10
TUGAS BIOKONVERSI KARBOHIDRAT Produksi Asam Laktat dari Bahan Terbarukan Oleh DANIEL NIM : 23013006 (Program Studi Magister Teknik Kimia) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG MEI 2014

Produksi Asam Laktat Dari Bahan Terbarukan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Produksi Asam Laktat Dari Bahan Terbarukan

Citation preview

  • TUGAS

    BIOKONVERSI KARBOHIDRAT

    Produksi Asam Laktat dari Bahan Terbarukan

    Oleh

    DANIEL

    NIM : 23013006

    (Program Studi Magister Teknik Kimia)

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    MEI 2014

  • 1

    Pendahuluan

    Asam laktat (2-hidroksipropanoat) merupakan asam organik alami yang banyak

    dimanfaatkan dalam berbagai industri. Permintaan terhadap asam laktat secara global

    semakin meningkat dikarenakan perannya sebagai bahan baku pembuatan biopolimer poly-

    asam laktat (PLA). PLA bersifat dapat didegradasi oleh alam dan ramah lingkungan

    dibandingkan plastik petrokimia. Sifat fisik PLA tergantung dari komposisi isomer L dan D

    asam laktat yang mempengaruhi sifat fisik dan kemampuan penguraian PLA.

    Permintaan asam laktat yang semakin meningkat namun biaya bahan baku seperti pati dan

    gula murni yang tinggi menjadi masalah. Bahan baku yang murah merupakan hal yang

    penting dalam proses bioteknologi dari asam laktat dikarenakan produser polimer dan juga

    konsumen seringkali membutuhkan asam laktat dalam jumlah yang besar dengan harga yang

    murah. Penggunaan bahan baku murah non pangan merupakan hal yang memiliki potensi

    besar karena tidak berdampak terhadap rantai makanan manusia. Saat ini material

    lignoselulosa dari bidang pertanian, kehutanan menyediakan sumber karbohidrat murah untuk

    proses fermentasi asam laktat dalam skala besar.

    Asam laktat dapat diproduksi baik dengan sintesis secara kimia maupun fermentasi

    mikrobiologi. Fermentasi memberikan beberapa keuntungan dalam kaitannya dengan

    penggunaan biomassa terbarukan berupa karbohidrat, temperatur operasi yang rendah,

    konsumsi energi yang rendah, dan memungkinkan memproduksi asam laktat murni

    tergantung dari jenis bakteri/jamur yang digunakan. Fermentasi secara biologis dapat

    dilakukan dengan jamur ataupun bakteri asam laktat (LAB)

    Pemilihan jamur/ LAB dalam menghasilkan asam laktat pada dasarnya memiliki keuntungan

    dan kerugian masing-masing namun kondisi operasi seperti temperatur yang tidak terlalu

    tinggi, dengan pH yang tidak terlalu rendah, dan nutrisi yang seminimal mungkin merupakan

    faktor yang cenderung dipilih dengan tinjauan biaya produksi yang lebih murah.

    Lignoselulosa

    Lignoselulosa merupakan biomassa yang keberadaanya melimpah di alam dan jarang

    dimanfaatkan. Lignoselulosa pada dasarnya terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin.

    Selulosa merupakan -D-Glukan rantai lurus sedangkan hemiseluosa merupakan

    heteropolysakarida dan hidrolisat mencakup xylosa, glukosa, manosa, galaktosa, dan

    arabinosa yang tergantung dari sumber lignoselulosanya. Lignin merupakan stuktur

  • 2

    polyfenolat kompleks yang membentuk hampir 90% dry matter, termasuk sedikit mineral,

    minyak dan komponen lain. Biomassa ini mencakup sampah hutan dan pertanian dan limbah

    kertas.

    Proses Produksi Asam Laktat

    Asam laktat biasanya dihasilkan melalui hidrolisis enzimatik dan fermentasi. Proses produksi

    asam laktat tidak dapat dilangsungkan hanya dengan proses fermentasi dikarenakan

    keberadaan lignin dalam jumlah besar dan ketidakmampuan enzim hidrolitik yang dihasilkan

    bakteri/jamur dalam mendekomposisi lignin.

    - Hidrolisis dan Fermentasi Terpisah (SHF)

    Hidrolisis dan fermentasi terpisah merupakan salah satu metode dalam memproduksi

    asam laktat, proses ini memisahkan tahap hidrolisis enzimatik dan fermentasi.

    Keuntungan utama proses ini adalah kemampuan pengontrolan setiap tahap pada kondisi

    optimalnya untuk setiap proses. Kerugian proses ini adalah pengumpanan kembali

    inhibisi dari gula tersakarifikasi seperti glukosa, xylosa, selobiosa, dan oligosakarida

    lainnya akibat aktivitas enzim hidrolitik selama proses hidrolisis yang menuntut beban

    yang lebih rendah terhadap biomassa lignoselulosa dan beban yang tinggi terhadap

    enzim pirolitik untuk mencapai yield yang tinggi.

    - Sakarifikasi dan Fermentasi Simultan (SSF)

    Sakarifikasi dan fermentasi simultan (SSF) merupakan metode lain dalam menghasilkan

    asam laktat selain SHF. SSF menawarkan biokonversi karbohidrat bahan mentah

    menjadi asam laktat secara efektif dengan menggabungkan hidrolisis enzim dan

    fermentasi mikrobiologi produk turunan gula melalui satu tahap. Keuntungan mendasar

    SSF dibandingkan SHF adalah mengurangi inhibisi yang terjadi akibat akumulasi

    mono/disakarida, meningkatkan laju sakarifikasi, meningkatkan produktifitas,

    mengurangi ukuran reaktor, mengurangi biaya, dan mengurangi beban enzim. Kerugian

    penggunaan SSF adalah perbedaan kondisi kultivasi seperti temperatur dan pH yang

    dibutuhkan untuk sakarifikasi dan fermentasi sehingga karakterisasi LAB/jamur,

    kinetika biokimia, dan penentuan kondisi proses optimal merupakan hal yang penting

    dalam meningkatkan produksi asam laktat.

    Parameter Fermentasi

    Penelitian yang ada menunjukan bahwa pH, temperatur, dan sumber bahan baku

    mempengaruhi karakteristik kinetika, hidrolisis, akumulasi gula tereduksi, produksi asam

  • 3

    laktat, dan pembentukan biomassa. Parameter-parameter seperti pH, temperatur, nutrisi,

    asupan oksigen, agen netralisasi merupakan parameter yang penting dalam menghasilkan

    asam laktat secara optimum.

    - Nutrisi

    Nutrisi merupakan senyawa penting yang dibutuhkan dalam setiap proses fermentasi

    baik jamur ataupun LAB. Asupan karbon, nitrogen, fosfat, sulfur, dan gram lain

    merupakan sesuatu yang vital untuk mempertahankan pertumbuhan mikroorganisme dan

    pembentukan produk. Secara umum spesies Rhizopus membutuhkan jumlah nutrisi yang

    relatif sedikit dibandingkan dengan bakteri dan hanya membutuhkan sedikit senyawa

    garam anorganik untuk mencapai performa fermentasi yang baik.

    Nitrogen merupakan salah satu unsur yang dibutuhkan untuk mensintesis asam amino,

    purin, pirimidin, asam karboksilat dan lemak, kofaktor enzin, dan senyawa lain. Sumber

    nitrogen dapat berasal dari garam unorganik, seperti amonium sulfat, amonium nitrat,

    senyawa organik, seperti pepton, dan yeast extract. Ammonium sulfat merupakan

    sumber nitrogen yang secara luas digunakan saat ini. Konsentrasi ammonium sulfat yang

    digunakan dalam fermentasi spesies Rhizopus berada pada rentang 1,0-4,0 g/L.

    Penggunaan ammonium sulfat lebih cocok dibandingkan ammonium nitrat, pepton, dan

    yeast extract dalam memproduksi asam laktat. Penelitian yang ada menunjukan bahwa

    perbandingan C/N yang rendah dapat menghasilkan yield asam laktat yang tinggi,

    etanol, dan biomassa, namun dengan yield produk samping berupa asam fumarat yang

    rendah. C/N yang rendah juga dapat mempersingkat waktu fermentasi.

    Garam anorganik yang digunakan sebagai nutrisi dalam fermentasi biasanya berupa

    KH2PO4, MgSO4, ZnSO4, dan Fe2(SO4)3. Pada umumnya kandungan garam anorganik

    berada pada rentang 0,01-0,75 tergantung dari garam yang digunakan. Peran garam

    anorganik sangat penting dalam pertumbuhan spora Rhizopus, dimana kekurangan akan

    fosfat biasany dalam bentuk KH2PO4 akan mengakibatkan kegagalan perkembangan

    spora dalam tahap germinasi.

    - Morfologi

    Morfologi juga merupakan faktor yang penting dalam proses fermentasi dimana

    morfologi berdampak terhadap uptake terhadap nutrisi dan oksigen pada kultur.

    Morfologi yang baik dalam memproduksi asam laktat khususnya menggunakan spesies

    Rhizopus adalah bentuk pellet kecil yang terbentuk dari hasil parameter kompleks yang

  • 4

    terjadi pada sistem fermenatsi. Manipulasi terhadap kondisi kultivasi penting dalam

    meningkatkan proses dan strategi yang menghasilkan bentuk yang cocok untuk produksi

    asam laktat. Beberapa modifikasi morfologi jamur pada berbagai reaktor seperti reaktor

    air-lift (ALR), reaktor tangki berpengaduk ideal (RTI), dan reaktor bubble column

    (BCR). Beberapa morfologi spesies Rhizopus dalam memproduksi asam laktat

    ditampilkan dalam tabel 1.

    Tabel 1. Produksi Asam Laktat dengan Morfologi Jamur yang Berbeda

    - pH

    pH merupakan salah satu parameter operasional yang paling penting yang

    mempengaruhi produksi asam laktat. pH yang baik dalam proses fermentasi jamur

    berada pada rentang 5,0-6,0 sedangkan pada LAB pada rentang 5,0-7,0. Penelitian yang

    ada menunjukan bahwa produksi asam laktat pada jamur dengan yield terbaik

    berlangsung pada pH 6,0-6,5 sedangkan pH tidak mempengaruhi produksi dari asam

    maltat dan fumarat sebagai produk samping.

    - Agen Netralisasi

    Parameter pH tidak lepas dari agen netralisasi dalam mempertahankan pH operasional

    baik pada fermentasi jamur/LAB. Agen netralisasi seperti kalsium karbonat, natrium

    karbinat, dan natrium hidroksida perlu ditambahkan dalam medium fermentasi.

    Penelitian lanjut menunjukan bahwa kalsium karbonat dapat digantikan dengan 25%

    amonia tanpa dampak negatif terhadap produksi asam laktat. Keuntungan penggunaan

    amonia dibandingkan kalsium karbonat adalah menghilangkan kemungkinan

    terbungkusnya agen netralisasi oleh biomassa. Penggunaan kalsium karbonat dapat

    Morfologi Proses Sistem Kultivasi Yield (%) Produktivitas (g/L.h) Konsentrasi (g/L)

    Cotton flocs Batch ALR 87 1,8 104,6

    Cotton flocs Batch STR 86 1,7 103,6

    Small

    pellets

    Repeated

    batch

    BCR 88 2,58 83

    Small

    pellets

    Repeated

    batch

    ALR - 1,07 85,7

    Small

    pellets

    Repeated

    batch

    STR 62-74 2,9-6,2 60

    Small

    pellets

    Repeated

    batch

    STR 74,2 - 74,92

    Filamentous Semikontinu STR 75,3 2,91 -

  • 5

    menghasilkan kalsium sulfat saat tahap pembentukan laktat menjadi asam laktat yang

    akan menghasilkan permasalahan lingkungan dan biaya tambahan.

    - Pasokan Oksigen

    Fermentasi jamur dengan spesies Rhizopus merupakan proses aerobik dan pasokan

    oksigen memiliki peran penting dalam produksi asam laktat. Penelitian yang ada

    menunjukan bahwa pH dan DO memiliki pengaruh yang cukup penting dalam

    produktivitas asam laktat. Pengaruh pH dan DO terhadap yield dan produktivitas pada

    fermentasi glukosa pada reaktor rotating fibrous-bed (RFB) dengan spesies Rhizopus

    ditampilkan pada tabel 2. Kondisi optimal didapatkan pada pH 5 dengan tingkat DO

    sebesar 90%.

    Tabel 2. Pengaruh pH dan DO terhadap Yield dan Produktivitas Fermentasi Glukosa

    pada RFB pada 30oC

    pH

    6 5 4

    20% 25% 50% 25% 90% 25% 90%

    Yield (%)

    Asam Laktat 52,6 66,0 63,3 49,7 82,8 38,2 58,1

    Etanol 18,8 13,5 7,4 13,5 5,9 4,4 5,2

    Asam Fumarat 1,6 2,9 1,7 2,7 2,0 2,4 1,95

    Produktivitas (g/L.h)

    Asam Laktat 0,89 0,78 1,70 0,42 2,62 0,38 0,85

    Etanol 0,32 0,15 0,20 0,10 0,17 0,03 0,10

    Asam Fumarat 0,037 0,035 0,06 0,30 0,09 0,015 0,22

    Pada fermentasi menggunakan LAB, fermentasi berlangsung secara anaerob/tidak

    membutuhkan oksigen selain itu beberapa jenis bakteri asam laktat bersifat anaerob

    aerotoleran atau masih dapat hidup dengan keberadaan oksigen sehingga pasokan

    oksigen tidak diperlukan.

    - Temperatur

    Temperatur juga merupakan parameter operasi yang penting yang mempengaruhi

    produksi asam laktat. Temperatur fermentasi jamur berada pada rentang 27-35oC dimana

    konsentrasi asam laktat tertinggi didapatan pada temperatur 30oC disaat produksi

    biomassa berkurang dengan kenaikan temperatur. Sedangkan pada fermentasi

    menggunakan LAB fermetasi biasanya dilakukan pada temperatur yang lebih tinggi

    yaitu 37-43oC.

  • 6

    Sistem Bioreaktor dan Scale Up

    Sistem bioreaktor yang dapat digunakan dalam fermetasi jamur dapat berupa reaktor

    pneumatik (bubble column, concentric draught tube, dan external loop) dan tangki

    berpengaduk ideal (STR). Sedangkan pada fermentasu LAB pada uumnya reaktor yang

    digunakan adalah jenis STR. Reaktor pneumatik memiliki keuntungan dibandingkan STR

    dengan karean konsruksinya yang sederhana, konsumi energi yang rendah, dan perpindahan

    massa, momentum, dan panas yang tinggi. Reaktor pneumatik telah dibuktikan cocok untuk

    kultivasi jamur berfilamen dengan kandungan oksigen terlarut yang tinggi dan sensitif

    terhadap pergeseran dan proses seperti produksi protein biomassa mikroba. Lebih jauh lagi

    memungkinkan untuk melakukan proses fermentasi dimana kandungan oksigen dibutuhkan

    dengan konsentrasi tinggi pada reaktor pneumatik skala besar pada laju aerasi rendah,

    dikarenakan effisiensi aerasi akan meningkat seiring dengan peningkatan ukuran vessel.

    Mekanisme Produksi Asam Laktat oleh Spesies Rhizopus

    Asam organik yang dihasilkan oleh spesies Rhizopus adalah proses aerobik. Jenis spesies

    Rhizopus dapat dibedakan menjadi 2 grup, yaitu penghasil asam laktat dan asam fumarat

    (asam malat). Klasifikasi tersebut didasarkan atas yield asam organik utama dan komposisi

    metabolit yang dihasilkan. Jalur reaksi pembentukan asam organik dan etanol pada

    fermentasi Rhizopus dari glukosa ditampilkan dalam Gambar 1. Skema ini mencakup

    biosintesis L-asam laktat, L-asam malat, asam fumarat, dan etanol dengan piruvat yang

    dihasilkan pada pertengahan reaksi yang menuntun terhadap pembentukan asam organik dan

    produk samping. Beberapa enzim kunci seperti piruvat dekarboksilasi (PDC), piruvat

    karboksilasi (PC), alkohol dehidrogenasi (ADH), laktat dehidrogenasi (LDH), malat

    dehidrogenasi (MDH), dan fumarase dibutuhkan dalam menghasilkna matabolit. Enzim ini

    memainkan peran kunci dalam mengarahkan reaksi biokimia dan menentukan yield produk

    terbesar dan komposisi produk akhir.

  • 7

    Gambar 1. Metabolisme Glukosa Rhizopus

    Mekanisme Produksi Asam Laktat oleh LAB

    Produski asam laktat oleh LAB dapat dilakukan melalui 2 mekanisme tergantung berdasarkan

    jenis bakteri. Mekanisme PK dan PP/glikolik. Mekanisme PK merupakan yang digunakan

    oleh sebagian besar LAB dimana xylulosa 5-P (C5) pecah menjadi GAP dan asetil-P. GAP

    kemudian akan dionversikan menjadi asam piruvat dan kemudian asam laktat (C3) sebagai

    produk akhir, sedangkan asetil-P dimetabolismen untuk mensintesis asam asetat dan etanol.

    Sebagai hasilnya yield teoritis pentosa terhadap asam laktat adalah 0,6 g/g atau 1,0 mol/mol

    melalui mekanisme PK. Sedangkan sebagian bakteri lain menghasilkan asam laktat melalui

    mekanisme PP dimana mekanisme ini menghasilkan 5 mol asam laktat dari 3 mol pentosa

    tanap kehilangan karbon sehingga memberikan yield teoritis asam laktat terhadap pentosa

    sebesar 1,0 g/g atau 1,67 mol/mol. Oleh sebab itu untuk menigkatkan yield asam laktat

    mekanisme PP lebih berpotensi dibandingkan PK. Mekanisme PK dan PP ditampilkan dalam

    Gambar 2.

  • 8

    Gambar 2. Mekanisme PK dan PP/Glilokic LAB

    Spesies Rhizopus menunjukan beberapa keuntungan dibandingkan LAB dalam mengkonversi

    karbohidrat menjadi asam laktat. Keuntungan tersebut mencakup karakteristik amilolitik,

    kebutuhan nutrisi, temperatur yang rendah, biaya yang rendah dalam memisahkan biomassa,

    biomassa jamur yang dapat digunakan proses biosorpsi dalam pemurnian terhadap

    kontaminan, dan sebagai bahan tambahan pakan ternak. Banyak sumber terbarukan dapat

    dikonversi menjadi asam laktat menggunakan spesies Rhizopus, namun banyak penelitian

    yang menunjukan bahwa produktivitas asam laktat masih terbatas . Optimasi terhadap

  • 9

    parameter proses seperti pH dan pasokan oksigen dan pengaturan terhadap morfologi dapat

    menghasilkan peningkatan terhadap performa spesies Rhizopus dalam menghasilkan asam

    laktat.

    Sumber :

    Rahman M.A.A; Tashiro Y.; Sonomoto K., 2011. Lactic acid production from lignocellulose-

    derived sugar using lactic acid bacteria:Overview and limits. Journal of

    Biotechnology, 156, 286-301.

    Zhang Z.Y.; Jin B.; Kelly J.M., 2007. Production of lactic acid from renewable materials by

    Rhizopus fungi:a review. Biochemical Engineering Journal, 35, 251-261.