Upload
aulia-bella-marinda
View
8
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pre plann
Citation preview
LAPORAN PREPLANNING KEGIATAN PERAWATAN PADA An. W
MELALUI PENDIDIKAN KESEHATAN DAN TERAPI PIJAT PIPI DI
DUSUN TROGOWETAN RT 01/ RW 04 DESA ANTIROGO
KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perawatan Klien di Rumah
Oleh
Yulia Martha Fandiani
NIM 122310101029
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak adalah anugerah yang paling indah yang selalu diidam-idamkan oleh
setiap pasangan suami istri. Sejalan dengan pertumbuhannya anak akan
mengalami proses perkembangan. Mereka akan mulai belajar tengkurap,
merangkak, berdiri, kemudian berjalan dan berlari. Begitupun juga dengan
kemampuan berbahasa dan berbicara, seorang anak akan mengalami
perkembangan sesuai dengan masa tumbuh kembangnya. Namun hal itu
terkadang hal itu tidak sesuai dengan harapan. Hal itu dapat ditemui dari awal
kelahiran dan terkadang di tengah masa perkembangan. Salah satunya adalah
gangguan bicara dan bahasa merupakan salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Penyebab keterlambatan
bicara sangat luas dan banyak, gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang
berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk membaik.
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh
sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya
merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama
setelah usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan
karena proses fungsional, maka gangguan tersebut harus lebih diwaspadai karena
bukan sesuatu yang ringan.
Keterlambatan bicara adalah salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin
hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka
kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5-10% pada anak sekolah.
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat luas dan banyak, terdapat beberapa
resiko yang harus diwaspadai untuk lebih mudah terjadi gangguan ini. Semakin
dini kita mendeteksi kelainan atau gangguan tersebut maka semakin baik
pemulihan gangguan tersebut. Semakin cepat diketahui penyebab gangguan bicara
dan bahasa pada maka semakin cepat stimulasi dan intervensi dapat dilakukan
pada anak tersebut. Deteksi dini gangguan bicara dan bahsa ini harus dilakukan
oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini, mulai dari orang
tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak
yang merawat anak tersebut.
Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan kognitif,
sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kemampuan bahasa
pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan
memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat
dinilai dari kemampuan lainnya sehingga pembahasan mengenai kemampuan
bahasa lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara. Kemahiran dalam
bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik yaitu kondisi pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari organ
yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu faktor
ekstrinsik berupa stimulus yang ada di sekeliling anak terutama perkataan yang
didengar atau ditujukan kepada anak tersebut.
Dengan demikian penanganan keterlambatan bicara dilakukan pendekatan
medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut. Biasanya hal ini memerlukan
penanganan multi disiplin ilmu di bidang kesehatan, di anataranya dokter anak
dengan minat tumbuh kembang anak, rehabilitasi medik, neurologi anak, alergi
anak, dan klinisi atau praktisi lainnya yang berkaitan. Dari fenomena yang telah
dijabarkan diatas hal ini terkait dengan pembuatan preplanning yang dibuat oleh
penulis pada klien yang mengalami hambatan dalam berbicara pada usia 3 tahun 5
bulan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam kegiatan
yang akan dilakukan ini adalah Perawatan klien dirumah pada An. W melalui
pendidikan kesehatan dan terapi pijat pipi di Dusun Trogowetan Desa Antirogo
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu memberikan perawatan bagi klien
di rumah pada An. W melalui pendidikan kesehatan dan terapi pijat pipi di Dusun
Trogowetan Desa Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dengan dibuatnya preplanning ini ialah
sebagai berikut:
1. An. W mampu menunjukkan perkembangan dalam berbahasa dan
berbicara;
2. keluarga mengerti mengenai kondisi yang dialami oleh An. W
3. keluarga mampu menjelaskan tentang tujuan dan manfaat terapi pijat pipi;
4. keluarga mampu mempraktikan langkah-langkah untuk melakukan terapi
pijat pipi pada An. W.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam penulisan preplanning ialah sebagai
berikut:
1. menambah pengetahuan Keluarga An.W tentang kondisi yang dialami oleh
klien;
2. menambah keterampilan keluarga An. W dalam mempraktikan teknik
terapi pijat pipi dengan tepat.
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. (Soetjiningsih, 1994).
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perlembangan anak.
Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan
pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor,
psikologis, emosi dan lingkungan di sekitar anak.
Speech delay adalah kegagalan mengembangkan kemampuan berbicara
pada anak yang diharapkan bisa dicapai pada usia kronologisnya. Dengan kata
lain, perkembangan anak (dalam hal bicara) tertinggal beberapa bulan dari teman-
teman seusianya. Keterlambatan bicara (speech delay) adalah salah satu penyebab
gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.
2.2 Epidemiologi
Keterlambatan bicara adalah salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin
hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka
kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5-10% pada anak sekolah.
Gangguan wicara pada anak adalah salah satu kelainan yang sering dialami oleh
anak-anak dan terjadi pada 1 dari 12 anak atau 5-8 % dari anakanak prasekolah.
Hal ini mencakup gangguan berbicara (3%) dan gagap (1%). Dan hal ini pula
yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini
semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Dari penelitian didapatkan bahwa
gangguan bahasa dan berbicara terjadi 1% sampai 32% dari populasi normal dan
sebanyak 60% dari kasus yang ditemukan terjadi secara spontan pada anak
berumur dibawah 3 tahun. Beberapa data juga menunjukkan angka
kejadian anak yang mengalami keterlambatan bicara cukup tinggi. Silva
(1980) di New Zealand sebagaimana dikutip Leung menemukan bahwa 8,4%
anak umur tiga tahun mengalami keterlambatan bicara sedangkan Leung (1999)
di Canada mendapatkan angka 3% sampai 10%. Di Amerika Serikat, perkiraan
keseluruhan terjadinya gangguan komunikasi sekitar 5 % anak usia sekolah, yang
meliputi gangguan suara sebanyak 3 % dan gagap sebesar 1 %. Insidensi anak
usia Sekolah Dasar yang mengalami gangguan artikulasi adalah sekitar 2-3 %.3
Di Poliklinik Tumbuh Kembang anak RS Dr. Kariadi dari bulan
Januari 2007 sampai Desember 2007 diperoleh dari 436 kunjungan baru
terdapat 100 anak (22,9 %) dengan keluhan gangguan bicara dan
berbahasa ( Hidajati, 2009 : 13 ). Anak yang mengalami kelainan berbahasa
pada masa pra-sekolah, 40% hingga 60% akan mengalami kesulitan
dalam bahasa tulisan dan mata pelajaran akademik. Sidiarto L (2002)
menyebutkan bahwa anak yang dirujuk dengan kesulitan belajar spesifik, lebih
dari 60% mempunyai riwayat keterlambatan bicara. Sedangkan Rice (2002)
menyebutkan, apabila hal ini tidak diatasi sejak dini, 40%-75% anak akan
mengalami kesulitan untuk membaca. Itulah sebabnya pencegahan dan deteksi
dini gangguan perkembangan berbahasa pada anak sangat penting ( Hidajati,
2009). Pada perkembangan bahasa sendiri merupakan salah satu parameter dalam
perkembangan anak. Kemampuan bicara dan bahasa melibatkan perkembangan
kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak.
2.3 Etiologi
Kemampuan dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik
(anak) dan faktor ekstrinsik (psikososial). Faktor intrinsik ialah kondisi
pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam
kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu, faktor ekstrinsik dapat berupa
stimulus yang ada di sekeliling anak, misalnya perkataan yang didengar atau
ditujukan kepada si anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:
1) Faktor Intrinsik
a) Retardasi mental
Retardasi mental merupakan penyebab paling umum dari
keterlambatan bicara, tercatat lebih dari 50% dari kasus.32 Seorang anak
retardasi mental menunjukkan keterlambatan bahasa menyeluruh,
keterlambatan pemahaman pendengaran, dan keterlambatan motorik.
Secara umum, semakin parah keterbelakangan mental, semakin lambat
kemampuan komunikasi bicaranya. Pada 30%-40% anak-anak dengan
retardasi mental, penyebabnya tidak dapat ditentukan. Penyebab retardasi
mental diantaranya cacat genetik, infeksi intrauterin, insufisiensi
plasenta, obat saat ibu hamil, trauma pada sistem saraf pusat, hipoksia,
kernikterus, hipotiroidisme, keracunan, meningitis atau ensefalitis, dan
gangguan
b) Gangguan pendengaran
Fungsi pendengaran dalam beberapa tahun pertama kehidupan
sangat penting untuk perkembangan bahasa dan bicara. Gangguan
pendengaran pada tahap awal perkembangan dapat menyebabkan
keterlambatan bicara yang berat. Gangguan pendengaran dapat berupa
gangguan konduktif atau gangguan sensorineural. Tuli konduktif
umumnya disebabkan oleh otitis media dengan efusi. Gangguan
pendengaran tersebut adalah intermiten dan rata-rata dari 15dB sampai 20
dB.35 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan
gangguan pendengaran konduktif yang berhubungan dengan cairan pada
telinga tengah selama beberapa tahun pertama kehidupan berisiko
mengalami keterlambatan bicara.35,36 Gangguan konduktif juga dapat
disebabkan oleh kelainan struktur telinga tengah dan atresia dari canalis
auditoris eksterna. Gangguan pendengaran sensorineural dapat disebabkan
oleh infeksi intrauterin, kernikterus, obat ototosik, meningitis bakteri,
hipoksia, perdarahan intrakranial, sindrom tertentu (misalnya, sindrom
Pendred, sindrom Waardenburg, sindrom Usher) dan kelainan kromosom
(misalnya, sindrom trisomi). Kehilangan pendengaran sensorineural
biasanya paling parah dalam frekuensi yang lebih tinggi.
c) Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang terjadi
sebelum anak mencapai usia 36 bulan. Autisme ditandai dengan
keterlambatan perkembangan bahasa, penyimpangan kemampuan untuk
berinteraksi, perilaku ritualistik, dan kompulsif, serta aktivitas motorik
stereotip yang berulang. Berbagai kelainan bicara telah dijelaskan, seperti
ekolalia dan pembalikan kata ganti. Anak-anak autis pada umumnya gagal
untuk melakukan kontak mata, merespon senyum, menanggapi jika
dipeluk, atau menggunakan gerakan untuk berkomunikasi. Autisme tiga
sampai empat kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak
perempuan.
d) Mutasi selektif
Mutasi selektif adalah suatu kondisi dimana anak-anak tidak berbicara
karena mereka tidak mau. Biasanya, anak-anak dengan mutasi selektif
akan berbicara ketika mereka sendiri, dengan teman-teman mereka, dan
kadang-kadang dengan orang tua mereka. Namun, mereka tidak berbicara
di sekolah, dalam situasi umum, atau dengan orang asing. Kondisi tersebut
terjadi lebih sering pada anak perempuan daripada anak laki-laki.36 Secara
signifikan anak-anak dengan mutasi selektif juga memiliki defisit
artikulatoris atau bahasa. Anak dengan mutasi selektif biasanya
memanifestasikan gejala lain dari penyesuaian yang buruk, seperti kurang
memiliki teman sebaya atau terlalu bergantung pada orang tua mereka.
Umumnya, anak-anak ini negativistik, pemalu, penakut, dan menarik diri.
Gangguan tersebut bisa bertahan selama berbulan-bulan sampai bertahun
tahun.
e) Cerebral palsy
Keterlambatan bicara umumnya dialami oleh anak dengan cerbral
palsy. Keterlambatan bicara terjadi paling sering pada orang-orang dengan
tipe athetoid cerebral palsy. Selain itu juga dapat disertai atau dikombinasi
oleh faktor-faktor penyebab lain, diantaranya: gangguan pendengaran,
kelemahan atau kekakuan otot-otot lidah, disertai keterbelakangan mental
atau cacat pada korteks serebral.
f) Kelainan organ bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan
mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft
palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring.Pada lidah
pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan
mengucapkan huruf ”t”, ”n”, dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula
mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z”, dan ”th”. Kelainan
bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa
rinolalia aperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi
seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.11
2) Faktor Ekstrinsik (Psikososial)
Dalam keadaaan ini anak tidak mendapatkan rangsangan yang cukup
dari lingkungannya. Anak tidak mendapatkan cukup waktu dan kesempatan
berbicara dengan orang tuanya. Hasil penelitian menunjukkan stimulasi yang
kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa yaitu keterlambatan bicara,
tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut
juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa
dapat lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi
juga kelainan saraf karena kurang gizi atau penelantaran anak.Berbagai
macam deprivasi psikososial yang mengakibatkan keterlambatan bicara
adalah:
a) Lingkungan yang Sepi
Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru.
Bila stimulasi bicara sejak awal kurang (tidak ada yang ditiru) maka akan
menghambat kemampuan bicara dan bahasa pada anak.
b) Anak Kembar
Pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih
buruk dan lama dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain
saling memberikan lingkungan bicara yang buruk karena biasanya
mempunyai perilaku yang saling meniru. Hal ini menyebabkan mereka
saling meniru pada keadaan kemampuan bicara yang sama–sama belum
bagus.
c) Bilingualisme
Pemakaian 2 bahasa dapat menyebabkan keterlambatan bicara,
namun keadaan ini bersifat sementara. Smith meneliti pada kelompok anak
dengan lingkungan bilingualisme tampak mempunyai perbendaharaan
yang kurang dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali pada anak
dengan kecerdasan yang tinggi.
d) Teknik Pengajaran yang Salah
Cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan
keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa pada anak sebab
perkembangan mereka terjadi karena proses meniru dan pembelajaran dari
lingkungan.
e) Pola menonton televisi
Menonton televisi pada anak-anak usia batita merupakan faktor
yang membuat anak lebih menjadi pendengar pasif. Pada saat nonton
televisi, anak akan lebih berperan sebagai pihak yang menerima tanpa
harus mencerna dan memproses informasi yang masuk. Akibatnya, dalam
jangka waktu tertentu, yang mana seharusnya otak mendapat banyak
stimulasi dari lingkungan/orang tua untuk kemudian memberikan feedback
kembali, namun karena yang lebih banyak memberikan stimulasi adalah
televisi, maka sel-sel otak yang mengurusi masalah bahasa dan bicara akan
terhambat perkembangannya.
Gangguan berbicara dan Bahasa bermacam-macam yang melibatkan
berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan
lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi, psikologis dan lain
sebagainya. Menurut Aram D.M (1987), mengatakan bahwa gangguan bicara
pada anak dapat disebabkan oleh kelainan dibawah ini:
1. Lingkungan sosial anak
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan
perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan
menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.
2. Sistem masukan/input
Merupakan sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-
kinestetik dari anak. Pendengaran merupakan alat yang penting dalam
perkembangan bicara. Anak deng otitis media kronik dengan penurunan
daya pendengaran akan mengalami keterlambatan kemampuan menerima
ataupun mengungkapkan bahasa. Gangguan bicara juga terdapat pada tuli
oleh karena kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli
neurosensorial, (infeksi intra uterin; sifilis, rubella, tolsoplasmosis,
sitomegalovirus), tuli konduktif seperti akibat malformasi telinga luar, tuli
sentral (sama sekali tidak mendengar), tuli perseptif/afasia sensorik (terjadi
kegagalan , integrasi arti bicara yang didengar menjadi suatu pengertian
yang menyeluruh), dan tuli psikis seperti pada schizoprenia, autisme
infantil, keadaan cemas dan reaksi psikologis lainnya. Pola bahsa juga
akan berpengaruh pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat,
demikian juga dengan anak dengan defisit taktil kinestetik akan tejadi
gangguan artikulasi.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa
Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman,
inteprestasi, formulasi dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan
kemampuan intelektual dari anak. Gangguan komunikasi biasanya
merupakan bagian dari retasrdasi mental, misalnya pada Sindrom Down.
4. Sistem Produksi
Sistem produksi suara seperti laring, hidung, struktur mulut dan
mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas
untuk berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara
melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga mulut.
Menurut Jeniffer Fusco (2002) etiologi dari gangguan bahasa karena
kehilangan pendengaran, infeksi kronik telinga, stroke atau trauma otak,
syndroms, retardasi mental, riwayat injuri otak selama prenatal, intranatal dan
postnatal, ketidakmampuan untuk memahami dan berbahasa, gangguan proses
auditory, keterlambatan perkembangan pada bayi prematur, kelemahan atau
gangguan motorik, gangguan proses sensory, dan gangguan otot. Dalam
penelitiannya, Jeniffer Fusco menemukan bahwa keterlambatan lebih banyak
dialami pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Fusco berpendapat
bahwa secara umum laki-laki mempunyai kemampuan nonverbal yang lebih
bagus dibandingkan dengan kemampuan verbal.
2.4 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada anak yang mengalami keterlambatan bicara
(Speech Delay), diantaranya:
1. Kemampuan bicara dan bahasa (ekspresif)
a) Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan
terhadap suatu benda pada usia 20 bulan
b) Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
c) Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan
2. Kemampuan bicara dan bahasa (reseptif)
a) Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi,
misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons
b) Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau
ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan
c) Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan
2.5 Pathway
2.6 Pemeriksaan Penunjang
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Data Biografi
Klien
Nama : An. W
Tempat/Tangal Lahir : Jember, 10 Mei 2012
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Latar Belakang Budaya : Madura
Pendidikan : -
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Dsn. Trogowetan RT 01/ RW 04 Desa
Antirogo Kec. Sumbersari
Keluarga
Nama Orang Tua/Istri/Suami : Sarifah
Tempat/Tanggal Lahir : Jember, 5 Februari 1975
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Jumah Orang yang Tinggal Serumah : 6 orang
Pola Sehat – Sakit
Alasan Riwayat Masuk Rumah Sakit : -
Status Kesehatan Sekarang : mengalami keterlambatan bicara
Status Kesehatan Dahulu : lutut bengkak ketika berumur 2 hari
Status Kesehatan Keluarga : keluarga tidak mempunyai
riwayat penyakit yang sama
dengan yang dialami klien.
Status Sistem Fisiologi : Mengalami keterlambatan berbicara
Pertimbangan Perkembangan : Fase falik/ genital namun klien
terlihat tidak tertarik untuk bermain
dengan lawan jenis, klien terkadang
merespon tetapi terkadang juga
tidak merespon ketika diajak untuk
berinteraksi
Pola Pemeliharaan Kesehatan
Pandangan Terhadap Kesehatan : Baik
Kebiasaan Pribadi : Ibu rutin ke posyandu, dan melakukan
terapi berjalan pada anaknya
Pola Tidur dan Terjaga : Tidur selama 12 jam, terjaga selama 12
jam
Latihan dan Aktifitas : Bermain
Rekreasi : Bermain
Nutrisi : Makan teratur
Stres dan Pola Pemecahan Masalah : Pemecahan masalah bergantung
pada orang tua
Sosial dan Ekonomi : Menengah ke atas
Pola Kesehatan Lingkungan :
Pola Kesehatan Kerja : -
Pola Peranan – Kekerabatan
Konsep Diri : Konsep diri baik, memiliki kepercayaan
diri dan tidak rendah diri
Latar Belakang Budaya, Spiritual, Agama: Berinisiatif mempelajari
tentang kebudayaan dan
agamanya, seperti budaya
madura dan mengaji
Pola Peranan – Kekerabatan dalam Keluarga : Berperan sebagai anak
Pola Hubungan Seksual dan Reproduksi : Menerima kasih sayang
secara utuh dari kedua orang
tuanya
Pola Dukungan Sosial : Diterima dan mampu
bersosialisasi pada
lingkungannya
B. Pengkajian Fisik
Tanda – Tanda Vital
Keadaan Umum
Kesan Umum :
(√) Baik
( ) Buruk
() Cukup
( ) Sedang
( ) Dispneau
( ) Nyeri
Wajah
(√) Baik
( ) Trembling
( ) Ekspresi Datar
( ) Kelainan Bentuk
Kesadaran : Compos Mentis 15 (E4V5M6)
Penaksiran Usia : 3 Tahun 5 bulan
Bentuk Badan
( ) Kekar
( ) Obesitas
( ) Ramping
(√ ) Sedang
( ) Sangat Kurus
Cara Berbaring dan Bergerak : Lincah
Bicara:
( ) Jelas dan Lancar
( ) Pelan / Lemah
( ) Menonton
( ) Parau
( ) Cepat
( ) Kekerasan Naik
Turun
(√) tidak bisa bicara
Pakaian, Kerapian, dan Kebersihan Badan:
(√) Bersih ( ) Kotor ( ) Rapi
( ) Berbau ( ) Serasi ( ) Parfum berlebih
Kulit, Rambut, Kuku
Inspeksi
Warna Kulit: coklat
Jaringan Parut: tidak ada
Warna rambut: hitam
Jumlah Rambut: persebaran merata
Warna Kuku: putih kecoklatan
Bentuk Kuku: normal
Palpasi
Suhu: normal
Kelembaban: Kering
Tekstur: Normal
Turgor: Normal
Edema: tidak ada
Lain-lain:-
Kepala
Inspeksi
Kesimetrisan Wajah: simetris
Tengkorak: Normal
Rambut: lurus
Kulit Kepala: Bersih
Palpasi
Kulit Kepala: tidak ada ketombe
Deformitas: tidak ada
Mata
Inspeksi
Bentuk Bola Mata: Bulat
Kelopak: tidak ada jejas
Konjungtiva: Merah muda
Sklera: Putih
Kornea: Bening
Iris: Hitam
Pupil Kanan : Isokor
Kiri : Isokor
Lensa: Normal
Gerakan: Simetris
Lapang Pandang: normal
Visus: normal
Palpasi
Tekanan Bola Mata: Normal
Telinga
Inspeksi
Daun Telinga: Normal
Liang: Tidak ada jejas, tidak ada
serumen
Membran Timpani: Putih bersih
Palpasi
Kartilago: Tidak ada nyeri
Nyeri Tekan Tragus: Tidak ada nyeri
tekan
Uji Pendengaran: Normal
Hidung dan Sinus
Inspeksi
Bagian Luar: Tidak ada jejas
Bagian Dalam: Normal tidak ada
jejas
Ingus: -
Perdarahan: tidak ada
Penyumbatan: tidak ada
Palpasi
Septum: Tidak ada nyeri
Sinus: Tidak ada pembesaran dan nyeri tekan
Mulut
Inspeksi
Bibir: Simetris
Gigi: Kurang bersih
Gusi: Merah muda
Lidah Membran Mukosa: Merah
Muda dan pendek, tidak bisa
menjulur kedepan
Faring Uvula: Tidak ada pembesaran
Tonsil: Tidak ada pembesaran
Palpasi
Pipi: Kenyal
Palatum: Tidak ada nyeri tekan
Dasar Mulut: Tidak ada nyeri tekan
Lidah: Tidak ada benjolan
Perkusi
Gigi: Pekak
Bau Mulut: -
Leher
Inspeksi
Bentuk Leher: Simetris, tidak ada
pembesaran
Warna Kulit: Sawo matang
Bengkak: Tidak ada
Tumor: Tidak ada
Tekanan Vena: Tidak ada
Gerakan: Normal
Palpasi
Kelenjar Limfe: Tidak ada
pembesaran
Kelenjar Tiroid: Tidak ada
pembesaran
Trakea: Gerakan Normal
Pembuluh darah: Tidak ada pulsasi
Lain-lain: -
Pembuluh Darah
Inspeksi dan Palpasi
A. Temporalis: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan
A. Karotis: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan
A. brakialis: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan
A. radialis: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan
A. femoralis: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan
A. poplitea: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan
A. tibialis posterior: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan
A. dorsalis pedis: Tidak terlihat adanya pulsasi, adanya denyutan
Dada
Inspeksi
Bentuk: Simetris
Retraksi: Normal
Kulit: Sawo Matang
Payudara: Pertumbuhan sesuai dengan usia
Lain-lain:-
Paru-Paru
Inspeksi: Kiri: Simetris Kanan: Simetris
Palpasi: Kiri: Tidak ada massa Kanan: Tidak ada massa
Perkusi: Kiri: Sonor Kanan: Sonor
Auskultasi: Kiri: Vesikuler,
Wheezing (-), Ronkhi (-)
Kanan: Vesikuler, wheezing (-),
Ronkhi (-)
Jantung
Inspeksi: Tidak adanya pembesaran
Palpasi: Terdapat Iktus cordis
Perkusi: Redup
Auskultasi: suara BJ 1 (lup dub)
Abdomen
Inspeksi
Bentuk: Simetris
Retraksi: Normal
Simetris: Normal
Kontur Permukaan: Normal
Penonjolan: Tidak ada
Auskultasi
Bising Usus: ada 5 x/menit
Bunyi Arteri: Tidak terdapat bunyi bruit
Bunyi Vena: Tidak terdapat bunyi vena
Lain-lain:-
Perkusi: Pekak
Palpasi
Ringan: Tidak ada massa
Dalam: Tidak ada benjolan
Hepar: Tidak ada pengerasan
Lain-lain:-
Limpa: tidak teraba
Ginjal: tidak teraba
Kandung Kemih: tidak teraba
Anus dan Rektum
Inspeksi: Tidak adanya hemoroid Palpasi: Tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan
Alat Kelamin
Inspeksi: Tidak ada luka Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Muskuloskeletal
Otot
Inspeksi
Ukuran: Normal, sesuai dengan usia
Kontraktur: Tidak ada
Kontraksi: Normal
Kekuatan: skala 5
Palpasi
Kelemahan: tidak ada bunyi krepitasi
Kontraksi: Normal
Gerakan: Normal
Lain-lain:-
Tulang
Inspeksi
Susunan Tulang: Normal
Deformitas: Tidak ada
Pembengkakan: Tidak ada
Palpasi
Edema: Tidak ada
Nyeri tekan: Tidak ada
Persendian
Inspeksi
Kaku: Tidak ada
Rentang Gerak: Normal
Palpasi
Nyeri Tekan: Tidak ada
Bengkak: Tidak ada
Krepitasi: Tidak ada
Lain-lain:-
Neurologi
Kesadaran: Compos mentis
Sensasi: Normal
Regulasi Integrasi: Normal
Pola Pemecahan Masalah / Penyesuaian Diri: Bergantung orang tua
3.2 Problem List
3.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu: Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan keterlambatan fisiologis anak dalam berbicara
3.4 Intervensi
NURSING CARE PLAN GUIDE
HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL
DEFINISI: ASSESSMENT PLANNING EVALUATION
Universal Self
Care
Requisites
Nursing Diagnosis Expec ted
Outcomes
Nursing
Interventions
Rationale Outcome Assessment
Universal self-
care requisites:
air
Nursing
System:
Demonstration
DEFINITION:
Penurunan,
keterlambatan, atau
ketiadaan kemampuan
untuk menerima,
memproses,
mengirim, dan/atau
menggunakan sistem
simbol.
Patient will:
5. Komunikasi:
penerimaan,
intrepretasidan
ekspresi pesan
lisan, tulisan, dan
non verbal
meningkat
6. Gerakan
terkoordinasi:
1. Gunakan kartu
baca, kertas,
pensil, bahasa
tubuh, gambar,
dan lain-lain
untuk
memfasilitasi
komunikasi dua
arah yang
1. Menentukan
suara nafas dan
apakah terdapat
secret/lender di
jalan napas
2. Mengidentifikas
i adanya secret
atau lender
3. Mengeluarkan
secret pada
S: Ibu klien
mengatakan an. Q
batuk berdahak dan
pilek.
O: RR 30 kali/menit,
nadi 76 kali/menit, an.
Q tampak batuk
berdahak dan pilek.
A: Timbul masalah
keperawatan bersihan
Problem: Hambatan
komunikasi verbal
Etiology: tidak
bicara.
Symptoms: sulit
bicara
mampu
mengkoordinasi
gerakan dalam
bentuk isyarat
7. keluarga mampu
mempraktikan
langkah-langkah
untuk melakukan
terapi pijat pipi
pada An. W.
optimal
2. Anjurkan
kunjungan
keluarga secara
teratur untuk
memberi
stimulus
komunikasi
3. Berikan
perawatan terapi
pijat wajah
secara konsisten
jalan nafas. jalan napas tidak
efektif.
P: Susun intervensi
keperawatan bersihan
jalan napas tidak
efektif.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2009. Konsep Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Dalmartha, Setiawan dan Nova Sutarina. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Gunawan, Lani. 2001. Hipertensi, Penyakit Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Heni Rokhaeni, dkk. 2001s. Keperawatan Kardiovaskuler Pusat Jantung. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, jilid 1. Jakarta: FKUI Media Aesculapius.
NANDA. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Yoyakarta: Prima Medika.