preskas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

internship lamteng

Citation preview

STATUS PASIEN

IDENTITAS Nama:Tn. A.PPekerjaan: PelajarUmur :16 tahunPendidikan :SMU Jenis Kelamin :Laki-lakiAlamat:Gunung Sugih, Lampung Tengah Agama :Islam

ANAMNESIS Dilakukan secara auto dan alloanamnesa dengan ibu pasien pada 1 Juli 2013 Keluhan Utama: Hidung terasa tersumbat bergantian , hilang timbul sejak 2 bulan SMRS. Keluhan Tambahan : Mengeluarkan bunyi saat tidur, batuk berdahak (+), pilek (+)

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Os datang dengan keluhan hidung terasa tersumbat sejak 2 bulan SMRS. Hidung yang tersumbat berpindah-pindah kadang kanan kadang kiri, namun hidung sebelah kiri lebih dominan tersumbat daripada yang kanan,os merasakan hal ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama namun os tidak merasa terganggu. Hidung terasa tersumbat jika os setelah bersin bersin atau terpajan debu.Os mengaku sering beraktivitas di daerah yang banyak mengandung debu dan os sering bersin-bersin dan hidung mengeluarkan sekret berwarna putih terutama dari lubang hidung sebelah kiri. os tidak terganggu akan sumbatan di hidung saat tidur, namun ibu dan adik os sering mendengar bunyi nyaring saat os tertidur dan os tidak terbangun akan hal tersebut.Os mengatakan jika os tidur miring maka sumbatan di hidung terasa berkurang. Os mengaku tidak ada gangguan mendengar. Riwayat merokok disangkal, riwayat asma disangkal, mengaku memiliki alergi terhadap debu dan cuaca dingin , riwayat trauma daerah hidung dan wajah disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK

TANDA VITALKeadaan umum: Baik, tampak sakit ringanKesadaran: Compos mentisTekanan darah: 120/80 mmgHgNadi : 88x/menitRespirasi : 19x/menitSuhu : Afebris

KEPALAMata Dekstra SinistraKonjungtiva : Tidak anemis Tidak anemisSklera : tidak ikterik tidak ikterikPupil: ---------------bulat, isokor------------------ Reflek pupil : ( + ) ( + )

Telinga : lihat status THTHidung : lihat status THTRongga mulut/tenggorokan: lihat status THTMaksilo fasial: lihat status THTLeher : lihat status THT

THORAKSParu-paruInspeksi : pergerakan hemitoraks kanan dan kiri simetris dalam keadaan statis dan dinamisPerkusi : sonor di seluruh lapang paru, nyeri ketuk ( -)Auskultasi: suara nafas vesikular, ronchi - / - , wheezing - / -

Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak terlihatPalpasi: ictus cordis tidak terabaAuskultasi: Bunyi jantung I II regular, murmur (-), gallop (-)

ABDOMENInspeksi: bentuk dan besar perut normal, supelPalpasi:NT/NL/NK: - /- / -Ascites: (-)Hepar: tidak teraba membesarLien: tidak teraba membesarPerkusi: timpani di seluruh kuadran abdomenAuskultasi: bising usus (+), normal

EKSTREMITASOedem: - -- -Gerak: + ++ +Parese:- -- -

STATUS THT

TELINGAAURICULARInspeksi: Dekstra SinistraBesar:simetris, normalsimetris, normalBentuk:simetris,normalsimetris,normalFistel:(-)(-)Sikatrik: (-)(-)Palpasi:Benjolan:(-)(-)PREAURICULARInspeksi DekstraSinistraFistel: (-) (-)Sikatrik: (-) (-)PalpasiBenjolan: (-) (-)NT tragus: (-) (-)

RETROAURICULARInspeksiKulit: normal,tidak hiperemisnormal,tidak hiperemisFistel: (-) (-)Sikatriks: (-) (-)Abses: (-) (-)Massa : (-) (-)Palpasi Nyeri tekan: (-) (-)Benjolan : (-) (-)PerkusiNT mastoid: (-) (-)

CAEInspeksiSeruman: konsistensi lunak, konsistensi lunak, berwarna coklat berwarna coklat, jumlahsedikit, jumlah sedikit, tidak berbautidak berbauSekret: (-) (+)Kulit: normal,tidak hiperemisnormal,tidak hiperemisOedem: (-) (-)Jar. Granulasi: (-) (-)Benda asing; (-) (-)PalpasiDekstraSinistraNyeri tekan: (-) (-)

MEMBRAN TIMPANIPerforasi: (-) (-)Hiperemis: (-) (-)

TEST PENDENGARANTest berbisik: tidak dilakukantidak dilakukanTest penala: tidak dilakukan tidak dilakukan HIDUNGHIDUNG LUARInspeksiBentuk: tidak ada deviasiOedema:(-)Massa:(-)Perdarahan:(-)PalpasiNyeri tekan:(-)Krepitasi:(-)

RHINOSKOPI ANTERIOR

DekstraSinistraMukosa hiperemis : (-) (-)Septum nasi: tidak ada deviasitidak ada deviasiKonka inferior: normotropihipertrofi dan hiperemisMukosa : normal edema dan hiperemis Sekret: (-) (-)

Pasase udara: (+) (+)Massa : (-) (-)

Perdarahan: (-) (-)

RHINOSKOPI POSTERIORTorus tubarius : tidak dilakukanOrificium tuba: Fossa Rosenmuller: Koana: Adenoid:

RONGGA MULUTRONGGA MULUT DAN FARINGMukosa hiperemis: (-)GIGIKarang gigi:(+)Karies gigi:(+)

Fraktur :(-)Gusi: tidak ada kelainanPalatum :tidak ada kelainan

TONSILDekstraSinistraUkuran: T1 T1Hiperemis: (-) (-)Kripta: (-)(-)Detritus: (-) (-)

LIDAHGerakan:(+), tidak tergangguParese :(-)Massa :(-)

OROFARINGDinding faring posterior: tidak hiperemis, rataGranula : (-)Post nasal drip: (-)

ARCUS FARING:simetris

UVULA:di tengah, tenangHIPOFARING DAN LARING (LARINGOSKOPI INDIREK)Epiglotis: tidak dilakukanValekula: Plica ariepiglotika: True vocal fold: False vocal fold: Rima glottis: Aritenoid : Oesophagus : Trakea:

MAKSILO FASIALInspeksi Dekstra SinistraBentuk: simetrissimetrisParese nervus kranialis:(-) (-)

Massa :(-) (-)PalpasiNyeri tekan:(-) (-)Benjolan :(-) (-)Krepitasi :(-) (-)Maloklusi :(-) (-)

PEMBESARAN KGBPalpasiKGBMassaSubmental:- / -- / -Submandibula: - / -- / -Upper jugulare: - / -- / -Mid jugulare: - / -- / -Lower jugulare: - / -- / -Supra jugulare: - / -- / -Trigonum posterior: - / -- / -

RESUME Pasien Laki-laki, usia 15 tahun datang dengan keluhan hidung tersumbat sejak 2 bulan SMRS. Hidung yang tersumbat berpindah-pindah kadang kanan kadang kiri, namun hidung sebelah kiri lebih dominan tersumbat daripada. Hidung terasa tersumbat diawali dengan bersin bersin setelah aktivitas di tempat berdebu.Os mengaku sering beraktivitas di luar ruangan dan tempat berdebu, setelah bersin-bersin hidung mengeluarkan sekret encer terutama dari lubang hidung sebelah kiri. Os tidak terganggu akan sumbatan di hidung saat tidur, namun ibu dan adik os sering mendengar bunyi nyaring saat os tertidur namun os tidak terbangun akan hal tersebut. Os mengatakan jika os tidur miring maka sumbatan di hidung terasa berkurang.Riwayat merokok disangkal, riwayat asma pada keluarga (ayah), riwayat alergi debu dan cuaca dingin, riwayat trauma nasal pada wajah dan hidung disangkal .

DIAGNOSIS KERJA Rhinitis Alergi Persisten PENATALAKSANAAN 1. Rawat Jalan 2. Edukasi Pasien 3. Dekongestan Oral : Pseudoephedrine HCL : 2X 120 mg4. Antihistamin generasi II :Cetrizine 1 x 10 mg 5. Kortikosteroid Topikal : Rhinocort aqua : 2 x 1 semprot

PEMERIKSAAN TAMBAHAN 1. Hitung Eosinofil 2. Rontgen foto kepala waters3. Pemeriksaan total serum IgE 4. Tes Allergen spesifik

PROGNOSIS 1. Ad vitam: Bonam2. Ad functionam: Dubia ad bonam3. Ad sanationam: Dubia ad malam

TINJAUAN PUSTAKARHINITIS ALERGI

DEFINISIRinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskan suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von pirquet,1986)(3)Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh Ig E.(1)ETIOLOGI(3)Penyebab dari timbulnya rhinitis alergi adalah adanya kontak dengan allergen. Oleh karena itu, penting sekali diketahui jenis-jenis allergen yang dapat membangkitkan reaksi imunologik tubuh Alergen adalah substansi asing yang mampu memprovokasi respon imunologik yang diperatntarai oleh IgE. Ukuran allergen yang sangat kecil,memungkinkan allergen masuk seutuhnya dalam hidung. Adapun allergen yang biasa dijumpai berupa allergen inhalan yang masuk bersama udara pernafasan yaitu debu rumah,tungau,kotoran serangga,kutu binatang, jamur, serbuk sari, dan lain-lain. Alergen dibagi menurut beberapa kategori. Allergen dapat dibagi menjadi allergen indoor dan outdoor. Secara umum , allergen outdoor berkaitan dengan rhinitis alergi musiman sedangkan alegren indoor biasanya mengakibatkan rhinitis sepanjang tahun (perennial) . contoh daripada allergen outdoor ialah tepung sari (pollen) dan spora jamur. Berdasaran cara masuknya ke tubuh manusia,allergen dibagi menjadi :1. Alergen InhalanMasuk bersama udara pernafasan. Misalnya debu rumah,tungau,bulu binatang dan jamur.2. Alergen IngestanMasuk melalui saluran pencernaan (berupa makanan). Misalnya : susu, telur,udang,coklat.3. Alergen InjektanMasuk melalui suntikan atau tusukan. Misalnya penisilin atau sengatan lebah.4. Alergen Kontaktan Masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa. Misalnya : bahan kosmetik atau perhiasan.(1,3)

Lingkungan kerja juga dapat menjadi sumber allergen. Gejala-gejala klinis yang hanya timbul ketika sedang bekerja dan menghilang pada akhir pecan,dapat menggambarkan adanya gangguan allergen dalam pekerjaan. Sangat disayangkan bahwa hanya begitu sedikit tes yang spesifik yang ada untuk mendiagnosa gangguan allergen tersebut. (1)Satu macam allergen dapat merangsang lebih dari satu organ sasaran, sehingga member gejala campuran. Dengan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi reaksi yang secara garis besar terdiri dari :A. Respon PrimerTerjadi proses eliminasi dan fagositosi antigen (Ag). Reaksi ini bersifat non spesifik dan dapat berakhir sampai disini. Bila Ag tidak berhasil seluruhnya dihilangkan, reaksi berlanjut menjadi respon sekunder.

B. Respon SekunderReaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga kemungkinan ialah system imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan . Bila Ag berhasil dieliminasi pada tahap ini, reaksi selesai. Bila Ag masih ada, atau memang sudah ada defek dari system imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi respon tersier.

C. Respon TersierReaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat bersifat semnetara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi Ag oleh tubuh. PATOFISIOLOGI

Gambar 3.2 : Skema Reaksi AlergiRinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya dan Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam.Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai sel penyaji Antigen Presenting Cell/APC akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentuk fragmen pendek peptida dan bergabung dengan molekul HLA kelas II membentuk kompleks peptida MHC kelas II (Major Histocompatibility Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel T helper (Th 0). Kemudian sel penyaji akan melepaskan sitokin seperti interleukin 1 (IL-1) yang akan mengaktifkan Th 0 untuk berproliferasi menjadi Th 1 dan Th2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5 dan IL-13. IL-4 dan IL-13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi imunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk (Preformed Mediators) terutama histamin. Selain histamin juga dikeluarkan Newly Formed Mediators antara lain prostaglandin D2 (PGD2), Leukotrien D4 (LT D4), Leukotrien C4 (LT C4), bradikinin, Platelet Activating Factor (PAF) dan berbagai sitokin. (IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor/GM-CSF). Inilah yang disebut sebagai Reaksi Alergi Fase Cepat/RAFC.Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin juga akan menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid. Selain histamin merangsang ujung saraf vidianus, juga menyebabkan rangsangan pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran Inter Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM 1).Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini tidak berhenti, tetapi gejala berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam setelah pemaparan. Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil, dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan sitokin, seperti IL-3, IL-4, IL-5 dan Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM 1 pada sekret hidung. Timbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung adalah akibat peranan eosinofil dengan mediator inflamasi dari granulanya seperti Eosinophilic Cationix Protein (ECP), Eosinophilic Derived Protein (EDP), Major Basic Protein (MBP) dan Eosinophilic Peroxidase (EPO). Pada fase ini, selain faktor spesifik alergen, iritasi oleh faktor nonspesifik dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi.(1)KLASIFIKASI(5)A. Berdasarkan sifat berlangsungnya1. Rhinitis alergi musimanDi Indonesia tidak dikenal alergi musiman, hanya ada di negara yang mempunyai 4 musim. Allergen penyebabnya spesifik , yaitu tepung sari (pollen) dan spora jamur. Oleh karena itu nama yang tepat adalah polinosis atau rinokonjungtivitis karena gejala klinik yang tampak adalah gejala pada hidung dan mata ( merah, gatal disertai lakrimasi).Penyakit ini timbul secara periodic, sesuai dengan musim , pada waktu terdapat konsentrasi allergen terbanyak di udara. Dapat mengenai semua golongan umur dan biasanya mulai timbul pada anak-anak dan dewasa muda. Berat ringannya gejala penyakit bervariasi dari tahun ke tahun, tergantung pada banyaknya allergen di udara. Faktor herediter pada penyakit ini sangat berperan. 2. Rhinitis alergi sepanjang tahunGejala pada penyakit ini timbul intermitten atau terus-menerus, tanpa variasi musim, jadi dapat ditemukan sepanjang tahun. Penyebab paling sering adalah allergen inhalan, terutama pada orang dewasa, dan allergen ingestan. Alergen inhalan utama adalah allergen dalam rumah (indoor) dan allergen luar rumah (outdoor). Allergen inhalan dalam rumah terdapat di kasur kapuk, tutup tempat tidur, selimut,karpet dan lain-lain. Komponen allergen nya terutama berasala dari serpihan kulit dan fesef tungau, kecoa dan bulu binatang peliharaan (anjing,kucing,burung). Allergen inhalan di luar rumah berupa polen dan jamur. Alergen ingestan sering merupakan penyebab pada anak-anak, biasanya disertai dengan gejala alergi yang lain, seperti urtikaria, gangguan pencernaan. Gangguan fisiologik pada golongan perennial lebih ringan dibandingkan dengan golongan musiman, tetapi karena lebih persisten maka komplikasinya lebih sering ditemukan. B. Berdasarkan rekomendasi dari WHO tahun 20001. IntermitenYaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.2. Persisten / menetapYaitu bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan / atau lebih dari 4 minggu.C. Berdasarkan berat- ringannya penyakit 1. RinganYaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai,berolahraga,belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.2. Sedang-BeratYaitu bila terdapat satu/ lebih dari gangguang tersebut diatas.

DIAGNOSIS (1,3,6,8)1. AnamnesisAnamnesis sangat penting , karena sering kali serangan tidak terjadi di hadapan pemeriksa. Hampir 50% diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis saja . gejala rinitis alergi yang khas adalah terdapatnya serangan bersin berulang . sebenarnya bersin merupakan gejala yang normal , etrutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri ( self cleaning process ) . Bersin danggap patologik , bila terjadi lebih dari 5 kali setiap serangan, terutama merupakan gejala pada RAFC dan kadang-kadang pada RAFL sebagai akibat dilepaskannya histamin. Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi) . Rhintis alergi sering timbul tidak lengkap, terutama pada anak. Kadang-kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien.

2. Pemeriksaan FisikPada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat ata livid disertai sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi. Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan bila fasilitas tersedia . Gejala spesifik lain pada anak adalah terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi karena statis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic shinner. Selain itu sering juga tampak anak menggosok-gosok hidung , karena gatal, dengan punggung tangan. Keadaan ini disebut allergic salute. Keadaan menggosok ini lama-kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah, yang disebut sebagai allergic crease. Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga menimbulkan gangguan pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid). Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti gambaranpeta (geographic tongue).

3. Pemeriksaan PenunjangNasoendoskopiPemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan untuk menilai kondisi kavum nasi hingga ke nasofaring. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan dengan jelas keadaan dinding lateral hidung.Hitung eosinofil Menggunakan darah tepi. Hasilnya bisa normal & meningkat.Jenis tes diantaranya prist-paper radio immunosorbent test untuk memeriksa IgE total; radio immunosorbent test (RAST) & enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) test keduanya untuk memeriksa IgE spesifik.

Uji kulitUntuk mencari alergen penyebab secara invivo. Jenisnya skin end-point tetration/SET (uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri), prick test (uji cukit), scratch test (uji gores), challenge test (diet eliminasi dan provokasi) khusus untuk alergi makanan (ingestan alergen) dan provocative neutralization test atau intracuteneus provocative food test (IPFT) untuk alergi makanan (ingestan alergen).Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).Tes ini untuk memeriksa alergi alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit.

Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini : Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat anti alergi) selama 3 7 hari, tergantung jenis obatnya. Umur yang di anjurkan 4 50 tahun.

RAST (Radio Allergo Sorbent Test).Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.PENATALAKSANAAN 1. Non-medikamentosaHindari kontak & eliminasi. Keduanya merupakan terapi paling ideal. Hindari kontak dengan alergen penyebab (avoidance). Eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan).(1)2. Medikamentosa Pemilihan obat-obatan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal lain :a. Obat tidak memiliki efek jangka panjangb. Tidak menimbulkan anafilaksisc. Beberapa studi menemukan efektifitas kotikosteroid intransal, meskipun demikian pilihan terapi harus dipertimbangkan dengan criteria yang lain.d. Kortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan dengan adanya efek samping sistemik.(7)1. AntihistaminAntihistamin bekerja dengan memblok reseptor histamin. Dikenal 3 macam reseptor histamin yaitu H1, H2 dan H3. Reseptor histamin yang diblok pada pengobatan rinitis alergi adalah H1 yang terdapat di bronkus, gastrointestinal, otot polos, dan otak. Saat ini antihistamin (AH1) yang beredar di pasaran adalah generasi pertama dan kedua. AH1 generasi kedua sudah mulai menggeser kepamoran generasi pertama karena memiliki banyak kelebihan. Perbedaan menonjol di antara keduanya terletak pada kemampuan menembus sawar darah otak dan selektivitas/spesifisitas. AH1 generasi kedua bersifat lipofobik sehingga kurang mampu menembus sawar darah otak, yang akhirnya mengakibatkan penurunan efek sedasi. Di samping itu, generasi kedua lebih selektif sehingga tidak mempengaruhi reseptor fisiologik yang lain seperti muskarinik dan adrenergik alfa. Kelebihan lain generasi dua adalah mempunyai efek antialergi dan antiinflamasi. Dikatakan antialergi karena dapat menghambat pelepasan histamin, prostaglandin, kinin, dan leukotrien. Sedangkan antiinflamasi dikarenakan dapat mengurangi ekspresi ICAM-1 pada epitel konjungtiva.2. DekongestanDekongestan dapat mengurangi sumbatan hidung dan kongesti dengan cara vasokonstriksi melalui reseptor adrenergik alfa. Preparat topikal bekerja dalam waktu 10 menit, dan dapat bertahan hingga 12 jam. Efek samping adalah rasa panas dan kering di hidung, ulserasi mukosa, serta perforasi septum. Yang terakhir jarang terjadi. Takifilaksis dan gejala rebound (rinitis medikamentosa) dapat terjadi pada pemakaian dekongestan topikal jangka panjang.Efek terapi dari preparat oral dirasakan setelah 30 menit dan berakhir 6 jam kemudian, atau dapat lebih lama (8-24 jam) bila bentuk sediaanya adalah tablet lepas lambat (sustained release). Efek samping berupa iritabilitas, pusing melayang (dizziness), sakit kepala, tremor, takikardi, dan insomnia.3. KortikosteroidBerdasarkan pemakaiannya, kortikosteroid dibagi menjadi 2 yaitu topikal dan sistemik. Kortikosteroid topikal menjadi pilihan pertama untuk penderita rinitis alergi dengan gejala sedang sampai berat dan persisten (menetap), karena mempunyai efek antiinflamasi jangka panjang. Kortikosteroid topikal efektif mengurangi gejala sumbatan hidung yang timbul pada fase lambat. Efek spesifik kortikosteroid topikal antara lain menghambat fase cepat dan lambat dari rinitis alergi, menekan produksi sitokin Th2, sel mast dan basofil, mencegah switching dan sintesis IgE oleh sel B, menekan pengerahan lokal dan migrasi transepitel dari sel mast, basofil, dan eosinofil, menekan ekspresi GM-CSF, IL-6, IL-8, RANTES, sitokin, kemokin, mengurangi jumlah eosinofil di mukosa hidung dan juga menghambat pembentukan, fungsi, adhesi, kemotaksis dan apoptosis eosinofil 1.Studi meta-analisis oleh Weiner JM dkk, seperti dilansir dari British Medical Journal 1998, menyimpulkan bahwa kortikosteroid intranasal lebih baik digunakan sebagai terapi lini pertama rinitis daripada antihistamin, ditilik dari segi keamanan dan cost-effective-nya. Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk terapi jangka pendek pada penderita rinitis alergi berat yang refrakter terhadap terapi pilihan pertama.4. AntikolinergikPreparat antikolinergik topical ialah ipratropium bromide, bermanfaat untuk mengatasi rhinore. Karena aktivitas inhibitor reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor.5. Kromon Lokal ( local chromones)(9) Kromon local, seperti kromoglikat dan nedokromil, mekanisme kerjanya belum banyak diketahui. Kromon intraocular sangat efektif, sedangkan kromon intranasal kurang efektif dan masa kerjanya singkat. Efek samping local obat ini ringan dan tingkat keamanannya baik.Obat semprot hidung natrium kromoglikat sebagai stabilator sel mast. Dapat diberikan pada anak yang kooperatif. Obat ini biasanya diberikan 4 kali/hari dan sampai saat ini tidak dijumpai efek samping.

6. Pengobatan lain (10)Pengobatan baru lainnya untuk rhinitis alergi adalah leukotrien ( zafirlukast/ montelukast ), amti IgE dan DNA rekombinan3. Operatif. Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.4. Imunoterapi. Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.(1)

KOMPLIKASI Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung. Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak. Sinusitis paranasal. Otitis media dan sinusitis paranasal bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.

KESIMPULANRinitis Alergika secara klinis didefinisikan sebgai gangguan fungsi hidung , terjadi setelah paparan allergen melalui peradangan mukosa hidung yang diperantarai IgE. Respon hidung terhadap stimuli dari luar diperankan pertama-tama oleh mukosa kemudian baru oleh bentuk anatomi tulang. Fungsi utama hidung adalah untuk saluran nafas, penciuman, humidifikasi udara yang dihirup, melindungi saluran nafas bawah dengan cara filtrasi partikel, transport oleh silia mukosa , dan resonansi suara. Reaksi mukosa hidung akan menimbulkan gejala obstruksi aliran udara, sekresi secret berlebih, bersin dan rasa gatal. Bila tidak terdapat deformitas hidung maka sumbatan hidung disebebkan oleh pembengkakan mukosa dan secret yang kenatl. Penelitian epidemiologic memperlihatkan bahwa penyakit alergi dapat diobservasi mulai dari waktu lahir sampai kematian. Sesuai dengan umur penderita, dapat dibedakan penampakan dan lokasi alergi.Gejala rhinitis dicetuskn oleh berbagai faktor, diantaranya adalah pajanan udara dingin, debu,uap,bau cat, polusi udara, tinta cetak,bau masakan,bubuk detergen, serta bau alcohol. Umumnya faktor pencetus ini merupakan iritan non spesifik. Manifestasi utama adalah rinorea, gatal hidung dan mata, bersin-bersin dan sumbatan hidung. Diagnosis rhinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rhinitis alergika. Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama dan gejala minor. Uji laboratorium yang penting adalah pemeriksaan in vivo dengan ujia kulit goresan, IgE total, IgE spesifik dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Pengobatan yang paling penting pada rhinitis alergika adalah pencegahan terhadap paparan allergen spesifik, selain itu dapat diberikan pengobatan simptomatik berupa medikamentosa. Tindakan Operatif diambil pada Rinitis alergika berat dengan komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA1. Nina Irawati, Elise Kasakeyan, Nikmah Rusmono. Alergi Hidung. Dalam : Efiaty, Nurbaity. Editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2002. 101-62. Conectique. Rinitis Alergi. Diunduh tanggal 10 Juli 2013 pukul 15.00. Tersedia : http://www.conectique.com/tips_solution/health/disease/article.php?article_id.3. Ballenger, John Jacob & James B. Snow. Jr. Otorhinololaryngology : Head & Neck Surgery. 15th Edition. United States of America : Williams & Wilkins. 1996. 4. Lawlor. GJ, editor. Manual of allergy and immunology. 1st Edition. United States of America : Little, Brown and Company Boston. 1981. 5. Klik Dokter. Rinitis Alergi. Diunduh tanggal 10 Juli 2013 pukul 15.30. Tersedia pada : http://www.klikdokter.com/illness/detail/2076. Otolaringologi. Rinitis Alergi. Diunduh tanggal 12 Juli 2013 pukul 16.00. Tersedia pada : http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/rinitis-alergi/7. PdPersi. Rinitis Alergi. Diunduh tanggal 12 Juli 2013 pukul 16.00. tersedia pada : http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=905&tbl=kesling8. Solusi sehat. Alergi Rinitis. Diunduh tanggal 12 Juli 2013 pukul 16.30. Tersedia pada : http://www.solusisehat.net/artikel.php?id=2089. Jambi Independent. Alergi. Diunduh tanggal 12 Juli 2013 pukul 16.40. Tersedia pada:http://www.jambi-independent.co.id/home/modules.php?name=News&file=article&sid=2844

27