35
PRESENTASI KASUS Cedere Kepala Berat Rizkiana Prihanti 20090310157 Preceptor: Dr H. Dimyati Ahmad, Sp.B

PRESENTASI KASUS CKB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ckb adalah cedera kepala berat

Citation preview

Slide 1

PRESENTASI KASUSCedere Kepala BeratRizkiana Prihanti20090310157Preceptor:Dr H. Dimyati Ahmad, Sp.BNama: MuhafidJenis Kelamin: Laki-lakiUsia: 16 tahunAlamat: Sorogaten, RT 12 RW 08, Sojopuro, MojotengahPekerjaan: PelajarAgama: IslamStatus Perkawinan: Belum MenikahNomor RM: 601873Tanggal Masuk RS: 15 April 2014Tanggal Keluar RS: 20 April 2014 (meninggal)

IDENTITASKeluhan UtamaPasien datang dalam keadaan tidak sadar post kecelakaan lalu lintas.Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke IGD RSUD KRT Setjonegoro pada pukul 20:30 WIB dengan penurunan kesadaran. Sebelumnya, pada pukul 16:00 WIB pasien mengalami kecelakaan menabrak lubang di jalan saat mengendarai sepeda motor. Pasien tidak menggunakan helm. Pasien lalu terpental dan jatuh berguling-guling beberapa kali. Setelah terjatuh pasien masih sadar langsung berdiri dan pulang ke rumah dengan hanya mengeluh pusing. Pada pukul 17:00 pasien berobat ke petugas kesehatan di desa. Pada pukul 17:30 saat pasien sampai di rumah setelah berobat, pasien muntah tiga kali dan jatuh pingsan. Muntah berisi air dan makanan, tidak ada darah. Tidak ada darah keluar dari telinga dan mulut. Pasien tidak mengalami kejang dan lalu dilarikan ke RS.

ANAMNESISRiwayat Penyakit DahuluPasien belum pernah mengalami gejala yang sama sebelumnya. Tidak ada riwayat kecelakaan dan trauma kepala sebelumnya.Riwayat Penyakit KeluargaDalam keluarga tidak ada yang pernah mengalami hal yang sama. Tidak ada riwayat Hipertensi, DM dan keganasan.

Sistem Cerebrospinal: Pasien tidak sadarSistem Respirasi: Tidak ada batuk, sesak dan nyeri dada.Sistem Kardiovaskular: Tidak ada nyeri dada dan berdebar-debar.Sistem Gastrointestinal: Tidak ada nyeri perut. Pasien sempat mual dan muntah 3 kali berisi air dan makanan.Sistem Urinaria: BAK lancar dan tidak ada nyeri saat BAK.Sistem Muskuloskeletal: Tidak ada nyeri gerak dan tidak ada keterbatasan gerak. Terdapat luka ekskoriasi pada kedua kakiSistem Integumentum: Suhu raba tidak demam, tidak ada gatal.

ANAMNESIS SISTEMSeorang laki-laki 16 tahun datang dengan penurunan kesadaran pada pukul 20:30 WIB. Sebelumnya pasien mengalami kecelakaan lalu lintas jatuh terguling dari sepeda motor pada pukul 16:00 WIB. Setelah itu pasien langsung sadar dan pulang ke rumah dengan keluhan pusing. Pada pukul 17:30 WIB pasien muntah-muntah sebanyak 3 kali berisi air dan makanan lalu tidak sadarkan diri.

RESUME ANAMNESISStatus GeneralisataKeadaan Umum: Tidak sadar.Kesadaran: Gelisah.GCS: Saat di IGD E2,V4,M4 = 10 Saat dilakukan pemeriksaan di Bangsal E1,V1,M3 = 5Tanda-tanda vitalNadi: 56 kali/menit, isi dan tegangan cukup.RR: 42 kali/menit. Tipe pernapasan Cheyne StokesTD: 140/80 mmHg.Suhu: 37,2C.

PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan KepalaKepala: Simetris, bentuk mesocephal, terdapat hematom pada temporal kanan.Rambut: Berwarna hitam, distribusi merata tidak mudah dicabut.Wajah : Simetris, terdapat luka ekskoriasi pada dahi kanan, dan pipi kanan.Mata: Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya negatif, pupil anisokor.Hidung: Simetris, tidak ada deviasi septum dan deformitas, tidak ada discharge dari hidung, napas cuping hidung tidak ada.Telinga: Simetris, tidak ada deformitas, tidak keluar discharge tidak ada krepitasi dan nyeri tekan.Mulut: bibir kering, tidak sianosis, tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor, tidak ada atrofi papil lidah, uvula dan tonsila tidak membesar dan tidak hiperemis, lidah tidak tremor, ada beberapa caries gigi.Pemeriksaan LeherSimetris, trakhea berada di tengah dan tidak ada jejas.Tekanan jugular vena tidak meningkat.Limfonodi leher tidak teraba, tiroid tidak membesar, nyeri tekan tidak ada.

Pemeriksaan ParuInspeksi: Simetris kanan dan kiri, tidak ada deformitas, tidak ada ketinggalan gerak, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada jejas.Palpasi: Fokal fremitus seimbang antara paru-paru kanan dan kiri, tidak ada krepitasi, dan tidak ada nyeri tekan pada dada.Perkusi: Seluruh lapang paru sonor, batas atas hepar SIC VI midclavicula kanan.Auskultasi: Suara dasar paru vesikuler meningkat, terdapat suara tambahan berupa ronkhi basah kasar pada kedua lapang paru.Pemeriksaan JantungInspeksi: Ictus Cordis tidak terlihat Palpasi: Ictus Cordis tidak teraba. Perkusi: Batas Jantung Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis dextra Kanan bawah : SIC V Linea Para Sternalis dextra Kiri atas: SIC III Linea Mid Clavicula sinistra Kiri bawah: SIC VI Linea Axilaris anterior sinistra Auskultasi : S1>S2, irama regular normal, tidak terdapat bising jantung.

Pemeriksaan AbdomenInspeksi : Datar, dinding perut sejajar dengan dinding dada, tampak jejas pada pinggang sebelah kanan.Auskultasi: Bising usus (+) normal.Perkusi: Timpani.Palpasi: Supel, nyeri tekan tidak ada, tidak teraba massa. Hepar dan lien tidak teraba.Pemeriksaan GenitalTidak ada jejas, hematom dan edema. Tidak ada deformitas dan discharge yang keluarTerpasang Folley Cathether, urin warna kunign jernih. Produksi urin 60ml/jam.Tidak ada nyeri tekan.Pemeriksaan EkstremitasSuperior: Bentuk normal anatomis tidak deformitas. Akral hangat dan tidak udem. Terdapat luka laserasi pada tangan kanan. Kekuatan motorik 2/3. Terdapat luka ekskoriasi pada antebrachii kanan dan jari-jari tangan kanan. Adanya fleksi abnormal pada tangan kanan.Inferior: Bentuk normal anatomis tidak deformitas. Akral hangat dan tidak udem. Terdapat luka ekskoriasi pada genu kanan dan kiri. Kekuatan motorik 2/3.

Regio KepalaKepala: Simetris, bentuk mesocephal, terdapat adanya hematom pada temporal kanan ukuran 2 x 1 cm. Tidak teraba adanya krepitasi.Wajah: Simetris, tidak nampak dismorfik, terdapat luka ekskoriasi pada dahi dan pipi sebelah kiri ukuran 5 x 5 cm, luka telah kering.Mata: Simetris, tidak terdapat jejas dan hematom. Racoon Eye Sign (-). Pupil anisokor (5 mm/2 mm) dan refleks cahaya (-/-).Telinga: Simetris, tidak ada deformitas dan jejas. Battle's Sign (-). Otorhea (-), darah (-). Tidak ada krepitasi maupun nyeri tekan.Hidung : Simetris, tidak ada deviasi septum, tidak ada jejas. Rhinorea (-), darah (-).Mulut: Bibir kering, tidak sianosis, tidak ada stomatitis, tidak ada jejas lidah tidak kotor, tidak ada atrofi papil lidah, uvula dan tonsila tidak membesar dan tidak hiperemis, ada beberapa caries gigi.Regio EkstremitasSuperior: bentuk normal, anatomis, tidak ada deformitas. Terdapat luka eksoriasi pada antebrachii dekstra ukuran 3 x 4 cm dan pada dorsum manus dekstra ukuran 2 x 2 cm, luka telah kering. Terdapat fleksi abnormal pada tangan kanan sedangkan tangan kiri dalam keadaan ekstensi dan terikat pada kasur.Inferior: bentuk normal anatomis, tidak ada deformitas. Terdapat luka ekskoriasi pada genu dekstra ukuran 3 x 1 cm dan genu sinistra ukuran 2 x 3 cm, luka telah kering. Kedua kaki dalam keadaan ekstensi. Refleks babinsky pada kaki kanan (-), dan kiri (+).

STATUS LOKALISDiagnosis BandingCedera Kepala Berat et causa Hematom Epidural.Cedera Kepala Berat et causa Hematom Subdural.Cedera Kepala Berat et causa Hematom Intraserebral.Cedera Kepala Berat et causa fraktur Basis Cranii.Usulan Pemeriksaan PenunjangPada kasus ini dapat diusulkan beberapa pemeriksaan penunjang untuk memperkuat diagnosis, seperti:Pemeriksaan darah rutin.Pemeriksaan foto rontgen polos kepala.Pemeriksaan CT Scan kepala.Pemeriksaan pungsi lumbal.

Cedera Kepala Berat et causa Hematom Epidural.

DIAGNOSIS KERJATerapi yang telah diberikan adalah: Oksigen dengan Nasal Canul 2-3 ml/menit.Infus Ringer Laktat 20 tetes/menit.Infus Mannitol 3 x 250cc.Injeksi Piracetam 3 x 1 gram.Injeksi Amoxicillin 3 x 1 gram.

PENATALAKSANAAN Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

DEFINISI CKB Kulit KepalaKulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu:Skin atau kulitConnective tissue atau jaringan penyambungAponeuris atau atau galea aponeurotica yaitu jaringan ikat yang berhubungan langsung dengan tengkorak.Loose areolar tissue yaitu jaringan penunjang longgarPerikarnium Jaringan penunjang longgar memisahkan galea aponeurotica dari perikarnium dan merupakan tempat yang biasanya terjadi perdarahan subgaleal.

ANATOMI KEPALA

Tulang Kepala Terdiri dari : Calvarium, tipis pada regiotemporalisBasis KraniiRongga tengkorak dasar di bagi 3 fosa : Fosa anterior, tempat lobus frontalisFosa Media, Tempat lobus temporalisFosa posterior, ruang bagi batang otak bawah dan cerebelumTulang tengkorak yang tipis adalah daerah temporal, bagian dasar rata dan tidak teratur sehingga memudahkan memar atau laserasi otak manakala otak bergerak tidak bersamaan dengan tengkorak seperti pada benturan atau truma.

MeningensSelaput meningens menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan :Duramater, jaringan fibrous kuat, tebal dan kaku merupakan jaringan ikat. Jarak epidural terletak antara tulang tengkorak dengan duramater, ditempat ini terdapat arteri meningeal, apabila terjadi perlukaan didaerah ini dapat menyebabkan perdarahan epidural.Arachnoid membrane, tipis transparan menyerupai sarang laba-laba.Dibawah membrane ini terdapat jarak yang disebut sub-arachnoid space, dimana terdapat cairan otak ( Cerebro Spinal Fluid ) dan vena meningeal. Cedera di spasi ini akan menyebabkan hematom subdural.Piamater, melekat erat pada permukaan kortex otak (lapisan yang membungkus otak)

Menempati 80 % rongga tengkorak terdiri dari tiga bagian :Cerebrum (otak besar), berfungsi untuk intelektual, alat sensor dan kontrol fungsi motorik.Cerebellum (otak kecil), merupaka pusat koordinasi gerak dan keseimbangan.Batang otak (brain stem), adalah tempat fusat kesadaran, pusat pernafasan dan pusat kontrol listrik jantung.Dari batang otak ini keluar syaraf-syaraf kranial, syaraf yang penting untuk pasien trauma kepala adalah syaraf kranial III (Nervus occulomotor) yang mengontrol constriksi pupil. Apabila terjadi gangguan pada N III menyebabkan pupil bereaksi lambat terhadap cahaya atau sama sekali tidak bereaksi dan dalam keadaan dilatasi.

Cairan serebrospinalDihasilkan oleh pleksus khoroideus dengan kecepatan produksi sebanyak 30 cc/jam. Fungsi cairan ini sebagai shock absorber antara otak dengan tengkorak. Adanya darah dalam CSS dapt menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan tekanan intra kranial (hidrosefalus komunikans).

Tekanan Intrakranial Kenaikan TIK sering merupakan indikasi adanya masalah serius dalam otak.TIK normal pada waktu istirahat : 10 mmHg (136 mm H2O)Tik tidak normal : > 20 mm HgTIK kenaikan berat : > 40 mm HgSemakin tinggi TIK setelah cedera kepala, semakin buruk prognosisnya.Dokrin Monro-KellieSuatu konsep sederhana yang menerangkan pengertian TIK. Dimana volume intrakranial selalu konstan, karena rongga kranium pada dasarnya rongga yang tidak elastis.Tekanan Perfusi Otak (TPO)TPO adalah indikator yang sama pentingnya dengan TIK.Formula TPO = TAR TIKMempertahankan TPO adalah prioritas yang sangat penting dalam penetalaksanaan penderita cedera kepala berat.Aliran Darah ke Otak (ADO)ADO normal ke dalam otak kira-kira 50 mL/gr jaringan otak per menit.ADO 20 25 ml/100 gr/menit aktifitas EEG akan hilang.ADO 5 ml/100 gr/menit sel-sel otak mengalami kematian dan terjadi kerusakan yang menetap.

FISIOLOGI CEDERA KEPALAPATOFISIOLOGI CEDERA KEPALAPada cedera kepala, kerusakan otak dapat dalam dua tahap yaitu tahap primer dan sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda keras ataupun oleh proses akselerasi deselarasi gerakan kepala.Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi mekanisme coup dan contrecoup. Cedera primer yang diakibatkan adanya benturan pada tulang tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah berlawanan dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup. Akselerasi-deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaam densitas antara tulang tengkorak (substansi solid) dan otak (substansi semisolid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan (contrecoup).Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intracranial dan perubahan neurokimiawi.

Cedera kepala diklasifikasikan dalam 3 deskripsi :Mekanisme CederaMekanisme cedera kepala dibagi :Cedera kepala tumpul, berkaitan dengan kecelakaan mobil-motor, jatuh atau pukulana benda tumpulCedera kepala tembus, disebabkan oleh peluru atau tusukan Adanya penetrasi selaput dura menentukan suatu cedera tembus atau cedera tumpul.Beratnya CederaGCS (Glasgow Coma Scale), untuk menilai secara kuantitatif kelainan neurologis dan dipakai secara umum dalam deskripsi beratnya cedera kepala. Dan digunakan juga untuk menilai tingkat kesadaran penderita akibat penyebab lain.

KLASIFIKASI CEDERA KEPALAMorfologis CederaSecara morfologis cedera kepala dapat dibagi :1. Fraktur KraniumDapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dapat berbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka dan tertutup. Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk kecurigaan untuk melakukan pemeriksaan lebih rinci, tanda tersebut antara lain ekimosis periorbital (raccoon eye sign), ekimosis retroaurikular (battle sign), kebocoran CSS (rhinorea, otorrhea)dan paresis nervus fasialis. Fraktur cranium terbuka atau komplikata mengakibatkan adanya hubungan laserasi kulit kepala dan permukaan otak karena robeknya selaput durameter. Keadaan ini membutuhkan tindakan segera.

Lesi IntrakranialLesi intarkranial diklasifikasikan dalam fokal atau difusa, walau kedua bentuk cedera ini sering bersamaan. Lesi fokal termasuk hematoma epidural, hematoma subdural, dan kontusi (hematoma serebral). Pasien pada kelompok cedera otak difusa, secara umum, menunjukkan CT scan normal, namun menunjukkan perubahan sensorium atau bahkan koma dalam keadaan klinis.

Hematoma EpiduralHematom Epidural terletak diluar dura tetapi di dalam rongga tengkorak dan cirinya menyerupai lensa cembung, sering terletak di area temporal atau tempral-parietal yang disebabkan oleh robeknya arteri meningeal mengakibatkan retaknya tulang tengkorak. Gumpalan darah dapat berasal dari arteri atau vena.

Hematom SubduralPerdarahan subdural lebih sering daripada perdarahan epidural. Perdarahan subdural biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer otak dan kerusakan otak dibawahnya lebih berat dan prognosisnya lebih buruk. Angka kematian lebih tinggi. Pembedahan yang cepat dan penatalaksanaan medikamentosa yang agresif akan menurunkan angka kematian Perdarahan sering terjadi akibat robeknya vena-vena yang terletak antara korteks cerebri dan sinus venous tempat vena bermuara, atau dapat juga terjadi akibat laserasi pembuluh arteri pada permukaan otak.

SDH AkutSDH akut menimbulkan gejala neurologic dalam 24 sampa 48 jam setelah cedera. Pada CT Scan tampak gambaran hyperdens sickle (seperti bulan sabit) dekat tabula interna, terkadang sulit dibedakan dengan epidural hematom. Batas medial hematom seperti bergerigi. Adanya hematom didaerah fissure interhemisfer dan tentorium juga menunjukkan adanya hematom subdural. SDH Subakut Hematom ini menyebabkan deficit neurologis dalam waktu 48 jam tetapi kurang dari 2 minggu setelah cedera. SDH KronisTimbulnya gejala umumnya tertunda beberapa minggu, bulan pertama. Pada CT Scan terlihat adanya komplek perlekatan, transudasi, kalsifikasi yang disebabkan oleh bermacam-macam perubahan karena tidak ada pola tertentu. Akan tampak area hipodens, isodens, atau sedikit hiperdens, berbentuk bikonveks berbatas tegas melekat pada tabula.

Kontusio dan Hematom IntracerebralKontusio serebral murni biasanya jarang terjadi. Selanjutnya kontusio otak hamper selalu berkaitan dengan hematoma subdural akut. Majoritas terbesar kontusi terjadi di lobus frontal dan temporal, walau dapat terjadi pada setiap tempat termasuk cerebellum dan batang otakHematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan (parenkim) otak.Cedera DifusCedera otak difus merupakan kelanjutan kerusakan otak akibat cedera akselerasi dan deselerasi, dan ini merupakan bentuk yang sering terjadi pada cedera kepala. Foto polos kepalaIndikasi meliputi jejas lebih dari 5cm, luka tembus (tembak/tajam), adanya corpus alineum, deformitas kepala, nyeri kepala yang menetap, gejala fokal neurologis, gangguan kesadaran.CT-scanIndikasi adalah :Nyeri kepala menetap atau muntah-muntah yang tidak menghilang setelah pemberian obat-obatan analgetik/anti muntah.Adanya kejang-kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna terdapat lesi intracranial.Penurunan GCS lebih 1 point dimana factor-faktor ekstrakranial telah disingkirkan.Adanya lateralisasi.Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, misalnya fraktur depresi temporal kanan tapi terdapat hemiparese/plegi kanan.Luka tembus akibat benda tajam dan peluru.Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari GCS.Bradikardi MRI digunakan seperti ST-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.Serial EEG untuk melihat gelombang patologis

PEMERIKSAAN PENUNJANGPENATALAKSANAAN Apabila penanganan pasien yang mengalami cedera kepala sudah mendapat terapi yang agresif, terutama pada anak-anak biasanya memiliki daya pemulihan yang baik. Penderita berusia lanjut biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk pemulihan cedera kepala. Selain itu lokasi terjadinya lesi pada bagian kepal pada saat trauma juga mempengaruhi kondisi kedepan bagi penderita.

PROGNOSISPada kasus ini didapatkan resume anamnesis yaitu :Seorang laki-laki 16 tahun datang dengan penurunan kesadaran pada pukul 20:30 WIB. Sebelumnya pasien mengalami kecelakaan lalu lintas jatuh terguling dari sepeda motor pada pukul 16:00 WIB. Setelah itu pasien langsung sadar dan pulang ke rumah dengan keluhan pusing. Pada pukul 17:30 WIB pasien muntah-muntah sebanyak 3 kali berisi air dan makanan lalu tidak sadarkan diri.Pada pemeriksaan fisik dari status lokalis :Keadaan Umum: Tidak sadar.Kesadaran: Gelisah.GCS: Saat di IGD E2,V4,M4 = 10 Saat dilakukan pemeriksaan di Bangsal E1,V1,M3 = 5Regio KepalaKepala: Simetris, bentuk mesocephal, terdapat adanya hematom pada temporal kanan ukuran 2 x 1 cm. Tidak teraba adanya krepitasi.Wajah: Simetris, tidak nampak dismorfik, terdapat luka ekskoriasi pada dahi dan pipi sebelah kiri ukuran 5 x 5 cm, luka telah kering.Mata: Simetris, tidak terdapat jejas dan hematom. Racoon Eye Sign (-). Pupil anisokor (5 mm/2 mm) dan refleks cahaya (-/-).Telinga: Simetris, tidak ada deformitas dan jejas. Battle's Sign (-). Otorhea (-), darah (-). Tidak ada krepitasi maupun nyeri tekan.Hidung : Simetris, tidak ada deviasi septum, tidak ada jejas. Rhinorea (-), darah (-).Mulut: Bibir kering, tidak sianosis, tidak ada stomatitis, tidak ada jejas lidah tidak kotor, tidak ada atrofi papil lidah, uvula dan tonsila tidak membesar dan tidak hiperemis, ada beberapa caries gigi.Regio EkstremitasSuperior: bentuk normal, anatomis, tidak ada deformitas. Terdapat luka eksoriasi pada antebrachii dekstra ukuran 3 x 4 cm dan pada dorsum manus dekstra ukuran 2 x 2 cm, luka telah kering. Terdapat fleksi abnormal pada tangan kanan sedangkan tangan kiri dalam keadaan ekstensi dan terikat pada kasur.Inferior: bentuk normal anatomis, tidak ada deformitas. Terdapat luka ekskoriasi pada genu dekstra ukuran 3 x 1 cm dan genu sinistra ukuran 2 x 3 cm, luka telah kering. Kedua kaki dalam keadaan ekstensi. Refleks babinsky pada kaki kanan (-), dan kiri (+).

PEMBAHASAN Pada pasien ini timbulnya gejala dan tanda akibat adanya hematoma didaerah temporal yang semakin lama semakin membesar. Kompresi akibat pembesaran hematoma pada korteks mendorong otak kesisi yang berlawanan dan menggesesr batang otak, saraf-saraf dan pembuluh darah otak. Bagian paling medial dari lobus temporalis (unkus) mengalami herniasi melalui tepi bawah tentorium serebeli. Kompresi saraf okulomotorius oeh hernia ini dapat menimbulkan dilatasi pupil ipsilateral, ptosis dan akhirnya fiksasi pupil. Kompresi pada korteks serebri dan/atau distorsi batang otak mengakibatkan penekanan kesadaran. Pada batang otak system reticular terkena. Suplai darah arteria dan aliran balik vena mungkin daapat terganggu oleh adanya tekanan ini. Gangguan pada system kardiorespiratorik terlihat dengan adanya denyut yang tidak teratur atau denyut yang lambat, meningkatnya tekanan darah, dan gangguan pernapasan yang menyangkut frekuensi, irama dan dalamnya pernapasan. Tekanan pada lintasan kortikospinal dan lintasan yang memiliki hubungan dapat menimbulkan tanda babinski kontralateral dan paralisis atau paresis sisi kontralateral.Didapatkan diagnose akhir Cedera Kepala Berat et causa Hematom Epidural. Dikarenakan terjadinya cedera kepala yang diikuti keadaan tidak sadar beberapa saat (lucid interval). Dilatasi pupil pada mata sebelah kanan. Refleks babinski positive pada kaki sebelah kiri. Kelemahan respon motorik pada ekstremitas kiri.