Upload
lisa-henderson
View
15
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
yufyftiydt
Citation preview
PREEKLAMPSIA
Definisi
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai
dengan proteinuria.
Sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi
organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel.
Faktor Risiko
Usia remaja < 20 tahun atau > 35 tahun
Mempunyai riwayat hipertensi kronis sebelumnya
Mempunyai riwayat preeklamsia sebelumnya
Terdapat riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
Primigravida, terutama primigravida muda
DM, kelainan ginjal, lupus, rheumatoid arthritis
Mola hidatidosa
Penyakit tiroid
Penyakit ginjal
Penyakit vascular kolagen
Sindrom antifosfolipid
Kehamilan ganda
Hidrops fetalis
Obesitas
Etiologi & Patofisiologi
Penyebab Hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum banak
diketahui dengan jelas. Banyak teori yang telah dikemukakan tentang
terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Teori-teori yang sekarang banyak
dianut adalah:
1. Teori Kelainan Vaskularisasi plasenta
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas,dan disfungsi endotel
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
4. Teori adaptasi kardiovaskularori genetic
5. Teori Genetik
6. Teori defisiensi gizi
7. Teori Stimulus Inflamasi
Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis, yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis.
Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga
jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arterispiralis
mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri
spiralis ini memberi dampak penurunantekanan darah, penurunan
resistensi vascular, dan peningkatan aliran darah pada daerah utero
plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi
jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin
dengan baik.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak trjadi invasi sel-sel trofoblas
pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan
otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dank eras sehingga lumen arteri
spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami vasokonstriksi, dan terjadi
kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah utero
plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500 mikron,
sedangkan pada preeklampsia rata-rata 200 mikron. Pada hamil normal
vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkab 10 kali aliran darah
ke utero plasenta.
Teori iskemia plasenta, radikal bebas,dan disfungsi
endotel
a. Iskemia plasenta dan pembentukan radikal bebas/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofobls, pada hipertensi
dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, dengan
akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang iskemia ini akan
menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan
merupakan senyawa penerima electron atau atom/molekul yeng
mempunyai electron yang tidak berpasangan yang dalam keadaan
normal dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Salah satu oksidan yang
dihasilkan plasenta iskemia aalah radikal hidroksil yang sangat toksik,
khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah.
Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang banyak
mengandung asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan
merusak nucleus, dan protein sel endotel.
b. Perooksida lemak sebagai oksidan pada hpertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar
oksidan, khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan
antioksidan seperti vitamin E pada hypertensi dalam kehamilan
menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak
yang relative tinggi. Membrane sel endotel lebih mudah mengalami
kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya lansung
berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh.
c. Disfungsi sel endotel
Akibat selendotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membrane sel
endotel. Kerusakan membrane sel endotel mengakibatkan
terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel. Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan
disfungsi sel endotel, maka akan terjadi:
Gangguan metabolisme prostaglandin
Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang
mengalami kerusakan untuk menutup tempat-tempat
dilapisan endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) suatu
fasokonstriktor kuat. Pada keadaan preeklampsia kadar
tromboksan lebih tinggi dari kadar prostasiklin sehingga tejadi
fasokonstriksi dengan terjadi kenaikan tekanan darah.
Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus
Peningkatan permeabilitas kapiler
Peningkatan produksi bahan-bahan vasopreson. Kadar NO
(vasodilator) menurun, sedangkan endotelin (vasokonstiktor)
meningkat.
Peningkatan factor koabulasi
Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya hasil
konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte
antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respon
imun, sehinga Ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G
pada plasenta dapat melindungi trofoblast janin dari lisis oleh sel natural
killer (NK) Ibu. HLA-G juga akan mempermudah invasi sel trofoblast
kedalam jarinagn desidua Ibu. Pada plasenta hypertensi dalam kehamilan
terjadi penurunan ekspresi HLA-G sehingga HLA-G pada desidua Ibu
mengahambat invasi trofoblast kedalam desidua. Invasi trofoblast sangat
penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
memudahkan terjadinya dilatasi spiralis.
Teori adaptasi kardiovaskularori genetic
Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan
vasopresor. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap
ransanga vasopresor, atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi
untuk menimbulkan respon vasokonstriksi. Pada hypertensi dalam
kehamilan akan terjadi kehilangan daya refrakter terhadap bahan
vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap
bahan-bahan vasopresor.
Teori Genetik
Ada factor keturunan dan familiar dengan model gen tunggal. Genotype
Ibu lebih menentukan terjadinya hypertensi dalam kehamilan secara
familiar jika dibandingkandengan genotype janin.
Teori defisiensi gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan
defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hypertensi dalam kehamilan.
Penelitian terakhir membuktikan bahwa minyak ikan mengandung banyak
asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan,
menghambat aktivasi trombosit, dan menegah vasokonstriksi pembuluh
darah, sehingga akan mengurangi risiko preeklampsia. Beberapa peneliti
menganggap bahwa defisiensi kalsium pada diet perempuan hamil
mengakibatkan risiko terjadinya preeklampsia atau eklampsia.
Teori Stimulus Inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblast
didalam sirkulasi darah merupakan ransangan utama terjadinya proses
inflamasi. Pada kehamilan normal plasenta juga melepaskan debris
trofoblast sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrosis trofoblast akibat
reaksi stress oksidatif. Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang
kemudian meransang timbulnya proses inflamasi. Pada kehamlian normal,
jumlah debris trofoblast masih dalam batas wajar, sehingga reaksi
inflamasi juga masih dalam batas normal. Berbeda dengan proses
apoptosis dalam preeklampsia, dimana pada preeklampsia terjadi
peningkatan stress oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan
nekrotif trofoblast juga meningkat. Makin banyak sel trofoblast plasenta,
misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress
oksidatif akan sangat meningkat, keadaan ini menimbulkan beban reaksi
inlamasi dalam darah Ibu menjadi jauh lebih besar, dibandingkan dengan
reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Respon inflamasi ini akan
mengaktivasi sel endotel, dan sel-selmakroak, granulosit, yang lebih besar
pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-
gejala preeklampsia pada Ibu.
Tanda dan Gejala
Perubahan Sistem Organ pada pasien Pre-eclampsia :
Hipovolemi, penurunan volume plasma antara 30%-40% dibanding
orang hamil normal.
Hipertensi, akibat vasospasme yang terjadi pada pembuluh
darah.
Perubahan Fungsi Ginjal :
- Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemi
sehingga terjadi oliguria bahkan anuria.
- Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya
permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran
dan mengakibatkan proteinuria.
- Terjadi Glomerulus Capillary Endotheliasis akibat sel
endotel glomerular yang bengkak disertai deposit fibril.
- Gagal Ginjal Akut akibat nekrosis tubulus ginjal.
- Kadar asam urat serum dan kreatinin meningkat,
akibat penurunan filtrasi glomerulus.
Gangguan keseimbangan asam basa, pada preeklampsia
berat yang mengalami hipoksia.
Gangguan Koagulasi, akibat tombositopenia, peningkatan
FDP, penurunan antitrombin III, dan peningkatan fibronektin.
Edema, ditandai dengan peningkatan berat badan secara cepat
(merupakan hasil dari edema akibat kebocoran kapiler -->
retensi cairan dan sodium).
Gangguan penglihatan , berkaitan dengan vasospasme
serebral.
Nyeri Kepala, akibat hiperperfusi jaringan otak.
Nyeri epigastrik, berkaitan dengan pembengkakan hepar dan
inflamasi.
Nyeri abdomen kuadran kanan atas, akibat pembengkakan
hepar tersebut.
Edema retinal, mencerminkan preeklampsia yang sudah berat.
Edema Paru, akibat payah jantung kiri, kerusakan sel endotel
pada pembuluh darah kapiler, dan menurunnya diuresis.
Perbedaan tanda dan gejala Pre-eclampsia ringan
dan berat
KELAINAN RINGAN BERAT
Tekanan darah diastolik
< 100 mmHg ≥ 110 mmHg
Proteinuria Samar sampai +1 ≥ +2
Nyeri kepala - +
Gangguan penglihatan
- +
Nyeri abdomen atas
- +
Oliguria - +
Kejang - + (eklampsi)
Kreatinin serum Normal Meningkat
Trombositopenia - +
Peningkatan Enzim hati
Minimal Nyata
PJT - +
Edema paru - +
Diagnosis
Diagnosis diawali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, kemudian
ditambah dengan temuan dari pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Tanyakan gejala preeklamsia seperti yang telah terbahas sebelumnya,
diantaranya :
Berat badan meningkat drastic, biasanya akibat penumpukan cairan
Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas
Sakit kepala berat
Perubahan pada reflex hiperrefleksia
Menurunnya produksi urin, bahkan anuria
Mual muntah berlebihan
b. Pemeriksaan Fisik
Diawali dengan mengamati keadaan umum
Pemeriksaan tanda vital, pada pemeriksaan tekanan darah, yang
lebih menjadi patokan adalah diastolik. Karena merupakan hasil
pengukuran tekanan perifer dan tidak berhubungan dengan emosi.
Kemudian mulai menilai status generalis dan lokalis dan dikaitkan
dengan gejala dan tanda pada preeklamsia
Uji Diagnostik dasar, meliputi :
- Pengukuran tekanan darah
- Analisi protein dalam urine
- Pemeriksaan edema
- Pengukuran tinggi fundus uteri
- Pemeriksaan funduskopi
c. Pemeriksaan Penunjang
Uji Laboratorium dasar, meliputi :
- Evaluasi hematologik ( hemtokrit, jumlah trombosit, morfologi
eritrosit pada sediaan hapus darah tepi)
- Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat
aminotransferase)
Kriteria Diagnosis
Diagnosa preeklampsia ringan dapat ditegakkan atas timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah 20 minggu
kehamilan
- Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20
minggu
- Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ +1 pada dipstick
- Edema, yaitu edema lengan, muka dan perut, edema
generalisata.
Digolongkan dalam Preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih
gejala sebagai berikut :
o Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
o Proteinuria 5 gr/24 jam atau ≥ 4+ dipstick
o Oliguria, yaitu produksi urine kurang dari 500cc/24jam
o Serum kreatinin > 1,2 mg/dL kecuali jika telah diketahui
sebelumnya telah meningkat
o Gangguan visus dan serebral; penurunan kesadarn, nyeri kepala,
skotoma, pandangan kabur
o Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas (akibat
teregangnya kapsula Glisson)
o Edema Paru dan sianosis
o Hemolisis mikroangiopati
o Trombositopeni berat : <100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit
dengan cepat
o Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular) : peningkatan
kadar alanin dan asparte aminotransferase
o Pertumbuhan janin intrauterine terhambat
o Sindrome HELLP