51
PRESENTASI KASUS PLASENTA PREVIA TOTALIS Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter Di bagian Ilmu Obstetrik dan Ginekologi di RSUD Panembahan Senopati Bantul Disusun oleh : Di susun oleh : WINDI PERTIWI (20070310128) Pembimbing : dr. H. M. Any Ashari,Sp. OG (K) SMF ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI

Presentasi Kasus Plasenta Previa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Presentasi Kasus Plasenta Previa

Citation preview

Page 1: Presentasi Kasus Plasenta Previa

PRESENTASI KASUS

PLASENTA PREVIA TOTALIS

Diajukan untuk Memenuhi Syarat

Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter

Di bagian Ilmu Obstetrik dan Ginekologi di RSUD Panembahan Senopati

Bantul

Disusun oleh :

Di susun oleh :

WINDI PERTIWI (20070310128)

Pembimbing :

dr. H. M. Any Ashari,Sp. OG (K)

SMF ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKULTAS KEDOKTERAN UMY

Page 2: Presentasi Kasus Plasenta Previa

2011

HALAMAN PENGESAHAN

PLASENTA PREVIA TOTALIS

Diajukan untuk Memenuhi Syarat

Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter

Di bagian Ilmu Bedah di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh:

Windi Pertiwi (20070310128)

Telah dipresentasikan pada : 12 Januari 2012

Disahkan oleh

Dokter Pembimbing

dr.H.M. Any Ashari, Sp.OG (K)

Page 3: Presentasi Kasus Plasenta Previa

BAB I

PENDAHULUAN

 

Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang

berbahaya. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan

22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus. Perdarahan

antepartum yang berbahaya biasanya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan

perdarahan yang tidak bersumber pada plasenta seperti kelainan serviks biasanya

tidak terlalu berbahaya.

Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta, yang secara

klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya, ialah plasenta previa,

dan solusio plasenta. Sekitar 3% dari semua perdarahan antepartum di RS

Ciptomangunkusumo disebabkan oleh 2 faktor diatas. Perdarahan antepartum tanpa

rasa nyeri merupakan tanda khas plasenta previa, apalagi kalau disertai tanda-tanda

lainnya, seperti bagian terbawah janin belum masuk ke dalam pintu atas panggul, atau

kelainan letak janin.

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen-

bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus. Hal inilah yang

menyebabkan terjadinya gejala-gejala seperti perdarahan antepartum dan tidak dapat

turunnya bagian terbawah janin ke dalam panggul ibu.

Page 4: Presentasi Kasus Plasenta Previa

Penanganan plasenta previa perlu mendapat perhatian yang khusus, karena

insidensinya terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan. Penanganan yang bisa dilakukan

adalah pengawasan antenatal dan pertolongan pertama, ini perlu diajarkan pada

tenaga medis agar dapat dideteksi secara cepat dan diagnosis yang tepat untuk kasus-

kasus plasenta previa, sehingga angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat

diturunkan.

Page 5: Presentasi Kasus Plasenta Previa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan

tebal 2-3 cm. Beratnya 500-600 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada

kehamilan 16 minggu dengan ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan

kearah korion. Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding

uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan

bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk

berimplantasi. Plasenta terdiri atas tiga bagian, antara lain:

1. Bagian janin (fetal portion). Terdiri dari korion frondosum dan vili. Vili

dari plasenta yang lengkap terdiri atas:

- Vili korialis

- Ruang-ruang interviler. Darah ibu yang berada dalam ruang

interviler berasal dari arteri spiralis yang berada di desidua basalis.

Pada sistol, darah dipompa dengan tekanan 70-80mmHg ke dalam

ruang interviler, sampai pada lempeng korionik (chorionic plate)

pangkal dari kotiledon-kotiledon. Darah tersebut membanjiri vili

koriales dan kembali perlahan-lahan ke pembuluh balik (vena) di

desidua dengan tekanan 8mmHg.

Page 6: Presentasi Kasus Plasenta Previa

- Pada bagian permukaan janin, plasenta diliputi oleh amnion yang

kelihatan licin. Di bawah lapisan, amnion ini berjalan cabang-

cabang pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan berinsersi pada

plasenta bagian permukaan janin.

2. Bagian maternal (maternal portion). Terdiri atas desidua kompakta yang

terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon (15-20 buah). Desidua basalis

pada plasenta matang disebut lempeng korionik (basal), dimana sirkulasi

utero-plasental berjalan ke ruang-ruang intervili melalui tali pusat. Jadi,

sebenarnya peredaran darah ibu dan janin adalah terpisah. Pertukaran

terjadi melalui sinsitial membran yang berlangsung secara osmosis dan

alterasi fisiko-kimia.

3. Tali pusat, merentang dari pusat janin ke plasenta bagian permukaan janin.

Panjangnya rata-rata 50-55cm, sebesar jari (diameter 1-2,5cm). Pernah

dijumpai tali pusat terpendek ½ cm dan terpanjang 200 cm. Struktur

terdiri atas 2 aa.umbilikalis dan 1 v.umbilikalis serta jelly Wharton.

Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml

tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40

minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan

berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah

akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai

kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-

Page 7: Presentasi Kasus Plasenta Previa

fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan

tropoblast.

B. DEFINISI

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat

abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutup sebagian atau seluruh

pembukaaan jalan lahir (ostium uteri internum). Angka kejadian plasenta previa

adalah 0,4-0,6 % dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan yang baik,

mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup. Insidens berganda pada

kehamilan kembar seperti kembar dua atau tiga. Wanita berumur lebih dari 30 tahun

cenderung mendapat plasenta previa.

Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa

organ datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk

pertumbuhan bayi dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat

pada dinding uterus dan pada tali pusat bayi yang membentuk hubungan penting

antara ibu dan bayi.

C. ETIOLOGI

Etiologi plasenta previa belum jelas. Vaskularisasi yang berkurang atau

perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan

plasenta previa tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta

previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas yang tinggi.

Page 8: Presentasi Kasus Plasenta Previa

Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama

dari plasenta previa. Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai

bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian dugaan itu salah.

Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah sebagai berikut:

a. Multiparitas dan umur lanjut (> 35 tahun).

b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan

atrofik dan inflamatorotik.

c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,

Kuret, dll).

d. Chorion leave persisten.

e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima

hasil konsepsi.

f. Konsepsi dan nidasi terlambat.

g. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.

Page 9: Presentasi Kasus Plasenta Previa

Pada suatu penelitian didapatkan bahwa, riwayat persalinan dengan sectio

cessarian meningkatkan kejadian plasenta previa pada kehamilan berikut nya.

Gambar 2. Insidensi plasenta previa dengan riwayat persalinan sectio cessarian.

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik

melainkan fisiologik. Seiring dengan perkembangan kehamilan, pendataran serta

pembukaan servix, klasifikasi plasenta previa dapat berubah. Secara umum plasenta

previa diklasifikasikan menjadi:

a. Plasenta previa totalis atau komplit, yaitu bila plasenta menutupi seluruh ostium

uteri internum.

b. Plasenta previa parsialis, bila plasenta menutupi sebagian ostium uteri internum.

c. Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada pinggir ostium uteri

internum.

Page 10: Presentasi Kasus Plasenta Previa

d. Plasenta letak rendah, bila tepi bawah plasenta berada pada jarak lebih kurang 2 cm

dari ostium uteri internum.

Gambar 1. Klasifikasi plasenta previa.

Menurut de Snoo, klasifikasi plasenta previa berdasarkan pembukaan 4 -5 cm

adalah:

a. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta

menutupi seluruh ostium.

b. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan

ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 :

1. Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium

bagian belakang.

2. Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium

bagian depan.

Page 11: Presentasi Kasus Plasenta Previa

3. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang

ditutupi plasenta.

Klasifikasi plasenta previa menurut Browne adalah:

a. Tingkat 1, Lateral plasenta previa: Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke

segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.

b. Tingkat 2, Marginal plasenta previa: Plasenta mencapai pinggir pembukaan

(Ostium).

c. Tingkat 3, Complete placenta previa: plasenta menutupi ostium waktu tertutup dan

tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.

d. Tingkat 4, Central placenta previa: plasenta menutupi seluruh ostium pada

pembukaan hampir lengkap.

E. TANDA DAN GEJALA

Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri

yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau

sesudahnya. Namun demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akibat lokasi

abnormal plasenta yang sedang tumbuh. Sering perdarahan akibat plasenta previa

terjadi tanpa tanda-tanda peringatan pada wanita hamil yang sebelumnya tampak

sehat-sehat saja. Tidak nyeri dan perdarahan pervaginam berwarna merah terang pada

umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama

plasenta previa. Ciri-ciri plasenta previa :

1. Perdarahan tanpa nyeri

Page 12: Presentasi Kasus Plasenta Previa

2. Perdarahan berulang

3. Warna perdarahan merah segar

4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah

5. Timbulnya perlahan-lahan

6. Waktu terjadinya saat hamil

7. His biasanya tidak ada

8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi

9. Denyut jantung janin ada

10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina

11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul

12. Presentasi mungkin abnormal

F. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa

pemeriksaan,antara lain:

1. Anamnesis

Gejala pertama yang membawa pasien ke dokter atau rumah sakit ialah perdarahan

pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (trimester III), puncak

insidens pada kehamilan 34 minggu. Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless),

tanpa nyeri (painless), dan berulang (recurrent). Perdarahan timbul tanpa sebab

apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi hari tanpa

Page 13: Presentasi Kasus Plasenta Previa

disadari tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan

volume yang lebih banyak sebelumnya.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan luar Inspeksi

- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah

beku dan sebagainya

- Kalau telah berdarah banyak maka ibu akan kelihatan anemis

Palpasi

- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah

- Sering dijupai kesalahan letak janin

- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala

masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas

panggul- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen

bawah rahim terutama pada ibu yang kurus. Pemeriksaan dalam sangat

berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali fasilitas operasi

segera tersedia.

3. Pemeriksaan dengan Alat

- Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum

- Pemeriksaan USG

a) Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai 100 %

identifikasi plasenta previa

b) Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %

Page 14: Presentasi Kasus Plasenta Previa

- MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta, inkreta,

dan plasenta perkreta.

G. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding plasenta previa antara lain solusio plasenta, vasa previa,

laserasi serviks atau vagina. Perdarahan karena laserasi serviks atau vagina dapat

dilihat dengan inspekulo.Vasa previa, dimana tali pusat berkembang pada tempat

abnormal selain di tengah plasenta, yang menyebabkan pembuluh darah fetus

menyilang servix. Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah

umbilikalis janin berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Hal ini

dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah yang mengancam janin. Pada

pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban. Pemeriksaan

juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah terjadi

perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan,

deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa saat

setelah selaput ketuban pecah.

H. PENATALAKSANAAN

Prinsip penanganan awal pada semua pasien dengan perdarahan antepartum

adalah mencegah keadaan syok karena pendarahan yang banyak, untuk itu harus

Page 15: Presentasi Kasus Plasenta Previa

segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian cairan atau tranfusi darah.

Selanjutnya dapat dilakukan penanganan lanjutan yang disesuaikan dengan keadaan

umum, usia kehamilan, jumlah perdarahan, maupun jenis plasenta previa.

a) Penanganan pasif/ penanganan ekspektatif

Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita

dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya

diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara

ketat dan baik.

Kriteria : Umur kehamilan < 37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada tanda-

tanda persalinan, keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih. Penanganan

berupa :

- Rawat inap, tirah baring mutlak, berikan antibiotik profilaksis.

- Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia

kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin

- Infus D 5% dan elektrolit

- Spasmolitik. Tokolitik (bila ada kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis awal

dilanjutkan 4 g setiap 6 jamNifedipin 3×20 mg/hariBetamethason 24 mg IV

dosis tunggal untuk pematangan paru janin), plasentotrofik, roboransia.

- Pematangan paru pada janin 28-34 minggu

- Persiapan transfusi autologus bila Hb ibu < 11g%

Page 16: Presentasi Kasus Plasenta Previa

- Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung

janin.

- Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar

ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga

perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan

keadaan gawat darurat.

- Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,

pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di

luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam).

b) Penanganan aktif

Kriteria: umur kehamilan 37 minggu, BB janin 2500 gram, perdarahan banyak

500 cc atau lebih, ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum pasien tidak

baik, ibu anemis (Hb < 8 gr%).

Persalinan spontan pervaginam

Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada

multipara dan anak sudah meninggal atau prematur. Jika pembukaan serviks

sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) jika his lemah,

diberikan oksitosin drips. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan

SC. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan

perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap

Page 17: Presentasi Kasus Plasenta Previa

plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atausudah

mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi.

Seksio Cesaria

Prinsip utama dalam melakukan seksio cesarea adalah untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya

harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Persiapan darah pengganti

untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut pasca bedah

termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan masuk-

keluar. Tujuan seksio sesarea :

- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi

dan menghentikan perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat

banyak vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim

menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi

plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya vaskularisasi

dan susunan serabut otot dengan korpus uteri

- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika

janin dilahirkan pervaginam

Indikasi Seksio cesarea :

- Plasenta previa totalis.

- Plasenta previa pada primigravida.

- Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang

Page 18: Presentasi Kasus Plasenta Previa

- Anak berharga dan fetal distress

- Plasenta previa lateralis jika :

1. Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.

2. Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.

3. Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).

- Profuse bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.

I. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi dari plasenta previa adalah:

a. Perdarahan dan syok.

b. Infeksi.

c. Laserasi serviks.

d. Plasenta akreta.

e. Prematuritas atau lahir mati.

f. Prolaps tali pusat.

g. Prolaps plasenta.

J. PROGNOSA

Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan

morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10 % dan mortalitas janin

50-80 %. Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian

dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,2 -5%

Page 19: Presentasi Kasus Plasenta Previa

terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan.

Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25 %, terutama disebabkan oleh

prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan. Dengan

penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta rendah sekali

atau tak ada sama sekali.

Page 20: Presentasi Kasus Plasenta Previa

BAB III

KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. F

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 27 tahun

Paritas : G2P0A1

Alamat : Brajan Wonokromo Pleret Bantul

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

HPMt : 20-8-2010

HPL :27-5-2011

UK : 35-1 minggu

Tanggal masuk : 26 Desember2011

B. Anamnesis

Page 21: Presentasi Kasus Plasenta Previa

1. Keluhan utama : Perdarahan melalui jalan lahir sejak 1 hari

sebelum masuk rumah sakit.

2. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien dengan keterangan sekundigravida mengeluh perdarahan

pervaginam. Perdarahan terjadi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit

dan darah yang keluar berwarna merah segar sebanyak ± 300cc tanpa

disertai dengan keluhan lainnya, tidak nyeri pada abdomen. Sebelumnya

pasien pernah mengalami hal yang serupa namun perdarahan yang terjadi

hanya sedikit, air ketuban belum merembes dan pasien masih merasakan

gerakan janin. Riwayat trauma yang mendahului sebelum terjadinya

perdarahan disangkal.

3. Riwayat Ante Natal Care

Pasien ANC rutin di bidan + 10x sejak awal kehamilan.

4. Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat penyakit asma, hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung

disangkal oleh pasien. Riwayat hipertensi dalam kehamilan sebelumnya

juga disangkal oleh pasien.

5. Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit dan keluhan yang sama.

Riwayat asma, hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung dalam

keluarga juga disangkal oleh pasien.

Page 22: Presentasi Kasus Plasenta Previa

6. Riwayat perkawinan

Menikah 1 kali dengan suami sekarang sejak 5 tahun yang lalu.

7. Riwayat obstetric

1. hamil 9 minggu, keguguran, kuretase (+)

2. hamil ini

C. Pemeriksaan fisik

Status generalisata

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran : compos mentis

3. Vital sign : TD : 120/80 mmHg

N : 88 x/menit

RR : 20 x/menit

T : 36,5˚ C

4. Tinggi badan : 156 cm

5. Berat Badan : 56 kg

6. Gizi : baik

7. Kulit : turgor dan elastisitas baik, tak tampak wujud kelainan

kulit

8. Kepala : mesocephal

9. Mata : conjunctica anemis +/+, sclera ikterik -/-

10. Telinga : tidak ada secret, tidak ada perdarahan

11. Hidung : tidak ada secret, tidak ada perdarahan

Page 23: Presentasi Kasus Plasenta Previa

12. Mulut : bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, lidah tidak

tremor

13. Leher : JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid dan

tidak ada pembesaran getah bening

14. Dada

Inspeksi : bekas luka (-), retraksi (-)

Perkusi : sonor +/+

Palpasi : pengembangan dada simetris +/+

Fremitus (+) normal

Auskultasi :

Cor : S1 S2 reguler, bising jantung (-)

Pulmo : vesikuler +/+, suara tambahan ronkhi (-), wheezing (-)

15. Perut : membesar, sesuai umur kehamilan, tinggi fundus uteri 2 jari

dibawah processus xyphoideus, stria gravidarum (+), janin tunggal, puki,

presentasi kepala, kepala belum masuk panggul, his (-), DJJ = 144

x/menit, TFU = 33 cm.

16. Anggota gerak : akral hangat, tidak ada edema, tidak ada varices

D. Status obstetric

1. Inspeksi

Kepala : Kloasma gravidarum (-)

Page 24: Presentasi Kasus Plasenta Previa

Dada : Mammae tegang, areola dan paplilla mammae

hiperpigmentasi

Abdomen : perut tampak membesar kedepan, stria gravidarum (+), bekas

operasi

Caesar (-)

Urogenital : Tampak darah segar segar keluar dari vagina

2. Palpasi

Leopod I : teraba bagian besar, bulat dan lunak

Leopod II : Kanan : Teraba bagian yang memanjang, Kiri: teraba bagian

kecil-kecil dari janin, TFU : 33 cm, DJJ 144 x/mnt, His (-)

Leopod III: Teraba bagian bulat, keras, bagian terbawah belum masuk

panggul, teraba 5/5 bagian.

Leopod IV: Konvergen

3. Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan

E. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Hb : 9,9 gr%

AL : 8.4 ribu/ul

AT : 256 ribu/ul

Page 25: Presentasi Kasus Plasenta Previa

HMT : 30,9 %

Gol. Darah : “A”

PPT : 11,4 detik

APTT : 30.3 detik

Kontrol PPT : 13,9 detik

Kontrol APTT : 30,1 detik

HBsAg : negative

Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Janin tunggal, memanjang, preskep, nampak plasenta menutupi OUI

BPD: 9 ,0cm

AC: 30,1 cm

FL: 7 cm

US-GA 34w 3d

EFW 2287g

Kesan : plasenta previa totalis

F. Diagnosis

Perdarahan Antepartum e.c. Plasenta Previa Totalis, Sekundigravida, hamil

preterm, belum dalam persalinan

G. Terapi

Page 26: Presentasi Kasus Plasenta Previa

Terapi ekspektatif

Observasi his, djj, dan perdarahan

Inj. dexamethason 2 x 1 ampul

Jika perdarahan berlanjut rencana sc emergency (± 200 cc )

Sedia darah WB 2 klaf

H. Follow up kasus

1. Hari 1 (26-12-2011)

Ax: Perdarahan pervaginam (+) sedikit, merah segar, mrongkol (-),

ganti pembalut 3x, gerak janin (+), air ketuban pecah (-)

Px : KU : baik, compos mentis, tidak tampak anemis

TD : 120/80 mmHg

N : 88 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,5˚C

DJJ (+) His (-) palpasi : janin tunggal, letak memanjang, puki,

presentasi kepala, DJJ = 144x/menit, TFU = 33 cm

PD : tidak dilakukan

Dx : Perdarahan antepartum e.c. plasenta previa totalis, hamil preterm,

bdp

Page 27: Presentasi Kasus Plasenta Previa

Tx : Pertahankan kehamilan, Bed rest total, IVFD RL 20 tpm, Inj.

Dexamethason 2x20mg IV (1 seri), Observasi perdarahan, bila

perdarahan banyak, rencana SC emergensi

2. Tanggal 27 -12-2011 (hari 2)

Ax : masih keluar darah dari jalan lahir, namun berkurang (flek-

flek).pusing (-), mual (-), muntah (-).

Px : ku baik, sadar, tidak anemis.

TD : 110/70 mmHg, N : 82 x /mnt, RR : 21x/mnt, t : afebris his (-), djj

136 x/mnt

Dx : Perdarahan Antepartum e.c. Plasenta Previa Totalis,

Sekundigravida, hamil preterm, BDP

Tx : Terapi ekspektatif, Observasi his, djj, dan perdarahan, Inj.

dexamethason 2 x 1 ampul, jika perdarahan berlanjut rencana sc

emergency (± 200 cc ), sedia darah WB 2 klaf

3. Tanggal 28 -12-2011 (hari 3)

Ax : flek-flek (+), pusing (-), mual (-), muntah (-).

Px : ku baik, sadar, tidak anemis.

TD : 110/70 mmHg, N : 82 x /mnt, RR : 21x/mnt, t : afebris his (-), djj

142 x/mnt

Dx : Perdarahan Antepartum e.c. Plasenta Previa Totalis,

Sekundigravida, hamil preterm, BDP

Page 28: Presentasi Kasus Plasenta Previa

Tx : Terapi ekspektatif, Observasi his, djj, dan perdarahan, Inj.

dexamethason 2 x 1 ampul (stop), Jika perdarahan berlanjut rencana sc

emergency (± 200 cc ), Sedia darah WB 2 klaf

4. Tanggal 29 -12-2011 (hari 4)

Ax : flek-flek (+), pusing (-), mual (-), muntah (-).

Px : ku baik, sadar, tidak anemis.

TD : 110/70 mmHg, N : 82 x /mnt, RR : 21 x/mnt, t : afebris his (-), djj

136 x/mnt

Dx : Perdarahan Antepartum e.c. Plasenta Previa Totalis,

Sekundigravida, hamil preterm, BDP

Tx : Terapi ekspektatif, Observasi his, djj, dan perdarahan, Jika

perdarahan berlanjut rencana sc emergency (± 200 cc ), Sedia darah

WB 2 klaf

5. Tanggal 30 -12-2011 (hari 5)

Ax : flek-flek (+), pusing (-), mual (-), muntah (-).

Px : ku baik, sadar, tidak anemis.

TD : 110/70 mmHg, N : 82 x /mnt, RR : 21 x/mnt, t : afebris his (-), djj

142 x/mnt

Dx : Perdarahan Antepartum e.c. Plasenta Previa Totalis,

Sekundigravida, hamil preterm, BDP

Page 29: Presentasi Kasus Plasenta Previa

Tx : Terapi ekspektatif, Observasi his, djj, dan perdarahan, jika

perdarahan berlanjut rencana sc emergency (± 200 cc ), Sedia darah

WB 2 klaf.

6. Tanggal 31 -12-2011 (hari 6)

Ax : flek-flek (+), pusing (-), mual (-), muntah (-).

Px : ku baik, sadar, tidak anemis.

TD : 110/70 mmHg, N : 82 x /mnt, RR : 21 x/mnt, t : afebris his (-), djj

148 x/mnt

Dx : Perdarahan Antepartum e.c. Plasenta Previa Totalis,

Sekundigravida, hamil preterm, BDP

Tx : Terapi ekspektatif, Observasi his, djj, dan perdarahan, jika

perdarahan berlanjut rencana sc emergency (± 200 cc ), sedia darah

WB 2 klaf

7. Tanggal 1 -1-2012 (hari 7)

Ax : flek-flek (+), pusing (-), mual (-), muntah (-).

Px : ku baik, sadar, tidak anemis.

TD : 110/70 mmHg, N : 82 x /mnt, RR : 21 x/mnt, t : afebris his (-), djj

144 x/mnt

Dx : Perdarahan Antepartum e.c. Plasenta Previa Totalis,

Sekundigravida, hamil preterm, BDP

Page 30: Presentasi Kasus Plasenta Previa

Tx : Terapi ekspektatif, Observasi his, djj, dan perdarahan, jika

perdarahan berlanjut rencana sc emergency (± 200 cc ), sedia darah

WB 2 klaf

8. Tanggal 2 -1-201 (hari 8)

Ax : flek-flek (+), pusing (-), mual (-), muntah (-).

Px : ku baik, sadar, tidak anemis.

TD : 110/70 mmHg, N : 82 x /mnt, RR : 21 x/mnt, t : afebris his (-), djj

146 x/mnt

Dx : Perdarahan Antepartum e.c. Plasenta Previa Totalis,

Sekundigravida, hamil preterm, BDP

Tx : Terapi ekspektatif, observasi his, djj, dan perdarahan, jika

perdarahan berlanjut rencana sc emergency (± 200 cc ), sedia darah

WB 2 klaf

9. Tanggal 3 -1-2011 (hari 9)

Ax : flek-flek (+), pusing (-), mual (-), muntah (-).

Px : ku baik, sadar, tidak anemis.

TD : 110/70 mmHg, N : 82 x /mnt, RR : 21 x/mnt, t : afebris his (-), djj

134 x/mnt

Dx : Perdarahan Antepartum e.c. Plasenta Previa Totalis,

Sekundigravida, hamil preterm, BDP

Page 31: Presentasi Kasus Plasenta Previa

Tx : Terapi ekspektatif, observasi his, djj, dan perdarahan, jika

perdarahan berlanjut rencana sc emergency (± 200 cc ), sedia darah

WB 2 klaf , dan BLPL

BAB IV

ANALISA KASUS

Dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa pasien seorang G2P1A0 datang

dengan keluhan keluar darah segar dari jalan lahir dengan jumlah yang banyak sejak

1 hari sebelum masuk rumah sakit, + 3x ganti pembalut, kenceng-kenceng dirasakan

tidak teratur dan jarang, gerak janin (+), air ketuban keluar (-).Pada pemeriksaan fisik

didapatkan perut yang membesar sesuai umur kehamilan pada inspeksi. Pada palpasi,

janin tunggal, letak memanjang, punggung di sebelah kiri, presentasi kepala. DJJ =

144 x/menit, TFU = 33 cm, nyeri tekan (-). Pada pemeriksaan penunjang (USG)

didapatkan hasil Janin tunggal, memanjang, preskep, nampak plasenta menutupi OUI,

BPD: 9 ,0cm, AC: 30,1 cm, FL: 7 cm, US-GA 34w 3d, EFW 2287g dengan kesan

plasenta previa totalis

Perdarahan antepartum merupakan perdarahan dari jalan lahir yang terjadi

setelah umur kehamilan 22 minggu , umumnya terjadi pada triwulan ketiga atau

Page 32: Presentasi Kasus Plasenta Previa

setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum biasanya bersumber dari

kelainan plasenta seperti placenta previa, solusio plasenta, rupture sinus marginalis

dan vasa previa.

Pada pasien ini perdarahan antepartum yang terjadi akibat dari plasenta previa

yaitu suatu keadaan dimana letak plasenta yang abnormal, pada segmen bawah uterus

sehingga plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Hal ini didukung oleh terjadinya

perdarahan dari jalan lahir berupa darah merah segar, tidak terasa nyeri, terjadi secara

tiba-tiba tanpa sebab pada trimester 3 (usia kehamilan 33+3 minggu) serta hasil USG

yang menunjukkan pertumbuhan plasenta pada SBR anterior yang member kesan

plasenta previa totalis.

Perdarahan pervaginam pada plasenta previa terjadi tiba-tiba tanpa sebab. Hal

ini terjadi karena pembentukan segmen bawah rahim berlangsung berkelanjutan

secara bertahap dan perlahan, laserasi baru akan terjadi dan perdarahan pun akan

berulang sekalipun tanpa sebab, seperti coitus ataupun trauma. Perdarahan dapat pula

terjadi karena pinggir plasenta terlepas akibat tidak dapat mengikuti kontraksi uterus

(Braxton Hicks/kontraksi palsu) yang meningkat pada kehamila aterm. Plasenta

previa juga memiliki faktor resiko, salah satunya yang sesuai dengan pasien ini

adalah riwayat operasi sebelumnya. Berdasarkan literature diketahui bahwa pada

wanita dengan riwayat operasi sebelumnya terdapat jaringan parut pada uterus yang

menyebabkan tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta

menjadi lebih tipis dan mencakup daerah uterus yang lebih lama.

Page 33: Presentasi Kasus Plasenta Previa

Penatalaksanaan pasien dengan plasenta previa tergantung pada keadaan

umum pasien (kadar Hb>8gr%), umur kehamilan, banyaknya perdarahan, serta ada

tidaknya tanda persalinan. Pada awal masuk rumah sakit dilakukan manajemen

ekspektatif terhadap pasien ini. Hal ini sesuai dengan beberapa kriteria manajemen

ekspektatif, antara lain umur kehamilan < 37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada

tanda-tanda persalinan, keadaan umum pasien baik (Hb = 9,8 gr%). Manajemen ini

bertujuan supaya janin tidak lahir premature. Penanganan tersebut berupa :

- Rawat inap, tirah baring mutlak, berikan antibiotik profilaksis

- Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia

kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin

- Infus D 5% dan elektrolit

- Spasmolitik. Tokolitik (bila ada kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis awal

dilanjutkan 4 g setiap 6 jamNifedipin 3×20 mg/hariBetamethason 24 mg IV

dosis tunggal untuk pematangan paru janin), plasentotrofik, roboransia.

- Pematangan paru pada janin 28-34 minggu

- Persiapan transfusi autologus bila Hb ibu < 11g%

- Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung

janin.

- Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada disekitar

ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga

Page 34: Presentasi Kasus Plasenta Previa

perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan

keadaan gawat darurat.

- Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,

pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di

luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam).

.

BAB V

KESIMPULAN

1. Diagnosis pada pasien ini adalah plasenta previa totalis

2. Terdapat 4 derajat kelainan dari plasenta, antara lain plasenta previa totalis,

plasenta previa parsial, plasenta previa marginal, serta plasenta previa letak

rendah

3. Dalam kasus ini pada dasarnya terdapat 2 pilihan cara persalinan, yaitu

persalinan pervaginam dan sectio caesaria. Tetapi dilakukan sectio caesaria

pada pasien ini dikarenakan terjadinya perdarahan yang banyak (profuse

bleeding) pada pasien, primigravida, anak berharga karena merupakan hamil

yang pertama pada ibu usia tua, serta plasenta previa totalis yang merupakan

indikasi dilakukannya sectio caesaria.

4. Penanggulangan yang baik akan menurunkan kemungkinan kematian pada ibu

atau tidak ada sama sekali.

Page 35: Presentasi Kasus Plasenta Previa

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham Gary F, Leveno J Kenneth , Bloom L Steven , Hauth C John ,

III Gilstrap Larry , Wenstrom D Katharine . Williams Obstetrics 22ND

EDITION 2005 .

2. Wiknjosastro Hanifa , Saifuddin Bari Abdul , Rachimhadhi Trijatmo . Ilmu

Kebidanan , edisi ketiga , cetakan keempat ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo , 1997.