41

Click here to load reader

praktikum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pencahayaan

Citation preview

Page 1: praktikum

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap

tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Pengembangan dan peningkatan K3 disektor

kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang

timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi (Pusat

Kesehatan Kerja, 2008).

Tenaga kerja harus dapat dibina dan diarahkan menjadi sumber daya yang penting.

Pengembangan sumber daya manusia terutama dari aspek kualitas memerlukan peningkatan

perlindungan terhadap kemungkinan akibat teknologi atau proses produksi sehingga

keselamatan, kesehatan, kesejahteraan dan produktifitas kerja akan lebih meningkat pula.

Oleh karena itu perlu diketahui dan dimasyarakatkan usaha-usaha pengendalian dan

pemantauan lingkungan kerja agar tidak membawa dampak atau akibat buruk kepada tenaga

kerja yang berupa penyakit/gangguan kesehatan ataupun penurunan kemampuan atau

produktifitas kerja (Pusat Kesehatan Kerja, 2008).

Salah satu faktor permasalahan yang mengganggu kenyamanan kerja tenaga kerja ialah

permasalahan mengenai penerangan/pencahayaan yang kurang atau pencahayaan yang

berlebih (Departemen Kesehatan, 2008).

Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang memenuhi persyaratan tertentu

dapat memperburuk penglihatan, karena jika pencahayaan terlalu besar atau pun lebih kecil,

pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang diterima oleh mata. Akibatnya mata

harus memicing silau atau berkontraksi secara berlebihan, Karena jika pencahayaan lebih

besar atau lebih kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima

oleh mata. Pupil akan mengecil jika menerima cahaya yang besar. Hal ini merupakan salah

satu penyebab mata cepat lelah (Departemen Kesehatan, 2008).

Penelitian mengenai pengukuran intensitas penerangan perlu dilaksanakan. Selain untuk

belajar mengoperasikan alat pengukururan intensitas penerangan, kita juga bisa lebih tahu

Page 2: praktikum

tentang masalah-masalah penerangan yang sering terjadi  dan bagaimana cara menanganinya.

Hal penting lainnya tentang dilaksanakannya praktikum ini adalah supaya kita bisa

menentukan penerangan yang dianggap sudah memenuhi syarat dan ventilasi atau dianggap

masih dianggap kurang dan butuh perbaikan.

1.2.  Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 

1. Apakah dalam perancangan penerangan yang berada

di studio gambar dan ruang CADD III telah

memenuhi standar dan dapat bekerja secara optimal ? 

2. Bagaimana rekomendasi perbaikan di studio gambar

dan ruang CADD III ?

1.3.  Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah : 

1. Mahasiswa mampu menganalisa dan mengevaluasi

kondisi intensitas penerangan di studio gambar dan

ruang CADD III yang dikaitkan dengan standar. 

2. Mahasiswa mampu memberikan rekomendasi

perbaikan kondisi di studio gambar dan ruang CADD

III

1.4.  Manfaat

Manfaat dari praktikum intensitas ini adalah kita bisa mengetahui kondisi penerangan yang

sudah dan belum memenuhi standar. Selain itu, kita juga bisa belajar untuk menangani

masalah-masalah yang berhubungan dengan penerangan.

1.5.  Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

Page 3: praktikum

1.       Penelitian ini dilakukan pada area PPNS dengan batasan ruang:  studio gambar dan ruang

CADD III dibawah bimbingan Bapak Denny Dermawan ST, MT.

2.      Pada penelitian ini hanya mengambil sampel hasil pengukuran penerangan dengan

menggunakan Lux Meter selain itu juga melakukan pengukuran luas area, dan jumlah pekerja

guna mendukung hasil pengukuran yang kami lakukan, yang kemudian akan di identifikasi

yang mungkin terdapat bentuk penyimpangan dan bentuk kesalahan dari hasil perancangan

penerangan di studio gambar dan ruang CADD III.

3.      Rekomendasi sebagai bentuk saran dan usulan perlu dikeluarkan setelah kami melakukan

penelitian dan identifikasi supaya mendapat perhatian dari pihak-pihak yang menangani

masalah tsb.

4.      Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Lux Meter dan meteran untuk mengukur

volume ruangan.

5.       Alat keselamatan yang dipakai adalah cattle pack, safety shoes dan safety helmet yang

digunakan supaya terhindar dari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi saat dilaksanakan

praktikum ini.

6.      Standar yang digunakan dalam menganalisa dan mengevaluasi penelitian ini dengan SNI 16-

7062-2004 tentang pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja, Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, standart illuminating engineering

society, menurut standar United Nations Environment Programme (UNEP)

BAB 2

DASAR TEORI

2.1. Definisi Cahaya

Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh cahaya mata dan dapat

memungkinkan untuk membeda-bedakan warnawarni (Haryanto, 2007).

2.1.1    Penerangan (Pencahayaan)

Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan

(Ahmadi, 2009). Intensitas penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting

untuk keselamatan kerja. Ditempat kerja memerlukan intensitas penerangan yang cukup

untuk dapat melihat dengan baik dan teliti. Intensitas penerangan yang baik ditentukan oleh

Page 4: praktikum

sifat dan jenis pekerjaan dimana pekerjaan yang teliti memerlukan intensitas penerangan

yang lebih besar (Suma’mur , 1993:48). Penerangan pada tempat kerja sangat berpengaruh

terhadap keadaan kesehatan, keselamatan, dan produktivitas tenaga kerja.

Pencahayaan pada tempat kerja yang memadai baik yang alami maupun buatan memegang

peranan yang cukup penting dalam upaya peningkatan kesehatan, keselamatan dan

produktivitas tenaga kerja. Sedangkan baik tidaknya pencahayaan disuatu tempat kerja selain

ditentukan oleh kuantitas atau tingkat iluminasi yang menyebabkan obyek dan sekitarnya

terlihat jelas, tetapi juga oleh kualitas dari pencahayaan tersebut diantaranya menyangkut

arah dan penyebaran atau distribusi cahaya tipe dan tingkat kesilauan. Demikian pula

dekorasi tempat kerja khususnya mengenai warna dari dinding, langit-langit, peralatan kerja,

ikut menentukan tingkat penerangan di tempat kerja (Soewarno, 1992:86).

2.2. Sifat – Sifat dari Cahaya

Sifat dari cahaya (charaxter of light) ditentukan oleh:

1) Kuantitas cahaya

Banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan yang menyebabkan terangnya

permukaan tersebut dan sekitarnya. Kuantitas penerangan yang dibutuhkan adalah tergantung

dari tingkat ketelitian yang diperlukan, bagian yang akan diamati dan kemampuan dari objek

tersebut untuk memantulkan cahaya yang jatuh padanya, serta brightness dari sekitar objek.

Untuk melihat suatu benda atau objek yang berwarna gelap dan kontras antara objek dan

sekitarnya jelek, diperlukan intensitas penerangan yang tinggi (beberapa ribu lux), sedangkan

untik objek/benda yang berwarna cerah kontras antara objek dan sekitarnya cukup baik, maka

diperlukan beberapa ratus lux saja.

2) Kualitas Cahaya

Kualitas Cahaya adalah keadaan yang menyangkut warna, arah, dan difusi, cahaya, serta jenis

dan tingkat kesilauan. Kualitas penerangan terutama ditentukan oleh ada atau tidaknya

kesilauan langsung (direct glare) atau kesilauan karena pantulan cahaya dari permukaan yang

mengkilap (reflected glare) dan bayangan (shadows) (Suma’mur, 1996).

2.3. Kesilauan

Page 5: praktikum

Kesilauan adalah brightness yang berada dalam lapangan penglihatan yang menyebabkan

rasa ketidaknyamanan, gangguan (annoyance), kelelahan mata atau gangguan penglihatan

(Suma’mur, 1996).

Menurut jenis-jenisnya kesilauan yang dapat menyebabkan gangguan pengelihatan dibedakan

menjadi tiga yaitu:

1) Dissability

Penyebab kesilauan ini adalah terlalu banyaknya cahaya secara langsung masuk ke dalam

mata dari penglihatan. Dissability glare mempengaruhi seseorang untuk dapat melihat

dengan jelas. Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang yang mengendarai mobil pada malam

hari dimana lampu dari mobil yang berada dihadapannya terlalu terang.

2) Discomfort

Kesilauan ini sering menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada mata, terutama bila keadaan

ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Kesilauan ini sering dialami oleh mereka

yang bekerja pada siang hari dan menghadap ke jendela atau pada saat seseorang menatap

lampu secara langsung pada malam hari. Efek kesilauan ini pada mata tergantung dari 

lamanya seseorang terpapar oleh kesilauan tersebut.

3) Reflected

Reflected glare adalah kesilauan yang disebabkan oleh pantulan cahaya yang mengenai mata

kita, dan pantulan cahaya ini berasal darisemua permukaan benda yang mengkilap (langit-

langit, kaca, dinding, meja kerja, mesin-mesin, dan lain-lain) yang berada dalam lapangan

penglihatan (visual field). Reflected kadang-kadang lebih menganggu daripada disability

glare karena terlalu dekatnya letak sumber kesilauan dan garis penglihatan (Suma’mur,

1996).

2.4. Sistem Pencahayaan

Menurut Prabu (2009), menyebutkan bahwa ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu :

1.    Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)

     Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi.

Sistim ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya,

karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran

langsung, maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit,

Page 6: praktikum

dinding, serta benda yang ada didalam ruangan perlu diberi warna cerah, agar tampak

menyegarkan.

2.    Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)

     Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi,

sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan

sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding

yang diplester putih memiliki efisiensi pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih

effisien pemantulan antara 5-90%.

3.     Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)

     Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangka

sisanya dipantulka ke langit-langit dan dinding. Pencahayaan sistem ini termasuk sistem

direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada

sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

4.    Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)

     Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan

sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu

diberikan perhatian, serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis

tidak ada, serta kesilauan dapat dikurangi.

5.    Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)

     Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,

kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Seluruh langit-langit dapat menjadi

sumber cahaya, sehingga perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan

sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan, sedangkan kerugiannya

mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

2.5. Sumber Penerangan

Sumber penerangan dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1.    Sumber penerangan alami adalah sumber dari penerangan yamg didapat dari sinar alami pada

waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam dalam sehari, untuk mendapatkan cahaya

matahari harus memperhatikan letak jendela dan lebar jendela. Luas jendela untuk

penerangan alami sekitar 20% luas lantai ruangan. Penerangan alami dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain : musim, waktu, jam, jauh dekatnya gedung yang bersebelahan,

dan luas jalan masuk penerangan alami

Page 7: praktikum

2.    Sumber penerangan buatan adalah sumber penerangan yang berasal dari lampu buatan seperti

listrik, gas, atau minyak. Pencahayaan buatan dari suatu tempat kerja bertujuan menunjang

dan melengkapi pencahayaan alami, juga dimaksudkan agar suatu ruangan kerja tercipta

suasana yang menyenangkan dan terasa nyaman untuk mata kita. Untuk itu dalam pemilihan

atau pengadaan lampu perlu di perhatikan tentang efek dari penerangan buatan terhadap

obyek yang di amati, tugas visual tertentu memerlukan penerangan buatan yang lebih baik.

2.6. Pengukuran Penerangan

Alat yang digunakan untuk mengetahui intensitas penerangan adalah “lux meter”. Alat 

bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi tenaga listrik oleh photo electric cell.

Intensitas inyatakan dalam penerangan dalam Lux. Intensitas penerangan diukur dengan 2

cara yaitu :

1)   Penerangan umum adalah pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi luas lantai,

dengan tinggi pengukuran kurang lebih 85 cm dari lantai (setinggi pinggang)

Penentuan titik pengukuran umum : titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan

pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai

2)   Penerangan lokal adalah pengukuran ditempat kerja atau meja kerja pada objek yang dilihat

oleh tenaga kerja (contoh : lampu belajar).

Pengukuran titik pengukuran lokal : objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila

merupakan meja kerja pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada.

Menurut SNI 16-7062-2004 jarak tertentu dapat dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai

berikut :

a)    Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong horizontal panjang dan lebar

ruangan adalah pada jarak setiap satu meter. Contoh daerah pengukuran intensitas

penerangan umum untuk luas ruangan kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 2.1

berikut ini.

               1m                      1m                         1m                   1m                              

1m 

Page 8: praktikum

1m 

Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas kurang dari 10m2

Sumber: BSN,2004.

b)   Luas ruangan antara 10m2 sampai 100m2 : titik potong garis horizontal panjang dan lebar

ruangan adalah pada jarak setiap 3 meter. Contoh daerah pengukuran intensitas penerangan

umum untuk luas ruangan antara 10m2 sampai 100m2 seperti pada Gambar 2.2 berikut ini.

3m                   3m                   3m                   3m

3m 

3m 

3m 

2. Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas antara 10m2 sampai 100m2

Sumber: BSN,2004.

c)    Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi : titik potong horizontal panjang dan lebar

ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh daerah pengukuran intensitas penerangan umum

untuk luas ruangan lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 2.3 berikut ini.

6m                              6m                   6m                               6m

6m 

6m 

6m 

3. Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas lebih dari       100m2  

Sumber: BSN,2004.

Page 9: praktikum

2.7. Standart  Penerangan pada Ruangan

2.7.1. Menurut Suma’mur (2009)

Menyebutkan bahwa kebutuhan intensitas  penerangan tergantung dari jenis pekerjaan yang

dilakukan. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan cahaya di

tempat kerja tidak memadai. Untuk lebih jelas, lihat Tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel.2.2. Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis PekerjaanJenis pekerjaam Contoh pekerjaan Tingkat Penerangan yang

dibutuhkan (Lux)

Tidak teliti Penimbunan barang 80 – 170

Agak teliti Pemasangan (tak teliti) 170-350

Teliti Membaca, menggambar 350-700

Sangat teliti Pemasangan 700-1000

Sumber : Suma’mur, 2009.

2.7.2.      Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran

dan Industri, tercantum dalam Tabel 2.3 berikut ini :

Tabel.2.3. Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002Jenis Pekerjaan Tingkat

PencahayaanMinimal ( Lux )

Keterangan

Pekerjaan kasar dan tidak

terus-menerus

100 Ruang penyimpanan dan ruang

peralatan/instalasi yang

memerlukan pekerjaan yang

kontinyu

Pekerjaan kasar dan

terus-menerus

200 Pekerjaan dengan mesin dan

perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang

kontrol,

pekerjaan mesin & perakitan/

penyusun

Pekerjaan agak

Halus

500 Pembuatan gambar atau bekerja

dengan mesin kantor,

Page 10: praktikum

pemeriksaan atau pekerjaan

dengan mesin

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan

tekstil, pekerjaan mesin halus &

perakitan halus.

Pekerjaan amat halus 1500

Tidak menimbulkan

Bayangan

Mengukir dengan tangan,

pemeriksaan pekerjaan mesin

dan perakitan yang sangat halus.

Pekerjaan terinci 3000

Tidak menimbulkan

Bayangan

Pemeriksaan pekerjaan,

perakitan

sangat halus.

Sumber : Kepmenkes No. 1405,2002.

2.7.3.      Menurut standard IES (illuminating engineering society)

Tabel 2.4 Standard Berdasarkan IES (illuminating engineering society)

 

Sumber: IES,2000. 

TempatKantor biasa

Page 11: praktikum

S

e

k

o

l

a

h

I

n

d

u

s

t

r

i

T

o

k

o

R

u

m

a

h

i

b

a

d

a

h

Page 12: praktikum

R

u

m

a

h

t

i

n

g

g

a

l

Lanj

utan

Tab

el.2.

4

Stan

dar

berd

asar

kan

IES

,200

0

   Sumber: IES,2000.

2.7.4.      Menurut buku teknologi penerangan karya Drs. Muhaimmin, S.T

Sumber: M uhaimmin, 2000. 

Page 13: praktikum

(Sumber : Standart Kuat Penerangan, Muhaimmin, 2000) 

Tabel.2.5. Standart Kuat Penerangan Dalam Ruangan dikutib oleh Drs.Muhaimmin, S.T dan biasanya standart ini digunakan di Negara-negara Eropa

No Jenis bangunan atau tempat Lux

1. Industri pesawat terbang, pabrikasi bagian :

      Pengeboran, pengerasan skrup, penggilingan         Assembling aklur                 Hanggar untuk perbaikan pesawat           Kasar          Sedang      Halus                                                             

7501000100030010002000

2. Penjilitan buku :

Pemotongan, penjahitan, pelubangan

Embasing, pemeriksaan

750

2000

3. Industri kimia :

Area pabrik

Ruangan pencampuran

Injeksi dan kalendering

Ruang pengendali

Laboratorium

Ruang pemeriksaan warna

200

300

500

500

750

1000

4. Pabrik keramik :

Pencetakan, pengepresan, pembersihan

Pewarnaan300

1000

5. Industri kelistrikan :

Penggulungan

Pekerjaan assembling :

Halus

Sangat halus

500

1500

2000

6. Garasi mobil :

Tempat perbaikan

Area untuk lalu lalang

Tempat parkir :

Jalur masuk

Jalur lintasan

Gudang

1000

200

500

100

50

Page 14: praktikum

7. Usaha pencucian dan penyetrukan pakaian :

Pencucian

Penyetrukan

Mesin penekanan akhir, Sortir

300

500

750

8. Pabrik kulit :

Pembersihan, pementangan, penyamakan

Pekerjaan akhir, scarfing

300

1000

Lanjutan. Tabel.2.5. Standar Kuat Penerangan, Muhaimmin. 9.

Bengkel bermesin :

Pengelasan

Pekerjaan kasar

Pekerjaan setengah halus

Pekerjaan halus

300

500

1000

2000

10. Bengkel pengecatan :

Penyemprotan

Pengecetan halus dengan tangan

Poles dan pengeringan

500

1000

500

 Lanjutan. Tabel.2.5. Standar Kuat Penerangan, Muhaimmin, 2000 Sumber: Muhaimmin, 2000.

2.7.5.      Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Pedoman Efisiensi

Energi untuk Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan ruang

tergantung area kegiatannya, seperti berikut:

Tabel.2.6. Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area KegiatanKeperluan Pencahayaan

(Lux)Contoh Area Kegiatan

Pencahayaan Umum untuk ruangan

dan area yang jarang digunakan

dan/atau tugas-tugas atau visual

sederhana

20

Layanan penerangan yang minimum dalam area

sirkulasi luar ruangan, pertokoan didaerah terbuka,

halaman tempat penyimpanan

50 Tempat pejalan kaki & panggung

70Ruang boiler

100 Halaman Trafo, ruangan tungku, dll.

150 Area sirkulasi di industri, pertokoan dan ruang

Page 15: praktikum

penyimpan.

Pencahayaan umum untuk interior

200 Layanan penerangan yang minimum dalam tugas

300Meja & mesin kerja ukuran sedang, proses umum dalam industri kimia dan makanan, kegiatan membaca dan membuat arsip.

450Gantungan baju, pemeriksaan, kantor untuk menggambar, perakitan mesin dan bagian yang halus, pekerjaan warna, tugas menggambar kritis.

1500

Pekerjaan mesin dan diatas meja yang sangat

halus, perakitan mesin presisi kecil dan instrumen;

komponen elektronik, pengukuran & pemeriksaan

bagian kecil yang rumit (sebagian mungkin

diberikan oleh tugas pencahayaan setempat)

Pencahayaan tambahan setempat

untuk tugas visual yang tepat 3000

Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misal

instrumen yang sangat kecil, pembuatan jam

tangan, pengukiran

Sumber : www.energyefficiencyasia.org,2011.

Rumus yang dapat digunakan dalam perhitungan penerangan suatu ruangan adalah sebagai

berikut :

........................................(2.1)

Dengan :

N = jumlah armature

E = spesifikasi standart lumer ruangan, dapat dilihat dalam tabel yang ada  untuk    mengetahui

standart lumer ruangan

A = luas bidang yang diterangi (m²)

Q = lumen total per armature, dapat dihitung dengan 1 watt = 65 lumen

Ef → dihitung dengan permulaan menghitung nilai K untuk memperoleh nilai   ef (efisiensi).

Selain it ........................................(2.2)

Dengan :

P = panjang ruangan

L = lebar ruangan

H = tinggi pemasangan lampu, tinggi bidang kerja

Setelah K diketahui nilai ef dapat dicari pada tabel berikut :

Page 16: praktikum

Tabel.2.7.Efisiensi penerangan lampu TL 40 watt dengan faktor depresiasi = 0,7 dan reflektansi dinding = 0,5

K Efisiensi

0,5 0,280,6 0,830,8 0,421 0,48

1,2 0,521,5 0,562 0,61

2,5 0,643 0,664 0,695 0,71

Sumber: effeciencyasia,2011.

Jika yang dicari tidak ditemukan maka dilakukan interpolasi untuk menentukan, d = faktor

depresiasi.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 peralatan

     Alat yang digunakan untuk mengukur penerangan ada bermacam-macam misalnya photo-

electric photometer baik berupa pocket light meter atau light meter yang dilengkapi dengan

elemen kosinus. Selain itu ada juga lux meter seperti yang akan digunakan dalam praktikum

kali ini. Satuan ukur sebagai hasil dari pengukuran lux meter ini adalah lux atau lumen per

meter kuadrat.

     Setiap akan digunakan, lux meter harus dikalibrasi terlebih dahulu atau tiap satu tahun

sekali, agar dalam pengukuran diperoleh hasil dengan ketelitian yang maksimal.

3.2 Bagian-bagian

Bagian – bagian dari Lux Meter adalah :

Page 17: praktikum

1.      Display.

2.      Range switch yang terdiri dari :

A : < 2000 lux

B : 2000-19.900 lux

C : 20.000-50.000 lux

3.      Tombol On/Off

Dipakai untuk mengaktifkan atau menonaktifkan lux meter.

4.      Tombol Zero adjust VR

Untuk meyakinkan bahwa light sensor membaca nilai “zero” pada display, dapat digunakan

tombol ini. Catatan : keadaan tidak ’zero’ tidak terlalu berpengaruh terhadap keakuratan

pembacaan.

5.      Light sensor

Merupakan bagian terpisah dari lux meter dan digunakan untuk mengukur intensitas cahaya

dari sumber cahaya yang dikehendaki.

6.      Battery compartement

Merupakan wadah baterai dan bisa dibuka/ditutup untuk mengganti baterai.  

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur penggunaan lux meter adalah sebagai berikut :

1.      Ubahlah power on/off pada posii “ON”

‘1’ = On       ‘2’ = Off

2.      Pilih range yang sesuai (2000 lux, 20.000 lux, atau 50.000 lux) pada “range switch”.

3.      Bila dirasa perlu, lakukan ‘zero adjusment’ untuk meyakinkan posisi “zero value”.

4.      Pegang “light sensor” dengan tangan, setinggi ± 0,85-0,90 cm dari lantai dan hadapkan pada

sumber cahaya dan tunggu beberapa saat sampai display menunjukkan nilai yang terbaca.

5.      Sebelum melakukan pengukuran biarkan ‘light sensor’ terpapar cahaya selama 5 menit.

6.      Perhatikan jangan sampai bayangan operator tertangkap oleh ‘light sensor’, disarankan

jauhkan dari badan operator.

7.      Pakaian operator hendaknya berwarna gelap, untuk menghindari terjadinya pantulan cahaya.

8.      Lakukan pengukuran sesuai dengan petunjuk praktikum.

9.      Pembacaan untuk masing-masing range

Range 0-1999                       : sesuai display

Range 2000-19.999              : kalikan dengan 10

Range 20.000-50.000           : kalikan dengan 100

Page 18: praktikum

10.  Gunakan faktor koreksi di bawah ini untuk jenis lampu yang berbeda :

   Tabel 3.1 Faktor Koreksi Lampu

Lampu merkuri X 1,05

Lampu Flourescent X 0,96

Lampu Sodium X 1,11

Daylight X 0,96

(Sumber: modul PLK)

Latar Belakang Sejak dimulainya peradaban hingga sekarang, manusia meciptakan cahaya hanya dari api,walaupun lebih banyak sumber panas daripada cahaya. Di abad ke 21 ini kita masih menggunakan prinsip yang sama dalam menghasilkan panas dan cahaya melalui lampu pijar. Hanya dalam beberapa dekade terakhir produk-produk penerangan menjadi lebih canggih dan beraneka ragam. Perkiraan menunjukan bahwa pemakaian energi oleh penerangan adalah 20 - 45% untuk pemakaian energi total oleh bangunan komersial dan sekitar 3 - 10% untuk pemakaian energi total oleh plant industri. Hampir kebanyakan pengguna energi komersial dan industri peduli penghematan energi dalam sistim penerangan. Seringkali, penghematan energi yang cukup berarti dapat didapatkan dengan investasi yang minim dan masuk akal. Mengganti lampu uap merkuri atau sumber lampu pijar dengan logam halida atau sodium bertekanan tinggi akan menghasilkan pengurangan biaya energi dan meningkatkan jarak penglihatan. Memasang dan menggunakan kontrol foto, pengaturan waktu penerangan, dan sistim manajemen energi juga dapat memperoleh penghematan yang luar biasa. Walau begitu, dalam beberapa kasus mungkin perlu mempertimbangkan modifikasi rancangan penerangan untuk mendapatkan penghematan energi yang dikehendaki. Penting untuk dimengerti bahwa lampu-lampu yang efisien, belum tentu merupakan sistim penerangan yang efisien. Elemen yang paling penting dalam perlengkapan cahaya, selain dari lampu, adalah reflector. Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu mencapai area yang diterangi dan juga pola distribusi cahayanya. Reflektor biasanya menyebar (dilapisi cat atau bubuk putih sebagai penutup) atau specular (dilapis atau seperti kaca). Tingkat pemantulan bahan reflektor dan bentuk reflektor berpengaruh langsung terhadap efektifitas dan efisiensi fitting. Reflektor konvensional yang menyebar memiliki tingkat pemantulan 70-80% apabila baru. Bahan yang lebih baru dengan daya pemantulan yang lebih tinggi atau semi-difusi memiliki daya pemantulan sebesar 85%. Pendifusi/Diffuser konvensional menyerap cahaya lebih banyak dan menyebarkannya daripada memantulkannya ke area yang dikehendaki. Lama kelamaan nilai daya pantul dapat berkurang disebabkan penumpukan debu dan kotoran dan perubahan warna menjadi kuning disebabkan oleh sinar UV. Reflektor specular lebih efektif dimana pemantul ini memaksimalkan optik dan daya pantul specular sehingga membiarkan pengontrolan cahaya yang lebih seksama dan jalan pintas yang lebih tajam. Dalam kondisi baru, lampu ini memiliki nilai pantul sekitar 85-96%. Nilai tersebut tidak berkurang seperti pada reflektor konvensional yang berkurang karena usia. Bahan yang umum digunakan adalah alumunium yang diberi perlakuan anoda (nilai pantul 85-90%) dan lapisan perak yang dilaminasikan ke bahan logam (nilai pantul 91-95%). Menambah (atau melapisi) alumunium dilakukan untuk mencapai nilai pantul lebih kurang 88-96%. Lampu harus tetap bersih agar

Page 19: praktikum

efektif, reflektor optik kaca tidak boleh digunakan dalam peralatan yang terbuka di industri dimana peralatan tersebut mungkin akan terkena debu. Tujuan Praktikum ü Mengetahui cara pengoprasian alat lux meter ü Mengetahui bagian-bagian daripada lux meter ü Mengetahui cara perhitungan dari pada pengukuran pencahayaan Manfaad Praktikum ü Dapat mengetahui pencahayaan dalam ruang ü Dapat menjadikan mahasiswa yang mandiri, dan mempunyai keterampilan ü Menjadikan mahasiswa terampil didalam mengoprasikan sebuah alat raboratorium Konsep Teori Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Sehingga cahaya yang diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan digital. Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi. Hampir semua lux meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto, dan layer panel. Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih besar. Kunci untuk mengingat tentang cahaya adalah cahaya selalu membuat beberapa jenis perbedaan warna pada panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena itu, pembacaan merupakan kombinasi efek dari semua panjang gelombang. Standar warna dapat dijadikan referensi sebagai suhu warna dan dinyatakan dalam derajat Kelvin. Standar suhu warna untuk kalibrasi dari hampir semua jenis cahaya adalah 2856 derajat Kelvin, yang lebih kuning dari pada warna putih. Berbagai jenis dari cahaya lampu menyala pada suhu warna yang berbeda. Pembacaan lux meter akan berbeda, tergantung variasi sumber cahaya yang berbeda dari intensitas yang sama. Hal ini menjadikan, beberapa cahaya terlihat lebih tajam atau lebih lembut dari pada yang lain.Waktu Dan Lokasi Praktikum Hari/Tanggal : Selasa,18 Oktober 2011 Waktu : 14.00-17.00 wit Lokasi : ========================Alat Dan Bahan 1. Alat ü Lux Meter ü meter ü Buku ü Pena ü Kepala penangkap cahaya 2. Bahan ü Sepasang batre ü Ruang tingkat 3 A, kesling sebagai sampel tempat pengukuran Prosedur Kerja Langkah-langkah didalam pengukuran pencahayaan dengan menggunakan alat lux meter adalah sbb : 1. Siap kan alat dan bahan 2. Pasang Kepala Penangkap Cahaya 3. Pasang Batre pada Alat lux meter

Page 20: praktikum

4. Ukur luas bangunan ruang yang akan diukur pencahayaanya 5. Ukur luas tempat sumber pencahayaan didalam ruang tersebut 6. Bagi ruangan tersebut menjadi minimum 13 titik dan maksimum  titik didalam pengukuran pencahayaan 7. Ukur pencahayaan tersebut pertitik dan hasilnya pertitik dicatat 8. Cara mengoprasikan alat lux meter tekan tombol on dan setelah selesai tekan tombol hold untuk setiap titik selama 9. Setelah mendapat hasil pertitik maka untuk mengetahui hasil akhir / positifnya dari pada kualitas pencahayaan ruang yang kita ukur adalah menggunakan rumus : jumlah hasil semua titik dibagi jumlah titik pengukuran Hasil Praktikum Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakuakan maka pada ruangan kesling tingkat 3 A, maka didapat hasil pencahayaan dalam ruanganan sbb : ü Luas bangunan : P = 9 X L = 9 ü Ventilasi : T = 70,8, X L = 60,7 ü Jendela tinggi : T = 90,2 X L = 60,6 ü Jumlah ventilasi : 18 buah ü Jumlah jendela : 16 buah Hasil pengukuran pencahayaan : 1. Titik 1 : 44,4 2. Titik 2 : 170,3 3. Titik 3 : 157,3 4. Titik 4 : 759 5. Titik 5 : 176, 4 6. Titik 6 : 457 7. Titik 7 : 127 8. Titik 8 : 161 9. Titik 9 : 123,6 10. Titik 10 : 110,4 11. Titik 11 : 129,96 12. Titik 12 : 198 13. Titik 13 : 200 Maka : jumlah hasil semua titik dibagi jumlah titik pengukuran : 2814,36 : 13 = 216,5 # Kesimpulan perlu untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Sehingga cahaya yang diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan digital. Dalam pengukuran cahaya menggunakan lux meter pada sebuah ruang kita harus membagi titik menjai 13 titik minimum dan 15 titik maksimum, untuk mendapatkan nilai akhir maka jumlah hasil semua titik dibagi dengan hasil pengukuran DAFTAR PUSTAKA oleh H Suwantoro – 2006 Pencahayaan Alami Pada Ruang Kuliah ( sumber situs : repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1439/1/06012422.pdf) oleh A Santosa – 2008 Pencahayaan pada interior rumah sakit: ( sumber situs : puslit.petra.ac.id/journals/pdf.php?PublishedID=INT06040201 ) oleh idgad putra perencanaan pencahayaan buatan pada interior ruang ( sumber situs : www.isi-dps.ac.id/.../Perencanaan-Pencahayaan-Buatan-Pada-Interior.html ) http://hukum.unsrat.ac.id/men/menkes_261_1998.pdf

Page 21: praktikum

PENERANGAN DALAM K3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah keamanan dan

keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus menjadi

perhatian utama semua pihak. Keberhasilan kita dalam melaksanakan

pekerjaan tidak hanya diukur dari selesainya pekerjaan tersebut. Banyak

hal yang dijadikan sebagai parameter penilaian terhadap keberhasilan

suatu pekerjaan. Pekerjaan dinilai berhasil apabila keamanan dan

keselamatan semua sumber daya yang ada terjamin, dapat diselesaikan

tepat waktu atau bahkan bisa lebih cepat dari waktu yang ditentukan,

memberikan keuntungan bagi perusahaan, memberikan kepuasan kepada

semua pihak (pimpinan, karyawan dan pemberi kerja).

Penerangan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk

melihat obyek secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan.

Kebutuhan akan pencahayaan yang baik, akan makin diperlukan apabila

kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena

penglihatan. Pencahayaan yang terlalu suram mengakibatkan mata

pekerja makin cepat lelah karena mata akan berusaha untuk melihat,

dimana lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi

keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata, karena bisa

menyilaukan.

Penerangan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu

kantor karena dapat memperlancar pekerjaan di kantor. Apalagi seorang

karyawan yang pekerjaannya berkaitan dengan ketatabukuan maka

tulisan harus terlihat jelas tanpa terlindung oleh bayangan. Penerangan

yang cukup akan menambah semangat kerja karyawan, karena mereka

dapat lebih cepat menyelesaikan tugas-tugasnya, matanya tidak mudah

Page 22: praktikum

lelah karena cahaya yang terang, dan kesalahankesalahan dapat

dihindari.

Permasalahan penerangan meliputi kemampuan manusia untuk

melihat sesuatu, sifat-sifat dari indera penglihatan, usaha-usaha yang

dilakukan untuk melihat obyek lebih baik dan pengaruh penerangan

terhadap lingkungan, alat yang digunakan untuk mengetahui intensitas

penerangan adalah Luxmeter.

Penerangan dikatakan buruk apabila memiliki intensitas penerangan

yang rendah untuk jenis pekerjaan yang sesuai, distribusi yang tidak

merata, mengakibatkan kesilauan, dan kurangnya kekontrasan.

1.2    Rumusan Masalah

a.     Menjelaskan definisi Penerangan ?

b.     Menjelaskan sumber-sumber pencahayaan ?

c.     Bagaimana cara pengendalian terhadap penerangan ?

d.     Bagaimana cara pencegahan terhadap kesilauan ?

1.3    Tujuan

a.     Untuk mengetahui definisi penerangan.

b.     Untuk mengetahui sumber-sumber pencahayaan.

c.     Untuk mengetahui cara pengendalian terhadap penerangan.

d.     Untuk mengetahui cara pencegahan terhadap kesilauan.

Page 23: praktikum

BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Definisi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002,

penerangan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu

salah satu masalah lingkungan ditempat kerja harus diperhatikan yaitu

pencahayaan. Nilai Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI

No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100 lux.

Penerangan atau cahaya yang cukup merupakan pertimbangan

yang penting dalam fasilitas fisik kantor. Lebih-lebih dalam gedung yang

luas dan kurang jendalanya, cahaya alam itu tidak dapat menembus

sepenuhnya, karena itu sering dipergunakan cahaya lampu untuk

mengatur penerangan dalam kantor. Pencahayaan yang tidak memadai

akan menyebabkan kelelahan pada otot dan saraf mata yang berlanjut

pada kelelahan lokal mata dan akhirnya kelelahan keseluruhan fisiologis

pada seorang pekerja. Kelelahan yang timbul kemudian akan

mengakibatkan turunnya konsentrasi kerja, meningkatkan tingkat

kesalahan dalam bekerja yang berujung pada tingginya cacat produksi.

Hal-hal ini yang kemudian menyumbang peran untuk menurunkan

produktivitas pekerja secara individual maupun perusahaan secara

keseluruhan.

Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang

menerangi benda-benda ditempat kerja. Penerangan dapat berasal dari

cahaya alami dan cahaya buatan, banyak obyek kerja beserta benda atau

alat dan kondisi disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja, hal ini

penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi, selain itu

penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih

baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan.

Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan

bagi pekerja, sehingga dapat menimbulkan gangguan  performance

(penampilan) kerja yang akhirnya dapat memberikan pengaruh terhadap

Page 24: praktikum

kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini sangat erat kaitannya dan

mutlak harus ada karena berhubungan denganfungsi indera penglihatan,

yang dapat mempengaruhi produktifitas bagi tenagakerja. Berdasarkan

baku mutu lingkungan kerja, standar pencahayaan untuk ruangan yang

dipakai untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah

500 - 1000 Lux.

Tujuan pencahayaan :

a.     Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan.

b.     Memberi lingkungan kerja yang aman.

2.2    Sumber-Sumber Pencahayaan

a.    Pencahayaan alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari atau

kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung radiasi panas itu

apabila masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan kenaikan suhu

ruangan. Sumber pencahayaan alam (cahaya matahari). Sedangkan

menurut Satwiko (2005: 88), cahaya alami adalah cahaya yang

bersumber dari alam, misalnya matahari, lahar panas, fosfor di pohon-

pohon, kilat, kunang-kunang, dan bulan yang merupakan sumber cahaya

alami skunder, karena sebenarnya bulan hanya memantulkan cahaya

matahari. Berikut ini adalah beberapa keuntungan dan kelemahan dari

penggunaan cahaya alami :

Keuntungan pencahayaan alam :

1.      Bersifat alami, tersedia melimpah dan terbaharui,

2.      Tidak memerlukan biaya dalam penggunaannya,

3.      Cahaya alam sangat baik dilihat dari sudut kesehatan karena memiliki

daya panas dan kimiawi yang diperlukan bagi makluk hidup di bumi,

4.      Cahaya alam dapat memberikan kesan lingkungan yang berbeda, bahkan

kadang-kadang sangat memuaskan.

Kelemahan pencahayaan alam :

Page 25: praktikum

1.     Cahaya alam sulit dikendalikan, kondisinya selalu berubah karena

dipengaruhi oleh waktu dan cuaca,

2.     Cahaya alam pada malam hari tidak tersedia,

3.     Sinar ultra violet dari cahaya alam mudah merusak benda-benda di dalam

ruang.

4.     Perlengkapan untuk melindungi dari panas dan silau membutuhkan biaya

tambahan yang cukup tinggi.

b.    Pencahayaan buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya yang

bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti: lampu pijar,

lilin, lampu minyak tanah. Pecahayaan buatan adalah pencahayaan yang

dihasilkan dari usaha manusia seperti lampu pijar. (Lasa, 2005: 170).

Dasar pemikiran untuk konsep perancangan sistem penerangan

pencahayaan adalah pemenuhan tingkat intensitas terang yang

memenuhi syarat untuk tiap-tiap ruang.

Sumber pencahayaan buatan yang terbagi atas :

        General lighting adalah penerangan umum yaitu penerangan yang

dibutuhkan untuk menerangi suatu tempat atau ruangan tersebut.

        Localized general lighting

        Local lighting atau penerangan lokal, yaitu, penerangan pada tempat

kerja dimana untuk menerangi obyek pekerjaan.

Keuntungan menggunakan pencahayaan buatan:

1.      Cahaya buatan dapat dikendalikan, dalam arti bahwa kekuatan

pencahayaan yang dihasilkan dari lampu dapat diatur sesuai dengan

kebutuhan,

2.      Cahaya buatan tidak dipengaruhi oleh kondisi alam,

3.      Arah jatuhnya cahaya dapat diatur, sehingga tidak menimbulkan silau

bagi pekerja.

Kelemahan penggunaan pencahayaan buatan:

1.     Cahaya buatan memerlukan biaya yang relatif besar karena dipengaruhi

oleh sumber tenaga listrik,

Page 26: praktikum

2.     Cahaya buatan kurang baik bagi kesehatan manusia jika digunakan terus

menerus di ruang tertutup tanpa dukungan cahaya alami.

Penerangan yang buruk di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal

sebagai berikut :

a.    Kelelahan dan ketidaknyamanan pada mata yang akan mengakibatkan

kurangnya daya efesiensi kerja.

b.    Kelelahan mental yang akan berpengaruh pada kelelahan fisik.

c.    Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

d.    Kerusakan alat penglihatan (mata).

e.    Meningkatnya kecelakaan kerja.

Keuntungan pencahayaan yang baik :

a.        Meningkatkan semangat kerja.

b.       Produktivitas.

c.        Mengurangi kesalahan.

d.       Meningkatkan housekeeping.

e.        Kenyamanan lingkungan kerja.

f.         Mengurangi kecelakaan kerja.

2.3    Cara Pengendalian Terhadap Penerangan

Pengendalian terhadap penerangan buruk dapat dilakukan dengan cara :

a.        Pengendalian secara teknis

      Memperbesar ukuran obyek (sudut penglihatan) dengan menggunakan

kaca pembesar dan kaca pembesar dan layer monitor.

      Memperbesar intensitas penerangan.

      Menambah waktu yang diperlukan untuk melihat obyek.

      Bila menggunakan penerangan alami, harus diperhatikan agar jalan

masuknya sinar tidak terhalang.

b.        Pengendalian secara administrative

Page 27: praktikum

      Untuk pekerjaan malam atau yang membutuhkan ketelitian tinggi,

memperkerjakan tenaga kerja yang berusia relatif masih muda dan tidak

menggunakan kacamata adalah lebih baik.

Menjaga kebersihan dinding, langit-langit, lampu dan perangkatnya

penting untuk diperhatikan. Perawatan tersebut sebaiknya dilakukan

minimal 2 kali dalam 1 tahun, karena kotoran atau debu yang ada

ternyata dapat mengurangi intensitas penerangan.

2.4    Cara Pencegahan Terhadap Kesilauan

Di samping akibat-akibat pencahayaan yang kurang kadang-kadang

juga menimbulkan masalah, apabila pengaturannya kurang baik, yakni

silau. Silau juga menjadi beban tambahan pekerja maka harus dilakukan

pengaturan atau dicegah.

Mencegah kesilauan (luminansi), dengan :

           Pemilihan jenis lampu yang tepat, misalnya neon. Lampu neon kurang

menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa.

           Menempatkan sumber-sumber cahaya atau penerangan sedemikian rupa

sehingga tidak langsung mengenai bidang yang mengkilap.

           Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka

jendela yang langsung memasukkan sinar matahari.

           Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.

           Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidang terhalang oleh bayangan

suatu benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-

bayangan.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka dalam mendirikan

bangunan tempat kerja, sebaiknya mepertimbangkan ketentuan-

ketentuan antara lain :

a.     Jarak antara gedung atau bangunan-bangunan lain tidak menganggu

masuknya cahaya matahari ke tempat kerja.

b.     Jendela-jendela dan lobang angin untuk masuknya cahaya matahari harus

cukup, seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan.

Page 28: praktikum

c.     Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus

diganti dengan penerangan lampu yang cukup.

d.     Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak

melebihi 32°C).

e.     Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang

yang menganggu kerja.

f.      Sumber cahaya harus menghasilakn daya penerangan yang tetap dan

menyebar dan tidak berkedip-kedip.

Page 29: praktikum

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja

yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Nilai

Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI No.

1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100 lux.

Penerangan yang buruk di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-

hal sebagai berikut :

a.     Kelelahan dan ketidaknyamanan pada mata yang akan mengakibatkan

kurangnya daya efesiensi kerja.

b.     Kelelahan mental yang akan berpengaruh pada kelelahan fisik.

c.     Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

d.     Kerusakan alat penglihatan (mata).

e.     Meningkatnya kecelakaan kerja.

Keuntungan pencahayaan yang baik :

a.       Meningkatkan semangat kerja.

b.       Produktivitas.

c.        Mengurangi kesalahan.

d.       Meningkatkan housekeeping.

e.       Kenyamanan lingkungan kerja.

f.         Mengurangi kecelakaan kerja.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32873/5/Chapter%20I.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32873/4/Chapter%20II.pdf