24
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nomor CM : 153361 Nama : Ny. E W Umur : 38 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS Suku : Jawa Golongan darah : O+ Agama : Islam Alamat : Jalan Bacang RT 005/ RW 001 No. 363 Jakarta Timur Riwayat pernikahan : Pernikahan yang pertama Tanggal Masuk : 26 Mei 2015 II. IDENTITAS SUAMI PASIEN Nama : Tn. D Umur : 41 tahun Pendidikan : S1 Pekerjaan : PNS Suku : Jawa Golongan darah : A+ 1

Preskas Obgyn

  • Upload
    dika316

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Preskas Obgyn sadadsadsadasdsadsadsadsakdjsadsaldljsadjlsajdl

Citation preview

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nomor CM : 153361

Nama : Ny. E W

Umur : 38 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

Suku : Jawa

Golongan darah : O+

Agama : Islam

Alamat : Jalan Bacang RT 005/ RW 001 No. 363 Jakarta Timur

Riwayat pernikahan : Pernikahan yang pertama

Tanggal Masuk : 26 Mei 2015

II. IDENTITAS SUAMI PASIEN

Nama : Tn. D

Umur : 41 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

Suku : Jawa

Golongan darah : A+

Agama : Islam

Alamat : Jalan Bacang RT 005/ RW 001 No. 363 Jakarta Timur

Riwayat pernikahan : Pernikahan yang pertama

1

III. ANAMNESIS

( Autoanamnesis pada hari Selasa, 26 Mei 2015 Pkl 16.00 WIB )

Keluhan Utama :

Pasien wanita mengeluhkan nyeri pada daerah perut bagian atas ketika terjadi

kontraksi ± 1 jam SMRS.

Keluhan Tambahan :

Keluhan nyeri tersebut diakui pasien lebih dirasakan ketika pasien berjalan.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah perut bagian atas ketika terjadi kontraksi.

Keluhan tersebut awal dirasakan ± 1 jam SMRS. Pasien mengakui sedang hamil kedua

dengan usia kehamilan saat ini 30 minggu. Kontraksi dirasakan pasien terjadi setiap 10

menit sekali dengan lamanya frekuensi setiap kontraksi 1-2 menit. Ketika kontraksi

terjadi pasien sulit untuk melakukan kegiatan dan hanya bisa terduduk untuk mengurangi

rasa nyeri tersebut hingga kontraksi selesai. Pasien mengakui rajin mengkonsumsi

vitamin yang diberikan oleh dokter dan pasien mengakui rajin memeriksakan

kandungannya ke dokter spesialis kandungan. Pasien sebelumnya pernah mengalami hal

serupa pada kehamilan yang pertama. Keluhan tersebut tidak disertai keluhan mual atau

muntah, keluar cairan ataupun keluar lendir darah dari kemaluan pasien. BAK dan BAB

diakui pasien dalam batas normal.

Riwayat Haid :

o Menarche : Usia 15 tahun

o Haid : Teratur

o Siklus : 28 hari

o Lama haid : 5-7 hari

o Banyaknya haid : 2-3 kali ganti pembalut setiap hari

o Nyeri haid : tidak ada (-)

o Riwayat keputihan : tidak ada (-)

2

o HPHT : 23 Oktober 2014

o Taksiran partus : 30 Juli 2015

Riwayat Obstetri :

No.Tanggal Partus

Tempat Partus

Umur Kehamilan

Jenis Partus

Penolong PenyulitJK

AnakBBL(gr)

PB(cm)

Keadaan saat ini

1 20 Sept 2013 RS 40 minggu SC DokterInfertilitas

PrimerL 3250 51 Sehat

2Hamil

sekarang

Riwayat Penyakit Dahulu :

Hipertensi disangkal

Diabetes Melitus disangkal

Maag Kronis disangkal

Infeksi saluran kemih disangkal

Riwayat alergi obat disangkal

Riwayat alergi makanan disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Hipertensi disangkal

Diabetes Melitus disangkal

Riwayat alergi obat disangkal

Riwayat keganasan disangkal

III . PEMERIKSAAN FISIK

(Selasa, 26 Mei 2015 Pkl 16.00 WIB)

Status Generalis

o Keadaan umum : Baik

o Kesadaran : Compos Mentis

o Tinggi Badan : 162 cm

o Berat Badan : 65 kg

3

o Tekanan Darah : 110/80 mmHg

o Nadi : 84x/menit, teratur

o Pernapasan : 20x/menit, teratur

o Suhu : 36,7° C

o Mata : Konjungtiva Anemis (-/-) , Sklera Ikterik (-/-)

o Jantung : BJ I-II Regular, Murmur (-), Gallop (-)

o Paru : Suara Napas Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

o Abdomen : cembung, BU + normal, supel, nyeri tekan (-)

o Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT <2”

Status Obstetrikus

Pemeriksaan Luar

Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 28 cm

Leopold II : Teraba punggung janin pada bagian kiri.

Leopold III : Teraba bagian kepala janin.

Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul (5/5).

DJJ : 142 denyut dalam 1 menit

His : 1x/10 menit

Genitalia

Inspeksi : Vulva dan urethra tenang

Inspekulo : Porsio licin, ostium uteri eksternum tertutup, spotting (-), fluor albus (-)

Pemeriksaan Dalam : Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

Rencana pemeriksaan

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan USG

Pemeriksaan CTG

4

V. RESUME

Wanita berusia 38 tahun, mengakui sedang hamil yang kedua dengan usia

kehamilan saat ini 30 minggu datang dengan keluhan nyeri saat kontraksi yang diawali ±

1 jam SMRS, keluhan tersebut dirasakan memberat jika pasien berjalan. Pasien pernah

mengalami hal serupa pada kehamilan yang pertama.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien dalam keadaan baik dan

status generalis pasien didapatkan dalam batas normal.

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis Ibu

G2P1A0 Hamil 30 minggu 5 hari dengan Kontraksi.

Diagnosis Janin

Janin tunggal hidup dengan presentasi kepala.

VII. PROGNOSIS

Prognosis ibu

o Ad vitam : ad bonam

o Ad fungsionam : ad bonam

o Ad sanationam : dubia ad bonam

Prognosis janin

o Ad vitam : dubia ad bonam

o Ad fungsionam : dubia ad bonam

o Ad sanationam : dubia ad bonam

VIII. PENATALAKSANAAN AWAL

Pasien diistirahatkan dan diperhatikan pemeriksaan tanda-tanda vital

Rencana Terapi

o Pemberian Tokolitik : Tab Nifedipin 4 x 10 mg

5

Rencana Edukasi : Edukasi tanda-tanda inpartu

IX. ANALISA KASUS

Pada kasus ini didapatkan pasien wanita berusia 38 tahun dengan G2P1A0 Hamil

30 minggu 5 hari datang ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan nyeri saat terjadi

kontraksi ±1 jam SMRS. Kontraksi dirasakan pasien terjadi setiap 10 menit sekali dengan

lamanya frekuensi setiap kontraksi 1-2 menit. Ketika kontraksi terjadi pasien sulit untuk

melakukan kegiatan dan hanya bisa terduduk untuk mengurangi rasa nyeri tersebut

hingga kontraksi selesai. Pasien mengakui rajin memeriksakan kandungannya ke dokter

spesialis kandungan. Pasien sebelumnya pernah mengalami hal serupa pada kehamilan

yang pertama. Keluhan tersebut tidak disertai keluhan mual atau muntah, keluar cairan

ataupun keluar lendir darah dari kemaluan pasien. BAK dan BAB diakui pasien dalam

batas normal. Hari pertama haid terakhir pasien adalah tanggal 23 Oktober 2014.

Berdasarkan anamnesis, didapatkan bahwa kehamilan pasien sudah memasuki

minggu ke 30. Menurut Alvarez dan Caldeyro-Barcia, uterus sudah mengalami kontraksi

yang tidak teratur sejak trimester pertama kehamilan dan normalnya kontraksi tersebut

tidak nyeri. Pada trimester kedua, kontraksi-kontraksi ini dapat dideteksi dengan

pemeriksaan bimanual. Karena yang pertamakali memperhatikan fenomena ini adalah J.

Braxton Hicks pada tahun 1972, maka kontraksi ini dikenal sesuai namanya. Timbulnya

kontraksi ini tidak dapat diperkirakan dan bersifat sporadic, biasanya tidak ritmik, dan

intensitasnya bervariasi. Sampai bulan terakhir kehamilan, kontraksi Braxton Hicks tidak

sering terjadi tetapi frekuensinya akan meningkat selama satu atau dua minggu terakhir.

Pada kehamilan lanjut, kontraksi ini dapat menyebabkan rasa tidak enak dan

menyebabkan apa yang disebut dengan persalinan palsu. Aktivitas uterus meningkat

secara bertahap setelah 30 minggu dan penting untuk diketahui bahwa kontraksi Braxton

Hicks juga meningkat intensitas dan frekuensinya. Peningkatan aktivitas uterus lebih

lanjut merupakan hal yang khas pada minggu-minggu terakhir kehamilan, yang bisa juga

disebut dengan prapersalinan. Dari anamnesis juga didapatkan bahwa keluhan lain yang

dapat memperberat keadaan seperti keluar cairan atau lendir darah dari daerah kemaluan

pasien disangkal.

6

Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan keadaan pasien dalam keadaan

yang stabil. Dari pemeriksaan palpasi abdomen diketahui tinggi fundus uteri 28 cm

dengan janin tunggal hidup letak punggung sebelah kiri dan presentasi kepala. Pada

pemeriksaan Doppler diketahui Denyut Jantung Janin 142 denyut per menit. Pada

pemeriksaan inspekulo didapatkan portio licin, ostium uteri eksternum dalam keadaan

tertutup, keputihan tidak ditemukan, dan bercak darah tidak ditemukan. Dari pemeriksaan

ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada tanda-tanda kegawatdaruratan pada ibu maupun

pada janin.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan, pasien di

diagnosis dengan G2P1A0 hamil 30 minggu 5 hari dengan Kontraksi. Tatalaksana yang

dilakukan adalah posisikan pasien dalam keadaan istirahat dan senyaman mungkin.

Berikan edukasi mengenai kontraksi yang dialaminya tersebut dan berikan obat tokolitik

untuk mengurangi frekuensi terjadinya kontraksi. Target utama adalah pasien bebas dari

kontraksi. Pasien di observasi selama 6 jam dan setelah target tercapai, pasien dapat

dipulangkan dengan sebelumnya diberikan edukasi untuk tanda-tanda terjadinya inpartu

dan diberikan motivasi untuk rutin dalam pemeriksaan antenatal care.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Kontraksi atau His adalah serangkaian kontraksi rahim yang teratur, yang secara

bertahap akan mendorong janin melalui serviks (rahim bagian bawah) dan vagina (jalan

lahir), sehingga janin keluar dari rahim ibu. Kontraksi menyebabkan serviks membuka

secara bertahap (mengalami dilatasi), menipis dan tertarik sampai hampir menyatu

dengan rahim.

Perubahan ini memungkinkan janin bisa melewati jalan lahir dan Pembukaan

serviks His biasanya mulai dirasakan dalam waktu 2 minggu (sebelum atau sesudah)

tanggal perkiraan persalinan. Penyebab yang pasti dari mulai timbulnya his tidak

diketahui. Mungkin karena pengaruh dari oksitosin (hormon yang dilepaskan oleh

kelenjar hipofisa dan menyebabkan kontraksi rahim selama persalinan). Persalinan

biasanya berlangsung selama tidak lebih dari 12-14 jam (pada kehamilan pertama) dan

pada kehamilan berikutnya cenderung lebih singkat (6-8 jam). Show (sejumlah kecil

darah yang bercampur dengan lendir dari serviks) biasanya merupakan petunjuk bahwa

persalinan segera dimulai; tetapi show bisa keluar 72 jam sebelum kontraksi dimulai.

Kadang selaput ketuban pecah sebelum persalinan dimulai dan cairan ketuban mengalir

melalui serviks dan vagina. Jika selaput ketuban pecah, segera hubungi dokter atau bidan.

Sekitar 80-90% wanita yang selaput ketubannya pecah berlanjut menjadi persalinan

spontan dalam waktu 24 jam. Jika setelah lewat 24 jam persalinan belum juga dimulai

dan keadaan bayinya baik, biasanya dilakukan induksi persalinan untuk mengurangi

resiko infeksi akibat masuknya bakteri dari vagina ke dalam rahim. Infeksi bisa

menyerang ibu maupun bayinya. Untuk menginduksi persalinan biasanya digunakan

oksitosin atau obat yang serupa. Sebelum terjadinya his sejati, seorang calon ibu bisa

merasakan his palsu atau kontrksi rahim yang tidak teratur. His ini disebut kontraksi

8

Braxton Hicks. Ini merupakan hal yang normal dan mungkin lebih sering muncul pada

sore hari.

Mungkin sulit untuk membedakan his sejati dari his palsu. Biasanya his palsu

tidak sesering dan tidak sekuat his asli. Kadang satu-satunya cara untuk mengetahui

perbedaan antara his sejati dan his palsu adalah melakukan pemeriksaan dalam. Pada

pemeriksaan dalam bisa diketahui adanya perubahan pada serviks yang menandakan

dimulainya proses persalinan.

B. KONTRAKSI MASA HAMIL

kontraksi tidak hanya terjadi menjelang persalinan. Banyak jenis kontraksi yang terjadi

selama kehamilan itu sendiri berlangsung. Berikut adalah beberapa jenis kontraksi yang

terjadi selama masa kehamilan:

1. Kontraksi Dini. Kontraksi jenis ini biasanya terjadi saat awal-awal kehamilan atai saat

trimester pertama kehamilan. Kondisi ini terjadi saat tubuh masih sedang dalam

proses penyesuaian dengan berbagai perubahan akibat adanya kehamilan. Kontraksi

terjadi akibat meregangnya ligamen di sekitar rahim biasanya diikuti oleh perut

kembung, konstipasi dan dehidrasi. Tetapi bila kontraksi berlanjut dan disertai dengan

pengeluaran pervaginan maka di perlukan :

PENATALAKSANAAN :

Bedrest

Pemberian TOKOLITIK berkolaborasi dengan Dokter OBGYN seperti

Duvadilan tab atau injeksi

Proluton depot

Pemeriksaan darah dan urine

Pemberian pengobatan bila ada kelainan pada hasil pemeriksaan tetap

berkolaborasi dengan dokter OBGYN

9

2. Kontraksi Palsu. Jenis kontraksi ini biasa disebut dengan istilah Braxton-Hicks.

Kontraksi ini ditemukan pada tahun 1872 oleh ahli kebidanan Inggris, John Braxton

Hicks. Kontraksi braxton hicks adalah kontraksi otot rahim selama 30-60 detik atau

selama 2 menit. Braxton-hiks disebut juga 'latihan kontraksi' karena kontraksi ini

akan menyiapkan ibu untuk kontraksi yang sebenarnya. Ibu juga bisa berlatih

bernapas ketika kontraksi ini datang.Braxton-hicks umumnya terjadi pada trimester

kedua namun lebih umum terjadi pada trimester ketiga.

Kontraksi braxton-hicks adalah kontraksi yang :

memiliki intensitas ireguler

tidak teratur

tidak dapat dipredikasi

tidak ritmik

lebih seperti tidak nyaman dibandingkan sakit

tidak meningkat baik intensitas maupun frekuensi

kontraksi ini perlahan-lahan akan menghilang

Kontraksi braxton-hicks diperkirakan berkaitan dengan tonus otot rahim dan aliran

darah ke plasenta (ari-ari). Beberapa pakar menyatakan bahwa kontraksi ini tidak

berhubungan dengan dilatasi serviks (pelebaran leher rahim) namun berhubungan

dengan melunaknya leher rahim. Beberapa pemicu yang dapat menyebabkan

kontraksi braxton-hicks adalah :

Pada saat bayi anda sedang aktif

Ketika kandung kecing penuh

Setelah berhubungan intim (sperma mengandung Prostaglandin yang

menyebabkan kontraksi ).

Dehidrasi atau kekurangan cairan.

Keletihan setelah membawa beban berat.

Yang dapat ibu lakukan ketika kontraksi ini terjadi adalah :

Rubahlah posisi ibu; berbaringlah bila sebelumnya ibu sedang berdiri atau

berjalanlah bila sebelumnya ibu sedang duduk / berbaring

10

Mandi air hangat selama 30 menit / lebih

Minumlah segelas air karena kontraksi dapat disebabkan oleh dehidrasi

Minum segelas air teh hangat / susu hangat

Bila kontraksi berlanjut dan usia kehamilan kurang dari 36 minggu maka

penanganananya seperti pada kontraksi dini.

3. Kontraksi Sebenarnya. Kontraksi sebenarnya terjadi menjelang persalinan. Kontraksi

berlangsung selama 40-60 detik, terjadi di setiap 10 samai 20 menit atau satu jam,

kemudian kontraksi terjadi menjadi lebih sering. Kontraksi sebenarnya akan diikuti

oleh pembukaan mulut rahim, keluarnya cairan atau lendir yang bercampur darah

yang berwarna kecoklatan yang merupakan sebagai sumbatan lendir atau mukus pada

leher rahim.

C. KONTRAKSI MASA PERSALINAN

Kontraksi di atas termasuk ke dalam kontraksi normal dan biasa terjadi pada masa

kehamilan. Dan biasanya akan merujuk pada persalinan normal.

1. Kontraksi normal yaitu :

a. Tonus otot rahim di luar his tidak seberapa tinggi lalu meningkat pada waktu

his.Pada kala pembukaan serviks ada dua fase yang digambarkan pada

servikogram menurut Friedman yaitu :

Fase laten

Fase aktif

b. Kontraksi otot rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau

sebelah kiri, lalu menjalar ke seluruh otot rahim.

c. Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagian -

bagian lain. Bagian tengah berkontraksi lebih lambat, singkat an tidak sekuat

fundus uteri. Bagian bawah (segmen bawah rahim) dan serviks tetap pasif atau

hanya berkontraksi sangat lemah.

11

d. Sifat-sifat his: lamanya, kuatnya, teraturnya, seringnya atau relaksasinya serta

sakitnya. (Hanifah Winkjosastro, 2007)

2. Pembagian –pembagian dan sifat-sifatnya :

a. Kontraksi ( his ) pendahuluan

His tidak kuat atau tidak teratur

Menyebabkan show

b. His pembukaan (kala I)

His pembukaan servik sampai terjadi lengkap 10 cm

Mulai kuat, teratur dan sakit

c. His pengeluaran (kala II)

Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi, sangat lama

His untuk mengeluarkan janin, koordinasi bersama antara : his kontraksi otot

perut, kontraksi diafragma dan ligament

d. His pelepasan uri (kala III)

Kontraksi sedang untuk pelepasan dan melahirkan plasenta.

e. His pengiring (kala IV)

Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim dalam beberapa jam

atau hari. (Bagian Obstetri dan Ginekologi, 2002)

Namun ada beberapa jenis kontraksi abnormal yang terjadi menjelang persalinan,

Kelainan his terutama ditemukan pada prigmigrapida tua. Pada multipara lebih banyak

ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Faktor herrediter mungkin memegang

peranan pula dalam kelainan his. Sampai seberapa jauh factor emosi(ketakutan dan lain-

lain) mempengaruhi kelainan his. Belum ada persesuaian paham antara para ahli. Satu

sebab yang penting dalam kelainan his, khususnya inersia uteri, ialah apabila bagian

bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada

kelainan letak janin atau pada disproporsi sevalopelvik. Peregangan rahim yang

berlebihan pada kehamilan ganda maupun hidramnion juga dapat nerupakan penyebab

dari inersia uteri yang murni. gangguan dalam pembentukan uterus pada masa embrional,

misalnya uterus bikornis unikollis, dapat pula mengakibatkan kelainan his. Akan tetapi

12

pada sebagian besar kasus, kurang lebih separuhnya penyebab inersia uteri ini tidak

diketahui.

3. Jenis – Jenis Kelainan Kontraksi (HIS)

a. Pengertian

Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya

menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga

menyebabkan persalinan macet (Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo, 2010).

1) His Hipotonik ( Inersia Uteri )

His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus

berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak

pada kontraksinya yang singkat dan jarang. Selama ketuban utuh umumnya tidak

berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his

normal. Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Inersia uteri primer

Bila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama

dan terjadi pada kala I fase laten.

b) Inersia uteri sekunder

Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada

kala I fase aktif. His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah. Dapat

ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan. Pada bagian

terendah terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah pecah. Dewasa ini

persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga dapat

menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarang

ditemukan.Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan waktu

persalinan.

13

2) His Hipertonik

His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya

normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his.

His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung

cepat (<3 jam disebut partus presipitatus).

Partus presipitatus dapat mengakibatkan kemungkinan :

a) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya

b) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.

c) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio

uteri.

Tetania uteri juga menyebabkan asfeksia intra uterine sampai kematian janin

dalam rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan

lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah

terjadi perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu

singkat.

3) His Yang Tidak Terkordinasi

Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic

Urine Contraction. Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak

berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak

adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan

his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

b. Etiologi

Menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (2010) penyebab inersia uteri yaitu

1) Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida

tua.

2) Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida.

3) Faktor herediter

14

4) Faktor emosi dan ketakutan

5) Salah pimpinan persalinan

6) Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus,

seperti pada kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik

7) Kelainan uterus, seperti uterus bikornis unikolis

8) Salah pemberian obat-obatan, oksitosin dan obat penenang

9) Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion

10) Kehamilan postmatur

c. Penanganan

Dalam menghadapi persalinan yang lama oleh sebab apapun, keadaan wanita

yang bersangkutan harus diawasi dengan seksama

1) Tekanan darah (TD) diukur setiap empat jam, atau apabila ada gejala

preeklamsi pemeriksaan harus dilakukan dengan lebih sering.

2) DJJ dicatat setiap !/2 jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II

3) Kaji adanya kemungkinan dehidrasi dan asidosis

4) Indikasikan tindakan pembedahan dengan nercosis apabila diperlukan.

5) Pemberian makanan dalam bentuk cairan

6) Pemberian infus larutan glukosa 5% dan larutan nacl isotonic melalui IV

secara bergantian

7) Pemberian pretidin 50 mg dapat diulang untuk mengurangi nyeri Pada kala I

dapat diberikan morfin 10 mg.

8) Pemeriksaan dalam dapat dilakukan dengan meminimalkan resiko infeksi

9) Perhatikan keadaan ketuban sudah pecah atau belum

Inersia Uteri

Periksa keadaan serviks, presentasi dari posisi janin, turunnya bagia terbawah

janin dan keadaan panggul. Kemudian menentukan sikap dan tindakan yang akan

dikerjakan. Misalnya pada letak kepala :

1) Berikan oksitosin drips 5-10 saruan dalam 500 cc dekstrosa 5% dimulai

dengan 12 tetes per menit. tujuannya supaya serviks dapat membuka.

15

2) Pemberian oksitosin tidak usah terus-menerus, sebab apabila setelah beberapa

lama pemberian oksitosin tidak memperkuat his maka sebaiknya pemberian

oksitosin dihentikan dan ibu dianjurkan untuk istirahat. pada malam hari

pemberian obat penenang, misalnya valium 10 mg dan keesokan harinya

dapat diulang lagi dengan pemberian oksitosin.

3) Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya

dilakukan SC

4) Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder, ibu lemah, dan

partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada prigmagravida dan lebih dari

18 jam pada multigravida, pemberian oksitosin drips tidak perlu dilakukan.

sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan

indikasi obstetric lainnya (ekstrasi vakum atau forsep atau SC)

Uteri His Terlalu Kuat (Tetania)

1) Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya jika diindikasikan

janin tidak akan lahir dalam waktu dekat (4-6 jam)

2) Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan

dengan SC

3) Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin

lahir dengan tiba-tiba.

4) Pada wanita yang berisiko mengalami partus presipitatus berulang,

sebaiknya wanita dirawat sebelum persalinan. Sehimgga pengawasan

dapat dilakukan dengan baik.pada waktu persalinan, keadaan diawasi

dengan cermat dan episiotomy dilakukan pada waktu yang tepat untuk

menghindari terjadinya rupture perinea.

Incoordinate Uterine Action

1) Untuk mengurangi rasa sakit, berikan obat-obatan anti sakit dan penenang

(sedative analgesik) seperti morfin, petidin dan valium.

2) Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut,

selesaikanlah partus menggunakan hasil pemeriksaan dan hasil evaluasi,

dengan ekstraksi vakum, forssep dan SC. (Hanifah Winkjosastro, 2005)

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, et al. Obstetric William; alih bahasa, Andry Hartono, Y. Joko Suyono,

Brahm U. Pendit; editor edisi bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto et al. Ed. 21. Jakarta:

EGC. 2005.

2. Sarwono Prawiroharjo, Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka. 2010.

3. Sarwono Prawiroharjo, Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka. 2007.

17