Upload
syizae
View
2.334
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Praktikum Fisika pengaruh suhu terhadap hambatan kawat
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR LISTRIK
MAGNET DAN OPTIKA
PENGARUH PANAS TERHADAP
HAMBATAN KAWAT
Disusun Oleh :
Siti Zainab (12302241030)
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
PERCOBAAN X
PENGARUH PANAS TERHADAP
HAMBATAN KAWAT
A. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan dapat:
1. Menunjukkan pengaruh panas terhadap hambatan kawat
2. Menentukan besar koefisien suhu () suatu hambatan kawat.
B. Alat dan Bahan
1. Bak air
2. Hambatan kawat listrik
3. Sumber arus AC
4. Air
5. Multimeter (ohmeter)
6. Pemanas listrik
C. Dasar teori
Berdasarkan persamaan hukum ohm π =π
πΌ , hambatan listrik dapat didefinisikan sebagai
hasil bagi beda potensial antara ujung-ujung penghantar dengan kuat arus, yang mengalir
pada penghantar tersebut (Setya Nurachmandani, 2009: 191).
Resistansi suatu material bergantung pada panjang, luat penampang lintang, tipe material,
dan temperature. Untuk material-material yang mematuhi ukum Ohm resistansi tidak
bergantung pada arus; yaitu perbandingan V/I tidak bergantung pada I. Untuk konduksi
listrik memiliki bentuk yang sama seperti persamaan βπ = πΌπ dan π = βπ₯/ππ΄ untuk
konduksi termal dan resistansi termal. Resistansi dan konduktivitas suatu logam tertentu
bergantung pada temperatur. Grafik dibawah adalah grafik plot resistivitas terhadap
temperatur. Grafik ini mendekati garis lurus, yag berarti bahwa resistivitas hampir
mendekati linier terhadap temperatur. (Paul A. Tipler, 2001:143)
Pada suatu selang waktu tertentu, resistivitas suatu konduktor berubah-ubah hampir
secara linier terhadap suhu berdasarkan persamaan :
π = π0 1 + πΌ(π β π0)
Dimana π adalah resistivitas pada suhu T (dalam 0C), π0 adalah resistivitas pada suatu
suhu acuan T0 (bisanya digunakan 200C), dan adalah koefisien suhu resistivitas .
Sebuah kawat hambatan jika dipanaskan, maka besar hambatannya akan berubah sesuai
dengan besarnya kenaikan suhu.
π π‘ = π 0 + π 0π₯π‘
Dengan :
Rt : hambatan pada suhu t
R0 : hambatan awal
: koefisien suhu hambatan kawat (/0C)
Ξt : kenaikan suhu (0C)
D. Data hasil pengamatan
Kanaikan suhu dibuat constant yaitu = 100C
No t0 (0C) t (
0C) R01(Ξ©) Rt1(Ξ©) R02(Ξ©) Rt2(Ξ©)
1 27 37 94 94 2322,8 2374
2 27 47 94 92 2322,8 2184
3 27 57 94 92 2322,8 1734
4 27 67 94 90 2322,8 1340
5 27 77 94 88 2322,8 148
E. Analisis
a. Grafik hubungan hambatan (R1) dengan suhu (T) kawat 1
t (0C) Rt1(Ξ©)
27 94
37 94
47 92
57 92
67 90
77 148
b. Grafik hubungan hambatan (R1) dengan suhu (T) kawat 2
t (0C) Rt2(Ξ©)
27 2322,8
37 2184
47 2374
57 1734
67 1340
77 148
F. Jawaban Pertanyaan
1. Buat grafik hubungan R dan suhu T
Jawab:
a. Grafik hubungan hambatan (Ξ©) dan suhu (T) pada kawat 1
b. Grafik hubungan hambatan (Ξ©) dan suhu (T) pada kawat 2
2. Rumuskan persamaan garis yang anda peroleh
Jawab:
Berdasarkan analisis grafik secara manual,diperoleh persamaan garis π¦ = ππ₯ + π
a) Persamaan garis untuk grafik 1 adalah π¦ = 0,11 Β± 0,02 π₯ + (88,9 Β± 1,2)
b) Persamaan garis untuk grafik 2 adalah π¦ = 38,8 Β± 16,1 π₯ + (9,2 Β± 4)π₯102
3. Tentukan dari persamaan garis yang anda peroleh.
Jawab:
Berdasarkan analisis grafik yang telah saya lakukan diperoleh nilai koefisien suhu
dari kawat yang ditunjukkan dengan persamaan π¦ = ππ₯ + π , dimana m adalah
sebagai gradient atau dalam hal ini disebut dengan koefisien suhu kawat (). Adapun
nilai kawat sebesar:
(1Β±Ξ1)= 0,11 Β± 0,02 /0C
(2Β±Ξ2)= 38,8 Β± 16,1 /0C
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis grafik yang telah saya lakukan diatas bisa disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan persamaan π‘ = π 0 + π 0π₯π‘ , menunjukkan bahwa hubungan atau
pengaruh panas terhadap hambatan kawat adalah berbanding lurus. Artinya jika suhu
semakin besar maka hambatan yang dihasilkanpun akan semakin besar pula. Tetapi,
pada hasil percobaan kami diperoleh hubungan grafik antara pengaruh panas terhadap
hambatan kawat adalah berbanding terbalik. Yang menunjukkan bentuk grafik linier e
bawah. Hal ini akan dibahas dalam pembahasan.
2. Dari hasil analisis grafik, diperoleh nilai koefisien suhu pada kawat 1 sebesar
0,11 Β± 0,02 /0C, sedangkan untuk kawat 2 sebesar 38,8 Β± 16,1 /
0C.
H. Pembahasan
Pada percobaan yang berjudul pengaruh panas terhadap hambatan kawat kali ini
bertujuan untuk menentukan pengaruh panas terhadap hambatan kawat serta menentukan
besar koefisien suhu () suatu hambatan yang akan kita ukur. Dalam percobaan kali ini
kami membuat Ξt tetap, yaitu sebesar 100C. yang pertama kami ukur adalah suhu awal
air dalam bak air sebelum dipanaskan dan hambatan awalnya pada kawat yang dililitkan
pada penggaris, yang mempunyai jumlah lilitan yang berbeda. Dan ternyata setelah
diukur, kawat yang jumlah lilitannya banyaklah yang mempunyai besar hambatan yang
besar.
Berdarkan analisis grafik, maka diperoleh hasil koefisien suhu kawat 1 senilai
0,11 Β± 0,02 /0C , sedangkan kawat 2 sebesar 38,8 Β± 16,1 /
0C dengan menggunakan
persamaan =π₯π¦
π₯π₯=
(π π‘2βπ π‘1 )
π₯π‘ .
Hasil pengukuran pada tabel yang kami dapatkan diperoleh hasil, bahwa semakin panas
suhunya, maka hambatan yang dihasilkan semakin kecil. Dan ini juga sesuai dengan
analisis pada grafik yang ada. Bahwa bisa kita lihat antara hubungan suhu dengan
hambatan adalah berbanding terbalik, karena grafiknya membentuk garis linier ke bawah.
Tetapi berdasarkan teori, seharusnya pengaruh suhu itu berbanding lurus dengan
hambatan. Teori ini bisa dibuktikan dengan persamaan π π‘ = π 0 + π 0π₯π‘, sehingga bila
kita mau mencari koefisien suhu maka persamaanya menjadi =(π π‘βπ 0)
π 0π₯π‘=
βπ
π 0π₯π‘ .
Dari hubungan persamaan di atas, jelas bahwa hubungan antara suhu (T) dengan
hambatan (R) adalah berbanding lurus. Maka percobaan kami, berbeda dengan teori yang
ada. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Ketika megukur hambatan menggunakan multimeter digital, skala yang ditunjukkan
selalu berubah-ubah nilainya, sehingga ketika kami menentukan nilai yang paling
stabil bisa jadi hasil itu belum menunjukkan hasil yang sesungguhnya.
2. Pada saat mengukur hambatan kawat menggunakan multimeter yang tidak langsung
terhubung dengan kawatnya dan terkadang sering bergeser, memungkinkan hasil
pengukuran yang diperolehpun tidak sesuai yang sebenarnya.
3. Pemanas listrik yang sering lepas memungkinkan suhu yang dihasilkanpun naik
turun, sehingga bisa berpengaruh pada pembacaan skala di multimeter.
4. Ketika melihat hasil pengukuran pada multimeter sering tidak tepat waktunya ketika
suhu sudah menunjukkan pada skala yang harus dicatat, sehingga bisa terjadi selisih
pengukuran antara yang seharusnya ditunjukkan dengan hasil yang kita lihat.
5. Penggunaan skala pada analisis grafik yang tidak sama antara sumbu x dan sumbu y,
memungkinkan perolehan hasil yang beda, selain itu juga pembulatan angka pada
pembuatan skala grafik yang bisa saja mempengaruhi hasil perhitungan.
I. Daftar Pustaka
Giancoli, Douglas C. 2001. FISIKA/Edisi kelima, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Searway, Raymond A. dan John W. Jewett, Jr. 2010. Fisika- untuk Sains dan Teknik.
Jakarta: Salemba Pustaka.
Tim Fisika Dasar. 2013. Petunjuk Praktikum Pengantar lastrik magnet dan Optika.
Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY.
Tipler, Paul A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik jilid 2. Jakarta:Erlangga.