Upload
others
View
5
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ii
TUGAS AKHIR - SB141510
POTENSI ISOLAT BAKTERI Pseudomonas DAN YEAST SEBAGAI PENDEGRADASI PLASTIK
ATIK SRININGSIH
1511 100 003
Dosen Pembimbing: Dr. rer. nat. Ir. Maya Shovitri, M.Si
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2015
i
ii
FINAL PROJECT - SB141510
POTENCY OF Pseudomonas AND YEAST FOR PLASTIC DEGRADATION
ATIK SRININGSIH
1511 100 003
Adviser Lecture: Dr. rer. nat. Ir. Maya Shovitri, M.Si
Biology Department Mathematic and Natural Science Faculty Sepuluh Nopember Institute of Technology Surabaya 2015
iii
vii
POTENSI ISOLAT BAKTERI Pseudomonas DAN YEAST
SEBAGAI PENDEGRADASI PLASTIK
Nama : Atik Sriningsih
NRP : 1511 100 003
Jurusan : Biologi
Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat. Ir. Maya Shovitri, M.Si
Abstrak
Plastik merupakan salah satu polimer sintetik atau
buatan manusia yang merupakan rantai panjang molekul
polimer. Polietilen adalah polimer sintetik yang memiliki tingkat
hidrofobik dan berat molekul yang tinggi. Polimer ini sering
digunakan sebagai kantong plastik, pengemasan barang, susu
dan botol air minum yang menyebabkan masalah lingkungan.
Biodegradasi adalah proses dimana mikroorganisme mampu
mendegradasi atau memecah polimer alam (seperti lignin dan
selulosa) dan polimer sintetik (seperti polietilen dan polistiren).
Pseudomonas merupakan genus mikroorganisme yang
dapat ditemukan dimanapun dan hidup bebas, hal ini berkaitan
dengan kebutuhan nutrisi dan kisaran senyawa karbon yang
digunakannya cukup sederhana, serta kemampuan adaptasi
genetik dan metabolik yang cukup tinggi. Pseudomonas secara
umum tidak memiliki enzim hidrolitik yang penting dalam
mendegradasi polimer menjadi monomer namun bakteri ini
memiliki system inducible operon yang mampu menghasilkan
enzim tertentu dalam proses metabolisme sumber karbon yang
tidak biasa digunakan.
Yeast merupakan jamur uniseluler. Salah satu karakter
yang umum diketahui adalah kemampuan untuk memfermentasi
gula menjadi etanol. Genus Pseudozyma dan Cryptococcus
merupakan contoh genus yeast yang biasa dimanfaatkan dalam
proses degradasi plastik biodegradable.
viii
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bakteri Pseudomonas hasil inkubasi dari penelitian sebelumnya,
isolat Pseudomonas L1 dan Yeast Candida M2.3 dan Yeast
Debaryomyces R1.10 murni dalam proses degradasi plastik
tanpa membedakan jenis plastik uji.
Inokulum uji diinkubasi dalam botol yang berisi Mineral
Salt Medium (MSM), pasir steril dan plastik uji. Inkubasi
dilakukan selama 3 bulan. Parameter yang diamati adalah
persentase kehilangan berat kering, Optical Density dan pH yang
diukur setiap 3 minggu sekali secara destruktif. Data yang
didapat dianalisis menggunakan ANOVA One Way dengan
tingkat kepercayaan 0.05.
Hasil ANOVA One Way menunjukkan bahwa jenis
inokulum tidak berpengaruh secara nyata terhadap proses
degradasi plastik. Berdasarka persentase kehilangan berat
keringnya konsorsium PY1( Pseudomonas L1 dan Yeast M2.3
Candida) memberikan nilai persentase kehilangan berat kering
paling besar pada plastik putih sebesar 5,6-7,6%.
Kata kunci : biodegradasi, plastik, Pseudomonas, yeast.
ix
POTENCY OF Pseudomonas AND YEAST FOR PLASTIC
DEGRADATION
Student Name : Atik Sriningsih
NRP : 1511 100 003
Department : Biology
Supervisor : Dr.rer.nat. Ir. Maya Shovitri,M.Si
Abstract
Plastic is one of synthetic polymer or man-made that is a
long chain of polymer molecules. Polyethylene is synthetic
polymer that has the hydrophobic and high molecular weight .This
polymer often used as a plastic shopping bag , packaging of goods ,
milk and a bottle of drinking water that causes environmental
problems .Biodegradation is the process whereby microorganisms
capable to degrades or break up a polymer nature (like lignin and
cellulose) and synthetic polymer (as polyethylene and
polystyrene).
Pseudomonas is a genus of truly ubiquitous organisms,
which seems to be a consequence of their simple nutritional
requirements, the range of carbon compounds they utilize, and their
genetic and metabolic adaptability. Pseudomonas generally not
having hydrolytic action of enzymes important degrades
monomers in a polymer but this bacteria have systems called
inducible operon that has capability to producing certain enzymes
in metabolic processes of carbon unusual used.
Yeast is unicellular fungi .One of the common character
known is the ability to ferment the sugar to ethanol. Cryptococcus
and Pseudozyma are genus of the yeast that are commonly used in
the degradation of biodegradable plastic process.
This research was conducted to find out the capabilities of
Pseudomonas Kx1 incubation results from previous studies,
isolates of Pseudomonas L1 and pure yeast in the plastic
degradation process.
x
Inoculumes are incubated in a bottle test that contains
mineral salt medium (MSM), sand sterile and plastics test.
Incubation done for 3 months. The parameters that observed are the
percentages of dry lose weight , optical density and pH which is
measured every three weeks in destructive. Data obtained analyzed
using ANOVA one-way with the p value 0.05 .
The research aims to understand the ability of any kind of
inoculume plastic degrades in without differentiating the plastic
type. The results of one-way ANOVA shows that kind of inokulum
not influence significantly to the degradation of plastic. Based on
the percentage lost the weight of drying up of the consortium PY1
(Pseudomonas and yeast Candida M2.3) give the value of the
percentage lost dry weight of white plastic by 5,6 -7,6 percent .
keywords: biodegradation, plastic, Pseudomonas, yeast.
xi
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
Tugas Akhir dengan judul Potensi Isolat Bakteri
Pseudomonas dan Yeast Sebagai Pendegradasi Plastik.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Juni 2015.
Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan suatu syarat untuk
memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan
Tugas Akhir tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai
pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada, Ibu Dr. rer.
nat.Ir. Maya Shovitri, M. Si. selaku pembimbing serta tim
penguji, N.D. Kuswytasari, S. Si., M. Si., Dr. Enny Zulaika,
M.P. dan Triono Bagus Saputro S. Si., M. Biotech. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada LPPM ITS atas
Hibah Penelitian Unggulan PT dengan no kontrak
003246.96/IT2.11/PN.08/2015 dan penghargaan yang tinggi
kepada Ayahanda dan Ibunda, adik-adik serta keluarga atas
doa dan kasih sayangnya. Penelitian ini juga tidak lepas dari
bantuan dan dukungan teman-teman seperjuangan angkatan
2011, dan seluruh pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran-saran perbaikan untuk
menyempurnakan naskah ini agar Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat.
Surabaya, 31 Juli 2015
Atik Sriningsih
xii
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ................................................... ABSTRAK ................................................................................. ABSTRACT…………………………………………………… KATA PENGANTAR ……....................................................... DAFTAR ISI ............................................................................. DAFTAR GAMBAR ................................................................ DAFTAR TABEL ..................................................................... DAFTAR GRAFIK…………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1.2 Permasalahan........................................................................ 1.3 Tujuan……………………………………………………… 1.4 BatasanMasalah…………………………………………… 1.5 Manfaat …………………………………………………….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plastik.................................................................................... 2.2 Biodegradasi……………………………………………….. 2.3 Pseudomonas ……………………………………………… 2.4 Yeast ………………………………………………………. . BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 3.2 Prosedur Kerja...................................................................... 3.2.1 Persiapanplastikuji……………………………………… 3.2.2 Peremajaandanpembuatan starter isolate murni………... 3.2.3 Biodegradasiplastk……………………………………… 3.2.4 PemisahandanpengukuranOptical Density (OD)……… 3.2.5 Presentasikehilanganberatkeringplastik………………. 3.3 RancanganPenelitian dan Analisis Data...............................
v vii ix xi
xiii xv
xvii xix xxi
1 1 1 4 4 4
5 5 6
11 13
17 17 17 17 17 18 19 19 19
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 SumberInokulum………………………………………….. 4.2 BiodegradasiPlastik……………………………………….. 4.3 PembandinganBiodegradasiPlastikInokulumPseudomonas,
KxdanpenelitianSebelumnya………………… BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………………………………………………… 5.2 Saran……………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA………………………………………….. LAMPIRAN BIODATA PENULIS
21 21 22
32
35 35 35
37
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Tabel Variasi Perlakuan Plastik Uji….......18
Tabel 3.2 Tabel Perhitungan Optical Density (OD)
Tiap Bulan……….…………………… …20
Tabel 3.3 Tabel Perhitungan Berat Kering Plastik
Tiap Bulan ……………………….……...20
Tabel 4.1 Karakter Biokimia Pseudomonas,
Yeast R1.10 dan Yeast M2.3 ………..…..22
Tabel 4.2 Rata-Rata Persentase Kehilangan Berat
Kering Setelah 3 Bulan Masa Inkubasi.… 26
xviii
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Konvensional Polimer
Plasik Petroleum…………....………….6
Gambar 2.2 Bentuk Sel Bakteri Pseudomonas… ….11
Gambar 2.3 Simbiosis Antara Pseudomonas Strain
VM15C dan Pseudomonas Strain
VM15A Yang Menggunakan PVA
Sebagai Sumber Karbon………..... …..12
Gambar 2.4 Jalur Degradasi PVA Dengan
Berbagai Jenis Enzim…………….... ...13
Gambar 2.5 Pseudozyma Jejuensis sp. Merupakan
Salah Satu Jenis Yeast Yang Diduga
Mampu Mendegradasi Plastik ........ . …15
Gambar 4.1 Gram Negative Sel Bakteri
Pseudomonas sp. yang Berwarna
Merah……………………………...... ..21
Gambar 4.2 Botol Uji Berisi Plastik Hitam,
Transparan dan Putih (kiri-kanan)
Setelah Inokulasi Inokulum
Pseudomonas Sp………………............25
Gambar 4.3 Struktur Permukaan Plastik Putih
Setelah 9 Minggu Masa Inkubasi
Dengan Inokulum PY1…………....…..31
xvi
Gambar 4.4 Subkultur Inokulum Kx Pada
Medium NB………………………….......33
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Komposisi Mineral Salt Medium (MSM) …. 43
Lampiran 2. Komposisi Nutrient Agar (NA) …….....… 43
Lampiran 3. Komposisi Nutrient Broth (NB) ……...… .43
Lampiran 4. Komposisi Yeast Malt Extract Agar
(YMEA)………………….... …………. ...44
Lampiran 5. Komposisi Yeast Malt Broth (YMB) … …44
Lampiran 6. Skema Kerja …………………………… ..45
Lampiran 7. Foto Botol Uji ………………………… ...46
Lampiran 8. Hasil Perhitungan % Berat Keing ……… .47
Lampiran 9. Hasil pengukuran Optical Density (OD) ...51
Lampiran 10. Hasil analisa ANOVA One Way …...…... ..55
Lampiran 11. Hasil Uji Konfirmasi ……………….….. ..58
xxii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Plastik adalah salah satu polimer sintetik atau buatan
manusia yang merupakan rantai panjang molekul polimer (Scoot,
1999). Plastik memiliki karakteristik stabil dan dapat bertahan
lama sehingga sering digunakan untuk kepentingan manusia
(Barnes, 2009). Plastik yang sering digunakan adalah
polyethylene (PE), Poly Ethylen Terephthalate (PET),
Polybutylene Terephthalate (PBT), nylon, Poly-Propylene (PP),
Polystyrene (PS), Polyvynyl Chloride (PVC), dan Polyurethane
(PUR) (Rivard et al., 1995). Polyethylene adalah polimer sintetik
yang memiliki tingkat hidrofobik dan berat molekul yang tinggi.
Polimer ini sering digunakan sebagai kantong plastik,
pengemasan barang, kemasan susu dan botol air minum yang
menyebabkan masalah lingkungan (Krupp, 1992). Setiap
tahunnya lebih dari 260 juta ton plastik yang diproduksi di
berbagai Negara (O’Brine, 2010). Plastik yang terakumulasi
menyebabkan adanya perubahan lingkungan (Sivan, 2011).
Pencemaran lingkungan karena tingginya akumulasi plastik
tersebut perlu adanya degradasi. Salah satu solusi untuk
menangani adanya masalah lingkungan ini adalah dengan
biodegradasi.
Biodegradasi adalah proses dimana mikroorganisme
mampu mendegradasi atau memecah polimer alam (seperti lignin
dan selulosa) dan polimer sintetik (seperti polietilen dan
polistiren) (Kaseem et al., 2012). Mikroorganisme mendegradasi
polietilen dan poliuretan dengan memanfaatkannya sebagai
sumber karbon untuk pertumbuhan mikroorganisme (Glass,
1989). Degradasi polimer tersebut akan membentuk formasi
biofilm pada permukaan polimer. Proses tersebut dapat dikatakan
proses biodegradasi yang merupakan salah satu upaya mengatasi
limbah plastik secara biologi. Proses degradasi diawali dengan
polimer yang dirubah menjadi monomer kemudian monomer ini
2
dimineralisasi. Sebagian besar polimer terlalu besar untuk melalui
membaran sel, jadi polimer harus dipolimerisasi menjadi
monomer yang lebih kecil sebelum dapat diserap dan didegradasi
dalam sel mikroba (Swift, 1997). Selama proses degradasi
eksoenzim mikroorganisme memecah polimer kompleks menjadi
molekul yang lebih kecil atau rantai pendek, misalnya oligomer,
dimer dan monomer yang memiliki ukuran cukup kecil untuk
mampu melewati membran semi permiabel membran terluar
bakteri, dan kemudian digunakan sebagai sumber karbon dan
energi. Proses ini disebut depolimerisasi. Ketika produk akhir
yang dihasilkan berupa CO2, H2O, atau CH4, proses degradasi ini
disebut mineralisasi (Frazer, 1994; Hamilton et al., 1995).
Beberapa jenis mikroorganisme yang paling sering dimanfaatkan
dalam biodegradasi adalah bakteri dan yeast.
Salah satu jenis bakteri yang banyak diteliti dan memiliki
kemampuan mendegradasi plastik adalah Pseudomonas. Bakteri
Pseudomonas termasuk dalam golongan bakteri gram negatif,
tidak membentuk spora, berbentuk rod (batang), motil dengan
satu atau lebih flagela pada bagian tepi. Jenis bakteri obligat
aerob, tetapi beberapa spesies dapat tumbuh secara anaerob dalam
kondisi lingkungan yang terdapat nitrat di dalamnya. Termasuk
dalam bakteri katalase positif, yakni dengan memetabolisme gula
secara oksidatif. Di dalam tanah bakteri ini berperan dalam proses
dekomposisi material hara di lingkungan (Zago et al., 2009).
Pseudomonas merupakan genus organisme yang dapat ditemukan
dimanapun dan hidup bebas, hal ini berkaitan dengan kebutuhan
nutrisi dan kisaran senyawa karbon yang mereka gunakan cukup
sederhana, serta adaptabilitas genetik dan metabolik. Habitat
dengan temperatur 4-42ºC, pH dengan range 4-8 dan
mengandung senyawa organik kompleks maupun sederhana
adalah habitat yang potensial bagi Pseudomonas. Di alam, spesies
Pseudomonas ditemukan sebagai bakteri saprofit dan parasit
(Moore et al., 2006).
Selain bakteri, yeast juga diteliti mampu mendegradasi
plastik. Yeast merupakan jamur uniseluler. Salah satu karakter
3
yang umum diketahui adalah kemampuan untuk memfermentasi
gula menjadi etanol (Schneiter, 2004). Genus Pseudozyma dan
Cryptococcus merupakan contoh genus yeast yang biasa
dimanfaatkan dalam proses degradasi plastik biodegradable
(Allen, 2006). Genus Pseudozyma mampu menghasilkan lipase
untuk mendegradasi plastik biodegradabel ( Kitamoto et al.,
2011). Yeast ini biasa ditemukan pada bagian filosfer tanaman.
Pada tanaman tingkat tinggi, daerah filosfer tertutupi oleh
membran ekstraseluler polimerisasi lipid yang bersifat hidrofobik
disebut kulit ari. Kulit ari ini terdiri dari Kutin dan kutikula. Baik
kutin maupun plastik biodegradable terdiri dari asam organik
teresterifikasi yang bersifat solid pada suhu ruang. Berdasarkan
hal tersebut dapat dikatakan jika yeast dapat menggunakan plastik
biodegradabel sebagai sumber karbon pengganti kutin.
Dalam penelitian sebelumnya bakteri Pseudomonas
koleksi Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Jurusan
Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember memiliki potensi
sebagai bakteri pendegradasi plastik. Hasil yang didapat dari
penelitian tersebut membuktikan adanya degradasi polimer
plastik meskipun dalam presentase 3% hingga 9% untuk plastik
putih, dan 3% hingga 6% untuk plastik hitam. Berdasarkan
literatur apabila hasil tidak sesuai maka terjadi perubahan fisik
lingkungan antara lain kontaminasi dan perubahan pH. Penelitian
ini menggunakan kertas lakmus untuk pengukuran pH dan
didapatkan hasil bahwa pH konstan, namun degradasi yang terjadi
menunjukkan hasil yang kecil. Penggunaan kertas lakmus sebagai
parameter dirasa kurang akurat dalam mengukur pH dan
seharusnya alat yang digunakan adalah pH meter. Penelitian
tersebut diharapkan menjadi penelitian dasar lanjutan menguji
ulang bakteri Pseudomonas hasil inkubasi penelitian degradasi
plastik sebelumnya (Kx 1) dan isolat Pseudomonas (L1) serta
Yeast Candida M2.3 dan Yeast Debaryomyces R1.10 murni
koleksi Laboratorium Biologi ITS untuk melihat kemampuan
bakteri Pseudomonas dan yeast dalam mendegradasi plastik serta
perbedaan kemampuannya.
4
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah
bagaimana kemampuan bakteri Pseudomonas hasil inkubasi dari
penelitian degradasi plastik sebelumnya Kx 1 dan isolat
Pseudomonas L1 dan Yeast Candida M2.3 dan Yeast
Debaryomyces R1.10 murni dalam proses degradasi plastik.
1.3 Batasan Masalah
1. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah
isolat murni bakteri Pseudomonas L1 koleksi
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi jurusan
Biologi ITS dan bakteri Pseudomonas hasil inkubasi
penelitian degradasi plastik sebelumnya Kx 1.
2. Plastik yang digunakan sebagai plastik uji adalah
kantong plastik (tas kresek) warna hitam, putih dan
plastik bungkus makanan bening yang beredar di
pasaran.
1.4 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bakteri Pseudomonas hasil inkubasi dari penelitian degradasi
plastik sebelumnya Kx 1 , isolat Pseudomonas L1 dan Yeast
Candida M2.3 dan Yeast Debaryomyces R1.10 murni dalam
proses degradasi plastik.
1.5 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan adanya
pengaruh fisik berupa kontaminasi yang mempengaruhi proses
degradasi plastik oleh bakteri Pseudomonas hasil inkubasi
degradasi plastik Kx 1 dan isolat Pseudomonas L1 serta Yeast
Candida M2.3 dan Yeast Debaryomyces R1.10 murni.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plastik
Plastik merupakan salah satu polimer sintetik atau buatan
manusia yang merupakan rantai panjang molekul polimer (Scoot,
1999). Polimer ini telah menjadi primadona dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap tahunnya lebih dari 260 juta ton plastik yang
diproduksi di berbagai Negara (O’Brine, 2010). Hal ini
disebabkan karena sifat plastik yang stabil dan tahan lama
(Barnes, 2009). Seiring berjalannya waktu stabilitas dan
ketahanan plastik semakin meningkat, dan oleh sebab itu material
plastik sekarang ini resisten terhadap berbagai macam perubahan
lingkungan. Kata plastik sendiri berasal dari bahasa Yunani
“plastikos” yang berarti ‘dapat dicetak menjadi berbagai macam
bentuk’ (Joel, 1995). Plastik yang kita gunakan sekarang ini
terbuat dari bahan anorganik dan bahan organik mentah seperti
karbon, silikon, hidrogen, nitrogen, oksigen dan klorida. Bahan
dasar yang digunakan dalam pembuatan plastik merupakan hasil
ekstraksi minyak, batu bara dan gas alam (Seymour, 1989).
Plastik cenderung resisten terhadap serangan bakteri,
sejak kemunculan bahan ini yang jarang di lingkungan alam
sehingga alam belum mampu membentuk struktur enzim baru
yang mampu mendegradasi senyawa polimer (Muellar, 2006).
Plastik sintetis sering digunakan dalam kemasan produk seperti
makanan, farmasi, kosmetik, deterjen dan bahan kimia. Hamper
30% plastik digunakan secara global sebagai kemasan produk
(Sabir, 2004). Plastik menggantikan kertas dan produk berbasis
selulosa lainnya untuk kemasan dikarenakan faktor fisik dan
kimiamya yang lebih baik seperti kekuatannya, lebih ringan,
resisten terhadap air dan lebih tahan terhadap mikroorganisme air.
Plastik yang sering digunakan adalah polyethylene (PE), Poly
Ethylen Terephthalate (PET), Polybutylene Terephthalate (PBT),
6
nylon, Poly-Propylene (PP), Polystyrene (PS), POlyvynyl
Chloride (PVC), dan Polyurethane (PUR) (Rivard at al, 1995).
Polyethylene adalah polimer sintetik yang memiliki
tingkat hidrofobik dan berat molekul yang tinggi. Polimer ini
sering digunakan sebagai kantong plastik, pengemasan barang,
susu dan botol air minum yang menyebabkan masalah lingkungan
(Krupp, 1992). Polyethylene merupakan polimer sintetik dengan
rantai backbone yang terdiri atas rantai karbon yang sangat
panjang. Polietilen merupakan salah satu polimer sintetik yang
memiliki sifat hidrofobik dan berat molekul yang tinggi sehingga
dapat membahayakan lingkungan.
Gambar 2.1 Struktur Konvensional Polimer Plastik Petroleum
(Pavia, 1998).
2.2 Biodegradasi
Biodegradasi merupakan proses dimana mikroorganisme
mampu mendegradasi atau memecah polimer alam (seperti lignin,
selulosa) dan polimer sintetik (seperti polietilen, polistiren)
(Kaseem et al., 2012). Setiap jenis mikroorganisme memiliki
karakterisasi proses degradasi yang berbeda antara satu jenis
mikroorganisme satu dengan yang lain (Glass, 1989).
7
Discolorisasi, fase pemisahan, pemecahan, erosi dan deliminasi
merupakan beberpa karakteristik yang mengindikasikan degradasi
polimer. Pemutusan ikatan, transformasi kimia dan sintesis gugus
fungsional yang baru merupkan suatu variasi (Pospisil, 1997).
Biodegradasi polimer terjadi melalui empat mekanisme
berbeda : solubilisasi, perubahan bentuk diikuti dissolusi,
hidrolisis dan degradasi katalitik enzim (Singh and Sharma,
2008).
a. Solubilisasi
Proses hidrasi polimer berdasarkan sifat hidrofilik
polimer. Hasil hidrasi dari perusakan struktur
sekunder dan tersier distabilkan oleh tekanan van der
Waals dan ikatan hydrogen. Selama proses dan
setelah proses hidrasi, rantai polimer akan bersifat
larut terhadap air dan/atau backbone plimer akan
terbuka oleh hidrolisis enzim katalitik untuk
menghasilkan molekul yang kehilangan kekuatan
polimer.
b. Ionisasi
Beberapa jenis polimer bersifat tidak larut dalam air
tetapi menjadi larut dalam air dengan proses ionisasi
atau protonasi.
c. Hidrolisis
Polimer yang tidak larut dalam air memiliki struktur
kelompok ester atau anhidrit, polimer ini akan
berubah larut dalam air jika anhidrit atau ester
dirubah menjadi bentuk asam terionisasi dalam rantai
polimernya.
d. Hidrolisis enzim katalitik
Enzim berfungsi sebagai katalisis untuk raksi spesifik
atau rangkaian reaksi, seperti oksidasi, reduki,
hidrolisis, esterifikasi, sintesis dan iner-konversi
molekuler. Polimer hidrofobik dengan tanpa ikatan
hidrolisabel seperti polietilen merupakan polimer
yang diperkirakan paling stabil. Degradasi enzimatik
8
dari polimer mengikuti pembukaan rantai akhir
mekanisme degradasi. Seperti contohnya β-amilase
mendegradasi pati menjadi maltose, berawal dari
akhir rantai
Karakteristik dari mikroorganisme menunjukkan tipe
enzim yang dihasilkan untuk biodegradasi seperti enzim
ekstraseluler dan intraseluler yang mana membantu dalam
degradasi polimer (Gu, 2000; Doi, 1990). Membran seluler
mikroorganisme mengakumulasi substrat yang kemudian
didegradasi oleh enzim seluler. Mikrobia dapat dengan mudah
mendegradasi subunit kecil molekul polimer yang berbentuk
monomer atau oligomer.(Shah, 2008).
Plastik dapat menjadi biodegradable dengan
meningkatkan tingkat hidrofilik, atau pengurangan rantai polimer
dengan oksidasi dimana dapat diperoleh melalui pertumbuhan
mikrobia. Proses biodegradasi polimer dapat terjadi secara
aerobik (dengan oksigen), atau secara anaerobik (tanpa oksigen).
Dalam keadaan aerob, beberapa mikroorganisme menggunakan
oksigen sebagai electron acceptor terakhir. Pada keadaan anaerob
beberapa mikroorganisme akan menggunakan electron acceptor
terakhir selain oksigen (seperti NO-3, S,CO2, Fe3+ dan fumarate)
(Leja, 2009). Biodegradasi polietilen terjadi melalui dua
mekanisme yaitu hidro-biodegradasi dan oxo-biodegradasi
(Bonhomme et al., 2003). Dua mekanisme ini berhasil bekerja
dalam memodifikasi polietilen membentuk material hidrofilik.
Pati yang terbentuk dalam komposit dikatalisis oleh enzim
amylase. Menurut Chiellini et al. (2006) yang telah melaporkan
degradasi oksidatif dari film polietilen mengandung bahan aditif
pro-oxidan. Beberapa stran bakteri Pseudomonas aeruginosa,
Pseudomonas fluorescens dan fungi Penicillium simplicissimum
telah dilaporkan sebagai organisme yang umum diguakan dalam
degradasi plastik (Norman et al., 2002)
9
Secara teori polietilen dapat digunakan sebagai sumber
karbon untuk mikroorganisme sama seperti kebanyakan senyawa
hidrokarbon, bagaimanapun berat molekul yang tinggi membatasi
penggunaannya sebagai substrat untuk reaksi enzim berjalan.
Dalam hal proses kimia atau biokimia yang terlibat dalam proses
biodegradasi polietilen, terdapat dua reaksi utama. Yang pertama
yaitu terjadi pengurangan berat molekul dan yang kedua terjadi
oksidasi molekul. Pengurangan berat molekul diperlukan untuk
dua alasan, pertama untuk memungkinkan transportasi molekul
melalui membaran sel, dan kedua karena sistem enzimatik yang
terdapat pada mikroorganisme hanya mampu bekerja pada berat
molekul tertentu, biasanya mencapai kisaran 10-50 karbon,
namun ada yang menyebutkan aktivitas enzim mencapai 2000
karbon (Yoon et al., 2012). Sekali ukuran dari molekul
berkurang, oksidasi diperlukan dalam rangka pengubahan
hidrokarbon menjadi asam karboksilat yang dapat dimetabolisme
oleh β-oksidasi dan siklus Krebs (Restrepo-Flórez et al., 2014).
Kedua proses oksidasi dan reduksi berat molekul yang
terjadi selama proses biodegradasi merupakan hasil efek sinergis
antara faktor biotik dan abiotik (fotooksidasi atau perlakuan
panas). Ada beberapa paper yang menyebutkan kedua bentuk
karbon (oksidasi) dan reduksi berat molekul setelah perlakuan
dengan sinar UV. Faktor biotik dibagi berdasarkan kelompok
enzim yang mampu mendegradasi molekul polietilen yang telah
teroksidasi atau tereduksi. Terdapat sedikit sekali penelitian yang
mempelajari enzim apa saja yang terlibat dalam proses ini.
Pemecahan molekul polietilen yang besar dapat terjadi dengan
adanya aktivitas enzim, seperti yang telah dibuktikan oleh Santo
et al., yang menyatakan bahwa proses inkubasi dengan enzim
laccase mampu mengurangi berat molekul polietilen dan
meningkatkan indeks ketokarbonil. Kedua faktor ini
menunjukkan bahwa keduanya merupakan pemotongan dan
reaksi oksidasi yang terjadi karena kerja enzim yang sama.
Berkaitan dengan proses oksidasi, terdapat tahap penting lainnya
seperti yang dinyatakan oleh Yoon et al. (2012), yang mengisolasi
10
alkana hidroksilase dari famili AlkB yang aktif ke sampel
polietilen dengan berat molekul 27.000 Da. Hal ini menarik untuk
dicatat bahwa enzim dari famili ini dideskripsikan sebagai
mikroorganisme yang mampu mendegradasi hidrokarbon. Secara
umum, hal ini diketahui jika alkana hidroksilase berperan sebagai
enzim yang mengoksidasi pertama kali yang selanjutnya akan
terjadi proses degradasi hidrokarbon (Restrepo-Flórez et al.,
2014)
Selama proses degradasi, polimer pertama dirubah
menjadi monomer kemudian monomer ini dimineralisasi.
Sebagian besar polimer terlalu besar untuk melalui membaran sel,
jadi polimer harus dipolimerisasi menjadi monomer yang lebih
kecil sebelum dapat diserap dan didegradasi dalam sel mikroba
(Swift, 1997). Selama proses degradasi ekoenzim
mikroorganisme memecah polimer kompleks menjadi molekul
yang lebih kecil atau rantai pendek, misalnya oligomer, dimer dan
monomer yang memiliki ukuran cukup kecil untuk mampu
melewati membran semi permiabel membran terluar bakteri, dan
kemudian digunakan sebagai sumber karbon dan energi. Proses
ini disebut depolimerisasi. Ketika produk akhir yang dihasilkan
berupa CO2, H2O, atau CH4, proses degradasi ini disebut
mineralisasi (Frazer, 1994; Hamilton et al., 1995).
Penting untuk diketahui jika dalam proses biodegradasi
maupun degradasi substrat polimer jarang mencapai 100%, hal ini
disebabkan karena sebagain kecil polimer digunakan oleh bakteri
untuk biomassa dan dilepas ke lingkungan sebagai humus dan
produk alam (Atlas and Bartha, 1997; Narayan, 1993). Sebagian
besar kelompok mikroorganisme dan pendegradasi polimer
tergantung pada kondisi lingkungan. Ketika terdapat O2,
mikroorganisme aerob lebih berperan dalam destruksi senyawa
kompleks dengan menghasilkan biomassa, CO2 dan H2O sebagai
hasil akhir. Sebaliknya, dalam kondisi anaerob konsorsium
mikroorganisme anaerob berperan dalam degradasi polimer. Hasil
11
utama dari jalur ini adalah bimassa mikroba, CO2, CH4 dan H2O
dalam kondisi metanogenik (Barlaz et al., 1989).
2.3 Pseudomonas
Bakteri Pseudomonas termasuk dalam golongan bakteri
gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk rod (batang),
motil dengan satu atau lebih flagela pada bagian tepi. Jenis
bakteri obligat aerob, tetapi beberapa jenis spesies dapat tumbuh
secara anaerob dalam kondisi lingkungan yang terdapat nitrat di
dalamnya. Termasuk dalam bakteri katalase positif, yakni dengan
metabolisme gula secara oksidatif. Pseudomonas merupakan
mikroorganisme yang mudah ditemukan di alam, baik hidup
secara bebas maupun berasosiasi dengan tumbuhan dan hewan.
Di dalam tanah bakteri ini berperan dalam proses dekomposisi
material hara di lingkungan. (Zago et al., 2009).
Gambar 2.2 Bentuk Sel Bakteri Genus Pseudomonas (Madigan et
al., 2012).
Pseudomonas merupakan genus organisme yang dapat
ditemukan dimanapaun dan hidup bebas, hal ini berkaitan dengan
kebutuhan nutrisi dan range senyawa karbon yang mereka
gunakan cukup sederhana, serta adaptabilitas genetik dan
metabolik. Spesies Pseudomonas mempunyai habitat yang sangat
kaya keberadaannya, berkisar dari berbagai jenis tanah dan
lingkungan air hinga jaringan tumbuhan dan hewan. Pada
dasarnya, habitat dengan temperature 4-42ºC, pH antara 4 dan 8
dan mengandung senyawa organik kompleks maupun sederhana
adalah habitat yang potensial bagi Pseudomonas. Spesies
12
Pseudomonas bersiat aerob dan kebutuhan oksigen merupakan
faktor penghambat utama dalam habitasi Pseudomonas. Pada
kenyataannya, spesies Pseudomonas banyak ditemukan didalam
tanah dan lingkungan perairan yang aerobik, mesofilik dan
kondisi pH netral. Di alam, spesies Pseudomonas ditemukan
sebagai bakteri saprofit dan parasit. Pada umumnya, bakteri ini
tidak ditemukan pada lingkungan anaerob, dan lingkungan
ekstrim seperti thermofilik atau acidofilik (Moore et al., 2006).
Pseudomonas secara umum tidak memiliki enzim
hidrolitik yang penting dalam mendegradasi polimer menjadi
monomer namun bakteri ini memiliki system inducible operon
yang mampu menghasilkan enzim tertentu dalam proses
metabolisme sumber karbon yang tidak biasa digunakan. Oleh
karena itu bakteri ini memiliki peran penting dalam proses
biodegradasi berbagai macam polimer antara lain senyawa
xenobiotic dan pestisida. Salah satu jenis enzim yang dihasilkan
oleh Pseudomonas spp. yang berperan dalam biodegradasi adalah
serine hidrolase, esterase dan lipase (Shimao, 2001; Tokiwa,
2009).
Gambar 2.3 Simbiosis Pseudomonas Strain VM15C Dan
Pseudomonas Strain VM15A Menggunakan PVA Sebagai
Sumber Karbon (Shimao, 2001).
Salah satu contoh degradasi, ditunjukkan pada gambar
yakni degradasi Polyvinyl Alcohol (PVA) oleh berbagai aktivitas
enzim. Tahap pertama yakni adanya aktivitas pyrroloquinoline
13
quinine (PQQ)-dependent PVA dehidrogenase . Kedua, adanya
oksidasi PVA. Ketiga, degradasi PVA dengan aktivitas
dehidrogenase dan aldolase. Keempat, oksidase alcohol sekunder.
Kelima,terjadi proses hidrolisis dengan bantuan enzim β-diketone
hydrolase dan terakhir aktivitas enzim pendegradasi PVA dengan
aktivitas oksidase dan hidrolase (Shimao, 2001).
Gambar 2.4 Jalur Degradasi PVA Dengan Berbagai Jenis Enzim
(Shimao, 2001).
2.4 Yeast
Yeast merupakan jamur uniseluler. Pengklasifikasian
yeast dikarakterisasi berdasarkan karakteristik sel, askospora dan
bentuk koloni. Karakterisasi secara fisiologi dilakukan untuk
identifikasi spesies yeast. Salah satu karakter yang umum
diketahui adalah kemampuan untuk memfermentasi gula menjadi
etanol. Budding yeast merupakan jamur sejati dari filum
Ascomysetes, kelas Hemiascomycetes. Yeast sejati terbagi
menjadi satu ordo utama yaitu Saccharomycetales (Schneiter,
2004). Bedasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Arst (2013) menyatakan bahwa yeast mampu
14
mendegradasi gelas plastik dan gelas bio-plastik meskipun dalam
presentase yang kecil. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
dikatakan jika yeast mampu digunakan sebagai mikroorganisme
pendegradasi plastik.
Genus Pseudozyma dan Cryptococcus merupakan contoh
genus yeast yang biasa dimanfaatkan dalam proses degradasi
plastik biodegradable (Allen, 2006). Yeast ini biasa ditemukan
pada bagian filosfer tanaman. Pada tanaman tingkat tinggi, daerah
filosfer tertutupi oleh membran ekstraseluler polimerisasi lipid
yang bersifat hidrofobik disebut kulit ari. Kulit ari ini terdiri dari
kutin dan kutikula. Kutin merupakan hasil esterifikasi jaringan
polimer dari oksigenasi C16 dan C18 ω- asam lemak
terhidroksilasi (Heredia, 2003). Plastik biodegradable merupakan
hasil sintesis dari polimerisasi diol dan asam dikarbosiklik dalam
proses esterifikasi. Baik kutin maupun plastik biodegradable
terdiri dari asam organik teresterifikasi yang bersifat solit pada
suhu ruang. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan jika yeast
dapat menggunakan plastik biodegradable sebagai sumber karbon
pengganti kutin. Aktivitas hidrolitik dari yeast filosfer antara lain
adalah protease, lipase, esterase, pektinase, selulase dan xylanase.
Genus Pseudozyma mampu menghasilkan lipase untuk
mendegradasi plastik biodegradable ( Kitamoto et al., 2011).
Salah satu jenis yeast dari genus Pseudozyma yang
mampu mendegradasi plastik adalah Pseudozyma jejuensis. Yeast
ini mampu mendegradasi PCL yang memiliki gugus dimer dan
timer hampir sama dengan monomer kutin yang digunakan oleh
yeast ini sebagai sumber karbon. Pseudozyma jejuensis
menghasilkan kutinase yang berfungsi untuk memecah polimer
kutin menjadi monomer-monomer sederhana yang nantinya dapat
dimanfaatkan oleh yeast ini sebagai sumber karbon (Seo et al.,
2007).
15
Gambar 2.5 Yeast Potensial Sebagai Pendegradasi Plastik
Pseudozyma Jejuensis sp. (Seo Et Al., 2007).
16
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan di Laboratorium
Mikrobiologi dan Bioteknologi, Biologi Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Persiapan plastik uji
Plastik uji dipotong dengan ukuran 10x3 cm dan disterilkan
dengan direndam alkohol 70% selama kurang lebih 30 menit dan
dikering anginkan sekaligus dengan UV pada LAF (Bio 60-M)
selama kurang lebih 15 menit selanjutnya dioven pada suhu 80 °C
selama 24 jam. Plastik ditimbang menggunakan analytical
balance (Shimadzu) untuk mengetahui berat kering awal plastik.
Plastik di UV pada LAF (Bio 60-M) kembali.
3.2.2 Peremajaan dan pembuatan starter isolat murni
Isolat bakteri uji yang digunakan adalah Pseudomonas sp.,
Yeast Candida M2.3 dan Yeast Debaryomyces R1.10. Pertama
dilakukan peremajaan isolat bakteri uji. Peremajaan isolat
dilakukaan melalui beberapa tahap. Subkultur-1 adalah 1 ose
kultur murni isolat diinokulasikan ke dalam medium Nutrient
Agar (NA) dan diinkubasi selama 24 jam. Subkultur-2 adalah 1
ose dari subkultur-1 dan diinokulasikan ke dalam 10 ml medium
Nutrient Broth (NB) dan diinkubasi selama 24 jam. Subkultur-3
adalah 2,5 ml subkultur-2 diinokulasikan ke dalam 25 ml medium
NB dan diinkubasi selama 24 jam. Subkultur-4 adalah 5 ml
subkultur-3 dan diinokulasikan ke dalam 50 ml medium NB.
Subkultur-5 merupakan 10 ml subkultur-4 diinokulasikan ke
dalam 100 ml medium NB. Untuk isolat yeast diberikan
perlakuan yang sama dengan isolat bakteri yakni dengan 5 kali
subkultur dan masa inkubasi selama 24-48 jam, medium yang
digunakan sebagai subkultur juga berbeda yakni (Yeast Malt
18
Extract Agar) YMEA dan (Yeast Malt Broth) YMB. Starter yang
digunakan yakni 10% dari total medium dengan kepadatan sel
1010 sel/ml yang dihitung menggunakan Haemacytometer.
3.2.3 Biodegradasi plastik
Isolat yang digunakan dalam tahap biodegradasi ini adalah
isolat Pseudomonas murni dengan kode P, isolat Pseudomonas
hasil inkubasi dengan kode Kx (kultur x), dan dua isolat Yeast
dengan kode masing-masing Y1(Yeast M2.3 Candida) dan Y2
(Yeast R1.10 Debaryomyces). Biodegradasi dilakukan dengan
variasi seperti yang tertera pada Tabel 3.1. Pertama disiapkan
botol berukuran 600 mL, berisi 300 gr pasir steril dan 350 ml
medium Mineral Salt Medium (MSM). Pasir steril disini
berfungsi hanya sebagai media tanam plastik.
Plastik dimasukkan kedalam medium yang telah berisi
bakteri uji dengan menggunakan pinset steril hingga terendam
dalam medium. Botol ditutup dan diinkubasi selama 3 bulan.
Biodegradasi terjadi apabila terdapat penurunan berat kering
plastik selama masa inkubasi dibandingkan dengan berat kering
awal plastik.
Tabel 3.1 Variasi Perlakuan Plastik Uji Kode Jumlah isolat (ml) Jumlah MSM (ml)
K 0 350
P 35 315
Kx 35 315
P + Y1 17.5 + 17.5 315
P + Y2 17.5 + 17.5 315
Keterangan : K : Kontrol; P : isolat Pseudomonas murni; Kx : Isolat
Pseudomonas hasil inkubasi penelitian sebelumnya (kultur x) ; Y1:
Yeast M2.3 Candida; Y2 : Yeast R1.10 Debaryomyces.
3.2.4 Pemisahan dan pengukuran Optical Density (OD)
Potongan plastik diambil dari botol dengan menggunakan
pinset secara aseptis tiap 3 minggu sekali. Potongan plastik
tersebut dimasukkan ke dalam botol Falcon berisi 50 ml Aquades
19
steril dan divortex dengan kecepatan 2000 rpm selama 30 detik
untuk memisahkan biofilm yang menempel pada plastik uji.
Vortex diulangi sebanyak 5 kali. Biofilm yang telah terpisah dari
plastik kemudian diukur densitasnya menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm untuk
bakteri dan 540 nm untuk yeast. Sebagai pembanding digunakan
pengukuran OD pada kolom air. Perhitungan OD pada kolom air
diulangi sebanyak 3 kali. Kolom air dihitung besar pH dengan pH
meter setelah pengukuran OD kolom air.
3.2.5 Persentase kehilangan berat plastik
Potongan plastik yang telah tepisah dari biofilm disemprot
dengan alkohol 70% dan dikering anginkan. Setelah kering,
potongan plastik dioven pada pada suhu 80°C selama 24 jam dan
ditimbang berat keringnya
Kehilangan berat =
W1 = Berat kering awal sebelum degradasi (g)
Wf = Berat kering akhir setelah dengradasi (g)
3.3 Rancangan Penelitian dan Analisa Data
Data yang diperoleh berupa kurva pertumbuhan bakteri dan
kurva degradasi plastik yang diperoleh dari beberapa data seperti
yang tertera pada Tabel 3.2 dan Tabel 3.3. Rancangan penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan acak
lengkap. Analisa data menggunakan Analysis of Variant
(ANOVA) dengan menggunakan program Minitab. Hipotesisnya
adalah jenis inokulum berpengaruh terhadap biodegradasi plastik
untuk setiap jenis warna.
W1- Wf
W1 x 100%
20
H0: hasil degradasi setiap sumber inokulum tidak berpengaruh
signifikan terhadap degradasi plastik uji
H1: hasil degradasi setiap sumber inokulum berpengaruh
signifikan terhadap plastik uji.
Analisis data lanjutan yang digunakan adalah uji statistik
Tukey’s multiple range dengan signifikansi p ≤ 0.05.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sumber Inokulum
Penelitian yang dilakukan ini menggunakan bakteri Pseudomonas sp., Yeast Candida M2.3 dan Yeast Debaryomyces R1.10 koleksi Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Jurusan Biologi, ITS. Dari penelitian sebelumnya bakteri Pseudomonas sp. mampu mendegradasi plastik putih sebesar 3% - 9%, dan plastik hitam sebesar 3% - 6% (data tidak dipubilkasikan, 2014), sedangkan kedua inokulum yeast tersebut memiliki indeks lipolitik sebesar 1.73 untuk M2.3 Candida (Zunaidah dan Alami, 2014) dan 1.56 untuk R1. 10 Debaryomyces (Widiastutik dan Alami, 2014). Sebelum digunakan sebagai bakteri uji lebih lanjut, inokulum Pseudomonas dikonfirmasi ulang karakter kuncinya, yaitu sifat gram negatif (Gambar 4.1), katalase positif (Tabel 4.1 dan Lampiran 11), endospore (Tabel 4.1 dan Lampiran 11) dan oksidase (Tabel 4.1 dan Lampiran 11). Karakter yeast telah diidentifikasi pada penelitian sebelumnya (Tabel 4.1).
Gambar 4.1 Gram Negative Sel Bakteri Pseudomonas sp. yang Berwarna Merah.
22
Tabel 4.1 Karakter Biokimia Pseudomonas, Yeast R1.10 dan Yeast M2.3
Karakterisasi Bakteri Yeast
Pseudomonas R1.10 M2.3 Gram - Katalase + Endospora - Oksidase + Kapsul - Urease + - Fermentasi glukosa + +
Fermentasi sukrosa +
Fermentasi maltosa +
Fermentasi galaktosa +
Fermentasi laktosa -
(Widiastutik dan Alami,
2014)
(Zunaidah dan Alami,
2014)
4.2 Biodegradasi Plastik
Pada penelitian ini, inokulum yang akan diujikan diinokulasikan ke dalam medium MSM (Mineral Salt Medium) yang tidak mengandung sumber karbon. Proses biodegradasi diawali dengan menempelnya mikroorganisme pada plastik untuk memperoleh sumber C akibat medium yang tercekam karena hanya terdiri dari garam-garam mineral (Swift, 1997). Dengan demikian inokulum dicekam agar menggunakan sumber karbon dari plastik uji baik sebagai sumber C maupun energi (Gambar 4.2, Lampiran 7). Adanya penempelan dan pertumbuhan inokulum dalam penelitian ini ditunjukkan dengan pengukuran OD pada biofilm (Grafik 4.1, Lampiran 8-9). Selama proses degradasi, polimer pertama diubah menjadi monomer kemudian
23
24
25
monomer ini dimineralisasi. Polimer plastik memiliki ukuran yang terlalu besar untuk dapat melalui membaran sel, dengan menggunakan eksoenzim yang diproduksi oleh bakteri atau yeast, polimer plastik dipotong menjadi monomer yang lebih kecil sebelum dapat diserap dan didegradasi dalam sel mikroba sebagai sumber karbon dan energi (Swift, 1997). Proses perubahan tersebut ditunjukkan berupa persentase kehilangan berat kering dari plastik uji yang terdegradasi oleh aktivitas bakteri dan yeast (Grafik 4.1 dan Lampiran 8).
Gambar 4.2 Botol Uji Berisi Plastik Hitam, Transparan dan Putih (kiri-kanan) Setelah Inokulasi Inokulum Pseudomonas Sp.
Enzim- enzim yang berperan dalam proses degradasi
plastik antara lain esterase, lipase, protease dan urease (Russell et
al., 2011). Mekanisme kerja enzim itu sendiri terdiri dari dua tahap, yakni pertama enzim akan melekat pada molekul polietilen dan secara perlahan membuka gugus hidrolik, kemudian tahap kedua enzim intraselluler dan ekstra seluler dipolimerase yang dihasilkan oleh mikroorganisme akan mendegradasi polietilen (Tokiwa and Calabia, 2004). Ketika produk akhir yang dihasilkan berupa CO2, H2O, atau CH4, proses degradasi ini disebut mineralisasi (Frazer, 1994; Hamilton et al., 1995). Produk akhir tersebut yang keluar menuju lingkungan luar dapat memperkaya nutrisi . Pengkayaan nutrisi kolom air ini dideteksi dengan
26
pengukuran OD kolom air (Grafik 4.1 dan Lampiran 9) diasumsikan bahwa semakin kaya nutrisi di lingkungan kolom air maka jumlah kerapatan sel yang terdapat di kolom air tersebut juga meningkat. Berdasarkan persentase kehilangan berat kering, inokulum uji mampu menunjukkan proses degradasi plastik setelah 3 bulan masa inkubasi ( Grafik 4.1 dan Lampiran 8-9). Dalam penelitian ini proses degradasi antar warna plastik tidak dibandingkan, namun ditekankan pada perbedaan kemampuan jenis inokulum dalam mendegradasi plastik. Pada plastik hitam terlihat bahwa kemampuan degradasi setiap inokulun adalah sama selama masa inkubasi. Rata-rata kehilangan berat kering sebesar 1,5-3%. Sedangkan pada plastik putih dan transparan, kemampuan degradasi plastik setiap jenis inokulum berbeda. Secara statistika, terlihat bahwa jenis inokulum berpengaruh secara nyata terhadap degradasi plastik pada setiap warna kecuali pada plastik transparan (Tabel 4.2 dan Lampiran 10). Setiap jenis inokulum mampu untuk mendegradasi plastik dengan persentase kehilangan berat kering yang sama. Tabel 4.2 Rata-Rata Persentase Kehilangan Berat Kering Setelah 3 Bulan Masa Inkubasi
Perlakuan Plastik Hitam Plastik Putih Plastik
Transparan
Kx 1.965 ab 4.744 a 4.256 a P 2.692 a 3.299 a 4.499 a PY1 2.106 a 5.230 a 4.636 a PY2 1.490 ab 2.595 ab 3.586 a Kontrol -0.438 b -0.387 b 0.438 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Tukey ANOVA One
Way dengan tingkat kepercayaan 0,05. Kx : Inokulum Pseudomonas sp. hasil penelitian sebelumnya; P : Inokulum Pseudomonas sp. murni; PY1 : Inokulum Pseudomonas sp. dan Yeast M2.3 Candida; PY2 : Inokulum Pseudomonas sp. dan Yeast R. 10 Debaryomyces.
27
Dari Tabel 4.2 berdasarkan nilai rata-ratanya, secara umum terlihat bahwa inokulum Pseudomonas dan konsorsium PY2 (Pseudomonas dan R1.10 Debaryomyces) mampu mendegradasi plastik hitam, putih dan transparan dengan konstan (hitam sebesar 2,7%, putih sebesar 3,3% dan plastik transparan sebesar 4,5%) dan inokulum PY2 sebesar 1,5% untuk plastik hitam, putih sebesar 2.6% dan transparan sebesar 3.6%. Apabila dikaitkan dengan OD biofilm (Grafik 4.1 dan Lampiran 9), maka dapat terlihat jika persentase kehilangan berat kering plastik uji berkorelasi positif dengan laju pertumbuhan bakteri Pseudomonas. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri ini mampu tumbuh dengan memanfaatkan plastik sebagai sumber karbon biomassa maupun sumber energinya. Namun apabila dikaitkan dengan nilai OD kolom air, nilai cenderung menurun jika dibandingkan di biofilm. Hal ini dapat diasumsikan bahwa bakteri Pseudomonas lebih banyak tumbuh pada area biofilm atau melekat pada permukaan plastik untuk mempermudah cara mendapatkan sumber karbon. Bakteri pendegradasi plastik cenderung tumbuh membentukan biofilm pada permukaan plastik. Sifat polimer plastik seperti polietilen (PE) dan polistiren (PS) adalah hidrofobik, sehingga agar dapat menempel kuat pada sumber C-nya bakteri Pseudomonas harus mampu membentuk biofilm yang stabil (Sakharovski et al., 1999).
Apabila dilihat secara konsorsium yaitu campuran antara Pseudomonas dan Yeast M2.3 Candida (PY1), atau Pseudomonas
dan yeast R1.10 Debaryomyces (PY2), terlihat bahwa konsorsium PY1 mampu mendegradasi plastik lebih tinggi daripada PY2. Degradasi PY1 tertinggi terjadi pada plastik putih dengan rata-rata degradasi sebesar 5,2% setelah 3 bulan masa inkubasi. Bila dilihat pada Grafik 4.1, PY1 mampu mendegradasi plastik secara maksimal mulai pada minggu ke-6 sampai dengan minggu ke-9 (Panen 2 dan Panen 3) yaitu mencapai 5,6% dan 7,6%. Namun persentase kehilangan berat kering ini berkorelasi negatif dengan kerapatan sel biofilm dan berkorelasi positif dengan kerapatan sel PY1 di kolom air. Hasil ini dapat menjadi
28
indikasi bahwa konsorsium PY1 lebih cenderung memanfaatkan sumber karbon yang terdapat di dalam kolom air untuk pertumbuhannya dibandingkan dengan sumber karbon dari plastik. Shah et al. (2008) menyatakan bahwa pada umumnya, pemecahan suatu polimer besar membutuhkan beberapa mikroorganisme yang berbeda, satu jenis akan memecah polimer menjadi monomer utamanya, sedangkan satu jenis lain mampu menggunakan monomer paling sederhana dari hasil degradasi polimer dan jenis lain mampu menggunakan sisa ekskresi. Sumber karbon ini diasumsikan berasal dari degradasi plastik yang dilakukan oleh Pseudomonas atau yeast yang menempel di bofilm.
Jika dilihat dari hasil tersebut, ada dugaan bahwa adanya kecenderungan inokulum yang berbeda antara bakteri dan yeast. Bakteri cenderung hidup menempel pada biofilm sedangkan yeast tumbuh bebas pada kolom air. Adanya keseimbangan metabolisme yang dilakukan antara mikroorganisme biofilm dan dikolom air dapat diuji berkaitan dengan kestabilan pH selama masa inkubasi (Grafik 4.2). Pada umumnya adanya aktivitas mikroorganisme dalam mendegradasi suatu senyawa akan mempengaruhi pH lingkungan karena eksudat asam organik yang disekresikannya. Namun ada pula kemungkinan mikroorganisme yang hidup didalam kolom air mengkonsumsi eksudat asam organik tersebut sebagai sumber karbon sehingga pH akan tetap netral. Mikroorganisme sering merubah pH habitat mereka dengan menghasilkan asam atau produk samping metabolit primer. Mikroorganisme menghasilkan CO2, H2O, atau CH4, dalam proses mineralisasi hasil samping metabolit primer (Frazer, 1994; Hamilton et al., 1995). Mikroorganisme lain membuat lingkungan mereka menjadi lebih basa dengan menghasilkan amonia dari degradasi asam amino. Karena mikroorganisme yang sering mengubah pH lingkungannya, buffer sering ditambahkan pada media untuk mencegah penghambat petumbuhan oleh
29
Grafik 4.2 Fluktuasi pH Persentase Degradasi Setelah 3 Bulan Masa Inkubasi.
30
perubahan pH yang besar. Fosfat sering digunakan sebagai buffer (Willey, 2008). Dari pernyataan yang diungkapkan oleh Willey (2008) dapat diketahui jika pH pada botol uji tetap netral karena adanya peran buffer berupa fosfat yang terkandung di dalam medium MSM.
Plastik kresek belanja merupakan jenis polietilen hasil daur ulang. Dari Tabel 4.2 dan Lampiran 10 terlihat bahwa semua jenis inokulum mampu mendegradasi semua jenis warna plastik uji sebesar 1-5% dalam 3 bulan masa inkubasi, namun hasil degradasi terbesar ditunjukkan oleh inokulum PY1 (Pseudomonas
sp. dan Yeast M2.3 Candida) pada plastik putih yaitu sebesar 5,2%. Gambar 4.3 menunjukkan hasil analisa Screen Electron
Microscope (SEM) pada permukaan plastik putih PY1 dengan perbesaran yang berbeda. Analisa SEM digunakan untuk mengetahui adanya perubahan struktur serat pada permukaan plastik setelah polimer plastik didegradasi oleh inokulum uji. Berdasarkan Gambar 4.3, pori-pori pada plastik tidak dapat terlihat jelas dengan perbesaran hingga 20.000x. Hal ini diasumsikan bahwa polimer-polimer penyusun plastik kresek putih terlalu rapat akibat proses daur ulang bertingkst sehingga tidak dapat diamati dengan SEM. Hal ini juga dapat menjadi penyebab kecilnya proses degradasi pada plastik uji karena polimer-polimer penyusunnya yang terlalu rapat sehingga enzim yang bekerja untuk mendegradasi plastik diduga masih mendegradasi lapisan terluar plastik daur ulang tersebut.
31
Gambar 4.3 Struktur Permukaan Plastik Putih Setelah 9 Minggu Masa Inkubasi Dengan Inokulum PY1 dengan perbesaran 20.000x.
Kontrol merupakan plastik uji yang diinkubasi di dalam medium MSM (Mineral Salt Medium) tanpa ada tambahan inokulum dan diinkubasi selama 3 bulan. Hasil panen 1 (Grafik 4.1, Lampiran 8) menunjukkan bahwa nilai berat kering plastik uji bertambah jika dibandingkan dengan berat kering sebelum masa inkubasi. Hal ini diasumsikan karena adanya partikel-partikel medium yang berupa garam mineral yang masuk ke dalam serat plastik yang sudah cukup terbuka setelah adanya pre-treatment dengan menggunakan alkohol dan sinar UV. Kebanyakan jenis plastik akan cenderung menyerab radiasi dengan energi tinggi dalam spectrum bagian ultraviolet, dimana akan mengatifkan electron mereka menjadi lebih reaktif dan menyebab\kan oksidasi, pemutusan dan degradasi lainnya (Shah et al., 2008). Namun pada panen ke- 2 hingga panen ke- 4 (Grafik 4.1, Lampiran 9) menunjukkan terjadi pertumbuhan pada biofilm dan kolom air botol uji pada semua plastik uji. Sehingga ada kemungkinan proses degradasi terjadi karena ada mikroorganisme yang hidup dalam botol kontrol selama proses degradasi.
32
Pertumbuhan mikroorganisme ini kemungkinan terjadi karena adanya kontaminasi selama perlakuan. Bila dibandingkan dengan perlakuan, persentase kehilangan berat kering plastik pada kontrol masih rendah dibandingkan perlakuan dengan inokulum Pseudomonas penelitian sebelumnya, Pseudomonas murni, dan konsorsium Pseudomonas dan Yeast. Persentase kehilangan berat kering yang terjadi di kontrol dapat digunakan sebagai faktor koreksi. 4.3 Perbandingan Biodegradasi plastik inokulum
Pseudomonas, Kx dan Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan Grafik 4.3 dapat terlihat laju degradasi Kx yakni bakteri Pseudomonas yang berasal dari penelitian sebelumnya memiliki nilai degradasi plastik yang lebih besar jika dibandingkan dengan inokulum P (Pseudomonas murni). Namun pada plastik hitam keduanya memiliki kemampuan degradasi yang sama. Bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya (data tidak dipublikasikan, 2014) kemampuan degradasi kedua inokulum dalam penelitian ini masih rendah. Padahal penelitian ini menggunakan inokulum Kx yang berasal dari penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan degradasi setelah masa adaptasi pada penelitian sebelumnya.
Sebelum digunakan sebagai inokulum uji, inokulum Kx dari penelitian sebelumnya yang sudah berumur 4 bulan disubkultur terlebih dahulu dalam medium Nutrient Broth (NB) (Gambar 4.4). Perlakuan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali bakteri dan mengaktifkan sistem metabolismenya terlebih dahulu agar mampu hidup pada medium NB. Kemudian setelah terdeteksi adanya kemampuan tumbuh, maka inokulum Kx siap diujikan pada MSM yang hanya berisi garam-garam mineral.
33
Grafik 4.3 Perbandingan Persentase Kehilangan Berat Kering Dengan Penelitian Sebelunya (data tidak dipublikasikan, 2014).
Gambar 4.4 Subkultur Inokulum Kx Pada Medium NB.
Davis et al. (2005) menyatakan bahwa penambahan masa inkubasi akan meningkatkan jumlah organisme hidup, khususnya dalam medium dengan konsentrasi nutrisi yang rendah. Namun apabila dikaitkan dengan aktivitas enzim, semakin lama enzim diinkubasi dengan substratnya, maka semakin besar jumlah produk yang akan dihasilkan. Inokulum Kx sudah teradaptasi dengan plastik selama penelitian sebelumnya diasumsikan mampu mendegradasi plastik pada penelitian ini lebih cepat daripada penelitian sebelumnya. Namun pada penelitian ini didapatkan hasil yang sebaliknya. Menurunnya kemampuan inokulum Kx disebabkan oleh beberapa faktor yang antara lain adalah usia
34
inokulum Kx yang sudah 4 bulan dan tanpa proses subkultur di tenggang waktu tersebut. Subkultur baru dilakukan ketika inokulum Kx akan digunakan dalam uji lanjutan ini. Hal tersebut mungkin menyebabkan gen yang berperan dalam degradasi plastik sudah tidak diaktifkan kembali. Menurut Willey (2008), Banyak jenis enzim yang diproduksi hampir setiap saat karena enzim-enzim ini berfungsi dalam reaksi katalisis di dalam sel yang dibutuhkan secara rutin. Fungsi dari enzim-enzim ini sering disebut dengan housekeeping function dan gen yang mengkode enzim-enzim ini disebut housekeeping gene. Housekeeping gene
yang diekspresikan seara terus menerus disebut constitutive gene. Banyak gen yang diekspresikan hanya jika diperlukan, misalnya β-galaktosidase. Enzim ini bisa disebut juga sebagai inducible
enzyme. Inducible enzyme sendiri merupakan jenis enzim yang kerjanya akan meningkat dengan adanya molekul afektor kecil disebut inducer.
Pada penelitian ini, diduga bahwa inokulum Kx mengekspresikan enzim pendegradasi plastik dalam jumlah kecil sehingga nilai degradasi lebih kecil jika dibandingkan penelitian sebelumnya. Enzim yang digunakan dalam mendegradasikan plastik mungkin termasuk dalam inducible enzyme yang hanya akan bekerja maksimal dengan adanya inducer. Hal ini dikaitkan dengan metabolisme inokulum Kx sendiri yang sebenarnya tidak menggunakan polimer plastik sebagai sumber karbon maupun energi, namun karena kondisi yang tercekam maka bakteri harus mengekspresikan enzim tertentu yang mampu memecah polier plastik sehingga dapat digunakan sebagai sumber karbon maupun energi.
23
0 1 2 3 4
PANEN KE-
0 1 2 3 4
PANEN KE-
0 1 2 3 4
PANEN KE-
PLASTIK TRANSPARAN
-4
-2
0
2
4
6
8
10
0 1 2 3 4
% K
EH
ILA
NA
N B
ER
AT
KE
RIN
G
PANEN KE-
PLASTIK HITAM
0 1 2 3 4
PANEN KE-
PLASTIK PUTIH
-0.04
-0.02
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0 1 2 3 4
Ker
apat
an S
el B
iofi
lm λ
60
0 n
m
PANEN KE-
0 1 2 3 4
PANEN KE-
-0.04
-0.02
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0 1 2 3 4
Ker
apat
an S
el B
iofi
lm λ
54
0 n
m
PANEN KE-
0 1 2 3 4
PANEN KE-
0 1 2 3 4
PANEN KE-
0 1 2 3 4
PANEN KE-
Kx : Inokulum Pseudomonas sp. hasil penelitian sebelumnya;
P : Inokulum Pseudomonas sp. murni;
PY1 : Inokulum Pseudomonas sp. dan Yeast M2.3 Candida;
PY2 : Inokulum Pseudomonas sp. dan Yeast R. 10 Debaryomyces.
Grafik 4.1 Persentase Berat Kering Plastik Hitam, Putih dan Transparan; Kerapatan Sel Biofilm λ 600 nm dan λ 540 nm; Kerapatan Sel Kolom Air λ 600 nm dan
λ 540 nm.
-0.1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0 1 2 3 4
Ker
apat
an S
el K
olo
m A
ir λ
60
0
nm
PANEN KE-
-0.14
-0.04
0.06
0.16
0.26
0.36
0.46
0 1 2 3 4
Ker
apat
an S
el K
olo
m A
ir λ
54
0
nm
PANEN KE-
0 1 2 3 4
PANEN KE-
0 1 2 3 4
PANEN KE-
24
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa bakteri Pseudomonas Kx penelitian
degradasi plastik sebelumnya, bakteri Pseudomonas L1 murni
koleksi laboratorium dan konsorsium Pseudomonas L1 dan Yeast
(M2.3 Candida dan R1.10 Debaryomyces) mampu mendegradasi
plastik. Namun kemampuan degradasi plastik yang lebih tinggi
dimiliki oleh konsorsium Pseudomonas L1 dan Yeast (PY1) pada
plastik putih dengan nilai degradasi sebesar 5,6 – 7,6%.
5.2 Saran
Untuk penelitian lebih lanjut perlu adanya pendeteksian
enzim yang bekerja dalam proses degradasi plastik berasarkan
kemampuan isolat yang telah diuji.
36
“Halaman Ini Sengaja Dikosongkan”
37
DAFTAR PUSTAKA
Allen TW, LL, Burpee, dan JW. Buck. 2006. Variable adhesion
and diurnal population patterns of epiphytic yeasts on creeping
bentgrass. Can J Microbiol 52:404–410.
Arst, K. A. 2013. The Effect of Yeast as a Biodegradable Solution
in Decomposing Plastic and Bio Plastic Cup : Year 2. California
State Science Fair 2013 Project Summary No. J1001
Atlas RM, dan R. Bartha. 1997. Microbial Ecology:
Fundamentals and Applications. 4th Ed. Menlo Park, CA:
Benjamin/Cummings Publishing Company
Barlaz MA, RK. Ham, dan DM. Schaefer. 1989. Mass-balance
analysis of anaerobically decomposed refuse. J Environ
Eng;115:1088–102.
Barnes, DK, F. Galgani, RC. Thompson, dan M. Barlaz. 2009.
Accumulation and fragmentation of plastic debris in global
environments. Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci 364: 1985-
1998.
Bonhomme S, A. Cuer, AM. Delort, J. Lemaire, M. Sancelme,
dan C. Scott. 2003. Environmental biodegradation of
polyethylene. Polym Degrad Stab ;81:441-52.
Chiellini E, A. Corti, S. D’Antone, dan R. Baciu. 2006. Oxo-
biodegradable carbon backbone polymers: oxidative degradation
of polyethylene under accelerated test conditions. Polym Degrad
Stab ;91(11):2739-47.
Davis, K.E.R., S.J. Joseph dan P.H. Janssen. 2005. Effect of
Growth Medium, Inoculum Size, and Incubation Time on
38
Culturability and Isolation of Soil Bacteria. Appied and
Environmental Microbiology 71, No.2 : 826-834
Doi Y .1990. Microbial Polyesters. VCH Publishers, New York.
Ernst, W. G. 2000. Earth Systems : Processes and Issues.
Cambridge University Press. UK
Frazer AC. 1994. O-methylation and other transformations of
aromatic compounds by acetogenic bacteria. In: Drake HL,
editor. Acetogenesis. New York: Chapman & Hall; p. 445–83.
Glass J.E, dan G. Swift .1989. Agricultural and Synthetic
Polymers, Biodegradation and Utilization, ACS Symposium
Series 433. American Chemical Society, Washington DC.
Gu JD, TE. Ford, DB. Mitton, dan R. Mitchell .2000. Microbial
degradation and deterioration of polymeric materials. Revie
RW (eds) In: Uhlig Corrosion Handbook. (2ndedn) John Wiley
& Sons, New York.
Hamilton JD, KH. Reinert, JV. Hogan, dan WV. Lord. 1995.
Polymers as solid waste in municipal landfills. J Air Waste
Manage Assoc;43:247–51.
Heredia A . 2003. Biophysical and biochemical characteristics of
cutin, a plant barrier biopolymer. Biochim Biophys Acta Gen
Subj 1620:1–7.
Joel, F.R. 1995. Polymer Science & Technology: Introduction
to polymer science, Eds. 3, Pub: Prentice Hall PTR Inc., Upper
Saddle River, New Jersey 07458; p: 4–9.
Kaseem, M., K. Hamad, dan F. Deri. 2012. Thermoplastic
starch blends: A review of recent works. Vol 54: 165-176.
39
Kitamoto, H.K., Y. Shinozaki, X. Cao1, T. Morita, M. Konishi,
K. Tago1, H. Kajiwara, M. Koitabashi, S. Yoshida, T. Watanabe,
Y. Sameshima-Yamashita,T. Nakajima-Kambe dan Seiya
Tsushima1. 2011. Phyllosphere yeasts rapidly break down
biodegradable plastics. AMB Express. 1 : 44
Krupp L R, dan W J. Jewell. 1992. Biodegradability of modified
plastic films in controlled biological environments. Environ
Technol 26: 193-198.
Leja, K., dan G. Lewandowicz. 2009. “Polymer Biodegradation
and Biodegradable Polymer-A review”. Polish Journal. of
Environmental Study Vol 2 : 255-266.
Madigan, M.T., J. Martinko dan J. Parker. 2012. Brock Biology
of Microorganism 13th Ed. San Fransisco. Benjamin Cummings.
Moore, E.R.B, B. J. Tindall, V.A.P M.D. Santos, D.H. Pieper, J.
Ramos dan Palleroni, N.J. 2006. Nonmedical : Pseudomonas.
Prokaryotes 6:646–703
Mueller RJ. 2006. Biological degradation of synthetic
polyesters—enzymes as potential catalysts for polyester
recycling. Proc Biochem 2006;41:2124–8.
Narayan R. 1993. Biodegradation of polymeric materials
(anthropogenic macromolecules) during composting. In:
Hoitink HAJ, Keener HM, editors. Science and Engineering of
Composting: Design, Environmental, Microbiological and
Utilization Aspects. Washington, OH: Renaissance Publishers;
1993. p. 339–62.
Norman RS, R. Frontera-Suau, dan PJ. Morris. 2002. Variability
in Pseudomonas aeruginosa lipopolysaccharide expression during
40
crude oil degradation. Appl Environ Microbiol ;68(10):5096-
103.
O’Brine T, dan RC. Thompson. 2010. Degradation of plastic
carrier bags in the marine environment. Marine Pollution
Bulletin 60: 2279-2283.
Pavia DL, GM. Lampman, dan GS. Kriz. 1988. Introduction to
Organic Laboratory Techniques. 3rd Ed. Fort Worth, TX:
Saunders
Pospisil J, dan S. Nespurek. 1997. Highlights in chemistry and
physics of polymer stabilization. Macromol Symp 115:143-63.
Rao, T.S. A.A. 2011. New Insights on Winogradsky Columns :
Simulation of Cntaminated Subsurface Systems for Low Cost,
Sustainable Bioremediation. Scholary Research Paper. Grin
Verlag, Druck und Bindung : Books on Deemand GmbH,
Norderstedt Germany
Rivard C, L. Moens, K. Roberts, J. Brigham, dan S. Kelley. 1995.
Starch esters as biodegradable plastics: Effects of ester group
chain length and degree of substitution on anaerobic
biodegradation. Enz Microbial Tech (17): 848–52.
Rogan, B., M. Lemke, M. Levandowsky, dan T. Gorrell. 2005.
Exploring the Sulfur Nutrient Cycle Using the Winogradsky
Column. The American Biology Teacher, Volume 67, No. 6 :
348-356
Russell, JR., J. Huang, P Anand, K. Kucera, AG Sandoval, et al.
2011. Biodegradation of Polyester Polyurethane by Endhophytic
Fungi. Appl Environ Microbial 77: 6075-6084
41
Sabir, I. 2004. Plastic Industry in Pakistan. http:// www. jang.
com. pk/ thenews /investors /nov2004 / index .html.
Sakharovski, W. D.L. Nikitan, dan V.G. Sakharovski. 1999.
Physiological Characterization of The Survival of Some Gram
Negative Bacteria Under Conditions of Carbon Deficiency. Appl
Biochem Microbial 35: 380-388
Schneiter, R. 2004. Genetic, Molecular and Cell Biology of
Yeast. Universitas Friburgensis Press. Switzerland.
Scott G. 1999. Polymers in modern life. In: Polymers and the
Environment. UK: Royal Society of Chemistry.
Seo, H., H. Um, J. Min, S. Rhee, T. Cho, Y. Kim dan J. Lee.
2007. Pseudozyma jejuensis sp. nov., a novel cutinolytic
ustilaginomycetous yeast species that is able to degrade plastic
waste. Federation of European Microbiological Societies:
Yeast Res 7 :1035–1045
Seymour RB. 1998. Polymer science before&after : notable
developments during the lifetime of Maurtis Dekker. J
Macromol Sci Chem ;26:1023–32.
Shah AA, dan H. Fariha.2008. Biological degradation of plastics:
A comprehensive review. Biotechnology Advances 26: 246-265.
Shimao M. 2001. Biodegradation of plastics. Current Opinion
Biotechnology 12:242-247.
Singh B. and N. Sharma. 2008. Mechanitic Inplications of Plastic
Degradation. Polymer Degradation and Stability 93 : 561-584.
Sivan A .2011. New Perspectives in plastic biodegradation. Curr
Opin Biotechnol 22: 422-426.
42
Swift G. 1997. Non-Medical Biodegradable Polymers:
Environmentally Degradable Polymers. In: Domb AJ, Kost J,
Wiseman DM, editors. Handbook of Biodegradable
Polymers.Amsterdam:HarwoodAcademic. p. 473–511.
Tokiwa Y, B.P. Calabia, C.U. Ugwu, dan S. Aiba. 2009.
Biodegradability of plastics. Int J Mol Sci 10: 3722-3742.
Tora, F., M. Buccolini, S. Rosseti dan V. Tandoi. 2014. A new
Model System for Monitoring the Biofilm Growth and its
Application in Industrial Processes. Chemical Engineering
Transactions. Vol. 38 : 55-60.
Widiastutik, N. dan N.H. Alami. 2014. Isolasi dan Identifikasi
Yeast dan Rhizosfer Rhizophora mucronata Wonorejo. Jurnal
Sains dan Seni POMITS. Vol. 3, No. 1 : E11-E16.
Willey, J.M, L.M. Sherwood dan C. J. Woolverton. 2008.
Prescott, Harley and Klein’s Microbiology 7th Edition.
McGraw-Hill : New York.
Zunaidah, S. dan N. H. Alami. 2014. Isolasi dan Karakterisasi
Yeast dan Rhizosphere Avicennia marina Wonorejo. Jurnal
Sains dan Seni POMITS. Vol. 3, No. 1 : E7-E10.
43
LAMPIRAN
Lampiran 1: Komposisi Mineral Salt Medium (MSM)
Nama Bahan Jumlah (g/L)
NA2HPO4 3,6
(NH4)O2 SO4 1,0
KH2PO4 1,6
MgSO4 1,0
Fe(NH4) citrate 0,01
CaCl2, 2 H2O 0,1
Trace element 0,01
Lampiran 2: Komposisi Medium Nutrient Agar (NA) (Oxoid)
Nama Bahan Jumlah (g/L)
‘Lab-Lemco’ Powder 1,0
Peptone 5,0
Yeast exstract 2,0
Sodium Chloride 5,0
Agar 15,0
Lampiran 3: Komposisi Medium Nutrient Broth (NB)
Nama Bahan Jumlah (g/L)
‘Lab-Lemco’ Powder 1,0
Peptone 5,0
Yeast exstract 2,0
Sodium Chloride 5,0
44
Lampiran 4: Komposisi Medium Yeast Malt Extract Agar
(YMEA)
Nama Bahan Jumlah (g/L)
Ekstrak yeast 3,0
Ekstrak malt 3,0
Pepton 5,0
Glukosa 10,0
Agar 20,0
Lampiran 5: Komposisi Medium Yeast Malt Broth (YMB)
Nama Bahan Jumlah (g/L)
Ekstrak yeast 3,0
Ekstrak malt 3,0
Pepton 5,0
Glukosa 10,0
45
Lampiran 6 : Skema Kerja
Persiapan Plastik Uji
Peremajaan dan Pembuatan
Starter Isolat Murni
Biodegradasi Plastik
Pemisahan dan Pengukuran
Optical Density (OD)
Persentase Kehilangan Berat
Kering
Analisa Data Dengan ANOVA
OnOne Way Dengan Tingkat
Kepercayaan 0.05.
46
Lampiran 7 : Foto Botol Uji
Botol Uji Berisi Inokulum, Pasir Steril dan Inokulum Uji
Pengulangan Hitam Putih Transparan
Kx
P
PY1
PY2
47
Lampiran 8 : Hasil Perhitungan Persentase Kehilangan Berat
Kering
Tabel 1. % Kehilangan Berat Kering Plastik Hitam Panen 1
Pengulangan Kontrol Kx PY1 PY2 P
1 -1.00000 1. 60183 1.7467 2.8497 2.7719
2 -2.00000 3.52941 1.6667 1.7544 1.8000
3 -2.00000 1.57068 1.7391 2.0997 0.4739
4 -2.00000 2.77078 1.2391 1.9656 1.5766
Rata-rata -1.75 2.36818 1.59805 2.16737 1.65559
Tabel 2. % Kehilangan Berat Kering Plastik Hitam Panen 2
Pengulangan Kontrol Kx PY1 PY2 P
1 0.00000 1.79372 1.13636 2.61905 1.67910
2 0.00000 1.14679 1.64319 2.09205 1.06007
3 0.00000 -0.21368 1.86916 1.82232 1.27119
4 0.00000 0.87336 2.21729 1.75055 1.35135
Rata-rata 0.00000 0.90005 1.71650 2.07099 1.34043
Tabel 3. % Kehilangan Berat Kering Plastik Hitam Panen 3
Pengulangan Kontrol Kx PY1 PY2 P
1 0.00000 2.97483 1.76211 1.59453 19.02985
2 0.00000 2.02703 4.77454 0.66667 1.14286
3 0.00000 0.50251 1.54867 2.69151 0.78125
4 0.00000 2.79898 1.55556 0.00000 1.66976
Rata-rata 0.00000 2.07584 2.41022 1.23818 5.65593
48
Tabel 4. % Kehilangan Berat Kering Plastik Hitam Panen 4
Pengulangan Kontrol Kx PY1 PY2 P
1 0.00000 2.09302 1.55440 0.00000 2.218430
2 0.00000 2.80374 4.18327 1.31579 2.582160
3 0.00000 2.09790 2.77136 0.61224 2.836879
4 0.00000 3.07018 2.28426 0.00000 3.168317
Rata-rata 0.00000 2.51621 2.69832 0.48201 2.70145
Tabel 5. % Kehilangan Berat Kering Plastik Putih Panen 1
Pengulangan Kontrol Kx PY1 PY2 P
1 -3.00000 4.2735 5.1181 3.9623 3.4632
2 -2.00000 17.2862 4.0179 3.7906 5.1878
3 -3.00000 3.0741 3.4934 5.3279 5.2209
4 -3.00000 4.1485 3.3898 5.2743 5.6537
5 -3.00000 4.6414 5.5670 4.4000 2.6749
Rata-rata -2.80000 6.68474 4.31725 4.55100 4.44011
Tabel 6. % Kehilangan Berat Kering Plastik Putih Panen 2
Pengulangan Kontrol Kx PY1 PY2 P
1 0.00000 2.8571 5.8719 2.2075 3.8697
2 0.00000 3.6364 5.7426 2.7197 6.1224
3 0.00000 2.7344 5.8394 2.7675 4.1394
4 0.00000 2.6369 5.1064 2.2928 3.3074
Rata-rata 0.00000 2.96620 5.64006 2.49687 4.35973
49
Tabel 7. % Kehilangan Berat Kering Plastik Putih Panen 3
Pengulangan Kontrol Kx PY1 PY2 P
1 1.00000 3.1120 3.9916 3.0181 2.1834
2 0.00000 2.9148 3.3259 1.4644 4.2553
3 1.00000 1.8109 3.8136 0.8475 2.7335
4 0.00000 16.8654 19.5212 0.2020 1.8443
Rata-rata 0.50000 6.17578 7.66307 1.38301 2.75412
Tabel 8. % Kehilangan Berat Kering Plastik Putih Panen 4
Pengulangan Kontrol Kx PY1 PY2 P
1 2.00000 3.2381 2.3346 2.5743 1.101322
2 1.00000 3.7267 5.3012 2.0121 0.193798
3 0.00000 3.2051 2.6316 4.4968 0.538600
4 0.00000 2.4194 2.9289 3.1621 4.732510
Rata-rata 0.75000 3.14732 3.29907 3.06129 1.64156
Tabel 9. % Kehilangan Berat Kering Plastik Transparan Panen 1
Pengulangan Kontrol Kx PY1 PY2 P
1 0.00000 2.4390 4.4248 4.4818 3.7135
2 -1.00000 2.5157 5.0725 2.4096 4.2254
3 -1.00000 27.3171 20.5446 19.2802 5.1919
4 0.00000 4.0767 3.8462 3.6789 2.9817
Rata-rata -0.50000 9.08714 8.47199 7.46264 4.02810
50
Tabel 10. % Kehilangan Berat Kering Plastik Transparan Panen 2
Pengulangan Kontrol Kx PY1 PY2 P
1 1.00000 2.6706 4.3597 2.9661 0.8772
2 1.00000 2.0000 9.0090 3.2941 -0.2577
3 2.00000 5.7057 6.1404 2.4145 22.0657
4 1.00000 1.5060 2.4691 3.3632 13.1183
Rata-rata 1.25000 2.97059 5.49454 3.00948 8.95087
Tabel 11. % Kehilangan Berat Kering Plastik Transparan Panen 3
Pengulangan Kontrol Kx PY1 PY2 P
1 1.00000 3.0189 2.2624 3.0395 3.5874
2 1.00000 3.6745 1.2346 3.4121 4.5822
3 1.00000 3.1447 1.0453 -0.2469 2.0270
4 1.00000 4.0741 2.2500 1.0000 2.0305
Rata-rata 1.00000 3.47803 1.69808 1.80117 3.05678
Tabel 12. % Kehilangan Berat Kering Plastik Transparan Panen 4
Pengulangan Kontrol Kx PY1 PY2 P
1 0.00000 -0.8677 2.0725 3.9627 0.470588
2 1.00000 0.2532 5.1515 0.6452 2.150538
3 0.00000 5.1282 1.3423 3.1250 4.477612
4 -1.00000 3.7037 4.7431 2.8708 2.247191
Rata-rata 0.00000 1.48924 2.87987 2.07086 1.95968
51
Lampiran 9 : Hasil pengukuran Optical Density (OD)
Tabel 1. Optical Density (OD) Biofilm Plastik Hitam λ 600 nm
Panen Kx P PY1 PY2 K
1 0.016 0.032167 0.0175 0.010167 0.003167
2 0.035667 0.017667 0.026 0.0245 0.007
3 0.0335 0.056833 0.030667 0.0375 0.018833
4 0.030333 0.0045 0.018167 0.016833 0.043167
Tabel 2. Optical Density (OD) Biofilm Plastik Hitam λ 540 nm
Panen PY1 PY2 K
1 0.0135 0.0115 0.004
2 0.030167 0.033333 0.009167
3 0.031333 0.043333 0.024333
4 0.019833 0.0255 0.043833
Tabel 3. Optical Density (OD) Kolom Air Plastik Hitam λ 600 nm
Panen Kx P PY1 PY2 K
1 0.005 0.021833 0.052833 0.044833 0.012167
2 0.009 0.000167 0.044 0.018 -0.02
3 0.029333 0.020667 0.0135 0.016867 0.01
4 0.004833 0.018333 0.109667 0.001167 0.008667
52
Tabel 4. Optical Density (OD) Kolom Air Plastik Hitam λ 540 nm
Panen PY1 PY2 K
1 0.0495 0.053 0.008833
2 0.055167 0.026 -0.02067
3 0.018833 0.028 0.015167
4 0.0768 -0.0015 0.0135
Tabel 5. Optical Density (OD) Biofilm Plastik Putih λ 600 nm
Panen Kx P PY1 PY2 K
1 0.013833 0.013833 0.013667 0.00875 0.002667
2 0.031667 0.0415 0.036 0.018667 0.006667
3 0.033 0.0415 0.0495 0.0305 0.022833
4 0.024833 0.005833 0.031667 0.014833 0.028
Tabel 6. Optical Density (OD) Biofilm Plastik Putih λ 540 nm
Panen PY1 PY2 K
1 0.016 0.0125 0.0015
2 0.041 0.018 0.009333
3 0.039167 0.039167 0.0345
4 0.029333 0.029333 0.014667
53
Tabel 7. Optical Density (OD) Kolom Air Plastik Putih λ 600 nm
Panen Kx P PY1 PY2 K
1 0.019833 0.016833 0.062667 0.062 0.008833
2 0.009 0.008833 0.044667 0.0275 -0.01617
3 0.027167 0.025667 0.029667 0.0415 0.019167
4 0.0265 0.000667 0.193333 0.0025 0.057333
Tabel 8. Optical Density (OD) Kolom Air Plastik Putih λ 540 nm
Panen PY1 PY2 K
1 0.083833 0.105833 0.011333
2 0.053167 0.038833 -0.015
3 0.0365 0.048 0.034167
4 0.385167 -0.003 0.068667
Tabel 9. Optical Density (OD) Biofilm Transparan λ 600 nm
Panen Kx P PY1 PY2 K
1 0.0055 0.028333 0.0275 0.014333 0.006167
2 0.036 0.0335 0.036333 0.016833 0.008
3 0.054 0.049 0.039833 0.051333 0.018167
4 0.024667 0.0045 0.013 0.014167 0.039833
54
Tabel 10. Optical Density (OD) Biofilm Transparan λ 540 nm
Panen PY1 PY2 K
1 0.0285 0.017333 0.005667
2 0.039333 0.021833 0.008167
3 0.044 0.0365 0.021
4 0.017167 0.0155 0.047
Tabel 11. Optical Density (OD) Kolom Air Plastik Transparan
λ 600 nm
Panen Kx P PY1 PY2 K
1 0.011833 0.023667 0.026 0.063167 0.009167
2 0.018 0.015333 0.029833 0.058833 -0.01133
3 0.015833 0.027833 0.0285 0.046167 0.0105
4 0.023833 0.002333 0.0535 0.0135 0.059833
Tabel 12. Optical Density (OD) Kolom Air Plastik Transparan
λ 540 nm
Panen PY1 PY2 K
1 0.034833 0.077667 0.010333
2 0.038 0.071333 -0.0105
3 0.038 0.059 0.012667
4 0.028167 0.025667 0.065333
55
Lampiran 10 : Hasil Analisa ANOVA One Way
Plastik Hitam
Source DF SS MS F P
Factor 4 22,95 5,74 4,61 0,013
Error 15 18,66 1,24
Total 19 41,61
S = 1,115 R-Sq = 55,16% R-Sq(adj) = 43,20%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev -+---------+---------+---------+--------
Kontrol 4 -0,438 0,875 (-------*-------)
Kx 4 1,965 0,733 (-------*-------)
PY1 4 2,106 0,533 (-------*-------)
PY2 4 1,490 0,791 (-------*-------)
P 4 2,692 2,002 (-------*-------)
-+---------+---------+---------+--------
-1,5 0,0 1,5 3,0
Pooled StDev = 1,115
Grouping Information Using Tukey Method
N Mean Grouping
P 4 2,692 A
PY1 4 2,106 A
Kx 4 1,965 A B
PY2 4 1,490 A B
Kontrol 4 -0,438 B
Means that do not share a letter are significantly different.
Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals
All Pairwise Comparisons
Individual confidence level = 99,25%
56
Plastik Putih
Source DF SS MS F P
Factor 4 78,78 19,70 6,92 0,002
Error 15 42,68 2,85
Total 19 121,46
S = 1,687 R-Sq = 64,86% R-Sq(adj) = 55,49%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev ---------+---------+---------+---------+
Kontrol 4 -0,387 1,638 (------*-------)
Kx 4 4,744 1,960 (------*------)
PY1 4 5,230 1,884 (------*------)
PY2 4 2,595 1,525 (------*-------)
P 4 3,299 1,350 (------*------)
---------+---------+---------+---------+
0,0 2,5 5,0 7,5
Pooled StDev = 1,687
Grouping Information Using Tukey Method
N Mean Grouping
PY1 4 5,230 A
Kx 4 4,744 A
P 4 3,299 A
PY2 4 2,595 A B
Kontrol 4 -0,387 B
Means that do not share a letter are significantly different.
Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals
All Pairwise Comparisons
Individual confidence level = 99,25%
57
Plastik Transparan
Source DF SS MS F P
Factor 4 48,98 12,25 1,64 0,216
Error 15 111,88 7,46
Total 19 160,86
S = 2,731 R-Sq = 30,45% R-Sq(adj) = 11,90%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
Level N Mean StDev --------+---------+---------+---------+-
Kontrol 4 0,438 0,826 (--------*---------)
Kx 4 4,256 3,329 (---------*---------)
PY1 4 4,636 3,009 (--------*---------)
PY2 4 3,586 2,636 (---------*---------)
P 4 4,499 3,086 (---------*---------)
--------+---------+---------+---------+-
0,0 3,0 6,0 9,0
Pooled StDev = 2,731
Grouping Information Using Tukey Method
N Mean Grouping
PY1 4 4,636 A
P 4 4,499 A
Kx 4 4,256 A
PY2 4 3,586 A
Kontrol 4 0,438 A
Means that do not share a letter are significantly different.
Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals
All Pairwise Comparisons
Individual confidence level = 99,25%
58
Lampiran 11 : Uji Konfirmasi
Uji Katalase
Perlakuan Foto Hasil
P1
+
P2
+
P3
+
59
Uji Endospora
Perlakuan Foto Hasil
P1
-
P2
-
P3
-
60
Uji Oksidase
Perlakuan Foto Hasil
P1
+
P2
+
P3
+
61
BIODATA PENULIS
Penulis dilahirkan di Magetan pada
tanggal 14 September 1993 sebagai anak
pertama dari dua bersaudara. Penulis
merupakan alumni dari SMPN 1
Kawedanan. Pada tahun 2011 penulis
lulus dari SMA Negeri 1 Kawedanan
dan pada tahun yang sama lulus seleksi
masuk ITS melalui jalur Undangan
Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan
bantuan beasiswa Bidik Misi pada
jurusan Biologi FMIPA ITS.
Selama kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember
penulis pernah bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Biologi
ITS sebagai Ketua Departemen Entrepreneur. Perempuan yang
hobi membaca dan mendengarkan musik ini, mengikuti berbagai
macam pelatihan kepribadian dan pengembangan karakter yang
diselenggarakan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya. Penulis juga merupakan lulusan dari Latihan
Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM
TD) Biologi ITS.
Sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah Tugas
Akhir dalam studi Strata-1, maka penulis melakukan penelitian
dengan judul “Potensi Isolat Bakteri Pseudomonas dan Yeast
Sebagai Pendegradasi Plastik” di bawah bimbingan ibu Dr. rer.
nat. Ir. Maya Shovitri, M.Si
62
“Halaman ini sengaja dikosongkan”