Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Demersal Yang Di Daratkan Pada
Tempat Pendaratan Ikan (Tpi) Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan
Kepulauan
Apriza Fitriana
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP UMRAH,
Linda Waty Zen
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Susiana
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dominan ikan demersal yang
didaratkan pada Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Desa Sebong Lagoi serta menentukan
upaya hasil tangkapan (CPUE), potensi lestari (Maximum Sustainable Yield), Tingkat
Pemanfaatan (TP) ikan demersal , serta jumlah tangkapan ikan demersal yang
diperbolehkan (JTB). Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengelolaan ikan demersal secara berkelanjutan dan dapat
menjadi bahan informasi dalam rangka penelitian lebih lanjut. Hasil analisis data
penelitian menunjukkan bahwa terdapat 25 jenis ikan demersal dominan yang
didaratkan pada TPI Desa Sebong Lagoi, dengan nilai CPUE tidak stabil pada tiap
bulannya. Berdasarkan model Schaefer dapat ditetapkan standar acuan MSYnya
sebesar 1.001,6 kg, dengan kategori tingkat pemanfaatannya yaitu kategori optimum
serta jumlah tangkap yang diperbolehkan masih bersifat aman untuk dimanfaatkan.
Kata Kunci : Potensi, Pemanfaatan, Ikan Demersal, Tempat Pendaratan Ikan
2
Potential And Utilization Rate Of Demersal Fishes Were Landed At Sebong
Lagoi Villages Bintan Regency Kepulauan Riau
Apriza Fitriana
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan,FIKP UMRAH,
Linda Waty Zen
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Susiana
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
Abstract
This research aims to understand the type of preponderance of fishes that
demersal ashore on the unloading of fish Sebong Lagoi villages as well as to
determine Catch per Unit Effort (CPUE), the potential lestari (Maximum Sustainable
Yield) , the utilization rate demersal fishes , and Total Allowable Catch demersal
fishes (TAC). The results of research is expected can be used as the consideration in
the management of demersal fish in a sustainable way and can become material
information in order to further research. From the data analysis research shows that
there were 25 kinds of fish demersal dominant in land in public fish market Sebong
Lagoi village, with the CPUE unstable in each month. Based on model schaefer can
be set standard reference MSY of 1.001,6 kg, and it can be seen the national its use
the category steady and number of think that allowed is still in safe to use.
Keywords : Potential, Utilization, Demersal Fishes, Fish Landing Sites
3
I. PENDAHULUAN
Sumberdaya hayati yang
melimpah ditambah sifat sumberdaya
yang open access mendorong
masyarakat pemanfaat sumberdaya
ikan menjadikan produksi sebagai
indikator dan target dalam pemenuhan
aktivitas usaha penangkapan (Cahyani,
2013).
Sumberdaya ikan demersal di
perairan dangkal sering menjadi
sasaran eksploitasi karena nilai jual
yang relatif tinggi dan juga kemudahan
menjangkau daerah penangkapan
(Noija dkk., 2014). Penangkapan ikan
demersal di desa Sebong Lagoi yang
masih bersifat open access (terbuka
bagi setiap nelayan), dikhawatirkan
dapat menyebabkan penangkapan
berlebih (over fishing). Hal ini jelas
akan mempengaruhi potensi lestari dan
hasil upaya tangkapan sumberdaya
ikan demersal yang ada di Desa
Sebong Lagoi. Berdasarkan hal
tersebut, maka perlu adanya penelitian
untuk mendapatkan data dan informasi
tersebut. Sehingga dapat dimanfaatkan
untuk pengelolaan perikanan secara
berkelanjutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sumberdaya perikanan
merupakan sumberdaya yang sifatnya
terbatas dan dapat pulih (renewable),
yang berarti bahwa setiap pengurangan
yang disebabkan kematian maupun
penangkapan akan dapat memulihkan
sumberdaya tersebut kembali ke
tingkat produktivitas semula (Anonim,
1993 dalam Pertiwi, 2011).
Ikan demersal adalah
kelompok ikan yang mendiami atau
mempunyai habitat berada antara
kolom air hingga dekat dasar perairan.
Ikan-ikan ini umumnya aktif mencari
makan pada malam hari, dan juga
bersifat pasif dalam pergerakannya,
karena tidak ada mobilitas dalam jarak
yang jauh. Kelompok ikan ini adalah
termasuk jenis-jenis ikan karang
(Nelwan, 2004 dalam Nugraheni,
2011).
Perikanan tangkap adalah
usaha ekonomi dengan
mendayagunakan sumberdaya hayati
perairan dan alat tangkap untuk
4
menghasilkan ikan dan memenuhi
permintaan akan ikan (Achmad, 1999
dalam Nugraheni, 2011). Pemanfaatan
perikanan yang tidak diawasi dapat
mengakibatkan penangkapan yang
berlebih (over fishing), penurunan
mutu bahkan dapat merusak
produktivitasnya (Naamin, 1991 dalam
Nugraheni, 2011).
Pemanfaatan sumber daya ikan
demersal telah memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi sektor
perikanan. Akan tetapi belum
diketahui berapa besar potensi dan
tingkat pemanfaatannya (Noija dkk.,
2014).
III. METODE
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Maret–Juni 2016 berlokasi
di Tempat Pendaratan Ikan di Desa
Sebong Lagoi, Kabupaten Bintan,
Provinsi Kepulauan Riau.
(Sumber : Hasil digitasi Peta Base
Map Bintan dengan software ArcGIS)
Gambar 1. Lokasi Penelitian
2. Alat dan Bahan
Tabel 1. Bahan dan Alat yang
digunakan
No Alat dan
Bahan
Kegunaan
1. Kamera
digital
Untuk
mengambil
dokumentasi
dari objek
penelitian
2.
3.
Alat tulis
Lembar
kuisioner
Untuk menyalin
data penelitian
Untuk
wawancara
nelayan
Sumber : Data Primer (2016)
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei.
Menurut Nazir (2003) dalam
Nurhayati (2013), metode survei
5
adalah pengamatan atau penyelidikan
yang kritis untuk mendapat keterangan
yang baik, terhadap suatu persoalan
tertentu di dalam daerah atau lokasi
tertentu.
4. Jenis dan Sumber Data
Data yang diambil dalam
penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh
dari wawancara langsung dengan
nelayan yang melakukan pendaratan
pada Tempat Pendaratan Ikan (TPI)
Desa Sebong Lagoi. Data sekunder
diperoleh dari laporan data hasil
tangkapan bulan Januari–Desember
2015 dan hasil tangkapan bulan
Januari–April 2016 yang didaratkan
pada Tempat Pendaratan Ikan (TPI)
Desa Sebong Lagoi Kabupaten Bintan.
5. Penentuan Responden
Salah satu cara menentukan
besaran sampel yang memenuhi
hitungan banyak populasi yang diamati
adalah dengan menggunakan Rumus
Slovin (Setiawan, 2007), yaitu sebagai
berikut :
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat Kelonggaran (10 %)
Responden yang diamati
adalah para nelayan yang melakukan
pendaratan ikan di Tempat Pendaratan
Ikan (TPI) Desa Sebong Lagoi,
khususnya adalah nelayan utama yang
melakukan penangkapan ikan
demersal. Adapun hasil perhitungan
responden yang diwawancarai dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perhitungan Responden
Wawancara
Sumber: Data Primer (2016)
6. Pengelolaan Data
1. Data Primer
Setelah melakukan perhitungan
menggunakan Rumus Slovin terhadap
banyak populasi nelayan yang
melakukan pendaratan pada Tempat
Pendaratan Ikan (TPI) Desa Sebong 𝐧 =
𝐍
( 𝟏 + 𝐍𝐞𝟐 )
6
Lagoi, maka tahapan yang dilakukan
selanjutnya yaitu :
a. Pengklarifikasian pertanyaan
dalam kuisioner.
b. Perhitungan data yang di dapat
melalui kuisioner yang telah diisi.
c. Menganalisis hasil kuisioner yang
telah diisi responden dan
menyajikannya dalam bentuk tabel.
2. Data Skunder
Setelah dilakukan perhitungan
hasil tangkapan bulan Januari–
Desember 2015 dan hasil tangkapan
bulan Januari–April 2016, data-data
yang diperoleh dianalisa kembali dan
dibuat dalam bentuk tabel dan grafik.
Adapun tahapan dalam mengolah data
tersebut sebagai berikut :
a. Membuat tabel dari data Total
Catch dan F standar per bulannya,
dari tabel ini dilakukan
perhitungan CPUE dengan
menggunakan Ms. Excel. Selain
disajikan dalam bentuk tabel,
disajikan pula dalam bentuk grafik
yaitu grafik produksi dan upaya
tangkapan serta Surplus Produksi
Model Schaefer.
b. Melakukan perhitungan Nilai a
(Intecept), b (Slope), Cmsy, dan
Fopt dengan menggunakan Ms.
Excel (Model Schaefer).
c. Penyajian tabel keseimbangan bio-
ekologi untuk mengetahui potensi
maksimum lestari dalam bentuk
kurva.
d. Menghitung nilai tingkat
pemanfaatan (TP) dan jumlah
tangkap yang diperbolehkan (JTB).
7. Analisis Data
1. Penentuan Standarisasi Upaya
Penangkapan (FPI) dan CPUE
Upaya penangkapan atau
fishing effort itu sendiri adalah
perkalian antara jumlah armada (kapal
ikan) dengan jumlah trip melaut.
Perhitungan FPI (Nurhayati, 2013)
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Catch(s) = Total hasil tangkapan jenis
unit penangkapan ikan
CPUE(s) = 𝑪𝒂𝒕𝒄𝒉(𝒔)
𝑬𝒇𝒇𝒐𝒓𝒕(𝒔)
FPI(s) = 𝑪𝑷𝑼𝑬(𝒔)
𝑪𝑷𝑼𝑬
7
yang akan distandarisasi
pada tahun ke-i (kg)
Effort(s) = Total upaya penangkapan
jenis unit penangkapan
ikan yang akan
distandarisasi pada tahun
ke-i (trip)
CPUE = Hasil tangkapan per upaya
penangkapan yang paling
dominan (kg/trip)
CPUE(s) = Hasil tangkapan per upaya
penangkapan yang akan
distandarisasi (kg/trip)
FPI(s) = Total upaya penangkapan
(effort) jenis unit
penangkapan ikan yang
akan distandarisasi pada
tahun ke-i
Menurut Gulland (1991) dalam
Sibagariang (2014), nilai FPI(s)
digunakan untuk menghitung total
upaya standar (Fstandar) dengan
persamaan:
Dari persamaan di atas, lalu
dilakukan perhitungan untuk nilai
CPUE dengan persamaan (Gulland,
1991 dalam Sibagariang, 2014) :
Keterangan :
CPUE(i) = Hasil tangkapan per upaya
penangkapan standar pada
tahun ke-i (kg/trip)
Catch(i) = Total hasil tangkapan pada
tahun ke-i (kg)
Fstandar = Total upaya penangkapan
standar (trip)
2. Nilai Potensi Maksimum Lestari
(MSY)
Untuk menduga besarnya MSY
sumberdaya perikanan dan upaya
penangkapan optimal, digunakan
model Schaefer. Besarnya parameter a
dan b secara matematik dapat dicari
dengan menggunakan persamaan
regresi sederhana dengan rumus :
Keterangan :
Parameter a : intercept
Parameter b : slope
Selanjutnya parameter a dan b
dapat dicari dengan rumus :
Y = a + bx
Fstandar = FPI(s) x Effort(s)
CPUE(i)= 𝑪𝒂𝒕𝒄𝒉(𝒊)
𝑭𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓(𝒊)
a = ∑𝒚𝒊 ∑𝒙𝒊 − ∑𝒙𝒊 (∑𝒙𝒊𝒚𝒊)
𝒏 ∑𝒙𝒊𝟐− (∑𝒙𝒊)²
b = 𝒏 ∑𝒙𝒊𝒚𝒊 − ∑𝒙𝒊 ( ∑𝒚𝒊)
𝒏 (∑𝒙𝒊²) –(∑𝒙𝒊)²
8
Keterangan :
x : Upaya penangkapan pada periode-i
y : Hasil tangkapan per satuan upaya
pada periode-i
n : Jumlah sampel
Setelah diketahui nilai a dan b,
selanjutnya dapat ditentukan beberapa
persamaan yang diperlukan, antara lain
(Sparre and Venema, 1999 dalam
Piscandika, 2012):
1. Hubungan antara CPUE dengan
upaya penangkapan (f)
2. Hubungan antara hasil tangkapan
(c) dengan upaya penangkapan (f)
Dari persamaan tersebut diperoleh
model untuk menghitung hasil
maksimum lestari (CMSY) dan upaya
optimal (fopt) masing-masing sebagai
berikut (Murniati, 2011) :
Keterangan :
CMSY = Hasil tangkapan maksimum
lestari
fopt = Jumlah upaya penangkapan
optimal untuk mencapai MSY.
3. Tingkat Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan
Menurut Astuti (2005) dalam
Rosana dan Viv (2015), rumus tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikan adalah
sebagai berikut:
Keterangan :
TP = Tingkat Pemanfaatan
Ci = Hasil Tangkapan pada
periode ke-i
MSY =Potensi lestari (Maximum
Sustainable Yield)
4. Jumlah Tangkap yang
Diperbolehkan (JTB)
Berdasarkan komitmen
internasional yang dibuat FAO yang
dinyatakan dalam Code of Conduct for
Responsible Fisheries (CCRF), potensi
sumberdaya laut yang boleh
dimanfaatkan hanya sekitar 80% dari
tingkat panen maksimum
berkelanjutan (Maximum Sustainable
Yield, MSY). Dasar pemanfaatan
potensi yang boleh ditangkap (Total
Allowable Catch, TAC) sebesar 80%
dari MSY (FAO, 2002 dalam
Anugrahini, 2011). Jadi untuk
menghitung JTB (Jumlah Tangkap
CPUE = a + bf
c = CPUE x f
c = af + bf2
CMSY = -a2 / 4b
fopt = - a / 2b
TP = 𝐂𝐢
𝐌𝐒𝐘 𝐱 𝟏𝟎𝟎 %
9
yang diperbolehkan) menurut (FAO,
2002 dalam Anugrahini, 2011) yaitu
dengan menggunakan rumus JTB =
80% x MSY, Jika JTB > MSY berarti
terjadi over fishing tetapi jika JTB <
MSY berarti penangkapan ikan masih
bisa ditingkatkan untuk mendapatkan
hasil yang lebih, tetapi tidak melebihi
batas MSY yang sudah di tentukan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Potensi Sumberdaya Ikan
Demersal
Data jenis ikan demersal yang
umumnya didaratkan pada TPI Desa
Sebong Lagoi dapat dilihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Jenis Ikan Demersal yang
didaratkan pada TPI Desa Sebong
Lagoi
Sumber : Data Primer (2016)
Berdasarkan hasil penelitian di
TPI Desa Sebong Lagoi, ditemukan 25
jenis ikan demersal dominan yang
didaratkan tiap bulannya (selama 16
bulan). Namun hasil tangkapan
tersebut diperoleh dari ketiga jenis alat
tangkap yang digunakan oleh nelayan
Desa Sebong Lagoi. Alat tangkap yang
umumnya digunakan adalah alat
tangkap pancing, jaring angkat dan
bubu dasar. Adapun jenis hasil
tangkapan menurut alat tangkap yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis Hasil Tangkapan
menurut Jenis Alat Tangkap
Sumber: Data Primer (2016)
2. Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Demersal
a. Produksi (Catch) dan Upaya
Penangkapan Ikan Demersal
(Effort)
10
Gambar 2. Grafik Produksi
Ikan Demersal
Dari hasil penelitian diketahui
bahwa, grafik produksi ikan demersal
berfluktuasi setiap bulannya. Pada
grafik tampak bahwa pada bulan
Januari-Desember 2015, produksi
tangkapannya relatif meningkat per
bulannya. Akan tetapi pada bulan
Januari 2016 terjadi penurunan yang
cukup drastis, hal ini disebabkan
musim yang tidak memungkinkan
nelayan untuk melaut. Namun pada
bulan Februari-Maret 2016 terjadi
peningkatan produksi yang stabil,
hingga pada bulan April 2016 terjadi
peningkatan produksi. Hal ini terjadi
disebabkan kurang stabilnya upaya
penangkapan oleh nelayan per
bulannya. Selain faktor alam produksi
ikan demersal juga dipengaruhi oleh
faktor biologi ikan demersal yang
memiliki ciri yaitu kecepatan
pertumbuhannya rendah dibandingkan
ikan pelagis (Ayodhyoa, 1992 dalam
Lucien, 2012).
Gambar 3. Grafik Upaya
Penangkapan Ikan Demersal
Salah satu faktor yang dapat
berpengaruh terhadap penurunan
populasi ikan demersal adalah
pertambahan jumlah upaya
penangkapan (trip).Akan tetapi, jika
terjadi penurunan pada bulan yang
sama, maka produksi tangkapan ikan
demersal mungkin dipengaruhi oleh
berbagai faktorseperti perubahan
lingkungan yang dapat berpengaruh
terhadap kelimpahan ikan (Ali,
2005dalam Murniati, 2011).
b. Hasil Tangkapan per Upaya
Tangkap (CPUE)
Berdasarkan analisis data
mengenai standarisasi alat tangkap
yang digunakan selama 16 bulan,
menunjukkan hasil yang berbeda-beda,
11
hal ini disebabkan pengaruhi faktor
lingkungan (musim dan kecepatan
arus) dalam pengoperasian. Menurut
Noija,dkk. (2014), CPUE dihitung
untuk mengetahui kelimpahan dan
tingkat pemanfaatan sumber daya
perikanan di wilayah perairan tertentu.
Gambar 4. Grafik CPUE
Berdasarkan Gambar 4,
diketahui bahwa nilai CPUE selama 16
bulan terakhir terjadi fluktuasi. Namun
nilai CPUE yang tertinggi terdapat
pada bulan Desember 2015, kemudian
pada bulan Januari–April 2016 terjadi
penurunan kembali, sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai CPUE tidak
stabil (berfluktuasi).
Menurut Cahyani (2013), nilai
dari CPUE menggambarkan tingkat
produktivitas dari upaya penangkapan
(effort). Nilai CPUE semakin tinggi
menunjukkan bahwa tingkat
produktivitas alat tangkap yang
digunakan semakin tinggi pula.Maka
untuk mengendalikan populasi ikan
demersal yang ada di Desa Sebong
Lagoi, harus memperhatikan upaya
optimum yang harus dicapai agar
potensi sumberdaya ikan demersal
dapat dimanfaatkan oleh nelayan,
khususnya nelayan Desa Sebong
Lagoi.
c. Potensi Maksimum Lestari
(MSY)
Berdasarkan Tabel 13, diketahui
bahwa pendugaan hasil maksimum
lestari (Cmsy) sebesar 1.001,600 kg
dan upaya optimum (Fopt) untuk
ikan demersal sebesar 248,828 trip.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam
pemanfaatan sumberdaya ikan
demersal untuk tidak melebihi dari
batas 1.001,600 kg per bulannya
agar kelestarian sumberdaya ikan
demersal dapat terjaga dari
masalah over fishing. Selain itu,
dengan adanya pendugaan dari Fopt
diharapkan agar setiap upaya
penangkapan yang dilakukan oleh
nelayan tidak merugikan
kelangsungan sumberdaya ikan
demersal. Hal ini diperkuat oleh
12
Cahyani (2013) yang
mengemukakan bahwa, manfaat
dilakukannya pendugaan Fopt
adalah agar kerugian waktu, tenaga
dan biaya operasi penangkapan
dapat diperkecil dan usaha
penangkapan yang dilakukan
diharapkan akan selalu mencapai
hasil yang optimal tanpa melebihi
nilai Cmsy.
Gambar 5. Surplus Produksi
Ikan Demersal
Berdasarkan Gambar 5, regresi
linear yang berlaku pada produksi ikan
demersal adalah y = -0,016x + 8,050
dan R2= 0,550, artinya 55 %
penurunan produksi hasil tangkapan
(y) disebababkan oleh upaya
penangkapan (x). Sedangkan sebesar
45 % penurunan produksi hasil
tangkapan (y) disebabkan oleh
beberapa faktor seperti faktor alam dan
faktor reproduksi biologi ikan
demersal.
Gambar 6. Kurva Potensi
Maksimum Lestari
Menurut Hertini dan Gusriani
(2013), Maximum Sustainability Yield
(MSY) bertujuan untuk
mempertahankan ukuran populasi pada
titik maksimum di mana tingkat
pertumbuhan dengan pemanenan yang
biasanya akan ditambahkan ke dalam
populasi, dan memungkinkan populasi
tersebut menjadi produktif selamanya.
d. Tingkat Pemanfaatan (TP)
Gambar 7. Grafik Tingkat
Pemanfaatan Ikan Demersal
Penurunan hasil tangkapan
disebabkan karena menurunnya ukuran
populasi akibat tingginya upaya
penangkapan di tahun-tahun
sebelumnya. Sebaliknya hasil
13
tangkapan meningkat disebabkan
karena meningkatnya ukuran populasi
akibat rendahnya upaya penangkapan
ditahun sebelumnya (Murniati, 2011).
Namun apabila dirata-ratakan nilai
keseluruhan selama 16 bulan adalah
sebesar 76,874 kg/bulan, adapun
tingkat pemanfaatan ikan demersal
termasuk pada tingkat ketiga yaitu
kategori optimum.Hal ini disebabkan
tingkat pemanfaatan ikan demersal
pada tiap bulannya masih bersifat
stabil, hanya pada bulan April 2016
yang terjadi peningkatan yang cukup
drastis disebabkan oleh meningkatnya
upaya penangkapan dan pengaruh
musim penangkapan yang terjadi masa
panen/puncak penangkapan pada bulan
April 2016 tersebut.
Tingkat pemanfaatan dikatakan
kategori optimum apabila hasil
tangkapan sudah mencapai bagian dari
potensi lestari yaitu sebesar 66,6%-
99,9%. Hal ini artinya penambahan
upaya penangkapan dapat
ditingkatkan, akan tetapi hasil
tangkapan tidak dapat untuk
ditingkatkan. Karena akan
mempengaruhi ketersedian
sumberdaya ikan demersal di perairan
Desa Sebong Lagoi.
e. Jumlah Tangkap yang
Diperbolehkan (JTB)
Pengelolaan sumberdaya
perikanan dengan pendekatan kuota
penangkapan adalah upaya
pembatasan jumlah ikan yang boleh
ditangkap. Untuk menjaga kelestarian
sumberdaya suatu jenis ikan, maka
nilai JTB harus di bawah Maximum
Sustainable Yield (MSY) yang telah
ditentukan. Jumlah tangkap yang
diperbolehkan (JTB) merupakan 80%
jumlah tangkapan dari tingkat panen
maksimum lestari. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa, tingkat
panen maksimum lestari sebesar
1.001,6 kg, sehingga jumlah tangkap
yang diperbolehkan 80% dari 1.001,6
yaitu sebesar 801,280 kg. Hal ini
berarti bahwa penangkapan ikan masih
bisa ditingkatkan untuk mendapatkan
hasil yang lebih optimal, tetapi tidak
melebihi batas MSY yang sudah
ditentukan yaitu 1.001,6 kg.
f. Aspek Pengelolaan Sumberdaya
Ikan Demersal
14
Sumberdaya ikan demersal
merupakan salah satu potensi
perikanan yang memiliki nilai
ekonomi tinggi, sehingga perlu adanya
pengelolaan sumberdaya ikan
demersal yang baik dan tepat dengan
memperhatikan aspek ekologi, aspek
ekonomi, dan aspek sosial masyarakat.
Seperti halnya dengan memperhatikan
teknik pengoperasian alat tangkap
yang digunakan, area penangkapan,
serta besarnya produksi ikan yang
nantinya akan mempengaruhi
menipisnya stok ikan yang ada di
alam.
V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai Potensi dan Tingkat
Pemanfaatan Ikan Demersal yang
Didaratkan pada Tempat Pendaratan
Ikan (TPI) Desa Sebong Lagoi
Kabupaten Bintan, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Jenis ikan demersal dominan
yang didaratkan pada TPI Desa
Sebong Lagoi terdiri dari
familiSerranidae, Lutjanidae,
Labridae, Caesionidae, Siganidae,
Trigonidae, Psettodidae, Mugilidae,
dan Nemipteridae.
2. Selama penelitian,nilai CPUE
cukup berfluktuasi dengan kisaran
1,963–11,457, namun yang tertinggi
terdapat pada bulan Desember 2015
yaitu 11,457. Berdasarkan model
Schaefer,standar acuan biologi untuk
potensi maksimum lestari (Cmsy)
sebesar 1.001,6 kg dan upaya
penangkapan optimum (Fopt) sebesar
248.828 trip. Sehingga berdasarkan
nilai pendugaan tersebut diketahui
nilai rata-rata tingkat pemanfaatan ikan
demersal yang didaratkan pada TPI
Desa Sebong Lagoi selama 16 bulan
yaitu sebesar 76,874 kg/bulan
(kategori optimum), selain itu
diketahui pula nilai untuk jumlah
tangkap yang diperbolehkan (JTB)
80% dari 1.001,6 kg yaitu sebesar
801,280 kg. Hal ini berarti
penangkapan masih bisa ditingkatkan,
tetapi tidak melebihi batas MSY.
B. SARAN
15
Dari penelitian yang telah
dilakukan diharapkan akan adanya
ketersediaan data bulanan/tahunan
yang lebih akurat, baik sumberdaya
ikan pelagis, ikan demersal maupun
jenis rajungan yang dapat digunakan
oleh peneliti dan intansi terkait
lainnya. Adanya ketersediaan data
akan dapat diperhitungkan atau
diketahuinyapemanfaatan suatu
sumberdaya tersebut. Selain itu, dapat
dilakukan pengelolaan sumberdaya
yang bersifat berkelanjutan agar
sumberdaya dapat dimanfaatkan secara
terus menerus tanpa mengurangi stok
sumberdaya ikan yang ada di laut.
DAFTAR PUSTAKA
Anugrahini D, Rimadhani. 2011.
Analisis Pengaruh Penurunan Stok
Ikan Terhadap Pendapatan
Nelayan Kecamatan Muncar,
Banyuwangi, Jawa Timur. Tesis.
Universitas Diponegoro.
Semarang.
Budiman. 2006. Analisis Sebaran Ikan
Demersal Sebagai Basis
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
di Kabupaten Kendal. Tesis.
Universitas Diponegoro.
Semarang.
Cahyani, Rochmah Tri. 2013. Kajian
Penggunaan Cantrang Terhadap
Kelestarian Sumberdaya Ikan
Demersal (Analisis Hasil
Tangkapan Dominan yang
Didaratkan di TPI Wedung
Demak). Tesis. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Hertini, Elis., dan Nurul Gusriani.
2013. Maximum Sustainable Yield
(MSY) pada Perikanan dengan
Struktur Prey-Predator. Prosiding
Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Nuklir. PTNBR –
BATAN Bandung. 4 Juli 2013.
Lucien PS. 2012. Pengembangan
Perikanan Bubu untuk
Keberlanjutan Usaha Nelayan
Sibolga. Disertasi. Intitut Pertanian
Bogor. Bogor.
Murniati. 2011. Potensi dan Tingkat
Pemanfaatan Ikan Terbang
(Exocoetidae) di Perairan Majene,
Kabupaten Majene Provinsi
Sulawesi Barat. Skripsi.
Universitas Hasanuddin. Makasar.
Noija, Donald., Sulaeman
Martasuganda., Bambang
Murdiyanto., dan Am Azbas
Taurusman. 2014. Potensi dan
Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya
Ikan Demersal di Perairan Pulau
Ambon – Provinsi Maluku. Jurnal
Teknologi Perikanan dan
Kelautan. Vol. 5(1), hal 55-64.
Nugraheni, Adita Dwi. 2011.
Hubungan antara Distribusi Ikan
Demersal, Makrozoobenthos, dan
Substrat di Perairan Selat Malaka.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor
(IPB). Bogor.
Nurhayati, Atikah. 2013. Analisis
Potensi Lestari Perikanan Tangkap
di Kawasan Pengadaran. Jurnal
Akuatika. Vol. IV(2).
16
Pertiwi, Wiwi. 2011. Komposisi Jenis
dan Ukuran Ikan yang Tertangkap
dengan Sero dan Pukat Pantai di
Perairan Kota Palopo, Provinsi
Sulawesi Selatan. Skripsi.
Universitas Hasanuddin. Makasar.
Piscandika, Diah. 2012. Potensi dan
Tingkat Pemanfaatan Ikan
Tongkol (Euthynnus affinis dan
Auxis thazard) yang
Didaratkan pada Tempat
Pendaratan Ikan Desa Malang
Rapat Kecamatan Gunung
Kijang Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan
Riau,Bintan Provinsi
Kepulauan Riau. Skripsi.
Universitas Maritim Raja Ali
Haji. Tanjung Pinang.
Rosana, Nurul dan Viv Djanat Prasita.
2015. Potensi dan Tingkat
Pemanfaatan Ikan sebagai Dasar
Pengembangan Sektor Perikanan
di Selatan Jawa Timur. Jurnal
Kelautan. Vol. 8(2).
Setiawan, Nugraha. 2007. Penentuan
Ukuran Sampel Memakai Rumus
Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan:
Telaah Konsep dan Aplikasinya.
Universitas Padjadjaran.
Semarang.
Sibagariang, Rina D’Rita. 2014.
Potensi, Tingkat Pemanfaatan dan
Keberlanjutan Ikan Sebelah
(Psettodes spp.) di Perairan Selat
Malaka, Kabupaten Serdang
Bedagai, Sumatera Utara. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.
Medan.