85
PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA MAKASSAR PADA PASAR TRADISIONAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh NUR ALAM 105 337694 14 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA MAKASSAR

PADA PASAR TRADISIONAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

NUR ALAM

105 337694 14

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

Page 2: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Alam

NIM : 105 33 7694 14

Prodi : Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Prinsip Kerja Sama dalam Penggunaan Bahasa Makassar pada Pasar

Tradisional

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji

adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh

siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila

pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Juni 2018

Yang membuat pernyataan

Nur Alam

Page 3: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Alam

Nim : 105 33 7694 14

Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan

menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing

yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2, dan 3, saya akan bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Juni 2018

Yang membuat perjanjian

Nur Alam

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Munirah, M.Pd.

NBM. 951 576

Page 4: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Tidak akan ada kesuksesan tanpa adanya doa dan usaha.

Akan selalu ada ujian dalam hidup, jika Anda gagal jangan berhenti jadikan

sebagai pengalaman untuk bisa bangkit kembali dan berusaha lagi dan lagi.

Kupersembahkan karya ini untuk:

Ibuku, saudar-saudaraku, dan teman-teman terbaikku, atas doa dan dukungannya untuk

penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Page 5: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

ABSTRAK

Nur Alam. 2018. Prinsip Kerja Sama dalam Penggunaan Bahasa Makassar pada

Pasar Tradisional. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I

Syafruddin dan pembimbing II Aliem Bahri. Prinsip kerja sama merupakan prinsip yang

dijadikan pedoman ketika melaksanakan aktivitas komunikasi, dengan menerapkan

empat maksim di dalamnya, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi

dan maksim cara. Percakapan yang terjadi dalam interaksi antara penjual dan pembeli di

pasar tradisional mengandung unsur kesesuaian dan pelanggaran terhadap prinsip kerja

sama, sehingga menarik perhatian peneliti untuk membuat penelitian dalam kajian

pragmatik. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) Mendeskripsikan dan menjelaskan

penggunaan prinsip kerja sama oleh penjual dan pembeli dalam proses jual beli di pasar

tradisional, dan (2) Mendeskripsikan dan menjelaskan pelanggaran yang terjadi dalam

penerapan prinsip kerja sama oleh penjual dan pembeli pada proses jual beli di pasar

tradisional. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penelitian ini difokuskan

pada permasalahan prinsip kerja sama yang digunakan dalam percakapan antara penjual

dan pembeli di pasar tradisional dengan menggunakan metode dan teknik sebagai upaya

dalam mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah metode simak dengan

teknik rekam dan teknik catat atau taking note method dengan melakukan

pengelompokan kode data ke dalam sebuah tabel sesuai maksim-maksimnya. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa data pelanggaran terhadap prinsip kerja sama dalam

penggunaan bahasa Makassar pada pasar tradisional lebih besar dari pada data yang

menerapkan prinsip kerja. Jumlah keseluruhan data yang sesuai dengan prinsip kerja

sama sebanyak 10 dialog sedangkan jumlah keseluruhan data yang melanggar prinsip

kerja sama sebanyak 14 dialog. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan dan

pelanggaran prinsip kerja sama dalam penggunaan bahasa Makassar pada Pasar

Tradisional Balang-Balang Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa terdapat dalam

ke empat maksim yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan

maksim cara.

Kata kunci: prinsip kerja sama, maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi,

maksim cara.

Page 6: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-

Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Prinsip Kerja

Sama dalam Penggunaan Bahasa Makassar pada Pasar Tradisional”. Shalawat dan

salam kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sebagai satu-satunya suri teladan

dalam menjalankan aktivitas keseharian kita.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammdiyah Makassar. Selesainya skripsi ini tidaklah berarti

bahwa skripsi yang tersusun ini sudah dalam bentuk yang sempurna. Oleh karena itu,

saran dan kritikan sangat diharapkan dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu dan memberikan

dukungannya baik secara material maupun moril. Demikian pula segala bantuan yang

penulis peroleh selama di bangku perkuliahan. Oleh karena itu, penulis merasa sangat

bersyukur dan mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah

membantu penulis.

Page 7: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada: Dr.A.Rahman Rahim,

M.Pd., Rektor Universitas Muhammdiyah Makassar beserta stafnya yang telah

membantu dan memberi kemudahan kepada penulis dalam penyelesaian studi. Erwin

Akib, M.Pd., Ph.D. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Dr.

Munirah, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis juga

menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Dr. Syafruddin, M.Pd.,

selaku pembimbing I dan Aliem Bahri S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan

penuh keikhlasan dan ketelitian membimbing, mengarahkan dan memberi ide-ide juga

telah menyumbangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam memberikan arahan, motivasi,

dan petunjuk kepada penulis mulai dari awal hingga pada tahap penyelesaian skripsi ini.

Penghargaan yang tak terhingga penulis ucapkan kepada ibuku tercinta

Patimasang Dg. Kebo dan kedua saudaraku Suherman dan Supriadi yang telah

memberikan doa dan dukungannya. Dan juga kepada teman-temanku tersayang yang

selalu membantu dan menyemangati sehingga penulis tidak pernah putus asa untuk

menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu dan

tidak sempat disebut namanya, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga segala

bantuan, dukungan dan kerja samanya dapat menjadi amal ibadah di sisi-Nya.

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bontomarannu, Juni 2018

Penulis

Page 8: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii

KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI ............................................. iv

SURAT PERNYATAAN ................................................................................ v

SURAT PERJANJIAN ..................................................................... ............. vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................ .......... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .............................................................................,...................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .................. .............................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8

1. Manfaat Teoretis .............................................................................. 9

2. Manfaat Praktis ................................................................................ 9

Page 9: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 10

A. Kajian Pustaka ...................................................................................... 10

1. Penelitian yang Relevan ................................................................. 10

2. Pengertian Bahasa ................................................. ......................... 12

3. Pragmatik ......................................................................................... 13

4. Prinsip Kerja Sama ........................................................................... 14

5. Definisi Pasar Tradisional ................................................................ 27

B. Kerangka Pikir ........................................................................................ 30

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 31

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 31

B. Data dan Sumber Data .......................................................................... 32

1. Data ................................................................................................... 32

2. Sumber Data ...................................................................................... 32

C. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 32

E. Teknik Analisis Data ............................................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 35

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 35

B. Pembahasan ........................................................................................... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 56

A. Simpulan ............................................................................................... 56

B. Saran ..................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 10: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Penggunaan Prinsip Kerja Sama dalam Penggunaan Bahasa Makassar pada Pasar

Tradisional ......................................................................................... 35

1.2 Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dalam Penggunaan Bahasa Makassar pada Pasar

Tradisional ......................................................................................... 36

Page 11: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pikir .................................................................................. 30

Page 12: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan oleh anggota masyarakat untuk

berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di

dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. Penggunaan bahasa oleh suatu

masyarakat dalam berinteraksi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis.

Komunikasi merupakan kegiatan sosial yang dapat terjadi dimana saja, seperti di

keluarga, di sekolah, di kantor ataupun di pasar.

Pasar merupakan salah satu tempat bertemunya penjual dan pembeli, yang

melibatkan keduanya dalam proses jual beli. Dalam proses jual beli, penjual dan

pembeli dituntut untuk selalu melakukan komunikasi yang baik. Dalam kegiatan

distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak antara konsumen dan produsen dalam

melaksanakan transaksi.

Beragamnya penjual dan pembeli yang terdapat di pasar tradisional akan

memunculkan penggunaan bahasa yang beragam yang muncul pada proses jual beli.

Dalam berkomunikasi, terkadang mitra tutur menanggapi atau memberikan pernyataan

yang tidak sesuai atau tidak relevan dengan permasalahan yang dimaksudkan oleh

penutur. Selain itu, ada pula mitra tutur yang memberikan tanggapan atau jawaban yang

berlebihan, memberikan informasi yang tidak baik, dan terkadang memberikan

informasi yang ambigu.

Page 13: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Di dalam percakapan, penutur akan menyampaikan sesuatu kepada mitra tutur dan

berharap mitra tutur dapat memahami apa yang disampaikan tersebut. Untuk itu,

penutur selalu berusaha agar tuturannya relevan dengan konteks, jelas, mudah dipahami,

padat, selalu pada persoalan sehingga tidak menghabiskan waktu mitra tuturnya. Saat

berkomunikasi, seseorang akan menghadapi kendala-kendala yang mengakibatkan

komunikasi tidak berlangsung sesuai dengan yang diharapkan (Grice dalam Rusminto,

2015: 91). Oleh karena itu, perlu dirumuskan pola-pola yang mengatur kegiatan

komunikasi.

Pola-pola tersebut diharapkan dapat mengatur hak dan kewajiban penutur dan

mitra tutur sehingga terjadi kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur demi

berlangsungnya komunikasi sesuai dengan yang diharapkan. Kerja sama tersebut dapat

dilakukan dengan melakukan tiga hal berikut: (1) menyamakan tujuan jangka pendek

dalam komunikasi, (2) menyatakan sumbangan percakapan agar merasa saling

membutuhkan, dan (3) mengusahakan agar penutur dan mitra tutur memahami bahwa

komunikasi dapat berlangsung jika terdapat suatu pola yang cocok dan disepakati

bersama.

Sehubungan dengan upaya menciptakan kerja sama antara penutur dan mitra tutur

tersebut dikenal dikenal prinsip kerja sama yang meliputi empat maksim, yaitu

kuantitas, kualitas, relevansi, dan cara (Grice dalam Rusminto 2015: 90). Prinsip kerja

sama tersebut berbunyi “buatlah sumbangan percakapan Anda sedemikian rupa

sebagaimana diharapkan; pada tingkatan percakapan yang sesuai dengan tujuan

percakapan yang disepakati, atau oleh arah percakapan yang sedang Anda ikuti.” Dalam

1

Page 14: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

hal ini penutur hanya akan memberikan informasi yang sesuai, benar, tepat, tidak

ambigu (jelas) dan terdapat relevansi atau hubungan antara percakapan penutur dan

mitra tutur.

Penutur akan menerima informasi yang diinginkan dari mitra tutur secara benar,

jelas, tidak berlebihan dan tidak ambigu jika keduanya menaati prinsip kerja sama.

Terkadang, dalam suatu percakapan mitra tutur tidak memberikan kerja sama yang baik.

Hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian dari pihak penutur sebab mitra tutur tidak

memberikan informasi yang diinginkan penutur sehingga percakapan dinyatakan

“gagal”. Banyak faktor yang menyebabkan suatu proses percakapan menjadi gagal

(Chaer, 2010: 39). Faktor tersebut biasanya datang dari mitra tutur. Ada tujuh faktor

yang menyebabkan percakapan tersebut gagal, yaitu: (1) mitra tutur tidak punya

pengetahuan, (2) mitra tutur tidak sadar, (3) mitra tutur tidak tertarik, (4) mitra tutur

tidak berkenan, (5) mitra tutur tidak punya yang diinginkan penutur, (6) mitra tutur

tidak paham, (7) mitra tutur terkendala kode etik.

Pelanggaran lebih banyak ditemukan dalam tuturan antara penjual dan pembeli,

pelanggaran tersebut dapat terjadi karena adanya tujuan-tujuan tertentu yang sengaja

dilakukan oleh peserta komunikasi. Adanya kasus pelanggaran prinsip kerja sama

menunjukkan bahwa dalam komunikasi juga membutuhkan sarana yang mengatur

supaya komunikasi berjalan dengan komunikatif, efektif, dan efisien. Sarana yang

dimaksudkan adalah dengan berdasar kepada empat maksim dalam prinsip kerja sama

yang dikemukakan oleh Grice (via Chaer, 2010:34), yaitu maksim kuantitas, maksim

kualitas, maksim relevansi (hubungan), dan maksim cara (pelaksanaan).

Page 15: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Maksim kuantitas menghendaki agar peserta tutur harus seinformatif mungkin dan

tidak berlebihan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh mitra tutur.

Maksim kualitas menghendaki peserta tutur agar tidak mengatakan sesuatu yang tidak

ada faktanya. Maksim relevansi menghendaki agar peserta tutur diharapkan relevan

terhadap informasi yang diberikan sesuai dengan topik percakapan. Maksim cara

(pelaksanaan) menghendaki peserta tutur dalam berkomunikasi memberikan informasi

yang jelas, dan tidak bermakna ambigu. Penaatan prinsip kerja sama terjadi jika peserta

tutur mematuhi maksim-maksim prinsip kerja sama. Sebaliknya, apabila dalam bertutur

tidak sesuai dengan aturan maksim-maksim dalam prinsip kerja sama, percakapan

tersebut berarti melanggar prinsip kerja sama.

Pemanfaatan prinsip kerja sama dapat terjadi pada komunikasi lisan, misalnya

pada interaksi jual beli di pasar tradisional. Prinsip kerja sama dapat terjadi karena

faktor-faktor tertentu, misalnya karena adanya pengetahuan bersama (common ground)

yang dimiliki oleh peserta tutur dan mitra tutur dalam membicarakan suatu

permasalahan. Prinsip kerja sama juga dapat terjadi jika antara peserta tutur dan mitra

tutur tidak memiliki hubungan yang dekat/intim (intimate), sehingga apabila mereka

ingin melanggar prinsip kerja sama, mereka akan merasa tidak enak atau merasa

canggung.

Komunikasi yang terjadi selain menaati prinsip kerja sama juga terkadang

melanggar prinsip kerja sama, yaitu seringkali masalah yang dibicarakan tidak relevan

jika dalam bertutur tidak adanya pengetahuan yang sama antarpeserta komunikasi.

Pengetahuan yang tidak dimiliki bersama antara penjual dan pembeli menjadi salah satu

Page 16: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

hambatan dalam berkomunikasi. Misalnya, si pembeli memberikan pertanyaan kepada

si penjual, tetapi karena pertanyaan yang diberikan oleh si pembeli tidak dapat

ditangkap oleh si penjual, atau dengan kata lain si penjual tidak bisa menangkap maksud

yang diharapkan oleh si pembeli, maka secara otomatis si penjual akan memberikan

kontribusi jawaban yang tidak sesuai seperti yang diharapkan oleh si pembeli.

Ketidakmengertian mitra tutur tersebut berakibat pada jawaban yang tidak akurat,

yaitu dia akan menjawab apa yang ditangkapnya, walaupun sebenarnya jawabannya

jauh dari harapan penutur. Kasus tersebut dapat digolongkan ke dalam pelanggaran

maksim kualitas, yaitu mitra tutur memberikan kontribusi yang tidak sesuai dengan apa

yang dimaksudkan oleh penutur.

Interaksi jual beli juga sering terjadi fenomena pergantian topik pembicaraan,

yang berarti telah melanggar maksim relevansi. Sebagai contoh, seorang pembeli ingin

membeli sayur namun penjual langsung menjawab dengan menanyakan kabar atau hal

lainnya kepada si pembeli. Ketidakrelevanan komentar yang diberikan tersebut dapat

terjadi karena antara penjual dan pembeli memiliki hubungan (misal: pertemanan,

persaudaraan) yang dekat, sehingga si penjual memberikan tuturan yang menyimpang

dari topik pembicaraan.

Hal itu dapat terjadi karena mitra tutur berasumsi bahwa si pembeli tidak akan

marah ketika dia memberikan tuturan yang tidak relevan. Berdasarkan pengamatan,

biasanya apabila antara si penjual dan si pembeli memiliki hubungan dekat, mereka

akan bergonta-ganti topik pembicaraan dengan membicarakan segala sesuatu yang

hanya dapat dipahami oleh mereka. Dengan kata lain, semakin dekat hubungan antara si

Page 17: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

penjual dan si pembeli, maka akan semakin banyak pula pelanggaran prinsip kerja sama

yang dilakukan.

Namun, di samping adanya pelanggaran juga ada yang sudah sesuai dengan

prinsip kerja sama, misalnya si pembeli mengutarakan keinginannya untuk membeli

baju dengan menanyakan harga terlebih dahulu lalu di jawab langsung oleh si penjual

dengan harga yang ditentukan. Meskipun sudah adanya kesesuaian prinsip kerja sama

dalam penggunaan bahasa, hai ini jarang ditemui karena dalam transaksi di pasar yang

terpenting ialah penjual dan pembeli sama-sama bisa saling menguntungkan dan

bagaimana kemampuan si penjual dalam menggunakan bahasa mampu memengaruhi

dan menawarkan dagangannya kepada si pembeli.

Fenomena penggunaan bahasa Makassar dalam proses jual beli di pasar

tradisional ini dikaji dengan tinjauan pragmatik. Adapun alasan pengambilan tinjauan

pragmatik dalam penelitian ini, karena banyak muncul keterkaitan bahasa dengan unsur-

unsur eksternal yang menjadi ciri khas ilmu pragmatik yang dimunculkan antara penjual

dan pembeli dalam proses jual beli di pasar tradisional.

Sebagian besar penggunaan bahasa makassar dalam bentuk tuturan yang terdapat

dalam proses jual beli khususnya di pasar tradisional menerapkan teori prinsip kerja

sama sehingga hal tersebut menarik untuk dikaji sejauh mana kesesuaian dan

pelanggaran prinsip kerja sama itu terjadi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-

penelitian sebelumnya. Perbedaannya terletak pada sumber data penelitian dan aspek

yang menjadi fokus analisis.

Page 18: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan data dari teks, wacana dan dialog

yang dilakukan secara tidak langsung, sedangkan penelitian ini menggunakan data dari

percakapan atau dialog secara langsung, yakni percakapan antara penjual dan pembeli

dalam proses jual beli di pasar tradisional. Perbedaan selanjutnya, terletak pada aspek

yang menjadi fokus analisis. Penelitian ini menganalisis penerapan prinsip kerja sama

dalam penggunaan bahasa khususnya bahasa Makassar.

Penelitian ini akan membahas lebih mendalam mengenai penerapan prinsip kerja

sama yang terdapat dalam percakapan antara penjual dan pembeli pada proses jual beli

di pasar tradisional. Jadi penelitian ini juga ingin mengetahui adanya penerapan atau

pelanggaran prinsip kerja sama dalam penggunaan bahasa bukan hanya dalam situasi

resmi saja namun situasi yang lebih umum yang dekat dengan interaksi masyarakat

sehari-hari khususnya di pasar. Penelitian ini terfokus pada masalah penggunaan bahasa

Makassar dalam proses jual beli di pasar tradisional berdasarkan prinsip kerja sama

yang dimunculkan oleh penjual ataupun pembeli. Pemilihan penelitian prinsip kerja

sama dalam penggunaan bahasa Makassar pada pasar tradisional disebabkan karena

penulis ingin mengetahui sejauh mana kesesuaian dan pelanggaran tersebut terjadi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengkaji

penelitian ini dengan judul Prinsip Kerja Sama dalam Penggunaan Bahasa Makassar

Pada Pasar Tradisional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi fokus penelitian dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 19: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

1. Bagaimana penggunaan prinsip kerja sama oleh penjual dan pembeli dalam

proses jual beli di pasar tradisional?

2. Pelanggaran apakah yang terjadi dalam penerapan prinsip kerja sama oleh

penjual dan pembeli pada proses jual beli di pasar tradisional?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan penggunaan prinsip kerja sama oleh

penjual dan pembeli dalam proses jual beli di pasar tradisional.

2. Mendeskripsikan dan menjelaskan pelanggaran yang terjadi dalam penerapan

prinsip kerja sama oleh penjual dan pembeli pada proses jual beli di pasar

tradisional.

D. Manfaat Kajian

Suatu penelitian dilakukan untuk mendapatkan suatu manfaat. Perumusan

mengenai manfaat penelitian sering diperlukan dan hal itu biasanya dikaitkan dengan

masalah yang bersifat praktis. Adapun manfaat yang dapat dipetik dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat mengembangkan teori prinsip kerja sama

menurut Grice dalam percakapan. Selain itu, juga diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi pengembangan kajian pragmatik dan sosiolinguistik sebagai

informasi bagi peneliti selanjutnya.

Page 20: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

2. Manfaat Praktis

Penulisan ini secara praktis diharapkan dapat memberikan konstribusi yang berarti

bagi semua orang di bidang bahasa. Bagi para pembaca diharapkan penulisan ini dapat

dijadikan tambahan pengetahuan tentang pemahaman percakapan, terutama dalam hal

memahami teori prinsip kerja sama dalam proses jual beli di pasar tradisional. Penulisan

ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam hal pengajaran bahasa

dan juga landasan kajian teori pada penelitian yang sejenis.

Page 21: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

Pada bab ini, akan dikaji beberapa acuan teori yang digunakan dalam penelitian,

di antaranya yaitu (a) penelitian yang relevan, (b) pengertian bahasa, (c) pragmatik, (d)

prinsip kerja sama, dan (e) definisi pasar tradisional.

1. Penelitian yang Relevan

Cut Nur Azizah Putri (2014) melakukan penelitian dengan judul “Prinsip Kerja

Sama dalam Acara Talkshow Debat Indonesia Lawyers Club”. Hasil penelitiannya

menyatakan kepatuhan prinsip kerja sama dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: kepatuhan

satu maksim meliputi maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, maksim

cara; kepatuhan dua maksim meliputi maksim kualitas dan maksim relevansi, maksim

kuantitas dan maksim relevansi, maksim relevansi dan maksim cara; kepatuhan tiga

maksim meliputi maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim cara. Fungsi tuturan

yang mematuhi prinsip kerja sama dibagi menjadi 3 bagian, yaitu fungsi direktif, fungsi

ekspresif, fungsi representatif. Pelanggaran prinsip kerja sama dibagi menjadi 4 bagian,

yaitu pelanggaran satu maksim meliputi maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim

relevansi, maksim cara; pelanggaran dua maksim meliputi maksim kuantitas dan

maksim cara, maksim kuantitas dan maksim kualitas, maksim kuantitas dan maksim

relevansi, maksim relevansi dan maksim cara; pelanggaran tiga maksim meliputi

maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim cara. pelanggaran empat maksim

Page 22: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

meliputi maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara.

Fungsi tuturan yang melanggar prinsip kerja sama dibagi menjadi 3 bagian, yaitu fungsi

direktif, fungsi ekspresif, fungsi representatif.

Fikri Yulaehah (2012) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Prinsip Kerja

Sama Pada Komunikasi Facebook (Studi Kasus pada Mahasiswa Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta Angkatan 2007)”. Hasil penelitiannya

menyatakan pelanggaran prinsip kerja sama pada komunikasi facebook oleh mahasiswa

BSI UNY angkatan 2007 terdiri dari 4 maksim dan 7 maksim hasil perpaduan antara

maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Fungsi

pelanggaran prinsip kerja sama pada komunikasi facebook oleh mahasiswa BSI UNY

angkatan 2007 terdiri dari 3 fungsi utama, yaitu fungsi ekspresif, fungsi direktif, dan

fungsi representatif. Fungsi tersebut memiliki fungsi turunan, yaitu fungsi ekspresif

terdiri dari fungsi menyampaikan basa-basi dan fungsi memohon maaf; fungsi direktif

terdiri dari fungsi menyampaikan saran, menyindir, meminta informasi, menghina, dan

meminta konfirmasi; serta fungsi representatif terdiri dari fungsi mencurahkan isi hati,

memberi informasi, membenarkan, dan mengungkapkan rasa kesal.

Churin In Nabila (2014) melakukan penelitian dengan judul “Prinsip Kerja Sama

Grice dalam Humor Dialog Cekakak-Cekikik Jakarta Karya Abdul Chaer Serta

Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Hasil penelitiannya

menyatakan prinsip kerja sama yang digunakan dalam beberapa dialog humor Cekakak-

Cekikik Jakarta lebih besar daripada penyimpangan yang dilakukan. Penyimpangan

terhadap prinsip kerja sama bisa terjadi karena penutur tidak paham dengan konteks

Page 23: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

pembicaraan, selain itu penyimpangan dilakukan sebagai sarana penciptaan humor,

seperti mengkritik, menyindir, dan menghibur. Implikasi prinsip kerja sama terhadap

pembelajaran bahasa Indonesia membantu guru agar proses pembelajaran menjadi baik

dan lancar serta meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa di dalam

berkomunikasi melalui telepon, kegiatan wawancara maupun diskusi.

Persamaan antara ketiga penelitian di atas dengan penelitian ini yaitu terletak pada

unsur yang dikaji yaitu sama-sama mengkaji prinsip kerja sama. Perbedaannya terletak

pada objek kajiannya, ketiga penelitian di atas ada yang mengkaji melalui video/film

dan wacana sedangkan penelitian ini dilakukan melalui percakapan secara langsung

yaitu di pasar tradisional.

2. Pengertian Bahasa

Pada saat berkomunikasi, manusia sangat membutuhkan bahasa sebagai

medianya. Bahasa diharapkan dapat mewujudkan komunikasi yang baik bagi

penggunanya. Untuk mewujudkan hal ini, masyarakat tutur sangat membutuhkan ilmu

yang mengkaji tentang kebahasaan. Dalam hal ini, ilmu pragmatik hadir untuk mengkaji

maksud bahasa yang dituturkan sesuai dengan konteks.

Bahasa adalah sistem tanda/lambang/bunyi ujaran yang bersifat khas, arbitrer, dan

konvensional yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya.

Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan dan berhubungan dengan tempat pemakai

bahasa itu sendiri. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu

seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai

sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.

Page 24: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

3. Pragmatik

Apabila seorang penutur dan mitra tutur saling berkomunikasi, maka terjadilah

proses saling memahami makna dalam ujaran yang disampaikan oleh peserta tutur.

Untuk memahami makna tuturan, peserta tutur hendaknya memperhatikan konteks yang

melingkupi ujaran tersebut. Jadi, dalam berkomunikasi hendaknya memperhatikan

kepada siapa tuturan itu dialamatkan, dimaksudkan, dan dalam situasi yang seperti apa

tuturan itu berlangsung. Ilmu yang mengkaji hubungkan antara ujaran dengan konteks

ujaran adalah pragmatik.

(Kunjana, 2009: 50) Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang

pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur yang menyertai dan

mewadahi sebuah pertuturan. Istilah “konteks” didefinisikan sebagai situasi lingkungan

dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan

yang membuat ujaran mereka dapat dipahami (Nadar, 2009: 4).

(Rohmadi, 2010: 3) Hubungan antara bahasa dengan konteks merupakan dasar

dalam pemahaman pragmatik. Pemahaman yang dimaksud adalah memahami maksud

penutur (O1), lawan tutur (O2), dan partisipan (O3) yang melibatkan konteks. (Hasan

Lubis, 2011: 60) memberikan keterangan konteks dalam kutipan sebagai berikut.

Konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam,

yaitu; (1) konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian

bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa

komunikasi itu dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam

peristiwa komunikasi itu; (2) konteks epitesmis atau latar belakang

pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara atau

pendengar; (3) konteks linguistik yang terdiri atas kalimat-kalimat

atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan

tertentu dalam peristiwa komunikasi; (4) konteks sosial yaitu relasi

Page 25: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara

(penutur) dengan pendengar.

Pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari

penjelasan pengertian bahasa. Defenisi ini menegaskan bahwa dalam menganalisis

bahasa, konteks harus selalu diperhitungkan (Levinson dalam Rusminto, 2015: 58). Jadi

pragmatik adalah bagian dari ilmu linguistik yang menghubungkan pemakaian bahasa

dengan penggunanya, mengkaji maksud penutur dengan mempelajari struktur bahasa

secara eksternal dengan memperhatikan konteks pada saat ujaran terjadi. Konteks

meliputi latar belakang peserta tutur, waktu dan tempat terjadinya pertuturan. Di dalam

aktivitas bertutur, lawan tutur harus berusaha memahami makna dan maksud yang

diujarkan oleh penutur sehingga maksud penutur bisa tersampaikan dengan baik.

Berdasarkan pandangan tersebut, dapat dikemukakan bahwa secara umum

pragmatik berhubungan dengan pemakaian bahasa baik tulis maupun lisan, dalam

situasi pengguna bahasa yang sesungguhnya. Dari beberapa definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa pragmatik dapat diartikan sebagai cabang ilmu linguistik yang

mempelajari bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi yang terikat konteks.

4. Prinsip Kerja Sama

Di dalam komunikasi, antara penutur (P) dengan mitra tutur (MT) harus saling

menjaga prinsip kerja sama (cooperative principle) agar proses komunikasi berjalan

dengan lancar. Tanpa adanya prinsip kerja sama komunikasi akan terganggu. Prinsip

kerja sama ini terealisasi dalam berbagai kaidah percakapan. Kerja sama dapat diartikan

sebagai keterlibatan partisipan dalam membentuk suatu percakapan lengkap dengan

Page 26: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

unsur-unsur yang diperlukan. Fungsi kerja sama adalah membentuk peristiwa tutur

(Syamsuddin, et al., 1998: 94). Grice (dalam Arifin dan Rani, 2000: 1149)

mengemukakan mengenai prinsip kerja sama: Make your contribution such as is

required at the stage at which it accours, by the accepted purpose or direction of the

talk exchange in wich you are engaged. “Berikanlah sumbangan Anda pada percakapan

sebagaimana diperlukan, pada tahap terjadinya, oleh tujuan yang diterima atau arah

pertukaran pembicaraan yang Anda terlibat di dalamnya.”

Percakapan merupakan interaksi verbal antara dua partisipan atau lebih.

Percakapan dalam hal ini lebih dari sekadar pertukaran informasi. Dalam hal ini, mereka

akan berbagi prinsip-prinsip umum yang memudahkan mereka untuk saling

menginterpretasikan tuturan. Di dalam berkomunikasi, seorang penutur

mengomunikasikan sesuatu kepada petutur dengan harapan agar petutur itu dapat

memahami apa yang dikomunikasikannya. Tidaklah mungkin akan terjadi komunikasi

antara penutur dan petutur apabila antara keduanya tidak terjadi komunikasi.

Oleh karena itu, seorang penutur harus selalu berusaha agar pembicaraannya itu

relevan dengan konteks, jelas, mudah dipahami, padat dan ringkas, serta terfokus pada

persoalan, sehingga tidak menghabiskan waktu. Dengan kata lain, antara penutur dan

petutur terdapat prinsip kerja sama yang harus mereka lakukan agar proses komunikasi

dapat berjalan dengan lancar.

Kondisi ideal dalam pelaksanaan prinsip tuturan tidak selalu sesuai dengan yang

diharapkan (tidak terpenuhinya prinsip kerja sama). Ini disebabkan adanya keadaan

Page 27: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

tertentu yang secara sengaja dilakukan oleh penutur untuk tidak memenuhi tuntutan

prinsip secara ideal.

Grice (Roekhan, 2002: 190) menyebutkan keadaan itu sebagai berikut.

1. Keadaan yang menuntut penutur melanggar (to violate) ketentuan

penggunaan maksim tutur yang normal,

2. Keadaan yang menuntut penutur mengalihkan (to break) maksim tutur,

3. Keadaan yang menuntut penutur mengabaikan (to opt out) maksim tutur, dan

4. Keadaan yang menuntut penutur mendayagunakan (to floute) maksim tutur.

Oleh karena itu, Roekhan (2002: 190) mengelompokkan penggunaan maksim

tutur ke dalam dua kategori, yaitu (1) penggunaan maksim tutur yang sesuai dengan

teori Grice, dan (2) penggunaan maksim tutur yang tidak sesuai dengan teori Grice.

Pendayagunaan, pengintensifan, atau pengoptimalan prinsip kerja sama merupakan

penerapan prinsip tutur yang khas, yang dilakukan secara sadar oleh penutur dengan

maksud-maksud tertentu (Roekhan, 2002: 202). Hal ini diharapkan dapat menghasilkan

makna implikatur tertentu yang dapat ditangkap oleh mitra tutur melalui inferensi.

Dengan kata lain, penutur dapat menyimpulkan makna tambahan yang diperolehnya.

Kegagalan penggunaan maksim kerja sama ditandai oleh terganggunya

komunikasi yang sedang terjadi. Dengan kata lain, informasi yang disampaikan tidak

dapat diterima secara baik akibat adanya gangguan yang berat, bahkan dapat berakibat

pula pada terancamnya hubungan antara penutur dan mitra tutur. Roekhan (2002: 190)

membedakan kegagalan penggunaan maksim kerja sama menjadi pelanggaran (to

violate), pengabaian (to opt out), dan pengalihan (to break).

Page 28: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Pelanggaran terhadap maksim kerja sama dapat terjadi apabila penggunaannya

tidak memenuhi ketentuan (Roekhan, 2002: 191). Ini dapat berdampak pada

terganggunya proses komunikasi yang sedang berlangsung. Adanya pelanggaran

terhadap maksim kerja sama disebabkan oleh suatu keadaan yang mendorong penutur

untuk tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Roekhan (2002: 191) menyebutkan

keadaan yang dimaksud, yaitu 1) ketika penutur kurang atau tidak menguasai

permasalahan yang dibahas atau disampaikan, dan 2) ketika penutur kurang atau tidak

memahami konteks komunikasi tutur yang sedang terjadi.

Pelanggaran terhadap maksim ini dapat dicontohkan pada keadaan guru yang

kurang menguasai materi pelajaran. Akibatnya, guru tersebut dihadapkan pada dua

pilihan yang berat, yaitu mengakui ketidakmampuannya dengan terus terang atau

berusaha untuk menutupinya. Apabila guru mengakui ketidakmampuannya, berarti ia

harus siap dipermalukan bahkan dicemooh di depan kelas oleh siswanya. Sebaliknya,

jika guru berusaha menutupi ketidakmampuannya, berarti ia akan menggunakan tuturan

yang berputar-putar sehingga sulit dipahami oleh siswa.

Pengabaian maksim tutur dapat dikatakan sebagai penyimpangan yang dilakukan

secara sengaja. Ini dilakukan karena penutur tidak menghendaki terjadinya komunikasi

saat itu sehingga ia tidak melakukan kerja sama yang baik dengan mitra tuturnya

(Roekhan, 2002: 195).

Akibatnya komunikasi terganggu, bahkan dapat mengalami kegagalan. Roekhan

(2002: 196) menyebutkan hal yang menyebabkan penutur mengabaikan maksim

tuturnya, yaitu 1) ketika penutur ingin berbohong kepada mitra tutur, dan 2) ketika

Page 29: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

penutur ingin merahasiakan informasi yang dimilikinya. Dengan demikian, penutur

akan berusaha menggunakan tuturan yang taksa atau menyampaikan informasi yang

bohong. Pengabaian maksim tutur ini contohnya dapat terjadi pada seorang anak

perempuan yang bermaksud menemui teman laki-lakinya, namun tidak ingin diketahui

oleh ibunya sehingga saat ditanya, si anak akan menjawab sebagai berikut: “Saya mau

ke rumah teman untuk mengerjakan tugas kelompok” atau “Ani berulang tahun hari ini

jadi saya akan ke rumahnya” atau “Sore ini ada les tambahan dari sekolah”.

Pengalihan maksim kerja terjadi apabila penutur dihadapkan pada dua maksim

tutur yang bertentangan (Roekhan, 2002: 200). Apabila satu maksim digunakan secara

baik, maksim lainnya akan diabaikan demikian pula sebaliknya. Dalam kondisi seperti

ini, penutur terpaksa untuk memenuhi salah satu maksim tutur saja dan mengabaikan

maksim tutur yang lain. Contohnya, percakapan antara polisi penyelidik dengan seorang

tersangka. Dalam komunikasi seperti itu, polisi dihadapkan pada tuntutan penggunaan

maksim kuantitas, maksim hubungan, dan maksim cara. Sebaliknya, apabila polisi

memenuhi maksim cara, berarti polisi telah melanggar maksim kuantitas dan maksim

hubungan.

Jika polisi memilih untuk memenuhi tuntutan maksim hubungan, maka ia harus

menanyakan hal-hal yang informasi awalnya telah dimiliki oleh tersangka. Akan tetapi,

jika hal itu dilakukannya, ia tidak pernah memperoleh informasi-informasi penting yang

diharapkannya. Sama halnya kalau polisi memenuhi tuntutan maksim kuantitas, ia

hanya akan menanyakan hal-hal yang telah pasti dan jelas saja. Informasi yang masih

Page 30: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

bersifat dugaan tidak ditanyakan kepada tersangka karena hal itu melanggar ketentuan

maksim kuantitas.

Berdasarkan uraian itu, wajar apabila polisi penyelidik memilih merusak maksim

hubungan dan kuantitas, dan hanya memenuhi tuntutan maksim cara saja. Hal ini

dilakukan agar upayanya untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dan

selengkap-lengkapnya dapat tercapai. Secara lebih rinci, Grice menjabarkan prinsip

kerja sama itu menjadi empat maksim percakapan (Gunarwan, 1993: 11; Lubis, 1993:

73; dan bandingkan pula Wijana 1996: 46-53). Keempat maksim percakapan itu ialah

sebagai berikut.

a. Maksim kuantitas:

1) Berikan informasi Anda secukupnya atau sejumlah yang diperlukan oleh

mitra tutur.

2) Bicaralah seperlunya saja, jangan mengatakan sesuatu yang tidak perlu.

b. Maksim kualitas:

1) Katakanlah hal yang sebenarnya.

2) Jangan katakan sesuatu yang Anda tahu bahwa sesuatu itu tidak benar.

3) Jangan katakan sesuatu tanpa bukti yang cukup.

c. Maksim relevansi:

1) Katakan yang relevan.

2) Bicaralah sesuai dengan permasalahan.

d. Maksim cara:

1) Katakan dengan jelas.

Page 31: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

2) Hindari kekaburan ujaran.

3) Hindari ketaksaan.

4) Bicaralah secara singkat, tidak bertele-tele.

5) Berkatalah secara sistematis.

Pertuturan akan berlangsung dengan baik apabila penutur dan lawan tutur dalam

pertuturan itu menaati prinsip-prinsip kerja sama seperti yang dikemukakan oleh Grice

(1975: 45-47). Dalam kajian pragmatik, prinsip itu disebut maksim, yakni berupa

pernyataan ringkas yang mengandung ajaran atau kebenaran. Setiap penutur harus

menaati empat maksim kerja sama, yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim

kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim cara

(maxim of manner).

a. Maksim kuantitas

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta tutur hanya memberikan

kontribusi yang secukupnya saja atau sebanyak yang dibutuhkan oleh

lawannya. Jadi, jangan berlebihan. Misalnya tuturan (26) berikut telah

menaati maksim kuantitas sedangkan tuturan (27) tidak, karena berlebihan.

(26) Ayam saya telah bertelur.

(27) Ayam saya yang betina telah bertelur.

Mengapa tuturan (27) disebut tidak menaati maksim kuantitas? Karena

adanya kata yang betina yang tidak perlu. Semua ayam yang bertelur sudah

tentu ayam betina. Jadi, kata yang betina pada tuturan itu memberi informasi

Page 32: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

yang tidak perlu. Sementara tuturan (26) sudah menaati maksim kuantitas

karena informasi yang diberikan hanya secukupnya saja, tidak berlebihan.

b. Maksim kualitas

Maksim kualitas menghendaki agar peserta pertuturan itu mengatakan hal; hal

yang sesuai dengan data dan fakta yang sebenarnya. Kecuali barangkali kalau

memang tidak tahu. Misalnya tuturan (28) dan (29) di bawah ini.

(28) A: Coba kamu Ahmad, kota Makassar ada di mana?

B: Ada di Sulawesi Selatan, Pak.

(29) A: Deny, siapa presiden pertama Republik Indonesia?

B: Jendral Suharto, Pak!

A: Bagus, kalau begitu Bung Karno adalah presiden kedua, ya.

Pertuturan (28) sudah menaati maksim kualitas karena kata Makassar

memang berada di Sulawesi Selatan. Namun, pada pertuturan (29) A

memberikan konstribusi yang melanggar maksim kualitas dengan

mengatakan Bung Karno adalah presiden kedua Republik Indonesia.

Konstribusi A, yang melanggar maksim kualitas ini diberikan sebagai reaksi

terhadap jawaban B yang salah. Dengan konstribusi yang salah ini maka B

kemudian secara cepat akan mencari jawaban mengapa A membuat

pernyataan yang salah itu. Kata bagus yang diucapkan dengan nada mengejek

menyadari B terdapat kesalahannya. Lalu, mengapa A memberi konstribusi

yang melanggar maksim kualitas dapat dijelaskan sebab-sebabnya.

c. Maksim relevansi

Page 33: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta pertuturan memberikan

kontribusi yang relevan dengan masalah atau tajuk pertuturan. Perhatikan

contoh pertuturan (30) dan (31) berikut.

(30) A : Bu, ada telepon untuk ibu!

B : Ibu sedang di kamar mandi, Nak.

(31) A : Bu, bus yang ke arah Kebayoran yang mana?

B : Coba tanya pada petugas lalu lintas itu.

Sepintas jawaban B pada pertuturan (30) dan (31) tidak berhubungan. Namun

bila disimak baik-baik hubungan itu ada. Jawaban B pada pertuturan (30)

mengimplikasikan atau menyiratkan bahwa saat itu si B tidak dapat menerima

telepon secara langsung karena sedang berada di kamar mandi . Maka B

secara tidak langsung meminta agar si A menerima telepon itu. Begitu juga

konstribusi B pada pertuturan (31) yang memang tidak secara eksplisit

menjawab pertanyaan A. Akan tetapi dengan pengetahuan bahwa petugas lalu

lintas mengetahui rute-rute bus kota, maka pertanyaan A dapat dijawab.

Sekarang bandingkan dengan pertuturan (32) berikut.

(32) A : Pak, tadi ada tabrakan bajaj dan bemo di depan apotek

B : Mana yang menang?

Komentar B terhadap pernyataan A tidak ada relevansinya, sebab dalam

peristiwa tabrakan tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Kedua

pihak sama-sama mengalami kerugian. Agaknya di luar dari maksud melucu

jawaban B pada pertuturan (32) di atas sukar dicari hubungan

Page 34: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

implikasionalnya. Beda dengan pertuturan (33) berikut meskipun tuturan A

dan B ada relevansinya, tetapi kiranya hanya untuk kelucuan belaka.

(33) A : Mengapa orang mati harus dimandikan?

B : Karena dia tidak dapat mandi sendiri

d. Maksim cara

Maksim cara mengharuskan penutur dan lawan tutur berbicara secara

langsung, tidak kabur, tidak ambigu, tidak berlebih-lebihan dan runtut.

Umpamanya, pertuturan (34) dan (35) berikut belum menaati maksim cara

ini.

(34) A : Kamu datang ke sini mau apa?

B : Mengambil hak saya.

(35) A : Rumahmu di jalan Kencana?

B : Ya, benar!

A : Yang mana?

B : Yang pagarnya tidak hijau.

Penuturan (34) tidak menaati maksim cara karena bersifat ambigu. Kata hak

saya bisa mengacu pada hak sepatu bisa juga pada sesuatu yang menjadi

miliknya. Sedangkan pertuturan (35) tidak menaati maksim cara karena

informasi “Yang pagarnya tidak hijau” tidak lugas, tidak jelas. “Yang tidak

hijau” bisa berarti yang biru, yang kuning, ataupun yang merah. Contoh

pertuturan yang menaati maksim cara adalah pertuturan (28) yang sudah

diberikan di muka berikut.

Page 35: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

(28) A : Coba kamu Ahmad, kota Makassar ada dimana?

B : Ada di Sulawesi Selatan, Pak!

Pertuturan (36) berikut juga termasuk contoh pelaksanaan maksim cara yaitu

dengan mengeja huruf demi huruf kata berak. Hal ini dilakukan untuk

menghindari pengucapan kata tabu dan menjaga kesopanan.

(36) A : Barusan kamu dari mana?

B : Dari belakang, habis b-e-r-a-k

Maksim cara juga mengharuskan para peserta pertuturan berbicara secara

runtut atau menata pikiran secara teratur. Contoh pertuturan (37) berikut

melanggar aspek keruntutan yang sangat penting untuk memahami

keseluruhan makna pertuturan.

(37) Mulai dari birokrat paling bawah di tingkat kelurahan sampai pada

birokrat tertinggi tingkat kementrian melakukan korupsi. Tiap tahun triliun

uang negara raib mereka korup. Perbuatan korupsi telah menggurita di

kalangan birokrat di negeri kita. Ironisnya, meskipun KPK telah bekerja

keras menangkap dan memeriksa pejabat tersangka korup tetapi tiba di

pengadilan hampir semuanya divonis bebas. Bukan hanya pejabat eksekutif

tetapi juga pejabat legislatif dan pejabat yudikatif.

Pertuturan (38) berikut lebih runtut daripada pertuturan (37) di atas.

(38) Perbuatan korupsi telah menggurita di kalangan birokrat di negeri kita.

Mulai dari birokrat paling bawah di tingkat kelurahan sampai pada birokrat

tertinggi di tingkat kementerian. Bukan hanya pejabat di kalangan eksekutif

Page 36: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

tetapi jugs pejabat legislatif dan pejabat yudikatif. Tiap tahun triliunan uang

negara raib mereka korup. Ironisnya, meskipun KPK telah bekerja keras

menangkap dan memeriksa pejabat tersangka korup, tetapi tiba di pengadilan

hampir semuanya di vonis bebas.

Grice (1975) yang menyodorkan prinsip kerja sama dalam pertuturan membuat

analogi tentang keempat maksimnya sebagai berikut:

a. Maksim kuantitas, kalau saya memerlukan dua buah obeng maka konstribusi

yang diharapkan adalah Anda memberi dua buah obeng; bukan tiga atau satu.

b. Maksim kualitas, kalau saya memerlukan gula untuk adonan kue, maka saya

tidak mengharapkan Anda memberikan garam atau tepung. Atau kalau saya

membutuhkan sendok teh, maka saya tidak mengharapkan Anda memberikan

sendok makan.

c. Maksim relevansi, bila saya sedang mengcampur bahan-bahan adonan kue

maka saya tidak mengharapkan Anda memberikan kain oven walaupun benda

yang terakhir ini saya butuhkan pada saatnya nanti.

d. Maksim cara, saya mengharapkan teman kerja saya memahami konstribusi

yang harus dilakukannya dengan melaksanakan secara rasional.

Ketika seorang bertutur dalam suatu proses komunikasi dia mengharapkan

tanggapan dari lawan tuturnya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketika penutur

ingin meminta sesuatu, harapannya adalah sesuatu yang diminta akan diperoleh. Banyak

faktor yang menyebabkan satu proses komunikasi menjadi gagal, di antaranya:

(1) Lawan tutur tidak mempunyai pengetahuan

Page 37: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Proses komunikasi atau pertuturan akan gagal apabila lawan tutur tidak

mempunyai pengetahuan mengenai objek yang dibicarakan.

(2) Lawan tutur tidak sadar

Suatu proses pertuturan melibatkan penutur, lawan tutur dan pesan atau objek

yang dituturkan; tetapi dengan syarat lawan tutur harus dalam keadaan sadar

atau menyadari adanya tuturan dari seorang penutur.

(3) Lawan tutur tidak tertarik

Proses pertuturan akan berlangsung dengan baik apabila informasi atau objek

yang dibicarakan sama-sama diminati oleh penutur dan lawan tutur; atau

lawan tutur juga mempunyai perhatian terhadap informasi yang disampaikan

oleh penutur.

(4) Lawan tutur tidak berkenan

Proses pertuturan akan gagal kalau lawan tutur tidak berkenan atau tidak suka

dengan cara penutur menyampaikan informasi tuturannya.

(5) Lawan tutur tidak paham

Apabila lawan tutur tidak dapat memahami maksud dari tuturan penutur, maka

komunikasi tidak akan berlanjut.

(6) Lawan tutur terkendala kode etik

Lawan tutur dapat menjawab permintaan penutur, tetapi kalau dijawab dia

akan melanggar kode etik yang harus dipegangnya.

Jadi, ketika kita melakukan proses komunikasi hendaknya berusaha untuk

menerapkan dan mematuhi prinsip kerja sama Grice yang terdiri dari empat maksim,

Page 38: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

yaitu (1) maksim kuantitas; (2) maksim kualitas; (3) maksim relevansi; dan (4) maksim

cara, agar pesan yang kita sampaikan atau maksud pembicaraan kita tersampaikan

dengan baik kepada lawan tutur.

5. Definisi Pasar Tradisional

Menurut Peraturan Presiden No. 122 Tahun 2007, pasar adalah area tempat jual

beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat

perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun

sebutan lainnya. Seperti yang dinyatakan oleh Basu Swasta dalam Kholis, dkk (1995:

20) bahwa pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang

untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Pengkategorian pasar tradisional

dan pasar modern sebenarnya baru muncul belakangan ini ketika mulai bermunculnya

pasar swalayan, supermarket, hypermarket dan sebagainya.

Menurut beberapa defenisi pasar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar

dalam arti sempit adalah tempat permintaan dan penawaran bertemu, dalam hal ini lebih

condong ke arah pasar tradisional. Lain dari itu dalam arti luas adalah proses transaksi

antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar modern.

Secara umum pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Di pasar

antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Transaksi menurut Skousen dan

Stice (2007: 71) adalah pertukaran barang dan jasa antara (baik individu, perusahaan-

perusahaan dan organisasi lain) kejadian lain yang mempunyai pengaruh ekonomi atas

bisnis. Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang yang diperjualbelikan, ada

Page 39: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak

manapun.

Menurut cara transaksinya, jenis pasar dibedakan menjadi 2, yaitu pasar

tradisional dan pasar modern. Menurut Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007, pasar

tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk

kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, Ios, dan tenda yang

dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi

dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan

melalui tawar-menawar. Lebih lanjut menurut Perpres tersebut, pasar tradisional boleh

berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lokal atau

jalan lingkungan pada kawasan pelayanan bagian kota/kabupaten atau lokal atau

lingkungan (perumahan) di dalam kota/kabupaten.

Pasar tradisional adalah pasar yang dikelola dengan manajemen yang lebih

tradisional dan simpel daripada pasar modern, umumnya pasar tradisional tersebut dapat

di pinggiran perkotaan/jalan atau lingkungan perumahan. Barang yang dijual dalam

pasar tradisional cenderung sama dengan pasar modern, maka barang yang dijual pun

mempunyai kualitas yang relatif sama terjaminnya dengan barang-barang di pasar

modern. Secara kuantitas, pasar tradisional umumnya mempunyai persediaan barang

yang jumlahnya sedikit sesuai dengan modal yang dimiliki pemilik atau permintaan dari

konsumen. Dari segi harga, pasar tradisional tidak memiliki label harga yang pasti

Page 40: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

karena harga disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh setiap

pemilik usaha sendiri-sendiri.

Tipe pasar tradisional sebenarnya sangatlah beragam jenisnya, dan dalam

pertumbuhannya telah berlangsung lama. Masing-masing pasar memantapkan peran,

fungsi serta bentuknya sendiri-sendiri. Bila umumnya mereka berfungsi sebagai pasar

pengecer, di kota-kota beberapa pasar berkembang menjadi pasar pengumpul,

sementara di kota-kota besar menjadi grosir. Beberapa pasar ada yang mengkhususkan

pada penjualan komoditi tertentu, seperti hewan/ternak, buah dan sebagainya. Waktu

kegiatan perdagangan pasar tradisional ini dikenal adanya pasar harian dan periodik

(pasar Legi, Kliwon, Pon, Wage, pasar Minggu, pasar Jum’at dan sebagainya) sesuai

dengan kebutuhan masyarakat setempat akan komoditas pasar yang tidak selalu harus

dipenuhi setiap hari.

Page 41: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian tentang analisis prinsip kerja sama

pada penggunaan bahasa Makassar dilakukan di pasar tradisional Balang-Balang

Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa dan termasuk dalam kajian pragmatik.

Dalam penelitian ini, maka akan diketahui apakah komunikasi antara penutur dan mitra

tutur menaati ataukah melanggar prinsip kerja sama tersebut. Berikut disajikan bagan

kerangka pikir yang terdapat dalam penelitian ini agar tujuan dan arah penelitian ini

dapat diketahui dengan jelas.

Penggunaan Bahasa

Makassar Pada Pasar

Tradisional Balang-Balang

Prinsip Kerja Sama

Maksim Kuantitas Maksim Cara

Kajian Pragmatik

Analisis

Temuan

Maksim Kualitas Maksim Relevansi

Page 42: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Bodgan dan Taylor

(Moleong, 2014: 4) menyatakan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2000: 4) menyatakan bahwa penelitian

kualitatif mempunyai ciri (1) menggunakan setting alamiah, (2) bersifat deskriptif, (3)

lebih mempertimbangkan proses daripada hasil, (4) menganalisis data secara induktif,

dan (5) makna merupakan bagian utama.

Rancangan penelitian deskriptif kualitatif adalah rancangan penelitian yang

digunakan sebagai prosedur mengidentifikasi dan mendeskripsikan fenomena yang

terjadi di lapangan dengan apa adanya, tanpa adanya unsur rekayasa. Penelitian

kualitatif deskriptif tidak hanya mengemukakan berbagai tindakan yang tampak oleh

kasat mata saja, sebagaimana dikatakan Bailey (1982) dalam Mukhtar (2013) menurut

kutipan sebagai berikut:

Penelitian kualitatif deskriptif selain mendiskusikan berbagai kasus

yang sifatnya umum tentang berbagai fenomena sosial yang

ditemukan, juga harus mendeskripsikan hal-hal yang bersifat spesifik

yang dicermati dari sudut kemengapaan dan kebagaimanaan, terhadap

suatu realitas yang terjadi baik perilaku yang ditemukan dipermukaan

lapangan sosial, juga yang tersembunyi di balik sebuah perilaku yang

ditunjukkan.

Page 43: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Jadi, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif deksriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan prinsip kerja sama

serta pelanggaran yang dilakukan dalam penggunaan bahasa Makassar melalui interaksi

jual beli di pasar tradisional.

B. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah dialog berupa tuturan yang dipakai oleh penjual

dan pembeli dalam pemakaian bahasa transaksi jual beli di pasar tradisional. Dalam

penelitian ini diambil dari beberapa hasil video data rekaman baik yang mengandung

prinsip kerja sama ataupun melanggar dari prinsip kerja sama.

2. Sumber Data

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka sumber data dalam

penelitian ini adalah sumber data lisan, yaitu tuturan penjual dan pembeli di pasar

tradisional.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tradisional Balang-Balang. Pasar Balang-

Balang merupakan pasar tradisional terbesar di Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten

Gowa. Di tempat ini penjual dan pembeli bertemu untuk memasarkan dan membeli

kebutuhan pokok sehari-hari, tempat ini buka pada hari rabu, jumat, dan minggu.

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah penjual dan pembeli.

Page 44: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses untuk mengumpulkan berbagai hal yang akan

digunakan sebagai bahan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode simak, teknik bebas libat cakap dan teknik catat.

Metode simak dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah

menyimak dalam penelitian ini berkaitan dengan penggunaan bahasa secara tertulis.

Simak merupakan kegiatan permulaan, mengamati, dan memahami percakapan antar

peserta tutur di pasar tradisional Balang-Balang.

Pada teknik rekam, pemerolehan data dengan cara merekam pemakaian bahasa

lisan yang bersifat spontan (Edi Subroto, 2007: 40). Teknik rekam pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan digital camera dan handphone dimaksudkan agar

penulis nantinya dapat dengan mudah mentranskripsikan hasil rekaman tersebut.

Selanjutnya, teknik catat atau taking note method dengan melakukan

pengelompokan teks percakapan ke dalam sebuah tabel sesuai maksim-maksimnya.

Tujuannya untuk memudahkan di dalam mengklasifikasikan percakapan berdasarkan

maksim-maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama Grice.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang, dan

menggolongkan data. Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang

diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan

rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klarifikasi.

Analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks

Page 45: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai

alat bantu analisis.

Pada kegiatan menganalisis data, peneliti menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut.

1. Menyimak dan merekam percakapan antara penjual dan pembeli.

2. Mentranskripsikan percakapan yang telah disimak ke dalam bentuk tulisan.

3. Mengidentifikasi tuturan yang mengandung kesesuaian dan pelanggaran

prinsip kerja sama.

4. Mengklasifikasikan kesesuaian data ke dalam empat maksim, yaitu maksim

kuantitas, maksim kualitas, maksim relefansi dan maksim cara ke dalam

bentuk tabel.

5. Mengklasifikasikan data pelanggaran ke dalam empat maksim, yaitu maksim

kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi dan maksim cara ke dalam

bentuk tabel.

6. Mendeskripsikan data yang telah diklasifikasikan.

7. Menarik simpulan.

Page 46: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi kesesuaian serta pelanggaran terhadap prinsip

kerja sama dalam percakapan antara penjual dan pembeli di pasar Balang-Balang

Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa. Kesesuaian terhadap prinsip kerja sama

dilakukan sebagai pedoman selama komunikasi berlangsung. Hal ini dengan mematuhi

maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim cara. Sedangkan

pelanggaran prinsip kerja sama terjadi disebabkan penutur tidak paham dengan konteks

pembicaraan atau karena ingin mewujudkan tujuan tertentu.

Untuk mempermudah pemahaman analisis data, hasil penelitian ditampilkan

dalam bentuk tabel yang menggambarkan garis besar rumusan masalah dalam penelitian

ini. Pemaparan hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

I. Penggunaan Prinsip Kerja Sama dalam Penggunaan Bahasa Makassar pada

Pasar Tradisional Balang-Balang Kec. Bontomarannu Kab. Gowa

Tabel 01

No. Nama Maksim Kode Data Jumlah

1. Maksim Kuantitas (V2/D2/D4/Pra)

(V3/D2/Pra)

(V6/D2/Pra)

(V8/D2/Pra)

(V10/D2/Pra)

(V11/D2/Pra)

6

Page 47: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

2. Maksim Kualitas (V11/D6/Pra)

(V11/D10/Pra)

2

3. Maksim Relevansi (V3/D4/Nego) 1

4. Maksim Cara (V11/D16/Nego) 1

Keterangan : V2/D2/D4/Pra

a. V2 = Video 2

b. D2 = Data nomor 2

c. D4 = Data nomor 4

d. Pra = Pranegosiasi

e. Nego = Negosiasi

II. Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dalam Penggunaan Bahasa Makassar pada

Pasar Tradisional Balang-Balang Kec. Bontomarannu Kab. Gowa

Tabel 02

No. Nama Maksim Kode Data Jumlah

1. Maksim Kuantitas (V1/D2/Pra)

(V4/D2/Nego)

(V5/D1/Pra)

(V8/D9/Nego)

(V8/D14/Nego)

V9/D5/D6/Nego)

(V10/D6/Nego)

(V10/D8/Nego)

(V10/D10/Nego)

9

Page 48: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

2. Maksim Kualitas (V11/D22/Pasca) 1

3. Maksim Relevansi (V6/D4/Nego)

(V7/D2/Pra)

(V8/D2/Pra)

3

4. Maksim Cara (V11/D12/Nego) 1

Keterangan : V1/D2/Pra

a. V2 = Video 1

b. D2 = Data nomor 2

c. Pra = Pranegosiasi

d. Nego = Negosiasi

e. Pasca = Pascanegosiasi

Berdasarkan hasil analisis data, kesesuaian prinsip kerja sama pada tabel 01 di

atas menunjukkan beberapa dialog telah menerapkan ke empat maksim dalam prinsip

kerja sama. Tabel 01 pada nomor 1 jumlah dialog yang sudah sesuai dengan maksim

kuantitas sebanyak 6 dialog. Pertuturan tersebut telah mematuhi maksim kuantitas

karena peserta tutur antara penjual dan pembeli sudah saling memberikan informasi

yang cukup, relatif, memadai, tidak berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan. Tabel 01

pada nomor 2 jumlah dialog yang sudah sesuai dengan maksim kualitas sebanyak 2

dialog. Pertuturan tersebut telah mematuhi maksim kualitas karena peserta tutur telah

Page 49: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

memberikan informasi sesuai data dan fakta yang sebenarnya. Tabel 01 pada nomor 3

menunjukkan bahwa jumlah dialog yang mematuhi maksim relevansi hanya ada 1

dialog. Pertuturan telah mematuhi maksim relevansi dikarenakan peserta tutur telah

melakukan tuturan yang sudah sesuai dengan topik percakapan yang sebelumnya. Tabel

01 pada nomor 4 jumlah dialog yang sudah sesuai dengan maksim cara juga hanya ada

1 dialog. Pertuturan tersebut telah mematuhi maksim cara karena peserta tutur telah

memberikan informasi yang singkat, padat, jelas, tidak ambigu, dan tidak

membingungkan.

Adapun data pelanggaran yang dilakukan terhadap prinsip kerja sama pada tabel

02 pada nomor 1 di atas menunjukkan bahwa jumlah dialog yang melanggar dari

maksim kuantitas sebanyak 9 dialog. Pertuturan telah melanggar dari maksim kuantitas

dikarenakan peserta tutur memberikan informasi yang berlebihan dan tidak sesuai

dengan kebutuhan. Tabel 02 pada nomor 2 jumlah dialog yang sudah sesuai dengan

maksim kualitas hanya ada 1 dialog. Pertuturan tersebut telah melanggar maksim

kualitas karena peserta tutur memberikan informasi yang tidak didukung oleh data dan

fakta yang sebenarnya. Tabel 02 pada nomor 3 menunjukkan bahwa jumlah dialog yang

melanggar maksim relevansi sebanyak 3 dialog. Pertuturan telah melanggar maksim

relevansi dikarenakan peserta tutur memberikan informasi yang tidak relevan dengan

topik pembicaraan. Sedangkan tabel 02 pada nomor 4 jumlah dialog yang sudah sesuai

dengan maksim cara hanya ada 1 dialog. Pertuturan tersebut telah melanggar maksim

cara karena peserta tutur telah memberikan informasi yang tidak jelas, bertele-tele dan

ambigu.

Page 50: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan dari kedua tabel di atas bahwa

data pelanggaran terhadap prinsip kerja sama lebih besar dari pada data yang

menerapkan prinsip kerja sama itu sendiri. Jumlah keseluruhan data yang sesuai dengan

prinsip kerja sama sebanyak 10 dialog sedangkan jumlah keseluruhan data yang

melanggar prinsip kerja sama sebanyak 14 dialog. Data kesesuaian prinsip kerja sama

yang paling banyak dilakukan dalam penggunaan bahasa Makassar di pasar tradisional

Balang-Balang adalah maksim kuantitas, sedangkan data pelanggaran terhadap prinsip

kerja sama banyak terjadi dalam maksim kuantitas.

B. Pembahasan

Prinsip kerja sama merupakan prinsip dalam menyampaikan komunikasi verbal

dengan relatif memadai, cukup sesuai dengan fakta, relevan, tidak ambigu dan berbelit-

belit. Penjelasan mengenai prinsip kerja sama dikemukakan oleh Grice, yang kemudian

dikembangkan oleh beberapa pengarang buku pragmatik. Prinsip kerja sama dalam

percakapan terdiri dari empat maksim, yaitu: (1) maksim kuantitas (maxim of quantity),

(2) Maksim kualitas (maxim of quality), (3) Maksim relevansi (maxim of relevancy), dan

(4) Maksim cara (maxim of manner).

Berdasarkan data-data dalam hasil penelitian yang telah disampaikan sebelumnya,

telah ditemukan dialog yang mematuhi prinsip kerja sama yang terdiri dari empat

maksim, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim cara.

Selain itu juga ditemukan dialog yang menyimpang dari ke empat maksim tersebut.

Page 51: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Bentuk-bentuk dialog yang sudah sesuai dan yang melanggar maksim kerja sama akan

dianalisis dan dibahas sebagai berikut:

1. Kesesuaian prinsip kerja sama

Prinsip kerja sama yang dilakukan dalam penggunaan bahasa Makassar pada

Pasar Tradisional Balang-Balang meliputi empat maksim, yaitu (1) Maksim kuantitas,

dan (2) Maksim kualitas, (3) Maksim Relevansi, dan (4) Maksim cara. Berikut ini akan

dipaparkan mengenai jenis-jenis prinsip kerja sama tersebut.

a. Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta tutur memberikan informasi yang

relatif memadai atau sebanyak yang dibutuhkan oleh mitra tutur. Jika peserta tutur

memberikan informasi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan mitra tutur, maka

pertuturan tersebut dianggap telah mematuhi maksim kuantitas.

1. Penjual Timun

Pembeli : “Berapa timunga?” (memilih-milih timun)

Penjual : “Timunka, lima ribu tiga.”

Pembeli : “Loloji anne?” (memisahkan timun yang dipilih)

(“Muda ji ini?”)

Penjual : “Ih loloji gang”

(“Ih mudaji gang.”)

Konteks: Seorang pembeli menanyakan harga timun, penjual menjawab sesuai harga

yang ditentukan. Sambil sibuk memilih-milih pembeli juga menanyakan

apakah timun ini masih muda atau tidak dan langsung dijawab oleh si

penjual bahwa benar timunnya masih muda. (V2/D2/D4/Pra)

2. Penjual Mangga

Page 52: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Pembeli : “Ta siapa taipa ta?”

(“Berapa mangga ta?”)

Penjual : “Lima sa’bu tallu.”

(“Lima ribu tiga.”)

Konteks: Seorang pembeli datang menanyakan harga dari mangga yang ada dalam

keranjang, sambil melihat-lihat mangga si penjual langsung menjawab

sesuai dengan harga mangga tersebut. (V3/D2/Pra)

3. Penjual sayur

Pembeli : “Ta siapa anjo pariata?”

(“Berapa itu paria ta?”)

Penjual : “Lima sa’bu”

(“Lima ribu.”)

Konteks: Seorang pembeli menanyakan harga paria, ia langsung meraih satu paria di

tangannya sambil melihat-lihat. Penjual lalu menjawab sesuai harga yang

ditentukan. (V6/D2/Pra)

4. Penjual Tomat

Pembeli : (memilih-milih tomat) “Lima sa’bu tallu anne?”

(“Lima ribu tiga ini?”)

Penjual : “Iye tiga.”

Konteks: Seorang pembeli sedang memilih-milih tomat yang akan dibeli sambil

bertanya untuk memastikan harga tomat. Si penjual menjawab sesuai

pertanyaan dari pembeli sambil meladeni pembeli lainnya. (V8/D2/Pra)

5. Penjual Ikan

Pembeli : “Siapa anne kammaya?” (menyodorkan ikan kering)

(“Berapa kalau begini?”)

Penjual : (mengambil ikan lalu meletakkan di atas timbangan)

“Dua puluh lima.”

Page 53: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Konteks: Seorang pembeli memilih-milih ikan sebelum akhirnya bertanya harganya

pada penjual. Penjual lalu menimbang ikan tersebut lalu menyebutkan

harga. (V10/D2/Pra)

6. Penjual Jilbab

Pembeli : “Ada jilbab Rabbani?”

Penjual : “Ada”

Pembeli : “Warna abu-abu?”

Penjual : “Yang begini?” (menunjukkan jilbab berwarna abu-abu)

Konteks: Seorang pembeli menanyakan salah satu merek jilbab kepada penjual, lalu

penjual menunjukkan sesuai keinginan pembeli. (V11/D2/Pra)

Beberapa tuturan penjual pada (V2/D2/D4/Pra), (V3/D2/Pra), (V6/D2/Pra),

(V8/D2/Pra), (V10/D2/Pra) dan (V10/D2/D4/Pra) termasuk ke dalam penerapan

maksim kuantitas karena penjual telah memberikan informasi yang relatif memadai.

Dalam artian bahwa setiap pembeli bertanya maka penjual langsung menjawab sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh pembeli. Jadi, penjual telah memberikan informasi

yang cukup dan relatif memadai pada setiap tahapan pertuturan dengan pembeli.

Hal ini sesuai dengan teori Grice (1975: 45) yang berbunyi “Make your

information as informative as required for the current purpose or exchange”,

(Berikanlah informasi Anda sesuai kebutuhan dalam rangka tujuan atau maksud

pertuturan; jangan memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan). Teori

Grice tersebut menjelaskan bahwa di dalam maksim kuantitas, seorang penutur

diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif

mungkin. Informasi yang demikian itu tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya

dibutuhkan si mitra tutur (Rahardi, 2009: 53).

Page 54: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

b. Maksim Kualitas

Maksim kualitas menghendaki setiap peserta tutur memberikan informasi yang

benar dan logis, menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di

dalam aktivitas bertutur. Fakta itu harus di dukung dan didasarkan pada bukti-bukti

yang jelas.

1. Penjual Jilbab

Pembeli : “Ukuran berapa ini?”

Penjual : “Ukuran L, ada lebih besar atau lebih kecil.”

Konteks: Pembeli menanyakan ukuran dari sebuah jilbab lalu penjual menjawab

sesuai dengan ukuran jilbab tersebut. (V11/D6/Pra)

2. Penjual Jilbab

Pembeli : “Yang ukuran besar kuambil, ada?”

Penjual : “Ada, warna?”

Pembeli : “Abu-abu”

Penjual : “Ada, ini ukuran XL paling besar.” (menunjukkan

jilbab dengan ukuran lebih besar berwarna abu-abu)

Konteks: Pembeli menanyakan ukuran jilbab yang lebih besar kepada penjual, ia

menginginkan jilbab yang berwarna abu-abu. Penjual menjawab bahwa apa

yang diinginkan pembeli memang ada. (V11/D10/Pra)

Tuturan penjual pada (V11/D6/Pra) termasuk ke dalam penerapan maksim

kualitas karena saat pembeli menanyakan ukuran sebuah jilbab penjual menjawab sesuai

dengan kenyataan. Dalam artian jawaban yang diberikan oleh penjual memang sesuai

fakta karena ukuran jilbab tersebut memang berukuran L seperti yang penjual lihat

terlebih dahulu di bagian jilbab tersebut. Bahkan sudah diketahui jilbab pada dasarnya

Page 55: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

memang memiliki berbagai ukuran ada yang besar atau kecil sesuai dengan keinginan

pembelinya dan biasanya juga ukuran itu tertera di bagian tertentu pada jilbab itu

sendiri.

Sedangkan tuturan penjual pada (V11/D10/Pra) termasuk juga ke dalam

penerapan maksim kualitas karena penjual telah memberikan jawaban yang benar saat

pembeli menginginkan ukuran jilbab yang lebih besar dan berwarna abu-abu penjual

mengatakan ada dengan memberikan bukti sebuah jilbab ukuran XL yang lebih besar

dari jilbab sebelumnya dan berwarna abu-abu sesuai dengan keinginan pembeli.

Hal ini sudah sesuai dengan teori Grice (1975: 45) yang mengatakan “Do not say

that for which you lack adequate evidence”, (Jangan mengatakan sesuatu yang

kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai). Teori Grice tersebut

memberikan penjelasan bahwa dengan maksim kualitas ini, seorang peserta tutur

diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta yang

sebenarnya di dalam aktivitas bertutur sesungguhnya. Fakta kebahasaan yang demikian

itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas, konkrit, nyata dan

terukur. Maka sebuah tuturan akan dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila

sesuai dengan keadaannya yang sesungguhnya, tidak mengada-ada, tidak dibuat-buat

atau tidak direkayasa.

c. Maksim Relevansi

Maksim relevansi mengharapkan setiap peserta tutur dapat memberikan

informasi yang relevan atau berhubungan dengan topik pembicaraan. Jika peserta tutur

Page 56: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

mampu memberikan informasi yang relevan dan ada hubungan implikasionalnya pada

setiap tahapan pertuturan, maka dianggap telah mematuhi maksim relevansi.

1. Penjual Mangga

Pembeli : “Kalau satu?”

Penjual : “Kalau ambil duaki 3 ribu.”

Konteks: Saat si pembeli telah mengetahui harga dari mangga yaitu awalnya 5 ribu

tiga, dia kembali bertanya berapa harga mangga jika ia cuma mengambil

satu buah saja. Lalu si penjual langsung memberikan penawaran lain yaitu

jika si pembeli mengambil dua buah mangga dia cukup membayar 3 ribu

saja. (V3/D4/Nego)

Tuturan penjual pada (V3/D4/Nego) ini termasuk ke dalam penerapan maksim

relevansi karena meskipun informasi yang diberikan si penjual berbeda dengan

pertanyaan si pembeli yaitu penjual tidak menyebutkan harga langsung dari satu buah

mangga. Tetapi jawaban dari si penjual tetap dapat dimengerti oleh si pembeli yang

ditandai dengan respon pembeli yang langsung mengambil dua buah mangga lalu

dimasukkan ke dalam kantung. Dikatakan relevan karena tuturan penjual masih ada

hubungannya dengan topik pembicaraan sebelumnya dan mereka juga memiliki

pengetahuan yang sama.

Hal ini sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Grice (1975: 45) yang

berbunyi “Be relevant”, (Harap relevan). Teori Grice tersebut mengatakan bahwa

maksim relevansi mengharuskan setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang

relevan dengan masalah atau tajuk pertuturan.

d. Maksim Cara

Page 57: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Prinsip kerja sama berupa maksim cara, setiap peserta tutur diharapkan mampu

memberikan informasi yang jelas dan langsung, tidak taksa atau ambigu, tidak kabur,

dan tidak membingungkan. Jika selama proses pertuturan berlangsung, peserta tutur

mampu menjalankan salah satu syarat yang diajukan dalam maksim cara, maka dapat

dikatakan bahwa proses pertuturan yang dilakukan tersebut telah mematuhi maksim

cara.

1. Penjual Jilbab

Pembeli : “30 mo Mbak ambil dua ka.”

Penjual : “Kalau ambil dua saya kasiki 35.”

Pembeli : “30?”

Penjual : “Tidak bisa.” (menggelengkan kepala)

Konteks: Pembeli menawar harga jilbab dan berharap penjual mau memberinya

dengan harga 30 maka ia akan mengambil dua jilbab. Tetapi penjual

menginginkan harga 35 ribu meski pembeli berkali-kali menawar.

(V11/D16/Nego)

Tuturan penjual pada (V11/D16/Nego) ini termasuk ke dalam penerapan

maksim cara karena saat pembeli berusaha menawar harga jilbab dengan harga 30 ribu.

Setiap pertanyaan dari pembeli, penjual selalu memberikan jawaban yang padat namun

jelas untuk meyakinkan pembeli bahwa jika pembeli ingin mengambil dua jilbab ia akan

memberinya dengan harga 35 saja. Dan saat pembeli kembali menawar, penjual dengan

singkat mengatakan tidak bisa pada permintaan pembeli.

Hal ini sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Avoid obscurity of

expression”, (Hindari ungkapan yang tidak jelas). Teori Grice tersebut menjelaskan

Page 58: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

bahwa maksim cara ini mengharuskan penutur atau mitra tutur berbicara secara

langsung, tidak kabur, tidak ambigu, tidak berlebih-lebihan dan runtut.

2. Pelanggaran Prinsip Kerja Sama

Apabila di dalam praktek komunikasi terdapat penutur yang memberikan

informasi atau jawaban yang berlebihan, salah, tidak relevan, tidak jelas dan ambigu,

maka telah terjadi pelanggaran. Hal ini biasa terjadi karena adanya tujuan-tujuan

tertentu yang sengaja dilakukan oleh peserta komunikasi. Pelanggaran prinsip kerja

sama yang dilakukan dalam penggunaan bahasa Makassar pada Pasar Tradisional

Balang-Balang meliputi empat maksim, yaitu (1) Maksim kuantitas, (2) Maksim

kualitas, (3) Maksim relevansi, dan (4) Maksim cara.

a. Pelanggaran Maksim Kuantitas

Pelanggaran terhadap maksim kuantitas terjadi apabila peserta tutur

memberikan informasi yang berlebihan, tidak cukup dan tidak sesuai dengan kebutuhan

lawan tuturnya.

1. Penjual Timun

Pembeli : “Ta’ siapa bonte ka?” (sambil memilih-milih timun)

(“Berapa harganya timun?”)

Penjual : “Lima sa’bu tallu, loloi anne loloi. Anne lima sa’bu ee,

lima ribu anjo ia lima ribu. Yaa loloi anne loloi, lima

ribu lima ribu.”

(“Lima ribu tiga, muda-muda ini. Yang ini lima ribu,

lima ribu itu ia lima ribu. Yaa muda-muda ini, lima

ribu lima ribu.”)

Page 59: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Konteks: Seorang pembeli menanyakan harga timun sambil memilih-milih. Penjual

menjawab sesuai harganya. Saat pembeli masih sibuk memilih-milih, penjual

tidak henti mengatakan kepada pembeli bahwa harga timunnya lima ribu dan

semuanya masih muda-muda. (V1/D2/Pra)

2. Penjual Sayur

Pembeli : “Kasima 2 ribu di’?”

Penjual : “Iye. (menyiapkan kantung) Biasanya 3 ribu ini kalau

ambil dua.”

Konteks: Seorang pembeli sibuk memilih-milih sayur bayam, lalu ia meminta harga

dua ikat sayur bayam itu 2 ribu saja. Si penjual hanya mengiyakan, sambil

membungkuskan pesanan pembeli, tiba-tiba si penjual kembali mengatakan

bahwa biasanya harga dua ikat sayur bayam itu 3 ribu. Tetapi si pembeli

tidak menghiraukan dan tetap membayar 2 ribu sesuai dengan kesepakatan

awal dengan si penjual. (V4/D2/Nego)

3. Penjual Timun

Penjual : “Lima ribu kantongan, aganna ji antu cuma cakdina

kupakamma. Loloi antu.”

(“Lima ribu kantongan, temannaji itu cuma kecilnya

ku kasi begitu, mudaji itu.”)

Pembeli : (mengambil sekantung timun lalu menyodorkan uang)

“Tabe’.”

Konteks: Seorang pembeli menanyakan harga dari timun yang sudah dibungkus

kantung plastik sambil melihat-lihat isinya. Si penjual lalu menyebutkan

harga sambil menjelaskan alasan mengapa timun itu sudah di bungkus

berbeda dengan timun yang ditumpuk bebas. (V5/D1/Pra)

4. Penjual Tomat

Pembeli : “Ka eroka lima sa’bu siagang ladana deh.”

(“Ka mauka 5 ribu sama lomboknya deh.”)

Penjual : “Ia mi anjo”

(“Iye itu mi.”)

Page 60: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Pembeli : “Passammi manna rua ja antu assala nu sarea anjo.”

(menunjuk cabai)

(“Biarmi dua itu asal di kasika juga itu.”)

Konteks: Si pembeli menanyakan harga tomat dengan cabai. Si penjual langsung

menyebutkan harganya. Si pembeli kembali mengatakan bahwa ia hanya

menginginkan tomat dan cabai seharga 5 ribu saja dan tidak mengapa jika

tomat tersebut dikurangi oleh si penjual asal tetap mendapatkan cabai.

(V8/D9/Nego)

5. Penjual Tomat

Pembeli : “Eroka lasuna eja lima sa’bu.” (menunjuk bawang merah

sambil memberikan uang kepada penjual).

(“Mauka bawang merah ta lima ribu.”)

Penjual : “Lompoa? (meraih bawang merah)

Lammorangngangi sede lasunayya.” (tertawa lalu

memberikan tomat dan cabai yang sudah dibungkus

kepada pembeli.

(“Besarka? Lebih murahki sede bawang merahka .”)

Konteks: Saat sudah membeli tomat dan cabai si pembeli kembali menginginkan

bawang merah seharga 5 ribu. Si penjual langsung mengambilkan bawang

merah sesuai dengan yang diinginkan si pembeli sambil berkata harga

bawang merah kali ini lebih murah sambil tertawa. (V8/D14/Nego)

6. Penjual Tahu

Penjual : “Berapa tahu ka?” (mengambil kantong)

Pembeli : “Sepuluh.”

Penjual : “Ku kira dua puluh.” (mengambil tahu lalu

memasukkan ke dalam kantong)

Pembeli : (tertawa) “Hmm..kalau dua puluh na bilang na kira

empat puluh.”

Konteks: Seorang pembeli ingin membeli tahu, lalu si penjual bertanya berapa yang ia

inginkan. Si pembeli menjawab 10 dan si penjual kembali mengatakan bahwa

Page 61: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

ia kira si pembeli maunya 20 dengan nada bercanda. Si pembeli yang

mendengar itu kembali membalas perkataan penjual yang hampir serupa

sambil tertawa. (V9/D5/D6/Nego)

7. Penjual Ikan

Pembeli : “Sampulo mo lima deh!”

(“Lima belas mo deh!”)

Penjual : “Ih tena modalna kodong, punna rua puloh ja, sisa’bu

ji di sawala kodong iye.”

(“Ih tidak ada modalna kodong. Kalau dua puluh ji,

seribu ji di dapat kodong iye.”)

Konteks: Seorang penjual menawarkan harga ikan dengan menurunkan harga yang

awalnya 25 ribu menjadi 20 ribu. Tetapi si pembeli kembali menawar dengan

harga 15 ribu saja. Namun, si penjual menolak dan beralasan bahwa kalau

harganya segitu tidak akan balik modal. (V10/D6/Nego)

8. Penjual Ikan

Pembeli : “Ka kauji tea punna sikammaja anjo.”

(“Ka kau ji tidak mau kalau begitu.”)

Penjual : Iye cocokmi, ni sare jaki punna teaki apa paeng ka ku

sare jaki. Gassingka nikana Dg Lawa sibakuna

kareng.”

(“Iye cocokmi, ku kasi jaki kalau tidak mauki apa

paeng ka ku kasi jaki. Nantika di bilang sekke na Dg

Lawa deh!”)

Konteks: Si pembeli ingin membeli ikan setelah tawar-menawar dengan si penjual.

Tapi si pembeli tidak mau kalah dan mengatakan kalau si penjual sendiri

yang tidak mau kalau harga awal yang diinginkan pembeli hanya 15 ribu. Si

penjual kembali mengatakan kalau ia sudah menawarkan dan itu terserah

dari si pembeli. (V10/D8/Nego)

9. Penjual Ikan

Pembeli : (tertawa) “Tambai paeng se’re deh nampa ku alle.”

Page 62: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

(“Tambah pale satu baru ku ambilki deh.”)

Penjual : “Kusareki paeng gassingka nikaya sibaku. Tena

kusibaku kodong punna rua poluh ja anne.”

(mengambil 1 ekor ikan lalu ditambahkan ke atas

timbangan)

(“Ku kasiki pale nanti di bilangika pelit. tidak pelitki

kodong kalau dua puluh ji ini.”)

Konteks: Pembeli terus menawar ikan kepada penjual, lalu pembeli memutuskan akan

membeli ikan jika penjual mau menambah satu ekor ikannya lagi dan

akhirnya penjual menerima permintaan pembeli. (V10/D10/Nego)

Jika diperhatikan secara seksama beberapa pertuturan di atas melanggar prinsip

kerja sama pada maksim kuantitas karena tuturan pada (V1/D2/Pra), (V4/D2/Nego),

(V5/D1/Pra), (V8/D9/Nego), (V8/D14/Nego), (V9/D5/D6/Nego), (V10/D6/Nego),

(V10/D8/Nego) dan (V10/D10/Nego) baik penjual maupun pembeli memberikan

informasi secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masing-masing mitra

tutur. Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Do not make your

contribution more informative than is required”, yang diartikan oleh Nadar (Jangan

memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan).

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa di dalam maksim kuantitas, seorang

penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan

seinformatif mungkin. Informasi yang demikian itu tidak boleh melebihi informasi yang

sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur. Tuturan yang tidak mengandung informasi yang

sungguh-sungguh diperlukan mitra tutur, dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas

Page 63: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

dalam prinsip kerja sama Grice. Demikian sebaliknya, apabila tuturan itu mengandung

informasi yang berlebihan akan dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas.

a. Pelanggaran Maksim Kualitas

Maksim kualitas mengharapkan setiap peserta tutur memberikan informasi

yang benar, logis dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Jika terdapat peserta

tutur yang memberikan informasi yang salah, mengada-ada, tidak logis dan tidak

didukung dengan bukti-bukti yang jelas maka bisa dikatakan menyimpang dari maksim

kualitas.

1. Penjual Jilbab

Pembeli : “Ini pale, tapi bagusji ini kainnya tidak cepatji robek atau

luntur?”

Penjual : “Baguski sayang kalau cepat kalau luntur di kasi

pulang saja di tukar. Tidak luntur ini karena dia

bagus bahannya memang”

Konteks: Pembeli lalu memutuskan jilbab yang ingin dibelinya dengan memastikan

terlebih dahulu kualitas dari jilbab tersebut. (V11/D22/Pasca)

Tuturan penjual pada (V11/D22/Pasca) termasuk dalam pelanggaran maksim

kualitas karena saat pembeli menanyakan kualitas dari jilbab yang ingin dibelinya

penjual memberikan jawaban yang tidak disertai bukti. Dalam artian bahwa tuturan

penjual di sini hanya berusaha meyakinkan pembeli bahwa kualitas dari jilbab tersebut

bagus. Secara logika tidak mungkin ada penjual yang menjelek-jelekkan barang

dagangannya di depan pembeli. Jadi, tuturan penjual ini masih tidak bisa dibuktikan

Page 64: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

secara langsung karena kalau pun nanti jilbabnya luntur atau robek itu semua tergantung

dari si pengguna jilbab itu sendiri.

Hal ini tidak sesuai dengan toeri Grice yang berbunyi “Do not say what you

believe to be false and do not say that which you lack adequate evidence”, (Jangan

mengatakan sesuatu yang tidak benar; jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya

tidak dapat dibuktikan secara memadai). Teori Grice tersebut memberikan penjelasan

bahwa dengan maksim kualitas ini, seorang peserta tutur diharapkan dapat

menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya di dalam

aktivitas bertutur. Fakta kebahasaan tersebut harus didukung dan didasarkan pada bukti-

bukti yang jelas, konkrit, nyata dan terukur. Sebuah tuturan akan dapat dikatakan

memiliki kualitas yang baik apabila tuturan itu sesuai dengan faktanya, sesuai dengan

keadaan yang sesungguhnya, tidak mengada-ada, tidak dibuat-buat, tidak direkayasa.

Jadi, sesuai dengan maksim ini selalu berusahalah dalam praktik bertutur sapa yang

sebenarnya, kualitas pertuturan itu benar-benar di jaga dengan cara menyampaikan

tuturan itu dengan pernyataan yang sesuai dengan fakta dan keadaan yang sebenarnya.

b. Pelanggaran Maksim Relevansi

Agar pembicaraan selalu relevan, diharapkan setiap peserta tutur mempunyai

latar belakang pengetahuan yang sama sehingga topik pembicaraan mudah untuk

dipahami pada setiap tahapan komunikasi. Jika terdapat peserta tutur yang tidak paham

dengan konteks saat ujaran terjadi, maka ujaran tersebut bisa menyimpang dari maksim

relevansi.

Page 65: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

1. Penjual Sayur

Pembeli : “Ta siapa anjo paria ta?”

(“Berapa itu paria ta?”)

Penjual : “Lima sa’bu”

(“Lima ribu.”)

Pembeli : “Se’re?” (meraih satu paria)

(“Satu?”)

Penjual : “Deh ga’gana, cantik-cantik.”

(“Deh bagusnya, cantik-cantik.”)

Konteks: Seorang pembeli menanyakan harga paria, ia langsung meraih satu paria di

tangannya sambil melihat-lihat. Saat sudah mengetahui harganya ia

bertanya lagi apakah harga 5 ribu itu hanya untuk satu paria saja. Tetapi si

penjual hanya mengatakan bagus dan cantik terhadap paria yang masih

dipegang oleh si pembeli agar si pembeli tertarik dan langsung membeli.

(V6/D4/Nego)

2. Penjual Kebutuhan Sehari-hari

Pembeli : “Anne ia obat nyamuk ka Dg Ajji?” (memperlihatkan obat

nyamuk)

(“Ini ia obat nyamuk ka Dg Ajji?”)

Penjual : “Inai pata anne?

“Siapa punya ini?” (menunjuk sabun cuci dan vitsin

yang ada di depannya)

Pembeli : “Anungku mi anjo.”

(“Punyaku mi itu.”)

Konteks: Seorang pembeli menanyakan harga dari obat nyamuk tetapi si penjual tidak

langsung menjawab tetapi bertanya kembali kepada pembeli tentang barang

yang sudah ada di depannya. V7/D2/Pra

3. Penjual Tomat

Pembeli : “Siapami antu ni sareanga tomatna?” (menunjuk tomat)

Page 66: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

(“Berapami itu dikasikan ka tomat ta?”)

Penjual : (menimbang tomat) “Iya, anjo ji?”

(“Iya, itu ji?”)

Konteks: Seorang pembeli yang telah selesai memilih tomat lantas menanyakan

harganya kepada si penjual. Tetapi si penjual tidak langsung menjawab tapi

mengambil tomat itu untuk di takar lalu bertanya kembali kepada si pembeli

dengan maksud apakah cuma itu yang diinginkan si pembeli. (V8/D2/Pra)

Beberapa pertuturan di atas melanggar prinsip kerja sama pada maksim relevansi

karena tuturan penjual pada (V6/D4/Nego), (V7/D2/Pra) dan (V8/D2/Pra) tidak sesuai.

Setiap pertanyaan dari si pembeli tidak di jawab langsung oleh si penjual. Ada yang

mengabaikan pertanyaan pembeli atau bahkan mengajukan pertanyaan balik. Penjual

yang tidak langsung menjawab pertanyaan pembeli menganggap pembeli sudah paham.

Adapun pertanyaan yang di jawab dengan pertanyaan kembali tidaklah sesuai dengan

harapan si pembeli. Ini bahkan menimbulkan ketidaksesuaian dan jika pertanyaan tidak

dijawab sebagaimana mestinya maka akan menimbulkan ketidakrelevanan pada tuturan

atau topik pembahasan sebelumnya. Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice (1975: 45)

yang berbunyi “Be relevant” (Harap relevan).

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa di dalam maksim relevansi dengan tegas

dinyatakan bahwa agar dapat terjalin kerja sama yang sungguh-sungguh baik antara

penutur dan mitra tutur dalam praktik bertutur sapa hendaknya masing-masing dapat

memberikan kontribusi yang benar-benar relevan dengan sesuatu yang sedang

dipertuturkan itu. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang relevan yang

demikian itu, akan dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama Grice.

Page 67: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

2. Pelanggaran Maksim Cara

Maksim cara mengharapkan peserta tutur memberikan informasi yang

langsung, jelas, tidak kabur, tidak ambigu. Sebuah ujaran dikatakan menyimpang dari

maksim cara apabila peserta tutur memberikan informasi yang berbelit-belit,

membingungkan, kabur dan ambigu.

1. Penjual Jilbab

Pembeli : “Berapa ini?”

Penjual : “45, masih bisa kurang.”

Pembeli : “30?”

Penjual : “Tidak bisa sayang.”

Konteks: Pembeli menanyakan harga jilbab, saat penjual menjawab sesuai harga,

penjual juga memberi penawaran lain kalau harga jilbabnya masih bisa

kurang. (V11/D12/Nego)

Tuturan penjual pada (V11/D12/Nego) termasuk dalam pelanggaran maksim

cara karena saat pembeli menanyakan harga, penjual langsung menjawab 45 ribu.

Penjual juga menawarkan kepada pembeli bahwa harga jilbabnya masih bisa kurang.

Kata masih bisa kurang di sini tentu memberi kesempatan kepada pembeli menawarkan

harga yang relatif rendah karena penjual tidak menyebutkan harga pasti. Tetapi saat

pembeli menawarkan harga 30 ribu penjual lantas mengatakan tidak bisa. Dalam artian

di sini bahwa penjual awalnya memberikan informasi yang belum jelas atau bahkan

bertele-tele kepada pembeli, karena saat pembeli menawar permintaannya ternyata tidak

terpenuhi.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Avoid ambiguity”,

(Hindari ungkapan yang taksa). Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa pembicara

Page 68: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

harus mengutarakan ujarannya sedemikian rupa agar mudah dipahami oleh lawan

bicaranya dengan menghindari kekaburan, ketaksaan, berbicara secara padat dan

langsung.

Page 69: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa kesesuaian terhadap prinsip kerja sama dalam

penggunaan bahasa Makassar pada pasar tradisional Balang-Balang Kecamatan

Bontomarannu Kabupaten Gowa meliputi ke empat maksim yaitu maksim kuantitas,

maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim cara. Kesesuaian itu lebih banyak

dilakukan dalam maksim kuantitas karena peserta tutur memberikan informasi yang

cukup, tidak berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan mitra tutur. Kesesuaian maksim

kualitas karena peserta tutur telah memberikan informasi berdasarkan fakta yang

sebenarnya. Kesesuaian maksim relevansi karena pertuturan sudah relevan dengan topik

pembicaraan. Kesesuaian maksim cara karena peserta tutur telah memberikan informasi

yang singkat padat, jelas dan tidak ambigu.

Pelanggaran terhadap prinsip kerja sama juga meliputi ke empat maksim yaitu

maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim cara. Pelanggaran itu

lebih banyak dilakukan dalam maksim kuantitas karena peserta tutur memberikan

informasi yang berlebihan dan tidak sesuai dengan kebutuhan mitra tutur. Pelanggaran

maksim kualitas karena peserta tutur memberikan infromasi yang tidak didasarkan oleh

fakta dan bukti yang ada. Pelanggaran pada maksim relevansi terjadi karena peserta

tutur memberikan informasi yang tidak relevan dengan tuturan sebelumnya. Sedangkan

Page 70: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

pelanggaran pada maksim cara terjadi karena peserta tutur memberikan informasi yang

bertele-tele, tidak jelas, dan membingungkan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa data pelanggaran terhadap

prinsip kerja sama dalam penggunaan bahasa Makassar pada pasar tradisional Balang-

Balang Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa, lebih besar dari pada data yang

menerapkan prinsip kerja sama itu sendiri. Jumlah keseluruhan data yang sesuai dengan

prinsip kerja sama sebanyak 10 dialog sedangkan jumlah keseluruhan data yang

melanggar prinsip kerja sama sebanyak 14 dialog. Data kesesuaian prinsip kerja sama

yang paling banyak dilakukan dalam penggunaan bahasa Makassar di pasar tradisional

Balang-Balang adalah maksim kuantitas, sedangkan data pelanggaran terhadap prinsip

kerja sama banyak terjadi dalam maksim kuantitas.

B. Saran

1. Bagi pembaca, ketika melaksanakan aktivitas komunikasi dimanapun penting

memperhatikan kaidah-kaidah di dalam percakapan dan berusaha agar tuturan

yang disampaikan tidak berlebihan benar, relevan dengan konteks, tidak

berbelit-belit dan ambigu agar komunikasi bisa berjalan dengan lancar tanpa

hambatan dan menghindari kemungkinan terjadinya kesalahpahaman.

2. Bagi peneliti, penelitian tentang prinsip kerja sama dalam penggunaan bahasa

Makassar pada pasar tradisional Balang-Balang Kecamatan Bontomarannu

Kabupaten Gowa ini masih memiliki banyak keterbatasan. Untuk peneliti

selanjutnya disarankan supaya lebih baik lagi dalam mengumpulkan dan

menganalisis data.

Page 71: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Edi Subroto, D. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret Press.

FKIP Unismuh. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: FKIP Unismuh

Makassar.

Grice, H.P. 1975. Logic and Conversation. New York: Oxford University Press.

Hendri, Ristiawan. 2017. Prinsip Kerja Sama dalam Berinteraksi di Lingkungan SMP

11 Kota Jambi, (Online), Vol. 7 No. 2, (http://online-

journal.unja.ac.id/index.php/pena/article/view/4768).

Kunjana. 2009. Pragmatik Kesantuan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Lubis, Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Maufur, Syibli. 2016. Penerapan Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Sopan Santun

Berbahasa di Kalangan Masyarakat Kampung Pesisir Kota Cirebon,

(Online), Vol. 3 No. 1, (http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/).

Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriprif Kualitatif. Jakarta: GP Press Group.

Moleong. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Page 72: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Nabila, Churin In. 2014. Prinsip Kerja Sama Grice dalam Humor Dialog Cekakak-

Cekikik Jakarta Karya Abdul Chaer Serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran

Bahasa Indonesia. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Putri, Cur Nur Azizah. 2014. Prinsip Kerja Sama dalam Acara Talkshow Debat

Indonesia Lawyers Club. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Rahardi, Kunjana. 2009. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Rohmadi, Muhammad. 2010. Pragmatik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma

Pustaka.

Rusminto, Nurlaksana Eko. 2015. Analisis Wacana Kajian Teoritis dan Praktis.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sari, Ni Wayan Eminda. 2013. “Pelaksanaan Prinsip Kerja Sama dalam Percakapan

Guru dan Siswa Serta Dampaknya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas

XI SMAN 1 Kediri”, (Online), Vol. 3 No. 2,

(http://media.neliti.com/media/publications/129396-ID-pelaksanaan-

prinsip-kerja-sama-dalam-per.pdf).

Syafruddin. 2018. Membangun Bahasa Santun. Makassar: Universitas

Muhammadiyah Makassar Press.

Page 73: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Wiryotinoyo, M. 2013. Implikatur Percakapan Anak Usia Sekolah Dasar. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Yulaehah, Fikri. 2012. Analisis Prinsip Kerja Sama pada Komunikasi Facebook (Studi

Kasus pada Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta

Angkatan 2007). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 74: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Data Video Observasi di Pasar Tradisional Balang-Balang

Kec. Bontomarannu Kab. Gowa

Transkrip Percakapan

Video 1

1. Pembeli : “Ta’ siapa bonte ka?” (sambil memilih-milih timun)

(“Berapa harganya timun?”)

2. Penjual : “Lima sa’bu tallu, loloi anne loloi. Anne lima sa’bu ee, lima ribu

anjo ia lima ribu. Yaa loloi anne loloi, (membungkuskan timun

yang sudah dipilih oleh pembeli lalu memberikannya) lima ribu

lima ribu.”

(“Lima ribu tiga, muda-muda ini. Yang ini lima ribu, lima ribu itu

ia lima ribu. Yaa muda-muda ini, lima ribu lima ribu.”)

Pembeli lalu membayar ke penjual sesuai harga yang disepakati lalu pergi.

Video 2

1. Pembeli : “Berapa timunga?” (memilih-milih timun)

2. Penjual : “Timunka, lima ribu tiga.”

3. Pembeli : “Loloji anne?” (memisahkan timun yang dipilih)

(“Muda ji ini?”)

4. Penjual : “Ih loloji gang”

(“Ih mudaji gang.”)

Pembeli lalu membayar ke penjual sesuai harga yang disepakati lalu pergi.

Video 3

1. Pembeli : “Ta siapa taipa ta?”

(“Berapa mangga ta?”)

2. Penjual : “Lima sa’bu tallu.”

(“Lima ribu tiga.”)

3. Pembeli : “Punna se’re?”

(“Kalau satu?”)

4. Penjual : “Ngalle ruaki tallu sa’bu?” (menyiapkan kantung)

Page 75: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

(“Kalau ambil duaki 3 ribu.”)

Pembeli lalu memasukkan dua buah mangga yang sudah dipilih ke dalam kantong. Selanjutnya

pembeli langsung membayar kepada penjual lalu pergi.

Video 4

1. Pembeli : (memilih-milih sayur bayam) “Kasima 2 ribu di’?”

2. Penjual : “Iye (menyiapkan kantung) biasanya tiga ribu ini kalau ambil dua

ki.” (menunjuk sayur bayam)

Pembeli lalu membayar ke penjual sesuai harga yang disepakati lalu pergi.

Video 5

1. Penjual : “Lima ribu kantongan, aganna ji antu cuma cakdina kupakamma.

Loloi antu.”

(“Lima ribu kantongan, temannaji itu cuma kecilnya ku kasi

begitu, mudaji itu.”)

2. Pembeli : (mengambil sekantung timun lalu menyodorkan uang) “Tabe’.”

Pembeli langsung mengambil uang lalu membayar kepada penjual lalu pergi.

Video 6

1. Pembeli : “Ta siapa anjo paria ta?”

(“Berapa itu paria ta?”)

2. Penjual : “Lima sa’bu”

(“Lima ribu.”)

3. Pembeli : “Se’re?” (meraih satu paria)

(“Satu?”)

4. Penjual : “Deh ga’gana, cantik-cantik.”

(“Deh bagusnya, cantik-cantik.”)

5. Pembeli : (Memberikan paria kepada penjual untuk di bungkus) “Polong

ruami deh!”

“Potong duami deh.”

6. Penjual : “Hmm..kupolongi.” (membagi paria menjadi dua)

Page 76: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

(“Hmm..kupotongki.”)

7. Pembeli : “Ih tenaja na angapa anjo?” (sambil menekan-nekan bagian

tengah dari paria)

(“Ih tidak apa-apaji itu?”)

8. Penjual : “Tena, kamma mantongi kambunna anu kammaya” (memasukkan

paria ke dalam kantongan)

(“Tidak, begitu memangki tengahnya kalau beginian.”)

Pembeli langsung mengambil uang lalu membayar kepada penjual lalu pergi.

Video 7

1. Pembeli : “Anne ia obat nyamuk ka Dg Ajji?” (memperlihatkan obat

nyamuk)

(“Ini ia obat nyamuk ka Dg Ajji?”)

2. Penjual : “Inai pata anne?

“Siapa punya ini?” (menunjuk sabun cuci dan vitsin yang ada di

depannya)

3. Pembeli : “Anungku mi anjo.”

(“Punyaku mi itu.”)

4. Penjual : “Oh anunta mi?”

(“Oh punyata mi?”)

5. Pembeli : “Iyo.”

6. Penjual : (memasukkan sabun, vitsin dan obat nyamuk ke dalam kantong)

“Dua lima.”.

Pembeli mengambil uang dan langsung membayar lalu pergi

Video 8

1. Pembeli : (memilih-milih tomat) “Lima sa’bu tallu anne?”

(“Lima ribu tiga ini?”)

2. Penjual : “Iye tiga.”

3. Pembeli : “Siapami antu ni sareanga tomatna?” (menunjuk tomat)

(“Berapami itu dikasikan ka tomat ta?”)

Page 77: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

4. Penjual : (menimbang tomat) “Iya, anjo ji?”

(“Iya, itu ji?”)

5. Pembeli : “Siapami anjo, siagang lada?” (menunjuk tomat)

(“Berapa mi itu, sama lombok?”)

6. Penjual : “Iye patasa’bu anjo naung tomatka kamma” (mengambil kantung)

(“Iye empat ribu mi ini tomatka begini.”)

7. Pembeli : “Ka eroka lima sa’bu siagang ladana deh.”

(“Ka mauka 5 ribu sama lomboknya deh.”)

8. Penjual : “Ia mi anjo”

(“Iye itu mi.”)

9. Pembeli : “Passammi manna rua ja antu assala nu sarea anjo.” (menunjuk

cabai)

(“Biarmi dua itu asal di kasika juga itu.”)

10. Penjual : “Baa kusare jaki poeng sike’dek lada.” (sambil membungkus

tomat dan cabai)

(“Iye kukasi jaki juga sedikit lombok.”)

11. Pembeli : “Oh iyo ka ia anjo ladaya parallu. Kajjalaki sedeng ladayya ka,

tomatka?”

(“Oh iyo ka itu mi lombok ka penting. Mahalki sede lombok ka,

tomatka?”)

12. Penjual : “Ee..lada lima puloh sa’bu mae tau balu..”

(“Ee..lombok lima puluh ribu orang na jualkanki.”)

13. Pembeli : “Eroka lasuna eja lima sa’bu.” (menunjuk bawang merah sambil

memberikan uang kepada penjual).

(“Mauka bawang merah ta lima ribu.”)

14. Penjual : “Lompoa? (meraih bawang merah) Lammorangngangi sede

lasunayya.” (tertawa lalu memberikan tomat dan cabai yang

sudah dibungkus kepada pembeli.

(“Besarka? Lebih murahki sede bawang merahka .”)

Pembeli memasukkan belanjaan ke kantung lebih besar lalu pergi.

Page 78: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

Video 9

1. Pembeli : “Tahu saya mas!”

2. Penjual : “Berapa tahu ka?” (mengambil kantong)

3. Pembeli : “Sepuluh.”

4. Penjual : “Ku kira dua puluh.” (mengambil tahu lalu memasukkan ke

dalam kantong)

5. Pembeli : (tertawa) “Hmm..kalau dua puluh na bilang na kira empat puluh.”

6. Penjual : “Tabe’.” (memberikan sekantong tahu)

Pembeli membayar ke penjual lalu pergi

Video 10

1. Pembeli : “Siapa anne kammaya?” (menyodorkan ikan kering)

(“Berapa kalau begini?”)

2. Penjual : (mengambil ikan lalu meletakkan di atas timbangan) “Dua puluh

lima.”

3. Pembeli : “Hmm!” (kaget)

4. Penjual : “Dua puluh, (merapikan ikan) rua puloh mo ki alleangi.”

(“dua puluh mo kita ambilkanki.”)

5. Pembeli : “Sampulo mo lima deh!”

(“Lima belas mo deh!”)

6. Penjual : “Ih tena modalna kodong, punna rua puloh ja, sisa’bu ji di sawala

kodong iye.”

(“Ih tidak ada modalna kodong. Kalau dua puluh ji, seribu ji di

dapat kodong iye.”)

7. Pembeli : “Ka kauji tea punna sikammaja anjo.”

(“Ka kau ji tidak mau kalau begitu.”)

8. Penjual : “Iye cocokmi, ni sare jaki punna teaki apa paeng ka ku sare jaki.

Gassingka nikana Dg Lawa sibakuna kareng.”

(“Iye cocokmi, ku kasi jaki kalau tidak mauki apa paeng ka ku

kasi jaki. Nantika di bilang sekke na Dg Lawa deh!”)

9. Pembeli : (tertawa) “Tambai paeng se’re deh nampa ku alle.”

Page 79: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

(“Tambah pale satu baru ku ambilki deh.”)

10. Penjual : “Kusareki paeng gassingka nikaya sibaku. Tena ku sibaku kodong

punna rua poluh ja anne.” (mengambil 1 ekor ikan lalu

ditambahkan ke atas timbangan)

(“Ku kasiki pale nanti di bilangika pelit. tidak pelitki kodong

kalau dua puluh ji ini.”)

11. Pembeli : “Kareng ku kana nakke sampulo ji lima.” (mengambil uang di

dompet)

(“Deh ku kira saya lima belas ji.”)

12. Penjual : “Ih anjo lagi sampulo lima na..”(memberikan ikan yang sudah

dibungkus)

(“Ih itu lagi dua puluh na..”)

Pembeli membayar kepada penjual lalu pergi.

Video 11

1. Pembeli : “Ada jilbab Rabbani?”

2. Penjual : “Ada”

3. Pembeli : “Warna abu-abu?”

4. Penjual : “Yang begini?” (menunjukkan jilbab berwarna abu-abu)

5. Pembeli : “Ukuran berapa ini?”

6. Penjual : “Ukuran L, ada lebih besar atau lebih kecil.”

7. Pembeli : “Yang ukuran besar kuambil, ada?”

8. Penjual : “Ada, warna?”

9. Pembeli : “Abu-abu”

10. Penjual : “Ada, ini ukuran XL paling besar.” (menunjukkan jilbab dengan

ukuran lebih besar)

11. Pembeli : “Berapa ini?”

12. Penjual : “45, masih bisa kurang.”

13. Pembeli : “30?”

14. Penjual : “Tidak bisa sayang.”

15. Pembeli : “30 mo Mbak ambil dua ka.”

Page 80: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

16. Penjual : “Kalau ambil dua saya kasiki 35.”

17. Pembeli : “30?”

18. Penjual : “Tidak bisa.” (menggelengkan kepala)

19. Pembeli : “Tidak bisa?”

20. Penjual : “Iye, 35 pi karena dia ukuran besar.”

21. Pembeli : “Ini pale, tapi bagusji ini kainnya tidak cepatji robek atau luntur?”

22. Penjual : “Baguski sayang kalau cepat kalau luntur di kasi pulang saja di

tukar. Tidak luntur ini karena dia bagus bahannya memang”

23. Pembeli : (menoleh ke arah jilbab lain)

24. Penjual : “Warna lain banyak mauki warna apa? Ada warna putih, coklat,

hitam atau biru, krem.” (menyela-nyela jilbab yang tergantung)

25. Pembeli : “Kalau warna biru Bu samaji harganya juga?”

26. Penjual : “Samaji sama ukurannya juga.”

27. Pembeli : “Ohh”

28. Penjual : “Ada biru muda, biru tua ada hijau, krem.”

29. Pembeli : “Yang warna ini mi saja ku ambil.” (memberikan jilbab kepada

penjual)

30. Penjual : “Oh iye, itu saja? (melipat jilbab pesanan pembeli lalu diberikan)

31. Pembeli : (memberikan uang kepada penjual) “Makasih Bu.” (tersenyum)

32. Penjual : “Iye sama-sama, kembaliki lagi nah belanja.” (tersenyum)

33. Pembeli : “Iye.”

Page 81: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

LAMPIRAN DOKUMENTASI

Page 82: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …
Page 83: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …
Page 84: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …
Page 85: PRINSIP KERJA SAMA DALAM PENGGUNAAN BAHASA …

RIWAYAT HIDUP

Nur Alam. Dilahirkan di Balang-Balang Kabupaten Gowa

pada tanggal 10 Mei 1997, dari pasangan Suhaji Dg Lawa dan

Patimasang Dg Kebo. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun

2003 di SDN Unggulan Bontomanai Kabupaten Gowa dan

tamat tahun 2008, tamat SMP Negeri 1 Bontomarannu tahun

2011 dan tamat SMA Negeri 1 Bontomarannu (sekarang SMA

Negeri 8 Gowa) tahun 2014. Pada tahun yang sama (2014)

penulis melanjutkan pendidikan pada program Sarjana Satu (S1) Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai 2018.