6
TUGAS INDIVIDU BLOK 24 POTENSI BAHAYA BAKTERI, VIRUS, DAN TOKSIN PADA IKAN DAN PRODUK HASIL PERIKANAN MOHAMAD LUTVI AMIN 11 / 315616 / KH / 07074 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015

Potensi Cemaran Pada Ikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penerapan semua proses agar mengurangi potensi bahaya dari ikan dan produk olahannya agar tidak mencemari dan menimbulkan foorborne disease.

Citation preview

  • TUGAS INDIVIDU

    BLOK 24

    POTENSI BAHAYA BAKTERI, VIRUS, DAN TOKSIN

    PADA IKAN DAN PRODUK HASIL PERIKANAN

    MOHAMAD LUTVI AMIN

    11 / 315616 / KH / 07074

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2015

  • 1

    POTENSI CEMARAN BAKTERI, VIRUS DAN TOKSIN

    PADA PRODUK HASIL PERIKANAN

    Menurut Utami dkk. (2012), Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki zona

    maritim sangat luas dengan potensi perikanan tangkap sebesar 6,4 juta ton per tahun. Adanya

    potensi bahaya dari produk perikanan yang ditimbulkan seperti infeksi pada manusia

    disebabkan oleh patogen yang ditransimsikan dari ikan atau lingkungan perikanan dipengaruhi

    oleh faktor cuaca, kontak fisik dengan ikan dan lingkungan, makanan asal ikan, dan status

    imunitas individu (Novotny dkk., 2004). Salah satu contoh bakteri umum ditemukan adalah

    Aeromonas hydrophila yang menyebabkan penyakit zoonosis dari hewan ke manusia (Ye,

    2013).

    Menurut Novotny dkk. (2004), potensi bahaya dari cemaran bakteria dibagi dua

    berdasarkan jalur transmisinya; Bakteri patogen yang ditransmisikan ke manusia saat kontak

    dengan ikan hidup di alam liar maupun lingkungan pemeliharaan; Foodborne patogen yang

    berhubungan dengan ikan dan produk hasil perikanan. Bakteri patogen dan mempunyai potensi

    patogen yang berhubungan dengan produk ikan dan kerang termasuk mycobacteria,

    Streptococcus iniae, Vibrio vulnificus, Vibrio spp., aeromonads, Salmonella spp., dan bakteri

    lain menginfeksi manusia melalui:

    1. Kontak langsung dengan ikan terinfeski ketika memegang, gigitan, air atau komponen

    lingkungan pemeliharaan ikan.

    1.1.Mycobacterium spp.

    Mycobacteriosis pada ikan merupakan penyakit kronik progressive yang

    tersebar diseluruh dunia.Penyakit ini mempengaruhi air laut, payau, dan tawar

    dimana digunakan untuk pemeliharaan ikan. Beberapa spesies Mycobacterium yang

    diisolasi dari ikan antara lain M. marinum, M. fortuitum dan M. aurum, M.

    parafortuitum, M. poriferae, dan M. triplex. Perubahan anatomi yang terlihat pada

    ikan termasuk emasiasi, asites, exopthalmus, keratitis, dan perubahan pigmentasi

    dan ulser pada kulit.

    1.2.Streptococcus iniae

    Strep. iniae menyebabkan meningoenchephalitis dan kematian pada spesies

    ikan, tetapi memungkinkan memberi potensi bahaya ke manusia seperti yang

    pernah dilaporkan berupa terjadinya infeksi bakteraemia. Kasus lain yang

    dilaporkan adanya selulitis dan endokarditis, meningitis, dan artritis septicaemia.

  • 2

    Selulitis, limphangitis, dan endokarditis pada pasien terjadi setelah adanya luka

    yang kontak langsung dengan ikan segar.

    1.3.Photobacterium damsale

    Ph. damsale (syn. Vibrio damsela) termasuk bakteri vibrio yang penting pada

    bidang kedokteran,dilaporkan pernah menyebabkan sepsis pada manusia.

    1.4.Vibrio alginolyticus

    V. alginolyticus dilaporkan menjadi penyebab otitis media pada anak kecil

    satelah kontak dengan ikan.

    1.5.Vibrio vulnificus

    V. vulnificus merupakan gram negatif bakteria dengan dua biotipe, biotipe 1

    merupakan bakteri opportunistik patogen pada manusia sedangkan biotipe 2

    merupakan patogen obligat pada belut. Septicaemia primer atau sakit pada

    pencernaan pada manusia setelah menelan seafood mentah dan ikan yang terinfeksi

    V. Vulnificus.

    1.6.Erysipelotrix rhusiopathiae

    Organisme ini merupakan bakteri saprofit tanah yang tumbuh baik pada lendir ikan.

    Bakteri ini tidak pernah ditemukan pada saat penangkapan ikan, tetapi melainkan

    pada pasar ikan, box, dan lantai pasar. Erys. rhusiophatiae menyebabkan

    endokarditis dan septicaemia.

    2. Secara oral lewat konsumsi ikan terinfeski atau produk yang berhubungan dengan

    kontaminasi lingkungan perairan.

    Dari sudut pandang mikrobiologi, ikan dan produk hasil perikanan merupakan

    bahan yang yang dapat menularkan potensi bahaya dari bakteri terutama. Sebagian

    Clostridium botulinum tipe E dan Vibrio parahaemolyticus menepati peringkat tertinggi

    bakteria patogen yang berhubungan dengan ikan dan kerang. Bakteri patogen lain yan

    berpotensi sebagai ancaman foodborne disease termasuk C. perfringens, Staph. spp.,

    Salm. spp.,Shigella spp., V. cholerae dan Vibro lain. Wabah biasa terjadi melalui ingesti

    ikan atau produk perikanan yang kurang dalam penanganan pemanasan atau produk

    terkontaminasi setelah prosessing. Pembekuan ikan dan produk laut memerlukan

    transportasi dengan waktu panjang bisa menimbulkan kontaminasi mikroorganisme.

    Suhu dan pH merupakan faktor yang membatasi kemambuan bertahan bakteri pada

    produk perikanan; fakta ini digunakan ketika proses pasteurisasi dan penanganan

    menggunakan pemansan. Pada teknologi proses pemasakan menggunakan panas

  • 3

    meliputi suhu yang digunakan, waktu, dan ketebalan bahan merupakan aspek kritis

    yang diperhitungkan dalam pemantauan timbulnya potensi bahaya. Contoh lain bakteri

    yang merupakan kontaminan foodborne disease pada ikan dan produk hasil perikanan

    seperti:

    2.1. Vibrio prahaemolyticus dan vibrio lain

    2.2. Vibrio cholerae

    2.3. Escherchia coli

    2.4. Aeromonas spp.

    2.5. Salmonellosis

    2.6. Staphylococcus aureus

    2.7. Listeria monocytogenes

    Foodborne patogen Listeria adalah agen penyebab listeriosis, bakteri ini dapat

    bertahan dan tumbuh pada kondisi lingkungan dengan toleransi yang luas seperti

    suhu pendinginan, pH rendah, dan tingkat salinitas yang tinggi (Gandhi dan

    Chikindas, 2006).

    2.8. Clostridium botulinum

    2.9. Clostridium perfringens

    2.10. Campylobacter jejuni

    Potensi bahaya lain seperti bahan toksin dari produk hasil perikanan merupakan hal

    yang perlu diperhatikan juga. Ada beberapa kasu keracunan histamin dari orang yang

    mengkonsumsi produk hasil perikanan. Histamin (scromboid) adalah salah satu penyakit yang

    berhubungan dengan seafood dan sering salah diagnosa dengan infeksi Salmonella spp.

    Histamin terbentuk pada ikan yang mengalami pembusukan oleh bakteri tertentu yang mampu

    mendekarboksilasi asam amino, histidine. Penyimpanan ikan pada suhu yang tidak sesuai

    (diatas 200C) merupakan faktor predisposisi timbulnya kasus tersebut. Keracunan scromboid

    biasa terjadi pada ikan dengan spesies tertentu seperti Tuna (Thunnus thynnus), bluefish

    (Pomatomus saltatrix), sarden (Sardina pilchardus), mackarel (Scomber scrombus). Makanan

    dengan konsentrasi histamin 50 mg/100g merupakan kadar yang berbahaya. Gejala yang

    timbul seperti mual, muntah, diare, kesulitan bernafas, sakit kepala, pruritus, hipotensi, dan

    sensai pedas di mulut.

    Menurut Sobel dan Painter (2015), toksin pada air laut diproduksi oleh alga dan bakteri

    yang terkonsentrasi pada makanan laut yang terkontaminasi. Toksin tersebut juga

    mempengaruhi sindrom pada sistem neurologi, gastrointestinal, dan kasrdiovaskuler, beberapa

  • 4

    toksin menyabebkan mortalitas tinggi dan morbiditas jangka panjang. Perlu diketahui bahwa

    tidak ada antidota untuk toksin ini, dan hanya diberikan terapi supportif saja. Beberapa toksin

    diantaranya adalah toksin Ciguatera, Neurotoxic shellfish poisoning, Scromboid, Puffer fish

    poisoning, dll.

    Virus juga merupakan salah satu penyebab foodborne disease pada manusia, salah

    satunya adalah virus pada Genera Norovirus dan Saprovirus. Virus ini biasa mencemari air,

    dapat juga mencemari produk hasil perikanan dan menimbulakan gastroenteritis pada manusia.

    Pada infeksi ringan terlihat adanya mual dan muntah diikuti diare. Virus lain contohnya ada

    Genus Enterovirus, Hepatovirus, dan Hepatitis E virus (Vasickova dkk., 2005).

  • 5

    DAFTAR PUSTAKA

    Ghandi, M., dan Chikindas, M.L. 2006. Listeria: a Foodborne Pathogen that knows how to

    Survive. International Journal of Food Microbiology. 113:1-15.

    Novotny, L., Dvorska, L., Lorencova, A., Beran, V., dan Pavlik, I. 2004. Fish: a Potential

    Source of Bacterial Pathogens for Human Beings. Vet. Med. 49(9): 343-358.

    Sobel, J. Dan Pointer, J. 2015. Illness Caused by Marine Toxin. CID Oxford Journal. 41:1290-

    1296.

    Utami, D.P., Gumilar, I., dan Sriati. 2012. Analisis Bioekonomi Penangkapan Ikan Layur

    (Trichirus sp.) di Perairan Parigi Kabupaten Ciamis. Jurnal Perikanan dan Kelautan.

    3(3): 137-144.

    Vasickova, P., Dvorska, L., Lorencova, A., dan Pavlik, I. 2005. Viruses as a Cause of

    Foodborne Disease: a Review of The Literature. Vet. Med. 50(3): 89-104.

    Ye, Y.W., Fan, T.F., Li, H., Lu, J.F., Jiang, H., Hu, W., dan Jiang, Q.H. 2013. Characterization

    of Aeromonas hydrophila from Hemorrhagic Diseased Freshwater Fishes in Anhui

    Province, China. International Food Research Journal 20(3): 1449-1452.