19
Borang Portofolio HIL No. ID dan Nama Peserta : dr. Sandy Saputra No. ID dan Nama Wahana : RSUD Brigjend H Hasan Basry HSS Topik : Tanggal (kasus) : Nama Pasien : No. RM : Tanggal Presentasi : Pembimbing : Pendamping : dr. Solaeman Yunus Sp.B dr. Nani Pudji Hastuti dr. Asih Trimurtini Tempat Presentasi : Aula RSUD Brigjend H Hasan Basry Objektif Presentasi : □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka □ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa Neonatus □ Bayi □ Anak Remaja □ Dewasa Lansia □ Bumil Deskripsi : Tujuan : Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Hernia Ingunalis Lateralis Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit Cara Diskusi □ Presentasi dan □ E-mail □ Pos 1

Portofolio HIL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aca

Citation preview

Page 1: Portofolio HIL

Borang Portofolio HIL

No. ID dan Nama Peserta : dr. Sandy Saputra

No. ID dan Nama Wahana : RSUD Brigjend H Hasan Basry HSS

Topik :

Tanggal (kasus) :

Nama Pasien : No. RM :

Tanggal Presentasi :Pembimbing:

Pendamping :

dr. Solaeman Yunus Sp.B

dr. Nani Pudji Hastuti

dr. Asih Trimurtini

Tempat Presentasi : Aula RSUD Brigjend H Hasan Basry

Objektif Presentasi :

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi :

□ Tujuan : Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Hernia Ingunalis Lateralis

Bahan

Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset

□ Kasus □ Audit

Cara

Membahas :

□ Diskusi□ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos

Data

Pasien :Nama : No. Registrasi :

Nama Klinik : Telp : Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

2. Riwayat Pengobatan :

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini

sebelumnya

4. Riwayat Keluarga/ Lingkungan :

1

Page 2: Portofolio HIL

5. Riwayat Pekerjaan : -

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :

7. Lain-lain :

Rumple leed (+)

Hb: 13,7 gr/dL

Hematokrit: 43,6%

Trombosit: 19.000/mm3

Leukosit : 7,1/ mm3

1. Daftar Pustaka : R. Sjamsuhidrajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit

buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997.

2. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III,

jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedoktern Universitas Indonesia. Jakarta. 2000.

3. Nicks, BA. Hernia. http//www.emedicine.com [diakses tanggal 18 Desember 2012]

Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency Surgery. Edisi XXIII. Penerbit Hodder Arnold. 2006

Hasil Pembelajaran :

1. Diagnosis HIL

2. Tata laksana pasien HIL

2

Page 3: Portofolio HIL

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif :

• Demam sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi, terus-menerus, tidak

berkeringat, tidak menggigil. Demam tidak disertai kejang.

• Sakit kepala dirasakan sejak ± 4 hari sebelum masuk rumah sakit.

• Sesak nafas tidak ada.

• Batuk pilek tidak ada.

• Sakit perut ± 4 hari sebelum masuk RS, terutama di ulu hati.

• Mual dan muntah 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah ±5x, sebanyak ± ¼ gelas,

berisi apa yang dimakan. Muntah tidak menyemprot.

• Nafsu makan turun semenjak sakit.

• Buang air kecil terakhir 1 jam yang lalu, jumlah dan warna biasa.

• Buang air besar konsistensi dan warna biasa

• Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

• Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : tinggal bersama keluarga. Tidak ada anggota keluarga

/yang menderita sakit seperti ini.

2. Objektif :

Vital sign

Umur :

BB :

TB :

Keadaan umum : Sakit Sedang

Kesadaran :

Frekuensi Nadi :

Frekuensi Nafas :

Suhu :

Sianosis (-), pucat (-), ikterik (-)

3

Page 4: Portofolio HIL

Pemeriksaan sistemik

Kulit : teraba hangat, petekie positif dengan rumple leed

Mata :Anemis (-) Ikterik (-)

Mulut : bibir dan mukosa mulut basah

Tenggorokan : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Thorax : jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen :

I : distensi tidak Ada

Au : bising usus (+) normal

Per : timpani

Pa : supel, nyeri tekan (+) di epigastrium H/L teraba

Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Pemeriksaan Laboratorium :

Hb : 13,7 g/dl

Hematokrit : 43,6 %

Eritrosit : 5,42 juta/ mm3

Leukosit : 7,100/ mm3

Trombosit : 19.000/mm3

3. Assesment (penalaran klinis) :

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah

dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian

lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi

hernia.

Epidemiologi

Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul disekitar lipatan paha.

Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia indirect lebih banyak daripada

hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Hernia femoralis

kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul kasus emergensi dengan

4

Page 5: Portofolio HIL

inkaserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang

pernah menjalani operasi hernia inguinal.

Etiologi

Penyebab terjadinya hernia adalah:

a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup

b) Akibat dari pembedahan sebelumnya

c) Kongenital

Hernia kongenital sempurna

Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.

Hernia kongenital tidak sempurna

Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada tempat-

tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi

melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal

(mengejan, batuk, menangis)

d) Aquisital adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi

disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain:

Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering mengejan pada saat

buang air besar atau buang air kecil.

Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jaringan ikatnya yang

sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak yang banyak

sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong.

Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal

Penyakit yang melemahkan dinding perut

Merokok

Diabetes mellitus

1. Bagian Hernia

Bagian-bagian dari hernia menurut:

1) Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia

memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia internalis.

2) Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,

ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).

5

Page 6: Portofolio HIL

3) Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.

4) Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.

2. Klasifikasi Hernia

Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi3:

Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan

dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau

gejala obstruksi usus.

Hernia ireponibel: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini

biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.

Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi

kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi

gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk menghilangkan bagian

yang mungkin nekrosis.

Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia yang dibagi

berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, dan

hernia skrotalis.

Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga

melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis. Materi yang

masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak atau

omentum. Predisposisi terjadinya hernia inguinalis adalah terdapat defek atau kelainan

berupa sebagian dinding rongga lemah. Penyebab pasti hernia inguinalis terletak pada

lemahnya dinding, akibat perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut),

peningkatan tekanan intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan

akibat sembelit, dll).

Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis

6

Page 7: Portofolio HIL

femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Penyebab hernia

femoralis sama seperti hernia inguinalis.

Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ abdominal

masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh fasia umbilicus,

dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding abdomen di area

umbilicus mengalami kelemahan.

Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam skrotum

secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau elevantiasis

skrotum.

7

Page 8: Portofolio HIL

6. Patofisiologi hernia inguinalis lateralis

Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari kehamilan,

terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan menarik peritoneum

ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis

pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga

perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,

karena yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan

lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2

bulan.1,2

Bila prosesus terbuka sebagian, amka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena

rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital. Biasanya

hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bartambahnya umur, organ dan jaringan

tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namuan

karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan

tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan

8

Page 9: Portofolio HIL

mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali

dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar

melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma,

hipertrofi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada

semua.2

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria

dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding

kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap

cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan

menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi

penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkaserata

dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan

terjadi nekrosis.

7. Diagnosis

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2

atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui

anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh

batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia

ingunalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia

inguinalis medialis.4

9

Page 10: Portofolio HIL

Pemeriksaan Ziemen test posisi

berbaring, bila ada benjolan masukkan

dulu, hernia kanan diperiksa dengan

tangan kanan, penderita disuruh batuk bila

rangsangan pada jari ke-2 hernia ingunalis

lateralis, jari ke-3 hernia inguinalis

medialis, jari ke-4 hernia femoralis.4

Pemeriksaan Thumb test anulus ditekan dengan ibu jari dan

penderita disuruh mengejan, bila keluar benjolan berarti hernia

inguinalis medialis, bila tidak keluar benjolan berarti hernia

inguinalis lateralis.

b. Pemeriksaan penunjang

Leukosit > 10.000 – 18.000/mm3

Serum elektrolit meningkat

Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incaserata dari

suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di

inguinal.

CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia

obturator.

8. Diagnosis banding

a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis

b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis ectopic,

undescenden testis

c. Aneurisma artery femoralis

d. Nodus limfatikus

e. Kista limfatikus

f. Kista sebasea

g. Psoas abses

h. Hematoma

10

Page 11: Portofolio HIL

i. Ascites

9. Penatalaksanaan

Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi seperti

inkeserasi dan strangulasi. Pengobatan non operatif direkomendasikan hanya pada hernia yang

asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy: membuka dan memotong

kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding posterior abdomen kanalis ingunalis.1,2

Herniotomy

Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka sepanjang

canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester secara hati-hati

sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya dan kembalikan ke

kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak cukup hanya melakukan

herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2

Herniorrhapy

Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh dengan

tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik operasi dapat bermacam-macam tekhnik bassini

dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi liechtenstein dengan menggunakan

mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah.1,2

Prognosis

Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong hernia.

Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca bedah seperti

nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi.

11

Page 12: Portofolio HIL

4. Plan :

Diagnosis : Observasi febris hari ke IV susp. DHF grade I

Pengobatan :

IVFD asering 210 cc/1 jam → 150 cc/1 jam → maintenance 100 cc/jam

Inj paracetamol 300mg/ 8jam k/p

Inj D 40% 50 cc + aquadest 50 cc drip/ 24 jam

Inj dexametason 15mg/ 24 jam

Inj ranitidine 1 ampul/ 24 jam

Banyak minum

Rencana Pemeriksaan Selanjutnya :

Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit pada hari ke II rawatan

Kontrol Vital Sign per 8 jam

Awasi tanda – tanda perdarahan spontan

Pendidikan :

Kepada orangtua dijelaskan mengenai penyakit ini dan cara mencegahnya. Apabila ada

anggota keluarga yang menunjukkan gejala demam dengan adanya tanda kebocoran cairan

segera bawa ke rumah sakit. Pencegahan pada penyakit ini sangat penting karena faktor

resiko penyakit ini adalah faktor lingkungan dimana keluarga/ lingkungan harus menjaga

kebersihan lingkungan dengan cara 3M (menguras bak, menutup tempat penampungan air,

menimbun barang-barang bekas yang dapat menjadi sumber jentik nyamuk) yang merupakan

12

Page 13: Portofolio HIL

faktor kunci meningkatnya kasus ini.

Konsultasi :

Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis anak apabila terdapat tanda-tanda kebocoran

plasma dan tanda-tanda syok yang dapat mengancam jiwa.

Follow Up tanggal 29 maret 2015

S: Demam(+), nyeri ulu hati (+), nafsu makan ↓

O:- Keadaan umum : sakit sedang

- Kesadaran : CMC/ GCS: E4M6V5

- Frekuensi Nadi : 70 x/menit, teraba kuat angkat

- Frekuensi Nafas : 22 x /menit

- Suhu : 38,6o C

- Laboratorium :

- Hb : 14,3 g/dl

- Hematokrit : 44,7 %

- Leukosit : 6,400/ mm3

- Trombosit : 37.000/mm3

- NS 1 : (-)

A: DHF grade I

P: - IVFD asering maintenance 100 cc/jam

- Inj paracetamol 300mg/ 8jam k/p- Inj D 40% 50 cc + aquadest 50 cc drip/ 24 jam- Inj dexametason 15mg/ 24 jam

- Inj ranitidine 1 ampul/ 24 jam

- Banyak minum

Follow Up tanggal 30 Maret 2015

13

Page 14: Portofolio HIL

S: Demam(-), nyeri ulu hati (-), nafsu makan ↑

O: - Keadaan umum : Baik

- Kesadaran : CMC/ GCS: E4M6V5

- Frekuensi Nadi : 70 x/menit, teraba kuat angkat

- Frekuensi Nafas : 20 x /menit

- Suhu : 36,5o C

- Laboratorium :

- Hb : 13,7 g/dl

- Hematokrit : 43,6%

- Leukosit : 7,100/ mm3

- Trombosit : 50.000/mm3

A: DHF grade I

P: - IVFD asering 20 gtt/i

- Inj paracetamol 300mg/ 8jam k/p- Banyak minum

Follow Up tanggal 31 Maret 2015

S: Demam(-), nyeri ulu hati (-), nafsu makan ↑

O: - Keadaan umum : Baik

- Kesadaran : CMC/ GCS: E4M6V5

14

Page 15: Portofolio HIL

- Frekuensi Nadi : 70 x/menit, teraba kuat angkat

- Frekuensi Nafas : 20 x /menit

- Suhu : 36,5o C

A: DHF grade I

P: - IVFD asering maintenance 100 cc/jam→ Stop

- Inj paracetamol 300mg/ 8jam k/p→ Stop

Pasien BLPL

15