Upload
dolpret
View
375
Download
29
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Biofarmasetika
Citation preview
PERCOBAAN VII
BIOAVAILABILITAS DAN BIOEKIVALENSI
I. Tujuan
Untuk mengetahui bioekivalensi relatif Paracetamol dari bentuk sediaan
berbeda (sirup, eliksir, tablet) dengan zat aktif paracetamol
II. Dasar Teori
Studi bioavailabilitas dilakukan baik terhadap bahan obat aktif yang telah
disetujui maupun terhadap obat dengan efek terapetik yang belum disetujui oleh FDA
untuk dipasarkan. Formula baru dari bahan obat aktif atau bagian terapetik sebelum
dipasarkan harus disetujui oleh FDA. FDA dalam menyetujui suatu produk obat untuk
dipasarkan harus yakin bahwa produk obat tersebut aman dan efektif sesuai label indikasi
penggunaan. Selain itu, produk obat juga harus memenuhi seluruh standar yang
digunakan dalam identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian. Untuk meyakinkan bahwa
standar-standar tersebut telah dipenuhi, FDA menghendaki studi bioavailabilitas /
farmakokinetik dan bila perlu persyaratan bioekivalensi untuk semua produk.
Parameter farmakokinetik esensial meliputi laju dan jumlah absorpsi
sistemik, waktu-paruh eliminasi, laju, efiskresi dan metabolisme harus ditetapkan setelah
pemberian dosis tunggal dan dosis ganda. Data studi bioavailabilitas ini penting untuk
menetapkan pengaturan dosis dan membantu pemberian label obat.
Studi bioavailabilitas in vivo juga dilakukan terhadap formula-formula baru
dari bahan obat aktif yang telah mendapat persetujuan NDA dan disetujui untuk
dipasarkan. Maksud studi ini adalah untuk menentukan bioavailabitas dan karakterisasi
farmakokinetik formulasi, bentuk sediaan, garam atau ester baru terhadap suatu formula
pembanding.
Studi bioavailabilitas berguna dalam menetapkan produk obat dalam kaitan
pengaruhnya terhadap farmakokinetik obat; sedangkan studi bioekivalensi berguna dalam
membandingkan bioavailabilitas suatu obat dari berbagai produk obat. Apabila produk-
produk obat dinyatakan bioekivalen, maka efikasi dari produk-produk obat ini dianggap
sama.
AVAILABILITAS RELATIF
Availabilitas relatif adalah ketersediaan dalam sistemik suatu produk obat
dibandingkan terhadap suatu standar yang diketahui. Fraksi dosis yang tersedia secara
sistemik dari suatu produk oral sukar dipastikan. Availabilitas suatu formula, obat
dibandingkan terhadap availabilitas formula standar, yang biasanya berupa suatu larutan
dari obat murni, dievaluasi dalam studi “crossover”. Availabilitas relatif dari dua produk
obat yang diberikan pada dosis dan rute pemberian yang sama dapat diperoleh dengan
persamaan berikut:
[AUC]A Availabilitas relatif = —————
[AUC]B
di mana produk obat B sebagai standar pembanding yang telah diketahui. Fraksi tersebut
dapat dikalikan 100 untuk memberi prosen availabilitas relatif.
Jika dosis yang diberikan berbeda, suatu koreksi untuk dosis dibuat, seperti dalam
persamaan berikut:
[AUC]A / Dosis A
Availabilitas relatif = ———————— [AUC]B/Dosis B
Data ekskresi obat lewat urin juga dapat digunakan Untuk mengukur availabilitas
relatif apabila jumlah total obat utuh yang diekskresi dalam urin dikumpulkan. Prosen
availabilitas relatif dengan menggunakan data ekskresi urin dapat ditentukan sebagai
berikut:
[Du]A∞ Dosis BPersen availabilitas relatif = ———— × ————
[Du]B∞ Dosis A
(Du)∞ adalah jumlah total obat yang diekskresi dalam urin
(Leon Shargel & Andrew B.C.YU. 2005, hlm 170-172)
Paracetamol (Asetaminofen)
Asetaminofen mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2,dihitung dari zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)P, dalam 13 bagian
aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, dan dalam 90 bagian propilenglikol P; larut dalam
larutan alkali hidroksida.
(Anonim. 1979. hal 37)
Derivat - asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin yang dahulu banyak
digunakan sebagai analgetikum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran
karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen). Khasiatnya analgetik dan
antipiretik, tetapi tidak antiradang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat
antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek
analgetiknya diperkuat oleh kodein dan kofein dengan kira – kira 50%.
Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. PP – nya
25%, t- ½ nya 1 – 4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam
hati zat ini diuraikan menjadi metabolit – metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih
sebagai konjugat – glukoronida dan sulfat.
Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah.
Pada penggunaan kronis dari 3 -4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati dan pada dosis di
atas 6 g mengakibatkan nekrosis hati yang tidak reversible. Hepatotoksisitas ini
disebabkan oleh metabolit – metabolitnya yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh
glutathione (suatu tripeptida dengan – SH). Pada dosis di atas 10 g persediaan peptide
tersebut habis dan metabolit – metabolit mengikat diri pada protein dengan gugusan – SH
di sel - sel hati dan terjadilah kerusakan irreversible. Dosis dari 20 g sudah berefek fatal.
Overdose dapat menimbulkan antara lain mual, muntah dan anoreksia.
Penanggulangannya dengan cuci lambung, di samping perlu pemberian zat penawar
(asam – amino N – asetilsistein atau metionin) sedini mungkin, sebaikya dalam 8 – 10
jam setelah intoksikasi.
Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi
walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi : pada dosis tinggi dapat memperkuat efek
antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak interaktif. Masa paruh kloramfenikol dapat
sangat diperpanjang. Kombinasi dengan obat AIDS zidovudin meningkatkan resiko akan
neutropenia.
Dosis : untuk nyeri dan demam oral 2 – 3 dd 0,5 – 1 g, maks 4 g / hari, pada
penggunaan kronis maks.2,5 g / hari. Anak – anak : 4 – 6 dd 10 mg / kg, yakni rata – rata
usia 3 – 12 bulan 60 mg, 1 – 4 tahun 120 – 180 mg, 4 – 6 tahun 180 mg, 7 – 12 tahun 240
-360 mg, 4 – 6 x sehari. Rectal 20 mg / kg setiap kali, dewasa 4 dd 0,5 – 1 g, anak – anak
usia 3 – 12 bulan 2 – 3 dd 120 mg, 1 – 4 tahun 2 – 3 dd 240 mg, 4 – 6 tahun 4 dd 240 mg,
dan 7 – 12 tahun 2 – 3 dd 0,5 g.
(Drs.Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja. 2007 hal 318)
FARMAKOKINETIK
Parasetamol dan fenasetin diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma
antara 1 – 3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25%
parasetamol dan 30 % fenasetin terikat protein plasma. Kedua obat ini dimetabolisme
oleh enzim mikrosom hati.sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam
glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain kedua obat ini juga
dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan
methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Kedua obat ini diekskresi melalui ginjal,
sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
(Anonim. 2007. hal 238)
III. Alat da Bahan
Alat :
Beaker glass
Efendrof
Scalpel
Mikropipet
Tabung centrifuge
Alat Centrifuge
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Labu takar
Filler
Pipet volume
Pipet ukur
Vortex Mixer
Kertas Lensa
Kapas
Tissue
Holder
Blue tip
Kuvet
Spektrofotometer
Bahan :
Hewan uji : Tikus
Parasetamol ( sirup, eliksir,tablet)
Heparin
Asam Trikloroasetat (TCA) 20%
HCl 6N
Asam Sulfamat 15%
NaNO2 10%
NaOH 10%
Alkohol
Aquadest
Deret baku + 3 tetes heparin lalu ditambah 2,0 ml TCA 10%
Campuran dicentrifuge selama 15 menit, 2500 rpm
Diambil filtrat 1,0 ml
Filtrat + lart. HCl 6 N 0,5 ml dan 1,0 ml lart. NaNO2 10% campur,diamkan 5 menit
Ditambahkan lart. Asam Sulfamat 15% 1,0 ml melalui dinding tabung + 2,5 ml NaOH 10% dan divortex
Diamkan 20 menit, pindah ke kuvet, tentukan λmax dan operating time dengan blanko darah yang telah diproses dengan cara yang sama
Darah mengandung heparin ditambah Larutan stock Parasetamol hingga diperoleh kadar 100,200,300,400,500, dan 700 µg/ml dengan, homogenkan
dengan vortexing
IV. Skema Kerja
Pembuatan Kurva Baku
Darah + 3 tetes heparin lalu ditambah 2,0 ml TCA 10%
Campuran dicentrifuge selama 15 menit, 2500 rpm
Diambil filtrat 1,0 ml
Filtrat + lart. HCl 6 N 0,5 ml dan 1,0 ml lart. NaNO2 10% campur,diamkan 5 menit
Ditambahkan lart. Asam Sulfamat 15% 1,0 ml melalui dinding tabung + 2,5 ml NaOH 10% dan divortex
Diamkan 20 menit, pindah ke kuvet dan baca absorbannya pada λ max dengan blanko darah yang telah diproses dengan cara yang sama
Tikus yang telah diberi PCT secara peroral diambil darahnya lewat vena telinga pada menit ke 0,15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, sebanyak 250 µl
Uji bioavailabilitas
V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
AbsorbansidanKurva Baku Paracetamol (PCT)
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
101,5 -0,065
203 0,026
304,5 0,138
406 0,149
502,5 0,132
609 0,174
704 0,197
a = 0,0158
b = 2,7755.10-4
r = 0,08672
y = bx + a
y = 0,00027755x + 0,0158
OBAT GENERIK I
t (menit) Absorbansi Cp
10 0,064 173,662
15 0,039 83,588
30 0,054 137,632
45 0,072 202,486
60 0,023 25,941
90 0,130 411,457
120 0,098 296,162
150 0,009 -24,500 (Reject)
180 0,173 566,384
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2000
100
200
300
400
500
600
Grafik t (waktu) vs Cp (Konsentrasi)
Generik 1
Waktu (menit)
Kons
entr
asi (
µg/m
l)
Faseeliminasi (3 data terakhir)
t (menit) Cp
90 411,457
120 296,162
180 566,384
Reg. Lin t vslnCp
a = 5,4189
b = 4,5909 x 10-3→ Kel=−b→ Kel=∣−0,00459∣→0,00459 /menit
r = 0,6483
AUC GENERIK I
AUC010=
173,662+0,0002
(10−0 )= 868,31 g menit/ml
AUC1020 =
173,662+83,5882
(20 – 10) = 1286,25g menit/ml
AUC2030 =
83,588+137,6322
(30-20) = 1106,1g menit/ml
AUC3045 =
137,632+202,4862
(45-30) = 2550,885 g menit/ml
AUC4560 =
202,486+25,9412
(60-45) = 1713,20g menit/ml
AUC6090 =
25,941+411,4572
(90-60) = 6560,97g menit/ml
AUC90120=
411,457+296,1622
(120-90) = 10614,28g menit/ml
AUC180= 566,3840,00459
= 123395,20g menit/ml
AUC total= 173830,21g menit/ml
OBAT GENERIK II
t (menit) Absorbansi Cp
10 0,064 173,662
15 0,043 98,000
30 0,120 375,427
45 0,059 155,647
60 0,041 90,794
90 0,088 260,133
120 0,095 285,353
150 0,010 -20,897 (Reject)
180 0,003 -46,117 (Reject)
0 20 40 60 80 100 120 1400
50100150200250300350400
Grafik t (waktu) vs Cp (Konsentrasi)
Generik 2
Waktu (menit)
Kons
entr
asi (
µg/m
l)
- FaseAbsorbsi
Waktu Cp(µg/ml)
60 90,794
90 260,133
120 285,353
Regresi Linier t vs Ln Cp
a = 3,5172
b = 0,0191→ Kel=−b→ Kel=∣−0,0191∣→ 0,0191/menit
r = 0,9001
AUC GENERIK II
AUC010=
173,662+0,0002
(10−0 )= 868,31 g menit/ml
AUC1020 =
173,662+98,0002
(20 – 10) = 1358,31g menit/ml
AUC2030 =
98,000+375,4272
(30-20) = 2367,135 g menit/ml
AUC3045 =
375,427+155,6472
(45-30) = 3983,05g menit/ml
AUC4560 =
155,647+90,7942
(60-45) = 1848,30g menit/ml
AUC6090 =
90,794+260,1332
(90-60) = 5263,90g menit/ml
AUC90120=
260,133+285,3532
(120-90) = 8182,29g menit/ml
AUC120= 285,3530,0191
= 149399,94g menit/ml
AUC total= 38751,07g menit/ml
OBAT PATEN I
t (menit) Absorbansi Cp
10 -0,025 -
15 -0,154 -
30 -0,151 -
45 -0,166 -
60 -0,157 -
90 -0,147 -
120 -0,148 -
150 -0,120 -
180 -0,170 -
OBAT PATEN II
t (menit) Absorbansi Cp
10 -0,223 -
15 -0,225 -
30 -0,107 -
45 -0,271 -
60 -0,200 -
90 0,047 112,412
120 0,012 -13,691 (Reject)
150 0,020 15,132
180 0,007 -31,075 (Reject)
a. AUC
AUC090 =
0,0000+112,412 µg/ml2
x ( 90−0 )menit=5058,54 µg. menit /ml
AUC90150 =
112,412 µg+15,132 µg /ml2
x (150−90 ) menit=3826,32 µg. menit /ml
AUC total = 8884,86µg. menit /ml
BA relatif sirup paracetamol generik I terhadap sirup paracetamol paten II
AUCpatenAUCgenerik
=8884,86 µg . menit/ml73526,19 µg . menit/ml
=0 ,0120<1
BA relatif sirup paracetamol generik II terhadap sirup paracetamol paten II
AUCpatenAUCgenerik
=8884,86 µg .menit/ml= 38751,07 µg .menit/ml
=0 ,2292<1
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, dilakukan uji bioavailabilitas dan
bioekivalensi pada 2 jenis bahan obat yang berbeda yaitu sirup parasetamol patent
dan generik. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
bioavailabilitas relative dari bentuk sediaan sirup, elixir maupun tablet
paracetamol, serta untuk membandingkan bioekivalensi dari berbagai sediaan
tersebut. Bioavailabilitas (BA) menunjukkan suatu pengukuran laju dan jumlah
obat yang aktif terapetik yang mencapai sirkulasi umum, dimana BA merupakan
salah satu parameter untuk menetapkan suatu produk obat bioekivalensi atau
tidak. Sedangkan, bioekivalensi (BE) merupakan suatu penentuan bioavailabilitas
relatif antara dua produk obat sehingga merupakan tampilan komparatif produk
obat. Walaupun penentuan bioavailabilias dapat menunjukkan kualitas produk
obat, akan tetapi bioekivalensi merupakan tes komparatif yang formal antara
produk obat uji dan produk obat pembanding (baik inovator ataupun produk obat
yang sudah dinyatakan kesetaraan biologiknya). Jadi bioekivalensi merupakan
perbandingan dari bioavailabilitas dari berbagai bentuk sediaan.
Perlu dilakukan studi BA dan BE pada suatu produk obat karena
apabila terjadi perbedaan sifat fisiko-kimia bahan baku zat aktif yang dipakai,
perbedaan komposisi bahan pembantu, kualitas bahan pembantu, perbedaan cara
pencampuran dan perbedaan teknik pembuatan pada sediaan-sediaan yang setara
secara farmasetik, maka dapat menyebabkan perbedaan kecepatan pelepasan dan
kecepatan melarut zat aktif dari sediaannya (untuk sediaan padat misalnya; tablet).
Dimana, kecepatan dan proses tersebut dapat mempengaruhi kecepatan dan
efisiensi absorpsi zat aktif di dalam tubuh. Sedangkan pada bentuk sediaan larutan
(sirup, elixir) bisa terjadi interaksi zat aktif dengan bahan pembantu yang dipilih.
Dengan demikan perbedaan tersebut dikhawatirkan akan mengakibatkan
terjadinya perbedaan ketersediaan hayati. Maka, dengan dilakukannya uji BA dan
BE, kita dapat mengetahui kwalitas berbagai bentuk sediaan obat paracetamol
yang diuji.
Dalam praktikum ini, yang ditetapkan adalah bioavailabilitas relatif
dengan membandingkan dari berbagai macam sediaan (patent dan generik dari
paracetamol). Sesuai dengan prinsip penetapan bioavailabilitas relatif, produk
tersebut dilakukan dengan rute pemberian yang sama yaitu secara peroral.
Pemberian obat dilakukan secara peroral untuk menyesuaikan cara pemberian
pada manusia, serta untuk mempermudah pemberian obat pada hewan uji
(kelinci). Tujuan dilakukan percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah ada
perbedaan dalam kecepatan dan jumlah obat yang mencapai sirkulasi sistemik.
Adapun, bioavailabilitas dari suatu bentuk sediaan yang beragam dipengaruhi oleh
metode formulasi, dimana dipengaruhi oleh konsentrasi bahan aktif, sifat fisiko
kimia bahan aktif, eksipien yang digunakan, sifat dari eksipien serta konsentrasi
eksipien. Dengan adanya eksipien yang digunakan dapat mempengaruhi proses
pelepasan obat di dalam tubuh sehingga, kecepatan pelepasan obat dipengaruhi
oleh bentuk sediaannya. Dengan demikian, bioavailabilitas dapat digunakan untuk
mengetahui faktor formulasi yang dapat mempengaruhi efektivitas suatu obat.
Prosedur penetapan bioavailabilitas dilakukan dengan penambahan-
penambahan reagen pada darah yang diambil pada waktu tertentu, dimana
pencuplikan darah dilakukan padan menit ke 0, 15, 30, 45, 60, 90, 120 dan 150.
Adapun fungsi dari penambahan reagen-reagen yang digunakan, sebagai berikut:
1. Heparin, digunakan untuk mencegah penjendalan darah, sehingga darah yang
ditampung tidak membeku.
2. TCA ( Asam Trilkoroasetat) 20%, berfungsi untuk mengendapkan protein,
sehingga tidak ada pengaruh senyawa lain pada saat pengukuran absorbansi.
3. NaNO2, berfungi untuk membentuk garam diazonium.
4. HCl 6 N, berfungsi sebagai katalisator reaksi dengan NaNO2, sehinga reaksi
dapat berjalan lebih cepat.
5. Asam Sulfamat, berfungsi untuk menghilangkan gelembung udara (gas) dari
NaNO2 yang mengganggu jalannya reaksi warna.
6. NaOH, berfungsi untuk membentuk kompleks yang berwarna, sehingga dapat
terukur pada spektrofotometer visible.
Dalam pengukuran absorbansi perlu diperhatikan, pendiaman selama 2
menit (operating time) yang bertujuan untuk membentuk intensitas warna yang
stabil pada saat pengukuran dengan spektrofotometer. Selain itu, dilakukan
pengukuran pada panjang gelombang maksimum (λmax 455 nm) agar dapat
memberikan absorbansi yang maksimum juga, hal ini karena;
a. Pada panjang gelombang yang maksimum kepekaannya juga maksimum.
b. Disekitar panjang gelombang maksimum bentuk kurva serapan datar, sehingga
memenuhi hukum Lambert – Beer.
c. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh
pemasangan ulang panjang gelombang maksimum akan kecil sekali.
Selain itu, dilakukan juga pembuatan larutan baku paracetamol dengan
konsentrasi 1000 μg/ml yang digunakan untuk pembuatan deret baku paracetamol.
Dimana, deret baku yang dibuat adalah dari konsentrasi 100 μg/ml sampai 700
μg/ml. Berdasarkan perhitungan regresi liner antara masing-masing konsentrasi
deret baku Vs absorbansi, diperoleh persamaan garis y =0,0002775 x + 0,0158
dengan nilai r = 0,08672. Tujuan dibuat deret baku ini adalah untuk menentukan
kelinieritasan suatu kurva.
Studi bioavailabilitas berguna untuk menetapkan produk obat yang
berkaitan dengan pengaruh terhadap farmakokinetika obat dan juga dapat
memberikan informasi mengenai metabolisme, transportasi, distribusi dan
eliminasi zat aktif, kesesuaian dosis, efek terhadap absorpsi/penyerapan zat aktif,
dan sebagainya. Sedangkan dari produk obatnya memberikan informasi berhasil
atau tidaknya suatu formulasi obat yang dilakukan pada saat clinical trial (suatu
percobaan untuk membuktikan keamanan dan khasiat obat).
Data farmakokinetik yang digunakan sebagai parameter adalah K
eliminasi, T ½, K absorbsi, Tmax, Cpmax, AUCtotal, Vd, dan Cl. Tetapi, yang perlu
diperhatikan dalam studi ini adalah perbedaan luas di bawah kurva konsentrasi zat
aktif/obat dalam plasma-Waktu (AUC) yang teramati, hal ini karena AUC
berguna sebagai ukuran dari jumlah total obat utuh tidak berubah yang mencapai
sirkulasi sistemik yang dinilai sebagai perbedaan efisiensi absorpsi obat karena
adanya perbedaan kualitas produk obat yang dipengaruhi formulasi. AUC
begantung pada jumlah total obat yang tersedia meliputi; F, Do, Ke maupun Vd.
Oleh karena itu, dari masing-masing sampel diperlakukan perhitungan parameter
farmakokinetika, sampai diperoleh harga AUC dari masing-masing sediaan
parasetamo.
Adapun data parameter-parameter farmakokinetika yang dapat
terhitung dari sediaan tablet, sirup dan elixir paracetamol sebagai berikut;
Parameter Farmakokinetik
Generik I Generik II Patent I Patent II
K eliminasi 0,00459 /menit 0,0191/menit - -
AUC total 173830,21g menit/ml
38751,07g menit/ml
- 8884,86µg. menit /ml
Bioavailabilitas relatif parasetamol dari suatu sediaan dibandingkan
dengan sediaan lainnya dapat dihitung dengan membandingkan harga AUC serta
dosis dari masing-masing sediaan. Sebagai standar pembanding dipilih yang
memiliki nilai AUC paling besar dimana memiliki bioavailabilitas yang paling
baik. Berdasarkan hasil perhitungan AUC pada masing-masing bentuk sediaan
paracetamol, diperoleh AUCtotal sirup paracetamol generik I sebesar 173830,21
g menit/ml; AUCtotal sirup paracetamol generik II sebesar 38751,07g menit/ml
dan AUCtotal sirup paracetamol patent II sebesar 8884,86µg. menit /ml yang
berarti, bioavailabilitas relatif dari sediaan patent dari paracetamol lebih baik dari
sediaan generik dari paracetamol.
VIII. KESIMPULAN
1. Data Parameter Farmakokinetika Sediaan generik dan patent dari paracetamol
yang mempunyai BA yang baik adalah sediaan Patent dari paracetamol.
2. Bioavailabilitas relatif dari sediaan patent paracetamol (nilai AUCtotal =
8884,86µg. menit /ml) lebih baik daripada sediaan generik I paracetamol
(AUCtotal = 173830,21g menit/ml) dan sirup generik II paracetamol
(AUCtotal = 38751,07g menit/ml).
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim. 2004. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia Nomor : Hk.00.05.3.1818 Tentang
Pedoman Uji Bioekivalensi. Jakarta: Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia.
Gibson, Gordon. 2006. Pengantar Metabolisme Obat. Jakarta:
UI PRESS.
Howard C., Ansel. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi
IV. Jakarta: UI PRESS.
Katzung, Betram. G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik.
Jakarta: Salemba Medika.
Setiawati, Arini dan Armen Muchtar. 2007. Farmakologi dan
Terapi Edisi V. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Shargel, Leon dan B.C Andrew. 2005. Biofarmasetika dan
Farmakokinetika Terapan. Surabaya: Airlangga Univercity Press.
Syukri, yandi. 2007. Biofarmasetika. Yogyakarta: UII PRESS.
Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat – Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Semarang, 19 Desember 2014
MengetahuiDosen Pembimbing Praktikum Praktikan
Andriani noerlita ningrum, M.Sc,Apt. Mega Septi Kurniasari(1041211106 )
Nettu Divya M (1041211113)
Nia Nur Sekhah(1041211114)
Nuari Eka C(1041211119)
Nur Aini I(1041211121)
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
PERCOBAAN VII
BIOAVAILABILITAS DAN BIOEKIVALENSI
Disusun oleh :Kelompok J/4
1. Mega Septi K (1041211106 )
2. Nettu Divya M (1041211113 )
3. Nia Nur Sekhah (1041211114 )
4. Nuari Eka C (1041211119)
5. Nur Aini I (1041211121)
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
“YAYASAN PHARMASI”
SEMARANG