Upload
widi-kurniawan
View
215
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Â
Citation preview
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
A. Pengertian Pemecahan Masalah Matematika
Masalah timbul apabila seseorang mengingikan sesuatu tetapi tidak segera
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memperolehnya. Charles dan Laster (Walk
dalam Gatot muhsetyo, 2008) mendefinisikan suatu masalah adalah suatu tugas yang mana
(1) seseorang tertentang untuk menyelesaikan, (2) seseorang tidak mempuyai prosedur yang
siap pakai untuk memperoleh selesaian, (3) seseorang harus melakukan suatu usaha untuk
memperoleh selesaian. Jadi masalah adalah sesuatu yang timbul akibat adanya “rantai yang
putus “atara keinginan dan cara yang dicapai. Keinginan atau tujuan yang ingin dicapai sudah
jelas, tetapi cara untuk mencapai tujuan itu belum jelas. Biasanya terjadi berbagai alternatif
yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu.
Misalnya seorang yang baru pertama kali mengunjuni sebuah kota ingin mencari
sebuah kantorpos. Hal ini merupakan masalah baginya, karena dia tidak tahu di mana ada
kantor pos dan bagaimana mencapainya. Walaupun tujuannya mencari kantorpos sudah jelas.
Tetapi ada beberapa alternatif yang bisa ditempuh oleh orang ini untuk mencapai tujuanya,
yaitu (1) melihat peta kota dimana ada kantorpos dan mengikuti jalan yang ada dipeta, (2).
Bertanya kepada orang lain yang ditemuinya dijalan dimana kantor pos dan bagaimana
mencapainya, (3) memanggil taksi dan minta diantar kesebuah kantor pos.
Pemecahan masalah pada dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk
menyelesaikan masalah itu tidak lagi menjadi masalah baginya (Hudojo dalam Wahyudi
2012). Pada umumnya soal-soal matematika dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu soal
rutin dan soal nonrutin. Soal rutin adalah soal latihan biasa yang dapat diselesaikan dengan
prosedur yang dipelajari di kelas. Sedangkan soal nonrutin adalah soal yang diselesaikannya
diperlukan pemikiran lebih lanjut karena prosedurnya tidak sejelas atau tidak sama dengan
prosedur yang dipelajari di kelas. Dengan kata lain soal nonrutin ini menyajikan situasi baru
yang belum pernah dijumpai oleh siswa sebelumya.
Memberikan soal-soal nonrutin kepada siswa berarti melatih mereka menerapkan
berbagai konsep matematika dalam situasi baru sehingga pada akhirnya mereka mampu
menggunakan berbagai konsep ilmu yang telah mereka pelajari untuk memecahhkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi soal nonrutin inilah yang dapat digunakan sebagai sial
pemecahan masalah. Dan pemecahan masalah dalam matematika dapat diartikan sebagai
penggunaan konsep, prinsip, dan ketrampilan matematika yang telah atau sedang dipelajari
untuk menyelesaikan soal nonrutin. Empat contoh berikut akan memperjelas perbedaan
antara soal rutin dan soal nonrutin:
1. Buktikan bahwa jumlah setiap baris dari6 lingkaran kecil di bawah ini adalah 9.
2. Gunakan angka 1 sampai 6 untuk mengisi 6 lingkaran kecil di bawah ini sehingga
setiap baris berjumlah 9.
3. 1+2+3+3+4+5+6+7+8x9=....
4. Gunakan tanda operasional hitung biasa pada rangkaian angka-angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9
sehingga hasilnya adalah 100.
Contoh (1) dan (3) adalah contoh soal rutin. Karena dalam contoh ini tidak ada situasi baru
yang membutuhkan pemikiran lebih lanjutuntuk menyelesaikannya. Apa yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikan soalini segera muncul begitu soal ini selesai dibaca, yaitu
menjumlahkandan mengalikan bilangan bulat.lain halnya dengan contoh (2) dan (4), apa
yang harus dikerjakan untuk menjawab pada soal ini tidak sejelas pada contoh no (1) dan (3),
karena memerlukan strategi lain yaitu menebak dan menguji jawaban. Oleh karena itu, untuk
menyelesaikan soal ini diperlukan pemikiran yang mendalam. Contoh soal no (2) dan
(4)inilah yang disebut soal pemecahan masalah matematika. Di samping itu contoh di atas,
juga dapat anda membuat soal-soal pemecahan masalah denganmempertimbangkan beberapa
karakteristik soal-soal pemecahan masalah berikut.
1. Memiliki lebih dari satu cara penyelesaian. Misalnya:
Ahmad memiliki uang Rp. 50.000,- dia menggunakan uang tersebut untuk membayar
tiket menonton pertandinganbola besar Rp. 30.000,- dan membeli minuman ringan
sebesar Rp. 7.000,- berapa sisa uang yang dimilikinya sekarang?
2. Memiliki lebih dari satu jawaban. Misalnya:
Selisih kuadrat dua buah bilangan bulat adalah 48. Tentukan bilangan-bilangan
tersebut.
3. Melibatkan logika, penalaran dan uji coba. Misalnya :
Tiga orang anak menebak banyak permen yang terdapat dalam plastik , mereka
menebak 20,23, dan 21. Anak pertama tebakannya keliru 1 angka, anak kedua keliru 3
angka, dan anak ketiga jawabannya tepat. Berapa banyak permen tersebut?
4. Sesuai dengan situasi nyata dan minat siswa. Misalnya :
Beberapa siswa berlatih futsal setiap hari saptu jika hari ini adalah hari senin 5 Maret
2007, pada tanggal berapa mereka akan berlatih kembali.
Untuk memecahkan soal-soal pemecahan masalah seperti contoh diatas, diperlukan
berbagai strategi dan langkah-langkah pemecahan masalah yang secara mendalam akan
dibahas di dalam bagian bahan ajar ini. Sadangkan untuk melatih siswa menggunakan strategi
pemecahan masalah tersebut, diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang disebut
pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving Approach). Pendekatan pemecahan
masalah merupakan satu pedoman mengajar yang sifatnya teoritis atau konseptual untuk
melatih siswa memecahkan masalah-masalah matematika dengan menggunakan berbagai
strategi dan langkah pemecahan masalah yang ada (Skemp dalam Wahyudi, 2012).
Kita ketahui bahwa dalam pemecahan masalah matematika , siswa dihadapkan pada
situasi yang mengharuskan mereka memahami masalah ( mengidentifikasi unsur yang
diketahui dan yang ditanyakan), membuat model matematika, memilih strategi penyelesaian
model matematika, melaksanakan penyelesaian model matematika dan menyimpulkan.
Untuk menghadapi situasi ini, guru memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya bagi
siswa untuk mengembangkan ide-ide matematikanya sehingga siswa dapat memecahkan
masalah tersebut dengan baik. Dalam hal ini guru tetap berpedoman pada strategi dan
langkah-langkah pemecahan masalah yang ada hal ini berbeda pendekatan tradisional yang
memfokuskan pada materi, sehingga siswa hanya diberikan prosedur yang tetap untuk
menyelesaikan setiap masalah matematika. Mengingat karakteristik soal pemecahan masalah
yang khas, maka pendekatan tradisional tidak akan dapat melatih siswa secaramaksimal
untuk memecahkan soal-soal pemecahan masalah matematika.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematika
adalah soal matematika dimana dalam penyelesaiannya membutuhkan strategi dan langkah
langkah tertentu untuk menyelesaikan permasalahan dalam matematika, soal yang dapat
dikatakan sebagai soal pemecahan masalah yakni soal nonrutin.
B. Fungsi Belajar Pemecahan Masalah Matematika Terutama Untuk SD
Belajar pemecahan masalah dalam sekolah dasar berfungsi untuk membantu generasi
muda menjadi pemecah masalah handal. Karena untuk mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah seseorang latihan berpikir secara sistematis tidaklah cukup, melainkan
perlu diimbangi pengembangan rasa percaya diri melalui proses pemecahan masalah
sehingga memiliki kesiapan yang memadai untuk menghadapi berbagai tantanga.
Selain itu di pembahasan sebelunya juga menjelaskan bahwa pemberian soal nonrutin
pada siswa dapat melatih mereka menerapkan berbagai konsep matematika dalam situasi baru
sehingga pada akhirnya mereka mampu menggunakan berbagai konsep ilmu yang telah
mereka pelajari untuk memecahhkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
C. Strategi dan langkah-langkah pemecahan masalah matematika.
Strategi Pemecahan Masalah
1. Bekerja Mundur
Cara ini digunakan ketika pemecah masalah mendapati suatu masalah yang memiliki
titik akhir (end-point) namun mendapati terlalu banyak/rumit cara untuk
menyelesaikan masalah ketika melalui titik awal permasalahan.
2. Mencari Pola Salah satu kecantikan matematika adalah kelogisan dan keteraturan yang
menjadi sifat alaminya. Kelogisan tersebut dapat terlihat secara ‘fisik’ sebagai pola
maupun serangkaian pola. Bergitupula permasalahan matematika, dengan meluangkan
sedikit waktu untuk berpikir, pola dari permasalahan akan muncul dan memberi jalan
bagi pemecah masalah untuk menyelesaikan soal tersebut.
3. Mengadopsi sudut pandang berbeda Mengerjakan soal matematika dengan
menyelesaikan secara langsung memang memberikan solusi tetapi belum tentu cara
tersebut efesien. Terkadang, akan sangat menguntungkan bagi pemecah masalah ketika
mencoba mengadopsi sudut pandang yang berbeda dari suatu permasalahan.
4. Menyelesaikan dengan analogi yang lebih sederhana Sekarang kita telah mengetahui
bahwa terdapat banyak cara dalam memecahkan masalah matematika. Namun, yang
menjadi fokus dalam setiap permasalahan adalah bagaimana menemukan dan
menentukan metode yang terbaik, dan paling efesien. Salah satu metode yang
kadangkala dapat memunculkan jawaban adalah dengan mengubah soal dalam bentuk
yang lebih mudah untuk dikerjakan. Dengan mengerjakan soal ini diharapkan
pemecahan masalah mendapatkan pengetahuan untuk mengerjakan soal yang
sebenarnya. Metode ini digunakan ketika suatu masalah tidak menuntut jawaban yang
exact.
5. Membuat Gambar (visualisasi masalah)
Membuat gambar/visualisasi dalam geometri bukanlah suatu hal yang baru. Namun
bagaimana jika dibuat untuk jenis soal lain? Gambar/visualisasi akan berfungsi sebagai
fasilitator untuk menyelesaikan masalah dibanding sebagai unsur-unsur dari
permasalahan.
6. Meninjau Kasus Ekstrim
Beberapa soal dapat dipecahkan dengan mudah dengan meninjau kasus ekstrim dalam
soal tersebut. Dengan meninjau kasus ekstrim kita mungkin merubah variabel tetapi
hanya variabel yang tidak mempengaruhi soal awal.
7. Terkaan cerdas dan pengujian
Dalam strategi ini kita akan membuat terkaan kemudian mengetesnya ke dalam soal.
Meskipun demikian, metode ini cukup berbeda dengan trial-and-error karena terjadi
pembatasan nilai variabel yang pada akhirnya terfokus kepada jawaban yang dicari.
Dalam metode ini, jawaban akan terlihat lebih teratur.
8. Menghitung semua kemungkinan
Strategi ini seringkali disebut dengan “mengeliminasi/menghilangkan kemungkinan”
yakni strategi di mana pemecah masalah menghilangkan kemungkinan jawaban
sampai menyisakan jawaban yang benar. Tentunya cara ini membutuhkan waktu lebih
lama daripada cara-cara lainnya. Tapi ada kalanya suatu permasalahan lebih baik
diselesaikan dengan cara ini ketika cara yang lain tidak menjanjikan sebuah jawaban
atau terlalu abstrak. Terkadang proses pengeliminasian kemungkinan jawaban dapat
terjadi secara mental (tanpa melibatkan tulisan).
9. Mengorganisasi data
Beberapa orang kadang kebingungan mengerjakan soal yang memuat atau
mengandung unsur-unsur informasi seperti data dsb. Mengorganisasi ulang data yang
diberikan mungkin bisa menjadi alternatif dalam memandang suatu soal/permasalahan
secara visual.
10. Penalaran Logis
Kemampuan melakukan penalaran logis bergantung pada banyak latihan maupun
pengalaman yang telah didapat. Karena materi matematika salng berhubungan, maka
dalam permasalahan matematika, valid-nya suatu penalaran akan sangat bergantung
terhadap keluwesan dan penguasaan materi-materi matematika tersebut.
Langkag-langkah Pemecahan Masalah
Sebelumnya kita mengetahui bahwa pemecahan masalah adalah proses yang
ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah
itu tidak lagi menjadi masalah baginya. Suatu model yang dijadikan dasar untuk proses
pemecahan masalah tersebut adalah model empet-tahap yang diusulkan oleh George Polya
(Hudojo dalam Wahyudi, 2012), yaitu:
1. Memahami masalah
2. Membuat rencana untuk menyelesaikannya
3. Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua
4. Memerikasa ulang jawaban yang diperoleh.
Memahami masalah
Pada tahap ini, kegiatan pemecahan masalah diarahkan untuk membantu siswa
menetapkan apa yang diketahui pada perasalahan dan apa yang ditanyakan. Beberapa
pertanyaan perlu dimunculkan kepada siswa untuk membantunya dalam memahami
masalah ni. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:
1. Apakah yang diketahui dari soal?
2. Apakah yang ditanyakan soal?
3. Apakah saja informasi yang diperlukan?
4. Bagaimana akan menyelesaikan soal.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di atas, diharapkan siswa dapat lebuh mudah
mengidentifikasi unsur yan diketahui dan ditanyakan soal. Dalam hal ini strategi
mengidentifikasi informasi yang diinginkan, diberikan dan diperlkan akan sangat
membantu siswa melaksanakan tahap ini. Perhatikan contoh permasalahan berikut:
(14) Hasil bagi kedua bilangan cacah adalah 5. Jika jumlah kedua bilangan cacah adalah 6,
tentukan kedua bilangan cacah tersebut.
Penyelesaian: misalkan bilangan tersebut a dan b.
Diketahui :
a/b = 5
a + b = 36
ditanya : a = ....?
b= ....?
Membuat Rencana untuk Menyelesaikan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah tidak akan berhasil tanpa perencanaan yang baik.
Dalam perencanaan pemecahan masalah, siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi
strategi-strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk menyelesaikan masalah. Dalam
mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah ini, hal yang paling penting untuk
diperhatikan adalah apakah strategi tersebut berkaitan dengan permasalahan yang akan
dipecahkan.
Melaksanakan Penyelesaian Soal
Kemempuan siswa memahami substansi materi dan keterampilan siswa melakukan
perhitungan-perhitungan matematika akan sangat membantu siswa untuk melaksanakan
tahap ini. Perhatikan kembali contoh penyelesaian permasalahan (14).
a/b =5 ==> a = 5b
a + b = 36 ==> 5b + b = 36
==> 6b = 36
==> b = 6
b = 6 ==> a = 5 x 6 = 30
bilangan-bilangan tersebut adalah 30 dan 6
Memeriksa Ulang Jawaban yang Diperoleh
Langkah memeriksa ulang jawaban yang diperoleh merupakan langkah lanhkah
terakhir dari pendekatan pemecahan masalah matematika (Hudojo dalam Wahyudi 2012).
Langkah ini penting dilakukan untuk mengecek apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai
dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan yang ditanya.
Ada empat langkah penting yang dapat dijadikan pedoman untuk dalam melaksanakan
langkah ini, yaitu:
Mencocokkan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanyakan
Menginterprestasikan jawaban yang diperoleh
Mengidentifikasi adakah cara lain untuk mendapatkan penyelesaian masalah
Mengidentifikasi adakah jawaban atau hasil lain yang memenuhi
Pada contoh penyelesaian permasalahan (14) di atas, hasil yang diperoleh adalah 30 dan
6. Sedangkan unsur yang diketahui adalah a/b =5. Jika bilangan-bilangan 30 dan 6 kita
gantikan ke a/b=5, kita dapatkan bahwa 30/6=5 bernilai benar. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil yang kita peroleh sudah sesuai dengan yang diketahui.
D. Penerapan di Sekolah Dasar
Untuk menerapkan pendekatan pemecahan masalah dalam pembelajaran pemecahan
masalah matematika di Sekolah Dasar, dapat dilakukan secara klasikal maupun kelompok
dengan mengikuti langkah-langkah umum pendekatan pemecahan masalah dan langkah-
langkah pembelajaran yang biasa dilakukan di Sekolah Dasar, yaitu pendahuluan,
pengembangan, penerapan dan penutup.
Berikut ini akan disajikan contoh penerapan keempat langkah ini pada pembelajaran
matematika pada materi pokok Volum Bangun Ruang untuksiswa Kelas V Sekolah Dasar.
1. Pendahuluan
Menginformasikan tujuan pembelajaran
Mengingatkan siswa tentang rumus bangun ruang kubus dan balok
Mengarahkan siswa untuk membaca secara cermat satu permasalahan secara
individual (Permasalahan dapat disajikan dalam bentuk LKS). Misalkan
permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.
Diketahui kotak berbentuk balok dengan ukuran seperti dibawah ini
12 8
30
Carilah kotak lain dengan ukuran yang berbeda tetapi memiliki vokume yang sama.
2. Pengembangan
Membimbing isswa untuk memahami masalahdengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut
a) Apakah yang diketahui dari soal?
b) Apakah yang ditanyakan soal?
c) Informasi apa yang diperlukan untuk menjawab soal?
Membantu siswa menentukan strategi pemecahan masalah yang sesuai dengan
permasalahan yang diberikan, misalnya dengan menebak ukuranyang diminta
dan mengeceknya kemudian. Tebakan yang dibuat siswa hendaknya disertai
dengan analisis yang masuk akal. Misalnya, siswa menebak ukuran yang
diminta adalah panjang balok = 15 satuan, lebar = 12 satuan, dan tinggi = 16
satuan. Analisis terhadap tebakan ini dalah apabila ukuran panjang dibagi dua
maka ukuran yang lai harus dikali dua agar diperoleh hasil perkalian yang
sama.
Meminta siswa melaksanakan penyelesaian sesuai dengan yang telah
direncanakan ( guru memberi bantuan jika diperlukan). Siswa dapat bekerja
secara individual secara bebas dan siswa diberi kebebasan untuk memilih cara
penyelesaian soal.
Bila satu penyelesaian sudah diperoleh, guru mendiskusikan apakah jawaban
siswa sudah benar dan adakah kemungkinan alternatif jawaban lain atau cara
lain untuk memperoleh jawaban tersebut. Pada tahap ini akan terlihat bahwa
jawaban yang diperoleh siswa akan beragam, begitu pula cara menjawabnya.
Hal ini sesuai dengan karakteristik soal pemecahan masalah itu sendiri.
3. Penerapan
Guru menguji pemahaman siswa atas konsep yang diajarkan dengan
memberikan beberapa permasalahan lain yang ada dalam LKS.
Memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan maslah.
4. Penutup
Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah.
Menyimpulkan hasil pembelajaran.
Disamping keempat langkah diatas masih ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan Guru
sebelum mengajar pemecahan masalah ini pada siswa Sekolah Dasar.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut, antara lain adalah:
1. Kemampuan siswa memahami substansi materi yang ada pada permasalahan.
2. Ketrampilan siswa melakukan perhitungan-perhitungan matematika.
3. Kemampuan guru menyiapkan soal-soal pemecahan masalah.
Daftar Puastaka
Hartono, Rudi. 2013. http://www.slideshare.net/rudilyas/all-problem-solving (diunduh 17 Mei
2014).
Muhsetyo, Gatot. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wahyudi dkk. 2012. Pemecahan Masalah Matematika. Salatiga : Widya Sari Press.