35

    Soal-soal Latihan :

    1. Sebuah polarizer ideal diputar pada laju antar sepasang serupa polarizer

    menyeberang stasioner. Tunjukkan bahwa rapat fluks yang keluar akan

    dimodulasi empat kali frekuensi rotasi.

    Dengan kata lain, tunjukkan bahwa :

    yang mana I1 adalah rapat fluks/ intensitas/ irradiansi yang keluar dari

    polarizer pertama dan I adalah rapat fluks akhir.

    2. Berapakah sudut Brewster untuk pantulan cahaya dari permukaan sepotong

    kaca (ng = 1,65) yang dicelupkan dalam air (nw = 1,33)?

    3. Suatu zat berada dalam air dengan indeks bias ni = 4/3. Seberkas cahaya

    datang mengenai zat dan mengalami polarisasi bila cahaya datang

    membentuk sudut = 600.

    Hitunglah besar indeks bias zat nt ?

    4. Dua berkas cahaya inkoheren yang diwakili oleh (1,1,0,0) dan (3,0,0,3)

    ditumpang tindihkan (superimposed).

    (a) Jelaskan secara detail keadaan polarisasi masing-masing.

    (b) Tentukan parameter Stokes berkas cahaya gabungan dan jelaskan keadaan

    polarisasinya.

    (c) Berapakah derajat polarisasinya?

    (d) Apa cahaya yang dihasilkan oleh tumpang tindih berkas incoherent (1, 1.

    0, 0) dan (1, -1,0, 0)? Menjelaskan.

    Jawaban :

  • 36

    3. Gunakan persamaan 14, yaitu hukum Brewster untuk menentukan indeks

    bias zat nt.

    tan 𝜃𝑝 =𝑛𝑡𝑛𝑖

    𝑛𝑡 = 𝑛𝑖 tan 𝜃𝑝

    𝑛𝑡 =4

    3tan 60𝑜

    𝑛𝑡 =4

    3x √3

    𝑛𝑡 = 2,3

    Jadi besar indeks bias zat nt adalah 2,3

    4. a) E1 = (1,1,0,0)

    Keadaan Polarisasinya : Irradiansi/ Intensitas relative =1

    Polarisasi linier horizontal

    E2 = (3,0,0,3)

    Keadaan polarisasinya : Irradiansi/ Intensitas relative = 3

    Polarisasi lingkaran kanan (PR)

    Untuk kedua keadaan polarisasi , V = 1

    b) Berkas gabungan, E = E1 + E2 = (4,1,0,3) dan ada komponen polarisasi

    linier (P-state), polarisasi lingkaran kanan (R-State).

    c) Derajat polariasi dapat dihitung menggunaan persamaan 20 :

    𝑉 = (𝑆1

    2 + 𝑆22 + 𝑆3

    2)1 2⁄

    𝑆0=

    (12 + 02 + 32)1 2⁄

    4= 0,79

    d) Berkas yang dihasilkan : E = (1,1,0,0) + (1, –1,0,0) = (2,0,0,0).

    Jenis cahaya yang dihasilkan adalah cahaya tak terpolarisasi, dengan kata

    lain merupakan cahaya natural/ alami.

  • 37

    Beberapa keadaan polarisasi dari vektor Stokes dan vektor Jones :

  • 38

    Tabel Matriks Jones dan Mueller

  • V. PENUTUP

    Polarisasi merupakan peristiwa/ fenomena yang unik dari sifat cahaya sebagai

    gelombang elektromagnetik yang dapat diamati dengan instrumen optik dan dapat

    analisis secara matematis melalui penerapan matriks vector. Beberapa aplikasi

    polarisasi telah dimanfaatkan dalam teknologi dan memberikan keuntungan bagi

    kehidupan manusia terutama dalam optik modern. Diharapkan dengan adanya modul

    ini mahasiswa dapat lebih mudah mengerti dan memahami fenomena polarisasi dan

    aplikasinya.

    39

  • VI. DAFTAR PUSTAKA

    1. Crawford, Jr. F.S.1968. Waves, Barkeley physics course- volume 3. Barkeley,

    California

    2. Hecht, E. 2002. Optics. Fourth edition, Pearson Education, Inc., publishing as

    Addison Wesley, 1301

    3. --

    40

    Modul Polarisasi_Cov-DaftrIsi.pdf (p.1-3)Modul Polarisasi_ISI_Edit.pdf (p.4-43)