22
POSTULAT KOCH Oleh : Nama : Iis Islamiyah NIM : B1J013092 Kelompok : 4 Rombongan : IV Asisten : Kuntum Khairu Ummah LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

Postulat Koch

Embed Size (px)

DESCRIPTION

virologi

Citation preview

POSTULAT KOCH

Oleh :Nama : Iis IslamiyahNIM: B1J013092Kelompok: 4Rombongan : IVAsisten: Kuntum Khairu Ummah

LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2015 I. PENDAHULUANA. Latar BelakangPenyakit tanaman adalah suatu keadaan ketika tanaman mengalami gangguan fungsi fisiologis berkelanjutan, sehingga menimbulkan gejala dan tanda. Gangguan fisiologis ini disebabkan oleh faktor biotik (bakteri, cendawan, virus dan nematoda) maupun faktor abiotik (suhu, kelembaban, unsur hara mineral). Salah satu cara mengetahui faktor biotik yang menyebabkan penyakit dilakukan suatu kegiatan berdasarkan Postulat Koch (Semangun, 1996).Penyakit tumbuhan yang infeksius ada beberapa rangkaian kejadian yang berurutan satu dengan yang lainnya. Ada dua rangkaian kejadian penting, yaitu siklus hidup patogen dan siklus penyakit. Rangkaian kejadian tersebut berperan dalam perkembangan patogen dan perkembangan penyakit. Siklus hidup patogen dimulai dari tumbuh sampai menghasilkan alat reproduksi. Siklus penyakit meliputi perubahan-perubahan patogen di dalam tubuh tanaman dan rangkaian perubahan tanaman inang serta keberadaan patogen (siklus hidup patogen) di dalamnya dalam rentang waktu tertentu selama masa pertumbuhan tanaman. Kejadian penting dalam siklus penyakit meliputi : inokulasi (penularan), penetrasi (masuk tubuh), infeksi (pemanfaatan nutrien inang), invasi (perluasan serangan ke jaringan lain), penyebaran ke tempat lain dan pertahanan patogen (Pracaya, 2007).Tanaman yang terserang virus biasanya menyebabkan berbagai macam gejala pada sebagian atau seluruh bagian dari tumbuhan. Gejala ini biasanya penurunan laju pertumbuhan dari tanaman itu sendiri yang mengakibatkan tanaman kerdil dan tanaman menjadi berumur lebih pendek. Gejala lain yang di akibatkan virus yaitu terdapat garis sepanjang tulang daun lateral, ada bercak yang terlihat jelas jika dilihat dari bawah permukaan daun (Pracaya, 2007).Virus tumbuhan tidak mengandung suatu enzim, toksin atau zat yang pada patogen lain dapat terlibat dalam patogenisitas dan menyebabkan berbagai macam gejala pada tanaman inangnya. Asam nukleat virus (RNA) merupakan satu-satunya penentu penyakit, tetapi adanya RNA di dalam tanaman meskipun dalam jumlah banyak tidaklah cukup sebagai alasan penyebab gejala penyakit. Hal ini disebabkan karena beberapa tumbuhan yang mengandung konsentrasi virus lebih tinggi menunjukkan gejala yang kurang berat dibandingkan dengan tumbuhan lainnya yang kandungan virusnya lebih sedikit, atau kadang-kadang mereka itu hanya sebagai tanaman pembawa virus yang tidak menunjukkan gejala (Suseno, 1990).B. TujuanTujuan dari praktikum ini adalah untuk memberikan pemahaman praktek Postulat Koch dalam penularan penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus tanaman. Khususnya mengetahui bagaimana cara penularan virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain menggunakan metode sap, karena sangat penting untuk penelitian virus dalam laboratorium.

II. MATERI DAN METODEA. MateriAlat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mortal dan pestle, cotton bud steril, plastik transparan, kertas label, kertas saring, milipore, tabung reaksi dan gunting.Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tanaman kacang panjang berumur 2 minggu, arang, media penanaman, polybag, daun kacang panjang yang terinfeksi penyakit, dan akuades steril.B. MetodeMetode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :A. Pengamatan langsung pada daun yang berpenyakit1. Daun kacang panjang yang terkena penyakit disediakan. Daun yang terinfeksi virus diamati gejala dengan tanda-tanda yang nampak. Asosiasi ini ditandai dengan adanya patogen pada tanaman yang sakit. B. Pembuatan ekstrak atau sap dari daun yang berpenyakit1. Daun kacang panjang yang terkena penyakit disediakan.2. Daun yang sakit dan akuades steril dimasukan dalam mortal dan kemudian daun dilumatkan dengan pestle.3. Daun yang telah dilumatkan disaring dengan kertas saring dan dengan milipore sampai sap yang diperoleh hanya ekstraknya.C. Pengujian1. Pengujian dilakukan pada dua tanaman kacang panjang yang berumur dua minggu. Satu tanaman disiapkan sebagai kontrol dan satu tanaman lainnya diinokulasi dengan patogen penyebab karat pada kacang tanah.2. Tahapan inokulasi patogen dilakukan dengan melukai daun yang sehat dengan menggosokan arang pada permukaan daun.3. Cotton bud steril dicelupkan dalam sap tanaman yang memiliki tanda-tanda penyakit virus yang telah disaring, kemudian sap tanaman diinokulasikan pada daun yang telah dilukai.4. Daun yang telah diberi sap ditutup dengan plastik transparan diamati selama 10 hari.D. Uji Penegasan 1. Dilakukan sesuai kriteria Postulat Koch yang ketiga dan keempat. Daun yang awal terinfeksi virus dibandingkan dengan daun pada inokulasi sap pertama dan daun pada inokulasi sap kedua, serta bandingkan juga dengan daun kontrol.

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilKelompokGejala AwalHasil PostulasiInterpretasi

1Daun menguning, terdapat bercak kecoklatanDaun menguning, terdapat bercak kecoklatan

2Daun menguning, terdapat bercak kecoklatanDaun sedikit menguning-

3Daun menguning, terdapat bercak kecoklatanDaun menguning-

4Daun menguning, terdapat bercak kecoklatanDaun klorosis, terdapat bercak hitam

5Daun menguning, terdapat bercak kecoklatanDaun menguning, terdapat bercak hitam-

6Daun menguning, terdapat bercak kecoklatanDaun menguning, terdapat bercak kecoklatan di ujung daun

Tabel. 1 Hasil Pengamatan Postulat Koch

Tabel. 2 Hasil Pengamatan Tanaman KontrolKelompokCiri-ciri awalCiri-ciri setelah inkubasiInterpretasi

1Hijau tua, daun sehatHijau tua, daun terdapat bercak cokelat-

2Hijau tua, daun sehatHijau tua, daun sehat

3Hijau tua, daun sehatHijau tua,-

4Hijau tua, daun sehatHijau tua, ada karat daun-

5Hijau tua, daun sehatHijau tua, daun sehat

6Hijau tua, daun sehatHijau Kekuningan, bercak putih dan bekas serangga dipucuk-

Gambar. 2 Tanaman uji setelah perlakuanGambar. 1 Tanaman awal yang terserang virus

Gambar. 4 Tanaman kontrol setelah inkubasiGambar. 3 Tanaman kontrol

B. PembahasanBerdasarkan hasil pengamatan bahwa tanaman kontrol kelompok 2, 3, 4, dan 5 menunjukkan hasil negatif, tanaman tidak mengalami gejala seperti pada tanaman yang diambil sapnya dan tidak menunjukan gejala sistemik, sedangkan pada kelompok 1 dan 6 tanaman control setelah inkubasi mengalami gejala seperti bercak putih pada daun, daun kekuningan dan terdapat kerusakan daun akibat serangga. Tanaman dengan perlakuan pemberian sap pada setiap kelompok menunjukkan hasil yang positif mengalami gejala yang hamper sama dengan tanaman terkena virus yang diambil sapnya. Gejala yang diperlihatkan oleh tanaman dengan perlakuan ini adalah daunnya menguning, pada daun terdapat bercak coklat. Daun tanaman uji kelompok 1 menunjukkan gejala daun menguning dan daun bercak cokelat. Kelompok 2 daun menguning. Kelompok 3 daun menguning. Kelompok 4 gejala sistemik dan bercak kuning dan adanya bintik hitam. Kelompok 5 daun menguning dan terdapat bercak bhitam dan kelompok 6 daun menguning dan adanya bercak coklat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bos (1983) bahwa tanaman dengan perlakuan menunjukkan gejala sama seperti pada tanaman terserang virus yang diambil sapnya, berarti memenuhi keempat kriteria pada Postulat Koch. Hal ini juga sesuai dengan pernyaataan Matthews (1970) bahwa keempat kriteria Postulat Koch harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab akibat antara virus dan penyakit yang ditimbulkan.Tanaman kacang panjang dengan perlakuan yang menunjukkan hasil positif memiliki gejala yang sama dengan tanaman kacang panjang yang terkena virus dan gejala ini bersifat lokal, hal ini berarti gejala hanya ditunjukkan pada satu daun dan tidak menyebar ke daun lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Pracaya (2007) bahwa tanaman yang telah diinokulasikan virus dari tanaman yang terkena virus akan menimbulkan gejala lokal jika kedua tanaman tersebut merupakan spesies yang berbeda. Gejala lokal merupakan gejala yang hanya menyerang bagian tertentu saja yang terserang virus dan tidak menyebar ke bagian lain dari tanaman, sedangkan tanaman yang spesiesnya sama akan menimbulkan gejala sistemik jika virus dari tanaman yang terserang virus diinokulasikan ke dalam tanaman sehat. Gejala sistemik merupakan gejala yang menyerang ke seluruh bagian tanaman, baik itu akar, batang, daun maupun biji. Kebanyakan penelitian virus tanaman difokuskan pada virus akut yang menyebabkan penyakit pada tanaman dan tanaman hias. Virus ini ditularkan secara horizontal, sering dengan vektor serangga, dan kadang-kadang ditularkan secara vertical (Roossinck, 2015).Postulat Koch dikemukakan pertama kali oleh Robert Koch (1843-1910). postulat tersebut harus didefinisikan kembali sebagai berikut : 1. virus harus menyertai penyakit, 2. virus harus dapat diisolasi dari tumbuhan yang sakit dengan syarat terpisah dari kontaminan, memperbanyak diri dalam inang perkembangbiakan, dapat dimurnikan secara fisiko kimia, serta dapat diidentifikasi sifat-sifatnya yang hakiki, 3. apabila diinokulasikan ke dalam tumbuhan inang yang sehat, harus dapat menghasilkan kembali penyakit serupa, 4. virus yang sama harus dapat ditunjukkan ada di dalam tumbuhan percobaan dan harus dapat diisolasikan kembali (Bos, 1983).Bos (1990) menyebutkan bahwa Koch memberikan rumusan berupa sejumlah kondisi yang harus dipenuhi sebelum salah satu faktor biotik (organisme) dianggap sebagai penyebab penyakit. Rumusan tersebut dikenal dengan Postulat Koch (Kochs Postulates). Postulat Koch adalah metode yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya virus yang menginfeksi suatu tumbuhan. Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Walaupun dalam masa Koch, dikenal beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak memenuhi semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Masa itu virus belum dapat dilihat atau diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi perkembangan awal dari virologi (Gibbs, 1980).Virus dapat menyerang hewan, bakteri, manusia, dan juga tumbuhan. Setiap virus tersebut memiliki karakteristik masing-masing sesuai dengan inangnya. Virus tumbuhan memiliki karakteristik hanya dapat masuk ke dalam sel tumbuhan melalui luka yang terjadi secara mekanis atau yang disebabkan oleh serangga vektor. Hal ini disebabkan karena virus tumbuhan tidak mempunyai alat penetrasi untuk menembus dinding sel tumbuhan. Virus yang menyerang hewan dan bakteri dapat melakukan penetrasi langsung melalui selaput sel, seperti bakteriofag (virus yang menyerang bakteri) mempunyai alat penetrasi yang dapat menembus selaput sel bakteri. Virus tumbuhan memiliki spektrum penularan yang sempit dan biasanya memiliki asam nukleat berupa RNA saja. Virus tumbuhan diperlukan dalam konsentrasi tinggi (105 virion) untuk dapat menginfeksi tanaman. Virus hewan hanya memerlukan 10-100 virion dan virus bakteri memerlukan 1-10 virion saja (Bos, 1990). Virus persisten kebanyakan tanaman memiliki genom RNA untai ganda (ds), dan hanya mengkode RNA dependent RNA polimerase (RdRp) dan memiliki protein mantel (Roossinck, 2015). Sel tumbuhan memiliki dinding sel yang hampir tidak mungkin bagi virus untuk untuk menyebabkan infeksi. Namun, virus tanaman memiliki mekanisme dalam penyebarannya yaitu secara horizontal dan vertikal. Virus tanaman masuk ke dalam sel tumbuhan dengan merusak dinding sel terlebih dahulu. Sebagian bear virus tanaman adalah virus RNA. Virus tumbuhan memproduksi protein, merakit secara spontan, penyebaran virus melalui sistem vaskuler dan virus menyebabkan beberapa perubahan sel, seperti pembentukkan inklusi bodi dan degenerasi kloroplas (Yayan, 2012). Suatu tanaman akan terganggu pertumbuhannya dan menyebabkan penurunan kualitas dengan adanya infeksi oleh berbagai macamvirus. Bean Common Mosaic Virus (BCMV), Bean Yellow Mosaic Virus (BYMV), Cowpea Aphid Borne Mosaic Virus (CABMV) merupakan beberapa penyakit mosaik yang termasuk kedalam kelompok Poty-virus, familia Potyviridae yang berbentuk memanjang dan mempunyai genom berupa benang RNA tunggal (single stranded). Penyakit virus belang pada kacang tanah yang disebabkan oleh Peanut Mottle Virus (PMoV) masuk ke dalam kelompok Poty-virus. Virus ini berbentuk batang lentur dengan ukuran lebar 12 nm dan panjang 750 nm dan mempunyai genom berupa RNA tunggal. Virus ini mempunyai hubungan dengan virus kelompok lain, yaitu Blackeye Cowpea Mosaic Virus (B1CMV), Soybean Mosaic Virus (SMV), Adzuki Bean Mosaic Virus (AzMV) dan Clover Yellow Vein Mosaic Virus (CYVMVV). Jaringan tanaman yang terinfeksi virus ini terdapat benda inkluasi berbentuk cakram yang merupakan ciri infeksi virus kelompok Poty-virus (Saleh, 2003).Penggunaan kacang panjang karena kacang panjang merupakan tanaman leguminosae yaitu tanaman yang dapat berasosiasi dengan bakteri pada bagian akarnya. Kehadiran bakteri pada tanaman kacang panjang juga menyebabkan tanaman kacang panjang akan sehat dan tidak terserang penyakit. Jadi, ketika tanaman sakit kemungkinan besarnya karena virus yang telah diinokulasi, bukan karena penyebab lain. Kacang panjang merupakan tanaman yang mudah ditumbuhkan dan dapat tumbuh dalam waktu singkat. Kacang panjang juga mudah didapatkan dan tidak perlu perawatan khusus, sehingga mudah dirawat (Akin, 2006). Pertumbuhan tanaman kacang panjang relatif cepat sehingga mudah diamati gejala yang ditimbulkan apabila terdapat penyakit yang disebabkan oleh berbagai macam agen penginfeksi. Penyakit yang menyerang pertanaman kacang tanah di Indonesia, pada umumnya adalah penyakit layu bakteri, bercak daun awal, bercak daun lambat, dan karat yang masing-masing disebabkan oleh Rolstonia solanacearum, Cercospora arachidicola, Cercosporidium personatum, danPuccinia arachidis. Penyakit karat daunPuccinia arachidis merupakan penyakit yang cukup berbahaya pada pertanaman kacang tanah.Puccinia arachidissendiri merupakan cendawan parasit obligat yang tidak dapat hidup sebagai secara saprofit. Virus yang menyerang kacang-kacangan misalnya PStv dan PmoV yang dapat menimbulkan gejala bilur (blotch) pada kacang tanah (Semangun, 1991). Penyakit yang sering ditemui pada tanaman kacang panjang adalah penyakit mosaik. Penyakit ini merupakan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi kacang panjang. Penyakit mosaik tersebut dapat disebabkan oleh beberapa jenis virus, diantaranya Bean common mosaic potyvirus (BCMV) dan Cucumbar mosaic cucumovirus (CMV) (Akin, 2006).Mekanisme pengifeksian virus ke tanaman yaitupartikel virus masuk kedalam tanaman melalui luka pada permukaan tanaman dengan perantaraan tepung sari dan sebagainya, maka akan terjadi kontak antara virus dengan sitoplasma sel tanaman. Sesudah terjadi inokulasi, RNA yang merupakan bagian virus yang infektif keluar dari selubung protein. Usaha tersebut dilakukan dengan perantaraan sel tanaman karena virus tidak mempunyai energi untuk keperluan tersebut. Semua aktivitas biologis tergantung dari tanaman yang diserangnya. Keadaan ini merupakan perbedaan utama dalam hubungan tanaman inang dengan parasit untuk penyakit virus dan penyakit yang disebabkan oleh patogen lainnya. Protein yang ditinggalkan kemungkinan tertinggal dalam sel tanaman dan selanjutnya menjadi bagian protein sel tanaman inang.RNA yang keluar tersebut merangsang tanaman inang untuk membentuk enzim yang disebut RNA-polymerases, RNA-synthetases atau RNA-replicates. Enzim tersebut membentuk RNA baru dan RNA baru selanjutnya merangsang sel tanaman inang untuk mensintesa molekul protein yang spesifik untuk dijadikan selubung RNA(Akin, 2006).Pengaruh infeksi virus terhadap sintesis makromolekul diamati pada penurunan sintesis asam nukleat, protein, dan karbohidrat. Sementara itu infeksi virus terhadap fotosintesis tanaman inang diamati pada pengaruh infeksi virus terhadap berkurangnya laju fotosintesis tanaman inang. (Akin, 2006). Gejala penyakit virus pada tanaman dibagi menjadi dua yaitu gejala eksternal dan gejala internal. Gejala eksternal berupa gejala lokal dan gejala sistemik. Gejala lokal merupakan gejala yang hanya terbatas pada situs infeksi primer dan dalam virologi dikenal dengan istilah bercak lokal. Bercak lokal dapat berupa klorosis karena hilang atau berkurangnya klorofil atau nekrosis karena terjadi kematian sel tanaman inang. Contohnya pada daunChenopodium amaranticoloryang terinfeksi PStV. Gejala sistemik terjadi apabila virus yang diinokulasi pada tanaman inang tidak hanya terbatas pada situs infeksi primer, tetapi menyebar ke bagian lain dan menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Gejala infeksi ini secara umum disebut gejala sistemik. Tanaman dikatakan bantut apabila ukuran tanaman yang terinfeksi lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman normal. Contohnya pada tomat yang terinfeksi TSWV. Bentuk daun akan menimbulkan perubahan sitologi sel tanaman, seperti bentuk dan ukuran kloroplas, penggumpalan kloroplas, berkurangnya jumlah klorofil total daun, serta terjadinya penumpukan karbohidrat pada daun. (Akin, 2006).Mekanisme penyebaran virus tanaman adalah : Transmisi horizontalJenis transmisi ini virus tanaman ditularkan sebagai hasil dari sumber eksternal. Tanaman yang telah rusak oleh cuaca, pemangkasan, atau vektor seperti bakteri, jamur dan serangga biasanya lebih rentan terhadap virus. Transmisi horizontal juga terjadi dengan metode buatan tertentu reproduksi vegetatif biasanya dipekerjakan oleh hortikulturis dan petani. Pemotongan dan penyambungan tanaman adalah mode umum yang digunakan virus tanaman dapat ditularkan (Yayan, 2012). Transmisi vertikal Transmisi vertikal, virus ini diwariskan dari tetua. Jenis penularan terjadi dalam reproduksi aseksual dan seksual baik. Metode reproduksi aseksual seperti perbanyakan vegetatif. Ketika tanaman baru berkembang dari batang, akar, umbi dari tanaman induk maka virus ini diteruskan kepada tanaman yang akan tumbuh. Pada reproduksi seksual, penularan virus terjadi sebagai akibat dari infeksi benih (Yayan, 2012).Penentuan tanaman dengan perlakuan terkena virus yang sama dengan tanaman bervirus yang diambil sapnya memang memiliki kesulitan, karena mungkin saja tanaman perlakuan yang sakit bukan karena virus yang ada di dalam sap, mungkin saja karena virus yang berbeda atau serangga yang menyerang tanaman. Kesulitan penentuan ini merupakan kekurangan metode postulat Koch. Hal ini sesuai dengan pernyataan Inglis (2007) bahwa sistem yang diperkenalkan dalam postulat memiliki keterbatasan metodologis dan epistemologis. Bagaimanapun, tidak ada metode yang diterima tunggal untuk membangun hubungan sebab akibat antara agen infeksi dan penyakit menular yang sesuai. Sebelum postulat Koch tidak ada metode yang ketat untuk menetapkan hubungan antara virus dan organisme yang terinfeksi, sehingga memerlukan analisis di kedua sisi perbatasan. Mikroba atau bawaan interaksi imunitas tidak selalu mengikuti. Penularan virus tumbuhan pada praktikum kali ini dilakukan percobaan penularan di laborarotium yaitu dengan inokulasi secara mekanis dioleskan dengan mengoleskan sap (ekstrak daun) pada permukaan daun tanaman yang mengalami pelukaan secara mekanis. Efisiensi inokulasi virus dapat dilakukan dengan penambahan karborundum ke dalam sap atau ditaburkan pada permukaan daun. Karborundum berfungsi sebagai agensia abrasi saat ekstrak dioleskan pada permukaan daun tanaman (Gradmann, 2008). Tanaman kacang panjang yang terserang virus diamati secara langsung, pilih daun yang sakit sebagai sampel atau sumber virus untuk diambil sapnya. Dalam pembuatan sap daun yang sakit atau terdapat virus di masersi sebanyak 5 lembar ditambah 25 ml akuades kemudian disaring dengan kertas whatman 41, kemudian difiltrasi dengan membrane filter 0,45 m dan disimpan, penyaringan dengan membrane filter berfungsi agar virus masih dapat lolos dalam saringan sedangkan pathogen lain seperti bakteri, fungi, dan yeast tersaring, sehingga didapatkan hasil yang diharapkan. Setelah pembuatan sap, tahap selanjutnya inokulasi terhadap tanaman yang sehat dengan cara, cotton bud steril dioleskan ke arang kemudian di usap-usapkan kedaun sehingga daun terluka. Setelah itu, daun diberi cairan hasil maserasi dengan menggunakan cotton bud steril, ulaskan kepada daun yang sudah dilukai, tutup dengan plastic transparan. Inkubasi selama 9 x 24 jam didalam green house. Setelah 9 x 24 jam amati gejala yang ada apakah sama seperti daun yang data awal. Inkubasi dilakukan di Green house karena untuk menciptakan lingkungan yang dikehendaki dalam mendukung kelangsungan hidup tanaman seperti, Kondisi cuaca yang mendukung rentang waktu tanam lebih panjang, mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman, suplai air dan pupuk dapat dilakukan secara berkala dan terukur, sanitasi lingkungan sehingga tidak kondusif bagi hama dan penyakit, kondisi nyaman bagi terlaksananya aktivitas produksi dan pengawasan mutu, bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya kontaminan, serta hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan.

IV. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:1. Postulat Koch adalah metode yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya virus yang menginfeksi suatu tumbuhan.2. Penularan penyakit yang disebabkan oleh virus tumbuhan dilakukan dengan cara membuat sap dari tanaman yang berpenyakit selanjutnya dioleskan pada daun tanaman sehat yang sebelumnya telah diberi pelukaan. Daun tanaman yang telah diolesi dengan sap, kemudian dibungkus dengan plastik transparan agar tanaman kontrol tidak ikut terinfeksi serta untuk menjaga kondisi tetap lembab sehingga virus dapat berkembang pada tanaman inang.B. SaranSebaiknya perawatan terhadap tanaman kacang panjang baik pada tanaman kontrol atau tanaman uji harus dilakukan dengan baik agar hasil pengamatan yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Dan sebaiknya tidak hanya satu daun yang diinokulasi virus, agar ketika daun tanaman yang terinfeksi virus mati, masih ada daun yang lain.

DAFTAR REFERENSIAkin, H. M. 2006. Virologi Tumbuhan. Kanisius, Yogyakarta.Bollard, T. and A. Braille, .1993. A simple greenhouse climate control model incorporating effects on ventilation and evaporative cooling. Agricultural and Forest Meteorology, vol 65, hal 145-157.Bos, L. 1983. Pengenalan virologi tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Froissart, R., J. Doumayrou, F. Vuillaume, S. Alizon and Y. Michalakis. 2012. The Virulence-Transmission Trade-Off in Vector-Borne Plant Viruses: A Review of non-Existing Studies. Phil. Trans. R. Soc. B. Vol 365, hal 19071918.Gradmann, C. 2008. Kochs postulate and the 20th Century Medicine. Journal of Medicine History. Vol 5 hal 217-218.Inglis, T.J.J. 2007. Principia tiologica: taking causality beyond Kochs postulates. Journal of Medical Microbiology. Vol 56 hal 14191422. Matthews, R. E. F. 1970. Plant Virology. Academic Press, New York. Pracaya. 2007. Hama & Penyakit Tumbuhan Edisi Revisi. Agriwawasan, Salatiga.Rivers, T. 1989. Viruses and Kochs Postulate. Journal of Bacteriology. Vol. 33 No. 1. The Rockefeller Institute for Medical Research, New York. Roossinck, Marilyn J. 2015. Metagenomic sof plant and fungal viruses reveals an abundance of persistent lifestyles. Journal of Microbiology. Volume 5. Department of Plant Pathology and Environmental Microbiology, Center for Infectious Disease Dynamics, Pennsylvania State University, University Park, PA, USASaleh, Nasir. 2003. Ekobiologi dan Optimalisasi Pengendalian Penyakit Virus Belang pada Kacang Tanah Melalui Pengelolaan Tanaman Secara Terpadu. Balai Penelitian Tanaman Kacang Kacangan dan Umbi Umbian . Malang, Jawa Timur.Semangun, Haryono. 1996.Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Suseno, R. 1990. Diktat Virologi Tumbuhan. IPB, Bogor.Yayan. 2012. Virus Tanaman. Erlangga, Jakarta.