52
Disability pada Anak dr Johnny Rompis, SpA IKA FK Unsrat

PP Disability Pada Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bv

Citation preview

Page 1: PP Disability Pada Anak

Disability pada Anak

dr Johnny Rompis, SpAIKA FK Unsrat

Page 2: PP Disability Pada Anak

TUNA RUNGU

Page 3: PP Disability Pada Anak

Ilustrasi• Dadi seorang anak yang menderita gangguan pendengaran

sejak lahir, awalnya orangtuanya tidak menduga jika Dadi tunarungu.

• Mula-mula Dadi dianggapnya anak yang baik jarang menangis dan pendiam, tetapi lama-kelamaan setelah usia Dadi hampir 2 tahun belum dapat bicara seperti pada anak umumnya serta tidak pernah merespon suara yang ada disekelilingnya, pada saat itulah orang tuanya curiga terhadap perkembangan, dan kondisi Dadi yang sering seperti orang terkejut jika bertemu dengan orang lain yang datang dari belakang atau yang muncul tiba-tiba.

• Maka Dadi dibawa konsultasi ke dokter ahli THT dan setelah menjani pemeriksaan pendengaran dinyatakan jika ia menderita ketunarunguan.

Page 4: PP Disability Pada Anak

PENDAHULUAN• Tuli, tunarungu, atau gangguan dengar adalah

kondisi fisik yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara.

• Untuk menentukan jenis dan derajat ketulian dapat diperiksa dengan audiometri

• Disamping dengan pemeriksaan audiometri, ambang respon seseorang terhadap bunyi dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry, dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat diajak komunikasi atau anak kecil.

Page 5: PP Disability Pada Anak

PENDAHULUAN• Istilah tunarungu digunakan untuk orang yang mengalami

gangguan pendengaran yang mencakup tuli dan kurang dengar.

• Orang yang tuli adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran (lebih dari 70 dB) yang mengakibatkan kesulitan dalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya sehingga ia tidak dapat memahami pembicaraan orang lain baik dengan memakai maupun tidak memakai alat bantu dengar.

• Orang yang kurang dengar adalah orang yang mengalami kehilangan pendengaran (sekitar 27 sampai 69 dB) yang biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya memungkinkan untuk memproses informasi bahasa sehingga dapat memahami pembicaraan orang lain.

Page 6: PP Disability Pada Anak

PENDAHULUAN• Tuna rungu-wicara masalah utamanya adalah

dalam perkembangan bicaranya, kemampuan berbahasa dan kesulitan dalam keterampilan komunikasi baik verbal maupun non verbal.

• Biasanya dimulai dengan evaluasi alat bicara, kemampuan bicara dan kemampuan mendengar.

• Program rehabilitasi yang diberikan biasanya adalah program bicara dan pendengaran, program rekreasi, program vokasional, program psikologis, program pelayanan sosial dan progaram pendidikan dan latihan.

Page 7: PP Disability Pada Anak

KLASIFIKASIA. Berdasarkan tingkat kehilangan

pendengaranB. Berdasarkan saat terjadinyaC. Berdasarkan letak gangguan pendengaran

secara anatomisD. Berdasarkan etiologi atau asal usulnya

Page 8: PP Disability Pada Anak

KLASIFIKASIA. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran

Tuna rungu sangat ringan (0 – 25 dB) Tuna rungu ringan (30 – 40 dB) Tuna rungu sedang (40 – 60 dB) Tuna rungu berat (60 – 70 dB) Tuli dan tuli berat (70 dB dan atau lebih) Total deafness (Tuli total)

B. Berdasarkan saat terjadinya1. Ketunarunguan Prabahasa (Prelingual Deafness)2. Ketunarunguan Pasca Bahasa (Post Lingual Deafness)

Page 9: PP Disability Pada Anak

KLASIFIKASIC. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis

1. Tuli/Gangguan Dengar Konduktif adalah gangguan dengar yang disebabkan kelainan di telinga bagian luar dan/atau telinga bagian tengah, sedangkan saraf pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.

2. Tuli/Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural disebabkan oleh kerusakan saraf pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar atau tengah.

3. Tuli/Gangguan Dengar Campuran yaitu gangguan yang merupakan campuran kedua jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di telinga bagian luar dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf pendengaran.

Page 10: PP Disability Pada Anak

KLASIFIKASID. Berdasarkan etiologi atau asal usulnya

1. Tunarungu Endogen, yaitu tuna rungu yang diturunkan oleh orang tuanya atau pembawaan.

2. Tunarungu Eksogen, yaitu tuna rungu yang disebabkan oleh suatu penyakit atau kecelakaan.

Page 11: PP Disability Pada Anak

KARAKTERISTIK• Segi Fisik

Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk. Akibat terjadinya permasalahan pada organ keseimbangan pada telinga, menyebabkan anak-anak tunarungu mengalami kekurangseimbangan dalam aktivitas fisiknya.

Pernapasannya pendek, dan tidak teratur. Anak-anak tunarungu tidak pernah mendengarkan suara-suara dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sulit bersuara atau mengucapkan kata-kata dengan intonasi yang baik, maka mereka tidak terbiasa mengatur pernapasannya dengan baik, khususnya saat bicara.

Penglihatan merupakan salah satu indra yang paling dominan bagi anak-anak penyandang tunarungu, dimana sebagian besar pengalamanannya diperoleh melalui penglihatan. Oleh karena itu anak-anak tunarungu juga dikenal sebagai anak visual, sehingga cara melihatpun selalu menunjukkan keingintahuan yang besar dan terlihat beringas.

Page 12: PP Disability Pada Anak

KARAKTERISTIK• Segi Bahasa

Miskin akan kosa kata. Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan, atau idiomatic . Tatabahasanya kurang teratur

• IntelektualKemampuan intelektualnya normal. Namun akibat

keterbatasan dalam berkomunikasi dan berbahasa, perkembangan intelektual menjadi lamban

Perkembangan akademiknya lamban akibat keterbatasan bahasa. Seiring terjadinya kelambanan dalam perkembangan intelektualnya akibat adanya hambatan dalam berkomunikasi, maka dalam segi akademiknya juga mengalami keterlambatan.

Page 13: PP Disability Pada Anak

KARAKTERISTIK• Emosi dan Penyesuaian Sosial

Sering merasa curiga. Sikap seperti ini terjadi akibat adanya kelainan fungsi pendengarannya. Mereka tidak dapat memahami apa yang dibicarakan oranglain, sehingga anak-anak tunarungu menjadi mudah merasa curiga.

Sering bersikap agresif

Page 14: PP Disability Pada Anak

CEREBRAL PALSY

Page 15: PP Disability Pada Anak

Ilustrasi• Dini seorang anak cerebral palsy, sejak kecil dia mengalami

kelumpuhan atau kelayuhan pada anggota gerak sebelah kanan yaitu tangan dan kaki kanannya yang disertai gangguan pada otot motorik wicara. Dini jika berjalan terlihat sempoyongan, dan bila bicara sulit untuk dimengerti orang lain.

• Pada awalnya oleh lingkungan dia dianggap sebagai anak yang tidak normal mentalnya. Tetapi lama-kelamaan lingkungan menyadari bahwa dia memahami dan mengerti apa yang di bicarakan orang lain, tetapi sangat sulit untuk ekspresi responnya secara verbal maupun motorik lainnya.

• Setelah dia bersekolah di sekolah khusus atau SLB untuk anak-anak tunadaksa, dia dapat mengekspresikan maksudnya dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan dan sedikit dapat dimengerti orang lain.

Page 16: PP Disability Pada Anak

SEJARAH• Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah

William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum.

• Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis.

• Walaupun serebral palsi pertama kali dilaporkan pada tahun 1827 oleh Cazauvielh, dan kemudian digambarkan dan di perdebatkan oleh dokter seperti Little, Freud, Osler, dan Phleps, patogenesis gangguan ini tetap tidak dimengerrti secara jelas.

Page 17: PP Disability Pada Anak

SEJARAH• Walaupun sulit, etiologi cerebral palsy perlu

diketahui untuk tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan.

• Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi - disiplin dalam penanganan penderita cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Di samping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.

Page 18: PP Disability Pada Anak

PENGERTIAN• Cerebral palsy adalah keadaan kerusakan

jaringan otak yang permanen dan tidak progresif.

• Terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan serebellum dan kelainan mental.

Page 19: PP Disability Pada Anak

PENGERTIAN• Istilah serebral palsi merupakan istilah yang

digunakan untuk menggambarkan sekelompok gangguan gerakan, postur tubuh, dan tonus yang bersifat nonprogresif, berbeda-beda kronis dan akibat cedera pada sistem saraf pusat selama awal masa perkembangan.

Page 20: PP Disability Pada Anak

PENGERTIAN• Suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada

suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.

• Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral.

Page 21: PP Disability Pada Anak

KARAKTERISTIK• Gangguan Motorik

Gangguan motoriknya berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan, gerakan ritmis dan gangguan keseimbangan. Gangguan motorik ini meliputi motorik kasar dan motorik halus.

• Gangguan Sensorik Pusat sensoris pada manusia terletak di otak, mengingat

anak cerebral palsy adalah anak yang mengalami kelainan di otak, maka sering anak cerebral palsy disertai gangguan sensorik, beberapa gangguan sensorik antara lain penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan perasa. Gangguan penglihatan pada cerebral palsy terjadi karena ketidakseimbangan otot-otot mata sebagai akibat kerusakan otak. Gangguan pendengaran pada anak cerebral palsy sering dijumpai pada jenis athetoid.

Page 22: PP Disability Pada Anak

KARAKTERISTIK• Gangguan Tingkat Kecerdasan

Walaupun anak cerebral palsy disebabkan karena kelainan otaknya tetapi keadaan kecerdasan anak cerebral palsy bervariasi, tingkat kecerdasan anak cerebral palsy mulai dari tingkat yang paling rendah sampai gifted. Sekitar 45% mengalami keterbelakangan mental, dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan normal dan diatas rata-rata. Sedangkan sisanya cenderung dibawah rata-rata.

• Kemampuan Berbicara Anak cerebral palsy mengalami gangguan wicara yang

disebabkan oleh kelainan motorik otot-otot wicara terutama pada organ artikulasi seperti lidah, bibir, dan rahang bawah, dan ada pula yang terjadi karena kurang dan tidak terjadi proses interaksi dengan lingkungan.

Page 23: PP Disability Pada Anak

KARAKTERISTIK• Emosi dan Penyesuaian Sosial

Respon dan sikap masyarakat terhadap kelainan pada anak cerebral palsy, mempengaruhi pembentukan pribadi anak secara umum. Emosi anak sangat bervariasi, tergantung rangsang yang diterimanya.

Secara umum tidak terlalu berbeda dengan anak–anak normal, kecuali beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dapat menimbulkan emosi yang tidak terkendali.

Sikap atau penerimaan masyarakat terhadap anak cerebral palsy dapat memunculkan keadaan anak yang merasa rendah diri atau kepercayaan dirinya kurang, mudah tersinggung, dan suka menyendiri, serta kurang dapat menyesuaikan diri dan bergaul dengan lingkungan.

Page 24: PP Disability Pada Anak

ETIOLOGI: PRENATAL• Penyebabnya dapat dibagi menjadi 3 bgian yaitu

prenatal, perinatal, dan pascanatal.• Prenatal

Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit inklusi sitomegalik. Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal), terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamila.

Page 25: PP Disability Pada Anak

ETIOLOGI: PERINATAL1. Anoksia

Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah “brain injury”. Keadaan inillah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini terdapat pada kedaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelvik, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan seksio caesaria. (1)

Page 26: PP Disability Pada Anak

ETIOLOGI: PERINATAL2. Perdarahan otak

Perdarahan otak dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah hingga terjadi anoksia.Perdarahan dapat terjadi di ruang subarachnoid akan menyebabkan penyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus. Perdarahan spatium subdural dapat menekan korteks serebri sehingga timbul kelumuhan spaatis.

Page 27: PP Disability Pada Anak

ETIOLOGI: PERINATAL3. Prematuritas

Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdaraha otak yang lebih banyak dari pada bayi cukup bulan, karena pembuluh darah enzim, faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.

4. IkterusIkterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang permanen akibat msuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.

Page 28: PP Disability Pada Anak

ETIOLOGI: PERINATAL5. Meningitis Purulenta

Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakiatkan gejala sisa berupa “cerebral palsy”.

Page 29: PP Disability Pada Anak

ETIOLOGI: PASCANATAL• Setiap kerusakan pada jaringan otak yang

mengganggu perkembangan dapat menyebabkan “cerebral palsy”.▫ Trauma kapitis dan luka parut pada otak pasca-

operasi. ▫ Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses

serebri,tromboplebitis, ensefalomielitis. ▫ Kern icterus. Seperti kasus pada gejala sekuele

neurogik dari eritroblastosis fetal atau devisiensi enzim hati.

Page 30: PP Disability Pada Anak

KLASIFIKASI (berdasar Gejala Klinis)1. Tipe Spastis atau Piramidal, gejala yang hampir

selalu ada adalah: Hipertoni (fenomena pisau lipat). Hiperrefleksi yang disertai klonus. Kecenderungan timbul kontraktur. Refleks patologis.

2. Tipe ekstrapiramidal Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia, ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retardasi mental. Di samping itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperrefleksi ringan, jarang sampai timbul klonus .

3. Tipe campuran

Page 31: PP Disability Pada Anak

KLASIFIKASI (berdasar DerajatKemampuan Fungsional)• Ringan: masih bisa melakukan aktifitas sehari- hari

sehingga sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali mem-butuhkan bantuan khusus.

• Sedang: Aktifitas sangat terbatas. Membutuhkan bermacam-macam bantuan khusus atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau berbicara.

• Berat: Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain.

Page 32: PP Disability Pada Anak

PEMERIKSAAN KHUSUS1. Pemeriksaan Refleks, tonus otot, postur dan koordinasi2. Pemeriksaan mata dan pendengaran setelah dilakukan

diagnosis “cerebral palsy” ditegakan.3. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan

kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada “cerebral palsy” CSS normal.

4. Pemeriksaan EEG dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.

5. Foto Rontgen kepala, MRI, CT-Scan, cranial ultrasounds umtuk mendapatkan gambaran otak.

6. Penilaian psikologi perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan.

7. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi mental.

Page 33: PP Disability Pada Anak

PENATALAKSANAAN• Tidak ada terapi spesifik terhadap cerebral palsy. Terapi

bersifat simtomatik, yang diharapkan akan memperbaiki kondisi pasien. Terapi yang sangat dini akan dapat mencegah atau mengurangi gejala-gejala neurologik.

• Untuk menentukan jenis terapi atau latihan yang diberikan dan untuk menentukan ke- berhasilannya maka perlu diperhatikan penggolongan cerebral palsy berdasarkan derajat kemampuan fungsionil yaitu derajat ringan, sedang dan berat.

• Tujuan terapi pasien cerebral palsy adalah membantu pasien dan keluarganya memperbaiki fungsi motorik dan mencegah deformitas serta penyesuaian emosional dan pendidikan sehingga penderita sedikit mungkin memerlukan pertolongan orang lain, diharapkan penderita bisa mandiri

Page 34: PP Disability Pada Anak

PENATALAKSANAAN• Fisioterapi

Fisioterapi dini dan intensif untuk mencegah kecacatan, juga penanganan psikolog atau psikiater untuk mengatasi perubahan tingkah laku pada anak yang lebih besar.

Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu program latihan di rumah. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita pada waktu istirahat atau tidur.

Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisioterapi ini diakukan sepanjang penderita hidup.

Page 35: PP Disability Pada Anak

PENATALAKSANAAN• Pembedahan

Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk melakukn pembedahan otot, tendon, atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut. Pembedahan stereotaktik dianjurkan pada penderita dengan gerakan koreo-atetosis yang berlebihan.

• PendidikanPenderita “cerebral palsy” dididik sesuai tingkat

intelegensinya, di sekolah luar biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang normal.

Page 36: PP Disability Pada Anak

PENATALAKSANAAN• Obat-obatan

Pada penderita dengan kejang diberikan obat antikonvulsan rumat yang sesuai dengan karakteristik kejangnya, misalnya luminal, dilantin, dan sebagainya.

Pada keadaan tonus otot berlebihan, obat dari golongan benzodiazepin dapat menolong, misalnya diazepam, klordiazepoksid (librium), nitrazepam (mogadon). Pada keadaan koreoatestosis diberikan artan.

Imipramin (tofranil) diberikan pada penderita dengan depresi

Page 37: PP Disability Pada Anak

PROGNOSIS• Prognosis penderita dengan gejala motorik yang

ringan adalah baik; makin banyak gejala penyertanya (retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran) dan makin berat gejala motoriknya, makin buruk prognosisnya.

• Pengamatan jangka panjang yang dilakukan menyebutkan ada tendensi perbaikan fungsi koordinasi dan fungsi motorik dengan bertambahnya umur pasien cerebral palsy yang mendapatkan rehabiltasi yang baik.

Page 38: PP Disability Pada Anak

Mental RetardationATAU

Intellectual Disability

Page 39: PP Disability Pada Anak

PENGERTIAN• Retardasi mental pada umumnya mengacu

pada keterlambatan pertumbuhan intelektual dan termanifestasikan dalam reaksi yang tidak matang pada input dari lingkungan dan kemampuan intelektual dan performa sosial yang di bawah rata-rata (Payne & Patton, 1981).

Page 40: PP Disability Pada Anak

PENGERTIAN• AAMR (American Association on Mental

Retardation) (dikutip oleh Haugaard, 2008):Keterbelakangan mental merujuk pada adanya

keterbatasan dalam fungsi yang mencakup fungsi intelektual di bawah rata-rata berkaitan dengan keterbatasan pada dua atau lebih dari keterampilan adaptif seperti komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan sosial, kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, waktu luang, dan lain-lain.

Page 41: PP Disability Pada Anak

PENGERTIAN• DSM IV-TR (American Psychiatric Association

[APA], 2000):Retardasi mental merupakan gangguan yang ditandai

oleh (a) fungsi intelektual yang berfungsi secara bermakna dibawah rata-rata yaitu IQ sekitar 70 atau lebih rendah disertai (b) defisit fungsi adaptif yaitu kemampuan individu tersebut secara efektif menghadapi kebutuhan untuk berdikari yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.

Kondisi ini terjadi sebelum usia 18 tahun. yang melibatkan inteligensi rendah (umumnya di bawah 70 pada tes inteligensi individual tradisional) dan kesulitan beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah cara individu berpakaian, makan, berinteraksi dengan teman sebaya, dan self-control.

Page 42: PP Disability Pada Anak

KRITERIA RETARDASI MENTAL MENURUT DSM-IV-TR

1. Fungsi intelektual di bawah rata-rata dengan IQ kira-kira 70 atau di bawahnya yang didapatkan dari tes IQ secara individual (untuk bayi, ahli klinis yang memutuskan apakah bayi itu memiliki fungsi intelektual di bawah rata-rata).

Page 43: PP Disability Pada Anak

KRITERIA RETARDASI MENTAL MENURUT DSM-IV-TR

2. Adanya penurunan dalam fungsi adaptif (misalnya, keefektifan individu pada standar yang diharapkan sesuai dengan usia mereka atau budaya dalam kelompoknya) minimal dalam dua area dari sebelas area berikut ini: (1) komunikasi, (2) merawat diri, (3) hidup berumah tangga, (4)kemampuan sosial atau interpersonal, (5) penggunaan dasar komunitas, (6) pengarahan diri, (7) kemampuan fungsi akademis, (8) pekerjaan, (9) waktu luang, (10) kesehatan, dan (11) keamanan.

Page 44: PP Disability Pada Anak

KATEGORI RETARDASI MENTAL MENURUT DSM-IV-TR

Mild (IQ antara 50-55 hingga 70)Moderate (IQ antara 35-40 hingga 50-55)Severe (IQ antara 20-25 hingga 35-40)Profound (IQ < 20 atau 25)

Selain angka IQ, pemeriksa juga perlumenggali data mengenai kemampuanadaptif pasien.

Page 45: PP Disability Pada Anak

KATEGORI RETARDASI MENTAL MENURUT DSM-IV-TR

• Retardasi mental ringan atau mild mental retardation (IQ antara 50-55 hingga 70)

Seringkali memperlihatkan perkembangan yang terhambat selama masa prasekolah tetapi cenderung tidak diketahui sampai adanya masalah akademis atau masalah tingkah laku saat berada di sekolah dasar.

Dapat dikatakan mampu didik atau educable.

Page 46: PP Disability Pada Anak

KATEGORI RETARDASI MENTAL MENURUT DSM-IV-TR

• Retardasi mental menengah atau moderate mental retardation (IQ antara 35-40 hingga 50-55)

Memiliki ketidakmampuan lebih berat dibandingkan individu dengan retardasi mental ringan dan biasanya, diketahui pada masa prasekolah saat mereka menunjukkan keterlambatan perkembangan.

Disebut juga dengan mampu latih/ trainable.

Page 47: PP Disability Pada Anak

KATEGORI RETARDASI MENTAL MENURUT DSM-IV-TR

• Retardasi mental parah atau severe mental retardation (IQ antara 20-25 hingga 35-40)

Dikategorikan sebagai anak yang membutuhkan pengawasan dan perawatan khusus. Bila mereka berada pada usia prasekolah, mereka akan menunjukkan koordinasi motorik yang rendah dan memiliki sedikit kosakata bahasa. Interaksi dengan teman-temannya dan orang yang berada di sekitarnya sangat minimal dan mereka tergantung pada orang lain atas perawatan fisik.

Page 48: PP Disability Pada Anak

KATEGORI RETARDASI MENTAL MENURUT DSM-IV-TR

• Retardasi mental sangat parah atau profound mental retardation (IQ di bawah 20 atau 25)

Umumnya dapat diidentifikasikan sejak bayi karena adanya keterlambatan dalam perkembangan dan keanehan biologis seperti bentuk wajah yang tidak simetris. Individu dengan retardasi mental sangat parah membutuhkan bantuan seumur hidup.

Page 49: PP Disability Pada Anak

PENYEBAB RETARDASI MENTAL MENURUT DSM-IV-TR

1. Hereditas. Faktor ini meliputi kesalahan metabolisme pada saat kehamilan yang diturunkan pada bayi. Faktor genetik ini dianggap sebagai identifikasi bentuk retardasi mental yang diwariskan.

2. Adanya perubahan embrio pada awal perkembangan. Faktor ini meliputi perubahan kromosom, seperti Down Syndrome karena trisomi atau kerusakan prenatal karena racun, seperti konsumsi alkohol saat masa hamil atau infeksi.

Page 50: PP Disability Pada Anak

PENYEBAB RETARDASI MENTAL MENURUT DSM-IV-TR

3. Pengaruh lingkungan. Faktor ini meliputi tidak adanya perawatan, sosial, bahasa, dan stimulasi yang lain.

4. Gangguan mental. Faktor ini meliputi gangguan autistik dan gangguan perkembangan pervasif.

Page 51: PP Disability Pada Anak

PENYEBAB RETARDASI MENTAL MENURUT DSM-IV-TR

5. Masalah kehamilan dan perinatal. Faktor ini meliputi kurangnya gizi pada bayi, kelahiran prematur yang disebabkan oleh virus, dan infeksi lainnya serta adanya trauma.

6. Kondisi medis yang terjadi pada masa bayi dan anak-anak. Faktor ini meliputi infeksi, trauma, dan racun.

Page 52: PP Disability Pada Anak

Terima Kasih