Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Poltekkes Kemenkes Padang
POLTEKKES KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG
PENYAKIT DALAM PRIA IRNA NON–BEDAH RSUP Dr.M.DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
YANI WULANDARI
NIM: 143110193
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
Poltekkes Kemenkes Padang
POLTEKKES KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG
PENYAKIT DALAM PRIA IRNA NON–BEDAH RSUP Dr.M.DJAMIL PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
YANI WULANDARI
NIM: 143110193
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
di Ruangan Interne Pria IRNA Non-Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2017“.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D-III Keperawatan
Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan, penyusunan proposal
dan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sangatlah sulit bagi peneliti
untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terimaksih kepada:
1. Ibu Ns. Hj. Defia Roza, S. Kep, M.Biomed selaku dosen pembimbing Idan
ibu Ns. Nova Yanti, M. Kep, Sp. Kep.MB selaku dosen pembimbing II yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
3. Bapak Direktur Dr.dr. H. Yusirman Yusuf, Sp. B, Sp. BA (K) MARS dan
Staf Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah banyak
membantu dalam usaha memperoleh data yang peneliti perlukan.
4. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
5. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
6. Bapak Drs. Maswardi M.Kes selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan dukungan dan pembelajaran selama peneliti berada di
Poltekkes Kemenkes RI Padang.
Poltekkes Kemenkes Padang
7. Bapak dan ibu dosen beserta staf Program Studi Keperawatan Padang
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang yang telah
memberikan bekal ilmu untuk bekal peneliti.
8. Kepada “Kedua Orang Tua” tersayang yang telah memberikan dorongan,
semangat, doa restu dan kasih sayang yang tiada terhingga. Tiada kata yang
dapat Ananda utarakan selain terima kasih dan semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan, rahmat dan karunia-Nya kita semua.
9. Sahabat-sahabat yang telah banyak membantu peneliti dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Teman-temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik
Kesehatan Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang Tahun 2014.
Terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah berjasa dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti. Peneliti
menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu,
peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Padang, Juni 2017
Peneliti
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL ............................................. …… v PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ vi ABSTRAK ................................................................................................... vii DAFTAR ISI…………………………………………………………............ viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kasus CHF ...................................................................... 7
1. Pengertian .............................................................................. 7 2. Penyebab ................................................................................ 7 3. Patofisiologi ........................................................................... 9 4. WOC...................................................................................... 13 5. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis ....................... 14 6. Dampak CHF………………………………………………… 16 7. Penatalaksanaan ..................................................................... 17
B. Konsep Asuhan Keperawatan CHF .............................................. 18 1. Pengkajian ............................................................................. 18 2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan .................................... 24 3. Perencanaan Keperawatan ............................................... …… 24
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 31 A. Desain Penelitian .......................................................................... 31 B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 31 C. Subjek Penelitian .......................................................................... 31 D. Alat/Instrument Pengumpulan Data ............................................... 32 E. Cara Pengumpulan Data ................................................................ 35 F. Jenis-Jenis Data ............................................................................ 36 G. Rencana Analisis........................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………. 37
A. Deskripsi tempat……………………………………………………… 37 B. Desripsi kasus………………………………………………………… 37 C. Pembahasan…………………………………………………………… 49
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB V PENUTUP…………………………………………………………… 62 A. Kesimpulan……………………………………………………………. 62 B. Saran………………………………………………………………….. 63
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….....
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 WOC ......................................................................................... 13
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
1. Table 2.1 Diagnosa Keperawatan NANDA 2015, NIC-NOC 2016…… 24
2. Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan……………………………………. 38
3. Tabel 4.2 Diagnosa keperawatan………………………………………. 43
4. Tabel 4.3 Rencana keperawatan………… ........................................ .. 43
5. Tabel 4.4 Implementasi keperawatan……………… ......................... ... 45
6. Tabel 4.5 Evaluasi keperawatan……………….. ............................... .. 47
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Studi Kasus
2. Lampiran 2 Surat Izin Melakukan Studi Dokumentasi
3. Lampiran 3 Informed Consent
4. Lampiran 4 Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan Responden I
5. Lampiran 5 Format Dokumentasi Asuhan Keperawatan Responden II
6. Lampiran 6 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
7. Lampiran 7 Absensi Penelitian di Ruangan Penyakit Dalam Pria
8. Lampiran 8 Surat Keterangan Selesai Penelitian
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular merupakan salah satu faktor penyebab kematian dini
pada negara berpenghasilan rendah dan menengah. Setiap tahunnya lebih dari
36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) atau 63 % dari
seluruh kematian. Salah satu PTM yang yang merupakan penyebab kematian
nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler (Pusdatin
Kemenkes RI, 2014). Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah
satu penyakit degeneratife yang mempunyai angka prevalensi paling tinggi di
masyarakat dan berpengaruh terhadap angka kejadian morbiditas dan
mortalitas di berbagai negara terutama di negara industri, mengakibatkan
lebih kurang 30 % kematian di Amerika Serikat (Guyton & Hall, 2007).
Menurut WHO tahun 2015 penyakit jantung masih menempati urutan teratas
sebagai penyebab utama kematian di dunia, yang mana tercatat dari
56.400.000 kematian di dunia 26.5 % nya di sebabkan oleh penyakit jantung.
Salah satu gangguan fungsi jantung di sebabkan karena gagal jantung.
Congestive Heart Failure (CHF) adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai
pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup
untuk memenuhi keperluan – keperluan tubuh . Congestive Heart Failure
(CHF) terjadi akibat kelainan otot jantung, sehingga jantung tidak bisa
menjalankan fungsinya sebagai alat untuk memompa darah dengan baik.
( Reeves dkk, 2001 dalam Wijaya S.Andra, 2013).
Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab dari CHF ini. diantaranya
faktor herediter/keturunan, jenis kelamin, usia, pola makan, kebiasaan
merokok, obesitas, diabetes mellitus, kurang melakukan aktifitas fisik, serta
riwayat hipertensi. Penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang responden
50% diantaranya memiliki faktor keturunan CHF dari keluarganya, terdapat
50 % responden yang berusia 40-59 tahun, terdapat 97,67 % atau hampir
seluruhnya responden yang memiliki pola makan yang tidak baik, terdapat
Poltekkes Kemenkes Padang
53,3 % responden yang memiliki kebiasaan merokok, terdapat 50 %
responden yang memiliki riwayat DM, terdapat 90 % responden yang tidak
berolahraga secara teratur atau memiliki aktivitas fisik yang kurang, serta
terdapat 66,7 % responden yang memiliki riwayat hipertensi (Nurhayati &
Nuraini, 2009).
Jika dilihat dari faktor jenis kelamin, laki –laki lebih beresiko terkena penyakit
CHF ini di bandingkan perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hamzah (2016) mengatakan bahwa terdapat 60 % atau 36
pasien CHF yang sedang menjalani rawatan sedangkan pasien perempuan
sebanyak 40 % atau 27 orang. Menurut Smeltzer & Bare (2013), angka
kejadian CHF pada laki-laki lebih tinggi daripada wanita karena adanya
hormon estrogen pada wanita dapat melindungi dari penyakit jantung, serta
kebiasaan laki-laki yang sering merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol
dan beraktivitas berat.
Keluhan yang sering di rasakan pada penderita CHF yaitu berupa sesak nafas,
batuk, mudah lelah saat beraktifitas ringan, kegelisahan atau kecemasan akibat
gangguan oksigenasi, edema pada ekstremitas bawah, anoreksia disertai mual,
sering berkemih di malam hari, serta mengalami kelemahan, bahkan sampai
mengalami penurunan kesadaran (Kasron, 2012).
Angka kejadian penyakit CHF terus mengalami peningkatan, baik di negara
maju maupun negara berkembang. Menurut American Heart Association (
AHA ) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada sekitar 5,3 juta penduduk Amerika
Serikat yang menderita gagal jantung. Sementara itu di Indonesia Prevalensi
penyakit gagal jantung berdasarkan pernah didiagnosis dokter sebesar 0,13%
atau diperkirakan sekitar 229.696 orang (Riskesdas ,2013). Angka kejadian
gagal jantung ini juga bisa dilihat dari berbagai Rumah Sakit besar di
Indonesia. Sebagai gambaran, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
pada tahun 2006 di ruang rawat jalan dan inap didapatkan 3,23 % kasus gagal
jantung dari total 11.711 pasien. Provinsi yang memiliki prevalensi kasus
Poltekkes Kemenkes Padang
tertinggi CHF adalah provinsi D.I Yogyakarta dengan persentase 0,25 %
sementara provinsi Sumatera Barat menempati posisi ketiga dengan angka
kejadian sebesar 0,13% atau terdapat sekitar 10.283 orang yang menderita
gagal jantung kongestive. Hal diatas menunjukkan gagal jantung congestive
merupakan salah satu penyebab angka kesakitan terbanyak. (Pusdatin
Kemenkes RI, 2014).
Data pencatatan dan pelaporan Rekam Medis dari RSUP Dr. M. Djamil
Padang, terdapat 590 pasien CHF yang di rawat di ruangan penyakit dalam
pada tahun 2014 dan 409 pasien pada tahun 2015. Sedangkan data yang
didapatkan di ruangan jika dilihat dari profil RSUP Dr. M.Djamil Padang
penyakit CHF termasuk 10 penyakit terbanyak rawat inap setelah
bronchopneumonia 19.59% di urutan pertama yaitu sebanyak 14.43% serta
CHF menempati posisi ketiga dari 10 penyakit terbanyak rawat jalan tahun
2014 atau sekitar 4.657 orang.
Berdasarkan survey awal peneliti pada tanggal 15 Maret 2017 di ruang
Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M.Djamil Padang, peneliti menemukan 3
orang pasien CHF yang sedang menjalani perawatan diantaranya Tn. Y
berumur 56 tahun dengan hari rawatan ke 9 dan ke dua kalinya pasien dirawat
dengan diagnosa yang sama. Pasien mengalami sesak nafas dengan frekuensi
nafas 25 x/i, nafas bertambah sesak saat beraktivitas, edema pada ekstremitas
atas, asites, batuk, tampak pucat serta mengalami penurunan nafsu makan.
Diagnosa keperawatan pada Tn. Y yaitunya resiko penurunan curah jantung,
kelebihan volume cairan, ketidakefektifan pola nafas, intoleransi aktivitas
serta ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pasien yang
kedua Tn.D berumur 46 tahun dengan hari rawatan ke 5 dan ke dua kalinya
pasien dirawat dengan diagnosa yang sama. Pasien mengalami sesak nafas
dengan frekuensi nafas 31 x/i, nafas bertambah sesak saat beraktivitas, tubuh
terasa lemah dan tampak pucat serta akral teraba dingin. Diagnosa
keperawatan pada Tn.D yaitu resiko penurunan curah jantung,
ketidakefektifan pola nafas dan intoleransi aktivitas. Pasien yang ke tiga Tn. Z
Poltekkes Kemenkes Padang
berumur 52 tahun dengan hari rawatan ke 4 dan ke tiga kalinya pasien dirawat
dengan diagnosa yang sama. Pasien mengalami sesak nafas dengan frekuensi
nafas 27 x/i, nafas bertambah sesak saat beraktivitas, tubuh terasa lemah,
pucat, dan penurunan nafsu makan. Diagnosa keperawatan pada Tn.Z yaitu
resiko penurunan curah jantung, ketidakefektifan pola nafas dan intoleransi
aktivitas.
Dilihat dari banyaknya kasus CHF yang terus meningkat maka peran perawat
sangat dibutuhkan untuk penanggulangan penyakit CHF, agar tidak
menimbulkan komplikasi yang lebih berat lagi yang dapat memperburuk
keadaan penderita. CHF harus ditangani dengan segera karena CHF dapat
mengurangi aliran darah ke ginjal yang akhirnya dapat menyebabkan gagal
ginjal, serta CHF dapat meningkatkan resiko stroke dan kematian bila tidak
ditangani dengan cepat, karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada
CHF dari pada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan
akan mengembangkan pembekuan darah, maka untuk mengatasi masalah
tersebut penting di lakukan asuhan keperawatan yang tepat guna mencegah
kematian serta dampak – dampak yang mungkin terjadi (Bararah & Jauhar,
2013).
Peran perawat yang pertama kali yang bisa dilakukan pada pasien CHF
menurut Muttaqin, 2012 yaitu menganjurkan posisi tirah baring serta
pembatasan aktivitas dapat mengurangi beban kerja jantung sehingga dapat
membantu jantung untuk tidak bekerja dengan berat dan suplai oksigen dapat
dihantarkan keseluruh sel, termasuk dalam sel jantung itu sendiri. Sedangkan,
menurut Brunner & Suddarth, 2013 intervensi kolaborasi pada pasien CHF
yang dilakukan oleh perawat yaitu dengan pemberian diuretik, oksigenasi,
vasodilator dan beta adrenergic antagonis (beta bloker). Diuretik merupakan
pilihan pertama untuk menurunkan kerja otot jantung. Terapi ini diberikan
untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Poltekkes Kemenkes Padang
Proses keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan CHF sama seperti
asuhan keperawatan lainnya yaitu mulai dengan melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa, menyusun perencanaan, mengimplementasikan
rencana, serta mengevaluasi dan mendokumentasikan hasil asuhan
keperawatan. Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan CHF adalah
dengan melakukan anamnesa yang meliputi keluhan utama pasien. Pasien
yang datang ke RS memiliki keluhan utama yang bervariasi ada yang datang
ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas, batuk, mudah lelah saat
beraktifitas ringan, kegelisahan atau kecemasan akibat gangguan oksigenasi,
edema pada ekstremitas bawah, anoreksia disertai mual, sering berkemih di
malam hari, serta mengalami kelemahan, bahkan sampai mengalami
penurunan kesadaran ( Wijaya & Yessi, 2014)
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian
“Asuhan Keperawatan pada Pasien CHF di Ruang Penyakit Dalam Pria IRNA
Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan pada Pasien CHF di Ruang Penyakit Dalam Pria IRNA Non
Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien CHF di Ruang
Penyakit Dalam Pria IRNA Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
Dari tujuan umum diatas didapatkan tujuan khususnya yaitu sebagai
berikut:
Poltekkes Kemenkes Padang
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien CHF di
Ruang Penyakit Dalam IRNA Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
pasien CHF di Ruang Penyakit Dalam IRNA Non Bedah RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan pencanaan asuhan keperawatan pada
pasien CHF di Ruang Penyakit Dalam IRNA Non Bedah RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan
CHF di Ruang Penyakit Dalam IRNA Non Bedah RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada pasien CHF di Ruang
Penyakit Dalam IRNA Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF.
b. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh
mahasiswa prodi D III Keperawatan Padang untuk peneliti selanjutnya.
c. Bagi RSUP Dr. M. Djamil Padang
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan masukan bagi
direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang beserta petugas pelayanan
keperawatan dalam meningkatkan kualitas penerapan asuhan
keperawatan pada pasien CHF.
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Kasus CHF
1. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) adalah gangguan multisistem yang
terjadi apabila jantung tidak lagi mampu menyemprotkan darah yang
mengalir ke dalamnya melalui sistem vena. (Robbins, 2007). Menurut J.
Charles Reeves (2001) dalam Wijaya & Yessi (2013), CHF adalah
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pemompa untuk mengantarkan
darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi
keperluan-keperluan tubuh.
Menurut Smeltzert & Bare (2013) CHF adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh jaringan. CHF merupakan
suatu keadaan patologis di mana kelainan fungsi jantung menyebabkan
kegagalan jantung untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan jaringan dengan
meningkatkan tekanan pengisian (Muttaqin,2012).
2. Penyebab
Pada CHF, jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah cukup
untuk menjaga lancarnya sirkulasi. Akibatnya terjadi penumpukan darah
dan tekanan ekstra dapat menyebabkan akumulasi cairan ke dalam paru-
paru. Gagal jantung terutama berkaitan dengan masalah-masalah
pemompaan otot jantung di bilik jantung, yang mungkin disebabkan oleh
penyakit-penyakit seperti infraktus otot jantung (serangan jantung),
endocarditis (infeksi pada jantung), hipertensi (tekanan darah tinggi),
atau valvular insufficiency.Jika penyakit mempengaruhi jantung sebelah
kiri, darah akan kembali ke paru-paru.
Poltekkes Kemenkes Padang
Jika penyakit mempengaruhi jantung sebelah kanan, sirkulasi sistemik
dapat kelebihan beban. Ketika gagal jantung menjadi signifikan, sistem
sirkulasi keseluruhan dapat terpengaruh.
Menurut Kasron (2012), ada beberapa penyebab dari gagal jantung
diantaranya :
a. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup
ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
degeneratif atau infalamasi.
b. Aterosklerosis Koroner
Aterosklerosis Koroner mengakibatkan disfungsi otot jantung
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit otot jantung
degenerative, berhubungan dengan gagal jantug karena kondisi
yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi Sistemik atau Pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada akhirnya
mengakibatkan hipertrophi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi
tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi
CHF.
Poltekkes Kemenkes Padang
d. Peradangan dan Penyakit Miokardium Degeneratif
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
e. Penyakit Jantung Lain.
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan aliran
darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
pericardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis katup AV),
peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan
darah sistemik (hipertensi‖malignan‖) dapat menyebabkan CHF
meskupun tidak ada hipertrofi miokardial.
f. Faktor Sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya CHF meningkatnya laju metabolisme, (demam,
tirotoksikosis), hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan abnormalitas
elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Disritmia
jantung juga dapat terjadi dengan sendirinya atau secara sekunder
akibat CHF menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.
3. Patofisiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2013), patofisiologi CHF yaitu:
Mekanisme yang mendasari Heart Failure (HF) meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung
lebih dari curah jantung normal. Konsep curah jantung yang baik
dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO
: Cardiac Output) dalah fungsi frekuensi jantung (HR : Heart Rate) X
Poltekkes Kemenkes Padang
volume sekuncup (SV : Stroke Volume). Frekuensi jantung adalah fungsi
sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis
akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan
perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang
harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada CHF dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut
otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal
masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup jumlah darah yang
dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor; preload;
kontraktilitas dan afterload. Preload adalah sinonim dengan hukum
Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang
mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan
oleh panjangnya regangan serabut jantung. Kontraktilitas mengacu pada
perubahan kekuatan kontraktilitas yang terjadi pada tingkat sel dan
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium. Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan arteriole. (Brunner and Suddarth, 2013)
Menurut Wijaya & Yessi (2013), patofisiologi CHF yaitu:
a. Mekanisme Dasar
Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan mengganggu
kemampuan pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri yang
menurun mengurangi cardiak output dan meningkatkan volume
ventrikel.
Dengan meningkatnya EDV (volume akhir diastolic ventrikel) maka
terjadi pula peningkatan tekanan akhir diastolik kiri (LEDV). Dengan
meningkatnya LEDV , maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium
(LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung kedalam
anyaman vaskuler paru-paru meningkatkan tekanan kapiler dan pena
Poltekkes Kemenkes Padang
patu-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru
melebihi tekanan osmotik kapiler, makan akan terjadi edema
interstitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan
cairan merembes ke alveoli dan terjadilah edema paru.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis
tekanan vena paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan tekanan
terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serangkaian kejadian seperti yang
terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan yang
akhirnya akan menyebabkan edema dan kongesti sistemik.
Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru dapat
diperberat oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis
atau mitralis secara bergantian. Regurgitasi fungsional dapat
disebabkan oleh dilatasi anulus katup atroventrikularis, atau
perubahan orientasi otot palpilaris dan korda tendinae akibat dilatasi
ruang.
b. Respon kompensatorik
1) Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis
Menurunnya cardiac output akan meningkatkan aktivitas adrenergik
simpatik yang dengan merangsang pengeluaran katekolamin dan saraf-
saraf adrenergik jantung dan medula adrenal.
Denyut jantung dan kekuatan kontraktilitas akan meningkat untuk
menambah curah jantung. Selain itu juga terjadi vasokonstriksi arteri
perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistribusi volume darah
dengan mengurangi aliran darah ke organ–organ yang metabolismenya
rendah (kulit dan ginjal) untuk mempertahankan perfusi ke jantung dan
otak. Venokonstriksi akan meningkatkan aliran balik vena ke sisi kanan
jantung, untuk selanjutnya menambah kekuatan kontriksi.
2) Meningkatnya beban awal akibat aktivitas sistem renin-angiotensin
aldosteron (RAA)
Aktivitas sistem RAA menyebabkan retensi natrium dan air oleh ginjal,
meningkatkan volume ventrikel dan regangan serabut. Peningkatan
beban awal ini akan menambah kontraktilitas miokardium.
Poltekkes Kemenkes Padang
3) Atropi ventrikel
Respon kompensatorik terakhir pada heart failure adalah hidrotropi
miokardium akan bertambah tebalnya dinding .
4) Efek negatif dari respon kompensatorik
Pada awalnya respon kompensatorik sirkulasi memiliki efek yang
menguntungkan, namun pada akhirnya mekanisme kompensatorik
dapat menimbulkan gejala, meningkatkan kerja jantung, dan
memperburuk derajat gagal jantung.
Resistensi jantung yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan
kontraktilitas dini menyebabkan terbentuknya edema dan kongesti vena
paru dan sistemik. Vasokonstriksi arteri dan redistribusi aliran darah
mengganggu perfusi jaringan pada anyaman vaskuler yang terkena,
serta menimbulkan gejala dan tanda (kekurangan jumlah keluaran urine
dan kelemahan tubuh). Vasokonstriksi arteri juga meningkatkan beban
akhir dengan memperbesar resistensi terhadap ejeksi ventrikel, beban
akhir juga meningkat karena dilatasi ruang jantung.
Akibatnya, kerja jantung dan kebutuhan miokard akan oksigen (MVO2)
juga meningkat. Hipertrofi miokardium dan rangsangan simpatis lebih
lanjut akan meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium. Jika
peningkatan ini tidak dapat dipenuhi dengan meningkatkan suplai
oksigen miokardium maka akan terjadi iskemia miokard. Akhirnya
dapat timbul beban miokard yang tinggi dan serangan gagal jantung
yang berulang.
.
Poltekkes Kemenkes Padang
4. WOC Gambar 2.1
Kasron,2012; Smeltzer & Bare,2013; Wijaya & Yessi,2013;
Aterosklerosis koroner hipertensi sistemik pulmonal
Disfungi miokard
aliran darah ke otot jantung
terganggu
peradangan & penyakit miokardium stenosis katup jantung semiluner
tahanan vaskuler sistemik pulmonal
merusak serabut otot jantung
peningkatan afterload
beban kerja jantung
Suplai darah ke jaringan Tekanan kapiler pulmonal
tekanan vena kava inferior Tekanan vena kava superior COP Tekanan vena pulmonal
CHF Kanan (Gagal jantung kanan) CHF Kiri (Gagal jantung kiri)
Kongestivisera & jaringan perifer Tekanan vena jugularis
Kontraktilitas menurun
Hipertropi serabut otot jantung
Aliran darah melalui jantung terganggu
Insufiensi katup AV
Pengosongan jantung
abnormal
Hipertensi malignan
Peningkatan
mendadak
afterload
TD Sistemik
meningkat
Kongesti paru Penurunan nutrisi & O2 ke sel
dipsneu
Nyeri dada saat bernafas
MK : nyeri akut
MK : gangguan pertukaran gas
Edema paru
Roncki basah
Iritasi mukosa paru
Reflek batuk
Penumpukan sekret
MK : ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Efusi pleura
katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan
Kelemahan
MK : intoleransi aktivitas
MK : ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Aliran balik vena terganggu
Penurunan kesadaran
MK :
ketidakefektif
an perfusi
jaringan
cerebral
Tekanan vena ekstremitas
Edema ekstremitas
MK : kelebihan volume cairan
Kongesti hepar
Tekanan pembuluh portae
asites
Penekanan pada diafragma
Distress pernapasan
Kongesti vena abdomen
Statis vena abdomen
Anoreksia
MK : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
MK :Resiko
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
jantung
Pengembangan
paru
MK :
Ketidakefektifan
pola nafas
MK : Resiko penurunan
curah jantung
Suplai darah ke
otak
Sesak nafas MK :
Ansietas
Poltekkes Kemenkes Padang
5. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
Menurut Kasron (2012), respon tubuh terhadap perubahan yang di alami saat
terjadinya gagal jantung terbagi atas dua kategori diantaranya :
a. Gagal jantung kiri
Kongesti jantung menonjol pada ggal jantung ventrikel kiri karean
ventrikel kiri tidak mampu memompa drah yang datang dari patu.
Manifestasi klinis yang terjadi yaitunya ;
1) Dispeu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnu yang mana beberapa pasien dapat
mengalaminya pada malam hari dinamakan Paroksimal Noktural
Dispnea (PND).
2) Batuk
Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan
tidak produktif, tetapi yang tersering adalah batuk basah, yaitu batuk
yang menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang
disertai bercak darah.
3) Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang sehingga menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya
energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena
distress pernafasan serta batuk.
4) Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stess akibat kesakitan
bernafas dan pengetahhuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
5) Sianosis
Poltekkes Kemenkes Padang
b. Gagal jantung kanan
1) Kongestif jaringan perifer dan viseral
2) Edema ekstremitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,
penambahan berat badan.
3) Hepatomegali
nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran
vena di hepar.
4) Anorexia dan mual
Terjadi akibat pembesaran vena dan statis dalam rongga abdomen.
5) Nokturia
Nokturia atau rasa ingin BAK pada malam hari, terjadi karena perfusi
renal didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Diuresis
terjadi paling sering pada malam hari karen acurah jantung akan
membaik dengan istirahat.
6) Kelemahan
Lemah yang menyertai HF sisi kanan disebabkan kerena menurunnya
curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah
katabolisme yang tidak adekuat dari jantung.
Menurut New York Heart Assosiation (NYHA) membuat klasifikasi
fungsional CHF dalam 4 kelas yaitu :
a. Kelas I
Akitivitas biasa tidak menimbulkan kelelahan, dyspea, palpitasi, tidak ada
kongesti pulmonal atau hipotensi perifer serta bersifat asimtomatik.
Kegiatan sehari –hari tidak terbatas.
b. Kelas II
Kegiatan sehari-hari sedikit terbatas, gejala tidak ada saat istirahat,
adanya bailar (krekels dan S3 murmur).
Poltekkes Kemenkes Padang
c. Kelas III
Kegiatan sehari- hari terbatas dan pasien merasa nyaman saat beristirahat.
d. Kelas IV
Gejala insufisiensi jantung ada saat insirahat.
6. Dampak CHF
Dampak masalah potensial yang mungkin terjadi pada CHF ini dapat berupa:
a. Syok Kardiogenik
Merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot
jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan
curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital
(jantung, otak, ginjal).
b. Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena akibat stasis
darah.
c. Efusi perkardial dan tamponade jantung
Efusi perikardium mengacu pada masuknya cairan ke dalam kantung
perikardium. Secara normal kantung perikardium berisi cairan sebanyak
kurang dari 50 ml. cairan perikardium akan terakumulasi secara lambat
tanpa menyebabkan gejala yang nyata. Namun demikian perkembangan
efusi yang cepat dapat meregangkan perikardium sampai ukuran
maksimal dan menyebabkan penurunan curah jantung serta aliran balik
vena ke jantung. Hasil akhir dari proses ini adalah tamponade jantung.
(Smeltzert & Bare, 2013)
Poltekkes Kemenkes Padang
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan CHF menurut Kasron (2012), meliputi :
a. Non Farmakologis
1) CHF Kronik
a) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat dan pembatasan
aktivitas.
b) Diet pembatasan natrium (< 4 gr/hari) untuk menurunkan edema.
c) Menghentikan obat-obatan yang dapat memperparah kondisi seperti
NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan
retensi air dan natrium.
d) Pembatasan cairan ( kurang lebih 1200 – 1500 cc/hari )
e) Olahraga ringan secara teratur.
2) CHF Akut
a) Oksigenasi (ventilasi mekanik)
b) Pembatasan cairan (< 1500 cc/hari)
b. Farmakologis
1) First line drugs (diuretik)
Tujuan pemberian diuretik ini yaitu untuk mengurangi afterload pada
disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi
diastolik.
Obatnya adalah : thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic,
metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk neningkatkan
pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic.
2) Second Line drugs (ACE inhibitor)
Tujuan pemberian obat ini yaitu meningkatkan COP dan menurunkan
kerja jantung. Obatnya adalah :
Poltekkes Kemenkes Padang
a) Digoxin
Untuk meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan
untuk kegagalan diastolik yang mana dibutuhkan pengembangan
ventrikel untuk relaksasi.
b) Hidralazin
Untuk menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.
c) Isobarbide dinitrat
Untuk mengurangi preload dan afterload, disfungsi sistolik,
hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
d) Calsium channel bloker
Untuk kegagalan diastolik, meningkatkan relaksasi dan pengisian
ventrikel tetapi tidak dianjurkan untuk CHF kronik.
e) Beta blocker
Sering dikontraindikasikan karena menekan respon miokard.
Digunakan pada disfungsi diastolik untuk mengurangi HR,
mencegah iskemi miokard, menurunkan TD, hipertrofi ventrikel
kiri.
B. Konsep Asuhan Keperawatan CHF
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin,
agama pendidikan, pekerjaan, alamat, No MR, dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama
Biasanya pasien CHF mengeluh sesak nafas dan kelemahan saat
beraktifitas, kelelahan, nyeri pada dada, dispnea pada saat beraktivitas.
(Wijaya & Yessi, 2013)
Poltekkes Kemenkes Padang
2) Keluhan saat dikaji
Pengkajian dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan
mengenai kelemahan fisik pasien secara PQRST. Biasanya pasien akan
mengeluh sesak nafas dan kelemahan saat beraktifitas, kelelahan, dada
terasa berat, dan berdebar – debar.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien terutama penyakit
yang mendukung munculnya penyakit saat ini. Pada pasien CHF biasanya
sebelumnya pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia
miokardium, infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia.
Dan juga memiliki riwayat penggunaan obat-obatan pada masa yang lalu
dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obatan ini meliputi obat
diuretik, nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi. Catat adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang
timbul. Sering kali pasien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping
obat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga, anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia produktif,
dan penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
(Muttaqin, 2012)
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran pasien dengan CHF biasanya baik atau compos mentis
(GCS 14-15) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan perfusi sistem
saraf pusat.
2) Mata
(1). Konjungtiva biasanya anemis, sklera biasanya tidak ikterik
Poltekkes Kemenkes Padang
(2). Palpebra biasanya bengkak
3) Hidung
Biasanya bernafas dengan cuping hidung serta hidung sianosis
4) Mulut
Bibir biasanya terlihat pucat.
5) Wajah
Biasanya wajah terlihat lelah dan pucat.
6) Leher
Biasanya terjadi pembengkakan pada vena jugularis (JVP)
7) Sistem Pernafasan
(1). Dispnea saat beraktivitas atau tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal.
(2). Batuk dengan atau tanpa sputum
(3). Penggunaan bantuan pernafasan, misal oksigen atau medikasi
(4). Pernafasan takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboral,
penggunaan otot aksesori
(5). Sputum mungkin bercampur darah, merah muda / berbuih
(8). Edema pulmonal
(9). Bunyi nafas : Adanya krakels banner dan mengi.
(Wijaya & Yessi, 2013)
8) Jantung
(1). Adanya jaringan parut pada dada
(2). Bunyi jantung tambahan (ditemukan jika penyebab CHF kelainan
Katup)
(3). Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya
hipertrofi jantung (Kardiomegali)
(4). Adanya bunyi jantung S3 atau S4
(5). Takikardia
Poltekkes Kemenkes Padang
9) Abdomen
(1). Adanya hepatomegali
(2). Adanya splenomegali
(3). Adanya asites
10) Eliminasi
(1). Penurunan frekuensi kemih
(2). Urin berwarna gelap
(3). Nokturia (berkemih pada malam hari)
(4). Diare/ konstipasi.
11) Ekstremitas
(1). Terdapat edema dan CRT kembali > 2 detik
(2). Adanya edema
(3). Sianosis perifer
(Smeltzer & Bare, 2013)
f. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien CHF menurut Kasron
(2012) diantaranya :
1) Elektrokardiografi (EKG)
Kelainan EKG yang ditemukan pada pasien CHF adalah:
(1). Sinus takikardi dan bradikardi
(3). Atrial takikardia / futer / fibrilasi
(4). Aritmia ventrikel
(5). Iskemia / infark
(6). Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen
ST menunjukkan penyakit jantung iskemik
Poltekkes Kemenkes Padang
(7). Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan
stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi
(8). Blok atrioventikular
(9). Mikrovoltase
(10). Left bunddle branch block (LBBB) kelainan segmen ST/T
menunjukkan disfungsi ventrikel kiri kronis
(11). Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi
kanan menunjukkan disfungsi ventrikel kanan
2) Ekokardiografi
Gambaran yang paling sering ditemukan pada CHF akibat penyakit
jantung iskemik, kardiomiopati dilatasi, dan beberapa kelainan katup
jantung adalah dilatasi ventrikel kiri yang disertai hipokinesis seluruh
dinding ventrikel.
3) Rontgen Toraks
Abnormalitas foto toraks yang ditemukan pada pasien CHF:
(1). Kardiomegali
(2). Efusi pleura
(3). Hipertrofi ventrikel
(4). Edema intertisial
(5). Infiltrat paru
(6). Kongesti vena paru
(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, 2015)
g. Pemeriksaan Laboratrium
Tes Laboratorium Darah
1) Enzym hepar : meningkat dalam gagal jantung/ kongesti.
Poltekkes Kemenkes Padang
2) Elektrolit : kemungkinan berubah karena perpindahan cairan,
penurunan fungsi ginjal.
3) Oksimetri nadi : kemungkinan saturasi oksigen rendah.
4) AGD : Gagal jantung ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan COP2
5) Albumin : kemungkinan besar dapat menurun sebagai akibat
penurunan protein.
Abnormalitas pemeriksaan laboratorium yang ditemukan pada pasien CHF
diantaranya :
1) Anemia ( Hb < 13 gr/dl pada laki-laki, < 12 gr/dl pada perempuan)
2) Peningkatan kreatinin serum ( > 150 μ mol/L)
3) Hiponatremia ( < 135 mmol/L)
4) Hipernatremia ( > 150 mmol/L)
5) Hipokalemia ( < 3,5 mmol/L)
6) hiperkalemia ( > 5,5 mmol/L)
7) hiperglikemia( >200 mg/dl)
8) Hiperurisemia ( > 500 μ mmol/L)
9) BNP ( < 100 pg/ml, NT proBNP < 400 pg/ml)
10) BNP ( > 400 pg/ml, NT proBNP > 2000 pg/ml)
11) Kadar albumin tinggi ( > 45 g/L)
12) Kadar albumin rendah ( <30 g/L)
(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, 2015)
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi
ventrikel kiri.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengembangan paru
tidak optimal
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dengan kebutuhan oksigen, kelelahan.
( NANDA Internasional, 2015)
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.1 Diagnosa Keperawatan NANDA 2015, NIC-NOC 2016
No Diagnosa Keperawatan
NOC (Nursing Outcome Clasification)
NIC (Nursing Intervention Clasification)
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi ventrikel kiri.
a. Cardiac Pump Effectiveness Indikator : 1) Systolic blood
pressure dalam rentang normal
2) Diastolic blood pressure dalam rentang normal
3) Tidak ada disritmia 4) Tidak ada bunyi
jantung abnormal 5) Tidak terjadi angina 6) Tidak ada edema
perifer 7) Tidak ada edema
paru 8) Tidak dispnea saat
istirahat 9) Tidak dispnea ketika
latihan
a. Cardiac Care Aktivitas : 1) Evaluasi adanya nyeri
dada (intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)
2) Catat adnya disritmia jantung
3) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output.
4) Monitor status kardiovaskuler
5) Monitor status pernafasan yang menandakan Heart Failure
6) Monitor abdomen sebagai indicator adanya adanya penurunan fungsi
Poltekkes Kemenkes Padang
10) Tidak terjadi hepatomegali
11) Aktivitas toleran 12) Tidak sianosis
b. Circulation Status Indikator : 1) Systolic blood
pressure dalam rentang normal
2) Diastolic blood pressure dalam rentang normal
3) Pulse pressure dalam rentang normal
4) MAP dalam rentang normal
5) AGD (PaO2 dan PaCO2) dalam rentang normal
6) Saturasi O2 dalam rentang normal
7) Tidak asites c. Vital signs
Indikator : 1) Denyut jantung
apikal dalam rentang normal
2) Irama denyut jantung dalam rentang normal
3) Denyut nadi radial dalam rentang normal
4) Tekanan Systole dan Diastole dalam rentang normal
7) Monitor balance cairan
8) Monitor adanya perubahan perubahan tekanan darah
9) Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
10) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
11) Monitor adanya dispnea, ortopnea, dan takipnea
12) Anjurkan untuk menurunkan stres
b. Vital Sign Monitoring
Aktivitas : 1) Monitor TD, nadi,
suhu dan RR 2) Catat adanya fluktuasi
tekanan darah 3) Monitor vital sign
pasien saat berbaring, duduk, berdiri
4) Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan
5) Monitor TD, Nadi, RR sebelum, selama dan setelah aktivitas
6) Monitor kualitas nadi. 7) Monitor adanya
pulsus paradoksus 8) Monitor jumlah dan
irama jantung 9) Monitor bunyi jantung 10) Monitor suara paru
Poltekkes Kemenkes Padang
11) Monitor pola pernafasan abnormal
12) Monitoradanya sianosis perifer
13) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal.
a. Respiratory Status : Ventilation Indikator : 1) Respiratory dalam
rentang normal 2) Tidak ada retraksi
dinding dada 3) Tidak mengalami
dispnea saat istirahat 4) Tidak ditemukan
otrhopnea 5) Tidak ditemukan
atelektasis b. Respiratory : Airway
Patency Indikator : 1) Respiratory rate
dalam rentang normal.
2) Pasien tidak cemas 3) Menunjukkan jalan
nafas yang paten
a. Airway Manajemen Aktivitas : 1) Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi
2) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
4) Monitor resirasi dan status O2
b. Oxygen Therapy Aktivitas : 1) Pertahankan
kepatenan jalan nafas 2) Atur peralatan
oksigen 3) Monitor aliran
oksigen 4) Pertahankan posisi
pasien 5) Observasi adanya
tanda-tanda hipoventilasi.
6) Monitor adanya kecemasan
c. Vital Sign Monitoring Aktivitas : 1) Monitor TD, Nadi,
Suhu, dan RR 2) Catat adanya flutuasi
tekanan darah
Poltekkes Kemenkes Padang
3) Monitor kualitas nadi 4) Monitor suara paru 5) Monitor suara
pernafasan 6) Monitor suhhu,
warna, dan kelembapan kulit.
3. Kelebihan volume
cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air.
a. Electrolit And Acid/Base Balance Indikator : 1) Erum albumin,
kreatinin, hematokrit, Blood Urea Nitrogen (BUN), dalam rentang normal
2) pH urine, urine sodium, urine kreatinin,urine osmolaritas, dalam rentang normal
3) tidak terjadi kelemahan otot
4) tidak terjadi disritmia
b. Fluid Balance Indikator : 1) Tidak terjadi asites 2) Ekstremitas tidak
edema 3) Tidak terjadi
distensi vena jugularis
c. Fluid Overload Severity Indikator : 1) Edema tungkai tidak
terjadi 2) Tidak asites 3) Kongesti vena tidak
terjadi
a. Fluid Management Aktivitas : 1) Pertahankan catatan
intake output yang akurat
2) Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
3) Monitor vital sign 4) Monitor indikasi
retensi 5) Kaji luas dan lokasi
edema 6) Monitor status nutrisi 7) Kolaborasi dengan
dokter jika tanda cairan berlebuhan muncul memburuk
b. Fluid Monitoring Aktivitas : 1) Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
2) Tentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
3) Monitor berat badan 4) Monitor TD, Nadi,
RR 5) Monitor tekanan
Poltekkes Kemenkes Padang
4) Tidak terjadi peningkatan blood pressure
5) Penurunan pengeluaran urine tidak terjadi
6) Tidak terjadi perubahan warna urine
7) Penurunan serum sodium tidak terjadi
8) Peningkatan serum sodium tidak terjadi
darah orthostatik dan perubahan irama jantung
6) Monitor parameter hemodinamik infasif
7) Monitor tanda dan gejala edema
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen, kelelahan.
a. Energi Conservation Indikator : 1) Menunjukkan
keseimbangan antara aktivitas dengan istirahat
2) Menggunakan teknik
3) Mengenali keterbatasan energi
4) Menyesuaikan gaya hidup sesuai tingkat energi
5) Mempertahankan gizi yang cukup
6) Melaporkan aktivitas yang sesuai dengan energi.
b. Activity Tolerance Indikator : 1) Saturasi oksigen
saat melakukan aktivitas membaik/dalam rentang normal
2) nadi saat melakukan aktivitas dalam rentang normal
a. Energy Management Aktivitas : 1) Tentukan keterbatasan
pasien terhadap aktivitas
2) Tentukan penyebab lain dari kelelahan
3) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keterbatasannya
4) Observasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat
5) Observasi respon jantung-paru terhadap aktivitas (misalnya takikardia, disritmia, dispnea, pucat, dan frekuensi pernafasan)
6) Batasi stimulus lingkungan (misalnya pencahayaan, dan kegaduhan)
7) Dorong untuk lakukan periode aktivitas saat pasien memiliki banyak tenaga.
Poltekkes Kemenkes Padang
3) tidak sesak napas saat melakukan aktivitas
4) tekanan darah saat melakukan aktivitas dalam rentang normal
5) mudah melakukan ADL
c. Self Care : ADL Indikator : 1) Mampu melakukan
ADL secara mandiri (seperti makan, memakai baju,toileting, mandi, berdandan, menjaga kebersihan, oral hygiene, berjalan, berpindah tempat)
8) Rencanakan periode aktivitas saat pasien memiliki banyak tenaga
9) Hindari aktivitas selama periode istirahat
10) Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sesuai sumebr energi
11) Instruksikan pasien atau keluarga untuk mengenal tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas.
12) Bantu pasien atau keluargauntuk menentukan tujuan akhir yang realistis
13) Evaluasi program peningkatan tingkat aktivitas
b. Actifity Therapy Aktivitas : 1) Bantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
2) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
3) Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktiivtas yang diinginkan
4) Bantu pasien atau keluarga untuk
Poltekkes Kemenkes Padang
mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
5) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
6) Monitor respon fisik, emosi, soial, dan spiritual
(NANDA,2015; NOC,2016; NIC ,2016)
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif, dalam bentuk studi kasus. Penelitian
diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana penerapan
asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF di Ruangan Penyakit Dalam
Pria IRNA Non-bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang khususnya di
ruangan Penyakit Dalam Pria Tahun 2017. Waktu penelitian studi kasus ini
dimulai dari bulan Januari sampai Mei 2017. Waktu untuk studi kasus selama
6 hari untuk partisipan 1 dan 6 hari untuk partisipan 2.
C. Subjek penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan penyakit CHF
di ruangan penyakit dalam pria IRNA non-bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2017. Populasi pasien CHF di RSUP Dr. M. Djamil Padang
khususnya di ruang Penyakit Dalam Pria pada saat peneliti melakukan
studi dokumentasi yaitu sebanyak 5 orang pasien.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah dua pasien dengan penyakit CHF diruangan
Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017. Sampel
diambil sebanyak 2 orang secara purposive sampling.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien CHF beserta keluarga yang bersedia menjadi responden.
b. Pasien yang dirawat dengan keadaan kooperatif.
2. Kriteria Ekslusi
a. Pasien dengan CHF yang pindah ke ruangan di luar lokasi peneliti.
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Cara Pengambilan Sampel
Saat peneliti melakukan studi dokumentasi pada hari pertama, terdapat 5
orang pasien CHF yang berada di ruangan penyakit dalam pria IRNA non-
bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017, maka digunakan metode
purposive sampling yang mana cara pengambilan sampel harus sesuai
dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Setelah di lakukan pemilihan
berdasarkan kriteria maka didapatkan satu partisipan yang sesuai dengan
kriteria dan pada hari ke tiga peneliti baru mendapatkan satu partisipan
lagi yang sesuai dengan kriteria.
D. Alat atau instrumen pengumpulan data
Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah format tahapan
proses keperawatan medikal bedah mulai dari pengkajian sampai pada
evaluasi. Instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses
keperawatan pada pasien dengan CHF mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
Cara pengumpulan data dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi,
dan studi dokumentasi.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah pemeriksaan fisik yang terdiri
dari APD (Alat Pelindung Diri), Stetoskop, Sphygmomanometer,
Termometer dan Penlight.
Proses keperawatan meliputi :
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada suatu masalah dengan memperhatikan
tanda-tanda verbal dan nonverbal, secara umum mencakup lima hal, yaitu
pemicu terjadinya masalah, kualitas, lokasi, intensitas, waktu serangan.
Cara mudah untuk mengingat yaitu dengan PQRST.
P = Provoking (pemicu), yaitu faktor yang menimbulkan masalah dan
mempengaruhi gawat atau ringannya masalah.
Q = Quality (kualitas), tingkat beratnya suatu serangan.
R = Region (daerah/lokasi), yaitu perjalanan ke daerah lain.
Poltekkes Kemenkes Padang
S = Severity (keparahan), yaitu intensitas masalah.
T = Time (waktu), yaitu jangka waktu serangan dan frekuensi nyeri.
(Saputra, Lyndon, 2013).
Data hasil pengkajian didapatkan dari partisipan, keluarga dan
dokumentasi yang ada di ruangan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada
dianalisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
a) Analisa data
Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan penyebabnya
(format terlampir). Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data
yang didapat dari perkataan pasien atau keluarga, biasanya apa yang
dikeluhkan. Data objektif yaitu data yang diperoleh perawat
berdasarkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan fisik (Suara,
Mahyar, dkk, 2010).
b) Menegakkan diagnosa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah
PES (problem+etilogi+symptom) dan menggunakan istilah diagnosa
keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA (format terlampir)
(Suara, Mahyar, dkk, 2010).
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan terdiri dalam beberapa komponen sebagai berikut :
a) Diagnosa yang diprioritaskan
b) Tujuan dan kriteria hasil
c) Intervensi
Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA NIC-NOC (format
terlampir).
(Suara, Mahyar, dkk, 2010).
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keparawatan terdiri dalam beberapa komponen :
a) Tanggal dan waktu implementasi keperawatan.
b) Diagnosa keperawatan.
c) Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d) Tanda tangan perawat pelaksana.
(format terlampir)
(Suara, Mahyar, dkk, 2010).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen :
a) Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan
b) Diagnosa keperawatan
c) Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.
(Suara, Mahyar, dkk, 2010).
E. Cara pengumpulan data
1. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti mengobservasi atau melihat keadaan umum
partisipan dan gelombang EKG.
2. Pengukuran
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur menggunakan alat ukur
pemeriksaan, seperti melakukan pengukuran tekanan darah, menghitung
frekuensi napas, dan menghitung frekuensi nadi, serta mengukur intake
output cairan pasien. Pengukuran berat badan pada partisipan tidak bisa
dilakukan peneliti karena keadaan umum partisipan yang lemah.
3. Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara yang dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan
kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin.
Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada pengarah pembicara secara
tegas dan mengarah. Jadi wawancara ini, mempunyai ciri yang
felksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya, pewawancara
Poltekkes Kemenkes Padang
diberi kebebasan untuk mengolah sendiri pertanyaan sehingga
memperoleh jawaban yang diharapkan dan responden secara bebas dapat
memberikan informasi selengkap mungkin.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti di tujukan kepada partisipan dan
keluarga dan berupa pertanyaan terbuka agar peneliti dapat menggali
dengan baik data dari partisipan.
4. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu pendokumetasi hasil
pengkajian, analisa data, penegakkan diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi dari tindakan
keperawatan.
F. Jenis-jenis data
1. Data primer
Data primer dalam penelitian berupa pengkajian langsung kepada pasien
dan keluarga, meliputi : identitas pasien dan keluarga, riwayat kesehatan
pasien, riwayat kesehatan dahulu dan keluarga serta pemeriksaan fisik
terhadap pasien.
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh langsung dari rekam medis
dan penyakit dalam pria RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder
berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
G. Rencana analisis
Aanalisis yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan
teori keperawatan pada pasien dengan CHF. Data yang telah didapat dari
hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi
hasil tindakan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan
Poltekkes Kemenkes Padang
keperawatan CHF. Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan
kesesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat
Penelitian dilakukan di RSUP DR.M.Djamil Padang tepatnya di IRNA
Non-Bedah Penyakit Dalam yang berhadapan dengan IRNA Kebidanan
dan Anak. IRNA penyakit dalam dibagi menjadi 3 lantai yaitu HCU,
penyakit dalam pria dan penyakit dalam wanita. Penelitian dilakukan
peneliti di penyakit dalam pria, yang terdiri dari wing A dan wing B.
IRNA penyakit dalam pria dipimpin oleh seorang karu, dan dibantu oleh
katim di masing-masing wing. Terdapat sekitar 25 orang perawat yang
terdiri atas katim dan perawat pelaksana yang dibagi menjadi 3 shift, pagi,
siang, dan malam. Selain perawat ruangan beberapa mahasiswa praktik
dari berbagai instiusi pendidikan juga ikut andil dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien. Sarana prasarana yang tersedia di ruang
penyakit dalam pria berupa 72 tempat tidur dan 25 ruangan di tiap-tiap
wing.
B. Deskripsi Kasus
partisipan I berumur 62 tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil pada tanggal
16 Mei 2017 pukul 21.30 WIB rujukan dari RSUD Lubuk Basung, dengan
keluhan sesak nafas meningkat sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit, nyeri pada dada sebelah kiri, durasi 20 menit, skala nyeri 5,
tanda-tanda vital pasien yaitu, TD : 140/70 mmHg, HR : 92 x/i, RR : 28
x/i, dan suhu : 36,5 0C. Diagnosa medis pada partisipan I yaitu Congestive
Heart Failure (CHF) fc III + CKD Stage V + Bronkopneumonia.
Partisipan 2 berumur 53 tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil padang
pada tanggal 20 Mei 2017 pukul 23.02 WIB rujukan dari RS Siti Rahmah,
dengan keluhan sesak nafas meningkat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit, nyeri pada dada sebelah kiri, durasi 15 menit, skala nyeri 6, tanda-
tanda vital pasien yaitu, TD : 160/90 mmHg, HR : 95 x/ i, RR : 30 x/i, dan
suhu : 36, 3 0C. Diagnosa medis pada partisipan I yaitu Congestive Heart
Failure (CHF) fc IV + CKD Stage V + Bronkopneumonia .
Poltekkes Kemenkes Padang
Hasil pengkajian yang didapatkan peneliti melalui observasi, wawancara
dan studi dokumentasi pada kedua partisipan juga dicantumkan dalam
tabel sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Partisipan 1 Partisipan 2 Keluhan saat dikaji
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Mei 2017 pukul 08.49 WIB, Partisipan 1 masih mengeluh sesak nafas, frekuensi pernafasan : 25 x/i, nyeri pada dada sudah hilang, pasien tampak lemah dan gelisah, pasien mengalami edema pada ekstremitas bawah, tanda – tanda vital pasien yaitu TD : 90/80 mmHg, HR : 58 x/i dan suhu 36, 5 0C . Pasien terpasang IVFD Eas Pfrimmer 500cc/24 jam , terpasang oksigen melalui binasal dengan konsentrasi 5 liter/i.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 09.01 WIB partisipan 2 ngeluh sesak nafas, frekuensi nafas : 31x/I, nyeri pada dada sudah tidak dirasakan, pasien tampak lemah dan gelisah, pasien mengalami edema pada ekstremitas bawah. pasien juga mengatakan tidak nafsu makan, tanda-tanda vital pasien yaitu, TD : 150/100 mmHg, HR : 89 x/I dan suhu 36, 8 0C. Pasien terpasang IVFD NaCl 0,9 % 500cc/ 8 jam, terpasang oksigen melalui Rebreathing Mask dengan konsentrasi 10 liter/i.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada saat dilakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan dahulu partiipan 1 mengatakan pernah di rawat di RSSN Bukittinggi 11 tahun yang lalu karena penyakit stroke. Partisipan 1 memiliki riwayat hipertensi sejak 13 tahun yang lalu. Partisipan 1 mengatakan memiliki kebiasaan merokok sejak SMU. Partisipan 1 sering mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan.
Pada saat dilakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan dahulu partisipan 2 mengatakan pernah dirawat dirumah sakit jantung Cirebon 6 bulan yang lalu dan teratur control ke poliklinik RS Jantung Cirebon 1 kali dalam sebulan, partisipan 2 memiliki riwayat hipertensi dan DM tipe II sejak 2 tahun yang lalu dan partisipan 2 mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol. Partisipan 2 sering
Poltekkes Kemenkes Padang
mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Partisipan 1 mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan partisipan 1, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, DM, asma.
Partisipan 2 mengatakan ada keluarga yang menderita penyakit jantung dan hipertensi yaitu ibu partisipan 2.
Pola Aktivitas Sehari-hari Nutrisi Selama di rumah sakit
partisipan 1 makan dengan diet DJ II 1800 kkal ML, 3x sehari berupa nasi lunak, sayur dan lauk. Partisipan 1 hanya menghabiskan setengah dari porsi makan. Partisipan 1 mengatakan tidak nafsu makan. Selama sakit partisipan 1 minum 6 gelas sehari (1500 cc).
Selama di rumah sakit partisipan 2 makan dengan diet DJ II 1700 kkal ML, 3x sehari berupa nasi lunak, lauk sayur. Partisipan 2 hanya menghabiskan 3-4 sendok saja dari porsi yang disediakan rumah sakit, partisipan 2 mengatakan tidak nafsu makan. Selama sakit partisipan 2 minum 4-5 gelas perhari (1250 cc).
Eliminasi Saat sakit partisipan 1 uang air kecil melalui slank kateter sebanyak 700 cc/hari, warna kecoklatan. Partisipan 1 buang air besar 1x sehari warna kecoklatan, konsistensi agak keras.
Saat sakit partisipan 2 buang air kecil melalui slank kateter sebanyak 600 cc/hari, warna kekuningan. buang air besar 1x sehari warna kehitaman, konsistensi agak keras.
Istirahat dan Tidur Selama di rumah sakit partisipan 1 tidur siang 1-2 jam/hari dan tidur malam hanya 4- 5 jam/ hari. partisipan 1 mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun di malam hari karena sesak nafas .
Selama di rumah sakit partisipan 2 tidur siang 1-2 jam/hari dan tidur malam hanya 2-3 jam/ hari. partisipan 2 mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun di malam hari karena sesak nafas .
Aktivitas dan latihan
Partisipan 1 sebelum sakit bekerja sebagai petani di
Partisipan 2 sebelum sakit bekerja sebagai pedagang.
Poltekkes Kemenkes Padang
kampungnya. Pasien kurang berolahraga karena kelumpuhan pada kaki dan tangan sebelah kanan partisipan 1. Saat sakit partisipan 1 bedres total di tempat tidur dan harus di bantu oleh keluarga dan perawat.
Partisipan 2 kurang berolahraga karena kesibukannya bekerja. Saat sakit partisipan 2 bedres total di tempat tidur dan harus dibantu oleh keluarga dan perawat.
Bekerja Partisipan 1 dahulunya bekerja sebagai petani, tetapi karena pasien menderita stroke 11 tahun partisipan 1 tidak bisa bekerja seperti biasanya lagi.
Partisipan 2 bekerja sebagai pedagang. Partisipan 2 bekerja dari pagi dan baru pulang ke rumah saat sore hari.
Pemeriksaan Fisik Saat dilakukan pemeriksaan fisik antropometri didapatkan tinggi badan partisipan 1 169 cm, dan berat badan 64 kg. saat pengukuran TD didapatkan TD pasien 90/80 mmHg, HR : 58 x/i, RR : 25 x/i, dan suhu 36, 5 0C. Hasil pemeriksaan diperoleh keadaan umum partisipan 1 lemah dengan tingkat kesadaran compos mentis kooperatif, GCS `15, eye 4, respon verbal 5, respon motorik 6. Pemeriksaan pada wajah di temukan wajah tampak pucat, konjungtiva sub anemis, mulut kurang bersih, ada plak pada gigi, mukosa bibir kering, ada pembesaran vena jugularis pada leher. Pada pemeriksaan paru-paru, inspeksi : simetris kiri kanan, palpasi : fremitus kiri dan kanan sama , perkusi : terdengar sonor,
Saat dilakukan pemeriksaan fisik antropometri didapatkan tinggi badan partisipan 2 173 cm, dan berat badan 69 kg. saat pengukuran TD didapatkan TD pasien 150/200 mmHg, HR : 90 x/i, RR : 33 x/I, suhu : 36,5 0C.Hasil pemeriksaan diperoleh keadaan umum partisipan 2 lemah dengan tingkat kesadaran compos mentis kooperatif, GCS `15, eye 4, respon verbal 5, respon motorik 6. Pemeriksaan pada wajah ditemukan wajah tampak pucat, konjungtiva anemis, mulut kurang bersih, ada plak pada gigi, mukosa bibir kering, bibir tidak simeris, ada pembesaran vega jugularis. Pada pemeriksaan paru-paru, inspeksi : simetris kiri kanan, palpasi : fremitus kiri dan kanan sama , perkusi : terdengar
Poltekkes Kemenkes Padang
auskultasi : bronkovesikuler, pemeriksaan jantung, inspeksi : iktus tidak terlihat, palpasi : iktus teraba di RIC V, perkusi : pekak, batas jantung 1 jari di bawah RIC VI, auskultasi : regular, tidak ada bunyi tambahan. Terpasang infus pada ekstremitas atas kiri, akral dingin, kemerahan pada telapak tangan, CRT < 2 detik, edema pada ekstremitas bawah, pitting edema derajat I kedalaman 3 mm dengan waktu kembali 3 detik, akral dingin.
sonor , auskultasi : bronkovesikuler, pemeriksaan jantung, inspeksi : iktus tidak terlihat, palpasi : pekak, iktus teraba 1 jari lateral di RIC V, perkusi : batas jantung di RIC II dan RIC V, auskultasi : regular, terdapat bunyi murmur. Terpasang infus pada ekstremitas atas kanan, akral dingin, kemerahan pada telapak tangan, CRT > 2 detik, edema pada ekstremitas bawah, pitting edema derajat III kedalaman 6 mm dengan waktu kembali 7 detik, akral dingin.
Data Psikologis Partisipan 1 tampak gelisah, pasien selalu meminta untuk cepat pulang karena merasa tidak nyaman di rumah sakit. Hubungan partisipan 1 dengan keluarga baik.
Partisipan 2 tampak gelisah karena sesak napas yang dialami, klien sering merubah posisi tubuhnya diatas tempat tidur dan pasien sering mengeluh bahwa napasnya terasa sesak.
Data Penunjang Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh pasien adalah pemeriksaan laboratorium dan rontgen thorax. Berdasarkan hasil rontgen thorax yang dilakukan pada tanggal 17 Mei 2017 pasien mengalami kardiomegali. Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 18 Mei 2017 menunjukkan nilai Hemoglobin 11,9 g/dl (N : 14-16), Leukosit 16.360 /mm3 (N : 5.000-10.000), Trombosit 90.000/mm3 (N :
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh pasien adalah pemeriksaan laboratorium dan rontgen thorax. Berdasarkan hasil rontgen thorax yang dilakukan pada tanggal 23 Mei 2017 pasien mengalami edema paru dengan efusi pleura bilateral. Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 20 Mei 2017 menunjukkan nilai Hemoglobin 6,0 g/dl (N : 14-16), Leukosit 12.900
Poltekkes Kemenkes Padang
150.000-400.000), Hematokrit 36 % (N : 40-48), Ph 7, 43 (N : 7,35-7,45), PCO2 30 mmHg (N: 35-45mmHg) , PO2 140 mmHg (N : 95-10mmHg), HCO3- 19,9 mmol/L., gula darah sewaktu : 156 mg/dl (N : <200 ).
/mm3 (N : 5.000-10.000), Trombosit 286.000/mm3 (N : 150.000-400.000), Hematokrit 19 % (N : 40-48), gula darah sewaku 116 mg/dl (N : < 200), ureum darah 195 mg/dl (N : 10,0-50,0), kreatinin darah 3,0 mg/dl (0,6-1,1), protein total 4,8 g/dl (N : 6,6- 8,7), albumin 3,0 g/dl (3,6-5,0),globulin 1, 8 g/dl (1,3-2,7). Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 20 Mei 2017 menunjukkan nilai Ph 7, 36 (N : 7,35-7,45), PCO2 29 mmHg (N: 35-45mmHg) , PO2 188 mmHg (N : 95-10mmHg), HCO3- 16,4 mmol/L.
Program Terapi dan Rencana Pengobatan
Program terapi pengobatan yang di dapatkan oleh Tn. A yaitu : pemberian O2 binasal 4 liter/i, IVFD Eas Pfrimmer 500cc/24 jam, Ceftriaxone 1x 2 gr, lasix 1 x 20 gr, Eritromicin 1 x 500 gr, Bicnat 3 x 1 mg, As. Folat 1 x 5 mg, Candesartan 1 x 16 mg, Clopidogrel 1 x 75 mg.
Program terapi pengobatan yang di dapatkan oleh Tn. U yaitu : pemberian O2 RM 10 liter/i, IVFD NaCl 0,9 % 500cc/ 8 jam, Ceftriaxon 1x 2 gr, Levoflaxin 1 x 500 mg, drip lasix 5 ampul dalam 50 cc NaCl 0,9 %, koreksi Meylon 200 mEq dalam 200 cc NaCl 0,9 %, Vit K 3 x 1 tab, Inj Ca.Glukonas 1 X1 amp, 10 unit Novorapid dalam 50 cc D 40%, Kalitake 3 x 1.
2. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2 1. Diagnosa keperawatan
berdasarkan hasil peneliti yaitu: penurunan curah jantung berhubungan dengan
1. Diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi peneliti yaitu: penurunan curah jantung
Poltekkes Kemenkes Padang
penurunan kontraksi ventrikel. Diagnosa keperawatan yang kedua gangguan pertukaran gas b/d edema paru. Diagnosa keperawatan yang ketiga adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air.
2. Diagnosa keperawatan yang ada di dokumentasi keperawatan rumah sakit yaitu : penurunan curah jantung, ketidakefektifan pola nafas, ketidakefektifan perfusi renal.
berhubungan dengan penurunan kontraksi ventrikel. Diagnosa keperawatan yang kedua adalah gangguan pertukaran gas b/d edema paru. Diagnosa keperawatan yang ketiga kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air. Diagnosa keperawatan yang yang keempat ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan.
2. Diagnosa keperawatan yang ada di dokumentasi keperawatan rumah sakit yaitu : ketidakefektifan pola nafas, ketidakefektifan perfusi renal, gangguan metabolisme karbohidrat.
3. Rencana Keperawatan
Tabel 4.3 Rencana Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2 Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dengan diagnosa pertama penurunan curah jantung hubungan dengan penurunan kontraksi ventrikel dengan kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu : efektivitas pompa jantung, status sirkulasi, dan monitor vital sign dengan intervensi berdasarkan NIC: perawatan jantung dan monitor vital sign. Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru dengan
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 2 dengan diagnosa pertama penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi ventrikel dengan kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu : efektivitas pompa jantung, status sirkulasi, dan monitor vital sign dengan intervensi berdasarkan NIC: perawatan jantung dan monitor vital sign. Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru dengan kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu : Status respirasi : pertukaran gas, Ventilasi dengan
Poltekkes Kemenkes Padang
kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu : Status respirasi : pertukaran gas, Ventilasi dengan intervensi berdasarkan NIC : manajemen jalan nafas, monitor respirasi dan terapi oksigen. Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air dengan kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu : elektrolit dan asam basa/ keseimbangan elektolit, keseimbangan cairan, dan kelebihan volume cairan dengan intervensi berdasarkan NIC: manajemen cairan dan monitor cairan. Keterangan : aktifitas keperawatan terlampir
intervensi berdasarkan NIC : manajemen jalan nafas, monitor respirasi dan terapi oksigen. Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air dengan kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu : Status respirasi : pertukaran gas, Ventilasi dengan intervensi berdasarkan NIC : manajemen jalan nafas, monitor respirasi dan terapi oksigen. Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan metabolisme zat besi dengan kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu: status sirkulasi, perfusi jaringan perifer, tidak efektif dengan intervensi berdasarkan NIC: terapi oksigen, monitor vital sigen, dan manajemen sensasi perifer.
4. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2 Implementasi yang dilakukan selama 6 hari untuk masalah adalah penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi ventrikel adalah
a. Mengkaji adanya nyeri dada
b. mencatat adanya bradikakardi, penurunan TD pada pasien.
c. memonitor status kardiovaskuler : irama jantung, tekanan darah.
Implementasi yang dilakukan selama 6 hari untuk masalah penurunan curah jantung adalah
a. Mengkaji adanya nyeri dada b. mencatat adanya
bradikakardi, penurunan TD pada pasien.
c. memonitor status kardiovaskuler : irama jantung, tekanan darah.
d. memonitor status pernafasan pasien
e. memonitor balance cairan
Poltekkes Kemenkes Padang
d. memonitor status pernafasan pasien
e. memonitor balance cairan f. mengatur periode latihan
dan istirahat untuk menghindari kelelahan
g. memonitor adanya dispnea, kelelahan.
h. menganjurkan untuk menurunkan stres.
i. Memonitor suhu dan sianosis perifer
j. Memberikan obat sesuai order dokter Clopidogril 1x 75 mg, candesartan 1x16 mg.
Implementasi yang dilakukan selama 6 hari untuk masalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru adalah :
a. menguskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan seperti ronki, wheezing.
b. Mengajarkan pasien teknik napas dalam
c. Mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi dipsneu
d. Memonitor respirasi dan status O2
e. Memonitor rata-rata, kedalaman, dan usaha respirasi
f. Memonitor pola nafas : takipneu
g. Mengobservasi hasil pemeriksaan foto thoraks.
h. Mengauskultasi suara nafas
i. Mengbservasi aliran O2 j. Memberikan therapy O2
binasal 4 liter. Implementasi yang dilakukan
f. mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
g. memonitor adanya dispnea, kelelahan.
h. menganjurkan untuk menurunkan stres.
i. Memonitor suhu dan sianosis perifer
Implementasi yang dilakukan selama 6 hari untuk masalah gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru adalah :
a. menguskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan seperti ronki, wheezing.
b. Mengajarkan pasien teknik napas dalam
c. Mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi dipsneu
d. Memonitor respirasi dan status O2
e. Memonitor rata-rata, kedalaman, dan usaha respirasi
f. Memonitor pola nafas : takipneu
g. Mengobservasi hasil pemeriksaan foto thoraks.
h. Mengauskultasi suara nafas i. Mengbservasi aliran O2 j. Memberikan therapy O2
RM 10 liter dan diganti dengan O2 binasal 4 liter pada hari ke 2.
Implementasi yang dilakukan selama 6 hari untuk masalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air dengan :
a. mempertahankan catatan intake output yang akurat
Poltekkes Kemenkes Padang
selama 6 hari untuk masalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air dengan :
a. mempertahankan catatan intake output yang akurat
b. memonitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
c. memonitor vital sign, memonitor indikasi retensi
d. mengkaji luas dan lokasi edema
e. memonitor status nutrisi, diet DJ 1800 kkal ML.
f. pemberian inj lasix 1x 20 gram
g. melakukan kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
h. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
i. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
j. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
b. monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
c. memonitor vital sign d. memonitor indikasi retensi e. mengkaji luas dan lokasi
edema f. memonitor status nutrisi,
melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemerian dri lasix 5 amp dalam 50 cc NaCl 0,9%,
g. mengkolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
h. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
i. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
j. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
Implementasi yang dilakukan selama 6 hari untuk masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan dengan :
a. memonitor tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan
b. mencatat adanya fluktuasi tekanan darah
c. memonitor kualitas nadi. memonitor pola pernapasan
d. berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi PRC 2 x 250 gram pada hari pertama rawatan.
Poltekkes Kemenkes Padang
5. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2 Hasil evaluasi pada hari ke 6 yang didapatkan pada diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi ventrikel adalah sistol dan diastole sudah dalam rentang normal 110/ 80 mmHg, edema perifer mulai berkurang, sudah tidak ada dispneu saat istirahat, MAP sudah dalam rentang normal : 90, denyut nadi dalam rentang normal 74 x/i. Hasil evaluasi pada hari ke 6 yang didapatkan pada diagnosa gangguan pertukaran gas adalah PCO2 dan PO2 dalam rentang normal, tidak ada dispneu saat istirahat, RR sudah dalam rentang normal 20x/i Hasil evaluasi pada hari ke 6 yang didapatkan pada diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air adalah pasien mengatakan bengkak pada kakinya sudah mulai berkurang, urin pasien 1500 cc/hari, warna urin pasien sudah kekuningan dan jernih.
Hasil evaluasi pada hari ke 6 yang didapatkan pada diagnosa penurunan curah jantung adalah sistol dan diastole sudah dalam rentang normal 130/ 80 mmHg, edema perifer mulai berkurang, sudah tidak ada dispneu saat istirahat, MAP sudah dalam rentang normal 96 , denyut nadi dalam rentang normal 80 x/i. Hasil evaluasi pada hari ke 6 yang didapatkan pada diagnosa gangguan pertukaran gas adalah PCO2 dan PO2 dalam rentang normal, tidak ada dispneu saat istirahat, RR sudah dalam rentang normal 24 x/i. Hasil evaluasi pada hari ke 6 yang didapatkan pada diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air adalah pasien mengatakan bengkak pada kakinya sudah mulai berkurang, urin pasien 1200 cc/hari, warna urin pasien sudah kekuningan dan jernih. . Hasil evaluasi pada hari ke 6 yang didapatkan pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan yang ditandai dengan anemis mulai berkurang , akral teraba hangat dan CRT < 2 detik.
Poltekkes Kemenkes Padang
C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan
antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada Partisipan 1
dan Partisipan 2 dengan penyakit Congestive Heart Failure (CHF) yang
telah dilakukan sejak tanggal 18 Mei sampai dengan 26 Mei 2017 di
Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP DR. M. Djamil Padang. Dimana
pembahasan ini sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan yang dimulai
pada tahap pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan, menyusun
rencana keperawatan, melakukan implementasi keperawatan, hingga
proses evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Partisipan 1 berusia 62 tahun pekerjaan sebagai petani dengan tingkat
pendidikan SMA, dan partisipan 2 berusia 53 tahun pekerjaan sehari-
hari sebagai pedagang dengan tingkat pendidikan SMA. Kedua
partisipan sama-sama berjenis kelamin laki-laki. Penyakit CHF
memiliki tingkat risiko tersendiri berdasarkan jenis kelamin dan usia.
Menurut Hamzah (2016) mengatakan bahwa terdapat 60 % atau 36
pasien CHF berjenis kelamin pria yang sedang menjalani rawatan
sedangkan pasien wanita sebanyak 40 % atau 27 orang.
Kasus pada partisipan 1 dan partisipan 2 dengan keluhan sesak nafas
(dispnea), kelemahan , mudah lelah, pucat, bradikardi/ takikardi dan
edema ekstremitas, merupakan keluhan utama pada pasien CHF yang
dirasakan sebelum dan saat dibawa kerumah sakit. Keluhan tersebut
sesuia dengan teori Kasron (2012) bahwa pada pasien CHF biasanya
didapatkan keluhan yang berbeda, mulai dari sesak nafas, kegelisahan
atau kecemasan akibat gangguan oksigenasi, edema pada ekstremitas
bawah, anoreksia dan kelemahan. Pada partisipan II sesak nafas
(dipsneu) yang dialami terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli
yang menggangggu pertukaran gas, dipsneu bahkan dapat terjadi saat
Poltekkes Kemenkes Padang
istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.
Ortopneu atau kesulitan bernafas saat berbaring pada partisipan I dan
II disebabkan cairan yang tertimbun di ekstremitas yang sebelumnya
berada di bawah mulai mulai diabsorbsi dan ventrikel kiri yang sudah
terganggu tidak mampu mengosongkan peningkatan volume dengan
adekuat, akibatnya tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan cairan
berpindah ke alveoli (Smeltzer & Bare, 2013).
Menurut asumsi peneliti, gejala yang dirasakan oleh kedua partisipan
tersebut sesuai dengan teori. Pasien CHF dengan grade III dan IV akan
mengalami kongestive atau kegagalan pemompaan pada pada kedua
ventrikel kiri dan kanan hal ini yang menyebabkan pasien juga
mengalami peningkatan vena jugularis, kardiomegali dan edema
ekstremitas.
Pada riwayat kesehatan dahulu partisipan I pasien memiliki riwayat
hipertensi yang tidak dikontrol sejak 13 tahun yang lalu , memiliki
riwayat merokok, dan riwayat stroke sebelumnya, klien sering
menkonsumsi makanan bersantan dan gorengan. Riwayat kesehatan
dahulu partisipan II, pasien sebelumnya pernah menderita penyakit
jantung 6 bulan yang lalu, pasien menderita hipertensi dan DM tipe II
sejak 2 tahun yang lalu, pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan
merokok dan minum alkohol.
Menurut asumsi peneliti, faktor resiko yang menjadi pemicu penyakit
CHF pada partisipan I adalah riwayat hipertensi sebelumnya dan
kebiasaan merokok, sedangkan pada partisipan II faktor resiko yang
menjadi pemicunya yaitu riwayat jantung sebelumnya, hipertensi dan
riwayat DM tipe II. Hasil pengkajian tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nurhayati & Nuraini (2009), dari 30 orang
responden yang mengalami CHF 53,3 % disebakan karena riwayat
merokok, 50 % disebabkan karena riwayat DM, 66, 7 % disebabkan
Poltekkes Kemenkes Padang
karena hipertensi, dan 97,67 % disebabkan karena memiliki pola
makan yang tidak baik.
Saat pengkajian pada partisipan II ditemukan pasien terpasang O2
Rebreating mask 10 liter. Menurut asumsi peneliti pasien terpasang O2
rebreating mask disebabkan gangguan pertukaran gas yang terjadi pada
sistem pernapasan pasien dibuktikan dengan nilai analisa gas darah
PCO2 yang rendah 29 mmHg.
Pada terapi pengobatan partisipan I mendapat obat terapi jantung
berupa Clopidogril 1x 75 mg dan candesartan 1x16 mg, O2 melalui
binasal 4 liter/i dan lasix 1 x 20 gr, sedangkan partisipan II
mendapatkan terapi 02 melalui Rebreathing mask 10 liter/I, IVFD
NaCl 0,9 % 500cc/ 8 jam dan drip lasix 5 ampul dalam 50 cc NaCl 0,9
%. Menurut Kasron (2012), terapi pengobatan yang tepat untuk pasien
dengan CHF ini yaitunya dengan pemberian oksigenasi, pembatasan
cairan, terapi diuretik, dan pemberian obat ACE inhibitor untuk
meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung.
Berdasarkan hasil pengkajian yang ditemukan peneliti dalam
melakukan pengkajian sudah sesuai dengan apa yang sudah dikaji,
sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan labolatorium
yang dilakukan pada dua kasus, pada partisipan I ditemukan 3 masalah
keperawatan dan pada partisipan II ditemukan 4 masalah keperawatan.
Masalah keperawatan yang sama antara partisipan I dan partisipan II
yaitu : penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
kontraksi ventrikel, yang ditandai dengan pasien mengalami bradikardi
/ takikardi, tekanan darah menurun, akral teraba dingin, pasien tampak
lemah dan pucat, terdapat distensi vena jugularis. Hal ni sesuai dengan
Poltekkes Kemenkes Padang
batasan karakteristik diagnosa ini yaitu perubahan frekuensi/irama
jantung : bradikardia, takikardia, perubahan preload : distensi vena
jugularis, keletihan, edema, perubahan afterload : dipsnea, penurunan
nadi perifer, perubahan tekanan darah , perubahan warna kulit,
perubahan kontraktilitas : batuk, bunyi S3 dan S4, orthopnea, dipsnea ,
perilaku/emosi : gelisah, ansietas (NANDA,2015).
Diagnosa yang kedua yaitu gangguan pertukaran gas b/d edema paru
yang ditandai dengan pasien mengalami sesak nafas saat beraktivitas
maupun istirahat, hasil analisa gas darah menunjukkan penurunan
CO2, pasien gelisah. Hal ini sesuai dengan batasan karakeristiknya
yaitu dispnea, gas darah arteri abnormal, gelisah, hipoksemia,
hipoksia, iritailitas, konfusi, nafas cuping hidung, penurunan
carbondioksida, pH arteri abnormal, pola pernapasan abnormal,
sianosis, samnolen, takikardia, warna kulit abnormal. (NANDA,2015).
Diagnosa yang ketiga yaitu kelebihan volume cairan berhubungan
dengan meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air yang
ditandai dengan pasien mengalami edema pada ekstremitas bawah,
sesak nafas, dan distensi vena jugularis. Hal ini sesuai dengan batasan
karakteristiknya yaitu ada bunyi jantung S3, asupan melebihi
haluaran, dispnea, distensi vena jugularis, edema, efusi pleura,
gangguan pola napas, gangguan tekanan darah, gelisah,
ketidakseimbangan elektrolit, kongesti pulmonal, oligouria,orthonea,
penambahan berat badan dalam waktu singkat, penurunan hematokrit,
penurunan hemoglobin, perubahan berat jenis urin (NANDA, 2015)
Masalah keperawatan yang ditemukan pada partisipan II dan tidak
ditemukan pada partisipan I yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan
yang ditandai dengan pasien tampak lemah, akral teraba dingin, CRT >
3 detik, dan pasien mengalami penurunan Hemoglobin. Hal ini sesuai
Poltekkes Kemenkes Padang
dengan batasan karakteristiknya yaitu edema, penurunan nadi perifer,
perubahan tekanan darah di ekstremitas, perubahan karakteristik kulit,
waktu pengisian kapiler >3 detik, warna tidak kembali ke tungkai 1
menit setelah tungkai diturunkan.
Menurut analisa peneliti diagnosis gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan edema paru dan ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan,
merupakan masalah lain yang muncul akibat data pendukung yang
didapatkan peneliti pada saat pengkajian.
Berdasarkan diagnosa yang ada di teori peneliti menemukan
kesenjangan, bahwa tidak semua diagnosa yang ada dalam teori
muncul dalam kasus penelitian. Menurut Wijaya & Yessi (2013)
diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada CHF yaitu :
Penurunan curah jantung, ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
gangguan pertukaran gas, kelebihan volume cairan ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer, ketidakefektifitas pola nafas, intoleransi
aktivitas,nyeri akut, ketidakseimabnagan nutrisi, dan ansietas.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hafifah (2012) di ruangan
Bougenville RSUD Panagarang, diagnosa yang muncul pada pasien
dengan CHF yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan
penurunan kontraksi ventrikel, kelebihan volume cairan berhubungan
dengan retensi natrium dan air, pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan ekspansi paru yang tidak optimal, serta intoleransi aktivitas
berhubungan dengan insufiensi oksigen.
Diagnosa diatas yang tidak muncul pada pasien karena tidak
ditemukan data yang memungkinkan untuk mengakkan diagnosa
tersebut. Diagnosa keperawatan merupakan respon pasien terhadap
perubahan patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu timbul akibat
Poltekkes Kemenkes Padang
dari proses penyakit yang setiap orang akan mengalami suatu
perubahan yang berbeda sehingga kesenjangan antara teori dan hasil
peneliti dapat terjadi.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan
yang ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari
Nursing Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classifications (NOC).
Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan kedua partisipan
dengan masalah keperawatan penurunan curah jantung berhubungan
dengan penurunan kontraksi ventrikel dengan kriteria hasil berdasarkan
NOC yaitu : efektivitas pompa jantung, status sirkulasi, dan monitor vital
sign dengan intervensi berdasarkan NIC: evaluasi adanya nyeri dada
(intensitas, lokasi, durasi, frekuensi), catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac output, monitor status kardiovaskuler, monitor status
pernafasan yang menandakan Heart Failure, monitor balance cairan,
monitor adanya perubahan perubahan nadi dan tekanan darah, atur
periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan, monitor
adanya dispnea, ortopnea, dan takipnea, dan anjurkan untuk menurunkan
stres.
Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa gangguan pertukaran gas
berhubungan edema paru dengan kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu :
Status respirasi : pertukaran gas, Ventilasi dengan intervensi berdasarkan
NIC : lakukan fisioterapi dada jika perlu, auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan, anjurkan pasien bernafas pelan dan dalam, atur
posisi untuk mengurangi dipsneu, monitor respirasi dan status O2,
monitor rata-rata, kedalaman, dan usaha respirasi, monitor pola nafas :
takipneu, observasi hasil pemeriksaan foto thoraks, auskultasi suara
nafas, observasi aliran O2, berikan therapy O2 sesuai indikasi.
Poltekkes Kemenkes Padang
Rencana asuhan keperawatan pada diagnosa kelebihan volume cairan
berhubungan dengan retensi natrium dan air dengan kriteria hasil
berdasarkan NOC yaitu : elektrolit dan asam basa/ keseimbangan
elektolit, keseimbangan cairan, dan kelebihan volume cairan dengan
intervensi berdasarkan NIC: Pertahankan catatan intake output yang
akurat, monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN,
Hematokrit, Osmolaritas urine), monitor vital sign, monitor indikasi
retensi, kaji luas dan lokasi edema, monitor status nutrisi, kolaborasi
dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk, tentukan
riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi, tentukan
kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan dan monitor
tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah keperawatan
partisipan II (Tn. U) dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan metabolisme zat
besi dengan kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu: circulation status,
tissue perfusion: peripheral, ineffective dengan intervensi berdasarkan
NIC: monitor tekanan darah, nadi, suhdenu dan pernapasan, catat adanya
fluktuasi tekanan darah, monitor kualitas nadi. Monitor pola pernapsan,
monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panan, dingin,
tajam/tumpul.
Menurut peneliti dalam penyususnan rencana yanga akan dilakukan pada
kedua partsipan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yang
ditemukan dalam penetapan intervensi yang akana dilakukan.
Penyusunan perencanaan yang dibutuhkan oleh pasien dalam upaya
pemulihan derajat kesehatan pasien.
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada partisipan I dan II dilaksanakan
dalam waktu yang berbeda. Pada partisipan I asuhan atau pelaksanaan
tindakan keperawatan dilaksanakan mulai tanggal 18 Mei 2017 sampai
dengan tanggal 23 Mei 2017. Sedangkan untuk partisipan II pelaksanaan
tindakan keperawatan dimulai tanggal 21 Mei 2017 sampai dengan
tanggal 26 Mei 2017. Pelaksanaan tindakan keperawatan tidak
dikerjakan seluruhnya oleh peneliti karena peneliti tidak berdinas
selama 24 jam. Strategi yang dilaksanakan pada pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah dengan mendelegasikan kedua responden kepada
perawat ruangan dan kepada mahasiswa yang dinas di ruangan tersebut.
Peneliti melihat semua tindakan yang dilakukan melalui buku laporan
yang berada pada ruangan.
Secara umum rencana pada masing – masing masalah keperawatan dapat
dilakukan tapi tidak optimal. Pada masalah penurunan curah jantung
berhubungan dengan penurunan kontraksi ventrikel tindakan yang dapat
dilakukan yaitu mengkaji adanya nyeri dada, mengatur periode latihan
dan istirahat untuk menghindari kelelahan, memonitor adanya dispnea,
kelelahan, menganjurkan untuk menurunkan stress, memonitor suhu dan
sianosis perifer, memberikan obat sesuai order dokter Clopidogril 1x 75
mg, candesartan 1x16 mg. Sementara itu untuk mencatat adanya
bradikakardi/takikardi dan pemantauan irama jantung atau memonitor
status kardiovaskuler sulit dilakukan karena minimnya fasilitas yang ada
di ruangan seperti keterbatasan monitor jantung paru dan keterbatasan
alat EKG. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana dan terori
yang dikemukakan oleh Kasron (2012), yaitu salah satu tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung yaitu
dengan pemberian obat ACE inhibitor.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hafifah (2012) di ruangan
Bougenville RSUD Panagarang, implementasi yag dapat dilakukan untuk
Poltekkes Kemenkes Padang
masalah keperawatan penurunan curah jantung ini adalah mengauskultasi
nadi apikal, mengkaji frekuensi, irama jantung, memantau urine output,
memantau TD, memantau keadaan kulit, tinggikan kaki, berikan istirahat
rekumben, ciptakan lingkungan yang nyaman, memberikan oksigen
tambahan, memberikan obat oral Aptor 100 mg/ 24 jam, captropil 12,5
mg / 24 jam, CPG 100 mg /24 jam, Aprazolam 0,5 mg / 24 jam.
Implementasi yang dapat dilakukan untuk masalah gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan edema paru yaitu menguskultasi suara nafas,
mencatat adanya suara tambahan seperti ronki, wheezing, mengajarkan
pasien teknik napas dalam, mengatur posisi semi fowler untuk
mengurangi dipsneu, memonitor respirasi dan status O2, memonitor
rata-rata, kedalaman, dan usaha respirasi, memonitor pola nafas :
takipneu, mengobservasi hasil pemeriksaan foto thoraks, mengauskultasi
suara nafas, mengobservasi aliran O2, memberikan therapy O2 binasal 4
liter pada Tn. A dan 10 liter melalui RM pada Tn. U. Dalam hal ini
semua rencana keperawatan dapat terlaksana dengan baik, pada diagnosa
gangguan pertukaran gas untuk pencapaian evaluasi yang optimal agar
dapat direncanakan tindakan selanjutnya perlu adanya pemantauan
analisa gas darah terutama nilai PCO2 untuk dapat menentukan tingkatan
kebutuhan oksigenasi pada pasien.
Implementasi yang dapat untuk masalah kelebihan volume cairan
berhubungan dengan retensi natrium dan air dengan mempertahankan
catatan intake output yang akurat, memonitor hasil Hb yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine), memonitor
vital sign, memonitor indikasi retensi, mengkaji luas dan lokasi edema,
pemberian inj lasix 1x 20 gram, menentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi. Tindakan monitoring intake dan output cairan
pada kedua partisipan ini tidak efektif dikarenakan perhitungan output
pasien tidak akurat dengan hanya melihat angka pada urin bag.
Poltekkes Kemenkes Padang
Menurut Kasron (2012), tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan
untuk mengurangi edema pada pasien CHF yaitu dengan diet pembatasan
natrium (< 4 gr/hari), mengehentikan obat-obatan yang dapat
memperparah kondisi ginjal seperti obat jenis NSAIDs karena efek
prostaglandinnya pada ginjal dapat menyebabkan retensi natrium dan air,
serta dengan pembatasan cairan lebih kurang 1200 – 1500 cc/hari.
Implementasi yang dilakukan untuk masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan dengan gangguan metabolisme zat besi
dengan memonitor tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan, mencatat
adanya fluktuasi tekanan darah, memonitor kualitas nadi. memonitor pola
pernapsan, memonitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panan, dingin, tajam/tumpul, berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi PRC 2 x 250 gram.
Menurut Hendrata & Reginald (2010), penanganan anemia pada
penderita gagal jantung kongestife dapat berupa penggunaan transfusi
darah yang diberikan bila kadar Hb < 8 g%. Akan tetapi pemberian
transfusi darah hanya dianjurkan untuk mengatasi keadaan akut pada
anemia erat dan tidak ditujukan untuk penanganan jangka panjang
terhadap anemia pada gagal jantung hal ini dikarenakan transfusi juga
beresiko terhadap terjadinya berbagai efek samping seperti supresi sistem
imun dengan resiko terinfeksi, sensitisasi terhadap antigen HLA, serta
kelebihan cairan dan besi.
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Suara,Mahyar, dkk (2010) evaluasi keperawatan terdiri dalam
beberapa komponen yaitu, tanggal dan waktu dilakukan evaluasi
keperawatan, diagnosa keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Evaluasi
keperawatan ini dilakukan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif,
assessment, dan planning). Evaluasi yang dilakukan selama 6 hari pada
kedua partisipan tidaklah sama.
Poltekkes Kemenkes Padang
Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama enam
hari terhadap kedua partisipan yaitu Tn. A dengan masalah penurunan
curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraksi ventrikel adalah
sistol dan diastole dalam rentang normal 110/ 80 mmHg, edema perifer
mulai berkurang, sudah tidak ada dispneu saat istirahat, MAP dalam
rentang normal : 95, denyut nadi dalam rentang normal 74 x/i. hasil
evaluasi yang didapatkan pada partisipan II yaitu sistol dan diastole
dalam rentang normal 130/ 80 mmHg, edema perifer mulai berkurang,
sudah tidak ada dispneu saat istirahat, MAP sudah dalam rentang
normal , denyut nadi dalam rentang normal 80 x/i. Berdasarkan analisa
peneliti masalah penurunan curah jantung sudah mulai teratasi.
Hasil evaluasi yang didapatkan dengan masalah keperawatan gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan edema paru pada partisipan I PCO2 :
36 mmol/L dan PO2 188 mmol/L, tidak ada dispneu saat istirahat, RR :
20x/I. Pada partisipan II didapatkan hasil PCO2 : 31 mmol/L dan PO2 :
178 mmol/L dalam rentang normal, tidak ada dispneu saat istirahat, RR :
24 x/i. Berdasarkan analisa peneliti masalah gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan edema paru teratasi pada kasus Tn. A, sedangkan
pada Tn. U dari hasil analisa gas darah pada tanggal 22 Mei 2017
menunjukkan nilai PCO2 masih di bawah normal yaitu 31 mmol/L
(normal 35- 45 mmol/L), pasien pulang dengan hari rawatan ke 6 pada
tanggal 26 Mei 2016 tetapi pemeriksaan AGD terbaru belum dilakukan.
Peneliti menggambil kesimpulan bahwa dilihat dari data subjektif dan
objektif yang menunjukan Tn. U sudah tidak mengalami sesak nafas
maka masalah keperawatan gangguan pertukaran gas sudah teratasi.
Menurut Sibuea, Herdin dkk (2009), pasien yang sudah mengalami
edema paru akan mengalami dipsnea yang sangat berat yang dapat
menimbulkan kekurangan oksigen yang beart dan sianosis dan kemudian
akan menimbulkan mati lemas.
Poltekkes Kemenkes Padang
Hasil evaluasi didapatkan pada diagnosa keperawatan kelebihan volume
cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air pada partisipan I
adalah pasien mengatakan bengkak pada kakinya sudah mulai berkurang,
urin pasien 1500 cc/hari, warna urin pasien sudah kekuningan dan jernih.
Hasil evaluasi pada partisipan II yaitu pasien mengatakan bengkak pada
kakinya sudah mulai berkurang, urin pasien 1200 cc/hari, warna urin
pasien sudah kekuningan dan jernih. Berdasarkan asumsi peneliti
masalah kelebihan volume cairan pada partisipan I dan II sudah teratasi.
Hasil evaluasi yang didapatkan pada diagnosa keperawatan
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen ke jaringan yang ditandai dengan pasien mengatakan
penurunan suplai oksigen ke jaringan yang ditandai dengan anemis mulai
berkurang, Hb terakhir : 7,3 gr/dl, akral teraba hangat dan CRT < 2 detik.
Berdasarkan asumsi peneliti masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer pada partisipan I mulai teratasi.
Jadi hasil evaluasi tindakan yang dilakukan selama 6 hari yaitu evaluasi
berdasarkan pada NOC. Hasil yang tercapai pada partisipan I yaitu:
Cardiac Pump Effectiveness, Circulation Status, Vital signs, Respiratory
Status : Ventilation, Respiratory :Airway Patency, Electrolit And
Acid/Base Balance, Fluid Balance, Fluid Overload Severity. Semua
masalah sudah teratasi dengan baik. Evaluasi yang berhasil tercapai
sesuai dengan kriteria hasil pada partisipan II adalah Respiratory Status :
Ventilation, Respiratory :Airway Patency, Electrolit And Acid/Base
Balance, Fluid Balance, Fluid Overload Severity, circulation status,
tissue perfusion: peripheral, ineffective.
Dalam pelaksanaan pengambilan data asuhan keperawatan peneliti tidak
menemukan hambatan dalam hal ini karena kerja sama yang baik dengan
perawat ruangan dan mahasiswa yang sedang berdinas di ruangan.
Poltekkes Kemenkes Padang
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada
partisipan I dan partisipan II pada pasien CHF (Congestive Heart Failure)
di Penyakit Dalam Pria IRNA Non-bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang
peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua partisipan menunjukkan
adanya tanda gejala yang sama yang dirasakan oleh kedua partisipan.
Keluhan yang dirasakan oleh partisipan 1 juga dirasakan oleh
partisipan 2. Tanda dan gejala yang muncul yang dirasakan oleh kedua
partisipan yaitu nafas sesak, nyeri dada, edema pada ekstremitas
bawah, dan kelemahan. Partisipan I terpasang oksigen nasal kanul dan
partisipan II terpasang oksigen Rebreathing Mask. Saat dilkukan
pemeriksaan didapatkan pada partisipan I tekanan darah 90/80 mmHg,
nadi 58 kali/I, pernafasan 25x/I, dan suhu 36, 5 0C. Hasil pemeriksaan
hematologi pada Tn. A yaitu Hemoglobin 11,9 g/dl , Leukosit 16.360
/mm3, Trombosit 90.000/mm3, Ph 7, 43, PCO2 30 mmHg, PO2 140
mmHg.pada partisipan II didaptkan tekanan darah 150/100 mmHg,
nadi 89 x/I, suhu 36,8 0C, dan pernafasan 31 x/i. Hasil pemeriksaan
hematologi pada Tn. A yaitu Hemoglobin 6,0 g/dl , Leukosit 12.900
/mm3, Trombosit 286.000/mm3, Ph 7,36, PCO2 29 mmHg, PO2 188
mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa, jika seseorang pasien dengan
penyakit CHF memiliki kemungkinan akan muncul masalah dan
keluhan yang sama yang dirasakan oleh penderita.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua partisipan yaitu
Kelebihan volume cairan, resiko penurunan curah jantung, dan
gangguan pertukaran gas. Pada partisipan II memiliki satu diagnosa
lain yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
3. Hasil yang diperoleh dari intervensi yang dilakukan oleh peneliti, baik
intervensi yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi seperti
Poltekkes Kemenkes Padang
mengatur posisi, memonitor TTV, pemberian oksigen dan terapi obat-
obatan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan meringankan kerja
dari jantung pasien.
4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah peneliti susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada
kasus seperti pemantauan TTV, pemberian terapi oksigen dan terapi
pengobatan. Dalam proses implementasi yang dilakukan sesuai dengan
intervensi yang direncanakan.
5. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada kedua partisipan dilakukan
selama 6 hari rawatan oleh peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP.
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada partisipan I dan II
menunjukkan bahwa masalah keperawatan yang dialami kedua
partisipan sudah teratasi dengan cukup baik.
B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Melalui pimpinan rumah sakit diharapkan dapat memberikan motivasi
dan bimbingan kepada semua staff agar dapat memeberikan asuhan
keperawatan secara optimal kepada pasien dan lebih meningkatkan
mutu pelayanan di rumah sakit.
2. Bagi perawat ruangan
Studi kasus yang peneliti lakukan tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan CHF (Congestive Heart Failure) di Ruangan Penyakit
Dalam Pria IRNA Non-Bedah RSUP. Dr. M. Djamil padang dapat
menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
secara profesional dan komprehensif. Peneliti juga memberikan saran
agar perawat ruangan memberikan promosi kesehatan tentang CHF
pada pasien dan keluarga agar dampak dari penyakit ini bisa dicegah
lebih lanjut.
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Bagi Mahasiswa dan Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan diharapkan dapat menjadi
acuan dan menjadi bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam
melakukan penelitian pada pasien dengan CHF (Congestive Heart
Failure).
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR PUSTAKA
Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Bulechek, Gloria dkk. 2016. Nursing Interventions Clasifications (NIC). Indonesia: Mocommedia.
Guyton, Arthur and Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Hamzah, Rori. 2016. Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Kualitas Hidup pada Pasien Gagal Jantung. Di akses di http://opac.unisayogya.ac.id /2256/ 1/NASKAH%20PUBLIKASI%20(RORI%20HAMZAH).pdf pada tanggal 23 Maret 2017.
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung : Pencegahan serta Pengobatannya. Yogyakarta : Nuha Medika
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%Riskesdas%202013.pdf pada tanggal 10 januari 2017
Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC). Indonesia: Mocomedia.
Muttaqin, arif. 2012. Buku ajar Asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem kardiovaskular dan hematologi. Jakarta: Salemba Medika
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan (Defenisi dan Klasifikasi 2015-2017). Jakarta: EGC.
Nurhayati, Eius dan Nuraini. 2009. Gambaran faktor resiko terhadap penyakit gagal jantung di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Di akses tanggal 23 Maret 2017 di http://stikesayani.ac.id/publikasi/e-journal/filesx/2010/ 201004 /201004-004. pdf
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: Gramedia.
Profil RSUP Dr. M.Djamil Padang. (2014). 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap Tahun 2014. Diakses pada tanggal 2 Januari 2017 dari http:// www.rsdjamil. co.id/pages/10penyakit ter banyak -rawatinaptahun2014.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi Kesehatan Jantung 2014. Diakses pada tanggal 23 Maret 2017 di
Poltekkes Kemenkes Padang
http://www.depkes.go.id/resources/download/ pusdatin/profil-kesehatan indonesia/profil- kesehatan-indonesia-2014.pdf
Robbins, Stanley L. 2007. Buku Ajar Patologi Jakarta: EGC.
Robinson, Joan and Lyndon. 2014. Buku Ajar Nursing Visual : Medikal Bedah. Tanggerang Selatan : Binarupa Aksara.
Sibuea, Herdin dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Ed. 2. Jakarta : Rineka Cipta
Smelzer, Suzanne dan Bare Brenda. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Jakarta: EGC.
Supardi, Sudibyo dan Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV Trans Into Media.
Syaifuddin, Haji. 2012. Anatomi Fisiologi Ed.2. Jakarta: EGC.
Wijaya, Andra Saferi dan Putri, Yessie Marita. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 4
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN RESPONDEN I
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Klien:
1) Nama : Tn A
2) Tempat/ tanggal lahir : Agam / 2-8-1954
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Status kawin : Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMU
7) Pekerjaan : Petani
8) Alamat : Batu Kambing IV nagari Agam
9) Diagnosa medis : CHF fc III + CKD Stage V + BP
b. Identififkasi Penanggung Jawab
1) Nama : Ny. J
2) Pekerjaan : IRT
3) Alamat : Batu Kambing IV nagari Agam
4) Hubungan : Istri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang:
a. KeluhanUtama
Pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 16 Mei 2017 pukul 21.30 WIB, rujukan dari RSUD
Lubuk Basung. Saat dilakukan pengkajian tentang riwayat
kesehatan, keluhan utama yang dirasakan yaitu sesak nafas.
Sesak nafas di rasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit, semakin sesak saat beraktivitas, nyeri pada dada
sebelah kiri, durasi 20 menit, skala nyeri 5 ,tubuh terasa lemah,
edema pada ekstremitas bawah. Hasil pemeriksaan tanda-tanda
Poltekkes Kemenkes Padang
vital yaitu TD : 140/70 mmHg, HR : 92 x/i, RR : 28 x/i, dan
suhu : 36,5 0C .
b. Keluhan saat dikaji (PQRST)
Saat dilakukan pengkajian pada pada tanggal 18 Mei 2017
pukul 08.49 WIB pasien mengeluh sesak nafas, sesak di
rasakan meningkat saat beraktifitas, tubuh terasa lemah. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu, TD : 90/80 mmHg, HR :
58 x/i, RR : 25 x/ i, dan suhu 36, 5 0C
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan pernah di rawat di RSSN Bukittinggi 11 tahun
yang lalu karena penyakit stroke. Pasien memiliki riwayat
hipertensi sejak 13 tahun yang lalu. Pasien mengatakan memiliki
kebiasaan merokok sejak SMU.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien. tidak ada anggota keluarga
yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, DM,
asma.
d. Pola Aktivitas Sehari- hari
1) Pola Nutrisi :
a. Sehat : makan 3x sehari habis, porsi sedang sedang
menu nasi, sayur, dan lauk seadanya. Klien sering
mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan.Sehari
pasien minum 7-8 gelas sedang ( 2000 cc).
b. Sakit : diet DJ II 1800 kkal ML, 3x sehari berupa
nasi lunak, sayur dan lauk. Pasien hanya menghabiskan
setengah dari porsi makan.Selama sakit pasien minum 6
gelas sehari (1500 cc).
2) Pola Eliminasi :
a. Sehat : buang air kecil lebih kurang 7 kali sehari,
warna putih kekuningan.Buang air besar 1x sehari
warna kuning konsistensi lembek.
Poltekkes Kemenkes Padang
b. Sakit : Saat sakit pasien uang air kecil melalui
slank kateter sebanyak 700 cc/hari, warna kecoklatan.
buang air besar 1x sehari warna kecoklatan, konsistensi
agak keras.
3) Pola Istirahat dan Tidur
a. Sehat : tidur 5-6 jam perhari. Kualitas tidur
nyenyak
b. Sakit : tidur siang 1-2 jam/hari dan tidur malam
hanya 4- 5 jam/ hari.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a. Sehat : pasien bekerja sebagai petani di
kampungnya. Pasien kurang berolahraga karena
kelumpuhan pada kaki dan tangan sebelah kanan
pasien.
b. Sakit : pasien bedres total di tempat tidur dan
harus di bantuoleh keluarga dan perawat.
5) Pola Bekerja
a. Sehat : bekerja sebagai petani, tetapi karena pasien
menderita stroke 11 tahun pasien tidak bisa bekerja
seperti biasanya lagi.
b. Sakit : pasien tidak bisa bekerja
e. Pemeriksaan Fisik (Secara Head to toe)
1) Keadaan umum : lemah
2) Tingkat kesadaran : Composmentis Cooperatif (GCS : 15)
3) TTV : TD : 90/80 mmHg, HR : 58 x/i,RR : 25x/I,
suhu : 36, 5 0C.
4) Kepala : bentuk kepala normal, rambut sebagian
memutih/beruban, rambut merata, kulit kepala bersih tidak ada
ketombe, tidak ada benjolan dan lesi.
5) Mata : simetris kiri dan kanan, mata bersih, palpebra tidak
edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor kiri dan kanan. Reflek cahaya positif, diameter simetris
Poltekkes Kemenkes Padang
kiri dan kanan dan tidak ada menggunakan alat bantu
penglihatan.
6) Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan
cuping hidung, tidak ada kotoran, tidak ada pembengkakan dan
polip.
7) Telinga : simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada serumen,
tidak ada laserasi, pendengaran masih baik.
8) Mulut : Pemeriksaan pada mulut kurang bersih, ada plak
pada gigi, mukosa bibir kering, reflek mengunyah dan menelan
baik, bibir tidak simeris.
9) Wajah : Simetris, tidak ada lesi, tampak pucat.
10) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening,
ada pembesaran vega jugularis.
11) Thorax :
a) Inspeksi :simetris kiri kanan
b) Palpasi :fremitus kiri dan kanan sama
c) Perkusi :terdengar sonor
d) Auskultasi :bronkovesikuler
12) Jantung :
a) Inspeksi :iktus tidak terlihat
b) Palpasi :iktus teraba di RIC V
c) Perkusi :pekak, batas jantung 1 jari di bawah RIC VI
d) Auskultasi :regular, tidak ada bunyi tambahan
13) Abdomen :
a) Inspeksi :tidak asites, tidak ada lesi
b) Auskultasi :bising usus 10x/menit.
c) Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba
perbesaran pada limpa dan hepar.
d) Perkusi : tympani
14) Ekstremitas atas :Terpasang infus pada tangan kiri, akral
dingin, kemerahan pada telapak tangan, CRT < 3 detik
Poltekkes Kemenkes Padang
15) Ekstremitas bawah :edema pada kedua tungkaiderajat I
kedalaman 3 mm, akral dingin, CRT <3 detik
16) Genitalia : bersih, terpasang kateter.
f. Data Psikologis
1) Status Emosional : pasien gelisah
2) Kecemasan : pasien tidak merasa cemas
3) Pola Koping : baik
4) Gaya Komunikasi : baik
5) Konsep Diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri,
peran, identitas, ideal diri
g. Data sosial
Pasien bekerja sebagai petani, pasien bisa bersosialisasi dengan
baik di lingkungan masyarakat.
h. Data Spiritual
Pasien melaksanakan sholat 5 waktu.
i. Data Penunjang
1) Rontgenthorax.
Berdasarkan hasil rontgen thorax yang dilakukan pada tanggal
17 Mei 2017 pasien mengalami kardiomegali.
2) Laboratorium
Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 18 Mei 2017
menunjukkan nilai :
- Hemoglobin : 11,9 g/dl (N : 14-16)
- Leukosit : 16.360 /mm3(N : 5.000-10.000)
- Trombosit : 90.000/mm3 (N : 150.000-400.000)
- Hematokrit : 36 % (N : 40-48)
- Ph : 7, 43 (N : 7,35-7,45)
- PCO2 : 30 mmol/L(N: 35-45mmol/L)
- PO2 : 140mmol/L (N : 95-10mmil.L)
- HCO3- : 19,9 mmol/L.
Poltekkes Kemenkes Padang
j. Program dan Rencana Pengobatan
Program terapi pengobatan yang di dapatkan oleh Tn. A yaitu :
- pemberian O2 binasal 4 liter/i
- IVFD Eas Pfrimmer 500cc/24 jam
- Ceftriaxone 1x 2 gr
- Lasix 1 x 20 gr
- Eritromicin 1 x 500 gr
- Bicnat 3 x 1 mg
- As. Folat 1 x 5 mg
- Candesartan 1 x 16 mg
- Clopidogrel 1 x 75 mg.
k. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DS : pasien mengatakan tubuh terasa lemah, DO : pasien tampak pucat, akral teraba dingin, TD :90/80 mmH, HR :58 x/i.
penurunan kontraksi
ventrikel
penurunan curah
jantung
DO : pasien mengatakan nafas terasa sesak DS : pasien tampak sesak nafas, pernafasan 25 x/i, ronki (-),wheezing (-) PCO2 : 30 mmol/L, PO2 : 140 mmol/L, Ph : 7,43
Edema paru Gangguan
pertukaran gas
DO : pasien mengatakan kakinya bengkak, DS : terdapat edema pada ekstremitas bawah pasien, derajat I kedalaman 3 mm, urin pasien 700 cc/hari, warna tampak kecoklatan
retensi natrium dan air kelebihan volume
cairan.
Poltekkes Kemenkes Padang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa
Keperawatan
Ditemukan Masalah Dipecahkan
Tgl Paraf Tgl Paraf
1. penurunan curah
jantung b/d penurunan
kontraksi ventrikel
18/5/2017 23/5/2017
2. Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
18/5/2017 23/5/2017
3. kelebihan volume
cairan b/d retensi
natrium dan air
18/5/2017 23/5/2017
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N
o.
Diagnosa Intervensi
NOC NIC
1 penurunan curah
jantung b/d penurunan
kontraksi ventrikel
Cardiac Pump
Effectiveness
13) Systolic blood pressure dalam rentang normal
14) Diastolic blood pressure dalam rentang normal
15) Tidak ada disritmia
16) Tidak ada bunyi jantung abnormal
17) Tidak terjadi angina
18) Tidak ada edema perifer
19) Tidak ada edema paru
20) Tidak dispnea saat istirahat
21) Tidak terjadi hepatomegali
22) Tidak sianosis
b. Cardiac Care Aktivitas : 13) Evaluasi adanya
nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)
14) Catat adnya disritmia jantung
15) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output.
16) Monitor status kardiovaskuler
17) Monitor status pernafasan yang menandakan Heart Failure
18) Monitor abdomen sebagai indikator adanya adanya penurunan fungsi
19) Monitor balance cairan
20) Monitor adanya perubahantekanan
Poltekkes Kemenkes Padang
Circulation Status,
8) Systolic blood pressure dalam rentang normal
9) Diastolic blood pressure dalam rentang normal
10) Pulse pressure dalam rentang normal
11) MAP dalam rentang normal
12) AGD (PaO2 dan PaCO2) dalam rentang normal
13) Saturasi O2 dalam rentang normal
14) Tidak asites Vital signs 5) Denyut jantung
apikal dalam rentang normal
6) Irama denyut jantung dalam rentang normal
7) Denyut nadi radial dalam rentang normal
8) Tekanan Systole dan Diastole dalam rentang normal
darah 21) Monitor respon
pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
22) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
23) Monitor adanya dispnea, ortopnea, dan takipnea
24) Anjurkan untuk menurunkan stres
c. Vital Sign Monitoring Aktivitas : 14) Monitor TD, nadi,
suhu dan RR 15) Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
16) Monitor vital sign pasien saat berbaring, duduk, berdiri
17) Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan
18) Monitor TD, Nadi, RR sebelum, selama dan setelah aktivitas
19) Monitor kualitas nadi.
20) Monitor adanya pulsus paradoksus
21) Monitor jumlah dan irama jantung
22) Monitor bunyi jantung
23) Monitor suara paru 24) Monitor pola
pernafasan abnormal 25) Monitoradanya
sianosis perifer 26) Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
Poltekkes Kemenkes Padang
2 Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
a. Respiratory Status : Gas Exchage
Indikator : 1) PaO2 dan PCO2
dalam rentang normal
2) Saturasi oksigen dalam rentang normal
3) pH arteri dalam rentang normal
4) kesimbangan perfusi ventilasi dalam rentang normal 5) tidak terjadi
dispnea saat istirahat atau sedang melakukan aktivitas
b. Respiratory Status : Ventilation Indikator : 1) Respiratory
rate dalam rentang normal
2) Tidak ada retraksi dinding dada
3) Tidak mengalami dispnea saat istirahat
4) Tidak ditemukan orthopnea
5) Tidak ditemukan atelektasis
Airway Manajemen Aktivitas : 5) Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi
6) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
8) Monitor resirasi dan status O2
b. Oxygen Therapy Aktivitas : 7) Pertahankan
kepatenan jalan nafas 8) Atur peralatan
oksigen 9) Monitor aliran
oksigen 10) Pertahankan posisi
pasien 11) Observasi adanya
tanda-tanda hipoventilasi.
12) Monitor adanya kecemasan
c. Vital Sign Monitoring Aktivitas : 7) Monitor TD, Nadi,
Suhu, dan RR 8) Catat adanya flutuasi
tekanan darah 9) Monitor kualitas nadi 10) Monitor suara paru 11) Monitor suara
pernafasan 12) Monitor suhu,
warna, dan kelembapan kulit.
3 kelebihan volume
cairan b/d retensi
d. Electrolit And Acid/Base Balance
c. Fluid Management Aktivitas : 8) Pertahankan catatan
Poltekkes Kemenkes Padang
natrium dan air Indikator : 5) Erum albumin,
kreatinin, hematokrit, Blood Urea Nitrogen (BUN), dalam rentang normal
6) pH urine, urine sodium, urine creatinin,urine osmolarity, dalam rentang normal
7) tidak terjadi kelemahan otot
8) tidak terjadi disritmia
e. Fluid Balance Indikator :
4) Tidak terjadi asites
5) Ekstremitas tidak edema
6) Tidak terjadi distensi vena jugularis
f. Fluid Overload Severity Indikator :
9) Edema tungkai tidak terjadi
10) Tidak asites 11) Kongesti
vena tidak terjadi
12) Tidak terjadi peningkatan blood pressure
13) Penurunan pengeluaran urine tidak terjadi
14) Tidak terjadi perubahan warna urine
15) Penurunan
intake output yang akurat
9) Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
10) Monitor vital sign 11) Monitor indikasi
retensi 12) Kaji luas dan lokasi
edema 13) Monitor status
nutrisi 14) Kolaborasi dengan
dokter jika tanda cairan berlebuhan muncul memburuk
a. Fluid Monitoring Aktivitas : 8) Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
9) Tentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
10) Monitor berat badan 11) Monitor TD, Nadi,
RR 12) Monitor tekanan
darah orthostatik dan perubahan irama jantung
13) Monitor parameter hemodinamik infasif
14) Monitor tanda dan gejala edema
Poltekkes Kemenkes Padang
serum sodium tidak terjadi
16) Peningkatan serum sodium tidak terjadi
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl Diagnosa Keperawatan
Tindakan Keperawatan Paraf
18/5/2017 18/5/2017
penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel Gangguan pertukaran gas b/d edema paru
k. Mengkaji adanya nyeri dada l. mencatat adanya
bradikakardi, penurunan TD pada pasien.
m. memonitor status kardiovaskuler : irama jantung, tekanan darah.
n. memonitor status pernafasan pasien
o. memonitor balance cairan p. mengatur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari kelelahan
q. memonitor adanya dispnea, kelelahan.
r. menganjurkan untuk menurunkan stres.
s. Memonitor suhu dan sianosis perifer
t. Memberikan obat sesuai order dokter Clopidogril 1x 75 mg, candesartan 1x16 mg.
a. mengauskultasi suara nafas,
mencatat adanya suara tambahan seperti ronki
b. menganjurkan pasien nafas dalam
c. mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi dipsneu
d. memonitor respirasi dan status O2
e. memonitor rata-rata, kedalaman, dan usaha respirasi
f. memonitor pola nafas :
Poltekkes Kemenkes Padang
18/5/2017
kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium dan air
takipneu g. mengobservasi hasil
pemeriksaan foto thoraks. h. mengauskultasi suara nafas i. mengobservasi aliran O2 j. memberikan therapy O2
binasal 4 liter
k. mempertahankan catatan
intake output yang akurat l. memonitor hasil Hb yang
sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
m. memonitor vital sign, memonitor indikasi retensi
n. mengkaji luas dan lokasi edema
o. memonitor status nutrisi, diet DJ 1800 kkal ML.
p. pemberian inj lasix 1x 20 gram
q. melakukan kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
r. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
s. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan \
t. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
19/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
a. mengevaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)
b. mencatat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
c. memonitor status kardiovaskuler
d. memonitor status pernafasan yang menandakan Heart Failure
Poltekkes Kemenkes Padang
Gangguan pertukaran gas b/d edema paru kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
e. memonitor balance cairan f. memonitor adanya perubahan
nadi dan tekanan darah g. mengatur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari kelelahan
h. memonitor adanya dispnea, ortopnea, dan takipnea
i. menganjurkan untuk menurunkan stres.
a. memposisikan pasien semi
fowler untuk memaksimalkan ventilasi
b. mengauskultasi suara nafas c. mencatat adanya suara
nafas tambahan d. memonitor respirasi dan
status O2, e. mempertahankan kepatenan
jalan nafas f. mengatur peralatan oksigen
dengan pemberian 02 binasal 4 liter/i
g. memonitor aliran oksigen h. mempertahankan posisi
pasien i. mengobservasi adanya
tanda-tanda hipoventilasi, j. memonitor adanya
kecemasan k. mengajarkan teknik nafas
dalam untuk memaksimalkan ventilasi.
a. mempertahankan catatan intake output yang akurat
b. memonitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
c. memonitor vital sign, memonitor indikasi retensi
d. mengkaji luas dan lokasi edema
e. memonitor status nutrisi
Poltekkes Kemenkes Padang
f. pemberian inj lasix 1x 20 gram
g. melakukan kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
h. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
i. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
j. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
20/5/2017 penurunan curah
jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel Gangguan pertukaran gas b/d edema paru
a. mengevaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)
b. mencatat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
c. memonitor status kardiovaskuler
d. memonitor status pernafasan yang menandakan Heart Failure
e. memonitor balance cairan f. memonitor adanya
perubahan nadi dan tekanan darah
g. mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
h. memonitor adanya dispnea, ortopnea, dan takipnea
i. menganjurkan untuk menurunkan stres.
a. memposisikan pasien semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
b. mengauskultasi suara nafas c. mencatat adanya suara
nafas tambahan d. memonitor respirasi dan
status O2, e. mempertahankan kepatenan
Poltekkes Kemenkes Padang
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
jalan nafas f. mengatur peralatan oksigen
dengan pemberian 02 binasal 4 liter/i
g. memonitor aliran oksigen h. mempertahankan posisi
pasien i. mengobservasi adanya
tanda-tanda hipoventilasi, j. memonitor adanya
kecemasan k. mengajarkan teknik nafas
dalam untuk memaksimalkan ventilasi.
a. intake output yang akurat b. memonitor hasil Hb yang
sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
c. memonitor vital sign, memonitor indikasi retensi
d. mengkaji luas dan lokasi edema
e. memonitor status nutrisi f. pemberian inj lasix 1x 20
gram g. melakukan kolaborasi dengan
dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
h. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
i. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
j. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
21/5/2017 penurunan curah
jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
j. mengevaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)
k. mencatat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
l. memonitor status
Poltekkes Kemenkes Padang
Gangguan pertukaran gas b/d edema paru kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
kardiovaskuler m. memonitor status
pernafasan yang menandakan Heart Failure
n. memonitor balance cairan o. memonitor adanya
perubahan nadi dan tekanan darah
p. mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
q. memonitor adanya dispnea, ortopnea, dan takipnea
r. menganjurkan untuk menurunkan stres.
l. memposisikan pasien semi
fowler untuk memaksimalkan ventilasi
m. mengauskultasi suara nafas n. mencatat adanya suara
nafas tambahan o. memonitor respirasi dan
status O2, p. mempertahankan kepatenan
jalan nafas q. mengatur peralatan oksigen
dengan pemberian 02 binasal 4 liter/i
r. memonitor aliran oksigen s. mempertahankan posisi
pasien t. mengobservasi adanya
tanda-tanda hipoventilasi, u. memonitor adanya
kecemasan v. mengajarkan teknik nafas
dalam untuk memaksimalkan ventilasi.
k. mempertahankan catatan
intake output yang akurat l. memonitor hasil Hb yang
sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
m. memonitor vital sign,
Poltekkes Kemenkes Padang
memonitor indikasi retensi n. mengkaji luas dan lokasi
edema o. memonitor status nutrisi p. pemberian inj lasix 1x 20
gram q. melakukan kolaborasi dengan
dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
r. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
s. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
t. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
22/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel Gangguan pertukaran gas b/d edema paru
a. mengevaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)
b. mencatat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
c. memonitor status kardiovaskuler
d. memonitor status pernafasan yang menandakan Heart Failure
e. memonitor balance cairan f. memonitor adanya perubahan
nadi dan tekanan darah g. mengatur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari kelelahan
h. memonitor adanya dispnea, ortopnea, dan takipnea
i. menganjurkan untuk menurunkan stres.
a. memposisikan pasien semi
fowler untuk memaksimalkan ventilasi
b. mengauskultasi suara nafas c. mencatat adanya suara
Poltekkes Kemenkes Padang
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
nafas tambahan d. memonitor respirasi dan
status O2, e. mempertahankan kepatenan
jalan nafas f. mengatur peralatan oksigen
dengan pemberian 02 binasal 4 liter/i
g. memonitor aliran oksigen h. mempertahankan posisi
pasien i. mengobservasi adanya
tanda-tanda hipoventilasi, j. memonitor adanya
kecemasan k. mengajarkan teknik nafas
dalam untuk memaksimalkan ventilasi.
a. mempertahankan catatan
intake output yang akurat b. memonitor hasil Hb yang
sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
c. memonitor vital sign, memonitor indikasi retensi
d. mengkaji luas dan lokasi edema
e. memonitor status nutrisi f. pemberian inj lasix 1x 20
gram g. melakukan kolaborasi dengan
dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
h. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
i. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
j. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
Poltekkes Kemenkes Padang
23/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel Gangguan pertukaran gas b/d edema paru kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
a. mengevaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)
b. mencatat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
c. memonitor status kardiovaskuler
d. memonitor status pernafasan yang menandakan Heart Failure
e. memonitor balance cairan f. memonitor adanya perubahan
nadi dan tekanan darah g. mengatur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari kelelahan
h. memonitor adanya dispnea, ortopnea, dan takipnea
i. menganjurkan untuk menurunkan stres.
a. memposisikan pasien semi
fowler untuk memaksimalkan ventilasi
b. mengauskultasi suara nafas c. mencatat adanya suara
nafas tambahan d. memonitor respirasi dan
status O2, e. mempertahankan kepatenan
jalan nafas f. mengatur peralatan oksigen
dengan pemberian 02 binasal 4 liter/i
g. memonitor aliran oksigen h. mempertahankan posisi
pasien i. mengobservasi adanya
tanda-tanda hipoventilasi, j. memonitor adanya
kecemasan k. mengajarkan teknik nafas
dalam untuk memaksimalkan ventilasi.
a. mempertahankan catatan
Poltekkes Kemenkes Padang
intake output yang akurat b. memonitor hasil Hb yang
sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
c. memonitor vital sign, memonitor indikasi retensi
d. mengkaji luas dan lokasi edema
e. memonitor status nutrisi f. pemberian inj lasix 1x 20
gram g. melakukan kolaborasi
dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
h. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
i. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
j. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
18/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan tubuh
masih terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 100/70, N:
60x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan pertukaran gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan nafas
masih terasa sesak
O : pasien tampak masih sesak
Poltekkes Kemenkes Padang
RR : 24 x/I, nilai PCO2 : 30
mmol/L
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
S : pasien mengatakan kaki
masih bengkak dan sulit
digerakkan
O : edema pada kedua tungkai
bawah, urin 800 cc/hari, warna
kecoklatan.
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
19/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan tubuh
masih terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 100/70, N:
60x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan pertukaran gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan nafas
masih terasa sesak
O : pasien tampak masih sesak
RR : 24 x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
S : pasien mengatakan kaki
masih bengkak dan sulit
digerakkan
Poltekkes Kemenkes Padang
O : edema pada kedua tungkai
bawah, urin 800 cc/hari, warna
kecoklatan.
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
20/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan tubuh
masih terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 100/80, N:
62x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan pertukaran gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan nafas
masih terasa sesak
O : pasien tampak masih sesak
RR : 26 x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
S : pasien mengatakan kaki
masih bengkak dan sulit
digerakkan
O : edema pada kedua tungkai
bawah, urin 900 cc/hari, warna
kecoklatan.
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Poltekkes Kemenkes Padang
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
21/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan tubuh
masih terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 100/80, N:
61x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan pertukaran gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan nafas
masih terasa sesak
O : pasien tampak masih sesak
RR : 23 x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
S : pasien mengatakan kaki
masih bengkak dan sulit
digerakkan
O : edema pada kedua tungkai
bawah, urin 800 cc/hari, warna
kekuningan.
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
22/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan tubuh
masih terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 110/70, N:
65x/i
Poltekkes Kemenkes Padang
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan sesak
mulai berkurang
O : pasien tampak tenang, sesak
tampak mulai berkurang
RR : 22 x/i
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
S : pasien mengatakan bengkak
pada kaki mulai berkurang.
O : edema pada kedua tungkai
bawah mulai berkurang , piting
edema >3 detik, urin 1000
cc/hari, warna kekuningan .
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
23/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan tubuh
masih terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 110/70, N:
65x/i
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan sesak
mulai berkurang
O : pasien tampak tenang, sesak
tampak mulai berkurang
Poltekkes Kemenkes Padang
RR : 22 x/i
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
S : pasien mengatakan bengkak
pada kaki mulai berkurang.
O : edema pada kedua tungkai
bawah mulai berkurang, urin
1000 cc/hari, warna kekuningan
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
24/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan sudah
mulai bertenaga
O : pasien sudah tampak tidak
pucat, akral teraba hangat, TD :
110/80, N: 74x/i
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan sudah
tidak sesak napas lagi
O : pasien tampak tidak sesak
RR : 20 x/i
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
S : pasien mengatakan kaki
sudah tidak bengkak lagi
O :edema pada kaki sudah tidak
ada, urin 1500 cc/hari, warna
kekuningan.
Poltekkes Kemenkes Padang
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Lampiran 5
FORMAT DOKUMENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
2. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Klien:
10) Nama : Tn U
11) Tempat/ tanggal lahir : Kambang / 4-3-1964
12) Jenis kelamin : Laki-laki
13) Status kawin : Kawin
14) Agama : Islam
15) Pendidikan : SMU
16) Pekerjaan : pedagang
Poltekkes Kemenkes Padang
17) Alamat : Dusun Tibet Indramayu,Jawa Barat.
18) Diagnosa medis : CHF fc IV + CKD Stage V + BP
b. Identififkasi Penanggung Jawab
5) Nama : Ny. W
6) Pekerjaan : IRT
7) Alamat : Dusun Tibet Indramayu,Jawa Barat.
8) Hubungan : Istri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang:
a) KeluhanUtama
Pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tanggal 20 Mei 2017 pukul 23.02 WIB, rujukan dari
RS Siti Rahmah. Saat dilakukan pengkajian tantang riwayat
kesehatan, keluhan utama yang dirasakan yaitu sesak nafas.
Sesak nafas dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit, semakin sesak saat beraktivitas, kedua dada
terasa nyeri, durasi 15 menit, skala nyeri 6, tubuh terasa
lemah, serta edema pada ekstremitas bawah dan sulit
digerakkan. Hasil pemeriksaan fisik yaitu, TD : 160/90
mmHg, HR : 95 x/ i, RR : 30 x/i, dan suhu : 36, 3 0C..
b) Keluhan saat dikaji (PQRST)
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 Mei 2017 pukul
09.01 WIB pasien mengeluh sesak nafas, sesak di rasakan
meningkat saat beraktifitas, tubuh terasa lemah. Hasil
Pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu, TD : 150/100 mmHg,
HR : 90 x/I, RR : 31 x/I, suhu : 36,5 0C.
2) Riwayat kesehatan dahulu
pasien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit jantung
Cirebon 6 bulan yang lalu dan pasien teratur kontrol ke
poliklinik RS Jantung Cirebon 1 kali dalam sebulan, pasien
memiliki riwayat hipertensi dan DM tipe II sejak 2 tahun yang
Poltekkes Kemenkes Padang
lalu dan pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok
dan minum alkohol.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ada keluarga yang menderita penyakit
jantung dan hipertensi yaitu ibu pasien.
d. Pola Aktivitas Sehari- hari
6) Pola Nutrisi :
c. Sehat : makan 3x sehari habis, porsi sedang sedang
menu nasi, sayur, dan lauk seadanya. Sehari pasien
minum 7-8 gelas
d. Sakit : diet DJ II 1700 kkal ML, 3x sehari berupa
nasi lunak, lauk sayur. Pasien hanya menghabiskan 3-4
sendok saja dari porsi yang disediakan rumah sakit.
Selama sakit pasien minum 4-5 gelas perhari (1250 cc).
7) Pola Eliminasi :
c. Sehat : buang air kecil lebih kurang 8 kali sehari,
warna putih kekuningan. buang air besar 1x sehari
warna kuning konsistensi lembek.
d. Sakit : buang air kecil melalui slank kateter
sebanyak 600 cc/hari, warna kekuningan, buang air
besar 1x sehari warna kehitaman, konsistensi agak
keras.
8) Pola Istirahat dan Tidur
c. Sehat : 6-8 jam perhari. Kualitas tidur nyenyak.
d. Sakit : tidur siang 1-2 jam/hari dan tidur malam
hanya 2-3 jam/ hari.
9) Pola Aktivitas dan Latihan
c. Sehat : Pasien sebelum sakit bekerja sebagai
pedagang. Pasien kurang berolahraga karena
kesibukannya bekerja.
d. Sakit : pasien bedres total di tempat tidur dan
harus di bantu oleh keluarga dan perawat.
Poltekkes Kemenkes Padang
10) Pola Bekerja
c. Sehat : Pasien bekerja sebagai pedagang. Pasien
bekerja dari pagi dan baru pulang ke rumah saat sore
hari.
d. Sakit : pasien tidak bisa bekerja
e. Pemeriksaan Fisik (Secara Head to toe)
17) Keadaan umum : lemah
18) Tingkat kesadaran : Composmentis Cooperatif (GCS : 15)
19) TTV : TD : 150/100 mmHg, HR : 90 x/i,RR :
31x/I, suhu : 36, 5 0C.
20) Kepala : bentuk kepala normal, rambut sebagian
memutih/beruban, rambut merata, kulit kepala bersih tidak ada
ketombe, tidak ada benjolan dan lesi.
21) Mata : simetris kiri dan kanan, mata bersih, palpebra tidak
edema, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
kiri dan kanan. Reflek cahaya positif, diameter simetris kiri dan
kanan dan tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan.
22) Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan
cuping hidung, tidak ada kotoran, tidak ada pembengkakan dan
polip.
23) Telinga : simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada serumen,
tidak ada laserasi, pendengaran masih baik.
24) Mulut : Pemeriksaan pada mulut kurang bersih, ada plak
pada gigi, mukosa bibir kering, reflek mengunyah dan menelan
baik, bibir simeris.
25) Wajah : Simetris, tidak ada lesi, tampak pucat.
26) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening,
ada pembesaran vega jugularis.
27) Thorax :
e) Inspeksi : simetris kiri kanan
f) Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
g) Perkusi : terdengar sonor
Poltekkes Kemenkes Padang
h) Auskultasi : bronkovesikuler
28) Jantung :
e) Inspeksi : iktus tidak terlihat
f) Palpasi : iktus teraba di RIC V
g) Perkusi : pekak, batas jantung di RIC II dan RIC V
h) Auskultasi : regular, terdapat bunyi murmur
29) Abdomen :
e) Inspeksi : tidak asites, tidak ada lesi
f) Auskultasi : bising usus 10x/menit.
g) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba
perbesaran pada limpa dan hepar.
h) Perkusi : tympani
30) Ekstremitas atas : Terpasang infus pada tangan kanan, akral
dingin, kemerahan pada telapak tangan, CRT >3 detik
31) Ekstremitas bawah : edema pada kedua tungkai, pitting edema
> 3 detik, akral dingin.
32) Genitalia : terdapat perbesaran pada skrotum,
terpasang kateter.
f. Data Psikologis
6) Status Emosional : pasien gelisah
7) Kecemasan : pasien tidak merasa cemas
8) Pola Koping : baik
9) Gaya Komunikasi : baik
10) Konsep Diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri,
peran, identitas, ideal diri
g. Data sosial
Pasien bekerja sebagai pedagang, pasien bisa bersosialisasi dengan
baik di lingkungan masyarakat.
h. Data Spiritual
Pasien melaksanakan sholat 5 waktu.
i. Data Penunjang
3) Rontgen thorax.
Poltekkes Kemenkes Padang
Berdasarkan hasil rontgen thorax yang dilakukan pada tanggal
23 Mei 2017 pasien mengalami edema paru dengan efusi pleura
bilateral.
4) Laboratorium
Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 20 Mei 2017
menunjukkan nilai :
- Hemoglobin : 6,0 g/dl (N : 14-16)
- Leukosit : 12.900 /mm3 (N : 5.000-10.000)
- Trombosit : 286.000/mm3 (N : 150.000-400.000)
- Hematokrit : 19 % (N : 40-48)
- Gula darah sewaktu : 116 mg/dl (N : <200)
- Ureum : 195 mg/dl (N : 10,0-50,0)
- kreatinin darah : 3,0 mg/dl (0,6-1,1)
- protein total 4,8 g/dl (N : 6,6- 8,7)
- albumin 3,0 g/dl (3,6-5,0)
- globulin 1, 8 g/dl (1,3-2,7)
Hasil pemeriksaan kimia klinik pada tanggal 20 Mei 2017
menunjukkan nilai :
- Ph : 7,36 (N : 7,35-7,45)
- PCO2 : 29 mmHg (N: 35-45mmHg)
- PO2 : 188 mmHg (N : 95-10mmHg)
- HCO3- : 16,4 mmol/L.
j. Program dan Rencana Pengobatan
Program terapi pengobatan yang di dapatkan oleh Tn. U yaitu :
pemberian O2 RM 10 liter/i, IVFD NaCl 0,9 % 500cc/ 8 jam,
Ceftriaxon 1x 2 gr, Levoflaxin 1 x 500 mg, drip lasix 5 ampul
dalam 50 cc NaCl 0,9 %, koreksi Meylon 200 mEq dalam 200 cc
NaCl 0,9 %, Vit K 3 x 1 tab, Inj Ca.Glukonas 1 X1 amp, 10 unit
Noverapid dalam 50 cc D 40%, Kalitake 3 x 1.
Poltekkes Kemenkes Padang
3. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DO : pasien mengatakan tubuh terasa lemah DS : pasien mengalami kenaikan tekanan darah : 150/100 mmHg,bradikardi 90 x/i
Penurunan kontraksi
ventrikel
Penurunan curah
jantung
DS : pasien mengatakan nafas terasa sesak saat beraktivitas dan istirahat DO : pasien tampak sesak nafas, pernafasan 31 x/I PCO2 : 29 mmol/L
Edema paru Gangguan
pertukaran gas
DO : pasien mengatakan kakinya bengkak, DS : terdapat edema pada ekstremitas bawah pasien, urin pasien 600 cc/hari, warna tampak kecoklatan
retensi natrium dan air kelebihan volume
cairan.
DO : pasien mengatakan tubuh terasa lemah DS : pasien tampak lemah, tampak pucat, akral teraba dingin, CRT > 3 detik
berkurangnya suplai
oksigen ke jaringan,
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ditemukan Masalah Dipecahkan
Tgl Paraf Tgl Paraf
1 Penurunan curah jantung
b/d penurunan kontraksi
ventrikel
21/5/2017 26/5/2017
2 Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
21/5/2017 26/5/2017
3 kelebihan volume cairan
b/d retensi natrium dan
21/5/2017 26/5/2017
Poltekkes Kemenkes Padang
air
4 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan suplai oksigen ke jaringan.
21/5/2017 26/5/2017
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
N
o.
Diagnosa Intervensi
NOC NIC
1 Penurunan curah
jantung b/d penurunan
kontraksi ventrikel
Cardiac Pump
Effectiveness
23) Systolic blood pressure dalam rentang normal
24) Diastolic blood pressure dalam rentang normal
25) Tidak ada disritmia
26) Tidak ada bunyi jantung abnormal
27) Tidak terjadi angina
28) Tidak ada edema perifer
29) Tidak ada edema paru
30) Tidak dispnea saat istirahat
31) Tidak terjadi hepatomegali
32) Tidak sianosis Circulation Status,
15) Systolic blood pressure dalam rentang normal
16) Diastolic blood pressure dalam rentang normal
c. Cardiac Care Aktivitas : 25) Evaluasi adanya
nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi, frekuensi)
26) Catat adnya disritmia jantung
27) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output.
28) Monitor status kardiovaskuler
29) Monitor status pernafasan yang menandakan Heart Failure
30) Monitor abdomen sebagai indikator adanya adanya penurunan fungsi
31) Monitor balance cairan
32) Monitor adanya perubahan tekanan darah
33) Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan anti aritmia
34) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
Poltekkes Kemenkes Padang
17) Pulse pressure dalam rentang normal
18) MAP dalam rentang normal
19) AGD (PaO2 dan PaCO2) dalam rentang normal
20) Saturasi O2 dalam rentang normal
21) Tidak asites Vital signs 9) Denyut jantung
apikal dalam rentang normal
10) Irama denyut jantung dalam rentang normal
11) Denyut nadi radial dalam rentang normal
12) Tekanan Systole dan Diastole dalam rentang normal
35) Monitor adanya dispnea, ortopnea, dan takipnea
36) Anjurkan untuk menurunkan stres
d. Vital Sign Monitoring Aktivitas : 27) Monitor TD, nadi,
suhu dan RR 28) Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
29) Monitor vital sign pasien saat berbaring, duduk, berdiri
30) Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan
31) Monitor TD, Nadi, RR sebelum, selama dan setelah aktivitas
32) Monitor kualitas nadi.
33) Monitor adanya pulsus paradoksus
34) Monitor jumlah dan irama jantung
35) Monitor bunyi jantung
36) Monitor suara paru 37) Monitor pola
pernafasan abnormal 38) Monitor adanya
sianosis perifer 39) Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
2 Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
b. Respiratory Status : Gas Exchage
Indikator : 6) PaO2 dan PCO2
dalam rentang normal
7) Saturasi oksigen dalam rentang
Airway Manajemen Aktivitas : 9) Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi
10) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
11) Auskultasi suara
Poltekkes Kemenkes Padang
normal 8) pH arteri dalam
rentang normal 9) kesimbangan
perfusi ventilasi dalam rentang normal 10) tidak terjadi
dispnea saat istirahat atau sedang melakukan aktivitas
c. Respiratory Status : Ventilation Indikator : 6) Respiratory
rate dalam rentang normal
7) Tidak ada retraksi dinding dada
8) Tidak mengalami dispnea saat istirahat
9) Tidak ditemukan orthopnea
10) Tidak ditemukan atelektasis
nafas, catat adanya suara nafas tambahan
12) Monitor resirasi dan status O2
b. Oxygen Therapy Aktivitas : 13) Pertahankan
kepatenan jalan nafas 14) Atur peralatan
oksigen 15) Monitor aliran
oksigen 16) Pertahankan posisi
pasien 17) Observasi adanya
tanda-tanda hipoventilasi.
18) Monitor adanya kecemasan
c. Vital Sign Monitoring Aktivitas : 13) Monitor TD, Nadi,
Suhu, dan RR 14) Catat adanya flutuasi
tekanan darah 15) Monitor kualitas
nadi 16) Monitor suara paru 17) Monitor suara
pernafasan 18) Monitor suhu,
warna, dan kelembapan kulit.
3 kelebihan volume
cairan b/d retensi
natrium dan air
g. Electrolit And Acid/Base Balance Indikator :
9) Erum albumin, kreatinin, hematokrit, Blood Urea Nitrogen (BUN), dalam rentang normal
10) pH urine,
d. Fluid Management Aktivitas : 15) Pertahankan catatan
intake output yang akurat
16) Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
17) Monitor vital sign 18) Monitor indikasi
Poltekkes Kemenkes Padang
urine sodium, urine creatinin,urine osmolarity, dalam rentang normal
11) tidak terjadi kelemahan otot
12) tidak terjadi disritmia
h. Fluid Balance Indikator :
7) Tidak terjadi asites
8) Ekstremitas tidak edema
9) Tidak terjadi distensi vena jugularis
i. Fluid Overload Severity Indikator :
17) Edema tungkai tidak terjadi
18) Tidak asites 19) Kongesti
vena tidak terjadi
20) Tidak terjadi peningkatan blood pressure
21) Penurunan pengeluaran urine tidak terjadi
22) Tidak terjadi perubahan warna urine
23) Penurunan serum sodium tidak terjadi
24) Peningkatan serum sodium tidak terjadi
retensi 19) Kaji luas dan lokasi
edema 20) Monitor status
nutrisi 21) Kolaborasi dengan
dokter jika tanda cairan berlebuhan muncul memburuk
b. Fluid Monitoring Aktivitas : 15) Tentukan riwayat
jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
16) Tentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
17) Monitor berat badan 18) Monitor TD, Nadi,
RR 19) Monitor tekanan
darah orthostatik dan perubahan irama jantung
20) Monitor parameter hemodinamik infasif
21) Monitor tanda dan gejala edema
Poltekkes Kemenkes Padang
4 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan.
a. Circulation Status Indikator : 1) Systolic
blood pressure dalam rentang normal
2) Diastolic blood pressure dalam rentang normal
3) Pulse pressure dalam rentang normal
4) CVP dalam retang normal
5) MAP dalam rentang normal
6) Saturasi O2 dalam rentang normal
7) Tidak asites b. Tissue
Perfusion : Peripheral Indikator : 1) CRT (jari
tangan dan kaki) dalam batas normal
2) Suhu kulit ekstremitas dalam rentang normal
3) Kekuatan denyut nadi (karotis kanan dan kiri;brachial kanan dan kiri; femur kanan dan kiri, radialis
a. Oxygen Therapy Aktivitas : 1) Pertahankan
kepatenan jalan nafas 2) Atur peralatan
oksigenasi 3) Monitor aliran
oksigen 4) Pertahankan posisi
pasien 5) Observasi adanya
tanda-tanda hipoventilasi
6) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
b. Vital Sign Monitoring Aktivitas : 1) Monitor TD, Nadi,
Suhu, dan RR 2) Catat adanya fluktuasi
tekanan darah 3) Monitor kualitas nadi 4) Monitor suara paru 5) Monitor pola
pernapasan yang abnormal
6) Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit
c. Peripheral Sensation Management Aktivitas : 1) Monitor adanya
daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam,tumpul
2) Monitor adanya paratese (kesemutan)
3) Batasi gerakan kepala, leher, dan punggung
4) Monitor adanya tromboplebitis dan vena tromboembolisme.
Poltekkes Kemenkes Padang
kanan dan kiri) dalam rentang normal
4) Blood pressure dan MAP dalam rentang normal
I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl Diagnosa Keperawatan
Tindakan Keperawatan Paraf
21/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
a. Mengkaji adanya nyeri dada b. mencatat adanya
bradikakardi, penurunan TD pada pasien.
c. memonitor status kardiovaskuler : irama jantung, tekanan darah.
d. memonitor status pernafasan pasien
e. memonitor balance cairan f. mengatur periode latihan
dan istirahat untuk menghindari kelelahan
g. memonitor adanya dispnea, kelelahan.
h. menganjurkan untuk menurunkan stres.
i. Memonitor suhu dan sianosis perifer
j. Memberikan obat sesuai order dokter drip lasix 5 ampul dalam 50 cc NaCl
gangguan pertukaran gas b/d edema paru.
k. mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya suara tambahan seperti ronki
l. menganjurkan pasien nafas dalam
m. mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi dipsneu
n. memonitor respirasi dan status O2
o. memonitor rata-rata,
Poltekkes Kemenkes Padang
kedalaman, dan usaha respirasi
p. memonitor pola nafas : takipneu
q. mengobservasi hasil pemeriksaan foto thoraks.
r. mengauskultasi suara nafas s. mengobservasi aliran O2 t. memberikan therapy O2 RM
10 liter
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
k. mempertahankan catatan intake output yang akurat
l. monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
m. memonitor vital sign n. memonitor indikasi retensi o. mengkaji luas dan lokasi
edema p. memonitor status nutrisi,
melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemerian dri lasix 5 amp dalam 50 cc NaCl 0,9%,
q. mengkolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
r. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
s. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
t. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan
e. memonitor tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan
f. mencatat adanya fluktuasi tekanan darah
g. memonitor kualitas nadi. memonitor pola pernapasan
h. berkolaborasi dengan dokter
Poltekkes Kemenkes Padang
dalam pemberian terapi PRC 2 x 250 gram pada hari pertama rawatan.
Tgl Diagnosa Keperawatan
Tindakan Keperawatan Paraf
22/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
u. Mengkaji adanya nyeri dada v. mencatat adanya
bradikakardi, penurunan TD pada pasien.
w. memonitor status kardiovaskuler : irama jantung, tekanan darah.
x. memonitor status pernafasan pasien
y. memonitor balance cairan z. mengatur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari kelelahan
aa. memonitor adanya dispnea, kelelahan.
bb. menganjurkan untuk menurunkan stres.
cc. Memonitor suhu dan sianosis perifer
dd. Memberikan obat sesuai order dokter drip lasix 5 ampul dalam 50 cc NaCl
gangguan pertukaran gas b/d edema paru.
u. mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya suara tambahan seperti ronki
v. menganjurkan pasien nafas dalam
w. mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi dipsneu
x. memonitor respirasi dan status O2
y. memonitor rata-rata, kedalaman, dan usaha respirasi
z. memonitor pola nafas : takipneu
aa. mengobservasi hasil pemeriksaan foto thoraks.
bb. mengauskultasi suara nafas
Poltekkes Kemenkes Padang
cc. mengobservasi aliran O2 dd. memberikan therapy
O2 binasal 4 liter
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
u. mempertahankan catatan intake output yang akurat
v. monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
w. memonitor vital sign x. memonitor indikasi retensi y. mengkaji luas dan lokasi
edema z. memonitor status nutrisi,
melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemerian dri lasix 5 amp dalam 50 cc NaCl 0,9%,
aa. mengkolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
bb. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
cc. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
dd. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan
i. memonitor tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan
j. mencatat adanya fluktuasi tekanan darah
k. memonitor kualitas nadi. memonitor pola pernapasan
l. berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi vit K
Tgl Diagnosa Keperawatan
Tindakan Keperawatan Paraf
23/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan
a. Mengkaji adanya nyeri dada b. mencatat adanya
Poltekkes Kemenkes Padang
kontraksi ventrikel
bradikakardi, penurunan TD pada pasien.
c. memonitor status kardiovaskuler : irama jantung, tekanan darah.
d. memonitor status pernafasan pasien
e. memonitor balance cairan f. mengatur periode latihan
dan istirahat untuk menghindari kelelahan
g. memonitor adanya dispnea, kelelahan.
h. menganjurkan untuk menurunkan stres.
i. Memonitor suhu dan sianosis perifer
j. Memberikan obat sesuai order dokter drip lasix 5 ampul dalam 50 cc NaCl
gangguan pertukaran gas b/d edema paru.
a. mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya suara tambahan seperti ronki
b. menganjurkan pasien nafas dalam
c. mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi dipsneu
d. memonitor respirasi dan status O2
e. memonitor rata-rata, kedalaman, dan usaha respirasi
f. memonitor pola nafas : takipneu
g. mengobservasi hasil pemeriksaan foto thoraks.
h. mengauskultasi suara nafas i. mengobservasi aliran O2 j. memberikan therapy O2
binasal 4 liter
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
a. mempertahankan catatan intake output yang akurat
b. monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN,
Poltekkes Kemenkes Padang
Hematokrit, Osmolaritas urine)
c. memonitor vital sign d. memonitor indikasi
retensi e. mengkaji luas dan
lokasi edema f. memonitor status
nutrisi, melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemerian dri lasix 5 amp dalam 50 cc NaCl 0,9%,
g. mengkolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
h. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
i. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
j. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan
m. memonitor tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan
n. mencatat adanya fluktuasi tekanan darah
o. memonitor kualitas nadi. memonitor pola pernapasan
p. berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi vit K
Tgl Diagnosa Keperawatan
Tindakan Keperawatan Paraf
24/5/2017 penurunan curah a. Mengkaji adanya nyeri
Poltekkes Kemenkes Padang
jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
dada b. mencatat adanya
bradikakardi, penurunan TD pada pasien.
c. memonitor status kardiovaskuler : irama jantung, tekanan darah.
d. memonitor status pernafasan pasien
e. memonitor balance cairan
f. mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
g. memonitor adanya dispnea, kelelahan.
h. menganjurkan untuk menurunkan stres.
i. Memonitor suhu dan sianosis perifer
j. Memberikan obat sesuai order dokter drip lasix 5 ampul dalam 50 cc NaCl
gangguan pertukaran gas b/d edema paru.
a. mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya suara tambahan seperti ronki
b. menganjurkan pasien nafas dalam
c. mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi dipsneu
d. memonitor respirasi dan status O2
e. memonitor rata-rata, kedalaman, dan usaha respirasi
f. memonitor pola nafas : takipneu
g. mengobservasi hasil pemeriksaan foto thoraks.
h. mengauskultasi suara nafas
Poltekkes Kemenkes Padang
i. mengobservasi aliran O2
j. memberikan therapy O2 binasal 4 liter
kelebihan volume
cairan b/d retensi natrium dan air
a. mempertahankan catatan intake output yang akurat
b. monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
c. memonitor vital sign d. memonitor indikasi
retensi e. mengkaji luas dan
lokasi edema f. memonitor status
nutrisi, melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemerian dri lasix 5 amp dalam 50 cc NaCl 0,9%,
g. mengkolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
h. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
i. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
j. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan
q. memonitor tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan
r. mencatat adanya fluktuasi tekanan darah
s. memonitor kualitas nadi. memonitor pola pernapasan
Poltekkes Kemenkes Padang
t. berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi vit K
Tgl Diagnosa Keperawatan
Tindakan Keperawatan Paraf
25/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
a. Mengkaji adanya nyeri dada
b. mencatat adanya bradikakardi, penurunan TD pada pasien.
c. memonitor status kardiovaskuler : irama jantung, tekanan darah.
d. memonitor status pernafasan pasien
e. memonitor balance cairan
f. mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
g. memonitor adanya dispnea, kelelahan.
h. menganjurkan untuk menurunkan stres.
i. Memonitor suhu dan sianosis perifer
j. Memberikan obat sesuai order dokter drip lasix 5 ampul dalam 50 cc NaCl
gangguan pertukaran gas b/d edema paru.
a. mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya suara tambahan seperti ronki
b. menganjurkan pasien nafas dalam
c. mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi dipsneu
d. memonitor respirasi dan status O2
e. memonitor rata-rata, kedalaman, dan usaha respirasi
Poltekkes Kemenkes Padang
f. memonitor pola nafas : takipneu
g. mengobservasi hasil pemeriksaan foto thoraks.
h. mengauskultasi suara nafas
i. mengobservasi aliran O2
j. memberikan therapy O2 binasal 4 liter
kelebihan volume
cairan b/d retensi natrium dan air
a. mempertahankan catatan intake output yang akurat
b. monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
c. memonitor vital sign d. memonitor indikasi
retensi e. mengkaji luas dan
lokasi edema f. memonitor status
nutrisi, melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemerian dri lasix 5 amp dalam 50 cc NaCl 0,9%,
g. mengkolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
h. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
i. menentukan kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
j. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
Poltekkes Kemenkes Padang
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan
a. memonitor tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan
b. mencatat adanya fluktuasi tekanan darah
c. memonitor kualitas nadi. memonitor pola pernapasan
d. berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi vit K
Tgl Diagnosa Keperawatan
Tindakan Keperawatan Paraf
26/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
a. Mengkaji adanya nyeri dada
b. mencatat adanya bradikakardi, penurunan TD pada pasien.
c. memonitor status kardiovaskuler : irama jantung, tekanan darah.
d. memonitor status pernafasan pasien
e. memonitor balance cairan
f. mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
g. memonitor adanya dispnea, kelelahan.
h. menganjurkan untuk menurunkan stres.
i. Memonitor suhu dan sianosis perifer
j. Memberikan obat sesuai order dokter drip lasix 5 ampul dalam 50 cc NaCl
gangguan pertukaran gas b/d edema paru.
a. mengauskultasi suara nafas, mencatat adanya suara tambahan seperti ronki
Poltekkes Kemenkes Padang
b. menganjurkan pasien nafas dalam
c. mengatur posisi semi fowler untuk mengurangi dipsneu
d. memonitor respirasi dan status O2
e. memonitor rata-rata, kedalaman, dan usaha respirasi
f. memonitor pola nafas : takipneu
g. mengobservasi hasil pemeriksaan foto thoraks.
h. mengauskultasi suara nafas
i. mengobservasi aliran O2
j. memberikan therapy O2 binasal 4 liter
kelebihan volume
cairan b/d retensi natrium dan air
a. mempertahankan catatan intake output yang akurat
b. monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hematokrit, Osmolaritas urine)
c. memonitor vital sign d. memonitor indikasi
retensi e. mengkaji luas dan
lokasi edema f. memonitor status
nutrisi, melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemerian dri lasix 5 amp dalam 50 cc NaCl 0,9%,
g. mengkolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
h. menentukan riwayat jumlah dan tipe intake
Poltekkes Kemenkes Padang
cairan dan eliminasi i. menentukan
kemungkinan faktor risiko dari ketidakseimbangan cairan
j. memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung.
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke jaringan
a. memonitor tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan
b. mencatat adanya fluktuasi tekanan darah
c. memonitor kualitas nadi. memonitor pola pernapasan
d. berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi vit K
J. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
21/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan tubuh
masih terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 140/90, N:
89x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan nafas
masih terasa sesak
O : pasien tampak masih sesak
RR : 30x/I PCO2 : 29 mmol/L
A : masalah blm teratasi
Poltekkes Kemenkes Padang
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
S : pasien mengatakan kaki
masih bengkak dan sulit
digerakkan
O : edema pada kedua tungkai
bawah, urin 700 cc/hari, warna
kecoklatan.
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai oksigen ke jaringan
S : pasien mengatakan masih
lemah
O : konjungtiva masih anemis,
akral masih teraba dingin dan
CRT > 3 detik.
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
22/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan tubuh
masih terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 140/80, N:
88x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan nafas
masih terasa sesak
O : pasien tampak masih sesak
RR : 28x/I PCO2 : 29 mmol/L
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume S : pasien mengatakan kaki
Poltekkes Kemenkes Padang
cairan b/d retensi natrium dan air
masih bengkak dan sulit
digerakkan
O : edema pada kedua tungkai
bawah, urin 1000 cc/hari, warna
kecoklatan.
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai oksigen ke jaringan
S : pasien mengatakan masih
lemah
O : konjungtiva masih anemis,
akral masih teraba dingin dan
CRT > 3 detik.
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
23/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan tubuh
masih terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 140/90, N:
87x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan nafas
masih terasa sesak
O : pasien tampak masih sesak
RR : 26 x/I PCO2 : 29 mmol/L
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
S : pasien mengatakan kaki
masih bengkak dan sulit
digerakkan
Poltekkes Kemenkes Padang
O : edema pada kedua tungkai
bawah, urin 1000 cc/hari, warna
kekuningan
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai oksigen ke jaringan
S : pasien mengatakan masih
lemah
O : konjungtiva masih anemis,
akral masih teraba dingin dan
CRT > 3 detik.
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
24/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan tubuh
masih terasa lemah
O : pasien tampak pucat, akral
teraba dingin, TD : 130/80, N:
86x/i
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan nafas
masih terasa sesak
O : pasien tampak masih sesak
RR : 27x/I PCO2 : 29 mmol/L
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
S : pasien mengatakan kaki
masih bengkak dan sulit
digerakkan
O : edema pada kedua tungkai
bawah, urin 900 cc/hari, warna
Poltekkes Kemenkes Padang
kekuningan
A : masalah blm teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai oksigen ke jaringan
S : pasien mengatakan masih
lemah
O : konjungtiva masih anemis,
akral masih teraba dingin dan
CRT > 3 detik.
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
25/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan tubuh
mulai bertenaga.
O : akral teraba hangat, TD :
140/80, N: 87x/i.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan sesak
muali berkurang
O : pasien tampak masih sesak
RR : 24x/I PCO2 : 29 mmol/L
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
S : pasien mengatakan kaki
bengkak pada kaki mulai
berkurang.
O : edema pada kedua tungkai
bawah mulai berkurang, urin
1100 cc/hari, warna
kekuningan.
A : masalah teratasi sebagian
Poltekkes Kemenkes Padang
P : intervensi dilanjutkan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai oksigen ke jaringan
S : pasien mengatakan tubuh
mulai bertenaga
O : konjungtiva tidak anemis,
akral masih teraba hangat dan
CRT < 3 detik.
Tgl Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Paraf
26/5/2017 penurunan curah jantung b/d penurunan kontraksi ventrikel
S : pasien mengatakan sudah
mulai bertenaga
O : pasien tampak mulai
bertenaga, akral teraba hangat,
TD : 130/80, N: 85x/i
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Gangguan pertukaran
gas b/d edema paru
S : pasien mengatakan tidak
sesak nafas
O : pasien tampak tidak sesak
RR : 20 x/I.
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan air
S : pasien mengatakan kaki
tidak bengkak
O : edema pada kedua tungkai
bawah sudah berkurang, urin
1200 cc/hari, warna
kekuningan.
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Ketidakefektifan S : pasien mengatakan sudah
Poltekkes Kemenkes Padang
perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai oksigen ke jaringan
bertenaga
O : konjungtiva tidak anemis,
akral masih teraba hangat dan
CRT < 3 detik.
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang