21
PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL REKONSTRUKSI SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA “BILA MALAM BERTAMBAH MALAM” KARYA PUTU WIJAYA: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Penyusun: Drs. Arju Susanto, M.Pd. NIDN. 0312086202 PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS NASIONAL 2019

PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN

UNIVERSITAS NASIONAL

REKONSTRUKSI SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA “BILA MALAM

BERTAMBAH MALAM” KARYA PUTU WIJAYA: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGI

SASTRA

Penyusun:

Drs. Arju Susanto, M.Pd.

NIDN. 0312086202

PRODI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NASIONAL

2019

Page 2: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …
Page 3: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. iii

ABSTRAK .......................................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................................................................

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................................

1.3 Tujuan .........................................................................................................................................

1.4 Tinjauan Pustaka ....................................................................................................................

BAB II. LANDASAN TEORI .........................................................................................................................

BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................................................................

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................................

Page 4: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

ABSTRAK

Karya sastra dan budaya memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Di satu

sisi budaya dan lingkungan sosial mempengaruhi karya sastra tapi di sisi lain Karya sastra

juga berpengaruh terhadap lingkunghan sosial dan budayanya. Bila Malam Bertambah

Malam merupakan salah satu karya sastra yang ditulis oleh pengarangnya untuk

mengungkapkan permasalah-permasalahan sosial sekaligus berusaha mempengaruhi dengan

menawarkan solusi dari permasalahan tersebut. Dengan menggunakan pendekatan struktural

dan sosiologi sastra, tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan potret permasalahan sosial

yang terdapat dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam dan rekonstruksi sosial

yang ditawarkan oleh pengarang dalam karya tersebut. Telitian mengungkapkan bahwa masih

terdapat stratifikasi sosial dalam tatanan masyarakat Bali yang tercermin dalam naskah drama

tersebut. Sebagai respon dari fenonomena stratifikasi sosial yang berbasi system kasta,

penulis menawarkan sebuah tatanan sosial baru yang bebas kasta. Dengan kata lain, karya

sastra ini menawarkan sebuah konsep baru dalam konstruksi sosial di masyarakata, sebuah

rekosntruksi sosial.

Kata Kunci: Bila Malam Bertambah Malam, Sosiologi Sastra, Kasta, Kejujuran, Rekonstruksi Sosial

Abstract

Literary works and culture have a reciprocal relationship that influences one another. On the one hand, culture and social environment affect literary works, but on the other hand literary works also affect the social and cultural environment. Bila Malam Bertambah Malam is one of the literary works written by the author to express social problems as well as trying to influence by offering solutions to those problems. By using a structural approach and sociology of literature, this paper aims to reveal a portrait of the social problems portrayed in

a drama scripts, Bila Malam Bertambah Malam and the social reconstruction offered by the author in the work. The research reveals that there is still social stratification in the Balinese society which is reflected in the drama script. In response to the social stratification phenomenon based on the caste system, the author offers a new social order. In other words, this literary work offers a new concept in social construction in the community, a social reconstruction.

Page 5: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan salah satu produk budaya. Maka dari itu, eksistensi atau keberadaan

karya sastra tidak terlepas dari masyarakat pemilik budaya tersebut. Karya sastra lahir tidak

dalam kekosongan budaya (Teeuw, 1984:11—12). Karya sastra tidak muncul begitu saja tanpa

proses-proses interaksi antara pengarang dengan masyarakat pemilik budaya tersebut. Dalam

pandangan itu dapat dimaknai bahwa karya sastra lahir dalam konteks budaya tertentu dari

seorang pengarang. Dengan kata lain, sastra tidak hanya menggambarkan imajinasi kreatif yang

dibangun oleh pengarangnya, tetapi juga merupakan dokumen sosial dan budaya masyarakat

yang ada di sekitar pengarang. Dengan menjadi dokumen sosial dan budaya, sastra telah menjadi

cermin dari berbagai peristiwa yang terjadi pada masa, masyarakat, dan kondisi sosial dan

budaya tertentu. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Rene Wellek dan Austin

Warren bahwa kastra merupakan karya yang lahir dari masyarakat, maka dari itu pastinya karya

sastra merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat (Wellek dan Warren, 1995:109). Selain

Teeuw dan Wellek, M.H Abram juga mengungkapkan hal senada dalam bukuya The Mirror and

the Lamp; ada empat pendekatan yang ditawarkan oleh Abram untuk melihat da meneliti karya

sastra, yaitu, objective, pragmatic, expressive, dan mimetic (Abram, 1953:13-21). Pendekatan

mimetic dan expressive memungkinkan karya dijadikan sebagai media untuk mengungkapkan,

mengkritisi, dan bahkan merekonstruksi tatanan dan nilai-nilai sosial.

Karya sastra merupakan sebuah lembaga sosial yang diciptakan oleh seorang pengarang

(Soekanto, 1988:177). Soekanto juga mengungkapkan bahwa di dalam lembaga sosial terdapat

pranata sosial. Adapun pranata sosial merupakan suatu sistem tata kelakuan dan norma-norma

untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan masyarakat. Di samping itu, Sapardi Djoko

Damono juga mengungkapkan, karya sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan

merupakan kenyataan sosial (Damono, 2003:2).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karya sastra dapat dipakai pengarang untuk

menuangkan segala persoalan kehidupan manusia di dalam masyarakat. Di samping itu, karya

sastra dapat dikatakan sebagai terjemahan perilaku manusia dalam kehidupannya. Hal ini senada

Page 6: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

dengan pendapat Sardjono bahwa karya sastra merupakan suatu terjemahan perjalanan hidup

manusia ketika manusia bersentuhan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam

kehidupannya (Sardjono, 1995:10). Dikatakan pula bahwa karya sastra adalah suatu potret

realitas yang terwujud melalui bahasa.

Sebagai lembaga sosial yang diciptakan pengarang, dalam karya sastra terdapat norma-

norma dan aturan-aturan tertentu yang menjadi ciri sebuah lembaga. Dengan demikian, apabila

pembaca akan memahami kehidupan yang ada di dalam karya sastra, maka pembaca tersebut

harus memperhatikan dengan teliti norma-norma kemasyarakatan yang disajikan oleh pengarang

di dalam karyanya. Menurut Damono (2009:4), sastra merupakan tanggapan evaluatif terhadap

kehidupan; sebagai semacam cermin, sastra memantulkan kehidupan setelah menilai dan

memperbaikinya.

Pola hubungan antara karya sastra dengan masyarakat bersifat timbal balik. Karya sasrtra

tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi sosial tertentu melainkan juga berperan aktif

mempengaruhi masyarakat pembacanya. Di samping itu, sastra juga dapat menjadi sarana untuk

menyampaikan nilai-nilai ataupun ideologi tertentu pada masyarakat pembaca. (wiyatmi, 2013:

10). Sastra digunakan untuk menyampaikan ketidakadilan yang diterima oleh kaum perempuan

seperti yang dapat kita lihat pada novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Narasi-narasi

ketidakadilan yang diterima oleh Siti merupakan salah satu bentuk usaha untuk mempengaruhi

masyaraka pembacanya untuk mengubah dan merekonstruksi nilai-nilai sosial tersebut menuju

tatanan sosial yang lebih akomodatif terhadap terhadap hak-hak perempuan. Romat Haroun

melalui novelnya yang berjudul Panggil Aku Melaju karya Rohmat Haroun memunculkan dan

berusaha menumbuhkan nasionalisme. Novel panggil aku melaju telah membawa isu yang

serius untuk memperlihatkan nasionalisme di Negara Malaysia. Nasionalisme diperlihatkan

melalui isu Bahasa Melayu yang merupakan bahasa resmi Negara Malaysia yang mulai

terpinggirkan. Perwatakan tokoh Dr. Ridzuan dalam novel tersebut secara jelas turut

menggambarkan nasonalisme pengarang dalam memperjuangkan bahasa Melayu di tanah airnya

yang tercinta (Marliana, 2017: 441).

Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang memiliki hubungan timbal balik dengan

kondisi social yang signifikan karena selain ditulis sebagai naskah, drama baik dalam bentuk

dialog maupun monolog juga dipentaskan. Ada banyak naskah drama yang mengangkat isu-isu

Page 7: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

sosial, di antaranya adalah karya-karya Iwan Simatupang, M.H. Ainunnadjib, Riantiarno, dan

Putu Wijaya.

Di antara sekian banyak naskah drama yang mengangkat isu-isu sosial penulis akan

membatasi pembahasan dalam makalah ini terhadap salah satu naskah drama yang berbicara

tentang rekonstruksi sosial yaitu naskah drama karya Putu Wijaya yang berjudul “Bila Malam

Bertambah Malam”. Naskah drama tersebut mengungkapkan permasalahan-permasalahan yang

terjadi di masyarakat dan menawarkan rekonstruksi sosial dari masalah tersebut. Naskah drama

tersebut mengangkat berbagai permasalahan sosial yang tujuannya adalah merekonstruksi

kesadaran khalayak terhadap permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Pemaparan panjang latar belakang di atas memunculkan beberapa masalah yang akan

dibahas dan dikaji dalam penelitian ini, yaitu persoalan ideologi yang hadir dalam karya sastra

sebagai produksi tekstual atas unsur-unsur eksternal yang tertransformasi di dalam struktur

internal teks. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas dapat

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana permasalahan sosial pada masyarakat Bali tercerminkan dalam naskah

drama “Bila Malam Bertambah Malam”?

2. Bagaimana rekonstruksi sosial ditawarkan oleh penulis melalui naskah drama “Bila

Malam Bertambah Malam”

1.3 Tujuan

Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengungkapkan konstruksi tatanan sosial pada masyarakat Bali pada masa periode pasca

kemerdekaan yang tergambar dalam naskah drama “Bila Malam Bertambah Malam”

sebagai latar sosial dari karya tersebut.

Page 8: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

2. Menjelaskan rekonstruksi sosial yang ditawarkan oleh pengarang melalui karya yang

ditulisnya sebagai solusi alternatife terhadap system stratifikasi berbasis kasta yang

dianggap sebagai permasalahan sosial oleh pengarang.

1.4 Tinjauan Pustaka

Kajian sosiologi sastra merupakan wilayah kajian sastra yang cakupanya sangat luas dan

cukup banyak dilakukan oleh para peneliti di berbagai jenjang akademik di berbagai universitas.

Hal ini disebabkan oleh eratnya hubungan antara karya sastra dan masyarakat dimana karya

tersebut lahir. Hubungan timbal balik antara karya dan masyarakat juga berkontribusi terhadap

banyaknya pengkajian karya sastra dari kacamata sosiologi. Begitupun dengan nskah drama yang

berjudul “Bila Malam Bertambah Malam”, naskah drama ini sudah berulang-ulang diteliti

dengan menggunakan berbagai macam teori dan pendekatan sebagai pisau analisisnya.

Salah satu penelitian sosiologi sastra adalah sebuah tesis yang ditulis oleh Samsuri. Dia

meneliti sebuah novel karya Pramudya Anantatoer yang berjudul Arok Dedes. Tesis yang

berjudul “Kajian Sosiologi Sastra dan Resepsi Novel Arok Dedes Karya Pramudya Ananta Toer”

ini berhasil menghasilkan beberapa temuan yang berkaitan dengan Novel Arok Dedes, yaitu (1)

Latar belakang penulis dalam hal ini adalah Pramudya Ananta Toer yang merupakan sastrawan

yang masih menjujung tinggi adat istiadat dan budaya, (2) ada relevansi antara novel Arok Dedes

dengan realita catatan sejarah Ken Arok dan Ken Dedes dalam zaman Singosari, yaitu dari segi

pelaku (tokoh cerita) dan peristiwa yang digambarkan, (3) resepsi pembaca mengenai Pramudya

Ananta Toer yang mempunyai pemikiran cerdas sehingga dalam novel Arok Dedes dapat

mempengaruhi pembaca mengenai sosok Ken Arok, (4) Novel Arok Dedes sarat akan nilai

Page 9: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

pendidikan bagi pembacanya, yang meliputi nilai moral, nilai keagamaan, nilai, tradisi, dan nilai-

nilai kepemimpinan (Samsuri, 2014:ix).

Masih pada tahun yang sama, sebuah kajian sosiologi sastra dilakukan oleh Ricky

Sukandar dari Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Judul penelitian tersebut adalah

“Kajian Sosiologis dan Nilai Karakter dalam Novel Mengenai Korupsi serta pemanfaatannya

sebagai bahan ajar di SMA”. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah deskriptif

kualitatif dengan pendekatan analisis isi. Ada tiga novel yang menjadi objek material penelitian

tersebut, “Orang-Orang Proyek” karya Ahmad Tohari, “Korupsi” karya Pramudya Ananta Toer,

dan “Sebuah Novel 86” karya Okky Madasari. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa

ketiga karya tersebut mengandung unsur-unsur intrinsic, aspek-aspke sosial, dan nilai karakter

yang dapat dijadikan bahan ajar pada siswa-siswa SMA (Sukandar, 2014: vii).

Penelitian selanjutnya yang menggunkan sosiologi sastra sebagai teorinya adalah sebuah

skripsi yang ditulis oleh Trining Tyas untuk memperoleh gelar strata satu di Universitas Sanatha

Dharma. Skripsinya berjudul “Analisis Sosiologi Sastra terhadap Novel Suti Karangan Sapardi

Djoko Damono: Kajian Sosiologi Sastra” yang disidangkan pada tahun 2018. Penelitian tersebut

menganalisi pola-pola interaksi sosial yang terdapat dalam novel suti karya Sapardi Djoko

Damono menggunakan teoro dasar sosiologi. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat tiga pla

interaksi dalam novel Suti yaitu, kerjasama, persaingan dan pertikaian (Tyas, 2018: ix).

“Bila Malam Bertambah Malam” karya Putu Wijaya juga tidak luput menjadi objek

kajian sosiologi sastra. Awan Kurniawan dari Universitas Negeri Semarang menuliskan

skripsinya yang berjudul “Aspek Sosial dalam Novel Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu

Wijaya”. Sesuai dengan judul skripsi tersebut focus dan tujuan penelitian dibatasi sebatas aspek

aspek sosialnya saja yang ditampilkan melalui tokoh dan penokohan di dalam karya. Hasil

Page 10: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

penelitian tersebut menunjukkan bahwa tokoh-tokoh dalam novel dibagi menjadi dua dalam

kategori kepribadian. Kepribadian angkuh, keras hati, mononjolkan kebangsawanan, nyinyir dan

tidak sabaran yang diwakili oleh tokoh Gusti Biyang. Sementara kepribadian sabar, rendah hati,

memandang semua manusia sederajat, dan tidak terlalu mementingkan kebangsawanan diwakili

oleh Wayan, Ngurah, dan Nyoman (Kurniawan, 2007: vii).

Zul Pahmi dari Universitas Mataram pada tahun 2016 juga menuliskan sebuah skripsi

hasil penelitiannya yang berjudul “Pertentangan Kelas Sosial dalam Naskah Drama Bila Malam

Bertambah Malam Karya Putu Wijaya Perpektif Marxisme dan Kaitannya dengan Pembelajaran

Sastra di SMA”. Hasil penelitian Zul Pahmi menunjukan bahwa dalam naskah drama Bila

Malam Bertambah Malam yang bertemakan kritik sosial terdapat dua kasta yang saling

bertentangan yaitu kelas atas (Ksatria) dan kelas bawah (Sudra). Kelas atas pada praktiknya

selalu mendominasi kelas bawah (Pahmi, 2016:2).

Dari beberapa tinjauan pustaka di atas dapat dilihat peta penelitian dalam ranah sosiologi

sastra dan peta penelitian yang berobjek material Bila Malam Bertambah Malam. Berdasarkan

uraian dan peta yang sudah tergambar di atas, penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian

sebelumnya. Sudut pandang penelitian yang terdapat dalam penelitian ini adalah bagai mana

sebuah karya sastra menawarkan sebuah solusi dari permasalahan-permasalahan sosial atau

dengan kata lain sebuah rekonstruksi sosial.

1.5 Hipotesis Dan Variabel

Teks sastra lebih tepat dikatakan sebagai produksi ata hasil budaya tertentu. Hubungan

antara teks atau karya sastra adalah hubungan timbal baik. Keduanya memiliki keterkaitan satu

dan sama lain. Proses timbal baik tersebut bias dalam bentuk budaya mempengaruhi teks sastra

bias juga sebaliknya, yaitu teks sastra memberikan reaksi untuk mempengaruhi budaya tempat

Page 11: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

teks tersebut diproduksi baik secara langsung dan tidak langsung. Bias diasumsikan bahwa

budaya Bali sebagai latar sosial mempengaruhi proses penciptaan dan isi dari naskah drama

“Bila Malam Bertambah Malam”, dan di sisi lain naskah tersebut juga memberikan reaksi

terhadap kondisi sosial dan budaya dimana teks tersebut diproduksi. Teks tersebut berusaha

untuk menawarkan sebuah solusi yang berupa rekontsruksi sosial yang baru berupa dunia tanpa

kasta dan stratifikasi sosial lainnya.

Dengan melihat rumusan masalah dan hipotesis, maka variable yang muncul dari

penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu variable terikat (dependent) dan variable bebas

(independent). Variable bebas adalah variable yang tidak mampu berdiri sendiri tanpa adanya

variable lain. Variable bebas dalam penelitian ini adalah permasalahan-permasalahan sosial di

Bali yang berpengaruh terhadap produksi karya-karya sastra dan variable terikatnya adalah

rekonstruksi sosial yang ditawarkan pengarang melalui karyanya yaitu berupa kehidupan sosial

tanpa stratifikasi apapun.

Page 12: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

BAB II

LANDASAN TEORI

Membicarakan sosiologi dan sastra adalah membicarakan sampai di mana

hubungan antara sosiologi dan sastra. Secara institusional objek sosiologi dan sastra

adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala-

gejala alam. Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan

kebudayaan. Perbedaannya, apabila sosiologi melukiskan kehidupan manusia dan

masyarakat melalui analisis ilmiah dan objektif, sastrawan mengungkapkan melalui

emosi, secara subjektif dan evaluatif. Sastra juga memanfaatkan pikiran, intelektualitas,

tetapi tetap didominasi oleh emosionalitas.

Karena itu, Damono (1978: 6-8), mengatakan, “Apabila ada dua orang sosiolog

yang melakukan penelitian terhadap suatu masalah masyarakat yang sama, maka kedua

penelitiannya cendrung sama. Sebaliknya, apabila dua orang seniman menulis mengenai

masalah masyarakat yang sama, maka hasil karyanya pasti berbeda. Hakikat sosiologi

adalah objektivitas, sedangkan hakikat karya sastra adalah subjektivitas dan kreativitas,

sesuai pandangan masing-masing pengarang. Karya sastra yang sama dianggap plagiat”.

Sastra begitu dekat dengan manusia. Sastra tercipta untuk dinikmati, dipahami

dan dimanfaatkan manusia dalam suatu masyarakat. Sebagai sesuatu yang perlu

dinikmati karya sastra harus mengandung keindahan yang berasal dari keoriginalitas

sehingga dapat memenuhi dan memuaskan kehausan estetika masyarakat penikmatnya.

Sebagai sesuatu yang perlu dipahami, karya sastra memendam kompleksitas yang hanya

dapat dimengerti dengan usaha yang sungguh-sungguh dan teliti oleh masyarakat

pembacanya. Dengan demikian, untuk mengungkap kandungan karya sastra dibutuhkan

kepekaan luar biasa. Sebagai sesuatu perlu dimanfaatkan, karya sastra mengandung nilai

berharga yang dapat dipergunakan untuk kesejahteraan manusia.

Banyak kenyataan sosial yang dihadapi manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Kenyataan sosial itu dapat berupa tantangan untuk mempertahankan hidup, kebahagian

dalam situasi keberhasilan, frustasi dalam situasi kegagalan, kesedihan dalam situasi

kemalangan, dan lain sebagainya. Kenyataan sosial tersebut muncul sebagai akibat

Page 13: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

hubungan antar manusia, hubungan antar masyarakat dan hubugan antar peristiwa dalam

batin seseorang.

Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Damono (1984: 4-5), Bahwa,

“Kenyataan sosial tersebut mendapatkan perhatian sang pengarang, baik karena dia

menyaksikan maupun dia mengalami sendiri. Dengan demikian, sastra, melalui ramuan

pengarang, merefleksikan gambaran kehidupan. Namun,tujuan utama sang pengarang

bukanlah menampilkan kenyataan sosial atau gambaran kehidupan,melainkan dia hendak

menjadikan sastra sebagai resep kehidupan yang mampu menangkal penyakit dan manjur

sebagai obat penyembuh. Sastra menjadi peralatan kehidupan manusia. Sastra dengan

demikian berperan sebagai : 1. Pelipur lara, 2. Ungkapan kekesalan, 3. Kritik sosial, 4.

Nasihat, 5. Teguran, 6. Pemasyarakatan manusia yang menderita”

Secara sosiologi, sastra adalah strategi untuk menghadapi situasi yang dialami

manusia demi mengembangkan kemasyarakatan. Situasi yang dialami manusia itu sendiri

sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, pengarang

merupakan ahlu strategi. Pengarang harus mampu menilai sesuatu dengan tepat dan teliti.

Apabila dia tidak mengetahui keadaan sesuatu dengan jelas. Dengan demikian, seorang

ahli strategi yang bijaksana tidak akan puas dengan strategi yang hanya memuaskan

dirinya sendiri. Pengarang akan waspada terhadap ancaman atau bahaya yang sewaktu-

waktu dapat menghadang.

Dengan ini dapat dilihat tiga aspek yang saling berhubungan yaitu hubungan

antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Hubungan ini bersifat sosial dan tertuang dalam

suatu karya sastra sebagai sarana penghubung antar sastrawan dan masyarakat pembaca.

Dengan demikian, pembicaraan ini bersifat sosiologis yang disebut sosiologi sastra.

Dalam pembicaraan ini terdapat dua istilah ilmu yang perlu dijelaskan untuk

memberikan pengertian yang lebih dalam yaitu istilah sosiologi dan sastra. Sosiologi

(Soekanto, 1989 : 15-16), mengatakan “Suatu telaah atau studi yang mempelajari

hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya

antara gejala ekonomi dengan agama ; keluarga dengan moral ; hukum dengan ekonomi ;

gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya), mempelajari hubungan dan pengaruh

timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala nonsosial (misalnya gejala

Page 14: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

geografis, geologis dan sebagainya), dan mempelajari ciri-ciri umum semua jenisjenis

gejala sosial”.

Apabila kita berbicara tentang gejala sosial maka perhatian kita tertuju pada

hubungan manusia dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat dengan lingkungannya,

baik yang bersifat sosial budaya maupun tidak. Dengan mempelajari lembaga-lembaga

sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan yang lainl-lain, kita

mendapat tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya,

mekanisme kemasyarakatan, serta proses pembudayaannya.

Menurut Damono (1984 : 7) Sastra sebagaimana halnya sosiologi seperti yang

disebutkan di atas, “Berurusan dengan manusia dengan masyarakat yakni usaha manusia

untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dalam hal ini,

sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi hasil atau masalah yang sama”.

Sosiologi sastra juga mempunyai cakupan yang cukup luas sebagaimana halnya

dengan cakupan sastra seperti yang diuraikan diatas. Secara singkat dapat dikatakan

bahwa sosiologi sastra adalah studi sosiologi terhadap karya sastra yang membicarakan

hubungan dan pengaruh timbal balik antara sastrawan, sastra dan masyarakat (

masyarakat pembaca dan kenyataan nilai-nilai sosiologis dalam masyarakat yang dirujuk

karya sastra tersebut), dengan menitik beratkan pada realitas dan gejala nilai-nilai

sosiologis yang ada diantara ketiganya. Dengan batasan seperti itu tampaklah

kecendrungan ke arah penyelidikan atau relasi antara kenyataan yang hidup antara

masyarakat yang dirujuk karya sastra tersebut serta sikap budaya dan kreativitas

pengarang sebagai anggota masyarakat.

Danandjaya (1999 : 414) mengatakan bahwa “Berbagai alasan dapat mendorong

seseorang untuk menganalisis keadaan sosial suatu masyarakat melalui karya sosial suatu

masyarakat melalui karya sastra. Misalnya dengan membaca karangan Ranggawarsito

maka ia dapat menemukan suatu khazanah nasihat-nasihat bijaksana mengenai sikap dan

prilaku seseorang dalam masyarakat. Bahkan untuk karya sastra yang semacam itu,

sangat relevan untuk mengerti kode etika dan harapan-harapan yang berlaku dalam

masyarakat”. Untuk mengetahui sikap dan prilaku seseorang di dalam suatu masyarakat

tertentu, apabila di daerah yang belum dikenal seseorang maka seseorang itu dapat

membaca atau menganalisis karya sastra. Sebab, katya sastra akan membicarakan suatu

Page 15: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

gambaran tentang sikap prilaku masyarakat yang berlaku di daerah tersebut. Dengan

demikian, karya sastra melukiskan sikap dan prilaku suatu masyarakat pada zamannya.

Abrams (Damono, 1981: 179), mengatakan bahwa “Sosiologi sastra diaplikasikan

pada tulisan-tulisan para kritikus sejarawan sastra yang menaruh prihatin utama pada cara

atau keadaan seseorang pengarang dipengaruhi kelas sosialnya, ideologi sosialnya,

kondisi ekonominya, profesinya, dan pembaca”.

Welleek dan Warren dalam (Damono, 1999: 84), “Mengklasifikasikan sosiologi

sastra menjadi: pertama, sosiologi pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi

sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra. Kedua,

sosiologi karya sastra yanag memasalahka karya sastra itu sendiri, yang menjadi pokok

penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya.

Ketiga, sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra”

Adapun nilai-nilai sosiologis menurut pendapat Welleek dan Werren adalah

sistem politik, ekonomi dan sosial. Hal ini untuk melihat pengaruh masyarakat terhadap

sastra dan kedudukan sastra dalam masyarakat.

Page 16: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural

dan pendekatan sosiologi karena karya sastra tidak terlepas dari pengarang, latar belakangnya,

lingkungan, dan kondisi sosial pada saat karya tersebut ditulis. Langkah-langkah pendekatan

struktural adalah untuk memaparkan secermat, sedetail, semendalam mungkin keterkaitan dan

keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna

menyeluruh (Teeuw, 1988:136). Analisis struktur ini akan penulis gunakan sebagai pijakan

untuk menganalisis secara sosiologi sastra.

Adapun pendekatan sosiologi sastra adalah salah satu pendekatan sastra yang

mengkhususkan diri dalam menelaah karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi sosial

kemasyarakatan (Sumardjo, 1984:53). Pendekatan sosiologis digunakan untuk menjelaskan

permasalahan dan rekonstruksi sosial dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam

3.2. Sumber Data dan Langkah Kerja

Ada dua kategori sumber dalam penelitian ini, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer adalah bahan yang menjadi objek analisis. Objek analisis terdiri atas objek formal

dan objek material. Objek formal dilatarbelakangi oleh permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian ini, sedangkan objek material berupa naskah drama Bila Malam Bertambah Malam

karya Putu Wijaya.

Sumber sekunder merupakan sumber pendukung penelitian yang diperoleh dari sumber-

sumber kepustakaan tentang objek yang diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini sepenuhnya

dilakukan melalui studi kepustakaan. Langkah kerja yang dilakukan adalah membaca, mencatat,

dan mengkaji rujukan-rujukan yang berhubungan dengan objek penelitian.

Page 17: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …
Page 18: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

BAB IV

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1. Anggaran Biaya No. Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp) 1. Bahan habis pakai, peralatan dan data (ATK, Pustaka Buku, Jurnal,

Data Arsip) Rp. 1.500.000,-

2. Perjalanan/ Akomodasi Transportasi Rp 1.000.000,- 3. Lain-lain (Publikasi, Seminar, Laporan dan Souvenir responden) Rp. 2.500.000,-

Jumlah Rp. 5.000.000,- 4.2 Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Jadwal (Bulan/ Minggu) Agustus

2019 September

2019 Oktober

2019 November

2019 Desember

2019 Januari

2019 Februari

2019 III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

1. Penyusunan Proposal

2. Observasi Data dan Pustaka

3. Pengumpulan Data dan Pustaka

4. Seleksi Data

5. Klasifikasi dan validasi data

Page 19: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

6. Analisis/ Interpretasi data

7. Laporan Penelitian

8. Publikasi (Jurnal nasional/ Internasional)

Page 20: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …
Page 21: PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN …

DAFTAR PUSTAKA

Abram, M.H. 1953: The Mirror and the Lamp: Romantic Theory and Critical Tradition. London:

Oxford University Press.

Damono, Sapardi Djoko. 2003. Sosiologi Sastra. Semarang: Magister Ilmu Susastra Undip.

___. “Kita dan Sastra Dunia.” Makalah Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Budaya. Tanggal

29 Oktober 2009: Fakultas Ilmu Budaya, Undip, Semarang.

Intan Marliana, Teungku. 2017. Prosiding Seminar antar bangsa ke 10: Ekologi, Habitat

Manusia, dan Persekitaran di AlamMelayu. Selangor: S.T. Creative Trading

Sumardjo, Jakob. 1979. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1984. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

___. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan (Terjemahan Melani Budianta).

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wijaya, Putu. 2007. Bila Malam Bertambah Malam. Jakarta:Pustaka Jaya

Wiyatmi. 2013. Sosilogi Sastra. Yogyakarta: Arkana Publisher.