Upload
tahulinda
View
81
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas forensik traumatologi, ilmu yang mempelajari tentang trauma
Citation preview
Luka Ante mortem dan Post Mortem
Luka padaTubuh Jenazah
Luka Post Mortem
Luka Ante Mortem
Tanda Intravital
+
-
Jaringan setempat masih
hidup ketika terjadi trauma
Organ dalam masih berfungsi
ketika terjadi
Tanda-Tanda:• Retraksi Jaringan:
Terjadi karena serabut-serabut elastis dibawah kulit terpotong dan kemudian mengkerut sambil menarik kulit diatasnya.
• Reaksi Vaskuler: Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu:
• Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa:– Eritema ( kulit berwarna kemerahan )– Vesikel atau bulla
• Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravitalnya berupa:– Kontusi atau memar
• Reaksi mikroorganisme ( infeksi ) :Jika tubuh dari orang yang masih hidup
mendapat trauma dan meninggalkan luka terbuka maka kuman-kuman akan masuk serta menimbulkan infeksi yang ciri-cirinya sebagai berikut:
– Warna kemerahan– Terlihat bengkak– Terdapat pus– Bila sudah lama terlihat adanya jaringan granulasi
• Reaksi biokimiawi:Kenaikan kadar serotonin Kenaikan kadar histamine Kenaikan kadar enzyme ( ATP,
aminopeptidase, acid phosphatase dan alkali phosphatase ) yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari mekanisme pertahanan jaringan.
Tanda-Tanda:• Perdarahan hebat ( profuse bleeding ) :
– Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan perdarahan yang banyak sebab jantung masih bekerja sehingga terus-menerus memompa darah keluar lewat luka.
– Trauma yang terjadi sesudah mati sebab keluarnya darah disini secara pasif karena pengaruh gravitasi sehingga jumlahnya tidak banyak.
• Emboli Udara :– Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena
yang terpotong tidak mengalami kolap karena terfiksir dengan baik, seperti misalnya vena jugularis externa atau subclavia.
– Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli udara venosa pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai akibat dari tindakan pneumotorak artefisial atau karena luka-luka yang menembus paru.
– Kematian dapat terjadi akibat gelembung udara masuk pembuluh darah koroner atau otak.
• Emboli Lemak :– Terjadi pada trauma tumpul yang mengenai
jaringan berlemak atau trauma yang mengakibatkan patah tulang panjang. Akibatnya, jaringan lemak akan mengalami pencairan dan kemudian masuk kedalam pembuluh darah vena yang pecah
• Pneumotorak :– Jika dinding dada menderita luka tembus , sementara
paru-paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka tersebut dapat berfungsi sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru-paru akan masuk ke rongga pleura setiap inspirasi.
– Semakin lama udara yang masuk ke rongga pleura semakin banyak yang pada akhirnya akan menghalangi pengembangan paru-paru sehingga pada akhirnya paru-paru menjadi kolap.
• Emfisema Kulit ( Krepitasi Kulit ) :– Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang
iga patah dan menusuk paru-paru maka pada setiap ekspirasi udara paru-paru dapat masuk ke jaringan ikat dibawah kulit.
– Pada palpasi akan terasa ada krepitasi disekitar daerah trauma. Keadaan seperti ini tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah orang meninggal dunia.
Dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan-pemeriksaan untuk memperkirakan umur luka:
• Pemeriksaan Makroskopik
• Pemeriksaan Mikroskopik
• Pemeriksaan Histokemik
• Pemeriksaan Biokemik
– Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan berapa umur luka tersebut.
– Pada kekerasan dengan benda tumpul. • Daerah yang mengalami trauma terlihat pembengkakan
akibat ekstra vasasi dan inflamasi, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5 hari kuning kehijauan dan sesudah lebih dri seminggu menjadi kekuningan.
– Pada luka robek atau terbuka.• Dalam selang waktu 12 jam sesudah trauma akan terjadi
pembengkakan pada tepi luka. Selanjutnya kondisi luka akan didominasi oleh tanda-tanda inflamasi dan kemudian disusul tanda-tanda penyembuhan.
– Lekosit yang mula-mula masuk ke jaringan adalah jenis polimorfonuklear berikutnya akan tampak monosit, namun lekosit jenis ini jarang ditemukan pada eksudat kurang dari 12 jam sesudah trauma.
– Epitelisasi pada hari ketiga, – sel-sel fibroblast mulai menunjukkan perubahan reaktif ( dalam
bentuk proliferasi ) sekitar 15 jam sesudah trauma. – Serabut-serabut kolagen yang baru 4 atau 5 hari sesudah
trauma.
– Perubahan-perubahan histologik dari luka ini sangat di pengaruhi oleh ada tidaknya infeksi. Perlu diketahui bahwa infeksi akan memperlambat proses penyembuhan luka.
– Didasarkan pada reaksi yang dapat dilihat dengan pemeriksaan mikroskopik dengan menambahkan zat-zat tertentu.
– Ditemukannya enzym yang bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut dapat membuktikan lebih dini tentang adanya trauma sebelum perubahan morfologiknya dapat dilihat.
– Peningkatan aktifitas adenosine triphosphatase dan esterase dapat dilihat lebih dini, yaitu setengah jam setelah trauma. Peningkatan aktifitas aminopeptidase dapat dilihat sesudah 2 jam, sedang peningkatan acid phosphatase dan alkali phosphatase sesudah 4 jam.
– Perlu diketahui bahwa histamine dan serotonin merupakan zat vasoaktif yang bertanggung jawab terhadap terjadinya inflamasi akut, terutama pada stadium yang paling awal dari trauma
– Oleh peneliti lain dibuktikan bahwa kenaikan histamine terjadi 20-30 menit sesudah trauma, sedang serotonin naik setelah 10 menit.