Presentasi Iklan Rokok 2006

Embed Size (px)

Citation preview

KASUS IKLAN ROKOK DAN PERLINDUNGAN KONSUMENSebanyak 4.260 dari 5.594 iklan rokok yang dipantau Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di berbagai media selama 2003, dinilai tidak memenuhi ketentuan pemerintah.Bentuk pelanggaran penayangan iklan rokok yang ada antara lain iklan rokok dengan menggunakan kartun karakter sebagai media iklan yang jelas bertentangan dengan UU Pelindungan Konsumen yang menyebutkan iklan rokok tidak boleh menggunakan gambar yang dapat merangsang konsumen atau anak untuk ikut merokok karena membahayakan kesehatan, pelanggaran jam tayang, dan bentuk tayangan itu sendiri.

Belum lama ini perusahaan industri rokok, media massa, dan biro iklan digugat Rp 500 milyar oleh lima lembaga swadaya masyarakat (LSM) karena dianggap melanggar jam tayang iklan rokok di televisi. Pihak LSM juga menuding sembilan perusahaan yang terkait dengan periklanan rokok melanggar hukum karena materi iklan yang ditampilkan mempengaruhi dan merangsang orang untuk merokok. Kelompok ini melawan produsen rokok sebagai pengiklan, media sebagai sarana penayangan iklan, dan rumah produksi/biro iklan sebagai pihak yang melakukan proses produksi iklan. Pihak LSM sebenarnya hanya menginginkan agar pelaku industri rokok mematuhi ketentuan pemerintah tentang iklan dan menghargai hak-hak konsumen karena itulah bukti dari adagium 'konsumen memiliki kekuatan', consumer has a power.

Sayangnya pihak penggugat menuai kekalahan. Kekalahan para penggugat itu karena bukti-bukti yang diajukan para penggugat dinilai lemah oleh majelis hakim yang diketuai Tjaroko I Widodi dengan anggota IB Putu Madeg dan Abdul Kadir.

Dasar gugatan yang digunakan penggugat atas dugaan pelanggaran yang dilakukan tergugat adalah sebagai berikut:PP No. 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Pasal 16 ayat (3) Iklan pada media elektronik iklan dan promosi rokok hanya dapat dilakukan pada pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat; PP No. 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Pasal 17 isinya mengenai materi iklan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) dilarang : merangsang atau menyarankan orang untuk merokok; menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan manfaat bagi kesehatan; memperagakan atau menggambarkan dalam bentuk gambar, tulisan atau gabungan keduanya, bungkus rokok, rokok atau orang sedang merokok atau mengarah pada orang yang sedang merokok; ditujukan terhadap atau menampilkan dalam bentuk gambar atau tulisan atau gabungan keduanya, anak, remaja, atau wanita hamil; mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah rokok; dan bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat;

UU No 8/1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 46 ayat (1) huruf c yang menyebutkan, "Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat. Di sana disebutkan bahwa lembaga tersebut berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya; UU No 40/1999 Tentang Pers dalam pasal 13 (c) menentukan, Perusahaan pers dilarang memuat iklan peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok; Dalam Pasal 18 dari PP No. 81 Tahun 1999 menentukan bahwa, "Materi iklan dilarang; Pertama; merangsang atau menyarankan orang untuk merokok, Ke-dua; memperagakan atau menggambarkan dalam bentuk gambar, tulisan atau gabungan keduanya rokok atau orang sedang merokok atau mengarahkan pada orang yang sedang merokok. Ke-tiga;

ketentuan Pasal 42 ayat (2) huruf c UU No. 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran, yang menentukan bahwa, "Siaran iklan niaga dilarang memuat iklan minuman keras dan sejenisnya, bahan/zat adiktif, serta iklan yang menggambarkan penggunaan rokok; Pasal 13 huruf c UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, yang menentukan bahwa perusahaan pers dilarang memuat iklan peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok; dan Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia Yang Disempurnakan Komisi Periklanan Indonesia menentukan bahwa iklan rokok tidak boleh mempengaruhi dan merangsang orang untuk merokok, Bab II Poin C butir ke-7, yang menyebutkan ; pertama, iklan tidak boleh mempengaruhi atau merangsang orang untuk mulai merokok ; ke-dua, iklan tidak boleh menyarankan bahwa tidak merokok adalah hal yang tidak wajar ; ke-tiga, iklan tidak boleh menggambarkan orang merokok dalam kegiatankegiatan yang dapat membahayakan keselamatan ; ke-empat, iklan rokok tidak boleh menampilkan ataupun ditujukan terhadap anak-anak di bawah usia 16 tahun dan atau wanita hamil ; ke-lima, iklan rokok tidak boleh dimuat pada media periklanan yang khalayak sasaran utamanya adalah anak-anak di bawah usia 16 tahun.

(Framework Convention on Tobacco Control). FCTC adalah suatu perjanjian/traktat (treaty) internasional

Pendekatan terbaik dewasa ini dalam penanggulangan merokok adalah dengan menerima dan mengimplementasikan FCTC

pertama di bidang kesehatan masyarakat di dunia. FCTC antara lain menjamin perlunya diimplementasikan pelarangan segala bentuk iklan rokok, langsung atau tidak langsung. FCTC juga mengatur bahwa pelarangan iklan ini harus diimbangi dengan digalakkannya penyuluhan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah counter advertising. FCTC juga mengatur perlunya dibentuk dan diaktifkannya suatu national coordinating mechanism untuk program penanggulangan masalah merokok.

DISKUSI Apakah kelompok anda setuju dengan keputusan hakim? kelompok kami kurang setuju dengan keptusan hakim Apakah pembatasan pada iklan rokok tidak melanggar hak asasi individu? Iklan-iklan yang sudah ada selama ini pada dasarnya tidak melanggar Undangundang perlindungan konsumen. Para pelaku periklanan rokok di Indonesia hanya memanfaatkan celah hukum yang ada di Indonesia. Ketentuan mengenai iklan rokok juga terdapat dalm pasal 17 ayat Undangundang perlindungan konsumen.