Upload
ledieu
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SELAMAT DATANGPESERTA BINTEK
ADAFTASI PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK TUNANETRA PADA
KELAS INKLUSIF
olehUUS HERDIANTO
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JATENGBALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS
2011
PENGERTIANTuna > luka, tidak memilikiNetra > mata
Tunanetra adalah suatu kondisi dari indra penglihatan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya walau sudah dikoreksi dengan alat bantu apapun.
Secara medis > Ketajaman visualnya kurang atau sama dengan 6/60Lapang pandangnya kurang dari 200.
Pendidikan > Seseorang dikatakan tunanetra bila penglihatannya tidak dapat dimanfaatkan dalam proses pendidikan.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
ANAK TUNANETRAANAK TUNANETRA
May 13, 2023May 13, 2023
Pengertian Dipandang dari dunia pendidikan, seseorang dikatakan tunanetra
bila penglihtannya tidak dapat dimanfaatkan dalam proses pendidikan, sehingga mereka memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus. Anak yang memiliki kerusakan fungsi penglihatan tetapi setelah dikoreksi dengan kacamata tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, maka anak tersebut tidak dapat disebut sebagai tunanetra
Klasifikasi Anak Tunanetra Buta dan kurang lihat (low vision). Bila diukur dengan kartu Snellen anak diklasifikasikan tunanetra
bila : a) ketajaman penglihatannya kurang dari 20/200; b) ketajaman penglihatannya lebih dari 20/200 tetapi luas lapangan
penglihatannya membentuk sudut kurang dari 20o ; c) anak kurang lihat terdiri dari yang memiliki persepsi benda-
benda dengan ukuran besar (1 dm3 atau lebih), anak yang memiliki persepsi benda-benda dengan ukuran sedang (antara 2 cm3 dan 1 dm3), anak yang memiliki persepsi benda-benda ukuran kecil (2 cm3 atau lebih kecil).
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
...lanjutan...lanjutan
1. Tidak mampu melihat2. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter3. Kerusakan nyata pada kedua bola mata4. Sering meraba-raba/tersandung saat berjalan5. Kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya6. Bola mata yang hitam berwarna keruh7. Mata bergoyang terus
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
CIRI-CIRI CIRI-CIRI TUNANETRATUNANETRA
May 13, 2023May 13, 2023
Kelainan genetik > Retina degeneration (kemerositan fungsi retina), tumor pada retina, hilangnya fungsi syaraf mata, katarak, myopi.
Terjadinya infeksi pada saat embrional: penggunaan obat-obatan.
Penggunakan radioaktif atau radiasi eksternal Kekurangan gizi > pada saat embrional berpengaruh
pada susunan syaraf mata. Pada masa setelah kelahiran: kesalahan perawatan,
kecelakaan, tumor, infeksi, radang, kekurangan gizi sehingga menyebabkan ketunanetraan.
Ketunanetraan pada masa remaja dan menjelang dewasa lebih banyak disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit, sedangkan pada usia lanjut banyak disebabkan oleh katarak ketuaan.
Selain penyebab di atas terdapat faktor penyebab ketunanetraan yang belum diketahui sebab musababnya
PENYEBAB PENYEBAB KETUNANETRAANKETUNANETRAAN
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Menurut Kirley (1975) berdasarkan tes inteligensi dengan menggunakan Hayes-Binet bahwa IQ anak tunanetra berkisar 45-160 dengan distribusi:12,5% memiliki IQ kurang 80. 37,5% memiliki IQ di atas 120.50% memiliki IQ antara 80-120.
Levingston sependapat dengan Kirtley, bahwa perkembangan inteligensi tidak langsung dipengaruhi oleh hilangnya fungsi penglihatan, dan IQ sendiri tidak cukup untuk mengukur kemampuan belajar
IQ Tunanentra tidak berbeda dengan anak awas Ketunanetraan yang ada pada anak bukan kewajiban guru/
guru untuk merubah, tetapi mengidentifikasi kemampuannya untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin
INTELIGENSIINTELIGENSITUNANETRATUNANETRA
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Proses deteksi, diskriminasi, pengenalan, identifikasi, dan pertimbangan melalui indra non visual.
80% persepsi diperoleh melalui indra visual. Terdapat kesan yang dapat dipersepsi
hanya melalui visual, indra lain tidak dapat menggantikannya, misal: warna, pemandangan, gerakan yang berkesinambungan, fakta yang jauh jaraknya, pembiasan, bayangan, dll.
PERSEPSIPERSEPSITUNANETRATUNANETRA
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
memberi berbagai informasi merupakan indra jarak jauh yang mampu menempuh
ruang kepekaan pendengaran dianggapnya sebagai suatu
yang otomatis sebagai kompensasi atas hilangnya fungsi visual – semua itu hasil dari latihan bukan pembawaan
Anak tunanetra dengan pendengarannya mampu mengetahui suasana yang silih berganti. Berbagai jenis dan warna suara (timbre) dapat menggambarkan atau memberi petunjuk terhadap suatu keadaan atau peristiwa dan objek.
aktivitas yang mengkombinasikan tekstur atau bentuk dengan bunyi dapat membuka peluang bagi tunanetra terhadap terbentuknya asosiasi benda-benda
PENDENGARAN PENDENGARAN TUNANETRATUNANETRA
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Anak tunanetra usia sekolah atau prasekolah menggunakan tubuhnya Anak tunanetra usia sekolah atau prasekolah menggunakan tubuhnya untuk memahami masalah ruang untuk memahami masalah ruang
Anak tunet sejak lahir mulai mengetahui bahwa ada ruangan di luar Anak tunet sejak lahir mulai mengetahui bahwa ada ruangan di luar dirinya ketika mereka diajar menjangkau dengan tangannya untuk dirinya ketika mereka diajar menjangkau dengan tangannya untuk mendapatkan barang atau benda, kemudian barulah mereka berani mendapatkan barang atau benda, kemudian barulah mereka berani mengangkat tubuhnya mengangkat tubuhnya
Kekakuan, kestabilan, berat, bentuk, dan tekstur dapat diketahui Kekakuan, kestabilan, berat, bentuk, dan tekstur dapat diketahui dengan indra perabaan dengan indra perabaan
Kepekaan indra perabaan pada anak tunanetra tidak berlangsung Kepekaan indra perabaan pada anak tunanetra tidak berlangsung secara otomatis, tetapi melalui latihan yang berlangsung terus-secara otomatis, tetapi melalui latihan yang berlangsung terus-menerus sebagai kompensasi hilangnya fungsi visual menerus sebagai kompensasi hilangnya fungsi visual
Sensitivitas kulit ditentukan oleh adanya kemampuan untuk Sensitivitas kulit ditentukan oleh adanya kemampuan untuk membedakan dua titik yang disebut diskriminasi taktual membedakan dua titik yang disebut diskriminasi taktual
Guyton (1981) menyatakan bahwa perabaan yang paling peka adalah Guyton (1981) menyatakan bahwa perabaan yang paling peka adalah ujung lidah (1 mm), ujung jari (2 mm), dan hidung (3 mm). Pinel (1993) ujung lidah (1 mm), ujung jari (2 mm), dan hidung (3 mm). Pinel (1993) menyatakan bahwa bagian tubuh yang mampu mendiskriminasikan menyatakan bahwa bagian tubuh yang mampu mendiskriminasikan taktual yang terhalus adalah tangan, bibir, dan lidah. taktual yang terhalus adalah tangan, bibir, dan lidah.
Kepekaan diskriminasi taktual sesuai dengan kepadatan reseptornya Kepekaan diskriminasi taktual sesuai dengan kepadatan reseptornya dan luasnya korteks sensorik, maka tunanetra mampu membedakan dan luasnya korteks sensorik, maka tunanetra mampu membedakan berbagai variasi bentuk titik timbul dalam huruf Braille. berbagai variasi bentuk titik timbul dalam huruf Braille.
PERABAANPERABAANTTUNANETRAUNANETRA
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Indra pencecap dan pencium secara fisiologis dekat sekali letaknya, Indra pencecap dan pencium secara fisiologis dekat sekali letaknya, maka kedua indra tersebut akan bekerja secara kooperatif maka kedua indra tersebut akan bekerja secara kooperatif
Indra pembau mampu menganalisis dan menduga terhadap jenis Indra pembau mampu menganalisis dan menduga terhadap jenis benda, asal benda serta rasa dari benda tersebut benda, asal benda serta rasa dari benda tersebut
Bau yang khas akan merupakan petunjuk terhadap suatu objek yang Bau yang khas akan merupakan petunjuk terhadap suatu objek yang dituju. Bau menginformasikan posisi badan dan sebagai petunjuk dituju. Bau menginformasikan posisi badan dan sebagai petunjuk berjalan.berjalan.
Indra kinestesi menyadarkan anak tunanetra akan posisi dan gerak Indra kinestesi menyadarkan anak tunanetra akan posisi dan gerak tubuh tubuh
Indra keseimbangan mampu memberikan informasi tentang posisi Indra keseimbangan mampu memberikan informasi tentang posisi dari tubuhnya dan juga gerakan lurus serta memutar dari bagian–dari tubuhnya dan juga gerakan lurus serta memutar dari bagian–bagian tubuh tersebut bagian tubuh tersebut
INDRA LAIN INDRA LAIN TUNANETRATUNANETRA
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
TUNANETRA
KETERBATASAN Menurut Lowenfeld Gerak/Mobilitas Perkembangan
Konsepsi/Pengalaman Interaksi dengan
Lingkungan/Sosialisasi
BERPENGARUH Aktifitas Belajar Bekerja Kegiatan Sehari-hari Kognitif (akibat kurangnya
informasi/ pengalaman visual) Emosi (perasaan takut, cemas,
mudah tersinggung, curiga, marah, sedih)
Sosial (sikap masyarakat yang kurang menguntungkan sprt penolakan, acuh, isolasi, penghinan)
HAMBATAN HAMBATAN TUNANETRATUNANETRA
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Orientasi MobilitasOrientasi Mobilitas
Alternatif pilihan Model Kurikulum Sekolah Inklusif, dilihat dari kebutuhan peserta didik berkelainan :
(1) Model Kurik sekolah reguler penuh (Duplikasi) > Program layanan khususnya lebih diarahkan kepada proses bimbingan belajar, motivasi dan ketekunan belajarnya.
(2) Model Kurik sekolah reguler yang dimodifikasi >modifikasi pada bahan, strategi pembelajaran, jenis penilaian dll.
(3) Model Kurikulum Substitusi > beberapa bagian dari kur umum ditiadakan tetapi diganti dengan materi yang kurang lebih setara.
(4) Model Kurikulum Omisi > beberapa bagian dari kurikulum umum ditiadakan sama sekali karena tidak memungkinkan bagi ABK.
Apa Kurikulum yang digunakan untuk Sekolah Inklusif?
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
STRATEGISTRATEGIPEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
Kurikulum
Kurikulum Pendidikan Inklusif
1. Duplikasi > sama dengan umum
2. Modifikasi > disesuaikan dengan ABK
3. Substitusi > beberapa diganti dg yg setara
4. Omisi > bbrp ditiadakan krn tdk sesuai dg ABK
...lanjutan...lanjutan
KONSEP PPI
•Rencana pembelajaran bagi seorang anak (individual)
•PPI dinamis: sensitif terhadap perubahan & kemajuan anak
• Disusun oleh tim berbagai profesi• Memuat deskripsi tingkat kemampuan
yang telah dimiliki• Mencakup semua aspek kurikulum
(akademik dan non akademik ), spt kondisi emosi, kemamp, fisik, kesehatan
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Format PPI tidak ada yang baku Format disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
sekolah Ada komponen yang harus ada dalam PPI: informasi
data siswa dan tingkat kemampuan siswa.
KOMPONEN PPI
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
1. Kelas reguler (Inklusif Penuh)2. Kelas reguler dengan Cluster3. Kelas reguler dengan Pull out4. Kelas reguler dengan cluster
dan pull out5. Kelas khusus dengan
berbagai pengintegrasian 6. Kelas khusus penuh
24
STRATEGI PEMBELAJARAN
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PRINSIP PEMBELAJARAN BAGI ANAK DENGAN GANGGUAN VISUAL/TUNANETRA
1. Prinsip Kekongkritan > diraba > benda asli atau tiruan.
2. Prinsip Pengalaman Menyatu > anak awas sekali pandang dapat mengetahui segalanya, tunet perlu dijelaskan hubungan2nya.
3. Prinsip Belajar Sambil Melakukan > tidak hanya bersifat informatif tapi diajak untuk melakukannya.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
1. Tujuan/indikator pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan
2. Karakteritik mata pelajaran Materi pelajaran yang banyak membutuhkan fungsi visual
diAdaptasi dengan pemanfaatan indra pendengaran, taktual, penciuman serta indra lain non visual. Kebanyakan tunanetra kesulitan dalam pembentukan konsep global, mereka memulai pengertian dengan diawali pembentukan konsep detail per detail baru kemudian global.
Kedalaman materi pelajaran yang memerlukan fungsi visual dan tidak dapat diganti dengan fungsi indra lain diturunkan target pencapaiannya, dan diberikan pengayaan di topik-topik yang mudah diterima dengan indra non visual.
3. Kendala berkaitan dengan waktu, sarana/alat, ruang a. Waktu
Membaca-menulis Braille lebih memerlukan waktu lama Memahami gambar timbul waktunya bisa 10 (lebih) x waktu
orang awas
KONDISI KONDISI PEMBELAJARANPEMBELAJARAN
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
b. Media/alatb. Media/alat peta/ globe timbulpeta/ globe timbul miniatur binatangminiatur binatang penggaris timbulpenggaris timbul Power riderPower rider meteran timbulmeteran timbul meteran bunyimeteran bunyi Reglet dan stylusReglet dan stylus Block kis, papan paku, kalkulator bicara, Block kis, papan paku, kalkulator bicara,
sempoasempoa Laser canLaser can Papan catur, bola bunyi, tenis meja dllPapan catur, bola bunyi, tenis meja dll Braille kit, tongkat putih, blind fordBraille kit, tongkat putih, blind ford
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
SARANASARANA/MEDIA/MEDIA
TermoformTermoform Kertas braillonKertas braillon Kertas brailleKertas braille Plastik timbulPlastik timbul Braille displayBraille display Mesin tik brailleMesin tik braille Mowat sensorMowat sensor Tongkat putihTongkat putih Sonic fathpenderSonic fathpender Komputer brailleKomputer braille Printer braille dll.Printer braille dll.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
...lanjutan...lanjutan
Pengelolaan kelasPengelolaan kelas
O O O O O O
O O O O O O
X O O X X O
V
O = siswa reguler O = siswa reguler X = X = peserta didikpeserta didik V = V = pendidikpendidik
Penataan ruang kelasPenataan ruang kelasPengorganisasian siswa Pengorganisasian siswa (individual, berpasangan, (individual, berpasangan, kelompok kecil, klasikal).kelompok kecil, klasikal).Situasi kooperatifSituasi kooperatifPenempatan tempat dudukPenempatan tempat dudukpertimbangkan, ketajaman pertimbangkan, ketajaman penglihatan, pendengaran, penglihatan, pendengaran, pencahayaanpencahayaan(Inklusi) dekatkan dengan (Inklusi) dekatkan dengan siswa yang pedulisiswa yang peduliHindarkan kelas yang bisingHindarkan kelas yang bisingAksesibelAksesibel
PENGELOLAAN PENGELOLAAN KELASKELAS
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Mata pelajaran dengan materi pelajaran yang banyak Mata pelajaran dengan materi pelajaran yang banyak membutuhkan fungsi visual diAdaptasi dengan membutuhkan fungsi visual diAdaptasi dengan pemanfaatan indra pendengaran, taktual, penciuman pemanfaatan indra pendengaran, taktual, penciuman serta indra lain non visual serta indra lain non visual
Formula/rumus atau penyajian fakta secara vertikal Formula/rumus atau penyajian fakta secara vertikal diubah dalam format horizontal (braille tidak mengenal diubah dalam format horizontal (braille tidak mengenal format vertikal)format vertikal)
KARAKTERISTIK KARAKTERISTIK MATA PELAJARANMATA PELAJARAN
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Contoh tabel, Pengerjaan matematika
800
700
600
500
400
300
200
100
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Dinarasikan:2001 5020021502003250200432020054002006450dst
PAPAN PAKUPAPAN PAKU
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Materi pelajaran yang memerlukan fungsi visual dan tidak dapat diganti dengan fungsi indra lain (con. Cermin, cahaya, warna dll.) diturunkan target pencapaiannya, dan diberikan pengayaan di topik-topik yang mudah diterima dengan indra non visual
KARAKTERISTIK KARAKTERISTIK MATA PELAJARANMATA PELAJARAN
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Strategi pengorganisasian: pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lainnya
Pemilihan dan penataan isi materi tidak memerlukan Adaptasi Penyajian diagram (objek dua dimensi) memerlukan Adaptasi
dengan mengemboss (menimbulkan) agar dapat diraba tunanetra), sedangkan objek tiga dimensi harus disajikan dalam bentuk benda asli atau model.
Penyajian format/ formula vertikal dapat diAdaptasi dalam format horinsontal, karena penulisan huruf Braille susah disajikan dalam format vertikal
PENGELOLAAN PENGELOLAAN KKBMBM
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Peraga pembelajaran 1. Upayakan setiap anak mendapat kesempatan untuk mengamati
(meraba) media yang tersedia. 2. Peraga visual diAdaptasi ke dalam peraga auditif, perabaan, namun
tidak semua kesan visual dapat diubah ke dalam kesan non visual. Misal persepsi cahaya, bayangan, benda yang hanya dapat dijangkau dengan penglihatan. Hal ini anak tunanetra cukup diberi kesempatan untuk merasakan gejala yang muncul atau bahkan cukup diberikan cerita tentang itu.
3. Objek tiga dimensi harus disajikan dalam bentuk benda asli atau model.
Interaksi peserta didik dengan peraga1. Peraga hendaknya jangan terlalu besar atau terlalu kecil, yang ideal
adalah sejauh kedua tangan dapat mendeteksi objek secara keseluruhan.
2. Penyajian tabel/ diagram perlu penjelasan cara membaca dan maksud tabel/ diagram tersebut.
3. Ada jaminan bahwa peraga itu tidak berbahaya, tidak mudah rusak.
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PENGELOLAAN PENGELOLAAN KKBMBM
Metode pembelajaraan umum anak tunanetra Adaptasi aktivitas visual ke non visual (menceritakan gambar, peta)
Ceramah ucapan jelas Demonstrasi tidak dengan visualisasi Praktikum IPA informasi proses Setiap anak upayakan mendapat alat peraga Hindarkan kata ini, itu, di sana, di situ, ke sini dll Raut wajah indikator aktivitas anak
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
PENGELOLAAN PENGELOLAAN METODOLOGIMETODOLOGI
Peserta didik dengan kebutuhan khusus yang dalam pembelajarannya menggunakan kurikulum standar, maka penilaian pembelajarannya sama dengan anak lain pada umumnya. Peserta didik ini berhak mengikuti ujian nasional dan memperoleh ijasah seperti anak lain.
Peserta didik dengan kebutuhan khusus yang dalam pembelajarannya menggunakan kurikulum di bawah standar, maka penilaian pembelajarannya dibedakan dengan anak lain pada umumnya. Peserta didik ini berhak tidak perlu ujian nasional dan cukup mengikuti ujian sekolah memperoleh STTB dari sekolah yang bersangkutan.
Terhadap anak berkebutuhan khusus yang tidak mampu memenuhi target kurkulum reguler sekalipun telah dimodifikasi sehingga menggunakan kurikulum PPI, maka kreteria penilaiannya berdasarkan yaitu berapa persen daya serap atau pencapaian tujuan yang telah disusun dalam PPI, itulah nilai yang diperoleh.
Jika setiap anak berkebutuhan khusus di kelas itu memerlukan PPI yang berbeda, maka penilaianya atas dasar pencapaian tujuan masing-masing PPI untuk masing-masing anak. Hal ini dimungkinkan setiap anak mendapatkan nilai yang baik, sekalipun kemampuannya
Jika penilaian dilakukan secara kuantitatif, maka untuk membedakan hasil penilaian antara peserta didik dengan kreteria reguler dengan peserta didik yang kenai PPI, maka khusus peserta didik dengan PPI hasil penilaian kuantitatif hendaknya dilampiri penilaian narasi
PRINSIP PRINSIP PENILAIANPENILAIAN
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Pasal 9 Permendiknas nomor 70/ 2009 sebagai berikut:1. Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif mengacu
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.2. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum
yang dikembangkan sesuai dengan standar nasional pendidikan atau di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti ujian nasional.
3. Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan di bawah standar nasional pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.
4. Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan dan lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan mendapatkan ijazah yang blankonya dikeluarkan oleh Pemerintah.
5. Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan pendidikan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan di bawah standar nasional pendidikan mendapatkan surat tanda tamat belajar yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.
6. Peserta didik yang memperoleh surat tanda tamat belajar dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau satuan pendidikan khusus.
PRINSIP PRINSIP PENILAIANPENILAIAN
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Tunanetra total Menghindari/ minimalkan penggunaan kata-kata visual (abstrak)
yang kurang dipahami anak. Gambar dua dimensi disajikan dalam bentuk gambar timbul/
taktual. Benda-benda tiga dimensi disajikan dalam bentuk asli atau
model. Tambahan waktu sedikitnya 20% dari waktu yang ditentukan. Semua indra non visual dimanfaatkan untuk keperluan penilaian. Posisi tempat duduk anak memperhatikan kemampuan indra
pendengaran
PENILAIANPENILAIAN
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
Low Vison Memperhatikan kemampuan visual (ketajaman
penglihatan) yang dimiliki anak . Posisi tempat duduk anak memperhatikan hal-hal
berikut ini: jarak, ukuran, pencahayaan, kekontrasan
Menggunakan alat bantu optik atau non optik yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak.
PENILAIANPENILAIAN
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
BENTUK TES DIADAFTASI
Portofolio Kumpulan karya dalam bentuk Braille, CD, Disket, Huruf Cetak
Penilaian produk
Tidak perlu Adaptasi
Lisan Tetap dilakukan dengan lisan
Tertulis Ditulis dalam huruf Braille, diubah dalam bentuk lisan, CD, disket, huruf cetak
Kinerja Tidak perlu Adaptasi
ADAPTASI ADAPTASI PENILAIANPENILAIAN
Adaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetraAdaptasi kurikulum dan pembelajaran tunanetra
MENGENAL HURUF BRAILLE
A b c d e f g h I ja b c d e f g h I j
K l m n o p q r s tk l m n o p q r s t
U v x y z W # = tanda angkau v x y z W
ALAT-ALAT TULIS BRAILLE
1. RIGLET
2. MESIN TIK BRAILLE
3. MESIN CETAK BRAILLO
Braillo 200
Braillo 400
Braillo 400
SELAMAT BERJUANG
dok-budi-sdm-inklusi