15
PPKI : Sejarah, Tugas PPKI, Anggota, Tujuan Dan Hasil Sidang PPKI 1 2 3 PPKI : Sejarah, Tugas PPKI, Anggota, Tujuan Dan Hasil Sidang PPKI 1 2 3 Lengkap Tahukah anda apa yang dimaksud dengan PPKI ?? Jika anda belum mengetahuinya anda tepat sekali mengunjungi gurupendidikan.com. Karena pada kesempatan kali ini akan membahas tentang PPKI secara lengkap. Oleh karena itu marilah simak ulasan yang ada dibawah berikut ini. Suatu badan yang dibentuk pemerintah Jepang tanggal 7 Agustus 1945. Badan ini bertugas menyiapkan segala sesuatu menyangkut masalah ketatanegaraan menghadapi penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Jepang kepada bangsa Indonesia. Beranggotakan 21 orang, yang ditunjuk sebagai ketua Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta. Sebagai penasehat ditunjuk Mr. Ahmad Subardjo, dan tanpa sepengetahuan pemerintah Jepang, PPKI menambah lagi enam orang, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri, dan Ahmad Soebardjo. Badan ini dibentuk untuk menarik simpati golongan-golongan yang ada di Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam Perang Pasifik, yang kedudukannya semakin terdesak sejak 1943. Mereka juga berjanji memberi kemerdekaan pada Indonesia melalui ‘Perjanjian Kyoto’. Ketika Rusia bergabung dengan Sekutu dan menyerbu Jepang dari Manchuria, pemerintah Jepang mempercepat kemerdekaan Indonesia, yang oleh BPUPKI direncanakan 17 September 1945. Tiga tokoh PPKI (Soekarno, Hatta, dan Radjiman) diterbangkan ke Dalath (Saigon) bertemu Jenderal Terauchi yang akan merestui pembentukan negeri boneka tersebut. Tanggal 14 Agustus 1945 ketiganya kembali ke Jakarta dan Jepang menghadapi pemboman AS di Hirosima dan Nagasaki. Golongan tua dan golongan muda pejuang kemerdekaan terlibat pro dan kontra atas peristiwa pemboman Jepang oleh AS. Golongan muda

PPKI : Sejarah, Tugas PPKI, Anggota, Tujuan Dan Hasil ... XI_PPKI & Maklumat.pdf · 2. dan juga melakukan tata negara beserta membuat struktur kenegaraan. Pertemuan dengan Marsekal

  • Upload
    others

  • View
    51

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PPKI : Sejarah, Tugas PPKI, Anggota, Tujuan Dan Hasil Sidang PPKI 1 2 3

PPKI : Sejarah, Tugas PPKI, Anggota, Tujuan Dan Hasil Sidang PPKI 1 2 3 Lengkap – Tahukah anda apa yang dimaksud dengan PPKI ?? Jika anda belum mengetahuinya anda tepat sekali mengunjungi gurupendidikan.com. Karena pada kesempatan kali ini akan membahas tentang PPKI secara lengkap. Oleh karena itu marilah simak ulasan yang ada dibawah berikut ini.

Suatu badan yang dibentuk pemerintah Jepang tanggal 7 Agustus 1945. Badan ini bertugas menyiapkan segala sesuatu menyangkut masalah ketatanegaraan menghadapi penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Jepang kepada bangsa Indonesia. Beranggotakan 21 orang, yang ditunjuk sebagai ketua Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta. Sebagai penasehat ditunjuk Mr. Ahmad Subardjo, dan tanpa sepengetahuan pemerintah Jepang, PPKI menambah lagi enam orang, yaitu Wiranatakusumah, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri, dan Ahmad Soebardjo.

Badan ini dibentuk untuk menarik simpati golongan-golongan yang ada di Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam Perang Pasifik, yang kedudukannya semakin terdesak sejak 1943. Mereka juga berjanji memberi kemerdekaan pada Indonesia melalui ‘Perjanjian Kyoto’.

Ketika Rusia bergabung dengan Sekutu dan menyerbu Jepang dari Manchuria, pemerintah Jepang mempercepat kemerdekaan Indonesia, yang oleh BPUPKI direncanakan 17 September 1945. Tiga tokoh PPKI (Soekarno, Hatta, dan Radjiman) diterbangkan ke Dalath (Saigon) bertemu Jenderal Terauchi yang akan merestui pembentukan negeri boneka tersebut.

Tanggal 14 Agustus 1945 ketiganya kembali ke Jakarta dan Jepang menghadapi pemboman AS di Hirosima dan Nagasaki. Golongan tua dan golongan muda pejuang kemerdekaan terlibat pro dan kontra atas peristiwa pemboman Jepang oleh AS. Golongan muda

melihat Jepang sudah hampir menemui kekalahan, tetapi golongan tua tetap berpendirian untuk menyerahkan keputusan pada PPKI.

Sikap tersebut tidak disetujui golongan muda dan menganggap PPKI merupakan boneka Jepang dan tidak menyetujui lahirnya proklamasi kemerdekaan dengan cara yang telah dijanjikan oleh Jenderal Besar Terauchi dalam pertemuan di Dalath. Golongan muda menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri lepas sama sekali dari pemerintahan Jepang.

Menanggapi sikap pemuda yang radikal itu, Soekarno-Hatta berpendapat bahwa soal kemerdekaan Indonesia yang datangnya dari pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal, karena Jepang toh sudah kalah.

Selanjutnya menghadapi Sekutu yang berusaha mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh sebab itu untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan suatu revolusi yang terorganisasi. Mereka ingin memperbincangkan proklamasi kemerdekaan di dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Pengertian PPKI

PPKI merupakan singkatan dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau dalam bahasa Jepang

disebut dengan Dokuritsu Zyunbi Inkai. PPKI ialah panitia yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, sebelum panitia ini dibentuk, sebelumnya sudah berdiri BPUPKI tapi karena dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan.

Sejarah PPKI [ Proses Awal Pembentukan PPKI ]

Lembaga ini beranggotakan tokoh-tokoh Pergerakan Nasional yang berasal dari Jawa dan luar Jawa. Anggota PPKI semula berjumlah 21 orang, kemudian Ir. Soekarno menambah 6 orang tanpa sepengetahuan fihak Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa PPKI memiliki kemandirian dan tidak tergantung pada Jepang. Tujuan dibentuk PPKI adalah untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam menyongsong kemerdekaan.

Setelah PPKI merampungkan tugasnya, yaitu menyiapkan konsep pembukaan UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945, kemudian membubarkan diri dan mengusulkan dibentuknya PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang bertugas melaksanakan kemerdekaan Indonesia dan mengambil langkah-langkah nyata untuk membentuk suatu negara.

Sementara itu kedudukan Jepang dalam Perang Dunia II semakin terdesak, sehingga komando Jepang di wilayah selatan mengadakan rapat pada akhir bulan Juli 1945 di Singapura. Dalam pertemuan tersebut disetujui bahwa kemerdekaan bagi Indonesia akan diberikan pada tanggal 7 September 1945, setahun setelah pernyataan Koiso.

Dalam bulan Agustus perubahan bertambah cepat, tanggal 7 Agustus Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Inkai) yang bertanggung jawab melanjutkan pekerjaan BPUPKI dan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan karena akan diadakannya pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada bangsa Indonesia.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat diundang ke Dalat, kira-kira 300 km sebelah utara Saigon, tempat kedudukan Jenderal Terauchi, panglima seluruh angkatan perang Jepang di Asia Tenggara.3) Tujuan pemanggilan ketiga tokoh tersebut adalah untuk melantik secara simbolis Ir.

Soekarno sebagai ketua PPKI dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketuanya. Acara pelantikan berlangsung pada tanggal 12 Agustus 1945 ketika mereka tiba di Dalat, didahului pidato singkat Terauchi yang menyatakan bahwa pemerintah Jepang di Tokyo memutuskan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Keesokan harinya Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke Jakarta, tetapi sebelumnya singgah di Singapura satu malam. Sesampainya di Jakarta disambut oleh rakyat. Saat itu Soekarno mengucapkan pidato singkat sebagai berikut:

“Jika beberapa waktu yang lalu saya mengatakan bahwa akan merdeka sebelum tanaman jagung berbuah, sekarang saya katakan kepada kamu bahwa Indonesia akan merdeka sebelum tanaman tersebut berbunga.”

Dengan demikian resmilah pembentukan PPKI dan sudah dapat bekerja sejak tanggal 12 Agustus 1945. Mengenai anggotanya, terdiri dari 21 orang yang merupakan wakil-wakil dari seluruh kelompok masyarakat yang ada di tanah air, yaitu 12 dari Jawa, 3 dari Sumatera, 2 dari Sulawesi, 1 dari Kalimantan, 1 dari Nusa Tenggara, 1 dari Maluku, dan 1 dari masyarakat Cina.

Pengurus dan Keanggotaan PPKI

1. Ketua : Ir. Soekarno 2. Wakil Ketua : Drs. Moh. Hatta 3. Penasehat : Mr. ahmad Soebarjo

Pada tanggal 9 Agustus Jendral Terauchi mengundang tiga orang pemimpin Indonesia, yaitu a. Ir. Soekarno, b. Drs. Moh. Hatta, c. Dr. Radjiman Widiodiningrat ke Dallat ( Saigon ). Tujuannya

adalah untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut mengenai sikap Jepang kepada rencana Kemerdekaan Indonesia.

Tugas PPKI

1. Mengesahkan Undang Undang Dasar 2. Memilih dan Mengangkat Ir.Soekarno sebagai Presiden dan

Drz.M.Hatta sebagai wakil Presiden 3. Membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas Presiden

sebelum DPR dan MPR terbentuk.

Tugas Utama PPKI

Tugas berdasarkan nama yaitu bertugas untuk Mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Anggota PPKI

Pada awalnya PPKI beranggotakan dan berjumlah 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai berikut :

1. Soekarno (Ketua) 2. Moh. Hatta (Wakil Ketua) 3. Mr. Dr. Soepomo (Anggota) 4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota) 5. P. Soeroso (Anggota) 6. Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota) 7. Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota) 8. Ki Bagus Hadikusumo (Anggota) 9. Otto Iskandardinata (Anggota)

10. Abdoel Kadir (Anggota) 11. Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota) 12. Pangeran Poerbojo (Anggota) 13. Mohammad Amir (Anggota) 14. Abdul Maghfar (Anggota) 15. Teuku Mohammad Hasan (Anggota) 16. GSSJ Ratulangi (Anggota) 17. Andi Pangerang (Anggota) 18. H. Hamidan (Anggota) 19. I Goesti Ketoet Poedja (Anggota) 20. Johannes Latuharhary (Anggota) 21. Yap Tjwan Bing (Anggota)

Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu :

1. Achmad Soebardjo (Penasehat) 2. Sajoeti Melik (Anggota) 3. Ki Hadjar Dewantara (Anggota) 4. A.A. Wiranatakoesoema (Anggota) 5. Kasman Singodimedjo (Anggota) 6. Iwa Koesoemasoemantri (Anggota)

Tujuan Pembentukan PPKI

1. melanjutkan tugas dari BPUPKI. Jadi mereka memiliki tujuan utama yakni menyegerakan proklamasi kemerdekaan

2. dan juga melakukan tata negara beserta membuat struktur kenegaraan.

Pertemuan dengan Marsekal Terauchi

Tanggal 9 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi.

Setelah pertemuan tersebut, PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Isi pembicaraan tiga tokoh Indonesia dengan Jendral Terauchi:

1. Pemerintah Jepang memutuskan untuk member kemerdekaan kepada Indonesia segera setelah persiapan kemerdekaan selesai dan berangsur-angsur dimulai dari pulau Jawa kemudian kepulau-pulau lainnya.

2. Untuk pelaksaan kemerdekaan diserahkan kepada PPKI dan telah disepakati tanggal 18 Agustus 1945.

3. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia-Belanda.

Peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari “penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l. Adam Malik dan Chaerul Saleh dari Menteng 31 terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke

Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.

Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Naskah teks

proklamasi sudah ditulis di rumah itu. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15 Agustus, karena mereka tahu esok harinya Indonesia akan merdeka.

Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur.

Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.

Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang “dipinjam” (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.

Piagam Jakarta

Piagam Jakarta adalah hasil kompromi tentang dasar negara Indonesia yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan dan disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 antara pihak Islam dan kaum kebangsaan (nasionalis). Panitia Sembilan merupakan panitia kecil yang dibentuk oleh BPUPKI.

Di dalam Piagam Jakarta terdapat lima butir yang kelak menjadi Pancasila dari lima butir, sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pada saat penyusunan UUD pada Sidang Kedua BPUPKI, Piagam Jakarta dijadikan Muqaddimah (preambule). Selanjutnya pada pengesahan UUD 45 18 Agustus 1945 oleh PPKI, istilah Muqaddimah diubah menjadi Pembukaan UUD setelah butir pertama diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Perubahan butir pertama dilakukan oleh Drs. M. Hatta atas usul A.A. Maramis setelah berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan, Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo.

Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno, Mohammad Hatta,

A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin.

Memilih dan Mengangkat Presiden dan Wakil Presiden

Pemilihan Presiden dan Wakil Presidan dilakukan dengan aklamasi atas usul dari Otto Iskandardinata dan mengusulkan agar Ir. Soekarno menjadi presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Usul ini diterima oleh seluruh anggota PPKI.

Tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional sebelum dibentuknya MPR dan DPR.

SIDANG PPKI

Setelah diproklamirkan kemerdekaan RI, maka tahap selanjutnya yang dilakukan oleh bangsa indonesia adalah memindahkan kekuasaan dan membentuk peerintahan Indonesia. Pada tanggal 18

Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan indonesia (PPKI) mengadakan rapat di Pajombon, yaitu gedung yang dipakai sekarang Kantor Kementerian Kehakiman.

Sebelum rapat dimulai, Sukarna-hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, MR.Kasman Singodimedjo, dan Mr.Teuke Muhammad Hasan, untuk membahas rancangan Undang-Undang Dasar yang telah dibuat pada tanggal 22 Juni 1945 oleh panitia sembilan (empat orang wakil golongan orang Islam Yaitu H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Abikusno dan Abdoel Kahar Muzakkar dan lima orang golongan dari kebangsaan yaitu Sukarno, M.Hatta, Muh.Yamin, A.Maramis, dan Ahmad Subardjo).

Pembahasan yang dilakukan adalah mengenai kalimat “Ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Pembahasan itu dilakukan agar tidak terjadi suatu polemik dalam kehidupan rakyat Indonesia, karena selain Islam, rakyat Indonesia meyakini beberapa agama.

Agar pembahasan cepat selesai, maka diadakan rapat pleno oleh beberapa orang anggota perwakilan yang di pimpin oleh Muh.Hatta. Rapat dilaksanakan selama 15 menit dan hasil yang dicapai, yaitu sepakat menghilangkan kalimat “Dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, yang dipandang akan menjadi rintangan persatuan dan kesatuan bangsa.

Setelah selesai membahas tentang bunyi pasal 1 tersebut, dilanjutkan dengan pembahasan Rancangan Pembukaan dan Undang-Undang Dasar yang telah disiapkan oleh Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam rapat kedua ini, pembahasan dilakukan dalam tempo kurang dari 2 jam dan disepakati berbarengan dengan Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Setelah pembahasan permasalahan diatas, maka sidang di skors untuk istrahat. Selanjutnya setelah sidang di skors beberapa jam, Ir Sukarno mengumumkan 6 anggota baru dalam PPKI, mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara, Mr.Kasman, Sayuti Melik, Mr Ima Kusumasumantri, dan Mr.Subardjo.

Hasil Sidang PPKI Ke 1

Tanggal 18 Agustus 1945

Berikut merupakan beberapa keputusan dan hasil sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 atau hasil sidang PPKI yang pertama.

1. Mengesahkan UUD 1945

Hasil sidang PPKI pertama adalah mengesahkan undang-undang dasar sebagai konstitusi negara.

Selain itu juga dilakukan revisi Piagam Jakarta dimana kalimat ‘Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya’ diganti menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.

2. Mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden

Hasil sidang pertama PPKI berikutnya adalah memilih dan mengangkat presiden serta wakil presiden Indonesia. Atas usulan Otto Iskandardinata secara aklamasi, Ir. Soekarno terpilih sebagai presiden Indonesia pertama didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil presidennya.

3. Membentuk Komite Nasional

Sidang PPKI juga memutuskan pembentukan sebuah komite nasional. Fungsi komite nasional ini adalah untuk sementara membantu tugas tugas Presiden sebelum dibentuknya MPR dan DPR.

Hasil Sidang PPKI Ke 2

Tanggal 19 Agustus 1945

1. Membentuk pemerintah daerah yang terdiri dari 8 provinsi 2. Membentuk komite nasional daerah 3. Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara 4. Membentuk Tentara Rakyat Indonesia

Hasil Sidang PPKI Ke 3

Tanggal 22 Agustus 1945

1. Menetapkan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) 2. Membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI) 3. Membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Kesimpulan

Secara simbolik PPKI dilantik oleh Jendral Terauchi dengan mendatangkan Sukarno, Hatta dan Rajiman Wedyodiningrat ke Saigon tanggal 9 Agustus 1945.

Hasilnya cepat lambat kemerdekaan bisa diberikan tergantung kepada kerja PPKI. Terauchi menyampaikan keputusan bahwa kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh pelaksanaan kemerdekaan diserahkan seluruhnya kepada PPKI.

Persamaan BPUPKI dan PPKI

Sama-sama merupakan organisasi bentukan Jepang

Dibentuk ketika kondisi Jepang semakin terpuruk. Dibentuk dalam rangka mewujudkan keinginan janji Koiso

untuk memberikan kemerdekaan bagi negara Indonesia.

Maksud sebenarnya Jepang membentuk keduanya hanya untuk menarik simpati rakyat.

Saran-Saran

Sebagai pelajar dan generasi muda, maka kita selayaknya menjadikan momentum PPKI ini menjadi sebuah konsep motivasi dalam menjelang kehidupan masa depan kita. Agar tidak menyia-nyiakan kemerdekaan yang kita peroleh.

Kita harus mengisi kemerdekaan dengan aktifitas yang berkualitas dan bermutu, sehingga dapat memberi manfaat kepada kehidupan dan kemajuan bangsa.

Materi diunduh dari: https://www.gurupendidikan.co.id/ppki/ Pada hari Minggu, 15 Maret 2020 pukul 13.59

Maklumat wakil presiden tanggal 16 Oktober 1945 Pada sidang PPKI yang pertama diputuskan pembentukan Komite Nasional Indonesia (KNI) yang bertugas membantu presiden, kemudian dilengkapi lagi pada sidang tanggal 22 Agustus 1945 mengenai pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID). Kasman Singodimedjo ditunjuk sebagai ketua KNIP. Jumlah anggota KNIP adalah 60 orang dari berbagai wilayah di Indonesia.

Pembentukan KNIP tidak memuaskan oleh beberapa anggota. Sutan Syahrir berhasil mengumpulkan dukungan guna melakukan perubahan kedudukan KNIP. Maka dikeluarkanlah maklumat wakil presiden tanggal 16 Oktober 1945, yang terkenal dengan nama Maklumat Wakil Presiden no X. Isi Pokok Maklumat tersebut adalah: 1) KNIP sebelum terbentuk MPR/DPR diserahi kekuasaan legeslatif 2) KNIP ikut menetapkan GBHN 3) Segera dibentuk Badan Pekerja (BP-KNIP) untuk melaksanakan tugas sehari-hari

Sutan Syahrir ditunjuk sebagai ketua dari BP KNIP dan Amir Syarifudin sebagai wakilnya.

Maklumat tanggal 3 november 1945 Berdasarkan hasil sidang PPKI yang ke-III, maka di Indonesia dibentuk Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI menjadi partai tunggal di Indonesia. Hal ini menimbulkan penolakan dari berbagai tokoh. Sebuah negara yang demokratis, tidak seharusnya hanya memiliki satu partai, minimal paling tidak dua partai. Pembentukan PNI dengan berbagai wewenangnya dianggap akan menimbulkan perpecahan dan bukan untuk memupuk persatuan seperti apa yang menjadi tujuan awalnya. Maka pada tanggal 1 September 1945, PNI dibubarkan. Kemudian BP KNIP mendesak pemerintah untuk memberikan kesempatan berdirinya partai-partai politik.

Pemerintah kemudian mengeluarkan maklumat 3 November 1945 yang isinya (1) pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena adanya parta-partai itulah dapat fipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada dalam masyrakat, (2) pemerintah berharap supaya partai-partai itu telah tersusun, sebelumnya dilakukan pemilihan anggota badan-badan perwakilan rakyat pada bulan januari 1946.

Maka pasca dikeluarkannya maklumat tersebut, muncul berbagai partai politik di Indonesia. Antara lain: 1. Majelis Syura Indonesia (Masyumi) yang dipimpin oleh Sukiman Wirsosanjoyo 2. Partai Komunis Indonesia (PKI) yang didirikan oleh Moh Jusuf 3. Partai Buruh Indonesia (PBI) yang dipimpin oleh Njono 4. Partai Rakyat Jelata dipimpin oleh Sutan Dewanis 5. Partai Kristen Indonesia (Parkindo) yang dipimpin oleh Probowinoto 6. Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang dipimpin oleh Amir Syarifudin 7. Partai Rakyat Sosialis (PRS) yang dipimpin oleh Sutan Syahrir 8. Partai Katholik Republik Indonesia (PKRI) yang dipimpin oleh I.J Kasimo 9. Partai Rakyat Marhein Indonesia (Permai) yang dipimpin oleh J.B Assa 10. Partai Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Sidik Djojosukarto

Maklmuat 14 November 1945

Maklumat ini berisi mengenai perubahan tata pemerintahan Indonesia, dari yang menganut sistem pamerintahan presidensil berganti menjadi sistem pemerintahan parlementer. Pemerintahan Presidensil dianggap sebagai pemerintahan yang otoriter dikarenakan kekuasaan presiden yang tidak terbatas, pemerintahan parlementer dianggap sebagai pemerintahan yang lebih demokratasi

Pemerintahan parlementer disini adalah adanya pembagian kekausaan antara kepala negara dan kepala pemerintahan. Kepala negara Indonesia saat itu adalah presiden Soekarno. Sedangkan untuk kepala pemerintahan dikepalai oleh seorang perdana menteri. Tanggung jawab jalannya pemerintahan ditangan oleh perdana menteri. Presiden sebagai simbol pemersatu bangsa. Kalau ada perdana menteri yang gagal menjalankan tugasnya, kemudian presiden menunjuk tim formatur untuk membentuk pemerintahan yang baru.

Perdana menteri yang pernah menjabat selama perang kemerdekaan (1945-1949) antara lain: Sutan Syahrir, Amir Syarifudin, dan Moh Hatta. Pemerintahan Syahrir berlangsung sejak dikeluarkannya maklumat sampai ditandatanganinya Perundingan Linggarjati. Kabinet Syahrir menjalankan politik diplomasi untuk menghadapi kedatangan NICA. Hal ini mendapatkan tentangan dari kelompok radikal, salah satunya adalah organisasi Persatuan Perjuangan yang dipimpin oleh Tan Malaka. Tan Malaka menginginkan kemerdekaan Indonesia 100% tanpa syarat apapun. Konflik ini memunculkan peritiwa 3 Juli 1946 dengan menculik Sutan Syahrir. Kemudian atas intruksi dari presiden, Sutan Syahrir dibebaskan.

Sutan Syarir kemudian menyerahkan mandate kepada Presiden. Kemudian dibentuk pemerintahan yang kedua dibawah pimpinan perdana Menteri Amir Syarifudin. Gagalnya perundingan Renville, membuat Amir Syarifudin harus mengembalikan mandat kepada presiden. Amir Syarifudin yang kecewa terhadap perjanjian Renville, kemudian membentuk organisasi Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang nantinya bergabung dengan PKI pimpinan Musso memberontak di Madiun (1948).

Selanjutnya presiden menunjuk Moh Hatta membentuk kabinet baru. Kabinet Hatta memiliki tugas untuk mengupayakan penyelesaian konflik Indonesia-Belanda. Pada masa kabinet Hatta inilah Indonesia mendapatkan pengakuan dari Belanda atas dasar Konferensi Meja Bundar (27 Desember 1949). Setelah itu dibentuk kabint baru dalam bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) yang mana Hatta menjabat sebagai perdana menteri.

Materi diunduh dari: https://donipengalaman9.wordpress.com/2015/08/17/maklumat-maklumat-awal-kemerdekaan/

TUGAS 1. Carilah informasi tentang materi Peristiwa pembentukan

pemerintahan pertama Republik Indonesia pada awal

kemerdekaan (Sidang PPKI Tanggal 18, 19 dan 22 Agustus 1945

dan Maklumat-maklumat Pemerintah pada tanggal 16 Oktober, 3

Nopember dan 14 Nopember 1945)

2. Analisis dan carilah maknanya bagi bangsa Indonesia hasil sidang

PPKI pada tanggal 18, 19 dan 22 Agustus 1945

3. Analisis dan carilah maknanya bagi bangsa Indonesia dari isi

Maklumat-maklumat Pemerintah pada tanggal 16 Oktober, 3

Nopember dan 14 Nopember 1945

4. Tuliskan hasil kesimpulan dalam bentuk tulisan dan dikirim

kembali via email [email protected]

5. Hasil dalam bentuk tulisan dibuat minimal 3 halaman folio