65
MAKALAH KEPERAWATAN IMUN HEMATO AJ-2 KELOMPOK 4 STUDI KASUS CAMPAK PADA ORANG DEWASA DISUSUN OLEH : RIA KUSUMA DEWI (KETUA) 131511123052 KUMALA SARI MAKATITA (SEKRETARIS) 131511123054 NOVIA SHINTHIA DEWIE (ANGGOTA) 131511123050 EKO OKTALFIANTO (ANGGOTA) 131511123046 LATIFATUL MUNA (ANGGOTA) 131511123048 MAULIA IKA WIDYANA (ANGGOTA) 131511123056 ALIMUDIN FAHMY (ANGGOTA) 131511123058 ANDRI SEPTYAN (ANGGOTA) 131511123044 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

Askep campak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep campak

MAKALAH KEPERAWATAN IMUN HEMATO AJ-2 KELOMPOK 4

STUDI KASUS CAMPAK PADA ORANG DEWASA

DISUSUN OLEH :

RIA KUSUMA DEWI (KETUA)131511123052

KUMALA SARI MAKATITA (SEKRETARIS)131511123054

NOVIA SHINTHIA DEWIE (ANGGOTA)131511123050EKO OKTALFIANTO (ANGGOTA)

131511123046LATIFATUL MUNA (ANGGOTA)

131511123048MAULIA IKA WIDYANA (ANGGOTA)

131511123056ALIMUDIN FAHMY (ANGGOTA)

131511123058ANDRI SEPTYAN (ANGGOTA)

131511123044PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2015

Page 2: Askep campak

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Campak (Measles) merupakan penyakit infeksi yang sangat menular

disebabkan oleh virus campak dengan gejala awal berupa demam, konjungtivitis,

pilek, batuk dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau

putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak

koplik), gejala khas bercak kemerahan di kulit timbul pada hari ketiga sampai

ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4–7

hari, kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Di

dunia, kematian akibat campak yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak

777.000 dan 202.000 diantaranya di negara ASEAN serta 15% kematian campak

tersebut di Indonesia (Depkes, 2006). Di Indonesia frekuensi Kejadian Luar Biasa

(KLB) campak cenderung meningkat yaitu 32 kali pada tahun 1998 menjadi 56

kali pada tahun 1999 dan angka insiden campak pada tahun 1998 paling tinggi

pada kelompok balita yaitu 0,7–0,8 per 10000 penduduk. Case Fatality Rate

(CFR) campak pada KLB di Indonesia juga cenderung meningkat yaitu 1,8%

pada tahun 1998 menjadi 2,4% pada tahun 1999.

Dan menurut WHO, apabila ditemukan satu kasus campak pada satu

wilayah, maka kemungkinan ada 17 hingga 20 kasus di lapangan pada jumlah

penduduk rentan yang tinggi (Depkes, 2003). Berdasarkan data statistik WHO

(2011), menyebutkan bahwa sebanyak 1% kematian pada anak yang berusia

dibawah lima tahun disebabkan oleh campak pada tahun 2010. Indonesia yang

termasuk alam negara berkembang, memiliki insiden kasus campak yang cukup

tinggi. Pada tahun 2007, insiden kasus campak untuk golongan umur < 1 tahun

sebesar 48,9 per 100.000 orang tahun, umur 1–4 tahun sebesar 36,6 per 100.000

orang tahun, dan umur 5–14 tahun sebesar 18,2 per 100.000 orang tahun

Page 3: Askep campak

(Susilaningsih, 2009). Berdasarkan Profil Kesehatan Republik Indonesia

(Kemenkes, 2010), dilaporkan insiden kasus campak di Indonesia sebesar 0,73

per 10.000 penduduk pada tahun 2010. Sedangkan CFR pada KLB campak tahun

2010 adalah 0,233. Bahkan berdasarkan data dari Direktorat Jenderal

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2013), sampai dengan tahun

2011 masih dijumpai sebanyak 356 kejadian luar biasa campak yang terjadi di

Indonesia dan sebagian besar terjadi di Pulau Jawa.

Menurut Harsono Tahun 2007, telah banyak usaha-usaha yang dilakukan

untuk mengurangi angka ketidak berhasilan imunisasi campak ini. Salah satu

usaha untuk memberantas penyakit campak ini adalah dengan melakukan

penelitian di bidang surveilens laboratorium, dimana salah satu komponennya

adalah melakukan kegiatan epidemiologi molekuler. Epidemiologi molekuler

menyokong epidemiologi klasik dalam hal mencari sumber impor virus

dengan mendapatkan genotip virus campak penderita dibandingkan dengan

genotip yang telah beredar dalam suatu Negara/wilayah.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara membuat asuhan keperawatan dengan diagnosa medis

campak pada pasien dewasa?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

a.       Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan dengan diagnosa

medis campak pada pasien dewasa.

  2.     Tujuan Khusus

a.       Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak.

b.      Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien campak.

c.       Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien

campak.

Page 4: Askep campak

d.     Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang

telah dibuat pada pasien campak.

e.       Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien campak

Page 5: Askep campak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis

A. Pengertian

Campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak

yang sangat menular dan pada umumnya menyerang anak-anak. Di

masyarakat luas ditemukan kasus kejadian sakit campak yang berulang

walaupun pernah diimunisasi campak. penelitian harsono salimo, 2006

menemukan bahwa kasus campak yang terjadi di indonesia dapat berasal dari

3 genotipe berarti seseorang dapat terinfeksi campak 3 kali. (Soegejanto,

2007)

Campak adalah pemyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi virus

yang hidup pada cairan lendir disaluran hidung, tenggorokan, dan didalam

darah. penyakit ini juga tergolong sebagai penyakit menular. (Rimbi, 2014)

B. Etiologi

Penyakit campak disebabkan oleh virus yaitu virus campak sendiri

( paramiksovirus, genius morbili). virus campak ini dapat hidup dan

berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan, hidung, dan saluran

pernafasan. (Rimbi, 2014)

virus campak sangat sensitif terhadap panas. virus akan sangat mudah

rusak pada suhu 37o c. virus ini juga mempunyai jangka waktu hidup yang

pendek yaitu < 2 jam. apabila di simpan pada laboratorium, suhu

penyimpnan yang baik adalah pada suhu -70o c. (Soegejanto, 2007)

Virus campak telah lama dikenal sebagai virus yang monotipik dan

bersifat stabil antigenisitasnya. namun demikian, virus campak mempunyai

Page 6: Askep campak

suatu RNA - dependent RNA polymerase dengan tingkat kesalahan yang

melekat dan mempunyai kapasitas koreksi. virus campak mempunyai 6 gen

utama yaitu M, F, N, H, P, dan L. selubung luarnya mengandung dua

glikoprotein permukaan yang dikenal sebagai protein hemaglutinine (H) dan

membrane fusion protein (F). (Soegejanto, 2007)

C. Epidemiologi

Penyakit campak bersifat endemik diseluruh dunia. Biasanya Epidemi

terjadi pada permulaan musim hujan, mungkin disebabkan karena

meningkatnya kelangsungan hidup virus pada keadaan kelembapan yang

relatip rendah. Epidemi terjadi dengan interval tiap 2-4 tahun sekali yaitu

setelah adanya kelompok baru yang rentan terpajan dengan virus campak.

pengetahuan mengenai epidemiologi sangat penting karena penularan

penyakit ini sangat cepat meskipun cakupan imunisasi sudah cukup tinggi.

(Soegejanto, 2007)

Strategi untuk eliminasi penyakit campak adalah : (1) melakukan

imunisasi masal pada anak umur 9 bulan sampai dengan 15 tahun, (2)

meningkatkan cakupan imunisasi rutin pada bayi umur 9 bulan, (3)

melakukan surveilens secara intensif dan (4) follow up imunisasi massal.

(Soegejanto, 2007)

D. Patogenesis

Penularan penyakit campak adalah dengan melalui droplet jalan

pernafasan. Penyakit ini ditandai dengan periode laten selama 10-14 hari dan

2-3 hari periode prodromal dengan nafas, batuk, pilek dan konjungtivitis dan

dikikuti dengan timbulnya ruam makulopapuler yang khas. Timbulnya ruam

bersamaan dengan timbulnya respons imun dan permulaan hilangnya virus.

Selanjutnya virus campak masuk kelenjar getah bening yang berada di bawah

Page 7: Askep campak

mukosa. Di sini virus memperbanyak diri kemudian masuk ke sel-sel

jaringan limfe local. Hal ini di tandai dengan ditemukannya

retichuloendhotial giant cell yang pertama kali ditemukan oleh Warthin dan

Finkeldey. Amplifikasi dari virus pada kelenjar limfe regional berakibat

timbulnya viremia dan penyebaran virus melalui pembuluh darah ke berbagai

organ tubuh. Oragn limfoid (Thymus, limpa dan kelenjar getah bening) dan

jaringan limfoid (misalnya appendiks dan tonsil) merupakan tempat replikasi

virus. Hal ini dapat di lihat dengan makin meningktnya sel warthin pada

jaringan limfe sebelum timbulnya ruam. Sel limfosit T-supressor dan T-

helper yang rentan terhadap infeksi, aktif membela diri. Pada saat 5 – 6 hari

sesudah infeksi awal, focus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk

kedalam pembuluh darah dan ketika menyebar ke permukaan epitel

erofaring, konjungtiva, saluran pernafasan, kulit, kandug seni, dan saluran

usus. Selanjutnya pada hari 9-10 fokus infeksi berada di saluran nafas. Pada

saat itu muncul gejala coryza (pilek) disertai dengan peradangan selaput

konjungtiva yang tampak merah (conjungtivitis). penderita tampak lemah

disertai suhu tubuh yang meningkat, tampak sakit berat sampai munculnya ruam

kulit (rash). Pada hari ke 11 tampak pada mukosa pipi di depan molar 3 suatu ulcera

kecil koplik’s spot merupakan tempat virus tumbuh dan selanjutnya mati, dan

kelainan merupakan tanda pasti pathognomosis untuk menegakan diagnosis.

Akhirnya muncul ruam makulopapulat di hari ke 14 sesudah awal infeksi dan pada

saat itu antibody humoral dapat di deteksi dan selanjutnya suhu tubuh menurun.

(Soegejanto, 2007).

E. Gejala Klinis

Menurut (Heryanti, 2015) Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang

terdiri dari 3 stadium :

Page 8: Askep campak

1. Stadium Inkubasi

Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12

hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi

yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.

2. Stadium prodromal

Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada

stadium prodromal yang  berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya

terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk,  pilek dan konjungtivitis,

juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi

petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang

kemerahan yang terdapat pada konjungtiva dapat menjadi penunjang

diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila

seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang Koplik spot yang

merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke-

10±1 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar

butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya

bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan

gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari

rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan

karunkula lakrimalis. Muncul 1  –  2 hari sebelum timbulnya ruam dan

menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18  jam kemudian. Pada akhir

masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis

dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.

3. Stadium erupsi

Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14

infeksi yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak

gejala gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5˚C. Ruam

Page 9: Askep campak

pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di

lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian

ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher,

lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam

akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir

kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul

di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh

lainnya sesuai dengan urutan munculnya (Phillips, 1983). Saat awal

ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak

memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak

berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan.

Menurut (Soegejanto, 2007), penyakit campak mempunyai 4 stadium

yakni :

1. Stadium masa tunas

Stadium masa tunas yang berlangsung antara 10-12 hari ditandai

dengan beberapa tanda klinis,

2. Stadium prodromal

Di tandai dengan adanya gejala pilek dan batuk yang meningkat ,

ditemukanya spesifik enanthema koplik’s spot pada mukosa pipi didepan

molar 3 kemudian suhu tubuh meningkat , mukosa konjungtiva sedikit

meradang.

3. Stadium erupsi

Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarya ruam yang dimulai

dari belakang telinga menyebar ke wajah, dada, punggung, lengan dan

kaki di sertai dengan suhu tubuh yang lebih meningkat.

4. Stadium penyembuhan.

Stadium penyembuhan ditandai dengan menurunya suhu tubuh.

Pada masa penyembuhan ruam kecokelatan akan mengalami

hiperpigmetasi / kehitaman dan deskuamasi (pengelupasan).

Page 10: Askep campak

Menurut NANDA 2015, stadium penyakit campak meliputi :

1. Stadium Prodormal

a. Staidum berlangsung 4-5 hari

b. Panas

c. Malaise

d. Batuk

e. Fotofobia

f. Konjungtivitis

g. Koriza

h. Akhir Stadium (24 jam) timbul bercak koplik berwarna putih

kelabu, dikelilingi oleh eritema

i. Lokasi di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah

j. Gambaran darah tepi ialah limfositosi dan leukopenia

2. Stadium Erupsi

a. Koriza an batuk batuk bertambah

b. Timbul eritema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole

c. Muncul eritema berbentuk makula – papula disertai naiknya suhu

badan

d. Eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk,

sepanjang rambut dan bagian belakang bawah

e. Rasa gatal

f. Muka bengkak

g. Pembesaran klenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah

leher belakang

h. Diare

i. Muntah

3. Stadium konvalensi

a. Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua

(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri

Page 11: Askep campak

b. Kulit bersisi

c. Suhu turun sampai menjadi normal kecuali jika ada komplikasi

F. Penularan

Menurut (Rimbi, 2014) Meskipun penyakit campak termasuk

golongan penyakit yang ringan karena bisa sembuh sendiri, namun penyakit

ini harus tetap diwaspadai karena sangat mudah menular. selain itu, bila tidak

ada penannganan dan pengobatan yang lebih serius, penyakit ini bisa

berakibat fatal dan berujung kematian. penyakit ini menular dengan cara-cara

berikut :

1. Bersentuhan langsung atau melalui air liur dengan penderita campak.

2. Penyebaran melelaui udara dari batuk dan bersin penderita

3. Berada dalam satu ruangan dengan penderita juga memungkinkan

terjadinya penularan.

G. Kegagalan Imunisasi Campak

Zakuidin dkk. pada tahun 1998 telah mengadakan penelitian

pemeriksaan titer Antibodi campak pada anak usia sekolah yang telah

mendapat vaksinasi campak di SD kenari Jakarta Pusat. Murid sekolah

tersebut dibagi 2 kelompok usia, yaitu usia 5-7 tahun dan 10-12 tahun. dari

kelompok 5-7 tahun didapatkan 69 sampel dengan titer Antibodi campak

positif pada 59 anak (93%). dari kelompok yang telah mendapatkan

imnuisasi campak didapatkan 28,3%

H. Pengobatan

Menurut (Widoyono, 2011) pengobatan campak berupa perawatan

umum seperti pemberian cairan dan kalori yang cukup. Obat simptomatik

yang perlu di berikan antara lain ;

1. Anti demam

Page 12: Askep campak

2. Anti batuk

3. Vitamin A

4. Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya cammpak disertai

dengan komplikasi.

Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit

pelayanan kesehatan lain, sedangkan pasien campak dengan komplikasi

memerlukan rawat inap di RS.

Menurut (NANDA,2015) indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu

> 39,5o c ), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya penyulit.

Pengobatan dan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.

I. Pemeriksaan Penunjang

Menurut NANDA 2015 pemeriksaan lanjutan :

1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni

2. Dalam sputum, sekresi nasa, sedimen urin, dapat ditemukan adanya

multinucleated giant cell yang khas

3. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglubination inhibition dan

complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik

dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puuncaknya pada 2-

3 minggu kemudian.

Diagnose kasus campak ditegakan dengan pemeriksaan IgM campak

dan kenaikan Titer yang signifikan dari IgG campak pada fase akut (di ambil

dalam waktu 4 hari timbulnya ruam) dan masa konvalensi (diambil antara 2-

4 minggu kemudian). (Soegejanto, 2007),

Saat ini pemeriksaan ELLISA dapat membedakan deteksi IgM dan

IgG, yang telah dipakai secara luas oleh karena memberi kemudahan dalam

peneyediaan sampel dalam jumlah besar. Sebelum ditemukan pemeriksaan

Page 13: Askep campak

secara ELLISA pemeriksaan hemaglubination inhibition (HI) dilakukan

untuk deteksi antibody terutama terhadap protein H dan mempunyai korelasi

langsung dengan test netralisasi. Tetapi kelemahan utama dari test HI adalah

kebutuhan untuk tersedianya eritrosit kera segar yang sensitive, kesukaran

dalam memproduksi test antigen dalam jumlah besar dan kemungkinan

didapatnya inhibitor hemagubination non spesifik26,33. (Soegejanto, 2007)

J. Pencegahan

Menurut (Rimbi, 2014) Di Indonesia ada dua jenis vaksin yang

tersedia untuk mencegah penyakit campak yaitu vaksin campak dan vaksin

MMR (Mimps, Measles dan Rubella). vaksin ini berisi virus campak yang

sudah dilemahkan. vaksin ini diberikan dengan cara suntik. upaya ini dapat

memberikan perlindungan dan pencegahan dari penyakit campak hingga

mencapai lebih dari 95%. Hal lain yang bisa dilakukan untuk mencegah

penularan penyakit campak adalah sebagai berikut :

1. Menghindari kontak langsung dengan penderita campak, khususnya bayi

atau anak yang belum dapat imunisasi.

2. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian asupan gizi yang

seimbang dan pemberian vitamin.

3. Menjaga kebersihan tubuh anak

4. Istrahat yang cukup.

K. Komplikasi

Menurut (Rimbi, 2014) Sering kali komplikasi penyakit campak

terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun yang kekuragan gzi atau kurang

asupan nutrisi. kematian pada penyakit campak ini bukanlah karena penyakit

campaknya itu sendiri melainkan karena komplikasinya tersebut.

Page 14: Askep campak

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :

1. Radang pari-paru

2. Radang saluran pernafasan.

3. Peradangan selaput ikat mata (konjungtivitis)

4. Infeksi telinga bagian tengah.

Page 15: Askep campak

WOC CAMPAK

↓fungsi silia

↑sekret

Reflek batuk

Set point meningkat

↑Suhu tubuh

Histamine

Gatal (nyeri ringan)

Poliferasi endotel kapiler dalam korium

Eksudasi serum/eritrosit dalam epidermis

Ruam

Paramiksovirus

Saluran nafas

Ditangkap Makrofag

Menyebar ke kelenjar limfa regional

Replikasi virus

Sel -sel jaringan limfa local

Virus di lepas ke aliran darah (veriema primer)

Virus sampai RES

Replikasi kembali

Verimea sekunder

Reaksi radang

Pengeluaran mediator kimia

Menyebar ke berbagai organ

Kulit

Gangguan citra tubuh

Kerusakan integritas kuliit

Epitel saluran nafas

Hiperemis dinding posterior faring

Nyeri tenggorokan

Nyeri

Gangguan rasa nyaman

Hipertermi

Ketidakefektifan jalan nafas

Page 16: Askep campak

2.2 Konsep Keperawatan.

A. Pengkajian

Kegiatan dalam pengkajian ini adalah pengumpulan data, untuk

menghimpun informasi tentang status kesehatan klien. Data yang

dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat

rencana asuhan keperawatan klien. Pengkajian pada pasien campak terdiri dari

anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesa

a. Identitas klien/status kesehatan umun

Beisi nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa, pendidiksn,

pekerjaan, status, dan alamat. Campak dapat menyerang anak usia

remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi

sewaktu kecil.

b. Keluhan utama

Adanya demam, batuk, pilek, malaise, ruam, dan rasa gatal.

c. Riwayat Penyakit sekarang

Biasanya pasien mengeluh demam yang meningkat secara bertahap

sampai dengan hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam.

d. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya klien belum pernah mendapatkan imunisasi. Kaji adanya

riwayat penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid dan antibiotik,

gangguan autoimune, dan penyakit kronis seperti diabetes melitus.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Kaji adanya riwayat penyakit keturunan, kecendrungan alergi dalam

satu kelarga, dan kemungkinan penularan penyakit akibat kontak

langsung droplet antar anggota keluarga.

f. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit

Page 17: Askep campak

Dapat diisi dengan faktor-faktor lingkungan yang meliputi beberapa

aspek, yaitu : 1) sebagai sumber penularan, 2) adanya polusi udara, 3)

pencemaran lingkungan yang lain, 4) perubahan iklim, 5) situasi dan

kondisi klien yang menigkatkan trauma.

Biasanya epidemi terjadi pada permulaan musim hujan, karena

meningkatnya kelangsungan hidup virus pada keadaan kelembaban

yang relatif rendah.

g. Pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan

Dapat diisi dengan persepsi kilen/keluarga terhadap konsep sehat

sahitdan upaya klien/keluarga dalam bnetuk pengetahuan, sikap

gaya hdup klien/keluarga untuk mempertahankan kondisi sehat.

b. Pola nutrisi

Pada klien dengan campak biasanya dinding posterior faring

menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri

tenggorokkan. Kaji adanya penurunan nafsu makan akibat adanya

mual dan muntah.

c. Pola eliminasi

Kemungkinan terjadi komplikasi diare

d. Pola aktivitas

Klien biasanya mengalami malaise.

e. Pola istirahat tidur

f. Pola persepsi sensori

g. Pola konsep diri

Adanya ruam diseluruh tubuh, dapat mengakibatkan klien malu

pada kondisi tubuhnya saat ini.

Page 18: Askep campak

h. Pola peran berhubungan

i. Pola mekanisme koping

j. Pola seksual seksualitas

k. Pola nilai dan kepercayaan

2. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum

Berisi keadaan umum, tanda-tanda vital dengan monitor suhu tubuh

yang bisa mencapai 40 derajat celcius

b. Kepala

Rambut : warna, disrtibusi, kebersihan, kutu

Muka bengkak. Eritema timbul dibelakang telinga. Ruam

menyebar keseluruh muka. Lesi pada muka yang cenderung

bergabung

Mata : terdapat konjungtivitis. Selanjtnya gejala tersebut tertutup

oleh peradangan konjungtiva yang berat bersamaan dengan

edema palpebra dan krunkla. Lakrimais meningkat dan fotofobia

Hidung : terdapat coryza (pilek). Tanda pertama berupa bersin-

bersin yang diikuti dengan gejala hidung buntu, dan sekret

mukopurulen yang lebih berat pada puncak stadium erupsi

Mulut : timbul enantema atau titik merah dipalatum durum dan

paltum mole. Ditemukanya spesifik enanthema koplik’s spot

pada mukosa pipi didepan molar 3

Telinga : Eritema timbul dibelakang telinga, sepanjang rambut,

dan bagian belakang bawah

c. Leher :

Eritema di bagian atas lateral tengkuk

Ruam mulai timbul pada bagian samping atas leher, perbatasan

rambut dikepala dan meluas ke dahi

Page 19: Askep campak

Lesi pada leher yang cenderung bergabung

Pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di

daerah leher belakang

d. Thorax (dada)

Inspeksi : Ruam pada daerah dada dan punggung

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

e. Abdomen

Inspeksi : Curiga black measles yaitu morbili yang disetari

perdarahn pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus. Ruam

pada daerah perut

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

f. Tulang belakang

g. Ekstremitas :

Kekuatan otot

Range of motion

Perabaan akral

Perubahan bnetuk tulang

CRT (< 3 detik)

Terdapat koplik’s spot kurang lebih 2 hari sebelum ruam muncul.

Kopli’s spot berupa suatu bintik berbentuk tidak teratur dan kecil

berwarna merah terang, pada pertengahannya didaoatkan noda

berwarna putih keabua-abuan

Ruam menyebar ke ekstremitas atas, kemudian terus ke bawah dan

mencapai kaki pada hari ketiga.

Lesi lebih sedikit dari pada daerah dada, perut, dan punggung.

Page 20: Askep campak

Pada hari keempat lesi berubah menjadi berwarna kecoklatan,

kemudian timbul perubahan warna dari ruam, yaitu menjadi

berwarna kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian disusul

dengan timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan

h. Genitalia dan anus

Kaji kebersihan genitalia dan anus

i. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan GCS

Pemeriksaan kesadaran kualitatif

Rangsangan meningeal

3. Pemeriksaa Penunjang

a. Laboratorium

Adanya leukopeni dan limfositosis pada hapusan darah tepi

Dalam sputum, sekresi nasa, sedimen urin, dapat ditemukan

adanya multinucleated giant cell yang khas

Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglubination inhibition

dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody

yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai

puuncaknya pada 2-3 minggu kemudian. Diagnose kasus campak

ditegakan dengan pemeriksaan IgM campak dan kenaikan Titer

yang signifikan dari IgG campak pada fase akut (di ambil dalam

waktu 4 hari timbulnya ruam) dan masa konvalensi (diambil antara

2-4 minggu kemudian)

4. Terapi

Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,

pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi. Obat simptomatik yang

perlu di berikan antara lain ;

1. Anti demam

Page 21: Askep campak

2. Anti batuk

3. Vitamin A

4. Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya cammpak disertai

dengan komplikasi.

Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit

pelayanan kesehatan lain, sedangkan pasien campak dengan komplikasi

memerlukan rawat inap di RS.

B. Diagnosa Keperawatan, NIC, dan NOC

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi1 Gangguan citra tubuh

Definisi : Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individuBatasan Karakteristik : Perilaku memantau

individu Respon nonverbal

terhadap perubahan aktual pada tubuh (mis : penampilan, struktur, fungsi)

Respon nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (mis : penampilan, struktur, fungsi)

Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu (mis : penampilan, struktur, fungsi)

Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan

NOC Body Image Self esteemKriteria Hasil Body image positif Mampu mengidentifikasi

kekuatan personal Mendiskripsikan secara

faktual perubahan fungsi tubuh

Mempertahankan interaksi sosial

NICBody image enhancement Kaji secara verbal dan

non verbal respon klien terhdap tubuhnya

Monitor frekuensi mengkritik dirinya

Jelaskan tentang pengobatan,perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit

Dorong klien mengungkapkan perasaanya

Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu

Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

Page 22: Askep campak

perubahan individu dalam penampilan

Objektif Perilaku mengenali

tubuh individu Perilaku memantau

tubuh individu Perubahan dalam

keterlibatan sosial Secara sengaja

menyembunyikan bagian tubuh

Tidak menyentuh bagian tubuh

Kehilangan bagian tubuh

Subjektif- Depersonalisasi bagian

yang melalui kata ganti yang netral

- Penekanan pada kekuatan yang tersisa

- Ketakutan terhadap reaksi orang lain

- Fokus pada penampilan masa lalu

- Perasaan negatif tentang sesuatu

- Fokus pada perubahan- Fokus pada kehilangan- Menolak

memverifikasi perubahan aktual

- Mengungkapkan perubahan gaya hidup

Faktor yang berhubungan :- Biofisik, kognitif- Budaya, tahap

perkembangan- Penyakit, cedera- Perceptual, psikososial,

spiritual

Page 23: Askep campak

- Pembedahan, trauma- Terapi penyakit

2 Kerusakan integritas kulit definisi : Perubahan/ gangguan epidermis dan/ dermisBatasan Karakteristik :- Kerusakan lapisan kulit

(dermis)- Gangguan permukaan

kulit (epidermis)- Invasi struktur tubuhFaktor yang berhubungan Eksternal- Zat kimia, radiasi- Usia yang ekstrim- Kelembaban- Hipotermia,hipertermia- Faktor mekanik (mis,

gaya gunting)- Medikasi- Lembab- Imobilitas fisikInternal- Perubahan status cairan- Perubahan pigmentasi- Perubahan turgor- Faktor perkembangan- Kondisi ketidak

seimbangan nutrisi- Penurunan imunologis- Penurunan sirkulasi- Kondisi gangguan

metabolik- Gangguan sensasi- Tonjolan tulang

NOC- Tissue Integrity : Skin

and Mocous- Membranes- Hemodyalis aksesKriteria Hasil :- Integritas kulit yang baik

bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

- Tidak ada luka/lesi pada kulit

- Perfusi jaringan baik- Menunjukan pemahaman

dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya secara berulang

- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NICPressure Management- Anjurkan pasien untuk

menggunakan pakaian yang longgar

- Hindari kerutan pada tempat tidur

- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali

- Monitor kulit akan adanya kemerahan

- Oleskan lotion atau minyak/baby oil ada daerah yang tertekan

- Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien

- Monitor status nutrisi pada pasien

- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Insition site care- Membersihkan,

memantau dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan klip atau starples

- Monitor proses kesembuhan area insisi

- Monitor tanda dan gejala infeksi

Page 24: Askep campak

- Bersihkan area sekitar jahitan pada area insisi

- Gunakan preparat antiseptik sesua program

- Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai program

3 Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Napas  deifinis : ketidak mampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Faktor faktor yang berhubungan dengan:

- Lingkungan - Perokok pasif - Mengisap asap- Merokok

- Obstruksi jalan nafas : - spasme jalan nafas- sekresi tertahan- banyaknya mukus- adanya jalan nafas

buatan- sekresi bronkus,

adanya eksudat di alveolus

- adanya benda asing di jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

- tidak ada batuk

NOC

- Respiratory status :Ventilation

- Respiratory status :Airway patency

Kriteria hasil :

- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

- Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab.

- Saturasi O2 dalam batas normal

- Foto thorak dalam batas normal

NICAirway Suction

- Berikan O2 - Identifikasi pada pasien

perlunya memberikan alat bantu napas

- Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

- Lakukan fisioterapi dada jika perlu

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

- Berikan bronkodilator - Monitor status

hemodinamik- Berikan pelembab

udara Kassa basah NaCl Lembab

- Berikan antibiotik - Atur intake untuk

cairan mengoptimalkan keseimbangan.

- Monitor respirasi dan

Page 25: Askep campak

- tidak ada suara tambahan

- dispneu- Penurunan suara

nafas- Orthopneu- Cyanosis- Kelainan suara

nafas (rales, wheezing)

- Kesulitan berbicara- Batuk, tidak efektif

atau tidak ada produksi sputum

- Gelisah- Perubahan frekuensi

dan irama nafas

status O2 - Pertahankan hidrasi

yang adekuat untuk bmengencerkan secret

- Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi

- Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning

- Monitor status oksigen pasien

- Buka jalan nafas dengan teknik head thin chin lift atau jaw thrustbila perlu

- Auskultasi suara nafas sebleum dilakukan suctioning

- Informasikan pada pasien dan keluarga tentang sucktioning

4 Hipertermia definisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran Normal

Faktor faktor yang berhubungan dengan :

- Anestesia- Medikasi- Pemakaian pakaian

yang tidak sesuai dengan lingkungan

- penyakit/ trauma- peningkatan

metabolisme- aktivitas yang berlebih- dehidrasi- peningkatan suhu

tubuh

NOC

- Thermoregulasi

Kriteria hasil:

- Suhu dalam rentang Normal

- Nadi dan RR dalam rentang normal

- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

NIC

Fever Treatment - Monitor suhu sesering

mungkin- Monitor warna dan

suhu kulit- Monitor tekanan darah,

nadi dan RR- Monitor penurunan

tingkat kesadaran-  Monitor WBC, Hb,

dan Hct- Monitor intake dan

output- Berikan anti piretik &

Antibiotik-  Selimuti pasien-  Berikan cairan

Page 26: Askep campak

Batasan Karakteristik

- Konvulsi - Takipnea- kenaikan suhu tubuh

diatas rentang normal- serangan atau konvulsi

(kejang)- kulit kemerahan- pertambahan RR- takikardi- Kulit teraba panas/

hangat

intravena-  Kompres pasien pada

lipat paha dan aksila-  Tingkatkan sirkulasi

udara-  Tingkatkan intake

cairan dan nutrisi-  Monitor TD, nadi,

suhu, dan RR-  Catat adanya fluktuasi

tekanan darah-  Monitor hidrasi seperti

turgor kulit, kelembaban membran mukosa)

- Monitor tanda tanda hipertermi

- Lakukan tapid sponge- Monitor IWL- Monitor Wbc, Hb, Hct- Berikan obat mencegah

terjadinya menggigil- Auskultasi TD pada

kedua lengan- Monitor sianosis perifer- Monitor adanya

cushing triad- Identifikasi perubahan

VS

5 Nyeri akut definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international assotiation for the study of pain ) : awitan yang tiba tiba atau

NOC

- Pain Level- Pain control- Comfort level

Kriteria hasil:- Mampu mengontrol nyeri

(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

NIC

- Pain Management- Lakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

- Observasi reaksi nonverbal dari

Page 27: Askep campak

atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yangb dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

Faktor yang berhubungan :

- Agen injuri (biologi, kimia,fisik, psikologis), kerusakan jaringan

Batasan Karakteristik :

- Sikap tubuh untuk melindungi

- Tingkah laku berhati-hati

- Perubahan tekanan darah

- Perubahan frekuensi pernapasan

- Diaforesis- Laporan isyarat- Gangguan tidur (mata

sayu,tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

-  Terfokus pada diri sendiri

-  Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-

mencari bantuan)- Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

- Tanda vital dalam rentang normal

- Tidak mengalami gangguan tidur

ketidaknyamanan - Bantu pasien dan

keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

- Kurangi faktor presipitasi nyeri

- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

- Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin

- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

- Tingkatkan istirahat-  Berikan informasi

tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

- Analgesik Administration

- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian

Page 28: Askep campak

ulang)-  Respon autonom

(seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)

- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

-  Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)

- Perubahan dalam nafsu makan dan minum

obat- Cek instruksi dokter

tentang jenis obat, dosis, dan frekwensi

- Cek riwayat alergi- Pilih analgesik yang

diperlukan atau kombinasi nanalgesik lebih dari satu

- Tentukan analgesik tergantung beratnya nyeri

- Pilih rute pemberian - Evaluasi efektivitas

analgesik tanda dan gejala

- Berikan analgesik tepat waktu

C. DISCHARGE PLANNING

Menurut NANDA 2015

1. Jalani pola hidup yang bersih dan higienis

2. Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur

bersama.

3. Hindari memencet atau memecahkan lepuhan karena dapat menyebabkan

infeksi sekunder

4. Jangan menggosok atau menyentuh mata sehabis menyentuh lepuhan

karena dapat menyebabkan penyebaran virus kekornea yang

mengakibatkan kebutaan

5. Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh herpes

Page 29: Askep campak

6. Banyak minum air putih

7. Makan makanan yang banyak mengandung nutrisi supaya dapat mebuat

daya tahan tubuh meningkat

8. Berikan imunisasi campak aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih

9. Jika terjadi campak diupayakan untuk mengisolasi penderita untuk

mencegah penularsan

2.3 Tinjauan Kasus

Studi kasus campak dengan kompilkasi infeksi saluran nafas pada klien dewasa :

Seorang ibu dengan nama Ny,” I “ umur 35 tahun mengeluh batuk berat

dan berdahak sejak 3 hari yang lalu, hari ini mulai bertambah sesak, badan panas

menggigil dan muncul bercak kemerahan menyebar keseluruh badan wajah dan

leher, terasa gatal ,nyeri dan panas terlebih saat di garuk, klien sudah berobat ke

puskesmas “ BL” tgl 15 – 9 – 2015 jam 05.30, dan disarankan untuk dirujuk ke

rumah sakit agar mendapat penanganan lebih lanjut , jam 09.00 masuk IGD

RSUD “THB “ dibawa ambulance bersama perawat dan klg dengan kondisi

umum lemah, kesadaran CM, nafas spontan adekuat dengan oksigen 2 liter

permenit, RR 34 x/menit,dangkal, sat 98 %,nafas cuping hidung ( + ),retraksi

dada ( - ), suara nafas tambahan rhonchi ( + ), batuk produktif ( + ), TTV TD :

120 / 80 mmhg, N: 128 x/m, T : 40 C. ruam makulopopular daerah wajah, leher

dan menyebar ke seluruh bagian tubuh dan kedua tangan,berwarna

kemerahan,dan terdapat luka lecet bekas garukan tangan di daerah lengan,

punggung, dan dada. Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit campak

dan batuk berat sebelumnya dan Klien juga belum pernah mendapatkan imunisasi

campak. Klien memiliki anak perempuan usia 4,5 th seminggu yang lalu pernah

menderita penyakit campak dan sudah sembuh dengan dibawa berobat oleh klg

ke puskesmas..sekarang tinggal bekas saja dan kulitnya yang berwarna hitam

sudah mulai terkelupas.

Page 30: Askep campak

Berikut adalah analisa tinjauan kasus dengan menggunakan asuhan keperawatan :

A. Pengkajian

Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny “ I”

Dengan Dx. Medis Campak Dengan Komplikasi Infeksi Saluran Nafas

( Trakeobronkitis Akut Di Unit Igd Rsud “ Thd” Kaltim

Tgl pengkajian : 15 – 9 – 2015 Ruang / unit : IGD

Jam pengkajian : jam 09.00 No. reg : 002356

Tgl mrs : 15 – 9 – 2015 Jam MRS : 09.00

1. Identitas

1) Identitas klien :

Nama : Ny.”I”

Umur : 35 th

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Gol. Darah : --

Alamat : Jl. Flores Bontang Kaltim

2) Identitas penanggung jawab :

Nama : Tn “ H “

Umur : 40 th

Jenis kelamin : laki – laki

Agama : Islam

Pekerjaan : swasta

Alamat : Jl. Flores Bontang Kaltim

Hubungan dengan klien : suami

Page 31: Askep campak

2. Keluhan Utama

Keluhan utama saat MRS dan pengkajian :

Klien mengeluh batuk berat dan berdahak sejak 3 hari yang lalu, hari ini

mulai bertambah sesak, badan panas menggigil dan muncul bercak

kemerahan menyebar keseluruh badan wajah dan leher, terasa gatal ,nyeri

dan panas terlebih saat di garuk.

3. Diagnosa Medis

Diagnose medis : campak dengan komplikasi infeksi saluran nafas

(trankeobronkitis akut )

4. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat penyakit sekarang

Klien mengeluh batuk berat dan berdahak sejak 3 hari yang lalu, hari ini

mulai bertambah sesak, badan panas menggigil dan muncul bercak

kemerahan menyebar keseluruh badan wajah dan leher, terasa gatal ,nyeri

dan panas terlebih saat di garuk, klien sudah berobat ke puskesmas “ BL”

tgl 15 – 9 – 2015 jam 05.30, dan disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit

agar mendapat penanganan lebih lanjut , jam 09.00 masuk IGD RSUD

“THB “ dibawa ambulance bersama perawat dan klg dengan kondisi

umuum lemah, kesadaran CM, nafas spontan adekuat dengan oksigen 2

liter permenit, RR 34 x/menit,dangkal, sat 98 %,nafas cuping hidung

( + ),retraksi dada ( - ), suara nafas tambahan rhonchi ( + ), batuk

produktif ( + ), TTV TD : 120 / 80 mmhg, N: 128 x/m, T : 40O C. ruam

makulopopular daerah wajah, leher dan menyebar ke seluruh bagian

tubuh dan kedua tangan,berwarna kemerahan,dan terdapat luka lecet

bekas garukan tangan di daerah lengan, punggung, dan dada.

2) Riwayat kesehatan yang lalu

Page 32: Askep campak

Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit campak dan batuk

berat sebelumnya dan Klien juga belum pernah mendapatkan imunisasi

campak.

3) Riwayat kesehatan keluarga

Klien memiliki anak perempuan usia 4,5 tahun seminggu yang lalu

pernah menderita penyakit campak dan sudah sembuh dengan dibawa

berobat oleh keluarga ke puskesmas. Sekarang tinggal bekas saja dan

kulitnya yang berwarna hitam sudah mulai terkelupas.

Genogram 3 generasi :

Keterangan :

: Laki-laki ----------- : Keluarga

: Perempuan : Meninggal

: Pasien

4) Pola Fungsi Kesehatan

62 60

8

40

61

15

4245

60

30

35

4,5

Page 33: Askep campak

a. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan

Klien mengatakan belum pernah mendapatkan imunisasi campak

sebelumnya.

b. Pola nutrisi

Nafsu makan klien baik, klien makan 3x sehari dan selalu

menghabiskan porsi makannya

c. Pola eliminasi

Sebelum dan sesudah sakit tidak ada perubahan: BAK 5-6 x/hari

spontan, BAB 1x/hari.

d. Pola aktivitas

-

e. Pola istirahat tidur

-

f. Pola persepsi sensori

-

g. Pola konsep diri

Adanya ruam diseluruh tubuh, dapat mengakibatkan klien malu pada

kondisi tubuhnya saat ini.

h. Pola peran berhubungan

i. Pola mekanisme koping

j. Pola seksual seksualitas

k. Pola nilai dan kepercayaan

5. Pemeriksaan Fisik

Page 34: Askep campak

1. Keadaan umum : tampak lemah Status neurologis : CM , GCS ( E4,V5,M,6)TTV : TD : 120 mmhg,

N: 128 x/m,RR: 34 x/m,T : 40 C

2. Pemeriksaan kepala , dan leher :

a) Kepala

Terdapat ruam makulopapular di daerah wajah dan leher.

- Rambut : warna, disrtibusi, kebersihan, kutu

- Muka bengkak. Eritema timbul dibelakang telinga. Ruam

menyebar keseluruh muka. Lesi pada muka yang cenderung

bergabung

- Mata : normal, tidak ada konjungtivitis.

- Hidung : terdapat coryza (pilek) dan hidung buntu.

- Mulut : -

- Telinga : Eritema dibelakang telinga.

b) Leher :

bercak kemerahan menyebar keseluruh leher, terasa gatal ,nyeri dan panas terlebih saat di garuk

3. B1 ( breath ) :Nafas spontan adekuat dengan oksigenasi 2l/meit, RR : 30 x/m,dangkal, sat 98 %, nafas cuping hidung ( + ), hidung buntu dan pilek, retraksi dada ( - ), suara nafas tambahan ronchi ( + ), batuk produktif / berdahak dengan produksi sputum ( + ), warna putih kental.

4. B2 ( Blood ) :Akral teraba hangat, perabaan nadi kuat, CRT ≤ 2 detik, TD : 120 mmhg, N: 128 x/m, sinus regular dengan S1, dan S2 tunggal.

5. B3 ( Brain ) :

Page 35: Askep campak

Tingkat kesadaran kualitatif : CMTingkat kesadaran kuantitatif : GCS ( E4, V5, M6 )Reaksi pupil isokor 3/2 ( kanan ),3/ 2 ( kiri ), reflek cahaya + / +

6. B4 ( Blader ) :BAK spontan dengan produksi urine 300 cc saat di IGD warna kuning jernih. Di rumah BAK 5-6 x/hari spontan.

7. B5 ( Bowel ) :Membrane mukosa lembab , abdomen supel ,Bising usus 10 x/m, BAB terakhir 1 hari yang lalu warna kuning kecoklatan.

8. B6 ( Bone ) :Kekuatan tonus otot normal

9. System integument :terdapat ruam makulopopular daerah wajah, leher ,seluruh badan dan kedua tangan dengan warna kemerahan, dan luka lecet bekas garukan di daerah lengan, dada dan punggung .

6. Pengobatan Medis

1) Infus RL 1500 cc/menit2) Inj. Antipiretik 3x 1 amp IV3) Neurosanbe drip 1 amp/hari 4) Inj. Ceftriaxone 2x 1 gr IV5) Diet TKTP6) Nebulizer dengan combivent dan Bisolvon 3 kali per hari

7. Pemeriksaan Penunjang

Hasil LAB:HB= 11,0 g/dLTrombosit = 200.000 x 10³ µ/LHCT = 40%Leukosit = 15.000 x 10³ µ/LSputum : dalam sputum terdapat multinucleated giant cell yang khas

Page 36: Askep campak

8. Analisa Data

No Data subyektif dan data obyektif Etiologi Problem1.

2.

3.

Ds: pasien mengeluh batuk, sesak, hidung buntu, pilek.

Do: nafas spontan adekuat dengan oksigen 2 liter permenit, pernapasan dangkal, sat 98 %, nafas cuping hidung (+), retraksi dada (-), suara nafas tambahan rhonchi (+), batuk produktif (+)TD : 120 / 80 mmhg, N: 128 x/m, T : 39O C.RR: 30 x/menit

Ds: pasien mengatakan panas menggigilDo: k/u: cukupTD : 120 / 80 mmhg,N: 128 x/m,T : 39O C

Ds: - pasien mengatakan muncul bercak

kemerahan menyebar keseluruh badan wajah dan leher

- terasa gatal ,nyeri dan panas terlebih saat di garuk.

Do:- ruam makulopopular daerah

wajah, leher dan menyebar ke seluruh bagian tubuh dan kedua tangan

- terdapat luka lecet bekas garukan tangan di daerah lengan, punggung, dan dada

Mukus dalam jumlah berlebihan

Penyakit

Perubahan/ gangguan epidermis dan/ dermis

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Hipertermi

Kerusakan integritas kulit

9. Diagnose dan NIC NOC

Page 37: Askep campak

N

O

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA

HASIL (NOC)

INTERVENSI

(NIC)

1 Ketidak Efektifan

Bersihan Jalan Napas 

b/d Mukus dalam jumlah

berlebihan ditandai dengan:

DS : klien mengatakan :

1. Batuk berat berdahak

sejak 3 hari ang lalu

2. Sesak

DO :

1. TD : 120 / 80 mmhg,

2. N: 128 x/m,

3. T : 39O C.

4. RR: 30 x/menit

5. nafas spontan adekuat

dengan oksigen 2 liter

permenit

6. pernapasan dangkal,

7. sat 98 %

8. nafas cuping hidung

(+)

9. retraksi dada (-),

10. suara nafas tambahan

rhonchi (+)

1. Respiratory

status :Ventilation

2. Respiratory

status :Airway patency

Setelah dilakukan tindakan

Keperawatan selama 2 jam

pasien menunjukkan

keefektifan bersihan jalan

nafas,dibuktikan dengan

kriteria hasil:

1. Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas

yang bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu

(mampu mengeluarkan

sputum, bernafas dengan

mudah, tidak ada pursed

lips)

2. Menunjukkan jalan nafas

yang paten (klien tidak

merasa tercekik, irama

nafas, frekuensi pernafasan

dalam rentang normal,

tidak ada suara nafas

abnormal)

Airway Suction

1. Posisikan pasien untuk

memaksimalkan

ventilasi

2. Lakukan fisioterapi

dada jika perlu

3. Keluarkan sekret

dengan batuk

Auskultasi suara nafas,

catat adanya suara

tambahan

4. Monitor status

hemodinamik

5. Atur intake cairan

mengoptimalkan

keseimbangan.

6. Monitor respirasi dan

status O2Anjurkan

pasien untuk istirahat

dan napas dalam

7. Jelaskan pada pasien

dan keluarga tentang

penggunaan peralatan :

O2, Inhalasi

8. Berikan O2

Page 38: Askep campak

11. batuk produktif (+)

12. batuk tidak efektif

3. Mampu

mengidentifikasikan dan

mencegah faktor yang

penyebab.

4. Saturasi O2 dalam batas

normal

5. Foto thorak dalam batas

normal

9. Berikan bronkodilator

10. Berikan antibiotik

11. Pertahankan hidrasi

yang adekuat untuk

mengencerkan secret

2 Hipertermia b/d penyakit

ditandai dengan :

DS :

1. pasien mengatakan

badan panas menggigil

DO :

1. TD : 120 / 80 mmhg

2. N: 128 x/m,

3. T : 39O C

Thermoregulasi

Kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan

1x24 jam maka,

1. Suhu dalam rentang Normal

2. Nadi dan RR dalam rentang

normal

3. Tidak ada perubahan warna

kulit dan tidak ada pusing

Fever Treatment 

1. Monitor suhu sesering

mungkin

2. Monitor warna dan suhu

kulit

3. Monitor tekanan darah,

nadi dan RR

4. Monitor WBC, Hb, dan

Hct

5. Monitor intake dan

output

6. Kompres pasien pada

lipat paha dan aksila

7.  Tingkatkan intake

cairan dan nutrisi

8. Monitor hidrasi seperti

turgor kulit, kelembaban

membran mukosa)

9. Monitor tanda tanda

Page 39: Askep campak

hipertermi

10. Monitor IWL

11. Berikan anti piretik &

Antibiotik

12.  Berikan cairan

intravena

3 Kerusakan integritas

kulit b/d Perubahan/

gangguan epidermis dan/

dermis ditandai dengan :

Ds:

- pasien mengatakan

muncul bercak

kemerahan menyebar

keseluruh badan wajah

dan leher

- terasa gatal ,nyeri dan

panas terlebih saat di

garuk.

Do:

- ruam makulopopular

daerah wajah, leher dan

menyebar ke seluruh

bagian tubuh dan kedua

tangan.

- terdapat luka lecet

Tissue Integrity :

Skin and Mocous

Membranes

Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan perawatan

1x24 jam maka :

- Integritas kulit yang baik

bisa dipertahankan (sensasi,

elastisitas, temperatur,

hidrasi, pigmentasi)

- Tidak ada luka/lesi pada

kulit

- Perfusi jaringan baik

- Menunjukan pemahaman

dalam proses perbaikan

kulit dan mencegah

terjadinya secara berulang

- Mampu melindungi kulit

dan mempertahankan

kelembaban kulit dan

perawatan alami

Pressure Management

1. Anjurkan pasien untuk

menggunakan pakaian

yang longgar

2. Hindari kerutan pada

tempat tidur

3. Jaga kebersihan kulit

agar tetap bersih dan

kering

4. Monitor kulit akan

adanya kemerahan

5. Oleskan lotion atau

minyak/baby oil ada

daerah yang tertekan

6. Monitor aktifitas dan

mobilisasi pasien

7. Monitor status nutrisi

pada pasien

8. Memandikan pasien

dengan sabun dan air

hangat

Page 40: Askep campak

bekas garukan tangan di

daerah lengan,

punggung, dan dada

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 41: Askep campak

D. Kesimpulan

Penularan penyakit campak adalah dengan melalui droplet jalan pernafasan.

Penyakit ini ditandai dengan periode laten selama 10-14 hari dan 2-3 hari periode

prodromal dengan nafas, batuk, pilek dan konjungtivitis dan dikikuti dengan

timbulnya ruam makulopapuler yang khas. Timbulnya ruam bersamaan dengan

timbulnya respons imun dan permulaan hilangnya virus. Selanjutnya virus

campak masuk kelenjar getah bening yang berada di bawah mukosa. Di sini virus

memperbanyak diri kemudian masuk ke sel-sel jaringan limfe local. Pada pasien

Ny I didapatkan bahwa penyakitnya tertular dari anak ke ibu dengan melalui

droplet. Pada pemeriksaan terdapat data kesenjangan yaitu respirasi rate

meningkat, nadi meningkat, suhu meningkat, terdapat pernafasan cuping hidung,

ruam makulopopular daerah wajah, leher dan menyebar ke seluruh bagian tubuh

dan kedua tangan,berwarna kemerahan,dan terdapat luka lecet bekas garukan

tangan di daerah lengan, punggung, dan dada. Pada pasien Ny I pada stadium

erupsi yang ditandai dengan keluarya ruam yang dimulai dari belakang telinga

menyebar ke wajah, dada, punggung, lengan dan kaki di sertai dengan suhu tubuh

yang lebih meningkat. Berdasarakan studi kasus di atas dapat disimpulkan bahwa

pasien Ny. I yang terdiagnosa campak muncul diagnosa keperawatan, yaitu: 1)

Ketidakefektifan jalan nafas, 2) Hipertermi, 3) Kerusakan integritas kulit.

E. Saran

1. Diharapkan mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan dengan

diagnosa medis campak pada pasien dewasa.

2. Diharapkan mahasiswa dapat merumuskan diagnosa medis keperawatan

dengan campak pada pasien dewasa.

3. Diharapkan mahasiswa dapat mengintervensikan dan mengimplementasikan

dengan campak pada pasien dewasa.

Page 42: Askep campak

DAFTAR PUSTAKA

Hargono, Arief. 2012. Penilaian Atribut Surveilans Campak Berdasarkan Persepsi Petugas Surveilans Puskesmas di Surabaya. http://adln.lib.unair.ac.id. Diakses pada tanggal 14 September 2015 pukul 14.53 WIB

Page 43: Askep campak

Kementrian Kesehatan. 2010. PERMENKES NO.1501/MENKES/PER/X/2010. http://djpp.depkumham.go.id. Diakses pada tanggal 14 September 2015 pukul 12.03 WIB.

LeMone, Priscilla. 2008. Medical-Surgical-Nursing.USA: Prentice Hall

NSW Government Health. 2012. Lembar Fakta Penyakit Menular : Campak. http://health.nsw.gov.au. Diakses pada tanggal 14 September 2015 pukul 11.52 WIB

Nurarif, amin huda, Hardi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaaction Publishing

Puspa, Kartika Dewi, dkk. 2013. Stabilitas Imunoglobulin M (IgM) Campak pada Dried Serum Spots. http://ejournal.litbang.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 14 September 2015 pukul 12.08 WIB

Ranuh , IGN. Dkk. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Ketiga . Jakarta : IDAI

Rohmah, Nikmatur. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Ar ruzz Media

Soegijanto, Soegeng. 2007. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 6. Surabaya : Airlangga University Press

Widoyono . 2011. Penyakit Tropis Epidemologi , Penularan , Pencegahan, dan Pemberantasannya Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga

Yayasan Spiritia. 2007. Lembar Informasi 120: Hasil Tes Lab Normal. http://spiritia.or.id Diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 15.42 WIB.