40
PRESENTASI KASUS POLIKLINIK “Plantar Fasciitis Dextra” Pembimbing : Dr. Hernawan, Sp.S Disusun Oleh : Annisa Noor Anindyasari G4A014074 SMF ILMU PENYAKIT SARAF RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 1

Presus Plantar Fasciitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fascitis plantaris

Citation preview

Page 1: Presus Plantar Fasciitis

PRESENTASI KASUS POLIKLINIK

“Plantar Fasciitis Dextra”

Pembimbing :

Dr. Hernawan, Sp.S

Disusun Oleh :

Annisa Noor Anindyasari G4A014074

SMF ILMU PENYAKIT SARAF

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2016

1

Page 2: Presus Plantar Fasciitis

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS POLIKLINIK

“Plantar Fasciitis Dextra”

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti

Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Saraf

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh :

Annisa Noor Anindyasari G4A014074

Telah disetujui dan dipresentasikan

Pada tanggal, Maret 2016

Pembimbing

dr. Hernawan, Sp.S

2

Page 3: Presus Plantar Fasciitis

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

Kaki dan pergelangan kaki dapat dibagi ke dalam rearfoot, midfoot, dan

forefoot. Rearfoot terdiri dari empat tulang: aspek distal tibia dan fibula (tulang

kaki), kalkaneus (tulang tumit), dan talus. Midfoot ini terdiri dari lima tulang :

cuboid, navicular, dan tiga cuneiforms. Forefoot terdiri dari Sembilan belas

tulang : lima tulang metatarsal dan empat belas falang (gambar 1) (Joshua, 2007).

3

Fibula

Tibia

Rearfoot

Midfoot

Forefoot

Calcaneus

Talus

Navicular

Cuboid

Cuneiforms

Page 4: Presus Plantar Fasciitis

Gambar 1. Bones of the Foot and Ankle

Gambar 2. Superficial Plantar Muscles of the Foot dan Plantar Fascia

Plantar fasia berasal dari tuberositas medial calcaneal, terbagi menjadi medial,

central, dan lateral band yang melekat pada permukaan superior masing-masing dari

abductor hallucis, flexor digitorum brevis, dan abductor digiti minimi musculature.

Fasia kemudian terbagi menjadi lima slip yang melintasi sendi metatarsophalangeal

dan memasukkan ke falang digiti 1-5. Kaki memiliki medial longitudinal arch (MLA)

yang membantu dalam mendistribusikan kekuatan yang berkaitan dengan bantalan

berat. MLA kaki menyerupai dua batang : rear rod (batang belakang) terdiri dari

calcaneus dan talus, dan anterior rod (batang anterior) terdiri dari navicular, tiga

cuneiforms, dan tiga metatarsals pertama. Batang ini terhubung di dasar dari plantar

fascia. Ketika gaya yang diterapkan pada puncak dari MLA, lengkungan menekan,

4

MedialBand

CentralBandLateral

Band

Abductor hallucis

FlexorDigitorumBrevis

AbductorDigitorumMinimi

Page 5: Presus Plantar Fasciitis

dua batang yang terpisah, dan ketegangan didistribusikan di seluruh plantar fascia

(Joshua, 2007).

Gambar 3. Diagram illustrating the Medial Longitudinal Arch. The Calcaneus and

Talus represent the posterior rod; the Navicular, Cuneiforms, and the first three

Metatarsals represent the anterior rod. The Plantar Fascia connects the bases of the

two rods. Dan Diagram illustrating flattening of the Medial Longitudinal Arch,

causing separation of the bases of the anterior and posterior rods, placing an

increased strain on the Plantar Fascia.

Ligamen utama yang membantu dalam mendukung MLA adalah ligamen plantar

panjang dan pendek dan ligamentum calcaneonavicular (spring ligament).

Selama sikap statis MLA didukung oleh plantar fascia, ligamen, dan arsitektur

tulang dari kaki. Selama ambulation akhir, fasia plantar mengasumsikan peran

dinamis dalam konfigurasi ulang baik MLA dan rearfoot dalam persiapan untuk

melangkah (Joshua, 2007).

5

Page 6: Presus Plantar Fasciitis

Gambar 4. Ligaments that aid in supporting the Medial Longitudinal Arch – Plantar

View of the Foot

B. Definisi

Plantar fasciitis (heel-spur syndrome) adalah peradangan dari fibrous band of

tissue (fascia) yang menghubungkan tulang tumit ke dasar jari-jari kaki. Plantar

fasciitis adalah rasa sakit yang disebabkan oleh peradangan pada penyisipan dari

plantar fascia pada prosesus medial tuberositas kalkanealis. Rasa sakit mungkin

substansial, mengakibatkan perubahan aktivitas sehari-hari. Berbagai istilah telah

digunakan untuk menggambarkan plantar fasciitis, termasuk tumit pelari, tumit

tenis, tumit polisi, dan tumit bahkan gonorrheal (Pohl, 2009).

C. Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab plantar fasciitis sering tidak jelas dan mungkin multifaktorial.

Diduga disebabkan adanya mikrotrauma berulang. Faktor resiko meliputi

obesitas, pekerjaan yang membutuhkan berdiri terlalu lama dan berat-bearing,

dan kapalan. Faktor risiko lain dapat secara luas diklasifikasikan sebagai

ekstrinsik (pelatihan kesalahan dan peralatan) atau intrinsik (fungsional,

struktural, atau degeneratif) (Riddle, 2003).

1. Faktor resiko ekstrinsik

6

CalcaneonavicularLigament

Long PlantarLigament

Short PlantarLigament

Page 7: Presus Plantar Fasciitis

Kesalahan pelatihan adalah salah satu penyebab utama dari plantar

fasciitis. Atlet biasanya memiliki sejarah peningkatan jarak, intensitas, atau

durasi aktivitas. Penambahan kecepatan latihan, plyometrics, dan bukit latihan

sangat perilaku berisiko tinggi untuk pengembangan plantar fasciitis.

Menjalankan ruangan pada permukaan empuk buruk juga merupakan faktor

risiko. Atlet dan orang lain yang menghabiskan waktu lama di kaki mereka

harus mengenakan jenis sepatu yang sesuai untuk tipe kaki mereka dan

aktivitas. Sepatu atletik cepat kehilangan sifat bantalan. Atlet yang

menggunakan satu sepatu lebih bersiko daripada yang sering berganti sepatu.

Atlet yang menggunakan sepatu ringan dan minimal empuk (bukan flat )juga

berisiko lebih tinggi terkena plantar fasciitis (Werner, 2010).

2. Faktor risiko Intrinsik

Faktor risiko struktural meliputi pes planus, overpronation, Pes cavus ,

perbedaan panjang kaki, torsi tibial berlebihan kearah lateral, dan femoralis

anteversion berlebihan (Pohl, 2009). Atlet dengan bentuk kaki pes planus

(rendah melengkung) atau pes cavus (tinggi melengkung) telah meningkatkan

tekanan pada fascia plantaris dengan hentakan kaki. Pronasi adalah gerakan

normal selama berjalan dan berlari. Overpronation, di sisi lain, dapat

menyebabkan peningkatan ketegangan pada plantar fascia. Penuaan dan

pengurangan lemak tumit adalah 2 faktor resiko degeneratif untuk plantar

fasciitis (Young, 2015).

D. Epidemiologi

Sebuah survei dari US sepak bola profesional, bisbol, dan dokter tim basket

dan pelatih menemukan bahwa plantar fasciitis merupakan salah satu kaki 5 yang

paling umum dan cedera pergelangan kaki diamati pada atlet profesional.16

Diperkirakan bahwa sekitar 1 juta kunjungan pasien per tahun adalah karena

plantar fasciitis (Riddle, 2003).

7

Page 8: Presus Plantar Fasciitis

Insiden yang tepat dan prevalensi menurut umur plantar fasciitis tidak

diketahui, tetapi kondisi ini terlihat pada orang dewasa dari segala usia dasarnya.

Insiden puncak dapat terjadi pada wanita berusia 40-60 tahun. Insiden meningkat

ada pada pasien dengan spondyloarthropathies tertentu (misalnya, ankylosing

spondylitis), yang sering hadir pada pasien berusia 20-40 tahun. Perempuan

dipengaruhi oleh plantar fasciitis dua kali lebih sering dibandingkan dengan pria.

Pada dewasa muda, rasio kejadian sama pada kedua jenis kelamin. Ras dan etnis

memainkan peran dalam kejadian plantar fasciitis.

E. Patofisiologi

Disfungsi biomekanis kaki adalah penyebab paling umum dari plantar

fasciitis, namun, infeksi, neoplasma, rematik, kondisi sistemik neurologis,

trauma, dan lainnya dapat menjadi penyebab. Kelainan patologi merupakan

perkembangan sekunder dari mikrotrauma (microtears), yang mengakibatkan

kerusakan pada antarmuka kalkanealis-fasia sekunder penekanan berulang dari

tahanan berat (Young, 2015).

Peregangan berlebihan fasia plantar dapat mengakibatkan mikrotrauma, baik

sepanjang perjalanannya atau dimana ia memasukkan ke tuberositas kalkanealis

medial. Microtrauma ini, jika berulang, dapat menyebabkan degenerasi kronis

dari serat plantar fascia. Pemuatan jaringan degeneratif dan penyembuhan pada

plantar fascia dapat menyebabkan nyeri plantar yang signifikan, terutama pada

beberapa langkah pertama setelah tidur atau periode lainnya (Young, 2015).

Studi telah memperkenalkan konsep etiologi fasciosis sebagai patologi.

Fasciosis, seperti tendinosis, didefinisikan sebagai suatu kondisi degeneratif

kronis yang ditandai dengan hipertrofi histologis fibroblastik, tidak adanya sel-

sel inflamasi, kolagen tidak teratur, dan hiperplasia vaskular dengan zona

avascular. Perubahan ini menunjukkan kondisi peradangan dan disfungsi

pembuluh darah. Dengan vaskularisasi berkurang dan kompromi dalam aliran

8

Page 9: Presus Plantar Fasciitis

gizi ke fascia berkurang, menjadi sulit bagi sel untuk mensintesis matriks

ekstraselular yang diperlukan untuk perbaikan dan renovasi (Young, 2015).

Sebagian besar fasciitis plantaris disebabkan ketidakseimbangan biomekanik

yang menyebabkan pronasi abnormal. Contoh pasien dengan pes varus flexible

dapat terjadi pada struktur kaki yang awalnya normal, tapi dengan berat badan

yang besar, dapat menunjukan pronasi yang hebat. Saat pasien berdiri plantar

akan fleksi dan adduksi, calcaneus akan menekan. Pronasi akan meningkatkan

tekanan pada fascia plantaris. Bagian terlemah fascia plantaris adalah insersio

fascia plantaris, bukan serabutnya (karena kekuatan tertinggi peregangan

berada pada serabut fascia).

Ketika berdiri dan semua berat badan bertumpu pada kaki, telapak kaki datar,

dan fascia plantaris menjadi tegang. Fasciitis plantaris terjadi ketika berat badan

yang disokong kaki, sangat besar sehingga fascia plantaris bergerak menjauhi

tulang tumit. Rasa sakit pada fasciitis plantaris tidak menggambarkan berapa

tajam spur tumit, tapi menggambarkan tekanan yang sangat besar pada fascia

plantaris saat berdiri (menahan berat badan). Fascia plantaris yang sangat tegang

yang dapat menyebabkan robekan dari bawah tumit (McMillan, 2009).

Saat membicarakan biomekanik heel spur syndrome, penting untuk

mengerti definisi dari ’berat mekanikal’ (berat badan + berat barang yang

dibawa). Besarnya tekanan pada permukaan kaki, frekuensi terpaparnya, dan

lama terpaparnya, membedakan tingkat fasciitis plantaris. Awal terkenanya

fasciitis plantaris masingmasing berbedabeda pada setiap orang. Contohnya pada

pelari jarak jauh, frekuensi terpaparnya berat dan tekanan pada permukaan kaki

merupakan penyebab utama yang menyebabkan fasciitis plantaris. Untuk pekerja

pabrik, lamanya berdiri, durasi terpaparnya berat merupakan penyebab utama

terjadinya fasciitis plantaris. Biasanya orang yang menderita fasciitis plantaris

tidak hanya memiliki satu penyebab saja (Young, 2015).

9

Page 10: Presus Plantar Fasciitis

F. Penegakan Diagnosis

1. Gejala

Ciri khas dari plantar fasciitis adalah riwayat nyeri tumit intens tajam

dengan beberapa langkah pertama di pagi hari atau setelah aktivitas lain tanpa

menahan beban. Segera setelah berjalan beberapa saat, nyeri yang dirasakan

biasanya berkurang, tetapi mungkin akan terasa nyeri kembali setelah berdiri

beberapa lama atau setelah bangun dari posisi duduk. Nyeri yang dialami

terutama pada permukaan plantar kaki di aspek anterior dari kalkaneus, tetapi

dapat menyebar proksimal dalam kasus yang lebih parah. Awalnya, rasa sakit

berkurang dengan ambulasi atau pemanasan atletik, tetapi kemudian

meningkat sepanjang hari dengan meningkatnya aktivitas. Selain nyeri,

pasien mungkin mengeluh kekakuan pada kaki dan pembengkakan lokal di

bagian tumit. Setiap faktor pencetus harus diidentifikasi jika memungkinkan.

Tanyakan pasien apa yang membuat rasa sakit lebih buruk dan apa yang

membuatnya lebih baik (McPoil, 2008).

2. Pemeriksaan Fisik

Rasa sakit dari plantar fasciitis biasanya dapat direproduksi dengan

meraba tuberkulum plantar-medial kalkanealis di lokasi penyisipan fasia

plantar pada tulang tumit. Rasa sakit akan melokalisasi langsung di bawah

tulang tumit atau bahkan di bagian tengah dari lengkung plantar. Palpasi

dilakukan pada tuberculum calcaneus medialis akan menimbulkan rasa

sakit. Dalam kasus yang lebih parah, nyeri dapat direproduksi oleh palpasi

atas bagian proksimal dari plantar fascia (Boberg, 2001).

Tendon Achilles yang spasme (seperti dalam talipes equinus)

umumnya merupakan temuan sekunder dan biasanya memberikan kontribusi

untuk patologi, dorsofleksi pergelangan kaki mungkin terbatas sebagai

hasilnya. Temuan lain mungkin termasuk deformitas berbagai perubahan

kulit, dan jenis kaki datar atau pes planus, overpronation, cavus pes atau

10

Page 11: Presus Plantar Fasciitis

tinggi melengkung tipe kaki, kaki-panjang perbedaan, torsi tibial berlebihan

lateral, dan femoralis anteversion berlebihan (Boberg, 2001).

Untuk memastikan bahwa pasien tidak rancu dengan bursitis atau

tendonitis Achilles retrocalcaneal, dokter juga harus meraba aspek posterior

dari tumit dan pergelangan kaki untuk mencari kelembutan. Pemeriksaan

vaskular meliputi palpasi pada kaki dan pergelangan kaki pulsa. Tes Perthes

dapat digunakan untuk menentukan apakah varicosities berliku-liku

berkontribusi pada nyeri tumit medial. Dalam tes ini, manset tekanan darah

meningkat hanya proksimal ke pergelangan kaki pada tekanan di bawah

tekanan sistolik pasien, menyebabkan kendurnya varicosities gejala yang

mungkin penjebakan saraf tibialis atau menyebabkan klaudikasio-jenis

gejala.

Gambar. Pemeriksaan palpasi

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk mencari

kemungkinan arthritis, tetapi tidak dapat dipakai sebagai pembuktian

sebagai arthritis. Rontgen biasanya diperlukan untuk mendiagnosis plantar

fasciitis untuk menyingkirkan tumor tulang atau fraktur. Studi pencitraan

mungkin dapat membantu dalam menentukan sejauh mana kondisi atau

11

Page 12: Presus Plantar Fasciitis

dalam menegakkan diagnosis jika gangguan lain diduga sebagai penyebab

pasien nyeri tumit (Mahowald, 2011).

a. Rontgen

Rontgen polos sering digunakan utnuk mengetahui apakah ada

kelainan pada tulang. Sekitar 50% dari pasien bergejala dan 20% dari

pasien asimtomatik memiliki taji tumit yang menyebabkan nyeri pada

tumit. Radiografi lateral untuk menyingkirkan kemungkinan adanya

tumor.

Gambar 2. Foto polos plantar fasciitis

b. Magnetic resonance imaging

MRI digunakan untuk membantu konfirmasi fasciitis plantaris tapi bisa

juga tidak digunakan untuk konfirmasi fasciitis plantaris. Pada MRI

ditemukan penebalan fascia. MRI merupakan standar untuk mengetahui

adanya fraktur, ruptur fascia plantaris atau infeksi. Ultrasound dapat

digunakan sebagai alat diagnosis untuk melihat ketebalan fascia. Pada

penelitian ditemukan fascia yang menebal 2 kali lipat (5,2 mm) pada

pasien dengan sakit tumit dibandingkan dengan kontrol (2,6 mm).4,9

12

Page 13: Presus Plantar Fasciitis

G. Diagnosa Banding

Selain kondisi yang tercantum dalam diagnosis diferensial, masalah lain yang

perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

1. 1. Neurologic causes (entrapment syndromes) Radiating burningpain, numbnessand tingling,especially at night

1. Neurologic causes

a) Entrapment syndrome

b) Tarsal tunnel syndrome

2. Skeletal causes

a) Calcaneal stress fracture activity

b) Paget's disease

c) Tumor

d) Calcaneal apophysitis (Sever's disease

3. Soft tissue causes

a) Fat pad syndrome

b) Heel bruise

c) Bursitis

d) Plantar fascia rupture

e) Tendonitis

f) Plantar

H. Penatalaksanaan

Penanganan fascitis plantar dibagi dua, yaitu konservatif dan operatif. Sebelum

diputuskan melakukan tindakan operasi sebaiknya dilakukan tindakan

konservatif terlebih dahulu. Hampir sebagian besar, rasa sakit pada fasciitis

plantaris dapat dihilangkan dengan pengobatan konservatif. Sebagian lagi

memerlukan tindakan operatif. Walau tidak semua rasa sakit dapat hilang pada

pengobatan konservatif.

13

Page 14: Presus Plantar Fasciitis

1. Konservatif

Pengobatan konservatif fasciitis plantaris ditujukan untuk mengatasi

komponen inflamasi yang menyebabkan ketidaknyamanan dan faktor

biomekanik yang menyebabkan gangguan. Edukasi pasien sangat penting.

Pasien harus mengerti penyebab dari rasa sakit termasuk faktor biomekanik.

Langkahlangkah penanganan konservatif dapat dikategorikan sebagai

berikut: Teknik penggunaan taping, penggunaan sepatu athletic, Stretching

(Peregangan) dan Straigthening (Pelurusan) Penunjang Arch (bentuk kaki)

dan Orthotics, Night Splints, AntiInflammatory Agents, Iontophoresis dan

Corticosteroid Injections

a. Teknik penggunaan taping

Penggunaan teknik taping untuk mengurangi rasa sakit akibat fasciitis

plantaris. Rasa sakit secara signifikan dapat dikurangi dengan

perlindungan pembatasan pergerakan kaki.

a) Penempatan tape strip ukuran 11/2 inch. Putari metatarsal, tutupi areal

medial dan pinggiran kaki lateral.

b) Gunakan tape ukuran 1 inch. Mulai dari metatarsal kepala ke lima,

diikuti dengan sekeliling lateral kemudian putari calcaneous dan

silangi ke posisi mulamula

c) Ulangi langkah diatas, mulai dan akhiri pada kepala metatarsal

pertama

d) Alternatif bentuk silang 3 kali setiap posisi.

e) Tutup permukaan plantar dengan 11/2 inch tape.

f) Akhiri dengan menutupi seluruh permukaan tape dengan 2 lapis tape

lagi. Penggunaan sepatu athletic

14

Page 15: Presus Plantar Fasciitis

Gambar 3. Teknik Penggunaan Taping

Penggunaan sepatu yang tepat juga dapat membantu mengurangi rasa

sakit. Pada penderita yang memiliki telapak kaki rata, sepatu khusus

untuk mengatur pergerakan atau sepatu yang lebih lebar longitudinalnya

bisa membantu. Beberapa pasien menggunakan sepatu yang kekecilan,

yang bisa mengakibatkan gejalagejala sakit pada kaki. Pasien disarankan

untuk merubah aktifitas seharihari, seperti memakai sepatu athletic yang

sesuai dengan lengkung medial ketika berjalan. Pasien diberikan

bantalan logitudinal metatarsal pada kunjungan pertama, tebalnya 14

inchi, yang diukur dari distal tuberkel calcaneus medial sampai 0,5 cm

proksimal dari ujung metatarsal. Bagian yang medial dibuat lebih tebal

dibanding lateral. Bantalan ini berguna untuk mengurangi pronasi

(McPoil, 2008).

b. Stretching (Peregangan) dan Straigthening (Pelurusan)

Peregangan tendon achilles berguna sebagai terapi tambahan pada

fasciitis plantaris. Cara pertama dengan meletakan papan diatas sebuah

batubata. Cara kedua dengan mendorong dinding, yaitu meletakan kaki

pertama 6 inchi dari dinding dan kaki yang lainnya setinggi 2 feet dari

dinding, dan kemudian gerakan kedepan dinding sambil mempertahankan

kedua tumit berada pada lantai. Ketiga dengan Prostretch. Keempat

dengan night splint (Alfredson, 2005).

15

Page 16: Presus Plantar Fasciitis

Gambar . Latihan mendorong dinding untuk stretching (peregangan)

otot Gastrocnemius kanan dan otot Soleus kiri.

Gambar . Naik tangga dan Berdiri di Papan miring

16

Page 17: Presus Plantar Fasciitis

Gambar. Macam-Macam Cara Stretching

c. Penggunaan sepatu athletic

Penggunaan sepatu yang tepat juga dapat membantu mengurangi rasa

sakit. Pada penderita yang memiliki telapak kaki rata, sepatu khusus

untuk mengatur pergerakan atau sepatu yang lebih lebar longitudinalnya

bisa membantu. Beberapa pasien menggunakan sepatu yang kekecilan,

yang bisa mengakibatkan gejalagejala sakit pada kaki. Pasien disarankan

untuk merubah aktifitas seharihari, seperti memakai sepatu athletic yang

sesuai dengan lengkung medial ketika berjalan. Pasien diberikan

bantalan logitudinal metatarsal pada kunjungan pertama, tebalnya 14

inchi, yang diukur dari distal tuberkel calcaneus medial sampai 0,5 cm

proksimal dari ujung metatarsal. Bagian yang medial dibuat lebih tebal

dibanding lateral. Bantalan ini berguna untuk mengurangi pronasi.

d. Night Splints

17

Page 18: Presus Plantar Fasciitis

Penggunaan night splints pada gambar (orthosis) pada malam hari

dan mempertahankan kaki pada sudut 90 derajat atau lebih dari

pergelangan kaki telah digunakan sebagai terapi tambahan pada fasciitis

plantaris. Balut gips ini mencegah kontraksi fascia plantar saat pasien

tidur. Berdasarkan penelitian pada pasien yang diterapi dengan balut

gips, 83% pasien mengatakan rasa sakitnya menghilang. Faktor

biomekatik yang menyebabkan gerakan pronator abnormal yang menekan

bagian medial fascia plantar harus dihilangkan. Latihan peregangan

dilakukan pada kedua kaki selama 68 minggu, lalu dievaluasi kembali

(McPoil, 2008).

Gambar. Night splints

e. AntiInflammatory Agents

Setiap malam selama 1014 hari, pasien mengkompres tumit dengan es

selama 15 sampai 20 menit sebelum tidur. Alternatif lain berupa pijat

fascia plantar dengan es selama 15 menit per hari dalam 2 minggu. Bila

pasien tidak mempunyai kontraindikasi nonsteroidal antiinflamasi

(NSAID), NSAID dapat diberikan selama 6 8 minggu

f. Iontophoresis

18

Page 19: Presus Plantar Fasciitis

Iontophoresis adalah penggunaan kejutan listrik dari stimulasi galvanic

bervoltase rendah, berguna untuk merubah kortikosteroid menjadi lebih

lunak. Sebuah studi oleh Gudeman menyatakan bahwa penggunaan

iontophoresis menunjukan kemajuan yang berarti setelah penerapan

dalam 2 minggu tapi tidak ada perubahan setelah penerapan di minggu

ke6.

g. Injeksi Kortikosteorid

Injeksi kortikosteroid harus dihindari pada awal terapi fasciitis

plantaris. Kortikosteroid hanya digunakan sebagai terapi tambahan pada

fasciitis plantaris kronik. Setelah melakukan kontrol biomekanik. Injeksi

ini dapat menyebabkan hilangnya lapisan lemak jika digunakan tidak

benar. 3 ml NSAID yang dicampur dengan 1% lidokain, 0,5% marcaine,

dan 1 ml triamcinolone (40 mg per mL) diinjeksikan sekitar processus

medual tuberositas calcaneus. Pengunaan radiografik digunakan sebagai

alat bantu untuk mengetahui tempat injeksi.8 Injeksi kortikosteroid

diberikan kepada pasien yang tidak berespon terhadap program

peregangan dan/atau memakai sepatu yang cocok atau orthosis.7,8

Berdasar penelitian, injeksi intralesi kortikosteroid lebih efektif dan

harganya lebih efektif daripada terapi extracorporeal shockwave yang

telah diberikan dalam waktu lebih dari 5 minggu (Porter, 2005).

Injeksi kortikosteroid disuntikan dengan jarum ukuran 22, panjang 1,5

inchi (3,8 cm) untuk menyuntikan 4 mL anestesi lokal (contohnya

lidokain) dan 1 ml (40 mg) kortikosteroid (contoh methylprednisolone).

Palpasi bagian anterior tuberkel calcaneus plantar medial dan masukan

jarum pada sisi ini. Masukan jarum sampai mencapai bagian anterior

distal dari tuberositas calcaneus medial plantar, lalu injeksikan. Jangan

menyuntikan pada bagian superfisial pada bagian subkutan, karena injeksi

kortikosteroid pada lapisan lemak superfisial dapat menyebabkan

nekrosis dan atrofi, menyebabkan telapak kaki tidak dapat merasakan

19

Page 20: Presus Plantar Fasciitis

tekanan. Studi telah melaporkan angka keberhasilan 70% atau lebih baik.

suntikan kortikosteroid telah terbukti memperbaiki gejala pada 1 bulan

tetapi tidak pada 6 bulan. Disarankan untuk tidak memberikan lebih dari

3 suntikan steroid dalam waktu satu tahun (Boberg, 2001).

Risiko umum yang terlibat dengan penggunaan kortikosteroid

termasuk atrofi kulit, hipopigmentasi kulit, jaringan lunak atrofi, infeksi,

perdarahan, dan kegagalan untuk bekerja. Sebuah flareup steroid, yang

terdiri dari peningkatan rasa sakit hingga beberapa hari, dapat terjadi pada

sampai dengan 2% dari individu-individu yang menggunakan

kortikosteroid. Disfungsi nervus perifer dapat terjadi jika anestesi lokal

diinjeksikan dekat atau di nervus plantar medial pada nervus tibia cabang

calcaneus. Potensi risiko injeksi kortikosteroid termasuk pecahnya plantar

fascia, yang ditemukan pada hampir 10% pasien setelah injeksi plantar

fascia dalam satu rangkaian kasus, dan atrofi lemak pada jangka panjang

gejala sisa yang ditemukan pada sekitar 50 % dari pasien dengan plantar

fascia pecah (Khan, 1999).

Penempatan yang tidak tepat suntikan kortikosteroid untuk plantar

fasciitis dapat menyebabkan nekrosis dan atrofi pad lemak plantar di

tumit. Komplikasi ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang signifikan dan

tingkat aktivitas menurun untuk pasien. Pendarahan atau memar pada

umumnya diharapkan hanya pada pasien yang telah gangguan perdarahan

atau mengambil antikoagulan. Infeksi pada tempat suntikan jarang terjadi,

tapi mungkin. Selain teknik steril untuk prosedur itu sendiri, pasien perlu

menjaga kebersihan kaki baik setelah injeksi. Reaksi alergi terhadap obat

disuntikkan jarang, tapi mungkin (Tasto, 2006).

Injeksi intravaskular berpotensi menyebabkan disfungsi jantung

sebagai akibat dari toksisitas melekat agen anestesi lokal. Disfungsi saraf

perifer adalah mungkin jika anestesi lokal disuntikkan baik dekat atau di

dalam saraf plantar medial atau cabang kalkanealis dari saraf tibialis.

20

Page 21: Presus Plantar Fasciitis

Pada pasien diabetes, elevasi transien kadar glukosa darah dapat terjadi

setelah injeksi kortikosteroid. Injeksi kortikosteroid dapat dilakukan

selama kehamilan, meskipun keamanan untuk penggunaan selama

kehamilan belum ditetapkan. Dengan pasien anak, memperoleh

persetujuan dari orang tua atau wali hukum sebelum melanjutkan dengan

pemeriksaan atau suntikan apapun (Tasto, 2006).

h. Extracorporeal Shock-Wave Therapy

ESWT telah diusulkan sebagai pilihan pengobatan untuk plantar

fasciitis. Terapi jaringan dengan tekanan tinggi gelombang suara dengan

mekanisme kerjanya yang untuk (1) merangsang aliran darah untuk

respon imun menguntungkan, (2) merangsang penyembuhan, dan (3)

menutup jalur nyeri saraf melalui gate-control theory. Meskipun ESWT

belum secara definitif terbukti efektif, telah disetujui oleh US Food and

Drug Administration (FDA) untuk pengobatan plantar fasciitis dan tenis

elbow.

2. Pembedahan

21

Page 22: Presus Plantar Fasciitis

Tabel. Alasan diakukan dan tidak dilakukan operasi

Alasan dilakukan operasi Alasan untuk tidak dilakukan operasi

a. Pasien telah melakukan terapi non operasi minimal 6 bulan, dan tidak ada perbaikan rasa sakit.

b. Sakit tumit mengganggu aktifitas atau alasan sebagai atlit atau program latihan.

c. Pasien tidak dapat atau merasa tidak sanggup melakukan tindakan non operasi selama 6 sampai 12 bulan.

d. Pekerjaan atau hobi pasien yang mengharuskan pasien dalam waktu yang cukup lama.

a. Terapi non operasi berhasil memperbaiki rasa sakit.

b. Pasien telah berhasil dengan melakukan tindakan non operasi dalam waktu kurang dari 6 bulan.

c. Pasien bersedia dan sanggup untuk melakukan tindakan non operasi dalam 6 sampai 12 bulan dan melihat hasilnya dapat mengatasi rasa sakit atau tidak

d. Pekerjaan atau hobi pasien tidak berpengaruh terhadap rasa sakit tumit.

e. Status kesehatan pasien berisiko

a) Fasciotomy

Dalam 5-10% dari kasus plantar fasciitis, operasi mungkin diperlukan.

Hal ini diperuntukkan bagi mereka dalam siapa 6-12 menyeluruh bulan

pengobatan konservatif telah gagal. Plantar fascia release-dilakukan oleh

sectioning sebagian atau seluruh fasia melalui terbuka atau endoskopi

prosedur-telah menjadi andalan pengobatan. Namun, parsial dan,

khususnya, total rilis hasil plantar fascia di ketidakstabilan kolom medial

kaki, bersama dengan kelebihan lateral kolom dan rasa sakit (Tasto,

2006)

Secara keseluruhan, rilis bedah memiliki tingkat keberhasilan 70-90%

dalam mengobati pasien dengan kondisi ini. Sebuah studi oleh Bazaz dan

22

Page 23: Presus Plantar Fasciitis

Ferkel menemukan bahwa rilis fascia plantaris endoskopi disediakan hasil

meningkat secara signifikan untuk pasien, khususnya yang dengan gejala

berat yang kurang. Komplikasi Potensi intervensi bedah meliputi

mendatarkan lengkungan longitudinal dan tumit hypoesthesia, dalam

penambahan komplikasi yang terkait dengan pecahnya plantar fascia dan

suntikan kortikosteroid. Regangan longitudinal arch tampaknya account

selama lebih dari 50% dari komplikasi kronis. USG-dipandu perkutan

fasciotomy teknik yang dapat mengobati plantar fasciitis persisten telah

dijelaskan. Teknik ini berpotensi akan memungkinkan fasciotomy yang

akan dilakukan dalam suasana kantor (Young, 2001).

b) Percutaneous Prosedur

1) Cryosurgery

Cryosurgery merupakan teknik yang relatif baru di mana cryoprobe

kecil dimasukkan percutaneously dan digunakan untuk

menghancurkan jaringan patologis atau sel pada suhu mencapai -70 °

C. Sebuah studi prospektif dari 61 kasus menunjukkan bahwa

modalitas ini merupakan pengobatan yang efektif untuk plantar

fasciitis setelah gagal konservatif manajemen. Sebuah studi yang

lebih besar dari studi dari 137 meter melaporkan tingkat keberhasilan

77% dengan cryosurgery pada 2-tahun follow up (McPoil, 2008).

2) Bipolar radiofrequency microdebridement

Teknik lain perkutan relatif baru adalah Topaz bipolar frekuensi radio

microdebridement, yang menerapkan pulsa bipolar frekuensi radio ke

plantar fascia. Dibandingkan dengan intervensi bedah tradisional,

teknologi baru ini telah menghasilkan hasil yang setara, dengan

keunggulan morbiditas menurun, nyeri sebelumnya, kurangnya

infeksi luka, tidak adanya nyeri lateral kolom, dan sebelumnya waktu

untuk menahan beban. Ablasi saraf radiofrequency mengakibatkan

23

Page 24: Presus Plantar Fasciitis

perbaikan yang signifikan dalam skor VAS pada 1 minggu, 1 bulan, 3

bulan, dan 6 bulan (Young, 2015).

3. Pencegahan

Pendidikan adalah sarana yang paling penting untuk mencegah plantar

fasciitis. Instruksikan atlet dengan plantar fasciitis untuk pemanasan cukup

sebelum memulai aktivitas, terus peregangan program, dan es turun setelah

aktivitas. Pasien mungkin perlu untuk mengurangi berjalan mereka

sementara, kemudian, mereka dapat melanjutkan tingkat sebelumnya

aktivitas mereka pada kebijaksanaan dokter dan terapis fisik.

Pastikan bahwa olahraga yang berpikiran pasien memakai sepatu yang

tepat dan perubahan ke sepasang baru setiap 250-500 mil (400-800 km).

Bergantian antara 2 pasang sepatu tampaknya membantu beberapa atlet

dengan membiarkan bantalan dalam sepatu untuk pulih lebih lengkap antara

berjalan. Bantalan yang memadai, kekakuan satunya yang tepat, dan

dukungan lengkungan yang tepat semua dapat membantu meringankan

gejala.

I. Prognosis

Sekitar 80% dari kasus plantar fasciitis menyelesaikan secara spontan oleh 12

bulan, 5% dari pasien akhirnya menjalani operasi untuk rilis plantar fascia karena

semua tindakan konservatif telah gagal. Untuk atlet khususnya, resolusi lambat

dari plantar fasciitis dapat menjadi masalah yang sangat frustasi. Orang-orang ini

harus berhati-hati untuk tidak mengharapkan resolusi semalam, terutama jika

mereka memiliki lebih sakit kronis atau jika mereka melanjutkan kegiatan

mereka. Umumnya, nyeri tersebut sembuh dengan pengobatan konservatif

(Young, 2015).

Meskipun tidak ada kematian terkait dengan kondisi ini, morbiditas yang

signifikan dapat terjadi. Pasien mungkin mengalami nyeri plantar progresif,

menyebabkan pincang (kiprah antalgic) dan pembatasan kegiatan seperti berjalan

dan berlari. Selain itu, perubahan berat badan-bantalan pola yang dihasilkan dari

24

Page 25: Presus Plantar Fasciitis

sakit kaki dapat menyebabkan cedera sekunder yang terkait dengan sendi pinggul

dan lutut (Woelffer, 2000).

DAFTAR PUSTAKA

25

Page 26: Presus Plantar Fasciitis

Alfredson H, Lorentzon R. Chronic Achilles tendinosis: recommendations for treatment and prevention. Sports Med. Feb 2000;29(2):135-46.

Boberg J, Dauphinee D. Plantar Heel. In: Banks AM, Downey D, Martin S, Miller. McGlamry's Comprehensive Textbook of Foot and Ankle Surgery. 1. 3. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001:471.

Joshua, Dubin. Evidence Based Treatment for Plantar Fasciitis. 2007.

Khan KM, Cook JL, Bonar F, Harcourt P, Astrom M. Histopathology of common tendinopathies. Update and implications for clinical management. Sports Med. Jun 1999;27(6):393-408.

Khan KM, Cook JL, Kannus P, Maffulli N, Bonar SF. Time to abandon the "tendinitis" myth. BMJ. Mar 16 2002;324(7338):626-7.

Mahowald S, Legge BS, Grady JF. Korelasi antara ketebalan plantar fascia dan gejala plantar fasciitis. J Am Podiatr Med Assoc . Sep 2011, 101 (5) :385-9.

McMillan AM, Landorf KB, Barrett JT, Menz HB, Bird AR. Diagnostik pencitraan untuk nyeri tumit kronis plantar:. Review sistematis dan meta-analisis Res Foot Ankle J . 13 November 2009,. 02:32

McPoil TG, Martin RL, Cornwall MW, Wukich DK, Irrgang JJ, Godges JJ. Heel pain--plantar fasciitis: clinical practice guildelines linked to the international classification of function, disability, and health from the orthopaedic section of the American Physical Therapy Association. J Orthop Sports Phys Ther. Apr 2008;38(4):A1-A18.

Pohl MB, Hamill J, Davis IS. Biomechanical and anatomic factors associated with a history of plantar fasciitis in female runners. Clin J Sport Med. Sep 2009;19(5):372-6.

Riddle DL, Pulisic M, Pidcoe P, Johnson RE. Risk factors for Plantar fasciitis: a matched case-control study. J Bone Joint Surg Am. May 2003;85-A(5):872-7.

Tasto JP. The Use of Bipolar Radiofrequency Microtenotomy in the Treatment of Chronic Tendinosis of the Foot and Ankle. J Tech Foot Ankle Surg. 2006;5(2):110-116.

26

Page 27: Presus Plantar Fasciitis

Werner RA, Gell N, Hartigan A, Wiggerman N, Keyserling WM. Risk factors for plantar fasciitis among assembly plant workers. PM R. Feb 2010;2(2):110-6; quiz 1 p following 167

Woelffer KE, Figura MA, Sandberg NS, Snyder NS. Five-year follow-up results of instep plantar fasciotomy for chronic heel pain. J Foot Ankle Surg. Jul-Aug 2000;39(4):218-23.

Young Craig C, Rutherford DS, Niedfeldt MW. Treatment of plantar fasciitis. Am Fam Physician. Feb 1 2001;63(3):467-74, 477-8.

Young, Craig C, et al,. 2015. Plantar Fasciitis. Medscape

27