Upload
yhoga-timur-laga
View
251
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 1/23
BAB I
STATUS PASIEN
1. 1. IDENTITAS
Identitas Pasien Nama : An. F
Tanggal Lahir : 31 Oktober 2008
Usia : 1 tahun 9 bulanJenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Komplek DLM I/286 Kemayoran Jakarta Pusat
Agama : IslamTanggal Masuk RS : 16 Agustus 2010
No. Rekam Medik : 35.69.47
Identitas Orang Tua Pasien
Nama Ayah : Tn. R Nama Ibu : Ny. R
Usia : 34 tahun Usia : 27 tahunAgama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Negeri Pekerjaan : Ibu Rumah TanggaPangkat / Kes. : III B Pangkat / Kes. : -
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Hubungan : Ayah Kandung Hubungan : Ibu Kandung
1. 2. ANAMNESIS
Dilakukan allo-anamnesis dengan kedua orang tua pasien pada tanggal 16 Agustus 2010, pukul15.00 WIB
Keluhan UtamaDemam
Keluhan Tambahan
Batuk, pilek, mual, pegal-pegal di seluruh tubuh, timbul ruam di tubuh.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang rujukan dari puskesmas dengan keluhan demam sejak dini hari. Demam timbul
tiba-tiba, terus menerus, makin lama makin parah, tidak menggigil, tidak kejang, pasien merasa
gelisah. Pasien telah mendapat obat dari puskesmas tapi keluhan pasien tidak membaik. Pasientelah melakukan tes darah dari klinik anggrek. Pasien juga mengeluh batuk dan pilek sejak
kamis. Sekret hidung berwarna putih, encer, dan batuk semakin parah menjadi berdahak dan
kental. Orang tua pasien menyangkal ada sesak nafas. Orang tua pasien juga mengeluh anaknya
susah makan, makan 3x/hari 5-10 sendok teh. Tidak ada muntah, pasien merasa mual terutamasehari-hari saat makan dan minum.pasien juga merasa pegal-pegal di seluruh badan. Timbul
ruam dikulit sejak minggu. Buang air kecil banyak, pasien ganti popok kurang lebih 4-5
kali/hari, tidak berdarah, tidak nyeri saat berkemih. Buang air besar 1 kali/hari dengankonsistensi lunak, tidak ada lendir, tidak ada darah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
1
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 2/23
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Tidak ada
Riwayat Kehamilan Ibu
Status obstetri ibu pasien dengan G2P2A0. Cukup bulan.
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir : Rumah Bersalin
Penolong : BidanCara persalinan : Spontan
Data saat lahir : BL 3000 gram, PL 50 cm
Keadaan bayi saat lahir : langsung menangisKelainan bawaan : tidak ada
Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi I II III IV
BCG
DPT
Polio
Hep B
Campak
Kesan : imunisasi dasar lengkap, imunisasi ulangan belum.
Riwayat Perkembangan
Gigi Pertama : 6 bulanDuduk : Sudah bisa, usia + 8 bulan
Jalan sendiri : Sudah bisa, usia + 4 bulanBicara : Sudah bisa, usia + 1 tahun
Membaca : Belum bisa membaca
2
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 3/23
Riwayat Makanan
Bawah 1 tahun :
UMUR ASI / PASI Buah / Biskuit Bubur susu Nasi Tim
0 – 2 bln ASI - - -
2 – 4 bln ASI - - -
4 – 6 bln ASI Satu kali/hari Dua kali/hari -
6 – 8 bln ASI Satu kali/hari Dua kali/hari Tiga kali/hari
8 – 10 bln ASI+Sustagen Satu kali/hari Dua kali/hari Tiga kali/hari
10 – 12
blnASI+Sustagen Satu kali/hari Dua kali/hari Tiga kali/hari
Riwayat Keluarga
Corak reproduksi :
No UsiaJenis
KelaminHidup
Lahir
MatiAbortus
Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
1 3 Tahun P Sehat
2 1 Tahun L Pasien
Anggota Keluarga Lain yang serumah
Kakak adik dari pihak suami
Masalah Dalam Keluarga
Tidak ada.
Status Rumah Tinggal
MenumpangData Orang Tua Pasien
Data orang tua Ayah Ibu
Umur sekarang 34 tahun 27 tahun
Perkawinan ke 1 1
Umur saat menikah 28 tahun 23 tahun
Pendidikan terakhir S1 S1
( tamat/sampai kls/tkt ) Tamat Tamat
Agama Islam Islam
Suku bangsa Betawi Jawa
Keadaan kesehatan Baik Baik
Konsanguitas Tidak terdapat Tidak terdapat
3
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 4/23
1. 3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 16 Agustus pukul 15.30 WIBKeadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Baik
Status Mental : LemasBerat Badan : 10 kg Panjang Badan : 83 cm
Tanda Tanda Vital
Nadi : 114 x/mnt, irama teratur, isi cukup, sama di keempat ekstremitas
Frek. Nafas : 28 x/mnt, pernafasan Kussmaul
Suhu : 37,30C di ukur lewat axilla
Data Antopometri
Berat Badan pasien : 10 kg
Berat Badan ideal : 11.6 kg
Panjang Badan : 83 cmRumus : BB/TBx100% = 10/11.6x100 = 86.2
Status Gizi : Malnutrisi sedang
Status Generalis
Kepala : Bentuk normocephal , distribusi merata, tidak mudah dicabut Muka : Raut muka normal, kulit normal Mata : Konjungtiva tidak anemik, sklera tidak ikterik.
Telinga : Daun telinga normal, lekukan sempurna, Liang telinga lapang, tidak hiperemis, tidak
ada sekret, terlihat ruam di belakang telinga. Hidung : Bentuk normal, tidak ada nafas cuping hidung , sekret putih kental. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak pecah, tidak sianosis, Uvula ditengah, Faring hiperemis,
Tonsil T1-T1 tenang Leher : Bentuk normal, tidak terdapat kelainan, terlihat ruam kemerahan.Tidak ada perbesaran
KGB, Trachea ditengah.
Dada : Bentuk normochest, terlihat ruam kemerahan, tidak ada benjolan, Pergerakan dada
simetris saat statis an dinamis, tidak terdapat retraksi, Paru : Sonor pada kedua lapang paru, Suara nafas dasar veikuler +/+, tidak ada rhonki, tidak ada
wheezing Jantung : Pulsasi iktus kordis tidak tampak , Iktus kordis teraba di sela iga V garis midklavikula
sinistra, tidak kuat angkat, tidak ada thrill . Bunyi Jantung I-II reguler, Gallop (-),
Murmur (-) Abdomen : Datar, tidak ada luka / sikatrik / venektasi / perdarahan , Bising usus (+) normal,
Supel, turgor kulit baik, hati tidak teraba, limpa tidak teraba, suara tympani Ekstremitas : Bentuk simetris, ruam kemerahan pada tangan, tidak terdapat deformitas , tidak ada
udem di ke empat ekstremitas, tidak ada sianosis, capillary refill < 2 dtk, akral
hangat. Refleks
Refleks Fisiologis : Biscep (+)
Triscep (+)KPR (+)
4
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 5/23
APR (+)
Refleks Patologis : Babinsky (-)
Chaddok (-)Oppenheim (-)
Hoffman-Tromer (-)
Tanda Rangsang Meningeal: Kaku kuduk (-)Brudzinsky I (-)
Brudzinsky II (-)
Kernig (-)
1. 4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan Laboratorium RSPAD tanggal 17 Agustus 2010
Hematologi (Darah Lengkap)- Hemoglobin :12.5 gr/dL
- Hematokrit :38 %- Eritrosit : :4,8 juta/UL
- Leukosit : :4600 /UL
- Trombosit :100000 /UL- MCV : 79 fl
- MCH : 26 pg
- MCHC : 33 gr/dL
1. 5. RESUME
Pasien datang dengan keluhan demam sejak dini hari. Demam timbul tiba-tiba, terus menerus,makin lama makin parah, tidak menggigil, tidak kejang, pasien merasa gelisah. Pasien telah
mendapat obat dari puskesmas tapi keluhan pasien tidak membaik. Pasien telah melakukan tes
darah dari klinik anggrek. Pasien juga mengeluh batuk dan pilek sejak kamis minggusebelumnya. Sekret hidung berwarna putih, encer, dan batuk semakin parah menjadi berdahak
dan kental. Orang tua pasien menyangkal ada sesak nafas. Orang tua pasien juga mengeluh
anaknya susah makan, makan 3x/hari 5-10 sendok teh. Tidak ada muntah, pasien merasa mualterutama sehari-hari saat makan dan minum.pasien juga merasa pegal-pegal di seluruh badan.
Timbul ruam dikulit sejak minggu. Buang air kecil banyak, pasien ganti popok kurang lebih 4-5
kali/hari, tidak berdarah, tidak nyeri saat berkemih. Buang air besar 1 kali/hari dengan
konsistensi lunak, tidak ada lendir, tidak ada darah.
Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, compos mentis.
Pemeriksaan Fisik
Pasien tampak sakit sedang dan kompos mentisHR: 114x/menit Suhu : 37.3◦C
5
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 6/23
RR : 28x/menit
Mata : Konjungtiva tidak anemik, sklera tidak ikterik Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada, sekret putih kental
Mulut : Mukosa bibir kering
Thoraxs : Bentuk dan gerak simetris dan tidak ada retraksi, kulit terlihat kemereahan.Jantung : Bunyi jantung I-II regular, tidak ada murmur dan gallop
Pulmo : Suara vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing
Abdomen : Datar, bising usus positif, supelEkstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis
1. 6. DIAGNOSIS KERJA
Measles
Suspek DHF
1. 7. DIAGNOSIS BANDING
Rubella, Eksantema subitum, Alergi obat.
1.8 PEMERIKSAAN ANJURAN
- Rumple led
- Cek IgM anti campak
1. 8. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 1000 cc/24 jam
-Inj Cefotaxime 3x250 mg IV- Pct syr 3x1 cth
- Ambroxol syr 3x1/3 cth
- Diit makanan lunak
1. 9. PROGNOSIS
Dubia et Bonam
6
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 7/23
7
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 8/23
FOLLOW UP
17 Agustus 2010 18 Agustus 2010 19 Agustus 2010
S Demam(+) hari ke 6, batuk(+), pilek(+),
belum BAB selama satu hari
Demam (-), batuk(+), dahak(+), BAB dan BAK(+)
normal, minum agak kurang
Demam (-), batuk(+), BAB dan BAK(+)
normal, minum agak kurang, semala muntah
dengan isi makanannya
O Tampak sakit sedang, compos mentis
HR: 100x/menit
RR: 28x/menit
T 37.1˚C
Mata: konjungtiva tidak anemic dan sclera
tidak ikterik,
Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-)
Mulut: tampak sedikit kering, faring
hiperemis
Leher: KGB tidak teraba, terlihat ruam
kemerahan
Thoraks: pergerakan simetris, terlihat ruam
kemerahan
Jantung: BJ I-II regular, murmur(-), gallop
(-)
Paru: Suara nafas vesikuler, Rhonki (-),
Wheezing(-)
Abdomen: Datar, terlihat ruam kemerahan,
supel, lembut, nyeri tekan(-), bising usus(+)
normal, turgor baik
Ekstremitas: akral hangat, ruam pada tangan
Tampak sakit sedang, compos mentis
HR: 124x/menit
RR: 28x/menit
T: 36.1◦C
Rambut: tidak mudah di cabut
Mata: konjungtiva anemic (-), sclera ikterik(-),
Hidung : (nafas cuping hidung (-)
Mulut: tampak kering
Leher: KGB tidak teraba, ruam kemerahan
Thoraks: pergerakan simetris, ruam kemerahan
Jantung: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru: Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing(-)
Abdomen: datar, ruam kemerahan, supel, nyeri tekan
(-), bising usus (+), turgor baik,
Ekstremitas: Akral hangat, ruam kemerahan pada
tangan dan kaki
Tampak sakit sedang, compos mentis.
HR: 96x/menit
RR: 32x/menit
T: 36.3◦C
Kepala: normocephal,
Mata: Konjungtiva anemic (-), sclera ikterik (-)
Hidung: nafas cuping hidung (-)
Mulut: Tampak kering
Leher: KGB tidak teraba, ruam kemerahan.
Thoraxs: Pergerakan simetris, ruam kemerahan
Jantung: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru: Suara vesikuler, Rhonki(-), Wheezing(-)
Abdomen: Supel, ruam kemerahan, datar, bising
usus (+)
Ekstremitas: Akral hangat, Udem(-), ruam
kemerahan pada tangan dan kaki, terlihat
bersisik pada tangan.
A - Suspek DHF
- Measles
- Campak
- DHF grade 1
- Campak
P - IVFD RL 1000cc/24jam
- Inj cefotaxim 3x250mg IV
- Pct syr 3xcth1
- Epexol 3x1/3 cth
- IVFD RL 1000cc/24 jam
- Inj cefotaxim 3x250mg IV/
- Vit A 100.000 IU
- Pct 3x100mg
- Epexol 3xcts1/2 p.o
- Cek DL/24 jam
- Pindah ke ruang isolasi
-
- IVFD RL 1000 cc/24 jamstop
- Inj cefotaxim 3x250mgstop
- Vit A 100.000 IU
- Pct 3x100mg p.o(k/p)
- Epexol 3xcts1/2 p.o
LA
Hemoglobin :12.5 gr/dLHematokrit :38 %
Hemoglobin :10.9 gr/dLHematokrit :33 %
Hemoglobin :11.5 gr/dLHematokrit :34 %
8
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 9/23
B Eritrosit : :4,8 juta/ULLeukosit : :4600 /UL
Trombosit :100000 /ULMCV : 79 fl
MCH : 26 pg
MCHC : 33 gr/dL
Eritrosit : :4,1 juta/ULLeukosit : :6400 /UL
Trombosit :88000 /ULMCV : 81 fl
MCH : 27 pg
MCHC : 33 gr/dL
Eritrosit : :4,3 juta/ULLeukosit : :6300 /UL
Trombosit :126000 /ULMCV : 79 fl
MCH : 27 pg
MCHC : 34 gr/dL
9
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 10/23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus
yang umumnya menyerang anak, dengan karakteristik demam, batuk, konjungtivitis dan
ruam makulo papular general. 1
Berdasarkan WHO suspek campak apabila kasus dengan demam 38oC atau lebih
dan ruam makula papular dan disertai minimal satu gejala batuk, koriza, dan
konjungtivitis.2
B. Epidemiologi
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak
menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan
tempat ke 5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun (0,77%) 3.
U mur terbanyak menderita campak adalah < 12 bulan diikuti kelompok 1-4 tahun dan 5-
14 tahun.4
Campak merupakan penyakit endemis terutama di negara berkembang. Di
Indonesia penyakit campak sudah dikenal sejak lama.3 Angka kejadian campak di
Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi sekitar 3000-4000 per tahun
demikian juga frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak meningkat dari 23 kali
menjadi 174 kali.5 Pengalaman menunjukkan bahwa epidemi campak di Indonesia timbul
secara tidak teratur. Di daerah perkotaan epidemi campak terjadi setiap 2-4 tahun.Wabah
terjadi pada kelompok anak yang renta terhadap campak, yaitu di daerah dengan populasi
balita banyak mengidap gizi burukdan daya tahan tubuh yang lemah. Telah lamadiketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara umum,
sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit yang sering dijumpai
ialah bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%), ensefalitis (6,7%) dan lain-lain
(7,9%)3
10
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 11/23
C. Etiologi
Campak disebabkan oleh virus RNA dari Famili Paramixoviridae, genus
Morbillivirus. 6,8 Virus campak berada di sekret nasofaring dan dalam waktu yang singkat
sesudah timbulnya ruam. 3 Virus tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam
suhu kamar .6 . Campak salah satu penyakit yang paling dapat ditularkan, sebagaimana jika
merekadalam ruang udara dengan pasien terinfeksi campak dalam satu jam 7
WHO telah mendapatkan 24 genotip campak diseluruh dunia, dan ada 3 genotip
di Indonesia, yaitu genotip G2, G3 dan D9. Dengan pendekatan epidemiologi molekuler,
dapat diketahui bagaimana penyebaran virus campak dari suatu tempat ke tempat lain
atau dari suatu negara ke negara lain (mobilization of population)
D. Patogenesis
Virus campak ditularkan melalui areosol droplet.1 Periode inkubasi biasanya 10
hari dari paparan ke onset demam 2. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat
minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Infeksi awal diyakini dibangun dalam
saluran pernapasan walaupun tidak didefinisikan sasaran utamanya secara baik. 1 Dari
saluran pernapasan, virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan
dengan sel mononuklear, kemudian mencapai kelenjar getah bening regional.1,3 Di sini
virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel
jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan
terbebtuknya sel raksasa berinti banyak (sel Warthin) sedangkan limfosit T (termasuk T-
supressor dan T-helper) yang rentan terhadap infeksi, turut ikut membelah.3
Gambaran dari kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika virus
masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring,
konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.Pada hari ke 9-10, fokusinfeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, akan menyebabkan
timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada saat itu virus dalam jumlah
banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis berupa
demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi
yang disebut bercak koplik, yang dapat tanda pasti untuk menegakkan diagnosis. 3
11
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 12/23
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respon delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke-14
sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi pada kasus yang
mengalami defisit sel-T 3
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan
imunofluorens dan histologik menunjukkan adanya antigen campak dan diduga terjadi
suatu reaksi Arthus. Darah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluaran pernafasan
memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media
dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu pneumonia dapat terjadi, selain itu campak dapat
menyebabkan gizi kurang.3
E. Manifestasi klinis dan diagnosis
Gejala klinis terjadi selama masa tunas 10-12 hari, yang terdiri dari tiga stadium,5 yaitu:
1. Stadium prodromal
Berlangsung 2-4 hari, ditandai oleh demam ringan sampai sedang, batuk kering,
koryza dan konjungtivitis.6 Pada stadium ini dapat timbulnya enantema mukosa pipi
di depan molar tiga disebut bercak koplik.3,5,6 Bercak koplik merupakan bintik putih
keabu-abuan, biasanya sebesar butir pasir dengan aerola sedikit kemerahan. Bercak
ini muncul dan menghilang dengan cepat, biasanya dalam 12-18 jam.6 Radang
konjungtiva dan fotofobia dapat mengesankan campak sebelum muncul bercak
koplik. Terutama, garis melintang radang konjungtiva, batas tegas sepanjang tepi
kelopak mata, mungkin membantu diagnostik pada stadium prodormal
Kadang-kadang, fase prodormal dapat berat, ditunjukkan oleh demam tinggi
mendadak, kadang dengan kejang-kejang dan bahkan pneumonia.
2. Stadium erupsi3,5,6
Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5oC (104-
105OF). Ruam biasanya mulai sebagai makula tidak jelas pada bagian atas lateral
leher, dibelakang telinga, sepanjang garis pertumbuhan rambut dan pada posterior
pipi. Lesi sendiri-sendiri menjadi semakin makulopapuler sebagai ruam yang
12
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 13/23
menyebar dengan cepat pada seluruh muka leher, lengan atas dada pada sekitar 24
jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung,
abdomen, seluruh lengan dan paha lalu menyebar ke kaki.
3. Stadium penyembuhan (konvalense)
Setelah 2-3 hari ruam mulai menghilang dari muka.6 Hilangnya ruam menuju ke
bawah pada urutan yang sama dengan ketika ruam muncul.3,5,6 Ruam kulit menjadi
hiperpigmentasi (kehitaman) dan mengelupas
Limfonodi pada sudut rahang dan pada daerah servilkal posterior biasanya
membesar, dan splenomegali ringan dapat dicatat.6
F. Diagnosis
Diagnosis campak dapat ditegakkan secara klinis, sedangkan pemeriksaan penunjang
sekedar membantu; seperti pada pemeriksaaan sitologik ditemukan sel raksasa pada
lapisan mukosa hidung dan pipi , dan pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM
spesifik. 3
G. Diagnosis Banding3,5,6
1. Roseala Infantum (Eksantema subitum)
Gejala demam tinggi selama 3-4 hari disertai iritabilitas biasanya terjadi sebelum
timbul kemerahan pada kulit penderita roseola infantum dan diikuti penurunan
demam secara drastis menjadi normal. Dibedakan dari campak di mana ruam dari
Roseola infantum tampak ketika demam menghilang.
Eksentema subitum bersifat diskrit dan makulopapular berwarna merah tua dan
biasanya timbul di daerah dada dan menyebar ke muka dan ekstremitas.
2. Rubela
Pada umumnya tidak diawali suatu masa prodromal yang spesifik. Pembesaran
kelenjar getah bening yang khas jarang terlihat pada anak. Remaja dan dewasa muda
dapat menunjukkan gejala demam ringan serta 1-4 hari timbulnya kemerahan
13
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 14/23
Eksantem pada rubella mulai timbul di muka dan leher dan menyebar ke seluruh
tubuh lebih cepat, dalam 24-48 jam sudah menyeluruh. Pada hari ketiga eksentema di
bagian tubuh mulai memudar dan tinggal menyisakan bagian ekstremitas
Tanda patognomonik adanya pembesaran kelenjar getah bening khussunya pada
daerah oksipital dan daerah belakan kepala.
3. Ruam akibat obat-obatan
H. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat replikasi virus atau karena superinfeksi bakteri
antara lain8, berupa :
1. Otitis media
Invasi virus ke dalam gendang telinga umumnya terjadi pada campak. Gendang
telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. 3
2. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai dengan
batuk, meningkatnya frekuensi nafas dan adanya ronki basah halus. Pada saat suhu
turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan menghilang,kecuali
batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga
turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung,
dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada
sel epitel yang dirusak oleh virus 3,5
3. Laryngotracheobronchitis (croup)
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang
bertambah parah pada saat demam mencapai puncak. Ditandai dengan distres
pernapasan, sesak sianosis, dan stridor. Ketika demam turun akan membaik dan
gejala menghilang.3
4. Diare
5. Ensefalitis.
14
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 15/23
Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada hari
ke 4-7 setelah ruam. Terjadi ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun
melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak 3.
6. SSPE
Subacute sclerosing panencephalitis merupakan kelainan degeneratif susunan
saraf pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak. Kemungkian menderita
SSPE pada anak yang sebelumnya menderita campak adalah 0,6-2,2 per 10.000
infeksi campak. Resiko terjadi SSPE lebih besar pada usia yang lebih muda, dengan
inkubasi rata-rata 7 tahun3
Gejala SSPE didahului dengan gangguaan tingkah laku dan intelektual yang
progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang umum bersifat mioklonik.
Labortorium menunjukkan peningkatan globulin dengan cairan serebrospinal,
antibodi terhadap campak dalam serum meningkat (1:1280). Tidak ada terapi untuk
SSPE. Rata-rata jangka waktu timbul gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan.
I. Penatalaksanaan
Manajemen pada pasien tanpa penyulit bersifat simtomatik dan dapat dirawat di
rumah. Obat simtomatik yang diberikan berupa antipiretik, antitusif, ekpekteran, dan
antikonvulsan bila diperlukan.3,5,9
Indikasi rawat inap pada pasien campak adalah hiperpireksia (suhu > 39oC),
dehidrasi, kejang asupan oral sulit atau adanya komplikasi.9
Perawatan pasien campak tanpa komplikasi, dilakukan dengan cara :
1.Pasien dirawat di ruang isolasi
2. Tirah baring di tempat tidur
3. Vitamin A 100.000 IU, apabila disertai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari
4. Diet makan cukup cairan, kalori yang memadai.
15
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 16/23
J. Pencegahan
Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik untuk menurunkan insiden
campak.10 Sebagai dampak program imunisasi tersebut insiden campak cenderung turun
pada semua golongan umur. Pada bayi (<1 tahun) dan anak umur 1-4 tahun terjadi
penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun relatif landai.10
Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu vaksin yang
berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan, dan yang kedua vaksin yang
berasal dari campak yang dimatikan. Sejak tahun 1967 virus campak yang telah
dimatikan tidak digunakan lagi oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara
dan dapat menimbulkan atypical measles yang hebat
Dosis baku minimal untuk pemberian virus campak yang dilemahkan adalah
1000TCID-50 atau sebanyak 0,5 ml. Tetapi dalam hal vaksin hidup, pemberian dengan
20 TCID saja sudah memberikan hasil yang baik. Cara pemberian yang dianjurkan
adalah subkutan. Pemberian dosis tunggal vaksin campak hidup (live attenuated)
biasanya dikombinasikan dengan vaksin hidup lainnya (mumps. rubella), dapat diberikan
bersama-sama dengan vaksin yang diinaktivasi lainnya atau bersama-sama toksoid; dapat
memberikan imunitas aktif pada 94-98% individu-individu yang rentan, kemungkinan
kekebalan yang timbul dapat bertahan seumur hidup, kalaupun terjadi infeksi maka
bentuk infeksinya sangat ringan atau infeksi tidak nampak dan tidak menular. Dosis
kedua vaksin campak dapat meningkatkan tingkat kekebalan sampai 99%.
Direkomendasi 2 dosis vaksin utk memastikan imunitas, sebab 15% anak divaksinasi
gagal membangun imunitas dari dosis pertama.11
Banyak anak yang sudah mendapat imunisasi campak tetapi masih bisa terkena
penyakit campak, sehingga telah terjadi ketidakberhasilan imunisasi campak. Banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kegagalan imunisasi campak, yaitu faktor hospes, lingkungan dan agent. Dari faktor agent, penyebabnya bisa karena pengaruh virus
vaksin campak yang dipakai, perlakuan/pendistribusian vaksin (cold-chain), dan
kemungkinan adanya perbedaan genotip virus campak. Dibeberapa negara dengan tingkat
cakupan imunisasi campak yang tinggi dan sudah tidak didapatkan infeksi campak
indigenous, masih timbul wabah penyakit campak karena adanya kasus impor.
16
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 17/23
BAB III
ANALISA KASUS
Diagnosis campak pada pasien ini ditegakkan berdasarkan :.
1. Anamnesis :
Dari anamnesis didapatkan keluhan utama demam sejak hari kamis yang
awalnya merupakan demam ringan. Disertai juga dengan batuk berdahak dan pilek.
Pada hari minggu malam *hari ke-4) panas menjadi tinggi disertai keluarnya ruam-
ruam dari belakang telinga yang menyebar pada muka, dan seluruh tubuh. Orang tua
juga mengatakan bahwa minggu saat batuk dan pilek muncul, mata pasien menjadi
kemerahan.
2. Pemeriksaan fisik :
Pada saat dilakukan pemeriksaan di RSPAD Gatot soebroto didapatkan suhu
tubuh pasien pada saat diperiksa 37.3 oC, suhu pasien yang tidak mencapai 40-40.5˚C
disebabkan karena pasien telah diberikan pengobatan sebelum dilakukan pemeriksaan,
adanya ruam makulopapular yang tedapat pada belakang telinga, dahi, muka, dada dan
punggung, kedua tangan, perut dan kedua paha, dan adanya faring yang hiperemis.
17
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 18/23
• Saya setuju dengan diagnosis tersebut, hal ini berdasarkan atas kepustakaan yang
ada,yaitu dikatakan campak apabila adanya karakteristik demam, batuk, konjungtivitis,
dan ruam makulopapular general. Berdasarkan WHO suspek campak apabila kasus
dengan demam 38˚C atau lebih dan timbulnya ruam makulopapular dan disertai minimal
satu gejala batuk, koriza, dan konjungtivitis. Hal tersebut sesuai dengan pasien yaitu
adanya demam, batuk dan pilek, serta adanya ruam makulopapular. Pada pemeriksaan
fisik keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, nadi 114x/menit,
suhu 37.3˚C karena pasien telah mendapatkan pengobatan sebelum dilakukan
pemeriksaan. Menurut orang tua demam timbul tiba-tiba, terus menerus, makin lama
makin parah. Pada pemeriksaan mulut ditemukan faring yang hiperemis, dan dari hasil
laboratorium didapatkan leukopenia dan trombositopenia yang dapat menggambrakan
adanya infeksi virus. Hal ini membuktikan adanya gejala dan tanda dari penyakit campak
• Diagnosis banding pada pasien ini adalah rubela, eksantema subitum dan erupsi akibat
obat.
1. Rubela secara epidemiologi angka kejadian tertinggi terjadi pada anak usia 5-14
tahun. Sedangkan secara klinis sifat demam rubelle jarang mencapai 38,5oC dan
yang khas pada rubella pembesaran kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum
timbul eksantema, khas mengenai kelenjar suboksipital, postaurtikular dan servikal
dan disertai nyeri tekan. Pada pasien ini suhu tubuhnya 37,3oC dan tidak terdapat
pembesaran kelenjar suboksipital, postaurtikular yang disertai nyeri tekan.
Eksantem pada rubella mulai timbul di muka dan leher dan menyebar ke seluruh
tubuh lebih cepat, dalam 24-48 jam sudah menyeluruh. Pada hari ketiga eksantema
di bagian tubuh mulai memudar dan tinggal menyisakan bagian ekstremitas.3
2. Eksantema Subitum
Pada roseola infantum ruam tampak ketika demam menghilang. Sedangkan
pada pasen ruam muncul bersamaan demam yang tinggi.
3. Alergi obat
Pada pasien tidak terdapat adanya riwayat minum obat-obatan.
18
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 19/23
• Pasien ini berumur 1 tahun 9 bulan, yang berdasarkan epidemiologi kelompok umur 1-4
tahun merupakan urutan kedua setalah umur < 12 bulan yang menderita morbili
terbanyak.4 Sedangkan pada kelompok umur pasien, morbili merupakan urutan ke 5
dalam urutan penyakit utama pada anak usia 1- 4 tahun.3
• Pada riwayat imunisasi dapat dilihat bahwa pasien telah mendapatkan imunisasi campak,
tetapi pasien masih terkena campak, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Kegagalan dalam imunisasi
Kegagalan dalam imunisasi dapat disebabkan oleh pengaruh virus vaksin yang
dipakai dan kesalahan dalam pendistribusian vaksin (chold-chain).
Pada pasien ini tidak diketahui proses imunisasi campak pada pasien, sehingga
pengaruh virus vaksin yang dipakai dan kesalahan pendistribusian bisa menjadi faktor
kegagalan imunisasi pada pasien ini.
2. Perbedaan genotip virus campak
Adanya beberapa genotip ini, dapat menerangkan mengapa seorang anak yang
telah terkena campak, dapat terkena campak lagi bila dia terinfeksi dengan virus cam-
pak dari genotip lainnya. Imunisasi campak, saat ini yang dipakai untuk vaksin
campak di Indonesia adalah galur (strain) CAM-70 berasal dari genotip A.
Seharusnya dengan ditemukannya 3 genotip virus campak di Indonesia tersebut,
vaksin campak dibuat dari isolat virus campak lokal juga, sehingga diharapkan bisa
memberikan kekebalan yang lebih
• Penyakit campak ini mempunyai potensi untuk menimbulkan komplikasi yang cukup
berbahaya, yaitu komplikasi jangka pendek berupa diare, radang paru, radang telinga dan
komplikasi jangka panjang yang biasanya fatal yaitu subacute scleroting pan-encephalitis
(SSPE).
o Komplikasi jangka panjang bersifat fatal, yaitu subacute scleroting pan-
encephalitis (SSPE) perlu diwaspadai Kemungkian menderita SSPE pada anak
yang sebelumnya menderita campak adalah 0,6-2,2 per 10.000 infeksi campak
dan diatas 50% terjadi pada kasus campak sebelum berumur 2 tahun. Resiko
SSPE lebih besar pada usia yang lebih muda, dengan inkubasi rata-rata 7 tahun3.
19
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 20/23
• Pemeriksaan lain yang harus dilakukan pada pasien ini berdasarkan kepustakaan yang
ada disebutkan perlu pemeriksaan serologi untuk lebih menegakkan diagnosis
• Manajemen pada pasien campak tanpa penyulit bersifat simtomatik dan dapat dirawat di
rumah, indikasi rawat inap pada pasien campak adalah hiperpireksia (suhu > 39oC),
dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya komplikasi.9 Pada pasien ini dilakukan
perawatan karena masukan makanan yang berkurang.
1. Isolasi
Penatalaksannan isolasi pada campak merupakan hal yang tepat, karena campak
mudah menular.
2. IVFD RL 1000 cc/24 jam
Cairan yang dibutuhkan, pada anak 100ml/ 100 kalori, kebutuhan kalori padaanak berat badan 10 kg adalah 100kkal X 10 = 1000 kalori. Sehingga kebutuhan
cairan 1000 cc/24 jam
Perhitungan cairan melalui infus = (1000x20)/(24x60) = 13,8 tetes permenit
3. Ambroxol syr 3x ½ cth
Pada pasien ini diberikan ambroxol. Dosis perhari Ambroxol adalah 1,2 - 1,6 mg
Ambroxol HCI per kg berat badan.
Dosis anak berat 10 kg = (1,2 – 1,6 )mg X 10 = 12 mg- 16 mg. Pada pasien ini
diberikan ambroxol Hcl ½ cth atau sama dengan 15 mg, dosis ini sesuai dengan dosis
pemberian pada anak berat 10 kg.
4. Paracetamol syr 3x100 mg
Dosis paracetamol 10-15 mg/kg bb, dosis yang digunakan pada anak 10 kg adalah
100- 150 mg. Pada pasien ini diberikan dosis paracetamol 100 mg, dosis ini sesuai
dengan kebutuhan anak BB 10 kg.
5. Inj Cefotaxime 3x250 mg IV
Aktif terhadap beberapa jenis kuman yang diindikasikan untuk pengobatan karena
infeksi di saluran napas atas, dan dapat juga untuk infeksi saluran pernapasan bawah.
20
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 21/23
Dengan dosis untuk anak 50-100 mg/kgbb/hari, dibagi menjadi 3-4 kali pemberian.
Dosis yang diberikan pada pasien dengan berat 10 kg ini 250 mg/ 8 jam.
Pada pasien ini diberikan antibiotik Cefotaxime 3 x 250 mg. Menurut kepustakaan
pemberian antibiotik pada pasien campak tidak diperlukan, karena campak
merupakan penyakit self limting.
6. Vitamin A
Pada pasien ini diberikan vitamin A. Menurut kepustakaan pada pasien campak perlu
diberikan vitamin A 100.000 IU. Vitamin A berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
diferensiasi limfosit B.
• Pada pasien ini tidak terdapat adanya penyulit, sehingga prognosa jangka pendek buat
pasien ini adalah ad bonam. Tetapi pada morbili terdapat komplikasi jangka panjang
yang bersifat fatal yaitu SSPE, melihat bahwa umur pasien tahun 1bulan ini secara
epidemiologi merupakan faktor resiko terkena SSPE maka prognosisnya menjadi dubia
ad bonam.
21
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 22/23
DAFTAR PUSTAKA
1. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009
2. Adisasmito W. Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia: Systematic
Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara Kesehatan2007;11(1). 1-10
3. Wilunda C, Panza A. Factors Associated With Diarrhea Among Children Less Than 5
Years Old In Thailand: A Secondary Analysis of Thailand Multiple Indicator Cluster
Survey 2006. J Health Res.2009:17-22
4. Jangan Anggap Remeh Diare. Available from : www.medicastore.com. Di akses pada
tanggal 18 Agustus 2010 pukul 23.00
5. Silbernagl S, Lang F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.2007: p150-51
6. Firmansyah. Agus, dkk. Modul Pelatihan Tata Laksana Diare pada Anak. Badan
Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia. Jakarta. 2007
7. Draft Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Jakarta.2007
8. Guandalini. Stefanu. Essential Pediatric Gastro Enterology, Hepatology, and Nutrition.
McGraw-Hill Medical publishing. USA.2005
9. Markum, dkk. Buku Ajar llmu Kesehatan Anak. FK UI. Jakarta.1991
10. Hasan. Rusepno, dkk. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak FK UI. Jakarta. 1985.
11.Probiotic. Available from: http://www.probioticnutrition.com/. Di unduh tanggal 18
Agustus pukul 20.30
12. Suraatmaja. Sudaryat, dkk. Kapita Selekta Gastroenterologi. CV. Sagung Seto. Jakarta.
2007
13. Subijanto MS, Ranuh R, Djupri L, Soeparto P Soeparto.Managemen Pada Diare Pada
Bayi Dan Anak. Divisi Gastroenterologi RSU Dr. Soetomo Surabaya. 2006
14. Dehydration and Diarrhea in Children: Prevention and Treatment . Available from:
http://www.cps.ca/caringforkids/whensick/DehydrationDiarrhea.htm. Di unduh tanggal
19 Agustus 2010 pukul 20.48
22
7/27/2019 Presus Campak
http://slidepdf.com/reader/full/presus-campak 23/23
15. Diarrhea causes symptoms, diagnosis and treatment . Available from:
http://www.medicinenet.com/diarrhea/article.htm. Di unduh tanggal 20 Agustus 2010
pukul 10.00
16.Penyebab diare. Available from: http://medicastore.com/diare/penyebab_diare.htm. Di
unduh tanggal 20 Agustus 2010 Pukul 10.15
23