Upload
phamkhanh
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DITINJAU DARI
INFRASTRUKTUR DAN KEPADATAN PENDUDUK 33 PROVINSI DI
INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
ABDUL RAHMAN HANIF
NIM: 11140840000074
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
ii
iii
iv
v
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Abdul Rahman Hanif
NIM : 11140840000074
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 1 September 1995
Agama : Islam
Alamat Lengkap : Perumahan Ciater Permai, Gg. Lapangan H. Arsan,
RT 006/07, Ciater, Serpong, Tangerang Selatan
No. Telepon : 087781835253
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 2002-2008 : SDN 1 Ciputat
Tahun 2008-2011 : MTsN 2 Pamulang
Tahun 2011-2014 : MAN 1 Tangerang Selatan
III. PENGALAMAN ORGANISASI
Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan 2015
Lembaga Dakwah Kampus FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014-2016
Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016-2017
Forum Lingkar Pena Ciputat 2017-Sekarang
Tangerang Selatan,
(Abdul Rahman Hanif)
ii
ABSTRACT
This globalization era had imposed every country to improve economical
aspect. One important indicator to determine the economic condition in a country
in a certain period is Gross Domestic Product (GDP) data, while at the regional
level is Gross Regional Domestic Product (GRDP) data. This study aimed to
determine the effect of infrastructure and population density towards GRDP 33
provinces in Indonesia. In this study used GRDP data on constant 2010 prices.
Moreover, the infrastructure in this study is represented by electricity
infrastructure and educational infrastructure. This study used panel data in
period 2013 to 2015 toward 33 provinces in Indonesia. The data is processed by
using the best model estimation of fixed effect. The results showed that all
independent variables such as electricity infrastructure, educational
infrastructure, and population density were able to influence GRDP 33 provinces
positively and significantly.
Keyword: Gross Regional Domestic Product (GRDP), Infrastructure, Electricity,
Educational, Population Density
iii
ABSTRAK
Era globalisasi ini menuntut setiap negara untuk semakin memajukan
perekonominnya. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi
di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto
(PDB), sedangkan pada tingkat daerah adalah data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh infrastruktur
dan kepadatan penduduk terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Dalam
penelitian ini menggunakan data PDRB atas harga konstan 2010. Sedangkan
infrastruktur dalam penelitian ini diwakili oleh infrastruktur listrik dan
infrastruktur pendidikan. Data yang digunakan adalah data panel dengan kurun
waktu dari 2013-2015 untuk 33 provinsi di Indonesia. Data diolah dengan
menggunakan estimasi model terbaik yakni fixed effect. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua variabel independen yakni infrastruktur listrik,
infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk mampu mempengaruhi PDRB
33 provinsi di Indonesia secara positif dan signifikan.
Kata kunci: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Infrastruktur, Listrik,
Pendidikan, Kepadatan Penduduk
iv
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Alhamdulillaahi ’Alaa Ni’mati Al-iimaan wa Al-islaam, Laa Haula wa Laa
Quwwata Illaa Billaah. Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu
Wata’ala, berkat izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan segala
kemudahan dan kelancaran yang Allah berikan. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam beserta keluarga dan
para sahabatnya.
Skripsi ini terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan
secara materi, ilmu, waktu, pikiran, tenaga, maupun doa. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Ayah (Ulung Azhari) dan Mamah (Suhaibah Aslamiyah),
Teteh (Syifa Fauziah), dan Kak Dede yang selalu mendoakan dan memberi
dukungan kepada penulis. Juga Sarah Shafiyyah Shalihah (keponakan) yang
memberi keceriaan di kala penulis merasa penat. Terima kasih atas segala
kebaikan yang tidak pernah bisa dibalas dengan apapun di dunia ini.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh jajaran.
3. Bapak M. Hartana I. Putra, M.Si selaku pembimbing skripsi yang selalu
membimbing, membantu, dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi.
4. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si selaku kepala program studi Ekonomi
Pembangunan yang telah banyak memberi bimbingan selama perkuliahan.
5. Bapak Aizirman Djusan, M.Sc, Econ selaku dosen pembimbing akademik.
v
6. Seluruh dosen program studi Ekonomi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang
bermanfaat untuk penulis.
7. Aidah Farras Alya yang selalu memberikan dukungan dan membantu banyak
hal dalam skripsi ini. Terima kasih atas bantuan, perjuangan, dan
pengorbanan yang tidak sedikit diberikan kepada penulis.
8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2014, terkhusus kepada penghuni
KoThor (Kosan Thoriq) yaitu Adi, Wahyu (Gembal), Thoriq, Raha (Dikin),
Yusuf, Indra, Iksan, Jody, Riko, Tanu, Faikar, dan Asep. Terima kasih atas
support, doa, dan kebaikan yang diberikan.
9. Keluarga besar ADK FEB, terkhusus An-Naml FEB yang senantiasa
membantu, bersedia mendengarkan suka-duka, dan berbagi kenangan manis.
Ikhlas Trisna dan Alif Anjas Permana yang selalu memberikan dukungan.
10. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
seluruh kebaikan yang diberikan.
Semoga Allah memberi pahala yang besar atas kebaikan yang telah
diberikan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat untuk banyak pihak.
Jakarta, Mẹi 2018
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ...................................................
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG .....................................................................
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1-8
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9-62
A.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ............................................. 9
1. Definisi PDRB ............................................................................... 9
2. Penghitungan PDRB ...................................................................... 9
3. Kegunaan Data PDRB .................................................................. 45
B. Infrastruktur ........................................................................................... 46
1. Definisi Infrastruktur .................................................................... 46
2. Klasifikasi Infrastruktur ................................................................ 47
3. Hubungan Infrastruktur dan PDRB .............................................. 47
C. Kependudukan ....................................................................................... 50
1. Penduduk dan Unsur-unsur di Dalamnya ..................................... 50
2. Penduduk dan PDRB .................................................................... 52
D. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 54
E. Kerangka Berpikir ................................................................................. 60
F. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 61
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 63-72
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 63
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................... 63
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 63
D. Metode Analisis Data ............................................................................ 64
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................ 72
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 73-89
A. Analisa Deskriptif ................................................................................. 73
1. PDRB ............................................................................................ 73
2. Listrik ........................................................................................... 75
vii
3. Pendidikan .................................................................................... 76
4. Kepadatan Penduduk .................................................................... 78
B. Pemilihan Model ................................................................................... 79
1. F Test (Chow Test) ....................................................................... 80
C. Analisa Teknis ....................................................................................... 80
1. Uji Statistik ................................................................................... 80
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................... 82
b. Uji F Statistik ...................................................................... 82
c. Uji t Statistik........................................................................ 82
d. Interpretasi Hasil Analisis ................................................... 84
2. Analisa Ekonomi .......................................................................... 88
BAB 5 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .................................................... 90-91
A. Kesimpulan ........................................................................................... 90
B. Implikasi ................................................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 92
LAMPIRAN ............................................................................................................ 95
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Berdasarkan
Pulau Atas Harga Konstan ........................................................................ 1
Tabel 1.2 Peringkat Infrastruktur dan Index Daya Saing Indonesia di ASEAN
Tahun 2013-2014 ...................................................................................... 3
Tabel 1.3 Proyeksi Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2010-2015 ....... 4
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 54
Tabel 4.1 Peranan Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Tahun 2015 ............. 74
Tabel 4.2 Jumlah Penjualan Tenaga Listrik PLN dan Jumlah Pelanggan Tenaga
Listrik PLN Tahun 2013-2015 ................................................................. 75
Tabel 4.3 Penjualan Tenaga Listrik PLN Per Sektor Pelanggan Tahun
2013-2015 ................................................................................................ 76
Tabel 4.4 Jumlah Sekolah di Indonesia menurut Jenjang Pendidikan Tahun
2014/2015 ................................................................................................ 77
Tabel 4.5 Tingkat Kepadatan Penduduk di Indonesia pada Tahun 2013-2015
(jiwa/km2) ................................................................................................ 79
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel terhadap Keseluruhan Periode
Penelitian (2013-2015) ............................................................................. 81
Tabel 4.7 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model ............................................... 84
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................ 61
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Variabel Penelitian ....................................................................... 95
Lampiran 2 Data Variabel Penelitian setelah Ditransformasi ke Logaritma
Natural ................................................................................................... 98
Lampiran 3 Hasil Regresi dengan Common Effect ................................................. 101
Lampiran 4 Hasil Regresi dengan Fixed Effect....................................................... 102
Lampiran 5 Hasil Uji F (Uji Chow) ........................................................................ 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan arus globalisasi yang semakin pesat menjadi fenomena
yang sulit untuk dihindari oleh setiap negara. Seperti halnya bangsa-bangsa lain,
bangsa Indonesia pun tidak dapat menghindar dari pesatnya perkembangan
teknologi informasi, tekonologi transportasi, teknologi komunikasi, tingkat
efisiensi, serta tatanan ekonomi dunia yang mengarah kepada pasar bebas.
Terjadinya pasar bebas dan kompetisi yang semakin ketat di era global ini
menuntut semua negara di dunia, terutama negara yang masih berkembang seperti
Indonesia untuk semakin giat melakukan pembangunan ekonominya agar mampu
bersaing dan tidak tertinggal dengan negara lainnya (Wibowo, 2016).
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB),
sedangkan pada tingkat daerah/wilayah adalah data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (BPS, 2017).
Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Berdasarkan Pulau Atas
Harga Konstan 2010 Pada Tahun 2013-2015
Pulau Tahun
2013 2014 2015
Sumatera 4,95 4,60 3,53
Jawa 6,01 5,57 5,47
Bali & Nusa Tenggara 5,95 5,90 10,45
Kalimantan 3,95 3,37 1,37
Sulawesi 7,69 6,87 8,19
Maluku dan Papua 7,71 4,54 6,35
Indonesia (PDB) 5,56 5,01 4,88
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa PDB Indonesia pada tahun 2013
tumbuh sebesar 5,56%. Kemudian pada tahun 2014, pertumbuhan PDB Indonesia
2
mengalami penurunan yakni menjadi sebesar 5,01%. Pada tahun 2015 penurunan
PDB Indonesia kembali terjadi yakni menjadi sebesar 4,88%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia dari 2013-2015 terus mengalami
penurunan. Hal tersebut juga mencerminkan bahwa secara rata-rata pertumbuhan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada setiap provinsi di Indonesia
cendrung mengalami penurunan pada tahun 2013-2015.
PDRB berperan sebagai pengukur tingkat pendapatan bruto yang berada
dalam suatu provinsi. PDRB berpengaruh pada perekonomian dengan cara
meredistribusi pendapatan bruto dan kekayaan serta menambah tingkat output.
PDRB yang selalu menurun menyebabkan ketidakpastian bagi pembangunan di
daerah dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan di daerah akan menurun jika
PDRB selalu menurun setiap tahunnya. Bukan hanya itu, kegiatan perekonomian
juga akan menurun dan mengakibatkan pendapatan nasional mengalami
kemunduran serta pengangguran yang semakin bertambah serta semakin
meningkatnya angka kemiskinan. Tingginya tingkat kemiskinan tersebut akan
berdampak pada naiknya tingkat kriminalitas dalam suatu daerah (Hapsari, 2011)
Solow dalam teori pertumbuhan neo klasik beranggapan bahwa
produktivitas ekonomi bersumber dari tiga faktor, yakni: peningkatan dalam
kuantitas dan kualitas penduduk atau pekerja (labor), kenaikan dalam kapital atau
modal (melalui tabungan dan investasi), dan peningkatan dalam teknologi. Setiap
peningkatan jumlah tenaga kerja, kapital, dan teknologi akan mempengaruhi
perubahan pada tingkat output yang dihasilkan. Modal yang dimaksud Solow
salah satunya berasal dari sektor infrastruktur atau investasi fisik (Sukirno, 2006).
Investasi dan infrastruktur juga memiliki keterkaitan. Keberadaan
infrastruktur akan mendorong terjadinya peningkatan produktivitas bagi faktor-
faktor produksi, dan sebaliknya apabila mengabaikannya akan menurunkan
produktivitas. Infrastruktur merupakan roda penggerak perekonomian.
Ketidakcukupan infrastruktur merupakan salah satu kunci terjadinya hambatan
bagi perekonomian yang lebih baik (Ndulu, et. al. dalam Wibowo, 2016).
Ketersediaan modal fisik sangat terkait dengan ketersediaan dana investasi.
Investor dalam berinvestasi mempertimbangkan apakah usaha mereka dapat
berjalan dan berkembang dengan memperhatikan infrastruktur yang tersedia.
3
Infrastruktur dinilai penting karena sebagai pendukung kegiatan perekonomian
dalam proses produksi untuk menghasilkan output hingga mobilitas penduduk
maupun arus perputaran barang dan jasa (Zamzami, 2014).
The World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi :
1. Infrastruktur Ekonomi meliputi, public utilities (telekomunikasi, air minum,
sanitasi, dan gas) public works (bendungan, saluran irigasi, dan drainase)
serta transportasi (jalan, kereta api, pelabuhan, dan bandara)
2. Infrastruktur Sosial meliputi, pendidikan, kesehatan, perumahan dan
rekreasi.
3. Infrastruktur Administrasi meliputi, penegak hukum, control administrasi,
dan koordinasi serta kebudayaan.
Infrastruktur Indonesia masih tertinggal dibanding negara ASEAN lainnya,
yakni hanya menempati peringkat ke-5 di bawah Singapura, Malaysia, Thailand,
dan Brunei berdasarkan laporan yang dirilis oleh World Economic Forum di
wilayah ASEAN. Sementara dalam lingkup dunia, berdasarkan laporan yang
dirilis oleh World Economic Forum infrastruktur Indonesia masih cukup jauh
tertinggal dari negara-negara lain, yaitu menempati peringkat 61 dari 144 negara.
Tabel 1.2
Peringkat Infrastruktur dan Index Daya Saing (GCI) Indonesia di
ASEAN Tahun 2013-2014
No. Negara Skor
Infrastruktur
Rangking
Infrastruktur Dunia
Rangking GCI
Dunia
1 Singapura 6,41 2 2
2 Malaysia 5,19 29 24
3 Thailand 4,53 47 37
4 Brunei 4,29 58 26
5 Indonesia 4,17 61 38
6 Vietnam 3,69 82 70
7 Laos 3,66 84 81
8 Philipina 3,40 96 59
9 Kamboja 3,26 101 88
10 Myanmar 2,01 141 139
Sumber: World Economic Forum: The Global Competitiveness Report 2013-2014.
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa kondisi infrastruktur Indonesia masih
tertinggal cukup jauh dengan infrasturktur Singapura dan infrastruktur Malaysia.
4
Hal itu terlihat dari selisih angka yang terpaut cukup jauh. Sedangkan jika
dibandingkan dengan infrastruktur Thailand dan infrastruktur Brunei, maka
rangking infrastruktur Indonesia dengan ke-dua negara tersebut masih terpaut
relatif dekat. Di samping itu, jika dilihat dari skor Global Competitivieness Index
(GCI), maka negara-negara ASEAN yang memiliki rangking infrastruktur tinggi
terdapat kecendrungan memiliki rangking GCI yang tinggi pula. Hal ini
menunujukkan bahwa terdapat kecendrungan negara dengan kondisi infrastruktur
yang baik akan memiliki daya saing ekonomi yang baik pula. Kondisi
infrastruktur Indonesia yang masih kurang baik ini menyebabkan perekonomian
Indonesia kurang mampu bersaing dengan negara lain. Kurang baiknya kondisi
infrastruktur Indonesia ini pula yang menyebabkan terjadinya ekonomi berbiaya
tinggi (high cost economy) di Indonesia.
Selain infrastruktur, penduduk juga memiliki peran penting bagi
perekonomian suatu negara. Pertumbuhan penduduk akan memiliki dampak pada
beberapa sektor dan khususnya sektor ekonomi suatu negara. Jumlah penduduk
memegang peranan penting dalam perekonomian.
Tabel 1.3
Proyeksi Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2010-2015
LOKASI (PULAU) LAJU PERTUMBUHAN
PENDUDUK TAHUN 2010-
2015
Pulau Sumatera 1,68 %
Pulau Jawa 1,16 %
Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara 1,45 %
Pulau Kalimantan 2,07 %
Pulau Sulawesi 1,43 %
Kepulauan Maluku 1,96 %
Pulau Papua 2, 11 %
Indonesia 1,38 %
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa proyeksi tingkat jumlah
penduduk di Indonesia berdasarkan pulau mengalami pertumbuhan pada kurun
waktu 2010-2015. Pulau Papua memiliki proyeksi laju pertumbuhan penduduk
yang paling tinggi yakni sebesar 2,11 persen, sementara proyeksi laju
pertumbuhan penduduk yang paling rendah terjadi di Pulau Jawa yakni sebesar
1,16 persen. Secara keseluruhan, proyeksi laju pertumbuhan penduduk di
5
Indonesia pada tahun 2010-2015 meningkat sebesar 1,38 persen. Hal ini
mencerminkan bahwa jumlah penduduk di Indonesia juga mengalami peningkatan
yang pada gilirannya akan membentuk kepadatan penduduk yang lebih
meningkat.
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong
maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah
akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkinkan
negara itu menambah produksi. Di samping itu, sebagai akibat dari pendidikan,
latihan, dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan selalu bertambah
tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas bertambah, dan ini selanjutnya
akan menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan
tenaga kerja (Sukirno, 2006).
Jumlah penduduk yang besar bagi beberapa kalangan merupakan suatu hal
positif karena dengan jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dijadikan
sebagai subjek pembangunan, perekonomian akan berkembang bila jumlah tenaga
kerjanya banyak. Namun di sisi lain beberapa kalangan justru meragukan apakah
jumlah penduduk yang besar adalah sebagai asset seperti yang dijelaskan
sebelumnya, akan tetapi kebalikan dari hal tersebut bahwa penduduk merupakan
beban bagi pembangunan. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang
semakin lama semakin banyak pula seiring dengan perkembangan jumlah
penduduk tersebut. Kesimpulan dari pandangan pesimis ini adalah bukan
kesejahteraan yang akan didapat tapi justru kemelaratan yang akan terjadi jika
jumlah penduduk tidak dikendalikan dengan baik (Rochaida, 2016).
Akibat dari pertambahan penduduk kepada perekonomian terutama
dihadapi oleh masyarakat yang kemajuan ekonominya belum tinggi tetapi telah
menghadapi masalah kelebihan penduduk. Suatu negara dipandang menghadapi
masalah kelebihan penduduk apabila jumlah penduduk adalah tidak seimbang
dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia, yaitu jumlah penduduk adalah
jauh berlebihan. Ini berarti pertambahan penggunaan tenaga kerja tidak akan
menimbulkan pertambahan dalam produksi nasional, ataupun kalau ia bertambah,
pertambahan tersebut adalah terlalu lambat dan tidak dapat mengimbangi
pertambahan penduduk (Sukirno, 2006).
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa kondisi
infrastruktur di Indonesia dinilai belum optimal untuk menopang PDRB provinsi-
provinsi di Indonesia. Padahal di era globalisasi dan pasar bebas semua negara di
dunia terutama negara yang masih berkembang seperti Indonesia dituntut untuk
semakin giat melakukan pembangunan ekonominya agar tidak tertinggal dari
negara lainnya. Tingkat PDRB provinsi-provinsi di Indonesia menjadi salah satu
faktor penting untuk mewujudkan pembangunan ekonomi nasional yang semakin
baik. Namun pada tahun 2013-2015 perekonomian Indonesia terus mengalami
penurunan. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur di Indonesia pun ternyata
mengalami ketertinggalan. Karenanya, perkembangan angka PDRB provinsi-
provinsi di Indonesia disinyalir salah satunya dipengaruhi oleh kurangnya
pembangunan infrastruktur.
Selain itu, pertambahan penduduk Indonesia yang terus mengalami
peningkatan juga menjadi tantangan bagi Indonesia dalam menghadapi pasar
bebas di era globalisasi. Jumlah penduduk yang terus mengalami pertumbuhan
akan semakin meningkatkan kepadatan penduduk. Pertumbuhan penduduk dapat
menjadi pendorong angka PDRB karena pertambahan jumlah tenaga kerja. Di sisi
lain, pertambahan penduduk juga dapat menjadi penghambat bagi tingkat PDRB
apabila tidak dibarengi dengan faktor-faktor produksi lainnya. Jumlah penduduk
yang terus mengalami pertumbuhan akan semakin meningkatkan kepadatan
penduduk.
Dari permasalahan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti apakah
infrastruktur dan kepadatan penduduk memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap PDRB di 33 provinsi di Indonesia dalam rangka menghadapi pasar
bebas. Rumusan masalah tersebut dimasukkan ke dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan
kepadatan penduduk secara bersama-sama terhadap PDRB 33 provinsi di
Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh infrastruktur listrik terhadap
PDRB 33 provinsi di Indonesia?
7
3. Bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh infrastruktur pendidikan
terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh dan besarnya pengaruh kepadatan penduduk terhadap
PDRB 33 provinsi di Indonesia?
5. Bagaimana nilai PDRB masing-masing provinsi apabila nilai variabel-
variabel independen yang ada pada model adalah 0?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan,
dan kepadatan penduduk secara bersama-sama terhadap PDRB 33 provinsi di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh infrastruktur listrik
terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh infrastruktur pendidikan
terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh kepadatan penduduk
terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.
5. Untuk mengetahui nilai PDRB masing-masing provinsi apabila nilai variabel-
variabel independen yang ada pada model adalah 0.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang evaluasi infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap
produktivitas ekonomi di Indonesia ini diharapkan dapat memberi manafaat
untuk;
1. Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
yang terkait dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia guna
peningkatan pembangunan ekonomi yang dianalisis melalui produktivitas
dalam kegiatan ekonomi. Di samping itu, sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah dalam menghadapi jumlah maupun kepadatan kepadatan
penduduk yang terus meningkat dalam rangka pembangunan ekonomi.
8
2. Bagi akademisi dan peneliti sebagai tambahan referensi dalam menyusun
tulisan yang relevan dengan bidang ekonomi.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
1. Definisi PDRB
Menurut Badan Pusat Statistik (2017), Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) diartikan sebagai nilai tambah bruto seluruh barang dan
jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang
timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu
tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau
non-residen.
2. Penghitungan PDRB
Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung
angka-angka PDRB yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan
pengeluaran:
a. Menurut Pendekatan Produksi. Menurut pendekatan ini, PDRB
adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Menurut Badan Pusat Statistik (2017), unit-unit
produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17
kategori lapangan usaha yaitu:
1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.
2) Pertambangan dan Penggalian.
3) Industri Pengolahan.
4) Pengadaan Listrik dan Gas.
5) Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang.
6) Konstruksi
7) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8) Transportasi dan Pergudangan
9) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
10) Informasi dan Komunikasi
11) Jasa Keuangan dan Asuransi
10
12) Real Estate
13) Jasa Perusahaan
14) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
15) Jasa Pendidikan
16) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
17) Jasa lainnya
Setiap kategori lapangan usaha tersebut dapat dirinci lagi menjadi
beberapa sub-sub kategori lapangan usaha. Untuk lebih jelasnya terkait
sektor-sektor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Kategori ini mencakup segala pengusahaan yang didapatkan dari alam
dan merupakan bendabenda atau barang-barang biologis (hidup) yang
hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri atau
untuk dijual kepada pihak lain. Pengusahaan ini termasuk kegiatan yang
tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten) seperti
pada kegiatan usaha tanaman pangan.
1.1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian
Subkategori ini mencakup pertanian tanaman pangan, tanaman
hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, serta jasa pertanian dan
perburuan hewan yang ditujukan untuk dijual.
1.1.1 Tanaman Pangan
Meliputi semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditas
bahan pangan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman pangan
meliputi padi, palawija (jagung, kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi
jalar, ubi kayu, palawija lainnya, seperti talas, ganyong, irut, gembili, dll),
serta tanaman serelia lainnya (sorgum/cantel, jawawut, jelai, gandum, dll).
Keseluruhan komoditas di atas masuk ke dalam golongan tanaman
semusim, dengan wujud produksi pada saat panen atau wujud produksi
baku lainnya yang masih termasuk dalam lingkup kategori pertanian.
Contoh wujud produksi pada komoditas pertanian tanaman pangan antara
lain: padi dalam wujud Gabah Kering Giling (GKG), jagung dalam wujud
pipilan kering, dan ubi kayu dalam wujud umbi basah.
11
1.1.2 Tanaman Hortikultura
Tanaman hortikultura terdiri dari tanaman hortikultura semusim dan
tanaman hortikultura tahunan. Tanaman hortikultura semusim meliputi
tanaman hortikultura yang umumnya berumur pendek (kurang dari satu
tahun) dan panennya dilakukan satu atau beberapa kali masa panen untuk
satu kali penanaman. Sedangkan tanaman hortikultura tahunan meliputi
tanaman hortikultura yang umumnya berumur lebih dari satu tahun dan
pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen untuk satu
kali penanaman. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman
hortikultura meliputi kelompok komoditi sayuran, buah-buahan, tanaman
biofarmaka, dan tanaman hias.
1.1.3 Tanaman Perkebunan
Tanaman Perkebunan terdiri dari tanaman perkebunan semusim dan
tanaman perkebunan tahunan, baik yang diusahakan oleh rakyat maupun
oleh perusahaan perkebunan (negara maupun swasta). Cakupan usaha
perkebunan mulai dari pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang menjadi satu kesatuan
kegiatan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman perkebunan
diantaranya adalah tebu, tembakau, nilam, jarak, wijen, tanaman berserat
(kapas, rosela, rami, yute, agave, abaca, kenaf, dan-lain-lain), kelapa,
kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, lada, pala, kayu manis, cengkeh,
jambu mete, dan sebagainya.
1.1.4 Peternakan
Peternakan mencakup semua usaha peternakan yang
menyelenggarakan pembibitan serta budidaya segala jenis ternak dan
unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan
diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan
peternakan. Golongan ini juga mencakup pembudidayaan ternak maupun
unggas yang menghasilkan produk berulang, misalnya untuk
menghasilkan susu dan telur. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan
peternakan adalah sapi potong, kerbau, kambing, domba, babi, kuda, ayam
12
bukan ras (buras), ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik manila, itik,
telur ayam ras, telur ayam bukan ras, telur itik, susu segar, dsb.
1.1.5 Jasa Pertanian dan Perburuan
Kegiatan jasa pertanian dan perburuan meliputi kegiatan jasa
pertanian, perburuan dan penangkapan satwa liar, serta penangkaran satwa
liar. Kegiatan jasa pertanian adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh
perorangan maupun badan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak yang
khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan pertanian (tanaman
pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, dan peternakan).
Dicakup juga dalam kegiatan jasa pertanian adalah penyewaan alat
pertanian/hewan bersama operatornya dan risiko kegiatan jasa tersebut
ditanggung oleh yang memberikan jasa. Kegiatan perburuan dan
penangkapan satwa liar mencakup usaha perburuan dan penangkapan
satwa liar dalam rangka pengendalian populasi dan pelestarian. Termasuk
usaha pengawetan dan penyamakan kulit dari furskin, reptil, dan kulit
unggas hasil perburuan dan penangkapan. Termasuk perburuan dan
penangkapan binatang dengan perangkap untuk umum, penangkapan
binatang (mati atau hidup) untuk makanan, bulu, kulit atau untuk
penelitian, untuk ditempatkan dalam kebun binatang atau sebagai hewan
peliharaan, produksi kulit bulu binatang, reptil atau kulit burung dari
kegiatan perburuan atau penangkapan. Sedangkan kegiatan penangkaran
satwa liar mencakup usaha penangkaran, pembesaran, penelitian untuk
pelestarian satwa liar, baik satwa liar darat dan satwa liar laut seperti
mamalia laut, misalnya duyung, singa laut dan anjing laut. Output jasa
pertanian diperoleh dengan pendekatan imputasi dengan memperhatikan
proporsi pengeluaran untuk jasa pertanian terhadap output yang dihasilkan
oleh suatu kegiatan pertanian pada periode tertentu.
1.2 Kehutanan dan Penebangan Kayu
Subkategori ini meliputi kegiatan penebangan segala jenis kayu serta
pengambilan daun-daunan, getah-getahan, dan akar-akaran, termasuk di
sini adalah jasa yang menunjang kegiatan kehutanan berdasarkan sistem
balas jasa/kontrak. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan kehutanan
13
meliputi kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun
hutan budidaya), kayu bakar, rotan, bambu, dan hasil hutan lainnya.
Dicakup juga dalam kegiatan kehutanan ini adalah jasa yang menunjang
kegiatan kehutanan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, termasuk
kegiatan reboisasi hutan yang dilakukan atas dasar kontrak.
1.3 Perikanan
Subkategori ini meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan,
dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di
air tawar, air payau maupun di laut. Komoditas yang dihasilkan oleh
kegiatan perikanan meliputi segala jenis ikan, crustacea, mollusca, rumput
laut, dan biota air lainnya yang diperoleh dari penangkapan (di laut dan
perairan umum) dan budidaya (laut, tambak, karamba, jaring apung,
kolam, dan sawah). Dicakup juga dalam kegiatan perikanan ini adalah jasa
yang menunjang kegiatan perikanan atas dasar balas jasa (fee) atau
kontrak.
2. Pertambangan dan Penggalian
Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam Kategori Pertambangan
dan Penggalian, dikelompokkan dalam empat subkategori, yaitu:
pertambangan minyak dan gas bumi (migas), pertambangan batubara dan
lignit, pertambangan bijih logam serta pertambangan dan penggalian
lainnya.
2.1 Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi
Subkategori Pertambangan Migas dan Panas Bumi meliputi kegiatan
produksi minyak bumi mentah, pertambangan dan pengambilan minyak
dari serpihan minyak dan pasir minyak, produksi gas alam serta pencarian
cairan hidrokarbon. Subkategori ini juga mencakup kegiatan operasi
dan/atau pengembangan lokasi penambangan minyak, gas alam, dan panas
bumi.
2.2 Pertambangan Batubara dan Lignit
Pertambangan Batubara mencakup usaha operasi penambangan,
pengeboran berbagai kualitas batubara seperti antrasit, bituminous dan
subbituminous baik pertambangan di permukaan tanah atau bawah tanah,
14
termasuk pertambangan dengan cara pencairan. Operasi pertambangan
tersebut meliputi penggalian, penghancuran, pencucian, penyaringan dan
pencampuran serta pemadatan meningkatkan kualitas atau memudahkan
pengangkutan dan penyimpanan/ penampungan. Termasuk pencarian
batubara dari kumpulan tepung bara. Pertambangan Lignit mencakup
penambangan di permukaan tanah termasuk penambangan dengan metode
pencairan dan kegiatan lain untuk meningkatkan kualitas dan
memudahkan pengangkutan dan penyimpanan.
2.3 Pertambangan Bijih Logam
Sub kategori ini mencakup pertambangan dan pengolahan bijih logam
yang tidak mengandung besi, seperti bijih thorium dan uranium,
aluminium, tembaga, timah, seng, timah hitam, mangan, krom, nikel
kobalt dan lain. Termasuk bijih logam mulia lainnya. Kelompok bijih
logam mulia lainnya mencakup pembersihan dan pemurnian yang tidak
dapat dipisahkan secara administratif dari usaha pertambangan bijih logam
lainnya. Beberapa jenis produknya, antara lain: pertambangan pasir besi
dan bijih besi dan peningkatan mutu dan proses aglomerasi bijih besi,
pertambangan dan pengolahan bijih logam yang tidak mengandung besi,
seperti bijih thorium dan uranium, alumunium (bauksit), tembaga, timah,
seng, timah hitam, mangaan, krom, nikel kobalt dan lain-lain; serta
pertambangan bijih logam mulia, seperti emas, platina, perak dan logam
mulia lainnya.
2.4 Pertambangan dan Penggalian Lainnya
Subkategori ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis
barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya
berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung,
batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk
bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi
penggalian selain tersebut di atas. Termasuk dalam subkategori ini adalah
komoditi garam hasil penggalian.
15
3. Industri Pengolahan
Kategori Industri Pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang
perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen
menjadi produk baru. Bahan baku industri pengolahan berasal dari produk
pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan atau penggalian seperti
produk dari kegiatan industri pengolahan lainnya. Perubahan,
pembaharuan atau rekonstruksi yang pokok dari barang secara umum
diperlakukan sebagai industri pengolahan. Unit industri pengolahan
digambarkan sebagai pabrik, mesin atau peralatan yang khusus digerakkan
dengan mesin dan tangan. Termasuk kategori industri pengolahan adalah
perubahan bahan menjadi produk baru dengan menggunakan tangan,
kegiatan maklon atau kegiatan penjualan produk yang dibuat di tempat
yang sama dimana produk tersebut dijual dan unit yang melakukan
pengolahan bahan-bahan dari pihak lain atas dasar kontrak.
3.1 Industri Pengolahan Batubara dan Pengilangan Minyak dan Gas
Bumi
Subkategori ini mencakup kegiatan perubahan minyak, gas bumi dan
batubara menjadi produk yang bermanfaat seperti: pengilangan minyak
dan gas bumi, di mana meliputi pemisahan minyak bumi menjadi produk
komponen melalui teknis seperti pemecahan dan penyulingan. Produk
khas yang dihasilkan: kokas, butane, propane, petrol, gas hidrokarbon dan
metan, gasoline, minyak tanah, gas etane, propane dan butane sebagai
produk penyulingan minyak. Termasuk disini adalah pengoperasian
tungku batubara, produksi batubara dan semi batubara, gas batubara, ter,
lignit dan kokas.
3.2 Industri Makanan dan Minuman
Subkategori ini merupakan gabungan dari dua subkategori, yaitu
Industri Makanan dan Industri Minuman. Industri makanan mencakup
pengolahan produk pertanian, perkebunan dan perikanan menjadi makanan
dan juga mencakup produk setengah jadi yang tidak secara langsung
menjadi produk makanan. Industri Minuman mencakup pembuatan
minuman beralkohol maupun tidak beralkohol, air minum mineral, bir dan
16
anggur, dan pembuatan minuman beralkohol yang disuling. Kegiatan ini
tidak mencakup pembuatan jus buah-buahan dan sayur-sayuran, minuman
dengan bahan baku susu, dan pembuatan produk teh, kopi dan produk the
dengan kadar kafein yang tinggi.
3.3 Industri Pengolahan Tembakau
Subkategori ini meliputi pengolahan tembakau atau produk pengganti
tembakau, rokok, cerutu, cangklong, snuff, chewing dan pemotongan serta
pengeringan tembakau tetapi tidak mencakup penanaman atau pengolahan
awal tembakau. Beberapa produk yang dihasilkan rokok dan cerutu,
tembakau pipa, tembakau sedot (snuff), rokok kretek, rokok putih dan lain
lain.
3.4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
Subkategori ini merupakan gabungan dari dua subkategori yaitu
Industri Tekstil dan Industri Pakaian Jadi. Industri tekstil mencakup
pengolahan, pemintalan, penenunan dan penyelesaian tekstil dan bahan
pakaian, pembuatan barang-barang tekstil bukan pakaian (seperti: sprei,
taplak meja, gordein, selimut, permadani, tali temali, dan lain-lain).
Industri pakaian jadi mencakup semua pekerjaan menjahit dari semua
bahan dan semua jenis pakaian dan aksesoris, tidak ada perbedaan dalam
pembuatan antara baju anak-anak dan orang dewasa, atau pakaian
tradisional dan modern. Subkategori ini juga mencakup pembuatan
industri bulu binatang (pakaian dari bulu binatang dan kulit yang berbulu).
Contoh produk yang dihasilkan: kain tenun ikat, benang, kain, batik,
rajutan, pakaian jadi, pakaian sesuai pesanan, dan lain-lain.
3.5 Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki
Subkategori ini mencakup pengolahan dan pencelupan kulit berbulu
dan proses perubahan dari kulit jangat menjadi kulit dengan proses
penyamakan atau proses pengawetan dan pengeringan serta pengolahan
kulit menjadi produk yang siap pakai, pembuatan koper, tas tangan dan
sejenisnya, pakaian kuda dan peralatan kuda yang terbuat dari kulit, dan
pembuatan alas kaki. Subkategori ini juga mencakup pembuatan produk
17
sejenisnya dari bahan lain (kulit imitasi atau kulit tiruan), seperti alas kaki
dari bahan karet, koper dari tekstil, dan lain-lain.
3.6 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus, dan Barang
Anyaman
Subkategori ini mencakup pembuatan barang-barang dari kayu.
Kebanyakan digunakan untuk konstruksi dan juga mencakup berbagai
proses pengerjaan dari penggergajian sampai pembentukan dan perakitan
barang barang dari kayu, dan dari perakitan sampai produk jadi seperti
kontainer kayu. Terkecuali penggergajian, Subkategori ini terbagi lagi
sebagian besar didasarkan pada produk spesifik yang dihasilkan.
Subkategori ini tidak mencakup pembuatan mebeler, atau
perakitan/pemasangan perabot kayu dan sejenisnya. Contohnya:
pemotongan kayu gelondongan menjadi balok, kaso, papan, pengolahan
rotan, kayu lapis, barang-barang bangunan dari kayu, kerajinan dari kayu,
alat dapur dari kayu, rotan dan bambu.
3.7 Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan, dan
Reproduksi Media Rekam
Subkategori ini merupakan gabungan dari dua subkategori yaitu
Industri Kertas dan Barang dari Kertas, dan Industri Pencetakan dan
Reproduksi Media Rekaman. Industri Kertas dan Barang dari Kertas
mencakup pembuatan bubur kayu, kertas, dan produk kertas olahan.
Pembuatan dari produk-produk tersebut merupakan satu rangkaian dengan
tiga kegiatan utama. Kegiatan pertama pembuatan bubur kertas, lalu yang
kedua pembuatan kertas yang menjadi lembaran-lembaran dan yang ketiga
barang dari kertas dengan berbagai tehnik pemotongan dan pembentukan,
termasuk kegiatan pelapisan dan laminasi. Barang kertas dapat merupakan
barang cetakan selagi pencetakan bukanlah merupakan hal yang utama.
Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman mencakup
pencetakan barang-barang dan kegiatan pendukung yang berkaitan dan
tidak terpisahkan dengan Industri Pencetakan; proses pencetakan termasuk
bermacam-macam metode/cara untuk memindahkan suatu image dari
18
piringan atau layar monitor ke suatu media melalui/dengan berbagai
teknologi pencetakan.
3.8 Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional
Subkategori ini terdiri dari dua industri yaitu Industri Kimia dan
Industri Farmasi dan Obat Tradisional. Industri Kimia mencakup
perubahan bahan organik dan non organik mentah dengan proses kimia
dan pembentukan produk. Ciri produk kimia dasar yaitu yang membentuk
kelompok industri pertama dari hasil produk antara dan produk akhir yang
dihasilkan melalui pengolahan lebih lanjut dari kimia dasar yang
merupakan kelompok kelompok industri lainnya. Industri Farmasi dan
Obat Tradisional mencakup pembuatan produk farmasi dasar dan preparat
farmasi. Golongan ini mencakup antara lain preparat darah, obat-obatan
jadi, preparat diagnostik, preparat medis, obat tradisional atau jamu dan
produk botanikal untuk keperluan farmasi.
3.9 Industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik
Subkategori ini mencakup pembuatan barang plastik dan karet dengan
penggunaan bahan baku karet dan plastik dalam proses pembuatannya.
Misalnya; pembuatan karet alam, pembuatan ban karet untuk semua jenis
kendaraan dan peralatan, pengolahan dasar plastik atau daur ulang. Namun
demikian tidak berarti bahwa semua barang dari bahan baku karet dan
plastik termasuk di golongan ini, misalnya industri alas kaki dari karet,
industri lem, industri matras, industri permainan dari karet, termasuk
kolam renang mainan anak-anak.
3.10 Industri Barang Galian Bukan Logam
Kegiatan ini mencakup pengolahan bahan baku menjadi barang jadi
yang berhubungan dengan unsur tunggal suatu mineral murni, seperti gelas
dan produk gelas, produk keramik dan tanah liat bakar, semen dan plester.
Industri pemotongan dan pengasahan batu serta pengolahan produk
mineral lainnya juga termasuk disini.
3.11 Industri Logam Dasar
Subkategori ini mencakup kegiatan peleburan dan penyulingan baik
logam yang mengandung besi maupun tidak dari bijih, potongan atau
19
bungkahan dengan menggunakan bermacam teknik metalurgi. Contoh
produk: industri besi dan baja dasar, penggilingan baja, pipa, sambungan
pipa dari baja, logam mulia, logam dasar bukan besi dan lain-lain.
3.12 Industri Barang Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik,
dan Peralatan Listrik
Subkategori ini mencakup pembuatan produk logam "murni" (seperti
suku cadang, container/wadah dan struktur), pada umumnya mempunyai
fungsi statis atau tidak bergerak, pembuatan perlengkapan senjata dan
amunisi, pembuatan komputer, perlengkapan komputer, peralatan
komunikasi, dan barang-barang elektronik sejenis, termasuk pembuatan
komponennya, pembuatan produk yang membangkitkan, mendistribusikan
dan menggunakan tenaga listrik.
3.13 Industri Mesin dan Perlengkapan
Kegiatan yang tercakup dalam Subkategori Industri Mesin dan
Perlengkapan adalah pembuatan mesin dan peralatan yang dapat bekerja
bebas baik secara mekanik atau yang berhubungan dengan pengolahan
bahan-bahan, termasuk komponen mekaniknya yang menghasilkan dan
menggunakan tenaga dan komponen utama yang dihasilkan secara khusus.
Subkategori ini juga mencakup pembuatan mesin untuk keperluan khusus
untuk angkutan penumpang atau barang dalam dasar pembatasan,
peralatan tangan, peralatan tetap atau bergerak tanpa memperhatikan
apakah peralatan tersebut dibuat untuk keperluan industri, pekerjaan sipil,
dan bangunan, pertanian dan rumah tangga.
3.14 Industri Alat Angkutan
Subkategori ini mencakup Industri kendaraan bermotor dan semi
trailer serta Industri alat angkutan lainnya. Cakupan dari golongan ini
adalah pembuatan kendaraan bermotor untuk angkutan penumpang atau
barang, alat angkutan lain seperti pembuatan kapal dan perahu,
lori/gerbong kereta api dan lokomotif, pesawat udara dan pesawat angkasa.
Golongan ini juga mencakup pembuatan berbagai suku cadang dan
aksesoris kendaraan bermotor, termasuk pembuatan trailer atau semitrailer.
20
3.15 Industri Furnitur
Industri Furnitur mencakup pembuatan mebeller dan produk yang
berkaitan yang terbuat dari berbagai bahan kecuali batu, semen dan
keramik. Pengolahan pembuatan mebeller adalah metode standar, yaitu
pembentukan bahan dan perakitan komponen, termasuk pemotongan,
pencetakan dan pelapisan. Perancangan produk baik untuk estetika dan
kualitas fungsi adalah aspek yang penting dalam proses produksi.
Pembuatan mebeller cenderung menjadi kegiatan yang khusus.
3.16 Industri Pengolahan Lainnya, Jasa Reparasi, dan Pemasangan
Mesin dan Peralatan
Subkategori ini mencakup pembuatan berbagai macam barang yang
belum dicakup di tempat lain dalam klasifikasi ini. Subkategori ini
merupakan gabungan dari industri pengolahan lainnya dan jasa reparasi
serta pemasangan mesin dan peralatan. Subkategori ini bersifat residual,
proses produksi, bahan input dan penggunaan barang-barang yang
dihasilkan dapat berubah-ubah secara luas dan ukuran umum. Subkategori
ini tidak mencakup pembersihan mesin industri, perbaikan dan
pemeliharaan peralatan komputer dan komunikasi serta perbaikan dan
pemeliharaan barang-barang rumah tangga. Tetapi mencakup perbaikan
dan pemeliharaan mesin dan peralatan khusus barang-barang yang
dihasilkan oleh lapangan usaha industri pengolahan dengan tujuan untuk
pemulihan mesin, peralatan dan produk lainnya.
4. Pengadaan Listrik dan Gas
Kategori ini mencakup kegiatan pengadaan tenaga listrik, gas alam
dan buatan, uap panas, air panas, udara dingin dan produksi es dan
sejenisnya melalui jaringan, saluran, atau pipa infrastruktur permanen.
Dimensi jaringan/infrastruktur tidak dapat ditentukan dengan pasti,
termasuk kegiatan pendistribusian listrik, gas, uap panas dan air panas
serta pendinginan udara dan air untuk tujuan produksi es. Produksi es
untuk kebutuhan makanan/minuman dan tujuan non makanan. Kategori ini
juga mencakup pengoperasian mesin dan gas yang menghasilkan,
21
mengontrol dan menyalurkan tenaga listrik atau gas. Juga mencakup
pengadaan uap panas dan AC.
4.1 Ketenagalistrikan
Subkategori ini mencakup pembangkitan, pengiriman dan penyaluran
tenaga listrik kepada konsumen, baik yang diselenggarakan oleh PT
Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan swasta (Non-
PLN), seperti pembangkitan listrik oleh perusahaan milik Pemerintah
Daerah, dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun
perusahaan) dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau
diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam
transmisi dan distribusi, dan listrik yang dicuri.
4.2 Pengadaan Gas dan Produksi Es
Subkategori ini menghasilkan Gas Alam, Gas Buatan, Uap/Air Panas,
Udara Dingin dan Produksi Es. Subkategori ini mencakup pembuatan gas
dan pendistribusian gas alam atau gas buatan ke konsumen melalui suatu
system saluran pipa, dan kegiatan penjualan gas. Subkategori ini juga
mencakup penyediaan gas melalui berbagai proses, pengangkutan,
pendistribusian dan penyediaan semua jenis bahan bakar gas, penjualan
gas kepada konsumen melalui saluran pipa. Termasuk penyaluran,
distribusi dan pengadaan semua jenis bahan bakar gas melalui sistim
saluran, perdagangan gas kepada konsumen melalui saluran, kegiatan agen
gas yang mengurus perdagangan gas melalui sistim distribusi gas yang
dioperasikan oleh pihak lain dan pengoperasian pengubahan komoditas
dan kapasitas pengangkutan bahan bakar gas. Kegiatan Pengadaan
Uap/Air Panas, Udara Dingin dan Produksi Es mencakup kegiatan
produksi, pengumpulan dan pendistribusian uap dan air panas untuk
pemanas, energi dan tujuan lain, produksi dan distribusi pendinginan
udara, pendinginan air untuk tujuan pendinginan dan produksi es,
termasuk es untuk kebutuhan makanan/ minuman dan tujuan non
makanan.
22
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang
Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha yang
berhubungan dengan pengelolaan berbagai bentuk limbah/sampah, seperti
limbah/sampah padat atau bukan baik rumah tangga ataupun industri, yang
dapat mencemari lingkungan. Hasil dari proses pengelolaan limbah
sampah atau kotoran ini dibuang atau menjadi input dalam proses produksi
lainnya. Kegiatan pengadaan air termasuk kategori ini, karena kegiatan ini
sering kali dilakukan dalam hubungannya dengan atau oleh unit yang
terlibat dalam pengelolaan limbah/kotoran.
6. Konstruksi
Kategori Konstruksi adalah kegiatan usaha di bidang konstruksi
umum dan konstruksi khusus pekerjaan gedung dan bangunan sipil, baik
digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Kegiatan
konstruksi mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan
perubahan, pendirian prafabrikasi bangunan atau struktur di lokasi proyek
dan juga konstruksi yang bersifat sementara. Kegiatan konstruksi
dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan
pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus,
yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk
dipakai sendiri. Hasil kegiatan konstruksi antara lain: Konstruksi gedung
tempat tinggal; Konstruksi gedung bukan tempat tinggal; Konstruksi
bangunan sipil, misal: jalan, tol, jembatan, landasan pesawat terbang, jalan
rel dan jembatan kereta api, terowongan, bendungan, waduk, menara air,
jaringan irigasi, drainase, sanitasi, tanggul pengendali banjir, terminal,
stasiun, parkir, dermaga, pergudangan, pelabuhan, bandara, dan
sejenisnya; Konstruksi bangunan elektrik dan telekomunikasi: pembangkit
tenaga listrik; transmisi, distribusi dan bangunan jaringan komunikasi, dan
sebagainya; Instalasi gedung dan bangunan sipil: instalasi listrik termasuk
alat pendingin dan pemanas ruangan, instalasi gas, instalasi air bersih dan
air limbah serta saluran drainase, dan sejenisnya; Pengerukan: meliputi
pengerukan sungai, rawa, danau dan alur pelayaran, kolam dan kanal
pelabuhan baik bersifat pekerjaan ringan, sedang maupun berat; Penyiapan
23
lahan untuk pekerjaan konstruksi, termasuk pembongkaran dan
penghancuran gedung atau bangunan lainnya serta pembersihannya;
Penyelesaian konstruksi sipil seperti pemasangan kaca dan aluminium;
pengerjaan lantai, dinding dan plafon gedung; pengecatan; pengerjaan
interior dan dekorasi dalam penyelesaian akhir; pengerjaan eksterior dan
pertamanan pada gedung dan bangunan sipil lainnya; Penyewaan alat
konstruksi dengan operatornya seperti derek lori, molen, buldoser, alat
pencampur beton, mesin pancang, dan sejenisnya.
7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang
perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis)
dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi
penjualan barang-barang tersebut. Baik penjualan secara grosir
(perdagangan besar) maupun eceran merupakan tahap akhir dalam
pendistribusian barang dagangan. Kategori ini juga mencakup reparasi
mobil dan sepeda motor. Penjualan tanpa perubahan teknis juga
mengikutkan kegiatan yang terkait dengan perdagangan, seperti
penyortiran, pemisahan kualitas dan penyusunan barang, pencampuran,
pembotolan, pengepakan, pembongkaran dari ukuran besar dan
pengepakan ulang menjadi ukuran yang lebih kecil, penggudangan, baik
dengan pendingin maupun tidak, pembersihan dan pengeringan hasil
pertanian, pemotongan lembaran kayu atau logam. Pedagang besar
seringkali secara fisik mengumpulkan, menyortir, dan memisahkan
kualitas barang dalam ukuran besar, membongkar dari ukuran besar dan
mengepak ulang menjadi ukuran yang lebih kecil. Sedangkan pedagang
eceran melakukan penjualan kembali barang-barang (tanpa perubahan
teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat
umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumah
tangga, melalui toko, departement store, kios, mail-order houses, penjual
dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah
pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya pedagang pengecer memperoleh
24
hak atas barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer
bertindak sebagai agen, dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi.
7.1 Perdagangan, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor
Subkategori ini mencakup semua kegiatan (kecuali industri dan
penyewaan) yang berhubungan dengan mobil dan motor, termasuk lori
dan truk, sebagaimana perdagangan besar dan eceran, perawatan dan
pemeliharaan mobil dan motor baru maupun bekas. Termasuk
perdagangan besar dan eceran suku cadang dan aksesori mobil dan motor,
juga mencakup kegiatan agen komisi yang terdapat dalam perdagangan
besar dan eceran kendaraan.
7.2 Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor
Subkategori ini mencakup kegiatan ekonomi di bidang perdagangan
besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai
jenis barang, baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun
eceran dan merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan
selain produk mobil dan sepeda motor. Perdagangan besar nasional dan
internasional atas usaha sendiri atau atas dasar balas jasa atau kontrak
(perdagangan komisi) juga merupakan cakupan dalam subkategori ini.
Output lapangan usaha perdagangan adalah margin perdagangan, yaitu
nilai jual dikurangi nilai beli barang yang diperdagangkan setelah
dikurangi biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang.
8. Transportasi dan Pergudangan
Kategori ini mencakup penyediaan angkutan penumpang atau barang,
baik yang berjadwal maupun tidak, dengan menggunakan rel, saluran pipa,
jalan darat, air atau udara dan kegiatan yang berhubungan dengan
pengangkutan. Kategori Transportasi dan Pergudangan terdiri atas:
angkutan rel; angkutan darat; angkutan laut; angkutan sungai, danau dan
penyeberangan; angkutan udara; pergudangan dan jasa penunjang
angkutan, pos dan kurir. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan
pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya
dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun
tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan
25
yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti: terminal,
pelabuhan, pergudangan, dan lain-lain.
8.1 Angkutan Rel
Angkutan Rel untuk penumpang dan atau barang yang menggunakan
jalan rel kereta melalui antar kota, dalam kota dan pengoperasian gerbong
tidur atau gerbong makan kereta api yang sepenuhnya dikelola oleh PT
Kereta Api Indonesia (PT. KAI).
8.2 Angkutan Darat
Meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang
menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun
tidak bermotor. Termasuk pula kegiatan charter/sewa kendaraan baik
dengan atau tanpa pengemudi; serta jasa angkutan dengan saluran pipa
untuk mengangkut minyak mentah, gas alam, produk minyak, kimia dan
air.
8.3 Angkutan Laut
Meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan
menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah
domestik. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh
perusahaan lain yang berada dalam satu kesatuan usaha, di mana kegiatan
pelayaran ini sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya dan data yang
tersedia sulit untuk dipisahkan.
8.4 Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan
Kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan pengangkutan penumpang,
barang dan kendaraan dengan menggunakan kapal/angkutan sungai dan
danau baik bermotor maupun tidak bermotor, serta kegiatan
penyeberangan dengan alat angkut kapal ferry.
8.5 Angkutan Udara
Kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang
dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan
penerbangan yang beroperasi di Indonesia.
26
8.6 Jasa Penunjang Angkutan, Pergudangan dan Pos dan Kurir
Mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar
kegiatan pengangkutan, yaitu jasa-jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat
(terminal & parkir), jasa pelayanan bongkar muat barang darat dan laut,
keagenan penumpang, jasa ekspedisi, jalan tol, pergudangan, jasa
pengujian kelayakan angkutan darat dan laut, jasa penunjang lainnya, pos
dan jasa kurir.
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Kategori ini mencakup penyediaan akomodasi penginapan jangka
pendek untuk pengunjung dan pelancong lainnya serta penyediaan
makanan dan minuman untuk konsumsi segera. Jumlah dan jenis layanan
tambahan yang disediakan sangat bervariasi. Tidak termasuk penyediaan
akomodasi jangka panjang seperti tempat tinggal utama, penyiapan
makanan atau minuman bukan untuk dikonsumsi segera atau yang melalui
kegiatan perdagangan besar dan eceran.
9.1 Penyediaan Akomodasi
Subkategori ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi jangka
pendek untuk pengunjung atau pelancong lainnya. Termasuk penyediaan
akomodasi yang lebih lama untuk pelajar, pekerja, dan sejenisnya (seperti
asrama atau rumah kost dengan makan maupun tidak dengan makan).
Penyediaan akomodasi dapat hanya menyediakan fasilitas akomodasi saja
atau dengan makanan dan minuman dan/atau fasilitas rekreasi. Yang
dimaksud akomodasi jangka pendek seperti hotel berbintang maupun tidak
berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap
seperti losmen, motel, dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan penyediaan
makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu
yang menginap selama kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan
manajemen dengan penginapan, alasan penggabungan ini karena datanya
sulit dipisahkan.
9.2 Penyediaan Makan dan Minum
Kegiatan subkategori ini mencakup pelayanan makan minum yang
menyediakan makanan atau minuman untuk dikonsumsi segera, baik
27
restoran tradisional, restoran self service atau restoran take away, baik di
tempat tetap maupun sementara dengan atau tanpa tempat duduk. Yang
dimaksud penyediaan makanan dan minuman adalah penyediaan makanan
dan minuman untuk dikonsumsi segera berdasarkan pemesanan.
10. Informasi dan Komunikasi
Kategori ini mencakup produksi dan distribusi informasi dan produk
kebudayaan, persediaan alat untuk mengirimkan atau mendistribusikan
produk produk ini dan juga data atau kegiatan komunikasi, informasi,
teknologi informasi dan pengolahan data serta kegiatan jasa informasi
lainnya. Kategori terdiri dari beberapa industri yaitu Penerbitan, Produksi
Gambar Bergerak, Video, Perekaman Suara dan Penerbitan Musik,
Penyiaran dan Pemograman (Radio dan Televisi), Telekomunikasi,
Pemograman, Konsultasi Komputer dan Teknologi Informasi. Kegiatan
industri penerbitan mencakup penerbitan buku, brosur, leaflet, kamus,
ensiklopedia, atlas, peta dan grafik, penerbitan surat kabar, jurnal dan
majalah atau tabloid, termasuk penerbitan piranti lunak. Semua bentuk
penerbitan (cetakan, elektronik atau audio, pada internet, sebagai produk
multimedia seperti cd rom buku referensi dan lain-lain). Kegiatan industri
produksi gambar bergerak, video, perekaman suara dan penerbitan musik
ini mencakup pembuatan gambar bergerak baik pada film, video tape atau
disk untuk diputar dalam bioskop atau untuk siaran televisi, kegiatan
penunjang seperti editing, cutting, dubbing film dan lainlain,
pendistribusian dan pemutaran gambar bergerak dan produksi film lainnya
untuk industri lain. Pembelian dan penjualan hak distribusi gambar
bergerak dan produksi film lainnya. Selain itu juga mencakup kegiatan
perekaman suara, yaitu produksi perekaman master suara asli, merilis,
mempromosikan dan mendistribusikannya, penerbitan musik seperti
kegiatan jasa perekaman suara dalam studio atau tempat lain. Kegiatan
industri penyiaran dan pemrograman (radio dan televisi) ini mencakup
pembuatan isi siaran atau perolehan hak untuk menyalurkannya dan
kemudian menyiarkannya, seperti radio, televisi dan program hiburan,
berita, perbincangan dan sejenisnya. Juga termasuk penyiaran data,
28
khususnya yang terintegrasi dengan penyiaran radio atau TV. Kegiatan
industri telekomunikasi ini mencakup kegiatan penyediaan telekomunikasi
dan kegiatan jasa yaitu pemancar suara, data, naskah, bunyi dan video.
Fasilitas transmisi yang melakukan kegiatan ini dapat berdasar pada
teknologi tunggal atau kombinasi dari berbagai teknologi. Umumnya
kegiatan ini adalah transmisi dari isi, tanpa terlibat dalam proses
pembuatannya. Kegiatan industri pemograman, konsultasi komputer dan
teknologi informasi ini mencakup kegiatan penyediaan jasa keahlian di
bidang teknologi informasi, seperti penulisan, modifikasi, pengujian dan
pendukung piranti lunak; perencanaan dan perancangan sistem komputer
yang mengintegrasikan perangkat keras komputer, piranti lunak komputer
dan teknologi komunikasi; manajemen dan pengoperasian sistem
komputer klien dan/atau fasilitas pengolahan data di tempat klien serta
kegiatan profesional lainnya dan kegiatan yang berhubungan dengan
teknis komputer.
11. Jasa Keuangan dan Asuransi
Kategori ini mencakup jasa perantara keuangan, asuransi dan pensiun,
jasa keuangan lainnya serta jasa penunjang keuangan. Kategori ini juga
mencakup kegiatan pemegang asset, seperti kegiatan perusahaan holding
dan kegiatan dari lembaga penjaminan atau pendanaan dan lembaga
keuangan sejenis.
11.1 Jasa Perantara Keuangan
Kegiatan ini mencakup kegiatan yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit/pinjaman dan atau bentukbentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, seperti: menerima
simpanan dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman
baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang. Kegiatan menghimpun
dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok Jasa Perantara
Keuangan sedangkan memberikan jasa lainnya hanya kegiatan pendukung,
seperti: mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga,
mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya,
29
menyewakan tempat menyimpan barang berharga, dan sebagainya.
Kegiatan tersebut antara lain bank sentral, perbankan konvensional
maupun syariah, bank swasta nasional, bank campuran dan asing, dan
bank perkreditan rakyat, juga koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam,
baitul maal wantanwil dan jasa perantara moneter lainnya.
11.2 Asuransi dan Dana Pensiun
Asuransi dan dana pensiun mencakup penjaminan tunjangan hari tua
serta polis asuransi, dimana premi tersebut diinvestasikan untuk digunakan
terhadap klaim yang akan datang.
11.2.1 Asuransi dan Reasuransi
Asuransi dan reasuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan
bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko-resiko atas
terjadinya musibah/kecelakaan terhadap barang atau orang, termasuk
tunjangan hari tua. Pihak tertanggung dapat menerima biaya atas
hancur/rusaknya barang atau karena terjadinya kematian pihak
tertanggung. Golongan ini mencakup kegiatan asuransi jiwa, asuransi non
jiwa dan reasuransi, baik konvensional maupun dengan prinsip syariah.
11.2.2 Dana Pensiun
Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola program yang
menjanjikan manfaat pensiun. Manfaat pensiun adalah sejumlah uang yang
dibayarkan secara berkala atau sekaligus pada masa pensiun sebagai
santunan hari tua/uang pension. Dana pensiun dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga
Keuangan.
11.3 Jasa Keuangan Lainnya
Jasa keuangan lainnya meliputi mencakup kegiatan leasing, kegiatan
pemberian pinjaman oleh lembaga yang tidak tercakup dalam perantara
keuangan, serta kegiatan pendistribusian dana bukan dalam bentuk
pinjaman. Subkategori ini mencakup kegiatan sewa guna usaha dengan
hak opsi, pegadaian, pembiayaan konsumen, pembiayaan kartu kredit,
modal ventura, anjak piutang, dan jasa keuangan lainnya.
30
11.3.1 Pegadaian
Pegadaian mencakup usaha penyediaan fasilitas pinjaman kepada
masyarakat atas dasar hukum gadai. Kredit atau pinjaman yang diberikan
didasarkan pada nilai jaminan barang bergerak yang diserahkan, dengan
tidak memperhatikan penggunaan dana pinjaman yang diberikan.
11.3.2 Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan mencakup kegiatan sewa guna usaha dengan
hak opsi, pembiayaan konsumen, pembiayaan kartu kredit, pembiayaan
anjak piutang, dan pembiayaan leasing lainnya. Sewa guna usaha dengan
hak opsi mencakup kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk finance
lease untuk digunakan oleh penyewa (lessee) selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala. Pembiayaan konsumen mencakup
usaha pembiayaan melalui pengadaan barang dan jasa berdasarkan
kebutuhan konsumen dengan system pembayaran secara angsuran atau
berkala. Pembiayaan kartu kredit mencakup usaha pembiayaan dalam
transaksi pembelian barang dan jasa para pemegang kartu kredit.
Pembiayaan anjak piutang mencakup usaha pembiayaan dalam bentuk
pembelian atau pengalihan piutang suatu perusahaan.
11.3.3 Modal Ventura
Modal ventura mencakup kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (investee
company) untuk jangka waktu tertentu.
11.4 Jasa Penunjang Keuangan
Jasa penunjang keuangan meliputi kegiatan yang menyediakan jasa
yang berhubungan erat dengan aktivitas jasa keuangan, asuransi, dan dana
pensiun. Subkategori ini mencakup kegiatan administrasi pasar uang
(bursa efek), manager investasi, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, wali amanat, jasa penukaran mata uang,
jasa broker asuransi dan reasuransi, dan kegiatan penunjang jasa
keuangan, asuransi dan dana pension lainnya.
31
11.4.1 Administrasi Pasar Uang (Bursa Efek)
Administrasi pasar uang (bursa efek) mencakup usaha yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana perdagangan efek.
Kegiatannya mencakup operasi dan pengawasan pasar uang, seperti bursa
kontrak komoditas, bursa surat berharga, serta bursa saham.
11.4.2 Manager Investasi
Manager investasi mencakup usaha mengelola portofolio efek untuk
para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah.
11.4.3 Lembaga Kliring dan Penjaminan
Lembaga kliring dan penjaminan mencakup usaha menyelenggarakan
jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur,
wajar, dan efisien.
11.4.4 Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
Lembaga penyimpanan dan penyelesaian mencakup usaha
menyelenggarakan custodian sentral bagi bank kustodian, perusahaan
efek, dan pihak lain, serta penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar,
dan efisien.
11.4.5 Wali Amanat
Wali amanat (trustee) mencakup kegiatan usaha pihak yang
dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi.
11.4.6 Jasa Penukaran Mata Uang
Jasa penukaran mata uang (money changer) mencakup usaha jasa
penukaran berbagai jenis mata uang, termasuk pelayanan penjualan mata
uang.
11.4.7 Jasa Broker Asuransi dan Reasuransi
Jasa broker asuransi dan reasuransi mencakup usaha yang
memberikan jasa dalam rangka pelaksanaan penutupan objek asuransi
milik tertanggung kepada perusahaan-perusahaan asuransi dan reasuransi
sebagai penanggung.
32
12. Real Estate
Kategori ini meliputi kegiatan persewaan, agen dan atau perantara
dalam penjualan atau pembelian real estat serta penyediaan jasa real estat
lainnya bias dilakukan atas milik sendiri atau milik orang lainyang
dilakukan atas dasar balas jasa kontrak. Kategori ini juga mencakup
kegiatan pembangunan gedung, pemeliharaan atau penyewaan bangunan.
Real estat adalah property berupa tanah dan bangunan.
13. Jasa Perusahaan
Kategori Jasa Perusahaan merupakan gabungan dari 2 (dua) kategori,
yakni kategori M dan kategori N. Kategori M mencakup kegiatan
profesional, ilmu pengetahuan dan teknik yang membutuhkan tingkat
pelatihan yang tinggi dan menghasilkan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan khusus yang tersedia untuk pengguna. Kegiatan yang
termasuk kategori M antara lain: jasa hokum dan akuntansi, jasa arsitektur
dan teknik sipil, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,
periklanan dan penelitian pasar, serta jasa professional, ilmiah dan teknis
lainnya. Kategori N mencakup berbagai kegiatan yang mendukung
operasional usaha secara umum. Kegiatan yang termasuk kategori N
antara lain: jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi, jasa
ketenagakerjaan, jasa agen perjalanan, penyelenggaraan tur dan jasa
reservasi lainnya, jasa keamanan dan penyelidikan, jasa untuk gedung dan
pertamanan, jasa administrasi kantor, serta jasa penunjang kantor dan jasa
penunjang usaha lainnya.
13.1. Jasa Hukum
Jasa hukum mencakup usaha jasa pengacara/penasihat hukum, notaris,
lembaga bantuan hukum, serta jasa hukum lainnya.
13.2. Jasa Akuntansi, Pembukuan dan Pemeriksa
Jasa akuntansi, pembukuan dan pemeriksaan mencakup usaha jasa
pembukuan, penyusunan, dan analisis laporan keuangan, persiapan atau
pemeriksaan laporan keuangan dan pengujian laporan serta sertifikasi
keakuratannya, termasuk juga jasa konsultasi perpajakan.
33
13.3. Jasa Arsitek dan Teknik Sipil Serta Konsultasi Teknis Lainnya
Jasa arsitek dan teknik sipil serta konsultasi teknis mencakup usaha
jasa konsultasi arsitek, seperti jasa arsitektur perancangan gedung dan
drafting, jasa arsitektur perencanaan perkotaan, jasa arsitektur pemugaran
bangunan bersejarah, serta jasa inspeksi gedung atau bangunan.
13.4. Periklanan
Periklanan mencakup usaha jasa bantuan penasihat, kreatif, produksi
bahan periklanan, perencanaan dan pembelian media, termasuk juga
kegiatan menciptakan dan menempatkan iklan di surat kabar,
majalah/tabloid, radio, televisi, internet, dan media lainnya.
13.5. Jasa Persewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi Mesin
dan Peralatan Konstruksi dan Teknik Sipil
Jasa persewaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi mesin dan
peralatan konstruksi dan teknik sipil mencakup usaha jasa persewaan dan
sewa guna usaha tanpa hak opsi mesin dan peralatan konstruksi dan teknik
sipil termasuk perlengkapannya tanpa operatornya.
13.6. Jasa Penyaluran Tenaga Kerja
Jasa penyaluran tenaga kerja mencakup usaha jasa penampungan dan
penyaluran para tuna karya yang siap pakai, seperti agen penyalur jasa
tenaga kerja Indonesia, agen penyalur pembantu rumah tangga, dan
lainnya.
13.7. Jasa Kebersihan Umum Bangunan
Jasa kebersihan umum bangunan mencakup usaha jasa kebersihan
bermacam jenis gedung, seperti gedung perkantoran, pabrik, pertokoan,
balai pertemuan, dan gedung sekolah.
14. Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Kategori ini mencakup kegiatan yang sifatnya pemerintahan, yang
umumnya dilakukan oleh administrasi pemerintahan. Kategori ini juga
mencakup perundang-undangan dan penterjemahan hukum yang berkaitan
dengan pengadilan dan menurut peraturannya, seperti halnya administrasi
program berdasarkan peraturan perundang-undangan, kegiatan legislative,
perpajakan, pertahanan negara, keamanan dan keselamatan negara,
34
pelayanan imigrasi, hubungan luar negeri dan administrasi program
pemerintah, serta jaminan sosial wajib.
15. Jasa Pendidikan
Kategori ini mencakup kegiatan pendidikan pada berbagai tingkatan
dan untuk berbagai pekerjaan, baik secara lisan atau tertulis seperti halnya
dengan berbagai cara komunikasi. Kategori ini juga mencakup pendidikan
negeri dan swasta juga mencakup pengajaran yang terutama mengenai
kegiatan olahraga, hiburan dan penunjang pendidikan. Pendidikan dapat
disediakan dalam ruangan, melalui penyiaran radio dan televise, internet
dan surat menyurat. Tingkat pendidikan dikelompokan seperti kegiatan
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan
lain, mencakup juga jasa penunjang pendidikan dan pendidikan anak usia
dini.
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Kategori ini mencakup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan
kegiatan sosial yang cukup luas cakupannya, dimulai dari pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga profesional terlatih di rumah sakit
dan fasilitas kesehatan lain sampai kegiatan perawatan di rumah yang
melibatkan tingkatan kegiatan pelayanan kesehatan sampai kegiatan sosial
yang tidak melibatkan tenaga kesehatan profesional. Kegiatan penyediaan
jasa kesehatan dan kegiatan social mencakup: Jasa Rumah Sakit; Jasa
Klinik; Jasa Rumah Sakit Lainnya; Praktik Dokter; Jasa Pelayanan
Kesehatan yang dilakukan oleh Paramedis; Jasa Pelayanan Kesehatan
Tradisional; Jasa Pelayanan Penunjang Kesehatan; Jasa Angkutan Khusus
Pengangkutan Orang Sakit (Medical Evacuation); Jasa Kesehatan Hewan;
Jasa Kegiatan Sosial.
17. Jasa Lainnya
Kategori ini mempunyai kegiatan yang cukup luas yang meliputi:
Kesenian, Hiburan, dan Rekreasi; Jasa Reparasi Komputer dan Barang
Keperluan Pribadi dan Perlengkapan Rumah Tangga; Jasa Perorangan
yang Melayani Rumah Tangga; Kegiatan yang Menghasilkan Barang dan
Jasa Oleh Rumah Tangga yang Digunakan Sendiri untuk Memenuhi
35
Kebutuhan; Jasa Swasta Lainnya termasuk Kegiatan Badan Internasional,
seperti PBB dan perwakilan PBB, Badan Regional, IMF, OECD, dan lain-
lain.
17.1. Kesenian, Hiburan dan Rekreasi
Jasa Kesenian, Hiburan dan Rekreasi meliputi kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat umum akan hiburan, kesenian, dan
kreativitas, termasuk perpustakaan, arsip, museum, kegiatan kebudayaan
lainnya, kegiatan perjudian dan pertaruhan, serta kegiatan olahraga dan
rekreasi lainnya.
17.2. Kegiatan Jasa Lainnya
Kegiatan ini mencakup kegiatan dari keanggotaan organisasi, jasa
reparasi komputer dan barang keperluan pribadi dan perlengkapan rumah
tangga, serta berbagai kegiatan jasa perorangan lainnya.
17.3. Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga; Kegiatan yang
Menghasilkan Barang dan Jasa oleh Rumah Tangga yang Digunakan
Sendiri untuk Memenuhi Kebutuhan
Kegiatan ini mencakup kegiatan yang memanfaatkan jasa perorangan
untuk melayani rumah tangga yang didalamnya termasuk jasa pekerja
domestik (pembantu rumah tangga, satpam, tukang kebun, supir, dan
sejenisnya), dan kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa oleh rumah
tangga yang digunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan (didalamnya
termasuk kegiatan pertanian, industri, penggalian, konstruksi, dan
pengadaan air).
17.4. Kegiatan Badan Internasional dan Ekstra Internasional Lainnya
Kategori ini mencakup kegiatan badan internasional, seperti PBB dan
perwakilannya, Badan Regional dan lain-lain, termasuk The Internasional
Moneter Fund, The World Bank, The World Health Organization (WHO),
the Organization for Economic Co-operation and Development (OECD),
the Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan lain-lain.
36
b. Pendekatan Pendapatan. Dalam Badan Pusat Statistik (2008), PDRB
menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di
suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas
jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah,
bunga modal, dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak
penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB
mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas
produksi dan impor dikurangi subsidi). Untuk lebih jelasnya adalah
sebagai berikut:
1. Nilai Tambah
Nilai tambah bruto adalah merupakan produk dari proses produksi,
yang terdiri dari komponen (a) pendapatan faktor, (b) penyusutan
barang modal tetap, (c) pajak tak langsung neto, sedangkan jika
penyusutan dikeluarkan dari nilai tambah bruto maka akan diperoleh
nilai tambah neto.
1.1. Pendapatan Faktor
Pendapatan faktor adalah merupakan nilai tambah produsen atas
penggunaan faktor-faktor produksi dalam proses produksi, yang
terdiri dari dari unsur-unsur:
(1) Upah dan gaji sebagai balas jasa pegawai
(2) Sewa tanah sebagai balas jasa tanah
(3) Bunga sebagai balas jasa modal
(4) Keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan.
Faktor pendapatan yang ditimbulkan oleh produsen komoditi
meliputi seluruh unsur-unsur pendapatan faktor tersebut, sedang yang
ditimbulkan oleh produsen barang dan jasa lainnya hanya terdiri dari
unsur upah dan gaji. Dalam hal produsen komoditi, untuk perusahaan
berbadan hukum unsur-unsur pendapatan faktor tersebut dapat
dipisahkan; sedang untuk perusahan yang tidak berbadan hukum
unsur-unsur pendapatan faktor tersebut sulit dipisahkan karena pada
umumnya faktor-faktor produksi yang digunakan dimiliki sendiri.
37
Dengan demikian, maka unsur-unsur pendapatan faktor diperinci
menjadi:
(1) Balas jasa pegawai
(2) Pendapatan dari perusahaan tidak berbadan hukum
(3) Pendapatan sewa tanah dan kepemilikan
(4) Bunga neto
(5) Keuntungan perusahaan berbadan hukum.
Unsur-unsur pendapatan faktor selain dari balas jasa pegawai
biasanya dikelompokkan sebagai surplus usaha.
a. Balas Jasa Pegawai
Pegawai adalah semua orang yang ikut serta dalam kegiatan
perusahaan berbadan hukum baik swasta maupun pemerintah, dan
semua orang yang dibayar dalam kegiatan perusahaan tidak berbadan
hukum. Definisi ini berbeda dengan definisi yang digunakan ILO
(International Labour Organization) di mana pekerja keluarga yang
tidak dibayar juga termasuk sebagai pegawai.
Pekerja yang juga sebagai pemilik untuk segala jenis usaha,
apakah profesional atau bukan, tidak diperlakukan sebagai pegawai.
Pendapatan dari pekerja pemilik dimasukkan sebagai surplus usaha
dari perusahaannya. Pekerja koperasi diperlakukan sebagai pekerja
pemilik dan bukan sebagai pegawai bila upah dan gajinya tergantung
atas hasil usaha dari koperasi tersebut. Masalah batasan ini mungkin
timbul dalam pengelompokkan orang yang bekerja sebagian atas dasar
kontrak dan sebagian lagi atas dasar upah dan gaji, mungkin juga ini
timbul dalam hal anggota koperasi yang sebagian dibayar tetap dan
sebagian atas dasar pembagian keuntungan. Jika upah dan gaji
merupakan bagian dari penerimaan pendapatannya, orang tersebut
harus diperlakukan sebagai pegawai; bila sebaliknya maka
diperlakukan sebagai pekerja pemilik. Pekerja perwakilan perusahaan
yang menerima sebagian besar pendapatannya dalam bentuk upah dan
gaji harus dimasukkan sebagai pegawai.
38
Balas jasa pegawai terdiri dari:
(1) Upah dan gaji dalam bentuk uang maupun barang
(2) Iuran dana jaminan sosial dan dana kesejahteraan pegawai
(3) Iuran dana pensiun, tunjangan keluarga, asuransi kesehatan
kecelakaan dan lainnya, asuransi jiwa dan sejenisnya untuk keperluan
pegawai.
Upah dan gaji merupakan unsur utama dari balas jasa pegawai.
Seluruh pembayaran yang diterima pegawai secara langsung
sehubungan dengan pekerjaannya, baik dalam bentuk uang maupun
barang, dimasukkan sebagai upah dan gaji, sebelum dipotong iuran
jaminan sosial dan sejenisnya, pajak upah dan sebagainya. Komisi
agen yang merupakan pegawai perusahaan, tip untuk pelayan dan
sopir, bonus, dana biaya hidup dan tunjangan kerugian atau
kemahalan, pembayaran selama cuti, berlibur, sakit atau lain-lain, bila
dibayar langsung oleh perusahaan, dimasukkan sebagai upah dan gaji.
Juga honorarium anggota dewan komisaris dimasukkan sebagai upah
dan gaji.Upah dan gaji dalam bentuk barang mencakup nilai barang
dan jasa yang diberikan pada pegawai dengan cuma-cuma atau dengan
harga rendah yang secara nyata memberikan manfaat untuk pegawai.
Tidak termasuk pemberian yang tidak ada hubungannya dengan
pekerjaan, seperti sumbangan kebakaran, kebanjiran dan sebagainya.
Dalam hal makanan yang disediakan untuk pegawai dengan harga
rendah, maka harga tersebut pada prinsipnya dimasukkan dalam upah
dan gajinya dalam bentuk barang, juga sama halnya untuk penyediaan
rumah tempat tinggal bagi pegawai dimasukkan sebagai upah dan gaji
pegawai dalam bentuk barang. Pakaian kerja yang diberikan secara
cuma-cuma kepada pegawai tidak dimasukkan sebagai upah dan gaji
dalam bentuk barang, kecuali pakaian yang umum dipakai di luar jam
kerja. Upah dan gaji dalam bentuk barang biasanya penting dalam
kasus di negara sedang berkembang. Misalnya petani seringkali
membayar pekerja-pekerjanya sebagai bagian upah dan gaji dalam
bentuk hasil pertanian, perkebunan dan sebagainya, menyediakan
39
perumahan secara gratis, subsidi penyediaan dan barang-barang untuk
kebutuhan pegawainya. Demikian juga halnya untuk kegiatan
penggalian.
Pada umumnya pengusaha membayarkan iuran pensiun atau iuran
tunjangan kesejahteraan atas nama pegawainya pada suatu lembaga
kesejahteraan atau yayasan dana pensiun dan sebagainya, yang
dikelola oleh unit yang terpisah dari kegiatan perusahaan. Yayasan
atau lembaga ini akan membayar pensiun, tunjangan kesejahteraan
dan sebagainya apabila terjadi klaim. Apabila perusahaan membayar
pensiun, tunjangan keluarga dan sebagainya langsung kepada
pegawainya, maka besarnya iuran tersebut perlu diimputasi. Besarnya
imputasi ini diperkirakan sama dengan besarnya pembayaran pensiun
atau tunjangan kesejahteraan yang benar-benar dibayarkan pada waktu
sekarang kepada pegawai yang sudah pensiun, (dengan asumsi bahwa
jumlah komposisi pegawai yang dicakup dalam dana
pensiun/kesejahteraan dan perbandingan antara skala upah dan gaji
dan besarnya pensiun relatif tetap tidak berubah).
b. Surplus Usaha
Surplus usaha adalah sama dengan selisih nilai tambah bruto
dengan balas jasa pegawai, penyusutan barang modal tetap dan pajak
tidak langsung neto. Surplus usaha meliputi pengeluaran atas sewa
tanah, bunga modal dan keuntungan;
(1) Sewa tanah
Dimaksudkan disini pengeluaran perusahaan untuk sewa tanah
karena ikut sertanya faktor produksi tanah dalam proses produksi.
Sewa dibayar untuk tanah pertanian ataupun tanah lainnya yang
digunakan dalam kegiatan usaha. Dalam sewa termasuk juga
royalti yaitu pembayaran untuk hak paten, hak cipta, merk dagang,
hak pengusahaan hutan dan sebagainya.
40
(2) Bunga Modal
Yang dimaksud dengan bunga modal adalah pengeluaran
perusahaan untuk membayar bunga dari modal yang dipinjam yang
digunakan dalam kegiatan usaha.
(3) Keuntungan Perusahaan
Mencakup keuntungan perusahaan sebelum dipotong pajak
perusahaan dan pajak langsung lainnya dan sebelum dibagikan
sebagai deviden. Keuntungan perusahaan di sini merupakan selisih
antara surplus usaha dengan sewa tanah dan bunga modal. Jadi
masih pula termasuk berbagai pengeluaran transfer yang mungkin
dilakukan oleh perusahaan.
1.2. Penyusutan Barang Modal
Barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi selalu
mengalami kerusakan dan pada suatu waktu tidak berfungsi lagi dan
akhirnya akan menjadi barang bekas yang kalau dijual tidak akan
memberikan nilai yang berarti. Di samping itu untuk barang modal
yang belum sempat dipakai dalam proses produksi, pada masa
mendatang akan mengalami penurunan nilai walaupun tidak secepat
jika dipakai. Ini disebabkan oleh karena munculnya barang modal
baru yang lebih efisien dan lebih produktif jika dibandingkan dengan
barang modal yang lama tersebut, jadi di sini penyusutan itu terjadi
oleh karena adanya perkembangan teknologi.
Bertitik tolak pada masalah yang akan dihadapi tersebut
selayaknyalah para pengusaha menyediakan/menyisihkan sebagian
dari pendapatannya untuk mengganti barang modalnya yang setiap
saat kehilangan sekian persen dari nilai barang modal tersebut.
Dengan demikian pada waktu barang modal yang lama tersebut sudah
tidak bisa dipakai lagi, uang yang disisihkkan itu dapat dipakai untuk
membeli barang modal yang baru. Penyediaan biaya ini dalam
perhitungan pendapatan regional disebut penyusutan barang modal.
Turunnya nilai barang modal yang disebabkan oleh kecelakaan atau
bencana alam yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, seperti akibat
41
gempa bumi, perang, kebakaran, yang menghancurkan barang modal
yang sudah ada, tidak termasuk dalam perhitungan penyusutan.
Penurunan atau hilangnya nilai barang modal tersebut dianggap
sebagai hilangnya kapital pada waktu terjadinya bencana tersebut.
Barang modal yang dimaksud di sini hanya mencakup yang berbentuk
fisik saja, tidak termasuk barang modal non fisik, seperti konsesi
hutan, hak paten, hak cipta dan sebagainya.
1.3. Pajak tak Langsung Neto
Pajak tidak langsung neto adalah merupakan selisih antara pajak
tidak langsung dengan subsidi.
a. Pajak tak langsung
Pajak tidak langsung yang dibayar oleh perusahaan terdiri dari
iuran wajib ke pemerintah yang diperlakukan sebagai biaya untuk
kegiatan produksi. Pajak tidak langsung ini termasuk segala jenis
pajak yang dikenakan atas kegiatan produksi, penjualan, pembelian
atau penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan/usaha. Suatu
perusahaan/usaha dapat membayar pajak tidak langsung kepada
pemerintah daerah maupun ke pemerintah pusat. Pajak tidak langsung
dibagi ke dalam pajak komoditi dan pajak tidak langsung lainnya.
Pajak komoditi mencakup seluruh pajak tidak langsung yang
bervariasi sesuai dengan kuantitas atau nilai dari komoditi yang
diimpor, diproduksi atau dijual. Contoh dari pajak komoditi adalah
pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak penjualan, pajak hiburan
dan pajak judi. Pajak tidak langsung lainnya meliputi
lisensi usaha, pajak real estate dan pajak atas penggunaan harta untuk
usaha. Pajak komoditi dikurangi subsidinya, menghasilkan pajak
komoditi neto.
Beberapa perusahaan pemerintah diberi hak monopoli untuk
memproduksi dan/atau menjual komoditi tertentu. Perusahaan yang
diberi hak monopoli ini biasanya memproduksi atau menjual satu jenis
komoditi saja, seperti jasa angkutan kereta api, jasa telekomunikasi
dan sebagainya. Pada prinsipnya selisih antara surplus usaha dengan
42
keuntungan normal diperlakukan sebagai pajak komoditi. Dalam
praktek total surplus usaha diperlakukan sebagai pajak komoditi,
karena tidak ada dasar untuk memperkirakan secara tepat keuntungan
normalnya. Kadang-kadang perusahaan pemerintah juga menganut
semi monopoli, yang memproduksi komoditi yang sama dengan yang
diproduksi oleh perusahaan swasta. Surplus usaha dari perusahaan
pemerintah ini dikurangi bila mungkin dengan keuntungan normal
yang dapat diukur berdasarkan keuntungan normal perusahaan swasta
yang memproduksi komoditi yang sejenis. Selisih keuntungan normal
ini diperlakukan sebagai pajak komoditi bila surplus usaha tersebut
cukup besar dan direncanakan untuk menambah penerimaan
pemerintah.
Permasalahan bisa timbul di dalam memutuskan apakah
pembayaran tertentu oleh perusahaan kepada pemerintah adalah
sebagai pajak tidak langsung atau sebagai pembayaran atas barang dan
jasa pemerintah. Jika antara pengeluaran dan perolehan terhadap
barang dan jasa pemerintah menunjukkan suatu manfaat yang jelas
dan pembayarannya secara sukarela, maka pengeluaran tersebut
diperlakukan sebagai suatu pembayaran untuk barang dan jasa
pemerintah. Pembayaran barang dan jasa pemerintah secara wajib
dimasukkan sebagai pajak tidak langsung apabila dibayar oleh
perusahaan, misalnya pengeluaran wajib uji kendaraan dan izin
mengemudi, paspor, jasa pengadilan dan pajak pelabuhan. Apabila
yang membayar adalah rumah tangga maka diperlakukan sebagai
pajak langsung.
Pajak real estate dan tanah dimasukkan sebagai pajak tidak
langsung kecuali dalam hal di mana pajak tersebut dipertimbangkan
sebagai suatu prosedur administratip untuk taksiran dan pengumpulan
pajak langsung. Di dalam hal bangunan yang disewakan, pajak real
estate secara keseluruhan termasuk dalam biaya sewa, oleh sebab itu
ditetapkan sebagai pajak tidak langsung. Hal demikian juga banyak
43
terjadi dalam kasus pajak atas tanah dan kekayaan lainnya merupakan
bagian dari pajak langsung atas kekayaan.
b. Subsidi
Subsidi adalah dana bantuan yang diberikan kepada perusahaan
dari pemerintah. Bantuan pemerintah kepada perusahaan untuk tujuan
investasi atau menutupi kerugian akibat bencana diperlakukan sebagai
transfer modal bukan sebagai subsidi. Bantuan kepada perusahaan
oleh pemerintah yang dimasukkan sebagai subsidi didasarkan atas
penilaian komoditi yang diproduksi, di ekspor atau dikonsumsi, buruh
atau tanah yang diikutsertakan dalam proses produksi atau cara
bagaimana produksi diorganisir dan diadakan. Subsidi yang
dihubungkan terhadap nilai komoditi khusus yang diproduksi,
diekspor atau dikonsumsi adalah subsidi komoditi. Contoh dari
subsidi komoditi adalah bantuan dana terhadap produsen beras, pupuk
dan komoditi lainnya agar harganya rendah, atau agar harga ekspor
komoditi tertentu turun. Beberapa jenis bantuan pemerintah ke
produsen yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan produksi, tetapi
mempunyai pengaruh dengan jumlah pembelian konsumen, seperti
bantuan-bantuan sosial diperlakukan sebagai transfer bukan sebagai
subsidi. Seluruh bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada
perusahaan misalnya untuk mengganti kerugian operasional, dan
mempertahankan harga pada tingkat tertentu, dimasukkan sebagai
subsidi.
Transfer yang diberikan kepada perusahaan pemerintah yang
bersaing dengan perusahaan swasta untuk menutupi kerugian besar
selama beberapa tahun tersebut diperlakukan sebagai subsidi.
Kerugian perusahaan niaga pemerintah yang disebabkan oleh
kebijaksanaan pemerintah di mana harga penjualan komoditi lebih
rendah dari harga pembelian, diperlakukan sebagai subsidi. Karena
pengoperasian perusahaan pemerintah yang tidak mendapat
penggantian berupa subsidi, diperlakukan sebagai surplus usaha yang
negatif.
44
Subsidi dicatat pada waktu terjadinya pembayaran. Waktu
pencatatan di perusahaan akan berbeda dengan di pemerintah,
sehingga untuk memperkirakan besarnya subsidi dilakukan
penyesuaian terlebih dahulu terhadap perbedaan tersebut. Besarnya
subsidi yang diberikan pada perusahaan dagang diperkirakan atas
perbedaan harga beli dan harga jual yang diperhitungkan dan dicatat
saat mana barang tersebut merupakan stok di dalam perusahaan
tersebut.
c. Pendekatan Pengeluaran. Dalam Badan Pusat Statistik (2008), PDRB
menurut pendekatan ini adalah semua komponen penggunaan dari
permintaan akhir yang terdiri dari:
1) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga mencakup semua
pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa dikurangi dengan
penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan rumah tangga.
2) Pengeluaran Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga
Pengeluaran lembaga non profit yang melayani rumah tangga
mencakup kegiatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga
nirlaba yang konsentrasi konsumennya adalah rumah tangga, seperti
yayasan dan lainnya.
3) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mencakup pengeluaran untuk
belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang pemerintah daerah,
tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang
dihasilkan.
4) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto mencakup pembuatan
dan pembelian barang-barang modal baru dari dalam daerah dan
barang modal bekas atau baru dari luar daerah. Metode yang dipakai
adalah pendekatan arus barang.
45
5) Perubahan Inventori
Perubahan inventori yakni perubahan stok dihitung dari PDRB hasil
penjumlahan nilai tambah bruto sektoral dikurangi komponen
permintaan akhir lainnya.
6) Ekspor Barang dan Jasa
Ekspor barang dinilai menurut harga free on board (fob).
7) Impor Barang dan Jasa
Impor barang dinilai menurut cost insurance freight (cif).
3. Kegunaan Data PDRB
Data PDRB adalah salah satu indikator ekonomi makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Manfaat yang
dapat diperoleh dari data ini antara lain:
a. PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB
yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
besar, begitu juga sebaliknya.
b. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk
menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap
lapangan usaha dari tahun ke tahun.
c. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap lapangan
usaha dalam suatu daerah. Lapangan usaha yang mempunyai peran
besar menunjukkan basis perekonomian suatu daerah.
d. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per
kepala atau per satu orang penduduk.
e. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui
pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu daerah.
46
B. Infrastruktur
1. Definisi Infrastruktur
Dalam KBBI, infrastruktur diartikan sebagai penunjang utama
terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dan
sebagainya). Oleh karena itu, pemerintah Indonesia kemudian dalam
Peraturan Presiden no.38/2015 mendefinisikan infrastruktur sebagai
fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras dan lunak, yang diperlukan
untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan
struktur agar perekonomian dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan
baik.
Menurut Valeriani (2011), infrastruktur adalah konsep sosial untuk
beberapa kategori khusus dari input diluar proses pengambilan keputusan,
yang berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi dengan cara
meningkatkan produktivitas dan penyediaan fasilitas.
Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan
transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas
publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Sistem infrastruktur
merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat
didefnisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau strukturstruktur dasar,
peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan
untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat
(Warsilan dan Noor, 2015).
Infrastruktur ekonomi mempunyai peranan penting dalam mendorong
kinerja perekonomian suatu negara. Pembedaan infrastruktur juga
seringkali didasarkan pada investasi yang dilakukan terhadap infrastruktur
tersebut. Pembahasan tentang infrastruktur cenderung mengarah pada
pembahasan barang publik. Dengan memahami sifat infrastruktur sebagai
barang publik, maka berdasarkan teori infrastruktur memiliki karakter
eksternalitas. Kondisi ini sesuai dengan sifatnya dimana infrastruktur
disediakan oleh pemerintah dan bagi setiap pihak yang menggunakan
47
infrastruktur tidak memberikan bayaran secara langsung (Atmaja dan
Mahalli, 2015).
2. Klasifikasi Infrastruktur
Maqin (2011) membedakan infrastruktur menjadi dua macam, yaitu:
a. Infrastruktur ekonomi yaitu infrastruktur fisik baik yang digunakan
dalam proses produksi maupun yang dimanfaatkan oleh masyarakat,
meliputi semua prasarana umum seperti tenaga listrik, telekomunikasi,
perhubungan, irigasi, air bersih dan sanitasi serta pembuangan limbah.
b. Infrastruktur sosial yaitu prasarana sosial seperti kesehatan dan
pendidikan.
Sementara itu, The World Bank (1994) dalam Prasetyo dan Firdaus
(2009) membagi infrastruktur menjadi tiga, yaitu:
a. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan
untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga,
telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan,
kanal, irigasi dan drainase) dan sector transportasi (jalan, rel,
pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).
b. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan
rekreasi.
c. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol
administrasi dan koordinasi.
3. Hubungan Infrastruktur dan PDRB
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka PDRB adalah akumulasi
modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan),
peralatan fisikal, dan sumber daya manusia. Akumulasi modal akan
terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan
kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang
akan datang. Investasi jenis ini sering diklasifikasikan sebagai investasi
sektor produktif (Directly Production Activities), yaitu berupa pabrik-
48
pabrik, mesin-mesin, peralatan, dan barang-barang baru yang akan
meningkatkan stok modal (capital stock).
Di samping itu ada investasi lainnya yang dikenal dengan sebutan
infrastruktur sosial dan ekonomi, yaitu berupa jalan raya, listrik, air,
sanitasi, dan komunikasi untuk mempermudah dan mengintegrasikan
kegiatan-kegiatan ekonomi. Ketersediaan infrastruktur yang memadai
dan berkesinambungan merupakan kebutuhan mendesak untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan perekonomian nasional, menyejahterakan masyarakat, dan
meningkatkan daya saing Indonesia dalam persaingan global. Selain itu
ada investasi insani yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas sumber
daya manusia yang mempunyai pengaruh besar terhadap produksi.
Investasi insani ini bisa berupa sekolah-sekolah formal, sekolah-sekolah
kejuruan, dan program pelatihan kerja, serta pendidikan informal lainnya.
Teori Harrod-Domar memberikan peranan kunci kepada investasi
dalam produktivitas ekonomi. Investasi berpengaruh terhadap permintaan
agregat, yaitu melalui penciptaan pendapatan dan terhadap penawaran
agregat melalui peningkatan kapasitas produksi. Selama investasi netto
tetap berlangsung, pendapatan nyata dan output terus meningkat. Namun
demikian untuk mempertahankan ekuilibirium pendapatan pada
pekerjaan penuh (full eployment), maka baik pendapatan nyata maupun
output keduanya harus meningkat pada laju pertumbuhan yang sama
pada saat kapasitas produksi meningkat. Jika tidak, setiap perbedaan di
antara keduanya akan menimbulkan kelebihan kapasitas yang akan
berpengaruh buruk pada perekonomian. Jadi apabila perkembangan
ekonomi hendak dipertahankan dalam jangka panjang, maka investasi
senantiasa harus diperbesar, agar pertumbuhan pendapatan dapat cukup
menjamin penggunaan kapasitas produksi secara penuh atas stok modal
yang sedang tumbuh. Tingkat pertumbuhan pendapatan yang tepat ini
disebut sebagai tingkat pertumbuhan terjamin (warranted rate of growth)
(Subandi, 2012).
49
Dalam Todaro (2006), terdapat tiga faktor utama dalam
produktivitas ekonomi yaitu akumulasi modal, pertumbuhan penduduk,
dan kemajuan teknologi. Akumulasi modal terjadi bila sebagian dari
pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan
memperbesar output dan pendapatan. Akumulasi modal ini dapat
dilakukan dengan investasi langsung terhadap stok modal secara fisik
(pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku) dan
dapat juga dengan melakukan investasi terhadap fasilitas-fasilitas
penunjang seperti investasi infrastruktur, ekonomi dan sosial
(pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih dan fasilitas
komunikasi). fasilitas penunjang seperti investasi infrastruktur, ekonomi
dan sosial (pembangunan jalan raya, penyediaan listrik, air bersih dan
fasilitas komunikasi) (Wibowo, 2016).
Menurut Jhingan (2012), pembentukan modal merupakan kunci
utama produktivitas ekonomi. Di satu pihak ia mencerminkan permintaan
efektif, dan di pihak lain ia menciptakan efisiensi produktif bagi produksi
di masa depan. Pembentukan modal memiliki arti penting khusus bagi
negara kurang berkembang. Proses pembentukan modal menghasilkan
kenaikan output nasional dalam berbagai cara. Pembentukan modal
diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk yang meningkat di
negara itu. Investasi di bidang barang modal tidak hanya meningkatkan
produksi tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal ini pula yang
membawa ke arah kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi pada
gilirannya membawa ke arah spesialisasi dan penghematan dalam
produksi skala luas.
Pembentukan modal membantu usaha penyediaan mesin, alat dan
perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin meningkat. Penyediaan
overhead sosial dan ekonomi seperti pengangkutan, sumber tenaga,
pendidikan dan sebagainya di negara bersangkutan dimungkinkan
melalui pembentukan modal ini juga. Pembentukan modal ini pula yang
membawa ke arah penggalian sumber alam, industrialisasi dan ekspansi
pasar yang diperlukan bagi kemajuan ekonomi.
50
C. Kependudukan
1. Penduduk dan Unsur-unsur di dalamnya
Penduduk dapat diartikan sebagai seluruh orang yang menempati
suatu negara atau daerah. Banyaknya orang yang menempati suatu
negara atau daerah akan menentukan kepadatan penduduk. Kepadatan
penduduk biasanya diukur dengan jumlah penduduk per kilometer
persegi (Badan Pusat Statistik, 2015).
Penduduk merupakan unsur penting dalam usaha untuk
meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi.
Penduduk memegang peranan penting karena menyediakan tenaga kerja
yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Selain itu,
konsumsi dari penduduk akan menciptakan permintaan agregat yang
memicu kegiatan produksi (Purnamasari, 2015).
Dalam Mulyadi (2008), penduduk dapat dikelompokkan menurut
ciri-ciri tertentu, ciri-ciri tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin.
b. Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan.
c. Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan
pekerjaan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan sebagainya.
d. Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan,
provinsi, kabupaten, dan sebagainya.
Ciri penduduk tersebut penting diketahui karena dapat memberikan
gambaran dasar mengenai keadaan penduduk serta mutunya sebagai
persediaan sumber daya manusia. Misalnya komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin mempunyai pengaruh penting baik
terhadap tingkah laku demografi maupun sosial ekonomi. Sedangkan
komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan akan menentukan jenis
pekerjaan yang pada gilirannya akan menentukan tingkat pendapatan dan
produktivitasnya.
Di samping itu, terdapat beberapa komponen dalam pertumbuhan
penduduk di suatu daerah atau negara. Mulyadi (2008) telah menjelaskan
51
komponen-komponen dalam pertumbuhan penduduk tersebut.
Komponen-komponen tersebut yaitu:
a. Fertilitas
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil
reproduksi yang nyata dari seroang wanita atau sekelompok wanita.
Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir
hidup. Sebaliknya, fekunditas merupakan potensi fisik untuk
melahirkan anak.
Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda
ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada
perubahan penduduk, sedangkan natalitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia. Tinggi
rendahnya fertilitas dapat menggambarkan kecepatan pertumbuhan
penduduk suatu daerah atau negara.
b. Mortalitas
Mortalitas (kematian) adalah peristiwa hilangnya semua tanda
tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi tiap saat
setelah kelahiran hidup. Faktor sosio-ekonomi merupakan faktor yang
memengaruhi angka kematian. Faktor sosio-ekonomi ini antara lain;
pendapatan, keadaan gizi penduduk, dan fasilitas kesehatan
(Purnamasari, 2015).
Kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen
demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi
tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga
bagi pihak swasta terutama yang berkecimpung dalam bidang
ekonomi dan kesehatan.
c. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk
menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas
politik/negara ataupun batas administratif dalam suatu negara. Sering
diartikan pula sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu
daerah ke daerah lain. Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia,
52
migrasi merupakan perpindahan sumber daya manusia yang umumnya
disebabkan oleh alasan ekonomi, seperti menyangkut pekerjaan.
2. Penduduk dan PDRB
Hubungan antara penduduk dan PDRB menjadi salah satu dari bahan
pembahasan diantara para ahli baik ahli ekonomi maupun ahli demografi.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan dalam rentang
waktu yang berbeda-beda, dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan
penduduk dapat menjadi faktor penghambat, pendorong, atau bahkan
tidak memiliki dampak yang berarti terhadap PDRB. Maka dalam
perkembangannya pembahasan mengenai penduduk dan PDRB dibahas
berdasarkan empat kelompok, yaitu kelompok pesimis, kelompok
optimis, kelompok netral, dan kelompok multidimensi.
a. Kelompok Pesimis
Kelompok ini mempercayai bahwa pertumbuhan penduduk memiliki
dampak negatif terhadap PDRB. Kelompok ini berpendapat bahwa
negara tidak memiliki kemampuan untuk mempunyai modal yang
dapat dipergunakan untuk melakukan investasi pada bidang, tenaga
kerja, teknologi dan faktor-faktor lain yang bisa mengoptimalkan
produktivitas mereka. Tokoh-tokoh yang memiliki pandangan
seperti ini didasarkan pada asumsi yang mengatakan bahwa kekuatan
penduduk jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kekuatan bumi
untuk dapat memberikan subsistensi bagi manusia. Salah satu tokoh
dari kelompok ini adalah Malthus (Purnamasari, 2015).
b. Kelompok Optimis
Kelompok ini beranggapan bahwa pertumbuhan penduduk yang
terjadi pada suatu negara dapat meningkatkan PDRB. Pertumbuhan
penduduk jangka pendek akan menyebabkan situasi menjadi kurang
baik dimana akan terjadi kelangkaan bahan makanan dan
kemiskinan. Sedangkan di sisi yang lain pertumbuhan penduduk
akan membuat jumlah tenaga kerja yang semakin banyak, dengan
kondisi itu maka tenaga kerja yang besar tersebut akan tergerak
53
untuk berinovasi untuk menciptakan teknologi yang dapat
mengantisipasi masalah kelangkaan bahan makanan yang menjadi
masalah sebelumnya. Pengoptimalan produksi bahan makanan ini
akan meningkatkan output perekonomian (Owushu-Ansah dalam
Falahinur 2017).
c. Kelompok Multidimensi
Kelompok Multidimensi memiliki pandangan bahwa pertumbuhan
penduduk memiliki dua kondisi yaitu efek positif maupun efek
negatif terhadap perekonomian. Tokoh yang dimunculkan pada
kelompok multidimensi ini adalah Gary Stanley Becker. Becker
melakukan banyak penelitian dengan menggunakan pendekatan
mikroekonomi (Falahinur, 2017).
d. Kelompok Netral
Kelompok netral memiliki pendapat bahwa pertumbuhan penduduk
tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap angka PDRB.
Pandangan ini lahir bukan tanpa dasar, pandangan ini muncul akibat
dari penelitian empiris yang dilakukan di berbagai negara. Hasil
studi empiris tersebut mengatakan bahwa negara yang biasanya
berciri pertumbuhan penduduknya cepat maka biasanya negara
tersebut memiliki perekonomian yang lambat. Salah satu ilmuan
bernama Kelley (1988) menegaskan ciri negara yang boleh jadi
memiliki dampak negatif antara lain; kelangkaan sumber perairan
dan lahan, kebijakan pemerintah yang buruk dan tidak efektif, dan
perlindungan property rights yang lemah (Falahinur, 2017).
Selama ini sudah dipahami banyak orang bahwa jumlah penduduk
adalah salah satu indikator penting dalam suatu negara. Tidak terkecuali
juga para ahli seperti para ahli ekonomi klasik yang di pelopori Adam
Smith bahkan menganggap bahwa jumlah penduduk merupakan input
yang potensial yang dapat digunakan sebagai faktor produksi untuk
meningkatkan produksi suatu rumah tangga perusahaan. Semakin banyak
penduduk maka semakin banyak pula tenaga kerja yang dapat digunakan.
Oleh karena jumlah penduduk terus bertambah, maka banyak yang harus
54
dicanangkan untuk mengatasi keadaan jumlah penduduk yang semakin
bertambah. Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat tersebut,
mengundang banyak masalah. Tetapi ini tidak berarti pada zaman dahulu
masalah kependudukan tidak ada. Sejalan dengan perkembangan
penduduk dunia, Indonesia juga sebagai negara berkembang yang tidak
terlepas dari pertambahan penduduk yang cepat (Primadona, 2016).
D. Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian telah banyak dilakukan berkaitan dengan peran
infrastruktur dan tingkat jumlah maupun kepadatan penduduk terhadap
perekonomian. Kontribusi penelitian-penelitian tersebut menunjukkan peran
penting infrastruktur dan kepadatan penduduk terhadap perekonomian. Pada
bagian ini ditampilkan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian ini, sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan
Tempat Penelitian
Metode Variabel Hasil
1 Tunjung Hapsari
(2011) di Indonesia
Regresi
Data Panel
Dependen:
PDRB
Independen:
-Jalan
-Listrik
-Telepon
-Air
Variabel infrastruktur
jalan dan listrik
mempunyai pengaruh
positif dan signifikan
terhadap PDRB
sedangkan variabel
infrastruktur telepon dan
air tidak berpengaruh
signifikan
2 Agung Budi Luhur
Wibowo (2016) di
Indonesia
Regresi
Data Panel
Dependen:
PDRB
Independen:
-Jalan
-Listrik
-Kesehatan
-Pendidikan
Variabel infrastruktur
listrik, kesehatan, dan
pendidikan mempunyai
pengaruh positif dan
signifikan terhadap PDRB
sedangkan jalan tidak
berpengaruh signifikan
3 Fauzan Zamzami
(2014) di Jawa
Tengah
Regresi
Data Panel
Dependen:
PDRB
Independen:
Variabel panjang jalan,
irigasi, pendidikan, PNS,
dan pengeluaran
55
No Peneliti dan
Tempat Penelitian
Metode Variabel Hasil
-Jalan
-Air
-Listrik
-Irigasi
-Pendidikan
-Kesehatan
-Perumahan
-PNS
-Pengeluaran
Pembangunan
pembangunan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap PDRB
sedangkan variabel air,
listrik, kesehatan, dan
perumahan berpengaruh
positif namun tidak
signifikan
4 Christiawan Eka
Arianto, Sonny
Sumarsono dan M.
Adenan (2015) di
Kabupaten Jember
Regresi
Linier
Berganda
Dependen:
PDRB
Independen:
-Jumlah
Penduduk
-Pengangguran
Variabel jumlah penduduk
memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap
PDRB sedangkan variabel
pengangguran memiliki
pengaruh positif namun
tidak signifikan terhadap
PDRB
5 Ichwan Fuady
Falahinur (2017) di
Kabupaten
Kulonprogo
Regresi
Data Panel
Dependen:
PDRB
Independen:
-Pendidikan
-Jumlah
Penduduk
-Pengeluaran
Pemerintah
Variabel pendidikan dan
pengeluaran pemerintah
memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap
PDRB sedangkan variabel
jumlah penduduk
mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan
terhadap PDRB
6 Indrian Safitri dan
Aliasuddin (2016)
di Aceh
Regresi
Data Panel
Dependen:
PDRB
Independen:
-Jumlah
penduduk
-Angka
Partisipasi
Sekolah
-Rata-rata
Lama Sekolah
Variabel Jumlah
Penduduk, Angka
Partisipasi Sekolah
memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan
terhadap PDRB
sedangkan variabel rata-
rata lama sekolah
berpengaruh negatif dan
signifikan
7 Krismanti Tri
Wahyuni (2009) di
Indonesia
Regresi
Data Panel
Dependen:
PDRB
Independen:
Seluruh variabel
independen yakni
infrastruktur jalan, listrik,
56
No Peneliti dan
Tempat Penelitian
Metode Variabel Hasil
-Jalan
-Listrik
-Air Bersih
-Kesehatan
air bersih, dan kesehatan
memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap
PDRB
8 Peter Perkins
(2005) di Afrika
Selatan
Regresi
Linear
Berganda
Dependen:
PDB
Independen:
- Kereta Api
- Jalan
- Pelabuhan
- Jalur Udara
- Telepon
- Listrik
Variabel independen
yakni infrastruktur
ekonomi memiliki
pengaruh terhadap PDB di
Afrika Selatan
9 Panagiotis Pegkas
(2014) di Yunani
VAR Dependen:
PDB
Independen:
- Pendidikan
Dasar
- Pendidikan
Menengah
- Pendidikan
Tinggi
Pendidikan menengah dan
tinggi memiliki dampak
positif yang signifikan
secara statistik terhadap
PDB, sementara
pendidikan dasar tidak
berkontribusi pada PDB.
10 David Canning
(1999) di 57
Negara
Regresi
Data Panel
Dependen:
Output
Ekonomi
Independen:
- Pendidkikan
- Listrik
- Telepon
- Transportasi
Pendidikan dan telepon
mempunyai pengaruh
terhadap output ekonomi
sedangkan listrik dan
transportasi tidak
mempunyai pengaruh
terhadap output ekonomi
1. Tunjung Hapsari (2011) melakukan penelitian yang berfokus kepada pengaruh
infrastruktur terhadap PDRB di Indonesia pada tahun 2004-2009. Dalam
penelitian ini populasi yang digunakan adalah 26 provinsi di Indonesia. Salah
satu permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah apakah
infrastruktur listrik memiliki pengaruh dan kontribusi terhadap PDRB. Model
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah fixed effect. Hasil
57
penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur listrik memilik pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap PDRB.
2. Agung Budi Luhur Wibowo (2016) melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia Tahun 2006-2013”. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif. Salah satu permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
apakah infrastruktur listrik dan pendidikan di 30 provinsi di Indonesia
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel
pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini menggunakan data PDRB. Data
diolah menggunakan analisis data panel dengan model regresi random effect.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infrastruktur listrik dan pendidikan
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB di Indonesia
pada tahun 2006-2013.
3. Fauzan Zamzami (2014) melakukan penelitian untuk melihat bagaimana peran
infrastruktur terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Jawa Tengah. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder infrastruktur di 35
kabupaten/kota di Jawa Tengah dalam tahun 2008-2012. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dengan metode fixed
effect. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan
berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Jawa Tengah, sedangkan variabel
listrik tidak mempengaruhi PDRB di Jawa Tengah secara signifikan.
4. Christiawan Eka Arianto, Sonny Sumarsono, dan M. Adenan (2015) melakukan
penelitian terkait pangaruh jumlah penduduk terhadap PDRB di Kabupaten
Jember. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Dalam hal memperoleh
pendekatan permasalahan digunakan data tahunan yang berupa deret berkala
(time series) selama periode tahun 2000-2012. Penelitian ini menggunakan
analisis data regresi linier berganda dengan menggunakan uji asumsi klasik
(Ordinary Least Square). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah
penduduk memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB di
Kabupaten Jember pada tahun 2000-2012.
5. Ichwan Fuady Falahinur (2017) melakukan penelitian diantaranya untuk
mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan jumlah penduduk terhadap
58
terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo dengan rentang waktu dari tahun
1987-2016. Penelitian ini menggunakan data runtut waktu (time series) tingkat
pendidikan yang ditamatkan dan jumlah penduduk selama 30 tahun. Penelitian
ini menggunakan metode analisis Error Correction Model (ECM) sebagai alat
analisis yang digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
terhadap PDRB baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sedangkan
variabel jumlah penduduk memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap terhadap PDRB baik dalam jangka pendek dan jangka panjang di
Kabupaten Kulonprogo.
6. Indrian Safitri dan Aliasuddin (2016) melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh penduduk terhadap pertumbuhan
ekonomi. Penelitian ini menggunakan model regresi data panel yang diambil
dari tahun 2007-2014 pada lima kota di provinsi Aceh. Penelitian ini
menggunakan metode analisis fixed effect model. Variabel pertumbuhan
ekonomi dalam penelitian ini menggunakan PDRB, sedangkan variabel
independen dalam penelitian ini diantaranya adalah angka partisipasi sekolah,
rata-rata lama sekolah, dan jumlah penduduk. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa angka lamanya bersekolah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
PDRB, sedangkan jumlah penduduk dan angka partisipasi sekolah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap PDRB.
7. Krismanti Tri Wahyuni (2009) melakukan penelitian untuk mengetahui
bagaimana pengaruh infrastruktur ekonomi dan sosial terhadap PDRB di
Indonesia. Salah satu permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah
apakah infrastruktur listrik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan pendekatan
model fixed effect. Analisis dilakukan dengan menggunakan data 26 provinsi di
Indonesia pada kurun waktu 13 tahun (1995-2007). Dari hasil penelitian ini
dapat diketahui bahwa infrastruktur listrik mampu mempengaruhi PDRB
secara positif dan signifikan.
59
8. Peter Perkins (2005) melakukan penelitian guna menganalisis investasi
infrastruktur ekonomi terhadap PDB di Afrika Selatan pada tahun 1870-2002.
Infrastruktur ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah infrastruktur
kereta api, infrastruktur jalan, infrastruktur pelabuhan, infrastruktur jalur udara,
infrastruktur saluran telepon, dan infrastruktur listrik. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis OLS dan time series data. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pertama, terdapat pengaruh antara infrastruktur
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Investasi infrastruktur yang tidak
memadai dapat menciptakan hambatan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kedua, modal infrastruktur ekonomi di Afrika Selatan telah berkembang secara
bertahap. Pembuat kebijakan harus fokus dalam memilih atau mendorong jenis
infrastruktur yang tepat pada waktu yang tepat. Ketiga, kebutuhan investasi
infrastruktur ekonomi tidak pernah hilang. Pemeliharaan dan perluasan
infrastruktur menjadi faktor penting untuk mendukung kegiatan ekonomi
dalam ekonomi yang sedang tumbuh, asalkan masing-masing proyek dipilih
berdasarkan analisis biaya-manfaat yang tepat.
9. Panagiotis Pegkas (2014) meneliti hubungan antara tingkat pendidikan dan
PDB dan memperkirakan pengaruh dari tingkat pendidikan yang berbeda pada
PDB di Yunani selama periode 1960-2009. Penelitian ini menggunakan
metode Vector Autoregression (VAR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada hubungan jangka panjang antara tingkat pendidikan dan PDB. Hasil
keseluruhan menunjukkan bahwa pendidikan menengah dan tinggi memiliki
dampak positif yang signifikan terhadap PDB, sementara pendidikan dasar
tidak berkontribusi pada PDB. Hasil ini juga menunjukkan bahwa ada bukti
kausalitas jangka panjang berjalan dari pendidikan dasar terhadap PDB,
kausalitas jangka panjang antara pendidikan menengah dan PDB, kausalitas
jangka panjang berjalan dari pendidikan tinggi terhadap PDB.
10. Kemudian David Canning (1999) meneliti tentang kontribusi infrastruktur
terahadap output agregat. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui
seberapa besar peran infarstruktur terhadap output agregat ekonomi di berbagai
negara di dunia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dari
tahun 1960-1990. Infrastruktur diasumsikan sebagai input dalam fungsi
60
produksi bersama dengan faktor produksi yang lain, yaitu tenaga kerja, kapital
fisik, dan kapital manusia (pendidikan). Penelitian ini menunjukkan bahwa
pendidikan dan telepon mempunyai pengaruh terhadap output ekonomi,
sedangkan listrik dan transportasi tidak mempunyai pengaruh terhadap output
ekonomi.
E. Kerangka Berpikir
Tingkat PDRB merupakan gambaran kegiatan dalam perekonomian pada
suatu daerah yang akan membentuk angka PDB pada tingkat nasional.
Berdasarkan pemaparan sebelumnya dapat dijelaskan bahwa PDRB memiliki
keterkaitan dengan infrastruktur dan kepadatan penduduk. Dari pemaparan
tersebut, dapat ditentukan model yang paling sesuai untuk menjelaskan
bagaimana pengaruh infrastruktur dan kepadatan penduduk terhadap PDRB
33 provinsi di Indonesia dalam penelitian ini. Model yang dapat digunakan
adalah model pertumbuhan neoklasik Solow-Swan. Menurut Solow, kualitas
perekonomian berasal dari tiga faktor berikut: peningkatan dalam kuantitas
dan kualitas penduduk atau pekerja (labor), kenaikan dalam kapital atau
modal (melalui tabungan dan investasi) dan peningkatan dalam teknologi.
Setiap peningkatan pada jumlah penduduk atau tenaga kerja, kapital dan
teknologi akan mempengaruhi perubahan pada tingkat output yang
dihasilkan. Modal yang dimaksud salah satunya adalah dari sektor
infrastruktur. Dalam penelitian ini variabel infrastruktur yang diteliti adalah
infrastruktur listrik dan infrastruktur pendidikan. Di samping itu, terdapat
variabel bebas lainnya yaitu kepadatan penduduk. Kemudian peningkatan
infrastruktur dan kepadatan penduduk ini akan memberikan pengaruh kepada
PDRB 33 provinsi di Indonesia. Pemaparan kerangka pemikiran diatas dapat
digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
61
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan sementara, dimana dugaan ini masih harus
diuji kembali kebenarannya. Untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen maka
dilakukan uji F-statistik, yaitu dengan membandingkan probability value F-
statistik dengan nilai α yang digunakan yaitu α = 5%. Jika probability value
F-statistik < α = 5% maka variabel independen secara bersama-sama mampu
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan, dan sebaliknya.
Kemudian untuk menguji signifikansi masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen maka dilakukan uji t, yaitu dengan
membandingkan probability value t-statistik dengan nilai α yang digunakan
yaitu α = 5%. Jika probability value t-statistik < α = 5% maka variabel
independen secara individual mampu mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan, dan sebaliknya.
Berdasarkan tinjauan kajian pustaka yang ada maka penulis mencoba
untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis dari
penelitian ini adalah
INFRASTRUKTUR
LISTIRK DI 33 PROVINSI
DI INDONESIA
PDRB 33 PROVINSI
DI INDONESIA
INFRASTRUKTUR
PENDIDIKAN DI 33
PROVINSI DI INDONESIA
KEPADATAN PENDUDUK
DI 33 PROVINSI DI
INDONESIA
62
1. Variabel Infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap
PDRB 33 provinsi di Indonesia.
2. Variabel Infrastruktur listrik memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.
3. Variabel Infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.
4. Variabel kepadatan penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia.
5. Nilai PDRB masing-masing provinsi adalah bervariasi apabila nilai
variabel-variabel independen yang ada pada model adalah 0
63
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan model data panel. Penelitian ini dilakukan di
33 provinsi di Indonesia, yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kep. Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur,
Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi
Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Periode waktu dalam
penelitian ini adalah pada tahun 2013-2015. Dalam penelitian ini
menggunakan satu variabel dependen dan tiga variabel independen. Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB 33 provinsi di
Indonesia. Sedangkan variabel-variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan
kepadatan penduduk untuk 33 provinsi di Indonesia.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah PDRB riil atas harga konstan tahun 2010 di 33 provinsi
di Indonesia. Dalam penelitian ini tidak diperlukan sampel karena
keseluruhan objek penelitian dapat dijangkau oleh peneliti. Populasi yang
diteliti adalah sektor-sektor ekonomi di 33 provinsi di Indonesia pada tahun
2013-2015.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
yaitu data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain.
Periode waktu yang digunakan pada penelitian ini meliputi tahun 2013-2015
dengan menggunakan metode data panel, yaitu gabungan antara time series
64
dan cross section. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Data tersebut meliputi:
1. PDRB riil
2. Infrastruktur Listrik
3. Infrastruktur Pendidikan
4. Kepadatan Penduduk
D. Metode Analisis Data
1. Metode Data Panel
Data yang digunakan dalam analisis ekonometrika dapat berupa data
time series, data cross section, atau data panel. Data panel (panel pooled
data) merupakan gabungan data cross section dan data time series. Dengan
kata lain, data panel merupakan unit-unit individu yang sama yang diamati
dalam kurun waktu tertentu (Prasetyo dan Firdaus, 2009).
Menurut Baltagi (2005), penggunaan data panel dalam regresi
memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:
a. Data panel mampu mengontrol atau menangkap heterogenitas individu.
Data panel menganggap tiap-tiap obeservasi seperti individu,
perusahaan, negara adalah heterogen. Sedangkan, data time
series dan cross section tidak mampu mengakomodasi heterogenitas
dari individu sehingga memungkinkan terjadinya bias dari hasil
estimasinya. Perbedaan antar individu akan dapat dilihat setelah
mengetahui model-model yang digunakan untuk data panel.
b. Data panel mampu memberikan informasi yang lebih lengkap, tingkat
variabilitas yang lebih tinggi, koliniaritas antar variabel berkurang,
derajat bebas yang lebih banyak, dan lebih efisien. Penggabungan
data time series dan cross section akan memberikan lebih banyak
jumlah observarsi. Peningkatan jumlah observasi akan meningkatakan
variabilitas dan informasi data sehingga mampu mengurangi
koliniaritas antar variabel. Peningkatan tersebut juga akan
meningkatkan derajat bebas yang pada akhirnya akan mampu
menghasilkan estimasi yang lebih efisien.
65
c. Data panel lebih mampu melihat dinamika data. Selain bisa menangkap
perbedaan antar individu, data panel juga mampu membandingkan
kondisi individu tersebut pada suatu periode dengan periode lainnya.
d. Data panel lebih bisa mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak
mampu dideteksi oleh cross section murni atau time series murni.
Misalnya, untuk menentukan apakah keanggotaan dalam serikat pekerja
dapat meningkatkan atau menurunkan upah. Hal ini tentu akan lebih
baik dijawab dengan mengobservasi pekerja sebelum dan sesudah
berpindah dari serikat pekerja ke tanpa serikat pekerja atau
sebaliknya. Selanjutnya, karakterisitik dari individu dianggap tetap
sehingga dapat diketahui apakah keanggotaan dalam serikat akan
mempengaruhi upah dan seberapa besar pengaruhnya.
e. Data panel mampu membangun dan menguji model yang lebih rumit
dibandingkan dengan data cross section murni atau time series murni.
Misalnya, pemodelan untuk efisiensi tehnik lebih baik menggunakan
data panel (Lihat Baltagi andvGriffin, 1988b; Cornwell, Schmidt
andvSickles, 1990; Kumbhakar and Lovell, 2000; Baltagi, Griffin and
Rich, 1995; Koop and Steel, 2001). Selain itu, beberapa batasan
analisis time series murni pada distributed lag model dapat dipaksakan
pada data panel.
f. Data panel mikro yang digabungkan seperti individu, perusahaan dan
rumah tangga akan lebih akurat diestimasi dibandingkan dengan
variabel yang mirip yang diukur pada level makro. Data panel mampu
mengurangi atau menghilangkan bias yang disebabkan aggregasi
individu atau observasi yang terlalu banyak (lihat Blundell, 1988;
Klevmarken, 1989).
g. Data panel makro di lain pihak memiliki data deret waktu yang lebih
panjang tetapi uji unit root-nya memiliki distribusi asimtotik standar
(standard asymptotic distributions).
66
2. Estimasi Data Panel
Dalam Basuki (2014), dalam metode estimasi regresi data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu:
a. Common Effect Model
Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena
hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada
model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga
diasumsikan bahwa perilaku data individu sama dalam berbagai kurun
waktu. Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least
Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model
data panel. Adapun persamaan regresi dalam model common effects
dapat ditulis sebagai berikut:
Yit = α + Xitβ + εit
Dimana:
i = Aceh, Sumut,....., Lampung
t = 2013, 2014, 2015
dimana i menunjukkan cross section (individu) dan t menunjukkan
periode waktunya. Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan
kuadrat terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit
cross section dapat dilakukan.
b. Fixed Effect Model
Model ini mengasumsikan bahwa terdapat efek yang berbeda antar
individu. Perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan
intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model Fixed Effects
menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan
intersep antar individu. Namun demikian slopnya sama antar individu.
Salah satu cara untuk memperhatikan heterogenitas unit cross section
pada model regresi data panel adalah dengan mengizinkan nilai intersep
yang berbeda-beda untuk setiap unit cross section tetapi masih
mengasumsikan slope konstan. Model fixed effect dapat dinyatakan
sebagai berikut:
67
Yit = α + iαit + X’itβ + εit
Dimana:
i = Aceh, Sumut,....., Lampung
t = 2013, 2014, 2015
Model estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares
Dummy Variable (LSDV). Selain diterapkan untuk efek tiap individu,
LSDV ini juga dapat mengakomodasi efek waktu yang besifat sistemik.
Hal ini dapat dilakukan melalui penambahan variabel dummy waktu di
dalam model.
c. Random Effect Model
Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan
mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada
model Random Effect perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms
masing-masing individu. Keuntungan menggunkan model Random
Effect yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut
dengan Error Component Model (ECM). Dengan demikian, persamaan
model random effects dapat dituliskan sebagai berikut:
Yit = α + X’itβ + wit
Dimana:
i = Aceh, Sumut,....., Lampung
t = 2013, 2014, 2015
dengan wit = εi + uit, εi adalah komponen error cross section, dan uit
adalah error secara menyeluruh yang merupakan kombinasi time series
dan cross section.
3. Estimasi Parameter
Estimasi (pendugaan) adalah proses yang menggunakan sampel
statistik untuk menduga atau menaksir hubungan parameter populasi yang
tidak diketahui. Estimasi merupakan suatu pernyataan mengenai parameter
populasi yang diketahui berdasarkan populasi dari sampel, dalam hal ini
sampel random, yang diambil dari populasi yang bersangkutan. Jadi
68
dengan estimasi ini, keadaan parameter populasi dapat diketahui. Ciri-ciri
penduga yang baik adalah tidak bias (unbiased), efisien, dan konsisten.
(Hasan, 2017). Terdapat dua estimasi parameter dalam data panel, yakni:
a. Ordinary Least Square (OLS)
Kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) merupakan salah
satu metode bagian dari kuadrat terkecil dan sering hanya disebut
kuadrat terkecil saja. Metode ini sering digunakan oleh para ilmuwan
atau peneliti dalam proses penghitungan suatu persamaan regresi
sederhana. Dalam penggunaan regresi, terdapat beberapa asumsi dasar
yang dapat menghasilkan estimator linier tidak bias yang terbaik dari
model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa atau
biasa dikenal dengan regresi OLS agar taksiran koefisien regresi itu
bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).
Misalkan:
𝑌𝑖 = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1𝑖 + 𝛽2𝑋2𝑖 + ⋯ + 𝛽𝑘𝑋𝑘𝑖 + 𝜀𝑖
Yang dapat secara ringkas ditulis dalam notasi matrik sebagai berikut:
Y = Xβ + ε
Dengan β adalah suatu vektor kolom k-unsur dari penaksir parameter
kuadrat terkecil biasa dan ε adalah suatu vektor kolom n x 1 dari n
residual (Gujarati, 1999). Variabel ε sangat memegang peran dalam
model ekonometrika, tetapi variabel ini tidak dapat diteliti dan tidak
pula tersedia informasi tentang bentuk distribusi kemungkinannya. Di
samping asumsi mengenai distribusi probabilitasnya, beberapa asumsi
lainnya khususnya tentang sifat statistiknya perlu dibuat dalam
menerapkan metode OLS (Rizki, 2011).
b. Generalized Least Square (GLS)
Menurut Greene (1997), penanggulangan kasus heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan estimasi melalui pembobotan (weighted) yang
dapat pula dikatakan sebagai kuadrat terkecil yang diberlakukan secara
umum atau disebut Generalized Least Squares (GLS). Kasus
heteroskedastisitas ini sering muncul apabila data yang digunakan
adalah cross-section. Gujarati (2003) mengatakan bahwa untuk data
69
panel, estimasi dengan Generalized Least Squares (GLS) ini lebih baik
dan konsisten dibandingkan dengan metode OLS. Metode estimasi GLS
mampu memperhitungkan informasi secara eksplisit dan karenanya
mampu menghasilkan estimator yang BLUE. Untuk melihat bagaimana
hal ini tercapai kemudian dilanjutkan dengan dua model variabel yang
sekarang dikenal:
Yi = β1 + β2Xi + β3Xi + ui
untuk memudahkan manipulasi aljabar maka ditulis sebagai
Yi = β1X0i + β2Xi + β3Xi + ui
dimana X0i = 1 untuk masing-masing i. Dapat dilihat bahwa kedua
formulasi ini identik.
Sekarang asumsikan bahwa varians heteroskedastisitas 𝜎𝑖2
diketahui. Bagi melalui σi untuk mendapatkan
𝑌𝑖
𝜎𝑖= 𝛽1 (
𝑋0𝑖
𝜎𝑖) + 𝛽2 (
𝑋𝑖
𝜎𝑖) + 𝛽3 (
𝑋𝑖
𝜎𝑖) + (
𝑢𝑖
𝜎𝑖)
untuk memudahkan eksposisi maka ditulis sebagai
𝑌𝑖∗ = 𝛽𝑖
∗𝑋0𝑖∗ + 𝛽2
∗𝑋𝑖∗ + 𝛽3
∗𝑋𝑖∗ + 𝑢𝑖
∗
yang dibintangi, atau diubah, adalah variabel asli dibagi dengan (yang
diketahui) σi. Penggunaan notasi 𝛽𝑖∗ dan 𝛽2
∗, parameter dari model yang
diubah, untuk membedakan GLS dengan parameter OLS biasa β1 dan
β2.
Estimasi GLS juga dapat dianalisis dengan model fixed effect dan
common effect. Estimasi GLS mengambil informasi secara eksplisit dan
oleh karenanya mampu memproduksi BLUE. Menurut Gujarati (2003),
penggunaan estimasi GLS sudah memenuhi asumsi klasik, sehingga
tidak diperlukan lagi uji asumsi klasik pada estimasi GLS.
Dalam penelitian ini digunakan estimasi GLS. Perlu dilakukan
pengujian untuk menentukan model yang paling tepat antara Fixed
Effect GLS dan Common Effect GLS. Penentuan model terbaik ini akan
dilakukan melalui Uji Chow.
70
4. Model Empirik
Model yang digunakan untuk menganalisis pengaruh infrastruktur dan
kepadatan penduduk terhadap perekonomian di Indonesia merupakan
pengembangan dari fungsi produksi Cobb-Douglas yaitu:
Yit = Ait Kitα Lit
β
Dimana:
Y = Perekonomian
A = Total faktor produksi
K = Modal yang digunakan untuk infrastruktur
L = Tenaga kerja
i = Indeks Provinsi
t = Indeks waktu
α = Nilai elastisitas terhadap modal untuk infrastruktur
β = Nilai elastisitas terhadap tenaga kerja
Dengan spesifikasi model:
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ε
Persamaan diatas lalu ditransformasi dalam bentuk model logaritma
natural. Kemudian berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas diatas
maka persamaan model penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ln_PDRB = β0 + β1 Ln_JEL + β2 Ln_JSP + β3 Ln_KP + ε
Dimana:
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (miliar)
JEL = Jumlah Energi Listrik yang Terdistribusi (GWh)
JSP = Jumlah Sarana Pendidikan yang Tersedia (unit)
KP = Kepadatan Penduduk (Km2)
71
5. Pengujian Hipotesis
Terdapat beberapa uji yang dilakukan untuk mengetahui hasil regresi,
yaitu sebagai berikut:
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependennya.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil menandakan bahwa kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas, sedangkan nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen mampu
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependennya (Kuncoro dalam Ningsih,
2010).
b. Uji Signifikansi Bersama-sama (Uji F Statistik)
Uji F statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Untuk melakukan uji F dengan cara Quick Look yaitu dengan
melihat nilai Probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan
dalam penelitian atau melihat nilai t tabel dengan F hitungnya. Jika nilai
Probability < derajat kepercayaan yang ditentukan dan jika nilai F
hitung lebih tinggi dari t tabel maka suatu variabel independen secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya (Kuncoro dalam
Ningsih, 2010).
c. Uji Signifikansi Individual (Uji t Statistik)
Uji t statistik dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi
variabel independen. Untuk melakukan uji t dengan cara Quick Look
yaitu dengan melihat nilai t tabel dengan t hitungnya. Jika nilai
Probability < derajat kepercayaan yang ditentukan dan jika nilai t
hitung lebih tinggi dari t tabel maka suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependennya (Kuncoro, 2003 dalam
Ningsih, 2010).
72
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan operasional dari setiap variabel dalam
penelitian sebagai berikut:
1. Data PDRB
Untuk dapat mengetahui kondisi perekonomian, maka data yang
digunakan adalah merujuk kepada data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) menurut provinsi-provinsi di Indonesia. Dalam penelitian ini yang
digunakan adalah PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 pada rentang
waktu dari tahun 2013-2015.
2. Data Listrik
Data listirk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah listrik yang
didistribusikan menurut provinsi-provinsi di Indonesia dalam satuan Giga
Watt Hour (GWh).
3. Data Pendidikan
Data pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah
sekolah menengah atas dibawah naungan kementrian pendidikan dan
kebudayaan juga kementrian agama (SMA, SMK dan MA) baik negeri
maupun swasta. Penggunaan data sekolah menengah atas untuk
mereprentasikan infrastruktur pendidikan dikarenakan dari tingkat
pendidikan ini sebagian lulusannya sudah mulai bekerja, sehingga
pengaruhnya terhadap PDRB lebih singkat dibandingkan dengan tingkat
pendidikan dibawahnya.
4. Data Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan jumlah penduduk dalam suatu wilayah
menurut satuan luas atau dengan kata lain perbandingan jumlah penduduk
dengan luas lahan. Secara umum, tingkat kepadatan penduduk atau
population density dapat diartikan sebagai perbandingan banyaknya
jumlah penduduk dengan luas daerah atau wilayah yang ditempati
berdasarkan satuan luas tertentu. Data kepadatan penduduk yang
digunakan dalam penelitian ini diukur dengan jumlah penduduk per
kilometer persegi.
73
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Deskriptif
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Sejak pasca krisis moneter, perekonomian di Indonesia menjadi sorotan
penting. Pembangunan ekonomi di Indonesia dinilai mengalami perlambatan.
Hal ini terlihat dari belum pulihnya perekonomian di Indonesia sejak pasca
krisis moneter. Perekonomian dianggap menjadi faktor penting dalam
pembangunan nasional. Sama halnya dengan konteks perekonomian di setiap
provinsi di Indonesia, hal ini tentu juga menjadi fokus yang tidak jauh berbeda.
Setiap provinsi tentu ingin membangun provinsinya menjadi lebih maju dengan
meningkatkan perekonomian di provinsinya.
PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB menggambarkan kemampuan
suatu wilayah dalam menghasilkan nilai tambah pada output pada suatu waktu
tertentu. Karenanya, PDRB menjadi salah satu indikator dari keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu daerah.
PDRB dapat diukur dengan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dua pendekatan pertama
tersebut adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat, sedangkan pendekatan
pengeluaran adalah perhitungan dari sisi permintaan agregat. Menururt
pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai output dari semua sektor
ekonomi atau lapangan usaha. Kemudian menurut pendekatan pendapatan,
PDRB adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi di masing-masing sektor, seperti tenaga
kerja (gaji/upah), pemilik modal (bunga/hasil investasi), pemilik tanah (hasil
jual/sewa tanah), dan pengusaha (keuntungan bisnis/perusahaan). Semua
pendapatan tersebut dihitung sebelum dipotong oleh pajak penghasilan dan
pajak-pajak langsung lainnya. Dalam pendekatan ini, penghitungan PDRB juga
mencakup penyusutan dan pajak-pajak tidak langsung netto. Adapun menurut
74
pendekatan pengeluaran, PDRB adalah jumlah dari semua komponen dari
permintaan akhir, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga
swasta yang tidak berorientasi profit/nirlaba (C), pembentukan modal tetap
domestik bruto, termasuk perubahan stok (I), pengeluaran konsumsi
pemerintah (G), ekspor (X), dan impor (M) (Tambunan, 2015).
Tabel 4.1
Peranan Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Tahun 2015 (persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 4.1 menunjukkan kontribusi PDRB setiap provinsi yang
diklasifikasikan berdasarkan pulau terhadap Produk Domestik Bruto di
Indonesia pada tahun 2015. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa
struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada tahun 2015 masih
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberi kontribusi
terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 58,28 persen, lalu diikuti oleh Pulau
Sumatera dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 22,21
persen, Pulau Kalimantan sebesar 8,15 persen, dan Pulau Sulawesi sebesar
5,29 persen, sementara sisanya 5,43 persen terdapat di pulau-pulau lainnya.
58,29%22,21%
8,15%
5,92%
3,06%2,37%
Peranan Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Tahun 2015 (persen)
Jawa
Sumatera
Kalimantan
Sulawesi
Bali dan NusaTenggaraMaluku dan Papua
75
2. LISTRIK
Dalam perkembangan kehidupan manusia modern, listrik menjadi salah
satu energi yang paling dibutuhkan. Listrik digunakan untuk berbagai kegiatan
baik di kota-kota besar maupun di wilayah pedesaan. Oleh karena itu, listrik
merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena hampir
seluruh aktivitas masyarakat tergantung pada tenaga listrik. Kebutuhan
terhadap energi listrik dari waktu ke waktu semakin meningkat seiring dengan
pertumbuhan sosial masyarakat. Tercukupinya pasokan energi listrik
merupakan prasyarat bagi terselenggaranya kegiatan ekonomi. Keterlambatan
pengembangan energi listrik dapat berakibat fatal meliputi kehilangan
kapasitas produksi industri, penurunan nilai ekspor, serta keengganan investor
melakukan investasi (Widayanti, 2010).
Tabel 4.2
Jumlah Penjualan Tenaga Listrik PLN dan Jumlah Pelanggan Tenaga Listrik
PLN Tahun 2013-2015
Tahun
Rumah tangga Industri Usaha
Mwh Pelanggan Mwh Pelanggan Mwh Pelanggan
2013 77.210.709,47 50.116.127 64.381.395,29 55.546 34.498.384,97 2.418.431
2014 84.086.464,74 53.309.325 65.908.675,67 58.350 36.282.421,51 2.626.160
2015 88.682.130,00 56.605.260 64.097.390,00 63.314 36.978.050,00 2.894.990
Tahun Umum Jumlah
Mwh Pelanggan Mwh Pelanggan
2013 11.450.528,66 1.406.104 187.541.018,39 53.996.208
2014 12.324.213,70 1.499.399 198.601.775,62 57.493.234
2015 13.106.250,00 1.604.416 202.845.820,00 61.167.980
Sumber: Direktorat Jendral Ketenagalistrikan 2015
76
Tabel 4.3
Penjualan Tenaga Listrik PLN Per Sektor Pelanggan Tahun 2013-2015
Sumber: Direktorat Jendral Ketenagalistrikan 2015
Dari tabel 4.2 dan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari tahun 2013-2015
penjualan tenaga listrik untuk sektor rumah tangga, sektor usaha, dan sektor
umum terus mengalami peningkatan. Sementara hanya penjualan untuk sektor
industri yang mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2015. Namun jika dilihat
dari sisi jumlah pelanggan, maka jumlah pelanggan tenaga listrik pada semua
sektor terus mengalami peningkatan dari tahun 2013-2015. Hal ini menunjukkan
bahwa dari tahun ke tahun semakin banyak masyarakat yang membutuhkan
tenaga listrik untuk menopang berbagai kegiatan.
3. PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan investasi yang dapat menentukan perkembangan suatu
negara di masa depan. Pembangunan di bidang pendidikan bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan sumber daya manusia dalam
suatu negara akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial
karena manusia adalah pelaku aktif yang dapat mengakumulasi modal,
mengeksploitasi berbagai sumber daya, serta menjalankan berbagai kegiatan
ekonomi, social, dan politik yang sangat penting bagi pembangunan sosial.
Menurut teori modal manusia (human capital), pendidikan merupakan bagian dari
investasi kehidupan manusia. Artinya, seseorang dapat meningkatkan
0
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
50.000.000
60.000.000
70.000.000
80.000.000
90.000.000
100.000.000
2013 2014 2015
Rumah Tangga
Industri
Usaha
Umum
77
penghasilannya melalui peningkatan pendidikan karena dengan peningkatan
pendidikan maka pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki akan meningkat
yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya produktivitas seseorang yang pada
akhirnya menjadikan mereka unggul dan memiliki daya saing yang tinggi pada
masing-masing bidang kehidupan (BPS Statistik Pendidikan, 2016).
Pengadaan infrastruktur pendidikan merupakan salah satu usaha dalam
meningkatkan pendidikan nasional yang lebih baik. Jika pengadaan infrastruktur
pendidikan terus ditingkatkan maka setiap orang dapat memiliki akses yang lebih
baik untuk menikmati fasilitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan
menghasilkan sumber daya manusia yang mampu mengelola sumber daya alam
secara efektif dan efisien, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kinerja
perekonomian yang dapat memacu produktivitas ekonomi. Dengan demikian,
peningkatan pendidikan suatu bangsa menjadi sangat penting artinya bagi
pembangunan suatu negara.
Tabel 4.4
Jumlah Sekolah di Indonesia menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2014/2015
Sumber: Badan Pusat Statistik diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah sekolah menengah atas
sebanyak 32.516, sedangkan jumlah sekolah menengah pertama sebanyak 53.259,
dan jumlah sekolah dasar sebanyak 171.866. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
sekolah menengah atas masih tertinggal sangat jauh jika dibandingkan dengan
32.51653.259171.8660
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
200000
SD+MI
SMP+MTs
SMA+SMK+MA
78
jumlah sekolah dasar. Pemerintah harus lebih fokus dan giat dalam membangun
sarana pendidikan khususnya pada tingkat sekolah menengah atas, sehingga
pengetahuan dan keterampilan dari setiap penduduk akan mengalami peningkatan
yang pada gilirannya dapat memicu perekonomian yang lebih baik lagi di masa
depan.
4. KEPADATAN PENDUDUK
Banyaknya orang yang menempati suatu negara atau daerah akan
menentukan kepadatan penduduk. Jumlah penduduk dalam suatu negara atau
daerah dapat menentukan jumlah tenaga kerja pada negara atau daerah tersebut.
Dari penambahan jumlah penduduk dan tenaga kerja, maka penambahan tersebut
memungkinkan negara atau daerah itu untuk menambah produksi. Di samping itu,
sebagai akibat dari pendidikan, latihan, dan pengalaman kerja, keterampilan
penduduk akan terus meningkat. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
produktivitas, dan selanjutnya menyebabkan pertambahan produksi yang lebih
cepat daripada penambahan tenaga kerja.
Perlu diingat pula bahwa pengusaha merupakan sebagian dari penduduk.
Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara atau daerah
juga ditentukan oleh jumlah pengusaha di dalamnya. Jika pengusaha yang ada
dalam sebagian penduduk adalah lebih banyak, maka akan lebih banyak lagi
kegiatan ekonomi yang dijalankan. Di samping itu, dampak lain dari
perkembangan penduduk terhadap perekonomian adalah akibat dari pertambahan
luas pasar. Perkembangan penduduk menyebabkan besarnya luas pasar dari
barang-barang yang dihasilkan sektor perusahaan akan bertambah pula. Sehingga
karena peranannya ini maka perkembangan penduduk akan menimbulkan
dorongan kepada pertambahan dalam produksi dan tingkat kegiatan ekonomi
(Sukirno, 2006)
79
Tabel 4.5
Tingkat Kepadatan Penduduk di Indonesia pada Tahun 2013-2015
(jiwa/km2)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa angka kepadatan penduduk di Indonesia
pada tahun 2013 sebesar 130 jiwa per kilometer persegi. Pada tahun 2014 angka
kepadatan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan yaitu sebesar 132 jiwa
per kilometer persegi. Kemudian pada tahun 2015 angka kepadatan penduduk di
Indonesia kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 134 jiwa per kilometer
persegi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2013-2015 angka
kepadatan penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan.
B. Pemilihan Model
Pada bagian ini akan ditentukan model mana yang paling tepat untuk
penelitian ini. Pernentuan model terbaik dengan estimasi GLS dilakukan dengan
uji chow untuk menentukan model common effect atau fixed effect. Pada model
random effect tidak bisa diberi perlakuan weighted atau pembobotan GLS,
sehingga uji hausman tidak perlu dilakukan.
130
132
134
128
129
130
131
132
133
134
135
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
2013
2014
2015
80
1. F Test (Chow Test)
Uji ini dilakukan untuk menentukan metode estimasi terbaik antara metode
common effect atau fixed effect untuk mengestimasi data penelitian. Pada software
eviews jika nilai probabilitas untuk cross-section F pada uji regresi dengan
pendekatan fixed effect lebih dari 0,05 (tingkat signifikansi atau α = 5%) maka
model yang terpilih adalah common effect, tetapi jika nilainya kurang dari 0,05
maka model yang terpilih adalah fixed effect. Hasil uji F pada penelitian ini
menunjukkan, bahwa nilai probabilitas cross-section F nya sebesar 0,0000 yang
nilainya kurang dari 0,05 sehingga dalam penelitian ini model estimasi fixed
effect lebih tepat dibandingkan dengan model common effect.
C. Analisa Teknis
1. Uji Statistik
Pengujian statistik dilakukan untuk mengetahui apakah model penelitian
sudah bagus atau belum secara statisitk. Terdapat beberapa pengujian dalam uji
hipotesis ini, diantaranya adalah uji koefisien determinasi (R2), uji F statistik,
serta uji t statistik. Model yang digunakan dalam estimasi penelitian ini adalah
Fixed Effect. Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan software eviews,
maka hasilnya sebagai berikut:
81
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel terhadap Keseluruhan
Periode Penelitian (2013-2015) Variable Coefficient Prob. C 5.470147 0.0000
LISTRIK? 0.496133 0.0000
PENDIDIKAN? 0.340198 0.0001
PENDUDUK? 0.063819 0.0178
Fixed Effects (Cross)
_ACEH--C -0.181804
_BABEL--C -0.049041
_BALI--C -0.317105
_BANTEN--C -0.129758
_BENGKULU--C -0.412154
_GORONTALO--C -0.433546
_JABAR--C -0.119726
_JAKARTA--C 0.379265
_JAMBI--C 0.361988
_JATENG--C 0.017506
_JATIM--C 0.175956
_KALBAR--C -0.070549
_KALSEL--C -0.017261
_KALTENG--C 0.115231
_KALTIM--C 1.251526
_KEPRI--C 0.358305
_LAMPUNG--C -0.074085
_MALUKU--C -0.725570
_MALUT--C -0.629418
_NTB--C -0.451796
_NTT--C -0.320399
_PAPBAR--C 0.486161
_PAPUA--C 0.865009
_RIAU--C 0.908616
_SULBAR--C -0.247926
_SULSEL--C -0.031493
_SULTENG--C 0.045304
_SULTRA--C 0.059042
_SULUT--C -0.276156
_SUMBAR--C -0.156950
_SUMSEL--C 0.138757
_SUMUT--C 0.033594
_YOGYA--C -0.551519
R-squared 0.999864
Adjusted R-squared 0.999789
F-statistic 13275.74
Prob(F-statistic) 0.000000
82
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependennya. Berdasarkan
hasil pengolahan data yang ditampilkan dalam tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai
koefisien determinasi sebesar 0,999864. Hal ini berarti bahwa 99,98 persen dari
variasi PDRB 33 provinsi di Indonesia mampu dijelaskan oleh infrastruktur
listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk, sedangkan 0,02 persen
dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
b. Uji Signifikansi Bersama-sama (Uji F Statistik)
Uji F statistik dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model regresi memiliki pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini, pengujian secara
bersama-sama dilakukan untuk mengetahui apakah variabel infrastruktur listrik,
infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Untuk mengetahui apakah
pengujian variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen
dapat dilihat dari nilai probabilitasnya. Jika nilai probabilitas dari F statistik <
0,05 maka dapat diartikan bahwa semua variabel independen secara bersama-
sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya,
Jika nilai probabilitas dari F statistik > 0,05 maka dapat diartikan bahwa semua
variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas F statistik sebesar
0,000000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di
Indonesia pada tahun 2013-2015.
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji t Statistik)
Uji t statistik bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen secara parsial.
Untuk uji t statistik dapat dilakukan dengan cara Quick Look, yakni dengan
melihat nilai probabilitas dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam
83
penelitian ini. Bila nilai probabilitas < derajat kepercayaan yang ditentukan maka
suatu variabel dapat dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependennya, dan sebaliknya apabila nilai probabilitas > derajat
kepercayaan yang ditentukan maka suatu variabel dapat dikatakan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya. Dalam penelitian ini
digunakan derajat kepercayaan sebesar 95 persen ( α = 5 %).
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas infrastruktur listrik
sebesar 0,0000 < 0,05. Hal ini menunujukkan bahwa infrastruktur listrik memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Infrastruktur
listrik memiliki pengaruh positif terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Hal ini
dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar 0,496133 persen terhadap PDRB 33
provinsi di Indonesia yang berarti setiap kenaikan infrastruktur listrik sebesar 1
persen akan meningkatkan PDRB sebesar 0,496133 persen dengan asumsi ceteris
paribus.
Variabel infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap PDRB
33 provinsi di Indonesia. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari
variabel infrastruktur pendidikan sebesar 0,0000 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia. Begitu pula dengan nilai
koefisiennya sebesar 0,340198 yang artinya jika infrastruktur pendidikan naik
sebesar 1 persen maka PDRB 33 provinsi di Indonesia akan naik sebesar
0,340198 persen dengan asumsi ceteris paribus.
Variabel kepadatan penduduk memiliki pengaruh positif terhadap PDRB 33
provinsi di Indonesia. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari
variabel kepadatan penduduk sebesar 0,0178 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel kepadatan penduduk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
PDRB 33 provinsi di Indonesia. Nilai koefisien variabel kepadatan penduduk
sebesar 0,063819 yang artinya jika kepadatan penduduk naik sebesar 1 persen
maka PDRB 33 provinsi di Indonesia akan naik sebesar 0,063819 persen dengan
asumsi ceteris paribus.
84
d. Interpretasi Hasil Analisis
Tabel 4.7
Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model
Koef Nilai PDRB
C 5.470147
LISTRIK? 0.496133
PENDIDIKAN? 0.340198
PENDUDUK? 0.063819
Fixed Effects (Cross)
_ACEH--C -0.181804 5,288343
_BABEL--C -0.049041 5,421106
_BALI--C -0.317105 5,153042
_BANTEN--C -0.129758 5,340389
_BENGKULU--C -0.412154 5,057993
_GORONTALO--C -0.433546 5,036601
_JABAR--C -0.119726 5,350421
_JAKARTA--C 0.379265 5,849412
_JAMBI--C 0.361988 5,832135
_JATENG--C 0.017506 5,487653
_JATIM--C 0.175956 5,646103
_KALBAR--C -0.070549 5,399598
_KALSEL--C -0.017261 5,452886
_KALTENG--C 0.115231 5,585378
_KALTIM--C 1.251526 6,721673
_KEPRI--C 0.358305 5,828452
_LAMPUNG--C -0.074085 5,396062
_MALUKU--C -0.725570 4,744577
_MALUT--C -0.629418 4,840729
_NTB--C -0.451796 5,018351
_NTT--C -0.320399 5,149748
_PAPBAR--C 0.486161 5,956308
_PAPUA--C 0.865009 6,335156
_RIAU--C 0.908616 6,378763
_SULBAR--C -0.247926 5,222221
_SULSEL--C -0.031493 5,438654
_SULTENG--C 0.045304 5,515451
_SULTRA--C 0.059042 5,529189
_SULUT--C -0.276156 5,193991
_SUMBAR--C -0.156950 5,313197
_SUMSEL--C 0.138757 5,608904
_SUMUT--C 0.033594 5,503741
_YOGYA--C -0.551519 4,918628
85
1. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Aceh
sebesar : 5,29 satuan.
2. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Bangka
Belitung sebesar : 5,42 satuan.
3. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Bali
sebesar : 5,15 satuan.
4. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Banten
sebesar : 5,34 satuan.
5. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi
Bengkulu sebesar : 5,06 satuan.
6. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi
Gorontalo sebesar : 5,04 satuan.
7. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jawa
Barat sebesar : 5,35 satuan.
8. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jakarta
sebesar : 5,85 satuan.
9. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jambi
sebesar : 5,83 satuan.
10. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jawa
Tengah sebesar : 5,45 satuan.
86
11. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Jawa
Timur sebesar : 5,65 satuan.
12. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi
Kalimantan Barat sebesar : 5,4 satuan.
13. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi
Kalimantan Selatan sebesar : 5,45 satuan.
14. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi
Kalimantan Tengah sebesar : 5,59 satuan.
15. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi
Kalimantan Timur sebesar : 6,72 satuan.
16. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi
Kepulauan Riau sebesar : 5,83 satuan.
17. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi
Lampung sebesar : 5,4 satuan.
18. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Maluku
sebesar : 4,74 satuan.
19. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Maluku
Utara sebesar : 4,84 satuan.
20. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Nusa
Tenggara Barat sebesar : 5,02 satuan.
87
21. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Nusa
Tenggara Timur sebesar : 5,15 satuan.
22. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Papua
Barat sebesar : 5,96 satuan.
23. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Papua
sebesar : 6,33 satuan.
24. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Riau
sebesar : 6,38 satuan.
25. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi provinsi
Sulawesi Barat sebesar : 5,22 satuan.
26. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sulawesi
Selatan sebesar : 5, 44 satuan.
27. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sulawesi
Tengah sebesar : 5,52 satuan.
28. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sulawesi
Tenggara sebesar : 5,53 satuan.
29. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi Sulawesi
Utara sebesar : 5,2 satuan.
30. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi
Sumatera Barat sebesar : 5,31 satuan.
88
31. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi
Sumatera Selatan sebesar : 5,61 satuan.
32. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi
Sumatera Utara sebesar : 5,5 satuan.
33. Bila nilai infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan
penduduk yang ada pada model adalah 0, maka nilai PDRB provinsi
Yogyakarta: 4,92 satuan.
2. Analisa Ekonomi
a. Infrastruktur Listrik
Dari pengujian statistik dapat diketahui bahwa infrastruktur listrik
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di
Indonesia karena infrastruktur listrik memiliki peran penting dalam menunjang
kegiatan perekonomian. Listrik merupakan salah satu sumber utama dalam
faktor produksi sehingga ketersediaan listrik dapat mendukung produktivitas
ekonomi yang pada gilirannya dapat meningkatkan PDRB.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tunjung
Hapsari (2011) yang meneliti tentang pengaruh infrastruktur terhadap PDRB
provinsi-provinsi di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
infrastruktur listrik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB
provinsi-provinsi di Indonesia. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fauzan Zamzami (2014) yang menyatakan
bahwa infrastruktur listrik tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB
di Jawa Tengah.
b. Infrastruktur Pendidikan
Dari hasil pengujian statistik dapat diketahui bahwa infrastruktur
pendidikan memiliki pengaruh positif dan siginifikan terhadap PDRB 33
provinsi di Indonesia. Pembangunan di bidang pendidikan memiliki tujuan
penting untuk meningkatkan sumber daya manusia, karena manusia merupakan
pelaku aktif yang dapat mengakumulasi modal, memanfaatkan sumber daya,
89
serta menjalankan berbagai kegiatan ekonomi. Pendidikan dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya dapat meningkatkan
produktivitas ekonomi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung
Budi Luhur Wibowo (2016) yang meneliti tentang pengaruh infrastruktur
ekonomi dan sosial terhadap PDRB provinsi-provinsi di Indonesia tahun 2006-
2013. Hasil tersebut menunjukkan bahwa infrastruktur pendidikan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB provinsi-provinsi di Indonesia.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ichwan
Fuady Falahinur (2017) yang meneliti tentang pengaruh pendidikan dan jumlah
penduduk terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo tahun 1987-2016.
c. Kepadatan Penduduk
Dari hasil pengujian statistik dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di
Indonesia. Kepadatan penduduk yang terus meningkat menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan pula pada jumlah penduduk. Peningkatan kepadatan
penduduk dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja dan memperluas pasar.
Karenanya, jumlah tenaga kerja dan luas pasar yang semakin meningkat akan
meningkatkan produktivitas ekonomi yang pada gilirannya dapat
meningkatkan PDRB.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indrian
Safitri dan Aliasauddin (2016) yang meneliti tentang pengaruh penduduk
terhadap PDRB. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat jumlah penduduk
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Indonesia. Namun
hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ichwan
Fuady Falahinur (2017) yang meneliti tentang pengaruh pendidikan dan jumlah
penduduk terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa tingkat jumlah penduduk memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Kulonprogo tahun 1987-2016.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada tingkat kepercayaan 95 persen,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel independen dalam penelitian ini, yakni infrastruktur listrik,
infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk secara bersama-sama
memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia
pada tahun 2013-2015.
2. Variabel infrastruktur listrik memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013-2015.
3. Variabel infrastruktur pendidikan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013-
2015.
4. Variabel kepadatan penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013-2015.
5. Apabila nilai variabel-variabel independen yang ada pada model adalah
0, maka nilai PDRB masing-masing provinsi bervariasi antara 4,74-6,72
satuan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti
mencoba untuk memberi beberapa saran, diantaranya adalah sebegai berikut:
1. Berdasarkan pembahasan hasil diatas yang menunjukkan bahwa variabel
infrastruktur listrik, infrastruktur pendidikan, dan kepadatan penduduk
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB 33 provinsi di
Indonesia, maka pemerintah perlu untuk lebih meningkatkan
pembangunan infrastruktur tersebut. Di samping itu, hendaknya
peningkatan jumlah maupun kepadatan penduduk harus dibarengi dengan
faktor-faktor yang dapat menunjang kualitas dari penduduk itu sendiri.
Banyaknya bagian dari penduduk yang berkualitas akan meningkatkan
91
produktivitas ekonomi sehingga pada gilirannya nilai PDRB dapat
ditingkatkan.
2. Bagi para akademisi dan peneliti apabila ingin melakukan penelitian yang
sejenis, maka alangkah baik datanya diperbanyak agar hasil penelitian
dapat lebih baik.
92
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja dan Mahalli. 2015. Pengaruh Peningkatan Infrastruktur terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Kota Sibolga. Jurnal. Universitas Sumatera
Utara.
Basuki, Agus Tri. 2014. Regresi Model PAM, ECM dan Data Panel dengan
Eviews 7. Yogyakarta.
BPS. 2008. Pedoman Praktis Perhitungan PDRB Kabupaten/Kota. BPS: Jakarta.
BPS. 2016. Potret Pendidikan Indonesia; Statistik Pendidikan 2016. BPS: Jakarta.
BPS. Statistik Indonesia 2016; Statistical Yearbook of Indonesia 2016. BPS:
Jakarta.
BPS. Statistik Indonesia 2017; Statistical Yearbook of Indonesia 2017. BPS:
Jakarta.
BPS Jawa Barat. 2017. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan
Usaha.
Falahinur, Ichwan Fuady. 2017. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Jumlah
Penduduk dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Sksipsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Greene, W.H. 1997. Economic Analysis. Prentice-Hall International, Lnc.USA.
Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometrics. New York: Mc Graw-Hill Companies.
Gujarati, D.N. 1999. Ekonometrik Dasar, Terjemahan. Erlangga.
Hapsari, Tunjung. 2011. Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hasan, Iqbal M. 2017. Pokok-pokok Materi Statistik 2. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Jhingan, M.L. 2012. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Maqin, Abdul. 2011. Pengaruh Kondisi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Jawa Barat. Skripsi. Universitas Pasundan.
Mulyadi. 2008. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan.
Jakarta: Rajawali Pers.
93
Ningsih, Fatmi Ratna. 2010. Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
terhadap Pengangguran di Indonesia Periode Tahun 1988-2008. Skripsi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Diunggah pada 21 Maret 2018 dari: https://bp3ti.kominfo.go.id/www
/uploads/regulation/Perpres%20no.%2038%20tahun%202015%20tentang
%20KPBU.pdf
Prasetyo dan Firdaus. 2009. Pengaruh Infrastruktur pada Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah di Indonesia. Jurnal. Institut Pertanian Bogor.
Purnamasari, Dian. 2015. Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi: Sebuah
Penjelasan Empiris Baru. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Rizki, Novi Aulia. 2011. Estimasi Parameter Model Regresi Data Panel Random
Effect dengan Metode Generalized Least Square (GLS). UIN Maulana
Malik Ibrahim. Malang.
Rochaida, Eny. 2016 Dampak Pertumbuhan Penduduk terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Keluarga Sejahtera di Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal.
Universitas Mulawarman.
Subandi. 2012. Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan. Jakarta: Kencana.
Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Statistik Ketenagalistirkan 2015. Direktorat Jendral Ketenagalistrikan
Kementerian ESDM. Jakarta: 2016.
Tambunan, Tulus T.H. 2015. Perekonomian Indonesia Era Orde Lama Hingga
Jokowi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Valeriani, Devi. 2011. Analisis Pengaruh Kebijakan Infrastruktur Terhadap
Pendapatan Perkapita Masyarakat Kabupaten Bangka Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal. Universitas Bangka Belitung.
Warsilan dan Noor. 2015. Peranan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi
dan Implikasi pada Kebijakan Pembangunan di Kota Samarinda. Jurnal.
Universitas Mulawarman Samarinda.
94
Wibowo, Agung Budi Luhur. 2016. Pengaruh Infrastruktur Ekonomi dan Sosial
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2006-2013. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Widayanti, Enik. 2010. Pengaruh Infrastruktur terhadap Produktivitas Ekonomi
di Pulau Jawa Periode 2000-2008. Jurnal: PT. Cikarang Inlandport.
World Economic Forum. 2013. The Global Competitiveness Report 2013–2014. Geneva : World Economic Forum.
World Bank. 1994. World Development Report: Infrastructure for Development. New York: Oxford University Press.
Zamzami, Fauzan. 2014. Analisis Pengaruh Infrastruktur terhadap PDRB Jawa
Tengah Tahun 2008-2012. Skripsi. Universitas Diponegoro.
95
Lampiran 1 Data Variabel Penelitian
Provinsi Tahun PDRB Listrik Pendidikan Penduduk
Aceh 2013 111.755,83 1.815,04 841 83
Aceh 2014 113.490,36 1.965,55 849 85
Aceh 2015 112.661,04 2.119 890 86
Sumatera Utara 2013 398.727,14 7.917,24 2216 186
Sumatera Utara 2014 419.573,31 8.271,01 2267 189
Sumatera Utara 2015 440.955,85 8.703,67 2390 191
Sumatera Barat 2013 125.940,63 2.712,85 681 121
Sumatera Barat 2014 133.340,84 3.005,26 673 122
Sumatera Barat 2015 140.704,88 3.063,28 695 124
Riau 2013 436.187,51 3.597,44 851 69
Riau 2014 447.986,78 3.338,33 856 71
Riau 2015 448.991,96 3.586,45 916 73
Jambi 2013 111.766,13 955,66 549 66
Jambi 2014 119.991,44 1.037,45 535 67
Jambi 2015 125.036,40 1.083,70 562 68
Sumatera Selatan 2013 232.175,05 4.162,09 962 85
Sumatera Selatan 2014 243.297,77 4.477,49 900 87
Sumatera Selatan 2015 254.044,88 4.783,02 1034 88
Bengkulu 2013 34.326,37 641,52 255 91
Bengkulu 2014 36.207,15 729,64 249 93
Bengkulu 2015 38.066,01 785,43 266 94
Lampung 2013 180.620,01 3.182,21 1053 229
Lampung 2014 189.797,49 3.392,44 1087 232
Lampung 2015 199.536,10 3.571 1130 234
Kep. Bangka Belitung 2013 42.190,86 721,24 138 80
Kep. Bangka Belitung 2014 44.159,44 805,43 138 82
Kep. Bangka Belitung 2015 45.961,46 861,52 141 84
Kep. Riau 2013 137.263,85 2.421,92 198 227
Kep. Riau 2014 146.325,23 2.618,48 206 234
Kep. Riau 2015 155.112,88 2.694,79 226 241
DKI Jakarta 2013 1.296.694,57 39.937,28 1171 15015
DKI Jakarta 2014 1.373.389,13 41.269,03 1156 15173
DKI Jakarta 2015 1.454.345,82 41.328,60 1161 15328
Jawa Barat 2013 1.093.543,55 39.092,56 4074 1282
Jawa Barat 2014 1.149.216,06 43.096,46 4688 1301
Jawa Barat 2015 1.207.083,41 44.071,43 4889 1320
Jawa Tengah 2013 726.655,12 18.205,08 2711 1014
Jawa Tengah 2014 764.959,15 19.631,46 3254 1022
Jawa Tengah 2015 806.775,36 20.408,19 2965 1030
96
DI Yogyakarta 2013 75.627,45 2.205,79 432 1147
DI Yogyakarta 2014 79.536,08 2.369,60 429 1161
DI Yogyakarta 2015 83.474,44 2.484,16 430 1174
Jawa Timur 2013 1.192.789,80 28.708,11 4199 803
Jawa Timur 2014 1.262.684,50 30.523,98 4434 808
Jawa Timur 2015 1.331.394,99 30.824,81 4797 813
Banten 2013 331.099,11 9.750,37 1277 1185
Banten 2014 349.351,23 8.562,97 1359 1211
Banten 2015 368.216,55 8.575,10 1464 1237
Bali 2013 114.103,58 3.914,32 337 702
Bali 2014 121.787,57 4.335,03 345 710
Bali 2015 129.130,59 4.594,18 354 718
Nusa Tenggara Barat 2013 69.766,71 1.133,33 919 254
Nusa Tenggara Barat 2014 73.372,96 1.291,47 935 257
Nusa Tenggara Barat 2015 89.344,58 1.402,30 1007 260
Nusa Tenggara Timur 2013 51.505,19 639,57 614 102
Nusa Tenggara Timur 2014 54.107,97 702,26 655 103
Nusa Tenggara Timur 2015 56.831,92 749,76 697 105
Kalimantan Barat 2013 101.980,34 1889,39 653 32
Kalimantan Barat 2014 107.114,96 1862,44 670 32
Kalimantan Barat 2015 112.324,86 1989,63 669 33
Kalimantan Tengah 2013 69.410,99 854,78 385 16
Kalimantan Tengah 2014 73.724,52 970,16 414 16
Kalimantan Tengah 2015 78.890,97 1.048,64 423 16
Kalimantan Selatan 2013 101.850,54 1.880,66 370 99
Kalimantan Selatan 2014 106.779,40 2.092,23 417 101
Kalimantan Selatan 2015 110.867,88 2.187,64 439 103
Kalimantan Timur 2013 438.532,91 2.731,58 539 19
Kalimantan Timur 2014 446.029,05 2.815,55 553 26
Kalimantan Timur 2015 440.647,70 3.007,30 474 27
Saulawesi Utara 2013 62.422,50 1.192,52 375 170
Saulawesi Utara 2014 66.360,76 1.240,32 420 172
Saulawesi Utara 2015 70.425,14 1.302,58 428 174
Sulawesi Tengah 2013 68.219,32 758,7 476 45
Sulawesi Tengah 2014 71.677,53 865,77 475 46
Sulawesi Tengah 2015 82.803,20 948,78 500 47
Sulawesi Selatan 2013 217.589,13 4.156,49 1241 179
Sulawesi Selatan 2014 233.988,05 4.339,22 1312 180
Sulawesi Selatan 2015 250.758,28 4.479,46 1337 182
Sulawesi Tenggara 2013 64.268,71 621,64 485 63
Sulawesi Tenggara 2014 68.291,78 670,71 491 64
97
Sulawesi Tenggara 2015 72.991,33 703,59 525 66
Gorontalo 2013 19.367,57 328,4 135 98
Gorontalo 2014 20.775,80 366,08 144 99
Gorontalo 2015 22.068,59 398,82 144 101
Sulawesi Barat 2013 22.227,39 207,59 236 74
Sulawesi Barat 2014 24.195,65 238,03 262 75
Sulawesi Barat 2015 25.983,65 258,7 269 76
Maluku 2013 22.100,94 469,96 377 35
Maluku 2014 23.567,73 480,08 373 35
Maluku 2015 24.859,06 509,51 396 36
Maluku Utara 2013 18.208,74 259,1 293 35
Maluku Utara 2014 19.208,76 309,37 352 36
Maluku Utara 2015 20.381,03 329,44 340 36
Papua Barat 2013 47.694,23 383,99 153 9
Papua Barat 2014 50.259,91 430,63 161 9
Papua Barat 2015 52.346,49 455,58 164 9
Papua 2013 117.118,82 713,26 312 10
Papua 2014 121.391,23 724,78 328 10
Papua 2015 130.459,91 763,32 323 10
98
Lampiran 2 Data Variabel Penelitian setelah Ditransformasi ke Logaritma
Natural
Provinsi Tahun PDRB Listrik Pendidikan Penduduk
Aceh 2013 11,62407 7,503863 6,734592 4,418841
Aceh 2014 11,63947 7,583527 6,744059 4,442651
Aceh 2015 11,63214 7,6587 6,791221 4,454347
Sumatera Utara 2013 12,89603 8,976798 7,703459 5,225747
Sumatera Utara 2014 12,94699 9,020512 7,726213 5,241747
Sumatera Utara 2015 12,9967 9,0715 7,779049 5,252273
Sumatera Barat 2013 11,74357 7,905755 6,523562 4,795791
Sumatera Barat 2014 11,80066 8,008119 6,511745 4,804021
Sumatera Barat 2015 11,85442 8,027242 6,543912 4,820282
Riau 2013 12,98583 8,187978 6,746412 4,234107
Riau 2014 13,01252 8,113226 6,75227 4,26268
Riau 2015 13,01476 8,184918 6,820016 4,290459
Jambi 2013 11,62416 6,862402 6,308098 4,189655
Jambi 2014 11,69518 6,944521 6,282267 4,204693
Jambi 2015 11,73636 6,988136 6,331502 4,219508
Sumatera Selatan 2013 12,35525 8,333773 6,869014 4,442651
Sumatera Selatan 2014 12,40204 8,406818 6,802395 4,465908
Sumatera Selatan 2015 12,44527 8,472827 6,94119 4,477337
Bengkulu 2013 10,44367 6,46384 5,541264 4,51086
Bengkulu 2014 10,49701 6,592551 5,517453 4,532599
Bengkulu 2015 10,54708 6,666231 5,583496 4,543295
Lampung 2013 12,10415 8,065331 6,959399 5,433722
Lampung 2014 12,15371 8,129305 6,991177 5,446737
Lampung 2015 12,20375 8,180601 7,029973 5,455321
Kep. Bangka Belitung 2013 10,64996 6,580972 4,927254 4,382027
Kep. Bangka Belitung 2014 10,69556 6,691376 4,927254 4,406719
Kep. Bangka Belitung 2015 10,73556 6,758698 4,94876 4,430817
Kep. Riau 2013 11,82966 7,792316 5,288267 5,42495
Kep. Riau 2014 11,89359 7,870349 5,327876 5,455321
Kep. Riau 2015 11,95191 7,899076 5,420535 5,484797
DKI Jakarta 2013 14,07533 10,59507 7,065613 9,616805
DKI Jakarta 2014 14,13279 10,62787 7,052721 9,627273
DKI Jakarta 2015 14,19007 10,62931 7,057037 9,637437
Jawa Barat 2013 13,90493 10,57369 8,312381 7,156177
Jawa Barat 2014 13,95459 10,6712 8,452761 7,170888
Jawa Barat 2015 14,00372 10,69357 8,494743 7,185387
Jawa Tengah 2013 13,49621 9,809456 7,905073 6,921658
Jawa Tengah 2014 13,54758 9,884889 8,08764 6,929517
99
Jawa Tengah 2015 13,6008 9,923692 7,994632 6,937314
DI Yogyakarta 2013 11,23357 7,698841 6,068426 7,044905
DI Yogyakarta 2014 11,28397 7,770476 6,061457 7,057037
DI Yogyakarta 2015 11,3323 7,81769 6,063785 7,068172
Jawa Timur 2013 13,99181 10,26493 8,342602 6,688355
Jawa Timur 2014 14,04875 10,32627 8,397057 6,694562
Jawa Timur 2015 14,10174 10,33608 8,475746 6,700731
Banten 2013 12,71017 9,185061 7,152269 7,077498
Banten 2014 12,76383 9,055202 7,214504 7,099202
Banten 2015 12,81643 9,056618 7,288928 7,120444
Bali 2013 11,64486 8,272397 5,820083 6,553933
Bali 2014 11,71003 8,374484 5,843544 6,565265
Bali 2015 11,76858 8,432546 5,869297 6,57647
Nusa Tenggara Barat 2013 11,15291 7,032915 6,823286 5,537334
Nusa Tenggara Barat 2014 11,20331 7,163536 6,840547 5,549076
Nusa Tenggara Barat 2015 11,40026 7,245869 6,914731 5,560682
Nusa Tenggara Timur 2013 10,84944 6,460796 6,419995 4,624973
Nusa Tenggara Timur 2014 10,89874 6,554304 6,484635 4,634729
Nusa Tenggara Timur 2015 10,94785 6,619753 6,546785 4,65396
Kalimantan Barat 2013 11,53254 7,544009 6,481577 3,465736
Kalimantan Barat 2014 11,58166 7,529643 6,507278 3,465736
Kalimantan Barat 2015 11,62915 7,595704 6,505784 3,496508
Kalimantan Tengah 2013 11,1478 6,750844 5,953243 2,772589
Kalimantan Tengah 2014 11,20809 6,877461 6,025866 2,772589
Kalimantan Tengah 2015 11,27582 6,955249 6,047372 2,772589
Kalimantan Selatan 2013 11,53126 7,539378 5,913503 4,59512
Kalimantan Selatan 2014 11,57852 7,645986 6,033086 4,615121
Kalimantan Selatan 2015 11,61609 7,690579 6,084499 4,634729
Kalimantan Timur 2013 12,99119 7,912635 6,289716 2,944439
Kalimantan Timur 2014 13,00814 7,942913 6,315358 3,258097
Kalimantan Timur 2015 12,996 8,008798 6,161207 3,295837
Saulawesi Utara 2013 11,04168 7,083824 5,926926 5,135798
Saulawesi Utara 2014 11,10286 7,123125 6,040255 5,147494
Saulawesi Utara 2015 11,16231 7,172102 6,059123 5,159055
Sulawesi Tengah 2013 11,13048 6,631606 6,165418 3,806662
Sulawesi Tengah 2014 11,17993 6,763619 6,163315 3,828641
Sulawesi Tengah 2015 11,32422 6,855177 6,214608 3,850148
Sulawesi Selatan 2013 12,29036 8,332426 7,123673 5,187386
Sulawesi Selatan 2014 12,36303 8,37545 7,179308 5,192957
Sulawesi Selatan 2015 12,43224 8,407258 7,198184 5,204007
Sulawesi Tenggara 2013 11,07083 6,432361 6,184149 4,143135
100
Sulawesi Tenggara 2014 11,13154 6,508337 6,196444 4,158883
Sulawesi Tenggara 2015 11,1981 6,556196 6,263398 4,189655
Gorontalo 2013 9,871355 5,794232 4,905275 4,584967
Gorontalo 2014 9,941544 5,902852 4,969813 4,59512
Gorontalo 2015 10,00191 5,98851 4,969813 4,615121
Sulawesi Barat 2013 10,00908 5,335565 5,463832 4,304065
Sulawesi Barat 2014 10,09393 5,472397 5,568345 4,317488
Sulawesi Barat 2015 10,16522 5,555669 5,594711 4,330733
Maluku 2013 10,00338 6,152648 5,932245 3,555348
Maluku 2014 10,06763 6,173953 5,921578 3,555348
Maluku 2015 10,12098 6,233449 5,981414 3,583519
Maluku Utara 2013 9,809657 5,557214 5,680173 3,555348
Maluku Utara 2014 9,863122 5,734538 5,863631 3,583519
Maluku Utara 2015 9,92236 5,797394 5,828946 3,583519
Papua Barat 2013 10,77257 5,950617 5,030438 2,197225
Papua Barat 2014 10,82496 6,065249 5,081404 2,197225
Papua Barat 2015 10,86564 6,121571 5,099866 2,197225
Papua 2013 11,67094 6,569846 5,743003 2,302585
Papua 2014 11,70677 6,585868 5,793014 2,302585
Papua 2015 11,77882 6,637677 5,777652 2,302585
101
Lampiran 3 Hasil Regresi dengan Common Effect Dependent Variable: PDRB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 04/04/18 Time: 10:43
Sample: 1 3
Included observations: 3
Cross-sections included: 33
Total pool (balanced) observations: 99
Linear estimation after one-step weighting matrix
Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LISTRIK? 1.067601 0.006879 155.2052 0.0000
PENDIDIKAN? 0.781534 0.009672 80.80042 0.0000
PENDUDUK? -0.297355 0.010136 -29.33771 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.867326 Mean dependent var 23.36081
Adjusted R-squared 0.864562 S.D. dependent var 19.96592
S.E. of regression 0.747030 Sum squared resid 53.57322
Durbin-Watson stat 0.102234 Unweighted Statistics R-squared 0.573527 Mean dependent var 11.75646
Sum squared resid 56.72515 Durbin-Watson stat 0.010444
102
Lampiran 4 Hasil Regresi dengan Fixed Effect Dependent Variable: PDRB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 01/10/18 Time: 10:32
Sample: 1 3
Included observations: 3
Cross-sections included: 33
Total pool (balanced) observations: 99
Linear estimation after one-step weighting matrix
Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.470147 0.502865 10.87797 0.0000
LISTRIK? 0.496133 0.036964 13.42222 0.0000
PENDIDIKAN? 0.340198 0.082486 4.124289 0.0001
PENDUDUK? 0.063819 0.026234 2.432670 0.0178
Fixed Effects (Cross)
_ACEH--C -0.181804
_BABEL--C -0.049041
_BALI--C -0.317105
_BANTEN--C -0.129758
_BENGKULU--C -0.412154
_GORONTALO--C -0.433546
_JABAR--C -0.119726
_JAKARTA--C 0.379265
_JAMBI--C 0.361988
_JATENG--C 0.017506
_JATIM--C 0.175956
_KALBAR--C -0.070549
_KALSEL--C -0.017261
_KALTENG--C 0.115231
_KALTIM--C 1.251526
_KEPRI--C 0.358305
_LAMPUNG--C -0.074085
_MALUKU--C -0.725570
_MALUT--C -0.629418
_NTB--C -0.451796
_NTT--C -0.320399
_PAPBAR--C 0.486161
_PAPUA--C 0.865009
_RIAU--C 0.908616
_SULBAR--C -0.247926
_SULSEL--C -0.031493
_SULTENG--C 0.045304
_SULTRA--C 0.059042
_SULUT--C -0.276156
_SUMBAR--C -0.156950
_SUMSEL--C 0.138757
_SUMUT--C 0.033594
_YOGYA--C -0.551519 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.999864 Mean dependent var 19.88704
103
Adjusted R-squared 0.999789 S.D. dependent var 11.28478
S.E. of regression 0.031018 Sum squared resid 0.060615
F-statistic 13275.74 Durbin-Watson stat 2.436232
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.999542 Mean dependent var 11.75646
Sum squared resid 0.060957 Durbin-Watson stat 2.382553
104
Lampiran 5 Hasil Uji F (Uji Chow) Redundant Fixed Effects Tests
Pool: PROV
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 600.431971 (32,63) 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: PDRB?
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 01/10/18 Time: 10:36
Sample: 1 3
Included observations: 3
Cross-sections included: 33
Total pool (balanced) observations: 99
Use pre-specified GLS weights
Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.060380 0.045352 111.5801 0.0000
LISTRIK? 0.888632 0.006350 139.9514 0.0000
PENDIDIKAN? 0.165231 0.004097 40.33349 0.0000
PENDUDUK? -0.242305 0.002969 -81.61073 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.958519 Mean dependent var 19.88704
Adjusted R-squared 0.957209 S.D. dependent var 11.28478
S.E. of regression 0.441851 Sum squared resid 18.54709
F-statistic 731.7342 Durbin-Watson stat 0.022601
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.929111 Mean dependent var 11.75646
Sum squared resid 9.428976 Durbin-Watson stat 0.023338